BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Saham

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Saham
Saham adalah bukti yang menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah
perusahaan. Saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik
kertas adalah pemilik perusahaan. Masing-masing lembar saham biasa mewakili
satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan (Bodie, Kane, Marcus,
2002:59).
Terdapat dua jenis saham yang diperdagangkan yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (prefered stock). Saham biasa (common
stock) yang paling dikenal di masyarakat. Secara sederhana saham dapat
didefenisikan sebagai penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan. Saham preferen adalah suatu jenis hibrida, dalam beberapa hal
tertentu mirip dengan obligasi dan mirip dengan saham biasa dalam beberapa hal
lain (Brigham dan Houston, 2006:446). Saham preferen seperti obligasi dimana
memiliki nilai pari dan terdapat dividen dalam jumlah tetap yang harus dibayarkan
sebelum dividen dapat dibayarkan kepada pemilik saham biasa.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka
yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata
yang mendasari angka-angka tersebut. Laporan keuangan dari perusahaan sangat
diperlukan oleh berbagai pihak, misalnya, Bankir dan Investor lain membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan untuk membuat
keputusan yang cerdas, manajer membutuhkannya untuk mengoperasikan bisnis
secara efisien dan badan perpajakan membutuhkannya untuk menilai pajak
dengan cara yang wajar (Brigham dan Houston, 2006: 44).
Laporan ini melaksanakan beberapa fungsi (Horne, 2005:193). Pertama,
Neraca (Balance sheet) meringkas aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik suatu
perusahaan pada suatu periode, biasanya pada akhir tahun atau kuartal. Laporan
laba rugi (Income statement) meringkas pendapatan dan biaya perusahaan selama
satu periode waktu tertentu yang biasanya untuk periode satu tahun atau kuartal.
Laporan laba ditahan (Statement of retained earning) melaporkan berapa banyak
laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke
dividennya. Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari
aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan pada arus kas
selama satu periode akuntansi. Jika disajikan bersama, semua laporan ini
memberikan gambaran akuntansi atas operasi dan posisi keuangan perusahaan.
2.1.3. Analisis Rasio Keuangan
Agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,
analisis keuangan perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan
tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio) atau indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka
lainnya (Horne, 2005:201).
Universitas Sumatera Utara
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok
(Brigham dan Houston, 2006:95), yaitu:
1.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan
aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Cash Ratio.
2.
Rasio Manajemen Aktiva
Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola
aktiva-aktivanya.
Rasio ini terdiri dari inventory turnover ratio, days sales outstanding, fixed
asset turnover ratio, dan total asset turnover ratio.
3. Rasio Manajemen Utang
Rasio manajemen utang atau rasio leverage keuangan adalah rasio yang
menunjukkan penggunaan dana melalui utang.
Rasio ini terdiri atas Debt to total asset, debt to total equity, times interest
earned, dan rasio cakupan EBITDA.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan
efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.
Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, basic earning power, return on
total asset, dan return on equity.
Universitas Sumatera Utara
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya.
Rasio ini terdiri price earning ratio, price cash flow ratio, book value per
share, earning per share, dan dividend per share.
2.1.4. Financial leverage
2.1.4.1 Pengertian Leverage
Leverage jika diartikan secara harfiah berarti pengungkit, pengungkit
digunakan untuk mengangkat beban berat. Dalam ilmu manajemen keuangan juga
dikenal leverage, namun dalam makna yang berbeda tentunya. Menurut Sartono
(2001:257) “leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana (sources of funds)
oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham”. Dengan kata lain, penggunaan leverage
ditujukan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan
sumber dananya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau
pemegang saham.
Gitman (2003:508) mengemukakan dampak dari penggunaan leverage
bagi perusahaan yaitu “Results from the use of fixed-cost or funds to magnify
returns to the firms owners. Generally increases in leverage result in increased
return and risk, whereas decreases in leverage result in decreases return and
risk”. Artinya bahwa akibat dari penggunaan biaya tetap untuk memperoleh
return bagi pemilik perusahaan secara umum juga akan meningkatan risiko.
Sebaliknya, penurunan leverage akan menurunkan return dan risk. Dari
Universitas Sumatera Utara
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu
perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva serta menanggung beban tetap
melainkan juga untuk memperbesar pendapatan. Konsep leverage tersebut sangat
penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat
trade-off (persimpangan) antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe
keputusan finansial.
2.1.4.2 Jenis-jenis Leverage
Pinjaman yang diperoleh perusahaan dapat berupa pinjaman operasional
dan pinjaman finansial. Kedua jenis pinjaman tersebut masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahannya. Pembahasan mengenai kedua jenis pinjaman
tersebut dikemukakan oleh Van Horne (2000;440,445) sebagai berikut.
1.
Leverage Operasi (Operating Leverage)
Leverage operasi merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap
dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Leverage operasi timbul
setiap saat perusahaan memiliki biaya-biaya tetap tanpa memperhatikan jumlah
biaya tersebut. Biasanya biaya-biaya yang menyangkut leverage operasi timbul
dari penggunaan aset tetap, seperti biaya depresiasi atau penyusutan aset tetap.
2.
Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam
arus pendapatan perusahaan. Ada dua biaya finansial eksternal dalam hal
pendanaan, yaitu bunga pinjaman dan dividen saham preferen. Biaya-biaya ini
harus ditutupi, berapapun nilai EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang
Universitas Sumatera Utara
tersedia untuk membiayai biaya-biaya tersebut. Financial leverage dapat
didefenisikan sebagai kemampuan perusahaan perusahaan dalam menggunakan
kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap untuk mempengaruhi
perubahan EBIT terhadap pendapatan per lembar saham biasa (earning per share).
Financial leverage atau leverage keuangan timbul karena adanya
kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus dibayar oleh
perusahaan. Kewajiban-kewajiban keuangan yang tetap ini tidaklah berubah
dengan adanya perubahan pada tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat
sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai oleh perusahaan. Ada dua kewajiban
keuangan yang sifatnya tetap, yaitu: 1) bunga atas hutang, dan 2) dividen untuk
saham preferen.
Di dalam analisis financial leverage diasumsikan bahwa dividen untuk
pemegang saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode. Asumsi ini
diperlukan karena tujuan utama dari finacial leverage adalah untuk mengetahui
berapa jumlah uang yang sesungguhnya tersedia bagi pemegang saham biasa
setelah bunga dan dividen untuk pemegang saham preferen dibayarkan.
Leverage keuangan menilai sejauh mana perusahaan menggunakan utang
yang dipinjam. Jenis-jenis dari rasio leverage keuangan adalah DAR, DER,
LDAR dan LDER. Debt to Total asset Ratio adalah rasio utang terhadap total
aktiva didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total utang
perusahaan. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi
perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung
Universitas Sumatera Utara
oleh pendanaan utang. Besarnya hasil perhitungan rasio utang menunjukkan
besarnya total utang yang dapat dijamin oleh aktiva total.
Semakin tinggi DAR semakin besar resiko keuangan yang dihadapi
perusahaan, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap, semakin
rendah rasio ini, maka akan semakin rendah resiko keuangannya. Para pemegang
saham biasanya lebih menyukai rasio leverage lebih banyak karena akan
memperbesar ekspektasi keuntungan, sedangkan para kreditor lebih menyukai
rasio leverage yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang, maka resiko
kerugian yang dialami kreditor akan lebih rendah jika terjadi likuidasi.
Debt to Equity Ratio adala rasio utang terhadap ekuitas dihitung dengan
hanya membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek)
dengan ekuitas pemegang saham. Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah
pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan
oleh pemilik perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas
menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin dengan
ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang ditanggung perusahaan.
Para kreditor secara umum menyukai jika rasio ini lebih rendah. Semakin
rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang tersedia bagi
pemegang saham dan semakin besar perlindungan bagi kreditor. Jika DER
semakin meningkat maka menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
memburuk, selain itu semakin tinggi DER menunjukkan struktur permodalan
lebih banyak dibiayai oleh pinjaman sehingga ketergantungan perusahaan
terhadap kreditur semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity (LDER) merupakan perbandingan
antara utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa. Semakin tinggi rasio
LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham
(Warsono, 2003:239).
3.
Leverage Total / Gabungan (Combination leverage)
Leverage gabungan atau kombinasi merupakan pengaruh perubahan
penjualan terhadap laba setelah pajak ataupun pendapatan per lembar saham
(EPS). Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan baik operating leverage
maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi
pemegang saham biasa. Leverage operasi timbul ketika ada biaya tetap dari
penggunaan aset (depresiasi), sedangkan leverage keuangan timbul pada saat ada
biaya tetap atas penggunaan dana pinjaman
2.1.5. Earning Per Share
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share, karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena
hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. EPS adalah
salah satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham
biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran keuangan (Fabozzi,
2000 : 859). EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih
Universitas Sumatera Utara
untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankan operasinya.
EPS dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang
saham biasa (laba setelah dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata
tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan
dilakukan. Semakin tinggi nilai EPS akan menggembirakan pemegang saham
karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Dengan
meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika laba
menurun maka harga saham ikut juga turun, hal itu juga akan diikuti perubahan
return sahamnya.
Laba per lembar saham adalah suatu ukuran dimana baik manajemen
maupun pemegang saham menaruh perhatian besar (Helfert, 1993:67). Itu
digunakan secara luas dalam penaksiran nilai saham biasa dan sering merupakan
basis untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian
dari perencanaan strategis. Walaupun angka laba per saham adalah salah satu
statistik yang selalu tersedia dalam laporan perusahaan yang dimiliki umum,
namun ada beberapa komplikasi. Terlepas dari elemen tidak biasa yang mungkin
ada pada pola laba bersih triwulanan dan tahunan, jumlah saham beredar berbedabeda dalam satu tahun pada banyak perusahaan, itu disebabkan oleh pengeluaran
saham-saham baru atau penarikan saham lama yang beredar.
Para analis mempunyai perhatian besar terhadap laba per saham yang lalu,
baik triwulan maupun tahunan. Proyeksi untuk masa datang sering dibuat
berdasarkan laba yang lalu. Fluktuasi dan trend pada prestasi yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan proyeksi yang diamati secara teliti untuk melihat indikasi
kekuatan dan kelemahan. Pertumbuhan EPS memberikan informasi yang lebih
banyak kepada kita tentang perkembangan suatu perusahaan, bukan pertumbuhan
laba absolut.
Berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Fabozzi mengenai earning per
share, maka Peneliti menggunakan rumus sebagai berikut untuk menentukan
besarnya EPS.
Berdasarkan rumus di atas, setidaknya ada dua faktor yang menentukan
besarnya tingkat EPS yang dihasilkan. Pertama yakni pada angka pembilangnya,
dimana jika net income after tax (laba bersih setelah pajak) semakin besar maka
besaran EPS nya juga akan besar. Faktor kedua yang menentukan besarnya
tingkat EPS adalah jumlah saham beredar (number of share outstanding) yang
fungsinya sebagai angka penyebut dalam rumus tersebut, dimana semakin banyak
perusahaan menggunakan dana dari penambahan jumlah saham beredar, maka
akan semakin memperkecil besarnya tingkat EPS yang diperoleh. Dalam
penelitian ini jumlah saham beredar yang peneliti gunakan adalah jumlah saham
beredar rata-rata tertimbang dalam satu periode.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Pengaruh Financial Leverage terhadap EPS
Tujuan utama perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan dan
memaksimalkan keuntungan pemilik perusahaan. Keuntungan perusahaan
tercermin dalam laba bersih pada laporan keuangan, sedangkan keuntungan
pemilik perusahaan lebih spesifik lagi tercermin dalam laba untuk pemegang
saham biasa atau disebut sebagai Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar
saham.
Secara umum ada dua faktor yang bisa mempengaruhi besar kecilnya
tingkat EPS, yakni struktur modal dan tingkat laba bersih sebelum bunga dan
pajak. Kedua faktor tersebut pada dasarnya sama-sama menekankan pada
alternatif sumber pendanaan melalui hutang atau modal pinjaman, dimana
perubahan dalam penggunaan hutang akan mengakibatkan perubahan laba per
lembar saham, dan juga mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan lebih banyak leverage keuangan (daripada
yang kurang) akan mengalami perubahan yang relatif besar dalam pendapatan per
lembar sahamnya. Efek Leverage berhubungan dengan tingkat pendapatan per
saham pada EBIT tertentu dengan struktur modal tertentu. Perusahaan sebaiknya
terlebih dahulu menganalisa sejumlah faktor dan kemudian menentapkan struktur
modal yang optimal agar tingkat pengembalian optimum. Struktur modal yang
optimal diperkirakan dengan identifikasi target rasio hutang (Keown, 200:584).
Alasan mengapa perusahaan melakukan pendanaan melalui utang
(Brigham dan Houton, 2006:101) adalah :
Universitas Sumatera Utara
i. Karena beban dapat menjadi pengurang pajak, pengunaan utang akan
menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi
perusahaan yang tersedia bagi para investornya.
ii. Jika laba operasi dinyatakan dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga
atas pinjaman, seperti yang biasa terjadi, maka sebuah perusahaan dapat
menggunakan utang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas
utang, dan masih memiliki sisa sebagai bonus bagi para pemegang
sahamnya.
Rasio leverage memiliki tiga implikasi penting: (1) Dengan memperoleh
dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka
atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. (2)
Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai
suatau batas keamanan , sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang
diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi
kreditor. (3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari inventasi yang didanai
dengan hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar (Brigham dan Houston,
2006:101).
Menurut Brigham (2006:213) “leverage keuangan (financial leverage)
merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba”. Penggunaan utang
dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan diharapkan
dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan, karena
aktiva perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan operasional
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan laba. Selain itu ada dua alasan
yang dikemukakan oleh Brigham mengenai alasan mengapa penggunaan utang
ataupun financial leverage lebih menguntungkan, yakni (1) bunga merupakan
pengurang pajak sementara dividen untuk pemegang ekuitas bukan, serta (2)
karena bunga merupakan pengurang pajak, laba yang tersedia untuk pemegang
ekuitas menjadi lebih besar.
Brigham (2006:486) menyatakan bahwa hubungan financial leverage
terhadap EPS yaitu sebagai berikut “Changes in the use of debt will cause changes
in earning per share (EPS) as well as changes in risk both of which will affect the
company’s stock price”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
hutang akan mengakibatkan perubahan EPS demikian pula dengan risiko.
Financial levarage dianggap menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih
besar dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utang tersebut, dan
financial leverage dianggap merugikan apabila laba yang diperoleh lebih kecil
dari pada beban tetap yang timbul akibat penggunaan utangnya tersebut. Jadi
dalam penggunaan financial leverage faktor yang paling menentukan adalah
kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan dana pinjaman itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi EPS yang digunakan dalam Penelitian
ini adalah Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt
To Equity. Ketiga rasio ini merupakan bagian dari rasio leverage atau rasio utang
yang akan diteliti lebih lanjut pengaruhnya terhadap EPS. Kreditor lebih
menyukai Apabila Financial Leverage memiliki rasio yang lebih rendah, karena
semakin rendah rasio nya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang
Universitas Sumatera Utara
akan terjadi. Sebaliknya, para pemegang saham mungkin menginginkan lebih
banyak leverage karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan
Houston, 2006:104).
2.2 Penelitian Terdahulu
Vani (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage
terhadap earning per share pada PT. Aqua Golden Mississippi, Tbk, Jakarta,
dengan menggunakan variabel debt to equity ratio (DER) sebagai variabel
independennya, menemukan bahwa financial leverage (debt to equity ratio)
berpengaruh terhadap laba per lembar saham (earning per share) . Firani ( 2006)
melakukan penelitian mengenai pengaruh financial leverage terhadap rentabilitas
(earning per share) pada emiten sektor infrastruktur di Bursa Efek Jakarta,
dengan menggunakan variabel long term debt to equity ratio (LDER) sebagai
variabel independennya. Menemukan bahwa bahwa tidak ada pengaruh antara
financial leverage (long term debt to equity ratio) terhadap rentabilitas (earning
per share). Niranda (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh financial
leverage terhadap earning per share pada sub sektor industri makanan dan
minuman di Bursa Efek Jakarta periode 2001-2006, dengan menggunakan
variabel degree of financial leverage (DFL) sebagai variabel independennya,
menemukan bahwa financial leverage (degree of financial leverage) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share. Dwi Armaya (2010)
melakukan penelitian pengaruh financial leverage terhadap earning per share pada
perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 20062009 dengan menggunakan variabel debt to total asset ratio dan total asset turn
Universitas Sumatera Utara
over sebagai variabel independennya, menemukan bahwa financial leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap earning per share.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Variabel
Reviska
Mega Vani
Pengaruh Financial
Leverage terhadap
Debt to Equity
Ratio (DER)
2006
Earning Per Share pada
PT. Aqua Golden
Mississippi, Tbk. Jakarta
Earning Per
Share (EPS)
Mira Firani
Analisis Pengaruh
Financial Leverage
terhadap Rentabilitas
(Earning Per Share)
Pada Emiten Sektor
infrastruktur di BEJ
Long term Debt
to Equity Ratio
(LDER)
Pengaruh Financial
Leverage terhadap
Earning Per Share pada
sub sektor industri
makanan dan minuman
di Bursa efek Jakarta
periode 2001-2006
Degree of
Financial
Leverage (DFL)
Pengaruh Financial
Leverage terhadap
earning per share pada
perusahaan perkebunan
dan pertambangan yang
terdaftar di Bursa efek
Indonesia periode 20062009
Debt to Total
Asset Ratio
(DAR)
2006
Ezy Niranda
2008
Dwi Armaya
2010
Earning Per
Share (EPS)
Earning Per
Share (EPS)
Total Asset
TurnOver
(TATO)
Hasil Penelitian
Financial
Leverage
berpengaruh
terhadap
Earning Per
Share
Tidak ada
pengaruh antara
financial
leverage
terhadap EPS
Financial
Leverage tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
Earning Per
share (EPS)
Financial
Leverage tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap earning
per share
Earning Per
Share (EPS)
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Earning per share merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan
yang menggunakan konsep laba konvensional, Earning Per Share adalah salah
satu pertimbangan sebelum berinvestasi. Perubahan dalam penggunaan utang akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada laba per lembar saham (Earning Per
Share-EPS) dan juga perubahan resiko (Brigham dan Houston, 2006:17).
Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara hutang lancar
dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini
menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan hubungan antara
jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang
diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan
besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity adalah rasio yang
memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa.
Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para
pemegang saham (Warsono, 2003:239).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara
sistematis sebagai berikut :
DAR ( X1 )
DER ( X2 )
EPS ( Y )
LDAR ( X3)
LDER ( X4 )
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1:
tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to
Total Asset Ratio (DAR) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).
H2:
ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to Total
Asset Ratio (DAR) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).
Universitas Sumatera Utara
H3:
tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).
H4:
ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Debt to Equity
Ratio (DER) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).
H5:
tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long
Term Debt to Total Asset Ratio (LDAR) terhadap tingkat Earning Per
Share (EPS).
H6:
ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long Term
Debt to Total Asset Ratio (LDAR) terhadap tingkat Earning Per Share
(EPS).
H7:
tidak ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long
Term Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap tingkat Earning Per Share
(EPS).
H8:
ada perbedaan yang nyata atau pengaruh yang nyata antara Long Term
Debt to Equity Ratio (LDER) terhadap tingkat Earning Per Share (EPS).
Universitas Sumatera Utara
Download