SISTEM USAHATANI PADI LAHAN PASANG SURUT Kesesuaian Inovasi/Karakteristik Lokasi : Lahan pasang surut di Propinsi Jambi sebagian besar terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur terletak pada 102o70’ sampai dengan 103o00’ Bujur Timur dan 01o00’ sampai dengan 01o30’ Lintang Selatan. Luas areal potensial untuk pengembangan komoditas pertanian diperkirakan 200.000 ha dari luas tersebut potensi untuk tanaman pangan 90.000 ha. Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan Kabupaten yang memberikan kontribusi terbesar beras di Propinsi Jambi (Pemda Tanjabtim). secara geografis terletak antara 01 o 06’20”-01o13’33” dan 104o01’22”-104o09’06” BT. Lahan pasang surut terbagi atas 4 tipologi yaitu lahan potensial, sulfat masam, lahan gambut dan salin serta tipe luapan air A, B, C dan D. Iklimnya type B berdasarkan klasifikasi iklim Schmit dan Ferguson dengan bulan basah antara 8-10 bulan dan bulan kering 2-4 bulan. Curah hujan bulanan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember/januari dan curah hujan terendah bulan Agustus. Keunggulan/Nilai Tambah Inovasi : Penerapan inovasi teknologi tersebut dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas lahan, dapat meningkatkan intensitas penggunaan lahan dan penerapan beragam pola tanam serta pendapatan petani. Produksi padi meningkat dari 2,5 – 3 ton/ha menjadi 4-6 ton/ha. Penerimaan usahatani padi per hektar sebesar Rp. 6.250.000 dan keuntungan usahatani padi per hektar yaitu Rp. 3.303.000. 1 Uraian Inovasi : Tabel 1. Inovasi teknologi sistem usahatani padi di lahan pasang surut No 1. Komponen Teknologi Pola tanam dan penataan lahan 2. Pengelolaan tata air - Makro - Mikro 3. 4. Pengelolaan lahan Varietas 5. Pemupukan dan Ameliorasi (kg/ha) Urea SP KCl Dolomit CuSO4 ZnSO4 Pengendalian hama/penyakit 6. Inovasi teknologi Sesuai dengan tipologi lahan dan tipe luapan air Padi-Padi Padi-Palawija/Hortikultura Saluran Primer, Sekunder, Pintu air Saluran kemalir/cacing (20x30 cm) Saluran kuarter (60x60 cm) Saluran terier (75x70 cm) Olah tanah dan TOT dengan herbisida Batanghari, IR 42, Indragiri, Margasari, Sei Punggur, Lambur. Banyuasin. Sesuai dengan tipologi lahan 100-300 120-180 100-150 1000-3000 5 10 PHT Cara Penggunaan Inovasi : Pola Tanam dan Penataan Lahan Pola tanam dengan penataan lahan sawah pada tipe luapan A adalah padi-padi. Sedangkan pola tanam dengan penataan lahan sawah atau surjan pada tipe luapan air B adalah padi-padi dan padi- palawija/hortikultura. Tabel 2. Acuan penataan lahan masing-masing tipologi lahan dan tipe luapan air di lahan pasang surut. Tipologi Lahan Tipe luapan air Potensial A Sawah B Sawah/surjan C Sawah/surjan/tegalan Sulfat masam Sawah Sawah/surjan Sawah/surjan/tegalan Bergambut Sawah Sawah/surjan Sawah/tegalan Gambut dangkal Gambut sedang Gambut dalam Salin Sawah Sawah/tambak Sawah/surjan konservasi Konservasi Sawah/tambak Sawah/tegalan Tegalan/perkebunan Tegalan/perkebunan - D Sawah/tegalan/ kebun Sawah/tegalan/ kebun Sawah/tegalan/ kebun Tegalan/kebun Perkebunan Perkebunan - 2 Tata Air Pengelolaan tata air makro dan mikro merupakan faktor penentu keberhasilan pengelolaan lahan pasangsurut. Pengoperasian dan perawatan tata air makro (meliputi jaringan saluran primer, sekunder dan tertier serta pintu air) selama ini menjadi tanggung jawab Dinas PU sedangkan tata air mikro (jaringan saluran kuarter, saluran keliling dan cacing) menjadi tanggung jawab petani. Saluran cacing/kemalir dibuat dengan jarak 9 m dan 12 m. Pada lahan bertipe lupan air A diatur dalam system aliran satu arah sedangkan pada lahan bertipe luapan air B diatur dengan system satu arah dan tabat, karena air pasang pada musim kemarau sering tidak masuk kepetakan lahan. Sistem tata air pada tipe luapan air C dan D ditujukan untuk menyelamatkan air, karena sumber air hanya berasal dari air hujan. Oleh karena itu saluran air pada system tata air di lahan bertipe luapan air C dan D perlu ditabat dengan pintu air stoplog unuk menjaga permukaan air tanah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman serta memungkinkan air hujan tertampung dalam saluran tersebut. Varietas Varietas unggul yang beradaptasi baik di sawah lahan pasang surut dengan tingkat kemasman dan kadar besinya tidak terlalu tinggi adalah kapuas, Cisanggarung, Cisadane, Cisokan, IR 42, Batanghari, Indragiri, Punggur. Pada lahan dengan kemasaman dan kadar besinya tinggi dapat digunakan varietas unggul lokal seperti Ceko, Siam, Sepulo, Pontianak. Pengelolaan Lahan Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah di lahan pasang surut diperlukan selain untuk memperbaiki kondisi lahan menjadi lebih seragam dan rata dengan adanya penggemburan dan pelumpuran juga untuk mempercepat proses pencucian bahan beracun dan pencampuran bahan ameliorasi maupun pupuk dengan tanah . Pengolahan tanah yang memberikan hasil baik dari segi fisik lahan dan hasil tanaman adalah dengan bajak singkal atau tajak diikuti oleh rotary atau glebeg yang dikombinasikan dengan herbisida . Bila tanahnya sudah gembur atau berlumpur baik dan merata yang umumnya dijumpai pada lahan bergambut dengan tipe luapan air A dan B, pengolahan tanah secara intensif 3 tidak diperlukan tetapi diganti dengan pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah (TOT) yang dikombinasikan dengan penggunaan herbisida. Hal ini menunjukkan bahwa dilahan pasang surut untuk pengolahan tanahnya tergantung kondisi lahannya. Walaupun pengolahan tanah diperlukan tapi tidak harus dilakukan setiap musim, karena pengolahan tanah yang dilakukan selang dua musim tanam tidak menurunkan hasil tanaman. Ameliorasi dan Pemupukan Pemberian bahan amelioran atau bahan pembenah tanah dan pupuk merupakan faktor penting unuk memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produktivitas lahan. Bahan tersebut dapat berupa kapur atau dolomit maupun bahan organik atau abu sekam dan serbuk kayu gergajian. Pemberian kapur sebanyak 1-2 ton/ha mampu meningkatkan hasil padi dan palawija, untuk keperluan praktis secara umum pemberian kapur sebanyak 0,5 – 1 ton/ha sudah cukup memadai. Dari serangkaian kegiatan hasil penelitian pengelolaan hara dan pemupukan dapat disintesiskan dosis optimum untuk tanaman padi tertera pada tabel 2 . Takaran pupuk dilahan pasang surutt perlu disesuaikan dengan status hara tanah, hal ini berdasarkan serangkaian penelitian pemupukan berdasarkan status hara tanah untuk tanaman padi varietas yang kurang tanggap terhadap pupuk N seperti varietas Margasari. Tabel 2. Dosis pupuk dan bahan amelioran untuk tanaman padi di lahan pasang surut Jenis Pupuk Lahan potensial Lahan sulfat masam (kg/ha) Lahan gambut potensial N atau urea 45-90 =100-200 67,5-135 =150-300 45=100 P2O5 atau SP36 22,5-45= 60-120 45,0-70 =120-180 60=160 K2O atau KCl 50=100 45,0-70 = 90-150 50=100 CuSO4 atau terusi - - 5 ZnSO4 - - 10 Kapur atau dolomit - 1000-3000 1000-2000 4 Pengendaliaan Hama Terpadu Penyebab utama tingginya intensitas serangan hama dan penyakit adalah 1) kedekatan lokasi lahan pasang surut dengan hutan terutama lahan yang baru dibuka dan 2) sempitnya areal pertanaman varietas unggul sehingga serangan hama dan penyakit terkosentrasi. Pada dasarnya pengendalian dilakukan mengacu pada strategi pengelolaan hama terpadu (PHT), yaitu melalui penggunaan varietas tahan dan musuh alami, teknik budidaya yang baik dan sanitasi lingkngan. Penggunaan pestisida kimiawi dilakukan sebaagai tindakan terakhir. Startegi dan cara pengendaliaan terpadu hama tikus di lahan pasang surut disajikan pada tabel 3. Strategi pengendalian tikus tersebut didasarkan pada kombinasi dan cara pengendalian berdasarkan stadia tanaman padi dilapangan. Untuk keberhasilan pengendalian hama dan penyakit diperlukan dukungan petani dan aparat serta sarana dan prasarana penunjang yang mewadai. Tabel 3. Strategi dan cara pengendalian hama tikus di lahan pasang surut Stadia tanaman padi Bera Persemaian Anakan aktif Bunting Bermalai Panen Komponen teknologi pengendaliaan Gropyokan Umpan Fumigasi SPP Perangkap beracun bambu * * * * * * * * * * * * * * * SPP : Sistem pagar perangkap untuk 1 ha dengan 40 buah bagi 20 ha tanaman padi Informasi Lain Yang Perlu Ditonjolkan : - Tata air mikro dapat mengurangi kemasaman tanah dan kandungan besi yang merupakan kendala utama dilahan pasang surut - Sistem TOT disertai dengan penyemprotan herbisida Glyfosat sebanyak 6 l/ha pada lahan sulfat masam dan bergambut yang sudah melumpur selain dapat mengurangi waktu kerja 70-75 % juga meningkatkan hasil padi. 5 - Keseimbangan hara N, P, K dan Ca sangat penting dalam pengelolaaan hara dan pemupukan dilahan pasang surut. Dengan pemberian hara secara lengkap dapat meningkatkan hasil padi dari 0,64 ton/ha menjadi 4,24 ton/ha sampai 6,0 ton/ha 6 Lampiran : FOTO-FOTO PERTANAMAN PADI DI LAHAN PASANG SURUT 7 8