PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA

advertisement
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
Pengalaman Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur Femur di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
1)
Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami
1)Mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada
2), 3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Abstrak
Penanganan fraktur femur tidak ditangani secara cepat, maka akan menyebabkan
kehilangan darah hingga satu liter, sehingga bila terjadi fraktur femur bilateral dapat
mengancam nyawa karena adanya gangguan sirkulasi. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui pengalaman perawat dalam menangani pasien dengan fraktur
femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
interpretative phenomenological analysis (IPA). Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan sampel 3 perawat IGD RSO Prof. DR.
R. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik indepth interview dengan
menggunakan tujuh analisa model Colaizzi yang menghasilkan 16 tema yaitu (1) triage,
(2) primary survey, (3) secondary survey, (4) data subyektif, (5) data obyetif, (6)
diagnosa prioritas, (7) intervensi mandiri perawat, (8) intervensi kolaborasi, (9) teknik
manajemen nyeri, (10) imobilisasi fraktur, (11) pemberian obat analgetik, (12)
penanganan fraktur, (13) evaluasi obyektif, (14) evaluasi subyektif, (15) respon
emosional, dan (16) prinsip penanganan pasien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh partisipan telah melakukan
tindakan dalam menangani pasien dengan fraktur femur dengan tepat. Berdasarkan hal
tersebut diharapkan tenaga medis melakukan pengkajian asuhan keperawatan yang
komprehensif terutama pada pasien dengan fraktur femur dan diharapkan pelayanan
kepada pasien gawat darurat meningkat.
Kata Kunci: Penanganan, Perawat, Fraktur Femur.
Daftar Pustaka : 42 (2002-2016)
1
STUDY PROGRAM OF NURSING
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2017
Nurse Experience in Handling Patients with Fractures Femur at the Emergency
Installation of Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso of Surakarta
1) Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami
1) Student in Nursing Study STIKES Kusuma Husada Surakarta
2), 3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta
Abstract
Treatment of femoral fracture is not treated quickly, it will cause a loss of up to one
liter of blood, so that in case of bilateral femur fractures can be life threatening because of
their impaired circulation. This research was conducted with the aim to know the
experiences of nurses in treating patients with femur fractures at the Emergency
Installation Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso Surakarta.
This research used the qualitative method with the interpretative phenomenological
analysis (IPA). The samples of research were 3 nurses employed at the Emergency
Installation of Orthopaedic Hospital and were taken by using the purposive sampling. The
data research were collected through in-depth interview and analyzed by using the
Collaizi’s method which produced 15 themes namely: (1) triage, (2) primary survey, (3)
secondary survey, (4) subjektive data, (5) objective data, (6) diagnosis priority, (7)
intervention of selft-nurses, (8) collaboration intervension, (9) techniques of pain
management, (10) immobilization of fractures, (11) administration of analgesic drugs,
(12) treatment of fractures, (13) objective evaluation, (14) subjective evaluation, (15)
emotional response, and (16) patient handling principles.
The results of all the participants did their role in handing the femur fractures
patien appropriately. Therefore, the nurse are expected to do a comprehensive nursing
care assessment especially to the femur fractures and services to the emergency patients
are increased.
Keywords: Handling, Nurse, Femur Fracture.
References: 42 (2002-2016)
2
masyarakat, serta sebagai peneliti dan
PENDAHULUAN
Fraktur femur merupakan hilangnya
pengembang ilmu keperawatan (Asmadi,
kontiunitas tulang paha tanpa atau disertai
2005. Pelayanan gawat darurat merupakan
adanya kerusakan jaringan lunak (otot,
pelayanan professional yang didasarkan
kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah).
pada ilmu dan metodologi yang berbentuk
Fraktur femur disebut terbuka apabila
bio-psiko-sosiospritual
terdapat hubungan langsung antara tulang
komprehensif ditujukan kepada klien atau
dengan udara luar. Kondisi ini secara
pasien yang mempunyai masalah aktual
umum disebabkan oleh trauma langsung
dan potensial, mengancam kehidupan,
pada paha (Helmi, 2012).
terjadi
secara
mendadak
yang
atau
tidak
World
diperkirakan (Maryuani, 2009). Ketepatan
Health Organization (WHO) mencatat
dan kecepatan pertolongan yang diberikan
pada tahun 2011-2012 terdapat lebih dari
oleh perawat pada pasien yang datang ke
5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3
IGD memerlukan kompetensi sehingga
juta
akibat
menjamin suatu penanganan di Instalasi
kecelakaan lalu lintas. Menurut Depkes RI
Gawat Darurat dengan penanganan yang
2011, dari sekian banyak kasus fraktur di
tepat oleh perawat (Kristanty, 2002).
Badan
kesehatan
orang
menderita
dunia
fraktur
Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah
Menurut Kneale (2011) penanganan
akibat kecelakaan memiliki prevalensi
fraktur dengan tepat merupakan hal yang
yang paling tinggi di antara lainnya yaitu
penting
sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan
komplikasi dari fraktur itu sendiri. Di
kasus fraktur ekstremitas bawah akibat
antara komplikasi yang mungkin timbul
kecelakaan, 19.629 orang mengalami
antara lain syok, sindrom emboli lemak,
fraktur pada tulang femur, 14.027 orang
dan sindrom kompartemen. Salah satu
mengalami fraktur cruris, 3.775 orang
komplikasi yang sering terjadi yaitu
mengalami
orang
resiko sindrom kompartemen, dimana
mengalami fraktur pada tulang-tulang
kondisi yang mengancam anggota tubuh
kecil di kaki dan 336 orang mengalami
dan jiwa yang dapat diamati ketika
fraktur fibula.
tekanan perfusi dibawah jaringan yang
fraktur
tibia,
970
Peran perawat adalah peran sebagai
pelaksana layanan keperawatan (care
provider), pengelola (manager), pendidik
(educator) bagi individu, keluarga dan
untuk
mencegah
terjadinya
tertutup mengalami penurunan. Jika tidak
teratasi maka tubuh akan mengalami
nekrosis jaringan dan gangguan fungsi
permanen dan jika semakin berat dapat
terjadi kematian.
3
Hasil wawancara yang dilakukan
penelitian tentang Pengalaman Perawat
pada saat studi pendahuluan pada tanggal
Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur
25 Juli 2016 dengan Kepala Ruang
Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Sakit Ortopedi Prof. DR. R. soeharso
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
Surakarta.
bahwa dalam menangani pasien dengan
fraktur femur yang dilakukan adalah
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini
pasien datang dengan keluhan karena
nyeri pada paha dan tindakan yang
dilakukan
pertama kali dilakukan adalah dilihat ada
mengetahui pengalaman perawat dalam
tidaknya cedera lain yang menyertai
menangani pasien dengan fraktur femur di
setelah itu dilakukan pemasangan spalk.
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Salah satu perawat di ruang Instalasi
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi
dengan pelaksanaan.
pemasangan skin traksi dinilai sangat
adalah untuk:
efektif
1.
saat
menangani
pasien
tujuan
untuk
Tujuan Khusus dari penelitian ini
Prof. DR. R. Soeharso mengatakan,
pada
dengan
Mengidentifikasi bagaimana perawat
dengan fraktur femur dan mengajarkan
melakukan pengkajian pada pasien
pasien untuk melakukan teknik relaksasi
fraktur femur.
dimana pasien mengeluhkan nyeri pada
2.
Mengidentifikasi bagaimana perawat
daerah yang sakit dan penatalaksanaan
merumuskan diagnosa keperawatan
lebih lanjut ditangani oleh dokter. Dalam
pada pasien fraktur femur.
menangani pasien fraktur femur perawat
3.
Mengidentifikasi bagaimana perawat
juga mengalami kendala khususnya pada
melakukan intervensi pada pasien
anak-anak karena pada saat melakukan
fraktur femur.
tindakan pasien menangis dan merasa
4.
Mengidentifikasi bagaimana perawat
takut. Perawat di ruang Instalasi Gawat
melakukan implementasi pada pasien
Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR.
fraktur femur.
R.
Soeharso
mengatakan
dalam
5.
Mengidentifikasi bagaimana perawat
menangani pasien dengan fraktur femur
melakukan
harus
fraktur femur.
cepat
dikarenakan
jika
tidak
ditangani dengan segera akan mengancam
nyawa.
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
4
6.
evaluasi
pada pasien
Mengidentifikasi harapan perawat
dalam
melakukan
asuhan
keperawatan pada pasien fraktur
darurat sehingga pasien yang datang
femur.
mendapatkan
penanganan
dengan
cepat dan teapat sesuai dengan
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan sumber daya yang
Penelitian ini dilakukan pada bulan
tersedia.
Triage pada dasarnya memiliki
Januari sampai dengan Februari 2017.
Penelitian
ini
kualitatif
merupakan
dengan
penelitian
pendekatan
4 kategori warna dan Patient Acuity
Category
Scale
(PACS)
yaitu
interpretative phenomenological analysis
kategori merah untuk P1 (gawat
(IPA). Teknik pengumpulan data yang
darurat) dengan respon time 0-5
digunakan pada penelitian ini adalah
menit, kategori kuning atau P2
wawancara mendalam (indepth interview).
(gawat tidak darurat/ darurat tidak
Analisis
gawat) dengan respon time 5-15
data
yang
digunakan
ialah
menit, kategori hijau atau P3 (tidak
analisis Collazi.
gawat dan tidak darurat) dengan
HASIL
PENELITIAN
DAN
respon time 30-45 menit, kategori
PEMBAHASAN
hitam atau P0 (meninggal sebelum
Penelitian ini menghasilkan 16 tema
sampai di IGD/ DOA Death of
yaitu:
Arrival) respon time 30-60 menit
1.
(Depkes, 2004).
Triage
Hasil
penelitian
Berdasarkan hal tersebut triage
mengenai
triage merupakan pemilahan pasien
yang
dilakukan
untuk menentukan kegawatan dan
memilah
prioritas pasien. Pada penelitian ini
prioritas. Dalam hal ini triage yang
didapatkan triage berupa Prioritas 1,
digunakan di IGD Rumah Sakit
Prioritas 2. Prioritas 3, dan Prioritas
Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso
4.
Surakarta yaitu PACS (Patient Acuity
pasien
partisipan
sesuai
yaitu
dengan
Triage adalah suatu sistem
Category Scale) dengan kategori
seleksi dan pemilihan pasien untuk
merah untuk P1 (gawat darurat),
menentukan tingkat kegawatan dan
kategori kuning atau P2 (gawat tidak
prioritas penanganan pasien (Depkes
darurat/
RI, 2005). Sistem triage merupakan
kategori hijau atau P3 (tdak gawat
salah
dan tidak darurat), dan kategori hitam
satu
penerapan
sistem
manajemen risiko di unit gawat
atau
P0
darurat
tidak
(meninggal)
gawat),
Sedangkan
5
2.
menurut teori triage merupakan suatu
cegah hipotermi. Sedangkan menurut
sistem seleksi dan pemilihan pasien
teori terdapat 5 pengkajian pada
untuk menentukan tingkat kegawatan
tahap
dan prioritas penanganan pasien. Hal
airway,
ini sesuai dengan yang diungkapkan
disability, dan exposure. Berarti pada
oleh partisipan.
tahap ini partisipan sudah melakukan
Primary survey
tindakan
Hasil
penelitian
partisipan
merupakan
airway,
breathing,
pengkajian
breathing,
secara
meliputi
circulation,
menyeluruh,
syok hipovelemik, embolik lemak.
3.
Secondary survey
Hasil
penelitian
mengenai
circulation, disability, dan exposure.
secondary
Primary survey adalah kegiatan yang
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
komprehensif
penunjang
kumpulan
dan
data
menghasilkan
mengenai
status
survey
merupakan
dilakukan
saat
kita
melakukan pengkajian pada pasien
kesehatan klien, kemampuan klien
fraktur
untuk
cedera yang diderita oleh pasien.
mengelola
kesehatan
dan
perawatan terhadap dirinya sendiri,
femur
penanganan
atau
dilakukan
profesi
kesehatan
lainnya
untuk
mengetahui
Secondary survey merupakan
serta hasil konsultasi medis (terapis)
lanjutan
setelah
primary
survey.
secara
lengkap
(Taylor Lillis dan Le Mone, 1996
Pemeriksaan
dalam Nursalam, 2008).
dilakukan secara head to toe, dari
Tahapan
pengkajian
primer
depan hingga belakang. Secondary
meliputi: Airway yaitu mengecek
survey
jalan nafas dengan tujuan menjaga
kondisi pasien mulai stabil, dalam
jalan nafas disertai kontrol servikal,
artian tidak mengalami syok atau
Breathing yaitumengecek pernafasan
tanda-tanda syok mulai membaik
dengan mengelola pernafasan agar
(Nursalam, 2011).
hanya
dilakukan
setelah
oksigenasi adekuat, Circulation yaitu
Pemeriksaan secondary survey
mengecek sistem sirkulasi disertai
dibagi dalam beberapa tahap yaitu F:
kontrol perdarahan, Disability yaitu
Full set of vital sign. Perawat
mengecek
neurologis,
melakukan pemeriksaan vital sign,
environmental
lima intervensi (monitori jantung,
Exposure,
status
controlyaitu buka baju penderita tapi
6
survey,
sehingga dapat mencegah terjadinya
mengenai
primary survey yang dilakukan oleh
beberapa
primary
pemasangan
NGT,
pemasangan
kateter
urine,
laboratorium
pengkajian fisik, observasi, review
monitoring
rekam medik atau keperawatan, dan
darah,
saturasi oksigen), mensupport system
hasil
dari keluarga, G: Give comfort
dengan teman sejawat, sehingga data
measure, pada tahap ini dilakukan
yang diperoleh digunakan untuk
tindakan
non
dasar perumusan diagnosa pasien.
pengurangan
Dengan adanya data obyektif dan
nyeri dan kecemasan pasien, H:
subyektif untuk perumusan diagnosa
History and head to toe, disini
perawat akan lebih jelas menentukan
tindakan
tindakan (Nursalam, 2011).
farmakologi
farmakologi
History
4.
pemeriksaan
untuk
yang
dan
dilakukan
menggunakan
adalah
diagnostik
Perumusan
prinsip
kolaborasi
diagnosa
yang
utama), A: Allergies (adakah alergi
respons klien. Di dalam bukunya
terhadap makanan atau obat-obatan),
stolte hanya menampilkan diagnosa
M:
yang
keperawatan dengan respon klien
sedang dikonsumsi), P: Past medical
karena kondisi spesifik klien yang
history (riwayat penyakit), L: Last
timbul dari kondisi klien yangnyata
oral intake (masukan oral terakhir,
tidak diidentifikasi. Apabila perawat
apakah benda padat atau cair), E:
dapat menidentifikasi kondisi khusus
Event (riwayat masuk rumah sakit)
yang mempengaruhi respons klien,
(Price, 2005).
maka dapat dituliskan diagnosa dua
Data Obyektif dan Data Subyektif
bagian terdiri dari data obyektif dan
(obat-obat
Hasil penelitian mengenai data
obyektif
dan
data
subyektif
data
terdiri
subyektif.
obyektif
berisi
atas
yaitu
SAMPLE yaitu S: Subyektif (keluhan
Medication
hanya
serta
bagian
Di
dalam
data
data
dari
hasil
merupakan dari anamnesa dan hasil
observasi melalui pemeriksaan fisik
pemeriksaan yang dirumuskan pada
klien sedangkan data subyektif berisi
permasalahan-permasalahan
data
yang
klien
melalui
anamnesis
yang
merupakan
timbul pada pasien. Pada penelitian
(wawancara)
ini didapatkan dari data obyektif dan
ungkapan langsung sedangkan (Stole,
data subyektif.
2004). Hasil penelitian ini sama
Data
subyektif
pengkajian
wawancara
obyektif
dan
merupakan
yang
dilakukan
kepada
data
dengan teori yang menyatakan bahwa
hasil
data obyektif dan data subyektif
saat
pasien,
merupakan
dasar
perumusan
diagnosa dengan wawancara kepada
7
pasien,
pengkajian
klinik
yang
ditemukan.
Sedangkan
didapatkan
acuan
merupakan keputusan klinis tentang
dasar
individu, keluarga atau komunitas
dijadikan
untuk
menjadi
diagnosa
resiko
merumuskan diagnosa.
yang sangat rentan untuk mengalami
Diagnosa Prioritas
masalah dibandingkan individu atau
menjelaskan
masalah
bahwa mengdiagnosa pasien dengan
nyata
terjadi
fraktur femur memiliki berbagai hal
dilakukan
salah satunya adalah nyeri yang
2002).
Hasil
penelitian
mengenai
akan
kesehatan
jika
intervensi
tidak
(Carpenito,
ditandai dengan adanya pergeseran
Diagnosa keperawatan yang
fragmen tulang. Dan salah satu
muncul pada pasien fraktur femur
partisipan juga menyatakan bahwa
antara lain kerusakan mobilitas fisik
kerusakan
resiko
berhubungan dengan cedera jaringan
ini
sekitar fraktur, kerusakan rangka
didapatkan tema diagnosa aktual
neuromuskuler, nyeri berhubungan
yang memiliki 1 kategori yaitu
dengan
diagnosa
diagnosa
fragmen tulang, kerusakan integritas
kerusakan mobilitas dimasukkan ke
jaringan berhubungan dengan fraktur
dalam diagnosa aktual.
terbuka, bedah perbaikan, resiko
mobilitas
infeksi.
Pada
dan
penelitian
aktual.
Pada
spasme
otot,
pergeseran
merupakan
tinggi infeksi berhubungan dengan
pernyataan yang menguraikan respon
tempat masuknya mikroorganisme
aktual
sekunder terhadap pembedahan, alat
Jenis
dan
diagnosa
potensial
terhadap
masalah kesehatan yang perawat
fiksasi
mempunyai izin dan berkompeten
Pernyataan partisipan tersebut belum
untuk
(Carpenito,
sesuai dengan teori yang menyatakan
2002). Jenis diagnosa disini dibagi
bahwa diagnosis yang utama pada
menjadi dua yaitu diagnosa aktual
pasien
dan diagnosa resiko. Diagnosa aktual
kerusakan
adalah
berhubungan dengan cedera jaringan
mengatasinya
diagnosa
divalidasikan
karakteristik
diidentifikasi
yang
telah
melalui
batasan
mayor
yang
atau
menjelaskan
masalah nyata saat ini sesuai dengan
8
data
sampai
riwayat pasien sehingga data yang
partisipan
5.
fisik
infasif
(Musliha,
fraktur
femur
mobilitas
2010).
adalah
fisik
sekitar fraktur.
6.
Intervensi Mandiri Perawat
Hasil
penelitian
mengenai
bahwa intervensi perawat merupakan
keadaan
dimana
partisipan
7.
Intervensi Kolaborasi
Hasil
menentukan rencana tindakan secara
penelitian
mengenai
mandiri. Para partisipan menyatakan
intervensi
bahwa kaji skala nyeri, pantau tanda-
dimana
tanda vital, atur posisi pasien, serta
kolaborasi obat. Hal ini dilakukan
ajarkan
untuk
teknik
relaksasi
adalah
kolaborasi
merupakan
partisipan
melakukan
mengurangi
nyeri
yang
sebagai intervensi mandiri perawat
dirasakan oleh pasien fraktur femur.
yang
Selain itu kolaborasi pemberian obat
dapat
dimasukkan
dalam
intervensi keperawatan khususnya
turut
pada passion fraktur femur.
kolaborasi, beberapa obat diberikan
Tindakan
meliputi
manajemen
farmakologi
farmakologi.
nyeri
dan
non
Manajemen
dilakukan
diantaranya
pada
yaitu
intervensi
analgetik
dan
antiinflamasi nonsteroid (AINS).
Intervensi
nyeri
kolaborasi
adalah salah satu bagian dari displin
merupakan suatu proses didalam
ilmu medis yang berkaitan dengan
pemecahan masalah yang merupakan
upaya-upaya menghilangkan nyeri
awal
atau pain relief (Pratintya, 2014).
dilakukan,
Beberapa
kapan
manajemen
nyeri
tentang
suatu
apa
bagaimana
dilakukan,
dilakukan,
siapa
melakukan
fisiologis dan imobilisasi ekstremitas
keperawatan
yang
nyeri,
Pemberian analgetik sangat penting
mengistirahatkan pasien, kompres,
untuk menurunkan keluhan nyeri
manajemen
teknik
pasien. meskipun begitu, penyebab
teknik
dari munculnya nyeri merupakan hal
sentuhan
yang penting untuk dicari agar bisa
relaksasi
distraksi,
(Muttaqiin,
lingkungan,
nafas
dalam,
manajemen
2011).
Terapi
non
ditentukan
semua
yang
keperawatan adalah mengatur posisi
mengalami
dari
yang
(Dermawan,
terapi
2012).
khusus
penyebab
pelengkap untuk mendapatkan efek
Noor,
pengobatan farmalologi yang lebih
tersebut
baik.
bahwa intervensi kolaborasi dengan
hal
tersebut
2016).
ungkapan partisipan sesuai dengan
pemberian
teori intervensi mandiri perawat.
merupakan
tersebut
untuk
farmakologi dapat digunakan sebagai
Berdasarkan
nyeri
tindakan
Berdasarkan
partisipan
mengurangi
(Zairin
hal
menyatakan
kolaborasi
obat
suatu
terapi
untuk
rasa
nyeri
yang
dirasakan oleh pasien fraktur femur.
9
8.
Imobilisasi fraktur tujuannya
Teknik Manajemen Nyeri
Hasil
penelitian
implementasi
mengenai
merupakan
suatu
adalah meluruskan ekstremitas yang
cedera
posisi
seanatomis
teknik
mungkin dan mencegah gerakan
manajemen nyeri. Teknik manajemen
yang berlebihan pada daerah fraktur.
nyeri dilakukan untuk mengurangi
Hal
rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
melakukan traksi untuk meluruskan
fraktur femur.
ekstremitas
tindakan
partisipan
yaitu
Menurut Brunner & Suddarth
ini
akan
tercapai
dan
dengan
dipertahankan
dengan alat imobilisasi.
Pemakaian bidai yang benar
(2002) dalam buku Lukman (2013),
teknik relaksasi nafas dalam dapat
akan
mengendalikan
dengan
perdarahan, mengurangi nyeri, dan
simpatik
mencegah kerusakan jaringan lunak
nyeri
meminimalkan
aktivitas
membantu
lebih
melibatkan otot dan respirasi dan
mencakup sendi di atas dan di bawah
tidak
fraktur (Zairin Noor, 2016). Menurut
membutuhkan
alat
lain
lanjut.
menghentikan
dalam sistem saraf otonom. Relaksasi
Imobilisasi
teori
saja atau sewaktu-waktu. Prinsip
imobilisasi fraktur untuk meluruskan
yang
mendasari
relaksasi
mengungkapkan
harus
sehingga mudah dilakukan kapan
teknik
bahwa
penurunan
oleh
ekstremitas yang cedera dalam posisi
terletak
pada
seanatomis mungkin dan mencegah
fisiologi sistem saraf otonom yang
gerakan
merupakan bagian dari sistem saraf
fraktur, hal ini sesuai dengan yang
perifer
diungkapkan oleh partisipan.
yang
homeostatis
mempertahankan
lingkungan
internal
yang
berlebihan
pada
10. Pemberian Obat Analgetik
Hasil
individu. Hal ini sesuai dengan yang
9.
dalam
penelitian
mengenai
diungkapkan oleh partisipan.
pemberian obat analgetik merupakan
Imobilisasi Fraktur
kolaborasi dengan dokter pemberian
Hasil
penelitian
mengenai
imobiliasi fraktur merupakan suatu
tindakan
traksi
yaitu
yang
pemasangan
bertujuan
obat. Pemberian analgetik juga perlu
untuk pengurangan nyeri.
Implementasi
skin
untuk
merupakan
mencegah terjadinya gerakan yang
atau
berlebihan pada daerah fraktur.
keperawatan
tindakan
dasar
kolaborasi
keperawatan
kerjasama
atau
dengan
tim
tim
kesehatan lainnya seperti dokter.
10
Contohnya dalam pemberian obat
orang dewasa, perbedaan tersebut
oral, obat injeksi, infus, kateter urine,
terletak pada anatomi, biomekanik,
dan lain-lain. Serta respon klien
dan fisiologi tulang (Zairin Noor,
setelah
merupakan
2016).
menjadi
fraktur
pemberian
tanggung
jawab
dan
perhatian perawat (Haryanto, 2007).
Dalam buku Carpenito (2002),
menyatakan
bahwa
kolaborasi
merupakan
perawat
dalam
implementasi
tindakan
pemberian
obat
Sedangkan
pada
penanganan
lansia
yang
telah
mengalami fraktur, dapat dilakukan
dengan mendeteksi penyakit secara
dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat. Pada teori mengungkapkan
bahwa penanganan fraktur dewasa
karena perawat merupakan mata
dilakukan
rantai
proses
sedangkan penanganan fraktur anak
keperawatan. Hal ini sesuai dengan
dilakukan atau ditangani dengan
teori
bahwa
reduksi tertutup dan pembalutan
atau
dengan gips atau traksi, hal ini sesuai
terakhir
yang
pemberian
dalam
menyatakan
obat
analgetik
tindakan
implementasi kolaborasi merupakan
dengan
yang
pemberian obat-obatan dengan terapi
partisipan.
operatif,
diungkapkan
oleh
12. Data Obyektif dan Data Subyektif
analgetik.
Hasil
11. Penanganan Fraktur
Hasil
evaluasi
penelitian
obyektif
dan
mengenai
evaluasi
penelitian
mengenai
penanganan
fraktur
subyektif merupakan observasi ulang
merupakan penanganan yang harus
kepada pasien dan mengkaji vital
segera ditangani. Dalam penanganan
sign
fraktur terdapat beberapa tindakan
Evaluasi
penanganan
pencapaian yang diharapkan dan
bahwa
penanganan
fraktur
fraktur
berupa
dewasa
dan
apakah
ada
perkembangan.
merupakan
kriteria
merupakan kegiatan penting pada
pasien (Urden, 2000).
penanganan fraktur anak.
Penanganan fraktur pada anak
Tipe evaluasi adalah langkah
merupakan mayoritas fraktur anak
terakhir dalam proses pembuatan
dan remaja akan ditangani dengan
keputusan. Perawat mengumpulkan,
reduksi tertutup dan pembalutan
menyortir
dengan
Ada
untuk menetapkan apakah tujuan
perbedaan yang mendasar antara
sudah tercapai, rencana memerlukan
fraktur pada anak dan fraktur pada
modifikasi atau alternative baru yang
gips
atau
traksi.
dan
menganalisa
data
11
harus
dipertimbangkan
(Hidayat,
umumnya disifatkan sebagi keadaan
yang
2008).
pada
individu
atau
Tipe evaluasi terdapat dua
organisme pada suatu waktu, dengan
jenis yaitu evaluasi subyektif dan
kata lain respon emosional disifatkan
evaluasi
Mengevaluasi
sebagai suatu keadaaan kejiwaan
pencapaian tujuan dari interaksi yang
pada organisme atau individu sebagai
telah dilaksanakan adalah pengertian
akibat adanya peristiwa atau persepsi
dari evaluasi obyektif. Brammer dan
yang dialami oleh organime tertentu
McDonald
(Walgito, 2003).
obyektif.
bahwa
(1996)
menyatakan
meminta
klien
untuk
14. Penanganan Fraktur
Hasil
menyimpulkan tentang apa yang
telah
didiskusikan
merupakan
penelitian
mengenai
bahwa prinsip penanganan pasien
sesuatu yang sangat berguna pada
didasari
tahap
evaluasi
partisipan. Partisipan menjelaskan
subyektif merupakan menanyakan
bahwa kemampuan masing-masing
perasaan klien setelah berinteraksi
partisipan adalah modal utama dalam
dengan perawat (Sears, 2004).
penanganan
ini.
Pengertian
pada
partisipan
13. Respon Emosional
kemampuan
pasien.
yaitu
para
Kemampuan
kecepatan
dan
mengenai
ketepatan dalam melakukan tindakan
bahwa respon emosional yang rasa
pada pasien fraktur femur karena
empati yaitu iba kepada pasien
penanganan pasien fraktur femur
fraktur
dilakukan secara cepat dan tepat
Hasil
penelitian
femur
jika
tidak
cepat
ditolong. Faktor yang mempengaruhi
untuk menyelamatkan pasien.
Prinsip
respon emosional adalah empati,
penanganan
pasien
kasihan, rasa bersalah, rasa tanggung
merupakan memprioritaskan kondisi
jawab, dan kepuasan diri.
yang memerlukan tindakan segera,
Respon emosional seseorang
terkadang
yang muncul dipengaruhi berbagai
dilakukan
faktor
pengkajian. Pada prinsipnya perawat
seperti
psikoeduktif
organ
dan
biologis,
sosiokultural.
gawat
tindakan
yang
bersama
darurat
dapat
dengan
membutuhkan
dari
penanganan cepat dan tepat, kerja
emosional responsive sampai depresi.
yang terus-menerus, jumlah pasien
Perasaan
yang relatif banyak dan mobilitas
Respon
emosi
yang
bergerak
muncul
pada
partisipan. respon emosional pada
12
ada
tinggi.
Kecepatan
dan
kualitas
penolong merupakan prinsip utama
rutin
dalam melakukan tindakan (Krisanty,
tanggap atau respon time sangat
2009).
tergantung kepada kecepatan yang
Salah
satu
sehari-hari
atau
sewaktu
indikator
bersedia serta kualitas pemberian
keberhasilan penanggulangan medik
pertolongan untuk menyelamatkan
penderita
adalah
nyawa atau mencegah cacat sejak
kecepatan memberikan pertolongan
ditempat kejadian, dalam perjalanan
yang memadai kepada penderita
hingga
gawat darurat baik pada keadaan
(Wilde, 2009).
gawat
darurat
pertolongan
rumah
sakit
4. Mengidentifikasi bagaimana perawat
KESIMPULAN
melakukan implementasi pada pasien
1. Mengidentifikasi bagaimana perawat
fraktur
femur.Berdasarkan
analisa
melakukan pengkajian pada pasien
yang telah dilakukan dalam penelitian
fraktur
analisa
didapatkan 4 yaitu teknik manajemen
yang telah dilakukan dalam penelitian
nyeri, imobilisasi fraktur, pemberian
didapatkan 3 tema yaitu triage,
obat
primary
fraktur.
femur.Berdasarkan
survey,
dan
secondary
analgetik,
dan
penanganan
5. Mengidentifikasi bagaimana perawat
survey.
2. Mengidentifikasi bagaimana perawat
melakukan
evaluasi
pada
pasien
merumuskan diagnosa keperawatan
fraktur femur. Berdasarkan analisa
pada
fraktur
yang telah dilakukan dalam penelitian
femur.Berdasarkan analisa yang telah
didapatkan 2 yaitu evaluasi obyektif
dilakukan
dan evaluasi subyektif.
pasien
dalam
didapatkan
3
tema
penelitian
yaitu
data
6. Mengidentifikasi
harapan
perawat
subyektif, data obyektif, dan diagnose
dalam melakukan asuhan keperawatan
prioritas.
pada
3. Mengidentifikasi bagaimana perawat
pasien
fraktur
femur.Berdasarkan analisa yang telah
melakukan intervensi pada pasien
dilakukan
fraktur
didapatkan 2 yaitu respon emosional,
femur.Berdasarkan
analisa
yang telah dilakukan dalam penelitian
dalam
penelitian
dan prinsip penanganan pasien.
didapatkan 2 tema yaitu intervensi
mandiri
perawat,
dan
intervensi
kolaborasi.
13
menambah
SARAN
pengalaman
1. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan acuan bagi perawat
dalam
pengkajian
komprehensif
askep
dalam
menangani
menentukan langkah-langkah dalam
meningkatkan ketrampilan perawat
fraktur
femur
dan
diharapkan pelayanan kepada pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
literatur
ilmu
di
bidang
kegawatdaruratan khususnya ortopedi
dan dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran
atau
praktik
gawat
Departemen
Bagi peneliti lain diharapkan dapat
menambah
pengetahuan
penanganan
fraktur
tentang
femur
dan
menjadikan hasil penelitian ini untuk
referensi atau acuan peneliti lainnya
dengan metode yang berbeda yang
dengan
penanganan
Dapat menambah pengalaman secara
Jakarta.
Direktorat
Jenderal
Pelayanan Medik Rumah Sakit
Khusus dan Swasta.
Kesehatan,
2007.
Indonesia
Profil
(Online).
Hhtp://www.depkes.go.id/downloa
ds/publikasi/profil%20kesehatan%2
0indoneis%202007.pdf.diaskes
tanggal 28 Januari 2010.
Dermawan.
2012.
Keperawatan
Perencanaan Konsep dan Kerangka
Yogjakarta.
Gosyem
Gilbon, N. 2005. Australasian triage
scale.
Australia.
Emergency
Department.
Haryanto.
2007.
Konsep
Keperawatan
dan
Dasar
Pemetaan
Konsep. Jakarta. Salemba Medika.
Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Saku
di
Bidang
Bedah
peneliti
dalam
penelitian
serta
Hidayat. 2008. Psikologi dalam ilmu
keperawatan. Surabaya.
Holder. 2002. Patient assessment routine
medical
14
2004.
Ortopedi. Salemba Medika. Jakarta.
4. Bagi peneliti
melaksanakan
RI.
Pedoman pelayanan gawat darurat.
Kedaruratan
fraktur femur.
bagi
Kesehatan
Publishing.
3. Bagi peneliti lain
langsung
DAFTAR PUSTAKA
Kerja.
darurat.
berhubungan
dalam
femur.
Kesehatan
2. Bagi institusi pendidikan
keperawatan
perawat
menangani pasien dengan fraktur
Departemen
gawat darurat meningkat.
memperkaya
tentang
yang
pasien dengan fraktur femur. Dan
menangani
pengetahuan
care
primary
dan
secondary
survey.
San
Mateo
Country EMS Agency.
Kristanty.
Sejahtera
dkk.
2009.
Asuhan
Keperawatan
Gawat
Darurat.
Jakarta. Trans Info Medika.
Musliha.
2010.
Keperawatan
Arif.
(E.
Novietari,
Terj).
Jakarta. EGC.
Sugiyono.
2015.
Metode
Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitaf,
Gawat
Darurat. Nuha Medika. Yogyakarta.
Muttaqin
Stole, K.M. 2004. Diagnosa Keperawatan
2011.
Asuhan
Keperawatan
Gangguan
Sistem
Integumen.
Jakarta.
Salemba
Medika.
Kualitatif, dan R&D). Alfabeta.
Bandung.
Sutopo HB. (2006). Metodelogi penelitian
kualitatif.
Universitas
Sebelas
Maret. Surakarta.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Keperawatan
Pedoman
Jakarta. C.V. Andi offset.
Ilmu
Wilde, E. T. 2009. Do Emergency
Skripsi,
Medical System Response Time
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Matter for Health Outcomes? New
Keperawatan.
York. Colombia University.
Jakarta.
Salemba
Medika.
Yuanita
Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Syaiful,
Rahcmawan,
Sigit
2014.
Hendro
Efektifitas
Proses-Proses Penyakit. Volume 1.
Relaksasi
Edisi 6. Jakarta. EGC.
Distraksi Baca Menurunkan Nyeri
Tanto, Chris et al. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran,
Ed.
4,
Media
Aesculapius, Jakarta.
Saryono
&
Anggraeni,
Pasca
Nafas
Operasi
Dalam
Pasien
dan
Fraktur
Femur. Journals of Community.
Vol: 5, No.2.
MD.
2013.
Zairin Noor. 2016. Buku Ajar Gangguan
Metodologi Penelitian Kualitatif
Muskuloskeletal. Salemba Medika.
Dalam Bidang Kesehatan. Nuha
Jakarta.
Medika, Yogyakarta.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G.
2002.
Brunner
textbook
of
&
Suddarth’s
medical
surgical
th
nursing 8 ed. (Agung Waluyo et.
al.,
penerjemah).
Phliladelphia.
Lippincott.
15
Download