PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Pengalaman Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta 1) Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami 1)Mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada 2), 3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Abstrak Penanganan fraktur femur tidak ditangani secara cepat, maka akan menyebabkan kehilangan darah hingga satu liter, sehingga bila terjadi fraktur femur bilateral dapat mengancam nyawa karena adanya gangguan sirkulasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengalaman perawat dalam menangani pasien dengan fraktur femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan sampel 3 perawat IGD RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik indepth interview dengan menggunakan tujuh analisa model Colaizzi yang menghasilkan 16 tema yaitu (1) triage, (2) primary survey, (3) secondary survey, (4) data subyektif, (5) data obyetif, (6) diagnosa prioritas, (7) intervensi mandiri perawat, (8) intervensi kolaborasi, (9) teknik manajemen nyeri, (10) imobilisasi fraktur, (11) pemberian obat analgetik, (12) penanganan fraktur, (13) evaluasi obyektif, (14) evaluasi subyektif, (15) respon emosional, dan (16) prinsip penanganan pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh partisipan telah melakukan tindakan dalam menangani pasien dengan fraktur femur dengan tepat. Berdasarkan hal tersebut diharapkan tenaga medis melakukan pengkajian asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien dengan fraktur femur dan diharapkan pelayanan kepada pasien gawat darurat meningkat. Kata Kunci: Penanganan, Perawat, Fraktur Femur. Daftar Pustaka : 42 (2002-2016) 1 STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Nurse Experience in Handling Patients with Fractures Femur at the Emergency Installation of Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso of Surakarta 1) Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami 1) Student in Nursing Study STIKES Kusuma Husada Surakarta 2), 3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta Abstract Treatment of femoral fracture is not treated quickly, it will cause a loss of up to one liter of blood, so that in case of bilateral femur fractures can be life threatening because of their impaired circulation. This research was conducted with the aim to know the experiences of nurses in treating patients with femur fractures at the Emergency Installation Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. This research used the qualitative method with the interpretative phenomenological analysis (IPA). The samples of research were 3 nurses employed at the Emergency Installation of Orthopaedic Hospital and were taken by using the purposive sampling. The data research were collected through in-depth interview and analyzed by using the Collaizi’s method which produced 15 themes namely: (1) triage, (2) primary survey, (3) secondary survey, (4) subjektive data, (5) objective data, (6) diagnosis priority, (7) intervention of selft-nurses, (8) collaboration intervension, (9) techniques of pain management, (10) immobilization of fractures, (11) administration of analgesic drugs, (12) treatment of fractures, (13) objective evaluation, (14) subjective evaluation, (15) emotional response, and (16) patient handling principles. The results of all the participants did their role in handing the femur fractures patien appropriately. Therefore, the nurse are expected to do a comprehensive nursing care assessment especially to the femur fractures and services to the emergency patients are increased. Keywords: Handling, Nurse, Femur Fracture. References: 42 (2002-2016) 2 masyarakat, serta sebagai peneliti dan PENDAHULUAN Fraktur femur merupakan hilangnya pengembang ilmu keperawatan (Asmadi, kontiunitas tulang paha tanpa atau disertai 2005. Pelayanan gawat darurat merupakan adanya kerusakan jaringan lunak (otot, pelayanan professional yang didasarkan kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah). pada ilmu dan metodologi yang berbentuk Fraktur femur disebut terbuka apabila bio-psiko-sosiospritual terdapat hubungan langsung antara tulang komprehensif ditujukan kepada klien atau dengan udara luar. Kondisi ini secara pasien yang mempunyai masalah aktual umum disebabkan oleh trauma langsung dan potensial, mengancam kehidupan, pada paha (Helmi, 2012). terjadi secara mendadak yang atau tidak World diperkirakan (Maryuani, 2009). Ketepatan Health Organization (WHO) mencatat dan kecepatan pertolongan yang diberikan pada tahun 2011-2012 terdapat lebih dari oleh perawat pada pasien yang datang ke 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 IGD memerlukan kompetensi sehingga juta akibat menjamin suatu penanganan di Instalasi kecelakaan lalu lintas. Menurut Depkes RI Gawat Darurat dengan penanganan yang 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di tepat oleh perawat (Kristanty, 2002). Badan kesehatan orang menderita dunia fraktur Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah Menurut Kneale (2011) penanganan akibat kecelakaan memiliki prevalensi fraktur dengan tepat merupakan hal yang yang paling tinggi di antara lainnya yaitu penting sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan komplikasi dari fraktur itu sendiri. Di kasus fraktur ekstremitas bawah akibat antara komplikasi yang mungkin timbul kecelakaan, 19.629 orang mengalami antara lain syok, sindrom emboli lemak, fraktur pada tulang femur, 14.027 orang dan sindrom kompartemen. Salah satu mengalami fraktur cruris, 3.775 orang komplikasi yang sering terjadi yaitu mengalami orang resiko sindrom kompartemen, dimana mengalami fraktur pada tulang-tulang kondisi yang mengancam anggota tubuh kecil di kaki dan 336 orang mengalami dan jiwa yang dapat diamati ketika fraktur fibula. tekanan perfusi dibawah jaringan yang fraktur tibia, 970 Peran perawat adalah peran sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider), pengelola (manager), pendidik (educator) bagi individu, keluarga dan untuk mencegah terjadinya tertutup mengalami penurunan. Jika tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan dan gangguan fungsi permanen dan jika semakin berat dapat terjadi kematian. 3 Hasil wawancara yang dilakukan penelitian tentang Pengalaman Perawat pada saat studi pendahuluan pada tanggal Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur 25 Juli 2016 dengan Kepala Ruang Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Sakit Ortopedi Prof. DR. R. soeharso Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta Surakarta. bahwa dalam menangani pasien dengan fraktur femur yang dilakukan adalah Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini pasien datang dengan keluhan karena nyeri pada paha dan tindakan yang dilakukan pertama kali dilakukan adalah dilihat ada mengetahui pengalaman perawat dalam tidaknya cedera lain yang menyertai menangani pasien dengan fraktur femur di setelah itu dilakukan pemasangan spalk. Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Salah satu perawat di ruang Instalasi Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi dengan pelaksanaan. pemasangan skin traksi dinilai sangat adalah untuk: efektif 1. saat menangani pasien tujuan untuk Tujuan Khusus dari penelitian ini Prof. DR. R. Soeharso mengatakan, pada dengan Mengidentifikasi bagaimana perawat dengan fraktur femur dan mengajarkan melakukan pengkajian pada pasien pasien untuk melakukan teknik relaksasi fraktur femur. dimana pasien mengeluhkan nyeri pada 2. Mengidentifikasi bagaimana perawat daerah yang sakit dan penatalaksanaan merumuskan diagnosa keperawatan lebih lanjut ditangani oleh dokter. Dalam pada pasien fraktur femur. menangani pasien fraktur femur perawat 3. Mengidentifikasi bagaimana perawat juga mengalami kendala khususnya pada melakukan intervensi pada pasien anak-anak karena pada saat melakukan fraktur femur. tindakan pasien menangis dan merasa 4. Mengidentifikasi bagaimana perawat takut. Perawat di ruang Instalasi Gawat melakukan implementasi pada pasien Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. fraktur femur. R. Soeharso mengatakan dalam 5. Mengidentifikasi bagaimana perawat menangani pasien dengan fraktur femur melakukan harus fraktur femur. cepat dikarenakan jika tidak ditangani dengan segera akan mengancam nyawa. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan 4 6. evaluasi pada pasien Mengidentifikasi harapan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien fraktur darurat sehingga pasien yang datang femur. mendapatkan penanganan dengan cepat dan teapat sesuai dengan METODOLOGI PENELITIAN menggunakan sumber daya yang Penelitian ini dilakukan pada bulan tersedia. Triage pada dasarnya memiliki Januari sampai dengan Februari 2017. Penelitian ini kualitatif merupakan dengan penelitian pendekatan 4 kategori warna dan Patient Acuity Category Scale (PACS) yaitu interpretative phenomenological analysis kategori merah untuk P1 (gawat (IPA). Teknik pengumpulan data yang darurat) dengan respon time 0-5 digunakan pada penelitian ini adalah menit, kategori kuning atau P2 wawancara mendalam (indepth interview). (gawat tidak darurat/ darurat tidak Analisis gawat) dengan respon time 5-15 data yang digunakan ialah menit, kategori hijau atau P3 (tidak analisis Collazi. gawat dan tidak darurat) dengan HASIL PENELITIAN DAN respon time 30-45 menit, kategori PEMBAHASAN hitam atau P0 (meninggal sebelum Penelitian ini menghasilkan 16 tema sampai di IGD/ DOA Death of yaitu: Arrival) respon time 30-60 menit 1. (Depkes, 2004). Triage Hasil penelitian Berdasarkan hal tersebut triage mengenai triage merupakan pemilahan pasien yang dilakukan untuk menentukan kegawatan dan memilah prioritas pasien. Pada penelitian ini prioritas. Dalam hal ini triage yang didapatkan triage berupa Prioritas 1, digunakan di IGD Rumah Sakit Prioritas 2. Prioritas 3, dan Prioritas Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso 4. Surakarta yaitu PACS (Patient Acuity pasien partisipan sesuai yaitu dengan Triage adalah suatu sistem Category Scale) dengan kategori seleksi dan pemilihan pasien untuk merah untuk P1 (gawat darurat), menentukan tingkat kegawatan dan kategori kuning atau P2 (gawat tidak prioritas penanganan pasien (Depkes darurat/ RI, 2005). Sistem triage merupakan kategori hijau atau P3 (tdak gawat salah dan tidak darurat), dan kategori hitam satu penerapan sistem manajemen risiko di unit gawat atau P0 darurat tidak (meninggal) gawat), Sedangkan 5 2. menurut teori triage merupakan suatu cegah hipotermi. Sedangkan menurut sistem seleksi dan pemilihan pasien teori terdapat 5 pengkajian pada untuk menentukan tingkat kegawatan tahap dan prioritas penanganan pasien. Hal airway, ini sesuai dengan yang diungkapkan disability, dan exposure. Berarti pada oleh partisipan. tahap ini partisipan sudah melakukan Primary survey tindakan Hasil penelitian partisipan merupakan airway, breathing, pengkajian breathing, secara meliputi circulation, menyeluruh, syok hipovelemik, embolik lemak. 3. Secondary survey Hasil penelitian mengenai circulation, disability, dan exposure. secondary Primary survey adalah kegiatan yang pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan komprehensif penunjang kumpulan dan data menghasilkan mengenai status survey merupakan dilakukan saat kita melakukan pengkajian pada pasien kesehatan klien, kemampuan klien fraktur untuk cedera yang diderita oleh pasien. mengelola kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri, femur penanganan atau dilakukan profesi kesehatan lainnya untuk mengetahui Secondary survey merupakan serta hasil konsultasi medis (terapis) lanjutan setelah primary survey. secara lengkap (Taylor Lillis dan Le Mone, 1996 Pemeriksaan dalam Nursalam, 2008). dilakukan secara head to toe, dari Tahapan pengkajian primer depan hingga belakang. Secondary meliputi: Airway yaitu mengecek survey jalan nafas dengan tujuan menjaga kondisi pasien mulai stabil, dalam jalan nafas disertai kontrol servikal, artian tidak mengalami syok atau Breathing yaitumengecek pernafasan tanda-tanda syok mulai membaik dengan mengelola pernafasan agar (Nursalam, 2011). hanya dilakukan setelah oksigenasi adekuat, Circulation yaitu Pemeriksaan secondary survey mengecek sistem sirkulasi disertai dibagi dalam beberapa tahap yaitu F: kontrol perdarahan, Disability yaitu Full set of vital sign. Perawat mengecek neurologis, melakukan pemeriksaan vital sign, environmental lima intervensi (monitori jantung, Exposure, status controlyaitu buka baju penderita tapi 6 survey, sehingga dapat mencegah terjadinya mengenai primary survey yang dilakukan oleh beberapa primary pemasangan NGT, pemasangan kateter urine, laboratorium pengkajian fisik, observasi, review monitoring rekam medik atau keperawatan, dan darah, saturasi oksigen), mensupport system hasil dari keluarga, G: Give comfort dengan teman sejawat, sehingga data measure, pada tahap ini dilakukan yang diperoleh digunakan untuk tindakan non dasar perumusan diagnosa pasien. pengurangan Dengan adanya data obyektif dan nyeri dan kecemasan pasien, H: subyektif untuk perumusan diagnosa History and head to toe, disini perawat akan lebih jelas menentukan tindakan tindakan (Nursalam, 2011). farmakologi farmakologi History 4. pemeriksaan untuk yang dan dilakukan menggunakan adalah diagnostik Perumusan prinsip kolaborasi diagnosa yang utama), A: Allergies (adakah alergi respons klien. Di dalam bukunya terhadap makanan atau obat-obatan), stolte hanya menampilkan diagnosa M: yang keperawatan dengan respon klien sedang dikonsumsi), P: Past medical karena kondisi spesifik klien yang history (riwayat penyakit), L: Last timbul dari kondisi klien yangnyata oral intake (masukan oral terakhir, tidak diidentifikasi. Apabila perawat apakah benda padat atau cair), E: dapat menidentifikasi kondisi khusus Event (riwayat masuk rumah sakit) yang mempengaruhi respons klien, (Price, 2005). maka dapat dituliskan diagnosa dua Data Obyektif dan Data Subyektif bagian terdiri dari data obyektif dan (obat-obat Hasil penelitian mengenai data obyektif dan data subyektif data terdiri subyektif. obyektif berisi atas yaitu SAMPLE yaitu S: Subyektif (keluhan Medication hanya serta bagian Di dalam data data dari hasil merupakan dari anamnesa dan hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pemeriksaan yang dirumuskan pada klien sedangkan data subyektif berisi permasalahan-permasalahan data yang klien melalui anamnesis yang merupakan timbul pada pasien. Pada penelitian (wawancara) ini didapatkan dari data obyektif dan ungkapan langsung sedangkan (Stole, data subyektif. 2004). Hasil penelitian ini sama Data subyektif pengkajian wawancara obyektif dan merupakan yang dilakukan kepada data dengan teori yang menyatakan bahwa hasil data obyektif dan data subyektif saat pasien, merupakan dasar perumusan diagnosa dengan wawancara kepada 7 pasien, pengkajian klinik yang ditemukan. Sedangkan didapatkan acuan merupakan keputusan klinis tentang dasar individu, keluarga atau komunitas dijadikan untuk menjadi diagnosa resiko merumuskan diagnosa. yang sangat rentan untuk mengalami Diagnosa Prioritas masalah dibandingkan individu atau menjelaskan masalah bahwa mengdiagnosa pasien dengan nyata terjadi fraktur femur memiliki berbagai hal dilakukan salah satunya adalah nyeri yang 2002). Hasil penelitian mengenai akan kesehatan jika intervensi tidak (Carpenito, ditandai dengan adanya pergeseran Diagnosa keperawatan yang fragmen tulang. Dan salah satu muncul pada pasien fraktur femur partisipan juga menyatakan bahwa antara lain kerusakan mobilitas fisik kerusakan resiko berhubungan dengan cedera jaringan ini sekitar fraktur, kerusakan rangka didapatkan tema diagnosa aktual neuromuskuler, nyeri berhubungan yang memiliki 1 kategori yaitu dengan diagnosa diagnosa fragmen tulang, kerusakan integritas kerusakan mobilitas dimasukkan ke jaringan berhubungan dengan fraktur dalam diagnosa aktual. terbuka, bedah perbaikan, resiko mobilitas infeksi. Pada dan penelitian aktual. Pada spasme otot, pergeseran merupakan tinggi infeksi berhubungan dengan pernyataan yang menguraikan respon tempat masuknya mikroorganisme aktual sekunder terhadap pembedahan, alat Jenis dan diagnosa potensial terhadap masalah kesehatan yang perawat fiksasi mempunyai izin dan berkompeten Pernyataan partisipan tersebut belum untuk (Carpenito, sesuai dengan teori yang menyatakan 2002). Jenis diagnosa disini dibagi bahwa diagnosis yang utama pada menjadi dua yaitu diagnosa aktual pasien dan diagnosa resiko. Diagnosa aktual kerusakan adalah berhubungan dengan cedera jaringan mengatasinya diagnosa divalidasikan karakteristik diidentifikasi yang telah melalui batasan mayor yang atau menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan 8 data sampai riwayat pasien sehingga data yang partisipan 5. fisik infasif (Musliha, fraktur femur mobilitas 2010). adalah fisik sekitar fraktur. 6. Intervensi Mandiri Perawat Hasil penelitian mengenai bahwa intervensi perawat merupakan keadaan dimana partisipan 7. Intervensi Kolaborasi Hasil menentukan rencana tindakan secara penelitian mengenai mandiri. Para partisipan menyatakan intervensi bahwa kaji skala nyeri, pantau tanda- dimana tanda vital, atur posisi pasien, serta kolaborasi obat. Hal ini dilakukan ajarkan untuk teknik relaksasi adalah kolaborasi merupakan partisipan melakukan mengurangi nyeri yang sebagai intervensi mandiri perawat dirasakan oleh pasien fraktur femur. yang Selain itu kolaborasi pemberian obat dapat dimasukkan dalam intervensi keperawatan khususnya turut pada passion fraktur femur. kolaborasi, beberapa obat diberikan Tindakan meliputi manajemen farmakologi farmakologi. nyeri dan non Manajemen dilakukan diantaranya pada yaitu intervensi analgetik dan antiinflamasi nonsteroid (AINS). Intervensi nyeri kolaborasi adalah salah satu bagian dari displin merupakan suatu proses didalam ilmu medis yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang merupakan upaya-upaya menghilangkan nyeri awal atau pain relief (Pratintya, 2014). dilakukan, Beberapa kapan manajemen nyeri tentang suatu apa bagaimana dilakukan, dilakukan, siapa melakukan fisiologis dan imobilisasi ekstremitas keperawatan yang nyeri, Pemberian analgetik sangat penting mengistirahatkan pasien, kompres, untuk menurunkan keluhan nyeri manajemen teknik pasien. meskipun begitu, penyebab teknik dari munculnya nyeri merupakan hal sentuhan yang penting untuk dicari agar bisa relaksasi distraksi, (Muttaqiin, lingkungan, nafas dalam, manajemen 2011). Terapi non ditentukan semua yang keperawatan adalah mengatur posisi mengalami dari yang (Dermawan, terapi 2012). khusus penyebab pelengkap untuk mendapatkan efek Noor, pengobatan farmalologi yang lebih tersebut baik. bahwa intervensi kolaborasi dengan hal tersebut 2016). ungkapan partisipan sesuai dengan pemberian teori intervensi mandiri perawat. merupakan tersebut untuk farmakologi dapat digunakan sebagai Berdasarkan nyeri tindakan Berdasarkan partisipan mengurangi (Zairin hal menyatakan kolaborasi obat suatu terapi untuk rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur femur. 9 8. Imobilisasi fraktur tujuannya Teknik Manajemen Nyeri Hasil penelitian implementasi mengenai merupakan suatu adalah meluruskan ekstremitas yang cedera posisi seanatomis teknik mungkin dan mencegah gerakan manajemen nyeri. Teknik manajemen yang berlebihan pada daerah fraktur. nyeri dilakukan untuk mengurangi Hal rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien melakukan traksi untuk meluruskan fraktur femur. ekstremitas tindakan partisipan yaitu Menurut Brunner & Suddarth ini akan tercapai dan dengan dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang benar (2002) dalam buku Lukman (2013), teknik relaksasi nafas dalam dapat akan mengendalikan dengan perdarahan, mengurangi nyeri, dan simpatik mencegah kerusakan jaringan lunak nyeri meminimalkan aktivitas membantu lebih melibatkan otot dan respirasi dan mencakup sendi di atas dan di bawah tidak fraktur (Zairin Noor, 2016). Menurut membutuhkan alat lain lanjut. menghentikan dalam sistem saraf otonom. Relaksasi Imobilisasi teori saja atau sewaktu-waktu. Prinsip imobilisasi fraktur untuk meluruskan yang mendasari relaksasi mengungkapkan harus sehingga mudah dilakukan kapan teknik bahwa penurunan oleh ekstremitas yang cedera dalam posisi terletak pada seanatomis mungkin dan mencegah fisiologi sistem saraf otonom yang gerakan merupakan bagian dari sistem saraf fraktur, hal ini sesuai dengan yang perifer diungkapkan oleh partisipan. yang homeostatis mempertahankan lingkungan internal yang berlebihan pada 10. Pemberian Obat Analgetik Hasil individu. Hal ini sesuai dengan yang 9. dalam penelitian mengenai diungkapkan oleh partisipan. pemberian obat analgetik merupakan Imobilisasi Fraktur kolaborasi dengan dokter pemberian Hasil penelitian mengenai imobiliasi fraktur merupakan suatu tindakan traksi yaitu yang pemasangan bertujuan obat. Pemberian analgetik juga perlu untuk pengurangan nyeri. Implementasi skin untuk merupakan mencegah terjadinya gerakan yang atau berlebihan pada daerah fraktur. keperawatan tindakan dasar kolaborasi keperawatan kerjasama atau dengan tim tim kesehatan lainnya seperti dokter. 10 Contohnya dalam pemberian obat orang dewasa, perbedaan tersebut oral, obat injeksi, infus, kateter urine, terletak pada anatomi, biomekanik, dan lain-lain. Serta respon klien dan fisiologi tulang (Zairin Noor, setelah merupakan 2016). menjadi fraktur pemberian tanggung jawab dan perhatian perawat (Haryanto, 2007). Dalam buku Carpenito (2002), menyatakan bahwa kolaborasi merupakan perawat dalam implementasi tindakan pemberian obat Sedangkan pada penanganan lansia yang telah mengalami fraktur, dapat dilakukan dengan mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Pada teori mengungkapkan bahwa penanganan fraktur dewasa karena perawat merupakan mata dilakukan rantai proses sedangkan penanganan fraktur anak keperawatan. Hal ini sesuai dengan dilakukan atau ditangani dengan teori bahwa reduksi tertutup dan pembalutan atau dengan gips atau traksi, hal ini sesuai terakhir yang pemberian dalam menyatakan obat analgetik tindakan implementasi kolaborasi merupakan dengan yang pemberian obat-obatan dengan terapi partisipan. operatif, diungkapkan oleh 12. Data Obyektif dan Data Subyektif analgetik. Hasil 11. Penanganan Fraktur Hasil evaluasi penelitian obyektif dan mengenai evaluasi penelitian mengenai penanganan fraktur subyektif merupakan observasi ulang merupakan penanganan yang harus kepada pasien dan mengkaji vital segera ditangani. Dalam penanganan sign fraktur terdapat beberapa tindakan Evaluasi penanganan pencapaian yang diharapkan dan bahwa penanganan fraktur fraktur berupa dewasa dan apakah ada perkembangan. merupakan kriteria merupakan kegiatan penting pada pasien (Urden, 2000). penanganan fraktur anak. Penanganan fraktur pada anak Tipe evaluasi adalah langkah merupakan mayoritas fraktur anak terakhir dalam proses pembuatan dan remaja akan ditangani dengan keputusan. Perawat mengumpulkan, reduksi tertutup dan pembalutan menyortir dengan Ada untuk menetapkan apakah tujuan perbedaan yang mendasar antara sudah tercapai, rencana memerlukan fraktur pada anak dan fraktur pada modifikasi atau alternative baru yang gips atau traksi. dan menganalisa data 11 harus dipertimbangkan (Hidayat, umumnya disifatkan sebagi keadaan yang 2008). pada individu atau Tipe evaluasi terdapat dua organisme pada suatu waktu, dengan jenis yaitu evaluasi subyektif dan kata lain respon emosional disifatkan evaluasi Mengevaluasi sebagai suatu keadaaan kejiwaan pencapaian tujuan dari interaksi yang pada organisme atau individu sebagai telah dilaksanakan adalah pengertian akibat adanya peristiwa atau persepsi dari evaluasi obyektif. Brammer dan yang dialami oleh organime tertentu McDonald (Walgito, 2003). obyektif. bahwa (1996) menyatakan meminta klien untuk 14. Penanganan Fraktur Hasil menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan penelitian mengenai bahwa prinsip penanganan pasien sesuatu yang sangat berguna pada didasari tahap evaluasi partisipan. Partisipan menjelaskan subyektif merupakan menanyakan bahwa kemampuan masing-masing perasaan klien setelah berinteraksi partisipan adalah modal utama dalam dengan perawat (Sears, 2004). penanganan ini. Pengertian pada partisipan 13. Respon Emosional kemampuan pasien. yaitu para Kemampuan kecepatan dan mengenai ketepatan dalam melakukan tindakan bahwa respon emosional yang rasa pada pasien fraktur femur karena empati yaitu iba kepada pasien penanganan pasien fraktur femur fraktur dilakukan secara cepat dan tepat Hasil penelitian femur jika tidak cepat ditolong. Faktor yang mempengaruhi untuk menyelamatkan pasien. Prinsip respon emosional adalah empati, penanganan pasien kasihan, rasa bersalah, rasa tanggung merupakan memprioritaskan kondisi jawab, dan kepuasan diri. yang memerlukan tindakan segera, Respon emosional seseorang terkadang yang muncul dipengaruhi berbagai dilakukan faktor pengkajian. Pada prinsipnya perawat seperti psikoeduktif organ dan biologis, sosiokultural. gawat tindakan yang bersama darurat dapat dengan membutuhkan dari penanganan cepat dan tepat, kerja emosional responsive sampai depresi. yang terus-menerus, jumlah pasien Perasaan yang relatif banyak dan mobilitas Respon emosi yang bergerak muncul pada partisipan. respon emosional pada 12 ada tinggi. Kecepatan dan kualitas penolong merupakan prinsip utama rutin dalam melakukan tindakan (Krisanty, tanggap atau respon time sangat 2009). tergantung kepada kecepatan yang Salah satu sehari-hari atau sewaktu indikator bersedia serta kualitas pemberian keberhasilan penanggulangan medik pertolongan untuk menyelamatkan penderita adalah nyawa atau mencegah cacat sejak kecepatan memberikan pertolongan ditempat kejadian, dalam perjalanan yang memadai kepada penderita hingga gawat darurat baik pada keadaan (Wilde, 2009). gawat darurat pertolongan rumah sakit 4. Mengidentifikasi bagaimana perawat KESIMPULAN melakukan implementasi pada pasien 1. Mengidentifikasi bagaimana perawat fraktur femur.Berdasarkan analisa melakukan pengkajian pada pasien yang telah dilakukan dalam penelitian fraktur analisa didapatkan 4 yaitu teknik manajemen yang telah dilakukan dalam penelitian nyeri, imobilisasi fraktur, pemberian didapatkan 3 tema yaitu triage, obat primary fraktur. femur.Berdasarkan survey, dan secondary analgetik, dan penanganan 5. Mengidentifikasi bagaimana perawat survey. 2. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan evaluasi pada pasien merumuskan diagnosa keperawatan fraktur femur. Berdasarkan analisa pada fraktur yang telah dilakukan dalam penelitian femur.Berdasarkan analisa yang telah didapatkan 2 yaitu evaluasi obyektif dilakukan dan evaluasi subyektif. pasien dalam didapatkan 3 tema penelitian yaitu data 6. Mengidentifikasi harapan perawat subyektif, data obyektif, dan diagnose dalam melakukan asuhan keperawatan prioritas. pada 3. Mengidentifikasi bagaimana perawat pasien fraktur femur.Berdasarkan analisa yang telah melakukan intervensi pada pasien dilakukan fraktur didapatkan 2 yaitu respon emosional, femur.Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian dalam penelitian dan prinsip penanganan pasien. didapatkan 2 tema yaitu intervensi mandiri perawat, dan intervensi kolaborasi. 13 menambah SARAN pengalaman 1. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi perawat dalam pengkajian komprehensif askep dalam menangani menentukan langkah-langkah dalam meningkatkan ketrampilan perawat fraktur femur dan diharapkan pelayanan kepada pasien Hasil penelitian ini diharapkan dapat literatur ilmu di bidang kegawatdaruratan khususnya ortopedi dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran atau praktik gawat Departemen Bagi peneliti lain diharapkan dapat menambah pengetahuan penanganan fraktur tentang femur dan menjadikan hasil penelitian ini untuk referensi atau acuan peneliti lainnya dengan metode yang berbeda yang dengan penanganan Dapat menambah pengalaman secara Jakarta. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit Khusus dan Swasta. Kesehatan, 2007. Indonesia Profil (Online). Hhtp://www.depkes.go.id/downloa ds/publikasi/profil%20kesehatan%2 0indoneis%202007.pdf.diaskes tanggal 28 Januari 2010. Dermawan. 2012. Keperawatan Perencanaan Konsep dan Kerangka Yogjakarta. Gosyem Gilbon, N. 2005. Australasian triage scale. Australia. Emergency Department. Haryanto. 2007. Konsep Keperawatan dan Dasar Pemetaan Konsep. Jakarta. Salemba Medika. Helmi, Zairin Noor. 2012. Buku Saku di Bidang Bedah peneliti dalam penelitian serta Hidayat. 2008. Psikologi dalam ilmu keperawatan. Surabaya. Holder. 2002. Patient assessment routine medical 14 2004. Ortopedi. Salemba Medika. Jakarta. 4. Bagi peneliti melaksanakan RI. Pedoman pelayanan gawat darurat. Kedaruratan fraktur femur. bagi Kesehatan Publishing. 3. Bagi peneliti lain langsung DAFTAR PUSTAKA Kerja. darurat. berhubungan dalam femur. Kesehatan 2. Bagi institusi pendidikan keperawatan perawat menangani pasien dengan fraktur Departemen gawat darurat meningkat. memperkaya tentang yang pasien dengan fraktur femur. Dan menangani pengetahuan care primary dan secondary survey. San Mateo Country EMS Agency. Kristanty. Sejahtera dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta. Trans Info Medika. Musliha. 2010. Keperawatan Arif. (E. Novietari, Terj). Jakarta. EGC. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaf, Gawat Darurat. Nuha Medika. Yogyakarta. Muttaqin Stole, K.M. 2004. Diagnosa Keperawatan 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba Medika. Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung. Sutopo HB. (2006). Metodelogi penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan Pedoman Jakarta. C.V. Andi offset. Ilmu Wilde, E. T. 2009. Do Emergency Skripsi, Medical System Response Time Tesis, dan Instrumen Penelitian Matter for Health Outcomes? New Keperawatan. York. Colombia University. Jakarta. Salemba Medika. Yuanita Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Syaiful, Rahcmawan, Sigit 2014. Hendro Efektifitas Proses-Proses Penyakit. Volume 1. Relaksasi Edisi 6. Jakarta. EGC. Distraksi Baca Menurunkan Nyeri Tanto, Chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 4, Media Aesculapius, Jakarta. Saryono & Anggraeni, Pasca Nafas Operasi Dalam Pasien dan Fraktur Femur. Journals of Community. Vol: 5, No.2. MD. 2013. Zairin Noor. 2016. Buku Ajar Gangguan Metodologi Penelitian Kualitatif Muskuloskeletal. Salemba Medika. Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Jakarta. Medika, Yogyakarta. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Brunner textbook of & Suddarth’s medical surgical th nursing 8 ed. (Agung Waluyo et. al., penerjemah). Phliladelphia. Lippincott. 15