Naskah Publikasi - Program Studi Psikologi Universitas Islam

advertisement
1
HUBUNGAN ANTARA RISK TAKING BEHAVIOR
DENGAN AGGRESSIVE DRIVING
Nopiyanti Pardiningsih
Thobagus Moh. Nu’man S. Psi, Psi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan positif
antara risk taking behavior dengan aggressive driving. Dugaan awal yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara risk taking
behavior dengan aggressive driving. Semakin tinggi risk taking behavior,
semakin tinggi aggressive driving. Sebaliknya semakin rendah risk taking
behavior, semakin rendah aggressive driving.
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat mengendarai
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat dan menggunakannya
dalam kesehariannya. Adapun skala yang digunakan adalah hasil modifikasi
skala DBQ (Driver Behaviour Questionnaire ) (dalam Sullman, 2006) yang
disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia yang berjumlah 25 aitem,
mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Stradling & Meadows (2001) dan
skala Risk Taking Behaviour yang merupakan hasil modifikasi dari skala
kecenderungan perilaku pengambilan risiko Triatmojo (1999) mengacu pada
aspek yang dikemukakan oleh Triatmojo(1999).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS versi 13.0 untuk menguji ap akah terdapat hubungan
antara risk taking behavior dengan aggressive driving. Korelasi product moment
dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar r = 0.331 dan p = 0.001 (p < 0.01),
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara risk taking behavior dengan
aggressive driving. Sumbangan efektif risk taking behavior terhadap aggressive
driving yaitu sebesar 11%. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kata Kunci : Risk Taking Behavior, Aggressive Driving
2
PENGANTAR
Sejak ditemukannya kendaraan bermoto r beberapa dekade lalu, diperkirakan
banyak terjadi kecelakaan yang menewaskan hampir sekitar 30 juta orang.
Melalui data lapangan jumlah kecelakaan di jalan jarang sekali disebabkan oleh
faktor tunggal, tetapi temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa f aktor
manusia merupakan penyebab utamanya. Catatan di Amerika Serikat dan
Inggris menunjukkan 65-77% kecelakaan jalan disebabkan oleh faktor manusia.
Di Indonesia, menurut data Dephub kesalahan terbesar (86,8%) setiap
kecelakaan disebabkan oleh faktor peng emudi, sedangkan data statistik Polri
mencatat angka sebesar 84% (Sutawi, 2006).
Grayson & Maycock (Semin & Fiedler, 1996) mengungkapkan bahwa secara
umum faktor manusia berperan p enting pada penyebab kecelakaan , dan
beberapa ahli membuktikan melalui penelitiannya mengenai faktor yang tersebut.
Menurut Evans (Semin & Fiedler, 1996), m elalui penelitian itu, para peneliti
membedakan dua faktor manusia atau human factor yakni driver performance
yang meliputi apa yang bisa dilakukan oleh seorang pengemudi berdasarkan
kemampuan fisik dan mentalnya, dan driver behavior yang meliputi apa yang
dilakukan oleh pengemudi jika dilandasi oleh faktor sosio kultural.
Jika dilihat dari konsep di atas maka diketahui bahwa perilaku mengemudi
juga memberikan suatu bentuk gambaran akan agresivitas. Agresivitas dalam
mengemudi disebut juga dengan aggressive driving atau road rage (Sarkar dkk,
1999) atau driving behavior (dalam Applied Social Psychology ). Maksudnya
adalah mengemudi yang dipengaruhi oleh tingkatan emosi dan kadar kesadaran
seseorang akan peraturan serta keselamatan baik dirinya maupun orang lain.
3
Shuster (Lonero, 2000), menyatakan bahwa secara umum aggressive
driving dilihat sebagai salah satu bentuk perilaku yang beri siko dibelakang
kemudi, termasuk di dalamnya adalah kebut -kebutan, tidak bisa menjaga jarak
dengan kendaraan di depannya, menyelip keluar masuk lalu lintas dan juga
mengabaikan rambu lalu lintas. Sementara, dalam sebuah penelitian tentang
aggressive driving, Hauber (Tasca, 2002), mend efinisikan perilaku agresif di
jalan
sebagai
perilaku
dimana
pelanggar
berfikir
bahwa
dirinya
akan
membahayakan pengguna jalan yang lain, baik secara fisik maupun psikologis
dan hal tersebut ternyata memang benar adanya.
Menurut James & Nahl (2000), aggressive driving adalah mengemudi di
bawah pengaruh ketidakstabilan emosi yang berdampak risiko bagi orang lain.
Dikatakan agresif karena diasumsikan bahwa orang lai n berkesempatan untuk
terkena risiko yang sama.
Berdasarkan pada berbagai pendapat ya ng dikemukakan para ahli (Johnson,
2001; Stradling & Meadows, 2001) diperoleh beberapa aspek yang berpengaruh
terhadap terjadinya aggressive driving, yakni:
a. Lapse
Lapse adalah kesalahan yang tidak tampak saat sedang berperilaku, terkait
dengan hilangnya konsentrasi saat akan menetapkan jalur yang akan ditempuh
untuk mencapai suatu tujuan (tempat) ketika sedang mengemudi. Lapse terjadi
lebih dahulu sebelum error (Johnson, 2001). Menurut Aberg & Rimmo (Stradling
& Meadows, 2001), lapse seringkali merupakan sumber dari ketidaknyamanan
para pengemudi, tetapi bukan salah satu yang membahayakan jiwa.
4
b. Error
Error adalah perilaku menyimpang ataupun kesalahan yang dilakukan tanpa
disengaja (Johnson, 2001). Menurut Reason dkk (Stradling & Meadows, 2001),
error merupakan salah satu contoh kesalahan pengemudi pada pelaksanaannya
walaupun sebelumnya telah direncanakan oleh pengemudi tersebut. Sebagai
contoh seseorang salah memberi tanda ketika akan berbelok.
c. Violation
Yang dimaksud dengan
violation adalah dengan sengaja melakukan
kesalahan dengan maksud melanggar hukum (Johnson, 2001). Menurut Reason
dkk, violation merupakan salah satu bentuk perilaku yang secara tipikal
mengarah pada aggressive driving. Dalam hal ini violation lebih didefinisikan
sebagai bentuk penyimpangan yang disengaja.
Baechler (Fishbain, 1987) mendefinisikan risk taking sebagai berbagai
aktivitas yang berbahaya, dimana aktivitas tersebut dapat menghilangkan nyawa
seseorang, seperti balapan mobil, mountain climbing, dan lain-lain. Pengambilan
risiko atau risk taking, dipengaruhi oleh kondisi emosional seseorang. Terlebih
lagi pada usia remaja ataupun pada usia dewasa dini. Menurut Hurlock (1986),
usia ini adalah masa di mana terdapat masa -masa bermasalah dan ketegangan
emosional. Perilaku pengambilan risiko yang mereka lakukan cenderung hanya
untuk mencari kepuasan dan kesenangan semata. Kecenderungan seseorang
untuk berperilaku agresif di jalan dipengaruhi oleh kecenderungan ses eorang
untuk berani mengambil ri siko, hal tersebut disebabkan karena mungkin
lingkungan di sekitar remaja tersebut mempengaruhinya, misalnya pengaruh dari
teman (Midyarini, 2006), pengaruh dari keadaan lalu lintas yang sepi dan jauh
dari rambu-rambu lalu lintas. Di satu sisi kesadaran seseorang merupakan
5
penentu utama untuk mencapai keberhasilan dalam membangun budaya
keselamatan jalan (Sutawi, 2006) .
Sementara itu perilaku pengambilan risiko menurut Levenson (Rachmahana,
2002) adalah berbagai aktivitas yang memungkinkan membawa sesuatu yang
baru atau cukup berbahaya yang menimbulkan kecemasan pada hampir
sebagian besar manusia. Larasati (Rachmahana R.S, 2002) mengatakan bahwa
keputusan individu untuk mengambil tindakan yang berisiko ini didasari oleh
adanya kemauan dan keberanian. Individu yang berani men gambil risiko, dalam
kondisi
gagal
akan
selalu
menerima
konsekuensi
atau
akibat
pilihan
pekerjaannya, tanpa berusaha mencari kambing hitam.
Menurut Zuckerman (Triatmojo, 1999) perilaku pengambilan risiko merupakan
bagian dari pencarian sensasi seseora ng, sehingga risiko diartikan sebagai suatu
penilaian terhadap kemungkinan dari perilaku negatif yang akan muncul.
Pencarian sensasi diartikan sebagai suatu ciri sifat ( trait) yang menggambarkan
kecenderungan orang secara konsisten untuk mencari berbagai m acam sensasi
dan pengalaman baru yang luar biasa (atau mungkin agak aneh) dan kompleks,
serta bersedia mengambil risiko fisik, sosial, hukum, dan
financial demi
pengalaman tersebut. Misalnya seorang pengemudi yang melakukan aksi
menerobos lampu merah hanya untuk mencari sensasi semata walaupun
pengemudi tersebut mengetahui apa yang ia lakukan melanggar hukum.
Dasar teori yang mampu menerangkan mengapa seseorang cenderung
mempunyai sifat pengambil risiko, sedangkan yang lain tidak, adalah teori
arousal yang dikembangkan oleh Krebs & Blackman. Teori arousal berkaitan
dengan dorongan-dorongan fisiologis, aktivitas kognitif dan emosi. Istilah arousal
(kegairahan) sendiri mempunyai konotasi fisiologis dan psikologis yang
6
keduanya mengarah pada rangsangan yan g mengakibatkan ketegangan ketegangan yang dalam waktu tertentu dibutuhkan oleh individu untuk membantu
aktivitasnya (Triawan, 2002).
Setiap orang memiliki taraf optimal arousal yang berbeda. Taraf arousal
digambarkan dengan kurva n (atau sering diseb ut kurva u terbalik) seperti
gambar berikut ini:
Taraf
optimal
tinggi
Kesiagaan
tubuh
k
meningkat
Emosi
positif
i
Gangguan
emosi
n
e
Terjaga
r
panik
Tidur
rendah
j
a
Disorganik
rendah
tinggi
Gambar 1
Kurva Taraf Arousal
Pada gambar di atas, terlihat bahwa taraf optimal berada di tengah -tengah
interval respon organisme. Pada titik inilah terjadi kesenangan (excitement) yang
paling puncak, reinforcement yang paling efisien, dan proses informasi yang
paling efisien. Banyak perilaku yang dimotivasi oleh kebutuhan untuk mencapai
taraf optimal ini, misalnya mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi, naik
roller coaster, makan-makanan pedas, terjun dari pesawat, nonton film horor dan
7
lain-lain. Beberapa orang tidak dapat belajar jika tanpa mendengarkan musik
dengan volume keras karena mereka butuh meningkatkan taraf arousal-nya.
Beberapa orang lain tidak dapat belajar dengan suara yang berisik karena
mereka butuh menurunkan taraf arousal-nya (Orstein dalam Ediati,1997).
Ada beberapa aspek yang mempengaruhi perilaku pengambilan risiko
seseorang yang dikemukakan Triatmojo (1999), antara lain:
a.
Dorongan untuk mencari pengalaman baru dan petualangan yang
mendebarkan
Zuckerman menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkat arousal rendah
akan melakukan aktivitas-aktivitas yang mampu membuatnya berada dalam
tingkat arousal yang optimal, misalnya dengan menca ri pengalaman atau hal-hal
yang baru, atau dengan melakukan aktivitas yang berbahaya. Sedangkan
individu yang memiliki tingkat arousal tinggi akan cenderung menghindari hal -hal
seperti itu karena ia telah berada pada tingkat arousal yang tinggi maka ia
membutuhkan aktivitas-aktivitas lain yang bisa menurunkan tingkat arousal-nya
ke titik optimal.
b.
Kemampuan mentolerir rasa takut dan cemas
Tinggi rendah tingkat arousal ini mempengaruhi kinerja individu dalam
beraktivitas. Kagan dan Havemann menyatakan ba hwa salah satu hal yang
mempengaruhi kesiapan seseorang untuk mengambil risiko adalah kecemasan
yang dimilikinya. Orang yang memiliki kecemasan tinggi cenderung menjadi
sangat konservatif, menyukai hal yang pasti dan menghindari risiko serta situasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Mereka memilih mengambil keuntungan
yang kecil dalam kehidupannya dan dalam bekerja mereka memilih pekerjaan
yang dibawah kemampuan dan malah mengambil risiko yang sangat besar.
8
c.
Orientasi kesuksesan
Atkinson mengembangkan teori motivasi berprestasi dimana pengambilan
risiko memainkan peranan sentral. Menurutnya orang -orang yang berorientasi
sukses (succses-oriented person) cenderung mengambil risiko yang moderat,
yaitu risiko yang realistis sesuai dengan pengetahuan dan k emampuan yang
dimiliki. Risiko yang moderat merupakan kompromi antara nilai perangsang
(incentive value) kesuksesan, yang menjadi sangat besar pada tugas -tugas yang
sulit dan kemungkinan suksesnya menjadi sangat besar pada tugas -tugas yang
mudah.
d.
Dorongan untuk menguji kemampuan
Individu dengan orientasi tugas yang pasti cenderung tidak ingin menguji
tingkat kemampuannya dengan diri dan lingkungannya. Selain itu ia juga
cenderung memilih hasil yang pasti untuk mengantisipasi timbulnya kecemasan
yang tinggi. Kebalikannya, individu dengan orientasi tugas yang tidak pasti ingin
menguji tingkat kemampuannya dengan melakukan hal -hal baru dengan hasil
yang belum pasti memiliki tingkat risiko sedang untuk memperoleh informasi
yang berkaitan dengan diri dan lin gkungan.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kecenderungan
seseorang
untuk
melakukan
aggressive
driving
dipengaruhi
oleh
kecenderungannya dalam risk taking behavior atau keberaniannya untuk
mengambil risiko. Sebagai contoh yai tu seseorang yang menyukai hal -hal yang
berbahaya misalnya balap mobil, akan melakukan kebut -kebutan di jalan raya
atau berbagai bentuk aggressive driving lainnya karena dipengaruhi oleh
keberaniannya dalam mengambil risiko. Semakin tinggi keberanian seseo rang
dalam mengambil risiko maka semakin sering ia akan melakukan berbagai
9
bentuk aggressive driving di jalan. Kesimpulan secara umum adalah bahwa
perilaku pengambilan risiko yang tedapat dalam diri seseorang itu akan
berpengaruh terhadap sikap mengemudi o rang tersebut.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat topik tentang hubungan antara
aggressive driving dengan risk taking behavior. Ada beberapa penelitian yang
dilakukan peneliti sebelumnya, yang mengangkat topik aggressive driving dan
risk taking behavior.
Salah satu penelitian yang mengangkat topik tentang aggressive driving
adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Sarkar dkk (1999), yang meneliti
tentang Spatial and Temporal Analyses of the Variations in Aggressive Driving
and Road Rage Behaviors Observed and Reported on San Diego Freeways .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang tingkat kecelakaan
lalu lintas yang terjadi di jalan bebas hambatan dari adanya variasi dari
aggressive driving dan road rage di jalan bebas hambatan San Diego. Penelitian
ini dilakukan dengan metode studi kasus dengan mempergunakan data yang
diperoleh dari California Highway Patrol dan dibantu dengan sistem informasi
CAD (Computer Aided Dispatch), selain itu juga diperoleh dari rekaman informasi
berdasarkan pada waktu, kejadian, tipe kejadian dan pengendara, dan beberapa
juga berdasarkan pada gambaran. Pengambilan data dilakukan melalui metode
check list berdasarkan pada pembagian dari CAD, yang mengklasifikasikan
aggressive driving menjadi 6 bagian yakni speeding, tailgating, running vehicles
off the road, weaving, cutting vehicles off, dan perilaku lain yang dimodifikasi dari
gambaran yang diperoleh di lapangan.
Sementara itu penelitian yang berkait de ngan risk taking juga telah dilakukan
oleh Ozorio & Fong (2004). Jurnalnya yang berjudul Chinese Casino Gambling
10
Behaviors: Risk Taking in Casinos vs. Investments berisi tentang penelitian
perilaku judi kasino dilihat dari sebuah pandangan pengambilan risiko dan
bagaimana perilaku tersebut berh ubungan dengan aktivitas risk taking lainnya
yaitu invesment.
Salah satu penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian
James&Nahl (2001) dan Fishbain,dkk (1987), tentang model aggressive behavior
dan hubungan antara permaianan Russian Roulette dengan risk taking behavior.
Tujuan dari penelitian yang pertama adalah untuk mengetahui tentang seberapa
tinggi peningkatan angka kecelakaan di Amerika Selatan berdasarkan pada
aggressive driving. Oleh karena penelitian yang dilakukan bersifat kual itatif,
maka tidak ada alat ukur yang dipergunakan. Hanya tolak ukur yang
dipergunakan hampir sama, yakni faktor pemicu aggressive driving dan juga
persamaan acuan yakni tentang driving psychology.
Metode Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat mengendarai
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat dan menggunakannya
dalam kesehariannya.
Metode penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode penelitian dengan menggunakan skala. Peneli tian ini menggunakan dua
macam skala sebagai alat pengumpul data, yaitu skala aggressive driving dan
skala risk taking behavior. Skala disusun berdasarkan aspek – aspek yang
terdapat pada masing – masing variabel penelitian yang telah diuraikan di atas.
Aitem – aitem pada skala terdiri atas aitem favourable dan aitem unfavourable,
baik pada skala aggressive driving maupun skala risk taking behavior.
11
Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yang ingin mengetahui korelasi antara
variabel bebas, yaitu risk taking behavior, dengan variabel tergantung aggressive
driving, maka digunakan teknik statistik korelasional yang digunakan adalah
teknik korelasi product moment dari Pearson, dengan asumsi data yang akan
diolah dalam penelitian ini berupa skor interval
atau rasio, skor dapat
dipasangkan antara skor pada variabel bebas dan skor pada variabel tergantung
dan data distribusi normal. Sebelum dilakukan uji korelasi product moment
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan linieritas sebagai prasyarat uji
hipotesis. Keakuratan dan kemudahan pengolahan data dalam analisis dengan
menggunakan Statistical Programme for Social Scien ce (SPSS) for windows
versi 13.
Hasil Penelitian
Deskripsi data penelitian tiap -tiap variabel dalam penelitian ini, yaitu skala
aggressive driving dan skala risk taking behavior, dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 8
Deskripsi data penelitian
Variabel
Aggressive
driving
Risk Taking
Behavior
X min
25
20
Hipotetik
X max
Mean
100
62,5
80
50
SD
12,5
X min
29
10
34
Empirik
Xmax
Mean
71
47.46
73
50.11
SD
9.38
7.88
Uji Asumsi
Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi merupakan
syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan pengetesan
terhadap nilai korelasi antara skala aggressive driving dengan skala risk taking
12
behavior. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0 for
Windows.
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel penelitian yang ada,
yaitu variabel aggressive driving dan risk taking behavior, telah terdistribusi
secara normal. Uji normalitas terhadap variabel aggressive driving dan variabel
risk taking behavior dilakukan dengan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test dalam program komputer SPSS 13.0 for Windows.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa hasil sebaran skor untuk variabel
aggressive driving adalah normal (K-SZ = 1.047; p = 0.223; p > 0.05). Sama
seperti variabel aggressive driving, hasil sebaran skor pada variabel risk taking
behavior menunjukkan hasil normal ( K-SZ = 1.061; p = 0.210; p > 0.05).
b.
Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah hubungan antar variabel dalam
hal ini variabel aggressive driving dan variabel risk taking behavior, apakah
mengikuti garis linear atau tidak. Linearitas terpenuhi apabila harga p dari F
linierity lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05 ) serta harga p dari nilai F deviation from
linierity lebih besar dari 0.05 (p > 0.05 ).
Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan antara aggressive driving
dengan risk taking behavior mengikuti garis linier. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai F = 9.432 dan p = 0.003 (p < 0.05).
Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara
aggressive driving dengan risk taking behavior adalah sebesar 0.331 dan p =
0.001 (p < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat
13
signifikan antara aggressive driving dengan risk taking behavior. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini diterima. Hasil
perhitungan menunjukkkan bahwa hubungan aggressive driving dan risk taking
behavior adalah positif. Semakin tinggi risk taking behavior seseorang maka
semakin tinggi pula tingkat aggressive driving orang tersebut.
Sumbangan Efektif
Sumbangan efektif adalah sumbangan variabel bebas terhadap varia bel
tergantung. Sumbangan efektif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
aspek manakah dari variabel bebas yaitu, sense of humor, yang paling
berpengaruh terhadap variabel tergantung yaitu, berpikir positif. Teknik yang
digunakan adalah sumbangan efektif analisis regresi.
Data menunjukkan koefisien determinasi ( R squared) variabel risk taking
behavior dengan variabel aggressive driving sebesar 0.110, hal ini berarti
variabel risk taking behavior memiliki sumbangan efektif terhadap variabel
aggressive driving sebesar 11 %.
Analisis Tambahan
Berdasarkan pada analisis tambahan dengan mempergunakan uji beda T test, maka hasil perbedaan :
a. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan aggressive driving
antara laki-laki dan perempuan. Hal ter sebut dapat dilihat dari t = 1,329 dan
p = 0,188/2 = 0,094, p > 0,05.
b. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan aggressive driving
antara mobil dan motor. Hal tersebut dapat dilihat dari t = 0,905 dan p =
0,368/2 = 0,184, p > 0,05.
14
c. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan aggressive driving
antara usia remaja dan usia dewasa. Hal tersebut dapat dilihat dari t = 1,614
dan p = 0,111/2 = 0,0555, p > 0,05.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi dua
variable product moment dari Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan
positif yang sangat signifikan antara aggressive driving dengan risk taking
behavior. Hal ini dapat dilihat dari koefisien korelasi sebesar 0. 331 dan p = 0.001
(p < 0.01), yang berarti bahwa semakin tinggi risk taking behavior seseorang
maka semakin tinggi pula tingkat aggressive driving orang tersebut. Sebaliknya
apabila seseorang yang mempunyai risk taking behavior yang rendah maka
seseorang tersebut memiliki tingkat aggressive driving yang rendah.
Koefisien determinasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar
0.110, hal ini berarti variabel risk taking behavior memiliki sumbangan efektif
terhadap variabel aggressive driving sebesar 11%. Sedang sisanya sebesar 89%
dipengaruhi variabel lain. Variabel tersebut antara lain handphone (misalnya
menerima telpon dan sms ketika berkendaraan) , melamun, mengabaikan lampu
lalu lintas, tidak memberi tanda ketika akan berbelok, memperoleh SIM tanpa
melalui proses ujian praktek atau dalam kata lain menyogok sehingga
pengetahuan dalam lalu lintas berkurang, faktor sosial, kepribadian, gaya hidup
dan lingkungan.
Tidak ada perbedaan aggressive driving antara laki-laki dan perempuan.
Begitu juga dengan jenis kendaraan yaitu antara mo bil dan motor. Dilihat dari
usia, tidak ada perbedaan aggressive driving antara usia remaja dengan usia
15
dewasa. Hal ini di karenakan laki -laki dan perempuan baik usia remaja maupun
dewasa memiliki kesamaan agresivitas dalam hal mengendarai kendaraan baik
itu jenis motor maupun mobil.
Risk taking behavior atau perilaku pengambilan risiko menurut Levenson
(Rachmahana, 2002) adalah berbagai aktivitas yang memungkinkan membawa
sesuatu yang baru atau cukup berbahaya yang menimbulkan kecemasan pada
hampir sebagian besar manusia. Larasati (Rachmahana, 2002) mengatakan
bahwa keputusan individu untuk mengambil tindakan yang berisiko ini didasari
oleh adanya kemauan dan keberanian. Individu yang berani mengambil risiko,
dalam kondisi gagal akan selalu menerima konseku ensi atau akibat pilihan
pekerjaannya, tanpa berusaha mencari kambing hitam.
Tiap orang memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil risiko. Sebagai
contoh, keberanian para pemanjat tebing dalam mengambil risiko tentu sangat
berbeda dengan pengambilan risi ko oleh para pecandu obat-obatan. Sitkin &
Weingart
(dalam
Triawan,
2002)
berpendapat
kecenderungan
perilaku
pengambilan risiko merupakan individual traits yang diartikan sebagai sesuatu
yang dapat berubah yang menetap dan abadi tetapi dapat dipelajari ata u
diwariskan sehingga kecenderungan perilaku pengambilan risiko yang dimilliki
individu merupakan hasil pengalaman yang didapatkan dari lingkungan.
Dari beberapa aspek risk taking behavior (dalam Triatmojo, 1999), di peroleh
bahwa karakteristik orang yang berperilaku mengambil risiko, salah satunya,
adalah seseorang yang memiliki dorongan mencari pengalaman yang baru dan
mendebarkan. Dalam hal ini seseorang yang memiliki tingkat arousal yang
rendah akan melakukan aktivitas -aktivitas yang akan meningkatkan t araf
arousalnya yaitu dengan mencari pengalaman yang baru atau aktivitas yang
16
berbahaya. Misalnya, dengan mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang
tinggi atau kebut-kebutan di jalan, seseorang akan mengalami suatu kesenangan
(excitement) puncak, dengan kata lain tingkat arousalnya berada pada taraf
optimal.
Aggressive driving menurut Hauber (dalam Tasca, 2002) dapat didefinisikan
sebagai perilaku agresif di jalan dimana pelanggar berfikir bahwa dirinya akan
membahayakan pengguna jalan yang lain, baik secara fisik maupun psikologis
dan hal tersebut ternyata memang benar adanya. Pendapat lain menyatakan
bahwa aggressive driving dilihat sebagai salah satu bentuk perilaku yang beri siko
dibelakang kemudi, termasuk di dalamnya adalah kebut -kebutan, tidak bisa
menjaga jarak dengan kendaraan di depannya , menyelip keluar masuk lalu lintas
dan juga mengabaikan rambu lalu lintas (Shuster, dalam Lonero, 2000).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat kita ketahui bahwa bentuk -bentuk
aggressive driving merupakan salah satu bentuk risk taking behavior atau
perilaku pengambilan risiko.
Penelitian ini tidak lepas dari kelemahan -kelemahan. Pertama adalah pada
subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyek yang di gunakan bersifat subyektif.
Karena penulis membagikan ska la kepada orang-orang yang belum tentu
melakukan aggressive driving, sehingga ketika mengisi skala mereka melakukan
faking good. Bagi peneliti lain disarankan agar mencari subyek yang benar -benar
melakukan aggressive driving (misalnya orang-orang yang melanggar lampu
merah, dan berbagai bentuk aggressive driving lainnya). Kelemahan kedua
adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur Perilaku Pengambilan Risiko.
Pada Skala Perilaku Pengambilan Risiko meskipun mempunyai nilai koefisien
validitas dan reliabilitas yang cukup baik namun ada beberapa butir yang terlalu
17
panjang kalimatnya sehingga menimbulkan salah pengertian dari subjek dalam
memahami butir pernyataan yang dibaca sekilas. Sehingga bagi peneliti lain
disarankan untuk memodifikasi butir -butir tersebut bila akan mengadaptasi Skala
Perilaku Pengambilan Risiko.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
antara aggressive driving dengan risk taking behavior. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan peneliti dala m penelitian ini, yaitu ada hubungan positif
antara aggressive driving dengan risk taking behavior, diterima.
Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran -saran
sebagai berikut :
1.
Bagi subyek penelitian
Bagi subyek penelitian yang mempunyai perilaku pengambilan risiko agar
dapat menyalurkan atau mengalihkan perilaku pengambilan risiko atau risk
taking behavior ke dalam hal-hal yang positif dan bermanfaat, seperti:
mengerjakan pekerjaan di rumah yang bisa menyalurkan atau mengurang i
dorongan pengambilan risiko, misalnya berkebun . Hal ini di maksudkan agar
tidak membahayakan atau merugikan diri sendiri atau orang lain. Atau
mengikuti pelatihan-pelatihan psikologis seperti outbond training dimana
individu dilatih menghadapi tantangan -tantangan yang berisiko.
2.
Bagi peneliti selanjutnya
Subyek pada penelitian ini hanya berada di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya memperluas wil ayah
18
penelitian tidak hanya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu disarankan
agar mencari subyek yang benar -benar melakukan aggressive driving
(misalnya orang-orang yang melanggar lampu merah, dan berbagai bentuk
aggressive driving lainnya).
3.
Bagi Instansi Kepolisian
Bagi pihak Kepolisian diharapkan penelitian ini dapat menjad i masukan,
agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap Pelayanan Surat Izin
Mengemudi. Di harapkan seluruh proses dalam memperoleh SIM agar
dapat di perketat dan di awasi dengan benar. Sehingga pelanggaran lalu
lintas dapat berkurang serta tidak ada lagi p raktik percaloan dan perjokian.
4.
Bagi Dinas Perhubungan, Pemda dan Sekolah
Bagi Dinas Perhubungan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan
angkutan umum sehingga dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang
sudah cukup padat di propinsi DIY. Dan ba gi Pemda dan Sekolah agar
mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang pengetahuan berlalu lintas
yang baik di berbagai daerah propinsi DIY dan di sekolah -sekolah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ediati, A. 1997. Kecenderungan Remaja Berperilaku Delikuen Ditinjau dar i
Dorongan Mencari Sensasi dan Persepsi Terhadap Tersedianya Dukungan
dan Teman Sebaya. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Fishbain, D.A. Fletcher, J.R. Aldrich, T.E. & Davis, J.H. 1987. Relationship
Between Russian Roulette Deaths and Risk Taking Behavior: A Controlled
Study. American Psychiatric Association.
Hurlock, E.B. 1986. Developmental Psychology . Third Edition. New York:
Mcgraw Hill Company
James, L. & Nahl, D. 2001. Aggressive Driving is Emotionally Impaired Driving .
http://www.aggressive.drivers.com/papers/james -nahl/james-nahl.pdf.
25/03/07
Johnson, C.W. 2001. Error. http://www.dcs.gla.ac.uk/~johnson/teaching/CS 1Q/slides/lecture9/lecture9.pdf . 25/03/07
Lonero, L.P. 2000. A Perlimenery Heuristic Model Of Aggressive Behaviour In
Drivers.
Northport
Associates.
Canada.
http://www.aggressive.drivers.com/papers/lonero/lonero.pdf . 25/03/07
Midyarini, V. 2005. Perbedaan Kekerasaan Dalam Pacaran Berdasarkan Tipe
Cinta Pada Remaja Akhir. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia
Ozorio, B. & Fong, D. 2004. Chinese Casino Gambling Behaviors: Risk Taking in
Casinos vs. Investments. UNLV Gaming Research & Review Journal. Volume
8, Issue 2..
Rachmahana, R.S. 2002. Dorongan Mencari Sensasi Dan Perilaku Pengambilan
Risiko Pada Mahasiswa. Psikologika, 14, 55-59..
Sarkar, S. Martineau, A. Emami, M. Khatib, M. & Wallace, K. 1999. Spatial and
Temporal Analyses of the Variations in Aggressive Driving and Road Rage
Behaviors Observed and Reported on
San Diego Freeways.
http://www.aggressive.drivers.com/papers/smekw/smekw.pdf . 25/03/07
20
Semin, G.R. & Fiedler, K. 1996. Applied Social Psychology . London. Sage
Publication.
Stradling, S.G. & Meadows, M.L. 2001. Highway Code And Aggressive Violations
In
UK.
http://www.aggressive.drivers.com/papers/stradling meadows/stradling-meadows.pdf. 25/03/07
Sullman, M.J.M. 2006. Dimensions Of Aberrant driving Behavior And Their
Relation
To
Crash
Involvement .
http://www.psychology.not tingham.ac.uk/IAAPdiv13/ICTTP2004papers2/Indivi
dual%20Differences/SullmanA.pdf . 25/03/07
Sutawi. 2006. Bersama Kita Bisa Membangun Budaya Keselamatan Jalan . Karya
Ilmiah (tidak diterbitkan).
Tasca, L. 2002. A Review Of The Literature On Aggressive Drivi ng Research.
Road
User
Safety
Branch.
Canada.
http://www.aggressive.drivers.com/papers/tasca/tasca.pdf . 25/03/07
Triatmojo, G.S. 1999. Efektifitas Kepemimpinan Ditinjau Dari Status
Keikutsertaan Pada Kelompok Pecinta Alam Dan Kecenderungan
Pengambilan Risiko. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Triawan. 2002. Hubungan Antara Kecenderungan Perilaku Pengambilan Risiko
Dengan Minat Berwirausaha. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Download