interferensi dalam bahasa indonesia pada iklan - E

advertisement
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
INTERFERENSI DALAM BAHASA INDONESIA
PADA IKLAN TELEVISI
Euis Meinawati
ABA BSI Jakarta
Jl. Kramat Raya 25 Jakarta
[email protected] / [email protected]
ABSTRACT
The use of slang language support increasingly more widespread and popular among the
community, like in the language of advertisement which follows the language that can be
understood quickly by the community, so that the target marketing of products a company can be
reached. This study examines the use of Indonesian slang in advertisement on television in terms
of phonological, morphological, syntactic aspects, and sentence patterns. Data are obtained from
100 television advertisement that has been randomly selected and transcribed in the form of
written text. Sources of data in this study are television advertisements of one local television
station in 2010. The research data obtained based on the process of observing, listening,
recording and counting the advertisement show time on television. Then the data is analyzed the
signs of interference in phonology, morphology, and syntax which then compared with the
standard use of Bahasa Indonesia. The result shows that in terms of phonological interference
there are reduction and change of letters; in morphological interference there are mistakes in
using suffix and prefix; in syntactical interference there is borrowing from other languages such
as English and local languages. The interference is also influenced by cultural, economic and
social factors. Varieties of sentence patterns are also found in the advertisements, from phrases,
single sentences, compound sentences to complex sentence.
Keywords: interference with phonological, morphological, syntactic, sentence patterns, television
ads.
I.
PENDAHULUAN
Televisi merupakan salah satu hasil
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melalui media ini manusia dapat
memperoleh berbagai macam informasi
penting dan tidak penting (hanya bersifat
hiburan). Televisi memang berbeda dengan
media lainnya. Karena televisi adalah media
audiovisual yang mampu memiliki kekuatan
visual dan suara. Sehingga televisi dianggap
salah satu media yang sangat penting. Oleh
karena itu, serigkali televisi digunakan oleh
para pengusaha untuk mempromosikan
produk-produknya. Mereka mengkemas
bahasa iklan televisi dengan sangat menarik
dan mirip dengan kehidupan masyarakat
sehari-hari. Dengan demikian masyarakat
akan tertark dan membeli produk yang
diiklankan. Apalagi siaran di televisi
disuguhkan selama 24 jam.
Kekuatan dari penyajian iklan
adalah bahasa. Karena terbukti bahasabahasa yang ada dalam iklan menjadi
konsumsi masyarakat secara umum dan para
remaja pada umumnya. Banyak terjadi
perubahan sosial masyarakat hasil dari
penayangan iklan di televisi. Bagaimana
tidak hal ini menjadi kekuatan? Informasi
persuasif yang ada dalam bahasa iklan di
televisi memberikan efek yang begitu
dahsyat baik positif ataupun negatif.
Apa yang disajikan dalam iklan
menjadi trend kehidupan masyarakat,
contohnya gaya hidup remaja yang bangga
dengan penggunaan bahasa gaul mereka
sebagai
alat
komunikasi.
Bahkan
menjadikan pengukuran untuk anak gaul
bagi para anak dan remaja. Apalagi bahasa
iklan yang ditayangkan lebih mengkiblat
kepada kota Jakarta, yang selama ini
menjadi kota impian semua masyarakat
Indonesia.
Pada
dasarnya
bahasa
mempunyai kesamaan dalam tata bunyi,
bentuk, makna, kalimat, dan kata. Seperti
dalam bahasa Indonesia telah ada aturan
baku yag baik dan benar. Akan tetapi karena
keberagaman bahasa, latar belakang
pendidikan, usia, daerah, dan sebagainya
menjadikan bahasa menjadi tidak seragam.
Makanya penggunaan bahasa Indonesia
144
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
yang baik dan benar untuk mengurangi
kesalahan dan ketidakpahaman atas bahasa
suatu daerah tertentu. Sangat sayang sekali
penggunaan bahasa Indonesia dalam iklan di
televisi ternyata dipengaruhi oleh bahasa
asing, bahasa daerah, bahasa gaul, dan
sebagainya. Mungkin hal ini dipandang oleh
pembuat iklan akan lebih mudah dan
gampang diingat masyarakat.
Penelitian yang sering ada adalah
kajian pragmatik dan sosiolinguistik. Bukan
hanya terjadi alih kode dalam bahasa iklan.
Kita mampu melihat interferensi bahasa
iklan dari kajian fonologi, morfologi dan
sintaksis. Memang masih banyak sudut
kajian yang bisa diteliti dalam penggunaan
bahasa iklan di televisi. Banyak penelitian
yang mengkaji tentang bahasa gaul, seperti :
1. Interferensi dan Integrasi Dalam
Kolom-Kolom Edan Prie G S “Hidup
Bukan Hanya Urusan Perut” Suatu
Tinjauan Sosiolinguistik, oleh Ari
Listiyoningsih. Jurusan Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.
Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.
Hasil
penelitian memberikan kesimpulan :
(1) Interferensi meliputi: interferensi
fonologis; pengurangan huruf dan
penggantian
huruf,
interferensi
morfologis;
kekeliruan
dalam
memberikan akhiran dan awalan.
Interferensi sintaksis, dan interferensi
semantis. Integrasi meliputi: integrasi
audial, integrasi visual, integrasi
penerjemahan langsung, dan integrasi
penerjemahan konsep. (2) Ada dua
faktor yang mempengaruhi pemakaian
bahasa Prie G S yaitu faktor sosial dan
faktor situasional. Bahasa yang paling
mempengaruhi interferensi adalah
bahasa Jawa. Sedangkan bahasa yang
paling mempengaruhi integrasi adalah
bahasa Inggris. (3) Prie memiliki
kekhasan
karya
sastra
yang
menonjolkan
aspek
pengalaman
sebagai acuannya. Kolom tersebut
dibuat berdasarkan kejadian-kejadian
dalam masyarakat modern yang tidak
peka, tidak berperasaan, dan anti sosial.
2. Analisis Penggunaan bahasa Gaul
Dalam Wacana Cerpen Remaja di
Tabloid Gaul Edisi Bulan JanuariFebruari 2009, oleh Dewi Rosanti
Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
penggunaan bahasa gaul dalam cerpen
remaja merupakan suatu kreatifitas.
Namun harus diimbangi dengan
penggunaan bahasa Indonesia yang
benar.
3. Susilo, Wahyu Hastho. 2007. Pilihan
Bahasa dalam Iklan Televisi. Skripsi.
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas
Negeri Semarang. Wujud pilihan
bahasa dalam iklan televisi terdiri atas
tunggal bahasa, alih kode, dan campur
kode. Tunggal bahasa berupa bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, serta
terdapat adanya ragam yaitu ragam
usaha atau konsultatif dan ragam santai
atau kasual. Wujud alih kode pada
peristiwa tutur dalam iklan televisi
yaitu berupa kalimat. Wujud Campur
kode pada peristiwa tutur dalam iklan
televisi dapat berupa kata dan frasa.
Pilihan bahasa pada peristiwa tutur
dalam iklan televisi dipengaruhi oleh
beberapa faktor sosial. Faktor-faktor
tersebut yaitu; (1) situasi tutur, (2)
penutur, (3) tujuan tindak tutur, (4)
produk yang diiklankan, dan (5)
bintang iklan.
Masih banyak lagi penelitian
tentang hal ini. Berdasarkan pada latar
belakang tersebut, penulis memberikan
kontribusi untuk kajian interferensi bahasa
pergaulan dalam iklan di televisi. Karena hal
ini dianggap penting dan dapat memberikan
gambaran tentang fenomena perkembangan
bahasa yang digunakan dikalangan remaja,
khususnya bahasa pergaulan yang digunakan
sebagai alat komunikasi utama.
Yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah interferensi bahasa
pergaulan dalam iklan televisi yang meliputi
kajian fonologi, morfologi dan sintaksis
yang ada dalam peristiwa tutur bahasa dalam
iklan di televisi; faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya interferensi; dan
pola kalimat yang ada dalam bahasa iklan.
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah bagian dari
ilmu lingustik yang mengkaji tentang ciri
khas variasi bahasa, fungsi variasi bahasa
dan penggunaan bahasa karena adanya unsur
interaksi dan perubahan dalam masyarakat.
Jadi, sosiolinguistik berhubungan dengan
penggunaan bahasa yang sebenarnya karena
bahasa berfungsi sebagai sistem sosial dan
145
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
alat komunikasi. Sehingga bahasa diamati
sebagai gejala sosial. Maka dari itu, kejadian
penggunaan bahasa gaul yang sekarang
marak digunakan dikalangan remaja
merupakan bagian dari gejala sosial. Bahasa
gaul muncul karena adanya ketidaktepatan
dalam pemakaian kalimat yang benar atau
sesuai dengan ketetapan baku. Ada tujuh
dimensi dalam penelitian sosiolinguistik
yaitu identitas sosial dari penutur, identitas
sosial pendengar, lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa tutur bahasa, analisis
sinkronik dan diakronik, penilaian sosial
tentang bentuk-bentuk ujaran, tingkatan
variasi, dan penerapan praktis dari penelitian
sosiolinguistik.
B.
Ragam Bahasa
Pada dasarnya bahasa Indonesia
menumbuhkan banyak varian, yaitu varian
menurut pemakaian yang disebut sebagai
ragam bahasa dan varian menurut pemakai
yang disebut sebagai dialek. Setiap bahasa
mempunyai banyak ragam yang dipakai
dalam keadaan dan keperluan atau tujuan
yang berbeda. Harefa (2003:56) menjelaskan
bahwa ragam bahasa adalah istilah untuk
menunjuk suatu bentuk keaneragaman
bahasa sesuai dengan pembedaan pemakaian
sehingga akan timbul pemakaian bahasa
yang sesuai dengan fungsi dan situasinya.
Ada dua pandangan mengenai variasi atau
ragam bahasa, yaitu: 1) Variasi atau ragam
bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan
keragaman fungsi bahasa itu, 2) Variasi atau
ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam
kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Dialek yaitu keseluruhan ciri bahasa
seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa
Indonesia, kita masing-masing memiliki ciriciri khas pribadi dalam pelafalan, tata
bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Karena ragam bahasa Indonesia sangat
banyak, ia dibagi atas dasar pokok
pembicaraan, perantara pembicaraan, dan
hubungan antar pembicara. Ragam bahasa
lisan yang sekarang terjadi adanya
penggunakan bahasa slang dikalangan
remaja.
C.
Interferensi
Interferensi
pada
umumnya
dianggap sebagai gejala tutur (speech
parole), hanya terjadi pada dwibahasawan
dan
peristiwanya
dianggap
sebagai
penyimpangan.
Interferensi
dianggap
sebagai sesuatu yang tidak perlu terjadi
karena unsur-unsur serapan itu sudah ada
padanannya dalam bahasa penyerap. Cepat
atau lambat sesuai dengan perkembangan
bahasa penyerap, interferensi diharapkan
semakin berkurang atau sampai batas yang
paling minim, (Kridalaksana, 2001:60)
dalam Kamus Linguistik memberikan
pengertian sebagai berikut bilingualisme
Bilingualisme adalah pengunaan unsur
bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual
secara individual dalam suatu bahasa, ciriciri bahasa lain masih kentara (berlainan
dengan integrasi). Interferensi berbeda-beda
sesuai dengan medium, gaya, ragam, dan
konteks yang digunakan oleh orang yang
bilingual tersebut.
Menurut Chaer dan Agustina
(2004:160-161)
menyatakan
bahwa
interferensi yang terjadi dalam proses
interpretasi disebut interferensi reseptif,
yakni berupa penggunaan bahasa B dengan
diresapi bahasa A. Sedangkan interferensi
yang terjadi pada proses representasi disebut
interferensi produktif. Interferensi reseptif
dan interferensi produktif yang terdapat
dalam tindak laku bahasa penutur bilingual
disebut interferensi perlakuan. Interferensi
perlakuan biasa terjadi pada mereka yang
sedang belajar bahasa kedua, karena itu
interferensi ini juga disebut interferensi
belajar atau interferensi perkembangan.
Istilah interferensi pertama kali digunakan
untuk menyebut adanya perubahan sistem
suatu bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan unsurunsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur yang bilingual. Interferensi sebagai
bentuk pengukuran terhadap kesalahan
berbahasa yang disebabkan oleh terbawanya
kebiasaan ujaran berbahasa atau dialek
bahasa pertama terhadap kegiatan berbahasa.
Interferensi yaitu penyimpangan dari normanorma bahasa dalam bahasa yang digunakan
sebagai akibat pengenalan terhadap bahasa
lain. Transfer dalam kontak bahasa dapat
terjadi dalam semua tataran linguistik, baik
fonologis, morfologis, sintaksis, semantis,
maupun leksikon. Berdasarkan uraian di
atas, dapat diketahui bahwa interferensi
adalah a) Merupakan suatu penggunaan
unsur-unsur dari bahasa ke bahasa yang lain
sewaktu berbicara atau menulis dalam
bahasa lain, b) Merupakan penerapan dua
sistem secara serempak pada suatu unsur
bahasa, c) Terdapatnya suatu penyimpangan
dari norma-norma bahasa masingmasing
yang terdapat dalam tuturan dwibahasawan.
(http://pkp.sfu.ca/harvester2/demo/index.php
/record/view/546332).
146
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
Gejala Interferensi
Gejala interferensi dapat dilihat
dalam 3 dimensi kejadian. Pertama, dimensi
tingkah laku berbahasa dari individuindividu di tengah masyarakat. Kedua,
dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa
atau lebih yang berbaur. Ketiga, dimensi
pembelajaran bahasa. Dari dimensi tingkah
laku berbahasa, penutur dengan mudah
dapat disimak dari berbagai praktek campur
kode yang dilakukan penutur yang
bersangkutan. Interferensi ini murni
merupakan rancangan atau model buatan
penutur itu sendiri. Dari dimensi sistem
bahasa, dikenal dengan sebutan interferensi
sistemik yaitu pungutan bahasa. Sedangkan
dari dimensi pembelajaran bahasa, dikenal
dengan sebutan interferensi pendidikan.
Dalam proses pembelajaran bahasa kedua
atau asing, pembelajaran tentu menjumpai
unsur-unsur yang mirip, atau bahkan
mungkin sama dengan bahasa pertamanya
(Paul Ohoiwutun, 2002:72-74).
bahasa yang digunakan. Penyerapan
unsur kalimatnya dapat berupa kata,
frase, dan klausa. Interferensi sintaksis
seperti ini tampak jelas pada peristiwa
campur kode. Contoh: mereka akan
married bulan depan. karena saya sudah
kadhung sama dia, ya saya tanda tangan
saja.
D.
E.
Macam-macam Interferensi
Chaer dan Agustina (2004:162165) mengidentifikasi interferensi bahasa
menjadi tiga macam.
1. Interferensi Fonologis
Interferensi fonologis terjadi apabila
penutur mengungkapkan kata-kata dari
suatu bahasa dengan menyisipkan
bunyi-bunyi bahasa dari bahasa lain.
Interferensi
fonologis
dibedakan
menjadi dua macam, yaitu interferensi
fonologis pengurangan huruf dan
interferensi fonologis pergantian huruf.
Contoh: slalu ? selalu adek ? adik ama ?
sama rame ? ramai smua ? semua
cayang ? sayang
2.
3.
Interferensi Morfologis
Interferensi morfologis terjadi apabila
dalam pembentukan katanya suatu
bahasa menyerap afiks-afiks bahasa
lain. Penyimpangan struktur itu terjadi
kontak bahasa antara bahasa yang
sedang diucapkan (bahasa Indonesia)
dengan bahasa lain yang juga
dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa
asing). Contoh: kepukul ? terpukul
dipindah ? dipindahkan neonisasi ?
peneonan menanyai ? bertanya
Interferensi Sintaksis
Interferensi sintaksis terjadi apabila
struktur bahasa lain (bahasa daerah,
bahasa asing, dan bahasa gaul)
digunakan dalam pembentukan kalimat
F.
Iklan Televisi
Menurut Rahayu (2004), iklan
merupakan salah satu jenis wacana persuasif
yang bertujuan mempengaruhi pendengar
atau pembaca. Televisi adalah alat
elektronik yang mampu menangkap siaran
televisi yang disiarkan oleh stasiun televisi.
Bila diuraikan penampakannya, iklan
televisi adalah satu bentuk wacana persuasi
yang terbentuk atas dua aspek, verbal dan
nonverbal yang bersifat audiovisual (Wray,
Jefkins, Bdk. Wilson, Wibowo dalam
Santoso 2006). Secara umum iklan televisi
adalah salah satu jenis wacana bisnis yang
memiliki ciri-ciri kreatif secara verbal,
seperti
bahasa
ringan,
sederhana,
menggunakan prinsip ekonomi kata yang
telah diseleksi kata-kata yang bercitra
positif, menghindari istilah-istilah teknis.
Adapun, ciri-ciri kreatif secara nonverbal
antara lain mencakup teknik, cara, dan
dramatisasi penyampaian pesan, pemilihan
bintang iklan beserta bahasa tubuhnya,
penempatan produk yang baik di hati
konsumen, penyajian story board, penyajian
dan pemilihan setting, musik, soundtrack.
Dari pengertian di atas dapat ditarik
simpulan mengenai pengertian iklan televisi
yaitu, berita pesanan atau pemberitahuan
kepada khalayak yang ditayangkan melalui
siaran stasiun televisi dalam bentuk paket
audio visual yang menarik perhatian, ringan
dan menghibur yang secara persuasif
membujuk atau mempengaruhi pikiran atau
perhatian penonton televisi agar tertarik
pada barang atau jasa yang ditawarkan.
G.
Peristiwa Tutur dalam Iklan Televisi
Iklan televisi mempunyai unsur
pembangun berupa tuturan. Tuturan dalam
iklan televisi berbentuk tuturan langsung
yang dilakukan oleh bintang iklan yang
bersangkutan dan tuturan yang dinarasikan
oleh naratornya dalam bentuk narasi suara
atau Teks + Nr visual. Pada tuturan langsung
terdapat kehadiran bintang iklan yang
melakukan tindak tutur baik dalam bentuk
dialog maupun monolog dengan mitra
tuturnya. Dalam kaitan ini, mitra tutur dari
bintang iklan yang melakukan tuturan
147
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
langsung berupa dialog adalah bintang iklan
lain yang berkedudukan sebagai mitra tutur
dalam peristiwa tutur yang ada. Mitra tutur
bintang iklan yang melakukan tuturan
berbentuk monolog adalah para audien atau
penonton yang menyaksikan paket iklan
tersebut di televisi.
H.
Kalimat dan Jenis-jenisnya
Kalimat adalah gabungan dari dua
buah kata atau lebih yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan
jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan
pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat
lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk,
dan lain sebagainya. Berikut ini adalah
contoh kalimat secara umum :
1. Joy Tobing adalah pemenang
lomba Indonesian Idol yang
pertama.
2. Pergi!
3. Bang Napi dihadiahi timah panas
oleh polisi yang mabok minuman
keras itu.
4. The Samsons sedang konser
tunggal di pinggir pantai ancol
yang sejuk dan indah.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun
kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat
akan membentuk kalimat yang mengandung
arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain :
1. SPOK :
2. Subjek / Subyek (S)
3. Predikat (P)
4. Objek / Obyek (O)
5. Keterangan (K)
I.
Unsur Pembentuk Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa
yang dibentuk oleh kata-kata. Kata-kata
tersebut ada yang berupa kata, kelompok
kata (frase atau klausa). Dalam ragam lisan,
disamping terdiri atas kata-kata, kalimat
dibentuk pula oleh intonasi, jeda, nada, dan
tempo.
1. Klausa sebagai Unsur Pembentuk
Kalimat
Klausa merupakan kelompok kata
yang terdiri atas subjek dan predikat. Klausa
dibedakan menjadi dua macam, yaitu klausa
utama dan klausa bawahan.
a. Klausa utama adalah klausa yang bisa
berdiri sendiri sebagai klaimat dan
isinya sudah dapat kita pahami. Dlam
kalimat majemuk bertingkat klausa ini
menduduki inti kalimat.
b. Klausa bawahan adalah klausa yang
belum lengkap isinya sehingga klausa
ini tidak dapat berdiri sendiri.
2. Frase Sebagai Unsur Pembentuk
Kalimat
Frase adalah kelompok kata yang
tidak melebihi batas fungsi, artinya frase
tidak mengandung fungsi subjek, predikat,
ataupun fungsi-fungsi lainnya. Frase masih
mempertahankan makna aslinya dan tidak
membentuk makna baru.
3. Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan
Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausanya,
kalimat dapat terbagi atas kalimat tunggal
dan kalimat majemuk.
a. Kalimat tunggal adalah kalimat
yang terdiri atas satu klausa.
b. Contoh: I love kecap sedap
c. Kalimat majemuk adalah kalimat
yang terdiri atas dua klausa atau
lebih. Kalimat majemuk masih
dibedakan lagi atas kalimat
majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat.
majemuk
setara
1. Kalimat
(koordinatif)
adalah
penggabungan dua klausa atau
lebih yang masing-masing
mempunyai kedudukan yang
setara
dalam
struktur
kalimat.Contoh: ibu dancow
lactobacillus dengan double
action kombinasi eksklusif
prebiotik
lactobacillus
protectus dan prebiotik bantu
jaga saluran pencernaan si
kecil.
2. Kalimat majemuk bertingkat
(subordinatif)
yaitu
menggabungkan dua klausa
atau lebih sehingga terbukti
kalimat majemuk yang salah
satu klausanya menjadi bagian
dari klausa yang lain. Contoh:.
Saya tambah gemuk jadi
pantang buat ngemil tapi perut
suka perih
4. Konjungsi sebagai Penghubung di
dalam Kalimat Majemuk
Konjungtor yang digunakan untuk
menggabungkan dua klausa di dalam
kalimat majemuk setara adalah sebagai
berikut:
a. Konjungtor jumlah: dan, serta,
baik-maupun.
148
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
b.
c.
Konjungtor pilihan: atau.
Konjungtor pertentangan: tetapi,
melainkan.
Konjungtor
yang
digunakan
untuk
menggabungkan klausa subordinatif dengan
klausa utama sebagai berikut
a. Konjungtor
waktu:
setelah,
sesudah, sebelum, sehabis, sejak,
selesai, ketika.
b. Konjungtor syarat: jika, kalau,
jikalau, asal(kan), bila, manakala.
c. Konjungtor pengandaian: andaikan,
seandainya, andaikan, sekiranya.
d. Konjungtor tujuan: agar, supaya,
biar.
e. Konjungtor konsesif: biarpun,
meski(pun), sungguhpun, sekalipun,
walaupun,
f. Konjuntor perbandingan: seakanakan, seolah-olah, sebagaimana,
seperti, sebagai, bagaikan, laksana,
daripada, alih-alih, ibarat.
g. Konjungtor sebab atau alasan:
sebab, karena, oleh karena.
h. Konjungtor hasil atau akibat:
sehingga, sampai (-sampai).
i. Konjungtor cara: dengan, tanpa.
j. Konjungtor alat: dengan, alat.
III. METODE PENELITIAN
Tulisan ini merupakan hasil dari
penelitian sederhana, yaitu penelitian yang
bersifat
deskriptif
kualitatif
dengan
pendekatan sosiolinguistik. Dalam metode
deskriptif, data yang terkumpul hanya
dianalisis dan dipaparkan secara deskriptif.
Seperti pendapat Arikunto (1990: 194) yang
menyatakan bahwa penelitian deskriptif
tidak dimaksudkan untuk menguji suatu
hipotesis
tertentu,
tetapi
hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan. Dalam
penelitian ini, data yang terkumpul berupa
kata-kata dan bukan dalam bentuk angka.
Maka dari itu, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Alasan lain bahwa
penelitian ini merupakan pendekatan
kualitatif adalah (1) penyajian hasil
penelitian ini berupa penjabaran tentang
objek, (2) pengumpulan data dengan latar
alamiah, (3) peneliti menjadi instrument
utama. Pendekatan deskriptif kualitatif
dalam penelitian ini adalah prosedur
penelitian dengan hasil sajian data deskriftif
berupa tuturan lisan dalam peristiwa tutur
dan fenomena kebahasaan yang turut
mempengaruhi interferensi bahasa gaul
dalam iklan televisi.
SUMBER, TEKNIK PENGUMPULAN
DAN ANALISIS DATA
Data merupakan hal terpenting
dalam penelitian, karena masalah timbul
dalam penelitian disebabkan adanya
penemuan data. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data adalah berupa tuturan
bintang iklan televisi yang terdapat pada
penayangan iklan di televisi yang telah
dipilih secara acak dan telah ditranskrip
dalam bentuk teks tertulis. Sumber data
penelitian ini adalah iklan televisi yang
ditayangkan di stasiun Televisi Swasta
Nasional di Indonesia yaitu RCTI dalam
kurun waktu tahun 2010. Perekaman
dilakukan selama 1 minggu yaitu hari Rabu
sampai Selasa, tanggal 20 – 26 Januari 2010.
Penulis
merekam
klan-iklan
yang
ditayangkan di RCTI dengan menggunakan
alat perekam kemudian ditranskrip dalam
bentuk tulisan teks. Iklan yang diambil
sebagai data sebanyak 10 iklan di televisi.
Iklan tersebut merupakan promosi produk
yang dikonsumsi oleh manusia.
Data
penelitian
diperoleh
berdasarkan pada proses pengamatan,
mendengarkan, merekam dan mencatat
penayangan iklan di televisi. Data yang
diperoleh dari narasumber yaitu televisi
ditranskrif dalam bentuk catatan dokumen
pribadi. Kemudian data interferensi dikaji
dengan metode pilah (bahasa penulis) yaitu
mendeskripsikan
kalimat-kalimat
percakapan tersebut apakah terdapat
perubahan gejala interferensi fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Setelah itu
dibandingkan dengan penggunaan bahasa
yang baku.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Wujud interferensi dari penggunaan
bahasa Indonesia dalam iklan di
televisi
a. Interferensi Fonologi
Interferensi fonologis terjadi
apabila penutur mengungkapkan katakata dari suatu bahasa dengan
menyisipkan bunyi-bunyi bahasa dari
bahasa lain. Interferensi fonologis
dibedakan menjadi dua macam, yaitu
interferensi fonologis pengurangan
huruf dan interferensi fonologis
pergantian huruf. Peristiwa tutur yang
ditemukan dalam iklan antara lain ;
1. Gak bisa makan tanpa kecap sedap.
2. Gak takut lagi.
3. Matanya tersenyum kian besar cinta
ibu.
149
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Asyik pool sekarang bisa nelpon
gratis.
Pagi…don’t forget tiba-tiba di
Three bayar sekali nelpon gratis
sepanjang hari.
Aku cepet gede,ha…ha….
Saya tambah gemuk jadi pantang
buat ngemil tapi perut suka perih.
Si andi tambah gede.
Orang-orang tambah gemes.
Syukur gak gampang sakit.
Kan dia terlindungi.
Mah! Ini gak usah ya?
Bawa aja deh!
Ibu tau yang terbaik.
BAB ku lancar.
Analisis
Kalimat dari nomor 1 sampai
15 merupakan interferensi fonologi
pengurangan dan pergantian huruf.
Rincian data tersebut adalah :
Interferensi fonologi pengurangan huruf
:
Kata
Bahasa Baku
Gak
Tidak
Nelpon
Telepon
Aja
Saja
Tau
Tahu
Ku
Aku
Interferensi fonologi pergantian huruf :
Kata
Bahasa Baku
Pool
Enak
Cepet
Cepat
Gede
Besar
Tambah
Manambah
Gampang Mudah
Mah
Mama (Ibu)
BAB
Buang Air Besar
b. Interferensi Morfologi
Interferensi morfologis terjadi
apabila dalam pembentukan kata suatu
bahasa menyerap afiks-afiks bahasa
lain. Penyimpangan struktur itu terjadi
kontak bahasa antara bahasa yang
sedang diucapkan (bahasa Indonesia)
dengan bahasa lain yang juga
dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa
asing). Interferensi morfologis meliputi
kekeliruan dalam memberikan akhiran
dan awalan. Peristiwa tutur yang
ditemukan dalam iklan antara lain;
1. Bayi belum punya refleks berkedip
sempurna.
2. Daripada itu mending beli susu
buat anak.
3.
4.
5.
6.
7.
Saya pilih susu nestle ideal
harganya terjangkau.
Susu nestle ideal punya zat besi
siap bantu anak jadi sehat.
Tonikum Bayer formula baru
dengan Fe2+ membantu atasi
gejala kurang darah.
Tonikum Bayer atasi kurang darah.
Ibu dancow lactobacillus protectus
dan prebiotik bantu jaga saluran
pencernaan si kecil.
Analisis
Kalimat dari nomor 1 sampai 7
terdapat kekeliruan dalam interferensi
morfologi.
Kalimat
yang
benar
seharusnya adalah sebagai berikut :
1. Bayi belum mempunyai refleks
berkedip sempurna.
2. Daripada itu mending membeli
susu buat anak.
3. Saya memilih susu nestle ideal
harganya terjangkau.
4. Susu nestle ideal mempunyai zat
besi siap membantu anak menjadi
sehat.
5. Tonikum Bayer formula baru
dengan Fe2+ membantu mengatasi
gejala kekurangan darah.
6. Tonikum
Bayer
mengatasi
kekurangan darah.
7. Ibu dancow lactobacillus protectus
dan prebiotik membantu menjaga
saluran pencernaan si kecil.
c.
Interferensi Sintaksis
Interferensi sintaksis terjadi
apabila struktur bahasa lain (bahasa
Jawa, bahasa Inggris, bahasa Arab, dan
bahasa
Gaul)
digunakan
dalam
pembentukan kalimat bahasa yang
digunakan.
Penyerapan
unsur
kalimatnya dapat berupa kata, frasa, dan
klausa. Interferensi sintaksis seperti ini
tampak jelas pada peristiwa campur
kode. Peristiwa tutur yang ditemukan
dalam iklan, antara lan ;
1. Beli hp esia online, tante.
2. Biar bisa facebook kan setiap saat.
3. I love kecap sedap.
4. Daripada itu mending beli susu buat
anak.
5. Pagi..beibe!
6. Pagi…don’t forget tiba-tiba di
Three bayar sekali nelpon gratis
sepanjang hari.
7. Update status, upload foto Cuma
3000 seminggu.
150
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
8.
GS, Esia free sender, email juga
murah.
Analisis
Kalimat dari nomor 1 sampai 8
mengalami interferensi sintaksis. Katakata yang yang ditulis miring
dipengaruhi oleh bahasa lain yaitu :
Tabel 1. Kata-kata serapan
Kata
Asal Bahasa
Bahasa Indonesia
Online
Bahasa Inggris
Sambung jaring
Facebook
Bahasa Inggris
I Love
Bahasa Inggris
Dinding menyampaikan pesan
lewat internet
Saya suka
Mending
Bahasa sunda
Lebih baik
Beibe
Bahasa Inggris
Sayang
Don’t forget
Bahasa Inggris
Jangan lupa
Update, upload
Bahasa Inggris
mutakhir, mengunduh
Free sender
Bahasa Inggris
Bebas mengirim
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya interferensi penggunaan
bahasa Indonesia dalam iklan di
televisi
Penggunaan bahasa Indonesia
dalam iklan di televsi ternyata dipengaruhi
oleh bahasa asing yaitu bahasa Inggris dan
bahasa daerah yaitu bahasa Sunda. Selain itu
juga dipengaruhi oleh bahasa gaul. Ternyata
dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa
dalam iklan begitu mudahnya dicerna oleh
masyarakat dan ditiru. Karena kebanyakan
mudah, santai, dan nyata menggunakan
bahasa komunikasi sehari-hari yang tidak
resmi. Keberadaan bahasa dalam iklan di
televisi dipengaruhi oleh faktor sosial dan
ekonomi masyarakat serta fakta-fakta yang
sedang terjadi dikalangan masyarakat.
3.
Pola kalimat yang terdapat dalam
bahasa iklan di televisi
Kalimat yang dianalisis pada bagian
ini hanya kalimat yang dianalisis dengan
bentuk interferensi fonologi, morfologi, dan
sintaksis dalam bahasa gaul yang digunakan
didalam iklan. Kalimat-kalimat tersebut
adalah :
1.
2.
makan tanpa
Gak bisa
S
P (kata kerja)
kecap sedap
frase
3.
Gak (tidak) takut lagi.
Frasa
4.
Matanya tersenyum kian
S
P
5. besar cinta ibu
frasa
6.
Asyik pool sekarang bisa nelpon
gratis.
Frasa
7.
Pagi…don’t forget tiba-tiba di Three
bayar sekali nelpon gratis sepanjang
hari.
Frasa
8.
Aku cepet gede,ha…ha…
klausa tunggal
9.
Si Andi tambah gede.
S
P
Kata sifat
10. Orang-orang tambah
S
P
11. gemes.
Kt.sifat
12. Syukur gak gampang sakit.
151
WANASTRA Vol.I No.2 SEPTEMBER 2010
Frasa
13. Kan dia terlindungi.
S
P
14. Mah! Ini gak usah ya?
S
P
15. Bawa aja deh!
frasa (Kalimat Perintah)
16. Ibu tau yang terbaik
S
P
17. BAB ku lancer
Frasa
18. Bayi belum punya refleks berkedip
sempurna
S
P
19. Daripada itu mending beli susu buat
anak
S
P O
20. Saya pilih susu nestle ideal
S
P
K
21. harganya terjangkau.
kalimat tunggal
22. Susu nestle ideal punya zat besi siap
bantu anak jadi sehat.
S
P O
P
O
23. Tonikum Bayer atasi kurang darah
S
P
K
24. I love kecap sedap.
S P O
25. Pagi..beibe!
frasa
gejala kebahasaan yang ada dalam bahasa
iklan seyogyanya di dalam iklan kita
menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar agar mempunyai pengaruh yang
positif untuk kehidupan sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 1990. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta:
Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia,
cet. V.
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa:
Struktur Internal, Pemakaian dan
Pemelajaran.
Jakarta:
Rineka
Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Emzir.
2008. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta.
Harefa, Andrias. 2003. Agar MenulisMengarang Bisa Gampan. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia
Hastho susilo, Wahyu. 2007. Skripsi :
Pilihan Bahasa Dalam Iklan
Televisi.
Universitas
Negeri
Semarang
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia,
cet. V.
Ohowiutun, Paul. 2002. Sosiolinguistik:
Memahami Bahasa Dalam Konteks
MAsyarakat dan Kebudayaan.
Jakarta: Visipro
Rahayu, Octy. 2004. Assosiati Pornografis
pada Wacana Iklan di Televisi.
Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
UNNES, Semarang.
Sumarmi. 2003. Alih Kode dan Campur
Kode Pemakaian Bahasa Indonesia
dalam Kolom Reboan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
V.
KESIMPULAN
Dalam tulisan ini dihasilkan bahwa
penggunaan bahasa gaul dalam iklan di
televisi ternyata mengalami interferensi
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Mungkin
kalau diteliti lebih dalam akan ada gejala
semantik. Selain itu, dalam pola-pola
kalimatnya pun bervariasi. Ada yang hanya
berbentuk frasa, kalimat tunggal, kalimat
majemuk setara dan bertingkat, dan
sebagainya. Meskipun pola kalimatnya
banyak yang tidak mengikuti bahasa
Indonesia yang baku. Akan tetapi, apapun
152
Download