BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo

advertisement
BAB II
TRANSFORMATOR
II.1
Umum
Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat
memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level tegangan yang lain melalui kinerja satu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi
berlapis, dan dua buah kumparan yaitu kumparan perimer dan kumparan sekunder.
Kedua kumparan ini tidak terhubung secara langsung. Satu-satunya hubungan antara
kedua kumparan adalah fluks magnetik bersama yang terdapat dalam inti. Salah satu
dari kedua kumparan transformator tadi dihubungkan ke sumber daya listrik bolakbalik dan kumparan kedua (serta ketiga jika ada) akan mensuplai daya ke beban.
Kumparan transformator yang terhubung kesumber daya dinamakan kumparan primer
sedangkan yang terhubung ke beban dinamakan kumparan sekunder, jika terdapat
kumparan ketiga dianamakan kumparan tersier.
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya,
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Penggunaan
transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting
dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus
bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik. Pada penyaluran tenaga listrik terjadi kerugian sebesar I2R watt, kerugian ini
Universitas Sumatera Utara
akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan. Dengan demikian saluran-saluran
tenaga listrik senantiasa mempergunakan tegangan yang tinggi.
Tegangan yang paling tinggi di Indonesia pada saat ini adalah 500 kV. Hal ini
dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi. Dan menaikkan
tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya berkisar antara
6-20 kv pada awal saluran transmisi, dan menurukannya pada ujung saluran itu
ketegangan yang lebih rendah, dilakukan dengan transformator. Transformator yang
dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator tenaga.
Disamping itu, ada jenis – jenis transformator lain yang banyak dipergunakan,
dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.Misalnya
transformator yang dipakai dirumah tangga, yang dipakai pada lampu TL, pesawat
radio, televisi dan berbagai alat elektronika lainnya.
II.2
Konstruksi Transformator
Pada umumnya kontruksi transformator terdiri atas bagian-bagian sebagai
berikut:
Inti (core) yang dilaminasi.
1. Dua buah kumparan, kumparan primer dan sekunder.
2. Tangki.
3. Sistem pendingin.
4. Terminal.
5. Bushing.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum transformator dapat dibedakan dua jenis menurut konstruksinya, yaitu:
1. Tipe inti
2. Pada transformator tipe inti, kumparan mengelilingi inti dan kontruksi dari
intinya berbentuk huruf L atau huruf U.
Gambar 2.1
Kontruksi transformator tipe inti.
3. Tipe cangkang
Pada transformator tipe cangkang, kumparan atau belitan transformator dikelilingi
oleh inti dan kontruksi intnya berbentuk huruf E, huruf I, dan huruf F..
Gambar 2.2
Kontruksi transformator tipe cangkang.
Universitas Sumatera Utara
II.3
Klasifikasi Transformator
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi : [7]
a. Transformator daya ( > 500 kVA).
b. Tranformator distribusi ( 3-500 kVA).
c. Transformator instrument, digunakan untuk pengukuran yang terdiri
atas transformator arus dan transformator tegangan.
Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi atas 2 yaitu :[7]
1. Transformator satu fasa.
2. Transformator tiga fasa.
I1.4
Prinsip Kerja Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan
menyalurkan energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke
rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang
tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan ( primer dan sekunder ) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks
Universitas Sumatera Utara
bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut
membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri ( self induction )
dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari
kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang
menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus
sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer
keseluruhan (secara magnetisasi ).
Dimana :
e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]
N = jumlah lilitan
dφ
= perubahan fluks magnet
dt
II.4.1 Keadaan Transformator Beban Nol
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoid
dan dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. Io akan tertinggal 900 dari V1. Arus
primer Io menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid. Pada
Gambar 2.3 dapat dilihat suatu transformator tanpa beban.
Universitas Sumatera Utara
φ
I1
N1
V1
Gambar 2.3
E1
E2
N2
V2
Transformator dalam keadaan tanpa beban.
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan. Induksi е1 ( Hukum Faraday )[7]
Dimana :
= gaya gerak listrik induksi
N1
= jumlah belitan di sisi primer
ω
= kecepatan sudut putar
Φ
= fluks magnetik
Universitas Sumatera Utara
Harga efektifnya
Dimana :
= gaya gerak listrik induksi efektif
f
= frekuensi
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi adanya fluksi bocor di abaikan akan
terdapat hubungan :[7]
Apabila,
a < 1, maka transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan
(step up)
a > 1, maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan
(step down)
Dimana :
= ggl induksi di sisi primer (Volt)
Universitas Sumatera Utara
= ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
= tegangan terminal di sisi primer (Volt)
= tegangan terminal di sisi sekunder (Volt)
= jumlah belitan di sisi primer
= jumlah belitan di sisi sekunder
a
= faktor transformasi
I1.4.2 Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder di hubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada
kumparan sekunder, dimana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban, seperti pada
Gambar 2.4.
φ2
φ2’
φ1
I1
V1
Gambar 2.4
I2
N1
E1
E2
N2
V2
Z
Transformator dalam keadaan berbeban.
Universitas Sumatera Utara
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet ( ggm ) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks ( Ф ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan Im.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir
arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :[7]
Bila komponen arus rugi tembaga (Ic) diabaikan, maka Io = Im, sehingga :
Dimana:
I1.5
I1
= arus pada sisi primer (ampere)
Io
= arus penguat (ampere)
Im
= arus pemagnetan (ampere)
Ic
= arus rugi-rugi tembaga (ampere)
Rangkaian Ekivalen Transformator
Tidak semua fluks (Φ) yang dihasilkan oleh arus pemagnetan IM merupakan
fluks bersama (ΦM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan primer (Φ1) atau
kumparan primer saja (Φ2). Rangkaian ekivalen digunakan untuk menganalisis kerja
suatu transformator, adanya fluks bocor Φ1 dan Φ2 yang
dinyatakan
sebagai
reaktansi X1 dan X2. Sedangkan untuk rugi tahanan dinyatakan dengan R1 dan R2.
Rangkaian ekivalen suatu transformator seperti Gambar 2.5 [7]
Universitas Sumatera Utara
R1
X1
I1
R2
I2
X2
I0
V1
Gambar 2.5
IC
RC
IM
XM
E1
E2
V2
ZL
Rangkaian ekivalen transformator.
Sehingga persamaan (2.10) menjadi :
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, maka
harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2, sehingga rangkaian
ekivalennya seperti Gambar 2.6.
Universitas Sumatera Utara
R1
X1
I1
I2
'
a2X2
a2R2
I0
IC
RC
V1
Gambar 2.6
IM
XM
aV2
a2ZL
Rangkaian ekivalen transformator dilihat dari sisi primer.
Untuk memudahakan perhitungan, model rangkaian Gambar 2.6 diatas dapat
diubah menjadi seperti Gambar 2.7.
I1
I2
'
R1
X1
2
a R2
a2X2
I0
V1
Gambar 2.7
IC
RC
IM
XM
aV2
a2ZL
Penyederhanaan Rangkaian ekivalen transformator.
Maka dari Gambar 2.7 diperoleh : [7]
Sehingga Gambar 2.7 dapat disederhanakan menjadi seperti Gambar 2.8.
Universitas Sumatera Utara
I2'
I1
Rek
Xek
I0
V1
Gambar 2.8
I1.6
IC
RC
IM
XM
aV2
a2ZL
Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator.
Diagram Vektor Transformator
Diagram vector adalah penggambaran hubungan antara fluks magnetic,
tegangan dan arus yang mengalir dalam bentuk vector. Hubungan yang terdapat di
antara harga-harga tersebut akan tergantung pada sifat beban, impedansi lilitan
primer, dan sekunder, serta rugi-rugi transformator.
I1.6.1 Transformator Tanpa Beban
Apabila transformator tidak dibebani, arus yang mengalir dalam transformator
hanya arus pemagnetan (Io) saja. Dalam hal ini :[7]
1. Fluks magnet (Φo) sephasa dengan arus primer tanpa beban (Io) dan lagging
90° terhadap tegangan sumber V1.
2. Gaya gerak listrik induksi pada sisi primer (E1) besarnya sama dengan V1,
tetapi berbeda phasa 180° terhadap tegangan sumber V1.
3. Gaya gerak listrik induksi pada sisi sekunder (E2 = aE1), lagging 90° terhadap
fluks magnet (Φo).
Dalam penggambaran, V1 = -E1, dengan menganggap :
Universitas Sumatera Utara
1. Rugi-rugi arus pusar dan rugi-rugi hysteresis di dalam inti tidak ada.
2. Rugi-rugi tahanan kawat tembaga tidak ada.
3. Fluks bocor pada kumparan primer dan kumparan sekunder tidak ada,
maka vector diagramnya seperti Gambar 2.9.
Φo
Io
90°
90°
V1 = -E1
E1
E2
0
Gambar 2.9
Diagram vektor transformator ideal tanpa beban.
Karena transformator tidaklah mungkin ideal, maka rugi-rugi pada
transformator harus diperhitungkan, maka :[9]
1. Arus primer tanpa beban (Io) tidak sephasa dengan fluks magnet (Φo), dimana
arus primer tanpa beban dapat diuraiakan atas dua komponen yaitu :
2. Besarnya ggl induksi E1 tidak sama lagi dengan V1 karena adanya impedansi
kumparan primer Z1, sehingga dipeoleh hubungan :
Universitas Sumatera Utara
Φo
Io
Im
I oR
Io X
1
1
-E1
E2
Ic
E1
0
V1
Gambar 2.10
Diagram vektor transformator tak ideal tanpa beban.
I1.6.2 Transformator Berbeban
Bila transformator diberi beban maka pada sisi sekunder terdapat arus (I2)
yang mengalir. I2 yang mengalir akan menyebabkan adanya perubahan pada arus yang
mengalir di sisi primer. Transformator yang berbeban ini dapat dibagi menjadi 3
bagian ditinjau dari bebannya yaitu tahanan murni, beban induktip dan beban
kapasitip.
I1.6.2.1
Beban Tahanan Murni
Apabila pada sisi sekunder transformator ( Gambar 2.5) dihubungkan dengan
tahanan murni (R), maka arus akan mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar
I2. I2 akan berbeda fasa terhadap E2 sebasar θ2.[7]
Universitas Sumatera Utara
Φ
I1
Im
I1 X
1
1
-E1
-I2
φ 1 θ1
E2
E1
Ic
θ2
0
I2
V1
V2
I2 (R
2
I1 R
+R
I2 X
Io
2)
Gambar 2.11 Diagram vektor transformator berbeban tahanan murni.
I1.6.2.2 Beban Induktif
Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sisi sekunder
transformator (Gambar 2.5) terdapat R2 + jX2 dan RL + jXL. Dengan adanya harga R2
+ jX2 dan RL + jXL, akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2.
Dimana : [7]
Dan dengan adanya harga R2 + jX2 dan RL + jXL, juga akan mengakibatkan
pergeseran phasa antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana :
Universitas Sumatera Utara
Φ
I1
Im
-I2
φ 1 θ1
I1 X
1
1
Ic
-E1
θ2
0
I2
V1
φ2
I2 R
L
Gambar 2.12
I1.6.2.2
E2
E1
V2 I
2R
2
I2X
2
I1 R
I2 X
Io
L
Diagram vektor transformator berbeban induktif.
Beban Kapasitif
Jika ( Gambar 2.5 ) dihubungkan dengan beban kapasitif, maka arus akan
mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar I2. Beban kapasitif tersebut akan
mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2, dan juga akan
mengakibatkan pergeseran phasa antara I2 dan V2 sebesar φ2. Dimana : [7]
Universitas Sumatera Utara
Φ
I1
θ2
φ1
-E1
Ic
0
E1
E2
φ2
I 2X
I1X1
1
L
I1 R
I2
Im
L
I2X
Io
I2R
2
V1
-I2
V2
Gambar 2.13
I1.7
I2R
2
Diagram vektor transformator berbeban kapasitif.
Transformator Tiga Phasa
II.7.1 Umum
Transformator tiga phasa pada prinsipnya sama dengan transformator satu
phasa, perbedaannya adalah pada transformator tiga phasa mengenal adanya
hubungan bintang, segitiga dan hubungan zig-zag, dan juga system bilangan jam yang
sangat menentukan kerja pararel tiga phasa. Untuk menganalisa transformator tiga
phasa dilakukan dengan cara menganggap bahwa transformator tiga phasa sebagai
transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir
biasanya parameter tertentu (arus, tegangan, dan daya) transformator tiga phasa
dikalikan dengan nilai
.
Transformator tiga phasa dikembangkan untuk alasan ekonomis, biaya lebih
murah karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah
Universitas Sumatera Utara
transformator satu phasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah
transformator tiga phasa, penerjaannya lebih cepat.
Transformator tiga fasa adalah trafo yang sering dipakai hal ini dikarenakan :
a. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.
b. Mempunyai nilai ekonomis.
c. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah.
II.7.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa
Untuk mengurangi rugi-rugi yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,
rangkaian magnetik biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis konstuksi
yang biasa digunakan pada transformator tiga phasa seperti pada Gambar 2.14 dan
Gambar 2.15.
Np1
Np2
Np3
Ns1
Ns2
Ns3
Gambar 2.14 Transformator tiga phasa tipe inti.
Universitas Sumatera Utara
Np1
Np2
Ns2
Ns1
Np3
Ns3
Gambar 2.15 Transformator tiga phasa tipe cangkang
II.7.3 Hubungan Transformator Tiga Phasa
Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu : [9]
1. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujungujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujungujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan
yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120°.[9]
A IA
IB
B
ZB
Z
A
N
IN
ZC
C
IC
Gambar 2.16
Transformator tiga phasa hubungan bintang.
Dari gambar 2.16 diperoleh bahwa :
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
= tegangan line to line (Volt)
= tegangan phasa (Volt)
= arus line (Ampere)
= arus phasa (Ampere)
2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)
Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara
penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung
mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa
ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan
kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda
120°.
Universitas Sumatera Utara
IA
IAB
ICA
IC
IB
IBC
Gambar 2.17 Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.
Dari gambar 2.17 diperoleh bahwa : [9]
Dimana :
= tegangan line to line (Volt)
= tegangan phasa (Volt)
= arus line (Ampere)
= arus phasa (Ampere
3. Hubungan Zigzag
Transformator zig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah
satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak
memiliki titik netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa
Universitas Sumatera Utara
dibagi menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang
berlainan.
Gambar 2.18 Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.
Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah[7]:
Dimana :
iY
= arus pada kumparan yang terhubung Y
ρ
= hambatan jenis tembaga
LY
= panjang kumparan yang terhubung Y
AY
= Luas penampang kumparan yang terhubung Y
AΔ
= Luas penampang kumparan yang terhubung Δ
AZZ
= Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag
Universitas Sumatera Utara
II.7.4 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga Phasa
Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi
sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan
segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu liltan
sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh
kombinasi Δ-Z, dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa,
hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila
dihubungkan secara bintang dengan beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini
pembahasan hubungan transformator tiga phasa secara umum :
1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)
Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada
primer dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi
pergeseran fasa sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa
(L-L) pada sisi primer dan sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban
seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan
sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus
netral yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.
Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.20. Pada
hubungan Y-Y,
tegangan masing-masing primer phasa adalah :[7]
Universitas Sumatera Utara
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer
dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :
r
R
N1R
N2r
s
R
S
r
V2ph
N1S
V1
ph
N1R
N2s
s
S
N1S
N2r
N2s
V1L V1ph
V2ph V2L
V2L
V1L
N1T
N2t
t
T
t
T
N1T
N2t
Gambar 2.19 Transformator 3 phasa hubungan Y-Y.
2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)
Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai
penaik tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3
kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan
sekunder yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau
trafo Δ-Δ. Hubungan transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar 2.21. Pada
hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa
primer (
), dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
Universitas Sumatera Utara
tegangan phasa (
), sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada
hubungan Y-Δ adalah :[7]
Gambar 2.20 Transformator 3 phasa hubungan Y-Δ.
3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)
Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari
tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat
pada Gambar 2.22. Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama
dengan tegangan phasa primer (
), dan tegangan sisi sekundernya (
), maka perbandingan tegangan pada hubungan Δ-Y adalah :[7]
r
R
V1L
V1ph N1R
N2r
V2ph
V2L
s
V2L
r
N1R
S
N1S
N1T
s
S
N1S
N2s
V
V1L
1p
h
R
N2s
N2r
V2ph
N2t
t
T
T
t
N1T
N2t
Gambar 2.21 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Y.
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan Delta - delta (Δ-Δ)
Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan
phasa sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN),
maka perbandingan tegangannya adalah : [7]
Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :
Dimana :
IL
= arus line to line
IP
= arus phasa
r
R
V1L
R
1p
h
V2ph
V
V1L
r
N1S
N1T
N2r V2ph
V2L
V2L
s
S
N1S
N2r
N1R
S
V1ph N1R
N2s
s
N2t
N2s
t
T
T
t
N1T
N2t
Gambar 2.22 Transformator 3 phasa hubungan Δ-Δ.
Universitas Sumatera Utara
Download