ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009 Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat (SKM) Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OLEH : CORY AULIYA FAUZI NIM : 105101003222 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009 Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OLEH : CORY AULIYA FAUZI NIM : 105101003222 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain Semangat untuk terus belajar dan berjuang Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan kemampuan diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik…. FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Februari 2010 Cory Auliya Fauzi, NIM : 105101003222 Analisis Pengetahuan dan Perilaku Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2010 xix + 232 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 12 lampiran ABSTRAK Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, salah satunya anemia belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas (2008), prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada anak perempuan. Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan. Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 12,8 %. Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic) di masa mendatang. Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. PUGS terdiri dari : 1. Makanlah aneka ragam makanan. 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. 5. Gunakan garam beryodium. 6. Makanlah makanan sumber zat besi. 7. Berikan Air Susu Ibu saja sampai 6 bulan dan tambahkan Makanan Pendamping-Air Susu Ibu sesudahnya. 8. Biasakan makan pagi. 9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur. 11. Hindari minum-minuman beralkohol. 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, pola konsumsi keluarga, serta ii perilaku gizi seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data Fokus Grup Diskusi, wawancara mendalam, dan observasi. Informan penelitian ini terdiri dari informan utama, yaitu 12 informan Fokus Grup Diskusi, 6 informan Wawancara Mendalam, dan 3 informan observasi dimana masing-masing informan untuk setiap teknik berbeda. Dan informan pendukung yang terdiri dari 6 keluarga dan 6 teman sebaya dari informan utama yang diwawancara mendalam serta 1 penjual kantin. Hasil penelitian yang diperoleh didapat gambaran bahwa pengetahuan sebagian besar informan tentang gizi seimbang menurut PUGS khususnya untuk pesan no 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari PUGS cukup baik karena informan telah mengetahui berbagai macam bahan makanan dari masing-masing zat gizinya (karbohidrat, protein, dan lemak), jenis-jenis zat gizi sesuai macamnya, manfaat serta akibat dari konsumsi yang berlebih dan konsumsi yang kurang dari masing-masing zat gizi. Akan tetapi pengetahuan tentang lemak dan porsi masing-masing jenis makanan masih kurang. Terlebih seluruh informan tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengat PUGS. Sedangkan untuk pesan no 5 dan 6 dari PUGS masih sangat kurang, dimana informan hanya tahu yodium untuk mencegah penyakit gondok tetapi tidak mengetahui berapa konsumsi garam yang ideal dalam satu hari serta akibat dari konsumsi garam yang berlebih untuk kesehatan. Selain itu informan juga tidak tahu tentang zat besi. Secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan Wawancara Mendalam telah sesuai dengan PUGS yang meliputi pesan 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. Akan tetapi untuk pengaplikasian pesan 13 masih kurang baik. Sedangkan untuk kesesuaian perilaku dengan pesan 2, 3, 4, dan 6 tidak dapat diketahui oleh peneliti karena kurang dalamnya informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk pesan no. 7 terlupa peneliti tanyakan kepada informan pendukung. Perilaku gizi seimbang informan dari informan Wawancara Mendalam dan observasi menurut PUGS secara umum masih kurang sesuai, khususnya untuk pesan no. 2, 3, 4, 6, 12, dan 13 dari PUGS. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dari mereka tidak mengetahui porsi yang ideal untuk setiap zat yang disesuaikan dengan kebutuhan gizinya dalam satu hari. Selain itu ada dua informan yang walaupun telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan keluarga yang selalu menyediakan makanan yang bergizi, tetapi memiliki pola makan yang kurang seimbang karena tidak menyukai sayur dan protein nabati seperti tahu dan tempe sejak kecil dikarenakan tidak menyukai rasa dan tidak dapat menelan makanan tersebut. Sedangkan untuk pesan no 1, 5, 8, 9, 10, dan 11 PUGS sudah cukup baik karena telah diaplikasikan oleh sebagian besar informan pada kehidupan sehari-harinya. Daftar bacaan: 45 (1984-2009) iii FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY PUBLIC HEALTH MAJOR OF NUTRITION SOCIETY Undergraduated Thesis, February 2010 Cory Auliya Fauzi, NIM: 105101003222 Knowledge and Behavior Analysis Balanced Nutrition General Nutrition Guidelines According Balanced (PUGS) of Student SMP 107 Jakarta in 2010 xix + 232 pages, 12 tables, 2 charts, 12 appendices ABSTRACT In the globalization era, teenager’s experiencing double nutritional problem’s, one of the problems is anemia that until now not yet resolved in the world and in Indonesia. Based on Riskesdas (2008), the prevalence of school-age children (age 6 - 14 years) having a weight that categorize as fat are 9.5% of boys and 6.4% of girls. The prevalence of school-age children (age 6 - 14 years) who have weight that categorize as skinny in 2007 is 13.3% of male and 10.9% of female. While the prevalence of children that have anemia in school age in Indonesia during 2007 are 12.8%. Teenagers who have nutritional problems, will affect the quality of human resources in which may result in losing the young generation, as well as impact on the national economy in the future. According to early observations made on 11 students we got the picture that they all don’t know about PUGS as guidelines for a balance nutrition, they are more familiar with the term "4 Healthy 5 Perfect" which are no longer used as a guidelines to have a balance nutrition. Also based on researcher internship experience, it is shown that health educations, especially education about nutrition in schools in the area of Public Health Service (Puskesmas) District Pasar Minggu the proportion is very small compared to other health problems such as reproductive health and Drugs (Narcotics, Psychotropic and Addictive Substance). The general objective of this study is to analyze the nutrition knowledge and behavior of Balance Nutrition according to the General Guidelines for Balanced Nutrition (PUGS) in junior high school 107 Jakarta’s students in 2009. PUGS consist of: 1. Eat a variety of foods. 2. Eat enough food to meet energy sufficiency. 3. Eat a carbohydrate food half of our energy sufficiency. 4. Limit your consumption of fat and oil up to a quarter of energy sufficiency. 5. Use of iodized salt. 6. Eat the food sources of iron. 7. Give only Mother's Milk to baby up to 6 months and add to food-Mother's Milk Mate afterwards. 8. Having a breakfast. 9. Drink water that clean and in sufficient amount. 10. Perform regular physical activity (sport). 11. Avoid alcohol drink. 12. Eat food that is safe for health. 13. Read labels on packaged foods. The specific objective of this study was to determine the level of knowledge’s, the pattern of family consumption, as well as balanced nutrition behavior based on General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) in Junior High School 107 Jakarta’s students in 2009. iv This research was conducted with qualitative methods of data collection techniques of Focus Group Discussions, interviews, and observation. Informants of this study consisted of main informants, which is 12 informants in Focus Group Discussion, 6 informant of deep interview, and 3 informants observations where each informant dedicated for each technique. Supporting informants that consist of 6 families, 6 peers from main informant who were in deep interview session and 1 canteen seller. The result of this research result indicates that most of informants knowledge about balanced nutrition by PUGS especially for point number 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, and 13 of the PUGS is good enough because the informant knows various kinds of food from each nutrient (carbohydrate, protein, and fat), many kinds of nutrients according to its category, benefits and the consequences of excessive consumption and less consumption of each nutrient. But knowledge about fat and portions of each food type still lack. Moreover, all informants never know about PUGS. While for the point number 5 and 6 of the PUGS is still lacking, where the informant only knew iodine to prevent goiter but do not know what the ideal consumption of salt in a day and the consequences of excessive salt consumption for health. In addition informants also did not know about iron. In general, most of the family diet of depth interview informants in accordance with PUGS which includes points 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. But for the application of the point 13 is still not good enough. While for the appropriateness of behavior with points 2, 3, 4, and 6 can’t be known by the researchers due to lack of information gets from informant. And for point no. 7 researcher forget to ask supporters informants. Balanced nutrition behavior of informant depth interview and observations of PUGS in general didn’t expectation, especially for point no. 2, 3, 4, 6, 12, and 13 of the PUGS. This is because as most of them do not know the ideal portions for any substance that is needs in a day. In addition there are two informants who already have good knowledge and its family always provides good food nutritious, but has a less balanced diet due to didn’t like vegetables and vegetable proteins such as tofu and tempe since its childhood hate the taste and can’t swallow these foods. While for the point number 1, 5, 8, 9, 10, and 11 of PUGS already applied by most informants in their daily lives. Reading list: 45 (1984-2009) v LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain Semangat untuk terus belajar dan berjuang Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan kemampuan diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik…. ix KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Dengan penuh kesadaran, penulis yakin masih banyak yang harus diperbaiki dalam proses penyusunan skripsi ini. Selama proses penyusunan skripsi, banyak pihak yang turut membantu dan memberikan petunjuk, dorongan, semangat, dan motivasi kepada penulis. Sehingga pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. DR (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat beserta staff dan segenap Bapak/Ibu dosen Prodi Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diberikan. 3. Febrianti, M.Si, selaku Penanggung Jawab Peminatan Gizi Masyarakat dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta tak hentihentinya memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi. x 4. Bambang P. Cadrana, MKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta tak henti-hentinya memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi, Salam Takzim Pak.... 5. Dra. Ida Farida, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN 107 Jakarta yang telah memberikan izin dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Guru dan staff SMPN 107 Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Sriyono dan Mama Rianing terima kasih atas semua pengorbanan, dukungan, cinta, ketulusan, doa, dan segalanya yang telah kalian berikan. I Love You Paa, Maa... 8. Pakde Dibyo dan Bude Labibah yang telah banyak membantu dalam membiayai kuliahku serta tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, dan motivasi padaku. 9. Almarhumah mbahku tercinta, Mbah Turni Pomo yang semasa hidupnya begitu menyayangi, mencintaiku dan tak henti-hentinya memberikan doa, semangat, motivasi, dan pelajaran hidup untuk selalu dan terus berjuang dan berusaha. I Love You Mbah... 10. Adik-adikku tercinta, Nurul dan Mbeet yang telah memberikan semangat dan motivasi. I Love You... 11. Seluruh keluarga besarku, bu de’, pa’ de,bu le’, om, mas, tante, kakak maupun adik sepupuku. Terima kasih atas segala doa dan dukungannya. xi 12. Sahabat dan teman seperjuangan Cumi n d’Backbone (Najwa, Cumi, Maik, Wita, Rira, Riput) yang selama ini menjadi tempatku berbagi, baik dikala sedih maupun senang. Sahabat yang selalu memberikan kritikan, masukan, nasehat, motivasi, serta semangat. Thank You Guys..Love You Forever.... 13. Sahabat dan teman seperjuanganku Yuni, Dilla, Ella, Ida, Ay, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu...chayoo guys..Semoga kebersamaan ini akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan... 14. Teman-teman jurusan Gizi dan K3 angkatan 2005, banyak kenangan yang telah kita lalui bersama, suka duka itu akan menjadi kenangan terindah kita baik kemarin, sekarang, maupun esok hari. Dengan memohon doa kepada Allah SWT penyusun berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua...Amin. Wassalammu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 4 Februari 2010 Penyusun xii DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ..................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... vi PENGESAHAN PANITIA SIDANG ...................................................................... vii RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. viii LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... ix KATA PENGANTAR................................................................................................. x DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah. .......................................................................... 8 1.3 Pertanyaan Penelitian. ........................................................................ 9 1.4 Tujuan ................................................................................................ 9 1.4.1 Tujuan Umum. .......................................................................... 9 1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 9 1.5 Manfaat ............................................................................................ 10 1.5.1 Manfaat Bagi Remaja.............................................................. 10 1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan .......................................... 10 1.5.3........................................................................................... M anfaat Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............... 10 1.6 BAB II Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 10 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12 xiii 2.1 ..................................................................................................... R emaja ................................................................................................ 12 2.2 ..................................................................................................... P edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) .......................................... 13 2.1.1........................................................................................... S ejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) .................... 13 2.1.2........................................................................................... P edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia............. 14 2.3 ..................................................................................................... P erilaku Gizi Seimbang...................................................................... 38 2.4 ..................................................................................................... F aktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Gizi Seimbang ........... 40 2.5 ..................................................................................................... T eori Perilaku Gizi Seimbang ............................................................ 48 BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH.................................. 50 3.1 .................................................................................................... K erangka Pikir................................................................................... 50 3.2 .................................................................................................... D efinisi Istilah ................................................................................... 52 BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 54 4.1 Metode Penelitian ............................................................................ 54 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 54 4.3 Informan Penelitian.......................................................................... 54 4.4 Instrumen Penelitian ........................................................................ 56 4.5 Sumber Data..................................................................................... 57 4.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 57 4.7 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 59 4.5.1 Sumber Data............................................................................ 59 4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 59 4.8 Pengolahan Data .............................................................................. 61 xiv 4.9 Pengecekan Keabsahan Data / Validitas Data ................................. 61 4.10 Analisis Data .................................................................................... 62 4.11 Penyajian Data ................................................................................. 62 BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 63 5.1 ..................................................................................................... G ambaran Umum SMPN 107 Jakarta ............................................... 63 5.1.1 Gambaran Kantin SMPN 107 Jakarta.................................... 64 5.2 ..................................................................................................... K arakteristik Informan ...................................................................... 65 5.2.1 Informan Utama .................................................................... 65 5.2.2 Informan Pendukung ............................................................. 71 5.3 ..................................................................................................... H asil Penelitian.................................................................................. 76 5.3.1 Informan Utama .................................................................. 76 5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 Tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).................................................................. 76 5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .......................... 101 5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .......................... 106 5.3.2 Informan Pendukung......................................................... 151 5.3.2.1............................................................................ T eman Sebaya ........................................................ 151 5.3.2.2 Keluarga.............................................................. 158 5.3.2.3............................................................................ P enjual Kantin SMPN 107 Jakarta ......................... 162 BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 165 xv 6.1. .................................................................................................... K eterbatasan Penelitian ................................................................... 165 6.2. .................................................................................................... G ambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ........................................................................ 166 6.3. .................................................................................................... G ambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009....................................................................... 187 6.4. .................................................................................................... G ambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .. 189 BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 225 7.1 .................................................................................................... K esimpulan ...................................................................................... 225 7.2 .................................................................................................... S aran ............................................................................................... 226 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 228 LAMPIRAN xvi DAFTAR TABEL Nama Tabel Halaman Tabel 2.1 Sumber Energi per Gram Zat Gizi........................................................... 18 Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia ................... 19 Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian ...................................................................... 56 Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 59 Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama pada Wawancara Mendalam Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009............................................................... 66 Tabel 5.2 Karakteristik Informan Utama pada FGD I Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .............................................................................................. 67 Tabel 5.3 Karakteristik Informan Utama pada FGD II Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .............................................................................................. 69 Tabel 5.4 Karakteristik Informan Utama pada Observasi Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.................................................................................. 70 Tabel 5.5 Karakteristik Informan Pendukung Teman Sebaya dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009........................................................................... 72 Tabel 5.6 Karakteristik Informan Pendukung Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.................................................................................. 73 Tabel 5.7 Informan Pendukung Penjual Kantin di SMPN 107 Jakarta ................... 75 Tabel 5.8 Hasil Observasi Pada Siswa SMPN 107 Jakarta ................................... 127 xvii DAFTAR BAGAN Nama Bagan Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 48 Bagan 3.1 Kerangka Pikir ........................................................................................... 51 xviii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Fakultas .................................................................... 1 Lampiran 2 Surat Izin Penelitian SMPN 107 Jakarta ................................................... 2 Lampiran 3 Panduan FGD untuk Siswa........................................................................ 3 Lampiran 4 Panduan Wawancara Mendalam untuk Siswa........................................... 5 Lampiran 5 Panduan Wawancara Mendalam untuk Teman ......................................... 7 Lampiran 6 Panduan Wawancara Mendalam untuk Keluarga...................................... 9 Lampiran 7 Panduan Observasi .................................................................................. 11 Lampiran 8 Matriks FGD I ......................................................................................... 12 Lampiran 9 Matriks FGD II ........................................................................................ 17 Lampiran 10 Matriks Wawancara Mendalam untuk Siswa ........................................ 22 Lampiran 11 Matriks Wawancara Mendalam untuk Teman....................................... 40 Lampiran 12 Matriks Wawancara Mendalam untuk Keluarga ................................... 42 xix DAFTAR SINGKATAN FGD : Fokus Grup Diskusi IMT : Indeks Massa Tubuh NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif NHANES : National Health And Nutrition Examination Surveys NIN : Nine Inch Nails PDGS : Pesan Dasar Gizi Seimbang PMT-AS : Pemberian Makanan Tambahan – Anak Sekolah PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang RWJF : Robert Wood Johnson Foundation SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri TFAH : Trust for America's Health WM : Wawancara Mendalam xx BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan penerus bangsa dalam pembangunan nasional. Sudah pada tempatnya perlu mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatannya, agar kelangsungan hidup dan perkembangannya baik fisik maupun mental yang dikenal sebagai proses tumbuh kembang dapat berlangsung secara optimal. Salah satu faktor lingkungan fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung secara optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari (Sayogo, 2006). Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Selain kedua masalah tersebut, kejadian anemia juga menjadi salah satu masalah yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia. Obesitas (IMT > 30) merupakan masalah kesehatan pada anak, remaja, dan dewasa di Amerika Serikat. Telah dilaporkan dari survey National Health And Nutrition Examination Surveys (NHANES) bahwa prevalensi obesitas pada pria tahun 2003 – 2004 adalah 21,1 %, pada tahun 2005 – 2006 adalah 33,2 %, dan pada tahun 2005 – 2006 adalah 35,3 %. Pada anak dan remaja usia 2 – 19 tahun, prevalensi obesitas pada tahun 2003 – 2006 adalah 16,3 % (Wargahadibrata, 2009). Menurut WHO, 1 dari 10 anak sekolah mengalami kegemukan. Sekitar 30 juta sampai 45 juta anak yang 1 2 menderita obesitas. Diperkirakan 2 – 3 persennya berusia 5 – 17 tahun (Rukmini, 2009). Sedangkan menurut Trust for America's Health (TFAH) dan Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) (2009), prevalensi obesitas di Mississipi, Amerika pada anak-anak usia 10 – 17 tahun sebesar 44, 4 %. Studi di Nigeria memperlihatkan bahwa prevalensi remaja yang mengalami underweight sebesar 25,8 pada laki-laki, sedangkan pada perempuan sebesar 10,6 % (Funke, 2008). Selain obesitas dan underweight, anemia gizi akibat kekurangan zat besi adalah masalah gizi yang paling lazim di dunia saat ini dan belum dapat terselesaikan. Dalam salah satu survei Nine Inch Nails (NIN) (1994) melaporkan bahwa 70 persen dari remaja putri di India menderita anemia. Sedangkan dalam penelitian lain di Nepal, terlihat bahwa jumlah remaja wanita yang mengalami anemia sebanyak 68,8 % (Gupta, 2002). Gupta (2002) juga menyebutkan bahwa beberapa studi di negara lain memperlihatkan prevalensi anemia remaja wanita di negara maju cukup tinggi, seperti di Inggris sebesar 10,5 % ; Amerika Serikat 5,9 % ; dan Norwegia 4 %. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada anak perempuan. Dimana prevalensi berat badan gemuk tertinggi ditemukan di Sumatera Selatan pada anak laki-laki sebesar 16 % dan pada anak perempuan di NAD sebanyak 12 %. Prevalensi berat badan gemuk terendah ditemukan di NTT baik pada anak lakilaki sebanyak 4,6 % dan perempuan sebanyak 3,2 % (Riskesdas, 2008). 3 Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan. Dimana Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki (23,1 %) maupun pada anak perempuan (19,1 %). Sedangkan prevalensi kurus terendah di Bali, yaitu 8,3 % pada anak laki-laki dan 6,9 % pada anak perempuan (Riskesdas, 2008). Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 12,8 % dimana Sulawesi Tenggara menempati peringkat tertinggi (34,7 %) dan Sulawesi Utara menempati peringkat terendah (3 %) (Riskesdas, 2008). Khusus di Jakarta, prevalensi yang memiliki berat badan gemuk pada anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) sebesar 12 % pada anak laki-laki dan 8,4 % pada anak perempuan. Untuk prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus sebesar 14,9% pada anak laki-laki dan 10,6 % pada anak perempuan. Sedangkan kejadian anemia di Jakarta mencapai 19,7 % (Riskesdas, 2008). Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic) di masa mendatang. Masalah gizi ganda pada remaja terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Arisman, 2004). Terlebih pada masa ini remaja sedang mengalami masa pencarian jati diri yang sesuai untuk mereka, dimana mereka mulai ”meniru” sosok orang lain yang 4 menjadi panutan untuk mereka. Begitupula dalam hal pola makan. Kemudian Sianturi (2003) menambahkan bahwa usia remaja merupakan masa pencarian identitas, ingin merasa diterima oleh teman sebaya, dan keinginan untuk menarik lawan jenis. Berdasarkan hal tersebut remaja sangat menjaga penampilan dengan cara diet. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap pola makan mereka. Banyak remaja yang hanya makan sehari saja karena takut gemuk. Selain itu kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang rendah gizi, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, kebiasaan tidak sarapan pagi, dan malas minum air putih. Terlebih arus globalisasi saat ini sudah tidak bisa dibendung lagi termasuk dalam pergeseran pola konsumsi di Indonesia, dimana dapat dilihat adanya kecenderungan pola konsumsi makanan impor terutama jenis makanan siap santap (fast food) yang meningkat dan menurunnya kecintaan terhadap makanan tradisional. Makanan modern memiliki daya pikat karena dikemas sedemikian rupa sehingga lebih praktis, cepat dalam penyajian, dan mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Akan tetapi makanan tersebut memiliki keterbatasan dalam kandungan zat gizi terlebih tingginya kandungan lemak dan kolesterol dan jika sering dikonsumsi secara berlebihan dan berkesinambungan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih dan kemungkinan konsekuensi kegemukan, hipertensi, gangguan jantung koroner, dan lain sebagainya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh remaja yang disebabkan penyampaian informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak yang tidak benar, tidak tepat, kurang lengkap bahkan menjerumuskan. Terlebih pada golongan remaja, mereka sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai, kebutuhan 5 energi merekapun lebih besar karena aktivitas fisik mereka lebih banyak, seperti olah raga, bermain, sekolah, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Almatsier, 2003). Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung pada saat dewasa tetapi sudah dimulai sejak remaja (WHO, 2003). Untuk itu pengenalan gaya hidup sehat melalui pola konsumsi dengan gizi seimbang harus dimulai sejak dini untuk mencegah masalah gizi ganda. Dengan demikian upaya untuk mengoreksi masalah gizi ganda tersebut sebaiknya dilakukan dengan pendekatan pemberian informasi tentang perilaku gizi seimbang yang baik dan benar (Depkes, 2003a). Oleh sebab itu Departemen Kesehatan RI mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS). Menurut Susanto (2002) dalam perjalanan usianya yang ke-7 di Tahun 2002 kemarin PUGS terasa belum cukup “membumi” apalagi digunakan sebagai sarana penyuluhan di tingkat “akar rumput”. Diungkapkan bahwa kadar ilmiah isi dan kata-kata serta uraian yang terkandung dalam PUGS relatif tinggi sehingga masyarakat kurang 6 mengenal pesan-pesan PUGS dibandingkan dengan slogan “4 Sehat 5 Sempurna”. Dalam penelitian Muhammad (2001) pada siswi SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa perilaku gizi responden sesuai dengan PUGS yang memiliki kategori kurang sebesar 55,1 %. Dalam penelitian ini pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi tentang 13 PDGS. Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, menyimpulkan bahwa responden yang memiliki kecukupan energi < AKG sebesar 52,1 %, responden yang memiliki kecukupan protein > AKG sebesar 84,4 %, dan responden yang memiliki pemenuhan energi dari lemak > 30 % sebesar 65,6 %, responden yang memiliki pemenuhan energi dari karbohidrat cukup sebesar 60 %, dan responden yang memiliki kecukupan Fe < AKG sebesar 87,5 %. Dalam penelitian ini jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-6 PDGS (Makanlah makanan sumber zat besi) dan butir ke-12 PDGS ( Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan) ; pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-3 PDGS ( Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi) dengan; teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-4 PDGS ( Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi) dan butir ke-12 PDGS (Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan); pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir 2 PDGS (Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi). Penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB, dapat disimpulkan bahwa perilaku mahasiswa kurang 7 sesuai dengan PUGS sebesar 59,3 %. Sedangkan pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna terhadap praktek mahasiswa tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu praktek tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh pendidikan ayah, keikutsertaan organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, serta akses informasi pangan dan gizi. Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Sesuai dengan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta. Hal ini dikarenakan siswa SMP merupakan kelompok usia remaja awal yang sudah mulai memiliki kebebasan dan kemandirian untuk membuat keputusan pribadi. Untuk kriteria pemilihan tempat penelitian, peneliti menentukan berdasarkan pertimbangan urutan peringkat sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional (UN) Tahun 2007/2008. Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan bahwa sebagian besar siswa bukan merupakan populasi yang dapat mempraktikkan isi pesan ke-7 tentang pemberian ASI eksklusif, maka peneliti tidak mengikutsertakan pesan ke-7 8 tersebut dalam penelitian. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian tentang “ Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ”. 1.2. Perumusan Masalah Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia. Terlebih lagi masalah anemia pada remaja yang hingga saat ini belum juga dapat terselesaikan. Hal itu terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Arisman, 2004). Pola makan remaja saat ini cenderung tinggi lemak dan kolesterol tetapi rendah serat sehingga menyebabkan tingginya kejadian obesitas pada remaja di Indonesia. Selain itu saat ini banyak remaja yang mengalami kecemasan akan bentuk tubuhnya sehingga membuat remaja sengaja tidak makan sehingga mereka mengalami kurang gizi. Selain mengalami underweight merekapun juga mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh remaja yang disebabkan penyampaian informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak yang tidak benar, tidak tepat, kurang lengkap bahkan menjerumuskan. Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS atau 13 PDGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain 9 itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 tentang gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ? 2. Bagaimana gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ? 3. Bagaimana gambaran perilaku gizi seimbang siswa SMPN 107 Jakarta menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Tahun 2009 ? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). 10 2. Mengetahui gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. 3. Mengetahui gambaran perilaku gizi seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Remaja Memberikan informasi mengenai gizi seimbang melalui Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman/acuan untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi makanan yang seimbang oleh para remaja khususnya para siswa di SMPN 107 Jakarta agar memiliki berat badan yang ideal. 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar lebih mengembangkan kegiatan promotif kesehatan di sekolah khususnya dalam bidang gizi. 1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Memberikan hasil penelitian tentang gizi seimbang pada fakultas sehingga dapat dijadikan refensi untuk penelitian selanjutnya dengan desain dan metode yang berbeda. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 di Jakarta Tahun 2009 yang dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 11 Tahun 2009. Faktor-faktor yang diteliti adalah pengetahuan gizi, perilaku gizi siswa, dan pola makan keluarga. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil observasi awal pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta dengan pendekatan kualitatif dan teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (Indepth Interview), FGD (Fokus Grup Diskusi), dan observasi sebagai data primer, sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data profil sekolah serta data siswa. Informan dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta sebagai informan utama dan teman sebaya serta keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta yang menjadi informan utama wawancara mendalam. Selain itu terdapat pula pedagang kantin SMPN 107 Jakarta yang dijadikan sebagai informan pendukung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja Remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah (Depkes, 2003b). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004) remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa. Perkembangan remaja menuju dewasa melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal/dini (early adolescence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence) usia 17-20 tahun. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahapan mempunyai ciri tersendiri tapi tidak mempunyai batas yang jelas karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan (Soetjiningsih, 2004). Sedangkan Zamel dan Levin dalam Krummel (1996), membagi usia remaja dalam tiga tahapan, yaitu awal masa remaja usia 12-14 tahun, pertengahan remaja usia 15-17 tahun, dan akhir masa remaja usia 18-21 tahun. Menurut Krummel (1996), masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Selama masa adolescence, terjadi perubahan-perubahan tubuh secara fisik yang diakibatkan pengaruh hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan tercepat pada masa 12 13 adolesense ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs / pacu tumbuh disebut masa puncak / peak (Sayogo, 2006). Perubahan biologi, sosial, psikologi dan kognitif yang terjadi selama remaja dapat berdampak terhadap status gizi. Pertumbuhan fisik yang cepat mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi. Nutrisi yang baik selama remaja tidak hanya untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal tetapi juga untuk pencegahan penyakit kronik (Krummel, 1996). 2.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) 2.2.1 Sejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pedoman menu seimbang telah dikembangkan sejak tahun 1950. penciptanya adalah Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo yang telah mengakar di kalangan masyarakat luas dengan slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" (Almatsier, 2003). Slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" berisikan lima kelompok, yaitu: makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu. Dalam perjalanannya yang begitu sangat panjang, slogan dan logo tersebut banyak dikaji dan disoroti oleh para pemerhati. Sesuai dengan salah satu hasil rekomendasi Kongres Gizi Internasional di Roma tahun 1992 (delegasi Indonesia ikut serta) yang menganjurkan setiap negara menyusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS), Indonesia melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan (Depkes), meresponsnya. Pada tahun 1993 pemerintah Indonesia menyiapkan rencana pembangunan lima tahun VI atau Repelita VI (1994-1998). Oleh suatu tim pakar disiapkan suatu konsep pedoman gizi seimbang yang akan menjadi bagian dari kebijakan bidang pangan dan gizi. Sebagai tindak lanjut maka dibentuklah kelompok kerja lintas sektor guna 14 menyusun PUGS yang dimotori oleh Soekirman dan mendapat bantuan secara akademik dari Latham, seorang konsultan dari Universitas Cornell di Amerika Serikat. PUGS berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yang diharapkan menjadi sarana, pedoman, atau acuan bagi provider dalam pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang. Kelahiran PUGS pada dasarnya merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara operasional dari slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang berakar kuat di Indonesia (Susanto, 2002 dalam Sari, 2003). 2.2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berisikan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS), yaitu (Depkes, 2003b) : 1. Makanlah Aneka Ragam Makanan Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi usia 0 – 6 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu Ibu (ASI) saja (Depkes, 2003a). Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya yang disebut triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, 15 roti dan mie. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh (Depkes, 2003a). Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaraman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan makanan yang seimbang dan serat yang cukup (25 – 35 gram/hari) dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit degeneratif seperti misalnya, jantung koroner, darah tinggi, diabetes melitus, dan sebagainya (Depkes, 2003a). Menurut Almatsier (2003), kekurangan konsumsi serat dapat menimbulkan konstipasi, apendisitis, divertikulitis, hemoroid, diabetes mellitus, kanker kolon, penyakit jantung koroner, dan batu ginjal serta berbagai penyakit ganstrointestinal lainnya. Konsumsi yang berlebih dari serat, khususnya pada gum dan dedak serealia dapat memperlambat pengosongan lambung, yang menimbulkan rasa kenyang lebih besar dan keterlambatan penyampaian zat-zat gizi ke usus halus. 16 Serat juga dapat memperlambat absorbsi zat gizi dengan berat molekul rendah seperti gula, terutama di bagian bawah usus halus dimana viskositas meninkat karena absorbsi air dari usus. Menurut Almatsier (2003), tiap hari dianjurkan sayuran yang dikonsumsi terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran yang berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah sebanyak 150-200 gram atau 1 ½-2 mangkok sehari. Sedangkan untuk buah, dianjurkan dalam sehari sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain (Depkes, 2003a). 2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Depkes, 2003a). Setiap harinya tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi sesuai dengan kebutuhan badan. Energi dibutuhkan remaja untuk aktivitas fisik, angka metabolisme basal, dan untuk mendukung tumbuh dan kembang selama masa pubertas. Angka metabolisme basal berhubungan dengan jumlah lean body mass pada remaja. Kebutuhan energi remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja wanita karena untuk 17 peningkatan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan lean body mass (Brown, 2005). Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas. Jika konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kekurangan energi, maka cadangan energi di dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menurunkan daya pikir, prestasi belajar, dan kreativitas bagi anak sekolah. Sedangkan bila konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga bisa karena kurang gerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2003). Pada umumnya dalam makanan sehari-hari, dianjurkan proporsi karbohidrat terhadap total energi sebesar 50 – 60 %, protein 10 – 15 %, dan lemak 20 – 25 %. Karbohidrat, lemak, dan protein disebut makronutrient. Beberapa sumber energi yang terdapat dalam makanan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini : 18 Tabel 2.1 Sumber Energi per Gram Zat Gizi Zar Gizi Karbohidrat Protein Lemak Alkohol Availabilitas biologi energi Kal Joule 4 16,7 4 16,7 9 37,7 7 29,3 Sumber : Sayogo, 2006 Kelebihan atau kekurangan karbohidrat, lemak dan protein berakibat buruk pada kondisi kesehatan. Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Bila konsumsi KH kurang dari kecukupan yang seharusnya, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Selain itu juga akan menyebabkan konstipasi karena kurangnya karbohidrat, khususnya serat. Sedangkan seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi gemuk karena sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi didalam jaringan lemak (Almatsier, 2003). Selain itu jika energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 %, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi (Depkes, 2003b). 19 Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 2003a). Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003b). Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Pada orang dewasa, cara yang digunakan untuk memantau berat badan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) sedangkan Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. Kegiatan penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan rutin sebulan sekali (Depkes, 2003b). Berikut adalah tabel angka kecukupan gizi yang diperlukan oleh remaja untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka sesuai usianya. Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia Gol Usia Remaja BB (Kg) TB (Cm) Energi (Kkal) Protein (Gr) Fe (Mg) Vit A (RE) Vit E (Mg) Vit C (Mg) 13 19 15 600 600 600 11 15 15 50 75 90 LAKI-LAKI 10 – 12 13 – 15 16 – 18 35 46 55 138 150 160 2050 2400 2600 50 60 65 20 Gol Usia Remaja BB (Kg) TB (Cm) Energi (Kkal) Protein (Gr) Fe (Mg) Vit A (RE) Vit E (Mg) Vit C (Mg) 20 26 26 600 600 600 11 15 15 50 65 75 WANITA 10 – 12 13 – 15 16 – 18 37 145 2050 50 48 153 2350 57 50 154 2200 50 Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004 3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan komponen zat gizi/nutrient terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau dalam masyarakat luas (Sayogo, 2006). Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Yang termasuk karbohidrat sederhana, yaitu monosakarida, disakarida, gula alkohol, dan oligosakarida. Sedangkan karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida dan serat (Almatsier, 2003). Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana, sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks orang tidak segera merasa lapar (Sayogo, 2006). Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacangkacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepungtepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacangkacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu. Makanan 21 sumber karbohidrat kompleks harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60 % dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram). Dengan demikian kekurangan zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur (Almatsier, 2003). Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 % kebutuhan energi, maka kebutuhan protein, vitamin, dan mineral akan sulit dipenuhi. Adapun anjuran konsumsi makanan pokok sumber karbohidrat kompleks di Indonesia adalah 3-8 porsi per hari sesuai dengan porsi dalam daftar penukar bahan makanan (Depkes, 1995). Konsumsi gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain. Selain itu konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang yang berlebihan pula dan akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5 % dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 - 4 sendok makan setiap harinya (Depkes, 1995). Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi selsel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Selain itu karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut: sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier, 2003). 22 Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana. Sehingga jika seseorang mengkonsumsi karbohidrat kompleks, maka tidak cepat merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebihan dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus maka dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 1995). 4. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi Tubuh manusia membutuhkan lemak dan asam lemak esensial untuk tumbuh dan berkembang. Yang termasuk asam lemak essensial adalah asal lemak omega 3 (asam linolenat) dan asam omega 6 (asam linoleat). Asam amino essensial yang terdapat dalam protein maupun asam lemak essensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, sehingga harus didapatkan dari makanan sehari-hari (Sayogo, 2006). Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani (Depkes, 1995). 23 Dietary References Intake’s (DRI’s) merekomendasikan bahwa anak-anak dan remaja mengkonsumsi sedikit lemak jenuh dan lemak trans. Sumber utama lemak dan lemak jenuh pada remaja adalah susu, daging, keju, margarin, kue, donat, dan es krim. NCEP juga merekomendasikan konsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Sumber kolesterol pada remaja adalah telur, susu, daging, ayam, dan keju (Brown, 2005). Protein memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sumber energi. Menurut Brown (2005) dalam Umrin (2007) kebutuhan protein pada remaja dipengaruhi dengan jumlah protein yang diperlukan untuk memelihara jaringan tubuh yang ada. Juga untuk tambahan lean body mass selama remaja mengalami growth spurt. Kebutuhan protein berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja. Jika asupan protein tidak mencukupi maka pertumbuhan linear akan berkurang, penundaan kematangan seksual, dan mengurangi akumulasi pada lean body mass. Selain itu kelebihan protein juga tidak menguntungkan tubuh. Makanan tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier, 2003). Lemak memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada bayi 24 dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati. Sedangkan konsumsi lemak yang berlebih dapat menyebabkan obesitas. Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. Adapun komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati, dan 1 bagian mengandung sumber lemak hewani. Penggunaan sumber lemak nabati dianjurkan lebih banyak daripada sumber lemak hewani, karena sumber lemak nabati lebih mudah dicerna oleh tubuh. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi resiko menderita penyakit jantung koroner karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3 yang berperan dalam mencegah terjadinya penyumbatan lemak di dinding pembuluh darah (Depkes, 2003a). Sedangkan menurut Almatsier (2003), dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering. 5. Gunakan Garam Beryodium Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kretinism (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari, 25 dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Maka bagi anak sekolah yang menderita GAKY memerlukan waktu yang relative lama dalam menyelesaikan sekolah. Bahkan bagi yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan tingkat dasar (Depkes, 2003a). Hal ini juga diungkapkan dalam Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas (Almatsier, 2003). Dalam sehari, remaja laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan 120 µg, dan usia 13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Sedangkan remaja wanita usia 10-12 tahun membutuhkan 120 µg, dan usia 13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Mengingat dalam garam beryodium juga terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium 26 dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui (Depkes, 2003b). Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak (Depkes, 1995). Cara untuk menilai mutu garam beryodium adalah dengan menggunakan Test Kit Yodina atau dengan air perasan singkong parut. Untuk menjaga kadar yodium dalam garam, sebaiknya garam beryodium disimpan di dalam tempat kering dan terhindar dari panas dan sinar matahari (Depkes, 2003b). 6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga berfungsi untuk metabolisme energi, meningkatkan kemampuan belajar, sistem kekebalan, serta pelarut obat-obatan yang tidak larut air (Almatsier, 2003). Menurut Brown (2005), kebutuhan zat besi meningkat pada masa remaja karena mengalami pertumbuhan linear yang cepat, peningkatan volume darah, dan menarche. Rekomendasi ini berdasarkan pada jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk persediaan zat besi. Zat besi yang tinggi dibutuhkan remaja laki-laki pada masa growth spurt dan setelah menarche pada remaja wanita. 27 Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan limiting faktor untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi (Sihotang, 2002). Kehilangan zat besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbsi besi. Di samping itu kekurangan besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorbsi, seperti penyakit gastro intestinal. Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Selain kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan (Almatsier, 2003). Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah maka angka Hb kurang dari normal, dimana kadar Hb normal untuk wanita tidak hamil adalah 12,0-15,5 g/dl, wanita hamil 11,0-14,0 g/dl, dan pria adalah 13,0-17,0 g/dl. AGB dapat ditanggulangi 28 dengan minum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) dan mengkonsumsi makanan tinggi sumber zat besi (Depkes, 2003b). Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Tingkat penyerapan zat besi yang berasal dari sumber nabati sangat rendah yaitu sekitar 1-2 %, sedangkan untuk makanan yang berasal dari hewani tingkat penyerapan zat besi sekitar 10-20 %. Kehadiran protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A. maka diharapkan dengan besarnya variasi konsumsi makanan dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Depkes, 2003b). 7. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI Sesudahnya Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Tidak ada makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi, aspek kekebalan, aspek kejiwaan yaitu jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Depkes, 2003b). Pemberian ASI juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 , yaitu “ Dan ibu-ibu hendaklah 29 menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna….”. ASI diciptakan sempurna susunan zat dan mutunya untuk pertumbuhan sebaikbaiknya bagi bayi lahir baik fisik maupun psikisnya. Kandungan ASI sebagian besar air kemudian 1,3 % protein, 4,5 % lemak, 7 % zat gula susu dan aneka ragam garamgaraman berupa zat kapur, zar besi dan zat pelindung yang mudah dicerna oleh bayi. Selain peranannya yang sangat penting sebagai bahan pangan dan minuman untuk bayi, maka ASI mempunyai banyak keuntungan lain, yaitu : tidak memerlukan persiapan khusus, terlindung dari kotoran dan penularan kuman-kuman penyakit, mudah diisap oleh bayi, suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam keadaan sehat, mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat dalam susu buatan, terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih sayang secara langsung antara ibu dan si bayi, serta ekonomis karena tidak usah menyisihkan anggaran khusus untuk membelinya (Khomsan, 2004). Kolostrom, yakni ASI yang keluar pertama kali agar diberikan kepada bayi. Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi tidak rewel dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Hindari pemberian air gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi). Setelah bayi berusia 6 bulan, maka bayi mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang berbentuk makanan lumat (Depkes, 2003b). 30 Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak, maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya, baik jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus setiap ibu perlu memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui (Depkes, 1995). 8. Biasakan Makan Pagi Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari. Ini berarti makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan. Seringkali orang mengabaikan sarapan karena diburu oleh waktu yang sempit. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi gizi apabila hanya makan 1 atau 2 kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk sarapan pagi. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja/belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan 31 kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh. (Khomsan, 2004). Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003b). Perilaku sarapan hendaknya diperhatikan dengan baik. Makan secara terburuburu jangan dibiasakan. Kita seharusnya seharusnya menikmati makanan yang tersaji dengan mengunyah secara cukup yang berarti tidak terburu-buru. Pencernaan mekanis yang terjadi di mulut akan sangat membantu memudahkan tahapan pencernaan selanjutnya baik ketika makanan mencapai lambung maupun ketika sampai di usus halus sehingga pencernaan berjalan optimal (Khomsan, 2004). 9. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya Air merupakan bagian penting dari susunan tubuh kita karena dua pertiga berat badan kita terdiri dari air. Jika lebih mudah menggambarkan bahwa tubuh terdiri sel-sel dan tiap sel dibangun dari protein, agak lebih sulit untuk menggambarkan bahwa isi tiap sel tiga perempatnya berupa air. Bukan saja darah mengadung air (80 %) juga otot-otot (75 %) dan tulang (33 %), air terdapat dalam setiap jaringan bagian-bagian tubuh kita. 32 Sehari-hari tubuh kekurangan air dari air seni, sedikit dari buang air besar, dari air keringat, dan dari pernafasan berupa uap air (Khomsan, 2004). Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air. Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier (2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurangkurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari sehingga dapat terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal. 10. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paruparu dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan frekuensi olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup, 33 dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang bersangkutan. Upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Bila kegiatan sehari-hari kurang gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur dan cukup atau mencari kegiatan lain yang setara (Depkes, 2003b). Aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi aktivitas santai akan meningkatkan kesehatan, psikologi, dan berat badan yang ideal. Untuk mengurangi terjadinya resiko penyakit kronik pada orang dewasa sedikitnya melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dengan intensitas moderate pada beberapa hari dalam seminggu. Kemudian Valimaki (1994) menambahkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan minimal dalam seminggu 3 kali, dengan durasi minimal lebih dari 30 menit. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m 11. Hindari Minum-Minuman Beralkohol Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Seseorang yang minum-minuman beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan 34 mengatasi rasa hausnya dengan minum-minuman beralkohol lagi. Disamping itu minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari untuk mengkonsumsi alkohol (Depkes, 2003b). Selain itu alkohol memiliki kemampuan untuk melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel sehingga memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Selain itu pada tahap pertama metabolisme alkohol ”menggunakan” tiga ATP potensial, tidak seperti metabolisme glukosa yang ”menghasilkan” tiga ATP potensial. Sehingga mereka yang banyak minum alkohol tidak bertambah berat badannya sebanyak yang didapat dari jumlah energi yang dikonsumsinya melalui alkohol. Alkohol dosis tinggi digunakan secara tidak efisien oleh hati, karena membutuhkan energi untuk mencapai tahap pertama metabolisme (Almatsier, 2003). Pengaruh alkohol terhadap tubuh telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Diminum dalam jumlah yang terkendali, alkohol dapat dikatakan berpengaruh baik terhadap seseorang, yaitu mengurangi ketegangan dan menimbulkan rasa percaya diri. Masalahnya adalah jumlah yang terkendali ini sukar ditetapkan, karena manusia berbeda dalam tingkat toleransinya terhadap alkohol yang ditentukan oleh keturunan, keadaan kesehatan, gender, berat badan, dan umur. Berbagai agama melarang minuman alkohol, seperti agama Islam, Budha, Hindu, Mormon, dan Sekte tertentu (Almatsier, 2003). Seperti juga tercantum dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 91, ” Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian 35 diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti ”. Bagi masyarakat Barat yang mengkonsumsi alkohol, terdapat panduan yang menganjurkan mereka untuk mengkonsumsi alkohol tidak berlebihan. Konsumsi alkohol per hari yang dianjurkan menurut Dietary Guidelines for Americans adalah 1 drink (porsi minum) untuk wanita dan 2 drinks untuk pria. Satu drink setara dengan satu gelas bir besar @ 360 ml atau satu gelas anggur @ 150 ml atau 45 ml minuman berkadar alkohol tinggi (Sari, 2003). 12. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus juga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah “halal” (Depkes, 2003a). Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. 36 Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes, 2003a). Cara mengolah atau meracik makanan yang tidak benar juga dapat mengancam kesehatan. Misalnya merebus air minum dan susu segar yang tidak sempurna. Air minum yang tidak dipanaskan hingga mendidih akan sangat berbahaya bila diminum karena kuman-kuman berbahaya masih dapat hidup. Kuman akan mati bila dipanaskan sampai mendidih (Depkes, 2003a). Makanan yang tidak sehat atau tidak aman ada yang bisa diketahui dari wujud atau penampilannya, baunya, terdapat benda-benda asing yang tidak layak pada makanan, namun ada juga yang tidak bisa diketahui secara langsung. Peranan pembungkus adalah besar sekali untuk makanan yang terbungkus, baik dengan pembungkus plastic, kertas, atau dalam kaleng, dimana pembungkus yang sudah tercemar oleh jasad renik bisa menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus. Karena itu, penanganan yang benat terhadap makanan, dan pemilihan serta cara pembungkusan yang baik bisa menekan sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada makanan, sehingga penyakit karena makanan pada pencernaan manusia bisa dikurangi. Makanan yang sehat memiliki persyaratan sebagai berikut (Saksono, 1986): a) Sesuai dengan susunan makanan yang diinginkan, benar pada tahap-tahap pembuatannya dan layak untuk dimakan. 37 b) Bebas dari pencemaran benda-benda hidup yang sangat kecil atau jasad renik yang bisa menimbulkan penyakit atau benda-benda mati yang mengotori pada setiap tahapan pembuatan. c) Bebas dari unsure kimia yang merusak atau bebas dari suatu keadaan yang mudah dirusak oleh unsure kimia tertentu, maupun akibat dari perubahan yang dihasilkan oleh kegiatan enzim dan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, pembekuan, pemanasan, pengeringan, dan yang sejenisnya. d) Bebas dari jasad renik dan parasit yang bisa menimbulkan penyakit bagi orang yang memakannya. 13. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai : bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadarluarsa, dan keterangan penting yang lain (Depkes, 1995). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen (Depkes, 2003b). Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan kadarluarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam makanan kemas tersebut memberikan informasi kepada konsumennya untuk menilai halal atau tidaknya 38 makanan tersebut (Depkes, 1995). Kehalalan makanan juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168, “ Wahai manusia ! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu “. Serta surat Al Maidah ayat 88, “ Dan makanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu, sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya “. Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label, antara lain (Depkes, 2003b) : MD : Makanan yang dibuat di dalam negeri. ML : Makanan luar negeri (import). Exp : Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi. SNI : Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan telah sesuai dengan persyaratan. SP : Sertifikat Penyuluhan. 2.3. Perilaku Gizi Seimbang Dalam pengertian umum, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Skiner (1983) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Yang dimaksud perilaku gizi seimbang peneliti disini adalah perilaku makan seseorang sehari-hari atau yang biasa lebih dikenal dengan istilah pola makan. Pola 39 makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan memakan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Roedjito, 1989). Selain itu menurut Husaini (1988), pola makanan seseorang adalah hasil dari suatu proses dimana tiap-tiap elemen mempunyai pengaruh dari yang kecil sampai yang besar. Pengaruh yang besar mempengaruhi keputusan tentang pemilihan makanan. Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia (Notoatmodjo, 2003). Menurut Lunandi (1984), pengetahuan yang didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan. Keterampilan serta material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku. Pada manusia, naluri adalah penting untuk menentukan bahwa mereka harus makan, tetapi tidak menentukan macam makanan apa yang harus dimakan. Peranan yang penting dalam hal pola makan adalah unit dasar dari suatu masyarakat yaitu keluarga. Keluarga adalah paling determinan dalam menentukan pola makan, kebisaaan makan, kepercayaan terhadap makanan, dan semua faktor sosio budaya ditransferkan lewat keluarga kepada anak. Jadi perilaku makan ditentukan oleh kebisaaan sejak kecil (Koesmandini, 1999). Hal ini diperkuat dengan pendapat Sajogyo (1994), ia menyatakan bahwa perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebisaaan makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebisaaan makan yang tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor lingkungan ekologi 40 (ciri tanaman pangan, ternak, dan sistem ekonomi). Pada hakekatnya kebisaaan makan ini bersifat dinamis dan dapat berubah. Pola makan remaja saat ini dapat digambarkan sebagai ”penggembala”. Mereka sering melewati waktu makan dan makan apa saja waktu lapar. Remaja juga sering melewati sarapan, walaupun survei yang pernah dilakukan di Amerika menyatakan banyak remaja yang sarapan. Remaja laki-laki yang tidak sarapan mengalami peningkatan. Selain itu makan siang juga sering dilewati, sedangkan makan malam bisaanya dilakukan teratur (Mc Williams, 1993). Kemudian Sianturi (2003) menambahkan bahwa usia remaja merupakan masa pencarian identitas, ingin merasa diterima oleh teman sebaya, dan keinginan untuk menarik lawan jenis. Berdasarkan hal tersebut remaja sangat menjaga penampilan dengan cara diet. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap pola makan mereka. Banyak remaja yang hanya makan sehari saja karena takut gemuk. Selain itu kebisaaan konsumsi makanan jajanan yang rendah gizi, kebisaaan konsumsi makanan cepat saji, kebisaaan tidak sarapan pagi, dan malas minum air putih. 2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan pada Remaja Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi remaja, diantaranya : A. Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt 41 behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan (Sapp dan Helen, 1997 dalam Yusra, 1998). Pengetahuan gizi dan kebisaaan untuk menghargai makanan yang kurang, dapat menimbulkan masalah rendahnya zat gizi. Remaja sering tidak memahami zat gizi yang dikandung dalam makanan dan fungsi zat gizi dalam tubuh. Seseorang yang tidak mengerti prinsip dasar gizi dan tidak sadar dengan zat gizi yang dikandung dalam makanan akan mengakibatkan kesulitan dalam memilih makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kemudian hal tersebut akan menimbulkan defisiensi, yang akan berpengaruh terhadap status gizi (Williams, 1993 dalam Umrin 2007). Kemudian Soekirman (2006) menambahkan bahwa remaja sebaiknya mengetahui jenis makanan apa yang harus dikonsumsi. Banyak remaja lebih menyukai makanan yang mengandung tinggi kalori dan rendah vitamin dan mineral. Tentu saja jika hal ini berlanjut akan mengakibatkan badan gemuk. Sulit bagi remaja untuk mengubah kebisaaan makan, cara yang bijak adalah bukan diet, tetapi kemauan untuk menyukai dan memilih makanan yang bergizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh pada perilaku dalam pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan individu yang bersangkutan. 42 Banyak masalah gizi yang dipengaruhi karena keterbatasan pengetahuan gizi dan kebisaaan makan yang baik (Martono, 1999). Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2001) pada siswi di SMUN 26 Dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan Tahun 2001, ia menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi tentang 13 PDGS. Selain itu dalam penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, ia menyimpulkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir 3 PUGS. Sedangkan penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB, ternyata pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek mahasiswa tentang pesan-pesan PUGS sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi baik memiliki peluang 0,209 kali untuk melakukan praktek gizi yang baik daripada mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi kurang. B. Pola Makan Keluarga Menurut Suhardjo (1989), pola makan keluarga adalah kebisaaan makan yang dimulai di rumah, atas bimbingan dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya. Seorang anak tidak dilahirkan dengan kebisaaan makan tertentu, tetapi kebisaaan makan terbentuk dari pengalamannya belajar makan dari makanan yang disuguhkan keluarga. Peran ibu biasanya lebih berpengaruh terhadap pembentukan kebisaaan makan anak. Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis-jenis makanan tertentu sangat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan. Disamping itu kesukaan ayah terhadap jenis makanan tertentu juga berpengaruh terhadap hidangan di rumah 43 tangga. Apabila seorang ibu kurang bijaksana dapat mengakibatkan gizi kurang bagi anak-anaknya. Anak-anak bisaanya meniru apa yang dilakukan oleh orang tua atau kakak-kakaknya. Bila anak melihat anggota keluarga lain ikut mengkonsumsi makanan yang dihidangkan oleh ibu, maka mereka juga ikut mengkonsumsi. Jelas sekali bahwa peran ibu dalam membisaakan makan yang sehat sangat besar (Suhardjo, 1989). Keluarga adalah paling determinan dalam menentukan pola makan, kebisaaan makan, kepercayaan terhadap makanan, dan semua faktor sosio budaya ditransferkan lewat keluarga kepada anak. Jadi perilaku makan ditentukan oleh kebisaaan sejak kecil (Koesmandini, 1999). C. Teman Sebaya Pengaruh teman sebaya (peer group) lebih dominan dibandingkan keluarga. Ada kecenderungan remaja ingin mendapatkan suatu pengakuan lebih dari kelompok pergaulannya. Pengaruh ini dapat membentuk pola konsumsi makan baru yang dapat menggantikan pola makan yang telah ada dalam keluarga (Hurlock, 2004). Lebih lanjut Brown (2005) menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya pada remaja awal sangat kuat. Hal tersebut ternyata dapat mempengaruhi asupan zat gizi pada remaja. Hal ini dapat dilihat bahwa konsumsi makanan pada remaja ada dua hal utama yaitu makanan ”sampah” dan makanan sehat. Konsumsi makanan ”sampah” lebih erat hubungannya dengan teman sebaya, sedangkan konsumsi makanan sehat lebih erat hubungannya dengan keluarga. Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku gizi siswa sesuai dengan butir 44 4 (batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi); dan butir 12 (makanlah makanan yang aman bagi kesehatan). D. Pendapatan Menurut Suhardjo (1989), apabila pendapatan keluarga meningkat, maka penyediaan mutu makanan juga meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas makanan tersebut. Dengan meningkatnya pendapatan perorangan terjadilah perubahanperubahan dalam susunan makanan. Perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan adalah pangan yang dimakan lebih mahal. Keluarga yang berasal dari golongan ekonomi kuat cenderung boros dan konsumsinya dapat melebihi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka akan mengakibatkan berat badan terus bertambah dan beberapa penyakit karena kelebihan gizi sering ditemukan. Hal ini dodorong oleh pengaruh yang mengutungkan dari pendapatan yang meningkat baik dari segi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga yang berkaitan dengan keadaan gizi hampir berlaku umum terhadap semua tingkatan pendapatan. Jelas kalau rendahnya pendapatan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli mereka tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang mengahangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak mereka. Menurut Apriadji (1986), keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang dibutuhkan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak pilihan. Selain itu, menurut Berg (1989), uang yang dimiliki seseorang akan memepengaruhi apa yang dimakannya sehingga seseorang yang 45 memiliki uang berlebih biasanya susunan makanan yang dikonsumsinya akan lebih baik daripada yang tidak memadai. Penelitian Muhammad (2001) pada siswa SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi. Menurut Frankle dan Owen (1993) dalam Afianti (2008), untuk merubah perilaku makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan lainnya. Menurut Padmiari dan Hadi (2001), seseorang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pengeluarannya untuk pangan. E. Pendidikan Tingkat pendidikan orang tua sangat diperlukan untuk mengatasi masalah gizi dalam keluarga. Orang tua yang berpendidikan rendah dapat ditingkatkan pengetahuan gizinya dengan cara melalui penyuluhan gizi yang tepat (Apriadji, 1989). Selanjutnya Suhardjo (1989), menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya tentang makanan yang baik bagi kesehatan. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak selalu diikuti dengan pengetahuan yang memadai tentang gizi. Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan dapat diwujudkan dalam penyediaan makanan sehari-hari dalam keluarga dan memberikan penhetahuan gizi kepada anak. 46 Dalam penelitian Muhammad (2001) pada siswa SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan, ia menyimpulkan bahwa pendidikan orang tua tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi siswi. Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, ia menyimpulkan bahwa pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi siswa yang sesuai dengan butir 2 (makan makanan untuk memenuhi kecukupan energi). Sedangkan pendidikan ibu tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi siswa. Sedangkan dalam penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB, berdasarkan hasil analisis uji regresi logistik ternyata pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi mahasiswa sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memiliki peluang praktek gizi yang kurang baik 0,391 kali lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi pendidikan ayah maka semakin meningkat pula pendapatan keluarga sehingga kecenderungan pola makan pun akan berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein hewani serta gula. F. Media Massa Media massa dan industri periklanan memberikan pengarug yang besar terhadap bentuk tubuh yang ideal. Bisaanya iklan makanan menggunakan model yang sangat kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal (Krummel, 1996). Menurut Brown (2005) iklan makanan akan mempengaruhi remaja dalam pemilihan makanan, fast food adalah makanan favorit yang dikonsumsi oleh kebanyakan remaja, selain itu makanan fast food 47 memiliki nilai sosial dimana kebanggaan ketika memakannya. Penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB menyimpulkan bahwa akses informasi pangan dan gizi memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi mahasiswa yang salah satu sumbernya berasal dari media massa. G. Persepsi/Citra Tubuh Soekirman (2006),mengatakan bahwa orang tua atau guru harus dapat merasakan bagaimana anak remaja memandang dirinya, karena biasanya mereka lebih mendengarkan dan mempraktikkan ucapan teman-temannya. Remaja dalam beberapa hal sebenarnya merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Alasan citra tubuh sebagai masalah besar yang harus dipikirkan. Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah menginginkan bentuk tubuh yang ideal. Remaja laki-laki lebih memperhatikan tinggi badan daripada remaja perempuan, karena untuk menarik lawan jenis (Mc Williams, 1993). Pada remaja perempuan yang diinginkan adalah mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Mereka tidak mau sarapan pagi, sedangkan makanan yang bergizi seperti telur, susu, dan sayuran jarang dimakan. Maka hal ini dapat mengakibatkan mereka mengalami defisiensi kalsium dan zat besi (Suhardjo, 1989). H. Pemilihan Makanan Sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Oleh karena itu merupakan hal penting untuk mempelajari makanan yang disukai ataupun yang tidak disukai, dan makanan yang belum pernah 48 dirasakan serta menelusuri sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Selain itu perlu melihat hubungan antara pilihan anak dan orang tua (Suhardjo, 1996). Menurut Raharjo (2004), banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih, membeli, dan mengkonsumsi makanan, baik untuk dirinya sendiri, anggota keluarganya maupun orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Cita rasa jelas menjadi faktor utama selanjutnya pertimbangan harga, kepraktisan penyajian, kemudahan mendapatkan, dan manfaat bagi kesehatan bisa berubah urutannya tergantung konsumen. 2.5. Teori Perilaku Makan Berdasarkan uraian diatas, kerangka teori perilaku makan remaja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagan 2.1 Kerangka Teori Faktor Eksternal : • Pengetahuan Gizi • Pola Makan Keluarga • Teman Sebaya • Pendapatan • Pendidikan • Media Massa Faktor Internal : • Persepsi/Citra Tubuh • Pemilihan Makanan Sumber : Wortington (2000), Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996). Perilaku Makan Pada Remaja 49 Menurut Wortington (2000), perilaku makan remaja dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, faktor internal diantaranya pengetahuan gizi, teman sebaya, dan media massa, sedangkan faktor internal diantaranya persepsi/citra tubuh dan pemilihan makanan. Sedangkan menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996), perilaku makan remaja erat kaitannya dengan pola makan keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, pendapatan, pendidikan, dan lain sebagainya. BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini mengacu pada teori Wortington (2000) dan Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996), dimana terdapat interaksi antara faktor eksternal (Pengetahuan gizi, pola makan keluarga, teman sebaya, pendapatan, pendidikan, dan media massa) dan faktor internal (persepsi/citra tubuh dan pemilihan makanan) yang akan menyebabkan lahirnya gaya hidup dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku atau pola makan remaja. Dalam penelitian kali ini, peneliti hanya memfokuskan pada faktor pengetahuan dan perilaku individu siswa yang dikarenakan saat ini Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) belum mengakar rumput di kalangan remaja, dimana pengetahuan remaja masih hanya terbatas pada slogan ”4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu peneliti juga menambahkan variabel pola makan keluarga untuk melihat sejauh mana keterikatan peran keluarga dalam pembentukan pola makan yang sehat pada anaknya yang telah beranjak remaja. Terlebih menurut Brown (2005), konsumsi makanan ”sampah” lebih erat hubungannya dengan teman sebaya, sedangkan konsumsi makanan sehat lebih erat hubungannya dengan keluarga. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pola makan keluarga dibandingkan teman sebaya dikarenakan kesesuaian dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu gizi seimbang. 50 51 Untuk variabel pendidikan dan pendapatan, peneliti memasukkannya dalam gambaran karakteristik responden. Faktor internal (persepsi/citra tubuh dan pemilihan makanan) merupakan variabel yang sangat menarik untuk digali secara mendalam, akan tetapi karena keterbatasan waktu dari peneliti maka faktor ini tidak dijadikan sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini, variabel independen adalah pengetahuan tentang gizi seimbang dan pola makan keluarga dan variabel dependen adalah perilaku makan menurut PUGS pada siswa SMPN 107 Jakarta. Bagan 3.1 Kerangka Pikir Pengetahuan Perilaku Makan Pada Remaja Pola Makan Keluarga 52 3.2. Definisi Istilah 1. Pengetahuan : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal apa saja yang diketahui oleh informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, seberapa tahu informan tentang kecukupan gizi yang dibutuhkannya dalam sehari, manfaat serta akibat jika konsumsinya kurang ataupun berlebih, dan dari mana sumber informasinya. Cara penumpulan data : Wawancara mendalam dan FGD. Alat ukur : Panduan wawancara mendalam dan panduan FGD. 2. Pola makan keluarga : Kebiasaan makan yang dimulai di rumah, atas bimbingan dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya (Suhardjo, 1989). Pola makan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan sehari-hari dari keluarga informan (kebiasaan makan di rumah maupun kebiasaan makan di luar), apakah dalam pola makan keluarga tersebut memiliki pantangan/larangan tertentu yang berhubungan dengan budaya ataupun agama yang dianut. Cara pengumpulan data : Wawancara mendalam. Alat ukur : Panduan wawancara mendalam. 53 3. Perilaku gizi seimbang menurut PUGS : Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan / semua cara yang dilakukan oleh informan yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang menurut 12 pesan dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari baik dirumah maupun di sekolah, apakah informan memiliki masalah dalam pola makannya (alergi, tidak menyukai jenis makanan tertentu, dsb), serta alasan informan berperilaku atau tidak berperilaku gizi seimbang. Cara pengumpulan data : Wawancara mendalam dan observasi. Alat ukur : Panduan wawancara mendalam dan panduan observasi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini ditujukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006). Dan jenis penelitiam kualitatif yang digunakan adalah Rapid Assesment Prosedures (RAP). Rapid Assesment Prosedures (RAP) merupakan seduah pedoman manual yang dapat digunakan oleh setiap peneliti tanpa harus memiliki latar nelakang antropologi serta dirancang untuk suatu penelitian yang berjangka waktu 1-2 bulan. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 107 Jakarta pada bulan Oktober hingga Desember 2009. Latar belakang pemilihan tempat yang dilakukan oleh peneliti, dilihat dari peringkat sekolah yang dibuat berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) tahun 2007/2008. 4.3. Informan Penelitian Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan 54 55 sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan menggunakan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Mengacu pada prinsip tersebut maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu : 1. Informan Utama Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta baik lakilaki maupun perempuan, dimana enam orang siswa dilakukan wawancara mendalam dan tiga orang siswa diobservasi serta dua belas informan dilakukan FGD (Fokus Grup Diskusi). Pemilihan informan dengan cara purposive sampling dimana informan yang dipilih disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu memiliki status gizi yang beragam (status gizi lebih, kurang, maupun normal), dari berbagai tingkatan kelas (kelas VII, VIII, IX), serta terdaftar sebagai siswa SMPN 107 Jakarta. Pada penelitian ini informan WM, FGD, maupun observasi dilakukan pada siswa yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari informan mempersiapkan diri dalam menjawab pertanyaan jika ketiga teknik tersebut diberikan pada informan yang sama. Selain itu pertanyaan yang diberikan peneliti saat FGD dan WM cukup banyak sehingga dirasa cukup sulit untuk meminta setiap anak melakukan 3 teknik sekaligus, yaitu FGD, WM, dan observasi. Terlebih dalam setiap penelitian, peneliti harus memperhatikan legal aspek dimana dalam pelaksanaannya harus mendapat izin dari masing-masing informan dan peneliti tidak dapat memaksa masing-masing informan tersebut untuk mengikuti semua teknik jika mereka tidak berkenan. 56 2. Informan Pendukung Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang, diantaranya enam orang teman dekat informan utama dan enam orang anggota keluarga informan utama yang mengikuti wawancara mendalam sebelumnya untuk mendapatkan crosscheck data agar informasi yang didapatkan lebih valid dan terjaga kebenarannya. Akan tetapi pada saat pelaksanaan penelitian, satu orang keluarga informan tidak bersedia untuk diwawancarai dengan alasan saat waktu libur ingin digunakan untuk beristirahat sedangkan hari lainnya telah digunakan untuk bekerja, sehingga anggota keluarga yang berhasil diwawancarai hanya berjumlah 5 orang. Selain itu peneliti juga mendapatkan informasi dari informan pendukung lainnya untuk triangulasi data, yaitu pedagang kantin SMPN 107 Jakarta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian Informan Siswa Teman Keluarga Pedagang Kantin Metode Wawancara Mendalam Observasi FGD 2 kali Wawancara Mendalam Wawancara Mendalam Wawancara Mendalam Jumlah 6 orang 3 orang @ 6 orang 6 orang 6 orang 1 orang 4.4. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu mahasiswi peminatan gizi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena peneliti sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data 57 yang diinginkan peneliti menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara mendalam dan pedoman FGD (Fokus Grup Diskusi) yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, pedoman observasi, perekam suara, timbangan berat badan, microtoa, dan alat pencatat untuk kejelasan dan keakuratan instrumentasi. 4.5. Sumber Data Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan pertama. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara langsung dengan informan dan hasil FGD (Fokus Grup Diskusi), hasil observasi, serta hasil penimbangan berat badan dan pengukuran berat badan dari siswa yang dijadikan informan. 2. Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari informan. Akan tetapi diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti profil sekolah, data siswa, dan lain sebagainya. 4.6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu : 1. Wawancara Mendalam (WM) Wawancara mendalam dilakukan terhadap enam orang siswa dari kelas yang berbeda, serta enam orang teman dan enam orang keluarga dari informan WM, 58 dan juga satu orang pedagang kantin untuk validitas data. Teknik WM digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi secara mendalam khususnya untuk variabel perilaku makan informan dan keluarga. Begitupula dengan variabel pengetahuan informan juga peneliti tanyakan dalam wawancara mendalam. 2. FGD (Fokus Grup Diskusi) FGD (Fokus Grup Diskusi) dilakukan pada dua belas orang siswa dari kelas yang berbeda, dimana FGD dilakukan dua kali yang masing-masing melibatkan enam orang siswa. FGD dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam khususnya dalam variabel pengetahuan gizi seimbang. 3. Observasi Observasi dilakukan untuk melihat perilaku gizi seimbang informan yang dilakukan dengan melihat pola makan siswa tanpa diintervensi oleh peneliti. Observasi dilakukan sebanyak dua kali (jadwal pelajaran biasa dan jadwal pelajaran olah raga) pada tiga orang siswa yang dipilih berdasarkan status gizi kurang, normal, maupun status gizi lebih. Selain itu peneliti juga mengamati perilaku jajan siswa lain secara umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : 59 Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Data Informasi Teknik Pengumpulan Data WM FGD Observasi Pengetahuan informan tentang gizi seimbang sesuai PUGS √ √ - Pengetahuan informan tentang kebutuhan gizinya dalam 1 hari √ √ - √ √ - √ √ - √ - - √ - √ √ - - √ - - Pengetahuan informan tentang manfaat dan akibat bila konsumsi masing-masing zat gizi berlebih atau kurang Sumber informasi gizi/kesehatan yang dimiliki informan Pola makan keluarga informan sehari-hari baik di rumah maupun di luar. Bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari. Masalah apa saja yang dimiliki informan dalam pola makannya (alergi, ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, dll). Alasan informan untuk berperilaku atau tidak berperilaku gizi seimbang. 4.7. Metode Pengumpulan Data 4.7.1 Sumber Data Pada penelitian ini data diperoleh melalui hasil Wawancara Mendalam (Indepth Interview), FGD (Fokus Grup Diskusi), dan observasi lapangan sebagai data primer, serta profil sekolah dan data siswa sebagai data sekunder. 4.7.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah). Informasi yang diperoleh dari Wawancara Mendalam (Indepth Interview) dan FGD (Fokus Grup Diskusi) direkam dalam tape recorder dan hal-hal penting yang diucapkan oleh informan dicatat oleh peneliti. Sedangkan untuk observasi, peneliti 60 melihat bagaimana pola makan siswa serta melihat ketersediaan makanan yang ada di kantin sekolah serta disekitar lingkungan sekolah, dan didokumentasikan dalam bentuk gambar. Selain itu, untuk jawaban-jawaban yang berhubungan dengan konsumsi makanan, peneliti konversikan dalam ukuran rumah tangga (URT), sehingga dapat diperkirakan jumlah kalorinya dalam kkal. Dalam mendapatkan informan, peneliti dibantu oleh guru BK (Bimbingan Konseling) khususnya untuk FGD, sedangkan untuk WM dan observasi peneliti mencari informan sendiri baik saat pulang sekolah (informan WM) , istirahat, dan saat pelajaran olah raga (informan observasi) dengan tetap berpedoman pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan FGD dan WM dilakukan di dua tempat yaitu ruang BK dan di masjid sekolah. Akan tetapi sayangnya di kedua tempat tersebut dirasa kurang kondusif sehingga mengurangi konsentrasi siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Selain itu, proses WM dan FGD juga terkendala dengan banyaknya jumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing informan. Hal ini dikarenakan WM dan FGD dilaksanakan saat pulang sekolah dan beberapa dari mereka memiliki jadwal les pada sore harinya. Sedangkan kebanyakan dari mereka tidak bersedia untuk melakukan FGD dan WM selama dua hari. Dengan demikian hasil yang didapat dirasa masih banyak kekurangannya. Sedangkan untuk observasi juga dilakukan pada informan yang berbeda dari WM dan FGD agar informasi yang didapat juga lebih beragam dan dilaksanakan tanpa sepengetahuan dari informan tersebut. Akan tetapi dalam pelaksanaannya peneliti cukup mendapat kesulitan dalam mencari informan di kantin dan saat pulang sekolah karena banyaknya siswa yang jajan dikantin. Akan tetapi 61 hal itu masih dapat diatasi oleh peneliti. Kegiatan observasi dalam penelitian ini hanya dapat dilakukan di sekolah karena sangat sulit untuk diamati hingga di rumah informan, selain karena observasi dilaksanakan tanpa sepengetahuan informan, peneliti juga mempertimbangkan legal aspek / izin dari keluarga dan informan sendiri. 4.8. Pengolahan Data Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hasil wawancara mendalam dicatat kembali, berdasarkan rekaman yang diperoleh pada saat wawancara mendalam maupun FGD (Fokus Grup Diskusi) ke dalam bentuk tulisan (transkrip). 2. Melakukan kategorisasi data sesuai dengan variabel penelitian. 3. Menyajikan ringkasan data dan interpretasi-nya dalam bentuk matriks. 4. Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang ada. 5. Proses analisa data dilakukan secara langsung tanpa menunggu selesainya seluruh pelaksanaan wawancara mendalam dari informasi lain. 4.9. Pengecekan Keabsahan Data / Validitas Data Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan menggali informasi dari siswa, teman sebaya, dan keluarga dari siswa yang menjadi informan saat wawancara mendalam agar data yang didapat lebih valid dan terpercaya, khususnya untuk informasi variabel perilaku gizi seimbang. 62 4.10. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu suatu teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian dilakukan analisa terhadap isi naskah atau hasil data yang diperoleh tersebut (Neuman, 2000). Hasil penelitian yang telah dikelompokkan berdasarkan variabel kemudian dibandingkan dengan teori-teori yang ada pada tinjauan kepustakaan atau hasil penelitian terdahulu. 4.11. Penyajian Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan matriks hasil wawancara dengan informan yang telah dilakukan. BAB V HASIL 5.1. Gambaran Umum SMPN 107 Jakarta SMPN 107 Jakarta terletak di Jalan Raya Pejaten Komplek Depdiknas Kecamatan Pasar Minggu Kabupaten Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta. SMPN 107 Jakarta dikepalai oleh Dra. Ida Farida, M.Pd dengan nilai akreditasi sekolah A dan merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN). SMPN 107 Jakarta pada tahun 2009/2010 memiliki jumlah siswa sebanyak 702 orang. Dalam bidang intrakurikuler, SMPN 107 Jakarta memiliki mata pelajaran yang menunjang kesehatan para siswanya, yaitu pelajaran olah raga yang diberikan setiap satu minggu sekali untuk masing-masing kelas, dengan materi kegiatan yang beragam, diantaranya olah raga sepak bola, bola basket, bola voli, senam, atletik, renang dan lain sebagainya. Selain itu SMPN 107 Jakarta juga memiliki beberapa bidang ekstrakurikuler yang diikuti para siswa, diantaranya : PMR (Palang Merah Remaja), Pramuka, Rohis, Rokris, Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera), Mading (Majalah Dinding), dll. Di SMPN 107 Jakarta, kegiatan siswa yang berhubungan dengan kesehatan diwadahi dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) dengan berbagai kegiatan diantaranya P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), tandu, kegawatdaruratan, dsb. PMR SMPN 107 Jakarta pada tahun 2007 / 2008 pernah mengikuti lomba tenda darurat dan berhasil mendapatkan juara III. Selain itu pada tahun 2009/2010 SMPN 107 Jakarta membentuk KKR (Kader Kesehatan Remaja) yang dapat menjadi wadah bagi para siswanya untuk menjadi penggerak hidup 63 64 sehat baik di sekolah, rumah, maupun lingkungannya. Siswa KKR merupakan siswa yang mengikuti ekstra kurikuler PMR serta perwakilan siswa dari setiap kelas. Siswa KKR juga menjadi Peer Counselor Remaja atau Penggerak Pendidikan Kelompok Sebaya (PPKS) dimana mereka berfungsi sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan dan guru BK di sekolahnya masing-masing dalam memecahkan masalah yang dialami para siswa khususnya masalah kesehatan. Di SMPN 107 Jakarta memiliki satu ruangan yang digunakan sebagai ruang UKS dan ruang PMR. Berikut adalah gambar sekolah SMPN 107 Jakarta beserta ruang UKS. SMPN 107 Jakarta juga memiliki banyak prestasi dan penghargaan karena memenangkan banyak lomba diantaranya lomba pramuka, lomba paskibra, lomba voli, lomba bulutangkis, lomba gerak jalan, dan lomba kibar bendera baik di tingkat Kabupaten / kota, tingkat propinsi, bahkan tingkat nasional. Selain itu dalam bidang kesehatan, SMPN 107 Jakarta pernah menempati juara II pada Lomba Sekolah Sehat (LSS) tingkat Kabupaten / Kota Jakarta Selatan Tahun 2007/2008. 5.1.1 Gambaran Kantin SMPN 107 Jakarta Di SMPN 107 Jakarta terdapat 5 kantin yang menjual berbagai makanan, mulai makanan berat hingga makanan ringan. Kebanyakan dari mereka semuanya menjual makanan “berat” seperti nasi rames, nasi goreng, nasi uduk, soto ayam, ketoprak, mie goreng/rebus, ketupat sayur dan lain sebagainya. Dari semua makanan “berat” yang disediakan, yang paling banyak diminati adalah mie goreng. Untuk nasi rames/nasi goreng/ nasi uduk rata-rata dilengkapi dengan sayuran, protein hewani, dan protein 65 nabati. Selain itu disana juga menjual berbagai macam makanan gorengan (pisang goreng, tahu goreng, otak-otak, chiken nughet, kendo, dll). Berbagai aneka minuman juga disediakan, mulai dari minuman ringan (softdrink) hingga minuman kemasan, berupa susu, teh, moccachino, dan lain sebagainya yang bisa langsung diseduh dan dibuat minuman dingin ataupun es blender. Selain itu, pada pertengahan tahun 2009, juga telah dibangun tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pencuci tangannya di sebelas kantin yang dapat digunakan siswa untuk mencuci tangannya sebelum dan sesudah jajan. 5.2. Karakteristik Informan Dalam penelitian ini, informan yang digunakan peneliti terbagi menjadi dua, yaitu informan utama dan informan pendukung, yaitu : 5.2.1 Informan Utama Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta dengan status gizi yang beragam yaitu status gizi kurang, normal, maupun lebih yang terdiri dari dua belas siswa yang mengikuti FGD (Fokus Grup Diskusi), dan enam orang siswa yang mengikuti Wawancara Mendalam, serta tiga orang siswa yang diobservasi oleh peneliti. A. Informan Wawancara Mendalam Informan wawancara mendalam terdiri dari enam orang yang dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yaitu terdiri dari status gizi kurang, normal, maupun lebih pada laki-laki dan wanita yang berasal dari kelas VII, VIII, dan IX serta 66 terdaftar menjadi siswa SMPN 107 Jakarta pada tahun 2009/2010. Berikut adalah tabel karakteristik informan utama berdasarkan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama pada Wawancara Mendalam Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 VARIABEL NA IS FD BM DIL RW Umur 13 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 12 Tahun JK Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Kelas VIII-1 VII-6 IX-1 VIII-4 IX-4 VII-5 Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam BB (kg) 32.5 30 38 48 73 72 TB (cm) 151 147 150 161.5 153 156 IMT 14.25 13.88 16.89 18.4 31.185 29.586 Status Gizi Underweight Underweight Normal Normal Obesity Obesity Pendidikan Ayah S-1 S-1 SMA S-1 SMA S-1 Pendidikan Ibu S-1 S-1 SMA S-1 SMK SMA Pekerjaan Ayah Pegawai Pegawai Wiraswasta PNS Wiraswasta Polisi Swasta Swasta Ibu RT Guru Ibu RT Pegawai Ibu RT Ibu RT Rp. 15.000 Rp. 20.000 Pekerjaan Ibu Swasta Besar Uang Jajan Rp. 10.000 Rp. 4.000 Rp. 20.000 Rp. 7.000 Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan wawancara mendalam bervariasi mulai dari usia 12 - 14 tahun yang diambil secara acak mulai dari kelas VII - IX. Jenis kelamin dan status gizi informan sebanding proporsinya dan bervariasi, mulai dari status gizi rendah, normal, dan lebih sesuai dengan kriteria 67 yang ditetapkan oleh peneliti. Seluruh informan beragama Islam. Tingkat pendidikan orang tua informan sudah cukup tinggi, antara SMA hingga S-1. Seluruh ayah informan bekerja sedangkan ibunya hanya sebagian kecil saja yang bekerja yaitu ibu dari informan laki-laki dengan status gizi kurang dan normal yang bekerja sebagai guru dan pegawai swasta. Uang jajan informan bervariasi, mulai dari Rp. 4.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya. B. Informan Fokus Grup Diskusi (FGD) FGD dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing diikuti oleh enam orang siswa sesuai kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Berikut adalah tabel karakteristik informan utama berdasarkan teknik pengumpulan data FGD I dan II. Tabel 5.2 Karakteristik Informan Utama pada FGD I Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Variabel Umur JK Kelas Agama DP 12 Tahun Wanita VII - 5 Islam HT 14 Tahun Pria IX - 6 Islam MT 12 Tahun Wanita VII - 6 Islam MA 14 Tahun Pria IX - 5 Islam BB (kg) TB (cm) IMT Status Gizi 36 157 14.6 Under weight Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu SMP 41 164 15.24 Under weight STM 56 157 22.72 Normal Weight S-1 40 150 17.78 Normal Weight SMA SMP STM S-1 SMP HY 13 Tahun Wanita VIII - 3 Kristen Protestan 82 142.5 40.38 Obesity BW 12 Tahun Pria VII - 4 Islam D-3 66.5 158 26.64 Overweig ht S-1 D-3 SMA 68 Pekerjaan Ayah Variabel Pekerjaan Ibu Besar Uang Jajan Pegawai Swasta DP Ibu RT Pegawai Swasta HT Ibu RT Pegawai Swasta MT Dokter Pegawai Swasta MA Ibu RT Pegawai Swasta HY Ibu RT Manager Rp.10.000 Rp.12.000 Rp.7.000 Rp.10.000 Rp.7.000 Rp.10.00 0 BW Ibu RT Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan FGD (Fokus Grup Diskusi) I cukup bervariasi mulai dari usia 12 tahun hingga 14 tahun yang diambil secara acak mulai dari kelas VII hingga kelas IX. Jenis kelamin dan status gizi informan cukup seimbang proporsi dan variasinya, mulai dari status gizi rendah, normal, dan lebih pada laki-laki dan wanita sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Lima dari enam informan beragama Islam dan hanya satu orang yang beragama Kristen Protestan. Tingkat pendidikan orang tua informan cukup bervariasi, antara SMP hingga S-1. Hampir seluruh informan memiliki orang tua yang jenjang pendidikannya yang setara, dan hanya orang tua dari informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD I yang memiliki jenjang pendidikan tidak setara, seperti ayah tamatan S-1 dan ibu SMA. Lima dari enam ayah informan bekerja sebagai pegawai swasta, dan hanya satu orang yang bekerja sebagai manager. Sedangkan untuk pekerjaan ibu, hanya satu orang informan yang memiliki ibu yang bekerja sebagai seorang dokter, sedangkan lima orang lainnya memiliki ibu yang tidak bekerja dan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Untuk besarnya uang jajan dalam sehari, rata-rata mereka mendapatkan Rp. 7.000,- s/d Rp. 10.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya. 69 Tabel 5.3 Karakteristik Informan Utama pada FGD II Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Variabel Umur JK Kelas Agama BB (kg) TB (cm) IMT Status Gizi DA 12 Tahun Wanita VII-3 Islam 28 145 13.3 Underweight FN 13 Tahun Wanita VIII-4 Islam 42 149 18.9 Normal Weight MA MR 14 Tahun Pria IX-6 Islam 51 155 21.23 Normal Weight SMA K 13 Tahun Wanita VIII-6 Islam 78 154 32.9 Obesity S-2 IT 11 Tahun Pria VII-6 Islam 24 138 12.6 Under weight STM SMA FI 12 Tahun Pria VII-1 Islam 57 154 24.034 Over weight S-1 Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Besar Uang Jajan S-1 PNS SMA Wiraswasta MA Wiraswasta SMA Wiraswasta S-1 Wiraswasta PNS Rp. 14.000 Ibu RT Rp. 3.000 Ibu RT Rp. 10.000 SMA Pegawai Swasta Wiraswasta Rp. 7.000 Ibu RT Rp. 10.000 Ibu RT Rp. 5.000 Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan FGD (Fokus Grup Diskusi) II cukup bervariasi mulai dari usia 11 tahun hingga 14 tahun yang diambil secara acak mulai dari kelas VII hingga kelas IX. Jenis kelamin dan status gizi informan cukup seimbang proporsi dan variasinya, mulai dari status gizi rendah, normal, dan lebih pada laki-laki dan wanita sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Seluruh informan beragama Islam. Tingkat pendidikan orang tua informan sudah cukup tinggi, dimana minimal dari mereka merupakan tamatan SMA atau sederajat dan yang tertinggi tamatan S-2. Hampir seluruh informan memiliki orang tua yang jenjang pendidikannya yang setara, dan hanya orang tua dari informan wanita dengan status gizi 70 kurang yang memiliki jenjang pendidikan tidak setara, seperti ayah tamatan S-2 dan ibu tamatan S-1. Seluruh ayah informan bekerja dengan pekerjaan yang beragam, yaitu sebagai PNS, pekerja swasta, serta sebagai wiraswasta. Sedangkan ibu informan hanya dua orang saja yang bekerja sebagai PNS dan wiraswasta. Sedangkan empat orang lainnya sebagai ibu rumah tangga saja. Uang jajan informan bervariasi, mulai dari Rp. 3.000,- sampai dengan Rp. 15.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya. C. Informan Observasi Selain wawancara mendalam dan FGD, peneliti juga melakukan observasi pada informan utama yang berbeda dengan informan wawancara mendalam dan FGD. Berikut adalah karakteristik dari informan utama yang diobservasi oleh peneliti : Tabel 5.4 Karakteristik Informan Utama pada Observasi Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 VARIABEL RF MKR NDU 12 Tahun 14 Tahun 13 Tahun Pria Wanita Wanita Kelas VII-4 IX-1 VIII-5 Agama Islam Islam Islam BB (kg) 24 42 62 TB (cm) 138 149 152 IMT 12.6 18.9 26.8 Underweight Normal Overweight S-1 S-1 S-1 Umur Jenis Kelamin Status Gizi Pendidikan Ayah 71 Pendidikan Ibu S-1 S-1 SMA Pekerjaan Ayah Pegawai Swasta Pegawai Swasta PNS RF MKR NDU Ibu RT Guru Ibu RT Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 15.000 VARIABEL Pekerjaan Ibu Besar Uang Jajan Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui usia informan utama yang diobservasi oleh peneliti berjumlah tiga orang, dengan usia yang bervariasi mulai dari usia 12 tahun hingga 14 tahun yang diambil secara acak. Dari tiga orang informan yang telah diwawancarai, dua orang diantaranya adalah wanita dan satu orang lainnya adalah lakilaki. Seluruh informan beragama Islam. Status gizi informan bervariasi, mulai dari status gizi rendah, normal, dan lebih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Tingkat pendidikan orang tua informan terbilang tinggi, dimana hampir seluruhnya tamatan S-1 dan hanya ibu dari informan dengan status gizi lebih yang tamatan SMA. Hampir seluruh orang tua informan bekerja dengan pekerjaan yang bervariasi, diantaranya ada yang sebagai pegawai swasta, PNS, ataupun guru. Akan tetapi, ibu dari dua informan yang memiliki status gizi kurang dan lebih tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Uang jajan informan dengan status gizi kurang dan normal sebesar Rp. 10.000,- sedangkan informan dengan status gizi lebih sebesar Rp. 15.000,yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya. 5.2.2 Informan Pendukung 72 Informan pendukung dalam penelitian ini adalah teman sebaya / teman dekat informan, dan keluarga informan dari informan yang melakukan wawancara mendalam. Tujuan dilakukannya wawancara mendalam dengan informan pendukung adalah untuk mendapatkan informasi tambahan sebagai cross check data serta memperkaya data penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan penjual kantin dan kepala sekolah SMPN 107 Jakarta untuk triangulasi data, yang dilakukan dengan cara meminta umpan balik dari informan. Hal ini berguna bukan saja untuk alasan etik tetapi juga memperbaiki kualitas data dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut. A. Teman Sebaya Karakteristik informan pendukung, yaitu teman sebaya dari informan utama yang melakukan wawancara mendalam dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Karakteristik Informan Pendukung Teman Sebaya dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 VARIABEL RR SR NR MM RM AR Umur 13 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 13 Tahun Jenis Kelamin Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Kelas VIII-1 VII-6 IX-1 VIII-4 IX-4 VII-5 Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam BB (kg) 55 45 55 50 57 27 TB (cm) 160 150 163 162 159 136 IMT 21.48 20 20.7 19.05 22.55 14.59 Normal Normal Normal Normal Normal Weight Weight Weight Weight Weight STM S-1 S-1 S-1 SMA Status Gizi Pendidikan Ayah Under Weight S-1 73 Pendidikan Ibu SMEA S-1 Pekerjaan Ayah Montir Pekerjaan Ibu Ibu RT Guru Ibu RT Besar Uang Jajan Rp. 10.000,- Rp. 15.000,- Rp. 20.000,- Pegawai Swasta SMA D-3 SMA S-1 Guru PNS Wiraswasta PNS Ibu RT Guru Rp. 10.000,- Rp. 15.000,- Pegawai Swasta Rp. 10.000,- Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui usia informan pendukung, yaitu teman sebaya dari informan utama yang diwawancara mendalam memiliki usia yang bervariasi mulai dari 13 tahun hingga 14 tahun. Jenis kelamin informan cukup sebanding proporsinya, yaitu sebagian laki-laki dan sebagian wanita. Seluruh informan beragama Islam. Sebagian besar informan memiliki status gizi baik, dan hanya satu orang yang memiliki status gizi kurang (underweight). Tingkat pendidikan orang tua informan sudah cukup tinggi, antara SMA hingga S-1. Seluruh ayah informan bekerja sedangkan ibunya hanya sebagian saja yang bekerja dengan pekerjaan yang beragam. Uang jajan informan bervariasi, mulai dari Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya. B. Keluarga Selain teman sebaya, peneliti juga mewawancarai keluarga informan utama sebagai informan pendukung. Karakteristik keluarga yang dijadikan informan pendukung dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini. Tabel 5.6 Karakteristik Informan Pendukung Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 74 Variabel Umur JK Hub. dgn informan NY 45 tahun Wanita Ibu dari informan NA Suku Variabel Pendidikan Pekerjaan Jawa NY S-1 Ibu RT Penghasilan 2.5 juta AH 38 tahun Pria Ayah dari informan IS (tidak diwawancarai) Jawa AH S-1 Pegawai swasta 2 juta A 35 tahun Wanita Ibu dari informan FD HP 40 tahun Wanita Ibu dari informan BM LY 40 tahun Wanita Ibu dari informan DIL S 38 tahun Wanita Ibu dari informan RW Jawa A SMA Ibu RT Betawi HP S-1 Karyawati Jawa LY SMK Ibu RT Jawa S SMA Ibu RT 1 juta 4 juta 800 ribu 2 juta Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui informan pendukung yang bersedia diwawancarai hanya berjumlah lima orang, dan satu informan, orang tua dari informan utama laki-laki dengan status gizi kurang menolak karena alasan sibuk dan tidak memiliki waktu luang. Usia informan pendukung, yaitu keluarga dari informan utama yang diwawancara mendalam memiliki usia yang bervariasi mulai dari 35 tahun hingga 45 tahun. Informan yang diwawancarai seluruhnya adalah ibu dari informan utama yang melakukan wawancara mendalam. Sebagian besar informan pendukung berasal dari suku jawa, dan satu orang dari suku betawi. Seluruh informan pendukung beragama Islam. Tingkat pendidikan informan pendukung sudah cukup tinggi, antara SMA hingga S-1. Sebagian besar informan pendukung merupakan ibu rumah tangga dan sebagian kecil lainnya bekerja sebagai pegawai swasta. Pendapatan informan beragam mulai dari Rp. 800.000,- sampai dengan 4.000.000,-. C. Penjual Kantin SMPN 107 Jakarta 75 Berikut adalah karakteristik dari penjual kantin SMPN 107 Jakarta : Tabel 5.7 Informan Pendukung Penjual Kantin di SMPN 107 Jakarta No. Nama Penjual Urutan Warung Dagang 1. Ibu A. Warung ke-1 2. Ibu B. Warung ke-2 3. Ibu C. Warung ke-3 4. Ibu D. Warung ke-4 5. Ibu E. Warung ke-5 Makanan yang Dijual Makanan ringan, minuman es, nasi rames, hamburger, batagor, mie goreng/rebus, gorengan, otak-otak, softdrink, dll Makanan ringan, minuman es, nasi rames, somay/batagor, mie goreng/rebus, gorengan, softdrink, dll Makanan ringan, minuman es, nasi rames, soto, bihun goreng, mie goreng/rebus, gorengan, softdrink, dll Makanan ringan, minuman es, nasi rames, hamburger, batagor, mie goreng/rebus, gorengan, softdrink, dll Makanan ringan, minuman es, nasi rames, mie goreng/rebus, bihun goreng, soto ayam, lontong sayur, gorengan, softdrink, dll. Informan pendukung lainnya yaitu penjual kantin dan kepala sekolah SMPN 107 Jakarta. Dari lima orang penjual kantin di SMPN 107 Jakarta, peneliti hanya mewawancarai satu orang penjual, yaitu ibu. E yang memiliki warung di urutan kelima dari pinggir. Pemilihan penjual yang dijadikan informan pendukung dilihat dari penjual yang menjual makanan paling bervariasi dan paling lama berjualan di SMPN 107 76 Jakarta. Ibu E mulai berjualan di SMPN 107 Jakarta mulai dari tahun 2002. Sedangkan kepala sekolah 107 Jakarta yang bernama ibu Ida merupakan kepala sekolah yang baru menjabat pada tahun 2009. 5.3. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini meliputi pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) siswa SMPN 107 Jakarta serta gambaran halhal yang berkaitan dengan perilaku gizi seimbang siswa yang meliputi karakteristik dan pola makan keluarga siswa. Selain itu akan digambarkan pula hasil wawancara dengan para informan pendukung, yaitu teman serta keluarga informan. Berikut ini adalah gambaran hasil penelitian di SMPN 107 Jakarta : 5.3.1 Informan Utama 5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 Tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal apa saja yang diketahui oleh informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, seberapa tahu informan tentang kecukupan gizi yang dibutuhkannya dalam sehari, manfaat serta akibat jika konsumsinya kurang ataupun berlebih, dan dari mana sumber informasinya. Untuk variabel pengetahuan tentang gizi seimbang, peneliti menanyakannya pada 18 informan (enam orang informan dalam FGD I, enam orang 77 informan dalam FGD II, dan enam orang dalam wawancara mendalam). Berikut adalah gambaran pengetahuan informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang : A. Makanlah Aneka Ragam Makanan Pengetahuan mengenai penganekaragaman makanan meliputi pengetahuan tentang gizi seimbang, pedoman gizi seimbang, manfaat penganekaragaman makanan, serta akibat dari makanan yang tidak beraneka ragam baik secara kuantitas maupun kualitasnya, dan juga pengetahuan tentang berapa berat badan yang ideal untuk remaja seusia informan. Seluruh informan utama, baik yang diwawancara mendalam, FGD I maupun FGD II, menyatakan bahwa yang disebut gizi seimbang adalah gizi yang lengkap dan terdiri dari makanan 4 Sehat 5 Sempurna. Makanan 4 Sehat 5 Sempurna mencakup makanan pokok berupa nasi, sayuran, lauk pauk, buah dan susu dimana makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Berikut kutipannya : “ Ya 4 sehat 5 sempurna. Mencakup karbohidrat, lemak, vitamin, protein dan mineral.” (Informan HT) “Gizi seimbang adalah gizi yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat hidup dan menjalani aktivitas dengan baik agak tidak mudah lelah. Klo manusia kurang gizi ia akan cepat lelah karena kurang gizi dan tenaga. Terus ya gizinya yang lengkap sesuai kebutuhan 4 sehat 5 sempurna.” (Informan FN) “ Gizi yang memenuhi standar kesehatan. Sesuai sama waktunya terus sesuai sama 4 sehat 5 sempurna.” (Informan MR) Selain itu seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, lima orang dari enam orang informan FGD I, serta lima orang dari enam orang informan FGD II 78 masih menganggap bahwa slogan “4 Sehat 5 Sempurna” merupakan pedoman gizi seimbang. padahal saat ini Departemen Kesehatan telah menetapkan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) sebagai pedoman gizi seimbang yang baru. Akan tetapi seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I, maupun FGD II menyatakan tidak pernah mendengar dan mengetahui tentang PUGS, bahkan kepanjangan dari singkatan PUGS itu pun mereka tidak tahu. Berikut kutipannya : “ Slogan gizi seimbang 4 Sehat 5 Sempurna. PUGS gak tahu. Gak pernah denger.” (Informan HT) “ Pedoman gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna bukan ? iya deh itu. PUGS gak tahu. Tahunya Cuma 4 sehat 5 sempurna aja.” (Informan IT) ” Pedoman gizi seimbang, gak tahu. PUGS gak tahu.” (Informan HY) Seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I maupun FGD II menyatakan bahwa manfaat menganekaragamkan makanan yang kita makan, supaya terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk serta mengganti menu setiap harinya adalah untuk mencukupi gizinya sehari-hari agar lebih lengkap karena pada satu jenis makanan tidak mengandung zat gizi yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh kita serta agar kita tidak cepat bosan dengan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Berikut kutipannya : “ Untuk melengkapi asupan gizi dalam tubuh, yak lo makan yang itu-itu aja gizinya gak lengkap.” (Informan MT) “ Biar tidak bosan. Supaya kebutuhan gizi kita tidak hanya satu saja yang terpebuhi tapi semuanya. Jadi makanan yang kita konsumsi harus memiliki kadar gizi yang berbeda-beda. Supaya gizinya lengkap.” (Informan MR) “ Biar gizi yang kita dapat seimbang, soalnya kan setiap makanan gizinya bedabeda. Lagian biar gak bosen.” (Informan K) 79 Selain manfaat penganekaragaman makanan, peneliti juga menanyakan akibat yang dapat ditimbulkan dari konsumsi makanan yang tidak beranekaragam. Seluruh informan wawancara mendalam serta informan FGD I dan FGD II menyatakan bahwa akibat mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam dapat mengakibatkan malas makan, zat gizi dalam tubuh tidak lengkap sehingga menyebabkan kurang gizi dan akan berpengaruh pada terganggunya aktivitasnya sehari-hari karena badan terasa lemas, tak bertenaga dan nantinya dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu informan juga menyebutkan bahwa makanan yang tidak beraneka ragam juga dapat menyebabkan kebosanan. Berikut kutipannya : “ Dampaknya mungkin kita akan cenderung malas makan, terus kebutuhan gizi yang kita makan gak tercukupi terus daya tahan kita gak fit terus pertumbuhan kita akan terganggu karena kurang gizi.” (Informan FN) “ Kurang gizi, soalnya klo kita makannya itu-itu aja, gizi yang didapat juga hanya itu aja, banyak gizi lain yang gak didapat maka kita bisa kurang gizi terus badannya jadi kurus.” (Informan FI) “ Bisa kurang gizi, lemas, aktivitasnya gak semangat.” (Informan HY) “ Bisa bosen, sama gizinya gak lengkap.” (Informan RW) B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan apa saja yang dapat mencukupi kebutuhan gizi, berapa kebutuhan gizi dalam sehari, manfaat memenuhi kebutuhan gizi, berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja seusianya, serta kebiasaan informan untuk menimbang BB dan TB-nya. 80 Seluruh informan FGD I dan II, serta lima dari enam informan wawancara mendalam menyatakan bahwa makanan sumber karbohidrat dapat memenuhi kebutuhan energi. Selain karbohidrat, empat dari enam informan wawancara mendalam, seorang dari informan FGD I, serta empat orang dari lima informan FGD II juga menyebutkan bahwa protein juga dapat memenuhi kebutuhan energi. Sedangkan informan yang menyebutkan lemak sebagai sumber energi diantaranya dua orang dari enam informan informan wawancara mendalam, sebagian informan FGD I, serta dua orang dari empat informan FGD II. Akan tetapi masih banyak informan yang mengira bahwa dalam makanan sumber mineral dan vitamin memiliki kandungan energi yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh. Berikut kutipannya : “ Karbohidrat, lemak, sama mineral.” (Informan HT) “ Karbohidrat, mineral sama protein.” (Informan HY) ” Karbohidrat seperti nasi, jagung, sagu, protein seperti daging, ikan, dan sedikit lemak.” (Informan FI) “ Karbohidrat, protein, sama lemak.” (Informan BM) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II tidak mengetahui berapa kebutuhan energi mereka dalam satuan kkal (kilo kalori), sehingga peneliti melakukan probing dengan menanyakan porsi ideal kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai untuk remaja seusia mereka. Porsi kebutuhan karbohidrat, protein, maupun lemak tidak peneliti tanyakan dalam satuan gram tetapi ditanyakan dalan ukuran rumah tangga, seperti berapa piring nasi untuk karbohidrat, berapa potong lauk untuk protein, serta berapa sendok makan minyak untuk lemak. Akan tetapi khusus untuk porsi lemak dengan probing dalam ukuran sdm minyak tersebut, hanya peneliti tanyakan pada 81 informan WM saja, karena peneliti terlupa untuk menanyakan pada informan FGD I dan II. Dari pertanyaan tersebut, tujuh belas dari delapan belas informan utama dapat menjawab kebutuhan yang ideal dari karbohidrat dan protein. Dan seorang informan WM tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi sebaliknya, untuk pertanyaan kebutuhan lemak, tujuh belas dari delapan belas informan utama tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan seorang informan lainnya memberikan jawaban yang kurang tepat. Berikut kutipannya : “ Sekali makan 1 piring, jadinya sehari 3 piring sedang (Karbohudrat).” (Informan BM) “1 potong sekali makan (Protein).” (Informan IT) “5 sendok makan (Lemak).” (Informan DIL) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II juga menyatakan bahwa memenuhi kebutuhan gizi dalam sehari bermanfaat untuk menjaga kesehatan, agar tidak mudah sakit sehingga nantinya dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari dengan lancar dan kondisi tubuh yang optimal. Berikut kutipannya : “ Supaya makanan kita terjaga, terus pertumbuhan kita tidak terhambat. Ya supaya kita bisa sehat terus bisa menjalani aktivitas kita sehari-hari, biar fit.” (Informan FN) “ Buat nambah gizi dalam tubuh dan agar tubuh tidak lemas.” (Informan HY) “ Biar aktivitasnya lebih semangat, biar sehat, gak gampang sakit.” (Informan FD) Lima orang dari enam informan wawancara mendalam serta seorang informan FGD I tidak mengetahui berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja usia mereka. Sedangkan seorang informan wawancara mendalam, lima orang informan FGD I, serta 82 seluruh informan FGD II menyebutkan BB dan TB yang bervariasi. Untuk wanita, ada informan yang menyebutkan BB yang idealnya sekitar 40-50 kg dan laki-laki sekitar 50 kg. Sedangkan TB yang ideal untuk wanita sekitar 140-150 cm dan laki-laki sekitar 150170 cm. Seluruh informan menyebutkan bahwa BB dan TB laki-laki lebih besar daripada wanita. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD II menyebutkan bahwa BB dan TB yang ideal untuk seseorang dapat diketahui dengan perhitungan BB saat ini dikurangi 100 kemudian hasilnya dibandingkan dengan BB-nya sekarang. Selain itu informan wanita dengan status gizi lebih pada FGD II menyatakan bahwa perbedaan BB dan TB antara laki-laki dan wanita adalah 20 kg (untuk BB) dan 20 cm (untuk TB). Berikut kutipannya: “ Gak tahu.” (Informan IS) “ Klo laki-laki 50-60 BB, TBnya 160, klo wanita BBnya 40-50, TBnya 150.” (Informan RW) “ TB dikurang 100 terus dibandingkan dengan BB-nya sekarang. Klo kelebihan atau kurang artinya gak ideal.” (Informan FI) “ Klo wanita BB nya 40 lakinya 60 jadi beda 2 yang puluhannya, jadi klo tingginya wanita 140 laki-laki 160.” (Informan K) Seorang informan wawancara mendalam dan dua orang informan FGD I menyatakan bahwa ia biasa menimbang BB setiap satu bulan sekali. Empat orang informan wawancara mendalam, empat informan FGD I dan seluruh informan FGD II menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali, 3 bulan sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya sekali menimbang BB. Sedangkan seorang informan wawancara mendalam menyatakan ia tidak pernah 83 melakukan penimbangan BB dan TB dalam satu tahun terakhir. Akan tetapi, peneliti terlupa untuk menegaskan berapa kali mereka mengukur TB-nya, karena dikhawatirkan jawaban informan merupakan kebiasaan informan untuk melakukan penimbangan BB saja. Akan tetapi, sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Berikut kutipannya: “ Gak rutin, 1 bulan sekali.” (Informan DP) “ Gak rutin. Setahun bisa 10 kali.” (Informan BW) “ Gak pernah.” (Informan IS) “ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” (Informan RW) C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan karbohidrat, jenis karbohidrat, jumlah kebutuhan karbohidrat berdasarkan URT; manfaat karbohidrat, akibat jika konsumsi karbohidrat yang berlebih ataupun kurang. Seluruh informan wawancara mendalam, lima orang dari enam informan pada FGD I dan seluruh informan pada FGD II telah mengetahui sumber makanan karbohidrat terdiri dari nasi, gandum, jagung, mie, singkong, ubi, sagu, dll. Akan tetapi seorang informan pada FGD I, informan laki-laki dengan status gizi kurang menyebutkan bahwa daging merupakan makanan sumber karbohidrat. Berikut kutipannya : “ Nasi, jagung, gandum, kentang, roti.” (Informan FN) 84 “ Karbohidrat dari kentang, nasi, mie, pokoknya makanan-makanan pokok.” (Informan MT) “ Kayak daging gitu.” (Informan HT) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui jenis karbohidrat, dimana karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Berikut kutipannya : “ Gak tahu.” (Informan IT) “ Gak tahu.” (Informan DIL) “ Gak tahu kak.” (Informan FD) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan lima orang informan FGD II dapat menyebutkan jumlah kebutuhan karbohidrat dalam sehari sebanyak tiga piring nasi. Sedangkan seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi lebih tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan KH dengan menggunakan ukuran rumah tangga seperti berapa piring nasi untuk memudahkan informan dalam menjawab dan memahami pertanyaan. Berikut kutipannya : “ Tiga piring nasi, makan pagi, makan siang sama malam.” (Informan DP) “ Ya nasinya tiga piring sedang.” (Informan NA) “ Tiga piring sedang, jangan banyak-banyak.” (Informan FD) Seluruh informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta empat informan FGD II telah mengetahui manfaat karbohidrat yaitu sebagai sumber energi dan pembangkit tenaga. Sedangkan dua informan FGD I dan dua informan FGD II tidak mengetahuinya. Berikut kutipannya : “ Sebagai pembangkit energi. Ya bisa membuat tenaga di tubuh dari makanan itu.” (Informan HT) 85 “ Karbohidrat buat pembangkit tenaga biar gak lemes.” (Informan MA) “ Untuk daya tahan tubuh supaya tetap fit.” (Informan FN) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta sebagian informan FGD II telah mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih yaitu dapat mengakibatkan kekenyangan, sakit perut, kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan tiga informan FGD II tidak mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih. Berikut kutipannya : “ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan.” (Informan BW) “ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung.” (Informan NA) “ Kegemukan.” (Informan FI) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta lima orang informan FGD II dapat menyebutkan akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang, seperti lemas, cepat capek, kurus, kurang tenaga, kurang gizi, bahkan ada informan yang menyebutkan busung lapar. Sedangkan seorang informan FGD II, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang tidak mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang. Berikut kutipannya : “Ya bisa bikin badan lemas, kurang tenaga, cepat capek.” (Informan HT) “ Busung lapar.” (Informan FI) “Klo kurang bisa lemas atau pingsan.” (Informan HY) D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan protein dan lemak, jenis protein dan lemak, jumlah kebutuhan protein dan lemak berdasarkan URT; 86 manfaat protein dan lemak, akibat jika konsumsi protein dan lemak yang berlebih ataupun kurang. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II telah mengetahui makanan sumber protein dan lemak. Mereka menyatakan bahwa makanan sumber protein terdiri dari : daging, ayam, telur, tahu, tempe, dll. Sedangkan makanan sumber lemak terdiri dari minyak, margarin, keju, susu, daging, dll. Berikut kutipannya : “ Tahu, tempe, daging, kacang kedelai (protein).” (Informan BW) “ Telur, daging, tempe, tahu.” (Informan MT) “ Minyak, margarin, sama daging (lemak).” (Informan BM) “ Sumber lemak itu seperti buah alpukat, daging, minyak.” (Informan FI) Tiga informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta dua informan FGD II telah mengetahui bahwa protein terdiri dari dua jenis, yaitu protein hewani seperti ayam, daging, ikan dan protein nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis protein. Untuk lemak, dua orang informan wawancara mendalam, tiga orang informan FGD I, serta tiga orang informan FGD II telah mengetahui bahwa jenis lemak menurut sumbernya ada dua yaitu lemak hewani dan nabati. Dan hanya seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi normal yang menyebutkan lemak jenuh, akan tetapi ia tidak mengetahui tentang lemak tak jenuh dan lemak trans. Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis lemak. Berikut kutipannya : “ Gak tahu (protein).” (Informan IT) “ Hewani sama nabati (protein).” (Informan DIL) 87 “ Dua, lemak nabati sama lemak hewani.” (Informan BW) “ Tahunya cuma 1, lemak jenuh.” (Informan MR) Seluruh informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta seluruh informan FGD II menyebutkan kebutuhan protein sebanyak satu potong setiap satu kali makan, dan tiga hingga empat potong lauk untuk satu hari atau untuk tiga kali makan. Sedangkan seorang informan FGD I, laki-laki dengan status gizi normal tidak mengetahui berapa kebutuhan protein dalam satu hari. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan protein dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu berapa potong lauk. Akan tetapi untuk pertanyaan ini, peneliti hanya menanyakan kebutuhan protein hewani, sedangkan untuk kebutuhan protein nabati peneliti terlupa untuk menanyakannya. Selain kebutuhan protein, peneliti juga menanyakan kebutuhan lemak yang ideal dalam satu hari. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I dan FGD II tidak mengetahui jumlah kebutuhan lemak mereka dalam satu hari. Akan tetapi ada seorang informan wawancara mendalam, wanita dengan status gizi lebih yang menyebutkan kebutuhan lemak dalam sehari sebanyak lima sendok makan. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan lemak dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu ukuran sendok makan. Berikut kutipannya : “ Sehari 3 potong (protein).” (Informan FN) “ Lima sendok makan (lemak).” (Informan DIL) Empat informan wawancara mendalam, enam informan FGD I dan lima informan FGD II menyatakan bahwa manfaat protein adalah sebagai zat pembangun yang membantu pertumbuhan, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, serta sebagai sumber tenaga/energi. Sedangkan untuk manfaat lemak, seluruh informan FGD I, dan dua orang 88 informan FGD II mengetahui bahwa lemak berguna sebagai cadangan energi. Selain itu ada seorang informan FGD II, yaitu informan wanita dengan status gizi normal mengatakan bahwa lemak dapat memberikan panas tubuh sehingga tidak mudah kedinginan saat musim dingin. Sedangkan seluruh informan wawancara mendalam serta empat orang informan FGD II tidak mengetahui manfaat lemak. Bahkan ada seorang informan wawancara mendalam, yaitu informan wabita dengan status gizi lebih menyatakan bahwa lemak tidak memiliki manfaat apa-apa. Berikut kutipannya : “Untuk memperbaiki sel-sel yang rusak (Protein).” (Informan FI) “ Kayaknya gak ada (Lemak).” (Informan DIL) “ Klo kegunaan lemak mungkin misalnya orang yang berlemak panas tubuhnya lebih tinggi. Karena orang yang berlemak memiliki panas tubuh yang lebih tinggi dari pada orang yang kurang lemak jadi gak gampang kedinginan.” (Informan FN) Hanya sebagian kecil dari informan, yaitu seorang informan wawancara mendalam, dua informan FGD I, serta seorang informan FGD II yang memberikan jawaban dari akibat mengkonsumsi protein yang berlebih, yaitu dapat menyebabkan lemas, pertumbuhan optimal, atau sebaliknya menyebabkan pertumbuhan kurang bagus, serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Sedangkan sebagian besar informan lainnya tidak mengetahui akibat dari konsumsi protein yang berlebih. Untuk pengetahuan tentang akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, dan lima orang informan FGD II menyebutkan bahwa kelebihan konsumsi lemak dapat mengakibatkan kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan seorang informan FGD II, 89 laki-laki dengan status gizi kurang tidak mengetahui apa akibat yang dapat ditimbulkan dari konsumsi lemak yang berlebihan. Berikut kutipannya : “ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan (Lemak).” (Informan BW) “ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung (Lemak).” (Informan NA) “ Pertumbuhannya kurang bagus (Protein).” (Informan HT) “ Pertumbuhannya bisa normal (Protein).” (Informan DP) Lima informan FGD I, serta dua informan FGD II dapat menyebutkan akibat dari kurangnya asupan/konsumsi protein, yaitu dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat serta menjadi kurang gizi / kurus. Sedangkan informan lainnya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Untuk akibat kurang konsumsi lemak, tiga informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, dan dua informan FGD II menyatakan bahwa kurangnya konsumsi lemak bisa menyebabkan seseorang lemas, tak bertenaga daya tahan tubuhnya kurang , kurus, serta dapat terjadi malnutrisi/kurang gizi. Berikut kutipannya : “ Sel-sel yang tadinya rusak yang harusnya bisa diganti jadi gak bisa diganti karena kekurangan protein.” (Informan FN) “Klo kurang pertumbuhan terhambat (protein).” (Informan MT) “Bisa kurus. Malnutrisi ya kak disebutnya (lemak).” (Informan DIL) “ Kurus (Lemak).” (Informan RW) E. Gunakan Garam Beryodium 90 Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat garam beryodium, akibat dari konsumsi garam yang berlebih, serta batas takaran dari konsumsi garam untuk seseorang dalam sehari. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui manfaat konsumsi garam yang mengandung yodium adalah untuk mencegah penyakit gondok. Bahkan ada seorang informan laki-laki dengan status gizi normal pada FGD I yang menyebutkan bahwa manfaat lain dari garam beryodium adalah untuk pertumbuhan. Berikut kutipannya : “ Untuk pertumbuhan, untuk mencegah penyakit gondok.” (Informan MA) “ Mencegah penyakit gondok, itu yang lehernya ada jendolannya, membesar.” (Informan BW) “ Garam yang bisa mencegah gondok.“ (Informan IT) “ Mencegah gondok.” (Informan DA) Empat informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta lima orang informan FGD II tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsi garam yang berlebih. Akan tetapi dua orang informan wawancara mendalam (informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih) dan seorang informan FGD II (informan wanita dengan status gizi kurang) mengetahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Berikut kutipannya : “ Bisa kena darah tinggi.” (Informan NA) “ Darah tinggi.” (Informan DIL) “ Gak tahu.” (Informan DA) 91 “ Enggak tahu.” (Informan HY) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui berapa batas takaran konsumsi garam untuk setiap orang dalam satu harinya, dimana seharusnya batas konsumsi garam adalah sebanyak satu sendok teh akan tetapi rata-rata dari mereka menjawab sekitar 1 ½ - 4 sendok makan. Berikut kutipannya : “ Dua sampai empat sendok makan sehari. Ya buat seorang.” (Informan FI) “ Gak tahu.” (Informan DP) “ Dua sendok makan.” (Informan FD) F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan zat besi, akibat kekurangan zat besi, sumber makanan yang mengandung banyak zat besi, apa yang dimaksud penyakit anemia, serta kadar Hb (Haemoglobin) dalam darah yang normal untuk remaja seusia informan. Seorang informan wawancara mendalam (Informan wanita dengan status gizi kurang), dua informan FGD I (Informan laki-laki dengan status gizi normanl dan lebih), serta tiga informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang dan normal, serta informan laki-laki dengan status gizi lebih) menyatakan bahwa zat besi berguna untuk pembentukan sel darah merah. Akan tetapi masih ada seorang informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang) yang mengatakan bahwa zat besi juga berguna untuk pembentukan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak mengetahui manfaat zat besi, dan banyak dari mereka yang menyatakan bahwa zat besi 92 berguna untuk pembentukan tulang dan gigi serta untuk mencegah osteoporosis. Berikut kutipannya : “ Zat besi untuk tulang. Untuk biar tambah tinggi.” (Informan FD) “ Zat yang berpengaruh untuk sel darah merah.” (Informan MA) “ Zat yang berguna untuk menambah sel darah merah dan sel darah putih.” (Informan DA) “ Buat mencegah osteoporosis.” (Informan MR) Seorang informan wawancara mendalam (Informan wanita dengan status gizi kurang), seorang informan FGD I (Informan laki-laki dengan status gizi lebih), serta dua informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang, serta informan laki-laki dengan status gizi lebih) mengetahui bahwa kurangnya zat besi dalam konsumsi makanan sehari-hari dapat menyebabkan penyakit anemia. Akan tetapi informan yang lainnya menyatakan bahwa kurangnya asupan zat besi dapat mengakibatkan penyakit leukemia, osteoporosis, serta menyebabkan pertumbuhan tulangnya terhambat. Berikut kutipannya : “Penyakit kayak anemia, yang kayak kekurangan sel darah merah sama sel darah putih.” (Informan FN) “Anemia.” (Informan BW) “Akan menyebabkan osteoporosis.” (Informan FI) “Pertumbuhannya akan berlangsung lambat.” (Informan HT) Seorang informan wawancara mendalam (informan wanita dengan status gizi kurang), seorang informan FGD I (informan laki-laki dengan status gizi lebih), serta empat informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang, normal, dan lebih, serta informan laki-laki dengan status gizi lebih) mengetahui bahwa zat besi banyak 93 terkandung dalam sayuran khususnya di bayam. Tidak ada satupun dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi juga terdapat didalam bahan pangan hewani dan kacangkacangan. Akan tetapi banyak juga dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi banyak terkandung didalam susu. Berikut kutipannya : “ Kayak bayam terus sayur-sayuran.” (Informan FN) “ Susu.” (Informan MR) “ Gak tahu.” (Informan HT) Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta empat informan wawancara mendalam telah mengetahui bahwa anemia adalah penyakit karena kekurangan sel darah merah. Walaupun demikian ada seorang informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi normal) yang juga menyebutkan bahwa anemia juga disebabkan karena kekurangan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak mengetahui bahkan lupa apa itu penyakit anemia. Berikut kutipannya : “ Kekurangan sel darah merah.” (Informan HT) “ Kekurangan sel darah merah sama sel darah putih.” (Informan FN) “ Penyakit yang kurang sel darah merah.” (Informan DA) “ Pernah dengar tapi lupa.” (Informan IT) Lima informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta empat informan FGD II mengetahui gejala anemia, diantaranya pusing, mudah lelah, mual, muntah, tak bersemangat, dsb. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa anemia dapat menyebabkan seseorang pingsan dan mudah marah. Berikut kutipannya : “ Lemah, letih, lesu, ada yang sampai pingsan.” (Informan BM) “ Gak tahu.” (Informan RW) 94 “ Mukanya pucat, lemas, gampang marah.” (Informan MA) “ Agak pucat mukanya sama lemas.” (Informan IT) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II tidak mengetahui berapa kadar Hb (Haemoglobin) yang normal untuk remaja seusia informan yang berkisar 12,0-15,5 g/dl untuk wanita dan 13,0-17,0 g/dl untuk laki-laki. Berikut kutipannya : “ Gak tahu.” (Informan IS) “ Gak tahu.” (Informan HY) “ Enggak tahu.” (Informan FD) G. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI Sesudahnya Pengetahuan yang digali dalam pesan ini adalah manfaat apa saja dari ASI yang diketahui oleh informan. Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta empat informan FGD II mengetahui manfaat ASI bagi bayi, diantaranya berguna untuk makanan bayi / asupan gizi bayi, untuk memberikan daya tahan atau kekebalan pada bayi, untuk perkembangan tubuh bayi, serta untuk perkembangan otak bayi. Berikut kutipannya : “ Untuk memberi makan bayi dan daya tahan bayi.” (Informan FI) “ Untuk perkembangan bayi, untuk pertumbuhan.” (Informan MT) “ Manfaatnya untuk makanan bayi. Bagus buat kekebalan tubuhnya.” (Informan BM) “ Untuk makanan bayi. Untuk kecerdasan otak.” (Informan DIL) 95 H. Biasakan Makan Pagi Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang manfaat makan pagi dan akibat jika seseorang tidak makan pagi. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui bahwa makan pagi atau makan pagi bermanfaat untuk memberikan energi dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu beberapa informan juga menyebutkan bahwa makan pagi dapat membuat belajar menjadi lebih berkonsentrasi serta aktivitas akan berjalan lebih optimal dan tubuh juga terasa lebih fit / bertenaga. Berikut kutipannya : “ Supaya klo misalnya pagi kan kita dah makan, ntar pas belajar sekolah gak akan terganggu. Lebih konsen.” (Informan K) “ Buat nambah tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.” (Informan FN) “ Biar ada energinya biar gak lemes, ntar gak bisa mikir lagi.” (Informan FD) “ Supaya tenaga yang kemarin terkurang, jadinya kita bisa chaw lagi.” (Informan BM) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa akibat jika seseorang tidak makan / makan pagi pagi, maka akan menyebabkan lemas, lapar, tak bertenaga, tidak konsentrasi, bahkan pingsan. Berikut kutipannya : “ Bisa lemas, pingsan, udah.” (Informan IT) “ Lemas, lesu,belajarnya jadi gak konsentrasi.” (Informan DA) “ Klo mau belajar atau beraktivitas jadi lemas.” (Informan DP) “ Badan terasa kurang fit, lemas, pusing, mungkin badan juga akan terganggu klo lagi kurang fit.” (Informan FN) I. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya 96 Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan air dalam tubuh, berapa banyak konsumsi air minum yang ideal dalam hari, dan akibat jika seseorang kurang mengkonsumsi air. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa air berguna bagi tubuh untuk menghilangkan rasa haus, agar tidak dehidrasi, membantu mencerna makanan, untuk memperlancar peredaran darah, serta ada seorang informan yang menyatakan bahwa air dapat mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi normal pada wawancara mendalam tidak mengetahui kegunaan air bagi tubuh. Berikut kutipannya : “ Untuk memperlancar darah dan mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh, untuk memperlancar peredaran darah ke otak.” (Informan MR) “ Untuk memperlancat peredaran darah, dan supaya gak kena penyakit ginjal.” (Informan K) “ Untuk melancarkan peredaran darah.” (Informan IT) “ Supaya tidak dehidrasi.” (Informan IS) Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan pada FGD I ,serta lima informan FGD II menyatakan bahwa batas minimal konsumsi air minum dalam sehari adalah sebanyak delapan gelas sehari atau setara dengan dua liter air. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD II mengatakan bahwa batas minimal konsumsi air adalah satu setengah liter. Berikut kutipannya : “ 8 gelas atau 2 liter air minum.” (Informan RW) “ 1 ½ liter.” (Informan BW) “ 8 gelas.” (Informan IS) “ 2 liter.” (informan FD) 97 Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui bahwa jika seseorang kurang mengkonsumsi air minum dapat mengakibatkan dehidrasi, rasa haus, kurang tenaga, menghambat peredaran darah, serta menghambat pengeluaran toksik dalam tubuh. Berikut kutipannya : “ Menghambat pengeluaran toksik-toksik dalam tubuh sehingga menghambat peredaran darah.” (Informan MR) “ Memperlambat peredaran darah dan bisa kena penyakit ginjal.” (Informan K) “ Kena penyakit, dehidrasi.” (Informan DA) “ Peredaran darah akan terganggu, selain itu kita bisa dehidrasi.” (Informan FN) J. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat olah raga, frekuensi olah raga dalam satu minggu, serta durasi dalam setiap melakukan olah raga. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa olah raga bermanfaat untuk kesehatan, tubuh terasa lebih segar, fit, tidak mudah sakit, serta dapat menurunkan berat badan. Berikut kutipannya : “ Supaya sehat, dan gemuknya bisa terus turun..” (Informan DIL) “ Supaya tubuhnya sehat dan tidak mudah sakit.” (Informan RW) “ Untuk kesehatan tubuh, sekalian buat refreshing. Ya kan seminggu kita dah capek beraktivitas.” (Informan MA) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan bahwa olah raga harus rutin dilaksanakan. Untuk frekuensi dan durasi olah raga, mereka menjawabnya dengan bervariasi. Ada informan yang mengatakan minimal seminggu sekali, seminggu dua kali, bahkan ada yang menyebutkan olah raga sebaiknya seminggu 98 empat kali dengan durasi / lama waktu berolah raga yang beragam, ada informan yang mengatakan olah raga sebaiknya selama 15 menit ada juga yang mengatakan selama 3 jam. Berikut kutipannya : “ 3 kali 1 jam.“ (Informan NA) “ Yang idealnya setiap hari, tapi minimal 2 kalilah. 15 menit dah cukup.” (Informan HT) “ Setiap hari tapi minimal 1-2 kali. 30 – 1 jam.” (Informan BW) K. Hindari Minum-Minuman Beralkohol Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol. Dua informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh informan FGD II menyatakan bahwa konsumsi alkohol dapat membuat kecanduan serta berakibat buruk untuk kesehatan fisik dan mental seseorang. Menurut informan, akibat yang dapat ditimbulkan diantaranya dapat merusak organ jantung, hati, ginjal, otak, paru-paru, menyebabkan penyakit kanker, menghambat peredaran darah, serta menyebabkan seseorang kehilangan akalnya. Berikut kutipannya : “ Bisa terkena penyakit jantung, paru-paru, ginjal, juga bisa merusak otak dan hilang akal.” (Informan DA) “ Merusak jantung, hati, paru-paru, ginjal, juga menyebabkan penyakit kanker.” (Informan FN) “ Merusak otak, jantung, paru-paru, membuat kerusakan ginjal, dan membuat toksik-toksik dalam darah makin keruh.” (Informan MR) 99 L. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang bagaimana kriteria makanan yang aman. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan hal yang beragam tentang kriteria makanan yang aman, diantaranya makanan tersebut harus bergizi, halal, steril, bersih dari debu, kotoran, tidak dihinggapi lalat, bebas dari bakteri, bebas dari zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan, seperti pengawet buatan, pewarna buatan, pemanis buatan, dll. Berikut kutipannya : “ Makanan yang mengandung gizi seperti karbohidrat, vitamin,dll. Terus sama bebas dari bahan kimia gitu, kayak formalin, boraks, sama pewarna makanan.” (Informan DA) “ Makanan yang sehat,baik. Dari zat-zat berbahaya. Pewarna, pengawet, dan rasanya juga mesti pake bahan yang benar.” (Informan K) “ Ya makanan yang jelas ada labelnya, komposisi, kandungan gizi dan ada kode ekspairednya. Terus bebas dari bahan racun, boraks, formalin, dan bahanbahan yang gak layak dimakan.” (Informan MA) M. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi apa saja manfaat membaca label kemasan, serta label kemasan apa saja yang informan ketahui. Selain itu peneliti juga menggali darimana saja sumber informasi kesehatan yang telah didapat oleh informan, seberapa bermanfaat informasi tersebut, serta informasi apa saja yang saat ini diperlukan oleh informan. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh informan FGD II, menyatakan bahwa membaca label kemasan sebelum membeli 100 makanan sangat penting, karena dengan membaca label kemasan tersebut informan dapat mengetahui kapan tanggal kadaluwarsanya, komposisi/bahan pembuatan makanan, kandungan gizi dari makanan serta kehalalan makanan sehingga konsumen dapat mengetahui keamanan dari makanan yang dibelinya. Akan tetapi masih ada seorang informan wanita dengan status gizi kurang pada wawancara mendalam yang tidak mengetahui manfaat dari membaca label kemasan makanan sebelum membeli makanan. Berikut kutipannya : “ Supaya kita tahu isi makanan itu dari bahan apa aja, terus sama masa berlakunya makanan (tanggal ekpaired).” (Informan BM) “ Supaya kita tahu kapan batas kadaluwarsanya, dan tahu mengandung pengawet atau tidak .” (Informan RW) “ Biar supaya kita tahu bahan makanan yang kita makan apa aja, bagaimana gizinya, terus kapan batas kadaluwarsanya.” (Informan MA) Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II telah mengetahui label-label apa saja yang biasanya ada dikemasan makanan, diantaranya tanggal kadaluwarsa (expaired), komposisi makanan, kandungan gizi makanan, kode halal, berat bersih dan berat kotor makanan, no registrasi dari BPOM, serta cara pembuatan makanan. Berikut kutipannya : “ Komposisi, kandungan gizi, kode ekspairednya, terus yang pasti ada kode halalnya.” (Informan MA) “ Tanggal kadaluwarsa, informasi gizi, komposisi makanan, terus berat bersihnya isi sama berat kotor makanan.” (Informan FN) “ Bahan-bahan, tanda halal, sama tanggal kadaluwarsa.” (Informan DIL) “ Ekspairednya, bahan makanan, MSGnya.” (Informan FD) 101 Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mendapatkan informasi kesehatan dari sumber yang beragam, diantaranya : TV , majalah, koran, buku, internet, orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, dsb. Berikut kutipannya : “ Dari orang lain. Dari divisi latih (bola), pelatih gunung, sama dari dokter medical check up sama dari buku.” (Informan MR) “ Ada yang nyari sendiri, ada yang dari orang lain dari guru, tv, radio sama internet.” (Informan FI) “ Dari teman, internet, orang tua, guru, TV.” (Informan BW) 5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Pola makan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan sehari-hari dari keluarga informan (kebiasaan makan di rumah maupun kebiasaan makan di luar), apakah dalam pola makan keluarga tersebut memiliki pantangan/larangan tertentu yang berhubungan dengan budaya ataupun agama yang dianut. Untuk variabel pola makan keluarga, peneliti menanyakannya pada enam orang informan utama yang dilakukan dengan wawancara mendalam serta kepada dan enam orang keluarga informan utama. Akan tetapi dalam pelaksanaan penelitian, satu orang keluarga dari informan laki-laki dengan status gizi kurang tidak bersedia untuk diwawancarai. Oleh karena informan pendukung, yaitu keluarga informan utama yang berhasil diwawancarai berjumlah lima orang. Seluruh informan utama, menyatakan bahwa setiap harinya dikeluarga mereka selalu dibiasakan untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini mereka lakukan 102 sejak mereka kecil, khususnya saat mereka mulai sekolah, baik itu sekolah TK (Taman Kanak-Kanak) maupun SD (Sekolah Dasar). Mereka terbiasa makan pagi bersama keluarga, baik ayah, ibu, kakak atau adiknya. Makanan yang mereka makan saat makan pagi beragam, ada yang makan nasi, mie, roti, dan lain sebagainya. Seluruh informan lebih sering mengkonsumsi nasi daripada mie dan roti. Menurut informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi normal, makan pagi nasi dapat membuat putrinya lebih kenyang, sehingga diharapkan proses belajar anaknya disekolah lebih optimal karena anaknya dapat lebih berkonsentrasi belajar. Selain nasi, menurut seluruh informan utama serta seluruh informan pendukung, makanan yang biasa dimakan saat makan pagi adalah mie dan roti. Hal ini dilakukan agar informan dan keluarga tidak bosan. Selain itu seluruh informan pendukung juga menyatakan bahwa makan pagi dengan mie ataupun roti lebih praktis dan menghemat waktu. Hal ini dikarenakan jam masuk sekolah informan utama yang dahulu dimulai pukul 07.00 WIB saat ini dipercepat setengah jam menjadi pukul 06.30 WIB, oleh karena itu seluruh informan harus berangkat lebih pagi lagi. Akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi kurang sering malas untuk makan pagi. Hal ini disampaikan oleh informan pendukung, yaitu ibunya. Sehingga setiap harinya sang ibu harus terus mengingatkan dan membujuk putrinya untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini berbeda dengan kelima informan lainnya yang telah memiliki kesadaran untuk selalu makan pagi setiap hari walaupun itu hari libur sekolah. Seorang informan wanita dengan status gizi normal, mengaku pada saat libur sering makan pagi bubur ayam yang dibeli di dekat rumahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan pendukungnya bahwa pada hari libur, anak dan suaminya sering meminta makanan yang agak beda dari hari biasa, sehingga sang 103 ibu membelikan makan pagi keluarganya bubur ayam, Sedangkan kelima informan lainnya, menyatakan menu makan pagi mereka sama dengan hari-hari ketika masuk sekolah, yaitu nasi, mie, ataupun roti. Selain itu menurut dua orang informan utama wanita dengan status gizi kurang dan normal, setiap harinya telah dibiasakan oleh ibunya untuk minum segelas susu pada saat makan pagi. Untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang dan normal mengatakan bahwa sejak kecil mereka tidak terbiasa mengkonsumsi susu. Bahkan informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia sejak kecil tidak menyukai susu, karena rasanya yang agak amis sehingga setiap dipaksa untuk minum susu oleh orang tuanya ia menjadi mual dan muntah. Sedangkan dua orang informan dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka telah menghentikan minum susu sejak masuk SMP dengan alasan ingin menurunkan berat badannya. Berikut kutipannya : ” Biasa makan pagi nasi atau roti. Sama klo pagi dibuatin susu juga. Klo makan pagi biasanya kita makannya bareng-bareng. Disini setiap hari harus makan pagi apalagi buat anak-anak, biar belajarnya disekolah lebih konsentrasi. Tapi ya itu, saya punya kendala” (Informan NY) “ Klo dirumah ya makannya biasa. Makan pagi klo pagi bareng-bareng, saya nemenin dia sama suami saya makan.pagi, biasa makan pagi roti klo gak mie. Paling sering roti, soalnya praktis, kan gak perlu masak.” (Informan S) “ Untuk makan pagi saya biasa sediain nasi,soalnya kan lebih kenyang. Terus lauknya kan ada yang semalam bisa dihangatkan lagi. Tapi klo misalnya gak keburu nyiapinnya, paling saya beli roti aja buat makan pagi.” (Informan A) Seluruh informan menyatakan dikeluarga mereka pada saat makan siang dan malam hari terbiasa mengkonsumsi nasi yang dipadu dengan sayur, lauk pauk, serta buah. Lima orang dari enam orang informan terbiasa makan siang bersama ibu dan adik atau kakak mereka karena pada siang hari ayah mereka bekerja dan baru pulang pada 104 sore atau malam hari. Sedangkan pada malam harinya mereka baru makan bersamasama setelah ayahnya pulang kerja. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengaku terbiasa makan siang dan makan malam sendiri karena ayahnya setiap hari bekerja dan selalu pulang malam, sehingga hanya hari minggu saja berada di rumah dan bisa makan bersama informan. Seluruh informan menyatakan bahwa makanan dirumah mereka masing disediakan oleh orang tua mereka, khususnya oleh ibu. Dan hanya satu informan laki-laki dengan status gizi kurang, yang menyatakan setiap harinya makanan untuk makan paginya dibuatkan oleh ayahnya, karena ibunya tinggal di Purwakarta. Sedangkan untuk makan siang telah dipesankan makanan catering, dan untuk makan malam dibelikan ayahnya setelah pulang kerja. Sedangkan seorang informan lainnya, informan laki-laki dengan status gizi normal, menyatakan bahwa makan siangnya selalu dibuatkan oleh sang ibu, akan tetapi untuk makan malam mereka sekeluarga terbiasa membeli makanan jadi, karena sang ibu bekerja dan pulang sore sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makan malam. Berbeda lagi dengan informan laki-laki yang memiliki status gizi lebih, ia menyatakan bahwa dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali dengan makan diluar bersama ibu dan adiknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan informan pendukung yang menyatakan bahwa ia melarang putranya untuk makan malam agar berat badannya menurun. Dalam seminggu ia mengizinkan anaknya makan malam sekitar 3-4 hari dengan makan diluar rumah. Berikut kutipannya : ” Sendiri (makan malam). Ayah pulangnya malam. Makanan dibeliin ayah. Malamnya, waktu pulang kantor.” (Informan IS) ” Klo malam saya sering larang dia buat makan soalnya badannya dah kegemukan. Gak setiap hari juga, ya selang seling lah sekarang makan besok 105 gak, besoknya lagi makan besoknya gak. Iya, seminggu 3-4 kali makannya klo malam. Ya soalnya saya takut dia dah kegemukan. Kan kasian takut kena penyakit jantung. Gak sih saya sama suami gak punya sakit jantung. Tapi kakeknya punya jantung. Makanya saya waswas takut dia kena jantung soalnya sekeluarga dia yang paling gemuk. Ya kakeknya juga gemuk.” (Informan S) Seluruh informan memiliki kebiasaan makan diluar yang berbeda-beda frekuensinya, ada yang sebulan sekali, 2-3 kali sebulan, 3-4 kali sebulan, bahkan ada yang 5-7 kali sebulan. Untuk frekuensi makan keluarga diluar rumah, terdapat perbedaan pernyataan antara informan utama dan informan pendukung. Seperti informan wanita dengan status gizi normal yang menyatakan biasa makan diluar bersama keluarga setiap 2-4 kali sebulan, sedangkan informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga memiliki kebiasaan makan diluar sekitar 5-7 kali sebulan. Berikut kutipannya : “ Klo makan diluar paling makan bakso. Seminggu bisa 3-4 kali.” (Informan LY) ” Makan diluar sekeluarga sering, dua kali seminggu. Bakso.” (Informan DIL) ” Buat makan di luar rumah kita gak terlalu sering, paling kadang-kadang aja klo lagi pengen atau pas saya lagi gak masak. Sebulan bisa 5-7 kali.” (Informan NY) ” Klo makan bareng keluarga diluar sebulan berapa kali ya, kayaknya bisa 4-5 kali.” (Informan NA) Makanan yang dipilih saat makan diluar beragam, mulai dari makanan tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, pecel ayam, ataupun makanan modern seperti fried chiken, pizza, hamburger dll. Untuk frekuensi antara pemilihan makanan tradisional dan modern saat makanan diluar bervariasi antara setiap informan. Tiga orang dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa mereka sering memilih makanan modern seperti fried chiken, ataupun hamburger sebagai menu makanan saat makan diluar bersama keluarga dengan alasan ingin merasakan makanan yang berbeda 106 dari biasanya yang mereka makan. Sedangkan dua orang sisanya, yaitu ibu dari informan laki-laki dengan status gizi normal serta informan wanita dengan status gizi lebih memilih makanan tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, dan lainnya karena alasan menyukai rasanya yang lebih berbumbu dan lebih enak. Berikut kutipannya : “ Biasanya klo makan diluar paling beli sate, bakso, seafood atau gak pecel ayam. Enak aja, bumbunya lebih berasa. Daripada fried chicken Cuma berasa minyak aja, saya setelah makan itu suka terasa pusing, mungkin karena minyaknya yang banyak ya.” (Informan NY) ” Klo makan sama ayahnya biasanya fried chicken. Ya ayahnya suka banget, katanya rasanya beda sama yang saya buat. Lebih garing.” (Informan S) ” Di mal atau ayam bakar gitu, soalnya bapak sama F suka banget sama ayam bakar. Klo dimal paling makannya MC Donals. Klo di MC Donals ya F pesennya ayam klo gak hamburger, sama eskrim dia paling suka.” (Informan A) Selain itu, seluruh informan utama serta informan pendukung menyatakan bahwa setiap harinya mereka tidak pernah sekali pun mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini dikarenakan mereka beragama Islam, dan sangat mengharamkan untuk mengkonsumsi minuman yang memabukkan seperti alkohol. Berikut kutipannya : “ Ya gak pernah lah mbak, kan haram.” (Informan HP) “ Gak pernah lah. Dosa.” (Informan LY) “ Gak lah mbak, kan haram.” (Informan NY) 5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan / semua cara yang dilakukan oleh informan yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang menurut 12 pesan dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, seperti 107 bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari baik dirumah maupun di sekolah, apakah informan memiliki masalah dalam pola makannya (alergi, tidak menyukai jenis makanan tertentu, dsb), serta alasan informan berperilaku atau tidak berperilaku gizi seimbang. Berikut adalah perilaku gizi seimbang informan sesuai dengan 12 pesan dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) : A. Makanlah Aneka Ragam Makanan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa empat dari enam informan setiap harinya untuk sekali makan terbiasa mengkonsumsi makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah. Seorang informan wanita dengan status gizi kurang mengaku bahwa ia tidak menyukai sayur dikarenakan rasanya yang tidak enak serta sulitnya informan dalam mengunyah sayur tersebut, terutama yang kadar seratnya tinggi seperti sayur kangkung, sawi, dll. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak menyukai tahu tempe, karena kurang menyukai rasanya. Berikut kutipannya : “ Setiap hari makannya ya nasi, sayur, sama lauknya. Iya buah juga. Kan 4 sehat lima sempurna” (Informan FD) “ Ya makan nasi, lauk pauk, sayur, buah.” (Informan BM) “ Nasi, ayam, tahu tempe, sayur, sama buah.” (Informan RW) 108 Setiap harinya, makanan pokok yang biasa dikonsumsi informan antara lain, nasi, roti, dan mie baik pada saat makan pagi hingga makan malam. Dari ketiga sumber makanan pokok tersebut, nasi adalah makanan yang paling dominan dan yang paling sering mereka konsumsi. Bisa dipastikan setiap harinya mereka selalu mengkonsumsi nasi dan selalu dimakan bersama dengan sayur ataupun lauk pauk yang disediakan oleh ibunya dirumah khususnya pada saat makan siang dan makan malam. Sedangkan pada saat sararan, selain nasi mereka juga suka mengkonsumsi nasi ataupun mie. Hal ini dikarenakan makanan tersebut lebih praktis serta lebih cepat waktu pembuatannya. Untuk sumber makanan pokok seperti singkong, ubi, dan kentang jarang mereka konsumsi, dan biasanya hanya dijadikan makanan selingan dan bukan makanan utama. Untuk satu kali makan, rata-rata informan menghabiskan satu piring sedang nasi + 200 gram. Sedangkan untuk mie, mereka bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat + 70 gram, dan roti mereka biasa menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali makan dengan berat berkisar + 40-50 gram. Dalam sehari,informan memiliki frekuensi makan yang berbeda. Ada informan yang dalam seharinya mengkonsumsi makanan pokok sebanyak dua kali, tiga kali, bahkan empat kali dengan jenis makanan pokok yang beragam. Berikut kutipannya : “ Makanan pokok yang biasa dimakan itu nasi, mie, sama roti.” (Informan FD) “ Nasi sama roti. Sama mie. Terus kadang-kadang singkong sama ubi, tapi itu jarang. Paling klo beli gorengan aja.” (Informan BM) “ Nasi, roti, mie.” (Informan IS) 109 Untuk konsumsi sayuran, lima dari enam informan sudah sejak kecil terbiasa untuk mengkonsumsinya. Sayuran yang biasa mereka makan diantaranya, wortel, bayam, kol, kangkung, buncis, serta sayuran lainnya. Mereka sudah terbiasa mengkonsumsi sayur setiap harinya ketika makan. Untuk sekali makan, rata-rata informan dapat menghabiskan 2-3 sendok sayur atau + 100 gram sayur. Dalam sehari minimal mereka mengkonsumsi sayur sebanyak dua kali, yaitu saat makan siang dan makan malam. Sedangkan pada waktu makan pagi, menurut informan pendukung yaitu ibu informan mereka lebih memiliki untuk menyiapkan makanan yang praktis dan cepat dalam pengolahannya. Oleh sebab itu mereka lebih memilih untuk menyiapkan mie atau roti. Dan kalaupun menyiapkan makan pagi dengan nasi, biasanya hanya dengan lauk dan cukup jarang untuk memasakkan sayur pada pagi hari. Kecuali saat itu masih ada sayur sisa semalam yang dapat disediakan untuk menu makan pagi dengan dihangatkan terlebih dahulu. Akan tetapi porsi makan informan khususnya untuk sayur tidak sebanyak ketika saat makan siang. Biasanya mereka hanya menghabiskan setengah dari porsi makan siang, atau kira-kira sebanyak + 50 gram. Selain itu empat dari lima informan tidak menyukai sayuran yang memiliki rasa pahit, seperti pare, daun papaya, serta daun melinjo. Padahal anggota keluarga yang lain seperti ayah dan ibunya menyukai sayuran tersebut. Oleh karena itu pada saat ibu memasak sayur tersebut, ia juga memasakkan sayur lain yang disukai oleh anak-anaknya. Lain halnya dengan seorang informan laki-laki dengan status gizi normal yang menyatakan bahwa menyukai sayuran yang memiliki rasa pahit seperti sayur pare dan daun papaya seperti keluarganya. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi kurang, 110 menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayur sejak ia masih kecil karena tidak dapat mengunyahnya dengan halus, selain itu ia tidak menyukai rasa dari sayuran. Akan tetapi minimal ia bisa mengkonsumsi sayuran wortel yang diiris tipis, dan itupun hanya bisa menghabiskan beberapa iris saja dengan alasan malas makan sayur karena rasanya yang “aneh”. Dengan demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan dalam satu hari sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk mengkonsumsi sayur. Berikut kutipannya : “ Makan nasi sama lauk. Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya kelolodan. Paling cuma wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.” (Informan NA) “ Makan sayur setiap hari. Ya macam-macam, kadang sayur sop, sayur asem, kangkung, macem-macem. Paling sering sayur sop.” (Informan FD) “ Klo sayur, biasanya aku makan sayur sop. Hampir setiap hari. Iya setiap hari makan sayur, klo gak ntar diomelin mama.” (Informan RW) Selain makanan pokok dan sayuran, seluruh informan juga terbiasa mengkonsumsi lauk pauk yang disediakan oleh ibu atau bapak informan. Lauk yang biasa mereka konsumsi berasal dari protein hewani, diantaranya : ayam, telur, daging, makanan laut seperti udang, cumi, kerang, dll. Setiap harinya seluruh informan selalu mengkonsumsi lauk ketika mereka makan, khususnya saat makan siang dan malam. 111 Sedangkan untuk makan pagi, mereka terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan, ada yang menghabiskan 1-2 porsi bahkan ada yang 3-4 porsi. Untuk satu porsi lauk, biasanya 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1 butir besar telur ayam negeri. Dalam sehari masing-masing informan dapat menghabiskan antara 3-6 porsi lauk hewani. Sedangkan pauk yang biasa mereka konsumsi berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga, hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3 potong sedang tahu atau tempe dengan berat sekitar 25 gram. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Berikut kutipannya : “ Ayam hampir setiap hari. Kira-kira lima kali seminggu. Klo siang bisa 3-4 potong. Telur seminggu bisa berapa ya, 3 kali lah.” (Informan RW) “ Lauk setiap hari ada. Klo gak ada gak enak makan.” (Informan BM) “ Setiap hari klo makan ada lauknya. Macem-macem” (Informan IS) 112 Untuk konsumsi buah, hanya satu orang informan laki-laki dengan status gizi kurang yang terbiasa mengkonsumsinya setiap hari pada saat makan siang saja, karena buah tersebut telah disediakan dalam makanan catering. Sedangkan lima informan sisanya terbiasa untuk mengkonsumsi buah hanya beberapa kali dalam seminggu. Kebiasaan untuk mengkonsumsi buah pada informan bervariasi, tergantung dari buah yang dibelikan oleh masing-masing ibu mereka di rumah. Dalam seminggu informan dapat mengkonsumsi buah setiap dua hingga empat kali dalam seminggu, oleh sebab itu minimal dua hari sekali mereka dapat mengkonsumsi buah sehingga mereka dapat melengkapi menu makanan dan nutrisinya dalam satu hari. Buah yang sering mereka konsumsi beragam, mulai dari pisang, jeruk, apel, mangga, semangka, melon, dll. Dalam satu hari, porsi buah yang dikonsumsi masing-masing informan beragam, ada yang menghabiskan satu, dua, bahkan empat buah. Berikut kutipannya : “ Klo buah biasanya 2-4 kali seminggu. Buahnya kadang jeruk, mangga, apel, sama semangka, sama melon.tergantung klo apel bisa abis 1, anggur kira-kira 10an lah, jeruk 2, mangga sama 2, papaya sama melon paling 2 potong.” (Informan NA) “ Setiap hari. Buahnya ada di makanan catering. Jeruk, pisang, beda-beda. Buahnya satu.” (Informan IS) “ Buah biasanya mangga, jeruk, sama apel, sama pisang. Seminggu 3-4 kali. sehari bisa abis tiga kadang-kadang empat. Gak. Makannya biasanya klo lagi belajar klo gak pas nonton TV.” (Informan FD) 113 Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing. Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir. Berikut kutipannya : “ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok makan.” (Informan NA) “ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok. Sendok makan.” (Informan FD) Selain informan WM, peneliti juga melakukan observasi pasif untuk variabel perilaku gizi seimbang pada tiga orang informan yang memiliki status gizi kurang, normal, maupun lebih yang dilakukan pada saat hari sekolah biasa dan saat hari sekolah yang terdapat mata pelajaran olah raga. Berhubung observasi yang dilakukan adalah observasi pasif, maka peneliti hanya dapat menggambarkan pola makan siswa di sekolah saja, sedangkan pola makan informan dirumah tidak dapat dijangkau oleh peneliti. Dari ketiga informan observasi, seluruhnya jajan di kantin pada saat jam istirahat sekolah sekitar pukul 10.00 WIB. Untuk observasi I dilakukan pada hari yang terdapat mata pelajaran olah raga dan observasi II dilaksanakan saat tidak ada pelajaran olah raga. Dari kedua hari tersebut, seluruh informan pada saat istirahat selalu membeli makanan “padat”,baik berupa nasi ataupun mie. Untuk informan dengan status gizi kurang, berdasarkan dua kali observasi saat istirahat selalu membeli mie goreng yang ditambahkan sawi sekitar 20 gram tanpa telur dan segelas air mineral. Sedangkan setelah 114 istirahat ia juga membeli es teh untuk menghilangkan rasa hausnya setelah bermain voli. Untuk informan dengan status gizi normal, pada dua kali observasi selalu membeli nasi yang dicampur satu potong protein hewani ukuran kecil serta satu sendok kentang balado dan lalapan ditambah minuman susu. Yang membedakan adalah pada saat hari biasa ia juga membeli dua buah permen dan pada hari olah raga ia membeli minuman susu setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada dua kali observasi selalu membeli teh kotak, wafer coklat, dan nasi yang dicampur satu potong kecil ayam, kentang balado, mie goreng/tumis buncis masing-masing sebanyak satu sendok makan. Selain itu saat pulang sekolah informan juga membeli minuman susu / teh kotak dan chiki. Selain itu pada saat observasi II, setelah pulang sekolah informan juga membeli satu buah wafer coklat. Berdasarkan gambaran ini terlihat bahwa untuk makanan selingan antara makan pagi dan makan siang telah cukup beraneka ragam walaupun tidak terdapat tahu tempe sebagai sumber protein nabati akan tetapi minimal dari makanan tersebut telah mewakili sumber zat tenaga, zat pengatur, dan zat pembangun. Selain itu, dari lima kantin yang ada di SMPN 107 Jakarta, semuanya menyediakan makanan yang hampir serupa khususnya makanan beratnya dimana minimal dalam satu porsi makanan minimal terdapat sumber makanan pokok, lauk dan sayur dengan menu yang berbeda-beda. Selain itu kantin sekolah juga menyediakan makanan ringan dan berbagai jenis minuman, seperti susu, teh, sirop, maupun softdrink. B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Kecukupan energi seluruh informan didapat dari makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Untuk kebutuhan energi yang didapat dari bahan makanan sumber 115 karbohidrat, biasanya didapat dari nasi, mie, dan roti. Setiap informan memiliki frekuensi dan porsi makan makanan sumber karbohidrat yang berbeda-beda. Akan tetapi sebagian dari mereka memiliki pola makan yang sama. Empat dari enam informan biasa makan makanan sumber karbohidrat sekitar 4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi, jajan di sekolah saat istirahat, makan siang, dan makan malam. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang memiliki kebiasaan makan tiga kali dalam sehari, mulai dari makan pagi, makan siang, dan makan malam. Untuk seorang informan lagi, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih memiliki kebiasaan makan dua hingga tiga kali sehari. Informan ini sedang menjalankan program diet yang ditentukan oleh ibunya, yaitu membatasi untuk tidak makan malam. Menurut informan dalam seminggu ia hanya makan dua kali dalam seminggu yaitu saat makan pagi dan makan siang. Sedangkan menurut informan pendukung yaitu ibu informan, mengatakan bahwa dalam seminggu informan laki-laki dengan status gizi lebih tersebut diperbolehkan makan malam sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Untuk sekali makan makanan sumber karbohidrat, seperti satu piring sedang nasi + 200 gram. Sedangkan untuk mie, mereka bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat + 70 gram, dan roti mereka biasa menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali makan dengan berat berkisar + 40-50 gram. Jenis makanan yang dikonsumsi dalam satu hari untuk masing-masing informan bervariasi. Saat makan pagi, informan biasa mengkonsumsi nasi, roti ataupun mie. Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya sekitar ½ (100 gram) - ¾ (150 gram) piring sedang nasi. Hal ini dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak karena menyebakan perut mereka terasa kurang nyaman. Sedangkan untuk seorang informan 116 yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal menyatakan terbiasa makan pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk yang setara dengan 200 gram nasi. Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi mie dan roti. Ketika makan pagi, mereka dapat menghabiskan satu bungkus mie. Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari mereka biasa mengkonsumsi dua lembar roti tawar (40 gram). Berikut kutipannya : “ Pagi makan pagi nasi, roti klo gak mie. Nasi sama sayur sama ayam. Klo nasi buat makan pagi paling cuma setengah piring aja. Iya klo pagi gak bisa makan banyak. Ya gak enak aja perutnya. Klo roti biasanya dua rotinya. Yang tawar. Iya dua lembar. Mie, ya paling satu. Satu bungkus mie “X”.” (Informan FD) “ Pagi biasa makan pagi nasi uduk sama tempe oreg. Ya satu bungkus. Isinya lumayan. Satu piringlah lumayan banyak.” (Informan BM) “ Pagi nasi sama telor ceplok. Nasinya ya satu piring. Gak banyakan siang. Ya satu piring kurang dikit. Sepuluh sendoklah.” (Informan IS) Sedangkan ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli jajanan berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie dengan alasan agar lebih kenyang. Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah berupa nasi rames atau nasi goreng dengan takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya juga suka membeli mie rebus atau mie goreng. Alasan informan untuk jajan makanan “berat” tersebut agar lebih kenyang, karena sebagian dari mereka mengikuti ekstra kurikuler, belajar kelompok, ataupun les pada sore harinya. Selain makanan “berat”, informan juga suka membeli makanan “ringan” berupa chiki (1 bungkus kecil), wafer (4 keping), biscuit (3 keping), coklat wafer (20 gram), dll. dalam satu kali jajan, informan bisa membeli satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak membeli makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air 117 mineral saja dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta karena alasan ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin. Selain itu, berdasarkan hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda, dapat terlihat bahwa ketiganya saat istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga membeli makanan “berat” seperti nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk informan dengan status gizi kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli aqua gelas. Dan setelah olah raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk informan yang memiliki status gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli minuman susu. Berbeda dengan dua informan yang diobservasi tersebut, seorang informan dengan status gizi lebih, selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga membeli teh kotak dan sebungkus wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia juga membeli teh kotak/minuman susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya : “ Klo istirahat biasa jajannya nasi. Ya kadang nasi goreng, soto ayam. Iya pake nasi. Klo gak nasi pake sayur gitu.” (Informan DIL) “ Istirahat belinya macem-macem. Ya biasanya nasi. Suka beli nasi goreng, nasi rames, mie goreng, kadang hamburger. Paling sering mie goreng.” (Informan BW) “Gak. Males kak makanannya gak enak. Lagian akukan mau ngurusin badan jadi gak boleh kebanyakan jajan. Paling sering belinya air mineral.” (Informan RW) Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk mengkonsumsi satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu laki-laki dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam tiga kali seminggu selalu 118 menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas ekstra kurikuler mereka. Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok saat makan siang sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk makan siang, kira-kira ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti makannya semula, sehingga dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring sedang nasi. Sedangkan dua informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk menurunkan berat badan dari informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk makan dari informan dengan status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut kutipannya : “ Makan siang ya dirumah. Nasinya ya sedanglah. Satu piring gak banyakbanyak, tapi kadang suka nambah juga. Klo pulang sore biasanya abis ekskul. Nambahnya setengah dari yang pertama. Seminggu bisa tiga kali pulang sore jadi bisa tiga kali nambah.” (Informan FD) “ Makan siang nasinya setengah. Ya aku setiap makan nasinya setengah. Gak tau males aja. Gak kenapa-kenapa aku makannya dari dulu gak bisa banyak.” (Informan NA) “ Siang makan nasinya biasa. Satu piring aja jangan banyak-banyak.” (Informan RW) Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi. Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi pada setiap waktu makan. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih melakukan diet untuk 119 menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan malamnya, sehingga dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya : “ Klo malam jarang makan. Gak boleh sama mama takut tambah gemuk. Paling seminggu dua kali. Nasinya paling satu piring. ” (Informan RW) “ Malam ya nasinya satu piring, gak sebanyak siang. Meles aja klo malam bawaannya ngantuk, pengen tidur aja. Iya tapi tetep makan.” (Informan BW) “ Malam nasinya sepiring. Dibeliin nasi sama ayah. Malem waktu ayah pulang kerja.” (Informan IS) Selain karbohidrat, informan juga mendapatkan energi dari konsumsi protein hewani dan nabati. Untuk konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam, telur, ikan, daging, serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain sebagainya. Untuk satu porsi lauk, dimisalkan 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1 butir besar telur ayam negeri (60 gram), atau daging sapi satu potong sedang (50 gram). Setiap harinya seluruh informan selalu mengkonsumsi lauk ketika mereka makan, khususnya saat makan siang dan malam. Sedangkan untuk makan pagi, mereka terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki- 120 laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani. Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani seperti ayam dan ikan serta 1 butir telur. Berikut kutipannya : “ Pagi setiap hari makan pagi sama telur. Satu.” (Informan IS) “ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4. Seminggu bisa 3 kali.” (Informan NA) “ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu aja.” (Informan RW) Untuk makan siang, seluruh informan setiap hari selalu mengkonsumsi lauk hewani dengan porsi yang beragam. Sebagian informan, yaitu wanita dengan status gizi kurang dan lebih serta laki-laki dengan status gizi kurang setiap harinya biasa mengkonsumsi satu porsi lauk hewani. Sedangkan dua informan yang lain, yaitu lakilaki dan wanita yang memiliki status gizi normal dalam 3 kali seminggu biasa menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa mereka hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya mereka menambah porsi lauk hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong sedang dengan kandungan energi sekitar 190 kkal. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak 121 lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya, informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Berikut kutipannya : “ Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur. Paling sering ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya. Sedang. Daging juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1 ekor. Telor 3 kali seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet 3-4 kali seminggu 3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang sama kayak udang. Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang besar. ” (Informan NA) “ Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang lain cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam goreng aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah.” (Informan RW) Sedangkan untuk konsumsi lauk hewani saat makan malam, seluruh informan setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam sebanyak dua kali dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Empat dari enam informan menyatakan bahwa jenis lauk pada makan malam biasanya sama dengan lauk untuk makan siang yang dibuatkan oleh ibunya. Akan tetapi dua informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih terbiasa untuk mengkonsumsi menu lauk yang berbeda dengan lauk yang dibuat ibunya saat makan siang karena untuk makan malam mereka biasanya membeli makanan jadi dimana menu lauk yang dipilih biasanya berbeda dengan lauk saat makan siang dengan alasan agar tidak bosan dan juga karena lauk yang dimasak oleh ibunya untuk makan siang telah habis. Berikut kutipannya : “ Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.” (Informan NA) 122 “ Klo malam biasanya lauknya beli jadi. ya biasanya nyari yang beda dari makan siang biar gak bosen. Paling cuma satu.” (Informan BM) “ Makan malam aku makan lauknya satu aja cukup. Ya sama aja kayak makan siang paling tinggal dihangatin.” (Informan FD) Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat” yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur (40 gram), ayam (40 gram), dll. Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka terbiasa untuk tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat, dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya. “ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” (Informan IS) “ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa dibilang.” (Informan DIL) Selain lauk hewani, kebutuhan energi informan juga didapat dari konsumsi pauk yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga, hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir 123 setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3 potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya : “ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” (Informan DIL) “ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” (Informan RW) “ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” (Informan IS) Selain karbohidrat dan protein, kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi lemak yang terkandung dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi yang dihasilkan dari lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang digoreng, ditumis ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam 124 pengolahan makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk konsumsi nasi ataupun mie goreng, seluruh informan menyatakan sering mengkonsumsinya dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat menjumpai makanan tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng untuk satu piring sedang ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak sebanyak ½ - 1 sdm minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara digoreng. Menurut informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan juga dengan margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng telur dengan cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging, udang, kerang, telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng khususnya minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin, biasanya membutuhkan sekitar 1 sdm (10 gram) margarin. Sedangkan kandungan energi untuk pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan minyaknya sebesar 8 gram. Telur 60 gram, kandungan minyaknya sebesar 3,24 gram. Daging 50 gram, kandungan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu 25 gram, kandungan minyaknya sebesar 3 gram. Tempe 25 gram, kandungan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya : “ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya digoreng.” (Informan RW) “ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya suka dibacem dulu abis itu di goreng.” (Informan FD) “ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” (Informan NA) 125 Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka, minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali. Untuk satu kali konsumsi sayuran (100 gram) yang ditumis, diperkirakan membutuhkan minyak kelapa sawit sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm. Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur, diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam makanannya sebanyak 66 gram (6 ½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82 126 gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram (10 sdm) yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur, lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya : “ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.” (Informan BM) “ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali (seminggu).” (Informan FD) Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajih/lemak daging yang terdapat pada bakso maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajih/lemak daging. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan gajih/lemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya : “ Kulit suka. Gajih juga suka.” (Informan FD) “ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” (Informan RW) “ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” (Informan NA) Selain itu empat dari lima informan, di rumah juga suka mengkonsumsi bakso, mie ayam, somay, soto mie diluar makan pagi, siang, dan malam. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih menyatakan setiap harinya hanya mengkonsumsi makanan saat makan pagi, makan siang, dan makan malam. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsinya sekitar dua kali. Berikut kutipannya : 127 “ Klo dirumah klo gak pas lagi ngumpul sama teman suka beli bakso klo gak mie ayam. Seminggu bisa dua kali.” (Informan FD) “ Iya dirumah klo sore aku suka beli bakso sama mama. Seminggu paling dua kali.” (Informan DIL) Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing. Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan informan wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi susu dikantin dalam bentuk es susu. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsi sekitar 2-4 kali dalam seminggu. Khususnya pada saat setelah olah raga. Selain susu, infoman juga sering meminum teh hangat pada saat makan pagi, dengan tambahan gula pasir sebanyak 1 sdm. Seperti halnya susu, informan juga sering membeli es teh saat istirahat untuk menghilangkan rasa haus mereka. Hal ini juga terlihat dalam hasil observasi peneliti terhadap tiga orang informan yang berbeda, dimana mereka membeli minuman es susu atau teh kotak pada saat istirahat dan setelah olahraga. Berikut kutipannya : “ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok makan.” (Informan NA) “ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok. Sendok makan.” (Informan FD) Dari enam informan, hanya satu orang yang secara rutin dalam setiap bulannya selalu melakukan penimbangan BB. Sedangkan empat orang informan wawancara 128 mendalam menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali, 3 bulan sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya empat kali menimbang BB. Selain itu, seorang informan wawancara mendalam Akan tetapi, sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Akan tetapi ada seorang informan yang tidak pernah menimbang BB dalam satu tahun terakhir. Berikut kutipannya: “ Sebulan sekali, tapi gak rutin. Setahun paling 10 kali.” (Informan FD) “ Gak pernah.” (Informan IS) “ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” (Informan RW) Selain informan WM, perilaku gizi seimbang juga dapat dilihat dari hasil observasi pada tiga informan yang berbeda dari informan WM. Berikut adalah tabel hasil observasi. Obs O B E R V A S I I Tgl 19 Des 2009 Tabel 5.8 Hasil Observasi Pada Siswa SMPN 107 Jakarta HASIL OBSERVASI RF MKR AMJ Kegiatan Tgl Kegiatan Tgl Kegiatan 09.15 : mie 20 06.30 - 08.00 : 12 06.30 - 08.00 : goreng (pake Des olah raga Jan olah raga sawi, gak pake 2009 (ambil nilai sit 2010 (basket) telor) + aqua up) 09.15 : nasi gelas 09.15 : nasi (ayam balado, 09.30 – 11.00 : goreng (ayam mie goreng+ olah raga (voli) Kentucky+ lalapan, 10.50 : es teh lalapan) + kentang balado) minuman susu + teh kotak + gandum “E” wafer coklat 12.30 : “B” minuman susu 12.30 :teh kotak Keterangan RF : menghabiskan mie, tapi batang sawi dibuang. MKR : hanya menghabiskan ½ nasi. Lauk dan kerupuk habis. AMJ : menghabiskan semua makanan. NB : seluruh informan tidak melihat label kemasan 129 “M” Obs O B S E R V A S I Tgl 20 Des 2009 HASIL OBSERVASI RF MKR Kegiatan Tgl Kegiatan Tgl 09.15 : mie 23 09.15 : nasi 13 goreng (pake Des (ayam balado Jan sawi, gak pake 2009 dan kentang 2010 telor), aqua balado+ gelas. lalapan), minuman susu “M”, permen “K” 2 buah II + chiki “C” AMJ Kegiatan 09.15 : nasi (ayam balado, tumis buncis, kentang balado) + teh kotak + wafer coklat “B” 12.30 : beli minuman susu “M”+ chiki “C” + wafer coklat “B” makanan Keterangan RF : menghabiskan mie, tapi batang sawi dibuang. MKR : menghabiskan semua makanan AMJ : menghabiskan semua makanan. NB : seluruh informan tidak melihat label kemasan makanan Berdasarkan tabel 5.8 diatas, terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah makanan yang dikonsumsi saat observasi I dan II. Untuk informan dengan status gizi kurang dan normal mendapatkan energi dari makanan jajanan lebih banyak pada observasi I (olah raga) daripada observasi II. Dan sebaliknya informan dengan status gizi lebih mendapatkan energi lebih banyak dari makanan jajanan pada observasi II daripada observasi I (olah raga). Dari kelima kantin SMPN 107 Jakarta, seluruhnya menjual berbagai macam makanan yang mengandung banyak energi, baik makanan “berat” seperti nasi goreng, lontong sayur, hamburger, somay, ketoprak, soto, dan lain sebagainya, serta makanan “ringan” seperti chiki, wafer, biscuit, coklat. Selain itu juga tersedia beragam makanan gorengan dan berbagai minuman dingin, seperti susu, sirop, teh, maupun softdrink. 130 C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Dalam satu hari, informan dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat dari makanan pokok sebanyak 3-4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi, makan siang, makan malam, juga termasuk saat mereka jajan baik di sekolah maupun dirumah. Saat makan pagi, sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi adalah nasi, mie, dan roti. Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya dalam jumlah kurang dari satu piring sedang nasi (200 gram), yaitu sekitar ½ - ¾ piring sedang. Hal ini dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak sebab perut mereka terasa kurang nyaman. Sedangkan untuk seorang informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal menyatakan terbiasa makan pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk yang setara dengan 200-250 gram nasi. Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi mie dan roti. Ketika makan pagi mie, mereka dapat menghabiskan satu bungkus mie. Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari mereka biasa mengkonsumsi dua lembar roti tawar (40 gram). Berikut kutipannya : “ Makan pagi biasanya nasi, klo gak roti, sama mie. Paling sering roti. 2. Iya roti tawar. Nasi paling setengah piring. Sedang aja.” (Informan NA) “ Ya kadang nasi uduk, roti, klo gak mie. Aku klo nasi cuma makan setengah. Iya gak banyak-banyak. Ntar klo kebanyakan aku tambah gendut lagi. Ya usaha kak biar beratnya turun. Roti biasanya 2.” (Informan DIL) “ Makan pagi biasanya sama roti atau sama mie. Rotinya satu. Mienya kadang mie rebus kadang mie goreng.” (Informan RW) Ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli jajanan berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie. Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah 131 berupa nasi rames atau nasi goreng dengan takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya juga suka membeli mie rebus atau mie goreng. Selain makanan “berat” , informan juga suka membeli makanan “ringan” berupa chiki (1 bks kecil), wafer (4 keping), biskuit (3 keping), dan lain sebagainya yang dibuat dari bahan makanan sumber karbohidrat. Sekali jajan, informan bisa membeli satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak membeli makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air mineral saja dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta karena alasan ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin. Selain itu, berdasarkan hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda, dapat terlihat bahwa ketiganya saat istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga membeli makanan “berat” seperti nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk informan dengan status gizi kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli aqua gelas. Dan setelah olah raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk informan yang memiliki status gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli minuman susu. Berbeda dengan dua informan yang diobservasi tersebut, seorang informan dengan status gizi lebih, selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga membeli teh kotak dan sebungkus wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia juga membeli teh kotak/minuman susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya : “ Klo jajan biasanya mie goreng. Sama paling setiap hari beli chiki sama coklat.” (Informan NA) “ Gak jajan. Air putih aja. Udah kenyang. Gak kepengin.” (Informan IS) 132 “ Setiap hari jajannya nasi. Ya kadang mie klo lagi bosen. Paling sama chiki klo gak biskuit.” (Informan RW) Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk mengkonsumsi satu piring sedang nasi sekitar 200 gram. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu laki-laki dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam tiga kali seminggu selalu menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas ekstra kurikuler mereka. Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok saat makan siang sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk makan siang, kira-kira ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti makannya semula, sehingga dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring sedang nasi. Sedangkan dua informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk menurunkan berat badan dari informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk makan dari informan dengan status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut kutipannya : “ Nasinya sedang. Sepiring. Gak sedang.” (Informan IS) “ Klo siang paling nasinya sepiring. Sedang aja jangan banyak-banyak. Tapi aku sering nambah juga, apalagi klo agak sore pulangnya jam 2an. Iya klo laper nasinya nambah jadi dua piring. Iya kayak yang pertama.” (Informan BM) “ Makan siang nasinya setengah, malam juga.” (Informan DIL) 133 Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi. Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi, yang dilakukan pada setiap waktu makan. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih melakukan diet untuk menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan malamnya, sehingga dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja dengan porsi setengah dari porsi makan siangnya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya: “ Malam juga setengah.” (Informan NA) “ Malam nasinya juga satu piring. Gak sedang aja.” (Informan FD) “ Malam juga setengah, sama kayak siang.” (Informan DIL) Selain itu pada ketiga informan yang diobservasi di sekolah saat istirahat sekolah maupun saat pulang sekolah, didapatkan gambaran bahwa pada observasi I (olah raga) dan observasi II selalu mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terdiri dari nasi dan mie. Seorang informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi satu bungkus mie. Untuk informan dengan status gizi normal pada dua 134 kali observasi selalu mengkonsumsi nasi, dimana pada observasi I ia hanya menghabiskan setengah bungkus dan pada observasi II ia menghabiskan satu bungkus nasi. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi nasi satu bungkus kecil (100 gram). Di kantin SMPN 107 Jakarta, seluruh kantin menyediakan nasi dalam bungkusan plastik kecil dengan ukuran nasi 100 gram dengan menu nasi rames, nasi goreng, maupun nasi uduk. Selain nasi, seluruh kantin juga menyediakan mie goreng dan mie rebus. Akan tetapi ada juga kantin yang menyediakan lontong sayur, soto nasi, somay, batagor, hamburger, ketoprak, dan lain sebagainya yang masing-masing menu tersebut juga mengandung sumber karbohidrat yang dapat memenuhi kebutuhan energi siswa selama berada di sekolah. D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi Kebutuhan lemak informan didapat dari konsumsi makanan yang dikonsumsi mereka sehari-hari, baik berupa lemak yang banyak terkandung dalam protein hewani dan nabati serta minyak yang digunakan untuk mengolah berbagai masakan yang mereka makan. Selain itu juga berasal dari jajanan yang informan konsumsi. Konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam, telur, ikan, daging, serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain sebagainya. Untuk satu porsi lauk, biasanya berupa 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1 butir besar telur ayam negeri (60 gram), atau daging sapi satu potong sedang (50 gram). Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki- 135 laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani. Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani seperti ayam dan daging atau 1 butir telur. Pada saat makan siang, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan lebih serta laki-laki dengan status gizi kurang setiap harinya biasa mengkonsumsi satu porsi lauk hewani. Sedangkan dua informan yang lain, yaitu laki-laki dan wanita yang memiliki status gizi normal dalam 3 kali seminggu biasa menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa mereka hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya mereka menambah porsi lauk hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong sedang. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya, informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Sedangkan untuk makan malam, seluruh informan setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam sebanyak dua kali dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Berikut kutipannya : 136 “ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4. Seminggu bisa 3 kali. Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur. Paling sering ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya. Sedang. Daging juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1 ekor. Telor 3 kali seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet 3-4 kali seminggu 3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang sama kayak udang. Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang besar. Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.” (Informan NA) “ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu aja. Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang lain cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam goreng aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah. Buat malam aku jarang makan. Gak boleh sama mama. Paling makan cuma seminggu dua kali. lauknya satu. Gak yang tiga cuma siang aja.” (Informan RW) Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat” yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur ayam negeri ukuran kecil (+ 40 gram), ayam ukuran kecil (+ 40 gram), dan lain sebagainya. Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka terbiasa untuk tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat, dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya. “ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” (Informan IS) 137 “ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa dibilang.” (Informan DIL) Selain lauk hewani, kebutuhan energi dari lemak juga didapat dari konsumsi pauk yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga, hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mrngatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3 potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya : “ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” (Informan DIL) “ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” (Informan RW) 138 “ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” (Informan IS) Kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi minyak yang terkandung dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi yang dihasilkan dari lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang digoreng, ditumis ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam pengolahan makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk konsumsi nasi ataupun mie goreng, seluruh informan menyatakan sering mengkonsumsinya dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat menjumpai makanan tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng untuk satu piring sedang ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak sebanyak ½ - 1 sdm minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara digoreng. Menurut informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan juga dengan margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng telur dengan cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging, udang, kerang, telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng khususnya minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin, biasanya membutuhkan sekitar 1 sdm (10 gram) margarin. Sedangkan kandungan energi untuk pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 8 gram. Telur 60 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 139 3,24 gram. Daging 50 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu 25 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 3 gram. Tempe 25 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya : “ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya digoreng.” (Informan RW) “ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya suka dibacem dulu abis itu di goreng.” (Informan FD) “ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” (Informan NA) Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka, minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali. Untuk satu kali konsumsi sayuran (100 gram) yang ditumis, diperkirakan kandungan penyerapan minyak sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm. Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur, 140 diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam makanannya sebanyak 66 gram (6 ½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82 gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram (10 sdm) yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur, lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya : “ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.” (Informan BM) “ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali (seminggu).” (Informan FD) Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajih/lemak daging yang terdapat pada bakso maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajih/lemak daging. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan gajih/lemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya : “ Kulit suka. Gajih juga suka.” (Informan FD) 141 “ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” (Informan RW) “ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” (Informan NA) Dengan demikian diperkirakan setiap harinya untuk informan wanita dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 6 ½ sdm. Informan laki-laki dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 ½ sdm. Informan wanita dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 10 sdm. 142 Selain pada informan WM, konsumsi lemak dan minyak juga terlihat pada informan observasi. Pada dua kali observasi terlihat bahwa dua informan dengan status gizi normal dan lebih masing-masing dari mereka mengkonsumsi satu potong kecil ayam. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi tidak mengkonsumsi protein hewani maupun nabati. Selain itu konsumsi sumber lemak dari protein hewani, seluruh informan juga mendapatkan energi dari minyak yang digunakan untuk mengolah makanan baik dengan cara digoreng maupun ditumis E. Gunakan Garam Beryodium Seluruh informan dengan status gizi yang beragam, baik kurang, normal maupun lebih mengetahui bahwa dirumahnya, ibu mereka selalu menggunakan garam beryodium untuk memasak. Mereka mengetahuinya dari garam yang digunakan biasanya berupa garam halus dan dikemasannya memiliki tulisan “mengandung yodium”. Porsi konsumsi garam beryodium untuk setiap informan bervariasi, mereka memperkirakan sekitar satu sendok makan hingga tiga sendok makan. Selain itu untuk validasi data, peneliti mengumpulkan garam dari enam orang informan WM dan juga dari lima kantin SMPN 107 Jakarta untuk diuji dengan menggunakan Test Kit Yodina. Setelah diuji, dengan cairan iodine test semua garam yang diuji berubah warna menjadi violet dengan tingkat perubahan warna yang berbeda-beda. Sebagian kecil garam informan utama khususnya informan laki-laki dengan status gizi kurang dan empat garam dari penjual kantin terjadi perubahan warna violet muda, sedangkan yang lainnya violet tua. Berikut kutipannya : “ Kayaknya ia deh mama pake garam beryodium. Berapa ya ? kira-kira dua sendok makanlah kak.” (Informan NA) 143 “ Iya mengandung yodium. Soalnya mama kan pake garam halus, disitu juga ada tulisan yodiumnya, aku pernah baca sekali. Kira-kira satu setengah sendok makan.” (Informan FD) “ Dirumah kayaknya ada yodiumnya. Soalnya biasa pake garam yang halus.kira-kira tiga sendok. Makan.” (Informan RW) F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Kebutuhan zat besi informan dapat terpenuhi dari konsumsi bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Untuk konsumsi protein hewani, seluruh informan mengkonsumsinya baik saat makan pagi, makan siang dan makan malam serta saat jajan ketika istirahat sekolah. Berdasarkan penjelasan perilaku informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang konsumsi lauk hewani, dapat diketahui bahwa dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya : “Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” (Informan IS) “ Klo siang biasanya makan ayam sama sop. Ayamnya biasanya abis tiga, klo gak empat. Itu klo aku lagi laper banget.” (Informan RW) “ Klo lagi beli nasi biasanya ada ayam, telor, terus sosis, nughet, ada juga yang pake ham, ya macem-macem deh lauknya kak. Aku paling sering yang isinya ayam klo gak telor.” (Informan NA) Untuk konsumsi protein nabati, yang bisa didapat dari kacang-kacangan dan tahu tempe. Berdasarkan penjelasan perilaku informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang 144 konsumsi pauk hewani, dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya: “ Tahu tempe setiap hari. Biasanya dua klo gak tiga. Potongannya sedang. Klo sisa yang semalam masih ada, ya makan paginya juga ada tempenya, klo gak ya gak.” (Informan FD) “ Tahu tempe gak suka. Gak tau, rasanya aneh aja. Kacang merah jarang. Sekali sebulan.” (Informan DIL) “ Aku gak suka kacang ijo. Kacang merah juga gak. Rasanya sama kayak sayur. Gak enak.” (Informan NA) “ Tahu tempe suka. Mama masaknya klo pas ada papa aja. Gak tau, abis klo hari biasa gak ada yang makan. Yang lain suka, tapi mama emang masaknya cuma hari libur aja.” (Informan RW) Selain itu, zat besi juga terkandung dalam sayuran hijau. Lima dari enam informan menyatakan setiap hari mengkonsumsi sayuran, khususnya pada saat makan siang dan makan malam. Untuk makan pagi dan ketika jajan di sekolah ada informan yang juga mengkonsumsi sayur dan ada yang tidak. Akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayuran karena alasan tidak bisa menelan dan tidak menyukai rasa dari sayuran tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan dalam satu hari sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk mengkonsumsi sayur. 145 Berikut kutipannya : “ Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya kelolodan. Paling Cuma wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.” (Informan NA) “ Klo sayur yang berkuah biasanya satu mangkok. Sayurnya aja setengah mangkok, klo tumisan paling dua sampe tiga sendok makan.” (Informan RW) “ Sedang. Dua-tiga sendok. Sayurnya dua macam.” (Informan IS) “ Ya biasanya sayur bayam, sop, cah kangkung, ya macem-macem. Biasanya dua-tiga sendoklah.” (Informan BM) Sedangkan untuk informan yang diobservasi, terlihat bahwa kebutuhan zat besi mereka didapat dari konsumsi protein hewani, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang, pada dua kali observasi hanya mendapatkan zat besi dari 20 gram sawi hijau. Untuk informan wanita dengan status gizi normal, dari dua kali observasi mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi lebih pada observasi I ia mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam. Dan pada observasi II ia mendapatkan asupan zat besi dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam dan 30 gram buncis. G. Biasakan Makan Pagi Seluruh informan menyatakan setiap harinya terbiasa untuk selalu makan pagi di rumah. Mereka tidak terbiasa makan pagi di sekolah karena setiap hari harus masuk jam 146 06.30 WIB. Makanan yang biasa dikonsumsi saat makan pagi berupa nasi, mie ataupun roti. Untuk roti, informan biasa menambahkan dengan margarin, maisis, selai ataupun dengan susu kental manis. Ada juga informan yang makan pagi dengan nasi uduk, bubur, mie ataupun nasi putih yang dicampur dengan sayur dan lauk pauk. Dua orang informan dengan status gizi kurang menyatakan mereka terbiasa makan pagi hanya dengan nasi dan protein hewani setiap harinya dikarenakan ia tidak menyukai sayur (informan wanita), dan karena ayahnya tidak bisa dan tidak sempat untuk memasak sayur (informan laki-laki). Berikut kutipannya : “Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” (Informan IS) “Klo pagi biasanya makan pagi nasi, ayam, sama sayur. Klo libur kadangkadang makan bubur ayam.” (Informan FD) “Aku klo pagi makan pagi roti sama maisis. Rotinya satu (satu lembar). Klo gak mie sama telor” (Informan RW) “Biasa sih makan paginya nasi uduk. Sama bihun sama tempe orek. Klo gak makan roti. Dua lembar. Klo gak roti sari roti. Satu buah yang bungkusan gitu isi coklat.” (Informan BM) Berdasarkan hasil dua kali observasi, semua informan selalu jajan pada jam istirahat sekolah, dan tidak ada satupun dari mereka yang jajan pada saat sebelum jam masuk sekolah. Sehingga peneliti memperkirakan mereka telah makan pagi di rumahnya masing-masing. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan ibu E, penjual di kantin SMPN 107 Jakarta, bahwa semenjak ditetapkannya peraturan sekolah bahwa jam masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB maka tidak ada lagi siswa yang jajan pada pagi hari, sehingga para pedagangpun mulai menyiapkan dagangannya sekitar pukul 07.00-08.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 16.30 WIB. 147 H. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya Empat dari enam informan telah cukup mengkonsumsi air minum khususnya air putih, dimana rata-rata mereka mengkonsumsi delapan hingga sepuluh gelas air sehari. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi normal dan lebih yang menyatakan mereka hanya mengkonsumsi air minum sekitar satu liter air atau lima hingga tujuh gelas sehari. Air yang mereka konsumsi merupakan air galon keluaran pabrik yang telah terjamin mutu dan keamanannya. Berikut kutipannya : “ Sekitar lima ampe tujuh gelas. Dirumah biasanya minum “X” gallon.” (Informan DIL) “ Kurang lebih satu liter kak. Airnya “X” klo gak “Y” yang gallon.” (Informan FD) “ Klo minum aku bisa sepuluh gelas lebih. Air putih. “X” klo gak “Z”.” (Informan RW) “ Sepuluh gelas. Air gallon. “X”.” (Informan IS) Berdasarkan hasil dua kali observasi, dari ketiga informan hanya informan dengan status gizi kurang saja yang membeli air mineral saat istirahat, ditambah segelas es teh saat selesai olah raga. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi normal dan lebih membeli susu dan teh kotak saat istirahat dan sepulang sekolah. Akan tetapi untuk informan dengan status gizi normal, saat observasi II tidak membeli minuman ketika pulang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu E, salah satu penjual di kantin SMPN 107 Jakarta mengatakan bahwa seluruh penjual menggunakan air gallon dengan merk “A”. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara hanya di warung ibu E yang airnya dimasak, diendapkan dan kemudian disaring dengan kassa penyaring khusus sebanyak dua kali sebelum dikonsumsi oleh para siswa. Hal ini 148 dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keamanan dari air tersebut. Akan tetapi sayangnya semua penjual masih menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar. Hal itu sangat membahayakan karena air yang digunakan untuk membuat es batu adalah air mentah dan tidak terjamin kebersihan serta keamanan dari air tersebut. I. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur Empat dari enam informan menyatakan tidak melakukan olah raga ketika berada dirumah dan mereka hanya olah raga disekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan dua orang informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih menyatakan rutin berolah raga dirumah setiap hari libur, yaitu hari sabtu ataupun minggu dengan bermain bola ataupun basket pada pagi harinya. Selain itu sebagian informan menyatakan jika berangkat sekolah selalu diantar jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan motor ataupun mobil. Sedangkan sebagian informan lainnya, menyatakan berangkat ke sekolah dengan naik angkutan umum dengan jarak antara rumah dengan akses jalan raya bervariasi, ada informan yang rumahnya berada tepat dipinggir jalan raya, tapi ada juga informan yang jarak rumahnya antara seratus hingga seratus lima puluh meter dari jalan raya sehingga ia harus berjalan kaki dahulu menuju jalan raya. Selain itu jarak antara sekolah dan jalan raya dimana angkutan umum lewat berjarak sekitar seratus meter. Berikut kutipannya : “ Klo ke sekolah aku dianterin sama papa. Mobil. Pulangnya juga dijemput lagi sama mama pake motor.” (Informan RW) “ Ke sekolah naik angkot. Gak kan didepan rumah naiknya.” (Informan FD) “ Aku pulang pergi dijemput sama ibu.” (Informan NA) 149 Berdasarkan hasil observasi I, terlihat bahwa seluruh informan mengikuti pelajaran olah raga di sekolah dengan hari dan jam pelajaran yang berbeda pula. Untuk masing-masing informan saat itu melakukan olah raga yang beragam, dimana informan dengan status gizi kurang berolah raga bola voli, informan dengan status gizi normal mengambil nilai praktek sit up, dan informan dengan status gizi lebih berolah raga basket. Sebelum pelajaran biasanya guru menginstruksikan para siswanya untuk pemanasan beberapa saat kemudian memberikan pembekalan materi olah raga dan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan kemudian memulai olahraga dengan jenis olah raga berkelompok yang membutuhkan kerjasama dari semua pemain, seperti bola voli, basket, dan sepak bola. J. Hindari Minum-Minuman Beralkohol Seluruh informan menyatakan tidak pernah sekalipun mengkonsumsi minuman beralkohol dikarenakan semua informan beragama Islam. Mereka menganggap minuman beralkohol haram dan tidak baik untuk kesehatan. Berikut kutipannya : “ Gak lah gak pernah. Kan haram. Lagian gak baik buat kesehatan.” (Informan NA) “ Eh masya Allah gak pernah kak. Kan haram.” (Informan FD) “ Gak pernah.” (Informan IS) “ Gak lah gak pernah. Gak boleh. Haram.” (Informan RW) Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan tidak ada yang mengkonsumsi alkohol. Terlebih seluruh informan beragama Islam. K. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan 150 Seluruh informan menyatakan selalu memilih makanan yang aman dan sehat. Sebelum membeli makanan mereka selalu mencari tempat berjualannya yang bersih. Selain itu mereka juga lebih memilih makanan yang ada kemasannya agar tidak dihinggapi lalat dan debu. Selain itu mereka juga memilih makanan yang bebas dari bahan pewarna dan pengawet makanan yang berbahaya seperti boraks dan formalin. Berikut kutipannya : “ Ya cari makanannya yang tempatnya bersih. Jangan yang ada pengawetnya.” (Informan NA) “ Tempatnya bersih, makanannya juga bersih, gak ada pengawetnya, pewarna biar aman.” (Informan FD) “ Ya mulai dari tempat, kemasan makanannya harus bersih. Tidak mengandung formalin ataupun boraks.” (Informan DIL) “ Beli makanannya ditempat yang bersih, terus makanannya ada plastiknya biar gak ada debunya. Bebas dari zat pengawet.” (Informan RW) Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan hanya mengkonsumsi makanan yang dijual dikantin sekolah dan tidak membeli makanan diluar sekolah. Akan tetapi informan dengan status gizi kurang, saat mengkonsumsi mie goreng ia juga menambahkan saos. Sedangkan informan lainnya tidak. Selain itu semua informan juga membeli air mineral, minuman susu ataupun teh pada saat observasi I dan II dengan campuran es balokan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu penjual kantin yaitu ibu E, menyatakan bahwa saos yang dia dan penjual lainnya gunakan adalah saos isi ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S”. Selain itu, ibu E juga mengatakan bahwa ia juga menjual saos sachet “M” dimana merek itu jauh lebih terkenal dan lebih terjamin keamanannya. Seluruh penjual menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk membuat minuman dingin seperti es teh, es susu, dll. Selain 151 itu menurut ibu E, untuk makanan “ringan” yang dijual, adalah makanan yang aman yang diketahuinya dari iklan makanan tersebut ada di televisi. Selain itu berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa makanan yang dijual adalah makanan yang telah terdaftar di BPPOM. Akan tetapi untuk wadah mie goreng/rebus, seluruh penjual menggunakan gelas plastik, karena jumlah mangkuk kaca yang dimiliki penjual hanya sedikit. L. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas Lima dari enam informan menyatakan sebelum membeli makanan mereka selalu memeriksa label yang berada di kemasan makanan, seperti batas tanggal kadaluwarsa (expired), komposisi makanan, serta tanda halal. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak pernah memperhatikan label di kemasan makanan yang akan ia beli. Berikut kutipannya : “ Gak pernah. Makanan yang mau dibeli apa.” (Informan IS) “ Ada pengawetnya apa gak, sama kapan batas kadaluwarsanya.” (Informan RW) “ Bahan-bahan, tanggal kadaluwarsa, sama tanda halal.” (Informan BM) Perilaku gizi yang dilakukan informan berdasarkan pengetahuan gizi yang mereka miliki, dan akhirnya mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berikut kutipannya : “ Klo makan ya yang seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Ya klo cari makanan yang bersih, yang sehat, gak ada pengawetnya. Ya kan kita dah banyak tau dari TV, orang tua, ya kita praktekin buat kehidupan kita sendiri.” (Informan NA) 152 “ Klo cari makanan cari tempatnya yang bersih, gak dihinggapi lalat. Terus juga olah raga biar sehat.” (Informan FD) “ Beli makanan tempatnya yang bersih. Terus makan makanan yang sehat, yang seimbang.” (Informan IS) “ Klo makan jangan berlebihan, makanannya yang sehat.” (Informan RW) Akan tetapi pada informan yang telah diobservasi, tidak satupun dari ketiga informan yang memperhatikan label pada kemasan makanan yang mereka beli, Baik pada observasi I maupun II. 5.3.2 Informan Pendukung 5.3.2.1Teman Sebaya Informan Utama Dalam penelitian ini, peneliti melakukan cross check data dengan menggunakan triangulasi sumber, salah satunya kepada teman sebaya dari informan utama yang dilakukan wawancara mendalam. Hal yang ditanyakan informan diantaranya kebiasaan jajan informan selama di sekolah. Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama tidak pernah makan pagi di sekolah karena mereka sebelum berangkat ke sekolah telah makan pagi di sekolah. Akan tetapi seluruh informan pendukung tidak mengetahui apa saja jenis makanan yang dimakan informan utama untuk makan pagi. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa informan utama tidak pernah membawa bekal ke sekolah khususnya sejak ia menjadi teman sebangku informan utama. Akan tetapi ada seorang informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi normal, bahwa temannya tersebut pada saat kelas VII dan VIII sering membawa bekal ke sekolah. Akan tetapi 153 sekarang tidak pernah dilakukannya lagi dengan alasan beban dari buku yang dibawanya sekarang sudah cukup berat. Berikut kutipannya : “ F gak pernah makan pagi disekolah, dia klo makan pagi dirumahnya. Klo sekarang dia gak pernah bawa bekal lagi kesekolah soalnya bawaannya sekarang dah berat. Paling dulu aja waktu kelas VII sama VIII aja.” (Informan NR) “ Klo N gak pernah makan pagi di sekolah, biasanya dia makannya dirumah. Klo dirumah gak tau deh makannya apa, tapi paling dia suka cerita suka makan pagi nasi uduk gitu. Setahu saya N gak pernah bawa bekal.” (Informan RR) “ D makan paginya dirumah. Gak pernah.” (Informan RM) Sedangkan untuk kebiasaan jajan informan saat di sekolah dan luar sekolah, informasi yang diberikan oleh lima dari enam informan pendukung cukup sesuai dengan yang diceritakan oleh informan utama, dimana empat dari lima informan tersebut terbiasa membeli makanan “berat” seperti nasi saat istirahat sekolah. Selain itu, informan utama juga suka membeli makanan ringan dan minuman dingin, seperti chiki, biscuit, wafer, dan lain sebagainya saat istirahat siang dan sepulang sekolah. Dan seorang pendukung dari informan utama laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa temannya itu pada saat istirahat tidak pernah jajan dikantin kecuali hanya untuk membeli air mineral. Sedangkan seorang informan pendukung telah memberikan pernyataan yang kurang sesuai dengan pernyataan temannya yaitu informan utama lakilaki dengan status gizi lebih, dimana informan utama mengatakan bahwa setiap istirahat sekolah ia tidak pernah jajan di kantin kecuali hanya untuk membeli air mineral. Sedangkan informan pendukung mengatakan hal yang sebaliknya, dimana pada saat istirahat informan utama dalam seminggu tiga kali biasa membeli mie goreng serta air mineral. Berikut kutipannya : 154 “ Disekolah klo jajan ya paling mie goreng. Dia gak suka beli nasi. Katanya masakannya gak enak. Mie goreng seminggu bisa 3 kali. Udah sih biasanya jajannya cuma mie sama air putih aja. Ya klo gak beli mie dia gak jajan. Katanya dia mau diet soalnya malu dikatain anak-anak. Dikatain gemuk. Makanya dia bilang gak mau jajan biar cepet kurus. Dari awal masuk dia mang jarang jajan. Jajannya paling seminggu 2-3 kali. Cuma mie goreng sama air putih. Waktu itu pernah nyoba nasi tapi gak dia abisin, katanya gak enak. Klo saya sih enak-enak aja.” (Informan AR) “Ya klo jajan paling es, nasi goreng, sama soto.Ya belinya biasanya makanan berat. Biar lebih kenyang. Setiap hari. Paling sama coklat. Iya (setiap hari).Klo jalan biasanya beli bakso. Ya aku sama dia sama-sama suka bakso. Seminggu sekali (jalan & beli bakso). Minumnya air putih klo gak es teh..” (Informan RM) Untuk kebersamaan informan saat jajan pada waktu istirahat, lima dari enam informan pendukung dari informan utama menyatakan mereka selalu jajan di kantin bersama teman-temannya, akan tetapi menu yang dipilih kadang berbeda kadang sama, tergantung dari keinginan masing-masing. Sedangkan seorang informan pendukung dari informan utama laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa informan utama selama ini sering menolak jika diajak jajan di kantin. Berikut kutipannya : “ IS pendiem banget orangnya. Aku aja jarang ngobrol sama dia. Klo diajak kekantin gak pernah mau.” (Informan SR) “ Iya sama-sama. Klo jajan sih ya sendiri-sendiri. Tergantung lagi mau apa.” (Informan RM) “ Klo jajan ya kadang bareng kadang gak. Soalnya klo istirahat kadang-kadang dia ngumpul sama anak-anak pramuka, ya udah saya makan sama teman yang lain. Klo pas dia lagi ngumpul saya gak tau jajannya apa. Gak juga kadang klo lagi jajan sama saya makannya bisa samaan tapi kadang beda, kayak klo dia lagi mau soto sayanya mau nasi ya udah beli sendiri-sendiri. Tapi makannya bareng.” (Informan MM) 155 Lima dari enam orang informan pendukung menyatakan bahwa informan utama, setelah mengikuti mata pelajaran olah raga selalu membeli minuman dingin, baik berupa es susu maupun es teh dan juga makanan “berat” seperti nasi dan mie. Berikut kutipannya : “Klo olah raga biasanya dia beli air putih. Klo es kadang-kadang pas klo dia lagi capek banget. Sebulan bisa 3 kali beli es teh. Gak pernah belajar kelompok.” (Informan AR) “Paling klo gak beli aqua, dia kadang beli es the klo gak es susu. Selama ini belum pernah belajar kelompok jadinya gak tahu. Klo diajak main kerumah siapa, dia gak pernah mau.” (Informan SR) Tiga dari enam informan pendukung menyatakan bahwa makanan kesukaan dia dan informan utama sama. Seorang informan pendukung lainnya, yaitu informan utama wanita dengan status gizi normal menyatakan bahwa makanan kesukaannya dan informan utama berbeda. Sedangkan dua informan pendukung lainnya, yaitu teman dari informan utama laki-laki dengan status gizi kurang dan informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui makanan kesukaan dari informan utama. Dilain pihak, untuk makanan yang tidak disukai informan utama, sebagian informan pendukung tidak tahu, dan sebagian lagi menjawab bahwa tidak ada makanan yang tidak disukai oleh informan utama. Berikut kutipannya : “ Gak tahu.” (Informan SR) “ Klo makanan yang kita suka beda-beda kak, kayak klo pas pulang sekolah ada yang beli somay, terus nawarin teman yang lain tapi dia gak suka somay, jadi 156 belinya rujak atau makanan yang lain. Tapi klo pas istirahat biasanya kita semua pada milih nasi klo gak mie biar lebih kenyang. Tapi nasinya lauknya macam-macam, da yang nasi goreng, soto, klo gak nasi rames.” (Informan NR) “ Bakso. Sama saya juga suka bakso.” (Informan RM) Tiga dari enam informan pendukung menyatakan bahwa informan utama tidak memiliki penyakit yang dapat mempengaruhi pola makannya. Sedangkan seorang informan pendukung dari informan utama yang memiliki status badan kurang menyatakan bahwa ia tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh informan utama dengan alasan informan utama terlalu pendiam dan tertutup. Akan tetapi, menurut dua informan pendukung dari informan laki-laki dan wanita dengan satus gizi lebih menyatakan bahwa saat ini informan utama tidak memiliki penyakit apa-apa, akan tetapi status gizi mereka saat ini sangat mengganggu mereka, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan diet. Berikut kutipannya : “Klo penyakit, kayaknya N gak punya penyakit apa-apa deh kak, soalnya selama ini dia gak pernah cerita apa-apa.” (Informan RR) “Gak tahu.” (Informan SR) “Gak ada. Setahu saya B gak punya penyakit apa-apa.” (Informan MM) Untuk perilaku minum informan utama, menurut seluruh informan pendukung, seluruh temannya setiap hari saat istirahat sekolah mengkonsumsi air minum, baik berupa air mineral maupun minuman dingin, seperti es susu, ataupun es teh/teh kotak. Akan tetapi mereka tidak mengetahui berapa total air yang dikonsumsi oleh informan utama dalam satu hari. Berikut kutipannya : “ Klo berapa banyaknya aku gak tahu kak. Iya, disekolah dia suka beli minum. Air mineral yang gelas 1.” (Informan SR) 157 “ Wah gak tau deh klo seharian, klo disekolah dia sering bawa minum tapi biasanya gak cukup jadi dia beli es klo gak aqua gelas.” (Informan NR) “ Klo minum air putih banyak. Setiap hari jajannya air putih. Aqua botol.” (Informan AR) Menurut seluruh informan pendukung, informan utama berolah raga hanya di sekolah saja dengan bermain basket, sepak bola, ataupun voli. Sedangkan menurut informan pendukung di rumah mereka tidak pernah berolah raga. Berikut kutipannya : “ Klo yang aku liat dia gak begitu suka olah raga. Kayak klo kita main bola paling dia cuma nonton aja.” (Informan SR) “ Klo dirumah kayaknya dia jarang olah raga deh, paling klo di sekolah aja. Setiap jumat.” (Informan NR) “ Gak pernah, paling cuma di sekolah aja.” (Informan RM) Selain itu seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama juga tidah pernah mengkonsumsi minum-minuman yang beralkohol karena alas an haram. Berikut kutipannya : “ Ya enggak lah kak kan haram.” (Informan RR) “ Gak, dia gak pernah minum.” (Informan MM) “ Gak pernah.” (Informan RM) Lima dari enam informan menyatakan bahwa informan utama selalu membeli makanan di tempat jualan yang bersih, terhindar dari lalat dan debu, bebas dari bahan pengawet yang berbahaya seperti boraks dan formalin agar makanan yang dibeli aman untuk dikonsumsi. Sedangkan seorang informan penunjang dari informan utama lakilaki dengan status gizi kurang, menyatakan bahwa ia tidak mengetahui kebiasaan informan utama dalam memilih makanan yang aman dikarenakan ia jarang jajan 158 bersamanya. Sehingga ia tidak mengetahui kebiasaan informan dalam memilih makanan jajanan yang aman untuk kesehatannya. Berikut kutipannya : “ Klo milih makanan yang aman ya liatnya dari tempatnya bersih apa gak, kandungan dalam makanan itu ada pewarnanya gak, ada pengawetnya gak. Klo N sih milih makanan paling liatnya dari tempatnya bersih atau gak.” (Informan RR) “ Wah gak tahu juga, soalnya dia jarang jajan. Paling waktu itu sekali-kalinya dia beli roti. Itu juga katanya dia belum makan pagi.” (Informan SR) “ Ya paling dia klo mo jajan liat tempatnya dulu bersih pa gak, baru deh beli.” (Informan NR) Sebagian informan pendukung menyatakan bahwa informan utama dengan status gizi gisi kurang laki-laki dan wanita, serta informan laki-laki dengan status gizi normal suka membaca label kemasan makanan sebelum membelinya, khususnya pada tanggal kadaluwarsanya. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan setiap saat ketika dia akan membeli makanan. Sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa informan utama hanya memperhatikan makanan yang ingin dibelinya tanpa melihat label dari kemasan makanan tersebut. Berikut kutipannya : “ Klo beli makanan kayaknya gak deh. Dia beli ya beli aja.” (Informan RM) “ Makanannya. yak lo beli dia sih beli aja, gak perhatiin apa-apa.” (Informan AR) “ Klo dia sih ya makanannya. Maksudnya dia mau beli jajanan apa. Sama paling tanggal ekspairednya. Tapi itu kadang-kadang aja.” (Informan RR) Seluruh informan pendukung tidak mengetahui bahwa informan utama pernah mencari informasi kesehatan atau tidak karena mereka tidak pernah melihat informan utama bertanya tentang informasi kesehatan. Berikut kutipannya : 159 “Gak tahu. Saya gak pernah liat dia baca buku atau nyari informasi kesehatan .” (Informan MM) “Gak tahu. Gak, dia gak pernah cerita.” (Informan AR) “ Gak tahu.” (Informan RR) 5.3.2.2 Keluarga Informan Utama Selain teman sebaya informan utama, proses cross cek data dengan melakukan triangulasi sumber juga dilakukan pada keluarga informan utama yang diwawancara mendalam. Dari enam informan utama, hanya lima keluarga informan yang bersedia untuk diwawancarai dan kesemuanya adalah ibu informan utama. Seluruh informan pendukung yang berhasil diwawancarai, memberikan informasi tentang bagaimana pola makan informan utama dan keluarga dirumah, mulai dari makan pagi hingga makan malam. Semua yang diceritakan oleh ibu informan sama dengan seperti yang diceritakan informan utama, akan tetapi peneliti tidak menanyakan frekuensi tiap-tiap jenis makanan yang dimakan oleh informan utama secara lngkap, hanya beberapa zat gizi secra sekilas. Selain itu semua informan pendukung menyatakan bahwa yang menyiapkan makanan di rumah adalah mereka sendiri. Berikut kutipannya : “Ya saya yang masak. Tadinya pembantu, tapi pas lebaran kemaren pulang kampong gak balik-balik lagi ya udah semua kerjaan saya yang ngerjain.” (Informan A) “Saya sama mbaknya (pembantu).” (Informan S) “Saya sendiri (ibu).” (Informan NY) 160 Dua dari lima informan pendukung, yaitu ibu dari informan wanita dengan status gizi kurang dan informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka sekeluarga tidak memiliki penyakit apapun kecuali hanya batuk pilek. Sedangkan tiga informan pendukung lainnya menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang memiliki penyakit, diantaranya untuk keluarga informan utama wanita dengan status gizi normal memiliki ibu yang mempunyai penyakit magh yang tidak lain adalah informan pendukung sendiri, selain itu di keluarga informan wanita dengan status gizi lebih terdapat ayah yang memiliki penyakit hipertensi atau darah tinggi, sedangkan di keluarga informan laki-laki dengan status gizi lebih, memiliki kakek yang terkena penyakit jantung. Berikut kutipannya : “ F gak ada penyakit apa-apa, klo saya punya magh, makannya klo lagi kambuh saya gak bisa ngapa-ngapain, klo bapaknya sih sehat-sehat aja.” (Informan A) “ Ada. Bapaknya punya darah tinggi.” (Informan LY) “ Alhamdulillah sekeluarga sehat semua, paling ya batuk pilek gitu wajarlah.” (Informan HP) Dua dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya memiliki ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, dimana untuk informan wanita dengan status gizi kurang ia tidak menyukai sayur karena tidak menyukai rasa dan memiliki kesulitan dalam menelannya serta ia juga tidak menyukai makanan yang memiliki rasa pedas dan pahit seperti pare dan daun pepaya. Sedangkan informan wanita dengan status gizi normal tidak menyukai sayur yang memiliki rasa pahit seperti pare dan daun papaya. Seorang informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi lebih, memantang atau melarang suaminya untuk mengkonsumsi makanan yang kandungan garamnya tinggi dikarenakan ia memiliki penyakit darah tinggi. Sedangkan 161 seorang informan pendukung dari informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia melarang anaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak seperti susu dan eskrim, karena berat badan anaknya sudah sangat berlebih. Dan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal, ia tidak memiliki pantangan apapun dalam makanannya. Berikut kutipannya : “ Paling bapaknya gak boleh makan yang asin-asin.” (Informan LY) “ N tuh gak suka makan sayur, gak bisa ‘nelen’ katanya sama dia juga gak suka pedes sama makanan yang pahit.” (Informan NY) “ Klo R biasanya saya gak bolehin minum susu sama eskrim.” (Informan S) Untuk konsumsi air minum dalam satu hari, tiga dari lima informan pendukung menyatakan bahwa anaknya setiap hari mengkonsumsi minimal 8 gelas bahkan lebih. Sedangkan dua informan pendukung lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih hanya mengkonsumsi sekitar 5-7 gelas dalam sehari. Berikut kutipannya : “ Waduh berapa banyak ya minumnya, mungkin ya 6-7 gelas.” (Informan NY) “ Klo minum dia cukup lah lumayan, klo ke sekolah dia biasanya bawa minum dari rumah. kira-kira 2 literan.” (Informan A) “ Air minumnya air galon. Wah saya gak tau sehari minumnya berapa gelas. Mungkin 5 kali.” (Informan LY) Dua informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih pada hari libur rutin untuk melakukan olah raga sepak bola ataupun bola basket. Sedangkan tiga informan pendukung lainnya menyatakan jika dirumah anaknya tidak pernah berolah raga. Berikut kutipannya : 162 “ F gak pernah olah raga, bapaknya juga gak pernah. Tapi paling klo disekolah aja, kan ada pelajaran olah raga.” (Informan A) “ R suka main basket didepan, biasanya dia main hari sabtu minggu. Ya paling dari jam 8 sampai jam 10. Ya kadang main sama teman-temannya klo gak sama papanya klo lagi gak capek.” (Informan S) “ Gak pernah.” (Informan LY) Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama dan keluarganya tidak pernah mengkonsumsi minum-minuman beralkohol karena diharamkan oleh agama. Berikut kutipannya : “ Gak lah mbak, kan haram.” (Informan NY) “ Gak pernah.” (Informan S) “ Gak. Gak pernah.” (Informan HP) Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa dalam memilih makanan yang aman harus memperhatikan kebersihan tempat berjualannya, keamanan bahan makanan yang digunakan, harus bebas dari pewarna makanan, bebas dari pengawet makanan yang berbahay seperti boraks dan formalin, serta bebas dari bibit penyakit. Berikut kutipannya: “ Paling klo nyari makanan ya liat-liat tempatnya bersih apa tidak, kebersihan penjualnya juga dilihat. Kukunya hitam-hitam gak. Makanannya juga ditutup apa tidak. Ya biar gak sakit perut.” (Informan A) “ Klo makanan yang aman ya kita harus pilih-pilih, jangan yang ada pengawet, sama pewarnanya. Apalagi sekarang penyakit dah macem-macem. Jadi ya kitanya harus hati-hati.” (Informan HP) “ Ya klo milih makanan yang mau dimakan apa. Tapi klo beli liat-liat tempatnya. Ya cari yang bersih. Ya sama jangan yang ada formalin atau boraksnya. Bahaya.” (Informan LY) 163 Seluruh informan pendukung menyatakan selalu memperhatikan label yang terdapat di kemasan makanan, seperti tanggal kadaluwarsa, tanda halal, serta bahanbahan pembuatannya. Berikut kutipannya : “ Ya yang paling utama sih liat tanggal kadaluwarsanya, terus makanan itu halal atau tidak. Kan yang paling penting itu.” (Informan NY) “ Klo beli makanan yang diperhatikan pertama halal apa tidak, terus masa berlakunya sampai kapan. Soalnya klo dah lewat kan bahaya nanti malah bisa keracunan.” (Informan HP) “ Ya liat tanggal kadaluwarsanya. Klo dah lewat kan bahaya.” (Informan LY) Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga yang sering memberikan nasehat dan informasi kesehatan kepada informan utama adalah ibu atau informan pendukung sendiri. Informasi yang diberikan bermacam-macam, akan tetapi sebagian besar berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi oleh informan utama, agar mereka tidak salah memilih makanan sehingga terhindar dari penyakit yang membahayakan kesehatan. Berikut kutipannya : ” Biasanya sih yang suka bawel ke anak-anak ya saya. Nyuruh jajannya yang bener, terus selalu jaga kesehatan, soalnya klo saya liat di TV sekarang orang jualan dah macem-macem segala cara yang gak halal dilakuin cuma untuk nyari keuntungan yang gak seberapa.” (Informan NY) “ Paling klo yang ngasih informasi kesehatan ya saya aja, kayak klo mau cari makanan yang tempatnya bersih, makannya nasi klo disekolah, jangan kebanyakan makan saos soalnya pewarnanya kan bahaya. Lagian bahan saosnya juga gak jelas, kayak cabe busuk gitu.” (Informan A) ” Biasanya yang ngasih tahu tentang kesehatan saya. Supaya R jangan makan banyak-banyak supaya kurusan. Biar lebih sehat.” (Informan S) 5.3.2.3 Penjual Kantin SMPN 107 Jakarta 164 Di SMPN 107 Jakarta terdapat 5 kantin yang menjual berbagai makanan, mulai makanan berat hingga makanan ringan. Dari kelima penjual kantin, peneliti telah mewawancarai mereka secara sekilas, akan tetapi ada seorang penjual kantin, yaitu ibu E yang telah diwawancarai oleh peneliti secara lebih mendalam. Berdasarkan wawancara tersebut ternyata warung dibuka pada pukul 07.30 hingga 04.30 dan di warung ibu tersebut menjual berbagai jenis makanan seperti soto, ketoprak, nasi rames/goreng dengan berbagai lauk dan sayur yang ditumis, mie, serta berbagai gorengan, makanan “ringan”, dan minuman dingin. Untuk makanan “berat” menu soto, mie, nasi goreng/rames setiap hari selalu tersedia. Akan tetapi untuk ketoprak seminggu hanya beberapa kali karena menurut beliau para siswa kurang meyukai makanan yang terbuat dari kacang-kacangan. Khusus untuk menu nasi rames dan nasi goreng, menunya pendampingnya seperti lauk pauk dan sayurnya selalu berganti-ganti setiap satu hingga dua hari sekali agar siswa tidak bosan. Selain itu, untuk pendamping mie, ibu E juga menyediakan bakso, sosis, ham, telur, sawi, nasi, yang dibuat sesuai pesanan siswa. Semua makanan “berat” yang dimasak selalu dibuat baru, sehingga tidak ada makanan sisa yang dihangatkan kemudian dijual kembali. Menurut ibu E, hal ini dilakukan untuk menjaga mutu makanan. Selain itu menurut beliau, jumlah makanan yang dijual telah diperkirakan sebelumnya sehingga setiap harinya dapat habis terjual. Dan jika makanan tersebut masih bersisa dapat dimakan sendiri oleh keluarga ibu E. Selain itu, ibu E menggunakan air “AS” untuk memasak. Ibu E menggunakan air “AS” seharga Rp. 5.500,- untuk memasak. Dan menurut beliau sebelum digunakan air tersebut disaring lagi dengan menggunakan kassa 165 penyaring sebanyak dua kali setelah dimasak dan diendapkan di dalam gentong. Hal ini dilakukan agar air menjadi benar-benar bersih. Hal ini hanya dilakukan oleh ibu E. Beliau juga mengatakan bahwa dalam menyediakan mie goreng/rebus selalu menggunakan mangkuk kaca. Akan tetapi ketika peneliti melakukan observasi ke kantin dan menanyakan kepada siswa ternyata semua kantin menyuguhkan dengan gelas plastik yang biasa digunakan untuk tempat minuman dingin. Selain itu, peneliti juga melakukan croschek kepada penjual lain, yaitu ibu C. dan beliau mengatakan bahwa semua pedagang memang menggunakan gelas plastik sebagai tempat mie goreng/rebus. Hal ini dikarenakan ketersediaan mangkuk plastik yang terbatas serta seringnya mangkuk tersebut hilang atau bahkan pecah. Selain itu, semua penjual menyediakan saos isi ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S” dengan harga Rp. 5.500 dan juga saos sachet. Untuk membuat minuman dingin mereka menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar. Menurut ibu E, Ibu Ida selaku kepala sekolah pernah memberikan saran kepada pedagang kantin, agar semua makanan yang dijual terutama makanan kemasan adalah makanan yang terdaftar di BPPOM agar keamanan siswa dapat terjamin. Selain itu beliau juga melarang kemasan steroform sebagai tempat makanan karena membahayakan kesehatan. Selain itu ia juga menyarankan agar tidak menjual chiki karena mengandung MSG dan kurang naik untuk kesehatan para siswanya. Akan tetapi para pedagang tidak dapat melaksanakan untuk tidak menjual chiki. Hal ini dikarenakan 166 siswa sangat menyukai jajanan ini. Oleh sebab itu para penjual juga menyiapkan chiki untuk dijual setiap harinya. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain : 1. Dalam penimbangan berat badan untuk mengetahui status gizi informan, seluruh siswa tetap menggunakan pakaian seragamnya, sehingga dalam penilaian status gizinya peneliti mengurangi berat badan masing-masing informan kira-kira sebesar 500 gram dan jika informan menggunakan sabuk maka pengurangannya menjadi 600 gram agar berat badan yang ditimbang mendekati berat badan yang sesungguhnya. 2. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tiga orang informan utama hanya terbatas pada perilaku makannya di sekolah. Hal ini dikarenakan sulitnya mengobservasi informan secara diam-diam di rumahnya tanpa diketahui informan. Terlebih observasi yang dilakukan adalah observasi pasif dimana peneliti ingin melihat perilaku makan informan yang sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi atau dirubah. 3. Dalam penelitian ini tidak menggunakan recall 2 x 24 jam pada perilaku makan informan sehingga peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa asupan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi oleh informan. Sehingga hasil perhitungan gizi informan dalam satu hari merupakan hasil perkiraan dari peneliti berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dan dikonversi dalam porsi makanan. 165 166 4. Untuk observasi perilaku makan dan aktivitas fisik informan sehari-hari tidak dapat diteliti oleh peneliti secara rinci karena sulitnya mendapatkan izin (legal aspek) sehingga tidak dapat menjangkau dan memonitor aktivitas mereka selama 24 jam baik dirumah maupun disekolah. 5. Karena informan yang diteliti untuk masing-masing teknik pengambilan data yaitu wawancara mendalam, FGD, dan observasi adalah informan yang berbeda, maka informasi yang digali tidak dapat digunakan untuk validasi data. 6. Pola makan keluarga yang telah diteliti pada informan WM masih kurang mendalam sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui kecukupan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah dalam satu hari. Sehingga gambaran kesesuaian pola makan keluarga dengan PUGS hanya secara umum dan tidak dapat menjangkau seluruh pesan. 6.2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) A. Makanlah Aneka Ragam Makanan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa pengetahuan informan baik informan WM, FGD I, maupun FGD II tentang penganekaragaman makanan sudah baik sesuai dengan pesan kesatu dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah aneka ragam makanan. Seluruh informan telah mengetahui tentang gizi seimbang, manfaat dari penganekaragaman makanan serta akibat dari makanan yang tidak beraneka ragam baik secara kuantitas maupun kualitasnya yang mereka ketahui dari berbagai sumber, baik keluarga, guru, media cetak maupun televisi. Terlebih tiga informan FGD 167 II saat SD pernah menjadi dokter kecil dan mendapatkan pengetahuan tentang gizi yang baik dari petugas kesehatan. Dengan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, diharapkan mereka juga membiasakan mengkonsumsi makanan yang beranekaragam sehingga mereka bisa mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari serta memiliki tubuh yang ideal agar kesehatannya dapat optimal. Terlebih untuk remaja awal seperti informan, dimana mereka sedang mengalami masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan gizi yang cukup. Menurut Krummel (1996), nutrisi yang baik selama remaja tidak hanya untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal tetapi juga untuk pencegahan penyakit kronik. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain (Departemen Kesehatan, 2003a), Akan tetapi untuk pengetahuan tentang pedoman gizi seimbang, yang mereka tahu hanya 4 Sehat 5 Sempurna, dan mereka sama sekali tidak mengetahui ataupun tidak pernah mendengar Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan sebagai pedoman gizi seimbang sejak tahun 1992 sebagai alat pendidikan dan sosialisasi tentang gizi seimbang kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2002) bahwa dalam perjalanan usianya yang ke-7 di Tahun 2002 kemarin PUGS terasa belum cukup “membumi” apalagi digunakan sebagai sarana penyuluhan di tingkat “akar rumput”. Diungkapkan bahwa kadar ilmiah isi dan kata-kata serta uraian yang terkandung dalam PUGS relatif tinggi sehingga masyarakat kurang mengenal pesan-pesan PUGS dibandingkan dengan slogan “4 Sehat 5 Sempurna”. Selain itu, peneliti juga telah mengkonfirmasi hal tersebut pada ibu Cornelia dari Departemen Kesehatan, menurut beliau selama proses sosialisasi memang belum berjalan secara 168 optimal karena terhambatnya sosialisasi PUGS di tingkat daerah. Dan pada akhir tahun 2009 hingga tahun 2010 mendatang, Departemen Kesehatan sedang melakukan revisi terhadap PUGS untuk memudahkan masyarakat dalam memahami isi dari PUGS yang sebelumnya dirasa masih sulit untuk dimengerti. Selain itu menurut beliau, kedepannya sosialisasi PUGS akan lebih ditingkatkan lagi, baik melalui media cetak maupun media elektronik seperti iklan di televisi. Dengan demikian kedepannya diharapkan promosi dari PUGS akan lebih maksimal sehingga usaha preventif di bidang gizi masyarakat akan berjalan lebih optimal sehingga prevalensi kejadian gizi buruk dan gizi lebih di Indonesia dapat ditekan sekecil mungkin bahkan B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Berdasarkan berbagai pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan, dapat diasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi secara umum telah baik sesuai dengan pesan kedua dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makan untuk memenuhi kecukupan energi. Dimana sebagian besar dari mereka telah mengetahui sumber makanan yang mengandung energi khususnya karbohidrat dan protein, akan tetapi hanya sedikit informan yang tahu bahwa ternyata lemak juga mengandung energi yang sangat besar. Selain itu sebagian besar informan juga mengetahui porsi dari kebutuhan ideal karbohidrat dan protein sedangkan untuk porsi lemak yang ideal tidak ada seorang pun yang tahu. Selain itu seluruh informan juga mengetahui akibat dari mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam. Menurut Departemen Kesehatan (2003a) makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya yang disebut triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, 169 akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain. Dan untuk BB dan TB yang ideal, hanya sebagian saja informan yang tahu serta hanya sebagian kecil informan yang rutin setiap bulannya melakukan penimbangan BB dan TB. Padahal dengan mengetahui BB dan TB yang ideal serta selalu rutin melakukan penimbangan setiap bulannya maka setiap informan dapat mengontrol dan mengatur status gizinya agar bisa selalu normal. Dengan demikian hal yang dapat diintervensi dan harus segera diperbaiki adalah pengetahuan tentang lemak serta pemahaman tentang pentingnya melakukan penimbangan yang rutin. Lemak merupakan salah satu jenis zat gizi yang cukup sering menjadi masalah bagi remaja. Dengan mengetahui sumber, jenis, manfaat serta porsi dari makanan sumber energi yang dibutuhkan informan dalam sehari, diharapkan mereka dapat mengatur pola makan mereka dengan tepat. Hal ini dikarenakan para informan saat ini sedang berada pada golongan remaja awal, telah memiliki cukup kebebasan untuk memilih dan mengatur apa saja yang ingin mereka konsumsi. Jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kebutuhan asupan makanan yang tepat khususnya pada makanan sumber lemak, besar kemungkinan mereka akan mengaplikasikan pola makan yang salah dan tidak sesuai untuk kebutuhan mereka seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan fastfood. Hal ini nantinya dapat berdampak terhadap proses pertumbuhan mereka. Oleh karena itu hal yang harus dilakukan adalah pemberian pendidikan gizi melaui penyuluhan kesehatan khususnya informasi tentang lemak, baik yang meliputi jenis, manfaat, serta kebutuhan ideal dalam satu hari. 170 Selain itu, sebagian besar informan sudah mengetahui berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja seusia mereka. Untuk wanita, rata-rata informan menyebutkan BB yang idealnya sekitar 40-50 kg dan laki-laki sekitar 50 kg. Sedangkan TB yang ideal untuk wanita sekitar 140150 cm dan laki-laki sekitar 150-160 cm. Hal ini sesuai WNPG (2004), untuk laki-laki usia 1012 tahun BB 35 kg dan TB 138 cm, usia 13-15 tahun BB 46 kg dan TB 150 cm. Sedangkan untuk wanita usia 10-12 tahun BB 37 kg dan TB 145 cm, usia 13-15 tahun BB 48 kg dan TB 153 cm. Berdasarkan standar BB dan TB tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan wanita lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi hal ini akan berbalik pada sekitar usia 16 tahun keatas dimana pertumbuhan laki-laki akan lebih cepat daripada wanita. Hal ini berbanding terbalik dengan setiap jawaban informan yang menyebutkan bahwa BB dan TB laki-laki lebih besar daripada wanita. Selain itu sebagian besar informan menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulannya melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Hal ini sangat disayangkan karena dengan rutin melakukan penimbangan BB maka status gizi seseorang akan terus terpantau. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), kegiatan penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan rutin sebulan sekali. Dimana pada orang dewasa, cara yang digunakan untuk memantau berat badan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) sedangkan Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. Ketidakteraturan siswa dalam melakukan penimbangan BB dikarenakan mereka tidak memiliki timbangan di rumah mereka masing-masing. Sehingga mereka biasanya menimbang BB mereka di puskesmas ataupun rumah sakit ketika mereka atau ada anggota keluarga mereka yang berobat. Akan tetapi sebenarnya di sekolah khususnya di ruang UKS/PMR juga terdapat timbangan yang seharusnya dapat mereka pergunakan untuk menimbang BB mereka setiap 171 bulan. Akan tetapi sangat disayangkan fasilitas tersebut tidak mereka manfaatkan dengan baik karena alasan ketidaknyamanan dan ketidakberanian siswa untuk meminjam timbangan tersebut. Sedangkan untuk penimbangan BB dan TB yang rutin, kedepannya sebaiknya pihak sekolah, petugas kesehatan setempat, maupun siswa yang tergabung dalam ekstra kurikuler PMR dan KKR dapat bekerja sama mempromosikan pentingnya melakukan penimbangan BB yang rutin setiap bulannya agar status gizi para siswanya dapat terpantau dengan baik. Walaupun setiap tahunnya petugas kesehatan selalu melakukan skrining pada awal tahun sebagai program kerja UKS, hal tersebut belum berjalan secara optimal. Dimana mereka hanya melakukan skrining kesehatan pada siswa kelas VII saja yang baru masuk sekolah, akan tetapi siswa kelas VIII dan IX tidak dilakukan skrining sehingga tidak terpantau status kesehatannya. Terlebih menurut guru pembina UKS, ibu Sumiyati Pakpahan menyatakan bahwa petugas kesehatan hanya meminta laporan BB dan TB yang telah dikumpulkan oleh beliau tanpa memberikan penjelasan apakah siswa yang dilakukan skrining tersebut memiliki status gizi yang normal atau tidak. Hal ini sangat disayangkan, karena berdasarkan penelitian ini dapat terlihat bahwa banyak siswa yang memiliki status gizi kurang dan lebih. Tentunya keadaan ini harus segera diatasi dengan kerja sama dari berbagai pihak, baik pihak sekolah, petugas kesehatan, serta orang tua dari siswa yang bersangkutan agar mereka dapat memperbaiki status gizinya dengan cara yang benar sehingga nantinya status gizi mereka dapat normal kembali. C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang karbohidrat sudah baik sesuai dengan pesan ketiga dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Dimana sebagian 172 besar dari mereka telah mengetahui sumber bahan makanan karbohidrat, jumlah kebutuhan karbohidrat dalam sehari (berdasarkan URT), manfaat karbohidrat untuk kesehatan, serta akibat bila konsumsinya berlebih ataupun kurang. Konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2003). Selain kegemukan, kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang juga akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003b). Oleh karena itu, konsumsi karbohidrat dalam satu hari harus dibatasi. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 % kebutuhan energi, maka kebutuhan protein, vitamin, dan mineral akan sulit dipenuhi. Adapun anjuran konsumsi makanan pokok sumber karbohidrat kompleks di Indonesia adalah 3-8 porsi per hari sesuai dengan porsi dalam daftar penukar bahan makanan (Depkes, 1995). Dimana porsi tersebut setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram) (Almatsier, 2003). Dengan pengetahuan tersebut diharapkan informan dapat mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam pola makannya sehari-hari dengan mencukupi kebutuhan karbohidratnya sesuai dengan kebutuhan energi mereka agar aktivitas sehari-hari mereka dapat berjalan dengan optimal. 173 D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi Seluruh informan utama telah mengetahui makanan sumber protein dan lemak. Untuk jenis protein dan lemak, sebagian informan utama telah mengetahui bahwa protein terdiri dari dua jenis, yaitu protein hewani dan protein nabati dan hanya sebagin kecil dari informan utama yang telah mengetahui bahwa jenis lemak menurut sumbernya ada dua yaitu lemak hewani dan nabati. Dan hanya seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi normal yang menyebutkan lemak jenuh, akan tetapi ia tidak mengetahui tentang lemak tak jenuh dan lemak trans. Akan tetapi selain lemak nabati dan hewani, ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani (Depkes, 1995). Sebagian besar informan utama menyebutkan kebutuhan protein sebanyak satu potong setiap satu kali makan, dan tiga potong lauk untuk satu hari. Sedangkan untuk jumlah kebutuhan lemak mereka dalam satu hari, tidak ada seorang informan pun yang tahu. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. 174 Sebagian besar informan utama telah mengetahui manfaat protein sebagai zat pembangun yang membantu pertumbuhan, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, serta sebagai sumber tenaga/energi. Sedangkan untuk manfaat lemak, sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa lemak berguna sebagai cadangan energi dan ada seorang informan FGD II, yaitu informan perempuan dengan status gizi normal mengatakan bahwa lemak dapat memberikan panas tubuh sehingga tidak mudah kedinginan saat musim dingin. Sebagian kecil informan utama telah mengetahui akibat mengkonsumsi protein yang berlebih, yaitu dapat menyebabkan lemas, pertumbuhan kurang bagus, serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Untuk pengetahuan tentang akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, sebagian besar informan utama menyebutkan bahwa kelebihan konsumsi lemak dapat mengakibatkan kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Selain itu sebagian kecil informan utama dapat menyebutkan akibat dari kurangnya asupan/konsumsi protein, yaitu dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat serta menjadi kurang gizi / kurus. Untuk akibat kurang konsumsi lemak, sebagian informan utama menyatakan bahwa kurangnya konsumsi lemak bisa menyebabkan seseorang lemas, tak bertenaga, daya tahan tubuhnya kurang, kurus, serta dapat terjadi malnutrisi/kurang gizi. Lemak memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada 175 bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati. Sedangkan konsumsi lemak yang berlebih dapat menyebabkan obesitas. Berdasarkan keadaan tersebut, dapat terlihat bahwa pengetahuan informan tentang konsumsi lemak secara umum sudah baik sesuai dengan pesan keempat dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Dimana sebagian besar informan telah memiliki pengetahuan tentang sumber protein dan lemak, jenis protein, kebutuhan protein yang ideal dalam satu hari, manfaat protein, akibat konsumsi lemak yang berlebih dan kurang. Sedangkan pengetahuan tentang jenis lemak, kebutuhan lemak yang ideal dalam satu hari, manfaat lemak, serta akibat konsumsi protein yang berlebih dan kurang dari kebutuhan ideal dalam sehari masih kurang dimiliki oleh informan. Pengetahuan ini sangat berguna, agar mereka dapat mengatur asupan makanan yang mereka konsumsi sehari-hari, khususnya untuk membatasi konsumsi lemak yang berlebihan. Terlebih, maraknya jajanan makanan fastfood yang cenderung tinggi lemak dan kolesterol tetapi minim kandungan zat gizi lain yang sangat diperlukan tubuh. Sehingga tidak mengherankan jika prevalensi kejadian status gizi lebih pada remaja saat ini sangat tinggi. Hal ini harus segera ditanggulangi dengan cara pemberian pendidikan kesehatan di sekolah dengan penyuluhan gizi khususnya dalam bidang gizi dengan tentang gizi remaja khususnya tentang lemak. E. Gunakan Garam Beryodium Seluruh informan utama mengetahui manfaat konsumsi garam yang mengandung yodium adalah untuk mencegah penyakit gondok. Akan tetapi tidak ada satu orang pun dari mereka yang mengetahui bahwa kekurangan yodium dapat menurunkan kecerdasan seseorang serta hanya ada seorang informan yang tahu bahwa kekurangan yodium berdampak kurang baik baik 176 pertumbuhan seseorang. Hal ini sesuai menurut Departemen Kesehatan (2003b), dimana kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kretin (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari, dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Maka bagi anak sekolah yang menderita GAKY memerlukan waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan sekolah. Bahkan bagi yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinism) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan tingkat dasar. Hal ini juga diungkapkan dalam Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas (Almatsier, 2003), Sebagian besar informan utama tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsi garam yang berlebih. Akan tetapi sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu seluruh informan utama juga tidak mengetahui berapa batas takaran konsumsi garam untuk setiap orang dalam satu harinya. Dimana menurut Departemen Kesehatan (2003b), dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh 177 setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan utama tentang garam beryodium masih kurang pada pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu gunakan garam beryodium, dimana mereka hanya mengetahui bahwa garam beryodium bermanfaat untuk mencegah penyakit gondok saja, tetapi mereka tidak mengetahui akibat dari konsumsi garam dalam jumlah yang berlebih serta mereka pun tidak mengetahui berapa batas konsumsi garam dalam sehari. Dengan mengetahui akibat dari konsumsi garam yang berlebih serta berapa batas aman penggunaan garam diharapkan informan dapat membatasi konsumsi garam pada makanannya sehari-hari agar mereka terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi / hipertensi. Dengan demikian para informan dan siswa lainnya membutuhkan penyuluhan gizi yang berkaitan tentang kebutuhan yodium dalam satu hari. F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Sebagian kecil informan utama menyatakan bahwa zat besi berguna untuk pembentukan sel darah merah. Hal ini tidak sesuai dengan Almatsier (2003), bahwa zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Sedangkan informan lainnya menganggap bahwa zat besi bermanfaat untuk mencegah osteoporosis pada tulang yang biasa terjadi pada orang tua. 178 Sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa kurangnya zat besi dalam konsumsi makanan sehari-hari dapat menyebabkan penyakit anemia. akan tetapi tidak ada seorang informan pun yang tahu akibat dari konsumsi zat besi yang berlebih. Selain itu sebagian besar informan utama mengetahui gejala anemia, diantaranya pusing, mudah lelah, mual, muntah, tak bersemangat, dsb. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa anemia dapat menyebabkan seseorang pingsan dan mudah marah. Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier, 2003). Selain kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan. Selain itu seluruh informan utama juga tidak mengetahui berapa kadar Hb (Haemoglobin) yang normal untuk remaja seusia mereka. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), pada penderita anemia, apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah maka angka Hb kurang dari normal, dimana kadar Hb normal untuk wanita tidak hamil adalah 12,015,5 g/dl, wanita hamil 11,0-14,0 g/dl, dan pria adalah 13,0-17,0 g/dl. AGB dapat ditanggulangi dengan minum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) dan mengkonsumsi makanan tinggi sumber zat besi. Selain itu, sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa zat besi banyak terkandung dalam sayuran khususnya di bayam. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Hal ini sesuai menurut Departemen Kesehatan (2003b), tidak ada satupun dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi juga 179 terdapat didalam bahan pangan hewani dan kacang-kacangan. Akan tetapi banyak juga dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi banyak terkandung didalam susu. Berdasarkan hal ini, terlihat bahwa pengetahuan informan tentang zat besi masih kurang pada pesan keenam dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber zat besi. Dimana sebagian besar informan tidak mengetahui manfaat zat besi, akibat dari kekurangan zat besi, kadar normal Hb dalam darah, serta sumber makanan apa saja yang mengandung tinggi zat besi. Hal ini sangat disayangkan, karena dengan minimnya pengetahuan tentang zat besi, besar kemungkinan informan utama nantinya akan mengalami anemia karena tidak mengetahui makanan apa yang harus mereka konsumsi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam satu hari. Tentunya hal ini akan menghambat proses pertumbuhan dari informan. Jika seesorang telah mengetahui manfaat dan akibat serta sumber zat besi dalam makanan, diharapkan mereka dapat mengatur pola makan mereka sehari dengan baik dan seimbang sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Dengan demikian informan membutuhkan pengetahuan gizi khususnya tentang zat besi. G. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI Sesudahnya Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Sebagian besar informan utama telah mengetahui manfaat ASI bagi bayi, diantaranya berguna untuk makanan bayi / asupan gizi bayi, untuk memberikan daya tahan atau kekebalan pada bayi, untuk perkembangan tubuh bayi, serta untuk perkembangan otak bayi. Hal ini sesuai dengan Khomsan (2004), selain peranannya yang sangat penting sebagai bahan pangan dan minuman untuk bayi, maka ASI mempunyai banyak keuntungan lain, yaitu : tidak memerlukan persiapan khusus, terlindung dari kotoran dan penularan kuman-kuman 180 penyakit, mudah diisap oleh bayi, suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam keadaan sehat, mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat dalam susu buatan, terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih saying secara langsung antara ibu dan si bayi, serta ekonomis karena tidak usah menyisihkan anggaran khusus untuk membelinya. Selain itu, pemberian ASI juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 , yaitu “ Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna….”. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan tentang manfaat ASI bagi informan utama telah baik sesuai dengan pesan ketujuh dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu berikan ASI saja pada bayi sampai 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya. Oleh karena itu informan membutuhkan penyuluhan gizi tentang manfaat pemberian ASI dan tambahkan MP-ASI. Dengan pengetahuan yang baik ini, diharapkan kedepannya para siswa khususnya siswa putri, dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dengan memberikan ASI kepada bayi mereka kelak setelah dewasa dan menikah. H. Biasakan Makan Pagi Seluruh informan utama telah mengetahui bahwa makan pagi atau sarapan bermanfaat untuk memberikan energi dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu beberapa informan juga menyebutkan bahwa makan pagi dapat membuat belajar menjadi lebih berkonsentrasi serta aktivitas akan berjalan lebih optimal dan tubuh juga terasa lebih fit / bertenaga. Seluruh informan utama juga menyatakan bahwa akibat jika seseorang tidak makan / sarapan pagi, maka akan menyebabkan lemas, lapar, tak bertenaga, tidak konsentrasi, bahkan pingsan. Menurut Khomsan (2004), paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan 181 pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja/belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh. Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama kurang lebih 10 – 11 jam. Dengan berpuasa selama itu, maka kadar glukosa akan menurun, kadang-kadang sampai dibawah normal. Padahal gula darah adalah sumber energi utama bagi otak, itulah sebabnya meninggalkan sarapan pagi bisa membuat tubuh loyo. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang pentingnya membiasakan sarapan pagi telah baik sesuai dengan pesan kedelapan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu biasakan makan pagi. Dimana informan telah mengetahui apa saja manfaat dan akibat dari sarapan pagi setiap hari. Dengan membiasakan makan pagi, kadar gula darah yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas khususnya konsentrasi dalam belajar pada pagi hari dapat tercukupi sehingga aktivitas informan pada pagi hari dapat berjalan dengan optimal. I. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya 182 Sebagian besar informan utama menyatakan bahwa air berguna bagi tubuh untuk menghilangkan rasa haus, agar tidak dehidrasi, membantu mencerna makanan, untuk memperlancar peredaran darah, serta ada seorang informan yang menyatakan bahwa air dapat mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh. Sebagian besar informan utama juga menyatakan bahwa batas minimal konsumsi air minum dalam sehari adalah sebanyak delapan gelas sehari atau setara dengan dua liter air. Selain itu seluruh informan utama mengetahui bahwa jika seseorang kurang mengkonsumsi air minum dapat mengakibatkan dehidrasi, rasa haus, kurang tenaga, menghambat peredaran darah, serta menghambat pengeluaran toksik dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan fungsi air dalam tubuh yaitu melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier (2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), bahwa cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari sehingga dapat terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang konsumsi air minum sudah baik pada pesan kesembilan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. Dimana informan telah memiliki pengetahuan tentang manfaat air dalam tubuh, batas konsumsi air, serta akibat bila konsumsi air kurang dari kebutuhan ideal tubuh. Akan tetapi sayangnya dalam penelitian ini, peneliti melewatkan pertanyaan yang berhubungan dengan keamanan air minum, sehingga informasi 183 yang digali hanya manfaat dan kecukupan konsumsi air minum dalam sehari. Konsumsi air minum serta memenuhi kecukupan air yang diperlukan tubuh sangatlah penting karena dua pertiga berat badan kita terdiri dari air dimana mulai dari darah, otot, tulang maupun disetiap jaringan tubuh kita. Kebutuhan air tersebut untuk memenuhi kekurangan cairan tubuh yang terbuang dari air seni, saat buang air air besar, keringat, serta dari pernafasan yang keluar melalui uap air. J. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur Seluruh informan utama menyatakan bahwa olah raga bermanfaat untuk kesehatan, tubuh terasa lebih segar, fit, tidak mudah sakit, serta dapat menurunkan berat badan. Selain itu mereka semua juga menyatakan bahwa olah raga harus rutin dilaksanakan. Untuk frekuensi dan durasi olah raga, mereka menjawabnya dengan bervariasi. Ada informan yang mengatakan minimal seminggu sekali, seminggu dua kali, bahkan ada yang menyebutkan olah raga sebaiknya seminggu empat kali dengan durasi / lama waktu berolah raga yang beragam, ada informan yang mengatakan olah raga sebaiknya selama 15 menit ada juga yang mengatakan selama 3 jam. Dan hanya sebagian kecil yang menyatakan bahwa olah raga sebaiknya 3 kali dalam seminggu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang aktifitas fisik yang teratur telah baik sesuai dengan pesan kesepuluh dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu lakukan aktivitas fisik yang teratur. Dimana seluruh informan tahu manfaat melakukan olah raga atau aktivitas fisik secara teratur. Sedangkan untuk frekuensi dan durasi olah raga ataupun aktifitas fisik yang ideal pengetahuan mereka masih kurang. Dengan demikian, informan dan siswa lainnya masih membutuhkan pendidikan kesehatan khususnya 184 tentang frekuensi dan durasi olah raga. Aktivitas fisik berguna untuk mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap manusia. Selain itu olah raga juga harus disesuaikan usia, jenis kelamin, pekerjaan serta kondisi kesehatan masing-masing individu. Selain itu berat ringannya aktivitas fisik seperti olah raga juga harus memperhitungkan masukan gizi yang diperoleh dari makanan sehari-hari agar kebutuhannya selalu seimbang. dengan rutin berolah raga sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya resiko penyakit kronik disaat dewasa. Kemudian menurut Valimaki (1994), bahwa olahraga sebaiknya dilakukan minimal dalam seminggu 3 kali, dengan durasi minimal lebih dari 30 menit. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m. K. Hindari Minum-Minuman Beralkohol Sebagian besar informan utama menyatakan bahwa konsumsi alkohol dapat membuat kecanduan serta berakibat buruk untuk kesehatan fisik dan mental seseorang. Menurut informan, akibat yang dapat ditimbulkan diantaranya dapat merusak organ jantung, hati, ginjal, otak, paruparu, menyebabkan penyakit kanker, menghambat peredaran darah, serta menyebabkan seseorang kehilangan akalnya. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Seseorang yang 185 minum-minuman beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan mengatasi rasa hausnya dengan minum-minuman beralkohol lagi. Disamping itu minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari untuk mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang bahaya konsumsi alkohol sudah baik sesuai dengan pesan kesebelas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu hindari minum-minuman beralkohol. Dimana sebagian besar informan telah mengetahui akibat buruk dari konsumsi minum-minuman beralkohol. Ketentuan larangan untuk tidak mengkonsumsi alkohol, selain pada hukum negara juga tercantum dalam hukum agama yang menyatakan bahwa konsumsi minum minuman keras dan memabukkan itu haram. Sehingga tidak mengherankan jika informan mengetahui dampak buruk dari konsumsi alkohol. Walau bagaimana pun sekarang ini banyak generasi muda yang tidak memiliki pemahaman agama yang kuat telah terjerumus dengan mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dll. Oleh sebab itu, promosi kesehatan tentang bahaya mengkonsumsi minuman keras dan narkoba kepada remaja harus terus digerakkan baik di sekolah maupun dikeluarga dengan penyuluhan kesehatan maupun dengan peningkatan pemahaman agama baik disekolah maupun dirumah. L. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan Seluruh informan utama menyatakan hal yang beragam tentang kriteria makanan yang aman, diantaranya makanan tersebut harus bergizi, halal, steril, bersih dari debu, kotoran, tidak dihinggapi lalat, bebas dari bakteri, bebas dari zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan, seperti pengawet buatan, pewarna buatan, pemanis buatan, dll. Hal ini sesuai menurut Departemen 186 Kesehatan (2003a), bahwa makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah “halal”. Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes, 2003a). Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang konsumsi makanan yang aman bagi kesehatan sudah baik sesuai pada pesan keduabelas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Dimana seluruh informan telah memiliki pengetahuan tentang criteria makanan yang aman bagi kesehatan. Dengan mengkonsumsi makanan yang aman makan maka manfaat dari makanan dapat didapatkan seperti nilai gizi. Selain itu juga dapat terhindar dari bahaya keracunan makanan yang saat ini telah banyak terjadi. Dengan pemberian informasi kesehatan kepada 187 masyakat luar khususnya pada remaja, diharapkan derajat kesehatan mereka dapat lebih terjamin dan ditingkatkan lagi dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat. M. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas Seluruh informan utama telah mengetahui label-label apa saja yang biasanya ada dikemasan makanan, diantaranya tanggal kadaluwarsa (expaired), komposisi makanan, kandungan gizi makanan, kode halal, berat bersih dan berat kotor makanan, no registrasi dari BPOM, serta cara pembuatan makanan. Dan sebagian besar informan utama menyatakan bahwa membaca label kemasan sebelum membeli makanan sangat penting, karena dengan membaca label kemasan tersebut informan dapat mengetahui kapan tanggal kadaluwarsanya, komposisi/bahan pembuatan makanan, kandungan gizi dari makanan serta kehalalan makanan sehingga konsumen dapat mengetahui keamanan dari makanan yang dibelinya. Hal ini sesuai dengan Departemen Kesehatan (2003b) yang menyatakan bahwa semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen. Seluruh informan utama mendapatkan informasi kesehatan dari sumber yang beragam, diantaranya : TV , majalah, koran, buku, internet, orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, dsb. Mereka juga menyatakan bahwa informasi kesehatan yang mereka miliki sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka karena semua informasi tersebut dapat mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu seluruh informan utama memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, ada informan yang merasa membutuhkan informasi tentang kesehatan remaja, tentang gizi seimbang pada remaja, tentang berbagai penyakit, tentang kesehatan reproduksi, 188 tentang bahaya narkoba, rokok, bahkan ada informan yang merasa membutuhkan informasi tentang bagaimana cara menyesuaikan di lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang konsumsi makanan yang aman bagi kesehatan telah baik sesuai dengan pesan ketigabelas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu bacalah label pada makanan yang dikemas. 6.3. Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Menurut Suhardjo (1989), pola makan keluarga adalah kebisaaan makan yang dimulai di rumah, atas bimbingan dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan WM yang telah digambarkan pada bab sebelumnya, terlihat bahwa pola makan informan saat ini sangat dipengaruhi oleh pola makan dan ajaran dari keluarganya khususnya dari orang tua informan. Dan segala sesuatu yang dikonsumsi oleh informan dirumahnya sangat bergantung terhadap makanan apa yang telah disediakan oleh orang tuanya khususnya sang ibu yang setiap harinya mengurus segala kebutuhan dari keluarganya. Seperti kebiasaan sarapan informan yang sudah sejak kecil dibiasakan oleh orang tuanya dikarenakan setiap harinya telah disiapkan sarapan oleh sang ibu walaupun ternyata ada orang tua yang tidak setiap harinya sarapan. Selain itu ada informan lakilaki dengan status gizi lebih yang tidak terbiasa makan malam karena mencontoh dan disuruh oleh ibunya. Selain pola makan, kebiasaan olah raga maupun konsumsi minum-minuman keras pada informan juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga dirumah. Dari seluruh informasi yang telah didapatkan dan diuraikan pada bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan WM telah sesuai 189 dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Mulai dari kebiasaan sarapan pagi, mengkonsumsi makanan yang beragam dan mengandung berbagai zat gizi seperti makanan pokok, sayur, lauk hewani, pauk nabati, dan buah walaupun ada beberapa informan utama yang tidak menyukai jenis makanan tertentu. Selain itu sebagian besar informan juga mengkonsumsi air minum dalam jumlah yang cukup, mengkonsumsi garam beryodium, berolah raga, tidak mengkonsumsi alkohol, serta mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan. Akan tetapi untuk perilaku membaca label pada kemasan makanan pada keluarga masih kurang. Sedangkan kecukupan energi dalam satu hari, konsumsi makanan sumber KH setengah dari kebutuhan energi, konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, dan konsumsi makanan yang mengandung zat besi tidak dapat diketahui oleh peneliti karena kurang dalamnya informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk perilaku pemberian ASI terlupa untuk ditanyakan pada informan pendukung. Sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya pola makan keluarga dapat digali secara mendalam untuk mengetahui kesesuainnya dengan masing-masing pesan dalam PUGS. Untuk mengajarkan dan menerapkan pola makan yang seimbang di keluarga membutuhkan pengetahuan yang baik tentang gizi khususnya bagi para ibu, karena merekalah yang memiliki peran besar untuk mendidik dan merawat anggota keluarganya. Oleh sebab itu pendidikan gizi sangat mereka butuhkan. Terlebih saat ini banyak ibu muda yang kurang terampil dalam merawat anak-anaknya. Oleh sebab itu sebaiknya bagi calon ibu yang akan menikah dibekali dengan pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang gizi yang seimbang untuk keluarga. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, petugas kesehatan, keluarga dari calon ibu, serta calon ibunya sendiri agar mau 190 belajar untuk dapat memenuhi kecukupan gizi keluarga yang baik agar tumbuh kembang anakanak mereka dapat optimal. 6.4. Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 Perilaku gizi seimbang informan dapat diketahui melalui wawancara mendalam dan observasi pada informan yang berbeda. Berikut analisis perilaku gizi seimbang menurut 12 pesan dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) : A. Makanlah Aneka Ragam Makanan Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa seluruh perilaku makan informan telah sesuai dengan pesan kesatu dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah aneka ragam makanan. Sebagian informan wawancara mendalam telah memenuhi prinsip penganekaragaman yang ideal dalam pola makannya. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), pola makan yang ideal adalah jika setiap kali makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Kebiasaan untuk mengkonsumsi buah pada informan bervariasi, tergantung dari buah yang dibelikan oleh masing-masing ibu mereka di rumah. Dalam seminggu informan dapat mengkonsumsi buah setiap dua hingga empat kali dalam seminggu, oleh sebab itu minimal dua hari sekali mereka dapat mengkonsumsi buah pada siang dan malam hari sehingga mereka dapat melengkapi menu makanan dan nutrisinya dalam satu hari. Sedangkan tiga orang lainnya memiliki pola makan yang sesuai dengan prinsip penganekaragaman minimal. Hal ini sesuai menurut Departemen Kesehatan (2003a), bahwa keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari - hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber 191 zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Dimana untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang, setiap harinya selalu mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Akan tetapi untuk konsumsi buah setiap harinya hanya menghabiskan satu potong buah, yaitu hanya pada saat makan siang saja yang telah disediakan oleh catering pesanan ayahnya. Sedangkan dalam prinsip penganekaragaman makanan yang ideal, konsumsi buah dua porsi dalam sehari yaitu saat makan siang dan malam. Sehingga untuk memenuhi prinsip penganekaragaman yang ideal, ia hanya perlu menambah porsi buah saat makan malam atau mungkin makan paginya. Untuk informan perempuan dengan status gizi kurang, setiap harinya tidak mengkosumsi sayuran khususnya sayuran hijau. Hal ini dikarenakan ia terkadang masih dapat memakan wortel walaupun hanya sedikit. Ketidaksukaannya pada sayur dikarenakan ia tidak dapat mengunyah dengan halus sehingga sayur yang ia makan tidak bisa tertelan dan ia menjadi muntah. Menurut informan pendukung yaitu ibu informan, di keluarganya hanya informan utama yang tidak menyukai sayur. Hal ini dikarenakan saat kecil ia memiliki masalah gigi geligi “ompong” sehingga tidak dapat mengunyah makanan dengan baik, dan ibunya mengaku cukup memaksakan sang anak agar ia mau menelan sayur yang ia makan sehingga bukannya tertelan akan tetapi sebaliknya informan malah muntah karena tidak dapat mengunyahnya dengan halus. Dan hingga saat ia telah remaja seperti saat ini, informan tetap tidak menyukai sayur karena malas mengunyah dan kemungkinan besar rasa trauma akan kejadian masa kecilnya yang selalu muntah ketika makan sayur menyebabkan ia tidak mau mengkonsumsi sayur khususnya sayuran hijau yang seratnya cukup tinggi. Sehingga walaupun setiap hari ibunya membuatkan sayuran untuk keluarga, informan utama tetap tidak mau memakannya. Selain itu informan utama juga mengatakan bahwa rasa sayuran tidak enak sehingga menambah rasa tidak sukanya pada sayuran. Sebenarnya 192 hal ini dapat diatasi dengan cara memotong kecil sayuran agar memudahkan informan untuk menelannya. Ataupun untuk memenuhi serat, vitamin, dan mineral yang terdapat dalam sayuran, sebaiknya informan menambah porsi buah yang dapat ia makan dalam satu hari sebanyak empat porsi. Jika tambahan buah itu masih belum dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineralnya, ia dapat mengkonsumsi suplemen sayuran yang saat ini telah banyak tersedia. Kecukupan vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayuran ini memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk melancarkan fungsi organ-organ tubuh. Sedangkan informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi lebih yang tidak menyukai tahu tempe sehingga ia hanya mengkonsumsi protein nabati. Hal ini sesuai dengan keterangan ibu informan yang menyatakan dikeluarganya informan dan ayahnya tidak menyukai tahu tempe karena alasan tidak menyukai rasanya. Walaupun tidak menyukai tahu tempe, sebenarnya informan juga bisa mendapatkan manfaat protein nabati dari sumber makanan lain, yaitu berupa kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, dll. Untuk dua orang informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih, dengan perilaku makan yang demikian sebenarnya mereka memiliki pengetahuan yang baik khususnya tentang manfaat penganekaragaman makanan serta manfaat sayur dan protein. Selain itu setiap harinya ibu mereka menyiapkan sayur dan tahu tempe dirumahnya masing-masing karena kewluarga yang lain menyukai makanan tersebut. Dengan demikian walaupun memiliki pengetahuan yang cukup baik serta ketersediaan makanan tersebut baik dirumah maupun disekolah tetap tidak dapat membuat mereka menyukai makanan tersebut. Dan pengetahuan yang dimiliki hanya sekedar tahu dan belum berubah menjadi sikap yang positif untuk menyukai makanan tersebut sehingga perilaku mereka tetap tidak berubah. Karena untuk merubah perilaku harus didasari dari keinginan mereka sendiri. Walau pengetahuan mereka telah baik akan tetapi mereka tetap membutuhkan adanya pendidikan kesehatan berupa 193 penyuluhan gizi agar pola pikir mereka dapat terbuka khususnya tentang pentingnya manfaat mengkonsumsi sayur dan protein nabati. Dengan pemberian informasi yang terus menerus baik dari petugas kesehatan, guru, maupun teman diharapkan dapat menggerakkan hati mereka untuk mulai mencoba menyukai makanan yang tidak mereka sukai. Sedangkan untuk informan lakilaki dengan status gizi kurang dan informan lainnya yang tidak mengkonsumsi buah setiap hari, pada dasarnya pengetahuan mereka akan manfaat mengkonsumsi buah dan manfaat untuk memiliki pola makan seimbang yang cukup baik, dimana gizi seimbang yang mereka tahu adalah 4 sehat 5 sempurna. Akan tetapi ternyata pola makan buah mereka sangat tergantung pada ketersediaan buah di rumah yang telah disiapkan oleh ibu mereka masing-masing. Terlebih di kantin sekolah tidak menjual buah-buahan yang berupa rujak ataupun jus buah. Sehingga memperkecil kesempatan mereka untuk dapat mengkonsumsi buah. Dengan demikian, sebagai masukan kepada pihak sekolah khususnya kepada penjual kantin agar juga mulai menjual rujak dan jus buah. Selain sehat, jus buah juga bebas dari bahan pengawet dan pemanis buatan tidak seperti minuman sachetan yang banyak mereka jual sekarang ini. Tentunya rujak dan buah menambah variasi makanan yang dijual dan mempunyai nilai jual yang cukup menguntungkan bagi mereka. Selain di sekolah dan rumah sebenarnya mereka dapat mengkonsumsi rujak dan jus buah yang banyak dijual di jalan untuk memenuhi kecukupan serat, vitamin, dan mineral yang mereka butuhkan, akan tetapi mereka harus tetap memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan/minuman yang mereka beli. Selain informan WM, peneliti juga mengobservasi pola makan pada tiga orang informan yang berbeda. Dalam dua kali observasi, terlihat bahwa makanan jajanan dua dari tiga informan tersebut di sekolah telah cukup beraneka ragam walaupun tidak terdapat tahu tempe sebagai sumber protein nabati dan zat pembangun, serta buah sebagai zat pengatur. Akan tetapi minimal 194 dari makanan tersebut telah mewakili sumber zat tenaga, zat pengatur, dan zat pembangun yang terdapat dalam nasi, sayur, dan protein hewani. Sedangkan seorang informan dengan status gizi kurang hanya mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat dan sayur saat istirahat sekolah. Dengan demikian untuk konsumsi makanan di rumah, mereka harus melengkapi keanekaragaman makanan yang mereka makan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas makanannya. Selain itu, dari lima kantin yang ada di SMPN 107 Jakarta, semuanya menyediakan makanan yang hampir serupa khususnya makanan beratnya dimana minimal dalam satu porsi makanan minimal terdapat sumber makanan pokok, lauk dan sayur dengan menu yang berbedabeda. Selain itu kantin sekolah juga menyediakan makanan ringan dan berbagai jenis minuman, seperti susu, teh, sirop, maupun softdrink. Sebaiknya kedepan, para penjual kantin juga menyediakan buah-buahan yang dapat diolah menjadi rujak ataupun jus buah untuk membantu mencukupi kebutuhan buah para siswa pada saat ia tidak mendapatkannya dirumah. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan lain. B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi Kecukupan energi setiap orang berbeda-beda tergantung jenis kelamin dan usia. Menurut WNPG (2004), dimana idealnya kecukupan energi untuk wanita usia 10-12 tahun membutuhkan energi sekitar 2050 kkal dan untuk usia 13-15 tahun membutuhkan energi sekitar 2350 kkal, 195 sedangkan untuk laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan energi sekitar 2050 kkal dan untuk usia 13-15 tahun membutuhkan energi sekitar 2400 kkal untuk sehari semalam. Memenuhi kecukupan energi tubuh sangat penting khususnya untuk remaja seperti informan. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Departemen Kesehatan, 2003b). Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, sebagian besar informan dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Dengan demikian, terlihat bahwa sebagian besar informan belum dapat memenuhi kebutuhan karbohidratnya dalam satu hari sesuai dengan pernyataan Almatsier (2003), bahwa makanan sumber karbohidrat kompleks harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60 % dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram). Dimana hanya satu informan, yaitu wanita dengan status gizi normal yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidratnya dalam satu hari. Sedangkan konsumsi karbohidrat informan lainnya masih kurang dan bahkan melebihi dari kebutuhan mereka dalam satu hari. Untuk kebutuhan protein didapat informan dari konsumsi lauk hewani dan pauk nabati. Lauk hewani yang dikonsumsi beragam, diantaranya ayam, telur, ikan, daging, udang, kerang, dll. Dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 196 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Sedangkan pauk nabati yang dikonsumsi biasanya berupa tahu dan tempe. Dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Untuk kebutuhan protein, Almatsier (2003) menyatakan bahwa dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kebutuhan protein hewani seluruh informan melebihi dari kebutuhan ideal informan khususnya untuk informan dengan status gizi normal dan lebih. Sedangkan untuk informan dengan status gizi kurang, konsumsi lauk hewani yang mereka konsumsi walaupun melebihi anjuran yang telah ditetapkan, tetapi jumlah itu dapat menambah kebutuhan energy mereka untuk memperbaiki status gizi mereka agar menjadi ideal. Untuk kebutuhan lemak didapat dari konsumsi lemak yang terkandung dalam lauk hewani dan nabati. Selain itu juga didapat dari konsumsi minyak yang didapat dari pengolahan makanan dengan cara digoreng ataupun ditumis. Dalam satu hari, diperkirakan informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam makanannya sebanyak 66 gram (6 ½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82 gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram (10 sdm). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2003a), 197 konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan konsumsi minyak seluruh informan melebihi dari kebutuhan yang ideal. Hal ini sangat berbahaya untuk kesehatan mereka. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner (Depkes, 2003a). Secara keseluruhan, konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak seluruh informan belum sesuai dengan anjuran kebutuhan yang ideal karena dari makanan sumber energy yang mereka konsumsi telah melebihi anjuran yang seharusnya khususnya dalam konsumsi lemak yang didapat dari peyerapan minyak saat pengolahan makanan yang digoreng maupun ditumis. Selain itu ditambah kecukupan lemak yang didapat dari konsumsi lemak hewani maupun nabati khususnya untuk informan dengan status gizi normal dan lebih. Akan tetapi khusus untuk informan dengan status gizi kurang, konsumsi energi melebihi dari anjuran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki status gizi mereka yang kurang. Akan tetapi penambahan konsumsi makanan sumber energi sebaiknya didapat dari sumber karbohidrat dan protein. Karena jika didapat dari konsumsi sumber lemak khususnya minyak, dapat memberikan efek negative yang ditimbulkan dari tingginya kolesterol yang juga terkandung di dalam minyak dan dapat menimbulkan penyakit jantung koroner. Keadaan dari status gizinya yang kurang harus segera diatasi, karena jika terus menerus terjadi maka tentunya pertumbuhan dan kecerdasan mereka akan terganggu. Departemen Kesehatan (2003b), kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang 198 berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tanggi. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi. Sedangkan untuk dua orang informan dengan status gizi lebih yang sedang melakukan program diet, dan pola makan yang mereka terapkan saat ini belum sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebaiknya diet dilakukan secara bertahap dan tetap mempertahankan frekuensi makan 3 kali sehari. Selain itu sebaiknya informan memilih makanan yang rendah kalori dan tinggi serat sehingga memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Untuk lebih aman dan efektif lagi sebaiknya informan mengkonsultasikannya pada ahli gizi, minimal di tingkat puskesmas yang biayanya lebih terjangkau. Selain diet pada konsumsi makanan, sebaiknya diet yang dilakukan juga diimbangi dengan olah raga/aktivitas fisik yang cukup dan rutin untuk membantu pembakaran lemak tubuh informan. Menurut Almatsier (2003), untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas. Selain itu menurut Tapan (2005), berdasarkan anjuran WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg per minggu. Dengan demikian pada informan dengan status gizi lebih atau lebih tepatnya obesitas, sebaiknya melakukan diet yang bertahap dan tidak terlalu ekstrim Selain informan WM, pada hasil observasi terlihat bahwa informan dengan status gizi kurang dan normal mendapatkan energi dari makanan jajanan lebih banyak pada observasi I (olah raga) daripada observasi II. Dan sebaliknya informan dengan status gizi lebih mendapatkan energi lebih banyak dari makanan jajanan pada observasi II daripada observasi I (olah raga). Selain itu, juga terlihat bahwa konsumsi makanan yang dikonsumsi informan berbanding lurus 199 dengan status gizinya. Dimana konsumsi makanan jajanan paling banyak adalah informan dengan status gizi lebih atau > 2 kali lipat daripada konsumsi makanan jajanan informan yang memiliki status gizi kurang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan informan belum sesuai dengan pesan kedua dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan gizi. Hal ini dikarenakan pengetahuan informan akan kecukupan gizi yang sesuai untuk dirinya masing-masing masih kurang khususnya dalam hal porsi makan. Walaupun secara teori mereka mengetahui pola makan yang seimbang, tetapi khusus untuk pesan kedua dari pedoman tersebut belum dapat mereka aplikasikan di kehidupan mereka sehari-hari dengan tepat khususnya dalam hal frekuensi dan porsi makan mereka. Memenuhi kecukupan energi tubuh sangat penting khususnya untuk remaja seperti informan. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain (Departemen Kesehatan, 2003b). Dengan demikian, sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah dan petugas kesehatan setempat, dimana perlu untuk memberikan informasi kesehatan khususnya tentang gizi seimbang kepada para siswa, agar mereka dapat mengatasi permasalahan status gizinya secara mandiri tetapi dengan cara yang tepat. Terlebih pengetahuan dalam hal porsi dan kecukupan energi informan dalam satu hari masih sangat minim. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik itu petugas kesehatan setempat, sekolah, bahkan orang tua mereka untuk bersama-sama membantu memberikan pendidikan gizi kepada mereka melalui penyuluhan baik kepada siswa khususnya siswa yang memiliki masalah gizi serta kepada orang tua dari siswa 200 tersebut agar memperhatikan dan mengontrol pola makan anaknya baik dirumah maupun diluar rumah. Selain itu dari seluruh informan sebaiknya pihak sekolah menjadikan kegiatan penimbangan BB dan pengukuran TB secara rutin setiap bulan sebagai program UKS kepada para siswanya agar status gizi siswa dapat terus dipantau. Karena berdasarkan hasil wawancara dengan informan WM, hanya sedikit dari mereka yang rutin untuk melakukan penimbangan BB, karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki timbangan BB di rumahnya. Selain itu, kegiatan skrining kesehatan yang dilakukan setiap awal tahun dirasa belum berjalan dengan optimal. Hal ini selain karena tidak dapat menjangkau seluruh siswa, hasil penilaian status gizi tersebut juga tidak dilaporkan kepada pihak sekolah sehingga status gizi siswa tersebut tidak dapat diketahui. Padahal di SMPN 107 ini banyak siswa yang memiliki status gizi tidak normal. Penimbangan BB dan TB sebenarnya dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan bantuan dari siswa PMR/KKR. Akan tetapi untuk menumbuhkan minat dan kesadaran sendiri dari siswa untum melakukan penimbangan dari siswa sebaiknya pihak sekolah menfasilitasi setiap kelas agar memiliki timbangan sendiri di setiap kelas. Jika hal ini memberatkan maka pihak sekolah dapat memberikan pengertian kepada para siswa agar memberikan sumbangan untuk membeli sebuah timbangan yang dapat ditempatkan di kelasnya masing-masing sehingga nantinya mereka dapat leluasa untuk menimbang BB-nya sendiri. Selain itu untuk menentukan status gizi mereka, sebaiknya petugas kesehatan mengajarkan kepada Pembina UKS bagaimana caranya melakukan penilaian status gizi remaja. Dan nantinya guru Pembina UKS dapat mengajarkannya kepada masing-masing perwakilan kelas sehingga nantinya ia dapat mengajarkan kepada temantemannya yang lain. Jika hal ini berhasil dilaksanakan tentunya status gizi seluruh siswa dapat diketahui dan dapat dibuat laporannya sebagai data sekolah. Jika ternyata dari laporan tersebut 201 terdapat siswa yang memiliki status gizi tidak normal maka siswa tersebut dapat diberikan informasi kesehatan khususnya tentang masalah gizi agar mereka dapat mengatur pola makan mereka sendiri dengan cara yang tepat. Tentunya pihak dapat bekerjasama dengan petugas kesehatan di puskesmas setempat untuk melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah tersebut. C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan komponen zat gizi/nutrient terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau dalam masyarakat luas (Sayogo, 2006). Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Selain itu karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut: sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier, 2003). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan WM yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Dari hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar informan belum dapat memenuhi kebutuhan energi dari karbohidrat sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahwa konsumsi 202 karbohidrat sekitar 50 – 60 % dari total energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (Almatsier, 2003). Dimana hanya satu informan, yaitu wanita dengan status gizi normal yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidratnya dalam satu hari. Sedangkan konsumsi karbohidrat informan lainnya masih kurang dan bahkan melebihi dari kebutuhan mereka dalam satu hari khususnya pada informan dengan status gizi kurang dimana kurangnya konsumsi karbohidrat menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan karbohidrat meeka dalam satu hari. Terlebih dengan status gizi mereka yang kurang, dimana seharusnya kebutuhan asupan karbohidrat dari sumber makanan pokok ditambah untuk memperbaiki status gizi mereka agar dapat menjadi ideal. Sedangkan untuk informan dengan status gzi lebih, kurangnya asupan karbohidrat yang mereka konsumsi dapat membnatu menurunkan berat badan mereka. Akan tetapi untuk informan lakilaki diharapkan untuk tidak lagi melakukan diet dengan tidak makan malam. Sebaiknya frekuensi makan tetap dipertahankan sebanyak 3 kali dalam sehari, tetapi untuk diet yang diatur adalah porsi makannya. Selain itu, pada ketiga informan yang diobservasi didapatkan gambaran bahwa seorang informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi mie satu bungkus. Untuk informan dengan status gizi normal pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi nasi, dimana pada observasi I ia hanya menghabiskan setengah bungkus sedangkan pada observasi II ia menghabiskan satu bungkus nasi Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada dua kali observasi, informan mengkonsumsi nasi satu bungkus kecil. Dengan demikian dari jajanan yang dikonsumsi seluruh informan telah menyumbang ½ ¾ porsi makanan pokok setara porsi nasi 200 gram. Dengan jumlah konsumsi karbohidrat saat istirahat sekolah ini, masih ada kesempatan bagi informan untuk mencukupi kebutuhan karbohidratnya pada saat makan pagi, siang, dan malam. Akan tetapi peneliti tidak dapat 203 memperkirakan kecukupan energi dari sumber makanan karbohidrat saat makan pagi, siang, dan malam karena observasi yang dilakukan adalah bukan observasi aktif, sehingga perilaku makan informan dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti. Dengan demikian kecukupan energi dari karbohidrat dalam sehari tidak dapat diperkirakan jumlahnya oleh peneliti. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan sebagian informan belum sesuai dengan pesan ketiga dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Walaupun secara teori mereka mengetahui pola makan yang seimbang, tetapi khusus untuk pesan ketiga dari pedoman tersebut belum dapat mereka aplikasikan di kehidupan mereka sehari-hari dengan tepat khususnya dalam hal frekuensi dan porsi makan mereka. Dengan adanya pengaturan pola makan khususnya porsi makan makanan karbohidrat, nantinya dapat membantu informan khususnya yang memiliki status gizi kurang dan lebih dapat secara bertahap memperbaiki berat badannya menjadi ideal. Selain itu, untuk informan yang telah memiliki berat badan yang ideal dapat mempertahankan berat badannya tersebut. Dengan demikian sebagai masukan kepada pihak sekolah agar bekerja sama dengan petugas kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan gizi kepada para siswanya khususnya yang memiliki masalah status gizi kurang dan lebih agar mereka dapat menerapkan cara diet yang tepat dan aman sehingga mereka bisa memiliki berat badan yang ideal khususnya dalam porsi makanan. D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi Berdasarkan perilaku gizi yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan informan belum sesuai dengan pesan keempat dari Pesan 204 Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Hal ini terlihat dari hasil peneliti bahwa setiap harinya untuk informan wanita dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 6 ½ sdm. Informan laki-laki dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 ½ sdm. Informan wanita dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 10 sdm. Dengan demikian dapat terlihat bahwa konsumsi lemak dan minyak melebihi dari kecukupan energy yang dibutuhkan oleh informan. Untuk kebutuhan protein, Almatsier (2003) menyatakan bahwa dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100- 205 150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2003a), konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. Konsumsi lemak dan minyak yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif untuk kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Dengan demikian, konsumsi lemak dan minyak harus diatur agar dapat secara tepat memenuhi kebutuhan tubuh. Memenuhi kecukupan lemak dan minyak dalam sehari sangatlah penting. Lemak memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati. Selain pada informan WM, konsumsi lemak dan minyak juga terlihat pada informan observasi. Pada dua kali observasi terlihat bahwa dua informan dengan status gizi normal dan lebih masing-masing dari mereka mengkonsumsi satu potong kecil ayam. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi tidak 206 mengkonsumsi protein hewani maupun nabati. Selain itu konsumsi sumber lemak dari protein hewani, seluruh informan juga mendapatkan energi dari minyak yang digunakan untuk mengolah makanan baik dengan cara digoreng maupun ditumis. Dengan jumlah konsumsi energi dari lemak dan minyak saat istirahat sekolah ini masih sedikit, sehingga masih ada kesempatan bagi informan untuk mencukupi kebutuhan energi dari lemak dan minyak pada saat makan pagi, siang, dan malam. Akan tetapi peneliti tidak dapat memperkirakan kecukupan energi dari sumber makanan lemak dan minyak saat makan pagi, siang, dan malam karena perilaku makan informan dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti. Dengan demikian kecukupan energi dari lemak dan minyak dalam sehari tidak dapat diperkirakan jumlahnya oleh peneliti. Kelebihan konsumsi lemak dan minyak yang terlihat dalam pola makan informan dalam satu hari dikarenakan pengetahuan informan khususnya tentang lemak masih sangat kurang khususnya tentang porsi idealnya dalam satu hari. Terlebih dalam wawancara dengan informan pendukung, mereka tidak pernah membatasi konsumsi makan informan khususnya untuk makanan yang berlemak seperti protein hewani. Dengan demikian tidak mengherankan mereka tidak dapat mengatur pola makan khususnya porsi makan makanan yang berlemak dan berminyak termasuk makanan yang diolah dengan cara digoreng, ditumis, maupun yang disantan. Oleh sebab itu para informan membutuhkan pengetahuan gizi khususnya dalam mengatur pembagian porsi makanan sumber lemak dan minyak saat makan pagi, siang, malam, serta saat makan makanan selingan agar jumlah asupan energi dari lemak dan minyak tersebut tidak melebihi jumlah yang telah ditetapkan dalam PDGS, yaitu seperempat dari total kebutuhan energi. 207 Dengan demikian pihak sekolah sebaiknya berkoordinasi dan bekerja sama dengan petugas kesehatan setempat untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada siswa khususnya untuk pengetahuan porsi lemak dan minyak dalam satu hari yang sesuai dengan kebutuhan mereka. E. Gunakan Garam Beryodium Seluruh informan menyatakan bahwa dirumah mereka selalu menggunakan garam yang mengandung yodium. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan informan telah sesuai dengan pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu gunakan garam beryodium. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kretin (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari, dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang (Depkes, 2003b). Hal ini juga diungkapkan dalam Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas (Almatsier, 2003). 208 Seluruh informan menyatakan jumlah garam yang mereka konsumsi bervariasi, yaitu antara satu hingga tiga sendok makan. Jumlah ini melampaui anjuran Departemen Kesehatan tentang konsumsi garam. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui (Departemen Kesehatan, 2003b). Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak (Departemen Kesehatan, 1995). Akan tetapi untuk pernyataan informan tentang banyaknya jumlah garam yang mereka konsumsi adalah berdasarkan perkiraan mereka. Sehingga untuk banyaknya garam garam yang dikonsumsi tidak dapat diketahui jumlahnya secara pasti. Akan tetapi dari semua jawaban informan rata-rata mereka menjawab lebih dari 1 sdm. Selain itu, untuk kandungan yodium yang terdapat dalam garam yang mereka konsumsi harus dites dahulu menggunakan Test Kit Yodina. Tes ini harus juga dilakukan pada garam yang digunakan oleh pedagang di kantin 107 Jakarta. Karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara mereka menggunakan garam halus yang memiliki tulisan “Garam Beryodium”. Akan tetapi hal ini juga harus dites kebenarannya, dengan Tes Kid Yodina / Iodized Salt Test Reagent. Berdasarkan hasil tes, ternyata sebagian kecil garam informan utama khususnya informan laki-laki dengan status gizi kurang dan empat garam dari penjual kantin terjadi perubahan warna violet muda, sedangkan yang lainnya violet tua. Hal ini memperlihatkan bahwa garam yang mengalami perubahan warna violet muda mengandung sedikit yodium dan diperkirakan < 30 ppm. Sedangkan untuk garam yang mengalami perubahan warna violet tua, maka diperkirakan bahwa kandungan yodiumnya > 30 - 80 ppm. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa sebagian besar perilaku makan informan 209 telah sesuai dengan pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu gunakan garam beryodium. Akan tetapi tidak semua garam yang digunakan penjual kantin mengandung garam beryodium sesuai standar. Hal ini dapat diakibatkan karena penyimpanan garam yang kurang baik, seperti garam terkena sinar matahari ataupun dibiarkan terbuka dapat menyebabkan kandungan yodium pada garam berkurang karena menguap. Dengan demikian penyimpanan garam yang baik harus selalu diperhatikan. F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah (Almatsier, 2003). Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua (Departemen Kesehatan, 2003b). Berdasarkan hasil penelitian pada baba sebelumnya dapat terlihat bahwa informan wanita dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, akan tetapi ia tidak mengkonsumsi sayur. Informan laki-laki dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta 2 porsi sayur. Informan wanita dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Informan laki-laki dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Informan wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Sedangkan 210 menurut Almatsier (2003), menyatakan bahwa dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering, dan sayur sebanyak 150-200 gram atau 1 ½-2 mangkok sehari. Dengan perilaku konsumsi makanan sumber zat besi para informan tersebut, diperkirakan sudah dapat memenuhi kebutuhan zat besinya dalam satu hari. Walaupun kecukupan zat besi dari protein nabati masih kurang, akan tetapi dapat dicukupi dari konsumsi protein hewani dan sayuran hijau. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum perilaku makan informan telah sesuai dengan pesan keenam dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber zat besi. Sedangkan untuk informan yang diobservasi, terlihat bahwa kebutuhan zat besi mereka didapat dari konsumsi protein hewani, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Untuk informan lakilaki dengan status gizi kurang, pada dua kali observasi hanya mendapatkan zat besi dari 20 gram sawi hijau. Untuk informan wanita dengan status gizi normal, dari dua kali observasi mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi lebih pada observasi I ia mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam. Dan pada observasi II ia mendapatkan asupan zat besi dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam dan 30 gram buncis. Akan tetapi peneliti tidak dapat memperkirakan kecukupan zat besi dari makan pagi, siang, dan malam karena perilaku makan informan dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti. Dengan demikian kecukupan zat besi dalam sehari tidak dapat diketahui oleh peneliti. Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai 211 bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga berfungsi untuk metabolisme energi, meningkatkan kemampuan belajar, sistem kekebalan, serta pelarut obat-obatan yang tidak larut air (Almatsier, 2003). Khususnya bagi wanita, memenuhi kecukupan zat besi sangatlah penting karena setiap bulannya mereka mengalami menstruasi dan kehilangan banyak darah. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Jika kebutuhan zat besi dalam makanan, dapat diatasi dengan meminum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) sehingga kebutuhan zat besi dalam satu hari dapat tercukupi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kekurangan zat besi. Menurut Almatsier (2003), kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Selain kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan (Almatsier, 2003). Walaupun perilaku informan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya cukup baik, akan tetapi pengetahuan tentang zat besi masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari banyaknya informan yang mengira bahwa zat besi berkaitan dengan kesehatan tulang. Selain itu, informan juga harus diberikan informasi tentang gejala-gejala penyakit anemia sehingga ketika mereka merasa konsumsi makanan sumber zat besi kurang dari kecukupan dalam satu hari, disertai dengan keadaan tubuh yang lemas, letih, dan kurang berkonsentrasi maka mereka dapat memeriksakan diri ke petugas kesehatan dan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. 212 Selain itu informan juga dapat mengkonsumsi sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) sehingga kebutuhan zat besi dalam satu hari dapat tercukupi. Selain itu, hal yang lebih penting adalah mereka tidak mengetahui berapa banyak porsi konsumsi bahan makanan yang mengandung zat besi yang ideal yang seharusnya mereka konsumsi. Jangankan porsi makanan, sumber makanan yang mengandung zat besi pun mereka tidak tahu. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pengetahuan gizi khususnya yang berhubungan dengan zat besi. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antara pihak sekolah dengan petugas kesehatan setempat agar memberikan penyuluhan kesehatan kepada siswa khususnya tentang zat besi. G. Biasakan Makan Pagi Seluruh informan WM menyatakan setiap harinya terbiasa untuk selalu sarapan di rumah. Hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh informan pendukung, yaitu ibu informan bahwa setiap hari mereka membiasakan anak-anaknya untuk sarapan sebelum berangkat sekolah. Makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan berupa nasi, mie ataupun roti. Selain itu berdasarkan hasil dua kali observasi, semua informan selalu jajan pada jam istirahat sekolah, dan tidak ada satupun dari mereka yang jajan pada saat sebelum jam masuk sekolah. Sehingga peneliti memperkirakan mereka telah sarapan di rumahnya masing-masing. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan ibu E, penjual di kantin SMPN 107 Jakarta, bahwa semenjak ditetapkannya peraturan sekolah bahwa jam masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB maka tidak ada lagi siswa yang jajan pada pagi hari, sehingga para pedagangpun mulai menyiapkan dagangannya sekitar pukul 07.00-08.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 16.30 WIB. 213 Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa seluruh informan telah sesuai dengan pesan kedelapan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu biasakan makan pagi. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis daam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi (Khomsan, 2004). Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003b). Perilaku informan telah sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang pentingnya sarapan pagi bagi anak sekolah. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dan teman informan, bahwa seluruh informan memang telah terbiasa sarapan dirumah. Hal ini dikarenakan pada pagi hari informan utama membutuhkan energi untuk berfikir dan hanya bisa mereka dapatkan dari makan pagi. Dengan makan pagi mereka juga bisa lebih berkonsentrasi saat belajar disekolah. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara 214 lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003b). Terlebih dengan peraturan sekolah yang mengharuskan siswa masuk pukul 06.30 WIB yang menyebabkan siswa tidak dapat sarapan di sekolah sehingga seluruh orang tua rela bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan anak-anaknya. Dengan pengetahuan dan dukungan keluarga maka pesan kedelapan informan dapat diaplikasikan dengan baik oleh informan. H. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya Air merupakan bagian penting dari susunan tubuh kita karena dua pertiga berat badan kita terdiri dari air. Bukan saja darah mengadung air (80 %) juga otot-otot (75 %) dan tulang (33 %), air terdapat dalam setiap jaringan bagian-bagian tubuh kita. Sehari-hari tubuh kekurangan air dari air seni, sedikit dari buang air besar, dari air keringat, dan dari pernafasan berupa uap air (Khomsan, 2004). Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier (2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan 215 gelas setiap hari sehingga dapat terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal. Sebagian besar dari informan telah cukup mengkonsumsi air minum khususnya air putih, dimana rata-rata mereka mengkonsumsi delapan hingga sepuluh gelas air sehari. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi normal dan status gizi lebih yang menyatakan mereka hanya mengkonsumsi air minum sekitar satu liter air atau lima hingga tujuh gelas sehari. Pernyataan informan dikuatkan oleh informan pendukung, bahwa rata-rata mereka dapat mengkonsumsi air minum sebanyak 8 gelas sehari. Akan tetapi sebagian kecil informan pendukung menyatakan hal yang sebaliknya bahwa informan mengkonsumsi air kurang dari 8 gelas dalam sehari. Akan tetapi pernyataan informan pendukung terlihat ragu, karena ia tidak pernah benar-benar memperhatikan jumlah air yang dikonsumsi oleh informan. Air yang mereka konsumsi merupakan air galon keluaran pabrik yang telah terjamin mutu dan keamanannya. Selain itu kebutuhan air dalam tubuh juga bisa didapat dari konsumsi kuah dari sayur yang dimasak. Sedangkan untuk informan observasi, berdasarkan dua kali observasi ternyata dari ketiga informan hanya informan dengan status gizi kurang saja yang membeli air mineral saat istirahat, ditambah segelas es teh saat selesai olah raga. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi normal dan lebih membeli susu dan teh kotak saat istirahat dan sepulang sekolah. Akan tetapi untuk informan dengan status gizi normal, saat observasi II tidak membeli minuman ketika pulang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu E, salah satu penjual di kantin SMPN 107 Jakarta mengatakan bahwa seluruh penjual menggunakan air galon dengan merk “A”. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara hanya di warung ibu E yang airnya dimasak, diendapkan dan kemudian disaring dengan kassa penyaring khusus sebanyak dua kali 216 sebelum dikonsumsi oleh para siswa. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keamanan dari air tersebut. Akan tetapi sayangnya semua penjual masih menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku sebagian besar informan telah sesuai dengan pesan kesembilan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. Dimana mereka telah mengkonsumsi air minum lebih dari delapan gelas atau 2 liter dalam satu hari. Akan tetapi untuk keamanan dari air yang dikonsumsi masih belum sesuai dengan pesan dalam PDGS tersebut, khususnya untuk penggunaan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar. Sehingga dapat dipastikan kebersihan dan keamanan dari es tersebut tidak terjamin dan dapat membahayakan. Terlebih air yang digunakan adalah air mentah yang masih mengandung bibit penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan untuk seluruh penjual kantin SMPN 107 Jakarta untuk menggunakan es batu yang terbuat dari air masak agar tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan para siswa. Dengan demikian mereka membutuhkan tambahan pengetahuan khususnya dalam keamanan memilih dan mengkonsumsi air minum khususnya minuman dingin / es dengan penyuluhan gizi. Dengan adanya penyuluhan diharapkan para siswa dapat lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi air minum yang aman bagi kesehatannya. I. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru-paru dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan frekuensi 217 olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup, dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang bersangkutan. Upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Bila kegiatan seharihari kurang gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur dan cukup atau mencari kegiatan lain yang setara (Departemen Kesehatan, 2003b). Aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi aktivitas santai akan meningkatkan kesehatan, psikologi, dan berat badan yang ideal. Bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m (Departemen Kesehatan, 2003b). Sebagian besar informan menyatakan tidak melakukan olah raga ketika berada dirumah dan mereka hanya olah raga disekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan sebagian kecilnya informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih menyatakan rutin berolah raga dirumah setiap hari libur, yaitu hari sabtu ataupun minggu dengan bermain bola ataupun basket pada pagi harinya. Selain itu sebagian informan menyatakan jika berangkat sekolah selalu diantar jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan motor ataupun mobil. Sedangkan sebagian informan lainnya, menyatakan berangkat ke sekolah dengan naik angkutan umum dengan jarak antara rumah dengan akses jalan raya bervariasi, ada informan yang rumahnya berada tepat dipinggir jalan raya, tapi ada juga informan yang jarak rumahnya antara seratus hingga seratus lima puluh meter dari jalan raya sehingga ia harus berjalan kaki dahulu menuju jalan raya. Selain itu jarak antara sekolah dan jalan raya dimana angkutan umum lewat 218 berjarak sekitar seratus meter. Seluruh informan memiliki kelas yang berada di lantai dua dan tiga sehingga untuk sampai ke kelas informan harus menaiki tangga begitu juga jika ingin ke kantin maupun pulang, minimal mereka dua kali naik turun tangga dalam sehari. Terlebih, ada sebagian informan yang memiliki rumah, dimana jarak dengan jalan raya berkisar seratus hingga dua ratus meter yang biasa ditempuh dengan berjalan kaki. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, yaitu orang tua informan menyatakan bahwa mereka juga jarang bahkan tidak pernah olah raga. Hal ini dikarenakan kesibukan mereka bekerja. Sehingga pada saat hari libur yang mereka lakukan adalah beristirahat di rumah. Berdasarkan hasil observasi I, terlihat bahwa seluruh informan mengikuti pelajaran olah raga di sekolah dengan hari dan jam pelajaran yang berbeda pula. Untuk masing-masing informan saat itu melakukan olah raga yang beragam, dimana informan dengan status gizi kurang berolah raga bola voli, informan dengan status gizi normal mengambil nilai praktek sit up, dan informan dengan status gizi lebih berolah raga basket. Sebelum pelajaran biasanya guru menginstruksikan para siswanya untuk pemanasan kemudian memberikan pembekalan materi olah raga dan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan kemudian memulai olahraga dengan jenis olah raga berkelompok yang membutuhkan kerjasama dari semua pemain, seperti bola voli, basket, dan sepak bola. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum perilaku sebagian besar informan telah sesuai dengan pesan kesepuluh dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu lakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas tersebut khususnya di sekolah dan dijalan menuju sekolah. Akan tetapi untuk kebiasaan olah raga dirumah bagi sebagian besar informan masih sangat minim. Hal ini terlihat dari hasil wawancara informan dan informan utama yang sejalan. Dimana sebagian besar informan dan orang tuanya pada saat dirumah sangat jarang 219 untuk berolah raga. Hal ini harus segera diatasi dengan memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya berolah raga. Dengan demikian diharapkan informan dan siswa lainnya agar mau membiasakan diri untuk berolah raga, tidak hanya di sekolah tapi juga dirumah. Karena di sekolah tidak setiap minggu mereka berolah raga, dimana pada saat menjelang ujian dan saat libur mereka tidak mendapatkan pelajaran olah raga. Jika mereka telah membiasakan diri untuk nerolah raga, tentunya badan menjadi sehat dan bugar sehingga aktivitas fisik dapat mereka jalankan dengan optimal. Selain itu olah raga juga berguna untuk membakar lemak dan menurunkan BB bagi informan dengan status gizi lebih, sehingga dapat membantu mengoptimalkan program diet yang sedang mereka laksanakan. J. Hindari Minum-Minuman Beralkohol Seluruh informan menyatakan tidak pernah sekalipun mengkonsumsi minuman beralkohol dikarenakan semua informan beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pesan kesebelas dari PUGS, yaitu hindari minum-minuman beralkohol. Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan tidak ada yang mengkonsumsi alkohol. Terlebih seluruh informan observasi beragama Islam. Hal ini juga didukung oleh penjelasan orang tua dan teman sebaya informan. Berbagai agama melarang minuman alkohol, seperti agama Islam, Budha, Hindu, Mormon, dan Sekte tertentu (Almatsier, 2003). Seperti juga tercantum dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 91, ” Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti ”. 220 Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan telah sesuai dengan pesan kesebelas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu hindari minum-minuman beralkohol. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan (Departemen Kesehatan, 2003b). Disamping itu minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari untuk mengkonsumsi alkohol (Departemen Kesehatan, 2003b). K. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan Makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah “halal” (Depkes, 2003a). Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan 221 kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes, 2003a). Seluruh informan menyatakan selalu membeli makanan yang aman dan sehat. Seperti di tempat yang bersih, memilih makanan yang ada kemasannya agar tidak dihinggapi lalat dan debu, bebas dari pewarna dan pengawet makanan yang berbahaya seperti boraks dan formalin. Selain itu mereka juga menyatakan terbiasa membeli makanan di kantin sekolah, toko swalayan, dan menghindari jajanan yang dijual dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan keamanannya. Akan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pernyataan teman sebayanya. Bahwa ternyata informan utama terkadang juga suka membeli makanan dipinggir jalan yang mengandung bahan pewarna seperti saos-saos botolan yang harganya sangat murah seperti “cilok”. Selain itu berdasarkan hasil observasi, seluruh informan yang diobservasi hanya mengkonsumsi makanan yang dijual dikantin sekolah dan tidak membeli makanan diluar sekolah. Akan tetapi informan dengan status gizi kurang, saat mengkonsumsi mie goreng ia juga menambahkan saos botolan. Sedangkan informan lainnya tidak. Selain itu semua informan juga membeli air mineral, minuman susu ataupun teh pada saat observasi I dan II dengan campuran es balokan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu penjual kantin yaitu ibu E, menyatakan bahwa saos yang dia dan penjual lainnya gunakan adalah saos isi ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S”. Selain itu, ibu E juga mengatakan bahwa ia juga menjual saos sachet “M” dimana merek itu jauh lebih terkenal dan lebih terjamin keamanannya. Seluruh penjual menggunakan es batu balokan 222 yang biasa digunakan untuk membuat minuman dingin seperti es teh, es susu, dll. Selain itu menurut ibu E, untuk makanan “ringan” yang dijual, adalah makanan yang aman yang diketahuinya dari iklan makanan tersebut ada di televisi. Selain itu berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa makanan yang dijual adalah makanan yang telah terdaftar di BPPOM. Akan tetapi untuk wadah mie goreng/rebus, seluruh penjual menggunakan gelas plastik, karena jumlah mangkuk kaca yang dimiliki penjual hanya sedikit. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan belum sesuai dengan pesan kedua belas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Hal ini terlihat dari konsumsi kesukaan sebagian informan untuk mengkonsumsi saos isi ulang yang tidak terjamin keamanannya, karena dicurigai mengandung zat pewarna dan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu kesegaran dari bahan-bahan pembuatnya dirasa tidak terjamin kesegarannya. Hal ini terlihat dari murahnya harga saos tersebut yang sangat jauh berbeda dari saos dengan merk terkenal lainnya. Selain itu mereka juga suka mengkonsumsi minuman dingin yang menggunakan es balokan yang terbuat dari air mentah dimana kebesihan air tersebut juga tidak terjamin. Hal ini dikarenakan es balokan tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk mendinginkan ikan mentah yang dijual di pasar. Terlebih dengan penggunaan wadah dari gelas plastik pada mie goreng ataupun mie rebus yang sebenarnya diperuntukkan untuk wadah minuman sekali pakai. Hal ini sangat membahayakan karena wadah plastik tersebut termasuk dalam golongan PET (Polyethylene Terephthalate) yang bila terkena kuah panas akan mengeluarkan zat karsinogenik yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, dan lama kelamaan dapat menimbulkan kanker hati, gagal ginjal, dan penyakit berbahaya lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan bagi penjual kantin untuk tidak menyediakan makanan dalam wadah plastik atau stereoform yang berbahaya bagi 223 kesehatan para siswa. Hal ini terjadi karena minimnya kesadaran dari informan, karena walaupun mereka tahu bahwa semua hal itu berbahaya bagi kesehatan tetapi mereka tetap mengkonsumsi makanan yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Tentunya proses pemberian informasi kesehatan agar dapat membentuk perilaku yang baik pada informan tidak hanya cukup satu kali, akan tetapi harus berulang-ulang kali. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik dari pemerintah dan sekolah sebagai pembuat kebijakan, petugas kesehatan yang menjalankan program pendidikan kesehatan khususnya dalam bidang gizi, serta guru dan orang tua yang berperan sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan yang harus selalu mengingatkan dan memberikan nasihat kepada informan khususnya dan siswa lain umumnya agar mau mengaplikasikan pola makan yang seimbang. Terlebih saat ini SMPN 107 telah membentuk siswa KKR yang dapat membantu untuk memberikan informasi kesehatan kepada teman-temannya. Akan tetapi sebaiknya pihak sekolah dengan bekerja sama dengan petugas kesehatan dan BKKBN dapat memberikan pengetahuan kesehatan yang memadai kepada siswa KKR khususnya tentang pengetahuan gizi agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh teman-temannya. Selain itu pihak sekolah sebaiknya memberikan dukungan penuh kepada siswa KKR untuk dapat membantu memecahkan masalah teman-temannya yang berhubungan dengan kesehatan khususnya dalam bidang gizi. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pengertian kepada para siswa untuk dapat sepenuhnya mempercayai teman-teman yang menjadi siswa KKR dalam membantu permasalahan pribadinya, khususnya dalam bidang gizi selain kepada guru dengan jaminan kerahasiaan siswa yang memiliki masalah tidak akan tersebar kepada teman-temannya yang lain sehingga kinerja dari siswa KKR dapat berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan para siswa sering merasa malu dan takut untuk membicarakan masalahnya kepada guru dan lebih nyaman untuk membagi masalahnya kepada 224 teman sebanyanya. Selain itu pihak sekolah sebaiknya membuat peraturan yang tegas berupa larangan untuk menjual dan menggunakan saos, es batu balokan, serta gelas plastik sebagai wadah mie karena dapat membahayakan kesehatan informan. L. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas Sebagian besar informan menyatakan sebelum membeli makanan mereka selalu memeriksa label yang berada di kemasan makanan, seperti batas tanggal kadaluwarsa (expired), komposisi makanan, serta tanda halal. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak pernah memperhatikan label di kemasan makanan yang akan ia beli. Akan tetapi pada informan yang telah diobservasi, tidak satupun dari ketiga informan yang memperhatikan label pada kemasan makanan yang mereka beli, Baik pada observasi I maupun II. Membaca label makanan yang dikemas sangat berguna untuk membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen (Depkes, 2003b). Dengan membaca label di kemasan makanan tersebut diharapkan konsumen secara umum dapat lebih aman dalam memilih makanan yang mereka butuhkan. Selain itu diharapkan pula konsumen lebih teliti dan berhati-hati terhadap kandungan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, apakah benar-benar aman dan tidak membahayakan kesehatan konsumen khususnya informan serta kehalalannya terjamin. Kehalalan makanan juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168, “ Wahai manusia ! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu “. Serta surat Al Maidah ayat 88, “ Dan makanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu, sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya “. 225 Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan belum sesuai dengan pesan ketiga belas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu bacalah label pada makanan yang dikemas. Terlebih untuk informan WM yang mengatakan selalu membaca label pada kemasan makan ternyata menurut keterangan teman sebaya dan keluarga bahwa para informan utama tidak selalu memperhatikan label kemasan sebelum membeli makanan. Dan tidak jarang dari mereka yang membaca label setelah menghabiskan makanan tersebut. Oleh karena itu, kesadaran untuk membaca label kemasan makanan harus lebih ditingkatkan lagi, untuk menghindari resiko dari bahaya keracunan seperti yang banyak terjadi saat ini dimana para konsumen lalai karena mengkonsumsi makanan yang telah kadaluwarsa. BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan 1. Pengetahuan sebagian besar informan tentang gizi seimbang menurut PUGS khususnya untuk pesan no 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari PUGS cukup baik karena informan telah mengetahui berbagai macam bahan makanan dari masing-masing zat gizinya (KH, protein, dan lemak), jenis-jenis zat gizi sesuai macamnya, manfaat serta akibat dari konsumsi yang berlebih dan konsumsi yang kurang dari masing-masing zat gizi. Akan tetapi pengetahuan tentang lemak dan porsi masing-masing jenis makanan masih kurang. Terlebih seluruh informan tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengat PUGS. Sedangkan untuk pesan no 5 dan 6 dari PUGS masih sangat kurang, dimana informan hanya tahu yodium untuk mencegah penyakit gondok tetapi tidak mengetahui berapa konsumsi garam yang ideal dalam satu hari serta akibat dari konsumsi garam yang berlebih untuk kesehatan. Selain itu informan juga tidak tahu apa itu zat besi, bahkan informan juga mengira bahwa zat besi berhubungan dengan tulang. 2. Secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan WM telah sesuai dengan PUGS yang meliputi pesan 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. Akan tetapi untuk pengaplikasian pesan 13 masih kurang baik. Sedangkan untuk kesesuaian perilaku dengan pesan 2, 3, 4, dan 6 tidak dapat diketahui oleh peneliti karena 225 226 kurang dalamnya informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk pesan no. 7 terlupa peneliti tanyakan kepada informan pendukung. 3. Perilaku gizi seimbang informan dari informan WM dan observasi menurut PUGS secara umum masih kurang sesuai, khususnya untuk pesan no. 2, 3, 4, 6, 12, dan 13 dari PUGS. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dari mereka tidak mengetahui porsi yang ideal untuk setiap zat yang disesuaikan dengan kebutuhan gizinya dalam satu hari. Selain itu ada dua informan yang walaupun telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan keluarga yang selalu menyediakan makanan yang bergizi, tetapi memiliki pola makan yang kurang seimbang karena tidak menyukai sayur dan protein nabati seperti tahu tempe sejak kecil dikarenakan tidak menyukai rasa dan tidak dapat menelan makanan tersebut. Sedangkan untuk pesan no 1, 5, 8, 9, 10, dan 11 PUGS sudah cukup baik karena telah diaplikasikan oleh sebagian besar informan pada kehidupan sehari-harinya. 7.2. Saran 1. Sebaiknya perlu ditingkatkan kerjasama antara petugas kesehatan, pihak sekolah, serta orang tua dari informan untuk memberikan pendidikan gizi tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) khususnya dengan cara penyuluhan kepada siswa khususnya siswa yang memiliki masalah gizi kurang dan gizi lebih yang berisi pengetahuan tentang lemak, kegunaan yodium, zat besi serta porsi dari masing-masing zat gizi agar ia dapat memilih dan mengatur makanan yang 227 akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya dalam satu hari agar informan memiliki berat badan yang ideal. 2. Sebaiknya pihak sekolah lebih memberikan dukungan penuh kepada siswa KKR untuk dapat membantu memecahkan masalah teman-temannya yang berhubungan dengan kesehatan khususnya dalam bidang gizi dengan cara memberikan pengetahuan kesehatan khususnya tentang gizi seimbang yang memadai kepada siswa KKR untuk mendukung program gizi di sekolah serta sebaiknya pihak sekolah memberikan pengertian kepada para siswa bahwa mereka dapat mempercayai teman-temannya yang menjadi siswa KKR untuk dapat memecahkan masalah mereka baik masalah kesehatan, sosial, maupun pribadi mereka tanpa harus malu maupun takut jika masalah mereka akan diketahui oleh siswa lain. 3. Sebaiknya kegiatan penimbangan BB dan TB dilakukan rutin setiap bulannya kepada seluruh siswa untuk memantau status gizi siswa dalam rangka mendukung pelaksanaan program kerja UKS SMPN 107 Jakarta. 4. Sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan yang tegas berupa larangan untuk menjual dan menggunakan saos, es batu balokan, serta gelas plastik sebagai wadah mie karena dapat membahayakan kesehatan siswa. DAFTAR PUSTAKA Afianti, Novika. Skripsi : Perilaku Gizi Mahasiswa Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB Tentang Pesan-Pesan Pedoman Gizi Seimbang. Bogor : Fakultas Pertanian IPB. 2008. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003. Apriadji. Gizi keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya. 1986. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2004. Berg, Alan. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Rajawali. 1986. Brown, E. Judith. Nutrition. Through the Life CycleSecond Edition. USA : Thomson Wadsworth. 2005. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Umum Gizi Seimbang Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 1995. . Rencana Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 1999. . 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Panduan Untuk Petugas. Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 2003a. . Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2003b. . Riskesdas Indonesia - Tahun 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 2008. 228 229 Funke, Olumakaiye. 2008. Prevalence of Underweight: A Matter of Concern among Adolescents in Osun State, Nigeria. Diakses Tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB. http://www.pjbs.org/pjnonline/fin826.pdf Gupta, Piyush. 2002. Anemia. Diakses Tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB. http://www.indianpediatrics.net/dec2002/dec-1126-1130.htm. Husaini, Y. K. Makanan Bergizi untuk Bayi, Anak, Remaja, Dewasa, Ibu Hamil dan Usia Lanjut : Buletin Gizi No. 2 Vol. 12, hal 31-36. Jakarta. 1988. Khomsan, Ali. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 2004. Kresno, S, Hadi, E. N, Wuryaningsih, C. E & Ariawan, I. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kerjasama FKM UI – CIMU Health The British Council. 2000. Krummel, D. A. Nutrition in Women’s Health. Gaithersburg, Maryland : An Aspen Publication. 1996. Lunandi, A. G. Pendidikan Orang dewasa. Jakarta : PT. Gramedia. 1984. Martono, Sumaryadi. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Serta Karakteristik Ibu Dan Anak Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Kosambi Kabupaten Dati II Tangerang Tahun 1999. Depok : FKM UI. 1999. Mc Williams, M. Nutrition for the Growing Years. California : Plycon Press Incorporation. 1993. 230 Muhammad, Nur. Skripsi : Hubungan Antara Karakteristik Siswi dan Karakteristik Orang Tua Dengan Perilaku Siswi Tentang 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang di SMUN 26 Dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan. Depok : FKM UI. 2001. Neuman, WL. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approach. Boston : Allyn and Bacon. 2000. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. NIN. 1994. Pervasiveness of Anemia in Adolecent Girls of Low Socio Economic Group of the District of Kurukshetra. Diakses tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB. www.ispub.com/.../pervasiveness_of_anemia_in_adolescent_girls_of_low_socio_ec onomic_group_of_the_district_of_kurukshetra_ha... Padmiari, I.A.E & Hadi. 2001. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Resiko Obesitas pada Anak SD. Diakses tanggal 17 Mei 2008. Pukul 15.00 WIB. www.tempo.co.id. Raharjo, S. 2004. Era Baru Ilmu Pangan dan Gizi. Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Tanggal 01 Oktober 2006. Pukul 13.50 WIB. http://www.google.co.id. Riskesdas. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta : Litbangkes Departemen Kesehatan. 2008. Roedjito, D. Djiteng. Kajian Penelitian Gizi.Jakarta : Mediatama Sarana Perkasa. 1989. Rukmini, Ambar. 4 Februari Hari kanker Sedunia : Krisis Kanker Global Dilawan Gizi Seimbang. Diakses Tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid. 2009. Saksono, Lukman. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung : Alumni. 1986. WIB. 231 Sari, Nelly. M. Skripsi : Hubungan Antara Faktor Karakteristik, Pengetahuan, Sikap, Dan Akses Informasi Dengan Perilaku Tentang 12 Pesan Dari 13 Pesan Dasar Gizi sembang Pada Mahasiswa Ekstensi Sore FKM UI Tahun 2003. Jakarta : FKM UI. 2003. Sajogyo. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1994. Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : FK-UI. 2006. Sediaoetama, A. Djaeni. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi : Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat. 1999. Sianturi, G. Remaja : Langsing Bukan Berarti Kurang Gizi..!. Diakses Tanggal 06 Oktober 2006. Pukul 13.00 WIB. http://www.gizi.net/. 2003. Sihotang, Sabar. Empat Sehat Lima Sempurna Telah Disempurnakan. Diakses Tanggal 5 Juni 2009. Pukul 16. 12 WIB. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews. 2002. SMPN 107 Jakarta, Profil Sekolah. Jakarta : SMPN 107 Jakarta. 2009. Soekirman. Hidup sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta : Primamedia Pustaka. 2006. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto. 2004. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat Antar Universitas-IPB. 1989. Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor : Bumi Aksara. 1996. Susanto, Djoko. PUGS dan Strategi Penerimaannya di daerah dalam Prosiding Kongres Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII tanggal 8 – 10 Juli 2002. Jakarta : PERSAGI. 2002. 232 Trust for America's Health (TFAH) and the Robert Wood Johnson Foundation (RWJF). 2009. How Obesity Policies are Failing in America. Diakses tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB. http://www.rwjf.org/files/research/081908.3424.pdf Umrin, Hafizah. Skripsi : Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Individu dengan Kesesuaian 12 Butir Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa di SMAN 1 Depok Tahun 2007. Depok : FKM UI. 2007. Wargahadibrata, A. Firmansyah. Obesitas : Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta : Sagung Seto. 2009. WHO. Diet, Nutrition, and the Prevention of Chronic Disease. Geneva : WHO. 2003. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta. 2004. Wortington, Roberts dkk. Nutrition Troughout The Life Cycle. Washington : Mc Graw Hill. 2000. Yusra. Tesis : Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Pasangan Usia Subur tentang PesanPesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (Pugs) serta Implikasinya pada Pemasaran Sosial Tahun 1998. Bogor : IPB. 1998. 3 LAMPIRAN 3 ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS) PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009 Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan teman-teman untuk mengikuti wawancara / FGD / Observasi. Kesedian dan kejujuran teman-teman dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan teman-teman untuk menjadi informan dalam penelitian ini. No. Informan : (Diisi oleh peneliti) Metode penelitian : WM / FGD / Observasi A. IDENTITAS INFORMAN (SISWA) 1. Nama Lengkap : 2. Tempat / Tanggal Lahir 3. Jenis Kelamin : 1. Pria 4. Kelas : 5. Agama : 6. Alamat : 7. No. Telepon / HP : 8. Berat Badan / Tinggi Badan : 9. Nama Orang Tua : 2. Wanita : 1. Ayah : 2. Ibu : 10. Pendidikan Orang Tua : 1. Ayah : 2. Ibu : 11. Pekerjaan Orang Tua : 1. Ayah : 2. Ibu : 12. Besar Uang Jajan (1 hari) : Rp. Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan saya ucapkan terima kasih Tanda Tangan ( ) 4 PANDUAN FGD BAGI SISWA A. PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG 1. Apa yang kamu ketahui tentang gizi seimbang ? frekuensi makan berapa kali ? porsi ? 2. Apa kamu tahu gizi seimbang memiliki pedoman ? jika ya sebutkan ! 3. Apa kamu pernah mendengan PUGS ? jika ya gambarkan isinya ! 4. Apa yang kamu tahu tentang manfaat mengganti menu/jenis makanan setiap hari ? akibat klo menu tidak bervariasi ? 5. Sumber makanan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan energi kamu sehari-hari untuk beraktivitas ? 6. Setahu kamu berapa kebutuhan energy untuk seumuran kamu dalam 1 hari (dalam kkal) ? (Probing : jika tahu : tahu darimana ? bagaimana cara menghitungnya ? apakah makanan yang kamu makan telah memenuhi kebutuhan energi kamu ? jika tidak tahu : kenapa ? kenapa tidak mencari informasi ?) Bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan energi kamu dalam satu hari tercukupi/tidak ? Apa manfaat dari memenuhi kecukupan energi dalam sehari ? 7. Setahu kamu BB dan TB yang ideal untuk remaja seusia mu berapa ? menurutmu BB kamu telah ideal belum ? (Probing : ya atau tidak ? kenapa? Darimana kamu tahu ? rutin timbang BB dan TB ? dimana ? kenapa rutin/tidak ? seberapa penting melakukan penimbangan?) 8. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang karbohidrat ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan KH kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 9. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang lemak ? (Probing : sumber, jenis, kegunaan, kebutuhan dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan lemak kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, tahu dari mana ? 10. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang protein ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan protein kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi protein yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 11. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang vitamin ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan vitamin kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi vitamin yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 12. Apa yang kamu tahu tentang garam beryodium ? Kekurangan/kelebihan konsumsi garam beryodium dapat mengakibatkan penyakit apa ? Apa kamu tahu berapa batas konsumsi garam dalam sehari ? 13. Apa yang kamu tentang zat besi : kegunaan ? akibat jika kekurangan ? sumber makanan ? apa yang kamu tahu tentang anemia ? gejala anemia ? berapa Hb normal (laki-laki & perempuan) ? 14. Apa yang kamu tahu tentang ASI pada bayi ? manfaat ? tahu dari mana ? 15. Sarapan pagi : manfaat sarapan pagi ? akibat jika seseorang tidak sarapan pagi ? 16. Minum air : kegunaan air dalam tubuh ? Berapa gelas dalam sehari ? akibat jika kurang minum ? 17. Olah raga : manfaat olah raga ? OR sebaiknya dilakukan berapa kali seminggu ? durasi ? 18. Konsumsi alkohol : apa akibat jika sering minum alkohol bagi kesehatan ? 19. Apa yang dimaksud dengan makanan yang aman ? 20. Apa manfaat membaca label dalam kemasan makanan ? sebutkan contoh label makanan yang kalian ketahui ! 21. Sebutkan informasi gizi/kesehatan yang kamu ketahui ? kamu cari sendiri atau didapat dari orang lain ? dari mana saja ? jika mencari sendiri, alasannya ? Seberapa bermanfaat informasi gizi/kesehatan yang ia dapatkan ? Informasi apa yang informan rasakan sangat ia butuhkan saat ini ? mengapa ? 5 LAMPIRAN 4 PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI SISWA A. PERILAKU GIZI SEIMBANG 1. Coba ceritakan bagaimana pola makan kamu dalam satu hari ! (pagi, siang, malam, jajan). 2. (Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? makan dengan siapa ? menunya bervariasi/tdk Ætiap waktu dan tiap hari ? siapa yang menyiapkan ? bagaimana menyiapkannya ? ) 3. Karbohidrat : Jenisnya apa ? frekuensi (1 hari) ? porsinya ? sudah disiapkan/masak sendiri/beli sendiri ? 4. Protein (Daging, tahu/tempe, kacang-kacangan) : Jenisnya apa ? frekuensi dalam sehari ? porsinya ? sudah disiapkan/beli sendiri ? berapa frekuensi konsumsi makanan yang digoreng (porsi), disantan, dirumah masak pakai minyak goreng / margarine / mentega ? 5. Sayur : Jenisnya apa ? frekuensi ? porsinya ? sudah disiapkan/beli sendiri ? frekuensi makanan yang ditumis ? 6. Buah : Jenisnya apa ? frekuensi ? porsinya ? sudah disiapkan/beli sendiri ? 7. Bagaimana pola makanmu saat ada pelajaran olah raga / hari libur / mentruasi (perempuan) / hari besar (idul fitri/adha, natal, dsb) ? 8. Coba jelaskan dengan kebiasaan jajan kamu sehari-hari ! 9. Sekolah & luar sekolah: jajanan apa? alasannya memilih makanan? dimana ? dengan siapa ? yang dibeli sama/tidak dengan teman/keluarga? Frekuensi? Porsi ? tahu akibat dari jajanan yang dipilih ? bagaimana dengan hari libur ? 10. Konsumsi gula : kamu suka makanan manis ? makan coklat, pudding/agar-agar, permen, eskrim, sirop, teh, susu + gula , pop ice, juice, es buah, brownis/bolu dll) 11. Apa kamu punya pantangan terhadap jenis makanan tertentu ? (Probing : alergi, penyakit tertentu, adat/suku, agama) 12. Apa di rumah menggunakan garam beryodium ? kenapa ? suka asin gak ? berapa banyak kamu mengkonsumsi garam dalam 1 hari ? 13. Dalam sehari konsumsi air berapa banyak ? air apa saja (air putih, sirop, dll) ? air putih (masak / aqua / isi ulang) ? 14. Apa kamu suka melakukan olahraga ? jenis OR ? frekuensi ? berapa lama ? 15. Apa kamu suka minum alkohol ? kenapa ? (Probing : jika ya : merk apa ? frekuensi ? porsi ? 16. Coba ceritakan bagaimana kamu memilih makanan dari segi keamanan dan kebersihannya ? (Suka makan saos yang murahan, makanan yang ada pewarnanya, pengawet) ! Bagaimana cara memilih makanan yang aman dan bersih ? 17. Saat membeli makanan apa yang kamu perhatikan ? (harga, bahan makanan, komposisi zat gizi, tanggal kadaluwarsa, kode halal, kode produksi) ? 18. Dari pengetahuan kesehatan khususnya gizi yang kamu miliki, apa kamu mengaplikasikannya ke dalam perilaku makan kamu sehari-hari ? (ya/tidak, mengapa ? bagaimana? B. POLA MAKAN KELUARGA 1. Tolong ceritakan bagaimana pola makan keluarga kamu dalam satu hari ! (Pagi, siang, malam) (Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? dengan siapa ? menunya setiap hari diganti Ætiap waktu dan tiap hari ? siapa yang menyiapkan ? bagaimana menyiapkannya ?) 2. Apa kamu sekeluarga sering makan diluar ? (Probing : dimana ? mengapa ? makan apa ? kenapa memilih makanan itu ? frekuensi? Kapan?) 3. Apa kamu sekeluarga memiliki pantangan terhadap jenis makanan tertentu ? (Probing : alergi, penyakit tertentu, adat, agama ?) 4. Apakah kesukaan kamu terhadap jenis makanan sama dengan keluargamu ? apakah kesukaan kamu terhadap makanan karena dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga ? 6 5. Seberapa besar ketergantunganmu terhadap makanan keluarga ? C. PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG 1. Apa yang kamu ketahui tentang gizi seimbang ? frekuensi makan berapa kali ? porsi ? 2. Apa kamu tahu gizi seimbang memiliki pedoman ? jika ya sebutkan ! 3. Apa kamu pernah mendengan PUGS ? jika ya gambarkan isinya ! 4. Apa yang kamu tahu tentang manfaat mengganti menu/jenis makanan setiap hari ? akibat klo menu tidak bervariasi ? 5. Sumber makanan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan energi kamu sehari-hari untuk beraktivitas ? 6. Setahu kamu berapa kebutuhan energy untuk seumuran kamu dalam 1 hari (dalam kkal) ? (Probing : jika tahu : tahu darimana ? bagaimana cara menghitungnya ? apakah makanan yang kamu makan telah memenuhi kebutuhan energi kamu ? jika tidak tahu : kenapa ? kenapa tidak mencari informasi ?) Bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan energi kamu dalam satu hari tercukupi/tidak ? Apa manfaat dari memenuhi kecukupan energi dalam sehari ? 7. Setahu kamu BB dan TB yang ideal untuk remaja seusia mu berapa ? menurutmu BB kamu telah ideal belum ? (Probing : ya atau tidak ? kenapa? Darimana kamu tahu ? rutin timbang BB dan TB ? dimana ? kenapa rutin/tidak ? seberapa penting melakukan penimbangan?) 8. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang karbohidrat ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan KH kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 9. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang lemak ? (Probing : sumber, jenis, kegunaan, kebutuhan dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan lemak kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, tahu dari mana ? 10. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang protein ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan protein kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi protein yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 11. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang vitamin ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan vitamin kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi vitamin yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ? 12. Apa yang kamu tahu tentang garam beryodium ? Kekurangan/kelebihan konsumsi garam beryodium dapat mengakibatkan penyakit apa ? Apa kamu tahu berapa batas konsumsi garam dalam sehari ? 13. Apa yang kamu tentang zat besi : kegunaan ? akibat jika kekurangan ? sumber makanan ? apa yang kamu tahu tentang anemia ? gejala anemia ? berapa Hb normal (laki-laki & perempuan) ? 14. Apa yang kamu tahu tentang ASI pada bayi ? manfaat ? tahu dari mana ? 15. Sarapan pagi : manfaat sarapan pagi ? akibat jika seseorang tidak sarapan pagi ? 16. Minum air : kegunaan air dalam tubuh ? Berapa gelas dalam sehari ? akibat jika kurang minum ? 17. Olah raga : manfaat olah raga ? OR sebaiknya dilakukan berapa kali seminggu ? durasi ? 18. Konsumsi alkohol : apa akibat jika sering minum alkohol bagi kesehatan ? 19. Apa yang dimaksud dengan makanan yang aman ? 20. Apa manfaat membaca label dalam kemasan makanan ? sebutkan contoh label makanan yang kalian ketahui ! 21. Sebutkan informasi gizi/kesehatan yang kamu ketahui ? kamu cari sendiri atau didapat dari orang lain ? dari mana saja ? jika mencari sendiri, alasannya ? Seberapa bermanfaat informasi gizi/kesehatan yang ia dapatkan ? Informasi apa yang informan rasakan sangat ia butuhkan saat ini ? mengapa ? 7 LAMPIRAN 5 ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS) PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009 Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan teman-teman untuk mengikuti wawancara. Kesedian dan kejujuran teman-teman dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan temanteman untuk menjadi informan dalam penelitian ini. No. Informan : (Diisi oleh peneliti) Metode penelitian : Wawancara Mendalam A. IDENTITAS INFORMAN (TEMAN SEBAYA) 1. Nama Lengkap : 2. Tempat / Tanggal Lahir : 3. Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita 4. Kelas : 5. Agama : 6. Alamat : 7. No. Telepon / HP : 8. Berat Badan / Tinggi Badan : 9. Nama Orang Tua : 1. Ayah : 2. Ibu : 10. Pendidikan Orang Tua : 1. Ayah : 2. Ibu : 11. Pekerjaan Orang Tua : 1. Ayah : 2. Ibu : 12. Besar Uang Jajan (1 hari) : Rp. Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih Tanda Tangan ( ) 8 PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI TEMAN SEBAYA 1. Bagaimana pola makan temanmu sehari-hari ? 2. Apakah ia sering sarapan disekolah ? makan apa ? suka bawa bekal ? 3. coba ceritakan kebiasaan jajan temanmu ? beli dimana ? (Baik di sekolah maupun diluar sekolah) 4. Biasanya kapan temanmu jajan ? 5. Apa kamu selalu makan bersama dia saat istirahat ? (Probing : pilihan makanan sama ?) 6. Apa makanan kesukaan kalian sama ? 7. bagaimana kebiasaan jajan informan jika ada pelajaran OR / ketika belajar kelompok ? 8. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex : magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ? 9. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ? 10. Apakah informan pernah mencari informasi kesehatan ? kapan ? tentang apa ? 11. Apa dia sering olah raga ? apa jenisnya? Frekuensi (dalam seminggu) ? durasi ? 12. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ? 9 LAMPIRAN 6 ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS) PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009 Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan bapak/ibu untuk mengikuti wawancara dan FGD. Kesedian dan kejujuran bapak/ibu dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi informan dalam penelitian ini. No. Informan : (Diisi oleh peneliti) Metode penelitian : Wawancara Mendalam A. IDENTITAS INFORMAN (KELUARGA) 1. Nama Lengkap : 2. Tempat / Tanggal Lahir : 3. Jenis Kelamin 4. Alamat : 1. Pria 2. Wanita : 5. No. Telepon / HP : 6. Hubungan dengan Informan : 1. Ayah 7. Suku : 8. Pekerjaan : 9. Penghasilan (1 bulan) : Rp. 2. Ibu 3. Kakak/Adik Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan saya ucapkan terima kasih Tanda Tangan ( ) 10 PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI KELUARGA 1. Tolong ceritakan bagaimana pola makan keluarga dalam satu hari ! (Pagi, siang, malam) (Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? siapa yang menyiapkan ? dengan siapa ? menunya bervariasi/tdk Ætiap waktu dan tiap hari ? yang menentukan menu siapa ?) 2. Bagaimana pola makan informan dirumah ? apakah sama dengan pola makan keluarga ? 3. Bagaimana kebiasaan makan keluarga di luar rumah ? dimana ? frekuensi ? kapan ? 4. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex : magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ? 5. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ? 6. Siapa (anggota keluarga) yang sering memberikan informasi gizi/kesehatan kepada informan ? informasi apa ? kapan ? 7. Apakah informasi kesehatan tersebut diaplikasikan pada pola makan informan sehari-hari ? 8. Apakah informan suka olah raga ? apa? Frekuensi (berapa kali seminggu)? Durasi ? 9. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ? 11 LAMPIRAN 7 PEDOMAN OBSERVASI Nama : Kelas : Tanggal : WAKTU JENIS KEGIATAN Ket. Lokasi RIWAYAT HIDUP PENULIS Nama : Cory Auliya Fauzi Tempat tanggal lahir : Jakarta, 25 April 1987 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Pernikahan : Belum Menikah Alamat : Jl. Lontar, Lenteng Agung 002 /03 No. 12-B Jagakarsa, Jak-Sel 12610 No Telepon/HP : 021-78888043 / 021-80741545 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. TK Sari Pembangunan (1992 – 1993) 2. SDN. Lenteng Agung 03 Pagi (1993 – 1999) 3. SMPN 98 Jakarta (1999 – 2002) 4. SMAN 109 Jakarta (2002 – 2005) 5. S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unibersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005 – 2010) viii