CORY AULIYA FAUZI-FKIK

advertisement
ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG
MENURUT PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS)
PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat (SKM)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OLEH :
CORY AULIYA FAUZI
NIM : 105101003222
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG
MENURUT PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS)
PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
OLEH :
CORY AULIYA FAUZI
NIM : 105101003222
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna
Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku
Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku
Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan
Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku
Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain
Semangat untuk terus belajar dan berjuang
Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan
Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT
Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga
besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk
semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan
kemampuan diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik….
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Februari 2010
Cory Auliya Fauzi, NIM : 105101003222
Analisis Pengetahuan dan Perilaku Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2010
xix + 232 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 12 lampiran
ABSTRAK
Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi
ganda, salah satunya anemia belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia.
Berdasarkan data Riskesdas (2008), prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun)
yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada anak
perempuan. Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan
kurus pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan.
Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada tahun
2007 sebesar 12,8 %. Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada
kualitas sumber daya manusia dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda
(loss generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic)
di masa mendatang.
Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa didapatkan
gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang,
mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi
sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang
peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi
di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu proporsinya
masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan
reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi
seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107
Jakarta Tahun 2009. PUGS terdiri dari : 1. Makanlah aneka ragam makanan. 2.
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. 3. Makanlah makanan sumber
karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak
sampai seperempat dari kecukupan energi. 5. Gunakan garam beryodium. 6. Makanlah
makanan sumber zat besi. 7. Berikan Air Susu Ibu saja sampai 6 bulan dan tambahkan
Makanan Pendamping-Air Susu Ibu sesudahnya. 8. Biasakan makan pagi. 9. Minumlah
air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.
11. Hindari minum-minuman beralkohol. 12. Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan. 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tujuan khusus penelitian ini
adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, pola konsumsi keluarga, serta
ii
perilaku gizi seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107
Jakarta Tahun 2009.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
data Fokus Grup Diskusi, wawancara mendalam, dan observasi. Informan penelitian ini
terdiri dari informan utama, yaitu 12 informan Fokus Grup Diskusi, 6 informan
Wawancara Mendalam, dan 3 informan observasi dimana masing-masing informan
untuk setiap teknik berbeda. Dan informan pendukung yang terdiri dari 6 keluarga dan 6
teman sebaya dari informan utama yang diwawancara mendalam serta 1 penjual kantin.
Hasil penelitian yang diperoleh didapat gambaran bahwa pengetahuan sebagian
besar informan tentang gizi seimbang menurut PUGS khususnya untuk pesan no 1, 2, 3,
4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari PUGS cukup baik karena informan telah mengetahui
berbagai macam bahan makanan dari masing-masing zat gizinya (karbohidrat, protein,
dan lemak), jenis-jenis zat gizi sesuai macamnya, manfaat serta akibat dari konsumsi
yang berlebih dan konsumsi yang kurang dari masing-masing zat gizi. Akan tetapi
pengetahuan tentang lemak dan porsi masing-masing jenis makanan masih kurang.
Terlebih seluruh informan tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengat PUGS.
Sedangkan untuk pesan no 5 dan 6 dari PUGS masih sangat kurang, dimana informan
hanya tahu yodium untuk mencegah penyakit gondok tetapi tidak mengetahui berapa
konsumsi garam yang ideal dalam satu hari serta akibat dari konsumsi garam yang
berlebih untuk kesehatan. Selain itu informan juga tidak tahu tentang zat besi. Secara
umum sebagian besar pola makan keluarga informan Wawancara Mendalam telah sesuai
dengan PUGS yang meliputi pesan 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. Akan tetapi untuk
pengaplikasian pesan 13 masih kurang baik. Sedangkan untuk kesesuaian perilaku
dengan pesan 2, 3, 4, dan 6 tidak dapat diketahui oleh peneliti karena kurang dalamnya
informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk pesan no. 7 terlupa peneliti
tanyakan kepada informan pendukung. Perilaku gizi seimbang informan dari informan
Wawancara Mendalam dan observasi menurut PUGS secara umum masih kurang sesuai,
khususnya untuk pesan no. 2, 3, 4, 6, 12, dan 13 dari PUGS. Hal ini dikarenakan karena
sebagian besar dari mereka tidak mengetahui porsi yang ideal untuk setiap zat yang
disesuaikan dengan kebutuhan gizinya dalam satu hari. Selain itu ada dua informan yang
walaupun telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan keluarga yang selalu
menyediakan makanan yang bergizi, tetapi memiliki pola makan yang kurang seimbang
karena tidak menyukai sayur dan protein nabati seperti tahu dan tempe sejak kecil
dikarenakan tidak menyukai rasa dan tidak dapat menelan makanan tersebut. Sedangkan
untuk pesan no 1, 5, 8, 9, 10, dan 11 PUGS sudah cukup baik karena telah diaplikasikan
oleh sebagian besar informan pada kehidupan sehari-harinya.
Daftar bacaan: 45 (1984-2009)
iii
FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY PUBLIC HEALTH
MAJOR OF NUTRITION SOCIETY
Undergraduated Thesis, February 2010
Cory Auliya Fauzi, NIM: 105101003222
Knowledge and Behavior Analysis Balanced Nutrition General Nutrition
Guidelines According Balanced (PUGS) of Student SMP 107 Jakarta in 2010
xix + 232 pages, 12 tables, 2 charts, 12 appendices
ABSTRACT
In the globalization era, teenager’s experiencing double nutritional problem’s,
one of the problems is anemia that until now not yet resolved in the world and in
Indonesia. Based on Riskesdas (2008), the prevalence of school-age children (age 6 - 14
years) having a weight that categorize as fat are 9.5% of boys and 6.4% of girls. The
prevalence of school-age children (age 6 - 14 years) who have weight that categorize as
skinny in 2007 is 13.3% of male and 10.9% of female. While the prevalence of children
that have anemia in school age in Indonesia during 2007 are 12.8%. Teenagers who have
nutritional problems, will affect the quality of human resources in which may result in
losing the young generation, as well as impact on the national economy in the future.
According to early observations made on 11 students we got the picture that they
all don’t know about PUGS as guidelines for a balance nutrition, they are more familiar
with the term "4 Healthy 5 Perfect" which are no longer used as a guidelines to have a
balance nutrition. Also based on researcher internship experience, it is shown that health
educations, especially education about nutrition in schools in the area of Public Health
Service (Puskesmas) District Pasar Minggu the proportion is very small compared to
other health problems such as reproductive health and Drugs (Narcotics, Psychotropic
and Addictive Substance).
The general objective of this study is to analyze the nutrition knowledge and
behavior of Balance Nutrition according to the General Guidelines for Balanced
Nutrition (PUGS) in junior high school 107 Jakarta’s students in 2009. PUGS consist of:
1. Eat a variety of foods. 2. Eat enough food to meet energy sufficiency. 3. Eat a
carbohydrate food half of our energy sufficiency. 4. Limit your consumption of fat and
oil up to a quarter of energy sufficiency. 5. Use of iodized salt. 6. Eat the food sources of
iron. 7. Give only Mother's Milk to baby up to 6 months and add to food-Mother's Milk
Mate afterwards. 8. Having a breakfast. 9. Drink water that clean and in sufficient
amount. 10. Perform regular physical activity (sport). 11. Avoid alcohol drink. 12. Eat
food that is safe for health. 13. Read labels on packaged foods. The specific objective of
this study was to determine the level of knowledge’s, the pattern of family consumption,
as well as balanced nutrition behavior based on General Guidelines of Balanced
Nutrition (PUGS) in Junior High School 107 Jakarta’s students in 2009.
iv
This research was conducted with qualitative methods of data collection
techniques of Focus Group Discussions, interviews, and observation. Informants of this
study consisted of main informants, which is 12 informants in Focus Group Discussion,
6 informant of deep interview, and 3 informants observations where each informant
dedicated for each technique. Supporting informants that consist of 6 families, 6 peers
from main informant who were in deep interview session and 1 canteen seller.
The result of this research result indicates that most of informants knowledge
about balanced nutrition by PUGS especially for point number 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11,
12, and 13 of the PUGS is good enough because the informant knows various kinds of
food from each nutrient (carbohydrate, protein, and fat), many kinds of nutrients
according to its category, benefits and the consequences of excessive consumption and
less consumption of each nutrient. But knowledge about fat and portions of each food
type still lack. Moreover, all informants never know about PUGS. While for the point
number 5 and 6 of the PUGS is still lacking, where the informant only knew iodine to
prevent goiter but do not know what the ideal consumption of salt in a day and the
consequences of excessive salt consumption for health. In addition informants also did
not know about iron. In general, most of the family diet of depth interview informants in
accordance with PUGS which includes points 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. But for the
application of the point 13 is still not good enough. While for the appropriateness of
behavior with points 2, 3, 4, and 6 can’t be known by the researchers due to lack of
information gets from informant. And for point no. 7 researcher forget to ask supporters
informants. Balanced nutrition behavior of informant depth interview and observations
of PUGS in general didn’t expectation, especially for point no. 2, 3, 4, 6, 12, and 13 of
the PUGS. This is because as most of them do not know the ideal portions for any
substance that is needs in a day. In addition there are two informants who already have
good knowledge and its family always provides good food nutritious, but has a less
balanced diet due to didn’t like vegetables and vegetable proteins such as tofu and tempe
since its childhood hate the taste and can’t swallow these foods. While for the point
number 1, 5, 8, 9, 10, and 11 of PUGS already applied by most informants in their daily
lives.
Reading list: 45 (1984-2009)
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna
Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku
Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku
Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan
Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku
Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain
Semangat untuk terus belajar dan berjuang
Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan
Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT
Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga
besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk
semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan kemampuan
diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik….
ix
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena dengan izin dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyususnan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta
alam.
Dengan penuh kesadaran, penulis yakin masih banyak yang harus diperbaiki dalam
proses penyusunan skripsi ini. Selama proses penyusunan skripsi, banyak pihak yang
turut membantu dan memberikan petunjuk, dorongan, semangat, dan motivasi kepada
penulis. Sehingga pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. DR (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat beserta
staff dan segenap Bapak/Ibu dosen Prodi Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu
yang telah diberikan.
3. Febrianti, M.Si, selaku Penanggung Jawab Peminatan Gizi Masyarakat dan
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta tak hentihentinya memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
x
4. Bambang P. Cadrana, MKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar serta tak henti-hentinya memberikan saran dan motivasi
dalam penyusunan skripsi, Salam Takzim Pak....
5. Dra. Ida Farida, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN 107 Jakarta yang telah
memberikan izin dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Guru dan staff SMPN 107 Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan dan
dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Sriyono dan Mama Rianing terima kasih atas
semua pengorbanan, dukungan, cinta, ketulusan, doa, dan segalanya yang telah
kalian berikan. I Love You Paa, Maa...
8. Pakde Dibyo dan Bude Labibah yang telah banyak membantu dalam membiayai
kuliahku serta tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, dan motivasi padaku.
9. Almarhumah mbahku tercinta, Mbah Turni Pomo yang semasa hidupnya begitu
menyayangi, mencintaiku dan tak henti-hentinya memberikan doa, semangat,
motivasi, dan pelajaran hidup untuk selalu dan terus berjuang dan berusaha. I Love
You Mbah...
10. Adik-adikku tercinta, Nurul dan Mbeet yang telah memberikan semangat dan
motivasi. I Love You...
11. Seluruh keluarga besarku, bu de’, pa’ de,bu le’, om, mas, tante, kakak maupun adik
sepupuku. Terima kasih atas segala doa dan dukungannya.
xi
12. Sahabat dan teman seperjuangan Cumi n d’Backbone (Najwa, Cumi, Maik, Wita,
Rira, Riput) yang selama ini menjadi tempatku berbagi, baik dikala sedih maupun
senang. Sahabat yang selalu memberikan kritikan, masukan, nasehat, motivasi, serta
semangat. Thank You Guys..Love You Forever....
13. Sahabat dan teman seperjuanganku Yuni, Dilla, Ella, Ida, Ay, dan teman-teman lain
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu...chayoo guys..Semoga kebersamaan ini
akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan...
14. Teman-teman jurusan Gizi dan K3 angkatan 2005, banyak kenangan yang telah kita
lalui bersama, suka duka itu akan menjadi kenangan terindah kita baik kemarin,
sekarang, maupun esok hari.
Dengan memohon doa kepada Allah SWT penyusun berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua...Amin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 4 Februari 2010
Penyusun
xii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ..................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... vi
PENGESAHAN PANITIA SIDANG ...................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. viii
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... ix
KATA PENGANTAR................................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xix
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2
Perumusan Masalah. .......................................................................... 8
1.3
Pertanyaan Penelitian. ........................................................................ 9
1.4
Tujuan ................................................................................................ 9
1.4.1 Tujuan Umum. .......................................................................... 9
1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 9
1.5
Manfaat ............................................................................................ 10
1.5.1 Manfaat Bagi Remaja.............................................................. 10
1.5.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan .......................................... 10
1.5.3........................................................................................... M
anfaat Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............... 10
1.6
BAB II
Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 12
xiii
2.1 ..................................................................................................... R
emaja ................................................................................................ 12
2.2 ..................................................................................................... P
edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) .......................................... 13
2.1.1........................................................................................... S
ejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) .................... 13
2.1.2........................................................................................... P
edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia............. 14
2.3 ..................................................................................................... P
erilaku Gizi Seimbang...................................................................... 38
2.4 ..................................................................................................... F
aktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Gizi Seimbang ........... 40
2.5 ..................................................................................................... T
eori Perilaku Gizi Seimbang ............................................................ 48
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH.................................. 50
3.1 .................................................................................................... K
erangka Pikir................................................................................... 50
3.2 .................................................................................................... D
efinisi Istilah ................................................................................... 52
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 54
4.1
Metode Penelitian ............................................................................ 54
4.2
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 54
4.3
Informan Penelitian.......................................................................... 54
4.4
Instrumen Penelitian ........................................................................ 56
4.5
Sumber Data..................................................................................... 57
4.6
Teknik Pengumpulan Data............................................................... 57
4.7
Metode Pengumpulan Data .............................................................. 59
4.5.1 Sumber Data............................................................................ 59
4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 59
4.8
Pengolahan Data .............................................................................. 61
xiv
4.9
Pengecekan Keabsahan Data / Validitas Data ................................. 61
4.10 Analisis Data .................................................................................... 62
4.11 Penyajian Data ................................................................................. 62
BAB V
HASIL PENELITIAN ........................................................................... 63
5.1 ..................................................................................................... G
ambaran Umum SMPN 107 Jakarta ............................................... 63
5.1.1 Gambaran Kantin SMPN 107 Jakarta.................................... 64
5.2 ..................................................................................................... K
arakteristik Informan ...................................................................... 65
5.2.1 Informan Utama .................................................................... 65
5.2.2 Informan Pendukung ............................................................. 71
5.3 ..................................................................................................... H
asil Penelitian.................................................................................. 76
5.3.1 Informan Utama .................................................................. 76
5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN
107 Jakarta 2009 Tentang Gizi Seimbang
Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS).................................................................. 76
5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa
SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .......................... 101
5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa
SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .......................... 106
5.3.2 Informan Pendukung......................................................... 151
5.3.2.1............................................................................ T
eman Sebaya ........................................................ 151
5.3.2.2 Keluarga.............................................................. 158
5.3.2.3............................................................................ P
enjual Kantin SMPN 107 Jakarta ......................... 162
BAB VI
PEMBAHASAN ................................................................................... 165
xv
6.1. .................................................................................................... K
eterbatasan Penelitian ................................................................... 165
6.2. .................................................................................................... G
ambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009
tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) ........................................................................ 166
6.3. .................................................................................................... G
ambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107
Jakarta Tahun 2009....................................................................... 187
6.4. .................................................................................................... G
ambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .. 189
BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 225
7.1 .................................................................................................... K
esimpulan ...................................................................................... 225
7.2 .................................................................................................... S
aran ............................................................................................... 226
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 228
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nama Tabel
Halaman
Tabel 2.1
Sumber Energi per Gram Zat Gizi........................................................... 18
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia ................... 19
Tabel 4.1
Daftar Informan Penelitian ...................................................................... 56
Tabel 4.2
Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 59
Tabel 5.1
Karakteristik Informan Utama pada Wawancara Mendalam Siswa
SMPN 107 Jakarta Tahun 2009............................................................... 66
Tabel 5.2
Karakteristik Informan Utama pada FGD I Siswa SMPN 107 Jakarta
Tahun 2009 .............................................................................................. 67
Tabel 5.3
Karakteristik Informan Utama pada FGD II Siswa SMPN 107 Jakarta
Tahun 2009 .............................................................................................. 69
Tabel 5.4
Karakteristik Informan Utama pada Observasi Siswa SMPN 107
Jakarta Tahun 2009.................................................................................. 70
Tabel 5.5
Karakteristik Informan Pendukung Teman Sebaya dari Siswa SMPN
107 Jakarta Tahun 2009........................................................................... 72
Tabel 5.6
Karakteristik Informan Pendukung Keluarga dari Siswa SMPN 107
Jakarta Tahun 2009.................................................................................. 73
Tabel 5.7
Informan Pendukung Penjual Kantin di SMPN 107 Jakarta ................... 75
Tabel 5.8
Hasil Observasi Pada Siswa SMPN 107 Jakarta ................................... 127
xvii
DAFTAR BAGAN
Nama Bagan
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 48
Bagan 3.1 Kerangka Pikir ........................................................................................... 51
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Fakultas .................................................................... 1
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian SMPN 107 Jakarta ................................................... 2
Lampiran 3 Panduan FGD untuk Siswa........................................................................ 3
Lampiran 4 Panduan Wawancara Mendalam untuk Siswa........................................... 5
Lampiran 5 Panduan Wawancara Mendalam untuk Teman ......................................... 7
Lampiran 6 Panduan Wawancara Mendalam untuk Keluarga...................................... 9
Lampiran 7 Panduan Observasi .................................................................................. 11
Lampiran 8 Matriks FGD I ......................................................................................... 12
Lampiran 9 Matriks FGD II ........................................................................................ 17
Lampiran 10 Matriks Wawancara Mendalam untuk Siswa ........................................ 22
Lampiran 11 Matriks Wawancara Mendalam untuk Teman....................................... 40
Lampiran 12 Matriks Wawancara Mendalam untuk Keluarga ................................... 42
xix
DAFTAR SINGKATAN
FGD
: Fokus Grup Diskusi
IMT
: Indeks Massa Tubuh
NAPZA
: Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
NHANES
: National Health And Nutrition Examination Surveys
NIN
: Nine Inch Nails
PDGS
: Pesan Dasar Gizi Seimbang
PMT-AS
: Pemberian Makanan Tambahan – Anak Sekolah
PUGS
: Pedoman Umum Gizi Seimbang
RWJF
: Robert Wood Johnson Foundation
SMPN
: Sekolah Menengah Pertama Negeri
TFAH
: Trust for America's Health
WM
: Wawancara Mendalam
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Remaja merupakan penerus bangsa dalam pembangunan nasional. Sudah pada
tempatnya perlu mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatannya, agar
kelangsungan hidup dan perkembangannya baik fisik maupun mental yang dikenal
sebagai proses tumbuh kembang dapat berlangsung secara optimal. Salah satu faktor
lingkungan fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung secara
optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari (Sayogo,
2006).
Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi
ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Selain kedua masalah tersebut, kejadian anemia
juga menjadi salah satu masalah yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun di
Indonesia.
Obesitas (IMT > 30) merupakan masalah kesehatan pada anak, remaja, dan
dewasa di Amerika Serikat. Telah dilaporkan dari survey National Health And Nutrition
Examination Surveys (NHANES) bahwa prevalensi obesitas pada pria tahun 2003 –
2004 adalah 21,1 %, pada tahun 2005 – 2006 adalah 33,2 %, dan pada tahun 2005 –
2006 adalah 35,3 %. Pada anak dan remaja usia 2 – 19 tahun, prevalensi obesitas pada
tahun 2003 – 2006 adalah 16,3 % (Wargahadibrata, 2009). Menurut WHO, 1 dari 10
anak sekolah
mengalami kegemukan. Sekitar 30 juta sampai 45 juta anak yang
1
2
menderita obesitas. Diperkirakan 2 – 3 persennya berusia 5 – 17 tahun (Rukmini, 2009).
Sedangkan menurut Trust for America's Health (TFAH) dan Robert Wood Johnson
Foundation (RWJF) (2009), prevalensi obesitas di Mississipi, Amerika pada anak-anak
usia 10 – 17 tahun sebesar 44, 4 %.
Studi di Nigeria memperlihatkan bahwa prevalensi remaja yang mengalami
underweight sebesar 25,8 pada laki-laki, sedangkan pada perempuan sebesar 10,6 %
(Funke, 2008).
Selain obesitas dan underweight, anemia gizi akibat kekurangan zat besi adalah
masalah gizi yang paling lazim di dunia saat ini dan belum dapat terselesaikan. Dalam
salah satu survei Nine Inch Nails (NIN) (1994) melaporkan bahwa 70 persen dari remaja
putri di India menderita anemia. Sedangkan dalam penelitian lain di Nepal, terlihat
bahwa jumlah remaja wanita yang mengalami anemia sebanyak 68,8 % (Gupta, 2002).
Gupta (2002) juga menyebutkan bahwa beberapa studi di negara lain memperlihatkan
prevalensi anemia remaja wanita di negara maju cukup tinggi, seperti di Inggris sebesar
10,5 % ; Amerika Serikat 5,9 % ; dan Norwegia 4 %.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi anak usia sekolah (usia 6 –
14 tahun) yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada
anak perempuan. Dimana prevalensi berat badan gemuk tertinggi ditemukan di Sumatera
Selatan pada anak laki-laki sebesar 16 % dan pada anak perempuan di NAD sebanyak
12 %. Prevalensi berat badan gemuk terendah ditemukan di NTT baik pada anak lakilaki sebanyak 4,6 % dan perempuan sebanyak 3,2 % (Riskesdas, 2008).
3
Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus
pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan. Dimana
Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki
(23,1 %) maupun pada anak perempuan (19,1 %). Sedangkan prevalensi kurus terendah
di Bali, yaitu 8,3 % pada anak laki-laki dan 6,9 % pada anak perempuan (Riskesdas,
2008).
Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada
tahun 2007 sebesar 12,8 % dimana Sulawesi Tenggara menempati peringkat tertinggi
(34,7 %) dan Sulawesi Utara menempati peringkat terendah (3 %) (Riskesdas, 2008).
Khusus di Jakarta, prevalensi yang memiliki berat badan gemuk pada anak usia
sekolah (usia 6 – 14 tahun) sebesar 12 % pada anak laki-laki dan 8,4 % pada anak
perempuan. Untuk prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat
badan kurus sebesar 14,9% pada anak laki-laki dan 10,6 % pada anak perempuan.
Sedangkan kejadian anemia di Jakarta mencapai 19,7 % (Riskesdas, 2008).
Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada kualitas sumber
daya manusia (SDM) dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss
generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic) di
masa mendatang.
Masalah gizi ganda pada remaja terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah,
yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan
(Arisman, 2004). Terlebih pada masa ini remaja sedang mengalami masa pencarian jati
diri yang sesuai untuk mereka, dimana mereka mulai ”meniru” sosok orang lain yang
4
menjadi panutan untuk mereka. Begitupula dalam hal pola makan. Kemudian Sianturi
(2003) menambahkan bahwa usia remaja merupakan masa pencarian identitas, ingin
merasa diterima oleh teman sebaya, dan keinginan untuk menarik lawan jenis.
Berdasarkan hal tersebut remaja sangat menjaga penampilan dengan cara diet. Tentu
saja hal ini berpengaruh terhadap pola makan mereka. Banyak remaja yang hanya makan
sehari saja karena takut gemuk. Selain itu kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang
rendah gizi, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, kebiasaan tidak sarapan pagi, dan
malas minum air putih.
Terlebih arus globalisasi saat ini sudah tidak bisa dibendung lagi termasuk dalam
pergeseran pola konsumsi di Indonesia, dimana dapat dilihat adanya kecenderungan pola
konsumsi makanan impor terutama jenis makanan siap santap (fast food) yang
meningkat dan menurunnya kecintaan terhadap makanan tradisional. Makanan modern
memiliki daya pikat karena dikemas sedemikian rupa sehingga lebih praktis, cepat
dalam penyajian, dan mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Akan
tetapi makanan tersebut memiliki keterbatasan dalam kandungan zat gizi terlebih
tingginya kandungan lemak dan kolesterol dan jika sering dikonsumsi secara berlebihan
dan berkesinambungan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih dan kemungkinan
konsekuensi kegemukan, hipertensi, gangguan jantung koroner, dan lain sebagainya.
Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh
remaja yang disebabkan penyampaian informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak
yang tidak benar, tidak tepat, kurang lengkap bahkan menjerumuskan. Terlebih pada
golongan remaja, mereka sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai, kebutuhan
5
energi merekapun lebih besar karena aktivitas fisik mereka lebih banyak, seperti olah
raga, bermain, sekolah, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu sangat
penting bagi mereka untuk mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih
banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian
masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga,
kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Almatsier,
2003).
Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung pada saat dewasa tetapi
sudah dimulai sejak remaja (WHO, 2003). Untuk itu pengenalan gaya hidup sehat
melalui pola konsumsi dengan gizi seimbang harus dimulai sejak dini untuk mencegah
masalah gizi ganda. Dengan demikian upaya untuk mengoreksi masalah gizi ganda
tersebut sebaiknya dilakukan dengan pendekatan pemberian informasi tentang perilaku
gizi seimbang yang baik dan benar (Depkes, 2003a). Oleh sebab itu Departemen
Kesehatan RI mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13
Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS).
Menurut Susanto (2002) dalam perjalanan usianya yang ke-7 di Tahun 2002
kemarin PUGS terasa belum cukup “membumi” apalagi digunakan sebagai sarana
penyuluhan di tingkat “akar rumput”. Diungkapkan bahwa kadar ilmiah isi dan kata-kata
serta uraian yang terkandung dalam PUGS relatif tinggi sehingga masyarakat kurang
6
mengenal pesan-pesan PUGS dibandingkan dengan slogan “4 Sehat 5 Sempurna”.
Dalam penelitian Muhammad (2001) pada siswi SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet
Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa perilaku gizi responden sesuai dengan PUGS
yang memiliki kategori kurang sebesar 55,1 %. Dalam penelitian ini pengetahuan dan
sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi tentang 13 PDGS.
Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, menyimpulkan bahwa
responden yang memiliki kecukupan energi < AKG sebesar 52,1 %, responden yang
memiliki kecukupan protein > AKG sebesar 84,4 %, dan responden yang memiliki
pemenuhan energi dari lemak > 30 % sebesar 65,6 %, responden yang memiliki
pemenuhan energi dari karbohidrat cukup sebesar 60 %, dan responden yang memiliki
kecukupan Fe < AKG sebesar 87,5 %. Dalam penelitian ini jenis kelamin memiliki
hubungan bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-6 PDGS (Makanlah makanan
sumber zat besi) dan butir ke-12 PDGS ( Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan)
; pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-3
PDGS ( Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi)
dengan; teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai
butir ke-4 PDGS ( Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi) dan butir ke-12 PDGS (Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan); pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi
sesuai butir 2 PDGS (Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi).
Penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan
Fakultas Ekologi Manusia IPB, dapat disimpulkan bahwa perilaku mahasiswa kurang
7
sesuai dengan PUGS sebesar 59,3 %. Sedangkan pengetahuan dan sikap mempunyai
hubungan yang bermakna terhadap praktek mahasiswa tentang pesan-pesan PUGS.
Selain itu praktek tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh pendidikan ayah,
keikutsertaan organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, serta akses
informasi pangan dan gizi.
Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada
tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS
sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna”
yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan
hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya
penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain
seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).
Sesuai dengan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku gizi
seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107
Jakarta. Hal ini dikarenakan siswa SMP merupakan kelompok usia remaja awal yang
sudah mulai memiliki kebebasan dan kemandirian untuk membuat keputusan pribadi.
Untuk kriteria pemilihan tempat penelitian, peneliti menentukan berdasarkan
pertimbangan urutan peringkat sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional (UN)
Tahun 2007/2008. Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan bahwa sebagian
besar siswa bukan merupakan populasi yang dapat mempraktikkan isi pesan ke-7
tentang pemberian ASI eksklusif, maka peneliti tidak mengikutsertakan pesan ke-7
8
tersebut dalam penelitian. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian tentang “
Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ”.
1.2. Perumusan Masalah
Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi
ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun
di Indonesia. Terlebih lagi masalah anemia pada remaja yang hingga saat ini belum juga
dapat terselesaikan.
Hal itu terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan
antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Arisman, 2004). Pola
makan remaja saat ini cenderung tinggi lemak dan kolesterol tetapi rendah serat
sehingga menyebabkan tingginya kejadian obesitas pada remaja di Indonesia. Selain itu
saat ini banyak remaja yang mengalami kecemasan akan bentuk tubuhnya sehingga
membuat remaja sengaja tidak makan sehingga mereka mengalami kurang gizi. Selain
mengalami underweight merekapun juga mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh remaja yang disebabkan penyampaian
informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak yang tidak benar, tidak tepat, kurang
lengkap bahkan menjerumuskan.
Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada
tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS
atau 13 PDGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat
5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain
9
itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan
kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan
dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang diberikan penyuluhan
tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 tentang
gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ?
2. Bagaimana gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun
2009 ?
3. Bagaimana gambaran perilaku gizi seimbang siswa SMPN 107 Jakarta menurut
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Tahun 2009 ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang
gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
10
2. Mengetahui gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun
2009.
3. Mengetahui gambaran perilaku gizi seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Remaja
Memberikan informasi mengenai gizi seimbang melalui Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman/acuan untuk berperilaku
hidup sehat melalui konsumsi makanan yang seimbang oleh para remaja khususnya para
siswa di SMPN 107 Jakarta agar memiliki berat badan yang ideal.
1.5.2
Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar lebih mengembangkan
kegiatan promotif kesehatan di sekolah khususnya dalam bidang gizi.
1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Memberikan hasil penelitian tentang gizi seimbang pada fakultas sehingga dapat
dijadikan refensi untuk penelitian selanjutnya dengan desain dan metode yang berbeda.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan
perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa
SMPN 107 di Jakarta Tahun 2009 yang dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember
11
Tahun 2009. Faktor-faktor yang diteliti adalah pengetahuan gizi, perilaku gizi siswa, dan
pola makan keluarga. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil observasi awal
pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka
semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal
istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi
seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat
bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing
sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi
dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang
diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta dengan pendekatan
kualitatif dan teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (Indepth
Interview), FGD (Fokus Grup Diskusi), dan observasi sebagai data primer, sedangkan
data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data profil sekolah serta data siswa.
Informan dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta sebagai informan utama
dan teman sebaya serta keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta yang menjadi informan
utama wawancara mendalam. Selain itu terdapat pula pedagang kantin SMPN 107
Jakarta yang dijadikan sebagai informan pendukung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah (Depkes,
2003b). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004) remaja adalah individu baik pria atau
wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa.
Perkembangan remaja menuju dewasa melalui tiga tahapan yaitu masa remaja
awal/dini (early adolescence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle
adolescence) usia 14-16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence) usia 17-20
tahun. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahapan mempunyai ciri tersendiri tapi tidak mempunyai batas yang
jelas karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan (Soetjiningsih,
2004). Sedangkan Zamel dan Levin dalam Krummel (1996), membagi usia remaja
dalam tiga tahapan, yaitu awal masa remaja usia 12-14 tahun, pertengahan remaja usia
15-17 tahun, dan akhir masa remaja usia 18-21 tahun.
Menurut Krummel (1996), masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan
proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan
berkelanjutan.
Selama masa adolescence, terjadi perubahan-perubahan tubuh secara fisik yang
diakibatkan pengaruh hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan
bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin
lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan tercepat pada masa
12
13
adolesense ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs / pacu
tumbuh disebut masa puncak / peak (Sayogo, 2006). Perubahan biologi, sosial, psikologi
dan kognitif yang terjadi selama remaja dapat berdampak terhadap status gizi.
Pertumbuhan fisik yang cepat mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi.
Nutrisi yang baik selama remaja tidak hanya untuk pertumbuhan dan kesehatan yang
optimal tetapi juga untuk pencegahan penyakit kronik (Krummel, 1996).
2.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
2.2.1
Sejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Pedoman menu seimbang telah dikembangkan sejak tahun 1950. penciptanya
adalah Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo yang telah mengakar di kalangan
masyarakat luas dengan slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" (Almatsier, 2003).
Slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" berisikan lima kelompok, yaitu: makanan pokok,
lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu. Dalam perjalanannya yang begitu
sangat panjang, slogan dan logo tersebut banyak dikaji dan disoroti oleh para pemerhati.
Sesuai dengan salah satu hasil rekomendasi Kongres Gizi Internasional di Roma tahun
1992 (delegasi Indonesia ikut serta) yang menganjurkan setiap negara menyusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS), Indonesia melalui Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Departemen Kesehatan (Depkes), meresponsnya.
Pada tahun 1993 pemerintah Indonesia menyiapkan rencana pembangunan lima
tahun VI atau Repelita VI (1994-1998). Oleh suatu tim pakar disiapkan suatu konsep
pedoman gizi seimbang yang akan menjadi bagian dari kebijakan bidang pangan dan
gizi. Sebagai tindak lanjut maka dibentuklah kelompok kerja lintas sektor guna
14
menyusun PUGS yang dimotori oleh Soekirman dan mendapat bantuan secara akademik
dari Latham, seorang konsultan dari Universitas Cornell di Amerika Serikat. PUGS
berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yang diharapkan menjadi sarana,
pedoman, atau acuan bagi provider dalam pendidikan gizi masyarakat dan sebagai
sumber informasi bagi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi
pangan seimbang. Kelahiran PUGS pada dasarnya merupakan suatu proses dinamisasi
dan penjabaran secara operasional dari slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang berakar kuat di
Indonesia (Susanto, 2002 dalam Sari, 2003).
2.2.2
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berisikan 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS), yaitu (Depkes, 2003b) :
1. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi,
yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.
Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi
usia 0 – 6 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu Ibu (ASI) saja (Depkes,
2003a).
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi
yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya yang disebut triguna makanan
yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan
sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu,
15
roti dan mie. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan,
ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber
zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung
berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ-organ tubuh (Depkes, 2003a).
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi,
minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan
sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah
penerapan prinsip penganekaraman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali
makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan
(makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan makanan yang seimbang dan serat
yang cukup (25 – 35 gram/hari) dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan
terjadinya penyakit degeneratif seperti misalnya, jantung koroner, darah tinggi, diabetes
melitus, dan sebagainya (Depkes, 2003a). Menurut Almatsier (2003), kekurangan
konsumsi serat dapat menimbulkan konstipasi, apendisitis, divertikulitis, hemoroid,
diabetes mellitus, kanker kolon, penyakit jantung koroner, dan batu ginjal serta berbagai
penyakit ganstrointestinal lainnya. Konsumsi yang berlebih dari serat, khususnya pada
gum dan dedak serealia dapat memperlambat pengosongan lambung, yang menimbulkan
rasa kenyang lebih besar dan keterlambatan penyampaian zat-zat gizi ke usus halus.
16
Serat juga dapat memperlambat absorbsi zat gizi dengan berat molekul rendah seperti
gula, terutama di bagian bawah usus halus dimana viskositas meninkat karena absorbsi
air dari usus. Menurut Almatsier (2003), tiap hari dianjurkan sayuran yang dikonsumsi
terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran yang berwarna
jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah sebanyak
150-200 gram atau 1 ½-2 mangkok sehari. Sedangkan untuk buah, dianjurkan dalam
sehari sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong.
Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi
oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam
makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu
yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari dari makanan lain (Depkes, 2003a).
2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar
dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga,
berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi
dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Depkes, 2003a).
Setiap harinya tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi
sesuai dengan kebutuhan badan. Energi dibutuhkan remaja untuk aktivitas fisik, angka
metabolisme basal, dan untuk mendukung tumbuh dan kembang selama masa pubertas.
Angka metabolisme basal berhubungan dengan jumlah lean body mass pada remaja.
Kebutuhan energi remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja wanita karena untuk
17
peningkatan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan lean body mass (Brown, 2005).
Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber
energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan
beraktivitas. Jika konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan
maka akan terjadi kekurangan energi, maka cadangan energi di dalam tubuh yang berada
dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Tubuh
akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat
badan seharusnya (ideal). Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat
menurunkan daya pikir, prestasi belajar, dan kreativitas bagi anak sekolah. Sedangkan
bila konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan
terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh.
Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh
kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga bisa
karena kurang gerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh,
merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier,
2003). Pada umumnya dalam makanan sehari-hari, dianjurkan proporsi karbohidrat
terhadap total energi sebesar 50 – 60 %, protein 10 – 15 %, dan lemak 20 – 25 %.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut makronutrient. Beberapa sumber energi yang
terdapat dalam makanan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :
18
Tabel 2.1
Sumber Energi per Gram Zat Gizi
Zar Gizi
Karbohidrat
Protein
Lemak
Alkohol
Availabilitas biologi energi
Kal
Joule
4
16,7
4
16,7
9
37,7
7
29,3
Sumber : Sayogo, 2006
Kelebihan atau kekurangan karbohidrat, lemak dan protein berakibat buruk pada
kondisi kesehatan. Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan
glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang
peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh
energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf.
Karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan
membantu pengeluaran feses. Bila konsumsi KH kurang dari kecukupan yang
seharusnya, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Selain itu juga akan
menyebabkan konstipasi karena kurangnya karbohidrat, khususnya serat. Sedangkan
seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi
gemuk karena sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai
cadangan energi didalam jaringan lemak (Almatsier, 2003). Selain itu jika energi yang
diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 %, maka kebutuhan
protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi (Depkes, 2003b).
19
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau
sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan
menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak.
Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 2003a).
Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan
penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang
berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa
akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia
mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang
tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003b).
Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang
normal. Pada orang dewasa, cara yang digunakan untuk memantau berat badan
menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) sedangkan Kartu Menuju Sehat (KMS)
digunakan untuk bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. Kegiatan
penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan rutin sebulan sekali (Depkes, 2003b).
Berikut adalah tabel angka kecukupan gizi yang diperlukan oleh remaja untuk
memenuhi kebutuhan gizi mereka sesuai usianya.
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia
Gol Usia
Remaja
BB
(Kg)
TB
(Cm)
Energi
(Kkal)
Protein
(Gr)
Fe
(Mg)
Vit A
(RE)
Vit E
(Mg)
Vit C
(Mg)
13
19
15
600
600
600
11
15
15
50
75
90
LAKI-LAKI
10 – 12
13 – 15
16 – 18
35
46
55
138
150
160
2050
2400
2600
50
60
65
20
Gol Usia
Remaja
BB
(Kg)
TB
(Cm)
Energi
(Kkal)
Protein
(Gr)
Fe
(Mg)
Vit A
(RE)
Vit E
(Mg)
Vit C
(Mg)
20
26
26
600
600
600
11
15
15
50
65
75
WANITA
10 – 12
13 – 15
16 – 18
37
145
2050
50
48
153
2350
57
50
154
2200
50
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004
3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga
merupakan komponen zat gizi/nutrient terbanyak dalam makanan sehari-hari dan
terjangkau dalam masyarakat luas (Sayogo, 2006). Karbohidrat terdiri dari karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Yang termasuk karbohidrat sederhana, yaitu
monosakarida, disakarida, gula alkohol, dan oligosakarida. Sedangkan karbohidrat
kompleks terdiri dari polisakarida dan serat (Almatsier, 2003). Proses pencernaan dan
penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada
karbohidrat sederhana, sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks orang
tidak segera merasa lapar (Sayogo, 2006).
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacangkacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepungtepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak
mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacangkacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan.
Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu sedikit sekali
mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan
pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu. Makanan
21
sumber karbohidrat kompleks harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60 % dari
kebutuhan energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram). Dengan
demikian kekurangan zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat gizi yang lain
dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur (Almatsier, 2003). Apabila
energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 %
kebutuhan energi, maka kebutuhan protein, vitamin, dan mineral akan sulit dipenuhi.
Adapun anjuran konsumsi makanan pokok sumber karbohidrat kompleks di Indonesia
adalah 3-8 porsi per hari sesuai dengan porsi dalam daftar penukar bahan makanan
(Depkes, 1995).
Konsumsi gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain.
Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain.
Selain itu konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang
yang berlebihan pula dan akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh. Konsumsi gula
sebaiknya dibatasi sampai 5 % dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 - 4 sendok
makan setiap harinya (Depkes, 1995).
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi selsel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral
dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari
karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Selain itu
karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut: sumber energi, pemberi rasa manis pada
makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran
feses (Almatsier, 2003).
22
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh
berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana. Sehingga jika seseorang
mengkonsumsi karbohidrat kompleks, maka tidak cepat merasa lapar. Sedangkan gula
atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap tubuh sebagai energi, sehingga cepat
menimbulkan rasa lapar. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi
energi yang berlebihan dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini
berlangsung terus-menerus maka dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 1995).
4. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan
Energi
Tubuh manusia membutuhkan lemak dan asam lemak esensial untuk tumbuh dan
berkembang. Yang termasuk asam lemak essensial adalah asal lemak omega 3 (asam
linolenat) dan asam omega 6 (asam linoleat). Asam amino essensial yang terdapat dalam
protein maupun asam lemak essensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia,
sehingga harus didapatkan dari makanan sehari-hari (Sayogo, 2006).
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K,
serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak
terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang
paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang
mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna.
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal
umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam
lemak jenuh umumnya berasal dari hewani (Depkes, 1995).
23
Dietary References Intake’s (DRI’s) merekomendasikan bahwa anak-anak dan
remaja mengkonsumsi sedikit lemak jenuh dan lemak trans. Sumber utama lemak dan
lemak jenuh pada remaja adalah susu, daging, keju, margarin, kue, donat, dan es krim.
NCEP juga merekomendasikan konsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Sumber
kolesterol pada remaja adalah telur, susu, daging, ayam, dan keju (Brown, 2005).
Protein memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : pertumbuhan dan
pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,
memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan
sumber energi. Menurut Brown (2005) dalam Umrin (2007) kebutuhan protein pada
remaja dipengaruhi dengan jumlah protein yang diperlukan untuk memelihara jaringan
tubuh yang ada. Juga untuk tambahan lean body mass selama remaja mengalami growth
spurt. Kebutuhan protein berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Jika asupan protein tidak mencukupi maka pertumbuhan linear akan berkurang,
penundaan kematangan seksual, dan mengurangi akumulasi pada lean body mass. Selain
itu kelebihan protein juga tidak menguntungkan tubuh. Makanan tinggi protein biasanya
tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier, 2003).
Lemak memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi,
sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein,
memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa
pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak
dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan terganggu. Selain itu,
kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan.
Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada bayi
24
dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati.
Sedangkan konsumsi lemak yang berlebih dapat menyebabkan obesitas.
Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari
kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau
dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. Adapun komposisi
konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan yang mengandung sumber
lemak nabati, dan 1 bagian mengandung sumber lemak hewani. Penggunaan sumber
lemak nabati dianjurkan lebih banyak daripada sumber lemak hewani, karena sumber
lemak nabati lebih mudah dicerna oleh tubuh. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan
minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya,
kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang
berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung
koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi resiko menderita penyakit
jantung koroner karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3 yang berperan
dalam mencegah terjadinya penyumbatan lemak di dinding pembuluh darah (Depkes,
2003a). Sedangkan menurut Almatsier (2003), dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk
hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk
nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering.
5. Gunakan Garam Beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium
iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan
penyakit gondok dan kretinism (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari,
25
dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Maka bagi anak sekolah yang
menderita GAKY memerlukan waktu yang relative lama dalam menyelesaikan sekolah.
Bahkan bagi yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu
menyerap pelajaran pendidikan tingkat dasar (Depkes, 2003a). Hal ini juga diungkapkan
dalam Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban,
kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental
yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang
anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20.
Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah.
Menurut Departemen Kesehatan (2003a), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan
garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi
juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium.
Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan
sesak napas (Almatsier, 2003).
Dalam sehari, remaja laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan 120 µg, dan usia
13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Sedangkan remaja wanita usia 10-12 tahun
membutuhkan 120 µg, dan usia 13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Mengingat dalam
garam beryodium juga terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun
harus dibatasi. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang
per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan
mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium
26
dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui (Depkes,
2003b). Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya
pembuluh darah otak (Depkes, 1995).
Cara untuk menilai mutu garam beryodium adalah dengan menggunakan Test
Kit Yodina atau dengan air perasan singkong parut. Untuk menjaga kadar yodium dalam
garam, sebaiknya garam beryodium disimpan di dalam tempat kering dan terhindar dari
panas dan sinar matahari (Depkes, 2003b).
6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah
merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu :
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut
electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga berfungsi untuk metabolisme energi,
meningkatkan kemampuan belajar, sistem kekebalan, serta pelarut obat-obatan yang
tidak larut air (Almatsier, 2003).
Menurut Brown (2005), kebutuhan zat besi meningkat pada masa remaja karena
mengalami pertumbuhan linear yang cepat, peningkatan volume darah, dan menarche.
Rekomendasi ini berdasarkan pada jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk persediaan
zat besi. Zat besi yang tinggi dibutuhkan remaja laki-laki pada masa growth spurt dan
setelah menarche pada remaja wanita.
27
Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah
dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan
kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang
kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia
gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan limiting faktor untuk
pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat
besi (Sihotang, 2002).
Kehilangan zat besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang
seimbang atau gangguan absorbsi besi. Di samping itu kekurangan besi dapat terjadi
karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang
mengganggu absorbsi, seperti penyakit gastro intestinal. Kekurangan zat besi pada
umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan,
menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan
tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu
tubuh menurun. Selain kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan
konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah,
diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan (Almatsier, 2003).
Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah maka angka Hb kurang
dari normal, dimana kadar Hb normal untuk wanita tidak hamil adalah 12,0-15,5 g/dl,
wanita hamil 11,0-14,0 g/dl, dan pria adalah 13,0-17,0 g/dl. AGB dapat ditanggulangi
28
dengan minum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) dan mengkonsumsi
makanan tinggi sumber zat besi (Depkes, 2003b).
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta
sayuran berwarna hijau tua. Tingkat penyerapan zat besi yang berasal dari sumber nabati
sangat rendah yaitu sekitar 1-2 %, sedangkan untuk makanan yang berasal dari hewani
tingkat penyerapan zat besi sekitar 10-20 %. Kehadiran protein hewani seperti daging,
ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat
meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi
makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan
sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A. maka diharapkan dengan
besarnya variasi konsumsi makanan dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi
dalam tubuh (Depkes, 2003b).
7. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI
Sesudahnya
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Pada usia 0-6 bulan, bayi
hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Tidak ada makanan lain yang dapat menggantikan
ASI, karena gizi, aspek kekebalan, aspek kejiwaan yaitu jalinan kasih sayang yang
penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mendapatkan manfaat
yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin
setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling
kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Depkes, 2003b). Pemberian ASI juga
tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 , yaitu “ Dan ibu-ibu hendaklah
29
menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara
sempurna….”.
ASI diciptakan sempurna susunan zat dan mutunya untuk pertumbuhan sebaikbaiknya bagi bayi lahir baik fisik maupun psikisnya. Kandungan ASI sebagian besar air
kemudian 1,3 % protein, 4,5 % lemak, 7 % zat gula susu dan aneka ragam garamgaraman berupa zat kapur, zar besi dan zat pelindung yang mudah dicerna oleh bayi.
Selain peranannya yang sangat penting sebagai bahan pangan dan minuman untuk bayi,
maka ASI mempunyai banyak keuntungan lain, yaitu : tidak memerlukan persiapan
khusus, terlindung dari kotoran dan penularan kuman-kuman penyakit, mudah diisap
oleh bayi, suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam keadaan sehat,
mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat dalam susu buatan,
terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih sayang secara langsung
antara ibu dan si bayi, serta ekonomis karena tidak usah menyisihkan anggaran khusus
untuk membelinya (Khomsan, 2004).
Kolostrom, yakni ASI yang keluar pertama kali agar diberikan kepada bayi.
Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna
kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun
produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi.
Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi tidak rewel dan
tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Hindari pemberian air gula, air
tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi). Setelah bayi berusia 6
bulan, maka bayi mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang berbentuk
makanan lumat (Depkes, 2003b).
30
Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak,
maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya, baik
jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus setiap ibu perlu
memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui (Depkes,
1995).
8. Biasakan Makan Pagi
Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari. Ini
berarti makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan. Seringkali orang
mengabaikan sarapan karena diburu oleh waktu yang sempit. Secara kuantitas dan
kualitas rasanya sulit untuk memenuhi gizi apabila hanya makan 1 atau 2 kali sehari.
Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam
jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari
termasuk sarapan pagi. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum
melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil
dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap
digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang
terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja/belajar bisa lebih baik sehingga
berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi
akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh
seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk
berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan
menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan
31
kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan
membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh. (Khomsan, 2004).
Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan
berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar
keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini
menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi
belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun
akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur (Depkes, 2003b).
Perilaku sarapan hendaknya diperhatikan dengan baik. Makan secara terburuburu jangan dibiasakan. Kita seharusnya seharusnya menikmati makanan yang tersaji
dengan mengunyah secara cukup yang berarti tidak terburu-buru. Pencernaan mekanis
yang terjadi di mulut akan sangat membantu memudahkan tahapan pencernaan
selanjutnya baik ketika makanan mencapai lambung maupun ketika sampai di usus halus
sehingga pencernaan berjalan optimal (Khomsan, 2004).
9. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Air merupakan bagian penting dari susunan tubuh kita karena dua pertiga berat
badan kita terdiri dari air. Jika lebih mudah menggambarkan bahwa tubuh terdiri sel-sel
dan tiap sel dibangun dari protein, agak lebih sulit untuk menggambarkan bahwa isi tiap
sel tiga perempatnya berupa air. Bukan saja darah mengadung air (80 %) juga otot-otot
(75 %) dan tulang (33 %), air terdapat dalam setiap jaringan bagian-bagian tubuh kita.
32
Sehari-hari tubuh kekurangan air dari air seni, sedikit dari buang air besar, dari air
keringat, dan dari pernafasan berupa uap air (Khomsan, 2004).
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk
mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Mengkonsumsi cairan
yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare
dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air.
Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh,
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh,
melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu,
Almatsier (2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat
angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai
peredam benturan. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), untuk memenuhi fungsi
tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurangkurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari sehingga dapat terhindar
dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit batu
ginjal.
10. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan
kebugaran tubuh, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paruparu dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olah raga harus dilakukan secara
teratur. Macam dan frekuensi olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup,
33
dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang
bersangkutan. Upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan
masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Bila kegiatan sehari-hari
kurang gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur dan cukup atau mencari kegiatan
lain yang setara (Depkes, 2003b).
Aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi aktivitas santai akan meningkatkan
kesehatan, psikologi, dan berat badan yang ideal. Untuk mengurangi terjadinya resiko
penyakit kronik pada orang dewasa sedikitnya melakukan aktivitas fisik selama 30 menit
dengan intensitas moderate pada beberapa hari dalam seminggu. Kemudian Valimaki
(1994) menambahkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan minimal dalam seminggu 3
kali, dengan durasi minimal lebih dari 30 menit. Menurut Departemen Kesehatan
(2003b), bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga
secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk
jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan
kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m
11. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain.
Kebisaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses
penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut
mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit
gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Seseorang yang minum-minuman
beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan
34
mengatasi rasa hausnya dengan minum-minuman beralkohol lagi. Disamping itu minum
minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini
dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita
menghindari untuk mengkonsumsi alkohol (Depkes, 2003b). Selain itu alkohol memiliki
kemampuan untuk melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel sehingga
memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur
sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Selain itu pada tahap
pertama metabolisme alkohol ”menggunakan” tiga ATP potensial,
tidak seperti
metabolisme glukosa yang ”menghasilkan” tiga ATP potensial. Sehingga mereka yang
banyak minum alkohol tidak bertambah berat badannya sebanyak yang didapat dari
jumlah energi yang dikonsumsinya melalui alkohol. Alkohol dosis tinggi digunakan
secara tidak efisien oleh hati, karena membutuhkan energi untuk mencapai tahap
pertama metabolisme (Almatsier, 2003).
Pengaruh alkohol terhadap tubuh telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu.
Diminum dalam jumlah yang terkendali, alkohol dapat dikatakan berpengaruh baik
terhadap seseorang, yaitu mengurangi ketegangan dan menimbulkan rasa percaya diri.
Masalahnya adalah jumlah yang terkendali ini sukar ditetapkan, karena manusia berbeda
dalam tingkat toleransinya terhadap alkohol yang ditentukan oleh keturunan, keadaan
kesehatan, gender, berat badan, dan umur. Berbagai agama melarang minuman alkohol,
seperti agama Islam, Budha, Hindu, Mormon, dan Sekte tertentu (Almatsier, 2003).
Seperti juga tercantum dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 91, ” Dengan minuman
keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian
35
diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan
shalat maka tidakkah kamu mau berhenti ”.
Bagi masyarakat Barat yang mengkonsumsi alkohol, terdapat panduan yang
menganjurkan mereka untuk mengkonsumsi alkohol tidak berlebihan. Konsumsi alkohol
per hari yang dianjurkan menurut Dietary Guidelines for Americans adalah 1 drink
(porsi minum) untuk wanita dan 2 drinks untuk pria. Satu drink setara dengan satu gelas
bir besar @ 360 ml atau satu gelas anggur @ 150 ml atau 45 ml minuman berkadar
alkohol tinggi (Sari, 2003).
12. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus juga aman bagi
kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung
mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah
diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan
istilah “halal” (Depkes, 2003a).
Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi
tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan
yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll).
Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir,
berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan
pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan
dan kaleng cembung, maka makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan.
36
Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi
walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan
tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan
methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes, 2003a).
Cara mengolah atau meracik makanan yang tidak benar juga dapat mengancam
kesehatan. Misalnya merebus air minum dan susu segar yang tidak sempurna. Air
minum yang tidak dipanaskan hingga mendidih akan sangat berbahaya bila diminum
karena kuman-kuman berbahaya masih dapat hidup. Kuman akan mati bila dipanaskan
sampai mendidih (Depkes, 2003a).
Makanan yang tidak sehat atau tidak aman ada yang bisa diketahui dari wujud
atau penampilannya, baunya, terdapat benda-benda asing yang tidak layak pada
makanan, namun ada juga yang tidak bisa diketahui secara langsung. Peranan
pembungkus adalah besar sekali untuk makanan yang terbungkus, baik dengan
pembungkus plastic, kertas, atau dalam kaleng, dimana pembungkus yang sudah
tercemar oleh jasad renik bisa menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus.
Karena itu, penanganan yang benat terhadap makanan, dan pemilihan serta cara
pembungkusan yang baik bisa menekan sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada
makanan, sehingga penyakit karena makanan pada pencernaan manusia bisa dikurangi.
Makanan yang sehat memiliki persyaratan sebagai berikut (Saksono, 1986):
a) Sesuai dengan susunan makanan yang diinginkan, benar pada tahap-tahap
pembuatannya dan layak untuk dimakan.
37
b) Bebas dari pencemaran benda-benda hidup yang sangat kecil atau jasad renik yang
bisa menimbulkan penyakit atau benda-benda mati yang mengotori pada setiap
tahapan pembuatan.
c) Bebas dari unsure kimia yang merusak atau bebas dari suatu keadaan yang mudah
dirusak oleh unsure kimia tertentu, maupun akibat dari perubahan yang dihasilkan
oleh kegiatan enzim dan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, pembekuan,
pemanasan, pengeringan, dan yang sejenisnya.
d) Bebas dari jasad renik dan parasit yang bisa menimbulkan penyakit bagi orang yang
memakannya.
13. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa setiap produk makanan yang
dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai : bahan-bahan yang
digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadarluarsa, dan keterangan
penting yang lain (Depkes, 1995). Semua keterangan yang rinci pada label makanan
yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan
makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen (Depkes,
2003b).
Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan kadarluarsa
pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak.
Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam makanan kemas
tersebut memberikan informasi kepada konsumennya untuk menilai halal atau tidaknya
38
makanan tersebut (Depkes, 1995). Kehalalan makanan juga tercantum dalam Al Quran
surat Al Baqarah ayat 168, “ Wahai manusia ! Makanlah dari (makanan) yang halal dan
baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu “. Serta surat Al Maidah ayat 88, “ Dan
makanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu, sebagai rezeki yang halal dan baik,
dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya “.
Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label, antara lain (Depkes,
2003b) : MD : Makanan yang dibuat di dalam negeri.
ML
: Makanan luar negeri (import).
Exp
: Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak
dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi.
SNI
: Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan
telah sesuai dengan persyaratan.
SP
: Sertifikat Penyuluhan.
2.3. Perilaku Gizi Seimbang
Dalam pengertian umum, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung oleh
pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Skiner (1983) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar).
Yang dimaksud perilaku gizi seimbang peneliti disini adalah perilaku makan
seseorang sehari-hari atau yang biasa lebih dikenal dengan istilah pola makan. Pola
39
makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan memakan
makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial
(Roedjito, 1989). Selain itu menurut Husaini (1988), pola makanan seseorang adalah
hasil dari suatu proses dimana tiap-tiap elemen mempunyai pengaruh dari yang kecil
sampai yang besar. Pengaruh yang besar mempengaruhi keputusan tentang pemilihan
makanan.
Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi terbentuk dimulai dengan domain
kognitif yang merupakan rangsangan dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru
dalam diri manusia (Notoatmodjo, 2003). Menurut Lunandi (1984), pengetahuan yang
didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan.
Keterampilan serta material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan
perilaku.
Pada manusia, naluri adalah penting untuk menentukan bahwa mereka harus
makan, tetapi tidak menentukan macam makanan apa yang harus dimakan. Peranan yang
penting dalam hal pola makan adalah unit dasar dari suatu masyarakat yaitu keluarga.
Keluarga adalah paling determinan dalam menentukan pola makan, kebisaaan makan,
kepercayaan terhadap makanan, dan semua faktor sosio budaya ditransferkan lewat
keluarga kepada anak. Jadi perilaku makan ditentukan oleh kebisaaan sejak kecil
(Koesmandini, 1999). Hal ini diperkuat dengan pendapat Sajogyo (1994), ia menyatakan
bahwa perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebisaaan makan
dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebisaaan makan yang tumbuh dan
berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor lingkungan ekologi
40
(ciri tanaman pangan, ternak, dan sistem ekonomi). Pada hakekatnya kebisaaan makan
ini bersifat dinamis dan dapat berubah.
Pola makan remaja saat ini dapat digambarkan sebagai ”penggembala”. Mereka
sering melewati waktu makan dan makan apa saja waktu lapar. Remaja juga sering
melewati sarapan, walaupun survei yang pernah dilakukan di Amerika menyatakan
banyak remaja yang sarapan. Remaja laki-laki yang tidak sarapan mengalami
peningkatan. Selain itu makan siang juga sering dilewati, sedangkan makan malam
bisaanya dilakukan teratur (Mc Williams, 1993). Kemudian Sianturi (2003)
menambahkan bahwa usia remaja merupakan masa pencarian identitas, ingin merasa
diterima oleh teman sebaya, dan keinginan untuk menarik lawan jenis. Berdasarkan hal
tersebut remaja sangat menjaga penampilan dengan cara diet. Tentu saja hal ini
berpengaruh terhadap pola makan mereka. Banyak remaja yang hanya makan sehari saja
karena takut gemuk. Selain itu kebisaaan konsumsi makanan jajanan yang rendah gizi,
kebisaaan konsumsi makanan cepat saji, kebisaaan tidak sarapan pagi, dan malas minum
air putih.
2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan pada Remaja
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi remaja,
diantaranya :
A. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
41
behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam tubuh.
Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk menggabungkan
informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur pengetahuan yang baik tentang gizi
dan kesehatan dapat dikembangkan (Sapp dan Helen, 1997 dalam Yusra, 1998).
Pengetahuan gizi dan kebisaaan untuk menghargai makanan yang kurang, dapat
menimbulkan masalah rendahnya zat gizi. Remaja sering tidak memahami zat gizi yang
dikandung dalam makanan dan fungsi zat gizi dalam tubuh. Seseorang yang tidak
mengerti prinsip dasar gizi dan tidak sadar dengan zat gizi yang dikandung dalam
makanan akan mengakibatkan kesulitan dalam memilih makanan yang dibutuhkan oleh
tubuh. Kemudian hal tersebut akan menimbulkan defisiensi, yang akan berpengaruh
terhadap status gizi (Williams, 1993 dalam Umrin 2007).
Kemudian
Soekirman
(2006)
menambahkan
bahwa
remaja
sebaiknya
mengetahui jenis makanan apa yang harus dikonsumsi. Banyak remaja lebih menyukai
makanan yang mengandung tinggi kalori dan rendah vitamin dan mineral. Tentu saja
jika hal ini berlanjut akan mengakibatkan badan gemuk. Sulit bagi remaja untuk
mengubah kebisaaan makan, cara yang bijak adalah bukan diet, tetapi kemauan untuk
menyukai dan memilih makanan yang bergizi.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh pada perilaku dalam pemilihan
makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan individu yang bersangkutan.
42
Banyak masalah gizi yang dipengaruhi karena keterbatasan pengetahuan gizi dan
kebisaaan makan yang baik (Martono, 1999). Hal ini terbukti pada penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad (2001) pada siswi di SMUN 26 Dan SMUN 37 Tebet
Jakarta Selatan Tahun 2001, ia menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai
hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi tentang 13 PDGS. Selain itu dalam
penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, ia menyimpulkan bahwa
pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir 3
PUGS. Sedangkan penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas
Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB, ternyata pengetahuan mempunyai
hubungan yang bermakna dengan praktek mahasiswa tentang pesan-pesan PUGS
sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi baik
memiliki peluang 0,209 kali untuk melakukan praktek gizi yang baik daripada
mahasiswa yang memiliki pengetahuan gizi kurang.
B. Pola Makan Keluarga
Menurut Suhardjo (1989), pola makan keluarga adalah kebisaaan makan yang
dimulai di rumah, atas bimbingan dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota
keluarga lainnya. Seorang anak tidak dilahirkan dengan kebisaaan makan tertentu, tetapi
kebisaaan makan terbentuk dari pengalamannya belajar makan dari makanan yang
disuguhkan keluarga. Peran ibu biasanya lebih berpengaruh terhadap pembentukan
kebisaaan makan anak. Pengetahuan serta kesukaan ibu terhadap jenis-jenis makanan
tertentu sangat berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan. Disamping itu kesukaan
ayah terhadap jenis makanan tertentu juga berpengaruh terhadap hidangan di rumah
43
tangga. Apabila seorang ibu kurang bijaksana dapat mengakibatkan gizi kurang bagi
anak-anaknya. Anak-anak bisaanya meniru apa yang dilakukan oleh orang tua atau
kakak-kakaknya. Bila anak melihat anggota keluarga lain ikut mengkonsumsi makanan
yang dihidangkan oleh ibu, maka mereka juga ikut mengkonsumsi. Jelas sekali bahwa
peran ibu dalam membisaakan makan yang sehat sangat besar (Suhardjo, 1989).
Keluarga adalah paling determinan dalam menentukan pola makan, kebisaaan
makan, kepercayaan terhadap makanan, dan semua faktor sosio budaya ditransferkan
lewat keluarga kepada anak. Jadi perilaku makan ditentukan oleh kebisaaan sejak kecil
(Koesmandini, 1999).
C. Teman Sebaya
Pengaruh teman sebaya (peer group) lebih dominan dibandingkan keluarga. Ada
kecenderungan remaja ingin mendapatkan suatu pengakuan lebih dari kelompok
pergaulannya. Pengaruh ini dapat membentuk pola konsumsi makan baru yang dapat
menggantikan pola makan yang telah ada dalam keluarga (Hurlock, 2004). Lebih lanjut
Brown (2005) menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya pada remaja awal sangat
kuat. Hal tersebut ternyata dapat mempengaruhi asupan zat gizi pada remaja. Hal ini
dapat dilihat bahwa konsumsi makanan pada remaja ada dua hal utama yaitu
makanan ”sampah” dan makanan sehat. Konsumsi makanan ”sampah” lebih erat
hubungannya dengan teman sebaya, sedangkan konsumsi makanan sehat lebih erat
hubungannya dengan keluarga.
Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, terdapat hubungan yang
bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku gizi siswa sesuai dengan butir
44
4 (batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi); dan
butir 12 (makanlah makanan yang aman bagi kesehatan).
D. Pendapatan
Menurut Suhardjo (1989), apabila pendapatan keluarga meningkat, maka
penyediaan mutu makanan juga meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas
makanan tersebut. Dengan meningkatnya pendapatan perorangan terjadilah perubahanperubahan dalam susunan makanan. Perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan
makanan adalah pangan yang dimakan lebih mahal. Keluarga yang berasal dari
golongan ekonomi kuat cenderung boros dan konsumsinya dapat melebihi kebutuhan
gizinya sehari-hari. Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka akan mengakibatkan
berat badan terus bertambah dan beberapa penyakit karena kelebihan gizi sering
ditemukan. Hal ini dodorong oleh pengaruh yang mengutungkan dari pendapatan yang
meningkat baik dari segi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga yang berkaitan
dengan keadaan gizi hampir berlaku umum terhadap semua tingkatan pendapatan. Jelas
kalau rendahnya pendapatan orang-orang miskin dan lemahnya daya beli mereka tidak
memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang
mengahangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak mereka. Menurut Apriadji
(1986), keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat
memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang dibutuhkan tubuh. Setidaknya
keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas
itu tidak akan banyak pilihan. Selain itu, menurut Berg (1989), uang yang dimiliki
seseorang akan memepengaruhi apa yang dimakannya sehingga seseorang yang
45
memiliki uang berlebih biasanya susunan makanan yang dikonsumsinya akan lebih baik
daripada yang tidak memadai.
Penelitian Muhammad (2001) pada siswa SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet
Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa pendapatan orang tua tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi.
Menurut Frankle dan Owen (1993) dalam Afianti (2008), untuk merubah
perilaku makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek
pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan lainnya.
Menurut Padmiari dan Hadi (2001), seseorang yang memiliki pendapatan tinggi
cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pengeluarannya untuk
pangan.
E. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua sangat diperlukan untuk mengatasi masalah gizi
dalam keluarga. Orang tua yang berpendidikan rendah dapat ditingkatkan pengetahuan
gizinya dengan cara melalui penyuluhan gizi yang tepat (Apriadji, 1989). Selanjutnya
Suhardjo (1989), menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah
seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi khususnya tentang makanan
yang baik bagi kesehatan. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak selalu diikuti dengan
pengetahuan yang memadai tentang gizi. Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan
dapat diwujudkan dalam penyediaan makanan sehari-hari dalam keluarga dan
memberikan penhetahuan gizi kepada anak.
46
Dalam penelitian Muhammad (2001) pada siswa SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet
Jakarta Selatan, ia menyimpulkan bahwa pendidikan orang tua tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan perilaku gizi siswi. Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1
Depok, ia menyimpulkan bahwa pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna
dengan perilaku gizi siswa yang sesuai dengan butir 2 (makan makanan untuk
memenuhi kecukupan energi). Sedangkan pendidikan ibu tidak memiliki hubungan yang
bermakna dengan perilaku gizi siswa. Sedangkan dalam penelitian Afianti (2008) pada
mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB,
berdasarkan hasil analisis uji regresi logistik ternyata pendidikan ayah memiliki
hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi mahasiswa sehingga dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung
memiliki peluang praktek gizi yang kurang baik 0,391 kali lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini
disebabkan semakin tinggi pendidikan ayah maka semakin meningkat pula pendapatan
keluarga sehingga kecenderungan pola makan pun akan berubah, yaitu terjadi
peningkatan dalam asupan lemak dan protein hewani serta gula.
F. Media Massa
Media massa dan industri periklanan memberikan pengarug yang besar terhadap
bentuk tubuh yang ideal. Bisaanya iklan makanan menggunakan model yang sangat
kurus sebagai bentuk tubuh yang ideal (Krummel, 1996). Menurut Brown (2005) iklan
makanan akan mempengaruhi remaja dalam pemilihan makanan, fast food adalah
makanan favorit yang dikonsumsi oleh kebanyakan remaja, selain itu makanan fast food
47
memiliki nilai sosial dimana kebanggaan ketika memakannya. Penelitian Afianti (2008)
pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB
menyimpulkan bahwa akses informasi pangan dan gizi memiliki hubungan yang
bermakna dengan perilaku gizi mahasiswa yang salah satu sumbernya berasal dari media
massa.
G. Persepsi/Citra Tubuh
Soekirman (2006),mengatakan bahwa orang tua atau guru harus dapat merasakan
bagaimana anak remaja memandang dirinya, karena biasanya mereka lebih
mendengarkan dan mempraktikkan ucapan teman-temannya. Remaja dalam beberapa
hal sebenarnya merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Alasan citra tubuh sebagai
masalah besar yang harus dipikirkan.
Masalah yang sering terjadi pada remaja adalah menginginkan bentuk tubuh
yang ideal. Remaja laki-laki lebih memperhatikan tinggi badan daripada remaja
perempuan, karena untuk menarik lawan jenis (Mc Williams, 1993). Pada remaja
perempuan yang diinginkan adalah mempunyai bentuk tubuh yang langsing. Mereka
tidak mau sarapan pagi, sedangkan makanan yang bergizi seperti telur, susu, dan sayuran
jarang dimakan. Maka hal ini dapat mengakibatkan mereka mengalami defisiensi
kalsium dan zat besi (Suhardjo, 1989).
H. Pemilihan Makanan
Sikap seseorang terhadap makanan, suka atau tidak suka akan berpengaruh
terhadap konsumsi makanan. Oleh karena itu merupakan hal penting untuk mempelajari
makanan yang disukai ataupun yang tidak disukai, dan makanan yang belum pernah
48
dirasakan serta menelusuri sebab-sebab yang melatarbelakanginya. Selain itu perlu
melihat hubungan antara pilihan anak dan orang tua (Suhardjo, 1996). Menurut Raharjo
(2004), banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih, membeli,
dan mengkonsumsi makanan, baik untuk dirinya sendiri, anggota keluarganya maupun
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya. Cita rasa jelas menjadi faktor utama
selanjutnya pertimbangan harga, kepraktisan penyajian, kemudahan mendapatkan, dan
manfaat bagi kesehatan bisa berubah urutannya tergantung konsumen.
2.5. Teori Perilaku Makan
Berdasarkan uraian diatas, kerangka teori perilaku makan remaja dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor Eksternal :
• Pengetahuan Gizi
• Pola Makan
Keluarga
• Teman Sebaya
• Pendapatan
• Pendidikan
• Media Massa
Faktor Internal :
• Persepsi/Citra Tubuh
• Pemilihan Makanan
Sumber : Wortington (2000), Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996).
Perilaku Makan
Pada Remaja
49
Menurut Wortington (2000), perilaku makan remaja dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal, faktor internal diantaranya pengetahuan gizi, teman sebaya, dan
media massa, sedangkan faktor internal diantaranya persepsi/citra tubuh dan pemilihan
makanan. Sedangkan menurut Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996), perilaku makan
remaja erat kaitannya dengan pola makan keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan gizi,
pendapatan, pendidikan, dan lain sebagainya.
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini mengacu pada teori Wortington (2000)
dan Pelto (1981) dalam Suhardjo (1996), dimana terdapat interaksi antara faktor
eksternal (Pengetahuan gizi, pola makan keluarga, teman sebaya, pendapatan,
pendidikan, dan media massa) dan faktor internal (persepsi/citra tubuh dan pemilihan
makanan) yang akan menyebabkan lahirnya gaya hidup dan selanjutnya akan
mempengaruhi perilaku atau pola makan remaja.
Dalam penelitian kali ini, peneliti hanya memfokuskan pada faktor
pengetahuan dan perilaku individu siswa yang dikarenakan saat ini Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS) belum mengakar rumput di kalangan remaja, dimana
pengetahuan remaja masih hanya terbatas pada slogan ”4 Sehat 5 Sempurna” yang
sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu peneliti juga
menambahkan variabel pola makan keluarga untuk melihat sejauh mana keterikatan
peran keluarga dalam pembentukan pola makan yang sehat pada anaknya yang telah
beranjak remaja. Terlebih menurut Brown (2005), konsumsi makanan ”sampah” lebih
erat hubungannya dengan teman sebaya, sedangkan konsumsi makanan sehat lebih
erat hubungannya dengan keluarga. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti
pola makan keluarga dibandingkan teman sebaya dikarenakan kesesuaian dengan
permasalahan yang diangkat oleh peneliti, yaitu gizi seimbang.
50
51
Untuk variabel pendidikan dan pendapatan, peneliti memasukkannya dalam
gambaran karakteristik responden. Faktor internal (persepsi/citra tubuh dan pemilihan
makanan) merupakan variabel yang sangat menarik untuk digali secara mendalam,
akan tetapi karena keterbatasan waktu dari peneliti maka faktor ini tidak dijadikan
sebagai variabel penelitian.
Dalam penelitian ini, variabel independen adalah pengetahuan tentang gizi
seimbang dan pola makan keluarga dan variabel dependen adalah perilaku makan
menurut PUGS pada siswa SMPN 107 Jakarta.
Bagan 3.1
Kerangka Pikir
Pengetahuan
Perilaku Makan Pada
Remaja
Pola Makan Keluarga
52
3.2. Definisi Istilah
1. Pengetahuan : Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2003). Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal apa saja
yang diketahui oleh informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar
Gizi Seimbang, seberapa tahu informan tentang kecukupan gizi yang
dibutuhkannya dalam sehari, manfaat serta akibat jika konsumsinya kurang
ataupun berlebih, dan dari mana sumber informasinya.
Cara penumpulan data : Wawancara mendalam dan FGD.
Alat ukur : Panduan wawancara mendalam dan panduan FGD.
2. Pola makan keluarga : Kebiasaan makan yang dimulai di rumah, atas bimbingan
dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya (Suhardjo, 1989).
Pola makan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pola
makan sehari-hari dari keluarga informan (kebiasaan makan di rumah maupun
kebiasaan makan di luar), apakah dalam pola makan keluarga tersebut memiliki
pantangan/larangan tertentu yang berhubungan dengan budaya ataupun agama
yang dianut.
Cara pengumpulan data : Wawancara mendalam.
Alat ukur : Panduan wawancara mendalam.
53
3. Perilaku gizi seimbang menurut PUGS : Perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan / semua cara yang dilakukan oleh
informan yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang menurut 12 pesan
dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, seperti
bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari baik dirumah maupun di
sekolah, apakah informan memiliki masalah dalam pola makannya (alergi, tidak
menyukai jenis makanan tertentu, dsb), serta alasan informan berperilaku atau
tidak berperilaku gizi seimbang.
Cara pengumpulan data : Wawancara mendalam dan observasi.
Alat ukur : Panduan wawancara mendalam dan panduan observasi.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode ini ditujukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2006).
Dan jenis penelitiam kualitatif yang digunakan adalah Rapid Assesment
Prosedures (RAP). Rapid Assesment Prosedures (RAP) merupakan seduah pedoman
manual yang dapat digunakan oleh setiap peneliti tanpa harus memiliki latar nelakang
antropologi serta dirancang untuk suatu penelitian yang berjangka waktu 1-2 bulan.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 107 Jakarta pada bulan Oktober
hingga Desember 2009. Latar belakang pemilihan tempat yang dilakukan oleh peneliti,
dilihat dari peringkat sekolah yang dibuat berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) tahun
2007/2008.
4.3. Informan Penelitian
Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan
54
55
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan menggunakan
prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Mengacu pada prinsip
tersebut maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu :
1. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta baik lakilaki maupun perempuan, dimana enam orang siswa dilakukan wawancara mendalam
dan tiga orang siswa diobservasi serta dua belas informan dilakukan FGD (Fokus
Grup Diskusi). Pemilihan informan dengan cara purposive sampling dimana
informan yang dipilih disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
peneliti, yaitu memiliki status gizi yang beragam (status gizi lebih, kurang, maupun
normal), dari berbagai tingkatan kelas (kelas VII, VIII, IX), serta terdaftar sebagai
siswa SMPN 107 Jakarta. Pada penelitian ini informan WM, FGD, maupun
observasi dilakukan pada siswa yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari
informan mempersiapkan diri dalam menjawab pertanyaan jika ketiga teknik
tersebut diberikan pada informan yang sama. Selain itu pertanyaan yang diberikan
peneliti saat FGD dan WM cukup banyak sehingga dirasa cukup sulit untuk meminta
setiap anak melakukan 3 teknik sekaligus, yaitu FGD, WM, dan observasi. Terlebih
dalam setiap penelitian, peneliti harus memperhatikan legal aspek dimana dalam
pelaksanaannya harus mendapat izin dari masing-masing informan dan peneliti tidak
dapat memaksa masing-masing informan tersebut untuk mengikuti semua teknik jika
mereka tidak berkenan.
56
2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang, diantaranya
enam orang teman dekat informan utama dan enam orang anggota keluarga informan
utama yang mengikuti wawancara mendalam sebelumnya untuk mendapatkan
crosscheck data agar informasi yang didapatkan lebih valid dan terjaga
kebenarannya. Akan tetapi pada saat pelaksanaan penelitian, satu orang keluarga
informan tidak bersedia untuk diwawancarai dengan alasan saat waktu libur ingin
digunakan untuk beristirahat sedangkan hari lainnya telah digunakan untuk bekerja,
sehingga anggota keluarga yang berhasil diwawancarai hanya berjumlah 5 orang.
Selain itu peneliti juga mendapatkan informasi dari informan pendukung lainnya
untuk triangulasi data, yaitu pedagang kantin SMPN 107 Jakarta.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Daftar Informan Penelitian
Informan
Siswa
Teman
Keluarga
Pedagang Kantin
Metode
Wawancara Mendalam
Observasi
FGD 2 kali
Wawancara Mendalam
Wawancara Mendalam
Wawancara Mendalam
Jumlah
6 orang
3 orang
@ 6 orang
6 orang
6 orang
1 orang
4.4. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu
mahasiswi peminatan gizi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena peneliti
sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data
57
yang diinginkan peneliti menggunakan instrumen berupa pedoman wawancara
mendalam dan pedoman FGD (Fokus Grup Diskusi) yang berisi daftar pertanyaan yang
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, pedoman observasi, perekam suara,
timbangan berat badan, microtoa, dan alat pencatat untuk kejelasan dan keakuratan
instrumentasi.
4.5. Sumber Data
Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari informan
pertama. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
langsung dengan informan dan hasil FGD (Fokus Grup Diskusi), hasil observasi,
serta hasil penimbangan berat badan dan pengukuran berat badan dari siswa yang
dijadikan informan.
2. Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
informan. Akan tetapi diperoleh dengan cara menelaah dokumen seperti profil
sekolah, data siswa, dan lain sebagainya.
4.6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa teknik, yaitu :
1. Wawancara Mendalam (WM)
Wawancara mendalam dilakukan terhadap enam orang siswa dari kelas yang
berbeda, serta enam orang teman dan enam orang keluarga dari informan WM,
58
dan juga satu orang pedagang kantin untuk validitas data. Teknik WM digunakan
peneliti untuk mendapatkan informasi secara mendalam khususnya untuk variabel
perilaku makan informan dan keluarga. Begitupula dengan variabel pengetahuan
informan juga peneliti tanyakan dalam wawancara mendalam.
2. FGD (Fokus Grup Diskusi)
FGD (Fokus Grup Diskusi) dilakukan pada dua belas orang siswa dari kelas yang
berbeda, dimana FGD dilakukan dua kali yang masing-masing melibatkan enam
orang siswa. FGD dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam
khususnya dalam variabel pengetahuan gizi seimbang.
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk melihat perilaku gizi seimbang informan yang
dilakukan dengan melihat pola makan siswa tanpa diintervensi oleh peneliti.
Observasi dilakukan sebanyak dua kali (jadwal pelajaran biasa dan jadwal
pelajaran olah raga) pada tiga orang siswa yang dipilih berdasarkan status gizi
kurang, normal, maupun status gizi lebih. Selain itu peneliti juga mengamati
perilaku jajan siswa lain secara umum.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
59
Tabel 4.2
Teknik Pengumpulan Data
Informasi
Teknik Pengumpulan Data
WM
FGD
Observasi
Pengetahuan informan tentang gizi seimbang sesuai PUGS
√
√
-
Pengetahuan informan tentang kebutuhan gizinya dalam 1 hari
√
√
-
√
√
-
√
√
-
√
-
-
√
-
√
√
-
-
√
-
-
Pengetahuan informan tentang manfaat dan akibat bila
konsumsi masing-masing zat gizi berlebih atau kurang
Sumber informasi gizi/kesehatan yang dimiliki informan
Pola makan keluarga informan sehari-hari baik di rumah
maupun di luar.
Bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari.
Masalah apa saja yang dimiliki informan dalam pola makannya
(alergi, ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, dll).
Alasan informan untuk berperilaku atau tidak berperilaku gizi
seimbang.
4.7. Metode Pengumpulan Data
4.7.1
Sumber Data
Pada penelitian ini data diperoleh melalui hasil Wawancara Mendalam (Indepth
Interview), FGD (Fokus Grup Diskusi), dan observasi lapangan sebagai data primer,
serta profil sekolah dan data siswa sebagai data sekunder.
4.7.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
yang alamiah). Informasi yang diperoleh dari Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
dan FGD (Fokus Grup Diskusi) direkam dalam tape recorder dan hal-hal penting yang
diucapkan oleh informan dicatat oleh peneliti. Sedangkan untuk observasi, peneliti
60
melihat bagaimana pola makan siswa serta melihat ketersediaan makanan yang ada di
kantin sekolah serta disekitar lingkungan sekolah, dan didokumentasikan dalam bentuk
gambar. Selain itu, untuk jawaban-jawaban yang berhubungan dengan konsumsi
makanan, peneliti konversikan dalam ukuran rumah tangga (URT), sehingga dapat
diperkirakan jumlah kalorinya dalam kkal.
Dalam mendapatkan informan, peneliti dibantu oleh guru BK (Bimbingan
Konseling) khususnya untuk FGD, sedangkan untuk WM dan observasi peneliti mencari
informan sendiri baik saat pulang sekolah (informan WM) , istirahat, dan saat pelajaran
olah raga (informan observasi) dengan tetap berpedoman pada kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan FGD dan WM dilakukan di dua tempat yaitu ruang
BK dan di masjid sekolah. Akan tetapi sayangnya di kedua tempat tersebut dirasa
kurang kondusif sehingga mengurangi konsentrasi siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peneliti. Selain itu, proses WM dan FGD juga terkendala dengan
banyaknya jumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing informan. Hal ini
dikarenakan WM dan FGD dilaksanakan saat pulang sekolah dan beberapa dari mereka
memiliki jadwal les pada sore harinya. Sedangkan kebanyakan dari mereka tidak
bersedia untuk melakukan FGD dan WM selama dua hari. Dengan demikian hasil yang
didapat dirasa masih banyak kekurangannya. Sedangkan untuk observasi juga dilakukan
pada informan yang berbeda dari WM dan FGD agar informasi yang didapat juga lebih
beragam dan dilaksanakan tanpa sepengetahuan dari informan tersebut. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya peneliti cukup mendapat kesulitan dalam mencari informan di
kantin dan saat pulang sekolah karena banyaknya siswa yang jajan dikantin. Akan tetapi
61
hal itu masih dapat diatasi oleh peneliti. Kegiatan observasi dalam penelitian ini hanya
dapat dilakukan di sekolah karena sangat sulit untuk diamati hingga di rumah informan,
selain karena observasi dilaksanakan tanpa sepengetahuan informan, peneliti juga
mempertimbangkan legal aspek / izin dari keluarga dan informan sendiri.
4.8. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Hasil wawancara mendalam dicatat kembali, berdasarkan rekaman yang diperoleh
pada saat wawancara mendalam maupun FGD (Fokus Grup Diskusi) ke dalam
bentuk tulisan (transkrip).
2. Melakukan kategorisasi data sesuai dengan variabel penelitian.
3. Menyajikan ringkasan data dan interpretasi-nya dalam bentuk matriks.
4. Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang ada.
5. Proses analisa data dilakukan secara langsung tanpa menunggu selesainya seluruh
pelaksanaan wawancara mendalam dari informasi lain.
4.9. Pengecekan Keabsahan Data / Validitas Data
Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, karena itu perlu
dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Sehingga dalam penelitian ini
peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan menggali informasi dari siswa, teman
sebaya, dan keluarga dari siswa yang menjadi informan saat wawancara mendalam agar
data yang didapat lebih valid dan terpercaya, khususnya untuk informasi variabel
perilaku gizi seimbang.
62
4.10. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu suatu
teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian dilakukan analisa terhadap
isi naskah atau hasil data yang diperoleh tersebut (Neuman, 2000). Hasil penelitian yang
telah dikelompokkan berdasarkan variabel kemudian dibandingkan dengan teori-teori
yang ada pada tinjauan kepustakaan atau hasil penelitian terdahulu.
4.11. Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan matriks
hasil wawancara dengan informan yang telah dilakukan.
BAB V
HASIL
5.1. Gambaran Umum SMPN 107 Jakarta
SMPN 107 Jakarta terletak di Jalan Raya Pejaten Komplek Depdiknas
Kecamatan Pasar Minggu Kabupaten Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta. SMPN 107
Jakarta dikepalai oleh Dra. Ida Farida, M.Pd dengan nilai akreditasi sekolah A dan
merupakan Sekolah Standar Nasional (SSN). SMPN 107 Jakarta pada tahun 2009/2010
memiliki jumlah siswa sebanyak 702 orang. Dalam bidang intrakurikuler, SMPN 107
Jakarta memiliki mata pelajaran yang menunjang kesehatan para siswanya, yaitu
pelajaran olah raga yang diberikan setiap satu minggu sekali untuk masing-masing kelas,
dengan materi kegiatan yang beragam, diantaranya olah raga sepak bola, bola basket,
bola voli, senam, atletik, renang dan lain sebagainya. Selain itu SMPN 107 Jakarta juga
memiliki beberapa bidang ekstrakurikuler yang diikuti para siswa, diantaranya : PMR
(Palang Merah Remaja), Pramuka, Rohis, Rokris, Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera),
Mading (Majalah Dinding), dll. Di SMPN 107 Jakarta, kegiatan siswa yang
berhubungan dengan kesehatan diwadahi dalam ekstrakurikuler PMR (Palang Merah
Remaja) dengan berbagai kegiatan diantaranya P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan), tandu, kegawatdaruratan, dsb. PMR SMPN 107 Jakarta pada tahun 2007 /
2008 pernah mengikuti lomba tenda darurat dan berhasil mendapatkan juara III. Selain
itu pada tahun 2009/2010 SMPN 107 Jakarta membentuk KKR (Kader Kesehatan
Remaja) yang dapat menjadi wadah bagi para siswanya untuk menjadi penggerak hidup
63
64
sehat baik di sekolah, rumah, maupun lingkungannya. Siswa KKR merupakan siswa
yang mengikuti ekstra kurikuler PMR serta perwakilan siswa dari setiap kelas. Siswa
KKR juga menjadi Peer Counselor Remaja atau Penggerak Pendidikan Kelompok
Sebaya (PPKS) dimana mereka berfungsi sebagai perpanjangan tangan petugas
kesehatan dan guru BK di sekolahnya masing-masing dalam memecahkan masalah yang
dialami para siswa khususnya masalah kesehatan. Di SMPN 107 Jakarta memiliki satu
ruangan yang digunakan sebagai ruang UKS dan ruang PMR. Berikut adalah gambar
sekolah SMPN 107 Jakarta beserta ruang UKS.
SMPN 107 Jakarta juga memiliki banyak prestasi dan penghargaan karena
memenangkan banyak lomba diantaranya lomba pramuka, lomba paskibra, lomba voli,
lomba bulutangkis, lomba gerak jalan, dan lomba kibar bendera baik di tingkat
Kabupaten / kota, tingkat propinsi, bahkan tingkat nasional. Selain itu dalam bidang
kesehatan, SMPN 107 Jakarta pernah menempati juara II pada Lomba Sekolah Sehat
(LSS) tingkat Kabupaten / Kota Jakarta Selatan Tahun 2007/2008.
5.1.1
Gambaran Kantin SMPN 107 Jakarta
Di SMPN 107 Jakarta terdapat 5 kantin yang menjual berbagai makanan, mulai
makanan berat hingga makanan ringan. Kebanyakan dari mereka semuanya menjual
makanan “berat” seperti nasi rames, nasi goreng, nasi uduk, soto ayam, ketoprak, mie
goreng/rebus, ketupat sayur dan lain sebagainya. Dari semua makanan “berat” yang
disediakan, yang paling banyak diminati adalah mie goreng. Untuk nasi rames/nasi
goreng/ nasi uduk rata-rata dilengkapi dengan sayuran, protein hewani, dan protein
65
nabati. Selain itu disana juga menjual berbagai macam makanan gorengan (pisang
goreng, tahu goreng, otak-otak, chiken nughet, kendo, dll). Berbagai aneka minuman
juga disediakan, mulai dari minuman ringan (softdrink) hingga minuman kemasan,
berupa susu, teh, moccachino, dan lain sebagainya yang bisa langsung diseduh dan
dibuat minuman dingin ataupun es blender. Selain itu, pada pertengahan tahun 2009,
juga telah dibangun tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pencuci
tangannya di sebelas kantin yang dapat digunakan siswa untuk mencuci tangannya
sebelum dan sesudah jajan.
5.2.
Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini, informan yang digunakan peneliti terbagi menjadi dua,
yaitu informan utama dan informan pendukung, yaitu :
5.2.1
Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta dengan
status gizi yang beragam yaitu status gizi kurang, normal, maupun lebih yang terdiri dari
dua belas siswa yang mengikuti FGD (Fokus Grup Diskusi), dan enam orang siswa yang
mengikuti Wawancara Mendalam, serta tiga orang siswa yang diobservasi oleh peneliti.
A. Informan Wawancara Mendalam
Informan wawancara mendalam terdiri dari enam orang yang dipilih berdasarkan
kriteria yang ditentukan oleh peneliti, yaitu terdiri dari status gizi kurang, normal,
maupun lebih pada laki-laki dan wanita yang berasal dari kelas VII, VIII, dan IX serta
66
terdaftar menjadi siswa SMPN 107 Jakarta pada tahun 2009/2010. Berikut adalah tabel
karakteristik informan utama berdasarkan teknik pengumpulan data wawancara
mendalam.
Tabel 5.1
Karakteristik Informan Utama pada Wawancara Mendalam
Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
VARIABEL
NA
IS
FD
BM
DIL
RW
Umur
13 Tahun
13 Tahun
14 Tahun
13 Tahun
14 Tahun
12 Tahun
JK
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Kelas
VIII-1
VII-6
IX-1
VIII-4
IX-4
VII-5
Agama
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
BB (kg)
32.5
30
38
48
73
72
TB (cm)
151
147
150
161.5
153
156
IMT
14.25
13.88
16.89
18.4
31.185
29.586
Status Gizi
Underweight
Underweight
Normal
Normal
Obesity
Obesity
Pendidikan Ayah
S-1
S-1
SMA
S-1
SMA
S-1
Pendidikan Ibu
S-1
S-1
SMA
S-1
SMK
SMA
Pekerjaan Ayah
Pegawai
Pegawai
Wiraswasta
PNS
Wiraswasta
Polisi
Swasta
Swasta
Ibu RT
Guru
Ibu RT
Pegawai
Ibu RT
Ibu RT
Rp. 15.000
Rp. 20.000
Pekerjaan Ibu
Swasta
Besar Uang Jajan
Rp. 10.000
Rp. 4.000
Rp. 20.000
Rp. 7.000
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan
wawancara mendalam bervariasi mulai dari usia 12 - 14 tahun yang diambil secara acak
mulai dari kelas VII - IX. Jenis kelamin dan status gizi informan sebanding proporsinya
dan bervariasi, mulai dari status gizi rendah, normal, dan lebih sesuai dengan kriteria
67
yang ditetapkan oleh peneliti. Seluruh informan beragama Islam. Tingkat pendidikan
orang tua informan sudah cukup tinggi, antara SMA hingga S-1. Seluruh ayah informan
bekerja sedangkan ibunya hanya sebagian kecil saja yang bekerja yaitu ibu dari
informan laki-laki dengan status gizi kurang dan normal yang bekerja sebagai guru dan
pegawai swasta. Uang jajan informan bervariasi, mulai dari Rp. 4.000,- sampai dengan
Rp. 20.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya.
B. Informan Fokus Grup Diskusi (FGD)
FGD dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing diikuti oleh enam orang siswa
sesuai kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Berikut adalah tabel karakteristik informan
utama berdasarkan teknik pengumpulan data FGD I dan II.
Tabel 5.2
Karakteristik Informan Utama pada FGD I
Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Variabel
Umur
JK
Kelas
Agama
DP
12 Tahun
Wanita
VII - 5
Islam
HT
14 Tahun
Pria
IX - 6
Islam
MT
12 Tahun
Wanita
VII - 6
Islam
MA
14 Tahun
Pria
IX - 5
Islam
BB (kg)
TB (cm)
IMT
Status Gizi
36
157
14.6
Under weight
Pendidikan
Ayah
Pendidikan
Ibu
SMP
41
164
15.24
Under
weight
STM
56
157
22.72
Normal
Weight
S-1
40
150
17.78
Normal
Weight
SMA
SMP
STM
S-1
SMP
HY
13 Tahun
Wanita
VIII - 3
Kristen
Protestan
82
142.5
40.38
Obesity
BW
12 Tahun
Pria
VII - 4
Islam
D-3
66.5
158
26.64
Overweig
ht
S-1
D-3
SMA
68
Pekerjaan
Ayah
Variabel
Pekerjaan
Ibu
Besar Uang
Jajan
Pegawai
Swasta
DP
Ibu RT
Pegawai
Swasta
HT
Ibu RT
Pegawai
Swasta
MT
Dokter
Pegawai
Swasta
MA
Ibu RT
Pegawai
Swasta
HY
Ibu RT
Manager
Rp.10.000
Rp.12.000
Rp.7.000
Rp.10.000
Rp.7.000
Rp.10.00
0
BW
Ibu RT
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan FGD
(Fokus Grup Diskusi) I cukup bervariasi mulai dari usia 12 tahun hingga 14 tahun yang
diambil secara acak mulai dari kelas VII hingga kelas IX. Jenis kelamin dan status gizi
informan cukup seimbang proporsi dan variasinya, mulai dari status gizi rendah, normal,
dan lebih pada laki-laki dan wanita sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Lima dari enam informan beragama Islam dan hanya satu orang yang beragama Kristen
Protestan. Tingkat pendidikan orang tua informan cukup bervariasi, antara SMP hingga
S-1. Hampir seluruh informan memiliki orang tua yang jenjang pendidikannya yang
setara, dan hanya orang tua dari informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD I
yang memiliki jenjang pendidikan tidak setara, seperti ayah tamatan S-1 dan ibu SMA.
Lima dari enam ayah informan bekerja sebagai pegawai swasta, dan hanya satu orang
yang bekerja sebagai manager. Sedangkan untuk pekerjaan ibu, hanya satu orang
informan yang memiliki ibu yang bekerja sebagai seorang dokter, sedangkan lima orang
lainnya memiliki ibu yang tidak bekerja dan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga.
Untuk besarnya uang jajan dalam sehari, rata-rata mereka mendapatkan Rp. 7.000,- s/d
Rp. 10.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya.
69
Tabel 5.3
Karakteristik Informan Utama pada FGD II
Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Variabel
Umur
JK
Kelas
Agama
BB (kg)
TB (cm)
IMT
Status Gizi
DA
12 Tahun
Wanita
VII-3
Islam
28
145
13.3
Underweight
FN
13 Tahun
Wanita
VIII-4
Islam
42
149
18.9
Normal
Weight
MA
MR
14 Tahun
Pria
IX-6
Islam
51
155
21.23
Normal
Weight
SMA
K
13 Tahun
Wanita
VIII-6
Islam
78
154
32.9
Obesity
S-2
IT
11 Tahun
Pria
VII-6
Islam
24
138
12.6
Under
weight
STM
SMA
FI
12 Tahun
Pria
VII-1
Islam
57
154
24.034
Over
weight
S-1
Pendidikan
Ayah
Pendidikan Ibu
Pekerjaan
Ayah
Pekerjaan Ibu
Besar
Uang
Jajan
S-1
PNS
SMA
Wiraswasta
MA
Wiraswasta
SMA
Wiraswasta
S-1
Wiraswasta
PNS
Rp. 14.000
Ibu RT
Rp. 3.000
Ibu RT
Rp. 10.000
SMA
Pegawai
Swasta
Wiraswasta
Rp. 7.000
Ibu RT
Rp. 10.000
Ibu RT
Rp. 5.000
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui usia informan utama yang melakukan FGD
(Fokus Grup Diskusi) II cukup bervariasi mulai dari usia 11 tahun hingga 14 tahun yang
diambil secara acak mulai dari kelas VII hingga kelas IX. Jenis kelamin dan status gizi
informan cukup seimbang proporsi dan variasinya, mulai dari status gizi rendah, normal,
dan lebih pada laki-laki dan wanita sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Seluruh informan beragama Islam. Tingkat pendidikan orang tua informan sudah cukup
tinggi, dimana minimal dari mereka merupakan tamatan SMA atau sederajat dan yang
tertinggi tamatan S-2. Hampir seluruh informan memiliki orang tua yang jenjang
pendidikannya yang setara, dan hanya orang tua dari informan wanita dengan status gizi
70
kurang yang memiliki jenjang pendidikan tidak setara, seperti ayah tamatan S-2 dan ibu
tamatan S-1. Seluruh ayah informan bekerja dengan pekerjaan yang beragam, yaitu
sebagai PNS, pekerja swasta, serta sebagai wiraswasta. Sedangkan ibu informan hanya
dua orang saja yang bekerja sebagai PNS dan wiraswasta. Sedangkan empat orang
lainnya sebagai ibu rumah tangga saja. Uang jajan informan bervariasi, mulai dari Rp.
3.000,- sampai dengan Rp. 15.000,- yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang
tuanya.
C. Informan Observasi
Selain wawancara mendalam dan FGD, peneliti juga melakukan observasi pada
informan utama yang berbeda dengan informan wawancara mendalam dan FGD. Berikut
adalah karakteristik dari informan utama yang diobservasi oleh peneliti :
Tabel 5.4
Karakteristik Informan Utama pada Observasi
Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
VARIABEL
RF
MKR
NDU
12 Tahun
14 Tahun
13 Tahun
Pria
Wanita
Wanita
Kelas
VII-4
IX-1
VIII-5
Agama
Islam
Islam
Islam
BB (kg)
24
42
62
TB (cm)
138
149
152
IMT
12.6
18.9
26.8
Underweight
Normal
Overweight
S-1
S-1
S-1
Umur
Jenis Kelamin
Status Gizi
Pendidikan Ayah
71
Pendidikan Ibu
S-1
S-1
SMA
Pekerjaan Ayah
Pegawai Swasta
Pegawai Swasta
PNS
RF
MKR
NDU
Ibu RT
Guru
Ibu RT
Rp. 10.000
Rp. 10.000
Rp. 15.000
VARIABEL
Pekerjaan Ibu
Besar Uang Jajan
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui usia informan utama yang diobservasi
oleh peneliti berjumlah tiga orang, dengan usia yang bervariasi mulai dari usia 12 tahun
hingga 14 tahun yang diambil secara acak. Dari tiga orang informan yang telah
diwawancarai, dua orang diantaranya adalah wanita dan satu orang lainnya adalah lakilaki. Seluruh informan beragama Islam. Status gizi informan bervariasi, mulai dari status
gizi rendah, normal, dan lebih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.
Tingkat pendidikan orang tua informan terbilang tinggi, dimana hampir seluruhnya
tamatan S-1 dan hanya ibu dari informan dengan status gizi lebih yang tamatan SMA.
Hampir seluruh orang tua informan bekerja dengan pekerjaan yang bervariasi,
diantaranya ada yang sebagai pegawai swasta, PNS, ataupun guru. Akan tetapi, ibu dari
dua informan yang memiliki status gizi kurang dan lebih tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga. Uang jajan informan dengan status gizi kurang dan normal
sebesar Rp. 10.000,- sedangkan informan dengan status gizi lebih sebesar Rp. 15.000,yang seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya.
5.2.2
Informan Pendukung
72
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah teman sebaya / teman dekat
informan, dan keluarga informan dari informan yang melakukan wawancara mendalam.
Tujuan dilakukannya wawancara mendalam dengan informan pendukung adalah untuk
mendapatkan informasi tambahan sebagai cross check data serta memperkaya data
penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan penjual kantin dan
kepala sekolah SMPN 107 Jakarta untuk triangulasi data, yang dilakukan dengan cara
meminta umpan balik dari informan. Hal ini berguna bukan saja untuk alasan etik tetapi
juga memperbaiki kualitas data dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut.
A. Teman Sebaya
Karakteristik informan pendukung, yaitu teman sebaya dari informan utama yang
melakukan wawancara mendalam dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :
Tabel 5.5
Karakteristik Informan Pendukung
Teman Sebaya dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
VARIABEL
RR
SR
NR
MM
RM
AR
Umur
13 Tahun
13 Tahun
14 Tahun
13 Tahun
14 Tahun
13 Tahun
Jenis Kelamin
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Wanita
Pria
Kelas
VIII-1
VII-6
IX-1
VIII-4
IX-4
VII-5
Agama
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
BB (kg)
55
45
55
50
57
27
TB (cm)
160
150
163
162
159
136
IMT
21.48
20
20.7
19.05
22.55
14.59
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Weight
Weight
Weight
Weight
Weight
STM
S-1
S-1
S-1
SMA
Status Gizi
Pendidikan Ayah
Under Weight
S-1
73
Pendidikan Ibu
SMEA
S-1
Pekerjaan Ayah
Montir
Pekerjaan Ibu
Ibu RT
Guru
Ibu RT
Besar Uang Jajan
Rp. 10.000,-
Rp. 15.000,-
Rp. 20.000,-
Pegawai
Swasta
SMA
D-3
SMA
S-1
Guru
PNS
Wiraswasta
PNS
Ibu RT
Guru
Rp. 10.000,-
Rp. 15.000,-
Pegawai
Swasta
Rp. 10.000,-
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui usia informan pendukung, yaitu teman
sebaya dari informan utama yang diwawancara mendalam memiliki usia yang bervariasi
mulai dari 13 tahun hingga 14 tahun. Jenis kelamin informan cukup sebanding
proporsinya, yaitu sebagian laki-laki dan sebagian wanita. Seluruh informan beragama
Islam. Sebagian besar informan memiliki status gizi baik, dan hanya satu orang yang
memiliki status gizi kurang (underweight). Tingkat pendidikan orang tua informan
sudah cukup tinggi, antara SMA hingga S-1. Seluruh ayah informan bekerja sedangkan
ibunya hanya sebagian saja yang bekerja dengan pekerjaan yang beragam. Uang jajan
informan bervariasi, mulai dari Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 20.000,- yang
seluruhnya diberikan secara harian oleh orang tuanya.
B. Keluarga
Selain teman sebaya, peneliti juga mewawancarai keluarga informan utama
sebagai informan pendukung. Karakteristik keluarga yang dijadikan informan
pendukung dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6
Karakteristik Informan Pendukung
Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
74
Variabel
Umur
JK
Hub. dgn
informan
NY
45 tahun
Wanita
Ibu dari
informan
NA
Suku
Variabel
Pendidikan
Pekerjaan
Jawa
NY
S-1
Ibu RT
Penghasilan
2.5 juta
AH
38 tahun
Pria
Ayah dari
informan IS
(tidak
diwawancarai)
Jawa
AH
S-1
Pegawai
swasta
2 juta
A
35 tahun
Wanita
Ibu dari
informan
FD
HP
40 tahun
Wanita
Ibu dari
informan
BM
LY
40 tahun
Wanita
Ibu dari
informan
DIL
S
38 tahun
Wanita
Ibu dari
informan
RW
Jawa
A
SMA
Ibu RT
Betawi
HP
S-1
Karyawati
Jawa
LY
SMK
Ibu RT
Jawa
S
SMA
Ibu RT
1 juta
4 juta
800 ribu
2 juta
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui informan pendukung yang bersedia
diwawancarai hanya berjumlah lima orang, dan satu informan, orang tua dari informan
utama laki-laki dengan status gizi kurang menolak karena alasan sibuk dan tidak
memiliki waktu luang. Usia informan pendukung, yaitu keluarga dari informan utama
yang diwawancara mendalam memiliki usia yang bervariasi mulai dari 35 tahun hingga
45 tahun. Informan yang diwawancarai seluruhnya adalah ibu dari informan utama yang
melakukan wawancara mendalam. Sebagian besar informan pendukung berasal dari
suku jawa, dan satu orang dari suku betawi. Seluruh informan pendukung beragama
Islam. Tingkat pendidikan informan pendukung sudah cukup tinggi, antara SMA hingga
S-1. Sebagian besar informan pendukung merupakan ibu rumah tangga dan sebagian
kecil lainnya bekerja sebagai pegawai swasta. Pendapatan informan beragam mulai dari
Rp. 800.000,- sampai dengan 4.000.000,-.
C. Penjual Kantin SMPN 107 Jakarta
75
Berikut adalah karakteristik dari penjual kantin SMPN 107 Jakarta :
Tabel 5.7
Informan Pendukung
Penjual Kantin di SMPN 107 Jakarta
No.
Nama
Penjual
Urutan Warung
Dagang
1.
Ibu A.
Warung ke-1
2.
Ibu B.
Warung ke-2
3.
Ibu C.
Warung ke-3
4.
Ibu D.
Warung ke-4
5.
Ibu E.
Warung ke-5
Makanan yang Dijual
Makanan ringan, minuman es, nasi rames,
hamburger, batagor, mie goreng/rebus, gorengan,
otak-otak, softdrink, dll
Makanan ringan, minuman es, nasi rames,
somay/batagor,
mie
goreng/rebus,
gorengan,
softdrink, dll
Makanan ringan, minuman es, nasi rames, soto, bihun
goreng, mie goreng/rebus, gorengan, softdrink, dll
Makanan ringan, minuman es, nasi rames,
hamburger, batagor, mie goreng/rebus, gorengan,
softdrink, dll
Makanan ringan, minuman es, nasi rames, mie
goreng/rebus, bihun goreng, soto ayam, lontong
sayur, gorengan, softdrink, dll.
Informan pendukung lainnya yaitu penjual kantin dan kepala sekolah SMPN 107
Jakarta. Dari lima orang penjual kantin di SMPN 107 Jakarta, peneliti hanya
mewawancarai satu orang penjual, yaitu ibu. E yang memiliki warung di urutan kelima
dari pinggir. Pemilihan penjual yang dijadikan informan pendukung dilihat dari penjual
yang menjual makanan paling bervariasi dan paling lama berjualan di SMPN 107
76
Jakarta. Ibu E mulai berjualan di SMPN 107 Jakarta mulai dari tahun 2002. Sedangkan
kepala sekolah 107 Jakarta yang bernama ibu Ida merupakan kepala sekolah yang baru
menjabat pada tahun 2009.
5.3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) siswa SMPN 107 Jakarta serta gambaran halhal yang berkaitan dengan perilaku gizi seimbang siswa yang meliputi karakteristik dan
pola makan keluarga siswa. Selain itu akan digambarkan pula hasil wawancara dengan
para informan pendukung, yaitu teman serta keluarga informan. Berikut ini adalah
gambaran hasil penelitian di SMPN 107 Jakarta :
5.3.1
Informan Utama
5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 Tentang
Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal apa saja yang
diketahui oleh informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
seberapa tahu informan tentang kecukupan gizi yang dibutuhkannya dalam sehari,
manfaat serta akibat jika konsumsinya kurang ataupun berlebih, dan dari mana sumber
informasinya.
Untuk
variabel
pengetahuan
tentang
gizi
seimbang,
peneliti
menanyakannya pada 18 informan (enam orang informan dalam FGD I, enam orang
77
informan dalam FGD II, dan enam orang dalam wawancara mendalam). Berikut adalah
gambaran pengetahuan informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang :
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Pengetahuan mengenai penganekaragaman makanan meliputi pengetahuan
tentang gizi seimbang, pedoman gizi seimbang, manfaat penganekaragaman makanan,
serta akibat dari makanan yang tidak beraneka ragam baik secara kuantitas maupun
kualitasnya, dan juga pengetahuan tentang berapa berat badan yang ideal untuk remaja
seusia informan.
Seluruh informan utama, baik yang diwawancara mendalam, FGD I maupun
FGD II, menyatakan bahwa yang disebut gizi seimbang adalah gizi yang lengkap dan
terdiri dari makanan 4 Sehat 5 Sempurna. Makanan 4 Sehat 5 Sempurna mencakup
makanan pokok berupa nasi, sayuran, lauk pauk, buah dan susu dimana makanan
tersebut mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan zat gizi lain
yang diperlukan tubuh. Berikut kutipannya :
“ Ya 4 sehat 5 sempurna. Mencakup karbohidrat, lemak, vitamin, protein dan
mineral.” (Informan HT)
“Gizi seimbang adalah gizi yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat hidup dan
menjalani aktivitas dengan baik agak tidak mudah lelah. Klo manusia kurang
gizi ia akan cepat lelah karena kurang gizi dan tenaga. Terus ya gizinya yang
lengkap sesuai kebutuhan 4 sehat 5 sempurna.” (Informan FN)
“ Gizi yang memenuhi standar kesehatan. Sesuai sama waktunya terus sesuai
sama 4 sehat 5 sempurna.” (Informan MR)
Selain itu seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, lima orang
dari enam orang informan FGD I, serta lima orang dari enam orang informan FGD II
78
masih menganggap bahwa slogan “4 Sehat 5 Sempurna” merupakan pedoman gizi
seimbang. padahal saat ini Departemen Kesehatan telah menetapkan PUGS (Pedoman
Umum Gizi Seimbang) sebagai pedoman gizi seimbang yang baru. Akan tetapi seluruh
informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I, maupun FGD II menyatakan
tidak pernah mendengar dan mengetahui tentang PUGS, bahkan kepanjangan dari
singkatan PUGS itu pun mereka tidak tahu. Berikut kutipannya :
“ Slogan gizi seimbang 4 Sehat 5 Sempurna. PUGS gak tahu. Gak pernah
denger.” (Informan HT)
“ Pedoman gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna bukan ? iya deh itu. PUGS gak
tahu. Tahunya Cuma 4 sehat 5 sempurna aja.” (Informan IT)
” Pedoman gizi seimbang, gak tahu. PUGS gak tahu.” (Informan HY)
Seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I maupun FGD II
menyatakan bahwa manfaat menganekaragamkan makanan yang kita makan, supaya
terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk serta mengganti menu setiap harinya
adalah untuk mencukupi gizinya sehari-hari agar lebih lengkap karena pada satu jenis
makanan tidak mengandung zat gizi yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh kita serta
agar kita tidak cepat bosan dengan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Berikut
kutipannya :
“ Untuk melengkapi asupan gizi dalam tubuh, yak lo makan yang itu-itu aja
gizinya gak lengkap.” (Informan MT)
“ Biar tidak bosan. Supaya kebutuhan gizi kita tidak hanya satu saja yang
terpebuhi tapi semuanya. Jadi makanan yang kita konsumsi harus memiliki
kadar gizi yang berbeda-beda. Supaya gizinya lengkap.” (Informan MR)
“ Biar gizi yang kita dapat seimbang, soalnya kan setiap makanan gizinya bedabeda. Lagian biar gak bosen.” (Informan K)
79
Selain manfaat penganekaragaman makanan, peneliti juga menanyakan akibat
yang dapat ditimbulkan dari konsumsi makanan yang tidak beranekaragam. Seluruh
informan wawancara mendalam serta informan FGD I dan FGD II menyatakan bahwa
akibat mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam dapat mengakibatkan malas
makan, zat gizi dalam tubuh tidak lengkap sehingga menyebabkan kurang gizi dan akan
berpengaruh pada terganggunya aktivitasnya sehari-hari karena badan terasa lemas, tak
bertenaga dan nantinya dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu
informan juga menyebutkan bahwa makanan yang tidak beraneka ragam juga dapat
menyebabkan kebosanan. Berikut kutipannya :
“ Dampaknya mungkin kita akan cenderung malas makan, terus kebutuhan gizi
yang kita makan gak tercukupi terus daya tahan kita gak fit terus pertumbuhan
kita akan terganggu karena kurang gizi.” (Informan FN)
“ Kurang gizi, soalnya klo kita makannya itu-itu aja, gizi yang didapat juga
hanya itu aja, banyak gizi lain yang gak didapat maka kita bisa kurang gizi terus
badannya jadi kurus.” (Informan FI)
“ Bisa kurang gizi, lemas, aktivitasnya gak semangat.” (Informan HY)
“ Bisa bosen, sama gizinya gak lengkap.” (Informan RW)
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan apa saja yang
dapat mencukupi kebutuhan gizi, berapa kebutuhan gizi dalam sehari, manfaat
memenuhi kebutuhan gizi, berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja seusianya, serta
kebiasaan informan untuk menimbang BB dan TB-nya.
80
Seluruh informan FGD I dan II, serta lima dari enam informan wawancara
mendalam menyatakan bahwa makanan sumber karbohidrat dapat memenuhi kebutuhan
energi. Selain karbohidrat, empat dari enam informan wawancara mendalam, seorang
dari informan FGD I, serta empat orang dari lima informan FGD II juga menyebutkan
bahwa protein juga dapat memenuhi kebutuhan energi. Sedangkan informan yang
menyebutkan lemak sebagai sumber energi diantaranya dua orang dari enam informan
informan wawancara mendalam, sebagian informan FGD I, serta dua orang dari empat
informan FGD II. Akan tetapi masih banyak informan yang mengira bahwa dalam
makanan sumber mineral dan vitamin memiliki kandungan energi yang tinggi dan dapat
memenuhi kebutuhan energi tubuh. Berikut kutipannya :
“ Karbohidrat, lemak, sama mineral.” (Informan HT)
“ Karbohidrat, mineral sama protein.” (Informan HY)
” Karbohidrat seperti nasi, jagung, sagu, protein seperti daging, ikan, dan
sedikit lemak.” (Informan FI)
“ Karbohidrat, protein, sama lemak.” (Informan BM)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II tidak mengetahui
berapa kebutuhan energi mereka dalam satuan kkal (kilo kalori), sehingga peneliti
melakukan probing dengan menanyakan porsi ideal kebutuhan karbohidrat, protein dan
lemak yang sesuai untuk remaja seusia mereka. Porsi kebutuhan karbohidrat, protein,
maupun lemak tidak peneliti tanyakan dalam satuan gram tetapi ditanyakan dalan ukuran
rumah tangga, seperti berapa piring nasi untuk karbohidrat, berapa potong lauk untuk
protein, serta berapa sendok makan minyak untuk lemak. Akan tetapi khusus untuk porsi
lemak dengan probing dalam ukuran sdm minyak tersebut, hanya peneliti tanyakan pada
81
informan WM saja, karena peneliti terlupa untuk menanyakan pada informan FGD I dan
II. Dari pertanyaan tersebut, tujuh belas dari delapan belas informan utama dapat
menjawab kebutuhan yang ideal dari karbohidrat dan protein. Dan seorang informan
WM tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi sebaliknya, untuk
pertanyaan kebutuhan lemak, tujuh belas dari delapan belas informan utama tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan seorang informan lainnya memberikan
jawaban yang kurang tepat. Berikut kutipannya :
“ Sekali makan 1 piring, jadinya sehari 3 piring sedang (Karbohudrat).”
(Informan BM)
“1 potong sekali makan (Protein).” (Informan IT)
“5 sendok makan (Lemak).” (Informan DIL)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II juga menyatakan
bahwa memenuhi kebutuhan gizi dalam sehari bermanfaat untuk menjaga kesehatan,
agar tidak mudah sakit sehingga nantinya dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari
dengan lancar dan kondisi tubuh yang optimal. Berikut kutipannya :
“ Supaya makanan kita terjaga, terus pertumbuhan kita tidak terhambat. Ya
supaya kita bisa sehat terus bisa menjalani aktivitas kita sehari-hari, biar fit.”
(Informan FN)
“ Buat nambah gizi dalam tubuh dan agar tubuh tidak lemas.” (Informan HY)
“ Biar aktivitasnya lebih semangat, biar sehat, gak gampang sakit.” (Informan
FD)
Lima orang dari enam informan wawancara mendalam serta seorang informan
FGD I tidak mengetahui berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja usia mereka.
Sedangkan seorang informan wawancara mendalam, lima orang informan FGD I, serta
82
seluruh informan FGD II menyebutkan BB dan TB yang bervariasi. Untuk wanita, ada
informan yang menyebutkan BB yang idealnya sekitar 40-50 kg dan laki-laki sekitar 50
kg. Sedangkan TB yang ideal untuk wanita sekitar 140-150 cm dan laki-laki sekitar 150170 cm. Seluruh informan menyebutkan bahwa BB dan TB laki-laki lebih besar
daripada wanita. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada
FGD II menyebutkan bahwa BB dan TB yang ideal untuk seseorang dapat diketahui
dengan perhitungan BB saat ini dikurangi 100 kemudian hasilnya dibandingkan dengan
BB-nya sekarang. Selain itu informan wanita dengan status gizi lebih pada FGD II
menyatakan bahwa perbedaan BB dan TB antara laki-laki dan wanita adalah 20 kg
(untuk BB) dan 20 cm (untuk TB). Berikut kutipannya:
“ Gak tahu.” (Informan IS)
“ Klo laki-laki 50-60 BB, TBnya 160, klo wanita BBnya 40-50, TBnya 150.”
(Informan RW)
“ TB dikurang 100 terus dibandingkan dengan BB-nya sekarang. Klo kelebihan
atau kurang artinya gak ideal.” (Informan FI)
“ Klo wanita BB nya 40 lakinya 60 jadi beda 2 yang puluhannya, jadi klo
tingginya wanita 140 laki-laki 160.” (Informan K)
Seorang informan wawancara mendalam dan dua orang informan FGD I
menyatakan bahwa ia biasa menimbang BB setiap satu bulan sekali. Empat orang
informan wawancara mendalam, empat informan FGD I dan seluruh informan FGD II
menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan BB dan
pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali, 3 bulan
sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya sekali menimbang BB.
Sedangkan seorang informan wawancara mendalam menyatakan ia tidak pernah
83
melakukan penimbangan BB dan TB dalam satu tahun terakhir. Akan tetapi, peneliti
terlupa untuk menegaskan berapa kali mereka mengukur TB-nya, karena dikhawatirkan
jawaban informan merupakan kebiasaan informan untuk melakukan penimbangan BB
saja. Akan tetapi, sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang
melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Berikut kutipannya:
“ Gak rutin, 1 bulan sekali.” (Informan DP)
“ Gak rutin. Setahun bisa 10 kali.” (Informan BW)
“ Gak pernah.” (Informan IS)
“ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” (Informan RW)
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan karbohidrat,
jenis karbohidrat, jumlah kebutuhan karbohidrat berdasarkan URT; manfaat karbohidrat,
akibat jika konsumsi karbohidrat yang berlebih ataupun kurang.
Seluruh informan wawancara mendalam, lima orang dari enam informan pada
FGD I dan seluruh informan pada FGD II telah mengetahui sumber makanan
karbohidrat terdiri dari nasi, gandum, jagung, mie, singkong, ubi, sagu, dll. Akan tetapi
seorang informan pada FGD I, informan laki-laki dengan status gizi kurang
menyebutkan bahwa daging merupakan makanan sumber karbohidrat. Berikut
kutipannya :
“ Nasi, jagung, gandum, kentang, roti.” (Informan FN)
84
“ Karbohidrat dari kentang, nasi, mie, pokoknya makanan-makanan pokok.”
(Informan MT)
“ Kayak daging gitu.” (Informan HT)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui
jenis karbohidrat, dimana karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat
sederhana. Berikut kutipannya :
“ Gak tahu.” (Informan IT)
“ Gak tahu.” (Informan DIL)
“ Gak tahu kak.” (Informan FD)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan lima orang informan FGD
II dapat menyebutkan jumlah kebutuhan karbohidrat dalam sehari sebanyak tiga piring
nasi. Sedangkan seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi lebih tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan KH dengan
menggunakan ukuran rumah tangga seperti berapa piring nasi untuk memudahkan
informan dalam menjawab dan memahami pertanyaan. Berikut kutipannya :
“ Tiga piring nasi, makan pagi, makan siang sama malam.” (Informan DP)
“ Ya nasinya tiga piring sedang.” (Informan NA)
“ Tiga piring sedang, jangan banyak-banyak.” (Informan FD)
Seluruh informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta empat
informan FGD II telah mengetahui manfaat karbohidrat yaitu sebagai sumber energi dan
pembangkit tenaga. Sedangkan dua informan FGD I dan dua informan FGD II tidak
mengetahuinya. Berikut kutipannya :
“ Sebagai pembangkit energi. Ya bisa membuat tenaga di tubuh dari makanan
itu.” (Informan HT)
85
“ Karbohidrat buat pembangkit tenaga biar gak lemes.” (Informan MA)
“ Untuk daya tahan tubuh supaya tetap fit.” (Informan FN)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta sebagian informan FGD II
telah mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih yaitu dapat
mengakibatkan kekenyangan, sakit perut, kegemukan dan dalam jangka panjang dapat
mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan tiga informan FGD II tidak mengetahui
akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih. Berikut kutipannya :
“ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan.” (Informan BW)
“ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung.” (Informan NA)
“ Kegemukan.” (Informan FI)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta lima orang informan FGD
II dapat menyebutkan akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang, seperti lemas,
cepat capek, kurus, kurang tenaga, kurang gizi, bahkan ada informan yang menyebutkan
busung lapar. Sedangkan seorang informan FGD II, yaitu informan laki-laki dengan
status gizi kurang tidak mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang.
Berikut kutipannya :
“Ya bisa bikin badan lemas, kurang tenaga, cepat capek.” (Informan HT)
“ Busung lapar.” (Informan FI)
“Klo kurang bisa lemas atau pingsan.” (Informan HY)
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan
Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan protein dan
lemak, jenis protein dan lemak, jumlah kebutuhan protein dan lemak berdasarkan URT;
86
manfaat protein dan lemak, akibat jika konsumsi protein dan lemak yang berlebih
ataupun kurang.
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II telah mengetahui
makanan sumber protein dan lemak. Mereka menyatakan bahwa makanan sumber
protein terdiri dari : daging, ayam, telur, tahu, tempe, dll. Sedangkan makanan sumber
lemak terdiri dari minyak, margarin, keju, susu, daging, dll. Berikut kutipannya :
“ Tahu, tempe, daging, kacang kedelai (protein).” (Informan BW)
“ Telur, daging, tempe, tahu.” (Informan MT)
“ Minyak, margarin, sama daging (lemak).” (Informan BM)
“ Sumber lemak itu seperti buah alpukat, daging, minyak.” (Informan FI)
Tiga informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta dua informan
FGD II telah mengetahui bahwa protein terdiri dari dua jenis, yaitu protein hewani
seperti ayam, daging, ikan dan protein nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis protein. Untuk lemak, dua orang
informan wawancara mendalam, tiga orang informan FGD I, serta tiga orang informan
FGD II telah mengetahui bahwa jenis lemak menurut sumbernya ada dua yaitu lemak
hewani dan nabati. Dan hanya seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi
normal yang menyebutkan lemak jenuh, akan tetapi ia tidak mengetahui tentang lemak
tak jenuh dan lemak trans. Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis lemak.
Berikut kutipannya :
“ Gak tahu (protein).” (Informan IT)
“ Hewani sama nabati (protein).” (Informan DIL)
87
“ Dua, lemak nabati sama lemak hewani.” (Informan BW)
“ Tahunya cuma 1, lemak jenuh.” (Informan MR)
Seluruh informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta seluruh
informan FGD II menyebutkan kebutuhan protein sebanyak satu potong setiap satu kali
makan, dan tiga hingga empat potong lauk untuk satu hari atau untuk tiga kali makan.
Sedangkan seorang informan FGD I, laki-laki dengan status gizi normal tidak
mengetahui berapa kebutuhan protein dalam satu hari. Peneliti menanyakan jumlah
kebutuhan protein dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu berapa potong lauk.
Akan tetapi untuk pertanyaan ini, peneliti hanya menanyakan kebutuhan protein hewani,
sedangkan untuk kebutuhan protein nabati peneliti terlupa untuk menanyakannya. Selain
kebutuhan protein, peneliti juga menanyakan kebutuhan lemak yang ideal dalam satu
hari. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I dan FGD II tidak
mengetahui jumlah kebutuhan lemak mereka dalam satu hari. Akan tetapi ada seorang
informan wawancara mendalam, wanita dengan status gizi lebih yang menyebutkan
kebutuhan lemak dalam sehari sebanyak lima sendok makan. Peneliti menanyakan
jumlah kebutuhan lemak dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu ukuran
sendok makan. Berikut kutipannya :
“ Sehari 3 potong (protein).” (Informan FN)
“ Lima sendok makan (lemak).” (Informan DIL)
Empat informan wawancara mendalam, enam informan FGD I dan lima
informan FGD II menyatakan bahwa manfaat protein adalah sebagai zat pembangun
yang membantu pertumbuhan, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, serta sebagai sumber
tenaga/energi. Sedangkan untuk manfaat lemak, seluruh informan FGD I, dan dua orang
88
informan FGD II mengetahui bahwa lemak berguna sebagai cadangan energi. Selain itu
ada seorang informan FGD II, yaitu informan wanita dengan status gizi normal
mengatakan bahwa lemak dapat memberikan panas tubuh sehingga tidak mudah
kedinginan saat musim dingin. Sedangkan seluruh informan wawancara mendalam serta
empat orang informan FGD II tidak mengetahui manfaat lemak. Bahkan ada seorang
informan wawancara mendalam, yaitu informan wabita dengan status gizi lebih
menyatakan bahwa lemak tidak memiliki manfaat apa-apa. Berikut kutipannya :
“Untuk memperbaiki sel-sel yang rusak (Protein).” (Informan FI)
“ Kayaknya gak ada (Lemak).” (Informan DIL)
“ Klo kegunaan lemak mungkin misalnya orang yang berlemak panas tubuhnya
lebih tinggi. Karena orang yang berlemak memiliki panas tubuh yang lebih
tinggi dari pada orang yang kurang lemak jadi gak gampang kedinginan.”
(Informan FN)
Hanya sebagian kecil dari informan, yaitu seorang informan wawancara
mendalam, dua informan FGD I, serta seorang informan FGD II yang memberikan
jawaban dari akibat mengkonsumsi protein yang berlebih, yaitu dapat menyebabkan
lemas, pertumbuhan optimal, atau sebaliknya menyebabkan pertumbuhan kurang bagus,
serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Sedangkan sebagian besar informan lainnya
tidak mengetahui akibat dari konsumsi protein yang berlebih. Untuk pengetahuan
tentang akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, seluruh informan wawancara
mendalam, seluruh informan FGD I, dan lima orang informan FGD II menyebutkan
bahwa kelebihan konsumsi lemak dapat mengakibatkan kegemukan dan dalam jangka
panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan seorang informan FGD II,
89
laki-laki dengan status gizi kurang tidak mengetahui apa akibat yang dapat ditimbulkan
dari konsumsi lemak yang berlebihan. Berikut kutipannya :
“ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan (Lemak).” (Informan BW)
“ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung (Lemak).” (Informan NA)
“ Pertumbuhannya kurang bagus (Protein).” (Informan HT)
“ Pertumbuhannya bisa normal (Protein).” (Informan DP)
Lima informan FGD I, serta dua informan FGD II dapat menyebutkan akibat dari
kurangnya asupan/konsumsi protein, yaitu dapat menyebabkan pertumbuhannya
terhambat serta menjadi kurang gizi / kurus. Sedangkan informan lainnya tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Untuk akibat kurang konsumsi lemak, tiga informan
wawancara mendalam, empat informan FGD I, dan dua informan FGD II menyatakan
bahwa kurangnya konsumsi lemak bisa menyebabkan seseorang lemas, tak bertenaga
daya tahan tubuhnya kurang , kurus, serta dapat terjadi malnutrisi/kurang gizi. Berikut
kutipannya :
“ Sel-sel yang tadinya rusak yang harusnya bisa diganti jadi gak bisa diganti
karena kekurangan protein.” (Informan FN)
“Klo kurang pertumbuhan terhambat (protein).” (Informan MT)
“Bisa kurus. Malnutrisi ya kak disebutnya (lemak).” (Informan DIL)
“ Kurus (Lemak).” (Informan RW)
E. Gunakan Garam Beryodium
90
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat garam beryodium,
akibat dari konsumsi garam yang berlebih, serta batas takaran dari konsumsi garam
untuk seseorang dalam sehari.
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui
manfaat konsumsi garam yang mengandung yodium adalah untuk mencegah penyakit
gondok. Bahkan ada seorang informan laki-laki dengan status gizi normal pada FGD I
yang menyebutkan bahwa manfaat lain dari garam beryodium adalah untuk
pertumbuhan. Berikut kutipannya :
“ Untuk pertumbuhan, untuk mencegah penyakit gondok.” (Informan MA)
“ Mencegah penyakit gondok, itu yang lehernya ada jendolannya, membesar.”
(Informan BW)
“ Garam yang bisa mencegah gondok.“ (Informan IT)
“ Mencegah gondok.” (Informan DA)
Empat informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta lima
orang informan FGD II tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsi garam yang
berlebih. Akan tetapi dua orang informan wawancara mendalam (informan wanita
dengan status gizi kurang dan lebih) dan seorang informan FGD II (informan wanita
dengan status gizi kurang) mengetahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat
menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Berikut kutipannya :
“ Bisa kena darah tinggi.” (Informan NA)
“ Darah tinggi.” (Informan DIL)
“ Gak tahu.” (Informan DA)
91
“ Enggak tahu.” (Informan HY)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui
berapa batas takaran konsumsi garam untuk setiap orang dalam satu harinya, dimana
seharusnya batas konsumsi garam adalah sebanyak satu sendok teh akan tetapi rata-rata
dari mereka menjawab sekitar 1 ½ - 4 sendok makan. Berikut kutipannya :
“ Dua sampai empat sendok makan sehari. Ya buat seorang.” (Informan FI)
“ Gak tahu.” (Informan DP)
“ Dua sendok makan.” (Informan FD)
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan zat besi, akibat
kekurangan zat besi, sumber makanan yang mengandung banyak zat besi, apa yang
dimaksud penyakit anemia, serta kadar Hb (Haemoglobin) dalam darah yang normal
untuk remaja seusia informan.
Seorang informan wawancara mendalam (Informan wanita dengan status gizi
kurang), dua informan FGD I (Informan laki-laki dengan status gizi normanl dan lebih),
serta tiga informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang dan normal, serta
informan laki-laki dengan status gizi lebih) menyatakan bahwa zat besi berguna untuk
pembentukan sel darah merah. Akan tetapi masih ada seorang informan FGD II
(Informan wanita dengan status gizi kurang) yang mengatakan bahwa zat besi juga
berguna untuk pembentukan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak
mengetahui manfaat zat besi, dan banyak dari mereka yang menyatakan bahwa zat besi
92
berguna untuk pembentukan tulang dan gigi serta untuk mencegah osteoporosis. Berikut
kutipannya :
“ Zat besi untuk tulang. Untuk biar tambah tinggi.” (Informan FD)
“ Zat yang berpengaruh untuk sel darah merah.” (Informan MA)
“ Zat yang berguna untuk menambah sel darah merah dan sel darah putih.”
(Informan DA)
“ Buat mencegah osteoporosis.” (Informan MR)
Seorang informan wawancara mendalam (Informan wanita dengan status gizi
kurang), seorang informan FGD I (Informan laki-laki dengan status gizi lebih), serta dua
informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang, serta informan laki-laki
dengan status gizi lebih) mengetahui bahwa kurangnya zat besi dalam konsumsi
makanan sehari-hari dapat menyebabkan penyakit anemia. Akan tetapi informan yang
lainnya menyatakan bahwa kurangnya asupan zat besi dapat mengakibatkan penyakit
leukemia, osteoporosis, serta menyebabkan pertumbuhan tulangnya terhambat. Berikut
kutipannya :
“Penyakit kayak anemia, yang kayak kekurangan sel darah merah sama sel
darah putih.” (Informan FN)
“Anemia.” (Informan BW)
“Akan menyebabkan osteoporosis.” (Informan FI)
“Pertumbuhannya akan berlangsung lambat.” (Informan HT)
Seorang informan wawancara mendalam (informan wanita dengan status gizi
kurang), seorang informan FGD I (informan laki-laki dengan status gizi lebih), serta
empat informan FGD II (Informan wanita dengan status gizi kurang, normal, dan lebih,
serta informan laki-laki dengan status gizi lebih) mengetahui bahwa zat besi banyak
93
terkandung dalam sayuran khususnya di bayam. Tidak ada satupun dari mereka yang
menyebutkan bahwa zat besi juga terdapat didalam bahan pangan hewani dan kacangkacangan. Akan tetapi banyak juga dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi
banyak terkandung didalam susu. Berikut kutipannya :
“ Kayak bayam terus sayur-sayuran.” (Informan FN)
“ Susu.” (Informan MR)
“ Gak tahu.” (Informan HT)
Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta empat
informan wawancara mendalam telah mengetahui bahwa anemia adalah penyakit karena
kekurangan sel darah merah. Walaupun demikian ada seorang informan FGD II
(Informan wanita dengan status gizi normal) yang juga menyebutkan bahwa anemia
juga disebabkan karena kekurangan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak
mengetahui bahkan lupa apa itu penyakit anemia. Berikut kutipannya :
“ Kekurangan sel darah merah.” (Informan HT)
“ Kekurangan sel darah merah sama sel darah putih.” (Informan FN)
“ Penyakit yang kurang sel darah merah.” (Informan DA)
“ Pernah dengar tapi lupa.” (Informan IT)
Lima informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta empat
informan FGD II mengetahui gejala anemia, diantaranya pusing, mudah lelah, mual,
muntah, tak bersemangat, dsb. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa anemia
dapat menyebabkan seseorang pingsan dan mudah marah. Berikut kutipannya :
“ Lemah, letih, lesu, ada yang sampai pingsan.” (Informan BM)
“ Gak tahu.” (Informan RW)
94
“ Mukanya pucat, lemas, gampang marah.” (Informan MA)
“ Agak pucat mukanya sama lemas.” (Informan IT)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II tidak mengetahui
berapa kadar Hb (Haemoglobin) yang normal untuk remaja seusia informan yang
berkisar 12,0-15,5 g/dl untuk wanita dan 13,0-17,0 g/dl untuk laki-laki. Berikut
kutipannya :
“ Gak tahu.” (Informan IS)
“ Gak tahu.” (Informan HY)
“ Enggak tahu.” (Informan FD)
G. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI
Sesudahnya
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini adalah manfaat apa saja dari ASI yang
diketahui oleh informan. Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan
FGD I, serta empat informan FGD II mengetahui manfaat ASI bagi bayi, diantaranya
berguna untuk makanan bayi / asupan gizi bayi, untuk memberikan daya tahan atau
kekebalan pada bayi, untuk perkembangan tubuh bayi, serta untuk perkembangan otak
bayi. Berikut kutipannya :
“ Untuk memberi makan bayi dan daya tahan bayi.” (Informan FI)
“ Untuk perkembangan bayi, untuk pertumbuhan.” (Informan MT)
“ Manfaatnya untuk makanan bayi. Bagus buat kekebalan tubuhnya.” (Informan
BM)
“ Untuk makanan bayi. Untuk kecerdasan otak.” (Informan DIL)
95
H. Biasakan Makan Pagi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang manfaat makan pagi dan akibat
jika seseorang tidak makan pagi. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan
FGD II mengetahui bahwa makan pagi atau makan pagi bermanfaat untuk memberikan
energi dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu beberapa informan
juga menyebutkan bahwa makan pagi dapat membuat belajar menjadi lebih
berkonsentrasi serta aktivitas akan berjalan lebih optimal dan tubuh juga terasa lebih fit /
bertenaga. Berikut kutipannya :
“ Supaya klo misalnya pagi kan kita dah makan, ntar pas belajar sekolah gak
akan terganggu. Lebih konsen.” (Informan K)
“ Buat nambah tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.” (Informan FN)
“ Biar ada energinya biar gak lemes, ntar gak bisa mikir lagi.” (Informan FD)
“ Supaya tenaga yang kemarin terkurang, jadinya kita bisa chaw lagi.”
(Informan BM)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa
akibat jika seseorang tidak makan / makan pagi pagi, maka akan menyebabkan lemas,
lapar, tak bertenaga, tidak konsentrasi, bahkan pingsan. Berikut kutipannya :
“ Bisa lemas, pingsan, udah.” (Informan IT)
“ Lemas, lesu,belajarnya jadi gak konsentrasi.” (Informan DA)
“ Klo mau belajar atau beraktivitas jadi lemas.” (Informan DP)
“ Badan terasa kurang fit, lemas, pusing, mungkin badan juga akan terganggu
klo lagi kurang fit.” (Informan FN)
I. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
96
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan air dalam tubuh,
berapa banyak konsumsi air minum yang ideal dalam hari, dan akibat jika seseorang
kurang mengkonsumsi air. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan
FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa air berguna bagi tubuh untuk menghilangkan
rasa haus, agar tidak dehidrasi, membantu mencerna makanan, untuk memperlancar
peredaran darah, serta ada seorang informan yang menyatakan bahwa air dapat
mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh. Sedangkan seorang informan wanita dengan
status gizi normal pada wawancara mendalam tidak mengetahui kegunaan air bagi
tubuh. Berikut kutipannya :
“ Untuk memperlancar darah dan mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh,
untuk memperlancar peredaran darah ke otak.” (Informan MR)
“ Untuk memperlancat peredaran darah, dan supaya gak kena penyakit ginjal.”
(Informan K)
“ Untuk melancarkan peredaran darah.” (Informan IT)
“ Supaya tidak dehidrasi.” (Informan IS)
Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan pada FGD I ,serta
lima informan FGD II menyatakan bahwa batas minimal konsumsi air minum dalam
sehari adalah sebanyak delapan gelas sehari atau setara dengan dua liter air. Akan tetapi
seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD II mengatakan bahwa
batas minimal konsumsi air adalah satu setengah liter. Berikut kutipannya :
“ 8 gelas atau 2 liter air minum.” (Informan RW)
“ 1 ½ liter.” (Informan BW)
“ 8 gelas.” (Informan IS)
“ 2 liter.” (informan FD)
97
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui bahwa
jika seseorang kurang mengkonsumsi air minum dapat mengakibatkan dehidrasi, rasa
haus, kurang tenaga, menghambat peredaran darah, serta menghambat pengeluaran
toksik dalam tubuh. Berikut kutipannya :
“ Menghambat pengeluaran toksik-toksik dalam tubuh sehingga menghambat
peredaran darah.” (Informan MR)
“ Memperlambat peredaran darah dan bisa kena penyakit ginjal.” (Informan K)
“ Kena penyakit, dehidrasi.” (Informan DA)
“ Peredaran darah akan terganggu, selain itu kita bisa dehidrasi.” (Informan
FN)
J. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat olah raga, frekuensi
olah raga dalam satu minggu, serta durasi dalam setiap melakukan olah raga. Seluruh
informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa olah raga
bermanfaat untuk kesehatan, tubuh terasa lebih segar, fit, tidak mudah sakit, serta dapat
menurunkan berat badan. Berikut kutipannya :
“ Supaya sehat, dan gemuknya bisa terus turun..” (Informan DIL)
“ Supaya tubuhnya sehat dan tidak mudah sakit.” (Informan RW)
“ Untuk kesehatan tubuh, sekalian buat refreshing. Ya kan seminggu kita dah
capek beraktivitas.” (Informan MA)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan bahwa
olah raga harus rutin dilaksanakan. Untuk frekuensi dan durasi olah raga, mereka
menjawabnya dengan bervariasi. Ada informan yang mengatakan minimal seminggu
sekali, seminggu dua kali, bahkan ada yang menyebutkan olah raga sebaiknya seminggu
98
empat kali dengan durasi / lama waktu berolah raga yang beragam, ada informan yang
mengatakan olah raga sebaiknya selama 15 menit ada juga yang mengatakan selama 3
jam. Berikut kutipannya :
“ 3 kali 1 jam.“ (Informan NA)
“ Yang idealnya setiap hari, tapi minimal 2 kalilah. 15 menit dah cukup.”
(Informan HT)
“ Setiap hari tapi minimal 1-2 kali. 30 – 1 jam.” (Informan BW)
K. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang akibat yang ditimbulkan dari
kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol. Dua informan wawancara
mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh informan FGD II menyatakan bahwa
konsumsi alkohol dapat membuat kecanduan serta berakibat buruk untuk kesehatan fisik
dan mental seseorang. Menurut informan, akibat yang dapat ditimbulkan diantaranya
dapat merusak organ jantung, hati, ginjal, otak, paru-paru, menyebabkan penyakit
kanker, menghambat peredaran darah, serta menyebabkan seseorang kehilangan
akalnya. Berikut kutipannya :
“ Bisa terkena penyakit jantung, paru-paru, ginjal, juga bisa merusak otak dan
hilang akal.” (Informan DA)
“ Merusak jantung, hati, paru-paru, ginjal, juga menyebabkan penyakit kanker.”
(Informan FN)
“ Merusak otak, jantung, paru-paru, membuat kerusakan ginjal, dan membuat
toksik-toksik dalam darah makin keruh.” (Informan MR)
99
L. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang bagaimana kriteria makanan
yang aman. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan
hal yang beragam tentang kriteria makanan yang aman, diantaranya makanan tersebut
harus bergizi, halal, steril, bersih dari debu, kotoran, tidak dihinggapi lalat, bebas dari
bakteri, bebas dari zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan, seperti pengawet buatan,
pewarna buatan, pemanis buatan, dll. Berikut kutipannya :
“ Makanan yang mengandung gizi seperti karbohidrat, vitamin,dll. Terus sama
bebas dari bahan kimia gitu, kayak formalin, boraks, sama pewarna makanan.”
(Informan DA)
“ Makanan yang sehat,baik. Dari zat-zat berbahaya. Pewarna, pengawet, dan
rasanya juga mesti pake bahan yang benar.” (Informan K)
“ Ya makanan yang jelas ada labelnya, komposisi, kandungan gizi dan ada kode
ekspairednya. Terus bebas dari bahan racun, boraks, formalin, dan bahanbahan yang gak layak dimakan.” (Informan MA)
M. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi apa saja manfaat membaca
label kemasan, serta label kemasan apa saja yang informan ketahui. Selain itu peneliti
juga menggali darimana saja sumber informasi kesehatan yang telah didapat oleh
informan, seberapa bermanfaat informasi tersebut, serta informasi apa saja yang saat ini
diperlukan oleh informan.
Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh
informan FGD II, menyatakan bahwa membaca label kemasan sebelum membeli
100
makanan sangat penting, karena dengan membaca label kemasan tersebut informan
dapat mengetahui kapan tanggal kadaluwarsanya, komposisi/bahan pembuatan makanan,
kandungan gizi dari makanan serta kehalalan makanan sehingga konsumen dapat
mengetahui keamanan dari makanan yang dibelinya. Akan tetapi masih ada seorang
informan wanita dengan status gizi kurang pada wawancara mendalam yang tidak
mengetahui manfaat dari membaca label kemasan makanan sebelum membeli makanan.
Berikut kutipannya :
“ Supaya kita tahu isi makanan itu dari bahan apa aja, terus sama masa
berlakunya makanan (tanggal ekpaired).” (Informan BM)
“ Supaya kita tahu kapan batas kadaluwarsanya, dan tahu mengandung
pengawet atau tidak .” (Informan RW)
“ Biar supaya kita tahu bahan makanan yang kita makan apa aja, bagaimana
gizinya, terus kapan batas kadaluwarsanya.” (Informan MA)
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II telah mengetahui
label-label apa saja yang biasanya ada dikemasan makanan, diantaranya tanggal
kadaluwarsa (expaired), komposisi makanan, kandungan gizi makanan, kode halal, berat
bersih dan berat kotor makanan, no registrasi dari BPOM, serta cara pembuatan
makanan. Berikut kutipannya :
“ Komposisi, kandungan gizi, kode ekspairednya, terus yang pasti ada kode
halalnya.” (Informan MA)
“ Tanggal kadaluwarsa, informasi gizi, komposisi makanan, terus berat
bersihnya isi sama berat kotor makanan.” (Informan FN)
“ Bahan-bahan, tanda halal, sama tanggal kadaluwarsa.” (Informan DIL)
“ Ekspairednya, bahan makanan, MSGnya.” (Informan FD)
101
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mendapatkan
informasi kesehatan dari sumber yang beragam, diantaranya : TV , majalah, koran, buku,
internet, orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, dsb. Berikut kutipannya :
“ Dari orang lain. Dari divisi latih (bola), pelatih gunung, sama dari dokter
medical check up sama dari buku.” (Informan MR)
“ Ada yang nyari sendiri, ada yang dari orang lain dari guru, tv, radio sama
internet.” (Informan FI)
“ Dari teman, internet, orang tua, guru, TV.” (Informan BW)
5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun
2009
Pola makan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pola
makan sehari-hari dari keluarga informan (kebiasaan makan di rumah maupun kebiasaan
makan
di
luar),
apakah
dalam
pola
makan
keluarga
tersebut
memiliki
pantangan/larangan tertentu yang berhubungan dengan budaya ataupun agama yang
dianut. Untuk variabel pola makan keluarga, peneliti menanyakannya pada enam orang
informan utama yang dilakukan dengan wawancara mendalam serta kepada dan enam
orang keluarga informan utama. Akan tetapi dalam pelaksanaan penelitian, satu orang
keluarga dari informan laki-laki dengan status gizi kurang tidak bersedia untuk
diwawancarai. Oleh karena informan pendukung, yaitu keluarga informan utama yang
berhasil diwawancarai berjumlah lima orang.
Seluruh informan utama, menyatakan bahwa setiap harinya dikeluarga mereka
selalu dibiasakan untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini mereka lakukan
102
sejak mereka kecil, khususnya saat mereka mulai sekolah, baik itu sekolah TK (Taman
Kanak-Kanak) maupun SD (Sekolah Dasar). Mereka terbiasa makan pagi bersama
keluarga, baik ayah, ibu, kakak atau adiknya. Makanan yang mereka makan saat makan
pagi beragam, ada yang makan nasi, mie, roti, dan lain sebagainya. Seluruh informan
lebih sering mengkonsumsi nasi daripada mie dan roti. Menurut informan pendukung
dari informan utama wanita dengan status gizi normal, makan pagi nasi dapat membuat
putrinya lebih kenyang, sehingga diharapkan proses belajar anaknya disekolah lebih
optimal karena anaknya dapat lebih berkonsentrasi belajar. Selain nasi, menurut seluruh
informan utama serta seluruh informan pendukung, makanan yang biasa dimakan saat
makan pagi adalah mie dan roti. Hal ini dilakukan agar informan dan keluarga tidak
bosan. Selain itu seluruh informan pendukung juga menyatakan bahwa makan pagi
dengan mie ataupun roti lebih praktis dan menghemat waktu. Hal ini dikarenakan jam
masuk sekolah informan utama yang dahulu dimulai pukul 07.00 WIB saat ini
dipercepat setengah jam menjadi pukul 06.30 WIB, oleh karena itu seluruh informan
harus berangkat lebih pagi lagi. Akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi
kurang sering malas untuk makan pagi. Hal ini disampaikan oleh informan pendukung,
yaitu ibunya. Sehingga setiap harinya sang ibu harus terus mengingatkan dan membujuk
putrinya untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini berbeda dengan kelima
informan lainnya yang telah memiliki kesadaran untuk selalu makan pagi setiap hari
walaupun itu hari libur sekolah. Seorang informan wanita dengan status gizi normal,
mengaku pada saat libur sering makan pagi bubur ayam yang dibeli di dekat rumahnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan informan pendukungnya bahwa pada hari libur, anak
dan suaminya sering meminta makanan yang agak beda dari hari biasa, sehingga sang
103
ibu membelikan makan pagi keluarganya bubur ayam, Sedangkan kelima informan
lainnya, menyatakan menu makan pagi mereka sama dengan hari-hari ketika masuk
sekolah, yaitu nasi, mie, ataupun roti. Selain itu menurut dua orang informan utama
wanita dengan status gizi kurang dan normal, setiap harinya telah dibiasakan oleh ibunya
untuk minum segelas susu pada saat makan pagi. Untuk informan laki-laki dengan status
gizi kurang dan normal mengatakan bahwa sejak kecil mereka tidak terbiasa
mengkonsumsi susu. Bahkan informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan
bahwa ia sejak kecil tidak menyukai susu, karena rasanya yang agak amis sehingga
setiap dipaksa untuk minum susu oleh orang tuanya ia menjadi mual dan muntah.
Sedangkan dua orang informan dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka telah
menghentikan minum susu sejak masuk SMP dengan alasan ingin menurunkan berat
badannya. Berikut kutipannya :
” Biasa makan pagi nasi atau roti. Sama klo pagi dibuatin susu juga. Klo makan
pagi biasanya kita makannya bareng-bareng. Disini setiap hari harus makan
pagi apalagi buat anak-anak, biar belajarnya disekolah lebih konsentrasi. Tapi
ya itu, saya punya kendala” (Informan NY)
“ Klo dirumah ya makannya biasa. Makan pagi klo pagi bareng-bareng, saya
nemenin dia sama suami saya makan.pagi, biasa makan pagi roti klo gak mie.
Paling sering roti, soalnya praktis, kan gak perlu masak.” (Informan S)
“ Untuk makan pagi saya biasa sediain nasi,soalnya kan lebih kenyang. Terus
lauknya kan ada yang semalam bisa dihangatkan lagi. Tapi klo misalnya gak
keburu nyiapinnya, paling saya beli roti aja buat makan pagi.” (Informan A)
Seluruh informan menyatakan dikeluarga mereka pada saat makan siang dan
malam hari terbiasa mengkonsumsi nasi yang dipadu dengan sayur, lauk pauk, serta
buah. Lima orang dari enam orang informan terbiasa makan siang bersama ibu dan adik
atau kakak mereka karena pada siang hari ayah mereka bekerja dan baru pulang pada
104
sore atau malam hari. Sedangkan pada malam harinya mereka baru makan bersamasama setelah ayahnya pulang kerja. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status
gizi kurang mengaku terbiasa makan siang dan makan malam sendiri karena ayahnya
setiap hari bekerja dan selalu pulang malam, sehingga hanya hari minggu saja berada di
rumah dan bisa makan bersama informan. Seluruh informan menyatakan bahwa
makanan dirumah mereka masing disediakan oleh orang tua mereka, khususnya oleh
ibu. Dan hanya satu informan laki-laki dengan status gizi kurang, yang menyatakan
setiap harinya makanan untuk makan paginya dibuatkan oleh ayahnya, karena ibunya
tinggal di Purwakarta. Sedangkan untuk makan siang telah dipesankan makanan
catering, dan untuk makan malam dibelikan ayahnya setelah pulang kerja. Sedangkan
seorang informan lainnya, informan laki-laki dengan status gizi normal, menyatakan
bahwa makan siangnya selalu dibuatkan oleh sang ibu, akan tetapi untuk makan malam
mereka sekeluarga terbiasa membeli makanan jadi, karena sang ibu bekerja dan pulang
sore sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makan malam. Berbeda lagi
dengan informan laki-laki yang memiliki status gizi lebih, ia menyatakan bahwa dalam
seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali dengan makan diluar bersama ibu
dan adiknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan informan pendukung yang menyatakan
bahwa ia melarang putranya untuk makan malam agar berat badannya menurun. Dalam
seminggu ia mengizinkan anaknya makan malam sekitar 3-4 hari dengan makan diluar
rumah. Berikut kutipannya :
” Sendiri (makan malam). Ayah pulangnya malam. Makanan dibeliin ayah.
Malamnya, waktu pulang kantor.” (Informan IS)
” Klo malam saya sering larang dia buat makan soalnya badannya dah
kegemukan. Gak setiap hari juga, ya selang seling lah sekarang makan besok
105
gak, besoknya lagi makan besoknya gak. Iya, seminggu 3-4 kali makannya klo
malam. Ya soalnya saya takut dia dah kegemukan. Kan kasian takut kena
penyakit jantung. Gak sih saya sama suami gak punya sakit jantung. Tapi
kakeknya punya jantung. Makanya saya waswas takut dia kena jantung soalnya
sekeluarga dia yang paling gemuk. Ya kakeknya juga gemuk.” (Informan S)
Seluruh informan memiliki kebiasaan makan diluar yang berbeda-beda
frekuensinya, ada yang sebulan sekali, 2-3 kali sebulan, 3-4 kali sebulan, bahkan ada
yang 5-7 kali sebulan. Untuk frekuensi makan keluarga diluar rumah, terdapat perbedaan
pernyataan antara informan utama dan informan pendukung. Seperti informan wanita
dengan status gizi normal yang menyatakan biasa makan diluar bersama keluarga setiap
2-4 kali sebulan, sedangkan informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga
memiliki kebiasaan makan diluar sekitar 5-7 kali sebulan. Berikut kutipannya :
“ Klo makan diluar paling makan bakso. Seminggu bisa 3-4 kali.” (Informan
LY)
” Makan diluar sekeluarga sering, dua kali seminggu. Bakso.” (Informan DIL)
” Buat makan di luar rumah kita gak terlalu sering, paling kadang-kadang aja
klo lagi pengen atau pas saya lagi gak masak. Sebulan bisa 5-7 kali.” (Informan
NY)
” Klo makan bareng keluarga diluar sebulan berapa kali ya, kayaknya bisa 4-5
kali.” (Informan NA)
Makanan yang dipilih saat makan diluar beragam, mulai dari makanan
tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, pecel ayam, ataupun makanan modern
seperti fried chiken, pizza, hamburger dll. Untuk frekuensi antara pemilihan makanan
tradisional dan modern saat makanan diluar bervariasi antara setiap informan. Tiga
orang dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa mereka sering memilih
makanan modern seperti fried chiken, ataupun hamburger sebagai menu makanan saat
makan diluar bersama keluarga dengan alasan ingin merasakan makanan yang berbeda
106
dari biasanya yang mereka makan. Sedangkan dua orang sisanya, yaitu ibu dari
informan laki-laki dengan status gizi normal serta informan wanita dengan status gizi
lebih memilih makanan tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, dan lainnya karena
alasan menyukai rasanya yang lebih berbumbu dan lebih enak. Berikut kutipannya :
“ Biasanya klo makan diluar paling beli sate, bakso, seafood atau gak pecel
ayam. Enak aja, bumbunya lebih berasa. Daripada fried chicken Cuma berasa
minyak aja, saya setelah makan itu suka terasa pusing, mungkin karena
minyaknya yang banyak ya.” (Informan NY)
” Klo makan sama ayahnya biasanya fried chicken. Ya ayahnya suka banget,
katanya rasanya beda sama yang saya buat. Lebih garing.” (Informan S)
” Di mal atau ayam bakar gitu, soalnya bapak sama F suka banget sama ayam
bakar. Klo dimal paling makannya MC Donals. Klo di MC Donals ya F
pesennya ayam klo gak hamburger, sama eskrim dia paling suka.” (Informan A)
Selain itu, seluruh informan utama serta informan pendukung menyatakan bahwa
setiap harinya mereka tidak pernah sekali pun mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal
ini dikarenakan mereka beragama Islam, dan sangat mengharamkan untuk
mengkonsumsi minuman yang memabukkan seperti alkohol. Berikut kutipannya :
“ Ya gak pernah lah mbak, kan haram.” (Informan HP)
“ Gak pernah lah. Dosa.” (Informan LY)
“ Gak lah mbak, kan haram.” (Informan NY)
5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan / semua cara yang
dilakukan oleh informan yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang menurut 12
pesan dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, seperti
107
bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari baik dirumah maupun di
sekolah, apakah informan memiliki masalah dalam pola makannya (alergi, tidak
menyukai jenis makanan tertentu, dsb), serta alasan informan berperilaku atau tidak
berperilaku gizi seimbang.
Berikut adalah perilaku gizi seimbang informan sesuai dengan 12 pesan dari 13
Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) :
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa empat dari
enam informan setiap harinya untuk sekali makan terbiasa mengkonsumsi makanan
pokok, sayur, lauk pauk, dan buah. Seorang informan wanita dengan status gizi kurang
mengaku bahwa ia tidak menyukai sayur dikarenakan rasanya yang tidak enak serta
sulitnya informan dalam mengunyah sayur tersebut, terutama yang kadar seratnya tinggi
seperti sayur kangkung, sawi, dll. Sedangkan seorang informan wanita dengan status
gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak menyukai tahu tempe, karena kurang menyukai
rasanya. Berikut kutipannya :
“ Setiap hari makannya ya nasi, sayur, sama lauknya. Iya buah juga. Kan 4
sehat lima sempurna” (Informan FD)
“ Ya makan nasi, lauk pauk, sayur, buah.” (Informan BM)
“ Nasi, ayam, tahu tempe, sayur, sama buah.” (Informan RW)
108
Setiap harinya, makanan pokok yang biasa dikonsumsi informan antara lain,
nasi, roti, dan mie baik pada saat makan pagi hingga makan malam. Dari ketiga sumber
makanan pokok tersebut, nasi adalah makanan yang paling dominan dan yang paling
sering mereka konsumsi. Bisa dipastikan setiap harinya mereka selalu mengkonsumsi
nasi dan selalu dimakan bersama dengan sayur ataupun lauk pauk yang disediakan oleh
ibunya dirumah khususnya pada saat makan siang dan makan malam. Sedangkan pada
saat sararan, selain nasi mereka juga suka mengkonsumsi nasi ataupun mie. Hal ini
dikarenakan makanan tersebut lebih praktis serta lebih cepat waktu pembuatannya.
Untuk sumber makanan pokok seperti singkong, ubi, dan kentang jarang mereka
konsumsi, dan biasanya hanya dijadikan makanan selingan dan bukan makanan utama.
Untuk satu kali makan, rata-rata informan menghabiskan satu piring sedang nasi + 200
gram. Sedangkan untuk mie, mereka bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat
+ 70 gram, dan roti mereka biasa menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali
makan dengan berat berkisar + 40-50 gram. Dalam sehari,informan memiliki frekuensi
makan yang berbeda. Ada informan yang dalam seharinya mengkonsumsi makanan
pokok sebanyak dua kali, tiga kali, bahkan empat kali dengan jenis makanan pokok yang
beragam. Berikut kutipannya :
“ Makanan pokok yang biasa dimakan itu nasi, mie, sama roti.” (Informan FD)
“ Nasi sama roti. Sama mie. Terus kadang-kadang singkong sama ubi, tapi itu
jarang. Paling klo beli gorengan aja.” (Informan BM)
“ Nasi, roti, mie.” (Informan IS)
109
Untuk konsumsi sayuran, lima dari enam informan sudah sejak kecil terbiasa
untuk mengkonsumsinya. Sayuran yang biasa mereka makan diantaranya, wortel,
bayam, kol, kangkung, buncis, serta sayuran lainnya. Mereka sudah terbiasa
mengkonsumsi sayur setiap harinya ketika makan. Untuk sekali makan, rata-rata
informan dapat menghabiskan 2-3 sendok sayur atau + 100 gram sayur. Dalam sehari
minimal mereka mengkonsumsi sayur sebanyak dua kali, yaitu saat makan siang dan
makan malam. Sedangkan pada waktu makan pagi, menurut informan pendukung yaitu
ibu informan mereka lebih memiliki untuk menyiapkan makanan yang praktis dan cepat
dalam pengolahannya. Oleh sebab itu mereka lebih memilih untuk menyiapkan mie atau
roti. Dan kalaupun menyiapkan makan pagi dengan nasi, biasanya hanya dengan lauk
dan cukup jarang untuk memasakkan sayur pada pagi hari. Kecuali saat itu masih ada
sayur sisa semalam yang dapat disediakan untuk menu makan pagi dengan dihangatkan
terlebih dahulu. Akan tetapi porsi makan informan khususnya untuk sayur tidak
sebanyak ketika saat makan siang. Biasanya mereka hanya menghabiskan setengah dari
porsi makan siang, atau kira-kira sebanyak + 50 gram. Selain itu empat dari lima
informan tidak menyukai sayuran yang memiliki rasa pahit, seperti pare, daun papaya,
serta daun melinjo. Padahal anggota keluarga yang lain seperti ayah dan ibunya
menyukai sayuran tersebut. Oleh karena itu pada saat ibu memasak sayur tersebut, ia
juga memasakkan sayur lain yang disukai oleh anak-anaknya. Lain halnya dengan
seorang informan laki-laki dengan status gizi normal yang menyatakan bahwa menyukai
sayuran yang memiliki rasa pahit seperti sayur pare dan daun papaya seperti
keluarganya. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi kurang,
110
menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayur sejak ia masih kecil karena tidak dapat
mengunyahnya dengan halus, selain itu ia tidak menyukai rasa dari sayuran. Akan tetapi
minimal ia bisa mengkonsumsi sayuran wortel yang diiris tipis, dan itupun hanya bisa
menghabiskan beberapa iris saja dengan alasan malas makan sayur karena rasanya yang
“aneh”. Dengan demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan
dalam satu hari sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki
dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang.
Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk
mengkonsumsi sayur. Berikut kutipannya :
“ Makan nasi sama lauk. Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya
kelolodan. Paling cuma wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.”
(Informan NA)
“ Makan sayur setiap hari. Ya macam-macam, kadang sayur sop, sayur asem,
kangkung, macem-macem. Paling sering sayur sop.” (Informan FD)
“ Klo sayur, biasanya aku makan sayur sop. Hampir setiap hari. Iya setiap hari
makan sayur, klo gak ntar diomelin mama.” (Informan RW)
Selain makanan pokok dan sayuran, seluruh informan juga terbiasa
mengkonsumsi lauk pauk yang disediakan oleh ibu atau bapak informan. Lauk yang
biasa mereka konsumsi berasal dari protein hewani, diantaranya : ayam, telur, daging,
makanan laut seperti udang, cumi, kerang, dll. Setiap harinya seluruh informan selalu
mengkonsumsi lauk ketika mereka makan, khususnya saat makan siang dan malam.
111
Sedangkan untuk makan pagi, mereka terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani
ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang
bervariasi untuk satu kali makan, ada yang menghabiskan 1-2 porsi bahkan ada yang 3-4
porsi. Untuk satu porsi lauk, biasanya 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1 butir
besar telur ayam negeri. Dalam sehari masing-masing informan dapat menghabiskan
antara 3-6 porsi lauk hewani. Sedangkan pauk yang biasa mereka konsumsi berasal dari
protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari
mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga, hingga
empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal
yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir setiap hari.
Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia
tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai rasanya, oleh sebab itu ia
tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali
makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3 potong sedang tahu atau
tempe dengan berat sekitar 25 gram. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi
pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu makan, yaitu saat makan pagi, makan
siang dan makan malam. Berikut kutipannya :
“ Ayam hampir setiap hari. Kira-kira lima kali seminggu. Klo siang bisa 3-4
potong. Telur seminggu bisa berapa ya, 3 kali lah.” (Informan RW)
“ Lauk setiap hari ada. Klo gak ada gak enak makan.” (Informan BM)
“ Setiap hari klo makan ada lauknya. Macem-macem” (Informan IS)
112
Untuk konsumsi buah, hanya satu orang informan laki-laki dengan status gizi
kurang yang terbiasa mengkonsumsinya setiap hari pada saat makan siang saja, karena
buah tersebut telah disediakan dalam makanan catering. Sedangkan lima informan
sisanya terbiasa untuk mengkonsumsi buah hanya beberapa kali dalam seminggu.
Kebiasaan untuk mengkonsumsi buah pada informan bervariasi, tergantung dari buah
yang dibelikan oleh masing-masing ibu mereka di rumah. Dalam seminggu informan
dapat mengkonsumsi buah setiap dua hingga empat kali dalam seminggu, oleh sebab itu
minimal dua hari sekali mereka dapat mengkonsumsi buah sehingga mereka dapat
melengkapi menu makanan dan nutrisinya dalam satu hari. Buah yang sering mereka
konsumsi beragam, mulai dari pisang, jeruk, apel, mangga, semangka, melon, dll. Dalam
satu hari, porsi buah yang dikonsumsi masing-masing informan beragam, ada yang
menghabiskan satu, dua, bahkan empat buah. Berikut kutipannya :
“ Klo buah biasanya 2-4 kali seminggu. Buahnya kadang jeruk, mangga, apel,
sama semangka, sama melon.tergantung klo apel bisa abis 1, anggur kira-kira
10an lah, jeruk 2, mangga sama 2, papaya sama melon paling 2 potong.”
(Informan NA)
“ Setiap hari. Buahnya ada di makanan catering. Jeruk, pisang, beda-beda.
Buahnya satu.” (Informan IS)
“ Buah biasanya mangga, jeruk, sama apel, sama pisang. Seminggu 3-4 kali.
sehari bisa abis tiga kadang-kadang empat. Gak. Makannya biasanya klo lagi
belajar klo gak pas nonton TV.” (Informan FD)
113
Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan,
yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga
mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing.
Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok
makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir.
Berikut kutipannya :
“ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu
bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok
makan.” (Informan NA)
“ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang
udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok.
Sendok makan.” (Informan FD)
Selain informan WM, peneliti juga melakukan observasi pasif untuk variabel
perilaku gizi seimbang pada tiga orang informan yang memiliki status gizi kurang,
normal, maupun lebih yang dilakukan pada saat hari sekolah biasa dan saat hari sekolah
yang terdapat mata pelajaran olah raga. Berhubung observasi yang dilakukan adalah
observasi pasif, maka peneliti hanya dapat menggambarkan pola makan siswa di sekolah
saja, sedangkan pola makan informan dirumah tidak dapat dijangkau oleh peneliti.
Dari ketiga informan observasi, seluruhnya jajan di kantin pada saat jam istirahat
sekolah sekitar pukul 10.00 WIB. Untuk observasi I dilakukan pada hari yang terdapat
mata pelajaran olah raga dan observasi II dilaksanakan saat tidak ada pelajaran olah
raga. Dari kedua hari tersebut, seluruh informan pada saat istirahat selalu membeli
makanan “padat”,baik berupa nasi ataupun mie. Untuk informan dengan status gizi
kurang, berdasarkan dua kali observasi saat istirahat selalu membeli mie goreng yang
ditambahkan sawi sekitar 20 gram tanpa telur dan segelas air mineral. Sedangkan setelah
114
istirahat ia juga membeli es teh untuk menghilangkan rasa hausnya setelah bermain voli.
Untuk informan dengan status gizi normal, pada dua kali observasi selalu membeli nasi
yang dicampur satu potong protein hewani ukuran kecil serta satu sendok kentang
balado dan lalapan ditambah minuman susu. Yang membedakan adalah pada saat hari
biasa ia juga membeli dua buah permen dan pada hari olah raga ia membeli minuman
susu setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada
dua kali observasi selalu membeli teh kotak, wafer coklat, dan nasi yang dicampur satu
potong kecil ayam, kentang balado, mie goreng/tumis buncis masing-masing sebanyak
satu sendok makan. Selain itu saat pulang sekolah informan juga membeli minuman
susu / teh kotak dan chiki. Selain itu pada saat observasi II, setelah pulang sekolah
informan juga membeli satu buah wafer coklat. Berdasarkan gambaran ini terlihat bahwa
untuk makanan selingan antara makan pagi dan makan siang telah cukup beraneka
ragam walaupun tidak terdapat tahu tempe sebagai sumber protein nabati akan tetapi
minimal dari makanan tersebut telah mewakili sumber zat tenaga, zat pengatur, dan zat
pembangun. Selain itu, dari lima kantin yang ada di SMPN 107 Jakarta, semuanya
menyediakan makanan yang hampir serupa khususnya makanan beratnya dimana
minimal dalam satu porsi makanan minimal terdapat sumber makanan pokok, lauk dan
sayur dengan menu yang berbeda-beda. Selain itu kantin sekolah juga menyediakan
makanan ringan dan berbagai jenis minuman, seperti susu, teh, sirop, maupun softdrink.
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Kecukupan energi seluruh informan didapat dari makanan sumber karbohidrat,
protein, dan lemak. Untuk kebutuhan energi yang didapat dari bahan makanan sumber
115
karbohidrat, biasanya didapat dari nasi, mie, dan roti. Setiap informan memiliki
frekuensi dan porsi makan makanan sumber karbohidrat yang berbeda-beda. Akan tetapi
sebagian dari mereka memiliki pola makan yang sama. Empat dari enam informan biasa
makan makanan sumber karbohidrat sekitar 4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi,
jajan di sekolah saat istirahat, makan siang, dan makan malam. Sedangkan seorang
informan laki-laki dengan status gizi kurang memiliki kebiasaan makan tiga kali dalam
sehari, mulai dari makan pagi, makan siang, dan makan malam. Untuk seorang informan
lagi, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih memiliki kebiasaan makan dua
hingga tiga kali sehari. Informan ini sedang menjalankan program diet yang ditentukan
oleh ibunya, yaitu membatasi untuk tidak makan malam. Menurut informan dalam
seminggu ia hanya makan dua kali dalam seminggu yaitu saat makan pagi dan makan
siang. Sedangkan menurut informan pendukung yaitu ibu informan, mengatakan bahwa
dalam seminggu informan laki-laki dengan status gizi lebih tersebut diperbolehkan
makan malam sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Untuk sekali makan makanan sumber
karbohidrat, seperti satu piring sedang nasi + 200 gram. Sedangkan untuk mie, mereka
bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat + 70 gram, dan roti mereka biasa
menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali makan dengan berat berkisar + 40-50
gram. Jenis makanan yang dikonsumsi dalam satu hari untuk masing-masing informan
bervariasi. Saat makan pagi, informan biasa mengkonsumsi nasi, roti ataupun mie.
Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya sekitar ½ (100 gram) - ¾ (150
gram) piring sedang nasi. Hal ini dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak
untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak karena
menyebakan perut mereka terasa kurang nyaman. Sedangkan untuk seorang informan
116
yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal menyatakan terbiasa makan
pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk yang setara dengan 200 gram nasi.
Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi mie dan roti. Ketika makan pagi, mereka
dapat menghabiskan satu bungkus mie. Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari
mereka biasa mengkonsumsi dua lembar roti tawar (40 gram). Berikut kutipannya :
“ Pagi makan pagi nasi, roti klo gak mie. Nasi sama sayur sama ayam. Klo nasi
buat makan pagi paling cuma setengah piring aja. Iya klo pagi gak bisa makan
banyak. Ya gak enak aja perutnya. Klo roti biasanya dua rotinya. Yang tawar.
Iya dua lembar. Mie, ya paling satu. Satu bungkus mie “X”.” (Informan FD)
“ Pagi biasa makan pagi nasi uduk sama tempe oreg. Ya satu bungkus. Isinya
lumayan. Satu piringlah lumayan banyak.” (Informan BM)
“ Pagi nasi sama telor ceplok. Nasinya ya satu piring. Gak banyakan siang. Ya
satu piring kurang dikit. Sepuluh sendoklah.” (Informan IS)
Sedangkan ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli
jajanan berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie dengan alasan agar lebih kenyang.
Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah berupa nasi rames atau nasi goreng dengan
takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya
juga suka membeli mie rebus atau mie goreng. Alasan informan untuk jajan makanan
“berat” tersebut agar lebih kenyang, karena sebagian dari mereka mengikuti ekstra
kurikuler, belajar kelompok, ataupun les pada sore harinya. Selain makanan “berat”,
informan juga suka membeli makanan “ringan” berupa chiki (1 bungkus kecil), wafer (4
keping), biscuit (3 keping), coklat wafer (20 gram), dll. dalam satu kali jajan, informan
bisa membeli satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan
lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak
membeli makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air
117
mineral saja dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta
karena alasan ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin. Selain itu, berdasarkan
hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda, dapat terlihat bahwa ketiganya saat
istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga membeli makanan “berat” seperti
nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk informan dengan status gizi
kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli aqua gelas. Dan setelah olah
raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk informan yang memiliki status
gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli minuman susu. Berbeda dengan
dua informan yang diobservasi tersebut, seorang informan dengan status gizi lebih,
selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga membeli teh kotak dan sebungkus
wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia juga membeli teh kotak/minuman
susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya :
“ Klo istirahat biasa jajannya nasi. Ya kadang nasi goreng, soto ayam. Iya pake
nasi. Klo gak nasi pake sayur gitu.” (Informan DIL)
“ Istirahat belinya macem-macem. Ya biasanya nasi. Suka beli nasi goreng, nasi
rames, mie goreng, kadang hamburger. Paling sering mie goreng.” (Informan
BW)
“Gak. Males kak makanannya gak enak. Lagian akukan mau ngurusin badan
jadi gak boleh kebanyakan jajan. Paling sering belinya air mineral.” (Informan
RW)
Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan,
yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk
mengkonsumsi satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu laki-laki
dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam tiga kali seminggu selalu
118
menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas ekstra kurikuler mereka.
Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok saat makan siang
sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk makan siang, kira-kira
ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan
status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti makannya semula, sehingga
dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring sedang nasi. Sedangkan dua
informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap
mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring
nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk menurunkan berat badan dari
informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk makan dari informan dengan
status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut kutipannya :
“ Makan siang ya dirumah. Nasinya ya sedanglah. Satu piring gak banyakbanyak, tapi kadang suka nambah juga. Klo pulang sore biasanya abis ekskul.
Nambahnya setengah dari yang pertama. Seminggu bisa tiga kali pulang sore
jadi bisa tiga kali nambah.” (Informan FD)
“ Makan siang nasinya setengah. Ya aku setiap makan nasinya setengah. Gak
tau males aja. Gak kenapa-kenapa aku makannya dari dulu gak bisa banyak.”
(Informan NA)
“ Siang makan nasinya biasa. Satu piring aja jangan banyak-banyak.”
(Informan RW)
Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi.
Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau
setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok
khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi pada setiap waktu makan.
Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih melakukan diet untuk
119
menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan malamnya, sehingga
dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja. Akan tetapi menurut
informan pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam
sebanyak 3-4 kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan
dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200
gram), yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu
informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi
3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya :
“ Klo malam jarang makan. Gak boleh sama mama takut tambah gemuk. Paling
seminggu dua kali. Nasinya paling satu piring. ” (Informan RW)
“ Malam ya nasinya satu piring, gak sebanyak siang. Meles aja klo malam
bawaannya ngantuk, pengen tidur aja. Iya tapi tetep makan.” (Informan BW)
“ Malam nasinya sepiring. Dibeliin nasi sama ayah. Malem waktu ayah pulang
kerja.” (Informan IS)
Selain karbohidrat, informan juga mendapatkan energi dari konsumsi protein
hewani dan nabati. Untuk konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam,
telur, ikan, daging, serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain
sebagainya. Untuk satu porsi lauk, dimisalkan 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1
butir besar telur ayam negeri (60 gram), atau daging sapi satu potong sedang (50 gram).
Setiap harinya seluruh informan selalu mengkonsumsi lauk ketika mereka makan,
khususnya saat makan siang dan malam. Sedangkan untuk makan pagi, mereka
terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan
memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan
pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki-
120
laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani.
Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih
serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali
seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi
satu potong lauk hewani seperti ayam dan ikan serta 1 butir telur. Berikut kutipannya :
“ Pagi setiap hari makan pagi sama telur. Satu.” (Informan IS)
“ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo
gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4.
Seminggu bisa 3 kali.” (Informan NA)
“ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu
aja.” (Informan RW)
Untuk makan siang, seluruh informan setiap hari selalu mengkonsumsi lauk
hewani dengan porsi yang beragam. Sebagian informan, yaitu wanita dengan status gizi
kurang dan lebih serta laki-laki dengan status gizi kurang setiap harinya biasa
mengkonsumsi satu porsi lauk hewani. Sedangkan dua informan yang lain, yaitu lakilaki dan wanita yang memiliki status gizi normal dalam 3 kali seminggu biasa
menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa mereka hanya mengkonsumsi satu
potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di
sekolahnya mereka menambah porsi lauk hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong
sedang dengan kandungan energi sekitar 190 kkal. Sedangkan seorang informan lainnya,
yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat
menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika
ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam
seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak
121
lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya,
informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Berikut kutipannya :
“ Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur. Paling sering
ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya. Sedang. Daging
juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1 ekor. Telor 3 kali
seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet 3-4 kali seminggu
3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang sama kayak udang.
Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang besar. ” (Informan
NA)
“ Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang lain
cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam goreng
aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah.” (Informan RW)
Sedangkan untuk konsumsi lauk hewani saat makan malam, seluruh informan
setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam sebanyak dua kali
dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya. Akan tetapi menurut
informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam seminggu anaknya
makan malam sebanyak 3-4 kali. Empat dari enam informan menyatakan bahwa jenis
lauk pada makan malam biasanya sama dengan lauk untuk makan siang yang dibuatkan
oleh ibunya. Akan tetapi dua informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status
gizi normal dan lebih terbiasa untuk mengkonsumsi menu lauk yang berbeda dengan
lauk yang dibuat ibunya saat makan siang karena untuk makan malam mereka biasanya
membeli makanan jadi dimana menu lauk yang dipilih biasanya berbeda dengan lauk
saat makan siang dengan alasan agar tidak bosan dan juga karena lauk yang dimasak
oleh ibunya untuk makan siang telah habis. Berikut kutipannya :
“ Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.”
(Informan NA)
122
“ Klo malam biasanya lauknya beli jadi. ya biasanya nyari yang beda dari
makan siang biar gak bosen. Paling cuma satu.” (Informan BM)
“ Makan malam aku makan lauknya satu aja cukup. Ya sama aja kayak makan
siang paling tinggal dihangatin.” (Informan FD)
Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani
juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan
menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat”
yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur (40 gram), ayam
(40 gram), dll. Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi
kurang dan lebih tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka
terbiasa untuk tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat,
dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3
potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih
mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status
gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki
dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya.
“ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” (Informan IS)
“ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam
potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa
dibilang.” (Informan DIL)
Selain lauk hewani, kebutuhan energi informan juga didapat dari konsumsi pauk
yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak
setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga,
hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi
normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir
123
setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih
mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai
rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam
pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3
potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam
sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu
makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat
terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang
pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2
potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih
tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya :
“ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” (Informan DIL)
“ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget
tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu
tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” (Informan RW)
“ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan
siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak
dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” (Informan IS)
Selain karbohidrat dan protein, kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi
lemak yang terkandung dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi
yang dihasilkan dari lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang
digoreng, ditumis ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya
mengkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam
124
pengolahan makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk
konsumsi
nasi
ataupun
mie
goreng,
seluruh
informan
menyatakan
sering
mengkonsumsinya dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat
menjumpai makanan tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng
untuk satu piring sedang ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak
sebanyak ½ - 1 sdm minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara
digoreng. Menurut informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan
juga dengan margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng
telur dengan cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging,
udang, kerang, telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng
khususnya minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin,
biasanya membutuhkan sekitar 1 sdm (10 gram) margarin. Sedangkan kandungan energi
untuk pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung
penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan minyaknya sebesar 8
gram. Telur 60 gram, kandungan minyaknya sebesar 3,24 gram. Daging 50 gram,
kandungan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu 25 gram, kandungan minyaknya sebesar
3 gram. Tempe 25 gram, kandungan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya :
“ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya
digoreng.” (Informan RW)
“ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya
suka dibacem dulu abis itu di goreng.” (Informan FD)
“ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi
biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” (Informan
NA)
125
Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan
menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan
cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka,
minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali.
Untuk satu kali konsumsi sayuran (100 gram) yang ditumis, diperkirakan membutuhkan
minyak kelapa sawit sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm.
Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang
cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan
frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam
seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam
seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada
pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa
mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan
sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur,
diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah
dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak
mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap
harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan
informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam
makanannya sebanyak 66 gram (6 ½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang
sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal
sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82
126
gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram (10
sdm) yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur,
lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya :
“ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis
kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu
suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga
kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.”
(Informan BM)
“ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali (seminggu).”
(Informan FD)
Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan
lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajih/lemak daging yang terdapat pada bakso
maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajih/lemak daging.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi
kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan
gajih/lemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya :
“ Kulit suka. Gajih juga suka.” (Informan FD)
“ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” (Informan RW)
“ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” (Informan NA)
Selain itu empat dari lima informan, di rumah juga suka mengkonsumsi bakso,
mie ayam, somay, soto mie diluar makan pagi, siang, dan malam. Sedangkan dua
informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih
menyatakan setiap harinya hanya mengkonsumsi makanan saat makan pagi, makan
siang, dan makan malam. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsinya sekitar dua
kali. Berikut kutipannya :
127
“ Klo dirumah klo gak pas lagi ngumpul sama teman suka beli bakso klo gak mie
ayam. Seminggu bisa dua kali.” (Informan FD)
“ Iya dirumah klo sore aku suka beli bakso sama mama. Seminggu paling dua
kali.” (Informan DIL)
Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan,
yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga
mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing.
Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok
makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan
informan wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi susu dikantin dalam
bentuk es susu. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsi sekitar 2-4 kali dalam
seminggu. Khususnya pada saat setelah olah raga. Selain susu, infoman juga sering
meminum teh hangat pada saat makan pagi, dengan tambahan gula pasir sebanyak 1
sdm. Seperti halnya susu, informan juga sering membeli es teh saat istirahat untuk
menghilangkan rasa haus mereka. Hal ini juga terlihat dalam hasil observasi peneliti
terhadap tiga orang informan yang berbeda, dimana mereka membeli minuman es susu
atau teh kotak pada saat istirahat dan setelah olahraga. Berikut kutipannya :
“ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu
bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok
makan.” (Informan NA)
“ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang
udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok.
Sendok makan.” (Informan FD)
Dari enam informan, hanya satu orang yang secara rutin dalam setiap bulannya
selalu melakukan penimbangan BB. Sedangkan empat orang informan wawancara
128
mendalam menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan
BB dan pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali,
3 bulan sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya empat kali
menimbang BB. Selain itu, seorang informan wawancara mendalam Akan tetapi,
sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang melakukan
penimbangan BB dan pengukuran TB. Akan tetapi ada seorang informan yang tidak
pernah menimbang BB dalam satu tahun terakhir. Berikut kutipannya:
“ Sebulan sekali, tapi gak rutin. Setahun paling 10 kali.” (Informan FD)
“ Gak pernah.” (Informan IS)
“ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” (Informan RW)
Selain informan WM, perilaku gizi seimbang juga dapat dilihat dari hasil
observasi pada tiga informan yang berbeda dari informan WM. Berikut adalah tabel
hasil observasi.
Obs
O
B
E
R
V
A
S
I
I
Tgl
19
Des
2009
Tabel 5.8
Hasil Observasi
Pada Siswa SMPN 107 Jakarta
HASIL OBSERVASI
RF
MKR
AMJ
Kegiatan
Tgl
Kegiatan
Tgl
Kegiatan
09.15 : mie 20 06.30 - 08.00 : 12 06.30 - 08.00 :
goreng (pake Des olah
raga Jan olah
raga
sawi, gak pake 2009 (ambil nilai sit 2010 (basket)
telor) + aqua
up)
09.15 : nasi
gelas
09.15 : nasi
(ayam balado,
09.30 – 11.00 :
goreng (ayam
mie
goreng+
olah raga (voli)
Kentucky+
lalapan,
10.50 : es teh
lalapan)
+
kentang balado)
minuman susu
+ teh kotak +
gandum “E”
wafer
coklat
12.30
:
“B”
minuman susu
12.30 :teh kotak
Keterangan
RF : menghabiskan
mie, tapi batang sawi
dibuang.
MKR
:
hanya
menghabiskan ½ nasi.
Lauk dan kerupuk
habis.
AMJ : menghabiskan
semua makanan.
NB
:
seluruh
informan
tidak
melihat label kemasan
129
“M”
Obs
O
B
S
E
R
V
A
S
I
Tgl
20
Des
2009
HASIL OBSERVASI
RF
MKR
Kegiatan
Tgl
Kegiatan
Tgl
09.15 : mie 23 09.15 : nasi 13
goreng (pake Des (ayam balado Jan
sawi, gak pake 2009 dan
kentang 2010
telor),
aqua
balado+
gelas.
lalapan),
minuman susu
“M”,
permen
“K” 2 buah
II
+ chiki “C”
AMJ
Kegiatan
09.15 : nasi
(ayam balado,
tumis buncis,
kentang balado)
+ teh kotak +
wafer
coklat
“B”
12.30 : beli
minuman susu
“M”+ chiki “C”
+ wafer coklat
“B”
makanan
Keterangan
RF : menghabiskan
mie, tapi batang sawi
dibuang.
MKR : menghabiskan
semua makanan
AMJ : menghabiskan
semua makanan.
NB
:
seluruh
informan
tidak
melihat label kemasan
makanan
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah makanan
yang dikonsumsi saat observasi I dan II. Untuk informan dengan status gizi kurang dan
normal mendapatkan energi dari makanan jajanan lebih banyak pada observasi I (olah
raga) daripada observasi II. Dan sebaliknya informan dengan status gizi lebih
mendapatkan energi lebih banyak dari makanan jajanan pada observasi II daripada
observasi I (olah raga).
Dari kelima kantin SMPN 107 Jakarta, seluruhnya menjual berbagai macam
makanan yang mengandung banyak energi, baik makanan “berat” seperti nasi goreng,
lontong sayur, hamburger, somay, ketoprak, soto, dan lain sebagainya, serta makanan
“ringan” seperti chiki, wafer, biscuit, coklat. Selain itu juga tersedia beragam makanan
gorengan dan berbagai minuman dingin, seperti susu, sirop, teh, maupun softdrink.
130
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Dalam satu hari, informan dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat dari
makanan pokok sebanyak 3-4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi, makan siang,
makan malam, juga termasuk saat mereka jajan baik di sekolah maupun dirumah. Saat
makan pagi, sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi adalah nasi, mie, dan roti.
Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya dalam jumlah kurang
dari satu piring sedang nasi (200 gram), yaitu sekitar ½ - ¾ piring sedang. Hal ini
dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak untuk mengkonsumsi makanan
sumber karbohidrat yang terlalu banyak sebab perut mereka terasa kurang nyaman.
Sedangkan untuk seorang informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi
normal menyatakan terbiasa makan pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk
yang setara dengan 200-250 gram nasi. Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi
mie dan roti. Ketika makan pagi mie, mereka dapat menghabiskan satu bungkus mie.
Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari mereka biasa mengkonsumsi dua
lembar roti tawar (40 gram). Berikut kutipannya :
“ Makan pagi biasanya nasi, klo gak roti, sama mie. Paling sering roti. 2. Iya
roti tawar. Nasi paling setengah piring. Sedang aja.” (Informan NA)
“ Ya kadang nasi uduk, roti, klo gak mie. Aku klo nasi cuma makan setengah. Iya
gak banyak-banyak. Ntar klo kebanyakan aku tambah gendut lagi. Ya usaha kak
biar beratnya turun. Roti biasanya 2.” (Informan DIL)
“ Makan pagi biasanya sama roti atau sama mie. Rotinya satu. Mienya kadang
mie rebus kadang mie goreng.” (Informan RW)
Ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli jajanan
berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie. Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah
131
berupa nasi rames atau nasi goreng dengan takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram
nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya juga suka membeli mie rebus atau mie
goreng. Selain makanan “berat” , informan
juga suka membeli makanan “ringan”
berupa chiki (1 bks kecil), wafer (4 keping), biskuit (3 keping), dan lain sebagainya yang
dibuat dari bahan makanan sumber karbohidrat. Sekali jajan, informan bisa membeli
satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu
informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak membeli
makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air mineral saja
dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta karena alasan
ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda,
dapat terlihat bahwa ketiganya saat istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga
membeli makanan “berat” seperti nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk
informan dengan status gizi kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli
aqua gelas. Dan setelah olah raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk
informan yang memiliki status gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli
minuman susu. Berbeda dengan dua informan yang diobservasi tersebut, seorang
informan dengan status gizi lebih, selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga
membeli teh kotak dan sebungkus wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia
juga membeli teh kotak/minuman susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya :
“ Klo jajan biasanya mie goreng. Sama paling setiap hari beli chiki sama
coklat.” (Informan NA)
“ Gak jajan. Air putih aja. Udah kenyang. Gak kepengin.” (Informan IS)
132
“ Setiap hari jajannya nasi. Ya kadang mie klo lagi bosen. Paling sama chiki klo
gak biskuit.” (Informan RW)
Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan,
yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk
mengkonsumsi satu piring sedang nasi sekitar 200 gram. Sedangkan dua informan
lainnya, yaitu laki-laki dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam
tiga kali seminggu selalu menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas
ekstra kurikuler mereka. Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok
saat makan siang sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk
makan siang, kira-kira ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk
informan laki-laki dengan status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti
makannya semula, sehingga dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring
sedang nasi. Sedangkan dua informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi
kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya
menghabiskan setengah piring nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk
menurunkan berat badan dari informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk
makan dari informan dengan status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut
kutipannya :
“ Nasinya sedang. Sepiring. Gak sedang.” (Informan IS)
“ Klo siang paling nasinya sepiring. Sedang aja jangan banyak-banyak. Tapi
aku sering nambah juga, apalagi klo agak sore pulangnya jam 2an. Iya klo laper
nasinya nambah jadi dua piring. Iya kayak yang pertama.” (Informan BM)
“ Makan siang nasinya setengah, malam juga.” (Informan DIL)
133
Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi.
Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau
setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok
khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi, yang dilakukan pada setiap
waktu makan. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih
melakukan diet untuk menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan
malamnya, sehingga dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja
dengan porsi setengah dari porsi makan siangnya. Akan tetapi menurut informan
pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4
kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari
mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu
berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring
nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya:
“ Malam juga setengah.” (Informan NA)
“ Malam nasinya juga satu piring. Gak sedang aja.” (Informan FD)
“ Malam juga setengah, sama kayak siang.” (Informan DIL)
Selain itu pada ketiga informan yang diobservasi di sekolah saat istirahat sekolah
maupun saat pulang sekolah, didapatkan gambaran bahwa pada observasi I (olah raga)
dan observasi II selalu mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terdiri dari
nasi dan mie. Seorang informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi selalu
mengkonsumsi satu bungkus mie. Untuk informan dengan status gizi normal pada dua
134
kali observasi selalu mengkonsumsi nasi, dimana pada observasi I ia hanya
menghabiskan setengah bungkus dan pada observasi II ia menghabiskan satu bungkus
nasi. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada dua kali observasi selalu
mengkonsumsi nasi satu bungkus kecil (100 gram).
Di kantin SMPN 107 Jakarta, seluruh kantin menyediakan nasi dalam bungkusan
plastik kecil dengan ukuran nasi 100 gram dengan menu nasi rames, nasi goreng,
maupun nasi uduk. Selain nasi, seluruh kantin juga menyediakan mie goreng dan mie
rebus. Akan tetapi ada juga kantin yang menyediakan lontong sayur, soto nasi, somay,
batagor, hamburger, ketoprak, dan lain sebagainya yang masing-masing menu tersebut
juga mengandung sumber karbohidrat yang dapat memenuhi kebutuhan energi siswa
selama berada di sekolah.
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan
Energi
Kebutuhan lemak informan didapat dari konsumsi makanan yang dikonsumsi
mereka sehari-hari, baik berupa lemak yang banyak terkandung dalam protein hewani
dan nabati serta minyak yang digunakan untuk mengolah berbagai masakan yang
mereka makan. Selain itu juga berasal dari jajanan yang informan konsumsi.
Konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam, telur, ikan, daging,
serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain sebagainya. Untuk satu porsi
lauk, biasanya berupa 1 potong ayam sedang (50 gram) atau 1 butir besar telur ayam
negeri (60 gram), atau daging sapi satu potong sedang (50 gram). Setiap informan
memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan
pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki-
135
laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani.
Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih
serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali
seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi
satu potong lauk hewani seperti ayam dan daging atau 1 butir telur. Pada saat makan
siang, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan lebih serta laki-laki
dengan status gizi kurang setiap harinya biasa mengkonsumsi satu porsi lauk hewani.
Sedangkan dua informan yang lain, yaitu laki-laki dan wanita yang memiliki status gizi
normal dalam 3 kali seminggu biasa menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa
mereka hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya mereka menambah porsi lauk
hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong sedang. Sedangkan seorang informan
lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat
menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika
ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam
seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak
lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya,
informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Sedangkan untuk makan malam, seluruh
informan setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang
informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam
sebanyak dua kali dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya.
Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam
seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Berikut kutipannya :
136
“ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo
gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4.
Seminggu bisa 3 kali. Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur.
Paling sering ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya.
Sedang. Daging juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1
ekor. Telor 3 kali seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet
3-4 kali seminggu 3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang
sama kayak udang. Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang
besar. Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.”
(Informan NA)
“ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu
aja. Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang
lain cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam
goreng aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah. Buat malam aku
jarang makan. Gak boleh sama mama. Paling makan cuma seminggu dua kali.
lauknya satu. Gak yang tiga cuma siang aja.” (Informan RW)
Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani
juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan
menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat”
yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur ayam negeri
ukuran kecil (+ 40 gram), ayam ukuran kecil (+ 40 gram), dan lain sebagainya.
Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih
tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka terbiasa untuk
tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat, dalam satu hari
seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk
hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4
potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal
mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi
lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya.
“ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” (Informan IS)
137
“ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam
potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa
dibilang.” (Informan DIL)
Selain lauk hewani, kebutuhan energi dari lemak juga didapat dari konsumsi
pauk yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan
tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua,
tiga, hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status
gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir
setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih
mrngatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai
rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam
pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3
potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam
sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu
makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat
terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang
pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2
potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih
tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya :
“ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” (Informan DIL)
“ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget
tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu
tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” (Informan RW)
138
“ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan
siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak
dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” (Informan IS)
Kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi minyak yang terkandung
dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi yang dihasilkan dari
lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang digoreng, ditumis
ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi
makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam pengolahan
makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk konsumsi nasi
ataupun mie goreng, seluruh informan menyatakan sering mengkonsumsinya dengan
frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat menjumpai makanan
tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng untuk satu piring sedang
ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak sebanyak ½ - 1 sdm
minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara digoreng. Menurut
informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan juga dengan
margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng telur dengan
cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging, udang, kerang,
telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng khususnya
minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin, biasanya
membutuhkan sekitar 1 sdm (10 gram) margarin. Sedangkan kandungan energi untuk
pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung
penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan penyerapan
minyaknya sebesar 8 gram. Telur 60 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar
139
3,24 gram. Daging 50 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu
25 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 3 gram. Tempe 25 gram,
kandungan penyerapan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya :
“ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya
digoreng.” (Informan RW)
“ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya
suka dibacem dulu abis itu di goreng.” (Informan FD)
“ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi
biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” (Informan
NA)
Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan
menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan
cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka,
minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali.
Untuk satu kali konsumsi sayuran (100 gram) yang ditumis, diperkirakan kandungan
penyerapan minyak sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm.
Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang
cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan
frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam
seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam
seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada
pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa
mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan lakilaki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan
sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur,
140
diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah
dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak
mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap
harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan
informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam
makanannya sebanyak 66 gram (6 ½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang
sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal
sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82
gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram (10
sdm) yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur,
lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya :
“ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis
kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu
suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga
kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.”
(Informan BM)
“ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali (seminggu).”
(Informan FD)
Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan
lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajih/lemak daging yang terdapat pada bakso
maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajih/lemak daging.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi
kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan
gajih/lemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya :
“ Kulit suka. Gajih juga suka.” (Informan FD)
141
“ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” (Informan RW)
“ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” (Informan NA)
Dengan demikian diperkirakan setiap harinya untuk informan wanita dengan
status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4
potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari
pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 6 ½ sdm.
Informan laki-laki dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang
terkandung dalam 3 potong lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta kandungan minyak
yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis
sebanyak 8 ½ sdm. Informan wanita dengan status gizi normal dalam satu hari
mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk
nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur
dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan laki-laki dengan status
gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk
hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan
lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan
wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung
dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang
terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis
sebanyak 8 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari
mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk
nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur
dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 10 sdm.
142
Selain pada informan WM, konsumsi lemak dan minyak juga terlihat pada
informan observasi. Pada dua kali observasi terlihat bahwa dua informan dengan status
gizi normal dan lebih masing-masing dari mereka mengkonsumsi satu potong kecil
ayam. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi kurang
pada dua kali observasi tidak mengkonsumsi protein hewani maupun nabati. Selain itu
konsumsi sumber lemak dari protein hewani, seluruh informan juga mendapatkan energi
dari minyak yang digunakan untuk mengolah makanan baik dengan cara digoreng
maupun ditumis
E. Gunakan Garam Beryodium
Seluruh informan dengan status gizi yang beragam, baik kurang, normal maupun
lebih mengetahui bahwa dirumahnya, ibu mereka selalu menggunakan garam beryodium
untuk memasak. Mereka mengetahuinya dari garam yang digunakan biasanya berupa
garam halus dan dikemasannya memiliki tulisan “mengandung yodium”. Porsi konsumsi
garam beryodium untuk setiap informan bervariasi, mereka memperkirakan sekitar satu
sendok makan hingga tiga sendok makan. Selain itu untuk validasi data, peneliti
mengumpulkan garam dari enam orang informan WM dan juga dari lima kantin SMPN
107 Jakarta untuk diuji dengan menggunakan Test Kit Yodina. Setelah diuji, dengan
cairan iodine test semua garam yang diuji berubah warna menjadi violet dengan tingkat
perubahan warna yang berbeda-beda. Sebagian kecil garam informan utama khususnya
informan laki-laki dengan status gizi kurang dan empat garam dari penjual kantin terjadi
perubahan warna violet muda, sedangkan yang lainnya violet tua. Berikut kutipannya :
“ Kayaknya ia deh mama pake garam beryodium. Berapa ya ? kira-kira dua
sendok makanlah kak.” (Informan NA)
143
“ Iya mengandung yodium. Soalnya mama kan pake garam halus, disitu juga
ada tulisan yodiumnya, aku pernah baca sekali. Kira-kira satu setengah sendok
makan.” (Informan FD)
“ Dirumah kayaknya ada yodiumnya. Soalnya biasa pake garam yang
halus.kira-kira tiga sendok. Makan.” (Informan RW)
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Kebutuhan zat besi informan dapat terpenuhi dari konsumsi bahan pangan
hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Untuk konsumsi protein
hewani, seluruh informan mengkonsumsinya baik saat makan pagi, makan siang dan
makan malam serta saat jajan ketika istirahat sekolah. Berdasarkan penjelasan perilaku
informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang konsumsi lauk hewani, dapat diketahui
bahwa dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang
mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang
dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita
dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan
laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut
kutipannya :
“Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” (Informan IS)
“ Klo siang biasanya makan ayam sama sop. Ayamnya biasanya abis tiga, klo
gak empat. Itu klo aku lagi laper banget.” (Informan RW)
“ Klo lagi beli nasi biasanya ada ayam, telor, terus sosis, nughet, ada juga yang
pake ham, ya macem-macem deh lauknya kak. Aku paling sering yang isinya
ayam klo gak telor.” (Informan NA)
Untuk konsumsi protein nabati, yang bisa didapat dari kacang-kacangan dan tahu
tempe. Berdasarkan penjelasan perilaku informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang
144
konsumsi pauk hewani, dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan
mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status
gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan
wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu
ataupun tempe. Berikut kutipannya:
“ Tahu tempe setiap hari. Biasanya dua klo gak tiga. Potongannya sedang. Klo
sisa yang semalam masih ada, ya makan paginya juga ada tempenya, klo gak ya
gak.” (Informan FD)
“ Tahu tempe gak suka. Gak tau, rasanya aneh aja. Kacang merah jarang.
Sekali sebulan.” (Informan DIL)
“ Aku gak suka kacang ijo. Kacang merah juga gak. Rasanya sama kayak sayur.
Gak enak.” (Informan NA)
“ Tahu tempe suka. Mama masaknya klo pas ada papa aja. Gak tau, abis klo
hari biasa gak ada yang makan. Yang lain suka, tapi mama emang masaknya
cuma hari libur aja.” (Informan RW)
Selain itu, zat besi juga terkandung dalam sayuran hijau. Lima dari enam
informan menyatakan setiap hari mengkonsumsi sayuran, khususnya pada saat makan
siang dan makan malam. Untuk makan pagi dan ketika jajan di sekolah ada informan
yang juga mengkonsumsi sayur dan ada yang tidak. Akan tetapi seorang informan
wanita dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayuran karena
alasan tidak bisa menelan dan tidak menyukai rasa dari sayuran tersebut. Dengan
demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan dalam satu hari
sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi
lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang. Sedangkan untuk
informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk mengkonsumsi sayur.
145
Berikut kutipannya :
“ Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya kelolodan. Paling Cuma
wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.” (Informan NA)
“ Klo sayur yang berkuah biasanya satu mangkok. Sayurnya aja setengah
mangkok, klo tumisan paling dua sampe tiga sendok makan.” (Informan RW)
“ Sedang. Dua-tiga sendok. Sayurnya dua macam.” (Informan IS)
“ Ya biasanya sayur bayam, sop, cah kangkung, ya macem-macem. Biasanya
dua-tiga sendoklah.” (Informan BM)
Sedangkan untuk informan yang diobservasi, terlihat bahwa kebutuhan zat besi
mereka didapat dari konsumsi protein hewani, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
Untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang, pada dua kali observasi hanya
mendapatkan zat besi dari 20 gram sawi hijau. Untuk informan wanita dengan status gizi
normal, dari dua kali observasi mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi
protein hewani berupa 30 gram ayam. Sedangkan untuk informan wanita dengan status
gizi lebih pada observasi I ia mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein
hewani berupa 30 gram ayam. Dan pada observasi II ia mendapatkan asupan zat besi
dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam dan 30 gram buncis.
G. Biasakan Makan Pagi
Seluruh informan menyatakan setiap harinya terbiasa untuk selalu makan pagi di
rumah. Mereka tidak terbiasa makan pagi di sekolah karena setiap hari harus masuk jam
146
06.30 WIB. Makanan yang biasa dikonsumsi saat makan pagi berupa nasi, mie ataupun
roti. Untuk roti, informan biasa menambahkan dengan margarin, maisis, selai ataupun
dengan susu kental manis. Ada juga informan yang makan pagi dengan nasi uduk,
bubur, mie ataupun nasi putih yang dicampur dengan sayur dan lauk pauk. Dua orang
informan dengan status gizi kurang menyatakan mereka terbiasa makan pagi hanya
dengan nasi dan protein hewani setiap harinya dikarenakan ia tidak menyukai sayur
(informan wanita), dan karena ayahnya tidak bisa dan tidak sempat untuk memasak
sayur (informan laki-laki). Berikut kutipannya :
“Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” (Informan IS)
“Klo pagi biasanya makan pagi nasi, ayam, sama sayur. Klo libur kadangkadang makan bubur ayam.” (Informan FD)
“Aku klo pagi makan pagi roti sama maisis. Rotinya satu (satu lembar). Klo gak
mie sama telor” (Informan RW)
“Biasa sih makan paginya nasi uduk. Sama bihun sama tempe orek. Klo gak
makan roti. Dua lembar. Klo gak roti sari roti. Satu buah yang bungkusan gitu
isi coklat.” (Informan BM)
Berdasarkan hasil dua kali observasi, semua informan selalu jajan pada jam
istirahat sekolah, dan tidak ada satupun dari mereka yang jajan pada saat sebelum jam
masuk sekolah. Sehingga peneliti memperkirakan mereka telah makan pagi di rumahnya
masing-masing. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan ibu E, penjual di kantin
SMPN 107 Jakarta, bahwa semenjak ditetapkannya peraturan sekolah bahwa jam masuk
sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB maka tidak ada lagi siswa yang jajan pada
pagi hari, sehingga para pedagangpun mulai menyiapkan dagangannya sekitar pukul
07.00-08.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 16.30 WIB.
147
H. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Empat dari enam informan telah cukup mengkonsumsi air minum khususnya air
putih, dimana rata-rata mereka mengkonsumsi delapan hingga sepuluh gelas air sehari.
Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi normal dan
lebih yang menyatakan mereka hanya mengkonsumsi air minum sekitar satu liter air
atau lima hingga tujuh gelas sehari. Air yang mereka konsumsi merupakan air galon
keluaran pabrik yang telah terjamin mutu dan keamanannya. Berikut kutipannya :
“ Sekitar lima ampe tujuh gelas. Dirumah biasanya minum “X” gallon.”
(Informan DIL)
“ Kurang lebih satu liter kak. Airnya “X” klo gak “Y” yang gallon.” (Informan
FD)
“ Klo minum aku bisa sepuluh gelas lebih. Air putih. “X” klo gak “Z”.”
(Informan RW)
“ Sepuluh gelas. Air gallon. “X”.” (Informan IS)
Berdasarkan hasil dua kali observasi, dari ketiga informan hanya informan
dengan status gizi kurang saja yang membeli air mineral saat istirahat, ditambah segelas
es teh saat selesai olah raga. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan dengan
status gizi normal dan lebih membeli susu dan teh kotak saat istirahat dan sepulang
sekolah. Akan tetapi untuk informan dengan status gizi normal, saat observasi II tidak
membeli minuman ketika pulang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu E,
salah satu penjual di kantin SMPN 107 Jakarta mengatakan bahwa seluruh penjual
menggunakan air gallon dengan merk “A”. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara
hanya di warung ibu E yang airnya dimasak, diendapkan dan kemudian disaring dengan
kassa penyaring khusus sebanyak dua kali sebelum dikonsumsi oleh para siswa. Hal ini
148
dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keamanan dari air tersebut. Akan tetapi
sayangnya semua penjual masih menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan
untuk mendinginkan ikan di pasar. Hal itu sangat membahayakan karena air yang
digunakan untuk membuat es batu adalah air mentah dan tidak terjamin kebersihan serta
keamanan dari air tersebut.
I. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Empat dari enam informan menyatakan tidak melakukan olah raga ketika berada
dirumah dan mereka hanya olah raga disekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan
dua orang informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih
menyatakan rutin berolah raga dirumah setiap hari libur, yaitu hari sabtu ataupun
minggu dengan bermain bola ataupun basket pada pagi harinya.
Selain itu sebagian informan menyatakan jika berangkat sekolah selalu diantar
jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan motor ataupun mobil. Sedangkan
sebagian informan lainnya, menyatakan berangkat ke sekolah dengan naik angkutan
umum dengan jarak antara rumah dengan akses jalan raya bervariasi, ada informan yang
rumahnya berada tepat dipinggir jalan raya, tapi ada juga informan yang jarak rumahnya
antara seratus hingga seratus lima puluh meter dari jalan raya sehingga ia harus berjalan
kaki dahulu menuju jalan raya. Selain itu jarak antara sekolah dan jalan raya dimana
angkutan umum lewat berjarak sekitar seratus meter. Berikut kutipannya :
“ Klo ke sekolah aku dianterin sama papa. Mobil. Pulangnya juga dijemput lagi
sama mama pake motor.” (Informan RW)
“ Ke sekolah naik angkot. Gak kan didepan rumah naiknya.” (Informan FD)
“ Aku pulang pergi dijemput sama ibu.” (Informan NA)
149
Berdasarkan hasil observasi I, terlihat bahwa seluruh informan mengikuti
pelajaran olah raga di sekolah dengan hari dan jam pelajaran yang berbeda pula. Untuk
masing-masing informan saat itu melakukan olah raga yang beragam, dimana informan
dengan status gizi kurang berolah raga bola voli, informan dengan status gizi normal
mengambil nilai praktek sit up, dan informan dengan status gizi lebih berolah raga
basket. Sebelum pelajaran biasanya guru menginstruksikan para siswanya untuk
pemanasan beberapa saat kemudian memberikan pembekalan materi olah raga dan
menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan kemudian memulai
olahraga dengan jenis olah raga berkelompok yang membutuhkan kerjasama dari semua
pemain, seperti bola voli, basket, dan sepak bola.
J. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Seluruh informan menyatakan tidak pernah sekalipun mengkonsumsi minuman
beralkohol dikarenakan semua informan beragama Islam. Mereka menganggap
minuman beralkohol haram dan tidak baik untuk kesehatan. Berikut kutipannya :
“ Gak lah gak pernah. Kan haram. Lagian gak baik buat kesehatan.” (Informan
NA)
“ Eh masya Allah gak pernah kak. Kan haram.” (Informan FD)
“ Gak pernah.” (Informan IS)
“ Gak lah gak pernah. Gak boleh. Haram.” (Informan RW)
Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan tidak ada yang mengkonsumsi
alkohol. Terlebih seluruh informan beragama Islam.
K. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
150
Seluruh informan menyatakan selalu memilih makanan yang aman dan sehat.
Sebelum membeli makanan mereka selalu mencari tempat berjualannya yang bersih.
Selain itu mereka juga lebih memilih makanan yang ada kemasannya agar tidak
dihinggapi lalat dan debu. Selain itu mereka juga memilih makanan yang bebas dari
bahan pewarna dan pengawet makanan yang berbahaya seperti boraks dan formalin.
Berikut kutipannya :
“ Ya cari makanannya yang tempatnya bersih. Jangan yang ada pengawetnya.”
(Informan NA)
“ Tempatnya bersih, makanannya juga bersih, gak ada pengawetnya, pewarna
biar aman.” (Informan FD)
“ Ya mulai dari tempat, kemasan makanannya harus bersih. Tidak mengandung
formalin ataupun boraks.” (Informan DIL)
“ Beli makanannya ditempat yang bersih, terus makanannya ada plastiknya biar
gak ada debunya. Bebas dari zat pengawet.” (Informan RW)
Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan hanya mengkonsumsi makanan
yang dijual dikantin sekolah dan tidak membeli makanan diluar sekolah. Akan tetapi
informan dengan status gizi kurang, saat mengkonsumsi mie goreng ia juga
menambahkan saos. Sedangkan informan lainnya tidak. Selain itu semua informan juga
membeli air mineral, minuman susu ataupun teh pada saat observasi I dan II dengan
campuran es balokan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu penjual kantin yaitu
ibu E, menyatakan bahwa saos yang dia dan penjual lainnya gunakan adalah saos isi
ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S”. Selain itu, ibu E juga
mengatakan bahwa ia juga menjual saos sachet “M” dimana merek itu jauh lebih
terkenal dan lebih terjamin keamanannya. Seluruh penjual menggunakan es batu balokan
yang biasa digunakan untuk membuat minuman dingin seperti es teh, es susu, dll. Selain
151
itu menurut ibu E, untuk makanan “ringan” yang dijual, adalah makanan yang aman
yang diketahuinya dari iklan makanan tersebut ada di televisi. Selain itu berdasarkan
hasil observasi peneliti melihat bahwa makanan yang dijual adalah makanan yang telah
terdaftar di BPPOM. Akan tetapi untuk wadah mie goreng/rebus, seluruh penjual
menggunakan gelas plastik, karena jumlah mangkuk kaca yang dimiliki penjual hanya
sedikit.
L. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Lima dari enam informan menyatakan sebelum membeli makanan mereka selalu
memeriksa label yang berada di kemasan makanan, seperti batas tanggal kadaluwarsa
(expired), komposisi makanan, serta tanda halal. Sedangkan seorang informan laki-laki
dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak pernah memperhatikan label di
kemasan makanan yang akan ia beli. Berikut kutipannya :
“ Gak pernah. Makanan yang mau dibeli apa.” (Informan IS)
“ Ada pengawetnya apa gak, sama kapan batas kadaluwarsanya.” (Informan
RW)
“ Bahan-bahan, tanggal kadaluwarsa, sama tanda halal.” (Informan BM)
Perilaku gizi yang dilakukan informan berdasarkan pengetahuan gizi yang
mereka miliki, dan akhirnya mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Berikut kutipannya :
“ Klo makan ya yang seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Ya klo cari makanan yang
bersih, yang sehat, gak ada pengawetnya. Ya kan kita dah banyak tau dari TV,
orang tua, ya kita praktekin buat kehidupan kita sendiri.” (Informan NA)
152
“ Klo cari makanan cari tempatnya yang bersih, gak dihinggapi lalat. Terus
juga olah raga biar sehat.” (Informan FD)
“ Beli makanan tempatnya yang bersih. Terus makan makanan yang sehat, yang
seimbang.” (Informan IS)
“ Klo makan jangan berlebihan, makanannya yang sehat.” (Informan RW)
Akan tetapi pada informan yang telah diobservasi, tidak satupun dari ketiga
informan yang memperhatikan label pada kemasan makanan yang mereka beli, Baik
pada observasi I maupun II.
5.3.2
Informan Pendukung
5.3.2.1Teman Sebaya Informan Utama
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan cross check data dengan menggunakan
triangulasi sumber, salah satunya kepada teman sebaya dari informan utama yang
dilakukan wawancara mendalam. Hal yang ditanyakan informan diantaranya kebiasaan
jajan informan selama di sekolah.
Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama tidak pernah
makan pagi di sekolah karena mereka sebelum berangkat ke sekolah telah makan pagi di
sekolah. Akan tetapi seluruh informan pendukung tidak mengetahui apa saja jenis
makanan yang dimakan informan utama untuk makan pagi. Selain itu mereka juga
menyatakan bahwa informan utama tidak pernah membawa bekal ke sekolah khususnya
sejak ia menjadi teman sebangku informan utama. Akan tetapi ada seorang informan
pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi normal, bahwa temannya
tersebut pada saat kelas VII dan VIII sering membawa bekal ke sekolah. Akan tetapi
153
sekarang tidak pernah dilakukannya lagi dengan alasan beban dari buku yang dibawanya
sekarang sudah cukup berat. Berikut kutipannya :
“ F gak pernah makan pagi disekolah, dia klo makan pagi dirumahnya. Klo
sekarang dia gak pernah bawa bekal lagi kesekolah soalnya bawaannya
sekarang dah berat. Paling dulu aja waktu kelas VII sama VIII aja.” (Informan
NR)
“ Klo N gak pernah makan pagi di sekolah, biasanya dia makannya dirumah.
Klo dirumah gak tau deh makannya apa, tapi paling dia suka cerita suka makan
pagi nasi uduk gitu. Setahu saya N gak pernah bawa bekal.” (Informan RR)
“ D makan paginya dirumah. Gak pernah.” (Informan RM)
Sedangkan untuk kebiasaan jajan informan saat di sekolah dan luar sekolah,
informasi yang diberikan oleh lima dari enam informan pendukung cukup sesuai dengan
yang diceritakan oleh informan utama, dimana empat dari lima informan tersebut
terbiasa membeli makanan “berat” seperti nasi saat istirahat sekolah. Selain itu,
informan utama juga suka membeli makanan ringan dan minuman dingin, seperti chiki,
biscuit, wafer, dan lain sebagainya saat istirahat siang dan sepulang sekolah. Dan
seorang pendukung dari informan utama laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan
bahwa temannya itu pada saat istirahat tidak pernah jajan dikantin kecuali hanya untuk
membeli air mineral. Sedangkan seorang informan pendukung telah memberikan
pernyataan yang kurang sesuai dengan pernyataan temannya yaitu informan utama lakilaki dengan status gizi lebih, dimana informan utama mengatakan bahwa setiap istirahat
sekolah ia tidak pernah jajan di kantin kecuali hanya untuk membeli air mineral.
Sedangkan informan pendukung mengatakan hal yang sebaliknya, dimana pada saat
istirahat informan utama dalam seminggu tiga kali biasa membeli mie goreng serta air
mineral. Berikut kutipannya :
154
“ Disekolah klo jajan ya paling mie goreng. Dia gak suka beli nasi. Katanya
masakannya gak enak. Mie goreng seminggu bisa 3 kali. Udah sih biasanya
jajannya cuma mie sama air putih aja. Ya klo gak beli mie dia gak jajan.
Katanya dia mau diet soalnya malu dikatain anak-anak. Dikatain gemuk.
Makanya dia bilang gak mau jajan biar cepet kurus. Dari awal masuk dia mang
jarang jajan. Jajannya paling seminggu 2-3 kali. Cuma mie goreng sama air
putih. Waktu itu pernah nyoba nasi tapi gak dia abisin, katanya gak enak. Klo
saya sih enak-enak aja.” (Informan AR)
“Ya klo jajan paling es, nasi goreng, sama soto.Ya belinya biasanya makanan
berat. Biar lebih kenyang. Setiap hari. Paling sama coklat. Iya (setiap hari).Klo
jalan biasanya beli bakso. Ya aku sama dia sama-sama suka bakso. Seminggu
sekali (jalan & beli bakso). Minumnya air putih klo gak es teh..” (Informan RM)
Untuk kebersamaan informan saat jajan pada waktu istirahat, lima dari enam
informan pendukung dari informan utama menyatakan mereka selalu jajan di kantin
bersama teman-temannya, akan tetapi menu yang dipilih kadang berbeda kadang sama,
tergantung dari keinginan masing-masing. Sedangkan seorang informan pendukung dari
informan utama laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa informan utama
selama ini sering menolak jika diajak jajan di kantin. Berikut kutipannya :
“ IS pendiem banget orangnya. Aku aja jarang ngobrol sama dia. Klo diajak
kekantin gak pernah mau.” (Informan SR)
“ Iya sama-sama. Klo jajan sih ya sendiri-sendiri. Tergantung lagi mau apa.”
(Informan RM)
“ Klo jajan ya kadang bareng kadang gak. Soalnya klo istirahat kadang-kadang
dia ngumpul sama anak-anak pramuka, ya udah saya makan sama teman yang
lain. Klo pas dia lagi ngumpul saya gak tau jajannya apa. Gak juga kadang klo
lagi jajan sama saya makannya bisa samaan tapi kadang beda, kayak klo dia
lagi mau soto sayanya mau nasi ya udah beli sendiri-sendiri. Tapi makannya
bareng.” (Informan MM)
155
Lima dari enam orang informan pendukung menyatakan bahwa informan utama,
setelah mengikuti mata pelajaran olah raga selalu membeli minuman dingin, baik berupa
es susu maupun es teh dan juga makanan “berat” seperti nasi dan mie.
Berikut kutipannya :
“Klo olah raga biasanya dia beli air putih. Klo es kadang-kadang pas klo dia
lagi capek banget. Sebulan bisa 3 kali beli es teh. Gak pernah belajar
kelompok.” (Informan AR)
“Paling klo gak beli aqua, dia kadang beli es the klo gak es susu. Selama ini
belum pernah belajar kelompok jadinya gak tahu. Klo diajak main kerumah
siapa, dia gak pernah mau.” (Informan SR)
Tiga dari enam informan pendukung menyatakan bahwa makanan kesukaan dia
dan informan utama sama. Seorang informan pendukung lainnya, yaitu informan utama
wanita dengan status gizi normal menyatakan bahwa makanan kesukaannya dan
informan utama berbeda. Sedangkan dua informan pendukung lainnya, yaitu teman dari
informan utama laki-laki dengan status gizi kurang dan informan laki-laki dengan status
gizi lebih menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui makanan kesukaan dari informan
utama. Dilain pihak, untuk makanan yang tidak disukai informan utama, sebagian
informan pendukung tidak tahu, dan sebagian lagi menjawab bahwa tidak ada makanan
yang tidak disukai oleh informan utama. Berikut kutipannya :
“ Gak tahu.” (Informan SR)
“ Klo makanan yang kita suka beda-beda kak, kayak klo pas pulang sekolah ada
yang beli somay, terus nawarin teman yang lain tapi dia gak suka somay, jadi
156
belinya rujak atau makanan yang lain. Tapi klo pas istirahat biasanya kita
semua pada milih nasi klo gak mie biar lebih kenyang. Tapi nasinya lauknya
macam-macam, da yang nasi goreng, soto, klo gak nasi rames.” (Informan NR)
“ Bakso. Sama saya juga suka bakso.” (Informan RM)
Tiga dari enam informan pendukung menyatakan bahwa informan utama tidak
memiliki penyakit yang dapat mempengaruhi pola makannya. Sedangkan seorang
informan pendukung dari informan utama yang memiliki status badan kurang
menyatakan bahwa ia tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh informan utama
dengan alasan informan utama terlalu pendiam dan tertutup. Akan tetapi, menurut dua
informan pendukung dari informan laki-laki dan wanita dengan satus gizi lebih
menyatakan bahwa saat ini informan utama tidak memiliki penyakit apa-apa, akan tetapi
status gizi mereka saat ini sangat mengganggu mereka, sehingga mereka memutuskan
untuk melakukan diet. Berikut kutipannya :
“Klo penyakit, kayaknya N gak punya penyakit apa-apa deh kak, soalnya selama
ini dia gak pernah cerita apa-apa.” (Informan RR)
“Gak tahu.” (Informan SR)
“Gak ada. Setahu saya B gak punya penyakit apa-apa.” (Informan MM)
Untuk perilaku minum informan utama, menurut seluruh informan pendukung,
seluruh temannya setiap hari saat istirahat sekolah mengkonsumsi air minum, baik
berupa air mineral maupun minuman dingin, seperti es susu, ataupun es teh/teh kotak.
Akan tetapi mereka tidak mengetahui berapa total air yang dikonsumsi oleh informan
utama dalam satu hari. Berikut kutipannya :
“ Klo berapa banyaknya aku gak tahu kak. Iya, disekolah dia suka beli minum.
Air mineral yang gelas 1.” (Informan SR)
157
“ Wah gak tau deh klo seharian, klo disekolah dia sering bawa minum tapi
biasanya gak cukup jadi dia beli es klo gak aqua gelas.” (Informan NR)
“ Klo minum air putih banyak. Setiap hari jajannya air putih. Aqua botol.”
(Informan AR)
Menurut seluruh informan pendukung, informan utama berolah raga hanya di
sekolah saja dengan bermain basket, sepak bola, ataupun voli. Sedangkan menurut
informan pendukung di rumah mereka tidak pernah berolah raga. Berikut kutipannya :
“ Klo yang aku liat dia gak begitu suka olah raga. Kayak klo kita main bola
paling dia cuma nonton aja.” (Informan SR)
“ Klo dirumah kayaknya dia jarang olah raga deh, paling klo di sekolah aja.
Setiap jumat.” (Informan NR)
“ Gak pernah, paling cuma di sekolah aja.” (Informan RM)
Selain itu seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama juga
tidah pernah mengkonsumsi minum-minuman yang beralkohol karena alas an haram.
Berikut kutipannya :
“ Ya enggak lah kak kan haram.” (Informan RR)
“ Gak, dia gak pernah minum.” (Informan MM)
“ Gak pernah.” (Informan RM)
Lima dari enam informan menyatakan bahwa informan utama selalu membeli
makanan di tempat jualan yang bersih, terhindar dari lalat dan debu, bebas dari bahan
pengawet yang berbahaya seperti boraks dan formalin agar makanan yang dibeli aman
untuk dikonsumsi. Sedangkan seorang informan penunjang dari informan utama lakilaki dengan status gizi kurang, menyatakan bahwa ia tidak mengetahui kebiasaan
informan utama dalam memilih makanan yang aman dikarenakan ia jarang jajan
158
bersamanya. Sehingga ia tidak mengetahui kebiasaan informan dalam memilih makanan
jajanan yang aman untuk kesehatannya. Berikut kutipannya :
“ Klo milih makanan yang aman ya liatnya dari tempatnya bersih apa gak,
kandungan dalam makanan itu ada pewarnanya gak, ada pengawetnya gak. Klo
N sih milih makanan paling liatnya dari tempatnya bersih atau gak.” (Informan
RR)
“ Wah gak tahu juga, soalnya dia jarang jajan. Paling waktu itu sekali-kalinya
dia beli roti. Itu juga katanya dia belum makan pagi.” (Informan SR)
“ Ya paling dia klo mo jajan liat tempatnya dulu bersih pa gak, baru deh beli.”
(Informan NR)
Sebagian informan pendukung menyatakan bahwa informan utama dengan status
gizi gisi kurang laki-laki dan wanita, serta informan laki-laki dengan status gizi normal
suka membaca label kemasan makanan sebelum membelinya, khususnya pada tanggal
kadaluwarsanya. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan setiap saat ketika dia akan membeli
makanan. Sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa informan utama hanya
memperhatikan makanan yang ingin dibelinya tanpa melihat label dari kemasan
makanan tersebut. Berikut kutipannya :
“ Klo beli makanan kayaknya gak deh. Dia beli ya beli aja.” (Informan RM)
“ Makanannya. yak lo beli dia sih beli aja, gak perhatiin apa-apa.” (Informan
AR)
“ Klo dia sih ya makanannya. Maksudnya dia mau beli jajanan apa. Sama
paling tanggal ekspairednya. Tapi itu kadang-kadang aja.” (Informan RR)
Seluruh informan pendukung tidak mengetahui bahwa informan utama pernah
mencari informasi kesehatan atau tidak karena mereka tidak pernah melihat informan
utama bertanya tentang informasi kesehatan. Berikut kutipannya :
159
“Gak tahu. Saya gak pernah liat dia baca buku atau nyari informasi kesehatan
.” (Informan MM)
“Gak tahu. Gak, dia gak pernah cerita.” (Informan AR)
“ Gak tahu.” (Informan RR)
5.3.2.2 Keluarga Informan Utama
Selain teman sebaya informan utama, proses cross cek data dengan melakukan
triangulasi sumber juga dilakukan pada keluarga informan utama yang diwawancara
mendalam. Dari enam informan utama, hanya lima keluarga informan yang bersedia
untuk diwawancarai dan kesemuanya adalah ibu informan utama.
Seluruh informan pendukung yang berhasil diwawancarai, memberikan
informasi tentang bagaimana pola makan informan utama dan keluarga dirumah, mulai
dari makan pagi hingga makan malam. Semua yang diceritakan oleh ibu informan sama
dengan seperti yang diceritakan informan utama, akan tetapi peneliti tidak menanyakan
frekuensi tiap-tiap jenis makanan yang dimakan oleh informan utama secara lngkap,
hanya beberapa zat gizi secra sekilas. Selain itu semua informan pendukung menyatakan
bahwa yang menyiapkan makanan di rumah adalah mereka sendiri. Berikut kutipannya :
“Ya saya yang masak. Tadinya pembantu, tapi pas lebaran kemaren pulang
kampong gak balik-balik lagi ya udah semua kerjaan saya yang ngerjain.”
(Informan A)
“Saya sama mbaknya (pembantu).” (Informan S)
“Saya sendiri (ibu).” (Informan NY)
160
Dua dari lima informan pendukung, yaitu ibu dari informan wanita dengan status
gizi kurang dan informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka
sekeluarga tidak memiliki penyakit apapun kecuali hanya batuk pilek. Sedangkan tiga
informan pendukung lainnya menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit, diantaranya untuk keluarga informan utama wanita dengan status gizi normal
memiliki ibu yang mempunyai penyakit magh yang tidak lain adalah informan
pendukung sendiri, selain itu di keluarga informan wanita dengan status gizi lebih
terdapat ayah yang memiliki penyakit hipertensi atau darah tinggi, sedangkan di
keluarga informan laki-laki dengan status gizi lebih, memiliki kakek yang terkena
penyakit jantung. Berikut kutipannya :
“ F gak ada penyakit apa-apa, klo saya punya magh, makannya klo lagi kambuh
saya gak bisa ngapa-ngapain, klo bapaknya sih sehat-sehat aja.” (Informan A)
“ Ada. Bapaknya punya darah tinggi.” (Informan LY)
“ Alhamdulillah sekeluarga sehat semua, paling ya batuk pilek gitu wajarlah.”
(Informan HP)
Dua dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya memiliki
ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, dimana untuk informan wanita dengan
status gizi kurang ia tidak menyukai sayur karena tidak menyukai rasa dan memiliki
kesulitan dalam menelannya serta ia juga tidak menyukai makanan yang memiliki rasa
pedas dan pahit seperti pare dan daun pepaya. Sedangkan informan wanita dengan status
gizi normal tidak menyukai sayur yang memiliki rasa pahit seperti pare dan daun
papaya. Seorang informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi
lebih, memantang atau melarang suaminya untuk mengkonsumsi makanan yang
kandungan garamnya tinggi dikarenakan ia memiliki penyakit darah tinggi. Sedangkan
161
seorang informan pendukung dari informan laki-laki dengan status gizi lebih
menyatakan bahwa ia melarang anaknya mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak
seperti susu dan eskrim, karena berat badan anaknya sudah sangat berlebih. Dan untuk
informan laki-laki dengan status gizi normal, ia tidak memiliki pantangan apapun dalam
makanannya. Berikut kutipannya :
“ Paling bapaknya gak boleh makan yang asin-asin.” (Informan LY)
“ N tuh gak suka makan sayur, gak bisa ‘nelen’ katanya sama dia juga gak suka pedes
sama makanan yang pahit.” (Informan NY)
“ Klo R biasanya saya gak bolehin minum susu sama eskrim.” (Informan S)
Untuk konsumsi air minum dalam satu hari, tiga dari lima informan pendukung
menyatakan bahwa anaknya setiap hari mengkonsumsi minimal 8 gelas bahkan lebih.
Sedangkan dua informan pendukung lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi
kurang dan lebih hanya mengkonsumsi sekitar 5-7 gelas dalam sehari. Berikut
kutipannya :
“ Waduh berapa banyak ya minumnya, mungkin ya 6-7 gelas.” (Informan NY)
“ Klo minum dia cukup lah lumayan, klo ke sekolah dia biasanya bawa minum dari
rumah. kira-kira 2 literan.” (Informan A)
“ Air minumnya air galon. Wah saya gak tau sehari minumnya berapa gelas. Mungkin 5
kali.” (Informan LY)
Dua informan pendukung, menyatakan bahwa anaknya yaitu informan laki-laki
dengan status gizi normal dan lebih pada hari libur rutin untuk melakukan olah raga
sepak bola ataupun bola basket. Sedangkan tiga informan pendukung lainnya
menyatakan jika dirumah anaknya tidak pernah berolah raga. Berikut kutipannya :
162
“ F gak pernah olah raga, bapaknya juga gak pernah. Tapi paling klo disekolah
aja, kan ada pelajaran olah raga.” (Informan A)
“ R suka main basket didepan, biasanya dia main hari sabtu minggu. Ya paling
dari jam 8 sampai jam 10. Ya kadang main sama teman-temannya klo gak sama
papanya klo lagi gak capek.” (Informan S)
“ Gak pernah.” (Informan LY)
Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa informan utama dan
keluarganya
tidak
pernah
mengkonsumsi
minum-minuman
beralkohol
karena
diharamkan oleh agama. Berikut kutipannya :
“ Gak lah mbak, kan haram.” (Informan NY)
“ Gak pernah.” (Informan S)
“ Gak. Gak pernah.” (Informan HP)
Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa dalam memilih makanan yang
aman harus memperhatikan kebersihan tempat berjualannya, keamanan bahan makanan
yang digunakan, harus bebas dari pewarna makanan, bebas dari pengawet makanan yang
berbahay seperti boraks dan formalin, serta bebas dari bibit penyakit. Berikut
kutipannya:
“ Paling klo nyari makanan ya liat-liat tempatnya bersih apa tidak, kebersihan
penjualnya juga dilihat. Kukunya hitam-hitam gak. Makanannya juga ditutup
apa tidak. Ya biar gak sakit perut.” (Informan A)
“ Klo makanan yang aman ya kita harus pilih-pilih, jangan yang ada pengawet,
sama pewarnanya. Apalagi sekarang penyakit dah macem-macem. Jadi ya
kitanya harus hati-hati.” (Informan HP)
“ Ya klo milih makanan yang mau dimakan apa. Tapi klo beli liat-liat tempatnya.
Ya cari yang bersih. Ya sama jangan yang ada formalin atau boraksnya.
Bahaya.” (Informan LY)
163
Seluruh informan pendukung menyatakan selalu memperhatikan label yang
terdapat di kemasan makanan, seperti tanggal kadaluwarsa, tanda halal, serta bahanbahan pembuatannya. Berikut kutipannya :
“ Ya yang paling utama sih liat tanggal kadaluwarsanya, terus makanan itu
halal atau tidak. Kan yang paling penting itu.” (Informan NY)
“ Klo beli makanan yang diperhatikan pertama halal apa tidak, terus masa berlakunya
sampai kapan. Soalnya klo dah lewat kan bahaya nanti malah bisa keracunan.”
(Informan HP)
“ Ya liat tanggal kadaluwarsanya. Klo dah lewat kan bahaya.” (Informan LY)
Seluruh informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga yang sering
memberikan nasehat dan informasi kesehatan kepada informan utama adalah ibu atau
informan pendukung sendiri. Informasi yang diberikan bermacam-macam, akan tetapi
sebagian besar berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi oleh informan utama,
agar mereka tidak salah memilih makanan sehingga terhindar dari penyakit yang
membahayakan kesehatan. Berikut kutipannya :
” Biasanya sih yang suka bawel ke anak-anak ya saya. Nyuruh jajannya yang
bener, terus selalu jaga kesehatan, soalnya klo saya liat di TV sekarang orang
jualan dah macem-macem segala cara yang gak halal dilakuin cuma untuk nyari
keuntungan yang gak seberapa.” (Informan NY)
“ Paling klo yang ngasih informasi kesehatan ya saya aja, kayak klo mau cari
makanan yang tempatnya bersih, makannya nasi klo disekolah, jangan
kebanyakan makan saos soalnya pewarnanya kan bahaya. Lagian bahan
saosnya juga gak jelas, kayak cabe busuk gitu.” (Informan A)
” Biasanya yang ngasih tahu tentang kesehatan saya. Supaya R jangan makan
banyak-banyak supaya kurusan. Biar lebih sehat.” (Informan S)
5.3.2.3 Penjual Kantin SMPN 107 Jakarta
164
Di SMPN 107 Jakarta terdapat 5 kantin yang menjual berbagai makanan, mulai
makanan berat hingga makanan ringan. Dari kelima penjual kantin, peneliti telah
mewawancarai mereka secara sekilas, akan tetapi ada seorang penjual kantin, yaitu ibu E
yang telah diwawancarai oleh peneliti secara lebih mendalam. Berdasarkan wawancara
tersebut ternyata warung dibuka pada pukul 07.30 hingga 04.30 dan di warung ibu
tersebut menjual berbagai jenis makanan seperti soto, ketoprak, nasi rames/goreng
dengan berbagai lauk dan sayur yang ditumis, mie, serta berbagai gorengan, makanan
“ringan”, dan minuman dingin. Untuk makanan “berat” menu soto, mie, nasi
goreng/rames setiap hari selalu tersedia. Akan tetapi untuk ketoprak seminggu hanya
beberapa kali karena menurut beliau para siswa kurang meyukai makanan yang terbuat
dari kacang-kacangan. Khusus untuk menu nasi rames dan nasi goreng, menunya
pendampingnya seperti lauk pauk dan sayurnya selalu berganti-ganti setiap satu hingga
dua hari sekali agar siswa tidak bosan. Selain itu, untuk pendamping mie, ibu E juga
menyediakan bakso, sosis, ham, telur, sawi, nasi, yang dibuat sesuai pesanan siswa.
Semua makanan “berat” yang dimasak selalu dibuat baru, sehingga tidak ada makanan
sisa yang dihangatkan kemudian dijual kembali. Menurut ibu E, hal ini dilakukan untuk
menjaga mutu makanan. Selain itu menurut beliau, jumlah makanan yang dijual telah
diperkirakan sebelumnya sehingga setiap harinya dapat habis terjual. Dan jika makanan
tersebut masih bersisa dapat dimakan sendiri oleh keluarga ibu E. Selain itu, ibu E
menggunakan air “AS” untuk memasak.
Ibu E menggunakan air “AS” seharga Rp. 5.500,- untuk memasak. Dan menurut
beliau sebelum digunakan air tersebut disaring lagi dengan menggunakan kassa
165
penyaring sebanyak dua kali setelah dimasak dan diendapkan di dalam gentong. Hal ini
dilakukan agar air menjadi benar-benar bersih. Hal ini hanya dilakukan oleh ibu E.
Beliau juga mengatakan bahwa dalam menyediakan mie goreng/rebus selalu
menggunakan mangkuk kaca. Akan tetapi ketika peneliti melakukan observasi ke kantin
dan menanyakan kepada siswa ternyata semua kantin menyuguhkan dengan gelas plastik
yang biasa digunakan untuk tempat minuman dingin. Selain itu, peneliti juga melakukan
croschek kepada penjual lain, yaitu ibu C. dan beliau mengatakan bahwa semua
pedagang memang menggunakan gelas plastik sebagai tempat mie goreng/rebus. Hal ini
dikarenakan ketersediaan mangkuk plastik yang terbatas serta seringnya mangkuk
tersebut hilang atau bahkan pecah.
Selain itu, semua penjual menyediakan saos isi ulang dengan kemasan plastik
dengan merek “SM” atau “S” dengan harga Rp. 5.500 dan juga saos sachet. Untuk
membuat minuman dingin mereka menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan
untuk mendinginkan ikan di pasar.
Menurut ibu E, Ibu Ida selaku kepala sekolah pernah memberikan saran kepada
pedagang kantin, agar semua makanan yang dijual terutama makanan kemasan adalah
makanan yang terdaftar di BPPOM agar keamanan siswa dapat terjamin. Selain itu
beliau
juga
melarang
kemasan
steroform
sebagai
tempat
makanan
karena
membahayakan kesehatan. Selain itu ia juga menyarankan agar tidak menjual chiki
karena mengandung MSG dan kurang naik untuk kesehatan para siswanya. Akan tetapi
para pedagang tidak dapat melaksanakan untuk tidak menjual chiki. Hal ini dikarenakan
166
siswa sangat menyukai jajanan ini. Oleh sebab itu para penjual juga menyiapkan chiki
untuk dijual setiap harinya.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
1. Dalam penimbangan berat badan untuk mengetahui status gizi informan, seluruh siswa
tetap menggunakan pakaian seragamnya, sehingga dalam penilaian status gizinya peneliti
mengurangi berat badan masing-masing informan kira-kira sebesar 500 gram dan jika
informan menggunakan sabuk maka pengurangannya menjadi 600 gram agar berat badan
yang ditimbang mendekati berat badan yang sesungguhnya.
2. Observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tiga orang informan utama hanya terbatas
pada perilaku makannya di sekolah. Hal ini dikarenakan sulitnya mengobservasi
informan secara diam-diam di rumahnya tanpa diketahui informan. Terlebih observasi
yang dilakukan adalah observasi pasif dimana peneliti ingin melihat perilaku makan
informan yang sebenarnya tanpa ada yang ditutup-tutupi atau dirubah.
3. Dalam penelitian ini tidak menggunakan recall 2 x 24 jam pada perilaku makan informan
sehingga peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa asupan energi dan zat gizi lain
yang dikonsumsi oleh informan. Sehingga hasil perhitungan gizi informan dalam satu
hari merupakan hasil perkiraan dari peneliti berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan dan dikonversi dalam porsi makanan.
165
166
4. Untuk observasi perilaku makan dan aktivitas fisik informan sehari-hari tidak dapat
diteliti oleh peneliti secara rinci karena sulitnya mendapatkan izin (legal aspek) sehingga
tidak dapat menjangkau dan memonitor aktivitas mereka selama 24 jam baik dirumah
maupun disekolah.
5. Karena informan yang diteliti untuk masing-masing teknik pengambilan data yaitu
wawancara mendalam, FGD, dan observasi adalah informan yang berbeda, maka
informasi yang digali tidak dapat digunakan untuk validasi data.
6. Pola makan keluarga yang telah diteliti pada informan WM masih kurang mendalam
sehingga tidak dapat digunakan untuk mengetahui kecukupan konsumsi makanan pokok,
lauk pauk, sayur, dan buah dalam satu hari. Sehingga gambaran kesesuaian pola makan
keluarga dengan PUGS hanya secara umum dan tidak dapat menjangkau seluruh pesan.
6.2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang Gizi
Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya, dapat
diasumsikan bahwa pengetahuan informan baik informan WM, FGD I, maupun FGD II tentang
penganekaragaman makanan sudah baik sesuai dengan pesan kesatu dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu makanlah aneka ragam makanan. Seluruh informan telah mengetahui
tentang gizi seimbang, manfaat dari penganekaragaman makanan serta akibat dari makanan yang
tidak beraneka ragam baik secara kuantitas maupun kualitasnya yang mereka ketahui dari
berbagai sumber, baik keluarga, guru, media cetak maupun televisi. Terlebih tiga informan FGD
167
II saat SD pernah menjadi dokter kecil dan mendapatkan pengetahuan tentang gizi yang baik dari
petugas kesehatan. Dengan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, diharapkan
mereka juga membiasakan mengkonsumsi makanan yang beranekaragam sehingga mereka bisa
mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari serta memiliki tubuh yang ideal agar kesehatannya
dapat optimal. Terlebih untuk remaja awal seperti informan, dimana mereka sedang mengalami
masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan gizi yang cukup. Menurut Krummel (1996),
nutrisi yang baik selama remaja tidak hanya untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal
tetapi juga untuk pencegahan penyakit kronik. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu
jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan
mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang
lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain (Departemen Kesehatan, 2003a),
Akan tetapi untuk pengetahuan tentang pedoman gizi seimbang, yang mereka tahu hanya
4 Sehat 5 Sempurna, dan mereka sama sekali tidak mengetahui ataupun tidak pernah mendengar
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan sebagai
pedoman gizi seimbang sejak tahun 1992 sebagai alat pendidikan dan sosialisasi tentang gizi
seimbang kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2002) bahwa dalam
perjalanan usianya yang ke-7 di Tahun 2002 kemarin PUGS terasa belum cukup “membumi”
apalagi digunakan sebagai sarana penyuluhan di tingkat “akar rumput”. Diungkapkan bahwa
kadar ilmiah isi dan kata-kata serta uraian yang terkandung dalam PUGS relatif tinggi sehingga
masyarakat kurang mengenal pesan-pesan PUGS dibandingkan dengan slogan “4 Sehat 5
Sempurna”. Selain itu, peneliti juga telah mengkonfirmasi hal tersebut pada ibu Cornelia dari
Departemen Kesehatan, menurut beliau selama proses sosialisasi memang belum berjalan secara
168
optimal karena terhambatnya sosialisasi PUGS di tingkat daerah. Dan pada akhir tahun 2009
hingga tahun 2010 mendatang, Departemen Kesehatan sedang melakukan revisi terhadap PUGS
untuk memudahkan masyarakat dalam memahami isi dari PUGS yang sebelumnya dirasa masih
sulit untuk dimengerti. Selain itu menurut beliau, kedepannya sosialisasi PUGS akan lebih
ditingkatkan lagi, baik melalui media cetak maupun media elektronik seperti iklan di televisi.
Dengan demikian kedepannya diharapkan promosi dari PUGS akan lebih maksimal sehingga
usaha preventif di bidang gizi masyarakat akan berjalan lebih optimal sehingga prevalensi
kejadian gizi buruk dan gizi lebih di Indonesia dapat ditekan sekecil mungkin bahkan
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Berdasarkan berbagai pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan, dapat
diasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
energi secara umum telah baik sesuai dengan pesan kedua dari Pesan Dasar Gizi Seimbang
(PDGS) yaitu makanlah makan untuk memenuhi kecukupan energi. Dimana sebagian besar dari
mereka telah mengetahui sumber makanan yang mengandung energi khususnya karbohidrat dan
protein, akan tetapi hanya sedikit informan yang tahu bahwa ternyata lemak juga mengandung
energi yang sangat besar. Selain itu sebagian besar informan juga mengetahui porsi dari
kebutuhan ideal karbohidrat dan protein sedangkan untuk porsi lemak yang ideal tidak ada
seorang pun yang tahu. Selain itu seluruh informan juga mengetahui akibat dari mengkonsumsi
makanan yang tidak beranekaragam. Menurut Departemen Kesehatan (2003a) makan makanan
yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu
makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantitasnya yang disebut triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun dan zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan,
169
akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka
ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu
yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
dari makanan lain.
Dan untuk BB dan TB yang ideal, hanya sebagian saja informan yang tahu serta hanya
sebagian kecil informan yang rutin setiap bulannya melakukan penimbangan BB dan TB.
Padahal dengan mengetahui BB dan TB yang ideal serta selalu rutin melakukan penimbangan
setiap bulannya maka setiap informan dapat mengontrol dan mengatur status gizinya agar bisa
selalu normal. Dengan demikian hal yang dapat diintervensi dan harus segera diperbaiki adalah
pengetahuan tentang lemak serta pemahaman tentang pentingnya melakukan penimbangan yang
rutin. Lemak merupakan salah satu jenis zat gizi yang cukup sering menjadi masalah bagi
remaja. Dengan mengetahui sumber, jenis, manfaat serta porsi dari makanan sumber energi yang
dibutuhkan informan dalam sehari, diharapkan mereka dapat mengatur pola makan mereka
dengan tepat. Hal ini dikarenakan para informan saat ini sedang berada pada golongan remaja
awal, telah memiliki cukup kebebasan untuk memilih dan mengatur apa saja yang ingin mereka
konsumsi. Jika mereka tidak memiliki pengetahuan tentang kebutuhan asupan makanan yang
tepat khususnya pada makanan sumber lemak, besar kemungkinan mereka akan mengaplikasikan
pola makan yang salah dan tidak sesuai untuk kebutuhan mereka seperti kebiasaan
mengkonsumsi makanan fastfood. Hal ini nantinya dapat berdampak terhadap proses
pertumbuhan mereka. Oleh karena itu hal yang harus dilakukan adalah pemberian pendidikan
gizi melaui penyuluhan kesehatan khususnya informasi tentang lemak, baik yang meliputi jenis,
manfaat, serta kebutuhan ideal dalam satu hari.
170
Selain itu, sebagian besar informan sudah mengetahui berapa BB dan TB yang ideal
untuk remaja seusia mereka. Untuk wanita, rata-rata informan menyebutkan BB yang idealnya
sekitar 40-50 kg dan laki-laki sekitar 50 kg. Sedangkan TB yang ideal untuk wanita sekitar 140150 cm dan laki-laki sekitar 150-160 cm. Hal ini sesuai WNPG (2004), untuk laki-laki usia 1012 tahun BB 35 kg dan TB 138 cm, usia 13-15 tahun BB 46 kg dan TB 150 cm. Sedangkan
untuk wanita usia 10-12 tahun BB 37 kg dan TB 145 cm, usia 13-15 tahun BB 48 kg dan TB 153
cm. Berdasarkan standar BB dan TB tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan wanita lebih
cepat daripada laki-laki. Akan tetapi hal ini akan berbalik pada sekitar usia 16 tahun keatas
dimana pertumbuhan laki-laki akan lebih cepat daripada wanita. Hal ini berbanding terbalik
dengan setiap jawaban informan yang menyebutkan bahwa BB dan TB laki-laki lebih besar
daripada wanita. Selain itu sebagian besar informan menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap
bulannya melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Hal ini sangat disayangkan karena
dengan rutin melakukan penimbangan BB maka status gizi seseorang akan terus terpantau.
Menurut Departemen Kesehatan (2003b), kegiatan penimbangan berat badan sebaiknya
dilakukan rutin sebulan sekali. Dimana pada orang dewasa, cara yang digunakan untuk
memantau berat badan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) sedangkan Kartu
Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lansia.
Ketidakteraturan siswa dalam melakukan penimbangan BB dikarenakan mereka tidak memiliki
timbangan di rumah mereka masing-masing. Sehingga mereka biasanya menimbang BB mereka
di puskesmas ataupun rumah sakit ketika mereka atau ada anggota keluarga mereka yang
berobat. Akan tetapi sebenarnya di sekolah khususnya di ruang UKS/PMR juga terdapat
timbangan yang seharusnya dapat mereka pergunakan untuk menimbang BB mereka setiap
171
bulan. Akan tetapi sangat disayangkan fasilitas tersebut tidak mereka manfaatkan dengan baik
karena alasan ketidaknyamanan dan ketidakberanian siswa untuk meminjam timbangan tersebut.
Sedangkan untuk penimbangan BB dan TB yang rutin, kedepannya sebaiknya pihak
sekolah, petugas kesehatan setempat, maupun siswa yang tergabung dalam ekstra kurikuler PMR
dan KKR dapat bekerja sama mempromosikan pentingnya melakukan penimbangan BB yang
rutin setiap bulannya agar status gizi para siswanya dapat terpantau dengan baik. Walaupun
setiap tahunnya petugas kesehatan selalu melakukan skrining pada awal tahun sebagai program
kerja UKS, hal tersebut belum berjalan secara optimal. Dimana mereka hanya melakukan
skrining kesehatan pada siswa kelas VII saja yang baru masuk sekolah, akan tetapi siswa kelas
VIII dan IX tidak dilakukan skrining sehingga tidak terpantau status kesehatannya. Terlebih
menurut guru pembina UKS, ibu Sumiyati Pakpahan menyatakan bahwa petugas kesehatan
hanya meminta laporan BB dan TB yang telah dikumpulkan oleh beliau tanpa memberikan
penjelasan apakah siswa yang dilakukan skrining tersebut memiliki status gizi yang normal atau
tidak. Hal ini sangat disayangkan, karena berdasarkan penelitian ini dapat terlihat bahwa banyak
siswa yang memiliki status gizi kurang dan lebih. Tentunya keadaan ini harus segera diatasi
dengan kerja sama dari berbagai pihak, baik pihak sekolah, petugas kesehatan, serta orang tua
dari siswa yang bersangkutan agar mereka dapat memperbaiki status gizinya dengan cara yang
benar sehingga nantinya status gizi mereka dapat normal kembali.
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
karbohidrat sudah baik sesuai dengan pesan ketiga dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS)
yaitu makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Dimana sebagian
172
besar dari mereka telah mengetahui sumber bahan makanan karbohidrat, jumlah kebutuhan
karbohidrat dalam sehari (berdasarkan URT), manfaat karbohidrat untuk kesehatan, serta akibat
bila konsumsinya berlebih ataupun kurang.
Konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan
terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya
terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan fungsi
tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2003).
Selain kegemukan, kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang juga akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang
berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat
terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia
dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah
terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003b). Oleh karena itu, konsumsi karbohidrat dalam satu hari
harus dibatasi. Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks
melebihi 60 % kebutuhan energi, maka kebutuhan protein, vitamin, dan mineral akan sulit
dipenuhi. Adapun anjuran konsumsi makanan pokok sumber karbohidrat kompleks di Indonesia
adalah 3-8 porsi per hari sesuai dengan porsi dalam daftar penukar bahan makanan (Depkes,
1995). Dimana porsi tersebut setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram) (Almatsier,
2003).
Dengan
pengetahuan
tersebut
diharapkan
informan
dapat
mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam pola makannya sehari-hari dengan mencukupi kebutuhan
karbohidratnya sesuai dengan kebutuhan energi mereka agar aktivitas sehari-hari mereka dapat
berjalan dengan optimal.
173
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi
Seluruh informan utama telah mengetahui makanan sumber protein dan lemak. Untuk
jenis protein dan lemak, sebagian informan utama telah mengetahui bahwa protein terdiri dari
dua jenis, yaitu protein hewani dan protein nabati dan hanya sebagin kecil dari informan utama
yang telah mengetahui bahwa jenis lemak menurut sumbernya ada dua yaitu lemak hewani dan
nabati. Dan hanya seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi normal yang
menyebutkan lemak jenuh, akan tetapi ia tidak mengetahui tentang lemak tak jenuh dan lemak
trans. Akan tetapi selain lemak nabati dan hewani, ditinjau dari kemudahan proses pencernaan,
lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang
paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah
dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang
mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan
nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari
hewani (Depkes, 1995).
Sebagian besar informan utama menyebutkan kebutuhan protein sebanyak satu potong
setiap satu kali makan, dan tiga potong lauk untuk satu hari. Sedangkan untuk jumlah kebutuhan
lemak mereka dalam satu hari, tidak ada seorang informan pun yang tahu. Menurut Departemen
Kesehatan (2003a), konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari
kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam
bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan.
174
Sebagian besar informan utama telah mengetahui manfaat protein sebagai zat pembangun
yang membantu pertumbuhan, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, serta sebagai sumber
tenaga/energi. Sedangkan untuk manfaat lemak, sebagian kecil informan utama mengetahui
bahwa lemak berguna sebagai cadangan energi dan ada seorang informan FGD II, yaitu informan
perempuan dengan status gizi normal mengatakan bahwa lemak dapat memberikan panas tubuh
sehingga tidak mudah kedinginan saat musim dingin.
Sebagian kecil informan utama telah mengetahui akibat mengkonsumsi protein yang
berlebih, yaitu dapat menyebabkan lemas, pertumbuhan kurang bagus, serta dapat menyebabkan
penyakit jantung. Untuk pengetahuan tentang akibat dari konsumsi lemak yang berlebih,
sebagian besar informan utama menyebutkan bahwa kelebihan konsumsi lemak dapat
mengakibatkan kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung.
Selain itu sebagian kecil informan utama dapat menyebutkan akibat dari kurangnya
asupan/konsumsi protein, yaitu dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat serta menjadi
kurang gizi / kurus. Untuk akibat kurang konsumsi lemak, sebagian informan utama menyatakan
bahwa kurangnya konsumsi lemak bisa menyebabkan seseorang lemas, tak bertenaga, daya tahan
tubuhnya kurang, kurus, serta dapat terjadi malnutrisi/kurang gizi. Lemak memiliki fungsi
sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut
vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas
dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ
tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan
terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan
penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada
175
bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati. Sedangkan
konsumsi lemak yang berlebih dapat menyebabkan obesitas.
Berdasarkan keadaan tersebut, dapat terlihat bahwa pengetahuan informan tentang
konsumsi lemak secara umum sudah baik sesuai dengan pesan keempat dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi. Dimana sebagian besar informan telah memiliki pengetahuan tentang sumber protein dan
lemak, jenis protein, kebutuhan protein yang ideal dalam satu hari, manfaat protein, akibat
konsumsi lemak yang berlebih dan kurang. Sedangkan pengetahuan tentang jenis lemak,
kebutuhan lemak yang ideal dalam satu hari, manfaat lemak, serta akibat konsumsi protein yang
berlebih dan kurang dari kebutuhan ideal dalam sehari masih kurang dimiliki oleh informan.
Pengetahuan ini sangat berguna, agar mereka dapat mengatur asupan makanan yang
mereka konsumsi sehari-hari, khususnya untuk membatasi konsumsi lemak yang berlebihan.
Terlebih, maraknya jajanan makanan fastfood yang cenderung tinggi lemak dan kolesterol tetapi
minim kandungan zat gizi lain yang sangat diperlukan tubuh. Sehingga tidak mengherankan jika
prevalensi kejadian status gizi lebih pada remaja saat ini sangat tinggi. Hal ini harus segera
ditanggulangi dengan cara pemberian pendidikan kesehatan di sekolah dengan penyuluhan gizi
khususnya dalam bidang gizi dengan tentang gizi remaja khususnya tentang lemak.
E. Gunakan Garam Beryodium
Seluruh informan utama mengetahui manfaat konsumsi garam yang mengandung yodium
adalah untuk mencegah penyakit gondok. Akan tetapi tidak ada satu orang pun dari mereka yang
mengetahui bahwa kekurangan yodium dapat menurunkan kecerdasan seseorang serta hanya ada
seorang informan yang tahu bahwa kekurangan yodium berdampak kurang baik baik
176
pertumbuhan seseorang. Hal ini sesuai menurut Departemen Kesehatan (2003b), dimana
kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kretin (kekerdilan).
Kekurangan dalam makanan sehari-hari, dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Maka
bagi anak sekolah yang menderita GAKY memerlukan waktu yang relatif lama dalam
menyelesaikan sekolah. Bahkan bagi yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinism)
tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan tingkat dasar. Hal ini juga diungkapkan dalam
Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid
membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam
keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan
pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme
mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak
menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a),
gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium
sesuai dosis dan menggunakan garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam
dosis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya
kekurangan iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga
menimbulkan sesak napas (Almatsier, 2003),
Sebagian besar informan utama tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsi garam yang
berlebih. Akan tetapi sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa konsumsi garam
berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu seluruh informan utama
juga tidak mengetahui berapa batas takaran konsumsi garam untuk setiap orang dalam satu
harinya. Dimana menurut Departemen Kesehatan (2003b), dianjurkan untuk mengkonsumsi
garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh
177
setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan
yodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan utama
tentang garam beryodium masih kurang pada pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang
(PDGS) yaitu gunakan garam beryodium, dimana mereka hanya mengetahui bahwa garam
beryodium bermanfaat untuk mencegah penyakit gondok saja, tetapi mereka tidak mengetahui
akibat dari konsumsi garam dalam jumlah yang berlebih serta mereka pun tidak mengetahui
berapa batas konsumsi garam dalam sehari. Dengan mengetahui akibat dari konsumsi garam
yang berlebih serta berapa batas aman penggunaan garam diharapkan informan dapat membatasi
konsumsi garam pada makanannya sehari-hari agar mereka terhindar dari penyakit tekanan darah
tinggi / hipertensi. Dengan demikian para informan dan siswa lainnya membutuhkan penyuluhan
gizi yang berkaitan tentang kebutuhan yodium dalam satu hari.
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Sebagian kecil informan utama menyatakan bahwa zat besi berguna untuk pembentukan
sel darah merah. Hal ini tidak sesuai dengan Almatsier (2003), bahwa zat besi adalah salah satu
unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai
beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Sedangkan informan lainnya menganggap bahwa zat besi
bermanfaat untuk mencegah osteoporosis pada tulang yang biasa terjadi pada orang tua.
178
Sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa kurangnya zat besi dalam konsumsi
makanan sehari-hari dapat menyebabkan penyakit anemia. akan tetapi tidak ada seorang
informan pun yang tahu akibat dari konsumsi zat besi yang berlebih. Selain itu sebagian besar
informan utama mengetahui gejala anemia, diantaranya pusing, mudah lelah, mual, muntah, tak
bersemangat, dsb. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa anemia dapat menyebabkan
seseorang pingsan dan mudah marah. Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat,
rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya
kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping
itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier, 2003). Selain kekurangan, kelebihan
zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat
mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan
pingsan. Selain itu seluruh informan utama juga tidak mengetahui berapa kadar Hb
(Haemoglobin) yang normal untuk remaja seusia mereka. Menurut Departemen Kesehatan
(2003b), pada penderita anemia, apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah maka
angka Hb kurang dari normal, dimana kadar Hb normal untuk wanita tidak hamil adalah 12,015,5 g/dl, wanita hamil 11,0-14,0 g/dl, dan pria adalah 13,0-17,0 g/dl. AGB dapat ditanggulangi
dengan minum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) dan mengkonsumsi makanan
tinggi sumber zat besi.
Selain itu, sebagian kecil informan utama mengetahui bahwa zat besi banyak terkandung
dalam sayuran khususnya di bayam. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan
kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Hal ini sesuai menurut Departemen
Kesehatan (2003b), tidak ada satupun dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi juga
179
terdapat didalam bahan pangan hewani dan kacang-kacangan. Akan tetapi banyak juga dari
mereka yang menyebutkan bahwa zat besi banyak terkandung didalam susu.
Berdasarkan hal ini, terlihat bahwa pengetahuan informan tentang zat besi masih kurang
pada pesan keenam dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber
zat besi. Dimana sebagian besar informan tidak mengetahui manfaat zat besi, akibat dari
kekurangan zat besi, kadar normal Hb dalam darah, serta sumber makanan apa saja yang
mengandung tinggi zat besi. Hal ini sangat disayangkan, karena dengan minimnya pengetahuan
tentang zat besi, besar kemungkinan informan utama nantinya akan mengalami anemia karena
tidak mengetahui makanan apa yang harus mereka konsumsi untuk mencukupi kebutuhan zat
besi dalam satu hari. Tentunya hal ini akan menghambat proses pertumbuhan dari informan. Jika
seesorang telah mengetahui manfaat dan akibat serta sumber zat besi dalam makanan,
diharapkan mereka dapat mengatur pola makan mereka sehari dengan baik dan seimbang sesuai
dengan kebutuhan mereka sendiri. Dengan demikian informan membutuhkan pengetahuan gizi
khususnya tentang zat besi.
G. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI Sesudahnya
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya
diberi ASI saja (ASI eksklusif). Sebagian besar informan utama telah mengetahui manfaat ASI
bagi bayi, diantaranya berguna untuk makanan bayi / asupan gizi bayi, untuk memberikan daya
tahan atau kekebalan pada bayi, untuk perkembangan tubuh bayi, serta untuk perkembangan otak
bayi. Hal ini sesuai dengan Khomsan (2004), selain peranannya yang sangat penting sebagai
bahan pangan dan minuman untuk bayi, maka ASI mempunyai banyak keuntungan lain, yaitu :
tidak memerlukan persiapan khusus, terlindung dari kotoran dan penularan kuman-kuman
180
penyakit, mudah diisap oleh bayi, suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam
keadaan sehat, mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat dalam susu
buatan, terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih saying secara langsung
antara ibu dan si bayi, serta ekonomis karena tidak usah menyisihkan anggaran khusus untuk
membelinya. Selain itu, pemberian ASI juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat
233 , yaitu “ Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang
ingin menyusui secara sempurna….”.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan tentang manfaat
ASI bagi informan utama telah baik sesuai dengan pesan ketujuh dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu berikan ASI saja pada bayi sampai 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya. Oleh karena itu informan membutuhkan penyuluhan gizi tentang manfaat pemberian
ASI dan tambahkan MP-ASI. Dengan pengetahuan yang baik ini, diharapkan kedepannya para
siswa khususnya siswa putri, dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dengan memberikan
ASI kepada bayi mereka kelak setelah dewasa dan menikah.
H. Biasakan Makan Pagi
Seluruh informan utama telah mengetahui bahwa makan pagi atau sarapan bermanfaat
untuk memberikan energi dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu
beberapa informan juga menyebutkan bahwa makan pagi dapat membuat belajar menjadi lebih
berkonsentrasi serta aktivitas akan berjalan lebih optimal dan tubuh juga terasa lebih fit /
bertenaga. Seluruh informan utama juga menyatakan bahwa akibat jika seseorang tidak makan /
sarapan pagi, maka akan menyebabkan lemas, lapar, tak bertenaga, tidak konsentrasi, bahkan
pingsan. Menurut Khomsan (2004), paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan
181
pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah
dan konsentrasi kerja/belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan
produktifitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
Melewatkan sarapan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini
menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini
terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh.
Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama kurang lebih 10 – 11 jam.
Dengan berpuasa selama itu, maka kadar glukosa akan menurun, kadang-kadang sampai
dibawah normal. Padahal gula darah adalah sumber energi utama bagi otak, itulah sebabnya
meninggalkan sarapan pagi bisa membuat tubuh loyo.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
pentingnya membiasakan sarapan pagi telah baik sesuai dengan pesan kedelapan dari Pesan
Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu biasakan makan pagi. Dimana informan telah mengetahui
apa saja manfaat dan akibat dari sarapan pagi setiap hari. Dengan membiasakan makan pagi,
kadar gula darah yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas khususnya konsentrasi dalam belajar
pada pagi hari dapat tercukupi sehingga aktivitas informan pada pagi hari dapat berjalan dengan
optimal.
I. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
182
Sebagian besar informan utama menyatakan bahwa air berguna bagi tubuh untuk
menghilangkan rasa haus, agar tidak dehidrasi, membantu mencerna makanan, untuk
memperlancar peredaran darah, serta ada seorang informan yang menyatakan bahwa air dapat
mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh. Sebagian besar informan utama juga menyatakan
bahwa batas minimal konsumsi air minum dalam sehari adalah sebanyak delapan gelas sehari
atau setara dengan dua liter air. Selain itu seluruh informan utama mengetahui bahwa jika
seseorang kurang mengkonsumsi air minum dapat mengakibatkan dehidrasi, rasa haus, kurang
tenaga, menghambat peredaran darah, serta menghambat pengeluaran toksik dalam tubuh. Hal
ini sesuai dengan fungsi air dalam tubuh yaitu melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh,
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh,
melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier
(2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator,
pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut
Departemen Kesehatan (2003b), bahwa cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air
minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari sehingga dapat
terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit
batu ginjal.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
konsumsi air minum sudah baik pada pesan kesembilan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS)
yaitu minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. Dimana informan telah memiliki
pengetahuan tentang manfaat air dalam tubuh, batas konsumsi air, serta akibat bila konsumsi air
kurang dari kebutuhan ideal tubuh. Akan tetapi sayangnya dalam penelitian ini, peneliti
melewatkan pertanyaan yang berhubungan dengan keamanan air minum, sehingga informasi
183
yang digali hanya manfaat dan kecukupan konsumsi air minum dalam sehari. Konsumsi air
minum serta memenuhi kecukupan air yang diperlukan tubuh sangatlah penting karena dua
pertiga berat badan kita terdiri dari air dimana mulai dari darah, otot, tulang maupun disetiap
jaringan tubuh kita. Kebutuhan air tersebut untuk memenuhi kekurangan cairan tubuh yang
terbuang dari air seni, saat buang air air besar, keringat, serta dari pernafasan yang keluar melalui
uap air.
J. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Seluruh informan utama menyatakan bahwa olah raga bermanfaat untuk kesehatan, tubuh
terasa lebih segar, fit, tidak mudah sakit, serta dapat menurunkan berat badan. Selain itu mereka
semua juga menyatakan bahwa olah raga harus rutin dilaksanakan. Untuk frekuensi dan durasi
olah raga, mereka menjawabnya dengan bervariasi. Ada informan yang mengatakan minimal
seminggu sekali, seminggu dua kali, bahkan ada yang menyebutkan olah raga sebaiknya
seminggu empat kali dengan durasi / lama waktu berolah raga yang beragam, ada informan yang
mengatakan olah raga sebaiknya selama 15 menit ada juga yang mengatakan selama 3 jam. Dan
hanya sebagian kecil yang menyatakan bahwa olah raga sebaiknya 3 kali dalam seminggu.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
aktifitas fisik yang teratur telah baik sesuai dengan pesan kesepuluh dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu lakukan aktivitas fisik yang teratur. Dimana seluruh informan tahu
manfaat melakukan olah raga atau aktivitas fisik secara teratur. Sedangkan untuk frekuensi dan
durasi olah raga ataupun aktifitas fisik yang ideal pengetahuan mereka masih kurang. Dengan
demikian, informan dan siswa lainnya masih membutuhkan pendidikan kesehatan khususnya
184
tentang frekuensi dan durasi olah raga. Aktivitas fisik berguna untuk mempertahankan derajat
kesehatan yang optimal bagi setiap manusia. Selain itu olah raga juga harus disesuaikan usia,
jenis kelamin, pekerjaan serta kondisi kesehatan masing-masing individu. Selain itu berat
ringannya aktivitas fisik seperti olah raga juga harus memperhitungkan masukan gizi yang
diperoleh dari makanan sehari-hari agar kebutuhannya selalu seimbang. dengan rutin berolah
raga sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya resiko penyakit kronik disaat dewasa.
Kemudian menurut Valimaki (1994), bahwa olahraga sebaiknya dilakukan minimal dalam
seminggu 3 kali, dengan durasi minimal lebih dari 30 menit. Menurut Departemen Kesehatan
(2003b), bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga secara
teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh
50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan kaki apabila jarak
tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m.
K. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Sebagian besar informan utama menyatakan bahwa konsumsi alkohol dapat membuat
kecanduan serta berakibat buruk untuk kesehatan fisik dan mental seseorang. Menurut informan,
akibat yang dapat ditimbulkan diantaranya dapat merusak organ jantung, hati, ginjal, otak, paruparu, menyebabkan penyakit kanker, menghambat peredaran darah, serta menyebabkan
seseorang kehilangan akalnya. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), alkohol hanya
mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan minum minuman
beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi
yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang
cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Seseorang yang
185
minum-minuman beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang
ini akan mengatasi rasa hausnya dengan minum-minuman beralkohol lagi. Disamping itu minum
minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat
menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari
untuk mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
bahaya konsumsi alkohol sudah baik sesuai dengan pesan kesebelas dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu hindari minum-minuman beralkohol. Dimana sebagian besar informan
telah mengetahui akibat buruk dari konsumsi minum-minuman beralkohol. Ketentuan larangan
untuk tidak mengkonsumsi alkohol, selain pada hukum negara juga tercantum dalam hukum
agama yang menyatakan bahwa konsumsi minum minuman keras dan memabukkan itu haram.
Sehingga tidak mengherankan jika informan mengetahui dampak buruk dari konsumsi alkohol.
Walau bagaimana pun sekarang ini banyak generasi muda yang tidak memiliki pemahaman
agama yang kuat telah terjerumus dengan mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dll. Oleh
sebab itu, promosi kesehatan tentang bahaya mengkonsumsi minuman keras dan narkoba kepada
remaja harus terus digerakkan baik di sekolah maupun dikeluarga dengan penyuluhan kesehatan
maupun dengan peningkatan pemahaman agama baik disekolah maupun dirumah.
L. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Seluruh informan utama menyatakan hal yang beragam tentang kriteria makanan yang
aman, diantaranya makanan tersebut harus bergizi, halal, steril, bersih dari debu, kotoran, tidak
dihinggapi lalat, bebas dari bakteri, bebas dari zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan, seperti
pengawet buatan, pewarna buatan, pemanis buatan, dll. Hal ini sesuai menurut Departemen
186
Kesehatan (2003a), bahwa makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak
mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah
diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak
bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah
“halal”. Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak
banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah
sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi
makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau
warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal
kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan
kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut
tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya
ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna
rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes,
2003a).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
konsumsi makanan yang aman bagi kesehatan sudah baik sesuai pada pesan keduabelas dari
Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
Dimana seluruh informan telah memiliki pengetahuan tentang criteria makanan yang aman bagi
kesehatan. Dengan mengkonsumsi makanan yang aman makan maka manfaat dari makanan
dapat didapatkan seperti nilai gizi. Selain itu juga dapat terhindar dari bahaya keracunan
makanan yang saat ini telah banyak terjadi. Dengan pemberian informasi kesehatan kepada
187
masyakat luar khususnya pada remaja, diharapkan derajat kesehatan mereka dapat lebih terjamin
dan ditingkatkan lagi dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat.
M. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Seluruh informan utama telah mengetahui label-label apa saja yang biasanya ada
dikemasan makanan, diantaranya tanggal kadaluwarsa (expaired), komposisi makanan,
kandungan gizi makanan, kode halal, berat bersih dan berat kotor makanan, no registrasi dari
BPOM, serta cara pembuatan makanan. Dan sebagian besar informan utama menyatakan bahwa
membaca label kemasan sebelum membeli makanan sangat penting, karena dengan membaca
label kemasan tersebut informan dapat mengetahui kapan tanggal kadaluwarsanya,
komposisi/bahan pembuatan makanan, kandungan gizi dari makanan serta kehalalan makanan
sehingga konsumen dapat mengetahui keamanan dari makanan yang dibelinya. Hal ini sesuai
dengan Departemen Kesehatan (2003b) yang menyatakan bahwa semua keterangan yang rinci
pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan
menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.
Seluruh informan utama mendapatkan informasi kesehatan dari sumber yang beragam,
diantaranya : TV , majalah, koran, buku, internet, orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, dsb.
Mereka juga menyatakan bahwa informasi kesehatan yang mereka miliki sangat bermanfaat
untuk kehidupan mereka karena semua informasi tersebut dapat mereka aplikasikan dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu seluruh informan utama memiliki kebutuhan informasi
yang berbeda, ada informan yang merasa membutuhkan informasi tentang kesehatan remaja,
tentang gizi seimbang pada remaja, tentang berbagai penyakit, tentang kesehatan reproduksi,
188
tentang bahaya narkoba, rokok, bahkan ada informan yang merasa membutuhkan informasi
tentang bagaimana cara menyesuaikan di lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan informan tentang
konsumsi makanan yang aman bagi kesehatan telah baik sesuai dengan pesan ketigabelas dari
Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu bacalah label pada makanan yang dikemas.
6.3. Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Menurut Suhardjo (1989), pola makan keluarga adalah kebisaaan makan yang dimulai di
rumah, atas bimbingan dari orang tua, baik itu ibu, ayah, dan anggota keluarga lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan WM yang telah digambarkan pada bab
sebelumnya, terlihat bahwa pola makan informan saat ini sangat dipengaruhi oleh pola makan
dan ajaran dari keluarganya khususnya dari orang tua informan. Dan segala sesuatu yang
dikonsumsi oleh informan dirumahnya sangat bergantung terhadap makanan apa yang telah
disediakan oleh orang tuanya khususnya sang ibu yang setiap harinya mengurus segala
kebutuhan dari keluarganya. Seperti kebiasaan sarapan informan yang sudah sejak kecil
dibiasakan oleh orang tuanya dikarenakan setiap harinya telah disiapkan sarapan oleh sang ibu
walaupun ternyata ada orang tua yang tidak setiap harinya sarapan. Selain itu ada informan lakilaki dengan status gizi lebih yang tidak terbiasa makan malam karena mencontoh dan disuruh
oleh ibunya. Selain pola makan, kebiasaan olah raga maupun konsumsi minum-minuman keras
pada informan juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga dirumah.
Dari seluruh informasi yang telah didapatkan dan diuraikan pada bab sebelumnya, dapat
terlihat bahwa secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan WM telah sesuai
189
dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Mulai dari kebiasaan sarapan pagi, mengkonsumsi
makanan yang beragam dan mengandung berbagai zat gizi seperti makanan pokok, sayur, lauk
hewani, pauk nabati, dan buah walaupun ada beberapa informan utama yang tidak menyukai
jenis makanan tertentu. Selain itu sebagian besar informan juga mengkonsumsi air minum dalam
jumlah yang cukup, mengkonsumsi garam beryodium, berolah raga, tidak mengkonsumsi
alkohol, serta mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan. Akan tetapi untuk perilaku
membaca label pada kemasan makanan pada keluarga masih kurang. Sedangkan kecukupan
energi dalam satu hari, konsumsi makanan sumber KH setengah dari kebutuhan energi, konsumsi
lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, dan konsumsi makanan yang
mengandung zat besi tidak dapat diketahui oleh peneliti karena kurang dalamnya informasi yang
digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk perilaku pemberian ASI terlupa untuk ditanyakan
pada informan pendukung. Sehingga untuk penelitian selanjutnya sebaiknya pola makan
keluarga dapat digali secara mendalam untuk mengetahui kesesuainnya dengan masing-masing
pesan dalam PUGS.
Untuk mengajarkan dan menerapkan pola makan yang seimbang di keluarga
membutuhkan pengetahuan yang baik tentang gizi khususnya bagi para ibu, karena merekalah
yang memiliki peran besar untuk mendidik dan merawat anggota keluarganya. Oleh sebab itu
pendidikan gizi sangat mereka butuhkan. Terlebih saat ini banyak ibu muda yang kurang
terampil dalam merawat anak-anaknya. Oleh sebab itu sebaiknya bagi calon ibu yang akan
menikah dibekali dengan pengetahuan tentang kesehatan khususnya tentang gizi yang seimbang
untuk keluarga. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, mulai dari
pemerintah, petugas kesehatan, keluarga dari calon ibu, serta calon ibunya sendiri agar mau
190
belajar untuk dapat memenuhi kecukupan gizi keluarga yang baik agar tumbuh kembang anakanak mereka dapat optimal.
6.4. Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada
Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Perilaku gizi seimbang informan dapat diketahui melalui wawancara mendalam dan
observasi pada informan yang berbeda. Berikut analisis perilaku gizi seimbang menurut 12 pesan
dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) :
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada bab sebelumnya, dapat terlihat
bahwa seluruh perilaku makan informan telah sesuai dengan pesan kesatu dari Pesan Dasar Gizi
Seimbang (PDGS) yaitu makanlah aneka ragam makanan. Sebagian informan wawancara
mendalam telah memenuhi prinsip penganekaragaman yang ideal dalam pola makannya.
Menurut Departemen Kesehatan (2003a), pola makan yang ideal adalah jika setiap kali makan
siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok,
lauk pauk, sayur dan buah). Kebiasaan untuk mengkonsumsi buah pada informan bervariasi,
tergantung dari buah yang dibelikan oleh masing-masing ibu mereka di rumah. Dalam seminggu
informan dapat mengkonsumsi buah setiap dua hingga empat kali dalam seminggu, oleh sebab
itu minimal dua hari sekali mereka dapat mengkonsumsi buah pada siang dan malam hari
sehingga mereka dapat melengkapi menu makanan dan nutrisinya dalam satu hari. Sedangkan
tiga orang lainnya memiliki pola makan yang sesuai dengan prinsip penganekaragaman minimal.
Hal ini sesuai menurut Departemen Kesehatan (2003a), bahwa keanekaragaman makanan dalam
hidangan sehari - hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber
191
zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
pengatur. Dimana untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang, setiap harinya selalu
mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Akan tetapi untuk konsumsi buah
setiap harinya hanya menghabiskan satu potong buah, yaitu hanya pada saat makan siang saja
yang
telah
disediakan
oleh
catering
pesanan
ayahnya.
Sedangkan
dalam
prinsip
penganekaragaman makanan yang ideal, konsumsi buah dua porsi dalam sehari yaitu saat makan
siang dan malam. Sehingga untuk memenuhi prinsip penganekaragaman yang ideal, ia hanya
perlu menambah porsi buah saat makan malam atau mungkin makan paginya. Untuk informan
perempuan dengan status gizi kurang, setiap harinya tidak mengkosumsi sayuran khususnya
sayuran hijau. Hal ini dikarenakan ia terkadang masih dapat memakan wortel walaupun hanya
sedikit. Ketidaksukaannya pada sayur dikarenakan ia tidak dapat mengunyah dengan halus
sehingga sayur yang ia makan tidak bisa tertelan dan ia menjadi muntah. Menurut informan
pendukung yaitu ibu informan, di keluarganya hanya informan utama yang tidak menyukai
sayur. Hal ini dikarenakan saat kecil ia memiliki masalah gigi geligi “ompong” sehingga tidak
dapat mengunyah makanan dengan baik, dan ibunya mengaku cukup memaksakan sang anak
agar ia mau menelan sayur yang ia makan sehingga bukannya tertelan akan tetapi sebaliknya
informan malah muntah karena tidak dapat mengunyahnya dengan halus. Dan hingga saat ia
telah remaja seperti saat ini, informan tetap tidak menyukai sayur karena malas mengunyah dan
kemungkinan besar rasa trauma akan kejadian masa kecilnya yang selalu muntah ketika makan
sayur menyebabkan ia tidak mau mengkonsumsi sayur khususnya sayuran hijau yang seratnya
cukup tinggi. Sehingga walaupun setiap hari ibunya membuatkan sayuran untuk keluarga,
informan utama tetap tidak mau memakannya. Selain itu informan utama juga mengatakan
bahwa rasa sayuran tidak enak sehingga menambah rasa tidak sukanya pada sayuran. Sebenarnya
192
hal ini dapat diatasi dengan cara memotong kecil sayuran agar memudahkan informan untuk
menelannya. Ataupun untuk memenuhi serat, vitamin, dan mineral yang terdapat dalam sayuran,
sebaiknya informan menambah porsi buah yang dapat ia makan dalam satu hari sebanyak empat
porsi. Jika tambahan buah itu masih belum dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineralnya,
ia dapat mengkonsumsi suplemen sayuran yang saat ini telah banyak tersedia. Kecukupan
vitamin dan mineral yang terdapat dalam buah dan sayuran ini memiliki peran yang sangat
penting, yaitu untuk melancarkan fungsi organ-organ tubuh. Sedangkan informan lainnya, yaitu
informan wanita dengan status gizi lebih yang tidak menyukai tahu tempe sehingga ia hanya
mengkonsumsi protein nabati. Hal ini sesuai dengan keterangan ibu informan yang menyatakan
dikeluarganya informan dan ayahnya tidak menyukai tahu tempe karena alasan tidak menyukai
rasanya. Walaupun tidak menyukai tahu tempe, sebenarnya informan juga bisa mendapatkan
manfaat protein nabati dari sumber makanan lain, yaitu berupa kacang-kacangan seperti kacang
merah, kacang kedelai, kacang hijau, dll. Untuk dua orang informan wanita dengan status gizi
kurang dan lebih, dengan perilaku makan yang demikian sebenarnya mereka memiliki
pengetahuan yang baik khususnya tentang manfaat penganekaragaman makanan serta manfaat
sayur dan protein. Selain itu setiap harinya ibu mereka menyiapkan sayur dan tahu tempe
dirumahnya masing-masing karena kewluarga yang lain menyukai makanan tersebut. Dengan
demikian walaupun memiliki pengetahuan yang cukup baik serta ketersediaan makanan tersebut
baik dirumah maupun disekolah tetap tidak dapat membuat mereka menyukai makanan tersebut.
Dan pengetahuan yang dimiliki hanya sekedar tahu dan belum berubah menjadi sikap yang
positif untuk menyukai makanan tersebut sehingga perilaku mereka tetap tidak berubah. Karena
untuk merubah perilaku harus didasari dari keinginan mereka sendiri. Walau pengetahuan
mereka telah baik akan tetapi mereka tetap membutuhkan adanya pendidikan kesehatan berupa
193
penyuluhan gizi agar pola pikir mereka dapat terbuka khususnya tentang pentingnya manfaat
mengkonsumsi sayur dan protein nabati. Dengan pemberian informasi yang terus menerus baik
dari petugas kesehatan, guru, maupun teman diharapkan dapat menggerakkan hati mereka untuk
mulai mencoba menyukai makanan yang tidak mereka sukai. Sedangkan untuk informan lakilaki dengan status gizi kurang dan informan lainnya yang tidak mengkonsumsi buah setiap hari,
pada dasarnya pengetahuan mereka akan manfaat mengkonsumsi buah dan manfaat untuk
memiliki pola makan seimbang yang cukup baik, dimana gizi seimbang yang mereka tahu adalah
4 sehat 5 sempurna. Akan tetapi ternyata pola makan buah mereka sangat tergantung pada
ketersediaan buah di rumah yang telah disiapkan oleh ibu mereka masing-masing. Terlebih di
kantin sekolah tidak menjual buah-buahan yang berupa rujak ataupun jus buah. Sehingga
memperkecil kesempatan mereka untuk dapat mengkonsumsi buah. Dengan demikian, sebagai
masukan kepada pihak sekolah khususnya kepada penjual kantin agar juga mulai menjual rujak
dan jus buah. Selain sehat, jus buah juga bebas dari bahan pengawet dan pemanis buatan tidak
seperti minuman sachetan yang banyak mereka jual sekarang ini. Tentunya rujak dan buah
menambah variasi makanan yang dijual dan mempunyai nilai jual yang cukup menguntungkan
bagi mereka. Selain di sekolah dan rumah sebenarnya mereka dapat mengkonsumsi rujak dan jus
buah yang banyak dijual di jalan untuk memenuhi kecukupan serat, vitamin, dan mineral yang
mereka butuhkan, akan tetapi mereka harus tetap memperhatikan keamanan dan kebersihan
makanan/minuman yang mereka beli.
Selain informan WM, peneliti juga mengobservasi pola makan pada tiga orang informan
yang berbeda. Dalam dua kali observasi, terlihat bahwa makanan jajanan dua dari tiga informan
tersebut di sekolah telah cukup beraneka ragam walaupun tidak terdapat tahu tempe sebagai
sumber protein nabati dan zat pembangun, serta buah sebagai zat pengatur. Akan tetapi minimal
194
dari makanan tersebut telah mewakili sumber zat tenaga, zat pengatur, dan zat pembangun yang
terdapat dalam nasi, sayur, dan protein hewani. Sedangkan seorang informan dengan status gizi
kurang hanya mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat dan sayur saat istirahat sekolah.
Dengan
demikian
untuk
konsumsi
makanan
di
rumah,
mereka
harus
melengkapi
keanekaragaman makanan yang mereka makan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
makanannya. Selain itu, dari lima kantin yang ada di SMPN 107 Jakarta, semuanya menyediakan
makanan yang hampir serupa khususnya makanan beratnya dimana minimal dalam satu porsi
makanan minimal terdapat sumber makanan pokok, lauk dan sayur dengan menu yang berbedabeda. Selain itu kantin sekolah juga menyediakan makanan ringan dan berbagai jenis minuman,
seperti susu, teh, sirop, maupun softdrink. Sebaiknya kedepan, para penjual kantin juga
menyediakan buah-buahan yang dapat diolah menjadi rujak ataupun jus buah untuk membantu
mencukupi kebutuhan buah para siswa pada saat ia tidak mendapatkannya dirumah.
Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan
gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan
akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain. Menurut Departemen Kesehatan
(2003a), kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh
zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap
orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung
dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan lain.
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Kecukupan energi setiap orang berbeda-beda tergantung jenis kelamin dan usia. Menurut
WNPG (2004), dimana idealnya kecukupan energi untuk wanita usia 10-12 tahun membutuhkan
energi sekitar 2050 kkal dan untuk usia 13-15 tahun membutuhkan energi sekitar 2350 kkal,
195
sedangkan untuk laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan energi sekitar 2050 kkal dan untuk
usia 13-15 tahun membutuhkan energi sekitar 2400 kkal untuk sehari semalam.
Memenuhi kecukupan energi tubuh sangat penting khususnya untuk remaja seperti
informan. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat
hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi,
kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Departemen Kesehatan, 2003b).
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, sebagian besar informan dalam sehari
mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar
antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki
dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi
dalam sehari. Dengan demikian, terlihat bahwa sebagian besar informan belum dapat memenuhi
kebutuhan karbohidratnya dalam satu hari sesuai dengan pernyataan Almatsier (2003), bahwa
makanan sumber karbohidrat kompleks harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60 % dari
kebutuhan energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram). Dimana hanya satu
informan, yaitu wanita dengan status gizi normal yang dapat memenuhi kebutuhan
karbohidratnya dalam satu hari. Sedangkan konsumsi karbohidrat informan lainnya masih
kurang dan bahkan melebihi dari kebutuhan mereka dalam satu hari.
Untuk kebutuhan protein didapat informan dari konsumsi lauk hewani dan pauk nabati.
Lauk hewani yang dikonsumsi beragam, diantaranya ayam, telur, ikan, daging, udang, kerang,
dll. Dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3
potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4
196
potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi
5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6
potong lauk hewani. Sedangkan pauk nabati yang dikonsumsi biasanya berupa tahu dan tempe.
Dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang
informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan
tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik
berupa tahu ataupun tempe. Untuk kebutuhan protein, Almatsier (2003) menyatakan bahwa
dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong
ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong
tempe/tahu/kacang-kacangan kering. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat bahwa kebutuhan
protein hewani seluruh informan melebihi dari kebutuhan ideal informan khususnya untuk
informan dengan status gizi normal dan lebih. Sedangkan untuk informan dengan status gizi
kurang, konsumsi lauk hewani yang mereka konsumsi walaupun melebihi anjuran yang telah
ditetapkan, tetapi jumlah itu dapat menambah kebutuhan energy mereka untuk memperbaiki
status gizi mereka agar menjadi ideal.
Untuk kebutuhan lemak didapat dari konsumsi lemak yang terkandung dalam lauk
hewani dan nabati. Selain itu juga didapat dari konsumsi minyak yang didapat dari pengolahan
makanan dengan cara digoreng ataupun ditumis. Dalam satu hari, diperkirakan informan wanita
dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam makanannya sebanyak 66 gram (6
½ sdm), informan laki-laki dengan status gizi kurang sebanyak 86 gram (8 ½ sdm), informan
wanita dan laki-laki dengan status gizi normal sebanyak 140 gram (14 sdm), informan wanita
dengan status gizi lebih sebanyak 82 gram (8 sdm), dan informan laki-laki dengan status gizi
lebih sebanyak 102 gram (10 sdm). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2003a),
197
konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau
setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling
banyak 2-4 sendok makan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan konsumsi minyak seluruh
informan melebihi dari kebutuhan yang ideal. Hal ini sangat berbahaya untuk kesehatan mereka.
Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi
makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi
lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan
penyakit jantung koroner (Depkes, 2003a).
Secara keseluruhan, konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak seluruh informan belum
sesuai dengan anjuran kebutuhan yang ideal karena dari makanan sumber energy yang mereka
konsumsi telah melebihi anjuran yang seharusnya khususnya dalam konsumsi lemak yang
didapat dari peyerapan minyak saat pengolahan makanan yang digoreng maupun ditumis. Selain
itu ditambah kecukupan lemak yang didapat dari konsumsi lemak hewani maupun nabati
khususnya untuk informan dengan status gizi normal dan lebih. Akan tetapi khusus untuk
informan dengan status gizi kurang, konsumsi energi melebihi dari anjuran sangat dibutuhkan
untuk memperbaiki status gizi mereka yang kurang. Akan tetapi penambahan konsumsi makanan
sumber energi sebaiknya didapat dari sumber karbohidrat dan protein. Karena jika didapat dari
konsumsi sumber lemak khususnya minyak, dapat memberikan efek negative yang ditimbulkan
dari tingginya kolesterol yang juga terkandung di dalam minyak dan dapat menimbulkan
penyakit jantung koroner. Keadaan dari status gizinya yang kurang harus segera diatasi, karena
jika terus menerus terjadi maka tentunya pertumbuhan dan kecerdasan mereka akan terganggu.
Departemen Kesehatan (2003b), kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan
mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang
198
berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat
terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia
dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tanggi. Selain itu, ia mudah
terkena penyakit infeksi.
Sedangkan untuk dua orang informan dengan status gizi lebih yang sedang melakukan
program diet, dan pola makan yang mereka terapkan saat ini belum sesuai dengan kebutuhan
mereka. Sebaiknya diet dilakukan secara bertahap dan tetap mempertahankan frekuensi makan 3
kali sehari. Selain itu sebaiknya informan memilih makanan yang rendah kalori dan tinggi serat
sehingga memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Untuk lebih aman dan efektif lagi
sebaiknya informan mengkonsultasikannya pada ahli gizi, minimal di tingkat puskesmas yang
biayanya lebih terjangkau. Selain diet pada konsumsi makanan, sebaiknya diet yang dilakukan
juga diimbangi dengan olah raga/aktivitas fisik yang cukup dan rutin untuk membantu
pembakaran lemak tubuh informan. Menurut Almatsier (2003), untuk menjaga kesehatan
diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi
yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas. Selain itu menurut Tapan (2005),
berdasarkan anjuran WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar
setengah hingga 1 kg per minggu. Dengan demikian pada informan dengan status gizi lebih atau
lebih tepatnya obesitas, sebaiknya melakukan diet yang bertahap dan tidak terlalu ekstrim
Selain informan WM, pada hasil observasi terlihat bahwa informan dengan status gizi
kurang dan normal mendapatkan energi dari makanan jajanan lebih banyak pada observasi I
(olah raga) daripada observasi II. Dan sebaliknya informan dengan status gizi lebih mendapatkan
energi lebih banyak dari makanan jajanan pada observasi II daripada observasi I (olah raga).
Selain itu, juga terlihat bahwa konsumsi makanan yang dikonsumsi informan berbanding lurus
199
dengan status gizinya. Dimana konsumsi makanan jajanan paling banyak adalah informan
dengan status gizi lebih atau > 2 kali lipat daripada konsumsi makanan jajanan informan yang
memiliki status gizi kurang.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan informan
belum sesuai dengan pesan kedua dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah
makanan untuk memenuhi kecukupan gizi. Hal ini dikarenakan pengetahuan informan akan
kecukupan gizi yang sesuai untuk dirinya masing-masing masih kurang khususnya dalam hal
porsi makan. Walaupun secara teori mereka mengetahui pola makan yang seimbang, tetapi
khusus untuk pesan kedua dari pedoman tersebut belum dapat mereka aplikasikan di kehidupan
mereka sehari-hari dengan tepat khususnya dalam hal frekuensi dan porsi makan mereka.
Memenuhi kecukupan energi tubuh sangat penting khususnya untuk remaja seperti informan.
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan
melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan
sosial dan kegiatan yang lain (Departemen Kesehatan, 2003b).
Dengan demikian, sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah dan petugas kesehatan
setempat, dimana perlu untuk memberikan informasi kesehatan khususnya tentang gizi seimbang
kepada para siswa, agar mereka dapat mengatasi permasalahan status gizinya secara mandiri
tetapi dengan cara yang tepat. Terlebih pengetahuan dalam hal porsi dan kecukupan energi
informan dalam satu hari masih sangat minim. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak, baik itu petugas kesehatan setempat, sekolah, bahkan orang tua mereka untuk
bersama-sama membantu memberikan pendidikan gizi kepada mereka melalui penyuluhan baik
kepada siswa khususnya siswa yang memiliki masalah gizi serta kepada orang tua dari siswa
200
tersebut agar memperhatikan dan mengontrol pola makan anaknya baik dirumah maupun diluar
rumah.
Selain itu dari seluruh informan sebaiknya pihak sekolah menjadikan kegiatan
penimbangan BB dan pengukuran TB secara rutin setiap bulan sebagai program UKS kepada
para siswanya agar status gizi siswa dapat terus dipantau. Karena berdasarkan hasil wawancara
dengan informan WM, hanya sedikit dari mereka yang rutin untuk melakukan penimbangan BB,
karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki timbangan BB di rumahnya. Selain itu,
kegiatan skrining kesehatan yang dilakukan setiap awal tahun dirasa belum berjalan dengan
optimal. Hal ini selain karena tidak dapat menjangkau seluruh siswa, hasil penilaian status gizi
tersebut juga tidak dilaporkan kepada pihak sekolah sehingga status gizi siswa tersebut tidak
dapat diketahui. Padahal di SMPN 107 ini banyak siswa yang memiliki status gizi tidak normal.
Penimbangan BB dan TB sebenarnya dapat dilakukan sendiri oleh siswa dengan bantuan dari
siswa PMR/KKR. Akan tetapi untuk menumbuhkan minat dan kesadaran sendiri dari siswa
untum melakukan penimbangan dari siswa sebaiknya pihak sekolah menfasilitasi setiap kelas
agar memiliki timbangan sendiri di setiap kelas. Jika hal ini memberatkan maka pihak sekolah
dapat memberikan pengertian kepada para siswa agar memberikan sumbangan untuk membeli
sebuah timbangan yang dapat ditempatkan di kelasnya masing-masing sehingga nantinya mereka
dapat leluasa untuk menimbang BB-nya sendiri. Selain itu untuk menentukan status gizi mereka,
sebaiknya petugas kesehatan mengajarkan kepada Pembina UKS bagaimana caranya melakukan
penilaian status gizi remaja. Dan nantinya guru Pembina UKS dapat mengajarkannya kepada
masing-masing perwakilan kelas sehingga nantinya ia dapat mengajarkan kepada temantemannya yang lain. Jika hal ini berhasil dilaksanakan tentunya status gizi seluruh siswa dapat
diketahui dan dapat dibuat laporannya sebagai data sekolah. Jika ternyata dari laporan tersebut
201
terdapat siswa yang memiliki status gizi tidak normal maka siswa tersebut dapat diberikan
informasi kesehatan khususnya tentang masalah gizi agar mereka dapat mengatur pola makan
mereka sendiri dengan cara yang tepat. Tentunya pihak dapat bekerjasama dengan petugas
kesehatan di puskesmas setempat untuk melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah tersebut.
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan
komponen zat gizi/nutrient terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau dalam
masyarakat luas (Sayogo, 2006). Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan
glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan
sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari
karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Selain itu
karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut: sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan,
penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier,
2003).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan WM yang telah dipaparkan
dalam bab sebelumnya, dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari
mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi (200 gram), yaitu berkisar
antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dan laki-laki
dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi
dalam sehari.
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar informan belum dapat memenuhi
kebutuhan energi dari karbohidrat sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahwa konsumsi
202
karbohidrat sekitar 50 – 60 % dari total energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (Almatsier,
2003). Dimana hanya satu informan, yaitu wanita dengan status gizi normal yang dapat
memenuhi kebutuhan karbohidratnya dalam satu hari. Sedangkan konsumsi karbohidrat
informan lainnya masih kurang dan bahkan melebihi dari kebutuhan mereka dalam satu hari
khususnya pada informan dengan status gizi kurang dimana kurangnya konsumsi karbohidrat
menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan karbohidrat meeka dalam satu hari. Terlebih dengan
status gizi mereka yang kurang, dimana seharusnya kebutuhan asupan karbohidrat dari sumber
makanan pokok ditambah untuk memperbaiki status gizi mereka agar dapat menjadi ideal.
Sedangkan untuk informan dengan status gzi lebih, kurangnya asupan karbohidrat yang mereka
konsumsi dapat membnatu menurunkan berat badan mereka. Akan tetapi untuk informan lakilaki diharapkan untuk tidak lagi melakukan diet dengan tidak makan malam. Sebaiknya
frekuensi makan tetap dipertahankan sebanyak 3 kali dalam sehari, tetapi untuk diet yang diatur
adalah porsi makannya.
Selain itu, pada ketiga informan yang diobservasi didapatkan gambaran bahwa seorang
informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi mie satu
bungkus. Untuk informan dengan status gizi normal pada dua kali observasi selalu
mengkonsumsi nasi, dimana pada observasi I ia hanya menghabiskan setengah bungkus
sedangkan pada observasi II ia menghabiskan satu bungkus nasi Sedangkan untuk informan
dengan status gizi lebih pada dua kali observasi, informan mengkonsumsi nasi satu bungkus
kecil. Dengan demikian dari jajanan yang dikonsumsi seluruh informan telah menyumbang ½ ¾ porsi makanan pokok setara porsi nasi 200 gram. Dengan jumlah konsumsi karbohidrat saat
istirahat sekolah ini, masih ada kesempatan bagi informan untuk mencukupi kebutuhan
karbohidratnya pada saat makan pagi, siang, dan malam. Akan tetapi peneliti tidak dapat
203
memperkirakan kecukupan energi dari sumber makanan karbohidrat saat makan pagi, siang, dan
malam karena observasi yang dilakukan adalah bukan observasi aktif, sehingga perilaku makan
informan dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti. Dengan demikian kecukupan energi dari
karbohidrat dalam sehari tidak dapat diperkirakan jumlahnya oleh peneliti.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan sebagian
informan belum sesuai dengan pesan ketiga dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu
makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Walaupun secara teori
mereka mengetahui pola makan yang seimbang, tetapi khusus untuk pesan ketiga dari pedoman
tersebut belum dapat mereka aplikasikan di kehidupan mereka sehari-hari dengan tepat
khususnya dalam hal frekuensi dan porsi makan mereka. Dengan adanya pengaturan pola makan
khususnya porsi makan makanan karbohidrat, nantinya dapat membantu informan khususnya
yang memiliki status gizi kurang dan lebih dapat secara bertahap memperbaiki berat badannya
menjadi ideal. Selain itu, untuk informan yang telah memiliki berat badan yang ideal dapat
mempertahankan berat badannya tersebut.
Dengan demikian sebagai masukan kepada pihak sekolah agar bekerja sama dengan
petugas kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan gizi kepada para siswanya khususnya
yang memiliki masalah status gizi kurang dan lebih agar mereka dapat menerapkan cara diet
yang tepat dan aman sehingga mereka bisa memiliki berat badan yang ideal khususnya dalam
porsi makanan.
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi
Berdasarkan perilaku gizi yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, peneliti
mengasumsikan bahwa perilaku makan informan belum sesuai dengan pesan keempat dari Pesan
204
Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi. Hal ini terlihat dari hasil peneliti bahwa setiap harinya untuk informan wanita
dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong
lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk
pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 6 ½ sdm. Informan laki-laki dengan
status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong lauk
hewani, 2 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk
dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 ½ sdm. Informan wanita dengan status
gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani,
4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan
sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi
normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4
potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur
dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan wanita dengan status gizi lebih
dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong
lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan
cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam
satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk
nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara
digoreng atau ditumis sebanyak 10 sdm. Dengan demikian dapat terlihat bahwa konsumsi lemak
dan minyak melebihi dari kecukupan energy yang dibutuhkan oleh informan. Untuk kebutuhan
protein, Almatsier (2003) menyatakan bahwa dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani
sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100-
205
150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering. Sedangkan menurut Departemen
Kesehatan (2003a), konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari
kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam
bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan.
Konsumsi lemak dan minyak yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif untuk
kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), jika seseorang mengkonsumsi lemak dan
minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat
gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Dengan
demikian, konsumsi lemak dan minyak harus diatur agar dapat secara tepat memenuhi kebutuhan
tubuh. Memenuhi kecukupan lemak dan minyak dalam sehari sangatlah penting. Lemak
memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial,
alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan,
sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan
pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut
lemak akan terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan
gangguan syaraf dan penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat
pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal,
dan hati.
Selain pada informan WM, konsumsi lemak dan minyak juga terlihat pada informan
observasi. Pada dua kali observasi terlihat bahwa dua informan dengan status gizi normal dan
lebih masing-masing dari mereka mengkonsumsi satu potong kecil ayam. Sedangkan seorang
informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi tidak
206
mengkonsumsi protein hewani maupun nabati. Selain itu konsumsi sumber lemak dari protein
hewani, seluruh informan juga mendapatkan energi dari minyak yang digunakan untuk mengolah
makanan baik dengan cara digoreng maupun ditumis. Dengan jumlah konsumsi energi dari
lemak dan minyak saat istirahat sekolah ini masih sedikit, sehingga masih ada kesempatan bagi
informan untuk mencukupi kebutuhan energi dari lemak dan minyak pada saat makan pagi,
siang, dan malam. Akan tetapi peneliti tidak dapat memperkirakan kecukupan energi dari sumber
makanan lemak dan minyak saat makan pagi, siang, dan malam karena perilaku makan informan
dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti. Dengan demikian kecukupan energi dari lemak dan
minyak dalam sehari tidak dapat diperkirakan jumlahnya oleh peneliti.
Kelebihan konsumsi lemak dan minyak yang terlihat dalam pola makan informan dalam
satu hari dikarenakan pengetahuan informan khususnya tentang lemak masih sangat kurang
khususnya tentang porsi idealnya dalam satu hari. Terlebih dalam wawancara dengan informan
pendukung, mereka tidak pernah membatasi konsumsi makan informan khususnya untuk
makanan yang berlemak seperti protein hewani. Dengan demikian tidak mengherankan mereka
tidak dapat mengatur pola makan khususnya porsi makan makanan yang berlemak dan
berminyak termasuk makanan yang diolah dengan cara digoreng, ditumis, maupun yang
disantan.
Oleh sebab itu para informan membutuhkan pengetahuan gizi khususnya dalam mengatur
pembagian porsi makanan sumber lemak dan minyak saat makan pagi, siang, malam, serta saat
makan makanan selingan agar jumlah asupan energi dari lemak dan minyak tersebut tidak
melebihi jumlah yang telah ditetapkan dalam PDGS, yaitu seperempat dari total kebutuhan
energi.
207
Dengan demikian pihak sekolah sebaiknya berkoordinasi dan bekerja sama dengan
petugas kesehatan setempat untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada siswa khususnya
untuk pengetahuan porsi lemak dan minyak dalam satu hari yang sesuai dengan kebutuhan
mereka.
E. Gunakan Garam Beryodium
Seluruh informan menyatakan bahwa dirumah mereka selalu menggunakan garam yang
mengandung yodium. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku makan
informan telah sesuai dengan pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu
gunakan garam beryodium. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit
gondok dan kretin (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari, dapat menurunkan
tingkat kecerdasan seseorang (Depkes, 2003b). Hal ini juga diungkapkan dalam Almatsier
(2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar,
pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan
berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang
dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh
abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan
belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan
garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi juga
dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam
keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas
(Almatsier, 2003).
208
Seluruh informan menyatakan jumlah garam yang mereka konsumsi bervariasi, yaitu
antara satu hingga tiga sendok makan. Jumlah ini melampaui anjuran Departemen Kesehatan
tentang konsumsi garam. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per
orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi
garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium dapat terpenuhi, namun
ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui (Departemen Kesehatan, 2003b). Kelebihan
konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak (Departemen
Kesehatan, 1995). Akan tetapi untuk pernyataan informan tentang banyaknya jumlah garam yang
mereka konsumsi adalah berdasarkan perkiraan mereka. Sehingga untuk banyaknya garam
garam yang dikonsumsi tidak dapat diketahui jumlahnya secara pasti. Akan tetapi dari semua
jawaban informan rata-rata mereka menjawab lebih dari 1 sdm. Selain itu, untuk kandungan
yodium yang terdapat dalam garam yang mereka konsumsi harus dites dahulu menggunakan Test
Kit Yodina. Tes ini harus juga dilakukan pada garam yang digunakan oleh pedagang di kantin
107 Jakarta. Karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara mereka menggunakan garam
halus yang memiliki tulisan “Garam Beryodium”. Akan tetapi hal ini juga harus dites
kebenarannya, dengan Tes Kid Yodina / Iodized Salt Test Reagent. Berdasarkan hasil tes,
ternyata sebagian kecil garam informan utama khususnya informan laki-laki dengan status gizi
kurang dan empat garam dari penjual kantin terjadi perubahan warna violet muda, sedangkan
yang lainnya violet tua. Hal ini memperlihatkan bahwa garam yang mengalami perubahan warna
violet muda mengandung sedikit yodium dan diperkirakan < 30 ppm. Sedangkan untuk garam
yang mengalami perubahan warna violet tua, maka diperkirakan bahwa kandungan yodiumnya >
30 - 80 ppm. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa sebagian besar perilaku makan informan
209
telah sesuai dengan pesan kelima dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu gunakan garam
beryodium. Akan tetapi tidak semua garam yang digunakan penjual kantin mengandung garam
beryodium sesuai standar. Hal ini dapat diakibatkan karena penyimpanan garam yang kurang
baik, seperti garam terkena sinar matahari ataupun dibiarkan terbuka dapat menyebabkan
kandungan yodium pada garam berkurang karena menguap. Dengan demikian penyimpanan
garam yang baik harus selalu diperhatikan.
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah
(Almatsier, 2003). Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan
serta sayuran berwarna hijau tua (Departemen Kesehatan, 2003b).
Berdasarkan hasil penelitian pada baba sebelumnya dapat terlihat bahwa informan wanita
dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong
lauk hewani, 4 potong lauk nabati, akan tetapi ia tidak mengkonsumsi sayur. Informan laki-laki
dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong
lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta 2 porsi sayur. Informan wanita dengan status gizi normal
dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong
lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Informan laki-laki dengan status gizi normal dalam satu hari
mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta
2 ½ porsi sayur. Informan wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak
yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur.
Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang
terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta 2 ½ porsi sayur. Sedangkan
210
menurut Almatsier (2003), menyatakan bahwa dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani
sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering, dan sayur sebanyak 150-200
gram atau 1 ½-2 mangkok sehari. Dengan perilaku konsumsi makanan sumber zat besi para
informan tersebut, diperkirakan sudah dapat memenuhi kebutuhan zat besinya dalam satu hari.
Walaupun kecukupan zat besi dari protein nabati masih kurang, akan tetapi dapat dicukupi dari
konsumsi protein hewani dan sayuran hijau. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan
bahwa secara umum perilaku makan informan telah sesuai dengan pesan keenam dari Pesan
Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah makanan sumber zat besi.
Sedangkan untuk informan yang diobservasi, terlihat bahwa kebutuhan zat besi mereka
didapat dari konsumsi protein hewani, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Untuk informan lakilaki dengan status gizi kurang, pada dua kali observasi hanya mendapatkan zat besi dari 20 gram
sawi hijau. Untuk informan wanita dengan status gizi normal, dari dua kali observasi
mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam.
Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi lebih pada observasi I ia mendapatkan
asupan zat besi hanya dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam. Dan pada observasi II
ia mendapatkan asupan zat besi dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam dan 30 gram
buncis. Akan tetapi peneliti tidak dapat memperkirakan kecukupan zat besi dari makan pagi,
siang, dan malam karena perilaku makan informan dirumah tidak dapat terjangkau oleh peneliti.
Dengan demikian kecukupan zat besi dalam sehari tidak dapat diketahui oleh peneliti.
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah.
Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai
211
bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga berfungsi
untuk metabolisme energi, meningkatkan kemampuan belajar, sistem kekebalan, serta pelarut
obat-obatan yang tidak larut air (Almatsier, 2003). Khususnya bagi wanita, memenuhi
kecukupan zat besi sangatlah penting karena setiap bulannya mereka mengalami menstruasi dan
kehilangan banyak darah. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi
dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan
kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Jika kebutuhan zat besi
dalam makanan, dapat diatasi dengan meminum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
sehingga kebutuhan zat besi dalam satu hari dapat tercukupi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kekurangan zat besi. Menurut Almatsier (2003), kekurangan zat besi pada
umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya
kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan
penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Selain
kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang
belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala,
mengigau, dan pingsan (Almatsier, 2003).
Walaupun perilaku informan untuk mencukupi kebutuhan zat besinya cukup baik, akan
tetapi pengetahuan tentang zat besi masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari banyaknya
informan yang mengira bahwa zat besi berkaitan dengan kesehatan tulang. Selain itu, informan
juga harus diberikan informasi tentang gejala-gejala penyakit anemia sehingga ketika mereka
merasa konsumsi makanan sumber zat besi kurang dari kecukupan dalam satu hari, disertai
dengan keadaan tubuh yang lemas, letih, dan kurang berkonsentrasi maka mereka dapat
memeriksakan diri ke petugas kesehatan dan melakukan pemeriksaan darah di laboratorium.
212
Selain itu informan juga dapat mengkonsumsi sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
sehingga kebutuhan zat besi dalam satu hari dapat tercukupi. Selain itu, hal yang lebih penting
adalah mereka tidak mengetahui berapa banyak porsi konsumsi bahan makanan yang
mengandung zat besi yang ideal yang seharusnya mereka konsumsi. Jangankan porsi makanan,
sumber makanan yang mengandung zat besi pun mereka tidak tahu. Untuk mengatasi hal
tersebut dibutuhkan pengetahuan gizi khususnya yang berhubungan dengan zat besi. Oleh karena
itu dibutuhkan kerjasama antara pihak sekolah dengan petugas kesehatan setempat agar
memberikan penyuluhan kesehatan kepada siswa khususnya tentang zat besi.
G. Biasakan Makan Pagi
Seluruh informan WM menyatakan setiap harinya terbiasa untuk selalu sarapan di rumah.
Hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh informan pendukung, yaitu ibu
informan bahwa setiap hari mereka membiasakan anak-anaknya untuk sarapan sebelum
berangkat sekolah. Makanan yang biasa dikonsumsi saat sarapan berupa nasi, mie ataupun roti.
Selain itu berdasarkan hasil dua kali observasi, semua informan selalu jajan pada jam istirahat
sekolah, dan tidak ada satupun dari mereka yang jajan pada saat sebelum jam masuk sekolah.
Sehingga peneliti memperkirakan mereka telah sarapan di rumahnya masing-masing. Selain itu,
berdasarkan wawancara dengan ibu E, penjual di kantin SMPN 107 Jakarta, bahwa semenjak
ditetapkannya peraturan sekolah bahwa jam masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB
maka tidak ada lagi siswa yang jajan pada pagi hari, sehingga para pedagangpun mulai
menyiapkan dagangannya sekitar pukul 07.00-08.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 16.30
WIB.
213
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa seluruh informan telah sesuai
dengan pesan kedelapan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu biasakan makan pagi.
Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu.
paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat
menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kedua,
pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang
diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini
bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis daam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan
menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang
konsentrasi karena tiadanya suplai energi (Khomsan, 2004). Seseorang yang tidak makan pagi
memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan
tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi
anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan
menurunya prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan
keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur (Depkes, 2003b).
Perilaku informan telah sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki tentang
pentingnya sarapan pagi bagi anak sekolah. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan
orang tua dan teman informan, bahwa seluruh informan memang telah terbiasa sarapan dirumah.
Hal ini dikarenakan pada pagi hari informan utama membutuhkan energi untuk berfikir dan
hanya bisa mereka dapatkan dari makan pagi. Dengan makan pagi mereka juga bisa lebih
berkonsentrasi saat belajar disekolah. Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko
menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara
214
lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah,
kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya
prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun
akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
(Depkes, 2003b). Terlebih dengan peraturan sekolah yang mengharuskan siswa masuk pukul
06.30 WIB yang menyebabkan siswa tidak dapat sarapan di sekolah sehingga seluruh orang tua
rela bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan anak-anaknya. Dengan pengetahuan dan
dukungan keluarga maka pesan kedelapan informan dapat diaplikasikan dengan baik oleh
informan.
H. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Air merupakan bagian penting dari susunan tubuh kita karena dua pertiga berat badan
kita terdiri dari air. Bukan saja darah mengadung air (80 %) juga otot-otot (75 %) dan tulang (33
%), air terdapat dalam setiap jaringan bagian-bagian tubuh kita. Sehari-hari tubuh kekurangan air
dari air seni, sedikit dari buang air besar, dari air keringat, dan dari pernafasan berupa uap air
(Khomsan, 2004). Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh,
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh,
melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier
(2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator,
pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut
Departemen Kesehatan (2003b), untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi
orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan
215
gelas setiap hari sehingga dapat terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat
menurunkan resiko penyakit batu ginjal.
Sebagian besar dari informan telah cukup mengkonsumsi air minum khususnya air putih,
dimana rata-rata mereka mengkonsumsi delapan hingga sepuluh gelas air sehari. Akan tetapi dua
informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi normal dan status gizi lebih yang
menyatakan mereka hanya mengkonsumsi air minum sekitar satu liter air atau lima hingga tujuh
gelas sehari. Pernyataan informan dikuatkan oleh informan pendukung, bahwa rata-rata mereka
dapat mengkonsumsi air minum sebanyak 8 gelas sehari. Akan tetapi sebagian kecil informan
pendukung menyatakan hal yang sebaliknya bahwa informan mengkonsumsi air kurang dari 8
gelas dalam sehari. Akan tetapi pernyataan informan pendukung terlihat ragu, karena ia tidak
pernah benar-benar memperhatikan jumlah air yang dikonsumsi oleh informan. Air yang mereka
konsumsi merupakan air galon keluaran pabrik yang telah terjamin mutu dan keamanannya.
Selain itu kebutuhan air dalam tubuh juga bisa didapat dari konsumsi kuah dari sayur yang
dimasak.
Sedangkan untuk informan observasi, berdasarkan dua kali observasi ternyata dari ketiga
informan hanya informan dengan status gizi kurang saja yang membeli air mineral saat istirahat,
ditambah segelas es teh saat selesai olah raga. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
dengan status gizi normal dan lebih membeli susu dan teh kotak saat istirahat dan sepulang
sekolah. Akan tetapi untuk informan dengan status gizi normal, saat observasi II tidak membeli
minuman ketika pulang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu E, salah satu penjual
di kantin SMPN 107 Jakarta mengatakan bahwa seluruh penjual menggunakan air galon dengan
merk “A”. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara hanya di warung ibu E yang airnya
dimasak, diendapkan dan kemudian disaring dengan kassa penyaring khusus sebanyak dua kali
216
sebelum dikonsumsi oleh para siswa. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keamanan
dari air tersebut. Akan tetapi sayangnya semua penjual masih menggunakan es batu balokan
yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa perilaku sebagian besar
informan telah sesuai dengan pesan kesembilan dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu
minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. Dimana mereka telah mengkonsumsi air
minum lebih dari delapan gelas atau 2 liter dalam satu hari. Akan tetapi untuk keamanan dari air
yang dikonsumsi masih belum sesuai dengan pesan dalam PDGS tersebut, khususnya untuk
penggunaan es batu balokan yang biasa digunakan untuk mendinginkan ikan di pasar. Sehingga
dapat dipastikan kebersihan dan keamanan dari es tersebut tidak terjamin dan dapat
membahayakan. Terlebih air yang digunakan adalah air mentah yang masih mengandung bibit
penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan untuk
seluruh penjual kantin SMPN 107 Jakarta untuk menggunakan es batu yang terbuat dari air
masak agar tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan para siswa. Dengan demikian
mereka membutuhkan tambahan pengetahuan khususnya dalam keamanan memilih dan
mengkonsumsi air minum khususnya minuman dingin / es dengan penyuluhan gizi. Dengan
adanya penyuluhan diharapkan para siswa dapat lebih bijak dalam memilih dan mengkonsumsi
air minum yang aman bagi kesehatannya.
I. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran tubuh,
mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru-paru dan otot, serta
memperlambat proses penuaan. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan frekuensi
217
olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Kegiatan
fisik dan olahraga secara teratur dan cukup, dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan
yang optimal bagi yang bersangkutan. Upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu
seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Bila kegiatan seharihari kurang gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur dan cukup atau mencari kegiatan
lain yang setara (Departemen Kesehatan, 2003b).
Aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi aktivitas santai akan meningkatkan
kesehatan, psikologi, dan berat badan yang ideal. Bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik,
upayakan untuk berolah raga secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya
pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan
atau usahakan jalan kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m
(Departemen Kesehatan, 2003b).
Sebagian besar informan menyatakan tidak melakukan olah raga ketika berada dirumah
dan mereka hanya olah raga disekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan sebagian kecilnya
informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih menyatakan rutin
berolah raga dirumah setiap hari libur, yaitu hari sabtu ataupun minggu dengan bermain bola
ataupun basket pada pagi harinya. Selain itu sebagian informan menyatakan jika berangkat
sekolah selalu diantar jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan motor ataupun mobil.
Sedangkan sebagian informan lainnya, menyatakan berangkat ke sekolah dengan naik angkutan
umum dengan jarak antara rumah dengan akses jalan raya bervariasi, ada informan yang
rumahnya berada tepat dipinggir jalan raya, tapi ada juga informan yang jarak rumahnya antara
seratus hingga seratus lima puluh meter dari jalan raya sehingga ia harus berjalan kaki dahulu
menuju jalan raya. Selain itu jarak antara sekolah dan jalan raya dimana angkutan umum lewat
218
berjarak sekitar seratus meter. Seluruh informan memiliki kelas yang berada di lantai dua dan
tiga sehingga untuk sampai ke kelas informan harus menaiki tangga begitu juga jika ingin ke
kantin maupun pulang, minimal mereka dua kali naik turun tangga dalam sehari. Terlebih, ada
sebagian informan yang memiliki rumah, dimana jarak dengan jalan raya berkisar seratus hingga
dua ratus meter yang biasa ditempuh dengan berjalan kaki. Selain itu, berdasarkan hasil
wawancara dengan informan pendukung, yaitu orang tua informan menyatakan bahwa mereka
juga jarang bahkan tidak pernah olah raga. Hal ini dikarenakan kesibukan mereka bekerja.
Sehingga pada saat hari libur yang mereka lakukan adalah beristirahat di rumah.
Berdasarkan hasil observasi I, terlihat bahwa seluruh informan mengikuti pelajaran olah
raga di sekolah dengan hari dan jam pelajaran yang berbeda pula. Untuk masing-masing
informan saat itu melakukan olah raga yang beragam, dimana informan dengan status gizi
kurang berolah raga bola voli, informan dengan status gizi normal mengambil nilai praktek sit
up, dan informan dengan status gizi lebih berolah raga basket. Sebelum pelajaran biasanya guru
menginstruksikan para siswanya untuk pemanasan kemudian memberikan pembekalan materi
olah raga dan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan kemudian
memulai olahraga dengan jenis olah raga berkelompok yang membutuhkan kerjasama dari
semua pemain, seperti bola voli, basket, dan sepak bola.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum perilaku sebagian
besar informan telah sesuai dengan pesan kesepuluh dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS)
yaitu lakukan aktivitas fisik secara teratur. Aktivitas tersebut khususnya di sekolah dan dijalan
menuju sekolah. Akan tetapi untuk kebiasaan olah raga dirumah bagi sebagian besar informan
masih sangat minim. Hal ini terlihat dari hasil wawancara informan dan informan utama yang
sejalan. Dimana sebagian besar informan dan orang tuanya pada saat dirumah sangat jarang
219
untuk berolah raga. Hal ini harus segera diatasi dengan memberikan penyuluhan kesehatan
tentang pentingnya berolah raga. Dengan demikian diharapkan informan dan siswa lainnya agar
mau membiasakan diri untuk berolah raga, tidak hanya di sekolah tapi juga dirumah. Karena di
sekolah tidak setiap minggu mereka berolah raga, dimana pada saat menjelang ujian dan saat
libur mereka tidak mendapatkan pelajaran olah raga. Jika mereka telah membiasakan diri untuk
nerolah raga, tentunya badan menjadi sehat dan bugar sehingga aktivitas fisik dapat mereka
jalankan dengan optimal. Selain itu olah raga juga berguna untuk membakar lemak dan
menurunkan BB bagi informan dengan status gizi lebih, sehingga dapat membantu
mengoptimalkan program diet yang sedang mereka laksanakan.
J. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Seluruh informan menyatakan tidak pernah sekalipun mengkonsumsi minuman
beralkohol dikarenakan semua informan beragama Islam. Hal ini sesuai dengan pesan kesebelas
dari PUGS, yaitu hindari minum-minuman beralkohol. Berdasarkan hasil observasi, seluruh
informan tidak ada yang mengkonsumsi alkohol. Terlebih seluruh informan observasi beragama
Islam. Hal ini juga didukung oleh penjelasan orang tua dan teman sebaya informan. Berbagai
agama melarang minuman alkohol, seperti agama Islam, Budha, Hindu, Mormon, dan Sekte
tertentu (Almatsier, 2003). Seperti juga tercantum dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 91, ”
Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan
kebencian diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan
melaksanakan shalat maka tidakkah kamu mau berhenti ”.
220
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan
telah sesuai dengan pesan kesebelas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu hindari
minum-minuman beralkohol.
Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan
minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi,
hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi
dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan
jaringan (Departemen Kesehatan, 2003b). Disamping itu minum minuman beralkohol dapat
menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus
kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari untuk mengkonsumsi
alkohol (Departemen Kesehatan, 2003b).
K. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme
atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang
benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan
masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah “halal” (Depkes, 2003a).
Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak
banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah
sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi
makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau
warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal
kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan
221
kaleng tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut
tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya
ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna
rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes,
2003a).
Seluruh informan menyatakan selalu membeli makanan yang aman dan sehat. Seperti di
tempat yang bersih, memilih makanan yang ada kemasannya agar tidak dihinggapi lalat dan
debu, bebas dari pewarna dan pengawet makanan yang berbahaya seperti boraks dan formalin.
Selain itu mereka juga menyatakan terbiasa membeli makanan di kantin sekolah, toko swalayan,
dan menghindari jajanan yang dijual dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan
keamanannya. Akan untuk informan laki-laki dengan status gizi normal memberikan jawaban
yang tidak sesuai dengan pernyataan teman sebayanya. Bahwa ternyata informan utama
terkadang juga suka membeli makanan dipinggir jalan yang mengandung bahan pewarna seperti
saos-saos botolan yang harganya sangat murah seperti “cilok”. Selain itu berdasarkan hasil
observasi, seluruh informan yang diobservasi hanya mengkonsumsi makanan yang dijual
dikantin sekolah dan tidak membeli makanan diluar sekolah. Akan tetapi informan dengan status
gizi kurang, saat mengkonsumsi mie goreng ia juga menambahkan saos botolan. Sedangkan
informan lainnya tidak. Selain itu semua informan juga membeli air mineral, minuman susu
ataupun teh pada saat observasi I dan II dengan campuran es balokan. Berdasarkan wawancara
dengan salah satu penjual kantin yaitu ibu E, menyatakan bahwa saos yang dia dan penjual
lainnya gunakan adalah saos isi ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S”.
Selain itu, ibu E juga mengatakan bahwa ia juga menjual saos sachet “M” dimana merek itu jauh
lebih terkenal dan lebih terjamin keamanannya. Seluruh penjual menggunakan es batu balokan
222
yang biasa digunakan untuk membuat minuman dingin seperti es teh, es susu, dll. Selain itu
menurut ibu E, untuk makanan “ringan” yang dijual, adalah makanan yang aman yang
diketahuinya dari iklan makanan tersebut ada di televisi. Selain itu berdasarkan hasil observasi
peneliti melihat bahwa makanan yang dijual adalah makanan yang telah terdaftar di BPPOM.
Akan tetapi untuk wadah mie goreng/rebus, seluruh penjual menggunakan gelas plastik, karena
jumlah mangkuk kaca yang dimiliki penjual hanya sedikit.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan
belum sesuai dengan pesan kedua belas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu makanlah
makanan yang aman bagi kesehatan. Hal ini terlihat dari konsumsi kesukaan sebagian informan
untuk mengkonsumsi saos isi ulang yang tidak terjamin keamanannya, karena dicurigai
mengandung zat pewarna dan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu kesegaran
dari bahan-bahan pembuatnya dirasa tidak terjamin kesegarannya. Hal ini terlihat dari murahnya
harga saos tersebut yang sangat jauh berbeda dari saos dengan merk terkenal lainnya. Selain itu
mereka juga suka mengkonsumsi minuman dingin yang menggunakan es balokan yang terbuat
dari air mentah dimana kebesihan air tersebut juga tidak terjamin. Hal ini dikarenakan es balokan
tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk mendinginkan ikan mentah yang dijual di pasar.
Terlebih dengan penggunaan wadah dari gelas plastik pada mie goreng ataupun mie rebus yang
sebenarnya diperuntukkan untuk wadah minuman sekali pakai. Hal ini sangat membahayakan
karena wadah plastik tersebut termasuk dalam golongan PET (Polyethylene Terephthalate) yang
bila terkena kuah panas akan mengeluarkan zat karsinogenik yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh, dan lama kelamaan dapat menimbulkan kanker hati, gagal ginjal, dan penyakit berbahaya
lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan bagi penjual kantin untuk
tidak menyediakan makanan dalam wadah plastik atau stereoform yang berbahaya bagi
223
kesehatan para siswa. Hal ini terjadi karena minimnya kesadaran dari informan, karena walaupun
mereka tahu bahwa semua hal itu berbahaya bagi kesehatan tetapi mereka tetap mengkonsumsi
makanan yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Tentunya proses pemberian informasi
kesehatan agar dapat membentuk perilaku yang baik pada informan tidak hanya cukup satu kali,
akan tetapi harus berulang-ulang kali. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai
pihak, baik dari pemerintah dan sekolah sebagai pembuat kebijakan, petugas kesehatan yang
menjalankan program pendidikan kesehatan khususnya dalam bidang gizi, serta guru dan orang
tua yang berperan sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan yang harus selalu
mengingatkan dan memberikan nasihat kepada informan khususnya dan siswa lain umumnya
agar mau mengaplikasikan pola makan yang seimbang. Terlebih saat ini SMPN 107 telah
membentuk siswa KKR yang dapat membantu untuk memberikan informasi kesehatan kepada
teman-temannya. Akan tetapi sebaiknya pihak sekolah dengan bekerja sama dengan petugas
kesehatan dan BKKBN dapat memberikan pengetahuan kesehatan yang memadai kepada siswa
KKR khususnya tentang pengetahuan gizi agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh teman-temannya. Selain itu pihak sekolah sebaiknya memberikan dukungan
penuh kepada siswa KKR untuk dapat membantu memecahkan masalah teman-temannya yang
berhubungan dengan kesehatan khususnya dalam bidang gizi. Hal ini dilakukan dengan cara
memberikan pengertian kepada para siswa untuk dapat sepenuhnya mempercayai teman-teman
yang menjadi siswa KKR dalam membantu permasalahan pribadinya, khususnya dalam bidang
gizi selain kepada guru dengan jaminan kerahasiaan siswa yang memiliki masalah tidak akan
tersebar kepada teman-temannya yang lain sehingga kinerja dari siswa KKR dapat berjalan
secara optimal. Hal ini dikarenakan para siswa sering merasa malu dan takut untuk
membicarakan masalahnya kepada guru dan lebih nyaman untuk membagi masalahnya kepada
224
teman sebanyanya. Selain itu pihak sekolah sebaiknya membuat peraturan yang tegas berupa
larangan untuk menjual dan menggunakan saos, es batu balokan, serta gelas plastik sebagai
wadah mie karena dapat membahayakan kesehatan informan.
L. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Sebagian besar informan menyatakan sebelum membeli makanan mereka selalu
memeriksa label yang berada di kemasan makanan, seperti batas tanggal kadaluwarsa (expired),
komposisi makanan, serta tanda halal. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi
kurang menyatakan bahwa ia tidak pernah memperhatikan label di kemasan makanan yang akan
ia beli. Akan tetapi pada informan yang telah diobservasi, tidak satupun dari ketiga informan
yang memperhatikan label pada kemasan makanan yang mereka beli, Baik pada observasi I
maupun II. Membaca label makanan yang dikemas sangat berguna untuk membantu konsumen
pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan
kesehatan konsumen (Depkes, 2003b). Dengan membaca label di kemasan makanan tersebut
diharapkan konsumen secara umum dapat lebih aman dalam memilih makanan yang mereka
butuhkan. Selain itu diharapkan pula konsumen lebih teliti dan berhati-hati terhadap kandungan
gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, apakah benar-benar aman dan tidak
membahayakan kesehatan konsumen khususnya informan serta kehalalannya terjamin.
Kehalalan makanan juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168, “ Wahai manusia
! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu “. Serta surat Al
Maidah ayat 88, “ Dan makanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu, sebagai rezeki yang
halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya “.
225
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa secara umum seluruh informan
belum sesuai dengan pesan ketiga belas dari Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yaitu bacalah
label pada makanan yang dikemas. Terlebih untuk informan WM yang mengatakan selalu
membaca label pada kemasan makan ternyata menurut keterangan teman sebaya dan keluarga
bahwa para informan utama tidak selalu memperhatikan label kemasan sebelum membeli
makanan. Dan tidak jarang dari mereka yang membaca label setelah menghabiskan makanan
tersebut. Oleh karena itu, kesadaran untuk membaca label kemasan makanan harus lebih
ditingkatkan lagi, untuk menghindari resiko dari bahaya keracunan seperti yang banyak terjadi
saat ini dimana para konsumen lalai karena mengkonsumsi makanan yang telah kadaluwarsa.
BAB VII
PENUTUP
7.1.
Kesimpulan
1. Pengetahuan sebagian besar informan tentang gizi seimbang menurut PUGS
khususnya untuk pesan no 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari PUGS cukup
baik karena informan telah mengetahui berbagai macam bahan makanan dari
masing-masing zat gizinya (KH, protein, dan lemak), jenis-jenis zat gizi sesuai
macamnya, manfaat serta akibat dari konsumsi yang berlebih dan konsumsi yang
kurang dari masing-masing zat gizi. Akan tetapi pengetahuan tentang lemak dan
porsi masing-masing jenis makanan masih kurang. Terlebih seluruh informan
tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengat PUGS. Sedangkan untuk
pesan no 5 dan 6 dari PUGS masih sangat kurang, dimana informan hanya tahu
yodium untuk mencegah penyakit gondok tetapi tidak mengetahui berapa
konsumsi garam yang ideal dalam satu hari serta akibat dari konsumsi garam
yang berlebih untuk kesehatan. Selain itu informan juga tidak tahu apa itu zat
besi, bahkan informan juga mengira bahwa zat besi berhubungan dengan tulang.
2. Secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan WM telah sesuai
dengan PUGS yang meliputi pesan 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. Akan tetapi untuk
pengaplikasian pesan 13 masih kurang baik. Sedangkan untuk kesesuaian
perilaku dengan pesan 2, 3, 4, dan 6 tidak dapat diketahui oleh peneliti karena
225
226
kurang dalamnya informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk
pesan no. 7 terlupa peneliti tanyakan kepada informan pendukung.
3. Perilaku gizi seimbang informan dari informan WM dan observasi menurut
PUGS secara umum masih kurang sesuai, khususnya untuk pesan no. 2, 3, 4, 6,
12, dan 13 dari PUGS. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dari mereka
tidak mengetahui porsi yang ideal untuk setiap zat yang disesuaikan dengan
kebutuhan gizinya dalam satu hari. Selain itu ada dua informan yang walaupun
telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan keluarga yang selalu
menyediakan makanan yang bergizi, tetapi memiliki pola makan yang kurang
seimbang karena tidak menyukai sayur dan protein nabati seperti tahu tempe
sejak kecil dikarenakan tidak menyukai rasa dan tidak dapat menelan makanan
tersebut. Sedangkan untuk pesan no 1, 5, 8, 9, 10, dan 11 PUGS sudah cukup
baik karena telah diaplikasikan oleh sebagian besar informan pada kehidupan
sehari-harinya.
7.2.
Saran
1. Sebaiknya perlu ditingkatkan kerjasama antara petugas kesehatan, pihak sekolah,
serta orang tua dari informan untuk memberikan pendidikan gizi tentang
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) khususnya dengan cara penyuluhan
kepada siswa khususnya siswa yang memiliki masalah gizi kurang dan gizi lebih
yang berisi pengetahuan tentang lemak, kegunaan yodium, zat besi serta porsi
dari masing-masing zat gizi agar ia dapat memilih dan mengatur makanan yang
227
akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya dalam satu hari agar informan
memiliki berat badan yang ideal.
2. Sebaiknya pihak sekolah lebih memberikan dukungan penuh kepada siswa KKR
untuk
dapat
membantu
memecahkan
masalah
teman-temannya
yang
berhubungan dengan kesehatan khususnya dalam bidang gizi dengan cara
memberikan pengetahuan kesehatan khususnya tentang gizi seimbang yang
memadai kepada siswa KKR untuk mendukung program gizi di sekolah serta
sebaiknya pihak sekolah memberikan pengertian kepada para siswa bahwa
mereka dapat mempercayai teman-temannya yang menjadi siswa KKR untuk
dapat memecahkan masalah mereka baik masalah kesehatan, sosial, maupun
pribadi mereka tanpa harus malu maupun takut jika masalah mereka akan
diketahui oleh siswa lain.
3. Sebaiknya kegiatan penimbangan BB dan TB dilakukan rutin setiap bulannya
kepada seluruh siswa untuk memantau status gizi siswa dalam rangka
mendukung pelaksanaan program kerja UKS SMPN 107 Jakarta.
4. Sebaiknya pihak sekolah membuat peraturan yang tegas berupa larangan untuk
menjual dan menggunakan saos, es batu balokan, serta gelas plastik sebagai
wadah mie karena dapat membahayakan kesehatan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, Novika. Skripsi : Perilaku Gizi Mahasiswa Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan
Fakultas Ekologi Manusia IPB Tentang Pesan-Pesan Pedoman Gizi Seimbang.
Bogor : Fakultas Pertanian IPB. 2008.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
2003.
Apriadji. Gizi keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya. 1986.
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2004.
Berg, Alan. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : Rajawali. 1986.
Brown, E. Judith. Nutrition. Through the Life CycleSecond Edition. USA : Thomson
Wadsworth. 2005.
Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Umum Gizi Seimbang Jakarta : Departemen
Kesehatan R. I. 1995.
. Rencana Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia
Sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 1999.
. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Panduan Untuk Petugas.
Jakarta : Departemen Kesehatan R. I. 2003a.
. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 2003b.
. Riskesdas Indonesia - Tahun 2007. Jakarta : Departemen
Kesehatan R. I. 2008.
228
229
Funke, Olumakaiye. 2008. Prevalence of Underweight: A Matter of Concern among
Adolescents in Osun State, Nigeria. Diakses Tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23
WIB. http://www.pjbs.org/pjnonline/fin826.pdf
Gupta, Piyush. 2002. Anemia. Diakses Tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB.
http://www.indianpediatrics.net/dec2002/dec-1126-1130.htm.
Husaini, Y. K. Makanan Bergizi untuk Bayi, Anak, Remaja, Dewasa, Ibu Hamil dan
Usia Lanjut : Buletin Gizi No. 2 Vol. 12, hal 31-36. Jakarta. 1988.
Khomsan, Ali. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
2004.
Kresno, S, Hadi, E. N, Wuryaningsih, C. E & Ariawan, I. Aplikasi Metode Kualitatif
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kerjasama FKM UI – CIMU Health The
British Council. 2000.
Krummel, D. A. Nutrition in Women’s Health. Gaithersburg, Maryland : An Aspen
Publication. 1996.
Lunandi, A. G. Pendidikan Orang dewasa. Jakarta : PT. Gramedia. 1984.
Martono, Sumaryadi. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Tentang Gizi Serta
Karakteristik Ibu Dan Anak Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di
Kecamatan Kosambi Kabupaten Dati II Tangerang Tahun 1999. Depok : FKM UI.
1999.
Mc Williams, M. Nutrition for the Growing Years. California : Plycon Press
Incorporation. 1993.
230
Muhammad, Nur. Skripsi : Hubungan Antara Karakteristik Siswi dan Karakteristik
Orang Tua Dengan Perilaku Siswi Tentang 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang di
SMUN 26 Dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan. Depok : FKM UI. 2001.
Neuman, WL. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approach.
Boston : Allyn and Bacon. 2000.
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2003.
NIN. 1994. Pervasiveness of Anemia in Adolecent Girls of Low Socio Economic Group
of the District of Kurukshetra. Diakses tanggal 2 Agustus 2009. Pukul 12.23 WIB.
www.ispub.com/.../pervasiveness_of_anemia_in_adolescent_girls_of_low_socio_ec
onomic_group_of_the_district_of_kurukshetra_ha... Padmiari, I.A.E & Hadi. 2001. Konsumsi Fast Food Sebagai Faktor Resiko Obesitas
pada Anak SD. Diakses tanggal 17 Mei 2008. Pukul 15.00 WIB. www.tempo.co.id.
Raharjo, S. 2004. Era Baru Ilmu Pangan dan Gizi. Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM.
Tanggal 01 Oktober 2006. Pukul 13.50 WIB. http://www.google.co.id.
Riskesdas. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta : Litbangkes
Departemen Kesehatan. 2008.
Roedjito, D. Djiteng. Kajian Penelitian Gizi.Jakarta : Mediatama Sarana Perkasa. 1989.
Rukmini, Ambar. 4 Februari Hari kanker Sedunia : Krisis Kanker Global Dilawan Gizi
Seimbang.
Diakses
Tanggal
2
Agustus
2009.
Pukul
12.23
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid. 2009.
Saksono, Lukman. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung : Alumni. 1986.
WIB.
231
Sari, Nelly. M. Skripsi : Hubungan Antara Faktor Karakteristik, Pengetahuan, Sikap,
Dan Akses Informasi Dengan Perilaku Tentang 12 Pesan Dari 13 Pesan Dasar
Gizi sembang Pada Mahasiswa Ekstensi Sore FKM UI Tahun 2003. Jakarta : FKM
UI. 2003.
Sajogyo. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Kota. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press. 1994.
Sayogo, Savitri. Gizi Remaja Putri. Jakarta : FK-UI. 2006.
Sediaoetama, A. Djaeni. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi : Jilid II. Jakarta : Dian
Rakyat. 1999.
Sianturi, G. Remaja : Langsing Bukan Berarti Kurang Gizi..!. Diakses Tanggal 06
Oktober 2006. Pukul 13.00 WIB. http://www.gizi.net/. 2003.
Sihotang, Sabar. Empat Sehat Lima Sempurna Telah Disempurnakan. Diakses Tanggal 5
Juni 2009. Pukul 16. 12 WIB. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews. 2002.
SMPN 107 Jakarta, Profil Sekolah. Jakarta : SMPN 107 Jakarta. 2009.
Soekirman. Hidup sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta :
Primamedia Pustaka. 2006.
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung
Seto. 2004.
Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Pusat Antar Universitas-IPB. 1989.
Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor : Bumi Aksara. 1996.
Susanto, Djoko. PUGS dan Strategi Penerimaannya di daerah dalam Prosiding Kongres
Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII tanggal 8 – 10 Juli 2002. Jakarta :
PERSAGI. 2002.
232
Trust for America's Health (TFAH) and the Robert Wood Johnson Foundation (RWJF).
2009. How Obesity Policies are Failing in America. Diakses tanggal 2 Agustus
2009. Pukul 12.23 WIB. http://www.rwjf.org/files/research/081908.3424.pdf
Umrin, Hafizah. Skripsi : Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Individu
dengan Kesesuaian 12 Butir Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa
di SMAN 1 Depok Tahun 2007. Depok : FKM UI. 2007.
Wargahadibrata, A. Firmansyah. Obesitas : Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta :
Sagung Seto. 2009.
WHO. Diet, Nutrition, and the Prevention of Chronic Disease. Geneva : WHO. 2003.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta. 2004.
Wortington, Roberts dkk. Nutrition Troughout The Life Cycle. Washington : Mc Graw
Hill. 2000.
Yusra. Tesis : Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Pasangan Usia Subur tentang PesanPesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (Pugs) serta Implikasinya pada Pemasaran
Sosial Tahun 1998. Bogor : IPB. 1998.
3
LAMPIRAN 3
ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG
MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS)
PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009
Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut
12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya Cory Auliya Fauzi
ingin meminta kesediaan teman-teman untuk mengikuti wawancara / FGD / Observasi. Kesedian dan kejujuran
teman-teman dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat dalam pengembangan
dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah.
Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan teman-teman untuk menjadi informan dalam
penelitian ini.
No. Informan
:
(Diisi oleh peneliti)
Metode penelitian : WM / FGD / Observasi
A. IDENTITAS INFORMAN (SISWA)
1.
Nama Lengkap
:
2.
Tempat / Tanggal Lahir
3.
Jenis Kelamin
: 1. Pria
4.
Kelas
:
5.
Agama
:
6.
Alamat
:
7.
No. Telepon / HP
:
8.
Berat Badan / Tinggi Badan
:
9.
Nama Orang Tua
:
2. Wanita
: 1. Ayah :
2. Ibu :
10. Pendidikan Orang Tua
: 1. Ayah :
2. Ibu :
11. Pekerjaan Orang Tua
: 1. Ayah :
2. Ibu :
12. Besar Uang Jajan (1 hari) : Rp.
Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian
ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan saya ucapkan terima kasih
Tanda Tangan
(
)
4
PANDUAN FGD BAGI SISWA
A. PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG
1.
Apa yang kamu ketahui tentang gizi seimbang ? frekuensi makan berapa kali ? porsi ?
2.
Apa kamu tahu gizi seimbang memiliki pedoman ? jika ya sebutkan !
3.
Apa kamu pernah mendengan PUGS ? jika ya gambarkan isinya !
4.
Apa yang kamu tahu tentang manfaat mengganti menu/jenis makanan setiap hari ? akibat klo menu tidak bervariasi ?
5.
Sumber makanan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan energi kamu sehari-hari untuk beraktivitas ?
6.
Setahu kamu berapa kebutuhan energy untuk seumuran kamu dalam 1 hari (dalam kkal) ? (Probing : jika tahu : tahu
darimana ? bagaimana cara menghitungnya ? apakah makanan yang kamu makan telah memenuhi kebutuhan energi
kamu ? jika tidak tahu : kenapa ? kenapa tidak mencari informasi ?) Bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan energi
kamu dalam satu hari tercukupi/tidak ? Apa manfaat dari memenuhi kecukupan energi dalam sehari ?
7.
Setahu kamu BB dan TB yang ideal untuk remaja seusia mu berapa ? menurutmu BB kamu telah ideal belum ? (Probing
: ya atau tidak ? kenapa? Darimana kamu tahu ? rutin timbang BB dan TB ? dimana ? kenapa rutin/tidak ? seberapa
penting melakukan penimbangan?)
8.
Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang karbohidrat ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan KH kamu dalam 1 hari
telah terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
9.
Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang lemak ? (Probing : sumber, jenis, kegunaan, kebutuhan dalam 1 hari
(dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan lemak kamu dalam 1 hari telah
terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, tahu dari mana ?
10. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang protein ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan protein kamu dalam 1
hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi protein yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
11. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang vitamin ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm gr/jml makanan), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan vitamin kamu dalam 1
hari telah terpenuhi, akibat dari konsumsi vitamin yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
12. Apa yang kamu tahu tentang garam beryodium ? Kekurangan/kelebihan konsumsi garam beryodium dapat
mengakibatkan penyakit apa ? Apa kamu tahu berapa batas konsumsi garam dalam sehari ?
13. Apa yang kamu tentang zat besi : kegunaan ? akibat jika kekurangan ? sumber makanan ? apa yang kamu tahu tentang
anemia ? gejala anemia ? berapa Hb normal (laki-laki & perempuan) ?
14. Apa yang kamu tahu tentang ASI pada bayi ? manfaat ? tahu dari mana ?
15. Sarapan pagi : manfaat sarapan pagi ? akibat jika seseorang tidak sarapan pagi ?
16. Minum air : kegunaan air dalam tubuh ? Berapa gelas dalam sehari ? akibat jika kurang minum ?
17. Olah raga : manfaat olah raga ? OR sebaiknya dilakukan berapa kali seminggu ? durasi ?
18. Konsumsi alkohol : apa akibat jika sering minum alkohol bagi kesehatan ?
19. Apa yang dimaksud dengan makanan yang aman ?
20. Apa manfaat membaca label dalam kemasan makanan ? sebutkan contoh label makanan yang kalian ketahui !
21. Sebutkan informasi gizi/kesehatan yang kamu ketahui ? kamu cari sendiri atau didapat dari orang lain ? dari mana saja ?
jika mencari sendiri, alasannya ? Seberapa bermanfaat informasi gizi/kesehatan yang ia dapatkan ? Informasi apa yang
informan rasakan sangat ia butuhkan saat ini ? mengapa ?
5
LAMPIRAN 4
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI SISWA
A. PERILAKU GIZI SEIMBANG
1.
Coba ceritakan bagaimana pola makan kamu dalam satu hari ! (pagi, siang, malam, jajan).
2.
(Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? makan dengan siapa ? menunya bervariasi/tdk Ætiap waktu
dan tiap hari ? siapa yang menyiapkan ? bagaimana menyiapkannya ? )
3.
Karbohidrat : Jenisnya apa ? frekuensi (1 hari) ? porsinya ? sudah disiapkan/masak sendiri/beli sendiri ?
4.
Protein (Daging, tahu/tempe, kacang-kacangan) : Jenisnya apa ? frekuensi dalam sehari ? porsinya ? sudah
disiapkan/beli sendiri ? berapa frekuensi konsumsi makanan yang digoreng (porsi), disantan, dirumah masak pakai
minyak goreng / margarine / mentega ?
5.
Sayur : Jenisnya apa ? frekuensi ? porsinya ? sudah disiapkan/beli sendiri ? frekuensi makanan yang ditumis ?
6.
Buah : Jenisnya apa ? frekuensi ? porsinya ? sudah disiapkan/beli sendiri ?
7.
Bagaimana pola makanmu saat ada pelajaran olah raga / hari libur / mentruasi (perempuan) / hari besar (idul fitri/adha,
natal, dsb) ?
8.
Coba jelaskan dengan kebiasaan jajan kamu sehari-hari !
9.
Sekolah & luar sekolah: jajanan apa? alasannya memilih makanan? dimana ? dengan siapa ? yang dibeli sama/tidak
dengan teman/keluarga? Frekuensi? Porsi ? tahu akibat dari jajanan yang dipilih ? bagaimana dengan hari libur ?
10. Konsumsi gula : kamu suka makanan manis ? makan coklat, pudding/agar-agar, permen, eskrim, sirop, teh, susu + gula ,
pop ice, juice, es buah, brownis/bolu dll)
11. Apa kamu punya pantangan terhadap jenis makanan tertentu ? (Probing : alergi, penyakit tertentu, adat/suku, agama)
12. Apa di rumah menggunakan garam beryodium ? kenapa ? suka asin gak ? berapa banyak kamu mengkonsumsi garam
dalam 1 hari ?
13. Dalam sehari konsumsi air berapa banyak ? air apa saja (air putih, sirop, dll) ? air putih (masak / aqua / isi ulang) ?
14. Apa kamu suka melakukan olahraga ? jenis OR ? frekuensi ? berapa lama ?
15. Apa kamu suka minum alkohol ? kenapa ? (Probing : jika ya : merk apa ? frekuensi ? porsi ?
16. Coba ceritakan bagaimana kamu memilih makanan dari segi keamanan dan kebersihannya ? (Suka makan saos yang
murahan, makanan yang ada pewarnanya, pengawet) ! Bagaimana cara memilih makanan yang aman dan bersih ?
17. Saat membeli makanan apa yang kamu perhatikan ? (harga, bahan makanan, komposisi zat gizi, tanggal kadaluwarsa,
kode halal, kode produksi) ?
18. Dari pengetahuan kesehatan khususnya gizi yang kamu miliki, apa kamu mengaplikasikannya ke dalam perilaku makan
kamu sehari-hari ? (ya/tidak, mengapa ? bagaimana?
B.
POLA MAKAN KELUARGA
1.
Tolong ceritakan bagaimana pola makan keluarga kamu dalam satu hari ! (Pagi, siang, malam) (Probing : dimana?
kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? dengan siapa ? menunya setiap hari diganti Ætiap waktu dan tiap hari ? siapa yang
menyiapkan ? bagaimana menyiapkannya ?)
2.
Apa kamu sekeluarga sering makan diluar ? (Probing : dimana ? mengapa ? makan apa ? kenapa memilih makanan itu ?
frekuensi? Kapan?)
3.
Apa kamu sekeluarga memiliki pantangan terhadap jenis makanan tertentu ? (Probing : alergi, penyakit tertentu, adat,
agama ?)
4.
Apakah kesukaan kamu terhadap jenis makanan sama dengan keluargamu ? apakah kesukaan kamu terhadap makanan
karena dipengaruhi oleh kebiasaan makan keluarga ?
6
5.
Seberapa besar ketergantunganmu terhadap makanan keluarga ?
C.
PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG
1.
Apa yang kamu ketahui tentang gizi seimbang ? frekuensi makan berapa kali ? porsi ?
2.
Apa kamu tahu gizi seimbang memiliki pedoman ? jika ya sebutkan !
3.
Apa kamu pernah mendengan PUGS ? jika ya gambarkan isinya !
4.
Apa yang kamu tahu tentang manfaat mengganti menu/jenis makanan setiap hari ? akibat klo menu tidak bervariasi ?
5.
Sumber makanan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan energi kamu sehari-hari untuk beraktivitas ?
6.
Setahu kamu berapa kebutuhan energy untuk seumuran kamu dalam 1 hari (dalam kkal) ? (Probing : jika tahu : tahu
darimana ? bagaimana cara menghitungnya ? apakah makanan yang kamu makan telah memenuhi kebutuhan energi
kamu ? jika tidak tahu : kenapa ? kenapa tidak mencari informasi ?) Bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan energi
kamu dalam satu hari tercukupi/tidak ? Apa manfaat dari memenuhi kecukupan energi dalam sehari ?
7.
Setahu kamu BB dan TB yang ideal untuk remaja seusia mu berapa ? menurutmu BB kamu telah ideal belum ? (Probing
: ya atau tidak ? kenapa? Darimana kamu tahu ? rutin timbang BB dan TB ? dimana ? kenapa rutin/tidak ? seberapa
penting melakukan penimbangan?)
8.
Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang karbohidrat ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan KH kamu dalam 1 hari telah
terpenuhi, akibat dari konsumsi lemak yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
9.
Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang lemak ? (Probing : sumber, jenis, kegunaan, kebutuhan dalam 1 hari
(dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan lemak kamu dalam 1 hari telah terpenuhi, akibat
dari konsumsi lemak yang berlebih, tahu dari mana ?
10. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang protein ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan protein kamu dalam 1 hari telah
terpenuhi, akibat dari konsumsi protein yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
11. Coba ceritakan apa saja yang kamu ketahui tentang vitamin ? (Probing : sumbernya? Jenis ? kegunaan ? kebutuhan
dalam 1 hari (dlm URT), cara menghitung, bagaimana kamu tahu bahwa kebutuhan vitamin kamu dalam 1 hari telah
terpenuhi, akibat dari konsumsi vitamin yang berlebih/kurang ? tahu dari mana ?
12. Apa yang kamu tahu tentang garam beryodium ? Kekurangan/kelebihan konsumsi garam beryodium dapat
mengakibatkan penyakit apa ? Apa kamu tahu berapa batas konsumsi garam dalam sehari ?
13. Apa yang kamu tentang zat besi : kegunaan ? akibat jika kekurangan ? sumber makanan ? apa yang kamu tahu tentang
anemia ? gejala anemia ? berapa Hb normal (laki-laki & perempuan) ?
14. Apa yang kamu tahu tentang ASI pada bayi ? manfaat ? tahu dari mana ?
15. Sarapan pagi : manfaat sarapan pagi ? akibat jika seseorang tidak sarapan pagi ?
16. Minum air : kegunaan air dalam tubuh ? Berapa gelas dalam sehari ? akibat jika kurang minum ?
17. Olah raga : manfaat olah raga ? OR sebaiknya dilakukan berapa kali seminggu ? durasi ?
18. Konsumsi alkohol : apa akibat jika sering minum alkohol bagi kesehatan ?
19. Apa yang dimaksud dengan makanan yang aman ?
20. Apa manfaat membaca label dalam kemasan makanan ? sebutkan contoh label makanan yang kalian ketahui !
21. Sebutkan informasi gizi/kesehatan yang kamu ketahui ? kamu cari sendiri atau didapat dari orang lain ? dari mana saja ?
jika mencari sendiri, alasannya ? Seberapa bermanfaat informasi gizi/kesehatan yang ia dapatkan ? Informasi apa yang
informan rasakan sangat ia butuhkan saat ini ? mengapa ?
7
LAMPIRAN 5
ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG
MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS)
PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009
Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang
menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya
Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan teman-teman untuk mengikuti wawancara. Kesedian dan
kejujuran teman-teman dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat
dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan
promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti
dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan temanteman untuk menjadi informan dalam penelitian ini.
No. Informan :
(Diisi oleh peneliti)
Metode penelitian : Wawancara Mendalam
A. IDENTITAS INFORMAN (TEMAN SEBAYA)
1. Nama Lengkap
:
2. Tempat / Tanggal Lahir :
3. Jenis Kelamin
: 1. Pria 2. Wanita
4. Kelas
:
5. Agama
:
6. Alamat
:
7. No. Telepon / HP
:
8. Berat Badan / Tinggi Badan
:
9. Nama Orang Tua
: 1. Ayah :
2. Ibu :
10. Pendidikan Orang Tua
: 1. Ayah :
2. Ibu :
11. Pekerjaan Orang Tua
: 1. Ayah :
2. Ibu :
12. Besar Uang Jajan (1 hari)
: Rp.
Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam
penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih
Tanda Tangan
(
)
8
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI TEMAN SEBAYA
1. Bagaimana pola makan temanmu sehari-hari ?
2. Apakah ia sering sarapan disekolah ? makan apa ? suka bawa bekal ?
3. coba ceritakan kebiasaan jajan temanmu ? beli dimana ? (Baik di sekolah maupun diluar sekolah)
4. Biasanya kapan temanmu jajan ?
5. Apa kamu selalu makan bersama dia saat istirahat ? (Probing : pilihan makanan sama ?)
6. Apa makanan kesukaan kalian sama ?
7. bagaimana kebiasaan jajan informan jika ada pelajaran OR / ketika belajar kelompok ?
8. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex :
magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ?
9. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ?
10. Apakah informan pernah mencari informasi kesehatan ? kapan ? tentang apa ?
11. Apa dia sering olah raga ? apa jenisnya? Frekuensi (dalam seminggu) ? durasi ?
12. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ?
9
LAMPIRAN 6
ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG
MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS)
PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009
Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang
menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya
Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan bapak/ibu untuk mengikuti wawancara dan FGD.
Kesedian dan kejujuran bapak/ibu dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat
bermanfaat dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk
pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima
kasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi informan dalam penelitian ini.
No. Informan :
(Diisi oleh peneliti)
Metode penelitian : Wawancara Mendalam
A. IDENTITAS INFORMAN (KELUARGA)
1. Nama Lengkap
:
2. Tempat / Tanggal Lahir :
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
: 1. Pria 2. Wanita
:
5. No. Telepon / HP
:
6. Hubungan dengan Informan
: 1. Ayah
7. Suku
:
8. Pekerjaan
:
9. Penghasilan (1 bulan)
: Rp.
2. Ibu
3. Kakak/Adik
Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam
penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan saya ucapkan terima kasih
Tanda Tangan
(
)
10
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM BAGI KELUARGA
1. Tolong ceritakan bagaimana pola makan keluarga dalam satu hari ! (Pagi, siang, malam)
(Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? siapa yang menyiapkan ? dengan siapa ?
menunya bervariasi/tdk Ætiap waktu dan tiap hari ? yang menentukan menu siapa ?)
2. Bagaimana pola makan informan dirumah ? apakah sama dengan pola makan keluarga ?
3. Bagaimana kebiasaan makan keluarga di luar rumah ? dimana ? frekuensi ? kapan ?
4. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex :
magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ?
5. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ?
6. Siapa (anggota keluarga) yang sering memberikan informasi gizi/kesehatan kepada informan ?
informasi apa ? kapan ?
7. Apakah informasi kesehatan tersebut diaplikasikan pada pola makan informan sehari-hari ?
8. Apakah informan suka olah raga ? apa? Frekuensi (berapa kali seminggu)? Durasi ?
9. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ?
11
LAMPIRAN 7
PEDOMAN OBSERVASI
Nama
:
Kelas
:
Tanggal
:
WAKTU
JENIS KEGIATAN
Ket. Lokasi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Cory Auliya Fauzi
Tempat tanggal lahir
: Jakarta, 25 April 1987
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Lontar, Lenteng Agung 002 /03 No. 12-B
Jagakarsa, Jak-Sel 12610
No Telepon/HP
: 021-78888043 / 021-80741545
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Sari Pembangunan
(1992 – 1993)
2. SDN. Lenteng Agung 03 Pagi
(1993 – 1999)
3. SMPN 98 Jakarta
(1999 – 2002)
4. SMAN 109 Jakarta
(2002 – 2005)
5. S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Unibersitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
(2005 – 2010)
viii
Download