1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, perusahaan semakin menghadapi banyak tantangan dimana
persaingan usaha di antara perusahaan-perusahaan yang ada semakin ketat,
sehingga menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi
perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan berkembang lebih baik. Untuk
dapat mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan
maka diperlukan suatu analisis dan tindakan yang tepat.
Sebagaimana sebuah organisme, perusahaan akan mengalami berbagai
kondisi yaitu (1) tumbuh dan berkembang secara dinamis, (2) berada pada
kondisi statis dan (3) mengalami proses kemunduran. Dalam rangka tumbuh
dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis yaitu
pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), dan pertumbuhan dari
luar perusahaan (external growth). “Penggabungan dan perluasan / ekspansi
bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mencapai efisiensi, menjadi
lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan keuntungan atau profit
perusahaan” (www.organisasi.org).
Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang membangun bisnis atau unit
bisnis baru dari awal (start-ups business). Jalur ini memerlukan berbagai
1
pentahapan mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga ahli,
test pasar, pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi / operasi sebelum
perusahaan menjual produknya ke pasar.
Pertumbuhan eksternal untuk memenangkan persaingan adalah dengan
melakukan akuisisi yang merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru
atau produk baru tanpa harus membangun dari nol. Penggabungan usaha
dalam bentuk akuisisi merupakan penggabungan badan usaha dengan cara
menguasai sebagian besar saham atau aset dari suatu perusahaan yang dibeli
atau diambilalih oleh perusahaan lain atau kelompok investor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan akuisisi sangat
banyak, yang umumnya dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis,
atau prestis. “Sukses perusahaan sukar didefinisikan dengan jelas. Namun,
suatu organisasi yang dibentuk dengan akuisisi bisa dikatakan sukses apabila
perusahaan tersebut setelah beberapa waktu berfungsi sebagai suatu lembaga
yang stabil, memberikan keuntungan dan dapat diidentifikasi dengan jelas”
(Bengtsson, 1994 : 5).
“Sejak 19 tahun yang lalu, kegiatan akuisisi mulai mewarnai industri pasar
modal Indonesia. Transaksi akuisisi pertama yang terjadi di Indonesia
dilakukan oleh PT. Jakarta International Hotel Development yaitu melalui
pembelian 100% saham PT Danayasa Arthatama” (SWA, 03/XIII/1-14
Februari 2007). “Berbagai contoh merger maupun akuisisi yang berhasil di
dunia menggambarkan hal ini, misalnya unit bisnis Sony-Ericsson. Dalam
kasus ini, kedua pihak memiliki budaya yang kuat dan masing-masing mau
2
membuka diri untuk membentuk sinergi. Hasilnya, kinerja perusahaan
semakin bagus” (www.ririsatria.net).
Salah satu perusahaan yang mengalami akuisisi pada tahun 2005 adalah
PT HM Sampoerna, Tbk. “Pembelian saham PT HM Sampoerna oleh Philip
Morris International sebagai paradigma baru kapitalis Indonesia karena
nampaknya yang disebut Ersatz kapitalisme ataupun kapitalisme dengan
dukungan negara” (Sjahrir, www.partai-pib.or.id). Sejak akuisisi PT HM
Sampoerna oleh Philip Morris International sebanyak 100% saham, maka ini
telah menjadikan Philip Morris International sebagai pemilik dari PT HM
Sampoerna, dan PT HM Sampoerna telah menjadi bagian dari salah satu
perusahaan rokok terbesar di dunia.
Semua pihak berupaya untuk membuat sinergi menuju kinerja yang lebih
bagus. Meskipun banyak perusahaan menyatakan langkah akuisisi ini bisa
meningkatkan penjualan dan laba bersih perusahaan, namun ada sebagian
yang juga gagal dalam melakukan langkah merger dan akuisisi ini.
Contohnya adalah “Hewlett-Packard (HP) yang melakukan merger dengan
Compaq, agar lebih baik dibandingkan IBM dan Dell. Tetapi kenyataannya
tidak terdapat sinergi yang sehingga kinerja HP tidak menentu, dan harga
sahamnya naik turun” (Business Week Asian Edition ,21 February, 2005,
p40-47).
Untuk menilai kinerja perusahaan diperlukan beberapa tolak ukur, dan
salah satu media yang dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan adalah
menilai langkah-langkah perusahaan dalam bidang finansial dan nonfinansial. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan
3
akuisisi adalah pada kinerja perusahaan dan penampilan finansial perusahaan
yang meningkat. Hal ini tercermin dalam laporan keuangan dan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian
kinerja perusahaan. Laporan keuangan sebuah perusahaan, baik neraca, rugilaba, maupun laporan arus kas, menyajikan banyak data untuk investor.
Untuk
melakukan
analisis
finansial
perusahaan
adalah
dengan
menghitung rasio keuangan yang dilihat dari laporan keuangannya.
Secara garis besar, rasio-rasio keuangan itu bisa dikelompokkan ke dalam
lima macam rasio, yaitu rasio likuiditas, rasio utang atau rasio leverage, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio saham. Analisis laporan keuangan
akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan angkaangka pada masa sebelumnya. Ukuran yang dipakai dalam menilai
keberhasilan / kinerja manajemen adalah rasio-rasio yang berhubungan
dengan profitabilitas karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Sedangkan
untuk
menilai
analisis
non-finansial
adalah
dengan
mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan seperti tingkat kepuasan
pelanggan, inovasi produk dan jasa, maupun efisiensi proses kerja.Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
”Analisis Kinerja PT. HM Sampoerna Yang Diakuisisi oleh Philip
Morris International”.
4
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah bagaimana kinerja dari PT. HM Sampoerna,
Tbk yang diakuisisi oleh Philip Morris International dengan menggunakan
analisa finansial dan non-finansial?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Berdasarkan pengertian akuisisi, terdapat dua pihak / lebih yang
terlibat dalam akuisisi yaitu pihak perusahaan yang mengakuisisi dan
pihak perusahaan yang diakuisisi. Pada penelitian ini kinerja
perusahaan yang akan dinilai adalah pihak yang diakuisisi yaitu PT
HM Sampoerna, Tbk.
2. Pengukuran finansial perusahaan dengan menggunakan perbandingan
kinerja keuangan perusahaan 3 (tiga) tahun sebelum akuisisi yaitu
2002-2004, dan 3 (tiga) tahun sesudah akuisisi yaitu 2006-2008
dengan menganalisa laporan keuangan yang ditinjau dari rasio
profitabilitas yang terdiri dari 4, yaitu Profit Margin on Sales, Basic
Earning Power Ratio, Return on Assets, dan Return on Equity.
3. Tidak terdapat ukuran rata-rata industri dari tahun ke tahun pada
perusahaan sejenis sebagai pengukuran perbandingan antara 1 (satu)
perusahaan dengan perusahaan yang lainnya (disebut dengan teknik
Benchmarking).
5
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja perusahaan PT HM Sampoerna
yang diakuisisi oleh Philip Morris International dengan menggunakan analisis
finansial dan non finansial.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mempraktekkan ilmu
dan pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu yang diambil, dan
diharapkan dapat memperluas wawasan dan cara berpikir.
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang
pengaruh akuisisi terhadap profitabilitas perusahaan bagi perusahaan
yang akan melakukan akuisisi. Penelitian ini dapat dijadikan dasar
dalam peningkatan manajemen perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi, sebagai bahan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan investasi.
6
Download