Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS PEMAHAMAN KONTRAKTOR TERHADAP ELEMEN ENVIRONMENTAL ASPECTS ISO 14001 EMS Evita Lazuardi1 , Yohanes Lim Dwi Adianto2 dan Anton Soekiman2 1 Alumni Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Email: [email protected], [email protected] ABSTRAK Aktifitas konstruksi merupakan salah satu penyumbang terbesar terjadinya Global Warming karena didalamnya memerlukan begitu banyak energi, sumber daya serta terjadinya pencemaran lingkungan. Dalam pengelolaannya diperlukan konsep pembangunan berkelanjutan dimana keberhasilannya tergantung dari komitmen seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembangunan melalui sistem manajemen lingkungan (EMS) didukung standar yang mengatur sistem tersebut, salah satunya adalah ISO 14001EMS. Elemen prinsip ISO14001 yang terkait langsung dengan dampak aktifitas konstruksi adalah Aspek Lingkungan (Environmental Aspects). Didorong oleh tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, antisipasi persayaratan industri konstruksi pasar bebas dunia serta berbagai keuntungan, kontraktor berupaya memperoleh sertifikasi ISO14001 untuk membuktikan bahwa mereka telah melaksanakan sistem manajemen lingkungan sesuai standar ISO14001. Namun sampai akhir tahun 2008, hanya 9 dari 1266 perusahaan kontraktor Sub Bidang Bangunan skala grade 7 di Indonesia yang telah bersertifikat ISO14001, yang berarti hanya 0,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minimnya kontraktor Indonesia yang bersertifikat menunjukkan masih rendahnya pemahaman mereka terhadap informasi, elemen dan keuntungan penerapan ISO14001 serta dampak aktifitas konstruksi ditinjau dari elemen Aspek Lingkungan ISO14001. Analisa lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kendala pemahaman kontraktor terhadap ISO14001 serta kendala yang mereka hadapi dalam menerapkan ISO14001. Responden kuesioner adalah Manajer Proyek kontraktor Bangunan Komersil Grade 7 DKI Jakarta yang sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat ISO14001 dengan teknik analisa ‘Severity Index’(SI). Hasil penelitian menunjukkan responden telah mengetahui informasi, elemen dan keuntungan penerapan ISO14001 serta memahami dampak aktifitas konstruksi ditinjau dari Aspek Lingkungan ISO14001. Berdasarkan hasil analisa lebih lanjut diketahui bahwa kendala pemahaman sistem tersebut terletak pada tingkat pekerja yang berasal dari sub kontraktor. hasil analisa juga menunjukkan, meskipun telah memahami Elemen Aspek Lingkungan ISO14001 EMS, beberapa kontraktor merasa belum perlu menerapkan dan memiliki sertifikat sistem tersebut dalam waktu dekat dikarenakan beberapa alasan diantaranya belum adanya tuntutan owner serta masih tingginya biaya penerapan dan proses sertifikasi. Kata Kunci : Industri Konstruksi, Environment Management System, Aspek Lingkungan ISO14001. 1. PENDAHULUAN Aktifitas konstruksi yang selayaknya dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia telah menjadi salah satu penyumbang terbesar terjadinya Global Warming. Hal tersebut dikarenakan dalam aktifitas konstruksi memerlukan begitu banyak energi dan sumber daya sejak perolehan material, pengolahan, transportasi material, hingga proses konstruksi itu sendiri. Pada saat kegiatan berlangsung terjadi pelepasan gas pembakaran dan berbagai pencemaran dalam jumlah besar, sehingga aktifitas konstruksi tidak lagi meningkatkan kualitas hidup sebab kerusakan alam yang terjadi sama dengan penurunan kualitas hidup manusia. Dalam upaya mengelola aktifitas konstruksi agar tetap dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, diperlukan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), di mana komitmen internasional terhadap penerapan konsep tersebut diawali pada tahun 1987 oleh World Commission on Environment and Development dalam Brundlant Report. Keberhasilan implementasinya tergantung dari komitmen seluruh pihak yang terkait dalam setiap proses pembangunan, di mana masing-masing pihak memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sesuai dengan kontribusinya. Penerapan konsep tersebut pada aktifitas kegiatan konstruksi, dilakukan melalui suatu sistem pendekatan pada setiap tahap yang dikenal dengan Environment Management System (EMS). Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 105 Evita Lazuardi , Yohanes Lim Dwi Adianto dan Anton Soekiman Saat ini ada beberapa sistem standarisasi EMS, antara lain: British Standard 7750, EMAS, dan International Organization for Standardization 14001 EMS: 2004. Dari semua standard tersebut, ISO-14001 EMS adalah standar yang paling populer dan banyak diadopsi di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia yang menjadikannya sebagai rujukan utama dalam pembuatan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-14001. Standar ISO-14001 EMS terdiri dari 17 elemen prinsip, di mana elemen yang berkaitan langsung dengan aktifitas konstruksi adalah elemen Aspek Lingkungan (Environmental Aspects). Aspek lingkungan ISO-14001 tersebut adalah Use of Energy (penggunaan energi), Resource,Waste and Recycle (sumber daya, limbah dan daur ulang), Pollutant and Hazardous Substances (polusi dan bahan-bahan material berbahaya), serta Land Use,Planning and Conservation (tata guna lahan, perencanaan dan konservasi) [Telford, 1996]. Untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya (coorporate social responsibility) terhadap lingkungan, antisipasi menghadapi persyaratan industri konstruksi pasar bebas (free market) dunia yang bernuansakan ramah lingkungan sehingga dapat berkompetisi dengan kontraktor asing, serta berbagai keuntungan lain yang diperoleh bila menerapkan ISO-14001, kontraktor berupaya menerapkan dan memiliki sertifikat ISO-14001. Namun demikian, berdasarkan Data Base Nasional Sertifikasi Indonesia sampai dengan akhir tahun 2008, hanya 9 (sembilan) kontraktor Sub Bidang Bangunan skala grade 7 yang telah bersertifikat ISO-14001. Jumlah tersebut berarti hanya meliputi 0.7% dari 1266 kontraktor Sub Bidang Bangunan skala grade 7 di seluruh Indonesia [LPJK, 2008]. Masih minimnya kontraktor Indonesia yang telah bersertifikat ISO-14001 mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pemahaman kontraktor terhadap informasi, elemen dan keuntungan penerapan ISO14001 serta pemahaman kontraktor terhadap dampak aktifitas konstruksi ditinjau dari Aspek Lingkungan ISO14001. Melalui penelitian ini juga ingin diketahui kendala-kendala apa saja yang mungkin dihadapi kontraktor dalam memahami dan menerapkan elemen Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1. Pemahaman kontraktor terhadap informasi, elemen dan keuntungan yang diperoleh apabila menerapkan ISO14001 EMS 2. Pemahaman kontraktor terhadap dampak aktifitas konstruksi ditinjau dari Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS 3. Kendala yang dihadapi kontraktor dalam memahami dan menerapkan elemen Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS 2. TINJAUAN PUSTAKA ISO-14001 Environment Management System Environmental Management System adalah suatu perangkat dan prinsip-prinsip manajemen yang dirancang untuk menetapkan prosedur-prosedur administratif yang diperlukan suatu organisasi untuk mengintegrasikan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan ke dalam praktek bisnis perusahaan [NYSDEC, 2008]. Konsep EMS mendorong berbagai organisasi standarisasi internasional untuk membuat sistem standarisasi yang dapat diterapkan oleh para pelaku industri, termasuk perusahaan kontraktor. Saat ini ada beberapa standarisasi EMS, antara lain British Standard 7750,European Community’s Eco-Management And Audit Schemes EMAS, dan International Organization for Standardization (ISO) 14001EMS:2004(Requirements with guidance for use). Standar-standar tersebut memegang peranan penting dalam implementasi EMS, seperti: monitoring, negosiasi, penekanan peraturan, audit lingkungan serta meningkatkan kualitas lingkungan [Barrow, 2006]. Rothery (1995) mengatakan, ISO-14001 EMS lebih user-friendly dibandingkan dengan kedua standar sejenis sebelumnya, sehingga banyak diadopsi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia yang menjadikannya sebagai rujukan utama dalam pembuatan Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-14001. Suatu perusahaan yang telah bersertifikat ISO-14001 EMS, dianggap memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus (Continual Improvement) di setiap aktifitasnya yang berdampak pada lingkungan. Komitmen tersebut dikembangkan dari Total Quality Management yang berprinsip pada cycling model PDCA (Plan-Do Check-Action), dan menjadi prinsip dasar EMS, yaitu: Environmental Policy, Planning, Implementation and Operation, Checking and Corrective Actions, Management Review dan Continual Improvement. EMS dalam Bidang Konstruksi Secara umum prinsip dasar dari EMS terdiri dari 17 elemen, di mana salah satu yang berkaitan langsung dengan dampak aktifitas konstruksi adalah elemen Aspek Lingkungan (Environmental Aspects). Definisi Aspek Lingkungan menurut ISO-14001: 2004, adalah: “suatu unsur kegiatan/produk/jasa organisasi yang dapat berinteraksi dengan lingkungan (mempunyai dampak lingkungan)”. Sementara berdasarkan CIRIA (1996), Aspek-aspek Lingkungan meliputi: Use of energy (Penggunaan Energi), Resource , waste and recycle (Sumber Daya, Limbah dan Daur M - 106 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta Analisis Pemahaman Kontraktor Terhadap Elemen Environmental Aspects Iso 14001 EMS Ulang), Pollutant and hazardous substances (Polusi dan Bahan-bahan berbahaya) serta Land use, Planning and Conservation (Tata Guna Lahan, Perencanaan dan Konservasi). Penelitian yang dilakukan oleh Cristini (2004) menunjukkan, perusahaan konstruksi yang menerapkan EMS secara efektif, dapat memperoleh berbagai keuntungan seperti: meningkatkan / memperbaiki peraturan yang telah ada, membuka jalur pasar dan mengurangi trade barriers, meminimalkan resiko, meningkatkan kredibilitas perusahaan, mengurangi dampak berbahaya bagi lingkungan, mencegah / mengurangi pencemaran dan limbah sehingga dapat “cost savings”, meningkatkan keselamatan di dalam proyek dengan meminimalkan terjadinya kecelakaan di lingkungan kerja, memperbaiki hubungan antar stakeholder (pemerintah, kontraktor, kelompok masyarakat serta investor). Penelitian tersebut juga mengemukakan beberapa kendala perusahaan konstruksi dalam menerapkan ISO14001 EMS yaitu kurangnya tekanan dari pemerintah, tidak adanya tuntutan dari klien, tingginya biaya implementasi , sistem sub kontraktor dalam pelaksanaan proyek, perbedaan perencana dan pelaksana, kurangnya ketersediaan material yang ramah lingkungan, serta kurangnya dukungan dari karyawan / pekerja. Umumnya, sebuah perusahaan kontraktor yang memutuskan untuk menerapkan ISO-14001EMS didasari oleh adanya keyakinan bahwa keuntungan yang akan diperoleh jauh lebih besar dibandingkan dengan kendala yang mereka hadapi [Selih, 2007]. Dari berbagai pustaka diketahui efektifitas penerapan ISO-14001EMS tergantung dari faktor–faktor pendorong utama yaitu peraturan / kebijakan pemerintah, tuntutan dan komitmen klien, serta komitmen perusahaan itu sendiri dalam melaksanakan continual improvement dalam menerapkan EMS. 3. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan survey melalui kuesioner terhadap manajer proyek kontraktor Sub Bidang Klasifikasi Bangunan Komersil Grade 7 DKI Jakarta baik yang sudah bersertifikat ISO-14001 dan yang belum untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap informasi, elemen dan keuntungan apabila menerapkan ISO-14001 serta pemahaman terhadap dampak aktifitas konstruksi terhadap lingkungan ditinjau dari elemen Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS. Analisa lebih lanjut dilakukan kepada top manajemen kontraktor untuk mengetahui kendala yang mereka hadapi dalam menerapkan standar tersebut di dalam proyek konstruksi, serta terhadap kontraktor yang belum memahami Aspek lingkungan ISO-14001 apabila hal tersebut ditunjukkan dalam hasil analisa kuesioner. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Taro Yamane, di mana ada 83 kontraktor yang diambil sebagai populasi penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan kontraktor Sub Bidang Klasifikasi Bangunan Komersil Grade 7 di DKI Jakarta. Level signifikansi/tingkat presisi untuk mengukur kesalahan standar dari estimasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 20%. Dari rumus tersebut, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 19 Kontraktor. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara dikirim melalui pos/e-mail dan disampaikan secara langsung. Kuesioner dalam penelitian ini dikelompokan ke dalam 3 bagian, yaitu: Bagian A, merupakan open-end question berisi Data Responden dan Data Perusahaan; Bagian B, pertanyaan yang dirancang untuk mengetahui pemahaman kontraktor terhadap informasi, elemen dan keuntungan penerapan ISO-14001 EMS; pada Bagian C kuesioner berisikan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman responden pada dampak aktifitas konstruksi terhadap lingkungan berdasarkan elemen Environmental Aspects ISO-14001 EMS, pada bagian ini pertanyaan dibuat ke dalam bentuk structured questions agar jawaban yang diperoleh tidak melenceng jauh dari tujuan penelitian. Selain kuesioner data penelitian juga dikumpulkan melalui wawancara terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui kendala pemahaman Elemen Aspek Lingkungan ISO-14001 serta untuk mengetahui kendala penerapan ISO-14001 yang ditujukan pada kontraktor yang belum bersertifikat. Dalam penyusunan pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui kendala pemahaman Aspek Lingkungan ISO14001 EMS, dilakukan melalui pendekatan konsep continual improvement dari cycling model of PDCA-ISO-14001: 2004, sedangkan untuk mengetahui kendala penerapan ISO-14001 EMS dikelompokkan ke dalam kendala eksternal dari luar perusahaan dan kendala internal yang merupakan permasalahan di dalam perusahaan itu sendiri. Perolehan instrumen-instrumen dalam penelitian ini ditunjukkan melalui rencana operasionalisasi variabel pada Tabel 1. Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 107 Evita Lazuardi , Yohanes Lim Dwi Adianto dan Anton Soekiman Tabel 1. Operasionalisasi Variabel NO 1 2 KONSEP Elemen Aspek Lingkungan EMS Continual Improvement terhadap Aspek Lingkungan PDCA- ISO 14001:2004 DEFINISI (ISO 14001:2004) An environmental aspect is a feature or characteristic of an activity, product, or service that affects or can affect the environment an ongoing process of performance enhancement of overall environmental performance by enhancing its environmental management system and by improving its ability to manage the environmental aspects of its activities. I. DIMENSI (CIRIA,1993) Use of Energi INDIKATOR • Energi pembuatan material • Energi transportasi material • Energi pelaksanaan proyek II. Resorce, Waste & Recycle • Air • Material III. Pollutan & hazardous Substances • Polusi udara, tanah, suara dan getaran • Bahan berbahaya IV. Land use, Planning & Conservation • Dampak terhadap lingkungan sekitar • Perencanaan bangunan, material & alat I. • Komitmen top manajemen terhadap Aspek Lingkungan • Kebijakan tertulis • Identifikasi Aspek Lingkungan • Tujuan dan sasaran perencanaan • Pembentukkan tim penanggung jawab penerapan Aspek Lingkungan • Pelatihan • Komunikasi dalam proyek • Evaluasi EMS • Koreksi masalah dampak lingkungan • Upaya pencegahan II. Environmental Policy Planning III. Implementation & Operation IV. Checking & Corrective Action V. Management Reviw • Kajian terhadap kebijakan Aspek Lingkungan • Pembuatan rangkaian continual improvement Metode dan Teknik Analisa Data Analisa data hasil kuesioner dalam penelitian ini dilakukan melalui analisa statistik. Pengukuran yang dilakukan terhadap jawaban responden pada Bagian C dilakukan dengan pengukuran ordinal skala Likert. Skala Ordinal Likert ini biasa digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Dengan skala Likert tersebut, elemen Aspek Lingkungan yang diperoleh peneliti melalui studi literature, diukur dan dijabarkan menjadi menjadi indikator yang dijadikan titik tolak penyusunan item instrumen yang berupa pernyataan dalam bentuk kuesioner. Responden diminta untuk menjawab tingkat persetujuan mereka terhadap item pernyataan, berupa pernyataan positif dan negatif yang disusun berdasarkan penerapan ideal sistem manajemen lingkungan ISO-14001 EMS di dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Setiap jawaban didasarkan atas 5 alternatif sikap responden terhadap aspek-aspek lingkungan ISO-14001, yaitu: 5 = Sangat Setuju; 4 = Setuju; 3 = Netral; 2 = Tidak Setuju; 1 = Sangat Tidak Setuju. Jawaban responden kemudian dianalisa dengan teknik ‘Severity Index’ (SI) dan dihitung dengan menggunakan rumus Abd Majid dan McCafer (1997), sebagai berikut: 5 Σ ai xi i=1 Severity Index (SI) = (100%) 5 5 Σ xi i=1 Dimana, SI = Severity Index , a i = 1,2,3,4,5 , x i = Jumlah frekuensi responden Hasil perhitungan SI tersebut selanjutnya diinterpretasikan ke dalam Kriteria Intepretasi Skor dimana angka < 0.2 menunjukkan Responden Sangat Tidak Paham; 0.2 – 0.39 : Tidak Paham; 0.4 – 0.59: Sedikit Paham; 0.6 – 0.79 : Paham; sedangkan bila SI > 0.8 maka dintepretasikan responden Sangat Paham. M - 108 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta Analisis Pemahaman Kontraktor Terhadap Elemen Environmental Aspects Iso 14001 EMS 4. HASIL DAN ANALISA Pemahaman Kontraktor Terhadap Informasi, Elemen dan Keuntungan Penerapan ISO-14001 EMS Responden mengetahui ISO-14001EMS melalui berbagai sumber, dimana pelatihan memberikan kontribusi pengetahuan terbesar dibanding sumber informasi lainnya (atasan dan media). Dari hasil wawancara dengan beberapa kontraktor bersertifikat, manajer perusahaan cenderung mengirim karyawannya mengikuti pelatihan ISO14001 dibanding memberikan informasi secara langsung. Peneliti berpendapat seharusnya sebagai manajemen perusahaan yang bersertifikat berperan aktif memberikan informasi kebijakan lingkungan perusahaan terhadap seluruh karyawan. Jawaban responden mengenai penerapan ISO-14001EMS dalam proyek konstruksi, menggambarkan situasi pengadaan proyek nasional saat ini yang belum menganggap penting pengelolaan dampak aktifitas konstruksi terhadap lingkungan. Diketahui, proyek yang telah mensyaratkan penerapan EMS umumnya adalah proyek yang melibatkan pihak asing/owner-nya pihak asing. Peneliti berpendapat hal itu menunjukkan mereka telah memiliki kepedulian lingkungan yang lebih tinggi. Gambar 1. Penerapan ISO14001 EMS dalam Proyek Konstruksi Sebagaimana ditunjukkan Gambar 1, terdapat 63% responden telah mengetahui alasan dan manfaat penerapan ISO14001EMS. Namun demikian ada kecenderungan “disonansi kognitif” atau ketidaksesuaian antara pengetahuan mereka yang memahami manfaat penerapan ISO-14001 dalam proyek konstruksi dengan prilaku yang belum menerapkan ISO-14001. Hal tersebut dimungkinkan akibat kurangnya dorongan pemerintah selaku regulator maupun owner, sehingga kontraktor kurang antusias menerapkan ISO-14001 EMS. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan sistem reward misalnya melalui kemudahan perijinan, pengurangan pajak penghasilan serta akses kredit pinjaman dari bank pemerintah. Peneliti berpendapat tanpa adanya dukungan finansial dari pemerintah, akan sulit mendorong kontraktor menerapkan ISO-14001. Gambaran jawaban responden mengenai Pemahaman Kontraktor terhadap ISO-14001 ditunjukkan dalam Tabel 2 dan 3. Tabel.2 Pemahaman Kontraktor Terhadap Alasan Penerapan ISO-14001 EMS Alasan Penerapan ISO-14001 EMS (%) 1. 2. 3. 4. 5. Persaingan antar Perusahaan Tanggung jawab terhadap lingkungan Tuntutan market / konsumen Peraturan / Kebijakan Pemerintah Lain-lain Manfaat Penerapan ISO14001 EMS 33 25 17 17 8 1. 2. 3. 4. Mengendalikan resiko dampak konstruksi Proses konstruksi rapih dan bersih Meningkatkan imej perusahaan Lain-lain 42 25 16 17 Berdasarkan Tabel.2, “persaingan antar perusahaan” menjadi alasan utama kontraktor menerapkan ISO-14001 EMS. Hal tersebut terkait dengan antisipasi free maret bidang industri konstruksi dimana iklim kompetisi perusahaan yang harus memiliki sertifikat sesuai standar internasional agar produknya dapat diterima. Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 109 Evita Lazuardi , Yohanes Lim Dwi Adianto dan Anton Soekiman Berdasarkan kajian literatur diketahui berbagai keuntungan penerapan ISO-14001 bagi kontraktor, namun hasil jawaban responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kontraktor masih memandang penerapan ISO-14001 baru memberikan manfaat terhadap lingkungan. Karena itu upaya sosialisasi pemerintah mengenai manfaat penerapan ISO-14001 bagi kontraktor itu sendiri masih harus ditingkatkan. Pemahaman Terhadap Dampak Aktifitas Konstruksi Ditinjau dari Environtmental Aspects ISO14001 EMS. Pada bagian ini, peneliti mengelompokan pernyataan sesuai dengan item-item Aspek Lingkungan ISO-14001EMS yaitu Penggunaan Energi, Sumber Daya Limbah dan Daur Ulang, Polusi dan Bahan berbahaya serta Tata Guna Lahan, perencanaan dan Konservasi. Rekapitulasi hasil perhitungan SI terhadap seluruh item-item Aspek Lingkungan tersebut ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Severity Index terhadap Aspek Lingkungan No I II Pernyataan dengan SI Tertinggi Penggunaan energi Penggunaan Premix Mortar, Fly Ash dll, sangat membantu pelestarian lingkungan dibandingkan menggunakan semen. Sumber daya, limbah & daur ulang A. Air Pembuangan ke air permukaan atau air tanah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kualitas air tanah B. Material Penggunaan pasir secara berlebihan dan tidak terkendali akan berdampak pada kerusakan lingkungan Rata -rata Pernyataan dengan SI Terendah 0.81 0.85 0.88 Pada proses pembuatan bata merah energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan pembuatan Lightweight Concrete Pengambilan air tanah pada tahap konstruksi berpotensi mengganggu aliran dan debit air tanah lingkungan sekitar Penggunaan formwork kayu memiliki tingkat re-use yang lebih tinggi dibanding formwork metal 0.60 0.72 0.57 0.74 0.51 0.76 0.57 0.82 III Polusi & bahan berbahaya 0.93 Untuk mengurangi dampak terhadap Pembuangan limbah berbahaya pada sumber-sumber air merupakan tindakan lingkungan (suara dan getaran) sebaiknya yang sangat tidak bertanggung jawab dan digunakan jenis pondasi tiang pancang sistem merusak lingkungan Jack-in Pile IV Tata Guna Lahan, Perencanaan dan Analisa dampak proyek konstruksi terhadap Konservasi Tahap perencanaan adalah tahap terpenting 0.82 lingkungan dapat dilakukan pada saat dalam melaksanakan sustainable pelaksanaan konstruksi, sehingga lebih sesuai dengan kondisi di lapangan construction Keterangan : Pernyataan yang dicetak miring merupakan pernyataan negatif 0.61 0.73 Hasil pengamatan dilapangan dan berdasarkan wawancara diketahui premix mortar saat ini sudah diminati sebagai pengganti semen konvensional. Peneliti berpendapat upaya promosi produsen mengenai kelebihan dan manfaat penggunaannya terhadap lingkungan telah dipahami. Jawaban terhadap pernyataan mengenai perbandingan energi yang dibutuhkan pada pembuatan bata merah dengan lightweight concrete yang berada pada tingkat pemahaman terendah dimungkinkan karena masih belum populernya material tersebut. Nilai rata-rata pemahaman kontraktor pada Aspek Penggunaan Energi yaitu 0,72 yang berdasarkan kriteria interpretasi skor berada pada tingkat paham. Pemahaman kontraktor pada pernyataan mengenai pembuangan air buangan konstruksi menunjukkan nilai yang tinggi. Hal itu dimungkinkan karena isu menurunnya volume dan kualitas air tanah akibat pencemaran sudah sangat dipahami. Berdasarkan pemantauan dilapangan, beberapa kontraktor telah melakukan pengelolaan limbah cair yang dikhawatirkan akan menurunkan kualitas air tanah seperti pembuatan tanggul, menampung dan membuang limbah cair ke tempat yang lebih aman. Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, untuk mendukung aktifitas konstruksi sebagian besar kontraktor masih mengandalkan sumber dari air tanah, sehingga hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya kontraktor dalam memantau jumlah debit air yang dimanfaatkan untuk aktifitas konstruksi agar eksploitasi air tanah tidak terjadi. Pada bagian material, responden berada pada tingkat paham (0,76), dimana kontribusi terbesar diperoleh dari pemahaman mengenai penggunaan material pasir. Sementara itu nilai yang cukup rendah ditunjukkan pada bagian mengenai perbandingan tingkat re-use penggunaan formwork kayu dengan formwork metal, yang menunjukkan sebagian kontraktor belum paham bahwa formwork metal lebih memiliki manfaat re-use(penggunaan berulang). M - 110 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta Analisis Pemahaman Kontraktor Terhadap Elemen Environmental Aspects Iso 14001 EMS Pada Aspek Polusi dan Bahan berbahaya diperoleh nilai yang cukup rendah pada pernyataan mengenai pemilihan jenis sistem pondasi. Sebagaimana diketahui, aktifitas pemancangan pondasi dengan jenis Jack Hammer menimbulkan getaran yang sangat besar sedangkan jenis pondasi Diesel Hammer pun sering menimbulkan polusi (asap hitam yang mengandung CO dan Nitrogen serta cipratan oli). Konsep reduce pencemaran memerlukan alternatif jenis pondasi yang lebih ramah lingkungan. Jack-in Pile adalah suatu sistem pondasi tiang yang pelaksanaannya ditekan ke dalam tanah menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban counterweight sehingga tidak menimbulkan kebisingan dan getaran, namun tampaknya jenis ini belum dipahami oleh responden. Hasil perhitungan pada Aspek Tata Guna Lahan,Perencanaan dan Konservasi diperoleh nilai rata-rata 0.73 yang bila diintepretasikan masuk dalam tingkat paham. Hal tersebut didukung oleh pemahaman mengenai pentingnya penerapan konsep sustainable development sejak tahap perencanaan. Nilai terendah ditunjukkan pada pernyataan mengenai analisa dampak proyek terhadap lingkungan. Berdasarkan pengetahuan peneliti, hal tersebut seharusnya dilaksanakan pada tahap feasibility study untuk mengetahui apakah proyek tersebut sudah layak dilaksanakan dan tidak akan mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Apabila baru dilaksanakan pada saat proyek berjalan dikhawatirkan akan menghambat pelaksanaan proyek . Secara keseluruhan tingkat pemahaman kontraktor terhadap elemen Aspek Lingkungan ISO14001 ditunjukkan pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut, rata-rata pemahaman responden berada pada tingkat Paham dan Sangat Paham dimana nilai tertinggi terletak pada pemahaman mengenai Aspek Polusi dan Bahan Berbahaya yang meliputi pengelolaan Tanah, Udara, Air, Suara, Getaran dan limbah bahan berbahaya di dalam lingkungan proyek. Peneliti berpendapat hal tersebut dikarenakan polusi dan bahan berbahaya adalah merupakan aspek yang paling mudah terlihat / terukur di dalam suatu proyek konstruksi sehingga penanganan dan pengelolaannya lebih mudah untuk dipahami. Gambar 2. Tingkat Pemahaman Kontraktor terhadap Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan beberapa kontraktor telah melakukan upaya dalam mereduksi tingkat polusi aktifitas konstruksi. Untuk mereduksi polusi suara generator pada proyek di kawasan permukiman padat digunakan jenis generator kedap suara agar tidak mengganggu lingkungan sekitar. Sementara itu untuk mengurangi polusi debu aktifitas konstruksi, dilakukan penyiraman site menggunakan hasil pengolahan grey water. Pemilihan penggunaan premix mortar juga dimaksudkan untuk mengurangi polusi debu dari tumpukan pasir didalam site. Beberapa kontraktor juga berupaya melakukan pengelolaan terhadap bahan berbahaya dengan membuat tanggul untuk mengurangi tercecernya solar, oli dan bahan-bahan berbahaya lainnya. Kendala dalam Memahami dan Menerapkan Elemen Environtmental Aspects ISO-14001 EMS Hasil analisa kuesioner menunjukkan sebagian besar kontraktor yang dijadikan sampel dalam penelitian ini telah memiliki tingkat pemahaman cukup tinggi. Namun demikian, peneliti tetap melakukan wawancara lebih mendalam terhadap beberapa kontraktor untuk mengetahui hal-hal yang dimungkinkan dapat menjadi kendala dalam memahami sistem ISO-14001 EMS tersebut. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa kendala pemahaman terletak pada tingkat pekerja dari subkontraktor yang hanya melaksanakan sebagian pekerjaan dankeberadaannya selalu berganti sesuai dengan tahap pekerjaan. Peneliti berpendapat, perlu adanya pengarahan secara periodik didukung dengan pemasangan rambu-rambu mengenai sistem manajemen lingkungan yang jelas di setiap sudut proyek untuk senantiasa mengingatkan seluruh pekerja proyek. Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta M - 111 Evita Lazuardi , Yohanes Lim Dwi Adianto dan Anton Soekiman Beberapa kontraktor menilai kendala pemahaman ISO-14001EMS ini terletak pada konsumen lokal yang menganggap penerapan sistem tersebut masih lebih mahal dibandingkan dengan sistem konvensional. Peneliti berpendapat perlunya sosialisasi mengenai keuntungan biaya jangka panjang. Berdasarkan kajian literatur dan keterangan dari beberapa kontraktor yang telah menerapkan sistem tersebut ,apabila dilaksanakan secara konsisten dari tahap konsep,desain,pelaksanaan dan pemeliharaan maka dari segi biaya akan jauh lebih menguntungkan. Kendala penerapan ISO-14001EMS yang diungkapkan kontraktor adalah kurangnya tuntutan konsumen lokal untuk menggunakan material, desain dan sistem pelaksanaan konstruksi yang lebih ramah lingkungan. Dalam hal ini peneliti menilai apabila owner telah memiliki pemahaman secara benar konsep green construction dan sistem manajemen lingkungan, tentunya dapat mendorong para pelaksana konstruksi untuk lebih concern terhadap lingkungan dengan menerapkan aspek lingkungan ke dalam pekerjaan proyek konstruksi sesuai standar. Kendala lainnya adalah masih tingginya biaya sertifikasi dan penerapan ISO-14001EMS. Peneliti berpendapat penetapan biaya sertifikasi merupakan kebijakan Lembaga Sertifikasi EMS (SGS, Sucofindo, URS, dan lain-lain) yang telah disesuaikan dengan aturan internasional. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah sebagai regulator agar kontraktor dapat menerima manfaat dari besarnya biaya yang dikeluarkan dapat melalui pemberian motivasi yang berupa reward sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Dorongan lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah melalui penyelenggaraan pelatihan dan seminar ISO-14001 EMS untuk semua manajemen perusahaan kontraktor. Agar berhasil, pelatihan dan seminar tersebut harus melibatkan kontraktor yang telah bersertifikat yang dapat memberikan experience agar kontraktor peserta pelatihan mengetahui lebih banyak manfaat dari penerapan ISO-14001 EMS. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar kontraktor yang menjadi sampel dalam penelitian ini telah mengetahui informasi, elemen dan keuntungan penerapan ISO-14001 EMS 2. Tingkat kepahaman kontraktor terhadap dampak aktifitas konstruksi ditinjau dari Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS berada pada tingkat “Paham” dan “Sangat Paham”, dimana Aspek Lingkungan yang paling dipahami adalah Aspek Polusi dan bahan Berbahaya. 3. Kendala pemahaman yang dihadapi kontraktor bersertifikat terhadap Aspek Lingkungan ISO-14001 EMS terletak pada tingkat pekerja sub-kontraktor. Masih banyaknya konsumen lokal yang belum memiliki komitmen terhadap lingkungan serta tingginya biaya sertifikasi dan penerapan ISO-14001 menjadi kendala eksternal yang dihadapi kontraktor sedangkan tidak adanya komitmen manajemen puncak perusahaan menjadi kendala internal sehingga kontraktor belum menerapkan dan memiliki sertifikat ISO-14001 EMS. DAFTAR PUSTAKA Abd. Majid, M.Z. and McCafer R. (1997), “Discussion of Assessment of Work Performance of Maintenance Contractors in Saudi Arabia”, Journal of Management Engineering, ASCE, Vol.13, No. 5, pp. 91. Barrow, C.J. (2006), Environmental Management for Sustainable Development, Second Edition, Rouledge Taylor & Francis Group, London and New York. Christini G. et al (2004),”Environmental Management Systems and ISO-14001 Certification for Construction Firms” Journal of Construction Engineering and Management, pp. 330 – 336. CIRIA (1996), Environmental Assessment in Building and Construction, London: CIRIA Special Publication. Data Base Nasional Sertifikasi (2008), Asisten Deputi Urusan Standardisasi, Teknologi dan Produksi Bersih, Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Froeschle, Lynn M. (1999), Environment Assessment and Specification of Green Building Materials, The Construction Specificer. Harrington.H.J and Knight, A. (1999), ISO-14001 Implementation - Upgrading Your EMS Effectively, Mc.GrawHill. International Organization for Standardization (ISO) 14001 (1996) Environmental Management Systems – Specification with guidance for use. Geneva, Switzerland. World Commission on Environment and Development (1987), Our Commone Future. Oxford Press, UK, Selih, J. (2007).”Environmental Management System And Construction SMES: A Case Study For Slovenia”. Journal of Construction Engineering and Management, Vol XIII, No. 3, 217-226. Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Alfabeta. Bandung Tse,R. (2001).”The Implementation of EMS in Construction Firms: a Case Study in Hong Kong” Journal of Environmental assessment Policy and management, 3 (2):177-194. M - 112 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta