Keamanan Pangan

advertisement
Etalase
SUSUNAN
REDAKSI
KEAMANAN PANGAN
MEDIAKOM
drg. Murti Utami, MPH
Penanggung Jawab:
drg. Murti Utami, MPH
Pemimpin Redaksi:
drg.Rarit Gempari, MARS
Sekretaris Redaksi:
Sri Wahyuni, S.Sos,MM
Redaktur/Penulis:
Zahrotiah, S.Sos, M. Kes,
Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM
Resty Kiantini, SKM, M.Kes,
Giri Inayah,S.Sos,MKM,
Anjari Umarjianto,S.Kom,
Awallokita Mayangsari,SKM,
Waspodo Purwanto, Hambali,
Eko Budiharjo,
Juni Widiyastuti, SKM,
Desain Grafis & FotoGrafer:
drg. Anitasari, S,M,
Wayang Mas Jendra,S,Sn,
Sekretariat:
Endang Retnowaty, Iriyadi,
Zahrudin
P
ADEHOIDAR/SHUTTERSTOCK.COM, DIOLAH
Alamat Redaksi:
Pusat Komunikasi Publik,
Gedung Kementerian
Kesehatan RI, Ruang 109, Jl.
Hr Rasuna Said Blok X5 Kav.
4-9 Jakarta, 12950
Telp: 021-5201590, 52907416-9
Fax: 021-5223002,52960661
Call Center: 021-500567
Email: [email protected]
angan harus benar-benar aman, sebab dapat menimbulkan keracunan,
bahkan massal. Untuk itu perlu kehati-hatian memilah dan memilih,
sebelum memutuskan makan berbagai jenis makanan yang tersedia
diruang publik. Banyak sebab makanan menjadi tidak aman bagi
kesehatan. Mulai dari cara tanam, pengangkutan, pengolahan, penyajian
dan penyimpanan makanan.
Bahan pangan seperti sayuran dan buah di kebun, tidak dianjurkan
menyemprotkan pestisida, karena dapat menyebabkan keracunan. Alat angkut
seperti mobil bak harus bersih dan khusus. Tidak boleh mengangkut hewan seperti
kambing, ayam dan lainya yang memungkinkan terjadinya penyebaran bakteri
patogen terhadap bahan pangan.
Saat pengelohan, banyak kesempatan terjadinya pencemaran. Mulai dari
tenaga pengolah, sarana, bahan pangan dan cara mengolah. Keseluruhannya
harus bersih tidak mengandung bahan pencemar, demikian juga saat penyajian
dan penyimpanan.
Dari keseluruhan penyebab pencemaran pangan, faktor yang paling dominan
untuk meminimalkan tingkat pencemaran yakni tenaga pengolah. Semakin tinggi
tingkat pemahaman pengelola tentang keamanan pangan, semakin tinggi tingkat
keamanan hasil olahan pangan, demikian juga sebaliknya.
Untuk itu, upaya meningkatkan pengetahuan tenaga
pengolah bahan pangan melalui pendidikan dan
pelatihan, baik formal atau informal menjadi penting.
Sebab keamanan pangan seratus persen ditangan
mereka. Nah, sebagai konsumen setidaknya paham
seperti apa pangan yang
aman, sehingga tidak
terjebak dalam pusaran
pangan yang tidak
aman. Sebagai
bahan rujukan, kami
ketengahkan tema
keamanan pangan
dalam rubrik media
utama.
Selain itu, kami
ketengahkan pula berita
ringan tentang nusantara
sehat, peristiwa
kesehatan, gagasan
Menteri Kesehatan tentang
membangun manusia sehat Indonesia
secara khusus kami angkat
dalam rubrik profil. Selamat
menikmati.l Redaksi
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 1
Daftar Isi
ETALASE 1
INFO SEHAT 4-7
l 7 Manfaat Tersembunyi Wortel Bagi
Tubuh
l 7 Makanan Turunkan Kadar
Kolesterol
l 7 Cara Efektif Usir Stres
l 7 Manfaat Terong Untuk Kesehatan
4
6
PERISTIWA 26-29
l Menkes: Kandungan Obat Buvanest
Sebabkan Pasien Meninggal
l Semangat Kartini BBKPM Surakarta
l STOP Tuberkolosis!
l Menkes: Lakukan Tata Laksana TB
Secara Kompeten
l KIP Beri Penghargaan Sejumlah
Pihak
l Presiden Lepas Tim Nusantara
Sehat
24
26
2 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
MEDIA UTAMA
8-24
KEAMANAN PANGAN
Keamanan Pangan (Food Safety) menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004
tentang keamanan, mutu dan gizi pangan adalah kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
29
30
TEROBOSAN 30-31
l Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makasar Obat
dan Pengobatan Khas Indonesia
SURAT PEMBACA
Jenis penyakit apa saja yang tidak
ditanggung BPJS kesehatan?
POTRET 32-37
32
l Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM(K)
UNTUK RAKYAT 38-43
l Deklarasi Hari Keterbukaan Nasional
l Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan Publik
l Pembentukan PPID di Daerah masih rendah
40
NUSANTARA SEHAT 44-49
l Tuberculosis dan Upaya Penanganannya di
Indonesia
l Mewujudkan Layanan Kesehatan Primer Daerah
Terpencil
DARI DAERAH 50-63
l
l
l
l
l
Pelayanan Jemput Bola Bidan Tarakan
Konsistensi Pimpinan dan Kemajuan Kota Tarakan
Minimalkan risiko tinggi kehamilan
Antara Reformasi dan Idealisme Bidan
Melayani & Mengabdi Ala Bidan Ani Dongge
60
LENTERA 64-65
Saya ingin meminta informasi berkaitan dengan penyakit yang
dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya mengalami radang
wajah (jerawat) yang cukup parah, setelah saya memeriksakan
diri ke dokter keluarga, saya dirujuk oleh dokter tersebut untuk
memeriksakan diri ke RSUD.
Setelah sampai RSUD terlebih dahulu saya bertanya ke bagian
BPJS Center yang terdapat di RSUD tersebut. Petugas BPJS
Center menyatakan bahwa untuk penyakit yang saya alami tidak
dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Pertanyaan saya adalah,
penyakit apa saja yang dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan?
Terima kasih.
Jawab :
Menanggapi sarannya dapat kami informasikan bahwa BPJS
Kesehatan menjamin pelayanan kesehatan pesertanya secara
komprehensif, mulai dari promotif, preventif, kuratif (pengobatan)
dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), pada prinsipnya seluruh
penyakit sesuai indikasi medis (bukan atas kemauan peserta)
dijamin oleh BPJS Kesehatan. Merujuk pada Perpres 111 Tahun
2013 terdapat beberapa pelayanan kesehatan yang tidak jamin
oleh BPJS Kesehatan, antara lain yaitu:
a. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;
b. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
c. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
d. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
e. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/
atau alkohol;
g. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau
akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
h. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment);
i. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan (eksperimen);
j. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
k. perbekalan kesehatan rumah tangga;
l. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;
m. biaya pelayanan kesehatan pada kejadian
tak diharapkan yang dapat dicegah
(preventableadverse events); dan
n. biaya pelayanan lainnya yang
tidak ada hubungan dengan
Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
KOLOM 66-68
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 3
INFO SEHAT
7 Manfaat
Tersembunyi
Wortel
Bagi Tubuh
S
ebagian besar dari orang sudah mengetahui
bahwa sayuran wortel tersebut sangat baik
untuk menjaga kesehatan organ mata. Namun,
ternyata bukan itu saja manfaat wortel bagi tubuh.
Ada banyak sekali manfaat tersembunyi yang
terkandung dalam sebuah wortel sebagai nutrisi serta
vitamin yang di butuhkan oleh seluruh organ tubuh Anda.
Berdasarkan fakta yang telah terungkap, wortel
merupakan sumber vitamin A yang sempurna untuk
menjaga dan mempertahankah kesehatan tubuh Anda.
Setidaknya ada 7 manfaat tersembunyi pada wortel untuk
kesehatan tubuh, yaitu: Penglihatan Yang
Lebih Baik. Sumber
betakaroten dalam wortel
akan diubah oleh organ hati
menjadi sumber vitamin A.
Maka saat seseorang rutin
mengkonsumsi wortel dalam
menu makanan hariannya,
maka organ matapun akan
terjaga kesehatannya
sepanjang waktu.
Sayuran Anti Kanker.
Kandungan falcarinol
sdan falcarindiol yang
bersifat antikanker dalam
sebuah wortel membuat
wortel menjadi salah satu
sayuran yang sangat efektif
untuk menangkal berbagai
jenis kanker yang sangat
mematikan seperti kanker
payudara, paru-paru serta
usus besar.
Jantung Yang Lebih
Sehat. Kandungan
betakaroten, alfa karoten
serta lutein membuat
wortel sangat dibutuhkan
oleh organ jantung. Ketiga
kandungan zat tersebut akan
membuat Anda terhindari
dari berbagai gangguan atau
serangan jantung.
4 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
PONDOKIBU.COM
Gigi yang Lebih
Sehat Dan Kuat.
Kandungan mineral tertentu
dalam wortel dapat
mencegah kerusakan
gigi dari waktu ke waktu.
Wortel diketahui berperan
penting dalam membantu
menghilangkan plak dan
sisa makanan yang dapat
merusak gigi dan gusi anda.
Pencegah Stroke
Yang Ampuh. Rutin
mengkonsumsi sayuran
berwarna oranye atau wortel
dapat mengurangi dan
mencegah penyakit stroke
yang bisa mengancam
keselamatan nyawa dalam
waktu sekejap. Tampil Lebih Awet
Muda. Kandungan
betakaroten yang sangat
tinggi dalam sebuah wortel
dapat memperlambat
penuaan sel. Sehingga
membuat seseorang terlihat
lebih awet muda meskipun
usia terus bertambah.
Pembersih Racun
Pada Tubuh.
Kandungan Vitamin A dalam
wortel dapat membersihkan
organ usus besar serta
empedu. Wortel juga
membersihkan lemak dalam
organ hati secara alami serta
efektif.l
7 Makanan
K
Turunkan
Kadar Kolesterol
olesterol merupakan salah
satu lemak tubuh atau yang
dikenal dengan nama lipid
di dalam darah dimana
ada 2 macam kolesterol,
yaitu kolesterol baik dan kolesterol
jahat. Normalnya kolesterol memiliki
beberapa fungsi penting dalam tubuh
manusia. Beberapa fungsi tersebut
mencakup sebagai penyusun struktur
pada membran sel, melindungi kulit
dari racun dan masalah kekeringan,
pembentukan vitamin D (bersama
sinar UV) serta membentuk asam
empedu di usus.
Namun saat kadar kolesterol jahat
dalam darah mengalami kenaikan
atau tinggi bisa menjadi masalah
dapat membantu dalam
mengurangi plak pada arteri
darah.
serius bagi kesehatan tubuh yang
menyebabkan berbagai gangguan
kesehatan seperti gangguan ereksi,
gagal ginjal, serangan jantung, stroke
serta meningkatnya resiko penyakit
Alzheimer.
Untuk menekan kadar kolesterol
jahat di dalam tubuh, cobalah
konsumsi 7 jenis makanan berikut: meningkatkan kadar
kolesterol baik dalam tubuh.
Dengan rutin minum dua
gelas jus anggur setiap
hari dapat menjaga kadar
kolesterol baik dalam tubuh
anda.
Tomat. Masuk dalam
golongan ke dalam buahbuahan, mengkonsumsi
tomat dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol
jahat dalam tubuh. Anda
dapat membuat jus tomat
yang enak dan minumlah dua
gelas jus tomat setiap hari.
Delima. Buah bulat merah
kecil ini sangat baik untuk
menurunkan kadar kolesterol
dalam tubuh khususnya
berfungsi mengurangi
penumpukan plak kolesterol
serta mampu meningkatkan
produksi oksida nitrat yang
makanan tersebut sangat
baik untuk menurunkan kadar
kolesterol jahat dalam tubuh
Anda dan juga bisa menjadi
sumber protein bagi tubuh.
Alpukat. Buah dengan
penampakan bulat lonjong
dan bewarna hijau ini
merupakan salah satu buah
yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol baik dalam
tubuh atau High-density
lipoprotein.
Anggur. Buah anggur
juga sangat baik untuk
Aneka olahan
kedelai (tahu dan
tempe). Kedua jenis
Bawang putih. Masuk
dalam golongan rempahrempah atau salah satu
bumbu dapur bagi semua ibu
rumah tangga, bawang putih
sangat efektif membantu
menurunkan kadar kolesterol
jahat dalam tubuh. Usahakan
untuk mengkonsumsi
satu siung bawang putih
perhari untuk menurunkan
kadar kolesterol jahat pada
tubuh Anda. Anda pun bisa
mencampurkannya ke dalam
berbagai jenis masakan
Anda.
Kacang-kacangan.
Kacang-kacangan yang
dimaksud seperti kacang
tanah, kenari, almond serta
edamame. Kandungan
lemak omega 3 dan
antioksidan dalam kacangkacangan sangat baik untuk
menurunkan kadar kolesterol
jahat pada tubuh.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 5
INFO SEHAT
M
anusia hidup tidak luput dari masalah. Masalah-masalah seperti
masalah keluarga, percintaan, persahabatan, keuangan maupun
masalah yang terkait dengan pekerjaan Anda sehari-hari bisa
memciu stres. Stress merupakan puncak dari berbagai tekanan
masalah-masalah tersebut. Stress pula bisa menimbulkan depresi
yang sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh dan jiwa kita.
Banyak sekali tips maupun cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan
stres, seperti melakukan aktivitas ataupun kegiatan -kegiatan yang menyehatkan
seperti olahraga. Tapi ada beberapa cara efektif untuk menghilangkan stress
tersebut dengan mudah. Coba beberapa cara berikut untuk mengusir stres:
Salah satu penyebab stres biasanya
terkait dengan pekerjaan yang
menumpuk. Jika kita tidak menunda
pekerjaan tentu tidak ada kata
pekerjaan menumpuk sehingga stres
kemungkinan besar tidak menimpa kita
Memiliki keberanian untuk
berkata tidak.
Beranilah menolak pekerjaan baru yang
dibebankan kepada Anda yang tidak
ada kaitannya dengan pekerjaan Anda
yang sekarang. Mengerjakan yang
bukan menjadi tanggungjawab Anda
bisa mengakibatkan pikiran tidak fokus
dan menjadi terbelah dua yang bisa
memicu stres.
Lakukan aktivitas atau
kegiatan-kegiatan yang
menyehatkan.
Biasakan untuk melakukan aktivitas fisik
seperti berolahraga dengan berjalan
kaki atau berlari-lari santai. Aktivitas
tersebut mampu membuat anda merasa
lebih rileks, dapat juga menurunkan
tekanan darah serta menghasilkan
hormon endorfin yang menghilangkan
stres.
Selalu berpikiran positif.
Tumbuhkanlah pikiran positif dalam
menghadapi segala masalah yang
menimpa kita serta berusaha memetik
semua pelajarannya. Sehingga ke
depannya kita menjadi pribadi yang
lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Menghibur diri sendiri.
Cara ini merupakan salah satu cara
efektif untuk menghilangkan stres
tersebut. Luangkan waktu sebentar
di padatnya aktivitas Anda dengan
berbagai hiburan yang anda sukai
seperti bermain games, mendengarkan
musik favorit Anda, menonton film
kesukaan atau kegiatan-kegiatan
lainnya yang dapat menghibur.
Berusaha fokus terhadap
sebuah pekerjaan yang ada
di hadapan Anda.
Melakukan pekerjaan banyak
dengan waktu bersamaan dapat juga
menimbulkan stres. Oleh karena itu,
selesaikan satu pekerjaan terlebih
dahulu kemudian berpaling untuk
mengerjakan pekerjaan lainnya.
Ini juga mampu menghilangkan stres
pada diri anda.l
Selalu berusaha belajar
menerima diri sendiri.
Belajar untuk menerima dan
menghadapi segala kondisi yang
sedang kita alami baik itu terkait dengan
segala nikmat dan segala cobaan yang
diberikan oleh Tuhan YME kepada diri
kita.
6 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
CLIPARTS.CO
Jangan menunda pekerjaan
hingga menumpuk.
7 Cara
Efektif
Usir
Stres
erong merupakan salah satu
jenis sayuran bewarna ungu
yang memiliki kandungan
nutrisi yang sangat luar
biasa. Terong mengandung
kalsium, mineral, kaya serat,
bioflavonoid serta vitamin K. Ada
berbagai manfaat kesehatan yang
bisa Anda dapat dari sayuran yang
harganya yang sangat terjangkau
ini. Ada 7 manfaat luar biasa
terong bagi kesehatan tubuh, apa
sajakah?
Makanan Otak.
Kandungan nutrisi phyto pada
terong merupakan salah satu nutrisi
yang sangat dibutuhkan oleh organ
otak. Jadi, bagi anda yang bingung
untuk memilih jenis makanan yang
mampu menutrisi otak, maka terong
akan menjadi salah satu solusinya.
Pencernaan
Yang Lebih Baik.
Kandungan serat yang tinggi
dalam terong dapat membantu
menyehatkan saluran pencernaan
serta menghindarkan kanker yang
bisa menyerang usus besar Anda.
Pencegah Diabetes.
Terong merupakan sumber serat
dan rendah karbohidrat larut yang
sangat baik untuk mencegah
penyakit diabetes.
Pengontrol Tekanan
Darah Tinggi.
Kandungan bioflavonoid
berperan besar dalam membantu
menurunkan tekanan darah tinggi
yang bisa mengancam kualitas
kesehatan tubuh Anda.
Tulang Yang Lebih S
ehat Dan Kuat.
Kandungan kalsium dalam
terong dapat memperkuat dan
mempertahankan kekuatan sendi
dan tulang.
Pencegah Anemia.
Kandungan zat besi dalam terong
akan membantu mencegah anemia
atau kurang darah yang mungkin
diderita oleh sebagian orang.l
Makanan Untuk Jantung.
Terong dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol jahat
yang beresiko membahayakan
organ jantung tersebut.
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 7
PASTAPRINCESSANDMORE.FILES.WORDPRESS.COM
T
7 Manfaat
Terong Untuk
Kesehatan
[MEDIA UTAMA]
KEAMANAN
PANGAN
K
eamanan Pangan
(Food Safety)
menurut Peraturan
Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28
Tahun 2004 tentang
keamanan, mutu dan
gizi pangan adalah kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia.
Keamanan pangan (food safety)
mengacu kepada Peraturan Menteri
Kesehatan No.1096 Tahun 2011
tentang HigieneSanitasi Jasaboga
dan belum berkaitan dengan sertifikasi
halal yang dikeluarkan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) terkait peraturan SK
DirekturLPPOM MUI tentang ketentuan
pengelompokan produk bersertifikat
8 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
halal MUI.
Ada beberapa komponen penting yang
perlu diperhatikan dalam peningkatan
keamanan pangan (food safety).
Kebersihan dan Sanitasi
Lingkungan (Cleaning
and Sanitation)
Ruang Lingkup Higiene dan
Sanitasi. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang
penyimpanan, pengangkutan, sampai
pada saat dimana makanan tersebut
siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit,
mencegah penjualan makanan yang
akan merugikan pembeli, mengurangi
kerusakan makanan
Tujuan utama dari penerapan aspek
higiene sanitasi kantin di perusahaan
adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif.
SHUTTERSTOCK.COM
Higiene Makanan
Higiene Sanitasi Jasaboga adalah
upaya untuk mengendalikan faktor
risiko terjadinya kontaminasi terhadap
makanan, baik yang berasal dari bahan
makanan, orang, tempat dan peralatan
agar aman dikonsumsi.
Higiene dan sanitasi adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara
kebersihan individu. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan
tangan, cuci piring untuk melindungi
kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah
satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang
perlu untuk membebaskan makanan
dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan,
mulai dari sebelum makanan diproduksi,
selama dalam proses pengolahan,
Makanan adalah bahan selain obat
yang mengandung zat-zat gizi dan
higienis serta berguna bila dimasukan
ke dalam tubuh, dan makanan jadi
adalah makanan yang telah diolah dan
atau langsung disajikan/dikonsumsi.
Usaha untuk meminimalisasi
dan menghasilkan kualitas makanan
yang memenuhi standar kesehatan,
dilakukan dengan menerapkan prinsipprinsip sanitasi. Secara lebih terinci
sanitasi meliputi pengawasan mutu
bahan makanan mentah, penyimpanan
bahan, suplai air yang baik,
pencegahan kontaminasi makanan dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja,
pada semua tahap proses.
Menurut WHO (2006), sanitasi
makanan dapat diartikan pula sebagai
upaya penghilangan semua faktor
luar makanan yang menyebabkan
kontaminasi dari bahan makanan sampai
dengan makanan siap saji. Tujuan dari
sanitasi makanan itu sendiri adalah
mencegah kontaminasi bahan makanan
dan makanan siap saji sehingga aman
dikonsumsi oleh manusia.
Ada lima langkah berikut ini harus
dilakukan dalam upaya pemeliharaan
sanitasi makanan:
Pertama adalah penggunaan
alat pengambil makanan. Sentuhan
tangan merupakan penyebab yang
paling umum terjadinya pencemaran
makanan. Mikroorganisme yang melekat
pada tangan akan berpindah ke dalam
makanan dan akan berkembang biak
dalam makanan, terutama dalam
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 9
[MEDIA UTAMA]
Higiene Sarana
dan Peralatan
Menurut Rauf (2013),
pemilihan peralatan
yang digunakan dalam
pengolahan pangan dengan
mempertimbangkan bahan
yang digunakan dan
kemudahan pembersihan.
Bahan yang digunakan
untuk peralatan pengolahan
pangan merupakan bahan
yang tidak
Bereaksi dengan bahan
pangan. Pertimbangan
kemudahan pembersihan
peralatan tergantung pada
konstruksi alat tersebut.
Beberapa persyaratan
lain terkait sarana dan
peralatan untuk pelaksanaan
sanitasi makanan antara lain
sebagai berikut:
Pertama, tersedia air
bersih dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan dan
memenuhi syarat Peraturan
Menteri Kesehatan RI.Nomor
01/Birhukmas/I/1 975.
Kedua, alat pengangkut/
roda/kereta makanan dan
minuman harus tertutup
sempurna, dibuat dari bahan
kedap air, permukaannya
halus dan mudah
dibersihkan.
Ketiga, rak penyimpanan
bahan makanan/
makanan harus mudah
dipindah menggunakan
roda penggerak untuk
kepentingan proses
pembersihan. Peralatan
yang kontak dengan
makanan, harus memenuhi
syarat antara lain :
Permukaan utuh
(tidak cacat) dan mudah
dibersihkan. Lapisan
permukaan tidak mudah
rusak akibat dalam asam/
basa atau garam-garam
yang lazim dijumpai dalam
makanan Tidak terbuat dari
logam berat yang dapat
menimbulkan keracunan,
misalnya Timah hitam (Pb),
Arsenium (As),Tembaga
(Cu), Seng (Zn), Cadmium
(Cd) dan Antimoni(Stibium).
Wadah makanan, alat
penyajian dan distribusi
harus bertutup.
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No.1096
Tahun 2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga, tempat
pencucian peralatan dan
bahan makanan harus
memperhatikan syarat
berikut:
Tersedia tempat
pencucian peralatan, jika
memungkinkan terpisah dari
tempat pencucian bahan
pangan.
Pencucian peralatan
harus menggunakan bahan
10 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
pembersih/deterjen.
Pencucian bahan
makanan yang tidak
dimasak atau dimakan
mentah harus dicuci dengan
menggunakan larutan Kalium
Permanganat (KMnO4)
dengan konsentrasi 0,02%
selama 2 menit atau larutan
kaporit dengan konsentrasi
70% selama 2 menit atau
dicelupkan ke dalam air
mendidih (suhu 80°C -100°C)
selama 1 – 5 detik.
Peralatan dan bahan
makanan yang telah
dibersihkan disimpan dalam
tempat yang terlindung dari
Tenaga pengolah makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1096 Tahun
2011 mengenai Higiene Sanitasi Jasaboga disebutkan
bahwa tenaga/karyawanpengolah makanan harus :
lMemiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.
lBerbadan sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter.
lTidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera,
TBC, hepatitis dan lain-lain atau pembawa kuman
(carrier).
lSetiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan
kesehatan yang berlaku.
lSemua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan
dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan
tubuh.
lPerlindungan kontak langsung dengan makanan
dilakukan dengan menggunakan alat :
lSarung tangan plastik sekali pakai (disposal)
lPenjepit makanan
lSendok garpu
lUntuk melindungi pencemaran terhadap makanan
menggunakan :
lCelemek/apron
lTutup rambut
lSepatu kedap air
FREEPIK.COM
makanan jadi.
Kedua adalah penjagaan
makanan dari kemungkinan
pencemaran. Makanan
atau bahan makanan harus
disimpan di tempat yang
tertutup dan terbungkus
dengan baik sehingga tidak
memungkinkan terkena debu.
Ketiga, penyediaan
lemari es. Banyak bahan
makanan dan makanan jadi
yang harus disimpan dalam
lemari es agar tidak menjadi
rusak atau busuk.
Keempat, pemanasan
makanan yang harus
dimakan dalam keadaan
panas. Jika makanan menjadi
dingin mikroorganisme akan
tumbuh dan berkembang biak
dengan cepat.
Kelima, jangan
menyimpan makanan tidak
terlalu lama. Jarak waktu
penyimpanan makanan
selama 3 atau 4 jam sudah
cukup bagi berbagai bakteri
untuk berkembang
pencemaran serangga, tikus
dan hewan lainnya.
Higiene
Perorangan/
Penjamah
Makanan (Food
Handler)
Penjamah makanan
adalah orang yang secara
langsung berhubungan
dengan makanan dan
peralatan mulai dari tahap
persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan
sampai dengan penyajian.
Peran penjamah
makanan sangat penting dan
merupakan salah satu faktor
dalam penyediaan makanan/
minuman yang memenuhi
syarat kesehatan. Personal
higiene dan perilaku sehat
enjamah makanan harus
diperhatikan. Seorang
penjamah makanan harus
beranggapan bahwa sanitasi
makanan harus merupakan
pandangan hidupnya serta
menyadari akan pentingnya
sanitasi makanan, higiene
perorangan dan mempunyai
Serangga dapat mengkontaminasi makanan dan
menyebabkan keracunan makanan. Karena itu program
pest kontrol harus dikembangkan untuk mencegah hal
tersebut. Program pest control yang baik, akan mampu
mengatasi hal yang tidak diinginkan.
Terdapat beberapa cara untuk menghindari masuknya
pest (serangga dan hama lainnya) antara lain:
lTutup semua lubang disekitar lantai dan dinding.
lJaga agar pintu keluar selalu terutup.
lPasang screen pada jendela yang mengarah langsung
ke area penyediaan makanan.
lTutup saluran ventilasi dan saluran buangan di lantai.
lLetakkan sampah pada tempatnya dan buang secara
teratur.
lTutup tempat sampah. Periksa secara rutin (mis :
seminggu sekali) luar-dalam, untuk melihat apakah
pest bersarang disana.
lPeriksa bahan makanan yang disuplai, apakah ada
tanda-tanda membawa pest.
lSimpan bahan makanan yang disuplai sebagaimana
mestinya :tutupi dengan baik
lLetakan paling sedikit 15cm atau 6 inch dari lantai dan
dinding.
lSimpan pada area dengan kelembaban rendah (50 %
atau kurang).
lTerapkan sistem First-In-First-Out (FIFO).
lBuang karton, surat kabar bekas yang dapat menjadi
sumber serangga.
lBersihkan tumpahan bahan makanan sesegara
mungkin.
lBersihkan toilet dan suci hamakan
lSimpan sampah dikantong plastik yang tertutup
(sealed) dandidalam tempat sampah yang tertutup.
FREEPIK.COM
Pest Control
kebiasaan bekerja, minat
maupun perilaku sehat.
Pemeliharaan kebersihan
penjamah makanan,
penanganan makanan
secara higienis dan higiene
perorangan dapat mengatasi
masalah kontaminasi
makanan. Dengan demikian
kebersihan penjamah
makanan adalah sangat
penting untuk diperhatikan
karena merupakan sumber
potensial dalam mata rantai
perpindahan bakteri ke dalam
makanan sebagai penyebab
penyakit (WHO, 2006).
WHO juga menyebutkan
penjamah makanan
menjadi penyebab potensial
terjadinya kontaminasi
makanan apabila menderita
penyakit tertentu, kulit,
tangan, jari-jari dan kuku
banyak mengandung bakteri.
Menderita batuk, bersin
juga akan menyebabkan
kontaminasi silang apabila
setelah memegang sesuatu
kemudian menyajikan
makanan, dan memakai
perhiasan.(Pst)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 11
[MEDIA UTAMA]
KERACUNAN
MAKANAN
S
eseorang
keracunan
makanan bila
mengalami
gangguan
kesehatan setelah
mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi
bakteri atau racun yang
dihasilkan oleh bakteri
penyakit.Mikroorganisme ini
masuk ke dalam tubuh kita
melalui makanan dengan
perantaraan orang yang
mengolah makanan atau
berasal dari makanan itu
sendiri akibat pengolahan
yang kurang baik.
Keracunan makanan
merupakan penyakit yang
diakibatkan pengkonsumsian
makanan atau minuman
yang memiliki kandungan
bakteri atau bahanbahan kimia yang dapat
menyebabkan gangguan di
dalam fungsi normal tubuh.
Keracunan makanan
adalah penyakit yang
berlaku akibat memakan
makanan yang tercemar.
Makanan dikatakan tercemar
jika ia mengandung sesuatu
benda atau bahan yang
tidak seharusnya berada
didalamnya
12 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Penyebab
Keracunan
Menurut Center of
Disease Control (CDC),
sebagian besar keracunan
makanan akibat kesalahan
dalam pengolahan makanan
seperti membiarkan
makanan yang telah siap
saji pada suhu yang baik
bagi bakteri untuk tumbuh,
kesalahan memasak atau
menghangatkan kembali
makanan, kontaminasi
silang, kontaminasi oleh
tangan pengolah makanan
(koki).
Makanan yang sering
dipengaruhi bakteria adalah
susu atau makanan bersusu
seperti keju dan krim,
masakan berlemak seperti
nasi lemak, nasi beriyani,
mi dan sebagainya, roti
dan kuih-mulih, makanan
laut seperti kerang, daginglembu, ayam, ikan, makanan
dalam tin yang telah kemik
atau yang kembung pada
bagian atasnya atau
berkarat,
Keadaan sekitar anda
dan pengendalian makanan
yang tidak teliti juga
menggalakkan bakteria
mencemari makanan.
Beberapa contoh keadaan
yang sering berlaku
seperti makanan mentah,
daging, ayam dan ikan
tidak disimpan di tempat
dingin, makanan beku
yang dibiarkan `cair’ pada
suasana yang panas, terlalu
lama.
Makanan dalam tin
terdedah kepada suhu bilik
selepas dibuka, makanan
basah dan berair yang
didedahkan pada tempat
panas, buah-buahan serta
sayur-sayuran yang tidak
dicuci dengan baik, makanan
tercemar semasa dimasak
atau dibungkus, makanan
tidak disimpan segera.
Tanda tanda
Keracunan makanan
biasanya ditandai oleh
beberapa gejala. Kekejangan
otot, demam, kerap
membuang air besar. Tinja
cair dan mungkin disertai
darah, nanah dan mukus,
otot-otot lemah dan badan
terasa seram sejuk, loya dan
muntah, memulas dan sakit
perut, kadangkala demam
dan dehidrasi, cirit birit,
hilang selera makan.
Gejala yang diderita
berbeda dari seorang ke
orang lain dan tergantung
pada jenis racun atau jenis
bakteria, jumlah racun atau
bakteria yang termakan,
umur seseorang, dan
ketahanan seseorang.
Biasanya tanda-tanda
dan gejala mulai timbul
beberapa jam setelah
memakan makanan yang
tercemar atau beberapa
hari kemudiannya. Waktu
timbulnya gejala setelah
seseorang mengkonsumsi
makanan beracun sangat
bervariasi tergantung
jenis mikroorganisme
yang menginfeksi. Namun
rata-rata mereka akan
mengeluhkan gangguan
kesehatan setelah 30 menit
sampai 2 minggu setelah
menyantap makanan
beracun. Keluhan yang
dirasakan antara lain nyeri
perut, mules, diare, muntah
dan demam.
Keluhan ini dirasakan
dari tingkat ringan sampai
berat. Bayi, anak-anak dan
orang tua adalah mereka
yang paling rentan terkena
keracunan makanan
karena fungsi kekebalan
tubuh mereka lebih lemah
bila dibandingkan dengan
kelompok usia lain.
Beberapa catatan
tentang pertolongan pertama
pada keracunan makanan
antara lain :
Kenali gejala-gejala
keracunan seperti kepala
pusing, perut mual, badan
menjadi dingin dan lemas.
Biasanya gejala ini muncul
beberapa saat setelah kita
makan atau minum sesuatu.
Segera minum susu
kental atau minum air putih
sebanyak-banyaknya. Air
kelapa muda telah terbukti
memiliki khasiat sebagai
penawar dan pengurai zat
racun.
Jika ingin muntah segera
muntahkan keluar, namun
jika tidak beristirahatlah
saja sampai kondisi
membaik. Jika ternyata
kondisi masih tidak berubah
dalam beberapa jam dan
menunjukkan gejala-gejala
yang lebih parah semisal
kejang-kejang, sebaiknya
segera ditangani oleh
ahli medis. Jangan lupa
membawa serta contoh
makanan beracun ataupun
mengingat makanan
yang telah dimakan untuk
mempermudah dokter
mendiagnosa.
Pertolongan
Pada Keracunan
Makanan
Pertolongan pertama pada
keracunan makanan :
l Untuk mengurangi
kekuatan racun, berikan
air putih sebanyakbanyaknya atau diberi
susu yang telah dicampur
dengan telur mentah
l Agar perut terbebas
dari racun, berikan norit
dengan dosis 3-4 tablet
selama 3 kali berturutturut dalam setiap jamnya
l Air santan kental dan
air kelapa hijau yang
dicampur 1 sendok
makan garam dapat
menjadi alternatif jika
norit tidak tersedia.
l Jika penderita
dalam kondisi sadar,
usahakan agar muntah.
Lakukan dengan cara
memasukkan jari pada
kerongkongan leher
dan posisi badan lebih
tinggi dari kepala untuk
memudahkan kontraksi
l Apabila penderita dalam
keadaan pingsan, bawa
segera ke rumah sakit
atau dokter terdekat
untuk mendapatkan
perawatan intensif.
Untuk keracunan pada anak
ada beberapa tindakan,
diantaranyaadalah sebagai
berikut :
l Jika anak muntah dan
mengalami cirit-birit,
periksa suhu badan untuk
menentukan ada demam
l Periksa tinja untuk
menentukan terdapat
darah atau nanah
l Biarkan anak berbaring
dan jangan diberikan
sembarang makanan
tetapi pastikan dia kerap
diberi minum air yang
dicampur sedikit garam
dan diberi glukosa
l Coba tentukan makanan
yang diberikaan oleh
anak yang telah
menyebabkan timbulnya
tanda-tanda penyakit
Pencegahan
Keracunan
Makanan
Berikut beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya
keracunan makanan.
l Biasakan mencuci
tangan sebelum
melakukan aktifitas
yang berhubungan
dengan makanan.
Baik itu sebelum
mengolah makanan
ataupun menyantap
makanan. Cucilah
tanganmenggunakan
sabun agar kuman
bakteri yang ada pada
tangan segera mati
l Pisahkan antara
makanan yang belum
diolah dengan makanan
yang telah siap saji.
Jangan menghidangkan
makanan pada tempat
yang kotor atau bekas
dipakai tempat makanan
mentah.
l Masaklah makanan
sampai benar-benar
matang. Jangan
mengkonsumsi makanan
mentah atau makanan
setengah matang
l Bekukan makanan yang
akan disimpan dalam
waktu yang lama. (pra.st)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 13
[MEDIA UTAMA]
HIGIENE
DAN DIARE
Namun ada
pertanyaan yang
kemudian muncul.
Melihat kondisi fisik
kantin yang baik,
mengapa masih
terjadi kejadian
keracunan
makanan
sehingga
menyebabkan
diare? Penelitian
ini kemudian melangkah
lebih jauh untuk melihat
beberapa faktor yang
memungkinkan munculnya
diare ini.
Ada beberapa hal yang
dijadikan indikator, seperti
umur, tingkat pendidikan,
14 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
WWW.KOREAHERALD.COM
F
aktor paling
berpengaruh
dalam pencemaran
makanan menurut
penelitian Fitri
Kuswanti adalah higiene
yang rendah. Mahasiswa
Fakultas Kedokteran UNS
ini melakukan melakukan
penelitian di beberapa kantin
sekitar pabrik tekstil-plastik
di kelurahan di desa Waru,
Kecamatan Kebakkramat,
Karanganyar, Jawa Tengah.
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juni-Juli 2013.
Secara umum kondisi
kantin di sekitar pabrik
cukup baik. Lingkungannya
bersih, halaman kantin
bersih, tidak ditemukan
lalat dan tikus, permukaan
lantai tidak licin dan mudah
dibersihkan, dinding terbuat
dari bahan yang kuat, langitlangit berwarna terang dan
pencahayaan yang cukup.
Atap dan langit-langit
yang berfungsi sebagai
penahan jatuhnya debu dan
kotoran, juga terpelihara
kebersihannya. Kamar
mandi, wc, dan tempat cuci
piring berada di belakang
dapur. Saluran air mengalir
dan tidak tergenang.
kondisi sosial budaya, dan
tingkat higienis dari usaha
jasaboga di beberapa kantin
sekitar pabrik.
Hasil
Usia memiliki deskripsi
tersendiri. Mereka yang
terkena diare dan risiko
keracunan makanan memiliki
rentang usia di bawah 20
tahun dan di atas 35 tahun.
Sementara mereka yang
berusia 20-35 tahun sangat
jarang terkena diare.
Faktor pendidikan juga
Higiene dan
sanitasi
Penelitian pada higiene
dan sanitasi makanan sesuai
dengan SK Menkes 1098/
SK/VII/2003 adalah upaya
untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat,
dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan.
Pengukuran pada
beberapa kantin di sekitar
pabrik dilakukan dengan
checklist pemeriksaan
kelaikan higiene sanitasi
rumah makan atau kantin
berdasarkan KMK No. 1098/
MENKES/SK/VII/2003
tentang persyaratan higiene
sanitasi rumah makan atau
kantin.
Hasilnya ditemukan dua
kantin dinyatakan higiene
dan satu kantin tidak higiene.
Kondisi ini menjelaskan
mereka yang pernah makan
di kantin yang tidak higienis
mengalami diare lebih tinggi.
Kantin yang tidak higienis
belum memiliki persedian
wastafel bagi penjamah
makanan. Para penjamah
makanan rata-rata langsung
makan tanpa cuci tangan
terlebih dahulu. Hal ini selain
menunjukkan kurangnya
fasilitas sanitasi juga tingkat
kesadaran PHBS penjamah
makanan yang sangat
rendah.
Hal lain yang juga
menjadi perhatian adalah
kedekatan lokasi kantin yang
dekat dengan jalan raya,
menyebabkan paparan debu
dan polusi secara langsung
dengan kantin.
Kantin ini hanya memiliki
satu toilet yang kurang
terawat dan terlalu dekat
dengan proses penyediaan
makanan.
Kondisi tidak higienis
pada kantin yang kurang
sehat ini menunjukkan
beberapa kelalaian
fatal. Menurut peraturan
Kementerian Kesehatan,
ruang makan bagi penjamah
makanan harus terpisah
dengan ruang pengolahan
makanan, tersedia fasilitas
cuci tangan, dan pintu
masuk buka tutup secara
otomatis agar tangan tidak
terkontaminasi dengan
kuman yang ada di
sekitarnya.
Selain itu kantin ini juga
tidak menyediakan fasilitas
tempat sampah sehingga
penjamah makanan sering
membuang sampah seperti
bungkusan makanan dan
tissue di lantai kantin.
Kantin ini juga memiliki
masalah penyimpanan
makanan yang buruk.
Menurut FAO Indonesia,
lokasi penyimpanan
yang tidak memenuhi
syarat kesehatan akan
memudahkan terjadinya
kontaminasi mikroorganisme
seperti jamur, bakteri,
virus, parasit serta bahanbahan kimia yang dapat
menimbulkan resiko
terhadap kesehatan seperti
diare.
Higiene pengolahan
makanan harus diperhatikan,
karena terbuka peluang
pencemaran makanan
dilakukan oleh pengolah
makanan. Pencemaran
makanan dapat terjadi
karena kebiasaan yang
kurang baik dari para
pengolah makanan,
sehingga bagi setiap
pengolah makanan
agar tetap bisa menjaga
kebersihan dirinya, untuk
itu perlu mencuci tangan
sebelum melakukan
pengolahan makanan.
Sebagai catatan
penelitian, kejadian diare
tidak hanya dipengaruhi
oleh higiene kantin, sumber
air minum, kualitas fisik air
bersih, kepemilikan jamban,
dan jenis lantai. Ada faktor
lain yang juga bisa menjadi
penyebab diare.
Faktor-faktor penyebab
diare itu antara lain:
pengelolaan sampah, vektor
lalat, sanitasi makanan,
kebiasaan jajan, kebiasaan
cuci tangan, kebiasaan
cara menyimpan hidangan,
PHBS, dan status gizi dan
pola makan. (Fitri)
BERITADAERAH.CO.ID
memiliki pengaruh terjadinya
pencemaran makanan.
Meskipun penelitian
menunjukkan hasil berbeda,
namun secara logis mudah
untuk memahami bahwa
pendidikan yang rendah
menyulitkan sosialisasi
tentang pentingnya
kebersihan perorangan dan
sanitasi lingkungan untuk
mencegah terjangkitnya
penyakit menular salah
satunya diare.
Orang yang memiliki
tingkat pendidikan lebih
tinggi lebih berorientasi
pada tindakan preventif,
mengetahui lebih
banyak tentang masalah
kesehatan dan memiliki
status kesehatan yang
lebih baik. Tingkat
pendidikan seseorang
dapat meningkatkan
pengetahuannya tentang
kesehatan.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah tingkat
pendidikan. Pendidikan akan
memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan
perilaku positif yang
meningkat (Notoatmodjo,
2003).
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 15
[MEDIA UTAMA]
PENYAKIT
BAWAAN
MAKANAN
K
ontaminasi pada
makanan dan
minuman dapat
menyebabkan
makanan dapat
menjadi media bagi suatu
penyakit. Penyakit ini disebut
penyakit bawaan makanan
(food-borned diseases).
Penyakit bawaan
makanan merupakan
salah satu permasalahan
kesehatan masyarakat
yang paling banyak dan
paling membebani yang
pernah dijumpai di zaman
modern ini. Penyakit tersebut
menimbulkan banyak
16 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
korban dalam kehidupan
manusia dan menyebabkan
sejumlah besar penderitaan,
khususnya di bayi, anak,
lansia dan mereka yang
kekebalan tubuhnya
terganggu (WHO, 2006).
Sejumlah survei terhadap
kejadian luar biasa (KLB)
penyakit bawaan makanan
yang berjangkit di seluruh
dunia memperlihatkan
bahwa sebagian besar kasus
penyakit bawaan makanan
terjadi akibat kesalahan
penanganan pada saat
penyiapan makanan tersebut
baik di rumah, jasa katering,
kantin rumah sakit, sekolah,
perusahaan atau di pangkalan
militer atau pada saat jamuan
makan (WHO, 2006).
Di Indonesia, masyarakat
yang terkena penyakit
bawaan makanan merata
dari semua lapisan. Anak
sekolah keracunan jajanan di
Tasikmalaya. Pekerja pabrik
di Yogyakarta. Mahasiswa
di Stikes Palembang.
Kepala desa yang mengikuti
pelatihan di Malang Jawa
Timur. Keluarga Bupati di
Pekanbaru, sampai Wakil
walikota Menado. Semuanya
terkena penyakit bawaan
makanan.
Menurut Emonev HSP,
satu dari 200 orang meninggal
karena keracunan pangan.
Meskipun kasus meninggal
akibat kejadian luar biasa
keracunan fluktuatif, namun
memiliki kecenderungan yang
Korban keracunan
makanan di
Tasikmalaya.
Untuk melindungi
masyarakat
dari bahaya
penyakit bawaan
makanan ini,
pemerintah melalui
Kementerian
kesehatan
mengeluarkan
Peraturan Menteri
Kesehatan
No.1096 Tahun
2011 tentang
Higiene Sanitasi
Jasaboga
Kota Tasikmalaya Didin
Fitriyadi.
“Makanan yang positif
mengandung bakteri, ujar
dia, di antaranya kecap, air
bersih, telur, dan bakso. “Di
saus juga ada jamur,” ucap
Didin.
Soal bakteri tinja, Didin
menjelaskan, di sekitar rumah
para pedagang itu, banyak
terdapat kolam ikan. Limbah
rumah tangga biasanya
dibuang ke kolam.
Dia menduga bakteri
ini masuk dengan cara
merembes ke sumur air
bersih yang biasa dipakai
para pedagang. Terlebih
jarak sumur air bersih
dengan kolam hanya 1 meter.
“Seharusnya minimal 10
meter dari sumber pencemar
ke sumur air bersih,” tutur
Didin.
Selain itu, kata dia, bakteri
tersebut berasal dari keringat,
jerawat, dan kotoran hidung.
Dia menduga pedagang tidak
melindungi diri dengan alat
pelindung badan, seperti
celemek dan penutup kepala,
saat mengolah makanan.
“Ini lebih kepada kesehatan
pribadi pembuat olahan,”
ucapnya.
Untuk melindungi
masyarakat dari bahaya
penyakit bawaan makanan
ini, pemerintah melalui
Kementerian kesehatan
mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.1096
Tahun 2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga. Peraturan
ini memberikan panduan
pengelolaan usaha jasaboga
dari usaha kecil sampai
usaha besar.
Peraturan Menteri
Kesehatan No.1096 Tahun
2011 ini meliputi persyaratan
teknis higiene dan sanitasi
yang meliputi bangunan,
fasilitas sanitasi, peralatan,
ketenagakerjaan, makanan
dan pemeriksaan higiene
sanitasi. Peraturan itu
juga mensyaratkan cara
pengolahan makanan yang
baik.
Prinsipnya mulai dari
pemilihan makanan,
penyimpanan bahan
makanan, pengolahan
makanan, penyimpanan
makanan jadi, pengangkutan
makanan, dan penyajian
makanan. Selain itu
peraturan menteri kesehatan
juga melakukan pelatihan dan
pengawasan untuk usaha
jasaboga []
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 17
BERITADAERAH.CO.ID
selalu meningkat.
Angka kematian akibat
keracunan makan tahun 2012
meningkat 176,27 persen
dari tahun 2011. Sementara
tahun 2014 lalu mengalami
peningkatan 131,33 persen
dari tahun sebelumnya.
Keracunan makanan
(food poisoning, foodborne
illness, foodborne disease)
merupakan penyakit atau
sakit yang disebabkan oleh
konsumsi makanan atau
minuman. Gejala klinis
yang sering muncul akibat
keracunan makanan adalah
diare.
Di negara-negara
berkembang diperkirakan
sekitar 70% kasus
diare disebabkan
konsumsi makanan yang
terkontaminasi. Potensi
bahaya pada makanan bisa
bersumber dari faktor biologi,
kimia, maupun fisik. Bakteri
merupakan penyebab kasus
keracunan makanan terbesar.
Dalam kasus keracunan
makanan yang menyebabkan
117 siswa Sekolah Dasar
Negeri 2 Cigantang
keracunan massal pada
awal Februari 2015, Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya,
menyatakan bahwa sampel
makanan yang dikirim positif
mengandung Escherichia
coli, Apatogen, Bacillus
coagulans, Staphylococcus
saprophyticus, dan
Candida atau jamur. Bakteri
Escherichia coli biasanya
terdapat pada kotoran
manusia.
“Total sampel yang dikirim
ada 30 jenis, di antaranya
air bersih, makanan, dan
bumbu. Sampel diambil dari
rumah enam pedagang,” kata
Kepala Bidang Pengendalian
Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan Dinas Kesehatan
[MEDIA UTAMA]
PRODUK MASSAL
PENYEBAB
KERACUNAN
D
ata epidemiologis
memperlihatkan
bahwa
kebanyakan
kasus
keracunan makanan
disebabkan makanan yang
diproduksi massal. Karena
jenis produksinya, usaha
jasaboga seperti kantin
juga menyimpan potensi
menjadi penyebab terjadinya
keracunan makanan.
Setiap institusi atau
perusahaan yang memiliki
karyawan lebih dari
200 orang diwajibkan
menyediakan kantin di
area perusahaan (SE.01/
MEN/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan
Ruang Tempat Makan).
Kantin ada sebagai upaya
peningkatan fasilitas
perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan makan pekerja.
Kualitas makanan di
kantin harus dijaga. Aspek
higiene dan sanitasi dalam
proses pengadaannya wajib
menjadi perhatian sebagai
usaha untuk memelihara
dan mempertinggi derajat
kesehatan (UU No.11 Tahun
1962).
Sanitasi adalah usaha
pengawasan terhadap
faktor lingkungan yang
dapat menjadi mata
rantai penularan penyakit.
Higiene dan sanitasi
menciptakan keamanan
pangan (food safety)
sehingga menghindari kasus
keracunan makanan.
Persyaratan untuk
tercapai keamanan
pangan antara lain adalah
Kebersihan dan Sanitasi
(Cleaning and Sanitation),
Kebersihan perorangan
(Personal Hygiene) dan
Pemeriksaan Kesehatan,
Pest Control, Penanganan
sampah (Waste Disposal),
Pelatihan (Training), dan
penanganan keluhan
pelanggan (Customer
Complaint).
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No.1096
Tahun 2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga, diperlukan
persyaratan teknis higiene
dan sanitasi yang meliputi
bangunan, fasilitas sanitasi,
peralatan, ketenagakerjaan,
makanan dan pemeriksaan
higiene sanitasi. Peraturan
itu juga mensyaratkan cara
pengolahan makanan yang
baik.
Prinsipnya mulai dari
pemilihan makanan,
penyimpanan bahan
makanan, pengolahan
makanan, penyimpanan
makanan jadi, pengangkutan
makanan, dan penyajian
makanan. Selain itu
18 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
peraturan menteri kesehatan
juga melakukan pelatihan dan
pengawasan untuk usaha
jasaboga.
Salah satu tujuan
peraturan menteri kesehatan
mengatur usaha jasaboga
ini adalah untuk melindungi
kesehatan masyarakat
dari produk makanan dan
minuman yang dikelola usaha
jasaboga.
Meskipun peraturan
ini sudah diteken sejak
2011, masih banyak
usaha jasaboga yang
mengabaikan. Kasuskasus keracunan makanan
masih saja terjadi karena
menyantap makanan atau
minuman yang dimasak
secara massal. Contohnya
seperti yang terjadi di
Malang-April 2015, Desa
Tuksono Kecamatan
Sentolo-April 2015, Desa
Pusparahayu Kecamatan
Puspahiang TasikmalayaApril 2015, PT Dong Young
Tress-Februari 2015, PT
Changshin Reksajaya
-Januari 2015. Dst.
Menurut Emonev
HSP, satu dari 200 orang
meninggal karena keracunan
pangan. Meskipun kasus
meninggal akibat kejadian
luar biasa keracunan
fluktuatif, namun memiliki
kecenderungan yang selalu
meningkat.
Angka kematian akibat
keracunan makan tahun 2012
meningkat 176,27 persen
dari tahun 2011. Sementara
tahun 2014 lalu mengalami
peningkatan 131,33 persen
dari tahun sebelumnya (Profil
Kesehatan 2011-2013).
Keracunan makanan
(food poisoning, foodborne
illness, foodborne disease)
merupakan penyakit atau
sakit yang disebabkan oleh
konsumsi makanan atau
minuman. Gejala klinis
yang sering muncul akibat
keracunan makanan adalah
diare.
Di negara-negara
berkembang diperkirakan
sekitar 70% kasus
diare disebabkan
konsumsi makanan yang
terkontaminasi. Potensi
bahaya pada makanan bisa
bersumber dari faktor biologi,
kimia, maupun fisik. Bakteri
merupakan penyebab kasus
keracunan makanan terbesar.
Karenanya untuk
mengurangi keracunan
makanan setiap usaha jasa
boga yang memproduksi
makanan dan minuman
secara massal harus
memperhatikan setiap detil
teknis dan pengolahan
makanan.
Persyaratan sanitasi
kantin sesui Peraturan
Menteri Kesehatan No.1096
Tahun 2011:
Bangunan
lBangunan kantin kokoh,
kuat dan permanen.
lRuangan harus ditata
sesuai fungsinya,
sehingga memudahkan
arus tamu, arus
karyawan, arus bahan
makanan dan makanan
jadi serta barangbarang
lainnya yang dapat
mencemari makanan.
Konstruksi
lLantai harus dibuat kedap
air, rata, tidak licin, kering
dan bersih.
lDinding. Permukaan
dinding harus rata, kedap
air dan dibersihkan.
lVentilasi. Ventilasi alam
harus cukup menjamin
peredaran udara
dengan baik, dapat
rata, bersih, tidak terdapat
lubang-lubang.
Fasilitas sanitasi
lAir bersih. Kualitas air
bersih harus memenuhi
syarat fisik (tidak
berbau, tidak berasa,
tidak berwarna, jernih),
serta jumlahnya cukup
memadai untuk seluruh
kegiatan.
lAir limbah. Air limbah
mengalir dengan lancar,
setiap tempat/ruang yang
memproduksi sampah.
Sampah dibuang tiap 24
jam.
lTempat cuci tangan.
Fasilitas cuci tangan
ditempatkan sedemikian
rupa sehingga mudah
dicapai oleh tamu dan
karyawan. Fasilitas
cuci tangan dilengkapi
dengan air mengalir,
sabun/deterjen, bak
penampungan yang
dibersihkan.
lTempat penyimpanan air
bersih (tandon air) harus
tertutup sehingga dapat
menahan masuknya tikus
dan serangga.
Ruang dapur,
ruang makan dan
penyajian
lDapur. Dapur harus
bersih, ruang dapur harus
bebas dari serangga,
tikus dan hewan lainnya.
lRuang makan.
Ruang makan bersih,
perlengkapan ruang
makan (meja, kursi, taplak
meja), tempat peragaan
makanan jadi harus
tertutup, perlengkapan
bumbu kecap, sambal,
merica, garam dan lainlain bersih.
BERITADAERAH.CO.ID
Petugas Dinas Kesehatan Kota Tangsel
melakukan pemeriksaan sejumlah
makanan yang mengandung zat
berbahaya di Pasar Ciputat
menghilangkan uap,
gas, asap, bau dan debu
dalam ruangan. Ventilasi
buatan diperlukan bila
ventilasi alam tidak dapat
memenuhi persyaratan.
lPencahayaan. Intensitas
pencahayaan setiap
ruangan harus cukup
untuk melakukan
pekerjaan pengolahan
makanan secara
efektif dan kegiatan
pembersihan ruangan.
lAtap. Tidak bocor,
cukup landai dan tidak
menjadi sarang tikus dan
serangga lainnya.
lLangit-langit. Permukaan
sistem pembuangan air
limbah harus baik, saluran
terbuat dari bahan kedap
air, saluran pembuang air
limbah tertutup.
lToilet. Tersedia toilet,
bersih. Di dalam toilet
harus tersedia jamban,
peturasan dan bak air.
Tersedia sabun/deterjen
untuk mencuci tangan. Di
dalam toilet harus tersedia
bak dan air bersih dalam
keadaan cukup.
lTempat sampah. Tempat
sampah dibuat dari bahan
kedap air, tidak mudah
berkarat, mempunyai
tutup. Tersedia pada
permukaanya halus,
mudah dibersihkan dan
limbahnya dialirkan ke
saluran pembuangan
yang tertutup.
lTempat mencuci
peralatan. Terbuat dari
bahan yang kuat, aman,
tidak berkarat dan
mudah dibersihkan. Bak
pencucian sedikitnya
terdiri dari 3 bilik/bak
pencuci yaitu untuk
mengguyur, menyabun
dan membilas.
lTempat mencuci bahan
makanan. Terbuat dari
bahan yang kuat, aman,
tidak berkarat dan mudah
Penerapan beberapa
parameter di atas pada
dasarnya bertujuan untuk
meminimalisasi faktor
makanan sebagai media
penularan penyakit dan
masalah kesehatan.
Persyaratan sanitasi tersebut
juga sebagai salah satu
bentuk sistem kewaspadaan
dini, juga sebagai alat untuk
menilai faktor resiko.
Prosedur ini umum,
dalam kaitan dengan hygiene
dan sanitasi makanan,
kita kenal sebagai system
Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP).
Sistem ini pada dasarnya
merupakan pendekatan yang
mengidentifikasikan hazard
spesifik dan tindakan untuk
mengendalikannya. Yang
dimaksud dengan hazarddapat berupa agens biologis,
kimiawi, atau agen fisik-pada
makanan yang berpotensi
menyebabkan efek yang
buruk pada kesehatan. (ps)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 19
[MEDIA UTAMA]
HAZARD ANALYSIS
AND CRITICAL
CONTROL POINT
H
ACCP (Hazard
Analysis and
Critical Control
Point) merupakan
suatu sistem
yang memiliki landasan
ilmiah dan secara sistematis
mengidentifikasi potensipotensi bahaya tertentu serta
cara-cara pengendaliannya
untuk menjamin keamanan
pangan. Sistem HACCP
20 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
bukan merupakan suatu
jaminan keamanan pangan
yang tanpa resiko (zerorisk), tetapi dirancang untuk
meminimumkan resiko bahaya
keamanan pangan (Hariyadi,
2001).
Sistem HACCP mempunyai
tiga pendekatan penting dalam
pengawasan dan pengendalian
mutu produk pangan, yaitu
(1) keamanan pangan (food
safety) aspek-aspek dalam
proses produksi yang dapat
menyebabkan timbulnya
penyakit;
(2) kesehatan dan
kebersihan pangan (wholesomeness),merupakan
karakteristik produk atau
proses dalam kaitannya dengan
kontaminasi produk atau
fasilitas sanitasi dan higiene;
(3) kecurangan ekonomi
(economic fraud), yaitu
tindakan illegal atau
penyelewengan yang dapat
merugikan konsumen.
Tujuan penerapan
HACCP dalam industri
pangan adalah mencegah
terjadinya bahaya sehingga
dapat digunakan sebagai
jaminan mutu pangan
untuk memenuhi tuntutan
konsumen. HACCP bersifat
sebagai sistem pengendalian
mutu sejak bahan baku
dipersiapkan sampai produk
akhir diproduksi massal dan
didistribusikan.
Diterapkannya sistem
HACCP akan mencegah
resiko komplain karena
adanya bahaya pada suatu
produk pangan (Food
Science and Technology,
2005).
Konsep HACCP
merupakan suatu metode
manajemen keamanan
pangan yang bersifat
sistematis dan didasarkan
pada prinsip-prinsip
yang sudah dikenal,
yang ditujukan untuk
mengidentifikasi hazard
(bahaya) yang kemungkinan
dapat terjadi pada setiap
tahapan dalam rantai
persediaan makanan dan
tindakan pengendalian
ditempatkan untuk
mencegah munculnya
hazard tersebut.
Bahaya terjadinya
masalah atau resiko secara
fisik, kimia, dan biologi
dalam suatu produk pangan
yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada
manusia.
Beberapa bahaya
yang ada dapat dicegah
atau diminimalkan melalui
penerapan prasyarat dasar
pendukung sistem HACCP
seperti Good Manufacturing
Practices (GMP), Sanitation
Standard Operasional
Procedure (SSOP),
Standard Operational
Procedure (SOP) dan
sistem pendukung lainnya .
Persyaratan untuk
tercapai keamanan
pangan antara lain adalah
Kebersihan dan Sanitasi
(Cleaning and Sanitation),
Kebersihan perorangan
(Personal Hygiene) dan
Pemeriksaan Kesehatan,
Pest Control, Penanganan
sampah (Waste Disposal),
Pelatihan (Training),
penanganan keluhan
pelanggan (Customer
Complaint).
Sementara menurut
Peraturan Menteri Kesehatan
No.1096 Tahun 2011
tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga, diperlukan
persyaratan teknis higiene
dan sanitasi yang meliputi
bangunan, fasilitas sanitasi,
peralatan, ketenagakerjaan,
makanan dan pemeriksaan
higiene sanitasi. Peraturan
itu juga mensyaratkan cara
pengolahan makanan yang
baik.
Prinsipnya mulai dari
pemilihan makanan,
penyimpanan bahan
makanan, pengolahan
makanan, penyimpanan
makanan jadi,
pengangkutan makanan,
dan penyajian makanan.
Selain itu peraturan menteri
kesehatan juga melakukan
pelatihan dan pengawasan
untuk usaha jasaboga.
Untuk mengembangkan
rencana tercapainya
keamanan pangan,
diperlukan langkah-langkah
yang merupakan kunci
utama sistem HACCP, yaitu:
Identifikasi tindakan
umum yang dapat
menyebabkan keracunan
makanan, daftar bahaya
(List of Hazards), identifikasi
tindakan pencegahan
(Preventive Measures,
identifikasi titik kendali
(Control limits), prosedur
pengawasan (Monitoring),
tindakan koreksi (Corrective
action), pencatatan
(Records), dan check and
review. l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 21
[MEDIA UTAMA]
PILIH PANGAN YANG
AMAN DAN SEHAT
K
asus KLB
keracunan
pangan di
Indonesia masih
cukup tinggi.
Berdasarkan kejadian yang
terlaporkan selama 4 tahun
terakhir (2010-2013) banyak
berasal dari pengelolaan
pangan rumah tangga,
termasuk event kegiatan
masyarakat seperti pesta
atau hajatan rumah tangga.
Dua tahun terakhir tahun
2012 ada 312 kasus KLB
dan tahun 2013 tercatat
233 kasus KLB Keracunan
Pangan yang tersebar di 33
provinsi.
Hal ini disampaikan
Menteri Kesehatan Prof.
Dr.dr. Nila F Moeloek dalam
sambutan Peringatan Hari
Kesehatan Sedunia, yang
diperingati di seluruh dunia,
jatuh pada tgl 7 April 2015.
Menkes menyambut
baik Peringan Hari
Kesehatan Sedunia (HKS)
tahun 2015 dengan tema
Keamanan Pangan. Ini
adalah kesempatan untuk
22 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
melaksanakan suatu
gerakan besar kepada
seluruh lapisan masyarakat
baik penyedia, dunia usaha,
konsumen, masyarakat dan
penentu kebijakan akan
pentingnya melaksanakan
upaya keamanan pangan
dari aspek sosial, ekonomi
dan kesehatan. Selain itu,
dukungan dari berbagai
lintas sektor, organisasi
masyarakat dan dunia
usaha juga penting demi
terselenggaranya keamanan
pangan yang lebih baik.
“HKS 2015 ini digunakan
untuk menjadi acuan bagi
semua pihak di tingkat
Pusat, Provinsi, Kabupaten
dan Kota untuk dapat
melaksanakan kampanye,
gerakan dan sosialisasi
HKS 2015 seefektif dan
semaksimal mungkin”, ujar
Menkes.
Menurut Menkes, Higiene
sanitasi pangan merupakan
unsur penting dalam
mewujudkan keamanan
pangan, karena pangan
merupakan kebutuhan
manusia yang sangat
mendasar dan berpengaruh
terhadap keberadaan dan
ketahanan hidup manusia.
Baik dari segi kuantitas dan
kualitasnya.
“Tersedianya pangan
yang cukup, aman, bermutu
dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang
harus dipenuhi. Untuk
mencapai hal tersebut perlu
diupayakan terwujudnya
sistem pengelolaan pangan
yang higienis oleh Tempat
Pengelolaan Makanan
(TPM), mulai dari pemilihan
bahan sampai penyajian
pangan”, jelas Menkes.
Menurut Menkes,
secara global, pangan
tidak aman karena
pengaruh mikrobiologi dan
pencemaran kimia yang
diperkirakan menyebabkan
kematian 2 juta orang setiap
tahunnya. Globalisasi dan
perubahan gaya hidup telah
mengakibatkan perubahan
dalam seluruh proses rantai
pengelolaan pangan dan
konsumsi pangan.
Tantangan yang dihadapi
Indonesia terkait dengan
masalah higiene sanitasi
pangan dapat berimbas pada
munculnya penyakit bawaan
makanan masih sangat
besar. Data emonev HSP
tahun 2013 di 33 provinsi,
209 kabupaten/kota (41,88%
dari 499 kabupaten/kota
yang tercatat di Kemenkes)
melaporkan sampai dengan
akhir tahun 2014 tercatat:
23.566 TPM. Sekitar 2.734
(12%) TPM dinyatakan
memenuhi syarat kesehatan,
sementara 21.113 sisanya
(88%) belum memenuhi
syarat kesehatan.
Rendahnya TPM
memenuhi syarat kesehatan
signifikan dan tingginya
Kejadian Luar Biasa (KLB)
keracunan pangan, seperti
terekam dari tahun 2010
sampai 2014 berturut-turut
adalah (190, 177, 312, 233,
dan 306) kejadian. Angka
kematian tertinggi terjadi
pada tahun 2014 dengan
nilai Case fatality Rate
(CFR) 0,42% yang berarti
terdapat 1 orang meninggal
pada setiap 200 korban KLB
keracunan pangan.
Kerugian yang
ditimbulkan akibat
keracunan sangat banyak,
baik bagi produsen,
konsumen maupun
pemerintah. Kerugian dari
sisi produsen antara lain
adalah: produk ditinggalkan
oleh konsumen (dapat
bersifat sementara atau
permanent), berhentinya
kegiatan produksi dan
pelayanan.
Dalam kasus keracunan,
usaha menemukan penyebab
yang sesungguhnya,
upaya perbaikan internal
perusahaan, baik fisik dan
non fisik, serta verifikasi pihak
ketiga yang dipercaya, serta
upaya membangun kembali
kepercayaan konsumen
dan dampak negative bagi
pemasok dan produsen
menjadi sulusi penting bagi
semua pihak. (Pra)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 23
WWW.KALBEMED.COM
PERISTIWA
MENKES:
KANDUNGAN OBAT BUVANEST
SEBABKAN PASIEN MENINGGAL
P
enyebab
meninggalnya
dua pasien di RS
Siloam Karawaci
disebabkan oleh
obat anestesi bernama
buvanest spinal 0,5% yang
diedarkan oleh PT Kalbe
Farma. Hal ini diumumkan
oleh Menteri Kesehatan,
Nila F. Moeloek dari hasil
investigasi Tim Penanganan
Kejadian Sentinel Serius
(KSS) pada akhir Maret
2015 lalu.
‘’Penyebab
meninggalnya 2 pasien di
RS Siloam Karawaci adalah
zat yang disuntikkan saat
dilakukan anestesi spinal,’’
ujar Nila. Kekeliruan ada
dalam isi ampul dengan
label buvanest 0,5 % heavy
4 ml yang isinya adalah
Asam Traneksamat 5 ml.
Investigasi yang
dilakukan oleh beberapa
unsur mencakup Kemenkes,
BPOM, BPRS, Komite
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KPRS) serta wakilwakil pakar dari organisasi
profesi kedokteran terkait
(POGI dan PERDATIN) juga
menemukan bahwa sejauh ini
tidak dijumpai penyimpangan
standar profesi pada aktivitas
pengelolaan dan penyerahan
obat. ‘’Pada kasus ini tidak
bermasalah karena telah
dilakukan sesuai dengan
prosedur yang berlaku di
RS,’’ kata Nila.
Terkait hal ini,
Kementrian Kesehatan dan
Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM)
telah melakukan tindakan
regulatori kepada RS Siloam
Karawaci dan PT. Kalbe
24 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Farma selaku produsen
maupun di PT. Enseval Mega
Trading selaku distributor.
Kemenkes memberikan
teguran tertulis kepada RS
Siloam Karawaci, Tangerang,
karena dalam kasus ini tidak
segera melaporkan kejadian
tersebut secara resmi
kepada Dinas Kesehatan
dan Kementerian Kesehatan.
Sementara itu, Badan
POM telah membatalkan
Izin Edar Obat Buvanest
Spinal 0,5% Heavy Injeksi.
Karena pembatalan izini
ini PT. Kalbe Farma harus
memusnahkan semua
persediaan obat yang ada
dalam penguasaannya.
Pada awal Maret lalu,
BPOM juga melakukan
inspeksi sistemik ke
Industri Farmasi PT.
Kalbe Farma, Tbk untuk
menilai penerapan sistem
mutu secara menyeluruh.
Berdasarkan hasil audit
sistemik ini diputuskan
seluruh produk yang belum
didistribukan harus dilakukan
uji. Sementara bagi produk
yang sudah diedarkan harus
ditarik dari peredaran dan
dilakukan hal yang sama.
Sebagai tindak lanjut,
Kemenkes mendorong
Badan Pengawas Rumah
Sakit (BPRS) dan Dinas
Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten Kota untuk lebih
aktif melakukan pembinaan
dan pengawasan RS
dan mendorong Badan
POM untuk meningkatkan
pembinaan dan pengawasan
kepada PT.Kalbe Farma, Tbk
dalam hal Cara Pembuatan
Obat yang baik (CPOB) agar
kasus ini tidak terulang. (pra)
SEMANGAT KARTINI
BBKPM SURAKARTA
“Maju! Semua harus dilakukan
dan dan dimulai dengan
berani. Pemberani-pemberani
memenangkan tiga perempat dunia!”
RA Kartini dalam Pramoedya Ananta Toer,
1962,
“Panggil Aku Kartini Saja”
M
engenang
jasa
Kartini bisa
dilakukan
dengan
banyak cara. Seperti
salah satunya dilakukan
oleh para ‘kartini’ Balai
Besar Kesehatan Paru
Masyarakat (BBKPM)
Surakarta. Perayaan Hari
Kartini di BBKPM Surakarta
diperingati dengan memakai
pakaian adat daerah
berbagai pelosok tanah air.
Persitiwa ini menjadi
wujud penghargaan
bagi Kartini yang sudah
mencerdaskan bangsa
khususnya perempuan.
Setelah sekian lama tak
pernah memperingati
Hari Kartini, tahun 2015
ini, BBKPM Surakarta
menghimbau para pegawai
perempuannya untuk
memakai kebaya baik yang
pelayanan maupun non
pelayanan.
Peringatan Hari Kartini
juga dimeriahkan dengan
membagikan souvenir
sebagai bentuk apresiasi
kepada pasien perempuan di
BBKPM Surakarta.
Peringatan Hari Kartini
ini sekaligus mengingatkan
kaum perempuan akan
semangat Kartini untuk
berjuang melawan segala
keterbatasan seorang
perempuan. Sebuah
Bangsa akan maju bila
didukung para perempuan
berkualitas. Perempuan
kuat dan berkepribadian
luhur yang berperan
sebagai seorang istri, ibu,
karyawati dan anggota
masyarakat, khususnya
bagi ‘kartini’ BBKPM
Surakarta. (Pra)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 25
PERISTIWA
STOP TUBERKOLOSIS!
D
alam rangka
memperingati
hari TB
Sedunia tahun
2015, BBKPM
Surakarta melakukan
kampanye Stop TB.
Kampanye Stop TB ini
dilakukan melalui aksi
simpatik dengan melakukan
long march di area Car Free
Day Jl. Slamet Riyadi yang
dilepas oleh Kepala BBKPM
Surakarta, dr. Riskiyana
Sukandhi Putra dan
Kepala Dinas Kesehatan
Kota Surakarta, dr. Siti
Wahyuningsih, M.Kes.
Aksi simpatik ini
dilanjutkan dengan
membagikan masker
bertuliskan Stop
Tuberkulosis kepada
masyarakat pengunjungCar
Free Day Slamet Riyadi
Surakarta.
“Kami ingin
meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai
penyakit TB ini. Kami juga
mengajak masyarakat
dan juga media untuk
membantu menemukan
kasus TB dilingkungan
sekitar ” ujar dr. Riskiyana
Sukandhi Putra kepada
media. Kampanye ini
diikuti oleh karyawan
BBKPM Surakarta,
Institusi Pendidikan,
Dinas Kesehatan Kota
Surakarta dan didukung
T.K Baiturrahman dan Bank
Mandiri.
Selain long march,
peringatan Hari TB Sedunia
di Surakarta juga diperingati
dengan melakukan ‘Lomba
Penyuluhan’. Lomba
penyuluhan yang mengambil
tema Kesehatan Paru pada
Remaja ini diselenggarakan
26 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
untuk menggali potensi
karyawan BBKPM
Surakarta dalam melakukan
penyuluhan kepada
masyarakat. Para peserta
diuji ketrampilannya dalam
melakukan penyuluhan
kepada masyarakat.
Puncak Peringatan Hari
TB Sedunia yaitu tanggal 24
Maret 2015 diselengarakan
di BBKPM Surakarta dengan
menyajikan ketoprak humor
untuk memberikan hiburan
sebagai bentuk apresiasi
kepada pasien/pengunjung
sekaligus sebagai media
penyampaian pesan
kesehatan mengenai TB.
Untuk sajian ketoprak
humor ini BBKPM Surakarta
bekerjasama dengan Tim
Kesenian Balekambang
Surakarta. Selain
menampilkan Ketoprak
Humor, BBKPM Surakarta
menyediakan kudapan jajan
pasar, pembagian balon
untuk pasien anak, dan
souvenir kepada pasien/
pengunjung BBKPM
Surakarta.
Tak lupa, pada Hari TB
Sedunia juga bisa dirasakan
oleh para pasien dengan
aksi simpatik pembagian
Balon kepada pasien anak
di BBKPM Surakarta dan
pembagian Souvenir kepada
pasien atau pengunjung di
BBKPM Surakarta
Dan sebagai bentuk
terima kasih BBKPM
Surakarta kepada pegawai
yang telah memberikan
pelayanan terbaik
untuk pasien diadakan
sarasehan pegawai yang
diisi dengan permainan,
pembagian doorprize, dan
pengumuman pemenang
lomba penyuluhan.(pra)
MENKES:
LAKUKAN
TATA LAKSANA
TB SECARA
KOMPETEN
M
enteri
Kesehatan,
Nila F
Moeloek
meminta
kepada stakeholder agar
melakukan tata laksana TB
di seluruh Indonesia dengan
benar dan dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan terlatih. Hal
ini diutarakan saat membuka
Simposium Nasional dalam
rangka peringatan Hari TB
Sedunia 2015 yang dihadiri
oleh seluruh jajaran lintas
sektor Pemerintah di Tingkat
Pusat dan Daerah serta
seluruh lapisan masyarakat,
termasuk organisasi
profesi, lembaga swadaya
masyarkat, dan mitra
Internasional, di Jakarta
beberapa waktu lalu.
Melakukan tata laksana
TB dengan benar ini, jelas
Nila, untuk menghindarkan
berbagai dampak negatif,
seperti resistensi obat TB
yang berakibat terjadinya
TB MDR. ‘’Pemahaman
masyarakat tentang
pentingnya mendapatkan
pengobatan TB dari fasilitas
pelayanan kesehatan
yang kompeten harus
ditingkatkan,’’ ujar dia.
Menkes juga mengimbau
agar dukungan ini terus
dilanjutkan dan makin
ditingkatkan di masa
mendatang untuk dapat
mewujudkan cita-cita
Indonesia Bebas TB tahun
2050 mendatang
Dalam pengendalian
TB, Pemerintah berupaya
memasukkan pelayanan tata
laksana TB di rumah sakit
sebagai salah satu syarat
akreditasi, bekerjasama
dengan PB IDI melakukan
Sertifikasi TB untuk Dokter
Praktek Mandiri melalui
pelatihan agar mampu
melaksanakan tata laksana
TB sesuai standar, dan
bekerjasama dengan lintas
sektor terkait, termasuk
Kementerian Pertahanan
dengan memperluas
cakupan pelayanan TB
yang berkualitas di Daerah
Terpencil, Perbatasan.
Hari TB Sedunia
diperingati setiap tanggal
24 Maret yaitu tanggal
ditemukan Mycobacterium
tuberculosis oleh Robert
Koch tahun 1882. Tahun
ini, tema Hari TB Sedunia
di tingkat global adalah
Reach three million, a TB
test, treatment and cure for
all dan di tingkat nasional
adalah Bebas TB, Indonesia
Sehat dan Hebat.
Di tingkat global sekitar
3 juta penderita TB yang
belum terjangkau program
TB di seluruh dunia. Di
tingkat nasional pesan yang
disampaikan sama, yaitu
membebaskan Indonesia dari
TB dengan menemukan dan
mengobati seluruh penderita
TB di Tanah Air kita.
Tema global dan tema
Goals atau MDG untuk
Pengendalian TB cukup
memuaskan sejak tahun
2010. Sebab, Indonesia telah
berhasil menurunkan insiden,
prevalensi, dan angka
kematian akibat TB. Insidens
TB berhasil diturunkan
sebesar 45%, yaitu 343
per 100.000 penduduk
tahun 1990 menjadi 189
per 100.000 penduduk
tahun 2010. Prevalensi TB
telah diturunkan sebesar
35%, yaitu 443 per 100.000
penduduk tahun 1990
menjadi 289 per 100.000
penduduk tahun 2010.
Sedang angka kematian
TB berhasil turun sebesar
71%, yaitu 92 per 100.000
penduduk tahun 1990
Menkes RI foto bersama dengan
peserta pameran pada acara
simposium nasional HTBS 2015.
nasional ini sangat relevan
dengan Visi, Misi dan
9 Program atau Nawa
Cita Pemerintah yaitu
mengamanatkan negara
untuk melindungi segenap
bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh
warga.
Pencapaian indikator
Millennium Development
menjadi 27 per 100.000
penduduk tahun 2010.
Sasaran yang harus dicapai
adalah menurunkan angka
kesakitan dan angka
kematian akibat TB menjadi
setengahnya di tahun 2015
jika dibandingkan dengan
tahun 1990, jelas Menkes.
(Pra)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 27
PERISTIWA
KIP BERI PENGHARGAAN
SEJUMLAH PIHAK
K
omisi Informasi
Pusat (KIP)
memberikan
penghargaan
kepada sejumlah
Badan Publik (BP) dan pihak
terkait keterbukaan Informasi
Publik. Mereka adalah BP
yang pertama menunjuk
Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi (PPID)
sejak UU KIP diundangkan.
Pemprov yang pertama
membentuk Komisi Informasi
(KI), BP dan lembaga
yang telah bekerja sama
secara strategis dengan
KIP, dan media massa yang
paling banyak memuat
berita tentang keterbukaan
informasi. Piagam diberikan
oleh Ketua KIP Abdulhamid
Dipopramono saat gelaran
acara di Gedung Joeang 45
Jakarta, Kamis (30/4).
Untuk kategori
kementerian yang pertama
kali menunjuk/membentuk
PPID jatuh pada Kementerian
Komunikasi dan Informatika.
Untuk lembaga pemerintah
non-kementerian yang
pertama kali menunjuk PPID
adalah kepada kepolisian
Abdulhamid menyerahkan
penghargaan kepada para pihak.
28 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Negara Republik Indonesia
(Polri) sekaligus sebagai
mitra strategis. Untuk
lembaga pemerintah nonstruktural yang pertama
kali menunjuk PPID
diberikan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi
(KPK) yang sekaligus juga
sebagai mitra strategis KIP.
Untuk khusus kategori
mitra strategis, penghargaan
diberikan kepada Mahkamah
Agung, Ombudsman RI (ORI),
Arsip Nasional RI (ANRI),
Komisi Pemilihan Umum
(KPU), Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu),
Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI), Kementerian Pemuda
dan Olahraga, Aliansi
Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia, Management
System International (MSIUSAID), Indonesian Center
for Environmental Law (ICEL),
dan Indonesia Parliamentary
Center (IPC). Sedangkan
pemerintah provinsi
(Pemprov) yang pertama kali
membentuk Komisi Informasi,
penghargaan diberikan
kepada Pemprov Jawa
Tengah.(P)
P
residen Joko
Widodo (Jokowi)
melepas Tim
Nusantara Sehat
Angkatan I pada
awal Mei 2015. Sebanyak
143 orang yang terdiri
dari para dokter, bidan
dan tenaga kesehatan
lainnya akan ditugaskan
ke puskesmas-puskesmas
yang berlokasi di Daerah
Tertinggal, Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) di 48
Kabupaten di Indonesia.
Presiden berharap begitu
143 orang ini tempatkan
semua tim dalam keadaan
sehat dan senang dan
tak satu pun yang balik.
“Dan selanjutnya saya
kirim (angkatan) kedua
dan selanjutnya,” kata
Presiden Jokowi saat pidato
pelepasan di Istana Negara
Jakarta.
Pelepasan Tim
Nusantara Sehat ini
diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat
pinggiran mendapatkan
pelayanan kesehatan di
daerah perbatasan dan di
pulau-pulau bagian timur.
Tim Nusantara Sehat
ini merupakan program
Kementerian Kesehatan
sebagai upaya penguatan
pelayanan kesehatan
dengan berbasis pada tim
dan melibatkan dokter,
bidan, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
Program yang melibatkan
berbagai bidang di dalam
Kementerian Kesehatan
yang fokus tidak hanya
pada kegiatan kuratif,
tetapi juga juga promotif
dan preventif untuk
mengamankan kesehatan
masyarakat dari dearah
yang paling membutuhkan
sesuai dengan program
membangun dari pinggiran.
Dan juga dirancang untuk
mendukung pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan Kartu
Indonesia Sehat (KIS).
Menteri Kesehatan,
Nila Moeloek menjelaskan
menjadi tugas Kementrian
Kesehatan menjawab
tantangan ini dengan
berbagai masalah kesehatan
dan menentukan aksi yang
berdampak langsung pada
masyarakat.
‘’Kemenkes menginisiasi
sebuah terobosan
membentuk barisan
nusantara sehat. Ini wujud
nyata upaya kami untuk
memastikan hadirnya negara
di perbatasan, daerah
terpencil,’’ tutur Nila.
Di dalam Tim Nusantara
Sehat ini terdiri atas 145
pemuda yg memang datang
dengan kemauan sendiri dan
mendaftarkan diri secara
online dan telah menjalani
serangkaian pelatihan.
Tim yang datang dari
berbagai latar belakang
seperti dokter, perawat,
tenaga farmasi, bidan dan
lainnya ini melalui masa
pembekalan medis dan non
medis secara intensif selama
4 minggu.
Tim Nusantara Sehat
Angkatan Pertama ini akan
ditempatkan di daerah
terpencil, perbatasan dan
kepulauan di 20 puskesmas,
di 19 kabupaten dari
barat hingga ujung timur
Indonesia, diantaranya
Simelu, Mahakam dan
Malino.
Seorang bidang, Kandida
Leo dari Nusa Tenggara
Timur (NTT) mengatakan
siap untuk menjalani tugas di
daerahnya sendiri. Kandida
akan yang akan ditempatkan
di Kabupaten Rotendo,
NTT. Ia mengatakan ingin
memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak
yang lebih optimal di
tanah kelahirannya itu.
‘’Misalkan ada persalinan di
puskesmas, saya bersedia
24 jam untuk dipanggil,’’
tutur dia.
Sementara Nugraha
Ramadhan dari Sulawesi
selatan mengaku sudah
ikhlas dan tidak takut untuk
dtempatkan di Kabupaten
Movendigol, perbatasan
Papua dan Papua Nugini.
Ia mengatakan dalam
pembekalan 5 hari bela
negara, ia menyadari bahwa
inilah Indonesia tempat kita
berpijak. ‘’Kitalah generasi
yang akan membangun ke
depan,’’ tutur dia.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 29
METROTVNEWS.COM
PRESIDEN LEPAS TIM
NUSANTARA SEHAT
TEROBOSAN
Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makasar
Obat dan Pengobatan Khas Indonesia
S
elain memiliki
kekayaan alam
yang luar biasa,
Indonesia
juga memiliki
kekayaan
budaya yang
beragam. Alam menyediakan
tumbuhan. Nenek moyang
kita meramunya menjadi
obat dan mengembangkan
keterampilan pengobatan
khas Indonesia. Seperti
puisi mistis Iqbal, Engkau
ciptakan racun, aku ramukan
antidotnya.
Obat dan keterampilan
yang dihasilkan dari
berbagai budaya di tanah air,
mayoritas memiliki pijakan
filosofi yang meletakkan
manusia sebagai bagian
tak terpisahkan dari alam
semesta. Filosofi yang
sangat holistik sesuai dengan
norma agama dan budaya
adiluhung nusantara. Konsep
yang menempatkan manusia
pada kemanusiaan yang
seutuhnya.
Obat dan pengobatan
tradisional ada di hampir
seluruh budaya di Indonesia.
Karenanya, melihat potensi
30 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
yang sangat besar itu,
Kemenkes melalui Balai
Kesehatan Masyarakat
berusaha menyandingkan
pengobatan dan obat khas
Indonesia dengan pelayanan
kesehatan modern.
Tujuannya untuk menjaga
kesehatan, meningkatkan
kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan
kondisi orang sakit, dan
meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Hal ini
disampaikan Kepala Balai
Kesehatan Tradisional
Masyarakat (BKTM) Makasar,
dr. Anna Khuzaimah, M.Kes
kepada Mediakom saat
berkunjung Maret 2015 yang
lalu.
Menurut Anna, saat mulai,
BKTM tidak memiliki model
pelayanan kesehatan yang
memadukan pengobatan
modern dan tradisional dalam
satu tempat layanan. “Terus
terang Indonesia belum
memiliki pusat pelayanan
kesehatan tradisional,” kata
Anna.
Namun kebutuhan
masyarakat akan pelayanan
kesehatan tradisional
semakin meningkat setiap
waktunya. Masyarakat
pergi ke fasilitas-fasilitas
pengobatan alternatif yang
menjamur di masyarakat.
Meskipun tidak semua
pelayanan kesehatan
tradisional itu memiliki
legitimasi dan kredibilitas
yang memadai.
Kemenkespun akhirnya
memutuskan untuk membuat
lembaga yang yang mampu
mengawasi sekaligus
menyediakan layanan
kesehatan tradisional yang
dijamin keamanan dan
kemanfaatannya.
Tahun 2004 dibentuklah
Balai Kesehatan Tradisional
Masyarakat di Makassar
(BKTM). Balai ini sejatinya
adalah pengembangan
Sentra P3T provinsi Sulawesi
Selatan. Jika sebelumnya
Sentra ini hanya mencakup
Provinsi Sulawesi Selatan,
ketika berubah menjadi
BKTM cakupannya nasional.
Awalnya balai ini sepi
peminat. “Tahun 20082010 hanya ada satu atau
dua orang pasien saja.
Saat itu masyarakat belum
banyak yang tahu, kalau
Kementerian Kesehatan
memiliki pelayanan
kesehatan tradisional.
Masyarakat hanya
mengetahui pelayanan
kesehatan tradisional
alternatif itu ya di luar
sana. Bukan Kemenkes.
Saat itu, masyarakat
sedang mengalami eforia
pengobatan alternatif.
Banyak bermunculan
pengobatan tradisional,” kata
Anna.
BKTM tidak bisa
melarang eforia masyarakat
dan menjamurnya tempattempat pengobatan
alternatif. Sesuai tupoksinya
merekapun mengembangkan
model pemantuan dan
pengawasan yang bertujuan
untuk mengedukasi
masyarakat. Mereka
mensosialisasikan untuk
tidak sembarangan berobat
ke tempat-tempat pelayanan
kesehatan tradisional.
Karena tidak secara otomatis
tempat itu aman.
“Tetapi kalau tempattempat itu punya standar dan
ada buktinya tentu kita jamin
keamanan dan manfaatnya.”
Saat ini, BKTM sudah
mulai ramai kedatangan
pasien dan juga masyarakat
yang ingin merawat
kecantikan. Selain
menyediakan layanan
pengobatan, BKTM juga
menyediakan layanan
perawatan kecantikan.
BKTM juga memfasilitasi
pengembangan dan
penerapan model
pelayanan kesehatan
tradisional. Penerapan
yang akan dilakukan di
faskes pusyankes, rumah
sakit, maupun fasilitas
pengobatan tradisional
yang ingin berkembang
sendiri. Puskesmas, RS,
atau fasilitas pengobatan
tradisional yang ingin
bekerjasama datang secara
langsung atau mengirimkan
wakilnya untuk belajar.
Contohnya ada
perwakilan belajar dari
rumah sakit di Manado.
Ada pegawai rumah sakit
dari Maluku yang magang.
“Mereka mengirimkan
tenaganya satu atau dua
orang untuk belajar di BKTM.
Selesai magang mereka
akan menerima sertifikat
tenaga kesehatan plus
tradisional.
Perbedaan tenaga
yang sudah magang dan
menerima sertifikat, jika dia
adalah seorang psikoterapis,
mereka tidak hanya bekerja
pasca operasi saja. Mereka
bisa mengajari pasien
pendekatan perawatannya
secara tradisional. Contoh,
penderita gula darah. Dia
bisa menyarankan untuk
memiliki tanaman sambiloto
dan tahu memanfaatkannya.”
Saat ini BKTM
bekerjasama dengan
sejumlah Poltekkes untuk
mencetak SDM yang selain
memiliki kemampuan
medis modern juga
memiliki kemampuan
pengobatan tradisional. Ada
500 mahasiswa perawat
menghabiskan dua semester
di BKTM.
Salah satu yang mereka
pelajari adalah akupresur.
Pengajar di BKTM
memperlihatkan bahwa
keterampilan akupresur akan
sangat membantu misalnya
saat mereka membantu
pasien yang tidak bisa tidur,
atau bahkan menghilangkan
rasa sakit dengan menekan
pada titik meridian tubuh
secara khusus. Jadi tidak
harus selalu tergantung pada
obat.
Contoh lainnya, ibu
hamil biasanya merasakan
ngidam dan mual yang luar
biasa. Seorang bidan lazim
memberikan vitamin B6
untuk mengurangi tekanan
perasaan itu. Tetapi bidan
yang dibekali tambahan
pengetahuan pengobatan
dan ramuan tradisional, akan
mampu mengurangi rasa
mual yang diderita ibu hamil.
Caranya dengan menekan
salah satu titik meridian
tubuh pada pagi bangun tidur
dan petang sebelum tidur,
rasa mual itu otomatis hilang,
tanpa obat. (P)
dr. Anna Khuzaimah, M.Kes.
Kepala Balai Kesehatan
Tradisional Masyarakat (BKTM)
Makasar.
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 31
POTRET
SECERCAH
ASA NILA
UNTUK
NUSANTARA
P
rof. Dr. dr. Nila
Djuwita F. Moeloek,
SpM(K) bukan nama
yang asing di dunia
kesehatan Indonesia.
Selain sejak lama
aktif di organisasi
seperti Yayasan
Kanker Indonesia
dan Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia (Perdami), istri dari mantan
menteri kesehatan Farid Anfasa
Moeloek itu juga pernah ditunjuk
sebagai Utusan Khusus Presiden RI
untuk Millenium Develompment Goal’s
(MDG’s) pada masa pemerintah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada masa pemerintahan
Presiden Joko Widodo, Nila
dipercaya sebagai Menteri
Kesehatan ke-20 sejak Indonesia
Merdeka. Wawasannya yang
luas dan pemahamannya yang
32 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
mendalam mengenai masalahmasalah kesehatan membuatnya
duduk menjadi salah satu menteri
perempuan di Kabinet Kerja.
Pemerintahan Presiden Joko
Widodo mengusung sembilan
target pemerintahan selama lima
tahun yang disebut dengan Nawa
Cita. Dalam poin kelima dari Nawa
Cita disebutkan pemerintah akan
mendorong peningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia melalui
program wajib belajar gratis 12 tahun,
layanan kesehatan masyarakat, serta
reformasi agraria, pembangunan
rumah susun bersubsidi dan jaminan
sosial.
Saat Presiden memberikan
kepercayaan kepadanya untuk
memimpin Kementerian Kesehatan
yang memiliki tanggungjawab
besar terhadap kualitas kesehatan
masyarakat, Nila memandang hal
ini merupakan tantangan sekaligus
amanah yang harus dijalankan sebaikbaiknya.
“Pada waktu MDG’s saya
sebagai utusan khusus, representatif
dari Presiden. Jadi tugasnya tidak
terlalu memberikan tanggung jawab
mengubah atau mencapai target,
tetapi saya mendorong dan mencoba
lintas kementerian yang bisa saya
lakukan. Tapi tidak ada kewenangan
yang lebih kuat,” kata Menkes dalam
sesi wawancara dengan Mediakom di
ruang kerjanya.
Ditambahkannya,”di Kementerian
Kesehatan saya kira agak berbeda,
kita memiliki tanggungjawab yang
lebih besar lagi terhadap kesehatan
masyarakat. Inilah yang saya
pikirkan bagaimana sekarang kita
bekerja untuk menjaga kesehatan
masyarakat. Memang lebih berat,
tanggungjawabnya, jadi kita ini
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 33
POTRET
sekarang fokus di Kesehatan
Masyarakat.”
Selain aktif di berbagai
lembaga sosial dan
berprofesi sebagai dokter
mata, Nila akrab dengan
dunia akademisi. Dikutip dari
laman FKUI, Nila menjabat
sebagai Guru Besar dan
Ketua Medical Research Unit
Fakultas Kedokteran UI pada
periode 2008-2009.
Perempuan kelahiran
Jakarta 11 April 1949 itu
menikah dengan Prof.Dr.dr.H
Farid Anfasa Moeloek, SpOG
yang pernah menjabat
sebagai menteri kesehatan.
Nila dikaruniai tiga orang
anak.
Nila menempuh
pendidikan kedokteran di
Universitas Indonesia pada
1968 dan melanjutkan
spesialis mata di universitas
yang sama pada 1974.
Ia meraih gelar doktor
pada ilmu kedokteran
dari Universitas Indonesia
dengan desertasi
mengenai mode diagnostik
pemeriksaan tumor orbita
dalam upaya penemuan
tumor orbita lebih dini.
Mengajar di FKUI sejak
1980. Dalam lingkup
internasional, Nila juga
merupakan salah satu editor
untuk majalah Orbita sejak
1985.
Pengalamannya
mendampingi Farid
Anfasa Moeloek sebagai
Menteri Kesehatan pada
Kabinet Pembangunan
VII dan Kabinet Reformasi
Pembangunan, memberikan
pemahaman kepadanya
mengenai pentingnya
mendorong kesadaran
masyarakat bahwa lebih
penting menjaga kesehatan
dibandingkan berobat
setelah sakit.
34 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Menurut Nila, perubahan
pola pikir bahwa kesehatan
sangat penting untuk dijaga
dibandingkan berobat
setelah sakit harus terus
dilakukan setelah sekian
lama paradigma itu bergeser.
Dengan perubahan pola
pikir masyarakat tersebut
maka perlahan masalahmasalah penumpukan
pasien di rumah sakit akibat
pemahaman yang belum
benar mengenai sistem
jenjang dalam pengobatan
akan berkurang. Saat ini
sebagaian besar masyarakat
kerap langsung menuju
rumah sakit untuk berobat,
padahal di tingkat primer
ada peran Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) di
setiap Kecamatan di seluruh
wilayah Indonesia yang
dapat dioptimalkan.
Menkes mengatakan
selain mendorong kembali
upaya-upaya mengubah
pola pikir masyarakat untuk
lebih menghargai kesehatan
dengan mencegah
gangguan kesehatan,
pemerintah saat ini juga
akan terus melakukan
perbaikan terhadap sistem
rujukan dari mulai fasilitas
layanan kesehatan primer
atau Puskesmas, kemudian
fasilitas layanan kesehatan
sekunder seperti rumah sakit
umum dan pada akhirnya
fasilitas layanan kesehatan
tersier yaitu rumah sakit
dengan peralatan dan
tenaga medis yang lebih
lengkap.
“Saya rasa (mendorongred) kembali ke paradigma
sehat dan penguatan
layanan primer serta
pembuatan sistem rujukan
ke (layanan kesehatan-red)
sekunder, kalau itu bisa kita
capai sampai lima tahun
ke depan, kita hidup dalam
sistem itu jauh lebih baik,”
kata ibu dari tiga anak dan
nenek dari enam cucu itu.
Baginya, hal-hal itu
merupakan tantangan
bagi peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat dalam
lima tahun mendatang,
namun demikian ia optimistis
bila gerakan itu dimulai saat
ini dan mendapat dukungan
berbagai pihak maka
perbaikan pola pikir tersebut
dapat dicapai.
Perubahan pola pikir
tentang pentingnya menjaga
kesehatan akan memberikan
pengaruh besar. Nila
mencontohkan, bila ada
masyarakat yang mengidap
diabetes, meski pengobatan
akan tetap berjalan tetapi
dengan perubahan pola
pikir maka dapat dicegah
komplikasi lebih lanjut dari
penyakit diabetes tersebut
karena si pengidap akan
menyadari pentingnya
ia menjaga diri melalui
penerapan pola hidup
sehat sesuai dengan status
kesehatannya.
Menkes berpandangan
Program kesehatan bukanlah
hanya mengobati orang
sakit. Yang lebih penting
ialah menjaga mereka
yang sehat tetap dalam
keadaan sehat, tegasnya
adalah konsep ‘paradigma
sehat’. Tenaga kesehatan
kini diminta sebagai agent
of change, yang mampu
mempromosikan kesehatan
manusia, serta melindungi
dan mempromosikan hakhak manusia.
Selain perubahan
paradigma kesehatan
masyarakat, Nila juga
memberikan perhatian
mengenai jumlah penduduk
yang secara tidak langsung
juga memberikan pengaruh
terhadap layanan kesehatan.
Ia mengaku prihatin dengan
kondisi pertumbuhan jumlah
penduduk. Menurutnya
setiap kelahiran seharusnya
disertai dengan pemahaman
dari orang tua mengenai
bagaimana nantinya si anak
bisa menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
“Saya sangat khawatir,
menurut saya populasi itu,
kependudukan penting itu
yang harus menjadi peran
(perhatian-red) utama di
negara ini, menurut saya.
Artinya begini bayangkan
kita sekarang tanpa kerja
beratnya BKKBN atau
keluarga berencana. Ratarata (jumlah-red) anak
sekarang sudah mulai
banyak sekali. Kita dulu kan
hanya dua saja cukup nah
jadi ini mesti dikembalikan
lagi (pemahaman itu-red),”
katanya.
Namun demikian,
Menkes berpandangan
mengelola pertumbuhan
penduduk bukan hanya kerja
BKKBN atau Kementerian
Kesehatan semata, namun
juga harus melibatkan
kerja dan komitmen dari
berbagai pihak sehingga
dapat ditangani secara
menyeluruh.
Nusantara Sehat
Nusantara sehat yang
diinisiasi oleh Menkes
merupakan pengembangan
dari program Pencerah
Nusantara saat Nila Moeloek
menjadi Utusan Khusus
Presiden RI untuk MDG’s.
Dalam program tersebut
upaya-upaya pencegahan
lebih diutamakan
dibandingkan upaya kuratif
yang selama ini kerap
menjadi tujuan utama.
Program Nusantara
Sehat merupakan salah
satu bentuk kegiatan yang
dicanangkan oleh Kemenkes
dalam upaya mewujudkan
fokus kebijakan tersebut.
Program ini dirancang untuk
mendukung pelaksanaan
program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dan Kartu
Indonesia Sehat (KIS) yang
diutamakan oleh Pemerintah
guna menciptakan
masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan. Penguatan pelayanan
kesehatan primer adalah
garda terdepan dalam
pelayanan kesehatan
masyarakat yang berfungsi
memberikan pelayanan
kesehatan dan melakukan
upaya preventif atau
pencegahan penyakit secara
luas termasuk melalui
pendidikan kesehatan,
konseling serta screaning
(penapisan). APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 35
POTRET
Melalui program tersebut
maka satu tim yang terdiri
dari beberapa dokter dengan
berbagai latar belakang
kemampuan dikirim ke suatu
wilayah, biasanya berbasis
di Puskesmas. Tim tersebut
lebih utama mendorong
upaya pemahaman
kepada masyarakat untuk
aktif menjaga kesehatan
dibandingkan berobat
setelah sakit. Meski demikian
tim tersebut juga tetap
melakukan upaya kuratif bila
diperlukan.
“Kalau Puskesmas
kosong dia bisa bekerja
diharapkan dia juga aktif
(mengobati-red). Kalau dia
dokter yang perlu diobati
ya diobati. Makanya kita
komitmen sama Bupati
dan Kepala Daerah. Dia
(dokter dalam tim-red)
selain menolong , juga
menjadi agent of change
mengubah dan menyadarkan
masyarakat. Selain preventif
juga tentu akan ada kuratif,
sejumlah 10-20 persen
masyarakat masih sakit
(membutuhkan pengobatanred),” kata Nila.
Program Nusantara
Sehat mengadopsi model
Pencerah Nusantara (PN),
sebuah inisiatif lintas
sektoral yang diprakarsai
oleh Kantor Urusan
Khusus Presiden RI untuk
Millennium Development
Goals (KUKP-RI MDGs) dan
menggabungkan tenaga
kesehatan, masyarakat,
sukarelawan, pemerintah,
swasta, lembaga swadaya
masyarakat dan pemuda
dalam upaya bersama
memperkuat sistem
pelayanan kesehatan primer
di Indonesia, terutama di
36 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
daerah terpencil. Setelah
mencermati model PN serta
mengevaluasi programprogram yang selama
ini sudah dilaksanakan
termasuk Pegawai
Tidak Tetap (PTT) dan
Team-Based, Kemenkes
mengharapkan program
Nusantara Sehat dapat
menjadi mekanisme efektif
untuk memperkuat yankes
primer, terutama di daerahdaerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan.
Pendekatan yang
dilakukan program
Nusantara Sehat bersifat
lebih menyeluruh dan
melibatkan anggota
tim yang berbeda latar
belakang, mulai dari dokter,
perawat, serta tenaga
kesehatan lainnya. Inilah
yang dimaksud dengan
pendekatan Team-Based. Menkes mengatakan
pola pendekatan TeamBased ini antara lain untuk
mendorong keberhasilan
kerja. Dengan kerjasama tim
maka diharapkan upayaupaya yang dilakukan dapat
lebih maksimal dengan
berbagai terobosan kegiatan
serta pendekatan pada
masyarakat .
“Dengan tim akan jauh
lebih kuat, mentalnya kita
kuatkan, berkelompok,
dengan kelompok lebih enak
begitu ada masalah akan
saling sharing,” kata Nila.
Target pelaksanaan
program Nusantara
Sehat adalah Puskesmas
yang berlokasi di Daerah
Tertinggal, Perbatasan
dan Kepulauan di 48
Kabupaten di Indonesia dan
melibatkan setidaknya 600
tenaga kesehatan. Program
Nusantara Sehat, merupaan
upaya memperkuat
puskesmas yang ada di
daerah-daerah tersebut
dengan mengirimkan
setidaknya 600 tenaga
kesehatan tambahan ke 120
Puskesmas yang tersebar di
seluruh Indonesia. Peserta program adalah
para tenaga profesional
kesehatan dengan latar
belakang medis seperti
dokter umum, perawat,
bidan, ahli gizi, ahli
kesehatan lingkungan,
analis kesehatan, tenaga
kefarmasian, tenaga
kesehatan masyarakat
yang berusia di bawah
30 tahun dan bersedia
mengabdikan dirinya untuk
terjun langsung memberikan
pelayanan ksehatan
kepada masyarakat dan
memiliki semangat untuk
mendukung pemerintah
dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan umum.
Menkes mengenang awal
pemikiran program tersebut
adalah melihat betapa saling
terkaitnya permasalahan
kesehatan di Indonesia.
Antara permasalahan
kesehatan anak, kesehatan
ibu yang berkaitan dengan
kelahiran serta kualitas
lingkungan yang juga
dipengaruhi pola hidup yang
tidak sehat.
“Sekarang dengan
datangnya tim itu mengubah
perilaku mereka. Harapan
untuk Nusantara Sehat
sama, walaupun tidak bisa
sebentar, tapi kalau tidak
mulai kapan lagi, kalau kita
tinggalkan terus mereka
ya repot dan tidak majumaju. Kita harapkan ada
perubahan, daripada kita
tidak berbuat,” kata Nila.
Menkes juga
mengharapkan semua pihak
dapat bekerjasama memberi
kontribusi bagi kemajuan
kesehatan masyarakat,
termasuk diantaranya
pemerintah daerah dan
pemangku kepentingan
lainnya.
“Saya rasa sangat
mengharapkan dengan
kita tidak bisa dari pusat
langsung ke rakyat tetapi
ada sistem lagi, dari pusat
ada kepala dinas kesehatan,
provinsi, kabupaten,kota dan
mereka yang harus ikut sama
persepsinya melakukan hal
ini. Mesti sama persepsinya,
kita sudah bicarakan apa
yang jadi kelemahan
diperbaiki dan mana yang
baik kita lanjutkan (bersamasama-red),” tegas Nila.
Tetap Hadir untuk
Keluarga
Menjalani kesehariannya
dengan ringan dan penuh
semangat, Nila tetap
memberikan perhatian pada
keluarganya. Komunikasi
dengan dua anak dan empat
cucunya yang tinggal dan
bekerja di luar negeri tetap
dilakukan. Anak pertamanya
saat ini tinggal dan bekerja
di London bersama keluarga
sementara anak keduanya,
perempuan seorang arsitek
tinggal di Perancis bersama
suami asal Perancis, hanya
anak terakhirnya yang juga
lulusan teknik tinggal dan
bekerja di Jakarta.
Karena itu di tengahtengah kesibukan
mewujudkan mimpinya
untuk Indonesia yang lebih
sehat, Nila juga masih
sempat berkumpul dengan
anak dan cucunya yang
tinggal di Jakarta. Nila tak
meninggalkan kesempatan
untuk berbagi cerita di meja
makan bersama cucucucu hanya sekadar untuk
mengetahui kegiatan mereka.
Diakui Nila meski ketiga
anaknya tidak ada yang
meneruskan jejaknya dan
ayahnya sebagai dokter,
ia tetap bangga pada
ketiga anaknya. Kepada
anak-anaknya, Nila hanya
berpesan apapun yang
dikerjakan selama disenangi
dan dikerjakan dengan
tekun akan membawa pada
kebaikan dan keberhasilan.
‘’Ilmu kedokteran yang saya
dan suami miliki toh masih
bisa saya turunkan kepada
murid-murid saya,’’ ujar Nila.
Komunikasi dan diskusi
dengan suami tercintanya
juga kerap dilakukan
termasuk menimba
pengalaman dr.Farid Anfasa
Moeloek saat menjadi
menteri kesehatan lalu. Bagi
Nila, keluarga merupakan
salah satu komponen utama
bagaimana seseorang bisa
bekerja dengan sepenuh hati
dan mencapai keberhasilan.
Perannya menjadi
seorang eyang, ibu
dan menteri kini pun
memberi perubahan yang
‘’menyehatkan’’ untuk Nila.
‘’Saat ini saya justeru lebih
sehat, karena jarang ngemil,
saya lebih disiplin hanya
makan pagi, makan siang
dan malam. Kesibukan saya
membuat saya jadi jarang
ngemil,’’ tutur Nila. Nila pun
berusaha menyempatkan
diri untuk berjalan kaki di
pagi hari meski seringkali
sulit meluangkan waktu.
Semangat Bu Nila, sehat
selalu dalam mencapai asa
untuk tanah air Indonesia.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 37
UNTUK RAKYAT
Deklarasi
Hari Keterbukaan
Nasional
S
ejak dulu banyak
pihak yang melihat
orang dengan
gangguan jiwa
adalah sosok yang
menakutkan, sulit diatur dan
kerap membahayakan orang
lain sehingga banyak yang
memilih mencegah interaksi
mereka yang mengalami
gangguan jiwa dengan
masyarakat umum melalui
pasung.
Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 menemukan
prevalensi gangguan jiwa
berat (psikosis/skizofrenia)
berjumlah 1,7 permil dari
populasi atau sebanding
dengan 400.000 penderita.
Juga ditemukan 14,3
persen Orang dengan
Gangguan Jiwa(ODGJ)
atau setara dengan 57.000
ODGJ pernah mengalami
pemasungan di dalam
kehidupannya. Berdasarkan
jumlah ODGJ dipasung
kurang lebih 50.000 orang.
Pemasungan adalah
tindakan yang menghalangi
38 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
setiap orang dengan
gangguan jiwa memperoleh
dan melaksanakan hakhaknya sebagai warga
negara. Haka-hak tersebut
meliputi hak memperoleh
penghasilan, hak
memperoleh pendidikan/
pekerjaan, hak memperoleh
kehidupan sosial.
Pemasungan dilakukan
dengan cara dipasung dan
pengisolasian. Pasung
merupakan semua metode
manual yang menggunakan
materi atau alat mekanik
yang dipasung atau
ditempelkan pada tubuh
ODGJ dan membuat tidak
dapat bergerak dengan
mudah atau yang membatasi
kebebasan dalam
mengerakan tangan, kaki
atau kepala. Pengesolasian
merupakan tindakan
mengurung ODGJ sendirian
tanpa persetujuan atau
dengan paksa, dalam suatu
ruangan atau area yang
secara fisik membatasi untuk
keluar atau meninggalkan
ruangan atau area tersebut.
Pemasung terjadi karena
bermacam –macam alasan.
Sebagian masyarakat
memiliki pemahaman dan
pengetahuan yang keliru
tentang gangguan jiwa.
ODGJ diaggap sebagai
orang kerasukan setan, kena
teluh atau berbahaya bagi
lingkungannya. Pemasung
anggap sebagai solusi
untuk mengendalikan gejala
kerasukan, kena teluh atau
mengurangi keberbahayaan
ODGJ. Ditempat lain,
kesulitan menjangkau
fasilitas pelayanan
kesehatan atau ketiadaan
pelayanan kesehatan jiwa
disuatu tempat menjadikan
masyarakat mencari jalan
pintas untuk mengendalikan
gejala-gejala gangguan
terhadap ODGJ.
Upaya pemasungan
dapat dikatakan sebagai
tindakan yang tidak
manusiawi. Dalam sejumlah
peraturan perundangundangan bahkan dalam
konstitusi negara, disebutkan
dengan jelas setiap warga
negara memiliki hal yang
sama untuk semua sektor
kehidupan termasuk
pelayanan kesehatan dan
juga hak-hak lainnya sebagai
warga negara.
Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 28 i ayat
(1) menyatakan bahwa
setaip orang memiliki hak
untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa...adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan
apap pun.
Undang-Undang No
39 Tahun1999 tentang
hak asasi manusia pasal
42 menyatakan bahwa
setiap warga Negara yang
berusia lanjut, cacat fisik dan
atau cacat mental berhak
mendapatkan perawatan,
pendi- dikan pelatihan dan
bantuan khusus atas biaya
Negarauntuk menjamin
kehidupan yang layak
sesuai dengan martabat
kemanusiaannya, meningkat
rasa percaya diri dan kemampuan beradaptasi dalam
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Undang-Undang No
36 Tahun 2019 pasal
148 ayat 1 menyatakan
penderita gangguan jiwa
mempunyai hak yang sama
sebagai warga Negara
semantara Pasal 149
menyatakan penderita
gangguan jiwa yang
terlantar, menggelandang,
mengancam ke selamatan
dirinya dan/atau orang lain,
dan/atau mengganggu
ketertiban dan/atau
keamanan umum wajib
mendapat pengobatan
dan perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Tindakan pemasungan
terhadap ODGJ adalah
perbuatan yang dilarang
dan diancam pidana. UU
No 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa pasal 86
menyatakan
“Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan
pemasungan, penelanataran,
kekerasan dan atau
menyuruh orang lain
melakukan pemasungan,
penelantaran dan atau
kekerasan terhadap ODKM
atau ODGJ atau tindakan
lain nya yang melanggar
hukum ODKM dan ODGJ
dipidana sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan”.
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 333 menyatakan
juga dalam salah satu
pasanya menyatakan barang
siapa dengan sengaja
dan melawan hukum
merampas kemerdekaan
seseorang, atau meneruskan
perampasan kemerdekaan
yang demikian diancam
dengan pidana penjara
yang paling lama delapan
tahun. Hukuman akan
bertambah bila kemudian
menimbulkan luka-luka
bahkan kematian.
Adanya jaminan undangundang mengharuskan
setaip ODGJ mendapat
pengobatan dan
perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan
dan tidak dipasung
karena pemasungan
merupakan pelanggaran
atas hak pengobatan dan
juga merupakan bentuk
kekerasan terhadap ODGJ.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 39
UNTUK RAKYAT
Partisipasi
Masyarakat dalam
Kebijakan Publik
R
eformasi ditandai
dengan munculnya
tuntutan tata kelola
kepemerintahan
yang baik.
Syaratnya terdapat
akuntabilitas, transparasi
dan partisipasi masyarakat
dalam setiap proses
terjadinya kebijakan publik.
Salah satu elemen
penting dalam mewujudkan
penyelenggaraan negara
yang baik adalah hak publik
untuk memperoleh Informasi
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hak
atas informasi menjadi
sangat penting karena makin
terbuka penyelenggaraan
negara untuk diawasi
publik. Penyelenggaraan
negara makin dapat
dipertanggungjawabkan.
Hak setiap orang untuk
memperoleh informasi
sangat relevan untuk
meningkatkan kualitas
keterlibatan masyarakat
dalam proses pengambilan
keputusan publik. Setiap
kebijakan publik yang
diambil pemerintah akan
lebih bermakna ketika
mengedepankan partisipasi
masyarakat sejak proses
perencanaannya. Namun,
partisipasi masyarakat tidak
banyak berarti tanpa jaminan
keterbukaan informasi
publik.
Keberadaan Undangundang tentang Keterbukaan
Informasi Publik sangat
penting sebagai landasan
hukum yang mewajibkan
seluruh instansi pemerintah
baik pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (Provinsi
dan Kabupaten/kota) untuk
memberikan informasi
kepada masyarakat
melalui media penyebaran
informasi, terkecuali jenis
informasi yang mendapatkan
pengecualian.
Pemerintah dituntut
membuka diri kepada
masyarakat untuk
memberikan infomasi dan
kebijakan yang diperlukan
serta mudah diakses dari
mana saja. UU Nomor 14
Tahun 2008 mengamanatkan
pemerintah untuk membuka
informasi yang berkaitan
dengan (1) hak setiap orang
untuk memperoleh informasi;
(2) kewajiban badan publik
menyediakan dan melayani
permintaan Informasi secara
cepat, tepat waktu, biaya
ringan/proporsional, dan cara
sederhana;
(3) pengecualian bersifat
ketat dan terbatas; (4)
kewajiban badan publik
untuk membenahi sistem
dokumentasi dan pelayanan
Informasi. Setiap badan
publik mempunyai kewajiban
untuk membuka akses
atas informasi publik yang
berkaitan dengan Badan
Publik tersebut untuk
masyarakat luas.
40 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Lingkup badan publik
dalam undang-undang
meliputi lembaga eksekutif,
yudikatif, legislatif, serta
penyelenggara negara
lainnya yang mendapatkan
dana dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)/Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Mencakup pula
organisasi non-pemerintah,
baik yang berbadan
hukum maupun yang
tidak berbadan hukum,
seperti lembaga swadaya
masyarakat, perkumpulan,
serta organisasi lainnya
yang mengelola atau
menggunakan dana yang
sebagian atau seluruhnya
bersumber dari APBN/APBD,
sumbangan masyarakat,
dan/atau luar negeri.
Menurut undang-undang,
Agar keterbukaan
informasi publik berjalan
sebagaimana mestinya,
dibentuk Komisi Informasi.
Komisi Informasi merupakan
pelaksanaan lanjutan terkait
UU KIP. Komisi ini bertugas
untuk menyelesaikan
sengketa informasi publik
melalui mediasi dan/
atau ajudikasi nonlitigasi
disamping berfungsi
menjalankan undangundang dan peraturan
pelaksanaannya.
Komisi Informasi
yang diamanatkan untuk
menjalankan UU KIP harus
mampu membuang rasa
paranoid badan publik
terhadap keterbukaan
Informasi Publik, sehingga
pimpinan badan publik tidak
lagi memiliki keraguan atau
alasan untuk mengabaikan
esensi keterbukaan
informasi karena badan
publik memiliki kewajiban
untuk menyediakan,
mengumumkan dan
memberikan layanan
Informasi Publik melalui
sarana media elektronik dan
non-elektronik.
Komisi Informasi
sebagai lembaga yang
diberikan amanat UU KIP,
wajib melakukan kolaborasi
dengan seluruh instansi yang
mempunyai kepentingan
terhadap keterbukaan
informasi guna memperkuat
dan meningkatkan persepsi
dunia internasional ke
Indonesia dalam konteks
open government
partnership.
Keterbukaan informasi
memberi peluang bagi rakyat
untuk berpartisipasi dalam
WWW.GSB.STANFORD.EDU/
yang dimaksud dengan
informasi publik adalah
informasi yang dihasilkan,
disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu
badan publik yang berkaitan
dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara
dan/atau penyelenggara
dan penyelenggaraan
badan publik lainnya yang
sesuai dengan undangundang ini serta informasi
lain yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
Penyediaan informasi
badan publik pemerintah
dilaksanakan oleh pejabat
pengelola informasi dan
dokumentasi (PPID).
Pejabat PPID bertanggung
jawab pada penyimpanan,
pendokumentasian,
penyedian, dan/atau
pelayanan informasi.
berbagai kebijakan publik.
Kondisi ini dapat mendorong
terciptanya clean and
good governance karena
pemerintah dan badanbadan publik dituntut untuk
menyediakan informasi
yang lengkap mengenai apa
yang dikerjakannya secara
terbuka, transparan dan
akuntabel.
Kebebasan informasi
diharapkan menjadi
spirit demokratisasi yang
menawarkan kebebasan
sekaligus tanggung
jawab secara bersamaan.
Kebebasan informasi, di
satu sisi harus mendorong
akses publik terhadap
informasi secara luas.
Sementara di sisi yang lain,
kebebasan informasi juga
sekaligus dapat membantu
memberikan pilihan langkah
yang jelas bagi pemerintah
dalam mengambil suatu
kebijakan secara strategis.
Melalui mekanisme
dan pelaksanaan prinsip
keterbukaan, akan tercipta
pemerintahan yang baik dan
peran serta masyarakat yang
transparan dan akuntabilitas
yang tinggi sebagai salah satu
prasyarat untuk mewujudkan
demokrasi yang hakiki.
Dengan membuka
akses publik terhadap
Informasi diharapkan badan
publik termotivasi untuk
bertanggung jawab dan
berorientasi pada pelayanan
rakyat yang sebaik-baiknya.
Hal itu diyakini dapat
mempercepat perwujudan
pemerintahan yang
terbuka yang merupakan
upaya strategis mencegah
praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), dan
terciptanya pemerintahan
yang baik (good
governance). Selamat Hari
Keterbukaan Informasi! (P)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 41
UNTUK RAKYAT
Pembentukan
PPID
di Daerah
masih
rendah
D
ata Kominfo
menyatakan
baru 50 persen
pemerintah
daerah yang
yang membentuk PPID.
Sementara menurut
Kemendragi mencapai 65
persen. “Lima puluh persen
atau enam puluh lima
persen, itu termasuk rendah
karena UU KIP sudah
dijalankan lima tahun,” kata
ketua KPI, Abdulhamid.
Hal ini juga menjadi
keprihatinan tersendiri
bagi Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik
Indonesia Rudiantara. Dia
menyayangkan proses
transparansi keterbukaan
publik di berbagai lembaga
tingkat daerah seperti
kabupaten dan kota masih
belum sepenuhnya berjalan
baik.
“Belum semua lembaga
RUDIANTARA
menerapkan undang-undang
keterbukaan informasi publik
(KIP). Kalau dilihat dari
statistik yang ada di lembaga
pusat dan kementerian, 100
persen sudah menerapkan.
Tetapi kalau kita lihat yang
lain, tingkat kabupaten, kota,
masih belum semuanya,”
ujar Rudiantara di Gedung
Joang 45, Menteng, Jakarta
Pusat, Kamis (30/4).
Dalam Undang-undang
nomor 14 tahun 2008
tentang KIP—dikeluarkan
pada 30 April mulai
berlaku dua tahun setelah
diundangkan—setiap badan
publik wajib membuka
akses bagi setiap pemohon
informasi publik untuk
mendapatkan informasi
publik, kecuali beberapa
informasi tertentu.
“Yang kita selalu
bicarakan mengenai
ketersediaan informasi
42 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
untuk publik di mana publik
meminta. Sebetulnya yang
harus ditekankan adalah
governance yang lebih
baik. Good governance
menyangkut salah satunya
adalah transparansi, selain
ada akuntabilitas, dan
sebagainya,” ujar dia.
Dalam konteks
transparansi, lembagalembaga ini masih
berpatokan pada penyediaan
informasi. Menkominfo
berharap bukan hanya dalam
konteks grand informasi
keterbukaan dilaksanakan,
tapi bagaimana proses
menerapkan good
goverment dan governance
diterapkan.
Dalam proses
keterbukaan ini, Kominfo
berharap seluruh stakeholder
melibatkan diri.
“Kementerian atau
lembaga di semua tingkat
dalam mengeluarkan suatu
kebijakan saya harapkan
bisa melibatkan semua
stakeholder. Kemudian
sebelum dikeluarkan,
lakukan semacam proses
konsultasi publik atau dikenal
uji publik,” katanya.
Menurut Rudiantara,
di beberapa kementerian
sudah dilakukan proses
keterbukaan. Draft peraturan
menteri oleh menteri di
website masing-masing
kementerian telah diupload
sebelum ditandatangani. Ini
menunjukkan keterbukaan
telah dilaksanakan.
“Proses inilah yang
diharapkan bisa berjalan
di Indonesia bukan hanya
sekadar menyediakan
informasi. Menyediakan
informasi hanya ujung dari
proses, tetapi bagaimana
proses itu sendiri berjalan,”
ujar dia dalam Diskusi Publik
Lima Tahun Pelaksanaan
UU KIP dan Deklarasi Hari
Keterbukaan Informasi
Nasional.
Sementara itu, Ketua
Komisi Informasi Pusat
Abdulhamid Dipopramono
menegaskan kondisi
keterbukaan informasi
di Indonesia harus terus
diperbaiki. Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri)
diminta lebih serius untuk
mendorong keterbukaan
Informasi Publik di daerah.
Hal itu disampaikan
Ketua Komisi Informasi
Pusat (KIP) Abdulhamid
Dipopramono saat menjadi
narasumber pada diskusi
publik “Lima Tahun
Pelaksanaan UU KIP dan
Deklarasi Hari Keterbukaan
Informasi Nasional” di
Gedung Joeang, Jakarta,
Kamis (30/4). Selain
Ketua KIP, hadir sebagai
narasumber Anggota Komisi
I DPR Gamari Soetrisno,
Deputi Kastaf Kepresidenan
Yanuar Nugroho, Jubir
Kemendagri Dody
Riadmadji, dan Direktur IPC
Sulastio.
Ketua KIP
menyampaikan hal
itu akibat gemas
dengan perkembangan
pembentukan/penunjukan
Pejabat Pengelola informasi
dan Dokumentasi (PPID)
di provinsi dan kabupaten/
kota yang sangat lamban.
Demikian juga dalam
pembentukan Komisi
informasi (KI) Daerah yang
masih tujuh provinsi belum
terbentuk.
Ia juga mengungkapkan
fakta bahwa sejak tahun lalu
Kementerian Kominfo sudah
tidak dibolehkan masuk ke
provinsi dan kabupaten/kota
dalam hal pembentukan
PPID, semua kewenangan
diambil Kemendagri.
“Ketika Kominfo
mengundang untuk
koordinasi terkait rendahnya
PPID tersebut, ternyata
Kemendagri tidak pernah
mau datang, bahkan untuk
mengirim eselon tiga pun
tidak,” kata Abdulhamid.
Lebih lanjut ia
menginformasikan bahwa
KIP tidak diberi anggaran
untuk pembentukan PPID
maupun KI Daerah, tetapi
terus berusaha dengan
berbagai cara agar
pembentukan PPID maupun
KI Daerah terus bertambah.
“Komisioner KIP selalu
memboncengkan kegiatan
mendorong pembentukan
PPID dan KI Daerah dalam
kegiatan persidangan
sengketa informasi, saat
menjadi narasumber, atau
dengan biaya pribadi,”
sambung Abdulhamid.
Pasalnya, menurut dia, KIP
tidak punya garis komando
kepada Pemprov/Pemkab/
Pemkot sehingga kurang
diperhatikan.
“Kemendagri yang
punya garis komando ke
daerah, harusnya lebih aktif,”
katanya.
Sementara itu
Gamari selaku legislator
mengapresiasi acara Diskusi
Publik KIP dan menjanjikan
membuka pintu seluasluasnya pintunya bagi KIP,
baik untuk keperluan revisi
undang-undang maupun
“Proses inilah
yang diharapkan
bisa berjalan di
Indonesia bukan
hanya sekadar
menyediakan
informasi.
Menyediakan
informasi hanya
ujung dari proses,
tetapi bagaimana
proses itu
sendiri berjalan,”
Rudiantara
penambahan anggaran.
“Ingatlah selalu pada kami
sebagai pemnyusun undangundang,” kata Gamari.
Narasumber lainnya lagi,
yakni Yanuar Nugroho dari
Kantor Kepresidenan, lebih
banyak memaparkan tentang
pemerintahan terbuka (OGP)
dan instrumen-instrumen
yang sudah dimiliki
Indonesia seperti situs lapor,
satu Layanan, dan lainnya,
yang dulu pernah dirintis
oleh UKP4 sebelum tahun
2015.
Menurutnya, dari sisi itu
keterbukaan informasi di
Indonesia sudah cukup baik.
Ia juga menawarkan solusi
atas lambannya penunjukan
PPID dan KI Daerah serta
keterbukaan informasi di
Indonesia umumnya, yakni
dengan mengadakan rapat di
Bina Graha dan KIP sebagai
pengundang. (P)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 43
LIPUTAN KHUSUS
TUBERCULOSIS DAN
UPAYA PENANGANANNYA
DI INDONESIA
T
uberculosis (TB)
merupakan salah
satu penyakit tua
yang telah ada di
dunia menjangkiti
manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Di Indonesia
pengendalian TB telah
dimulai sejak 1969 melalui
Puskesmas, masa itu
pengobatan TB digunakan
obat anti tuberkulosis
dengan panduan standar
INH, PAS dan Streptomisin
selama satu sampai dua
tahun.
Seiring perkembangan
waktu di tahun 1976,
penelitian klinis penggunaan
rifampisin dalam suatu
paduan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) dengan
masa waktu pengobatan
relatif pendek. Penelitian
ini kemudian dilanjutkan
dengan uji coba lapangan
yang terkenal dengan istilah
“test run” setahun berikutnya.
pengobatan paduan
jangka pendek yang terdiri
dari INH,Rifampisin dan
Ethambunol selama 6 bulan
dipakai sebagai paduan
nasional dan diterapkan
secara bertahap.
Pada tahun 1992,
Indonesia mulai terlibat
dalam pelaksanaan ujicoba
strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse) untuk kali pertama,
dan setahun kemudian Word
Health Organization sebagai
organisasi kesehatan
44 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
dunia menyatakan status
“Global Emergency”
setelah terjadinya epidemi
tuberkulosis di tingkat global.
Berangkat dari hal tersebut
negara-negara dengan
permasalahan TB terbesar
diawasi oleh Global Stop TB
WHO-Partnership.
TB yang dahulu banyak
kita kenal sebagai TBC
merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh
kuman TB (myctobacterium
tuberculosis) yang banyak
kita kenal sebagai penyakit
yang menjangkiti paru-paru.
Nyatanya, TB juga dapat
menyerang organ atau
bagian tubuh lainnya, seperti
tulang, kelenjar, kulit, dan
lain sebagainya.
Kepedulian kita untuk
menyadari gejala dan
pengobatan TB perlu
dipupuk sejak dini, gejala
TB terutama yang mudah
dikenal ialah terjadinya batuk
berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih, selain itu terdapat
gejalan lainnya seperti dahak
bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan
lemas, dada terasa nyeri,
demam lebih dari sebulan.
Gejala-gejala tersebut
dapat berbeda-beda tiap
penderitanya. Diperkirakan
ada 460.000 kasus TB
baru setiap tahunnya dan
diantaranya 67.000 orang
meninggal dunia atau
bila dikalkulasikan setiap
harinya terdapat 184 orang
meninggal, kondisi yang
sangat kritis apabila tidak
ditangani secara serius dan
strategi yang tepat.
Pengetahuan tentang
resiko penularan TB perlu
dipahami bersama karena
TB ditularkan melalui udara
yang sangat rentan bagi
manusia untuk tertular dan
penderita TB sebagian
besar merupakan usia
produktif antara 15-55 tahun.
Seseorang yang tertular
oleh kuman TB memang
tidak otomatis menjadi sakit
namun kuman TB yang telah
masuk ke dalam tubuh dapat
menjadi tidak aktif (dormant)
selama bertahun-tahun
dengan membentuk suatu
dewasa maupun anak-anak
secara gratis, dan mulai
tahun 2013 Obat anti TB
untuk dewasa terdapat
dalam dua bentuk, yakni
Obat Anti Tb dalam bentuk
kombipaks dan Obat anti TB
dalam bentuk Fixed Dose
Combination (FDC) yang
penggunaannya di daerah
dilakukan secara bertahap
mulai tahun 2005-2006.
Kementerian Kesehatan
dalam upaya mendukung
ketersediaan Obat Anti
TB menerbitkan Surat
Keputusan nomor 1190/
Menkes/SK/2004 tentang
Pemberian Gratis Obat Anti
Tb (OAT) dan Obat Anti
Retro Viral (ARV) untuk HIV/
AIDS.
TB - HIV
dinding sel berupa lapisan
lilin yang tebal.
Pemerintah lewat
Kementerian Kesehatan
pada tahun 1999
mencanangkan Gerakan
Terpadu Nasional
Penanggulangan
Tuberkulosis (GERDUNAS
TB) yang tindaklanjutnya
salah satunya pertemuan
antar mitra yang pertama
serta peluncuran program
pelatihan untuk tenaga
kesehatan. GERDUNAS
TB mempunyai program
penanggulangan
Tuberkulosis dengan
tujuan jangka panjangnya
menurunkan angka
kesakitan dan angka
kematian penyakit dengan
memutus rantai penularan,
sehingga TB bukan
lagi menjadi salah satu
masalah utama kesehatan
masyarakat Indonesia.
Tujuan jangka pendeknya
program tersebut adalah
tercapainya angka
kesembuhan minimal 85
persen dari semua penderita
baru BTA positif yang
ditemukan, dan tercapainya
cakupan penemuan
penderita secara bertahap
sehingga pada tahun 2005
dapat mencapai 70 persen
dari perkiraan semua
penderita baru BTA positif.
Pada saat Indonesia
mulai menerapkan
sistem DOTS untuk
penanggulangan TB,
disediakan paket OAT (Obat
Anti TB) bagi penderita
Muculnya epidemi
HIV dan AIDS menambah
permasalahan kesehatan.
Dalam hubungannnya
dengan TB, HIV akan
meningkatkan resiko
kejadian TB secara
signifikan karena TB
merupakan penyebab
kematian utama pada orang
dengan HIV/AIDS (ODHA).
Tahun 2011 terdapat
87 juta insiden kasus TB
dengan 1-1,2 juta atau
sekitar 12-14 persen
diantaranya dinyatakan HIV
Positif. Proporsi kasus koinfeksi TB-HIV paling tinggi
di Negara-negara wilayah
Afrika (39 persen kasus
ko-infeksi TB-HIV) sehingga
menyumbang 79 persen
kasus ko-infeksi TB-HIV
secara global (Global Report
WHO,2012).
Di Indonesia sendiri
TB merupakan sebuah
tantangan bagi pengendalian
AIDS karena merupakan
infeksi oportunistik nomor 3
terbanyak atau setara 25,4
persen pada ODHA.
Sebaliknya diperkirakan
sekitar 3,3 persen pasien
TB dengan status HIV positif
(Laporan Perkembangan
HIV-AIDS, triwulan ketiga
tahun 2012 dan global report
WHO 2012).
Kasus AIDS pertama
kali dilaporkan di Bali
pada tahun 1987 saat itu
penyebaran epidemic mulai
terjadi, jumlah kumulatifnya
dari tahun 1987 sampai
September 2012 sebanyak
39.434 kasus.
Sedangkan
perkembangan epidemi HIV
di Indonesia yang termasuk
salah satu yang tercepat
di Asia, dari tahun 2005
hingga September 2012
ditemukan 92.251 kasus dan
data pada Juli-September
2012 menunjukkan bahwa
penularan melalui hubungan
seksual tidak aman pada
heteroseksual merupakan
cara transmisi HIV yang
terbanyak yaitu 50,8 persen
diikuti melalui penggunaan
jarum suntik tidak steril
pada penasun 9,4 persen
dan lelaki seks lelaki (LSL)
sebanyak 7 persen laporan.
Pada ODHA pengobatan
TB yang dilakukan selain
pemberian OAT ditambah
pula terapi Anti Retroviral
(ARV), terapi ini diberikan
untuk semua ODHA yang
sakit TB tanpa memandang
jumlah CD4. Namun
pengobatan TB tetap
merupakan prioritas utama
untuk pasien dan tidak
boleh terganggu oleh terapi
ARV, pemberian ARV pada
pasien ko-infeksi TB-HIV
cakupannya baru sebanyak
39 persen dan pemberian
pengobatan pencegahan
dengan kotrimoksasol
sebanyak 67 persen. (Reza)
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 45
NUSANTARA SEHAT
Mewujudkan
Layanan Kesehatan
Daerah Terpencil
K
ementrian
Kesehatan
memulai program
Nusantara
Sehat. Program
yang merupakan
intervensi berbasis tim
pada fasilitas layanan
kesehatan adalah upaya
terobosan menjangkau
daerah terpencisl. Layanan
kesehatan berbasis tim ini
sksn ditempatkan langsung
diwilayah-wilayah terpencil
dan akan membangun
sistem kegiatan kesehatan
di Puskesmas terpencil. Hal
ini disampaikan Menkes
Nila F. Moeloek pada acara
Rapat Koordinasi Teknis
(Rakontek) Bina Upaya
Kesehatan Dasar (BUKD), di
Jakarta (25/3).
Tujuan utama program
NS ini menurut Nila untuk
mewujudkan layanan
kesehatan primer yang
dapat dijangkau oleh setiap
anggota masyarakat,
terutama oleh mereka yang
berada di wilayah-wilayah
terpencil di berbagai pelosok
Nusantara.
Tim NS yang dikirim
terdiri atas para tenaga
46 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
n Primer
Menkes RI menyaksikan
penandatanganan komitmen
bersama 48 bupati / Walikota
provinsi yg terpencil dan
bermasalah kesehatan
mendukung program
Nusantara Sehat
profesional kesehatan
dengan latar belakang medis
seperti dokter, perawat,
bidan, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan,
ahli teknologi laboratorium
medik, tenaga gizi, dan
tenaga kefarmasian yang
berusia di bawah 30 tahun.
Besaran gaji atau insentif
bagi tenaga kesehatan
penugasan khusus berbasis
tim sebesar Rp.7.850.000
untuk dokter umum dan
dokter gigi, sedangkan
untuk Bidan/perawat/Tenaga
kesehatan Lingkungan/
Tenaga Gizi/ Ahli Teknologi
Laboratorium Medik/ Tenaga
kefarmasian / Tenaga
Kesehatan Masyarakat
sebesar Rp. 4.400.000.
Sedangkan besaran gaji atau
insentif tenaga kesehatan
penugasan khusus berbasis
tim atau team based dalam
mendukung program
Nusantara Sehat ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan
atas persetujuan Menteri
Keuangan.
Tim pertama NS akan
mulai bertugas pada tanggal
29 April 2015 hingga 2
tahun ke depan. Proses
perekrutan telah dilakuan
secara online dan direct
assessment. Proses seleksi
calon berdasarkan resume,
tes tertulis, wawancara tatap
muka, tes psikologi serta
Focus Group Discussion
(FGD) untuk menilai individu
dalam dinamika kelompok.
Bagi peserta yang telah lulus
seleksi akan diberi pelatihan
dan pembekalan oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur Kemenkes bekerja
sama dengan Armada Barat,
Fakultas Kedokteran UI dan
RSCM serta Puskesmas.
Di tahun 2015 ini,
program NS direncanakan
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 47
NUSANTARA SEHAT
Menkes RI memberikan
arahan pada acara
penandatanganan komitmen
bersama 48 bupati / Walikota.
Menkes RI beserta sekjen,
Dirjen BUK dan Itjen
melakukan diskusi tanya
jawab.
Menkes RI Menyambangi
Tim Nusantara sehat
mengikuti kapasiti
building yang
dilakukan pembekalan
mental kesiapan
keterampilanuntuk
ditempatkan didaerah
tertinggal.
dilakukan di 48 puskesmas
kabupaten atau kota di 15
Provinsi meliputi Aceh,
Sumut, Riau, Kepri,
Bengkulu, NTT, Kalbar,
Kaltim, Kaltara, Sulut,
Sulteng, Maluku Utara,
Maluku, Papua dan Papua
Barat.
Dalam kegiatan Rakontek
BUKD ini dilakukan juga
penandatanganan komitmen
mendukung Program NS
oleh 48 Bupati atau Walikota
dari 15 provinsi lokus,
disaksikan Menkes.
Untuk mendukungan
keberhaslan program ini,
48 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Menkes RI Foto bersama Tim Nusantara sehat
Tim Nusantara sehat mengikuti kapasiti building
Menkes mengharapkan
agar Bupati/Walikota bisa
menjamin keselamatan dan
keamanan tenaga kesehatan
penugasan khusus berbasis
tim, menyediakan sarana,
prasarana, dan fasilitas
tempat tinggal yang
layak untuk menunjang
pelaksanaan tugas, dan
menerbitkan Surat Izin
Praktik (SIP) untuk tenaga
kesehatan penugasan
khusus berbasis tim
(team based) dalam
mendukung program NS
sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.(Pra)
Pelantikan
Tim
Nusantara
Sehat
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 49
DARI DAERAH
Pelayanan J
Bidan Taraka
H
ingga kini, Indonesia belum
bisa lepas dari tingginya
angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi
(AKB). Indonesia masuk
dalam kategori 73 negara dengan angka
kematian yang tinggi. Dari kelompok
negara tersebut menyumbang 96% dari
jumlah kematian ibu, 91% bayi lahir
mati dan 93% kematian bayi baru lahir.
Mengutip data hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1000 kelahiran.
Menghadapi masalah ini, upayaupaya dilakukan oleh pemerintah
termasuk di dalamnya reformasi
pelayanan kebidanan sebagai ujung
tombak di lapangan. Hal ini sudah mulai
diimplementasikan oleh bidan di seluruh
Indonesia sejak 2012 lalu. Seperti salah
satunya dilakukan oleh Kota Tarakan,
Kalimantan Timur yang melakukan
reformasi pelayanan kebidanan.
Berangkat dari upaya untuk
memenuhi salah satu hak dasar rakyat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai dengan UUD 1945 dan UU No
36 tahun 2009 tentang kesehatan,
khususnya menurunkan Angka Kematian
50 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB), Dinas Kesehatan Kota Tarakan
melakukan pelayanan kebidanan
menjadi lebih kepada kegiatan
kesehatan yang lebih mendekatkan
pelayanan pada masyarakat.
Di Kota Tarakan, jika sebelumnya
masyarakat yang datang ke puskesmas
atau ke pusat layanan kesehatan yang
lain, mulai 2012 petugas puskesmas
yang datang ke rumah masyarakat.
Kegiatan kesehatan ini yang kemudian
membawa pelayanan kebidanan Kota
Tarakan mendapat penghargaan
dari kantor urusan Presiden Bagian
Development Gold untuk bidang
Jemput Bola
an
kebidanan ke Akademi Kebidanan
Universitas Borneo dengan
memasukkan Reformasi Kebidanan
ke kurikulum D3 Akademi Kebidanan.
Hal ini diharapkan semua bidan dari
awal sudah terpapar dengan Reformasi
Kebidanan .
Kesehatan Tabungan Lingkungan
(Taling) dan Sanitasi serta Pelayanan
Kebidanan di Puskesmas di tahun 2013
lalu.
Pada tahun 2013, Dinas Kesehatan
Kota Tarakan melaporkan setiap bidan
mengawal 3 sampai 5 ibu hamil. Para
bidan ini bertugas memantau sejak
dari kehamilan, saat persalinan sampai
40 hari pasca persalinan. Kegiatan
kesehatan ini untuk mendeteksi
gangguan atau kelainan sejak dini,
termasuk menekan angka kematian ibu
dan anak.
Dan di tahun 2014 lalu juga
dilakukan sosialisasi reformasi
Peta Masalah Kebidanan
Kota Tarakan
Dalam mengimplementasikan
reformasi kebidanan Kota Tarakan
ternyata tak mudah. Seperti di berbagai
daerah Indonesia pada umumnya,
beberapa permasalahan muncul,
diantaranya mencakup perbedaan
pengetahuan dan ketrampilan antar
bidan antara bidan yunior dan senior dan
belum matangnya perencanaan program
kesehatan terkait pelayanan kebidanan.
Dan pada pencatatan dan pelaporan
pelaksanaan program kesehatan
ibu masih mengalami kesulitan
untuk melakukan perhitungan dan
analisa data, menyusun laporan
yang formatnya terlalu banyak. Pada
pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) masih terjadi ketidakseragaman
buku pedoman, materi penyuluhan,
brosur, leaflet dan poster, belum
maksimalnya implementasi standar
pelayanan dan tidak berjalannya
akselerasi antar program, misalnya :
KIA- keluarga berencana (KB) yang
dibuat terpisah dimana KB baru adalah
ibu yang baru melahirkan. Pemantauan
ibu hamil pun hanya dilakukan pada ibu
hamil berisiko tinggi.
Serta motivasi bidan yang dirasa
masih kurang untuk melakukan
pelayanan pada masyarakat dalam
melakukan pelayanan antenatal
cara (ANC), pelayanan persalinan,
pelayanan postnatal care (PNC), dan
pelayanan ke rumah atau home care.
Untuk menghadapi berbagai
permasalahan pelayanan kebidanan
ini maka dinilai perlu untuk menunjuk
bidan koordinator atau bidan
mentor. Dan melibatkan
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 51
DARI DAERAH
bidan dalam penyusunan program
pelayanan kebidanan. Dalam
penetapan perencanaan program
pun perlu diperhatikan ketersediaan
tenaga di masing-masing puskesmas,
pemerataan jumlah bidan sesuai
dengan jumlah puskesmas, pemerataan
bidan sesuai dengan jenis puskesmas
serta didukung oleh pelatihan khusus
profesi bidang kebidanan.
Disamping itu, ketersediaan sarana
dan prasarana di masing-masing
puskesmas juga menjadi faktor penting
untuk menunjang pelayanan kebidanan.
Sarana dan prasarana yang harus
didukung meliputi ketersediaan peralatan
penunjang persalinan diantaranya mobil
ambulance dan obat-obatan.
Sedangkan untuk pencatatan
dan pelaporan di bidang pelayanan
kebidanan Kota Tarakan dilakukan
inventarisir semua buku pedoman,
leaflet dan bahan promosi lainnya
dengan menggunakan nomor dan
berlaku seragam untuk semua
Puskesmas.
Dan untuk masalah administrasi,
Konsep Reformasi
Pelayanan Kebidanan Tarakan
Pelaksanaan Program KIA
Penyusunan program kerja kesehatan
ibu dan anak kedepannya tidak
hanya sebatas kepala seksi, kepala
puskesmas dan kepala bidang yang
terlibat. Untuk perencanaan program
tahun 2014, setelah pelaksanaan
kegiatan Penilai Kinerja Puskesmas
(PKP) setiap bidang yang dikoordinir
oleh bidan koordinator akan duduk
bareng untuk membuat program
kerja berdasarkan hasil PKP, setelah
itu akan dijadwalkan seluruh bidan
koordinator dari 7 (tujuh) Puskesmas
bersama pemegang program KIA Dinas
Kesehatan, Kepala Seksi Kesehatan
Keluarga, Kepala bidang Kesga dan
Promkes serta Kepala Sub Bagian
Peyusunan Program untuk melakukan
pembahasan program kerja untuk
tahun 2014. Hasil dari pembahasan
akan disampaikan oleh masingmasing bidan koordinator kepada
kepala puskesmas yang nantinya
akan dimasukkan dalam usulan
Perencanaan Tingkat Puskesmas
(PTP), sehingga pada tahun 2014 tidak
ada program kerja yang tidak diketahui
oleh para bidan yang ada
di puskesmas karena program kerja
yang ada itu berawal dari usulan
para bidan di puskesmas dari hasil
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)
dan pembahasan ditingkat Dinas
Kesehatan.(jadwal Terlampir).
Melakukan inventarisasi pada semua
buku pedoman atau dokumen eksternal
pelaksanaan program KIA, brosur,
leafleat, poster, materi penyuluhan
dan defenisi operasional yang standar
dengan nomor CM, sehingga terjadi
keseragaman di seluruh puskesmas.
Dan informasi pelayanan KIA yang
sampai pada masyarakat juga
seragam.
Untuk memaksimalkan implementasi
SOP maka semua SOP yang ada
diprogram KIA harus dipastikan
sudah seragam untuk puskesmas
perawatan dan non perawatan serta
mengupayakan agar semua bidan
mengetahuinya keberadaan SOP,
memahaminya dan melaksanakan
tugas sesuai SOP yang telah
dibuat. Tidak ada satupun bidan
yang tidak mengetahui dan
mengimplementasikan, untuk itu perlu
dilakukan upaya penyegaran dan
evaluasi untuk mengetahui apakah
semua bidan telah melaksanakan
tugas sesuai dengan SOP.
Akselerasi program
- Melakukan akselerasi antar
program yang tidak berjalan. Mis:
KIA-KB, yang dibuat terpisah
dimana KB baru adalah ibu yang
baru melahirkan yang di dalam
pelaporan sering sekali terjadi
selisih, dimana kedua program
52 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
ini merupakan satu kesatuan dari
program KIA yang merupakan
tanggung jawab bidan, maka
upaya dalam reformasi ruangan
KB tidak terpisah dengan ruangan
kebidanan.
-
Diupayakan setiap ruangan KIA
berfungsi untuk melayani satu
orang pasien ibu hamil untuk
menjaga privasi mereka dan
dengan menyeragamkan tupoksi
para bidan maka kedepannya
bidan dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya tidak lagi
hanya sektoral tapi menyeluruh
mengurusi KB, DDTK, persalinan
atau KIA, yang mana akan
menjadikan bidan sebagai tim kerja
yang solid di dalam penanganan
ibu hamil di Kota Tarakan
Melakukan pemantauan ibu hamil
dengan cara:
- Membagi habis ibu hamil yang ada
dengan bidan yang bertugas
di semua puskesmas. Hal ini
dimaksud agar bidan dapat
melakukan deteksi dini atau
identifikasi faktor isiko. Dengan 1
bidan dan 1 pasien mulai dari ANC,
persalinan sampai dengan PNC
semua pembagian tugas diatur oleh
bidan koordinator (standar ANC,
Delivery dan PNC terlampir)
dilakukan juga perampingan format
laporan yang semula berjumlah 12
menjadi 7 laporan KIA saja. Dimana
format laporan harus meliputi
implementasi SOP, pelaksanaan
Program KIA, dan akselerasi program
yang tidak berjalan (KB-KIA).
Sementara itu pelaksanaan
reformasi pelayanan kebidanan akan
melakukan pembagian tugas pokok
dan fungsi bidan yang sama. Sehingga
kedepan tidak hanya ibu hamil
dengan risiko tinggi yang dilakukan
pemantauan, tetapi semua ibu hamil
dilakukan pemantauan oleh bidan
dengan membagi habis ibu hamil yang
ada dengan bidan yang bertugas di
semua puskesmas dan melakukan
- Untuk membantu K1 yang banyak
di wilayah kerja puskesmas dengan
penduduk yang besar, akan
dilakukan redistribusi bidan ke
wilayah kerja puskesmas tersebut
untuk melaksanaan home care
sharing tenaga antar Puskesmas.
- Setiapa bidan wajib melakukan
home care minimal 2 kali (ANC 1
kali dan PNC 1 kali), pendampingan
persalinan pada kondisi non risiko
tinggi dan pelaksanaan home visit
harus ditingkatkan dengan kondisi:
l Pada ibu hamil ridiko tinggi
l Bayi yang ditinggal meninggal
oleh ibunya
l Ibu hamil DO setelah 2 kali
dikonfirmasi tidak datang
l Ibu hamil yang tidak pernah
kontak dengan tenaga
kesehatan
(data kader/masyarakat).
l Kunjungan nifas dan neonates
risiko tinggi
l Pelaksanaan frekuensi
kunjungan rumah menyesuaikan
kondisi ibu dan bayi.
Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan standar pemeriksaan
yang sama dengan standar ANC
puskesmas. Jika pada pelaksanaan
home care diperlukan pemeriksaan
khusus bidan pengjangkau atau
outreach dapat merujuk ke puskesmas
dengan temu janji atau rujukan cepat
(cito) pada kondisi eksterm.
- Untuk sistem rujukan ibu hamil,
dilakukan untuk :
l Rumah ke PKM
l BPS ke PKM
l BPS ke RS
Membagi ke puskesmas pemilik
wilayah kerja masing-masing
dengan membuat call center
system. Dan untuk ibu hamil yang
akan bersalin ke sarana kesehatan
dilarang membawanya dengan
menggunakan kendaraan roda
dua. Untuk daerah yang akses
sulit terhadap kendaraan roda
empat dapat dilakukan peningkatan
kerjasama antar penduduk,
misalnya dalam peminjaman
perahu sampai ke wilayah yang
terjangkau roda empat atau dapat
menyediakan anggaran khusus
transportasi laut. (transport rujukan
ibu hamil yang akses sulit).
- Sarana untuk mendukung home
care atau visit dilakukan dengan
standarisasi dan dapat disediakan
oleh pemerintah kota, sarana
tersebut antara lain :
l Tas bidan
l Funduskope
l Meteran
l Thermometer
l Timbangan badan
l Tensimeter
l Standar pencatatan home visit
- Fungsi kerja bidan koordinator dan
bidan penjangkau outreach adalah :
l Bidan koordinator
Setiap puskesmas dalam
pelaksanaan pelayanan asuhan
kebidanan akan dikoordinir oleh
satu bidan yaitu bidan koordinator
yang selaian mempunyai
tugas pokok dan fungsi yang
sama dengan bidan lainnya,
bidan koordinator mempunyai
tanggungjawab tambahan. Bidan
sistem rujukan ibu hamil yang
memerlukan penanganan di fasilitas
kesehatan tingkat lanjut.
Agar seluruh masalah ini bisa
teratasi dan pelayanan kebidanan
bisa terimplementasi maka kebijakan
dari Kepala Dinas Kesehatan dalam
implementasi reformasi pelayanan
kebidanan wajib dilakukan.l
Koordinator harus mempunyai
back up dengan tugas yang sama,
keduanya ditunjuk oleh pimpinan
puskesmas.
l Bidan penjangkau atau outreach
Untuk puskesmas dengan jumlah
kunjungan ibu hamil yang banyak,
akan mendapat bidan penjangkau
dari puskesmas yang jumlah
kunjungan ibu hamil yang sedikit,
sehingga semua ibu hamil yang
ada membagi habis dengan
jumlah bidan yang ada di 7 (tujuh)
puskesmas.
- Konsep jam kerja bidan penjangkau
Kerja penjangkauan merupakan
tugas pokok dan fungsi bidan pada
hari itu sehingga perlu dibuat jadwal
yang baik untuk membagi habis
tugas rutin puskesmas seperti
ke posyandu, ANC puskesmas,
penolong persalinan dan lain-lain
yang dianggap perlu.
Pencatatan dan Pelaporan
Meneliti ulang semua format laporan
yang ada dan melihat semua jenis
data yang diminta serta mempertegas
defenisi operasional
agar tidak terjadi perbedaan
perhitungan. Jika terdapat duplikasi
permintaan data, baik dari seksi
maupun bidang lainnya akan
direduksi dan dibuat format yang lebih
sederhana tanpa mengurangi data
yang dibutuhkan sehingga mampu
menjawab permintaan data baik dari
Pemerintah Kota, Provinsi maupun
Kementerian Kesehatan.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 53
DARI DAERAH
Konsistensi
Pimpinan dan
Kemajuan
Kota Tarakan
54 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
P
erubahan harus mulai dari atas.
Tak mungkin staf akan berubah,
jika pimpinan belum berubah.
Demikian juga kita berharap
puskesmas berubah, tapi dinas
kesehatan tak berubah. Jadi, perubahan kea
rah yang lebih baik itu harus segera dimulai,
sekecil apapun. Termasuk pada perubahan
pelayanan kebidanan. Nah bagaimana proses
perubahan pelayanan kebidanan itu terjadi?
Kota Tarakan dapat menjadi model.
Indrawati (31) Ibu tiga anak sempat sedih
karena dibentak-bentak bidan, saat anak
keduanya mendapat imunisasi. Lengan anak
saya berdarah-darah, ketika saya tanyakan
baik-baik, malah saya dibentak-bentak, bukan
memberi penjelasan apa yang saya tanyakan.
“Merubah pelayanan Kota
Tarakan yang paling berat
adalah merubah cara
berfikir atau paradigma
tenaga kesehatan. Merubah
paradigma berfikir menjadi
tantangan terbesar."
dr. Khairul
“ Saya itu merasa bodoh, tidak tahu. Jadi
bertanya pingin tahu, eh malah dibentakbentak. Sedih rasanya”, ujar Indrawati
sambil memangku anak ke tiga, dirumah
panggung warisan orang tua di pinggiran
Desa Gunung Likas, Kota Tarakan,
Kalimantan Utara.
Kini, Indrawati sudah merasakan
perbedaan dan perbaikan pelayanan
kesehatan di Puskesmas tempat
tinggalnya. Ketika Ia memeriksakan
anak ke tiga layanan sudah baik,
dibanding dengan tahun sebelumnya
yang sempat mendapat bentakan ketika
memeriksakan anak ke dua. Pengakuan
ini disampaikan Indrawati, kepada bidan
Ani dan rombongan dari Puskemas
Gunung Lingkas ketika mengunjungi
Ferawati, adik kandung Indrawati yang
mempunyai pinggul sempit. Sehingga
Ferawati mendapat rujukan ke RSUD
Tarakan untuk mendapat operasi ketika
melahirkan anak ke duanya.
“Semua pelayanan di puskesmas
sampai layanan persalinan melalui
operasi di RSUD Tarakan baik dan cepat
mendapat pelayanan. Gratis tak ada
pungutan biaya, karena saya peserta
JKN”, ujar Ferawati, sambil mengayun
bayi kedua yang baru lahir 3 minggu
yang lalu.
Perubahan perbaikan pelayanan
kesehatan itu bermula dari gagasan
Kepala Dinas Kesehatan sebelumnya,
dr. Khairul, M.Kes yang kini menjabat
sebagai Seketaris Daerah Pemerintah
Daerah Kota Tarakan.
Menurut dr. Khairul, Kota Tarakan
masih mempunyai persoalan utama
yakni tingginya angka kematian ibu dan
bayi. Persalinan masih banyak yang
belum ditangani tenaga kesehatan.
Kondisi ini diperberat dengan hadirnya
banyak orang transit di Tarakan.
“Merubah pelayanan Kota Tarakan
yang paling berat adalah merubah
cara berfikir atau paradigma tenaga
kesehatan. Merubah paradigma berfikir
menjadi tantangan terbesar. Sarana
prasarana tersedia, sistem dan SOP
sudah dibuat, tapi tak akan berpengaruh
besar dalam peningkatan pelayanan,
tanpa perubahan berfikir para tenaga
kesehatannya”, ujar Khairul saat ditemui
di kantor Pemda Kota Tarakan.
Menurut dr. Khairul, Memang tidak
semua orang terlibat dalam tim, hanya
beberapa orang terpilih saja. Seperti
hukum Pareto, cukup 20 persen
orang yang mempunyai kualitas yang
diberi tugas bekerja dengan baik,
maka pekerjaan mereka ini akan
mempengaruhi kinerja yang 80 persen
lainnya.
Menurut dr. Khaerul Kota Tarakan
sebenarnya secara sarana kesehatan
dan SDM kesehatan cukup, rumah
sakit tipe B, padahal sudah ada jaminan
persalinan (jampersal) tapi mengapa
angka kematian ibu dan bayi masih
cukup tinggi. Jawaban pertama, selain
faktor pendatang dari luar Kota Tarakan,
pasti ada sebab lain.
“Setelah melihat pola kebidanan di
Australia, saya melihat mereka mendata
setiap bidan mendampingi ibu hamil
hingga bersalin dan pasca persalinan.
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 55
DARI DAERAH
Mereka mendatangi semua ibu hamil
ke rumah (home care). Sekalipun tidak
semua tahapan K1 sampai K4 itu harus
melalui kunjungan rumah, paling tidak
ada satu kali kunjungan rumah dari K1
sampai K4 tersebut “, ujar Khaerul.
Sebab, menurut dokter yang kini
menjadi sekretaris Daerah ini, ibu
hamil sangat memerlukan dukungan
keluarga, terutama menentukan tempat
melakukan persalinan. Terkadang ibu
hamil tak berdaya menentukan dimana
tempat melakukan persalinan. Biasanya
yang menentukan dimana melakukan
persalinan umumnya orang tua seperti
ibu atau nenek mereka. Sayang,
mereka ini lebih dekat kepada dukun
dibanding petugas kesehatan. Nah
kunjungan bidan ke rumah diantaranya
menjelaskan tempat yang tepat untuk
bersalin.
“Entry point yang utama kunjungan
rumah kepada ibu hamil oleh tenaga
bidan yakni memastikan kondisi
kesehatan kehamilan, lingkungan
dan dukungan keluarga melakukan
persalinan pada sarana kesehatan dan
dilakukan oleh petugas kesehatan’, ujar
Khaerul.
Sebagai Sesda, dr. Khairul berjanji
akan tetap memperhatikan alokasi
anggaran kesehatan. Tapi sudah tidak
mempunyai tangan secara langsung
menjangkau Dinas Kesehatan.
Tugasnya berulang-ulang mengingatkan
agar program itu berkesinambungan,
sekalipun ada perubahan
kepemimpinan. Jangan setiap pejabat
baru harus program baru. Banyak
program sebelumnya yang belum tuntas,
maka kewajiban pejabat berikutnya yang
harus menuntaskan.
Menurut dr. Khaerul sejak dirinya
diangkat menjadi Sesda tidak membuat
program baru, tapi melanjutkan apa
yang sudah dilaksanakan sebelumnya
dengan melakukan improvement.
Sebagai contoh, pejabat sekarang
mencanangkan membangun jembatan
bulat, ini pasti tidak akan selesai satu
periode kepemimpinan wali kota.
Bayangkan, kalau wali kota berikutnya
tak bersedia melanjutkan, maka siasialah uang rakyat ini.
56 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
“Sejak saya menjadi Sesda
berkewajiban menuntaskan apa yang
belum tuntas. Melanjutkan program
sebelumnya yang belum selesai
dengan melakukan improvement .
Itulah pentingnya memori serah terima
jabatan. Sehingga pejabat baru dapat
mengetahui dan melanjutkan program
yang belum selesai. Jangan ingin
menyelesaikan problem baru yang
masih panjang tahapannya. Kalau dapat
menyelesaikan problem sebelumnya,
justru menjadi prestasi saat memimpin”,
ujarnya memberi saran.
Menurutnya, komitmen Pemerintah
Daerah Kota Tarakan tetap tinggi
terhadap pembangunan kesehatan
dan pendidikan, sekalipun tidak
tertera secara tersurat. Tak mungkin
mengabaikan. Coba saja berani tidak
menganggarkan sejumlah dana untuk
membeli obat, operasional pelayanan
publik, pasti akan heboh.
“Masyarakat akan ngamuk bila
menelantarkan pelayanan publik,
khususnya kesehatan. Mereka tidak
peduli dengan visi-misi. Jadi beruntung
sector kesehatan ini, Ia akan tetap
mendapat dukungan publik untuk terus
melakukan perbaikan, sekalipun tidak
memprogramkan secara penuh. Hanya
saja karena bersentuhan langsung
dengan masyarakat, masalah terus
berdatangan. Oleh sebab itu jangan
menunda penyelesaian masalah, sebab
esok hari akan datang lagi”, ujarnya.
Kendala utama reformasi kebidanan
ini yakni mindset petugas dan
masyarakat. Sebagai contoh, awal
melakukan ISO, banyak karyawan
yang mengeluh tidak bisa. Ada yang
merasa sudah tua, tak mampu computer.
Tapi terus dorong pelan-pelan, tapi
pasti, akhirnya semua dapat berjalan.
Perubahan itu harus terus-menerus, tak
boleh berhenti dan konsisten.
“Keberhasilan satu program itu juga
sangat tergantung pada konsistensi
pemimpin. Saya sendiri berusaha tidak
melanggar apa yang sudah disepakati.
Tidak mungkin ada perubahan kalau
pemimpin tak berubah. Untuk itu,
kesepakatan aturan jangan berubahubah, agar mudah semua pihak
menerapkannya”, ujar Sesda. (Pra)
T
ugas saya sebagai Kepala
Dinas Kesehatan Kota
Tarakan meneruskan
program sebelumnya.
Meningkatkan program yang
sudah baik dan memperbaiki program
yang belum baik. Sebab tidak ada
program yang benar-benar sempurna.
Prioritasnya memang promosi
kesehatan. Menjaga orang sehat agar
tetap sehat, usahakan jangan sampai
sakit, sedangkan orang yang sakit
segera mendapat pengobatan.
Saat ini Kota Tarakan indikator
kesehatannya makin baik, seperti
umur harapan hidup meningkat, angka
kematian bayi dan ibu menurun,
termasuk angka gizi buruk juga
menurun. Sebagai contoh, umur
harapan hidup meningkat, target MDGs
2014 yakni 72 tahun, tapi Kota Tarakan
sudah mencapainya tahun 2012.
Selanjutnya meningkatkan
pelayanan kesehatan, dengan
menghilangkan jarak antara
petugas kesehatan dan masyarakat.
Menyatukan dua kata antara Saya dan
Anda menjadi Kita, mulai dari sikap
sampai dengan tindakan.
Reformasi kebidanan merupakan
bagian dari program promotif dan
preventif, yakni mengantipasi sejak
dini agar terjadi kelahiran bayi yang
sehat dan ibu selamat. Terbebas dari
berbagai kemungkinan timbulnya
penyebab kematian. Sekiranya ada
kemungkinan risiko tinggi, segera
dapat diminimalisasi, sehingga tidak
berdampak buruk pada saat persalinan
maupun pasca persalinan.
Caranya, sejak kehamilan
sudah mendapat pemeriksaan dari
tenaga kesehatan/ bidan. Sehingga
ibu hamil mendapat arahan untuk
melaksanakan pola hidup bersih dan
sehat. Apabila ada keluhan dapat
langsung berkonsultasi dengan
bidan atau dokter yang bertanggung
jawab. Selanjutnya, bersalin disarana
kesehatan oleh tenaga kesehatan.
Dengan demikian, secara manusiawi
kita sudah meminimalkan faktor risiko
tinggi kehamilan.(P)
Subono Samsudi
Kadinkes Kota Tarakan
Minimalkan
risiko tinggi
kehamilan
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 57
DARI DAERAH
Antara
Reformasi
dan Idealisme
Bidan
S
elain untuk menurunkan
angka kematian ibu dan
bayi, berbagai masalah
tentang pelayanan
kebidanan juga muncul
seperti adanya perbedaan kemampuan
antara bindan senior dan junior. Bidan
umumnya hanya menguasai kesehatan
ibu dan anak (KIA) atau KB saja,
sesuai ruang lingkup kerjanya. Alasan
inilah yang memunculkan reformasi
kebidanan di Kota Tarakan. Namun
setelah beberapa bidan mengikuti
pelatihan di Adelit University Australia,
timbulah dorongan untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan. ‘’Sekarang,
ruang KB dan KIA disatukan, dahulu
terpisah. Kini, setiap bidan sudah
memiliki kemampuan yang sama untuk
pelayanan KIA dan KB,’’ kata Kepala
Seksie Kesehatan Keluarga, Dinas
Kesehatan Kota Tarakan, dr. Devi Ika
Indriati, M.Kes kepada mediakom awal
Mei 2015 yang lalu di Tarakan.
Menurut dr. Evi, setiap ibu
hamil harus mendapat pelayanan
yang tuntas, jangan hanya karena
kekurangan waktu lantas tak tuntas.
Kami menyampaikan pilihan kepada ibu
hamil untuk melanjutkan pemeriksaan
atau meneruskannya kembali di lain
waktu. Biasanya pemeriksaan dalam
tahap awal akan memakan waktu lebih
dr. Devi Ika Indriarti,
Kasie Kesehatan
Keluarga (kiri) dan
Eny Suryani, SH Kabid
Kesehatan Keluarga dan
Promkes (kanan)
panjang kira-kira 40 menit, selanjutnya
akan lebih cepat. Dengan memberi
pilihan akan memudahkan pasien
memutuskan secara sukarela.
“Bidan melakukan kunjungan
kepada ibu hamil pada awal trimester
pertama, trimester 3 dan 42 hari setelah
nifas, rata-rata minimal 4 kali kunjungan
bidan ke rumah pasien. Kalau kasus
risiko tinggi (risti), bisa lebih dari 4 kali
kunjungan”, ujar dr. Devi.
Bagi dr. Devi, kunjungan ke rumah
selain meningkatkan hubungan
58 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
personal juga untuk menjelaskan
kepada keluarga, seperti suami,
orang tua dan saudara yang ada di
rumah tentang tanda-tanda menjelang
kelahiran atau risti. Apabila keluarga
bisa mengetahui tanda-tanda tersebut
lebih awal maka mereka akan segera
mengantar ibu hamil ke rumah sakit
untuk segera mendapat pertolongan.
Reformasi kebidanan telah
mendapat respon dengan baik dari
masyarakat, khususnya kepercayaan
kepada tenaga kesehatan atau bidan.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ibu
hamil yang telah berkomunikasi dengan
bidan melalui pesawat telepon.
“Dari data Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKI) dan
Angka kematian Anak Balita (AKABA)
di Kota Tarakan Tahun 2009 – 2011,
masih di bawah batas toleransi tetapi
harus tetap melakukan perbaikan dari
waktu ke waktu sampai angka kematian
menjadi zero atau nol”, ujar dr. Devi.
Penyebab kematian ibu di Kota
Tarakan dalam 3 tahun terakhir ini, jelas
dr.Devi karena masalah eklampsia,
pendarahan dan sepsis. Dari hasil
Audit Maternal Perinatal (AMP) yang
biasa dilakukan pada kasus kematian
ibu didapatkan bahwa kematian ibu
sebagian besar adalah ibu hamil
yang tidak pernah memeriksakan
kehamilannya, baik karena faktor
keterbatasan pengetahuan, akses
ataupun masalah non teknis lainnya.
“Hanya satu ibu hamil yang rutin
melakukan pemeriksaan kehamilan dan
meninggal. Ibu hamil yang meninggal
bukan merupakan ibu yang mempunyai
faktor risiko tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa kehamilan itu adalah proses
yang harus selalu diawasi, baik yang
mempunyai faktor risiko tinggi ataupun
tidak. Sedangkan penyebab kematian
bayi dan balita sebagian besar adalah
asfiksia (terutama neonatal), Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR), infeksi, diare dan
pneumonia”, ujar dr. Devi.
Idealisme Peran Bidan
Berkaca dari pengamalan kerja
bidan di Australia memang menyeluruh
dan tuntas dalam membantu ibu hamil
dan persalinannya maka seorang bidan
selain memonitor kehamilan ibu hamil
yang menjadi tanggung jawabnya, juga
menyiapkan dimana tempat bersalin bila
sudah waktunya. Termasuk mencarikan
rumah sakit bila harus mendapat
rujukan.
“Bidan secara khusus mengajak
ibu hamil yang akan melahirkan ke
rumah sakit. Bahkan bidan menunjukan
secara rinci dimana kamar dan tempat
tidur yang akan digunakan bersalin.
Tentu bidan sudah menjalin kerja sama
dengan rumah sakit rujukan tersebut
Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA)
di Indonesia masih cukup
tinggi.
Pada tahun 1990 angka kematian
bayi sebesar 68 / 1000 Kelahiran
hidup. Data terakhir, AKB menjadi
34/1000 Kelahiran hidup dan AKABA
44/1000 Kelahiran hidup. Walaupun
angka ini telah turun dari tahun 1990.
Penurunan ini masih jauh dari target
MDGs tahun 2015 dimana AKB
diharapkan turun menjadi 23 dan
AKABA 32 per 1000 kelahiran hidup.
sebelumnya. Jadi bidan betul-betul
melayani dari A-Z”, ujar dr. Devi.
Menurut Devi, bidan di Australia
betul-betul mendapat kepercayaan
dari masyarakat untuk melayani ibu
hamil hingga proses persalinan. Secara
keilmuan juga sama tidak ada yang
berbeda, hanya saja secara teori sama,
cuma dalam praktek masih kurang.
Seperti kunjungan rumah ke ibu hamil,
janji bertemu di rumah sakit untuk
pelayanan rujukan sudah berjalan
dengan baik.
“Bidan di Australia dapat bekerja
separuh waktu, misal sedang melakukan
kunjungan rumah, waktu kerja mereka
hitung, kemudian dikumpulkan, apakah
sudah terpenuhi jam kerjanya atau
belum. Kalau sudah terkumpul, mereka
dapat libur sebagaimana ketentuan
yang berlaku. Selain itu, ibu bidan
memberi layanan kepada ibu hamil
secara terus-menerus tidak berganti
bidan. Kalau awalnya bidan A, maka
seterusnya ibu hamil tersebut menjadi
tanggung jawab bidan A”, jelas dr. Devi.
dr. Devi mengakui secara sarana
prasarana kesehatan di Kota Tarakan
sudah cukup bagus, hanya saja
komunikasi antara petugas kesehatan
atau kepada pasien masih harus
lebih ditingkatkan lagi. Terutama
yang berkaitan dengan perubahan
perilaku melayani yang baik. Sebagai
contoh tugas bidan bukan hanya
melayani saat pasien berada di sarana
kesehatan seperti rumah sakit, tapi juga
ketika mereka berada di rumah atau
puskesmas.
“Untuk meningkatkan komunikasi
antara tenaga kesehatan dan pasien,
selama ini sudah dilakukan pertemuan
bidan dan tenaga kesehatan terkait
setiap hari rabu minggu ketiga.
Pertemuan ini untuk membahas
masalah-masalah yang terkait dengan
layanan kebidanan. Awalnya kegiatan
kunjungan rumah (home care) bidan
merasa bukan tugasnya, tapi sekarang
mereka sudah melakukan kunjungan
rumah sebagai bagian dari tugasnya”,
ujar dr. Devi.
KIA dan KB Bergabung
Untuk merombak ego sentries
program KIA dan KB, Dinas Kesehatan
telah menyatukan kedua program
tersebut, termasuk ruang kerjanya
juga disatukan. Sehingga mereka yang
selama ini mengerjakan KB juga harus
mengerjakan KIA atau sebaliknya.
“Sekarang kedua tim program KIA
dan KB sudah tidak saling iri, mereka
bekerja secara terpadu, tanpa harus
pilih-pilih kegiatan. Semua dikerjakan
secara tim, siapa mengerjakan apa telah
dibagi habis kepada seluruh tenaga
bidan yang ada terintegrasi”, kata Devi.
Kini, Kota Tarakan mempunyai 7
puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan kebidanan. Mereka telah
melakukan kunjungan rumah ibu hamil
sebagai bagian pelayanan kebidanan.
Sebanyak 72 tenaga bidan yang
tersebar keseluruh puskesmas siap
melayani sepenuh hati. Menerapkan
apa yang telah dipahami dalam
pelayanan kebidanan.
“Sesungguhnya, sarana kesehatan
sudah memadai, hanya butuh sentuhan
SDM kesehatan yang mau melayani
dengan ikhlas, maka wajah pelayanan
kesehatan Kota Tarakan sudah akan
berbeda dengan sebelumnya. Hanya
saja, disinilah pekerjaan terberatnya”,
ujar Devi.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 59
DARI DAERAH
60 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
Melayani &
Mengabdi
Ala Bidan
Ani Dongge
A
ustralia memang negara
hebat yang peduli pada
kaum ibu. Seorang
calon ibu akan dijamin
kesehatannya sejak
mengandung, bersalin dan pasca
persalinan. Ibu dilayani seperti orang
penting atau VIP, dengan dukungan
sarana dan prasarana penunjang yang
lengkap dan canggih. Tapi Indonesia
ternyata jauh lebih hebat! Dengan
sarana yang sederhana, situasi
lapangan yang sulit, angka kelahiran
yang tinggi, para bidang yang tangguh
mampu melayani dengan baik. Ini nyata
dan bukan mimpi, berikut kisahnya…!
Seorang ibu bernama Hajah
Hasnah (35) tak bisa menahan rasa
harunya, ia tiba-tiba saja menangis, air
mata megalir ke pipinya ketika ditanya
tentang kesan pelayanan bidan Ani
dari Puskesmas Gunung Lingkas Kota
Tarakan kepadanya saat hamil hingga
persalinan.
“Saya merasa senang, mendapat
kunjungan bidan Ani. Banyak nasehat
tentang kesehatan, kehamilan.
Bidan Ani terus memberi semangat,
ketika saya hampir putus asa, takut
dan sakit. Bidan Ani terus memberi
perhatian, bahkan perhatian lebih
besar dibandingkan suami saya yang
berprofesi sebagai sopir. Bidan Ani
baik banget, saya tak bisa membalas
apa-apa, hanya doa. Semoga bidan Ani
sehat, barokah hidupnya dan segera
mendapat momongan”, begitu cerita
Hasanah sambil berusaha menghapus
air matanya.
Begitulah salah satu kesan pasien
kebidanan terhadap pelayanan bidan
Ani. Mengapa bisa terjadi seperti itu ?
Ternyata Bidan Ani telah mempraktekan
reformasi pelayanan kebidanan kepada
masyarakat. Ia memperoleh ilmu itu
saat menjadi peserta latihan pelayanan
kebidanan di Australia dua tahun yang
lalu, tepatnya tahun 2012.
Setelah pulang dari Australia, bidan
Ani Dongge, AMd. Keb ini mendapat
tugas menjadi bidan koordinator
di Puskesmas Gunung Lingkas.
Ia mengkoordinir 15 bidan. Selain
menyusun jadwal piket 24 jam, juga
harus mampu menjadi lokomotif bagi
semua bidan lainya untuk mereformasi
diri.
Menurut Ani, memang Australia
jauh lebih maju dari Indonesia. Semua
jalan sudah beraspal semua, kendaraan
operasional dengan mobil dilengkapi
pendingin udara. Sistem informasi
sudah terintegrasi secara online,
langsung terhubung dengan berbagai
layanan. Sementara di Indoenasi,
sarana belum mendukung dan SDM
juga masih harus merubah mindset-nya.
‘’Belum lagi saya termasuk bidan junior,
harus mengkoordinir bidan senior. Tapi
apa boleh buat, namanya amanah
harus dikerjakan dulu.,’’ tutur dia lirih.
Awalnya Bidang Ani merasa ragu,
apakah bisa berbuat dan mendorong
teman-teman bidan mereformasi
diri dalam pelayanan kebidanan.
‘’Sebelumnya mereka tak mau berubah,
tapi karena mendapat dukungan dari
pimpinan, lama kelamaan mereka
berubah juga,’’ kata bidan Ani.
Bidan Ani berdiskusi dengan temanteman untuk mulai jalani dulu dan
Bidan Ani
sedang
melayani
Pasien.
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 61
DARI DAERAH
Kunjungan pasca persalinan.
tidak memaksa mereka, dan menjalani
pelan-pelan semampunya. ‘’Saya minta
bidan turun untuk menemui pasien.
Suatu saat ada pasien dalam kondisi
panas, alamat tidak jelas, pindah tak
ada penjelasan, bahkan terkadang Pak
RT saja tidak tahu. Jadi mencari alamat
itu seperti mencari jarum di atas jerami.
Umumnya mereka menolak. Ini yang
mebuat saya sedih “, ujar Ani. Sambil
wawancara terhenti sebentar, Ani sedih
mengusap air mata dulu.
Tentang Home Care
Bidan Ani lalu berkisah tentang home
care yang dimulainya sejak tahun 2012,
pelan, tapi pasti. Data pasien awalnya
hanya nama, sekarang sudah ada
alamat, bahkan nomor telepon. “Kini,
15 bidan tersebut telah siap melayani
lebih 400 ibu hamil secara paripurna.
Mulai dari monitoring, pencatatan dan
kunjungan rumah. Sekarang semua
sudah berjalan sesuai kebijakan yang
berlalu”, ujar Ani bangga.
Menurut Ani, kunjungan rumah atau
home care memberi banyak manfaat
kepada pasien maupun petugas
kesehatan, khususnya bidan. Pasien
akan mendapat lebih banyak waktu
dan kesempatan untuk bimbingan. Bila
kunjungan ke puskesmas waktunya
terbatas, apalagi banyak pasien ibu
hamil yang berkunjung, pasti tak
sebanyak bila dibandingkan dengan
kunjungan rumah.
Bidan Ani
(Kanan) dan Hj
Hasnah (pasien)
di Pukesmas
Gunung Lingkas.
“Home care, mendorong pasien
dapat bercerita lebih banyak tentang
kondisi diri dan keluarga. Petugas
kesehatan juga akan lebih banyak
paham tentang realitas kehidupan
pasien sehari-hari bersama keluarga.
Padahal setelah turun ke lapangan
banyak hal berbeda, seperti
menemukan ibu hamil yang tidak
periksa ke puskesmas, tapi banyak juga
yang periksa ke dokter praktek. Jumlah
anak dan keluarga berbeda dengan
yang sebenarnya, umumnya lebih
banyak, kondisi kesehatan keluarga,
termasuk dukungan melakukan
62 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
persalinan oleh tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan. Semua terungkap
saat kunjungan rumah”, ujar Ani.
Menurutnya, pasien yang belum
berkunjung ke puskesmas setelah
kunjungan rumah, mereka bersedia
berkunjung ke puskesmas. Sebab ibu
hamil yang periksa ke puskesmas akan
mendapat pemeriksaan Hb, protein
urin, golongan darah dan kehamilanya.
Padahal kalau ke dokter praktek hanya
periksa tekanan darah dan kehamilan.
Ibu hamil yang berkunjung ke
puskesmas memang mendapatkan
pemeriksaan yang lebih lengkap.
‘’Alhamdulillah setelah para ibu
hamil itu paham akan pentingnya
pemeriksakan kehamilan di puskesmas,
akhirnya mereka berbondong-bondong
memeriksakan diri. Saya juga meminta
kepada teman-teman bidan agar
menjelaskan kepada ibu hamil agar
memeriksakan diri ke puskesmas
agar dapat mengkontrol Hb dan lainya
secara gratis, karena sudah dijamin
JKN”, kata bidan yang lahir di Pinrang,
Sulawesi Selatan, 33 tahun lalu.
Memang, kunjungan rumah sangat
membantu memonitoring kehamilan ibu.
Banyak ibu hamil yang merasa repot
kalau harus berkunjung ke puskesmas,
apalagi mereka anaknya banyak, tidak
ada kendaraan, tak ada yang jaga anak
dan sebagainya. Karena rata-rata suami
mereka bekerja.
Menurut Ani, pola pelayanan bidan
kepada pasien ada 2 macam, pertama
setiap saat pasien berkunjung ke
puskesmas dan kedua waktu kunjungan
rumah. Hanya saja, pelayanan ini
tidak dapat maksimal memotret pasien
secara utuh, karena keterbatasan
waktu dan hanya mendengar apa yang
disampaikan pasien, belum melihat
lapangan secara langsung. Sekalipun
demikian, pola komunikasi sudah tidak
ada jarak antara pasien dan bidan.
Sebab saat komunikasi posisi duduk
pasien dan bidan bersebelahan dalam
satu meja. Bidan dapat menyentuh
langsung pasien, sehingga komunikasi
menjadi lebih dalam menggali informasi.
Berbeda dengan sebelumnya posisi
bidan berhadapan dengan pasien dan
terhalang meja. Posisi ini komunikasi
tidak lancar, terhalang meja dan
terkesan dinterogasi seperti terdakwa.
Bidan Ani menceritakan bahwa
keluarga disini ada yang mempunyai
anak 9 sampai 10 itu yang terbanyak.
Ketika masih menggunakan jampersal
mereka semua di jamin. Tapi setelah
menggunakan Jaminan Kesehatan
Nasional, mereka tidak sanggup
membanyar iuran JKN. Tapi mereka
mendapat jaminan Jaminan kesehatan
daerah (Jamkesda).
“Bayangkan kalau ikut JKN, mereka
harus membayar iuran Rp 25.000 dikali
12 anggota keluarga plus kedua orang
tuanya, padahal mereka hanya sebagai
penjaga tambak atau nelayan. Memang
sangat berat bagi mereka”, jelas Ani.
Khusus kunjungan rumah, para
bidan ini juga mendapat sedikit
transport untuk operasional dari dana
biaya operasional kesehatan (BOK),
sejak tahun 2013. Hanya saja tidak
semua kunjungan diberi transport.
Kalau ada 10 kunjungan paling 5 kali
kunjungan yang dapat transport.
“Saya dan semua bidan disini
tidak mempermasalahkan ada dan
tidaknya transport. Karena jarak rumah
di wilayah kerja tidak jauh, kemudian
sudah mendapat kendaraan motor
sebagai operasional. Rp 10.000 bensin
sudah cukup banyak pasien yang
dapat di kunjungi. Terkadang mereka
mengguakan motor sendiri”, ujar bu
bidan.
Suka Duka Bidan Ani
Menjadi bidan desa banyak suka
duka. Dukanya, tidak semua tempat
tinggal ibu hamil dapat ditempuh
dengan kendaraan, adakalanya harus
jalan kaki, menyeberang jembatan
dengan satu papan, bawahnya air
karena wilayah laut plus terik matahari
yang menyengat dan pasien yang
berpindah-pindah tempat tinggal.
“Kota Tarakan ini merupakan daerah
transit, mereka sering berpindah tempat
tanpa pemberitahuan. Saya selalu
minta nomor telepon genggam, tapi
saat mau kunjungan nomor telepon
selular tidak dapat dihubungi, entah
karena banyak nomor atau sudah
hilang. Saya tetap turun dan melacak
keberadaan semua ibu hamil, apakah
sudah terdaftar atau belum. Jadi selalu
saja menemukan ibu hamil baru ketika
turun lapangan. Ketika ditanya sudah
periksa ke dokter praktek dan tidak mau
diperiksa bidan, ini dukanya…”, ujar Ani.
Sukanya tak terhitung karena
bertemu banyak orang. Mereka mau
bercerita banyak hal, terkadang masalah
keluarga, tentang rumah tangga. Ada
pasien yang bercerita satu bulan hanya
dikasih uang Rp 50.000,-. Dapat apa
dengan uang sebesar itu. Tetap harus
mendengar keluhan mereka tentang
apapun. Kalau tidak mereka akan
kecewa dan tak percaya sama bidan.
“Semua keluhan itu, sekalipun bukan
urusan kehamilan, saya berusaha untuk
mendengar dan membantu semampu
saya. Semoga dapat membantu
seterusnya. Bayangkan Rp 50.000,-/
bulan. Belum lagi suami yang suka
marah-marah. Sering saya nasehati
agar tetap sabar aja, nanti pasti ada
jalan. Ketika ada home care saya minta
teman untuk mengantar ke rumahnya,
sekaligus melihat kondisi keluarga”, ujar
koordinator bidan ini.
Bagi banyak pasien yang
sudah mengenal bidan, akan selalu
berkomunikasi, apalagi mereka
mempunyai keluhan tentang
kehamilanya. Mereka biasanya akan
telepon untuk tanya kapan jam dinas
si bidang. Mereka akan periksa sesuai
dengan jam dinas bidan. Ini karena
mereka sudah percaya dengan bidan
yang menangani selama ini.
“Saya merasa nyaman dengan
pasien, karena bisa curhat-curhatan.
Maklum saya sudah menikah dan 6
tahun belum punya anak. Terkadang
ketemu dengan pasien yang juga
punya keluhan yang sama dan sudah
mempunyai anak. Karena sudah akrab,
dapat bertanya berobatnya dimana
dan seterusnya. Jadi saya menikmati
menjadi bidan ini”, ujar Ani bangga.
Di akhir ceritanya, Ani mengatakan
memang kalau melahirkan di Australia
harus direncanakan, sekalipun mereka
sulit untuk hamil. Karena Australia
banyak wanitanya merokok sehingga
mengganggu kehamilan. Beda dengan
Indonesia, tidak merencanakan
“Saya merasa nyaman
dengan pasien, karena
bisa curhat-curhatan.
Karena sudah akrab,
dapat bertanya
berobatnya dimana
dan seterusnya. Jadi
saya menikmati menjadi
bidan ini”
kehamilan saja hamil.
Karena sedikitnya wanita hamil
di Australia maka para calon ibu ini
mendapatkan pelayanan yang sangat
baik. Sekadar minum saja, mereka
ditawari mau minum apa, dingin atau
hangat. Mau melahirkan dimana, bola
besar, kasur atau dimana ? Semua
dipenuhi, mereka seperti pasien VIP.
Bidannya sangat care dengan ibu
hamilnya.
“Tapi Indonesia lebih hebat, dimana
pasien berada di Tarakan ini tetap bisa
ditemui walaupun beralamat palsu.
Jalannya becek, terkadang melalui
jembatan yang hanya satu papan,
panas, hujan terkadang dikira pemungut
sumbangan. Semua dijalani dengan
senang, karena kami melayani dengan
ikhlas. Kalau Ikhlas, sekalipun 30 pasien
dapat dilayani dengan baik. Tapi kalau
tidak ikhlas, satu pasienpun terasa berat”,
ujar Ani mengakhiri perbincangan.l
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 63
LENTERA
Menjaga Hati Tetap
‘Istiqomah’
Oleh : Prawito
P
ro dan kontra
selepas keluarnya
suatu ketentuan
perundangundangan
sepertinya menjadi hal yang
umum terjadi.Tanpa kecuali
yang terjadi di Kementrian
Kesehatan. Saya merasa
cukup tertekan mendengar
curahan hati beberapa
teman lantaran beberapa
struktur satuan kerja
(satker) kementerian harus
tereliminasi atau hilang
karena perundang-undangan
ini. Bahkan saya sering
kali menjadi tertuduh, kena
marah, karena dianggap
sebagai pihak yang harus
bertanggung jawab untuk
mengamputasi satkersatker tersebut. Padahal
saya hanya melaksanakan
ketentuan perundangundangan yang berlaku, tak
lebih dari itu, seperti ungkap
sumber berita yang tidak
mau disebut namanya.
Hal ini pun menuai
banyak reaksi, ada yang
berkomentar lebih gambling.
“Saya bertugas disini sudah
hampir lima tahun, bahkan
lebih. Kemungkinan saya
tidak akan berada disini lagi.
Entah dimana, tapi yang
jelas tidak disini lagi”, kata
seseorang yang lain dalam
satu kesempatan.
“Saya mah dimana
saja nggak masalah.
Tak berpengaruh
dengan mengkerut atau
mengembang struktur
organisasi. Mau jadi pejabat
atau staf, struktural atau
fungsional. Enjoy saja,
karena semua itu sudah
ada yang mengatur disana,
sambil menunjukkan telunjuk
jarinya ke atas. Maksudnya
Allah”, seloroh yang lain.
Bukan hanya itu, masih
banyak curhat-curhat sejenis
yang berseliweran terdengar
secara jelas maupun
samar-samar. Bahkan ada
juga yang terang-terangan,
walau menyampaikannya
secara sembunyi-sembunyi.
Curhatan itu semua sah saja.
Tidak ada yang melarang,
juga tidak melanggar
undang-undang. Jadi, tak
ada delik hukum yang harus
dipersangkakan.
Curhatan itu mulai
membahana dalam
kesunyian, halus menerjang,
mendobrak dinding-dinding
kalbu pemiliknya. Terkadang
membuat denyut jantung
berdebar, menyentak, tak
terkendali tanpa sebab yang
jelas. Lantas debaran itu
berkurang dan melambat
seiring dengan kesadaran
64 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
akan hakikat kehidupan.
Awalnya tiada, ada dan
kemudian sirna.
Berawal dari perubahan
kabinet kerja Jokowi-JK. Ada
beberapa Kementerian dan
Lembaga yang digabung
dan dirampingkan struktur
organisasinya, dengan
harapan struktur baru lebih
kaya fungsi dan produktif
mengokomodasi ruang
lingkung pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Tampaknya perubahan
struktur ini sedikit banyak
mengusik hati para
pekerjanya. Muncul
kegalauan akan nasib dan
posisi dirinya. Apakah masih
dapat terakomodasi dalam
struktur baru atau tidak.
Kalau struktur masih ada,
apakah posisi itu masih
tetap terisi untuk dirinya.
Kalau tidak untuk siapa, lalu
akan kemana posisi diri ini
? Tak ada yang tahu. “Coba
tanya kepada rumput yang
bergoyang”, kata lirik lagu
Ebit G Ade.
Mereka mulai resah
dan gelisah. Mencoba
mencari pencerah untuk
menenangkan angan yang
kian gamang. Dulu….,
kondisi ini mendorong
sebagian mereka pergi
kepada “orang pinter”.
Sebutan “orang pinter” ini
macam-macam, bergantung
budaya dan adat istiadat
yang berkembang. Bisa
mbah dukun, pak nyai,
ustad, paranormal atau
lainnya.
Perburuan “orang
pintar” ini menyebar dari
ujung kulon sampai ujung
berung, tak peduli mereka
tinggal di kota atau desa.
Bayaran “orang pintar” juga
bervariasi. Ada yang mahal,
ada juga yang murah. Ada
yang bertarif ada juga yang
sukarela atau seikhlasnya,
berupa barang ataupun
uang. Lengkap sudah
macam dan bentuknya,
semuanya ada. Adapun
tujuan menghadap (sowan)
kepada “orang pintar” yakni
meminta petunjuk agar dapat
menduduki posisi jabatan
tertentu. Apakah berhasil ?,
belum tentu, namanya juga
usaha.
Tapi, sebagian yang lain
kasak-kusuk mencari tahu,
sebelum orang lain tahu,
bahkan berharap lebih tahu
sebelum yang Maha Tahu,
karena terlalu bernafsu,
terlalu..! Mendekati orang
tertentu, untuk mendapat
posisi tertentu, agar terlihat
lebih mampu, sehingga
mendapat rekomendasi apa
yang dia mau. Mungkin saja
tercapai, mungkin juga tidak,
tapi ini sah saja, namanya
juga usaha.
Sebagian lain, tanpa
issu, tak ada restu, tibatiba mutasi, degradasi dan
bahkan tereliminasi. Ada
yang menyikapi dengan
emosi, karena tak pernah
mendapat informasi apapun
sebelumnya. Protes, tak
setuju dengan keputusan,
kemudian ada yang
menerima dengan terpaksa,
terkadang ada yang
mengundurkan diri. Walau
ada juga yang menerima
keputusan dengan sepenuh
hati.
Lalu bagaimana
sebenarnya menyikapi
posisi secara bijak agar
tetap nyaman, aman dan
enak makan berurusan
dengan jabatan ?. Boleh
saja punya keinginan untuk
mendapatkanya, asal
dengan niat yang benar,
cara yang benar dan tujuan
yang benar. Setelah itu
menyerahkan keputusan
kepada taqdir Allah, Tuhan
yang Maha Kuasa atas
segala tahta.
Jabatan itu milik
Allah, Tuhan Yang Maha
Kuasa, Ia akan dititipkan
amanah kepada siapa
yang dikehendaki dan
Ia cabut dari siapa yang
dikehendaki. Tak ada yang
dapat menolak, jika Ia sudah
berkehendak untuk memberi
atau mencabut titipannya.
Manusia hanya dapat
menerima apa yang menjadi
kehendakNya.
Memang, ada sebagian
orang menganggap jabatan
itu kemuliaan, kebanggaan
dan kehormatan. Tapi ada
juga yang menyebutnya
sebagai ujian, bahkan ada
yang menempatkan sebagai
fitnah. Sehingga harus
berhati-hati menjalankannya,
agar tidak terjebak dalam
permainan jabatan yang
disandangnya. Bila
terjebak permainan,
bukan kemuliaan yang
diperoleh, sebaliknya
penyesalan
yang tak
pernah
terbayang
sebelumnya, bahkan
mengatakan “lebih baik
tak mendapat jabatan,
hidup lebih nyaman dan
tenang”, ujar mereka yang
menyesal tertipu jabatan.
Sekecil apapun jabatan
dalam struktur organisasi
adalah amanah. Penerima
amanah harus menjaga
dan melaksanakan
sebaik-baiknya, sesuai
dengan tugas pokok dan
kewenangannya. Sehingga
setiap orang dapat berperan
optimal dengan
amanah yang
dibebankannya.
Ia tak peduli
amanah
apa
yang
akan
menjadi
tanggung
jawabnya. Prinsipnya, setiap
amanah yang dibebankan
struktural atau fungsional,
Ia kerjakan dengan
sebaik baiknya. Ia selalu
mensyukuri dan merasakan
kebahagiaan dari setiap
amanah yang dibebankan
kepada dirinya. Ia sadar
betul, jabatan itu amanah
yang dititipkan dan pasti
ada batasnya. Tak mungkin
untuk selamanya. Resah
akan perubahan wajar
adanya, mengusahakan
yang terbaik dan
berprasangka
baik pada Allah
swt menjadi jalan
yang terbaik.l
Jabatan itu milik
Allah, Tuhan Yang
Maha Kuasa, Ia akan
dititipkan amanah
kepada siapa yang
dikehendaki dan
Ia cabut dari siapa
yang dikehendaki.
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 65
KOLOM
Menjawab keterbatasan,
melayani dengan hati
Oleh: Prawito
J
unaidi, salah satu
mantan Camat
pulau Sebaik
Kalimantan Utara
yang berbatasan
langsung dengan negera
jiran sebutan untuk
Malaysia menceritakan
pengalaman pelayanan
persalinan istrinya di Tawaw,
Negara Bagian Malaysia
yang berbatasan dengan
Indonesia. Keputusan
melakukan persalinan di
negeri jiran itu terpaksa,
karena istrinya yang hamil
harus segera mendapat
pelayanan persalinan.
Sementara untuk membawa
ke rumah sakit umum daerah
Nunukan tempatnya jauh,
padahal istrinya memerlukan
penanganan cepat.
“Betapa bagusnya
pelayanan mereka, istri
saya bersalin di rumah sakit
Tawaw. Satu hari 24 jam
mendapat kunjungan dokter
7 kali. Seluruh perlengkapan
bayi telah disediakan rumah
sakit, bahkan perlengkapan
yang saya beli tidak boleh
digunakan, begitu SOP nya.
Untuk urusan kebersihan,
setiap hari sarung bantal,
seprey dan selimut mereka
ganti. Bahkan, pasien tidak
boleh pulang sebelum benarbenar sehat. Selain itu,
biayanya murah. Bayangkan,
seluruh pelayanan persalinan
yang menyenangkan dan
perlengkapan melahirkan
hanya dikenakan biaya 2 juta
rupiah”, ujar Junaidi heran.
Lain lagi dengan M
Sidik, security RSUP Adam
Malik Medan Sumatera
Utara. “Akhir-akhir ini begitu
banyak mahasiswa Malaysia
yang berminat belajar
di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara,
Medan. Kemudian mereka
melakukan praktek di
RSUP Adam Malik. Mereka
belajar dengan dokterdokter Indonesia. Setelah
lulus mereka pulang ke
Malaysia dan bekerja disana.
Anehnya, banyak orang
Medan kemudian berobat
ke rumah sakit Malaysia.
Katanya di Malaysia lebih
baik pelayanannya. Terus
terang, saya bingung”, ujar
M.Sidik.
Kebingungan M. Sidik
juga diamini oleh beberapa
dokter dan perawat yang
mendampingi kunjungan tim
Reformasi Birokrasi MenPAN
dan RB ke RSUP Adam Malik
Sumut, awal bulan April yang
lalu, ketika ditanya tentang
fenomena masyarakat
Sumut banyak yang berobat
ke Malaysia. “Saya juga
66 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
bingung, mengapa kok
begitu”, ujar perawat yang
tak mau disebut namanya.
Kisah nyata lagi terjadi
pada Muhammad Andri,
karyawan bagian IT RSUD
Nunukan. Istrinya yang juga
bekerja di RSUD yang sama
di vonis mengandung di
luar rahim oleh dokter Ahli
Kandungan RSUD Nunukan.
Tak puas dengan penjelasan
itu, Andri memeriksakan
istrinya kepada dokter Ahli
Kandungan lain di rumah
sakit yang sama. Ternyata
hasil sama. Mengandung
di luar rahim dan harus
diangkat.
Akhirnya, Andri
memeriksakan kandungan
istrinya ke rumah sakit
Tawaw, kata dokternya
bagus. Setelah beberapa
bulan lahirlah anak
kesayangannya itu di RS
Tawaw dalam keadaan sehat
dan selamat. Kini, Andri yang
sudah pindah kerja menjadi
protokol Bupati Nunukan
itu hanya memaklumi,
“namanya juga manusia
tentu banyak khilafnya”,
ujarnya singkat.
Itu hanya sedikit kisah
pelayanan kesehatan di
negeri jiran. Masih banyak
kisah lain dan opini yang
berkembang di masyarakat
Indonesia, khususnya
wilayah perbatasan. Tak
mengapa, itu memang
fakta yang harus diakui, tak
perlu malu. Sebagaimana
dulu Malaysia juga belajar
dengan Indonesia dalam
pengembangan pendidikan.
Sementara
kita, masih ada
kesenjangan. Teori
dan praktek belum
dilaksanakan
secara sempurna.
Ini adalah persoalan
merubah perilaku
tenaga kesehatan
dalam memberi
pelayanan kepada
pasien
Prof. Dr. Immaduddin
Abdulrahim, Guru Besar
ITB, salah satu dosen
terbang yang terus mengajar
di Universitas Malaysia.
Mereka belajar dengan
Indonesia, satu fakta yang
harus diakui. Tapi mereka
kemudian terus belajar
dan akhirnya dapat sejajar,
bahkan mungkin lebih unggul
dari Indonesia. Begitulah
silih berganti dipergilirkan
kemajuan peradaban suatu
bangsa. Siapa yang mau
berubah, ia pasti akan
berjaya, termasuk Indonesia.
Ada kesempatan diskusi
kecil dengan Kepala seksi
Kesehatan Keluarga Dinas
Kesehatan Kota Tarakan
Kalimantan Utara, dr.Devi
Ika Indriarti, M.Kes. Apa
sebenarnya perbedaan yang
paling mendasar pelayanan
kesehatan di Indonesia dan
Australia, sehingga ada
kesenjangan pelayanan yang
begitu mencolok? dr. Devi
menjawab singkat, “ Pola pikir
sumber daya manusianya”.
“Sarana dan prasarana
bisa diupayakan,
pengetahuan sama dengan
mereka, baik teori maupun
praktek, hanya saja mereka
melaksanakan teori dan
praktek secara benar
sempurna dalam pelayanan.
Sementara kita, masih ada
kesenjangan. Teori dan
praktek belum dilaksanakan
secara sempurna. Ini adalah
persoalan merubah perilaku
tenaga kesehatan dalam
memberi pelayanan kepada
pasien”, ujar Devi, salah satu
perserta pelatihan kebidanan
2 minggu di Australia.
Persis seperti yang
dikatan Menkes Prof. Dr.
dr. Nila F Moeloek, ketika
menjawab pertanyaan
peserta pertemuan saat
dialog dengan tenaga
kesehatan di Nunukan.
Peserta itu bertanya; Bu
Menkes, sekarang ini banyak
masyarakat pulau Sebatik
yang lebih nyaman berobat
ke RS Malaysia dari pada
Indonesia.
Menurut Menkes,
memberi pelayanan itu,
memanusiakan manusia.
Jadi faktor utamanya
adalah manusianya, yakni
tenaga kesehatan. Bila
tenaga kesehatan mau
melayani dengan sepenuh
hati, maka pasien akan
merasa nyaman. Apalagi,
tempatnya juga nyaman,
peralatannya lengkap, tentu
akan lebih nyaman berobat
di Indonesia dibanding
Malaysia. “Jadi kepada
seluruh tenaga kesehatan di
Nunukan, ini tantangan kita
semua. Mari kita wujudkan
pelayanan kesehatan yang
memanusiakan manusia”,
ajak Menkes.
Nah, untuk memberi
pelayanan kesehatan yang
manusiawi, Dinkes Kota
Tarakan telah melakukan
reformasi pelayanan
APRIL 2015 • Edisi 57 • MEDIAKOM 67
KOLOM
kebidanan dengan sebutan
home care, telah melakukan
kunjungan rumah kepada
ibu hamil sejak tahun 2012.
Mau tahu hasilnya ? Saya
sempat sedikit wawancara
dengan ibu Hasanah salah
satu pasien kebidananan
puskesmas Gunung Lingkas.
Bagaimana pelayanan
kebidanan di puskesmas
Gunung Lingkas ?
Hasanah tak lantas
menjawab, Ia malah
mendadak diam, wajahnya
tampak sedih, terharu
dan pelahan meleleh
air mata sampai pipi.
Setelah reda emosi dan
sanggup menguasai diri
baru menjawab. “Saya
sangat bersyukur dan
terima kasih kepada bidan
Ani yang telah membantu
menguatkan kehamilan
anak kedua. Sungguh berat
rasanya, sebagai orang
miskin dengan suami hanya
seorang supir. Menahan rasa
sakit, beban ekonomi yang
berat. Tapi, semua menjadi
ringan ketika bidan Ani
sering berkunjung ke rumah,
memberi motivasi dan
arahan. Kalau tak ada Bidan
Ani, entahlah bagaimana
akhir kehamilanku ini”, ujar
Hasanah terharu.
Menurut Hasanah,
Bidan Ani itu bukan siapasiapa saya. Bukan saudara,
juga bukan teman. Saya
mengenalnya setelah bidan
Ani mencari siapa ibu-ibu
yang hamil di lingkungan RT
tempat saya tinggal. Dari
68 MEDIAKOM • Edisi 57 • APRIL 2015
perjumpaan itulah kemudian
saya sering bertegur sapa
lewat telepon, pesan singkat
melalui telepon genggam
atau saya berkunjung ke
puskesmas.
“Terus-terang, awalnya
saya malas berkunjung ke
puskesmas, tapi setelah
mendapat kunjungan rumah
bidan Ani, saya menjadi
semangat berkunjung
ke puskesmas untuk
berkonsultasi. Bidan Ani
tidak selalu meminta saya
datang ke puskesmas,
kadang-kadang bidan Ani
yang berkunjung ke rumah
saya”, ujarnya akrab sambil
memeluk bidan Ani.
Kini, putra ke dua
Hasanah telah berumur 6
bulan, tapi Ia masih rajin
mengunjungi puskesmas
untuk berbagai keperluan
layanan kesehatan. Interaksi
pasien dan bidan Ani
juga masih tetap terjaga.
Sekalipun tidak ada urusan
ke bidanan, Hasanah
tetap menyempatkan diri
melongok ruang KIA dan KB
untuk sekedar bertegur sapa
dengan bidan Ani.
Ketika saya bertanya,
apakah interaksi kalian
berdua dalam hubungan
layanan kebidanan
ada kenikmatan dan
kebahagian? Meraka tak
lantas menjawab, tapi malah
berpelukan antara bidan dan
pasien, bersama berurai air
mata. “Saya menemukan
ketenangan, kebahagiaan
dan kenyamanan bekerja.
Kebahagaian yang sulit
diurai dengan kata-kata.
Saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam
memberi pelayanan, hanya
berbagi dengan apa yang
saya mampu. Tapi, saya
lebih bahagia dengan
berbagi,” urai bidan Ani.
Saya menyadari
masih banyak
kekurangan
dalam memberi
pelayanan, hanya
berbagi dengan
apa yang saya
mampu. Tapi,
saya lebih bahagia
dengan berbagi
Bagi tenaga kesehatan,
seperti bidan Ani dapat
menjadi contoh bagaimana
menemukan kebahagian
memberi pelayanan, ketika
banyak orang hanya dapat
mengeluh dan protes atas
layanan kesehatan yang
tak kunjung memuaskan
pelanggan. Bidan Ani tak
selalu memberi arahan,
terkadang berbagi cerita dan
saling mencurahkan isi hati.
“Maklumlah, setiap orang
mempunyai masalah sendirisendiri, dengan saling curhat
dengan pasien siapa tahu
ada solusi”, ujarnya.
Sosok Bidan Ani ini
bisa menjadi contoh untuk
memperbaiki palayanan
kesehatan Indonesia. Mari
seluruh jajaran kesehatan
mau mengubah diri, mulai
dari diri sendiri dan saat
ini juga. Dan lakukan terus
jangan pernah berhenti
memperbaiki diri. Insya
Allah suatu saat pelayanan
kesehatan Indonesia menjadi
tuan bagi rakyatnya di negeri
sendiri. Amin.l
Download