viii. kesimpulan dan implikasi

advertisement
169
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
8.1. Kesimpulan
Perubahan lingkungan pedesaan yang terdiri dari aspek ekologikal dan apek
sosiokultural yang dipengaruhi oleh perubahan struktur sosial terbukti telah
menyebabkan perubahan sistem penghidupan pedesaan. Perubahan sistem
penghidupan pedesaan yang terjadi pada komunitas adat, sebagaimana yang
berlangsung pada komunitas adat Suku Duano di Provinsi Riau, mengharuskan
mereka melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam berbagai aspek kehidupan dan
pada semua aras sosial.
Penyesuaian yang dilakukan oleh Suku Duano pada aras komunitas adalah
dengan menumbuhkan budaya bernafkah baru dan melembagakan sistem
penghidupan yang berbasis ekonomi menongkah. Penyesuaian pada aras
komunitas diikuti oleh perubahan strategi nafkah rumah tangga yang menjadikan
aktivitas menongkah sebagai unsur yang dominan dalam struktur nafkah rumah
tangga. Adaptasi sistem penghidupan pada aras komunitas dan aras rumah tangga,
didukung oleh tindakan aktor (individu Duano) yang mengorientasikan tindakan
ekonomi bernafkahnya pada pencapaian maksimum tanpa harus mematikan
pertimbangan nilai dan tradisi ke-Melayu-an, serta ikatan emosional sesama Suku
Duano.
Perbedaan pandangan pemerintah/negara terhadap pentingnya sumberdaya
di lautan dan perbedaan rezim penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam
(khususnya sektor kelautan dan perikanan), telah menyebabkan perpindahan
livelihood place Suku Duano semakin mendekat ke daratan. Perpindahan
livelihood place dari ekosistem lautan ke ekosistem muara payau, menyebabkan
sistem penghidupan Suku Duano berubah dari sistem dengan pengaturan yang
sangat sederhana ke sistem yang semakin kompleks. Pengaturan-pengaturan yang
awalnya menyatu antara aras komunitas, rumah tangga, dan individu, bergeser ke
pengaturan yang terintegrasi antara aras komunitas, rumah tangga, dan individu.
Sistem penghidupan Suku Duano yang pada awalnya tidak mengutamakan
finansial kapital dalam kombinasi sumberdaya nafkah, bergeser ke
pengkombinasian sumberdaya nafkah yang mengutamakan finansial kapital.
Sistem penghidupan Suku Duano yang pada awalnya sangat aman karena
dilindungi oleh stok natural kapital yang melimpah dan kondisi fisikal kapital
yang sehat, bergeser ke sistem penghidupan yang keamanannya sangat tergantung
pada kemampuan komunitas dalam melindungi natural kapital dan fisikal kapital.
Sistem penghidupan Suku Duano yang pada awalnya tumbuh dan berkembang
karena adanya human kapital dan sosial kapital yang kuat, bergeser ke sistem
penghidupan yang harus kuat dalam menumbuhkan sosial kapital dan
mengembangkan human kapital.
Menongkah pada awalnya adalah upaya Suku Duano untuk tetap dapat
memenuhi batas-batas subsistensi pada livelihood place yang baru, tanpa harus
merubah terlalu jauh aspek teknologi dari budaya bernafkah yang dikembangkan
pada livelihood place sebelumnya. Menongkah tumbuh dan berkembang
menyerupai karakter natural kapital yang dimanfaatkan, yaitu kerang darah
(Anadara granosa). Kerang darah dapat tumbuh dan berkembang pada kualitas
170
fisika-kimia perairan yang buruk dimana hewan-hewan air lainnya sudah tidak
lagi mampu bertahan hidup, bahkan ia mampu mengakumulasi timbal didalam
tubuhnya. Manusia hanya mau mengkonsumsi kerang darah jika konsentrasi
timbal di dalam daging kerang darah berada di bawah ambang batas yang dapat
mengganggu kesehatan. Begitu pun menongkah ternyata mampu tumbuh dan
berkembang menjadi basis sistem penghidupan Suku Duano pada kondisi sosialekonomi-politik yang buruk dimana basis-basis sistem penghidupan pedesaan
lainnya sudah tidak lagi dapat dipertahankan, bahkan menongkah mampu
mengakumulasi rasionalisme negara dan pasar. Negara dan pasar pada akhirnya
hanya bersedia mendukung aktivitas menongkah sebagai basis sistem
penghidupan Suku Duano jika aktivitas ini tidak terlalu jauh diorientasikan pada
aktivitas komersial.
Kombinasi sumberdaya nafkah dan strategi nafkah yang dibangun oleh
Suku Duano pada aras komunitas, rumah tangga, dan individu, dalam
mempertahankan dan menjaga keberlanjutan penghidupan selalu menempatkan
menongkah pada posisi yang penting. Strategi nafkah Suku Duano pada aras
komunitas adalah dengan melembagakan menongkah sehingga menjadi basis
nafkah komunitas yang kuat dan lentur dalam menghadapi perubahan ekosistem
dan terpaan ekonomi pasar. Strategi nafkah Suku Duano pada aras rumah tangga
adalah dengan mempertahankan menongkah sebagai basis nafkah rumah tangga
yang dapat memenuhi tujuan-tujuan subsistensi maupun tujuan komersial.
Aktivitas nafkah yang menjadi pusat bagi perkembangan budaya bernafkah
Suku Duano di ekosistem muara adalah menongkah. Menongkah memiliki peran
penting dalam mendorong tumbuhnya material culture dan non material culture
yang berkaitan dengan pengaturan-pengaturan aktivitas subsisten, antara lain:
teknologi menongkah kerang (peralatan papan tongkah, teknik surving di
hamparan lumpur), peraturan desa (partisipasi pengelolaan sumberdaya perikanan
Desa Panglima Raja), dan organisasi kemasyarakatan (Kerukunan Keluarga Besar
Masyarakat Duano). Menongkah juga mendorong tumbuhnya material culture
dan non material culture di luar pengaturan-pengaturan aktivitas subsisten, antara
lain seni tari (tarian menongkah), permainan rakyat (lomba menongkah), pesta
rakyat (festival menongkah), cerita rakyat, dan tradisi lisan denden.
Menongkah sebagai basis bagi sistem penghidupan Suku Duano menempati
posisi dan berperan penting dalam membentuk peradaban Suku Duano. Guna
mempertahankan dan melindungi stok kerang darah yang sehat di alam (natural
kapital), Suku Duano mengembangkan strategi nafkah yang juga mengatur aspek
finansial kapital, fisikal kapital, dan human kapital pada aras komunitas. Guna
mempertahankan akses yang besar pada kerang darah di Muara Indragiri, Suku
Duano mengembangkan strategi nafkah yang meyakinkan pihak luar akan
pentingnya pengakuan terhadap hak-hak dan budaya lokal. Guna mendapatkan
pengakuan dari pihak luar atas hak-hak dan budaya lokal, Suku Duano
mengembangkan strategi nafkah dengan pengaturan tekno-ekonomi yang
mengakomodir dan memperkuat nilai, kebiasaan, dan tradisi Duano.
Posisi menongkah di dalam struktur nafkah rumah tangga Suku Duano strata
bawah sangat penting, karena merupakan aktivitas nafkah utama yang menjadi
penyumbang paling dominan dalam struktur pendapatan rumah tangga.
Menongkah memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan penghidupan
dan melindungi batas-batas subsistensi rumah tangga Suku Duano strata bawah.
171
Posisi menongkah dalam aktivitas nafkah rumah tangga Suku Duano strata
menengah dan strata atas sangat penting, karena ketersediaan kerang darah dari
hasil menongkah sangat menentukan keberlanjutan aktivitas nafkah utama
mereka. Peran menongkah bagi rumah tangga strata menengah dan strata atas
adalah sebagai pemasok natural kapital utama yang digunakan untuk melakukan
pencapaian pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga dan pengembangan usaha.
Proses pelembagaan menongkah pada aras komunitas dan proses pencapaian
pemenuhan kebutuhan untuk tujuan subsistensi maupun komersial pada aras
rumah tangga, menjadi konteks bagi tindakan ekonomi aktor (individu duano)
dalam melakukan aktivitas nafkah. Orientasi tindakan aktor (individu Duano) dari
rumah tangga strata bawah lebih didominasi oleh orientasi subsistensi dengan
basis rasionalitas nilai yang kuat, namun tidak mempertentangkannya dengan
rasionalisme pasar. Orientasi tindakan aktor (individu Duano) dari rumah tangga
strata menengah dan strata atas lebih didominasi oleh orientasi komersial dengan
basis rasionalitas formal yang kuat, namun tidak menghilangkan pertimbanganpertimbangan nilai, kebiasaan, dan tradisi ke-Melayu-an.
8.2. Implikasi
8.2.1. Teoritis
Penggunaan 3 teori utama di dalam memotret dan menganalisis fenomenafenomena sosial yang terkait dengan perubahan penghidupan pedesaan yang
berbasis ekonomi menongkah, yaitu teori ekologi budaya dari Julian Steward,
teori keterlekatan dari Mark Granovetter, dan teori tindakan dan rasionalitas
ekonomi dari Max Weber, terbukti mampu mengungkap kekhasan sistem
penghidupan pedesaan yang dikembangkan oleh Komunitas Adat Suku Duano.
Perubahan sistem penghidupan pedesaan dalam kaitannya dengan
perubahan lingkungan bio-fisik, memiliki interrelasi dengan tumbuhya budaya
yang berkaitan dengan pengaturan-pengaturan penghidupan (culture core),
prilaku/tindankan individu, dan tumbuhnya budaya-budaya lain di luar culture
core (culture non core), dapat dijelaskan dengan baik oleh teori ekologi budaya
(cultural ecology). Fakta empiris menunjukkan bahwa adaptasi sistem
penghidupan pedesaan yang berlangsung dalam komunitas Suku Duano tidak
hanya disebabkan oleh perubahan lingkungan bio-fisik, tetapi disebabkan pula
perubahan lingkungan sosial dan perubahan rezim peguasaan/pengelolaan
sumberdaya alam.
Konsep adaptasi dalam teori ekologi budaya yang menunjukkan proses
adaptasi masyarakat berburu-meramu terhadap ligkungan bio-fisik secara alamiah,
kurang memadai untuk menjelaskan proses adaptasi sistem penghidupan Suku
Duano yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiokultural di luar komunitas.
Konsep yang dapat membedakan adaptasi sistem penghidupan Suku Duano
dengan adaptasi yang ditawarkan Steward adalah konsep adaptasi seminatural.
Menongkah sebagai basis sistem penghidupan Suku Duano yang sedang
tumbuh dan dilembagakan pada aras komunitas maupun aras rumah tangga,
merupakan konteks bagi aktor (individu Duano) dalam mengorientasikan
tindakannya. Fakta empiris ini sangat mendukung teori keterlekatan dari
172
Granovetter yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi melekat pada jaringan
sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor secara personal
(keterlekatan relasional) dan disituasikan secara sosial dan melekat (embedded)
pada jaringan hubungan yang lebih luas, dapat berupa struktur atau institusi sosial
maupun secara struktural (keterlekatan struktural). Konsep context bound
rationality dari Victor Nee yang merupakan turunan dari teori keterlekatan sejalan
pula dengan fakta empiris yang ditemukan. Nee (2005) yang menyatakan bahwa
adanya keterikatan rasionalitas pada konteks dan melekat (embedded) di dalam
ikatan interpersonal, yang diperkuat oleh adat-istiadat, jaringan, norma, keyakinan
kultural, dan pengaturan kelembagaan.
Orientasi tindakan ekonomi dan proses pembentukan rasionalitas aktor
(individu Duano) dari rumah tangga strata bawah, menengah, maupun atas, dalam
adaptasi sistem penghidupan yang bersifat semi-natural, dapat dijelaskan dengan
menggunakan analogi teoritis permainan jungkat-jungkit. Analogi permaianan
jungkat-jungkit merupakan sintesa dari teori ekologi budaya, teori keterlekatan,
dan teori tindakan dan resionalitas ekonomi. Orientasi tindakan ekonomi dari
individu Duano dalam menjalankan aktivitas menongkah, dapat dijelaskan sebagai
tindakan yang pada satu waktu didominasi oleh tujuan-tujuan subsisten, pada
situasi dan kondisi yang lain menonjolkan orientasi profit. Nilai-nilai pada satu
waktu menjadi pertimbangan dominan dalam pengambilan keputusan ekonomi,
pada waktu lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda keputusan ekonomi
individu didominasi oleh aturan-aturan formal.
Analogi teoritis tersebut menunjukkan suatu tipologi tindakan ekonomi
aktor yang terbentuk melalui proses tarik ulur antara dua rasionalitas yang
sesungguhnya menurut tipologi Max Weber sangat berseberangan, yaitu
rasionalitas substantif (substantive rationality) dan rasionalitas formal (formal
rationality). Orientasi tindakan aktor yang mendua menyebabkan tindakan
ekonomi yang dipilih tidak sepenuhnya berorientasi subsisten dan tidak pula
sepenuhnya berorientasi komersial, tarik ulur diantara keduanya dalam penelitian
ini disebut sebagai tindakan rasional yang ambigu.
8.2.2. Kebijakan
Sistem penghidupan yang dibangun Suku Duano dalam menghadapi
kerentanan-kerantanan jangka pendek maupun jangka panjang pada berbagai
dimensi (natural, sosial, ekonomi, dan politik), harus mendapatkan dukungan
kebijakan yang berorientasi memperkecil kerentanan-kerentanan yang
mengancam sistem penghidupan pedesaan. Ketahanan nafkah Suku Duano yang
telah teruji dalam perjalanan sejarah bernafkah mereka, harus dijadikan dasar
dalam mendesain kebijakan-kebijakan yang ditujukan pada masyarakat pedesaan
yang berkarakter spesifik. Generalisasi kebijakan pada masyarakat pedesaan
sangat mengabaikan fakta bahwa kekuatan dan kelemahan sistem penghidupan
pedesaan sangat beragam tergantung dari pola adaptasi yang mereka kembangkan.
Fakta empiris tentang perjalanan sejarah bernafkah Suku Duano,
menunjukkan bahwa sistem penghidupan yang mereka kembangkan sangat
dipengaruhi oleh orientasi dan pandangan negara terhadap lautan dan daratan.
Meskipun mampu bertahan dalam perubahan yang terjadi, Suku Duano harus
menghadapi resiko dan melakukan penyesuaian-penyesuaian yang mendalam
173
pada setiap aspek kehidupan pada berbagai aras. Kebijakan pada masa pra
kemerdekaan yang memposisikan Suku Duano sebagai pelaut handal dan
memberikan peran nyata dalam melindungi dan menjaga perairan laut, merupakan
kebijakan yang sangat mempertimbangkan kepentingan negara dan kepentingan
komunitas, kebijakan seperti ini sangat memperkuat sistem penghidupan yang
telah dibangun komunitas.
Kondisi ekosistem muara yang sangat rentan, dapat dijaga dan dilindungi
dengan menggunakan pola yang dilakukan pada masa pra kemerdekaan tersebut.
Upaya komunitas adat Suku Duano dalam melindungi dan memelihara livelihood
place mereka di Muara Indragiri, melalaui cara-cara formal maupun non formal
harus didukung sepenuhnya oleh negara. Memposisikan Suku Duano sebagai
penjaga ekosistem muara dan tetap memberikan akses yang besar kepada mereka,
akan berimplikasi ganda. Sistem penghidupan Suku Duano akan semakin kuat,
karena mendapat pengakuan dan dukungan yang besar dari negara atas
sumberdaya natural dan fisikal yang mereka manfaatkan, pada satu sisi. Tugastugas negara dalam mengatasi permasalahan kerusakan dan pelestarian
lingkungan pesisir akan semakin terbantu dan ringan, pada sisi yang lainnya.
Sumber kerentanan yang dalam jangka pendek dan jangka panjang dapat
terakumulasi menjadi ancaman yang besar bagi keberlanjutan sistem penghidupan
Suku Duano adalah penurunan kualitas perairan yang disebabkan oleh limbah
industri dan rumah tangga. Karektater kerang darah yang mampu mengakumulasi
timbal di dalam tubuhnya, menjadikan komoditas ini sangat rentan dengan isu
keamanan dan kesehatan pangan. Kebijakan pembangunan masyarakat pesisir
harus memuat langkah-langkah nyata dalam menjaga kondisi fisika kimia
ekosistem muara, agar selalu berada pada ambang yang aman dan sehat bagi
pertumbuhan biota dan hewan air yang dikonsumsi manusia. Penataan ruang
wilayah hulu dan muara harus terintegrasi berdasarkan ekosistem, sehingga
kerentanan sistem penghidupan pedesaan yang berada di muara tidak disebabkan
oleh aktivitas nafkah masyarakat dan industri yang berada di hulu atau sepanjang
aliran sungai.
Kualitas human kapital Suku Duano yang sebagian besar berasal dari rumah
tangga strata bawah, dimana pengetahuan, skill, dan pengalaman yang sangat
terbatas pada aktivitas menongkah. Kualitas human kapital yang terbatas ini
sangat rentan, jika terjadi tekanan atau goncangan pada aktivitas menongkah.
Kebijakan pemerintah dalam jangka pendek harus pula diarahkan pada
peningkatan pengetahuan dan skill Suku Duano dalam pengelolaan ekonomi
rumah tangga dan mata pencaharian alternatif yang mendukung aktivitas nafkah
berbasis menongkah. Kebijakan jangka panjang harus diarahkan pada peningkatan
pendidikan formal yang bersentuhan langsung dengan aktivitas nafkah mereka,
mulai dari level pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, yaitu pada
bidang-bidang kelautan, perikanan, kemaritiman, lingkungan hidup. Bidangbidang tersebut meliputi semua aspek kehidupan teknis, sosial, ekonomi, budaya,
seni, dan politik.
Download