1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

advertisement
1.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan perekonomian Indonesia dalam beberapa
dekade belakangan ini dapat dilihat dari pesatnya perkembangan infrastruktur,
industri dan pemukiman penduduk. Konsekuensi yang ditimbulkan dari keadaan ini
adalah semakin berkurangnya tutupan lahan oleh vegetasi/tanaman dan terjadinya
degradasi lahan. Kondisi demikian tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di berbagai
belahan bumi lainnya.
Degradasi dan berkurangnya tutupan lahan hijau selanjutnya mengakibatkan
berkurangnya jumlah vegetasi yang melakukan fotosintesa (sebagai penyerap salah
satu gas rumah kaca, seperti CO2) dan akhirnya akumulasi gas ini di atmosfer
menimbulkan pemanasan bumi yang kini dikenal sebagai global warming.
Sementara ini banyak pihak diberbagai negara beranggapan bahwa hutan/vegetasi
daratan (pepohonan) merupakan satu-satunya ‘pemain’ yang dianggap mampu
meredam (mitigate) perubahan iklim melalui kemampuannya menyerap CO2. Hal
demikian tidak sepenuhnya benar, karena selain pohon di daratan, ‘mahluk berhijau
daun’ perairan (terutama fitoplankton dan tanaman air) juga memiliki kemampuan
dalam menyerap CO2 dan bahkan diduga dalam laju yang lebih cepat dan jumlah
lebih besar untuk kurun waktu singkat.
Waktu yang dibutuhkan untuk
menggandakan diri oleh kedua kelompok mahluk ini jauh lebih cepat dibandingkan
tanaman/pepohonan di darat.
Ekosistem perairan merupakan media untuk tumbuh kembangnya berbagai
jenis organisme, baik hewan maupun tanaman air (termasuk plankton). Berdasarkan
aliran airnya, ekosistem perairan tawar dapat dibedakan menjadi lotik (mengalir)
seperti sungai dan lentik (tergenang) seperti danau, waduk, dan Situ. Pada perairan
tergenang terdapat organisme-organisme akuatik yang hidup, mulai dari organisme
autotroph, heterotroph sampai pada tingkat dekomposer.
Situ adalah suatu ekosistem perairan tergenang berukuran relatif kecil,
terbentuk secara alami maupun buatan. Sumber airnya berasal dari mata air, air
hujan dan atau limpasan air permukaan (Suryadiputra 2005). Salah satu contoh dari
ekosistem Situ adalah Situ Burung yang terletak di Desa Cikarawang, Kecamatan
2
Dramaga, Kabupaten Bogor. Situ ini telah mengalami pendangkalan yang
diakibatkan oleh tumbuhnya berbagai tanaman air termasuk kayu apu (Pistia
stratiotes), Seroja atau lotus (Nelumbo nucifera Gaertn.), eceng gondok (Eicchornia
crassipes) dan rumput-rumput akuatik yang tumbuh mencuat. Untuk mengatasi
pendangkalan ini, pada tahun 2002-2003 telah dilakukan pengerukan dasar Situ dan
pembersihan Situ dari tanaman air.
Pada saat ini Seroja tumbuh dominan dan membentuk vegetasi litoral di Situ
Burung, akan tetapi ada juga beberapa vegetasi/tanaman air lainnya yang tumbuh di
perairan ini. Keberadaan vegetasi air secara berlebihan di Situ Burung sangatlah
merugikan karena dapat menyebabkan kembali terjadinya pendangkalan Situ.
Namun jika ditinjau dari sisi kemampuannya menyerap CO2 (berfotosintesa), maka
keberadaan vegetasi ini justru menguntungkan, karena ia ikut meredam laju
perubahan iklim global, terutama jika produk ini dipanen lalu dijadikan bahan baku
kerajinan (handy craft) atau furniture (seperti eceng gondok yang kini banyak
dijumpai di pasaran). Dengan tersimpannya biomasa tanaman ini dalam bentuk lain
(handy craft), atau dalam bentuk produk yang diawetkan/tahan lama maka ia akan
akan menahan (preserve) CO2 untuk tidak lepas ke atmosfer; seperti halnya produk
furniture yang terbuat dari bahan baku kayu. Terkait dengan hal di atas, maka perlu
dikaji besarnya simpanan/stok karbon dalam Tanaman Air di Situ Burung termasuk
kajian terhadap faktor pendukung (kualitas air dan morfometri Situ) sebagai media
tumbuhnya. Berikut ini adalah skema sederhana aliran karbon pada tumbuhan air di
perairan tawar.
3
Sumber karbon
alami lainnya (dari
luar perairan)
Reservoir karbon
(biomassa tumbuhan
air dan fitoplankton)
Fotosintesis
tanam
Pembakaran
Tanaman air
Pelapukan
Fitoplankton
Tidak Terurai
Terurai
Aktivitas
vulkanik dll
Disimpan di
dasar perairan
Dipanen
Lepasnya N, P,
CO2 dsb
Gambar 1. Skema sederhana aliran karbon pada tumbuhan air di perairan tawar.
Gambar 1 memperlihatkan aliran karbon yang disederhanakan, mulai dari
sumbernya hingga pemanfaatannya oleh organisme fotosintesis (misal oleh tanaman
air dan fitoplankton). Fotosintesa yang lebih besar dari respirasi akan menjadikan
pertambahan biomassa fitoplankton dan tanaman air, selanjutnya nasib biomassa ini
akan terurai atau tidak terurai tergantung kondisi perairan dan atau pemanfaatannya
oleh manusia atau makhluk lainnya. Pada kondisi terurai dengan adanya oksigen di
air (dekomposisi aerobik), akan dilepaskan unsur N, P (sebagai hara) dan senyawa
CO2 yang mendukung proses pembentukkan biomassa baru melalui fotosintesa.
Pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik), bahan organik (dari biomassa tanaman air
dan plankton yang mati) akan sulit terurai dan tertimbun di dasar perairan sebagai
karbon tanah (soil carbon). Tapi jika biomassa dipanen, baik oleh manusia dan/atau
makhluk lain (misal ikan) maka karbon akan berpindah menjadi bentuk lain.
Pemanenan oleh manusia (misal tanaman air dijadikan produk handy craft, furniture
atau lainnya), akan menyebabkan tertahannya karbon dalam bentuk handy craft.
Semakin lama karbon tersimpan dalam handy craft atau furniture maka selama
itulah ia tidak akan terlepas ke atmosfer. Suatu ekosistem Situ bisa saja menjadi
carbon sink, jika jumlah CO2 yang tersimpan (terakumulasi) pada reservoir
melampaui jumlah yang dilepaskan oleh proses dekomposisi maupun panen. Tapi
jika yang terjadi adalah sebaliknya, misal CO2 yang tersimpan dalam vegetasi terurai
4
atau terbakar/dibakar, maka Situ tersebut dapat dikatakan menjadi sumber karbon
(carbon sources).
Karbondioksida di atmosfer diserap oleh tumbuhan (baik yang berada di
darat maupun di perairan) melalui proses fotosintesis lalu diubah menjadi
karbohidrat (karbon yang berikatan dengan unsur lain) dan membentuk biomassa
tumbuhan. Karbon yang terikat dalam biomassa dapat kembali ke atmosfer melalui
proses dekomposisi, terakumulasi di tanah berupa karbon organik (misal tanah
gambut), termakan oleh mahluk herbivora atau omnivora atau terbawa ke perairan
berupa
karbon
organik
terlarut
ataupun
partikulat.
Penghitungan
perubahan/perpindahan nilai kandungan karbon dari satu tempat ke tempat lain
disebut bujet karbon (carbon budget) yaitu menghitung lamanya karbon tersimpan
dalam suatu tempat, dan jumlah yang diterima ke tempat lain serta jumlah yang
dilepaskan.
Jika suatu tempat menampung/menyerap lebih banyak daripada
melepaskan karbon maka biasa disebut karbon rosot (carbon sink) dan sebaliknya
disebut sumber karbon (carbon sources).
1.2. Perumusan Masalah
Situ Burung merupakan Situ yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa
Cikarawang untuk irigasi pertanian dan kegiatan perikanan. Namun didalam Situ ini
(di bagian selatan) terdapat suatu tanaman air yaitu Seroja (Nelumbo nucifera) yang
tumbuh dominan dan membentuk vegetasi litoral.
Keberadaan Seroja dapat
memberikan dampak negatif dan positif pada Situ Burung. Dampak negatif yang
diberikan tanaman Seroja adalah kemungkinan mengakibatkan terjadinya perubahan
morfometri Situ Burung (misalnya berupa pendangkalan /sedimentasi pada bagian
selatan Situ ini).
Adapun dampak positif yang diberikan adalah mampu
memperbaiki kualitas air siru, yaitu mengurangi tingkat kekeruhan air, tempat
bersembunyinya larva ikan dari predator, terserapnya bahan-bahan toksik di air, dll.
Selain itu dampak positif lainnya adalah dapat menyerap karbon dioksida di dalam
air dan di atmosfer melalui proses fotosintesis. Kemampuan Seroja dalam menyerap
CO2 terlihat dari jumlah nilai simpanan stok/karbon didalam bagian-bagian tanaman
Seroja (batang dan daun). Dengan mengetahui kondisi morfometri, kualitas air dan
keberadaan tanaman Seroja di Situ Burung, diharapkan pengelolaan terhadap Situ ini
5
ke depan dapat ditingkatkan sesuai prioritas peruntukkannya. Berikut ini adalah
diagram alir dalam perumusan masalah dari penelitian ini.
Kondisi
morfometri
Situ Burung
Morfometri
Situ, Kualitas
air Situ dan
Seroja
tanam
Terjadi
sedimentasi
atau tidak
Kondisi
Kualitas Air
Situ
Sesuai
dengan baku
mutu
Berat Kering
batang dan
daun
Nilai
simpanan
stok/karbon
Gambar 2. Diagram alir perumusan masalah kajian morfometri, kualitas air dan nilai
simpanan/stok karbon di Situ Burung.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengkaji kondisi morfometri dan kualitas perairan Situ Burung.
2.
Mengkaji persentase luas penutupan area tanaman Seroja (Nelumbo
nucifera) di perairan Situ Burung.
3.
Membuat persamaan allometrik untuk Seroja (Nelumbo nucifera) yang
terdapat di perairan Situ Burung untuk dugaan stok karbon.
1.4. Manfaat
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan :
1. Gambaran umum tentang kondisi fisik (morfometri) dan kualitas air Situ
Burung dalam mendukung keberadaan tanaman air di dalamnya.
2. Informasi tentang persamaan allometrik yang dapat digunakan untuk
menduga nilai stok/simpanan karbon Seroja (Nelumbo nucifera) di Situ
Burung.
3. Masukkan tentang pengelolaan Situ terkait dengan kondisi fisik saat ini dan
peran/kontribusinya dalam meredam perubahan iklim global.
Pengelolaan
Situ Burung
Download