1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan secara umum bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Tujuan ini tidak hanya dimiliki oleh perusahaan yang menjalankan bisnis domestik, tetapi juga perusahaan yang menjalankan bisnis internasional. Bahkan beberapa perusahaan telah mengembangkan bisnis internasional sebagai sarana untuk menambah nilai mereka. Hal ini disebabkan karena pasar asing dapat memberikan peluang untuk memperbaiki arus kas perusahaan. Sebagai akibatnya, banyak perusahaan telah berubah menjadi perusahaan multinasional (MNC), yang didefinisikan sebagai perusahaan yang terlibat dalam berbagai bentuk bisnis internasional. Perusahaan multinasional biasanya memperoleh dana jangka panjang dengan menarik dana dari investor asing dengan menjual saham di pasar modal. Investor yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas di pasar modal dengan harapan memperoleh pengembalian (return). Perkembangan harga saham perusahaan tertentu mencerminkan nilai perusahaan tersebut sesuai penilaian para investor, sedangkan return saham merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atau investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Para investor menggunakan berbagai cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham maupun dengan memanfaatkan saran yang diberikan oleh 2 para analis pasar modal seperti broker, dealer, manajer investasi dan lain-lain. Salah satu cara yang digunakan oleh investor ialah dengan mempelajari kinerja saham yang dapat dilihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang meningkat, menunjukkan kinerja saham yang semakin membaik. Hal tersebut akan memberikan peluang pada investor untuk memperoleh return yang besar. Sumber: Data diolah- www.idx.co.id Gambar 1.1 Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dalam Rupiah Juli 2009-Juli 2010 Pada Gambar 1.1 di atas, terlihat Indeks Harga Saham Gabungan yang memiliki tren meningkat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan dari 2.549,03 pada bulan Februari 2009 menjadi 2.777,30 pada bulan Maret 2009. Kemudian pada bulan April 2009, IHSG mencapai 2.971,25. Posisi IHSG tertinggi dicapai pada bulan Juli 2010, yaitu pada posisi 3.069,28. Pergerakan Indeks Harga Saham yang meningkat periode Juli 2009- Juli 2010 menunjukkan kondisi pasar modal yang membaik. 3 Tingkat keuntungan (return) yang diharapkan oleh investor berkaitan dengan risiko. Hubungan return dan risiko searah dan linier, artinya semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Dengan kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu tidak relevan mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi pada aset yang menawarkan return paling tinggi, karena harus juga mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung. Investasi selalu mengandung unsur risiko, karena perolehan (return) yang diharapkan baru akan diterima pada masa yang akan datang. Risiko investasi yang paling perlu diperhatikan ialah risiko sistematis. Hal ini dikarenakan risiko sistematis tidak dapat dikurangi dengan mendiversifikasi investasi dan risiko sistematis berdampak pada semua jenis saham. Selain risiko sistematis, return saham perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi nilai tukar. Menurut Ross dalam detikcom (2010), dari pandangan makro, kurs dolar AS yang terus melemah, memberikan kenaikan pada sejumlah saham multinasional dan mendorong permintaan komoditas berdenominasi Rupiah. Perubahan kondisi nilai tukar Rupiah per Dollar AS memberikan pengaruh yang besar terutama pada harga saham perusahaan multinasional (MNC) di Bursa Efek Indonesia. Menurut Tandelilin (2010), salah satu faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap investasi di suatu negara ialah nilai tukar. Kondisi nilai tukar Rupiah per Dollar AS digunakan sebagai sinyal oleh investor untuk melakukan aktivitas menjual atau membeli saham. Perubahan nilai tukar Rupiah 4 per Dollar AS akan berpengaruh pada harga barang impor. Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS akan mengakibatkan harga barang impor meningkat. Kenaikan harga barang impor tersebut akan meningkatkan biaya produksi perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor serta mengurangi keuntungan atau laba yang akan diperoleh perusahaan berkurang. Menurunnya laba suatu perusahaan merupakan sinyal bagi investor bahwa kinerja perusahaan tersebut menurun. Menurunnya kinerja perusahaan akan menurunkan kepercayaan investor untuk menginvestasikan dananya pada saham perusahaan tersebut serta beralih ke saham perusahaan lain. Hal tersebut mengakibatkan harga saham menurun, akibatnya return saham tersebut juga menurun. Tabel 1.1 Perbandingan Kondisi Nilai Tukar USD dengan IHSG periode Juli 2009Juli 2010 Periode Juli 2009 Agustus 2009 September 2009 Oktober 2009 November 2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010 Nilai Tukar Rupiah per USD (dalam Rupiah) 9.920 10.060 10.401 9.983 9.970 9.958 9.775 9.848 9.674 9.527 9.683 9.648 IHSG (dalam Rupiah) 2.323 2.342 2.468 2.368 2.416 2.534 2.611 2.549 2.777 2.971 2.797 2.914 9.550 3.069 Sumber: www.bi.go.id, www.idx.co.id Pada Tabel 1.1, terlihat nilai tukar Rupiah per USD memiliki tren yang meningkat atau dengan kata lain Rupiah menguat. Terlihat fenomena nilai tukar Rupiah mengalami penguatan yang signifikan sebesar 418 pada periode Oktober 5 2009. Periode Februari 2010, Nilai tukar Rupiah per USD melemah sebesar 73 yang diikuti oleh penguatan hingga periode Juli 2010, sedangkan IHSG mengalami peningkatan dari 2.323 pada periode Juli 2009 hingga puncaknya sebesar 3.069 pada periode Juli 2010. Menguatnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi (Tandelilin, 2010). Kurs Rupiah yang menguat akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku, sedangkan tingkat suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap return saham. Hal ini akan menyebabkan banyak investor yang menanamkan modalnya di sekuritas terutama saham. Faktor lain yang mempengaruhi return suatu saham adalah faktor internal perusahaan, terutama kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perusahaan dalam hal ini Rasio Solvabilitas. Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar utang. Debt to Equity Ratio (DER) juga memberikan jaminan tentang seberapa besar utang-utang perusahaan dijamin modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif 6 tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Sofiati (2000) dalam Suwandi (2003) menyatakan bahwa penggunaan utang oleh suatu perusahaan akan membuat risiko yang ditanggung pemegang saham meningkat. Ketika terdapat penambahan jumlah utang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan. Menurunnya tingkat solvabilitas perusahaan berarti kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya kecil atau dengan kata lain perusahaan tidak mampu membayar utang. Perusahaan yang tidak mampu membayar utang memiliki risiko yang besar yaitu risiko kebangkrutan. Investor akan menjauhi saham-saham perusahaan yang berisiko tinggi. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, permintaan terhadap saham perusahaan tersebut berkurang mengakibatkan harga saham akan menjadi turun yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya return saham perusahaan. Berikut ini merupakan nilai DER dari saham-saham sektoral perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2009- Juli 2010. 7 Tabel 1.2 DER Saham Sektoral Perusahaan Multinasional BEI Bulanan Periode Juli 2009- Juli 2010 Periode Mine BIC MI CGI PR IUT Fin TSI Juli ‘09 0,84 3,54 -1,34 2,07 1,06 0,67 6,04 5,96 Agustus ’09 0,81 2,87 -0,53 1,93 1,05 0,61 5,75 5,90 September ’09 0,79 2,87 -1,54 1,93 0,98 0,61 5,78 3,29 Oktober ’09 0,78 2,87 -1,32 1,93 0,99 0,58 5,73 2,59 November ’09 0,76 2,66 -1,29 1,50 0,96 0,58 5,61 2,65 Desember ’09 0,70 2,66 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,61 2,65 Januari ’10 0,70 2,66 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,61 2,62 Februari ’10 0,70 2,65 -1,12 1,50 0,96 0,58 5,65 2,62 Maret ’10 0,70 2,65 -1,12 1,48 1,00 0,58 5,59 2,62 April ’10 0,76 2,21 -0,82 2,30 1,18 0,55 5,60 2,03 Mei ’10 0,75 2,10 -0,42 1,62 0,98 0,50 5,65 1,86 Juni ’10 0,71 2,04 0,67 1,60 1,25 0,50 5,95 1,75 Juli ’10 0,71 2,06 0,68 2,06 0,86 0,50 5,84 1,75 Rata-rata 0,75 2,60 -0,80 1,76 1,02 0,57 5,72 2,95 Sumber: Data diolah-www.idx.co.id Keterangan : Mine= Pertambangan, BIC= Basic Industry and Chemicals, MI= Miscellanious Industry, CGI= Consumer Goods Industry, PR= Property & Real Estate, IUT= Infrastructure, Utility & Transportation, Fin= Finance, TSI= Trade, Service & Investment Pada Tabel 1.2 memperlihatkan ada tiga sektor yang nilai Debt to Equity Ratio (DER) sahamnya sangat berfluktuatif, yaitu sektor Basic Industry and Chemicals, sektor Finance, Sektor Trade, Service & Investment. Pada saham Sektor Basic Industry and Chemicals, terlihat tingkat Debt to Equity Ratio (DER) mulai dari periode Juli 2009 sampai dengan Juli 2010 mengalami penurunan, dari 3,54 pada periode Juli 2009 menjadi 2,06 pada periode Juli 2010 dengan rata-rata 2,60. Hal yang serupa juga terjadi pada saham sektor Finance dan Sektor Trade, Service & Investment. Pada saham sektor Finance, tingkat Debt to Equity Ratio (DER) mengalami penurunan, dari 6,04 pada periode Juli 2009 menjadi 5,84 pada 8 periode Juli 2010 dengan rata-rata 5,72. Demikian pula dengan saham sektor Trade, Service & Investment, yang memiliki tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang menurun dari 5,96 pada periode Juli 2009 menjadi 1,75 pada periode Juli 2010 dengan rata-rata 2,95. Menurut Solechan (2010), DER yang semakin tinggi mengindikasikan return saham yang menurun. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara nilai tukar, DER, risiko sistematis serta return saham, namun hasil yang diperoleh masih menjadi perdebatan. 1) Ali et al. (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Causal Relationship between Macro-Economic Indicatorsand Stock Exchange Prices in Pakistan. Hasil yang diperoleh menyatakan tidak ada hubungan kausalitas antara variabel makro ekonomi dengan harga saham yang dicerminkan oleh Indeks harga saham di negara Pakistan. 2) Gay (2008) dalam jurnalnya yang berjudul Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India,and China. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai tukar, harga minyak dengan harga saham di negara Brasil, Rusia, India dan Cina. 3) Sohail (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Long-Run and Short-Run Relationship between Macroeconomic Variables and Stock Prices in Pakistan the Case of Lahore Stock Exchange. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam jangka panjang inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham, sedangkan indeks produksi industri, nilai tukar riil, dan peredaran uang berpengaruh positif terhadap harga saham. 9 4) Solechan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Earning, Manajemen Laba, IOS, risiko sistematis, Size dan Rasio Utang terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEI. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, rasio utang (Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham, sedangkan menajemen laba, IOS, size, risiko sistematis masing-masing tidak berpengaruh terhadap return saham. 5) Racelis (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Capital Structure and Systematic Risk in the Philippine Setting. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat utang yang diwakili oleh DER berpengaruh signifikan negatif terhadap risiko sistematis. 6) Haruman (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham di PT. Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa beta, faktor ekonomi makro (inflasi dan nilai tukar), faktor fundamental berpengaruh secara parsial terhadap tingkat pengembalian saham individu. 7) Prihantini (2009), dalam penelitiannya yang berjudul analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham, sedangkan ROA dan CR memiliki hubungan yang positif terhadap return saham industri properti dan real estate. 10 8) Triayuningsih (2003), dalam penelitian yang berjudul analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dan Faktor Ekonomi Makro terhadap Return Saham Perusahaan Industri Manufaktur di BEJ Periode 1999-2001. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa EPS memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap return saham, PBV, Total aset, Kurs, Suku Bunga mempengaruhi variasi dalam return saham secara signifikan, sedangkan DER dan Inflasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variasi dalam return saham industri Manufaktur. 9) Sudiyatno (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kinerja Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis dan Kebijakan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel- variabel makroekonomi (inflasi, kurs, tingkat bunga, dan pertumbuhan ekonomi) berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. variabelvariabel kebijakan perusahaan (insentif manajer dan leverage keuangan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, dan kinerja perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, terjadi proses berjenjang dalam mempengaruhi nilai perusahaan, sehingga kinerja perusahaan berperan sebagai variabel intervening, yaitu variabel yang memediasi pengaruh variabel makroekonomi (kurs), risiko sistematis, dan kebijakan perusahaan (insentif manajer) dalam mempengaruhi nilai perusahaan. 10) Kartikasari (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Risiko Sistematik pada Perusahaan Manufaktur 11 yang Terdaftar di BEJ. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat utang operasional (leverage), ukuran perusahaan, dan profitabilitas mempengaruhi risiko sistematik (beta), sedangkan utang finansial tidak berpengaruh terhadap risiko sistematik (beta). 11) Auliyah (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak mempengaruhi Return Saham Syariah secara signifikan, tetapi nilai tukar Rupiah serta PDB (Produk Domestik Bruto) berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham Syariah. 12) Rachmatika (2006.), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Beta Saham, Growth Opportunities, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel beta saham, ROA, dan DER secara parsial signifikan terhadap return perusahaan LQ-45 di BEJ periode 2001- 2004 pada level of significance kurang dari 5persen. Sedangkan variabel growth opprtunities tidak signifikan terhadap return dengan level of significance lebih besar dari 5 persen. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggabungkan antara penelitian Auliyah (2006), dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta dengan penelitian Sudiyatno (2010), yang berjudul Peran Kinerja Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental 12 Makroekonomi, Risiko Sistematis dan Kebijakan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Dalam hal ini peneliti menggunakan fokus penelitian perusahaan multinasional serta menggunakan metode analisis path. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: 1) Apakah nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia? 2) Apakah DER berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia? 3) Apakah nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia? 4) Apakah risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia? 5) Apakah DER berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Mengetahui signifikansi pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 13 2) Mengetahui signifikansi DER berpengaruh terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 3) Mengetahui signifikansi pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 4) Mengetahui signifikansi pengaruh risiko sistematis terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 5) Mengetahui signifikansi pengaruh DER terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis serta praktis antara lain : 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para akademis yang tertarik meneliti mengenai pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS, DER terhadap risiko sistematis serta return saham dan memperkaya pengetahuan yang sudah ada sehingga dapat menjadi tambahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh investor untuk lebih memahami pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS, DER terhadap risiko sistematis serta return saham sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi di pasar modal. 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Return Saham Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi. Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode inventasi dibandingkan harga beli investasi tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor serta risiko di masa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (Pancawati et al, 2002). Return yang diterima oleh investor pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat dicairkan (diuangkan) secara cepat. 15 Misalnya dividen saham yaitu dibayar dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya (Ang, 1997). Jenis kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih positif harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Tentunya tidak semua instrumen investasi memberikan komponen return berupa capital gain. Capital gain ini sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi yang bersangkutan yang berarti bahwa instrumen investasi tersebut harus diperdagangkan di pasar. Karena dengan adanya perdagangan, maka akan timbul perubahan nilai dari suatu instrumen investasi. Investasi yang dapat memberikan capital gain seperti obligasi dan saham, sedangkan yang tidak memberikan komponen return capital gain seperti sertifikat deposito, tabungan, dan sebagainya. Perubahan-perubahan return saham secara menyeluruh atau sektoral selalu diukur dengan indeks harga saham. Indeks harga saham merupakan salah satu indikator utama dalam setiap pergerakan saham, sehingga return saham dapat menjadi pintu permulaan untuk melakukan investasi. Return saham yang tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Husnan (2000), mengatakan bahwa meskipun disebutkan sebagai return saham atau tingkat keuntungan, sebenarnya tingkat keuntungan tersebut lebih tepat dikatakan sebagai persentase perubahan harga saham. Harga saham di pasar modal (sekunder) setiap saat bisa berubah (naik atau turun). Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return saham: 16 1) Harapan investor terhadap tingkat keuntungan dividen untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau dividen suatu saham stabil, maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau dividen suatu saham berfluktuasi, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi pula. 2) Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per Share (EPS) juga berimplikasi dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya. EPS merupakan perbandingan antara Earning After Tax (EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan rasio keuangan yang digunakan investor untuk menganalisa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan saham yang dimiliki. EPS menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. 3) Kondisi perekonomian. Apabila kondisi perekonomian stabil dan mantap, maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya. Di samping faktor-faktor tersebut, return saham juga dipengaruhi oleh kondisi perusahaan (laba perusahaan, kebijakan direksi), tingkat suku bunga, harga komoditas, kondisi ekonomi, faktor investasi lain, kebijakan pemerintah, inflasi, penawaran serta permintaan, dan lain-lain. Menurut Koesno (2002), salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya return saham 17 suatu perusahaan. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh performance atau kinerja perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, dimana dengan laporan keuangan tersebut dapat dilakukan analisis berdasarkan rasio-rasio keuangan. 2.1.2 Risiko Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Menurut Tandelilin (2001), dalam manajemen investasi modern, pembagian risiko total investasi dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Risiko sistematis (risiko pasar) Merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Jadi perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (kondisi makro) 2) Risiko tidak sistematis (risiko perusahaan) Merupakan risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Jadi lebih terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan emiten. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa risiko non sistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi. Risiko sistematis berasal dari faktor-faktor yang secara sistematis mempengaruhi sebagian besar perusahaan, seperti; perang, inflasi, resesi, perubahan kurs, dan suku bunga yang tinggi (Brigham dan Houston, 1998). Risiko-risiko ini yang mempengaruhi surat 18 berharga secara keseluruhan, dan kebanyakan saham cenderung dipengaruhi secara negatif oleh risiko ini, sehingga konsekuensinya tidak dapat didiversifikasi (Brigham dan Houston, 1998). Indeks untuk mengukur risiko sistematis adalah beta (β), koefisien beta ini yang menggambarkan kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar. Penggunaan beta (β) sebagai pengukur risiko sistematis mengacu pada konsep single-index model (Sharpe, 1964). Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2003). Berdasarkan pengamatan secara khusus harga suatu sekuritas kebanyakan bahwa harga saham cenderung mengalami kenaikan apabila indeks harga saham gabungan (IHSG) naik. Demikian terjadi sebaliknya, bahwa kebanyakan harga saham cenderung mengalami penurunan apabila indeks harga saham gabungan (IHSG) turun. Beta dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dan laba indeks pasar) atau data fundamental (faktor internal perusahaan). Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar, beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi, sedangkan beta yang dihitung dengan menggunakan data fundamental disebut dengan beta fundamental. Beta pasar dapat ditentukan dengan teknik grafik (Scatter Diagram) dan teknik regresi. Teknik regresi dapat didasarkan atas metode indeks tunggal (model pasar) atau model CAPM (Capital Asset Pricing Model). 19 Beta merupakan mekanisme kontrol terhadap risiko yang masih banyak dipakai oleh para manajer portofolio karena sesuai dengan konsep hubungan risiko dan return dalam CAPM, beta memiliki hubungan yang kuat dengan return suatu investasi. Menurut Barra dalam Ardiana (2006), peran beta dalam manajemen portofolio pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 peran utama, yaitu: 1) Meramalkan risiko sistematis portofolio 2) Ukuran risiko sistematis yang terjadi 3) Meramalkan return yang diharapkan dari suatu portofolio 2.1.3 Nilai Tukar Menurut Fabozzi dan Franco (1996) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency. Nilai tukar merupakan indikator yang digunakan oleh para investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Para pelaku dalam pasar internasional amat peduli terhadap penentuan kurs valuta asing (valas), karena kurs valas akan mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam perdagangan barang, jasa dan surat berharga (Mudrajad, 1996). Faktor-faktor fundamental yang diduga kuat berpengaruh kuat terhadap kurs valas adalah jumlah uang beredar, pendapatan riil relatif, harga relatif, perbedaan inflasi, perbedaan suku bunga, dan permintaan serta penawaran asset di kedua negara. Gustav Cassel, seorang ekonom berkebangsaan Swedia pada tahun 1918 memperkenalkan teori Purchasing Power Parity (PPP) atau di Indonesia dikenal dengan teori Paritas Daya Beli, teori Interest Rate Parity (IRP), dan teori 20 International Fisher Effect (IFE). Purchasing Power Parity (PPP) menghubungkan kurs valas dengan harga-harga komoditi dalam mata uang lokal di pasar internasional, yaitu bahwa kurs valas akan cenderung menurun dalam proporsi yang sama dengan laju kenaikkan harga (Baillie and McMahon, 1990). Menurunnya kurs karena laju kenaikan harga membuat biaya produksi naik, terutama pada perusahaan yang menggunakan bahan baku impor. Akibatnya, daya saing perusahaan-perusahaan tersebut menurun, karena perusahaan harus menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi. Teori PPP (Purchasing Power Parity), juga menjelaskan bahwa kurs spot suatu valas akan berubah sebagai reaksi terhadap perbedaan inflasi antara dua negara. Akibatnya daya beli seorang konsumen ketika membeli barang di negaranya sendiri akan sama dengan daya beli ketika mengimpor barang dari negara lain (Mudrajad, 1996). Teori IRP (Interest Rate Parity), kurs forward suatu mata uang yang mengandung premi (atau diskon) ditentukan oleh perbedaan suku bunga antara dua negara. Akibatnya arbitrase suku bunga yang ditutup (covered interest arbitrage) akan jauh lebih menguntungkan dibanding suku bunga domestik (Mudrajad, 1996). Demikian juga menurut teori IFE (International Fisher Effect), kurs spot mata uang akan berubah sesuai dengan perbedaan suku bunga antara 2 negara. Akibatnya rata-rata keuntungan dari sekuritas pasar uang internasional yang tidak ditutup akan tidak lebih dari keuntungan yang diperoleh dari sekuritas pasar uang domestik, terutama dari sudut pandang investor di negera asal (Mudrajad, 1996). 21 Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Apabila nilai tukar mata uang dalam negeri suatu negara tidak stabil atau fluktuasinya sangat tinggi (semakin melemah) terhadap mata uang negara lain (khususnya Dollar AS) maka berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat karena dari sisi sektor bisnis berupaya melakukan efisiensi seketat mungkin. Menurut Madura (2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu: 1) Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. 2) Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3) Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal. 22 2.1.4 Analisis Rasio Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di masa depan. Analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun yang lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang. 1) Rasio Likuiditas Aktiva lancar merupakan aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang akan aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan menggunakan harga pasar yang berlaku. Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, piutang usaha dan persediaan. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak dan beban-beban akrual lainnya terutama gaji. Jika sesudah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan membayar tagihan-tagihannya (utang usaha) secara lebih lambat, meminjam dari bank dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat secara lebih cepat dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya masalah. Rasio lancar merupakan indikator tunggal terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva-aktiva yang 23 diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup tepat. Rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan. 2) Rasio Manajemen Aktiva Rasio manajemen aktiva mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio-rasio ini dirancang untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aktiva seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan yang diproyeksikan? Rasio perputaran persediaan dinyatakan sebagai penjualan dibagi persediaan. a) Mengevaluasi piutang (jumlah hari penjualan belum tertagih) Jumlah hari penjualan belum tertagih (days sale outstanding), digunakan untuk menilai piutang dan dihitung dengan membagi piutang dengan jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari penjualan masih dicatat dalam piutang. Jadi DSO mencerminkan rata-rata rentang waktu perusahaan harus menunggu untuk menerima kas setelah melakukan penjualan. b) Mengevaluasi aktiva tetap (rasio perputaran aktiva tetap) Rasio perputaran aktiva tetap mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ini merupakan rasio dari penjualan aktiva bersih. 24 3) Rasio Manajemen Utang Seberapa jauh perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang atau pengungkit keuangan (financial leverage). Rasio manajemen utang memiliki tiga implikasi penting: a) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. b) Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh sendiri sebagai satuan batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus dihadapi kreditor. c) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dari hasil pinjaman yang lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit. Perusahaan-perusahaan memiliki rasio utang relatif tinggi ketika perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio kerugian ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan utang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat. Rasio total utang terhadap total aktiva yang umumnya disebut sebagai rasio utang, akan mengukur persentase dari dana yang diberikan kreditor. 25 Total utang meliputi kewajiban lancar dan utang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio utang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Di lain pihak, pemegang saham mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan. (1) Kemampuan untuk membayar bunga (rasio kelipatan pembayaran bunga) Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejauh mana laba operasi menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar bunga tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini akan dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor perusahaan yang kemungkinan akan menyebabkan kebangkrutan. (2) Kemampuan untuk melayani utang (rasio cakupan EBITDA) Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas utangnya. Akan tetapi rasio ini memiliki dua kelemahan. (a) Bunga bukanlah satu-satunya beban keuangan yang bersifat tetap. Perusahaan juga harus mengurangi utangnya sesuai jadwal dan banyak perusahaan menyewa aktivanya dan akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal membayar kembali utang atau melunasi pembayaran sewanya, perusahaan terpaksa harus menyatakan bangkrut. 26 (b) EBIT tidaklah mencerminkan seluruh arus kas yang tersedia untuk melayani utang, terutama perusahaan yang memiliki beban depresiasi dan amortisasi yang tinggi. Untuk memasukkan kelemahan-kelemahan ini, para banker dan pihak lainnya telah mengembangkan rasio kecukupan EBITDA. 4) Rasio Profitabilitas Menurut Brigham & Houston (2006), profitabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio keuangan (rasio profitabilitas) yaitu: a) Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), yang dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan laba per nilai penjualan. b) Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power-BEP), dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva. c) Tingkat pengembalian total aktiva, rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return on assets-ROA) setelah beban bunga dan pajak. d) Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, dimana mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. 5) Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar akan menghubungkan nilai saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat 27 memberikan indikasi kepada manajemen mengenai yang dipikirkan oleh para investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa mendatang. Jika rasio-rasio likuiditas, manajemen aktiva, maajemen utang dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio-rasio nilai pasarnya juga akan tinggi, dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi sesuai harapan. a) Rasio laba per harga (price earning ratio) menunjukkan seberapa banyak uang yang rela dikeluarkan oleh investor untuk membayar setiap Dollar laba yang dilaporkan. b) Rasio laba per arus kas. Di beberapa industri, harga saham akan lebih terikat pada arus kas daripada laba bersih. c) Rasio nilai pasar per nilai buku. Rasio atas harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkaliannya rendah. Menurut Ang (1997), salah satu rasio yang berpengaruh terhadap return saham ialah rasio solvabilitas. Tingkat debt ratio yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara debts terhadap total equity. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja 28 perusahaan, karena tingkat utang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan. 2.1.5 Perusahaan Multinasional (MNC) Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang memiliki operasi-operasi yang signifikan di dua atau lebih negara secara bersamaan, namun keputusan utama dan kontrolnya dilakukan oleh perusahaan di negara asalnya (M. Fasal, 2001), sedangkan menurut Shapiro dalam M. Fasal, perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi (memproduksi dan menjual barang atau jasanya) di lebih dari satu negara. Perusahaan ini terdiri dari perusahaan induk (parent company) yang berlokasi di negara asalnya dan memiliki paling sedikit lima atau enam perusahaan afiliasi / subsidiary (anak perusahaan) di luar negeri, secara khas dengan suatu interaksi derajat yang tinggi atau saling terkait antara suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Mamduh M. Hanafi (2003), mengatakan bahwa perusahaan multinasional mempunyai beberapa ciri yang berlainan dengan perusahaan domestik. Salah satu ciri yang menonjol adalah wilayah operasi yang mencakup beberapa wilayah negara, dengan kondisi perekonomian, politik, sosial, budaya yang berbeda. Perusahaan multinasional melakukan diversifikasi dalam pendanaan dan operasinya karena memiliki anak perusahaan lebih dari satu. Manfaat dari diversifikasi ini adalah menekan biaya modal karena biasanya pemodal asing mau menerima tingkat keuntungan yang lebih rendah dari pemodal domestik. Manfaat lainnya adalah karena perusahaan multinasional jaringan operasinya terdiversifikasi di beberapa negara, akan lebih tahan menghadapi segala situasi yang tidak menguntungkan di suatu negara, karena sumber aliran kasnya tidak 29 terkonsentrasi hanya di satu negara. Keuntungan ini tidak dinikmati oleh perusahaan domestik yang lebih rentan terhadap perubahan, karena sumber aliran kasnya hanya terkonsentrasi di satu negara. Kondisi ini membuat risiko kebangkrutan perusahaan multinasional lebih rendah dari perusahaan domestik. Dengan demikian biaya modal perusahaan multinasional relatif akan lebih rendah dari perusahaan domestik (Yuliati dan Prasetyo, 1998). Banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan multinasional, tetapi ada juga kerugian yang didapat dari perusahaan nasional. Kerugian tersebut menurut Casson dalam Salamah (2002), muncul dari sifat perusahaan multinasional sejak beberapa waktu yang lalu, yaitu: 1) Perusahaan multinasional sebagai kelompok, dapat menguasai sektor perdagangan luar negeri. 2) Perusahaan multinasional umumnya tidak berhasil atau lebih tepat dikatakan kurang bersedia mengalihkan pengetahuannya kepada penduduk dan manajer-manajer di perusahaan mereka beroperasi. 3) Operasi perusahaan multinasional pada dasarnya bersifat monopoli, memperoleh proteksi terhadap pesaing-pesaingnya berbentuk kendalakendala untuk turut serta (barrier to entry). 4) Perusahaan multinasional sering dapat menguasai industri-industri penting (key industry) atau sektor-sektor ekonomi tertentu di negaranegara mereka beroperasi karena kedudukannya yang monopolistis tersebut. 30 Stoner dalam Salamah (2002), menyatakan bahwa dalam membuat keputusan investasi, manajer perusahaan multinasional harus memperhatikan tiga faktor, yaitu: a) Ekonomi dari berbagai negara Apakah negara tersebut cukup makmur untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mendukung aktivitas ekonomi seperti sistem transportasi, sistem komunikasi, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. b) Risiko politik Mengacu pada kemungkinan apakah perubahan politik yang terjadi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan mempengaruhi aktivitas di luar negeri. c) Kecocokan teknologi pada budya yang berbeda Teknologi produksi mungkin berhasil di suatu negara tetapi belum tentu berhasil di negara lain. 2.1.6 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Risiko Sistematis Menurut Sudiyatno (2010), meningkatnya nilai tukar berarti menurunnya nilai mata uang domestik yang disebabkan karena inflasi di dalam negeri lebih besar dari inflasi di luar negeri. Era globalisasi menyebabkan perubahan inflasi di luar negeri akan berpengaruh terhadap perekonomian global maupun nasional (domestik) akibat dari perubahan kondisi perekonomian tersebut, maka kegiatan investasi di sektor riil menjadi tidak menentu. Oleh karena itu, investor akan mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan, kemungkinan transaksi 31 valas akan menjadi pilihannya, akibatnya kinerja pasar modal menurun, khususnya di sektor riil. Jadi dengan melemahnya kurs Rupiah atau terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat, karena dengan melemahnya nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS berarti semakin tinggi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Auliyah (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta. Namun Ardiana (2006), dalam penelitiannya menemukan exchange rate, leverage ratio, price to book value dan earning variability tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis. 2.1.7 Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap Risiko Sistematis Menurut Brigham (2009), sebuah perusahaan dapat mempengaruhi risiko pasarnya, dan juga nilai betanya, melalui perubahan-perubahan dalam komposisi aktivanya dan juga melalui penggunaan utang. Semakin tinggi utang perusahaan dalam bentuk mata uang asing akan meningkatkan risiko utang tersebut tidak terbayarkan. Apabila terjadi depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS, menyebabkan beban bunga serta utang perusahaan meningkat. Perusahaan akan kesulitan dalam melunasi utangnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan akan kesulitan untuk meminjam dana untuk periode berikutnya dan perusahaan akan dihadapkan pada suku bunga yang tinggi (karena kreditur menghadapi risiko utang tak terbayarkan), sehingga risiko sistematis menjadi semakin tinggi. 32 Menurut Racelis (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap beta. Penelitian tersebut menunjukkan pada tingkat risiko operasi yang tinggi tidak seharusnya meningkatkan tingkat utang. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Kapoor dan Pope (1997) serta Utomo (2006). Kapoor dan Pope (1997), dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat utang tidak berpengaruh signifikan terhadap beta. Utomo (2006), dalam penelitiannya menemukan bahwa Asset Growth, DER, ROE, dan EPS tidak berpengaruh terhadap beta saham. 2.1.8 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham Menurunnya nilai tukar Rupiah (Rupiah menguat) terhadap mata uang asing dalam hal ini Dollar AS, merupakan sinyal positif bagi perekonomian yang mengalami inflasi. Menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini akan menyebabkan return saham meningkat. Menurut Sohail (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa indeks produksi industri, nilai tukar riil, dan peredaran uang berpengaruh positif terhadap harga saham. Hal ini menunjukkan meningkatnya nilai tukar akan menyebabkan harga saham perusahaan yang berorientasi pada ekspor meningkat sehingga return saham juga meningkat. Suardani (2008), dalam penelitiannya menemukan bahwa kurs Dollar, ROE dan tingkat suku bunga SBI, masing-masing berpengaruh positif terhadap return saham. 33 Maysami et al. (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap return saham di pasar modal Singapura. Hal ini menunjukkan pada tingkat ekspor dan impor yang tinggi dalam perekonomian Singapura, mata uang domestik yang lebih kuat akan mengurangi biaya impor dan memungkinkan produsen lokal untuk menjadi lebih kompetitif secara internasional, sehingga perekonomian menjadi meningkat dan return saham juga ikut meningkat. Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai tukar, maka return saham semakin menurun. Pialang saham, investor, dan pelaku pasar modal sangat berhati-hati dlam menentukan posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil. Triayuningsih (2003), dalam penelitiannya menemukan bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap return saham secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar akan menyebabkan naiknya biaya produksi akibat impor bahan baku yang dilakukan. Biaya produksi yang tinggi akan mempengaruhi harga jual barang sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan berdampak juga pada tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat keuntungan perusahaan akan berakibat turunnya kepercayaan investor yang terlihat dari penurunan return saham. Ali et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada hubungan kausalitas antara variabel makro ekonomi dengan harga saham yang dicerminkan oleh Indeks harga saham di negara Pakistan. 34 Gay (2008), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga saham di negara Brasil, Rusia dan Cina. Hasil penelitian Gay menunjukkan apresiasi mata uang domestik menguntungkan di pasar saham domestik. 2.1.9 Pengaruh Risiko Sistematis Terhadap Return Saham Investor perlu mempertimbangkan hubungan antara risiko dan return sebelum mengambil keputusan investasi. Risiko dan return memiliki hubungan positif. Semakin besar risiko suatu investasi, return yang diperoleh akan semakin tinggi. Begitu juga dengan risiko sistematis yang diukur dengan beta memiliki hubungan positif terhadap return saham. Menurut Haruman (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, namun pengaruhnya sangat lemah. Theriou et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta berpengaruh positif terhadap return saham. Theriou et al. menyatakan bahwa saham dengan beta yang tinggi akan menyebabkan return meningkat ketika premium risiko pasar positif dan return yang lebih rendah ketika premium risiko pasar negatif. Solechan (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta tidak berpengaruh terhadap return saham. Solechan menyatakan bahwa besar kecilnya risiko sistematik (beta) pada perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keuntungan saham (return). 2.1.10 Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham DER (Debt to Equity Ratio) merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh 35 kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum DER dapat dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER (Debt to Equity Ratio) yaitu rasio untuk menghitung seberapa besar dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, modal perusahaan akan menurun dengan cepat pula. (Hanafi dan Halim, 2000). Dengan semakin tinggi rasio utang perusahaan menunjukkan bahwa tingginya utang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya utang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka. Menurut Leland (1994), balancing theories membuktikan bahwa peningkatan DER sesungguhnya menyebabkan peningkatan biaya yang berkaitan dengan leverage dimana peningkatan nilai perusahaan pada akhirnya akan berhenti. Masih dalam lingkup balancing theories, model optimal yang dinamik dari Fisher, Heinkel, dan Zechner (1989), serta Mauer dan Triantis (1994) tidak mendukung struktur modal yang statis. Meskipun demikian, kebijakan pendanaan dinamik yang optimal masih dicirikan dengan trade off, antara manfaat corporate tax shield dari utang dan biaya utang (Robert M. Hull, 1999). Penggunaan utang yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan dari penggunaan utang tersebut, namun semakin besar pula biaya kebangkrutan 36 dan biaya keagenan bahkan lebih besar. Dengan memasukkan pertimbangan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan ke dalam model MM dengan pajak, disimpulkan bahwa penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal (Lukas S. Atmaja, 1999). Menurut Solechan (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa rasio utang (Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio utang perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi menurunnya tingkat keuntungan saham (return). Sebaliknya, semakin rendah rasio utang perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi meningkatnya tingkat keuntungan saham (return). Juita (2007), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat DER yang tinggi menunjukkan komposisi total utang (utang jangka pendek dan utang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur) dalam memenuhi kewajiban utangnya, yaitu membayar pokok utang ditambah dengan bunganya. Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan 37 sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, serta semakin tingginya tingkat risiko suatu perusahaan. Subalno (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor dalam melakukan investasi tidak memandang penting penggunaan utang maupun pengembalian bunga dan pokok utang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi persepsi investor terhadap keuntungan di masa yang akan datang. 38 BAB III KERANGKA PIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Perusahaan multinasional (MNC) mengembangkan bisnis internasional sebagai sarana untuk menambah nilai. Hal ini disebabkan karena pasar asing atau internasional memberikan peluang untuk memperbaiki arus kas perusahaan. Namun bisnis internasional menimbulkan risiko. Salah satunya ialah nilai tukar yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi nasional maupun global. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh terhadap risiko sistematis. Melemahnya nilai kurs berarti menurunnya nilai mata uang domestik yang disebabkan karena inflasi di dalam negeri lebih besar dari inflasi di luar negeri. Era globalisasi menyebabkan perubahan inflasi di luar negeri akan berpengaruh terhadap perekonomian global maupun nasional (domestik). Akibat dari perubahan kondisi perekonomian tersebut, maka kegiatan investasi di sektor riil menjadi tidak menentu. Oleh karena itu, investor akan mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan, kemungkinan transaksi valas akan menjadi pilihannya, akibatnya kinerja pasar modal menurun, khususnya di sektor riil. Jadi dengan melemahnya kurs Rupiah atau terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat, karena dengan melemahnya nilai kurs Rupiah terhadap Dollar AS berarti semakin tinggi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar 39 Menurut Sudiyatno (2010), dengan meningkatnya nilai tukar Rupiah atau terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat sehingga nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif terhadap risiko sistematis. Auliyah (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta. Namun Ardiana (2006), dalam penelitiannya menemukan exchange rate tidak berpengaruh terhadap risiko sistematis. DER (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat utang semakin tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat mengurangi keuntungan. Menurut Brigham (2009), sebuah perusahaan dapat mempengaruhi risiko pasarnya, dan juga nilai betanya, melalui perubahan-perubahan dalam komposisi aktivanya dan juga melalui penggunaan utang. Semakin tinggi utang perusahaan dalam bentuk mata uang asing akan meningkatkan risiko utang tersebut tidak terbayarkan. Apabila terjadi depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS, menyebabkan beban bunga serta utang perusahaan meningkat. Perusahaan akan kesulitan dalam melunasi utangnya. Hal ini mengakibatkan perusahaan akan kesulitan untuk meminjam dana untuk periode berikutnya dan perusahaan akan dihadapkan pada suku bunga yang tinggi (karena kreditur menghadapi risiko utang tak terbayarkan), sehingga risiko sistematis menjadi semakin tinggi. 40 Selain berpengaruh terhadap risiko sistematis, nilai tukar Rupiah per Dollar AS juga berpengaruh terhadap return saham. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif terhadap return saham. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan baku impor akan lebih besar menerima dampak dari melemahnya kurs. Kondisi ini akan memukul industri di dalam negeri, banyak perusahaan yang mengurangi produksinya akibat tidak mampu membeli bahan baku dan membayar biaya tenaga kerja yang besar. Akibatnya kinerja perusahaan menurun, dan dengan menurunnya kinerja perusahaan, maka harga sahamnya juga akan turun, sehingga return saham akan turun. Di sisi lain, para pelaku bursa (investor) akan mengalihkan investasinya pada investasi di pasar uang untuk mengejar keuntungan jangka pendek. Akibatnya, pasar modal banyak ditinggalkan oleh para pelaku bursa, sehingga kinerja pasar modal menjadi menurun, dan harga-harga saham maupun indeks harga saham menurun. Menurunnya kinerja pasar modal berdampak pada menurunnya return saham. Maysami et al. (2004), dalam penelitiannya menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap return saham di pasar modal Singapura. Hal ini menunjukkan pada tingkat ekspor dan impor yang tinggi dalam perekonomian Singapura, mata uang domestik yang lebih kuat akan mengurangi biaya impor dan memungkinkan produsen lokal untuk menjadi lebih kompetitif secara internasional, sehingga perekonomian menjadi meningkat dan return saham juga ikut meningkat. 41 Prihantini (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa Inflasi, Nilai Tukar, DER memiliki hubungan yang negatif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai tukar, maka return saham semakin menurun. Pialang saham, investor, dan pelaku pasar modal sangat berhati-hati dalam menentukan posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil. Triayuningsih (2003), dalam penelitiannya menemukan bahwa Kurs berpengaruh negatif terhadap return saham secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar akan menyebabkan naiknya biaya produksi akibat impor bahan baku yang dilakukan. Biaya produksi yang tinggi akan mampengaruhi harga jual barang sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan berdampak juga pada tingkat keuntungan perusahaan. Penurunan tingkat keuntungan perusahaan akan berakibat turunnya kepercayaan investor yang terlihat dari penurunan return saham. Risiko sistematis berpengaruh positif terhadap return saham. Hubungan risiko dan return searah dan linier, artinya semakin besar risiko yang ditanggung, maka return yang diharapkan semakin besar juga. Dengan kata lain investor yang menanggung risiko yang tinggi berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi pula. Theriou et al. (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa beta berpengaruh positif terhadap return saham. Theriou et al. menyatakan bahwa saham dengan beta yang tinggi akan menyebabkan return meningkat ketika premium risiko pasar positif dan return yang lebih rendah ketika premium risiko pasar negatif. 42 DER berpengaruh terhadap return saham. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan utang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Subalno (2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini disebabkan karena investor dalam melakukan investasi tidak memandang penting penggunaan utang maupun pengembalian bunga dan pokok utang yang pada akhirnya tidak mempengaruhi persepsi investor terhadap keuntungan di masa yang akan datang. 3.2 Kerangka Konseptual Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka pikir, maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut: 43 NILAI TUKAR RUPIAH PER DOLLAR AS (X1) H3 H1 RISIKO SISTEMATIS (β) (X3) H4 RETURN SAHAM PERUSAHAAN MULTINASIONAL (MNC) (Y) H2 H5 DER (X2) Gambar 3.1 Kerangka Konseptual 3.3 Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka konseptual, dirumuskan hipotesa sebagai berikut: H1: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. H2: DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 44 H3: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. H4: Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. H5: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 45 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dengan menguji pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS, DER terhadap risiko sistematis serta return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan fenomena IHSG yang semakin meningkat serta nilai DER yang besar pada periode Juli 2009- Juli 2010 di Bab I, maka penelitian ini menggunakan periode penelitian Juli 2009- juli 2010. 4.2 Variabel Penelitian 4.2.1 Identifikasi Variabel Sebelum melakukan analisis data serta pengujian hipotesis, dilakukan pengidentifikasian variabel-variabel dalam model penelitian. Berikut ini merupakan variabel-variabel yang digunakan: 1) Variabel eksogen (exogenous variable) yang merupakan variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain di dalam model. Variabel eksogen dalam penelitian ini ialah Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) dan DER (X2). 2) Variabel endogen (endogenous variable) yang merupakan variabel yang dipengaruhi dan mempengaruhi variabel lain dalam model. Variabel endogen meliputi intervening variabel endogenous. dependent endogenous Variabel dependent dan endogenous variabel dalam 46 penelitian ini ialah return saham (Y). Variabel intervening endogenous dalam penelitian ini ialah risiko sistematis (X3) 4.2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Berikut ini merupakan definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini: 1) Return Saham yang meliputi return saham individual perusahaan. Perhitungan return saham pada penelitian ini diukur dengan rumus: Ri = Pt − Pt −1 ...................................................................................(4.1) Pt −1 Keterangan : Ri = Return saham Pt = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 Return saham dalam penelitian ini adalah return saham periode Juli 2009-Juli 2010 dengan satuan persen. 2) Nilai tukar Rupiah per Dollar amerika yang diukur dengan menggunakan kurs tengah Dollar US terhadap Rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setiap bulannya dalam satuan Rupiah periode Juli 2009-Juli 2010. 3) Risiko Sistematik yang ditunjukkan oleh beta. Variabel beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dikurangi dengan diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Beta dapat dihitung dengan menggunakan rumus: 47 βi = ∑ XY − nXY .............................................................................(4.2) ∑ X − nX 2 2 Keterangan: βi = Risiko sistematis ∑ = Sigma (Jumlah) X = Return Pasar X = Rata-rata Return Pasar Y = Return Saham Individual Y = Rata-rata Return Saham Individual n = Jumlah Periode Selain menggunakan rumus tersebut, beta juga dapat dihitung dengan bantuan program Microsoft Office Excel, yaitu menggunakan perintah SLOPE dengan memasukkan data return market dan return saham. Beta juga dapat dihitung dengan bantuan program SPSS, dengan meregresi data return market dan return saham, dimana return market dimasukkan ke dalam dependent variable dan return saham dimasukkan ke dalam independent variable. 4) DER (Debt to Equity Ratio) merupakan istilah yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi, secara umum DER dapat dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. Rasio ini ditunjukkan dalam satuan persen. DER diukur dengan rumus sebagai berikut: DER = Total Utang Total Ekuitas ..…………………(4.3) 48 4.3 Prosedur Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Sugiyono (2008) mendefinisikan jenis data kuantitatif adalah seluruh informasi yang dikumpulkan dari lapangan yang dapat dinyatakan dalam angka-angka atau informasi yang diangkakan. Dalam penelitian ini, data kuantitatif yang digunakan antara lain: 1) Data bulanan kurs nilai Rupiah terhadap Dollar AS dari Juli 2009 sampai Juli 2010 dalam satuan Rupiah. 2) Data bulanan DER (Debt to Equity Ratio) Saham perusahaan multinasional dari Juli 2009 sampai Juli 2010 dalam satuan persen. 3) Data bulanan harga penutupan (closing price) saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2009 sampai Juli 2010 dalam satuan Rupiah. 4.4 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 57 perusahaan yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik periode Juli 2009 - Juli 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini meliputi: (1) Saham yang menjadi sampel merupakan saham perusahaan multinasional yang perusahaan induknya (parent company) berada di Indonesia, 49 sedangkan perusahaan anaknya (subsidiary) berada di luar negeri pada periode Juli 2009- Juli 2010. (2) Saham yang menjadi sampel merupakan saham perusahaan yang aktif melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia periode Juli 2009- Juli 2010. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, maka dari populasi saham yang berjumlah 57 perusahaan, diambil sampel sebanyak 23 saham perusahaan yang terdiri dari 13 saham sektor Basic Industry and Chemicals, 6 saham sektor Finance, 4 saham Sektor Trade, Service & Investment di Bursa Efek Indonesia. Saham-saham perusahaan yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 Daftar Saham Perusahaan Multinasional yang Menjadi Sampel Penelitian di Bursa Efek Indonesia Periode Juli 2009- Juli 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Nama Saham PT. Arwana Citramulia Tbk PT. Asahimas Flat Glass Tbk PT. Holcim Indonesia Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT. Itamaraya Gold Industri Tbk PT. JAPFA Tbk PT. Jaya Pari Steel Tbk PT. Lion Metal Works Tbk PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk PT. Malindo Feedmill Tbk PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk PT. Titan Kimia Nusantara Tbk PT. Toba Pulp Lestari Tbk PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk PT. Trimegah Securities Tbk PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk PT. Bank Internasional Indonesia Tbk PT. BFI Finance Indonesia Tbk PT. Asia Natural Resources Tbk PT. Wicaksana Overseas International Tbk PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk Sumber: ICMD 2010 Kode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII BFIN ASIA WICO HEXA PTSP 50 4.5 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan metode Path Analysis (analisis jalur) dalam menganalisis datanya. Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Metode analisis jalur digunakan untuk menguji dan menganalisis hubungan kausal serta hubungan langsung atau tak langsung antara variabel terikat dan bebas. Solimun (2002), menyusun langkah-langkah dalam analisis jalur (Path Analysis) sebagai berikut: Langkah pertama ialah merancang model berdasarkan konsep dan teori. Model tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga membentuk sistem persamaan. X1 ε1 β3 ε2 β1 X3 β4 β2 X2 β5 Gambar 4.1 Gambar Hubungan Struktur X1, X2 terhadap X3 dan Y Keterangan : Y = Return Saham X1 = Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Y 51 X2 X3 β1 β2 β3 β4 β5 ε1 & ε2 = DER = Risiko Sistematis = Koefisien Jalur X1 terhadap X3 = Koefisien Jalur X2 terhadap X3 = Koefisien Jalur X1 terhadap Y = Koefisien Jalur X3 terhadap Y = Koefisien Jalur X2 terhadap Y = Kesalahan Residual Berdasarkan Gambar 4.1, dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut: Substruktur 1: X3 = β1X1 + β2X2 + ε1………………………………….(4.4) Substruktur 2: Y = β3X1 + β4X3 + β5X2 + ε2………………………….(4.5) Langkah kedua ialah melakukan pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi analisis jalur, diantaranya: 1) Dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony. Prinsip parsimony ialah apabila seluruh model signifikan atau non signifikan, maka model tersebut dapat dikatakan berbentuk linier. 2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung hubungan kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur. 3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel). 4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan. Langkah ketiga ialah pemeriksaan validitas suatu kesalahan model. Terdapat indikator validitas model di dalam analisis jalur, yaitu koefisien determinasi total. Total keragaman data dapat dijelaskan oleh model dapat diukur dengan rumus: 52 Rm2 = 1 − Pe21 × Pe22 L Pep2 LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL(4.6) Keterangan: R m2 : Total keragaman data Pep2 : Standard error of estimate Interpretasi terhadap R2m sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Pei merupakan standad error of estimate dari model regresi yang dapat dihitung dengan rumus: Pei = 1 − R 2 LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL(4.7) Keterangan : Pei : Standard error of estimate R 2 : Koefisien determinasi Langkah keempat ialah pendugaan koefisien jalur pada gambar diagram jalur. Di dalam analisis jalur, terdapat pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total. Koefisien jalur dapat diketahui dari nilai beta pada kolom standardized coefficients pada saat analisis regresi dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan Gambar 4.1, besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total disajikan ke dalam bentuk tabel seperti Tabel 4.2 berikut: 53 Tabel 4.2 Besarnya Pengaruh Langsung, Tidak Langsung serta Pengaruh Total Antar Variabel Pengaruh Variabel Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total X1ÆX3 b1 - b1 X2ÆX3 b2 - b2 X1ÆY b3 b1 x b4 b3 + (b1 x b4) X3ÆY b4 - b4 X2ÆY b5 b2 x b4 b5 + (b2 x b4) Keterangan : Y = Return Saham X1 = Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS X2 = DER X3 = Risiko Sistematis Langkah terakhir ialah interpretasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar. 54 BAB V HASIL PENELITIAN Dalam Bab ini, dilakukan pembahasan tentang evaluasi ketepatan data yang akan diteliti dalam penggunaan path analysis, dimana variabel-variabel yang akan dianalisis ialah : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER, Risiko Sistematis yang diwakili oleh beta, serta return saham. 5.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian Berikut akan dijelaskan mengenai gambaran umum masing-masing perusahaan yang sahamnya menjadi sampel penelitian. 1) PT. Arwana Citramulia Tbk (ARNA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri keramik, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1995. PT. Arwana Citramulia Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada bulan Juli 2001. Pemegang saham PT. Arwana Citramulia Tbk antara lain : RBS Coutts Bank Ltd. Singapore sebesar 24,93 persen, PT Suprakreasi Eradinamika sebesar 13,64 persen, HSBC-Fund Services Clients A/C 500 sebesar 13,29 persen, UBS AG Singapore –Non-Treaty Omnibus Account UBS Equities sebesar 12,41 persen, Skadinaviska Enskilda Banken sebesar 7,5 persen serta kepemilikan publik sebesar 28,23 persen. 2) PT. Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur kaca. Perusahaan ini terbentuk dari gabungan perusahaan Jepang yaitu Asahi Glass Co. Ltd. dengan perusahaan Indonesia yaitu PT. Rodamas 55 Co. Ltd. pada tahun 1971. PT. Asahimas Flat Glass Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada bulan November 1995. Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jakarta. Pemegang saham PT. Asahimas Flat Glass Tbk antara lain : Asahi Glass Co. Ltd. sebesar 43,86 persen, PT Rodamas Co. Ltd. sebesar 40,67 persen, Margono Djojosumarto sebesar 0,02 persen serta kepemilikan publik sebesar 15,45 persen. 3) PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri semen. Perusahaan ini terbentuk pertama kali dengan nama PT. Semen Cibinong pada tahun 1971. PT. Holcim Indonesia Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1989. Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jakarta. Pemegang saham PT. Holcim Indonesia Tbk antara lain : Holderfin B.V. sebesar 77,33 persen, kepemilikan publik asing (mancanegara) sebesar 15,10 persen serta kepemilikan publik domestik sebesar 7,57 persen. 4) PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri semen portland, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1985. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pemegang saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk antara lain : Birchwood Omnia Limited sebesar 51 persen, PT Mekar Perkasa sebesar 13,03 persen serta kepemilikan publik sebesar 35,97 persen. 56 5) PT. Itamaraya Gold Industri Tbk (ITMA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur emas, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1987. PT. Itamaraya Gold Industri Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Pemegang saham PT. Itamaraya Gold Industri Tbk antara lain : Trust Energy Resources Pte., Ltd sebesar 94,95 persen serta kepemilikan publik sebesar 5,05 persen. 6) PT. JAPFA Tbk (JPFA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur makanan hewan, yang terbentuk oleh investasi modal asing di Jakarta pada tahun 1971. PT. JAPFA Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1992. Pemegang saham PT. JAPFA Tbk antara lain: Malvolia Pte., Ltd. sebesar 58,32 persen serta kepemilikan publik sebesar 41,68 persen. 7) PT. Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur besi dan baja, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1973. Perusahaan ini bekerja sama dengan PT. Krakatau Steel dan pemasok dari Hongkong serta Korea dalam memperluas produksinya untuk memperoleh bahan baku. PT. Jaya Pari Steel Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1989. Pemegang saham PT. Jaya Pari Steel Tbk antara lain: International Magnificent Fortune Limited sebesar 35,70 persen, Vihara Limited 57 sebesar 32,72 persen, Gwie Gunawan sebesar 15,53 persen serta kepemilikan publik sebesar 16,05 persen. 8) PT. Lion Metal Works Tbk (LION) Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri peralatan kantor yang terbuat dari besi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972 oleh J.P. Sudarma dari Indonesia, Teoh Chiang Manufacturing Pte. Ltd. dari Singapura dan Lion Enterprise Sdn. Bhd. dari Malaysia, Lion Holding Pte. Ltd. PT. Lion Metal Works Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997. Pemegang saham PT. Lion Metal Works Tbk antara lain : Lion Holding Pte. Ltd. sebesar 28,85 persen, Lion Holdings Sdn. Bhd. sebesar 28,85 persen, Cheng Yong Kim sebesar 0,13 persen, Lim Tai Pong sebesar 0,08 persen, Ir. Krisant Sophiaan sebesar 0,02 persen serta kepemilikan publik sebesar 42,07 persen. 9) PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk (KIAS) Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keramik dan distributor. Perusahaan ini memproduksi, mendistribusi serta memasarkan produkproduk keramik untuk keperluan bangunan. PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Pemegang saham PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk antara lain: Farrington Inc. sebesar 69,31 persen, Farrington Inc. sebesar 69,31 persen, Concept Link Ltd. sebesar 24,17 persen, PT Mitra Investindo Multicorpora sebesar 3,42 persen serta kepemilikan publik sebesar 3,10 persen. 58 10) PT. Malindo Feedmill Tbk (MAIN) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur makanan hewan, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1998. PT. Malindo Feedmill Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006. Pemegang saham PT. Malindo Feedmill Tbk antara lain: Dragon Amity Ltd., Mauritius sebesar 59,00 persen serta kepemilikan publik sebesar 41,00 persen. 11) PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk (TBMS) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri kawat tembaga, yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan yang berkantor pusat di Cengkareng ini terbentuk dari joint venture antara Supreme Cable Manufacturing Corporation (SUCACO) dari Indonesia dengan dua perusahaan Jepang, yaitu Furukawa Electric Co. Ltd. dan Toyomenka Kaisha Ltd. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001. Pemegang saham PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk antara lain: The Furukawa Electric Co. Ltd. sebesar 42,41 persen, PT SUCACO Tbk sebesar 33,81 persen, Toyota Tsusho Corporation sebesar 10,00 persen serta kepemilikan publik sebesar 13,78 persen. 12) PT. Titan Kimia Nusantara Tbk (FPNI) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri Polypropylene, yang terbentuk di Jakarta pada tahun 1987 dengan nama PT. Fatrapolindo Nusa Industri. Pada tahun 2008, PT. Fatrapolindo Nusa Industri berganti 59 nama menjadi PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk. PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002. Pemegang saham PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk antara lain: Titan International Corp. Sdn. Bhd. sebesar 90,40 persen serta kepemilikan publik sebesar 9,60 persen. 13) PT. Toba Pulp Lestari Tbk (INRU) Perusahaan yang berkantor pusat di Medan ini bergerak dalam bidang industri kertas. PT. Toba Pulp Lestari Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Pemegang saham PT. Toba Pulp Lestari Tbk antara lain: Pinnacle Company Limited sebesar 90,60 persen serta kepemilikan publik sebesar 9,40 persen. 14) PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang asuransi, didirikan di Jakarta pada tahun 1982. Pada tahun pertama setelah didirikan, perusahaan ini bernama PT. Asuransi Bina Dharma Arta, namun pada tahun 1994 nama perusahaannya berubah menjadi PT. Dharmala Insurance, kemudian berubah lagi menjadi PT. Asuransi Bina Dana Arta. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1989. Pemegang saham PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk antara lain: RBS Coutts Bank Ltd. sebesar 37,58 persen, ABN AMRO Bank N.V.Singapore Branch S/A Account Clients sebesar 36,12 persen, The Bank of New York as Custodian or Trustee for Non Treaty Accounts sebesar 17,76 persen serta kepemilikan publik sebesar 8,54 persen. 60 15) PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada tahun 1972 dan berkantor pusat di Bandung dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan. Pada bulan Maret tahun 1989, PT. Bank Pasar Karya Parahyangan berubah status menjadi bank komersial dengan nama PT. Bank Nusantara Parahyangan. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2001. Pemegang saham PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk antara lain: ACOM CO., LTD. sebesar 55,68 persen, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd. sebesar 20,00 persen, PT Hermawan Sentral Investama sebesar 7,50 persen, PT Hermawan Ladang Arta sebesar 7,50 persen serta kepemilikan publik sebesar 9,32 persen. 16) PT. Trimegah Securities Tbk (TRIM) Perusahaan ini bergerak dalam bidang investasi dan broker saham, yang terbentuk di Jakarta pada tahun 1990. PT. Trimegah Securities Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2000. Pemegang saham PT. Trimegah Securities Tbk antara lain: MLPFS S/A Demerara Limited sebesar 26,51 persen, Deutsche Bank AG, London sebesar 25,85 persen, United Investment Inc sebesar 21,07 persen, Northern TST GSL RE Clients Teraty AC sebesar 10,13 persen, Avi Y. Dwipayana sebesar 0,24 persen, Omar S. Anwar sebesar 0,03 persen, PT. Trimegah Securities Tbk (Treasury Stock) sebesar 5,49 persen serta kepemilikan publik sebesar 10,68 persen. 61 17) PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk (BAEK) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada tahun 1990 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Pemegang saham PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk antara lain: HSBC Asia Pacific Holding (UK) Limited sebesar 98,96 persen, PT Surya Sakti Investments sebesar 1,00 persen serta kepemilikan publik sebesar 0,04 persen. 18) PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada tahun 1959 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990. Pemegang saham PT. Bank Internasional Indonesia Tbk antara lain: Sorak Financial Holdings Pte., Ltd. sebesar 54,33 persen, Mayban Offshore Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd. sebesar 43,08 persen serta kepemilikan publik sebesar 2,59 persen. 19) PT. BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan, yang terbentuk pada tahun 1982 dan berkantor pusat di Jakarta. PT. BFI Finance Indonesia Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1990. Pemegang saham PT. BFI Finance Indonesia Tbk antara lain: The Northern Trust S/A AVFC sebesar 19,45 persen, Deutsche Bank AG, London sebesar 17,79 persen, CS Securities Europe Ltd. Prime 62 Brokerage sebesar 15,00 persen, Mellon Bank NA S/A Mackenzie Cundill sebesar 5,80 persen serta kepemilikan publik sebesar 41,96 persen. 20) PT. Asia Natural Resources Tbk (ASIA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan real estate, yang berkantor pusat di Jakarta. PT. Asia Natural Resources Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pemegang saham PT. Asia Natural Resources Tbk antara lain: Rich Achive Enterprise Ltd. sebesar 36,46 persen, Wellstead Investment Pte., Ltd. sebesar 23,82 persen serta kepemilikan publik sebesar 39,72 persen. 21) PT. Wicaksana Overseas International Tbk (WICO) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distributor, yang berkantor pusat di Jakarta. PT. Wicaksana Overseas International Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pemegang saham PT. Wicaksana Overseas International Tbk antara lain: Assetia Capital Management Ltd., British Virgin Island sebesar 78,10 persen, PT Wira Saksama sebesar 9,49 persen serta kepemilikan publik sebesar 12,41 persen. 22) PT. Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan distributor peralatan berat, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1988. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1995. Pemegang saham PT. Hexindo Adiperkasa Tbk antara lain: Hitachi Construction Machinery Co. Ltd., Japan sebesar 48,59 persen, Itochu Corp., Japan sebesar 22,53 persen, Hitachi Construction Machinery Asia 63 Pacific Pte., Ltd sebesar 5,07 persen, Toru Sakai sebesar 0,19 persen serta kepemilikan publik sebesar 23,62 persen. 23) PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) Perusahaan ini bergerak dalam bidang restoran, yang didirikan di Jakarta pada tahun 1983. PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pemegang saham PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk antara lain: DB Nominees Singapore Ltd sebesar 59,40 persen, Bony-Non Treaty Acct sebesar 9,99 persen, ABN AMRO Singapore Nominees sebesar 9,37 persen, PT Bayu Buana Tbk sebesar 8,91 persen, Diamond Millenium Ltd. sebesar 5,12 persen serta kepemilikan publik sebesar 7,21 persen. 5.2 Deskripsi Variabel Variabel yang dioperasikan dalam penelitian ini terdiri dari variabel endogen dan eksogen. Variabel endogen meliputi: risiko sistematis yang ditunjukkan oleh beta serta return saham. Variabel eksogen meliputi: nilai tukar Rupiah per Dollar AS dan DER. Tabel 5.1 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return 276 -0,77 0,73 -0,0187 0,18141 Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS 276 3,98 4,02 3,9943 0,01277 DER 276 0,04 19,06 3,5907 3,81719 Risiko Sistematis 276 -1,63 2,51 0,1320 0,65714 Valid N (listwise) 276 Sumber: Lampiran 6 64 Berdasarkan Tabel 5.1, Return memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar -0,0187 yang artinya rata-rata return yang diperoleh perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar -0,0187 atau -1,87 persen. Standar Deviasi variabel return sebesar 0,18141 berarti selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan return sebesar 0, 18141 atau 18,14 persen dari rata-ratanya. Return terendah (minimum) ialah -0,77, sedangkan return tertinggi (maksimum) ialah 0,73. Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 3,9943 yang artinya rata-rata Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS yang diperoleh perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar 3,9943. Standar Deviasi variabel Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS sebesar 0,01277 berarti selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS sebesar 0,01277 dari rata-ratanya. Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terendah (minimum) ialah 3,98, sedangkan Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS tertinggi (maksimum) ialah 4,02. DER memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 3,5907 yang artinya rata-rata DER perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar 3,5907. Standar Deviasi variabel DER sebesar 3,81719 berarti selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan DER sebesar 3,81719 dari rata-ratanya. DER terendah (minimum) ialah 0,04, sedangkan DER tertinggi (maksimum) ialah 19,06. Risiko sistematis memiliki rata-rata hitung (mean) sebesar 0,1320 yang artinya rata-rata risiko sistematis perusahaan multinasional yang menjadi sampel pada periode Juli 2009- Juli 2010 ialah sebesar 0,1320. Standar Deviasi variabel 65 risiko sistematis sebesar 0,65714 berarti selama pengamatan pada periode Juli 2009- Juli 2010, terjadi penyimpangan risiko sistematis sebesar 0,65714 dari rataratanya. Risiko Sistematis terendah (minimum) ialah -1,63, sedangkan risiko sistematis tertinggi (maksimum) ialah 2,51. 5.3 Hasil Penelitian Pada tahap ini akan dimulai dengan mengevaluasi pemenuhan asumsi analisis jalur, diantaranya: 1) Dalam model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah linier. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony. Prinsip parsimony ialah apabila seluruh model signifikan atau non signifikan, maka model tersebut dapat dikatakan berbentuk linier. 2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung hubungan kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur. 3) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel). 4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan. 5.3.1 Evaluasi terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur Evaluasi terhadap pemenuhan asumsi analisis jalur ini dilakukan agar hasilnya memuaskan. Berikut merupakan asumsi yang melandasi analisis jalur: 1) Di dalam model analisis jalur hubungan antar variabel adalah linier dan aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip 66 parsimony. Prinsip parsimony ialah bilamana hasil dari seluruh model menunjukkan signifikan ataupun tidak signifikan, maka model tersebut dikatakan telah berbentuk linier. Semua hubungan antar variabel dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang linier, seperti yang terlihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Ringkasan Model Linier X1ÆX3 0,111 F Hitung 34,187 X2ÆX3 0,172 57,098 1 274 0,000 Signifikan X1ÆY 0,180 60,145 1 274 0,000 Signifikan X3ÆY 0,177 58,836 1 274 0,000 Signifikan X2ÆY 0,199 67,902 1 274 0,000 Signifikan Hubungan df1 df2 P.Value Keterangan 1 274 0,000 Signifikan Sumber: Lampiran 7, 8, 9, 10, 11 Data Diolah Keterangan: X1: Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS X2: DER (Debt Equity Ratio) X3: Risiko Sistematis Y : Return Saham 2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa model yang dibuat merupakan model dengan sistem aliran kausal ke satu arah, tidak ada aliran yang bolak-balik, sehingga analisis jalur layak digunakan. 67 3) Ukuran data sampel variabel endogen dan eksogen yang dianalisis merupakan data yang berskala rasio, sehingga analisis jalur layak diterapkan. 4) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep yang relevan pada Bab II dan Bab III dalam penelitian ini. 5.3.2 Pengujian Validitas Model Dalam pengujian validitas model, digunakan koefisien determinasi total. Berikut ini adalah perhitungan validitas model: Pe1 = 1 − R12 = 1 − 0,256 = 0,863 Pe2 = 1 − R22 = 1 − 0,362 = 0,799 Rm2 = 1 − ( Pe12 × Pe22 ) = 1 − (0,863 2 × 0,799 2 ) = 0,5253 Koefisien determinasi total (R2m) 0,5253 berarti sebesar 52,53 persen informasi yang terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya sebesar 47,47 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang dibentuk. 68 5.3.3 Hasil Analisis Regresi Pada bagian ini dilakukan pendugaan koefisien jalur. Berikut ini merupakan ringkasan koefisien jalur hasil olahan data regresi: Tabel 5.3 Ringkasan Koefisien Jalur Koefisien Regresi Standar Standard Error t hitung X1ÆX3 -0,291 2,703 -5,534 0,000 Signifikan X2ÆX3 -0,383 0,009 -7,294 0,000 Signifikan X1ÆY -0,330 0,730 -6,429 0,000 Signifikan X3ÆY 0,170 0,015 3,026 0,003 Signifikan X2ÆY -0,339 0,003 -6,359 0,000 Signifikan Regresi P. Value Keterangan Sumber: Lampiran 12 dan Lampiran 13 Keterangan: X1 : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS X2 : DER X3 : Risiko Sistematis Y : Return Saham Berdasarkan Tabel 5.2, dapat dijelaskan bahwa seluruh variabel yang diteliti berpengaruh signifikan. Hubungan dari pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS dan DER terhadap risiko sistematis dan return saham dapat dijelaskan pada Gambar 5.1 berikut ini. 69 Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS (X1) ε1 -0,330 ε2 0,863 0,799 -0,291 Risiko Sistematis (X3) 0,170 Return Saham (Y) -0,383 DER (X2) -0,339 Gambar 5.1 Hasil Koefisien Diagram Jalur Persamaan struktural untuk persamaan tersebut ialah: Substruktur 1: X3 = -0,291X1-0,383X2 + ε1………………………………….(5.1) Substruktur 2: Y = -0,330X1-0,339X2 + 0,170X3 + ε2………………………(5.2) Terlihat pada Gambar 5.1, nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh negatif dan signifikan sebesar -0,291 terhadap risiko sistematis (X3), DER (X2) berpengaruh negatif signifikan sebesar -0,383 terhadap risiko sistematis (X3). Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh negatif dan signifikan sebesar -0,330 terhadap return saham (Y), risiko sistematis (X3) berpengaruh positif signifikan sebesar 0,170 terhadap return saham (Y), dan DER (X2) berpengaruh negatif signifikan sebesar -0,339 terhadap return saham (Y). Pada Gambar 5.1 juga dapat dilihat pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total antar variabel. 70 Tabel 5.4 Koefisien Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total Antar Variabel Pengaruh Variabel Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh Total X1ÆX3 -0,291 - -0,291 X2ÆX3 -0,383 - -0,383 X1ÆY -0,330 -0,050 -0,380 X3ÆY 0,170 - 0,170 X2ÆY -0,339 -0,065 -0,404 Sumber: Lampiran 12 dan Lampiran 13 Data Diolah Keterangan: X1 : Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS X2 : DER X3 : Risiko Sistematis Y : Return Saham Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dijelaskan bahwa variabel nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh secara langsung terhadap risiko sistematis (X3) sebesar -0,291 serta pengaruh totalnya sebesar -0,291. DER (X2) berpengaruh secara langsung terhadap risiko sistematis (X3) sebesar -0,383 serta pengaruh totalnya sebesar -0,383. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) berpengaruh secara langsung terhadap return saham (Y) sebesar -0,330, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis (X3) sebesar -0,050 sehingga pengaruh total nilai tukar Rupiah per Dollar AS (X1) terhadap return saham (Y) sebesar -0,380. 71 Risiko sistematis (X3) berpengaruh secara langsung terhadap return saham (Y) sebesar 0,170 serta pengaruh totalnya sebesar 0,170. DER (X2) berpengaruh secara langsung terhadap return saham (Y) sebesar -0,339, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis (X3) sebesar -0,065 sehingga pengaruh total DER (X2) terhadap return saham (Y) sebesar -0,404. 5.3.4 Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis ini yang menjadi perhatian adalah pengaruh langsung dan signifikan yang ditunjukkan oleh anak panah antar variabel pada penelitian ini. 1) Hipotesis pertama H1: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis adalah sebesar -0,291 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menerima H0 atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. 2) Hipotesis kedua H2: DER berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. 72 Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh DER terhadap risiko sistematis adalah sebesar -0,383 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menerima H0 atau dengan kata lain DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. 3) Hipotesis ketiga H3: Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham adalah sebesar -0,330 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menolak H0 atau dengan kata lain nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. 4) Hipotesis keempat H4:Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh risiko sistematis terhadap return saham adalah sebesar 0,170 dengan taraf signifikansi 0,003, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menolak H0 atau dengan kata lain risiko sistematis berpengaruh positif 73 dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. 5) Hipotesis kelima H5:DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien regresi dari pengaruh DER terhadap return saham adalah sebesar -0,339 dengan taraf signifikansi 0,000, yaitu di bawah 0,050. Hasil penelitian ini menolak H0 atau dengan kata lain DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. 5.4 Pembahasan 5.4.1 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Risiko Sistematis Hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis sebesar -0,291. Pengaruh secara langsung nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis -0,291 serta pengaruh totalnya sebesar -0,291. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap risiko sistematis sebesar -29,10 persen. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap risiko sistematis yaitu sebesar -29,10 persen. 74 Hal ini mengisyaratkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS dapat menjelaskan risiko sistematis sebesar -29,10 persen. Depresiasi Rupiah akan menguatkan Dollar AS, hal tersebut mengakibatkan risiko sistematis meningkat, namun hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan nilai yang negatif. Ini berarti Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap Dollar AS, namun risiko sistematis berkurang. Kemungkinan Bank Indonesia melakukan intervensi menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pasar uang sehingga Rupiah menguat. Hasil penelitian ini bertentangan hasil temuan dari Sudiyatno (2010), yaitu nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh positif terhadap risiko sistematis. Meningkatnya nilai tukar Rupiah per Dollar AS atau terdepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS dapat menyebabkan risiko sistematis meningkat. 5.4.2 Pengaruh DER terhadap Risiko Sistematis Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi DER terhadap risiko sistematis sebesar -0,383. DER berpengaruh secara langsung terhadap risiko sistematis sebesar -0,383 serta pengaruh totalnya sebesar -0,383. Hal ini menggambarkan bahwa DER berpengaruh terhadap risiko sistematis sebesar -38,30 persen. DER memiliki pengaruh yang kuat terhadap risiko sistematis, yaitu sebesar -38,3 persen. Semakin besar DER atau tingkat utang perusahaan akan mengakibatkan risiko sistematis berkurang. Kemungkinan hal ini terjadi akibat perusahaan 75 multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata uang Rupiah daripada Dollar AS. Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis menyebabkan investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh dana, dalam hal ini utang dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat bisnisnya berhasil dan menghasilkan laba bersih bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh utangnya. Kepercayaan kreditor terhadap perusahaan meningkat, sehingga kreditor tidak akan menaikkan tingkat suku bunga. Kreditor akan memberikan pinjaman kembali apabila perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan risiko sistematis berkurang. Hasil penelitian ini mendukung temuan dari Racelis (2007) yang menemukan bahwa DER berpengaruh signifikan negatif terhadap beta. Penelitian tersebut menunjukkan pada tingkat risiko operasi yang tinggi tidak seharusnya meningkatkan tingkat utang. 5.4.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Return Saham Hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham sebesar 0,330. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh secara langsung terhadap return saham sebesar -0,330, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis sebesar -0,050 sehingga pengaruh total nilai tukar Rupiah per Dollar 76 AS terhadap return saham sebesar -0,380. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham sebesar -33 persen. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS memiliki pengaruh secara langsung yang kuat terhadap return saham, yaitu sebesar -33 persen. Variabel risiko sistematis memperkuat pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham sebesar -5 persen, sehingga total pengaruh nilai tukar Rupiah per Dollar AS terhadap return saham ialah sebesar -38 persen. Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif terhadap return saham, ini berarti semakin besar nilai tukar Rupiah per Dollar AS akan menyebabkan return saham berkurang. Hal ini disebabkan pada periode pengamatan yaitu periode Juli 2009- Juli 2010, perusahaan-perusahaan multinasional lebih banyak melakukan impor pada saat nilai tukar Rupiah per Dollar AS tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif pada industri di dalam negeri. Biaya produksi perusahaan semakin meningkat yang kemudian memicu harga produk semakin mahal. Hal ini akan menyebabkan penjualan berkurang, laba bersih yang diperoleh perusahaan berkurang. Berkurangnya laba bersih yang diperoleh perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal kinerja keuangan perusahaan menurun, sehingga return saham juga akan turun. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Prihantini (2009), Maysami et al. (2004) dan Triayuningsih (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap return saham. 77 5.4.4 Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Saham Hasil pengujian hipotesis keempat diperoleh bahwa risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi risiko sistematis terhadap return saham sebesar 0,170. Risiko sistematis berpengaruh secara langsung terhadap return saham sebesar 0,170 serta pengaruh totalnya sebesar 0,170. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh risiko sistematis terhadap return saham lemah, yaitu sebesar 17 persen. Penelitian ini dilakukan pada periode pengamatan Juli 2009-Juli 2010. Periode tersebut ialah periode dimana kondisi perekonomian di Indonesia mulai membaik dari krisis global. Pengaruh krisis global tersebut masih berpengaruh terhadap kondisi perekonomian di Indonesia, namun perusahaan masih dapat memperoleh laba bersih, sehingga investor masih dapat memperoleh capital gain.. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, yaitu risiko sistematis berpengaruh positif dengan return saham, jika risiko sistematis meningkat, maka return saham juga meningkat. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Theriou et al (2010), beta berpengaruh positif terhadap return saham pada saat kondisi pasar meningkat. 5.4.5 Pengaruh DER terhadap Return Saham Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010 dengan koefisien regresi DER terhadap return saham sebesar -0,339. 78 DER berpengaruh secara langsung terhadap return saham sebesar -0,339, pengaruh secara tidak langsung melalui risiko sistematis sebesar -0,065 sehingga pengaruh total DER terhadap return saham sebesar -0,404. DER memiliki pengaruh secara langsung yang kuat terhadap return saham, yaitu sebesar -33,9 persen. Variabel risiko sistematis memperkuat pengaruh DER terhadap return saham sebesar -6,5 persen, sehingga total pengaruh DER terhadap return saham ialah sebesar -40,4 persen. Hasil penelitian menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan oleh banyak perusahaan menggunakan utang dengan tingkat utang yang tinggi yang memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan memiliki risiko yang besar. Investor akan menjauhi sahamsaham yang berisiko besar, sehingga harga saham serta return saham menurun . Ini dapat terlihat pada Tabel 5.1, dimana nilai maksimum DER ialah 19,06, sedangkan rata-rata DER ialah 3,59. Semakin tinggi DER menunjukkan bahwa tingginya utang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya utang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka. Selain itu juga ada kemungkinan berlakunya balacing theory, di mana penggunaan utang pada titik tertentu justru akan menurunkan nilai perusahaan 79 karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Solechan (2010), Juita (2007) dan Prihantini (2009), yang menemukan bahwa DER (Debt to Equity Ratio) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. 5.5 Implikasi Penelitian Pada bagian ini, terdapat dua implikasi, yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis. 5.5.1 Implikasi Teoritis 1) Dalam penelitian ini juga ditemukan risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi risiko sistematis maka semakin tinggi juga return sahamnya. 2) Dalam penelitian ini juga ditemukan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Semakin tinggi DER menunjukkan bahwa tingginya utang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham yang ditanamkan pemegang saham (investor) akan memberikan beban tersendiri karena investor merasa terbebani dengan besarnya utang yang dimiliki perusahaan. Investor tidak ingin mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi dengan harapan bahwa investor nantinya memperoleh pengembalian (return) saham yang menguntungkan bagi mereka. 80 Selain itu juga ada kemungkinan berlakunya balacing theory, di mana penggunaan utang pada titik tertentu justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan utang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dikatakan bahwa variabel DER dan risiko sistematis masih relevan untuk digunakan dalam penelitian terhadap return saham, sedangkan variabel nilai tukar Rupiah per Dollar AS masih belum relevan untuk digunakan dalam penelitian terhadap return saham. Hasil penelitian tersebut didukung oleh temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian pendahulunya. 5.5.2 Implikasi praktis 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis. Ini menunjukkan bahwa Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap Dollar AS, namun risiko sistematis berkurang. Kemungkinan Bank Indonesia melakukan intervensi menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pasar uang sehingga Rupiah menguat. 2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional di Bursa Efek Indonesia pada periode Juli 2009- Juli 2010. Ini berarti penggunaan tingkat utang yang tinggi akan menyebabkan risiko sistematis menjadi menurun. Kemungkinan hal ini terjadi akibat perusahaan multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata uang Rupiah daripada Dollar AS. 81 Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis menyebabkan investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh dana, dalam hal ini utang dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat bisnisnya berhasil dan menghasilkan laba bersih bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh utangnya. Kepercayaan kreditor terhadap perusahaan meningkat, sehingga kreditor tidak akan menaikkan tingkat suku bunga. Kreditor akan memberikan pinjaman kembali apabila perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan risiko sistematis berkurang. Perusahaan harus berhati-hati dalam penggunaan utang, walaupun penggunaan utang dapat menghemat pajak serta memperoleh manfaat berupa leverage, namun semakin besar utang berarti semakin besar risiko utang tersebut tidak terbayarkan. Akibatnya perusahaan akan menanggung beban utang yang besar yang mempengaruhi laba perusahaan. Laba perusahaan yang menurun akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal bahwa kinerja perusahaan tersebut menurun. Investor menganggap investasi pada perusahaan tersebut tidak memberikan keuntungan serta beralih ke saham perusahaan lain. Oleh karena itu dalam perencanaan struktur modal hendaknya komposisi antara modal sendiri dan utang diatur agar optimal sehingga dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. 3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Perusahaanperusahaan multinasional lebih banyak melakukan impor pada saat nilai 82 tukar Rupiah per Dollar AS tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif pada industri di dalam negeri. Biaya produksi perusahaan semakin meningkat yang kemudian memicu harga produk semakin mahal. Hal ini akan menyebabkan penjualan berkurang, laba bersih yang diperoleh perusahaan berkurang. Berkurangnya laba bersih yang diperoleh perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal kinerja keuangan perusahaan menurun, sehingga return saham juga akan turun. 83 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai yang negatif. Ini berarti Rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap Dollar AS, namun risiko sistematis berkurang. Kemungkinan Bank Indonesia melakukan intervensi menggunakan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pasar uang sehingga Rupiah menguat. 2) DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Semakin besar DER atau tingkat utang perusahaan akan mengakibatkan risiko sistematis berkurang. Kemungkinan hal ini terjadi akibat perusahaan multinasional lebih banyak menggunakan utang dalam mata uang Rupiah daripada Dollar AS. Kemungkinan lainnya ialah banyaknya peluang bisnis menyebabkan investor banyak menggunakan utang untuk memperoleh dana, dalam hal ini utang dalam bentuk mata uang asing. Suatu saat bisnisnya berhasil dan menghasilkan laba bersih bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan seluruh utangnya. Kepercayaan kreditor terhadap 84 perusahaan meningkat, sehingga kreditor tidak akan menaikkan tingkat suku bunga. Kreditor akan memberikan pinjaman kembali apabila perusahaan membutuhkannya. Hal ini menyebabkan risiko sistematis berkurang. 3) Nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional pada periode Juli 2009Juli 2010. Semakin besar nilai tukar Rupiah per Dollar AS mengakibatkan return saham semakin kecil. Hal ini disebabkan pada periode pengamatan yaitu periode Juli 2009- Juli 2010, perusahaan-perusahaan multinasional lebih banyak melakukan impor pada saat nilai tukar Rupiah per Dollar AS tinggi. Kondisi ini akan berdampak negatif pada industri di dalam negeri. Biaya produksi perusahaan semakin meningkat yang kemudian memicu harga produk semakin mahal. Hal ini akan menyebabkan penjualan berkurang, laba bersih yang diperoleh perusahaan berkurang. Berkurangnya laba bersih yang diperoleh perusahaan ditangkap oleh investor sebagai sinyal kinerja keuangan perusahaan menurun, sehingga return saham juga akan turun. 4) Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Penelitian ini dilakukan pada periode pengamatan Juli 2009-Juli 2010. Periode tersebut ialah periode dimana kondisi perekonomian di Indonesia mulai membaik dari krisis global. Pengaruh krisis global tersebut masih berpengaruh terhadap kondisi perekonomian di Indonesia, namun perusahaan masih 85 dapat memperoleh laba bersih, sehingga investor masih dapat memperoleh capital gain. 5) DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham perusahaan multinasional pada periode Juli 2009- Juli 2010. Hasil penelitian menunjukkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan oleh banyak perusahaan menggunakan utang dengan tingkat utang yang tinggi yang memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan memiliki risiko yang besar. Investor akan menjauhi saham-saham yang berisiko besar, sehingga harga saham serta return saham menurun. Ini dapat terlihat pada Tabel 5.1, dimana nilai maksimum DER ialah 19,06, sedangkan rata-rata DER ialah 3,59. 6.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan, antara lain: 1) Untuk perusahaan disarankan untuk berhati-hati dalam penggunaan utang, walaupun hasil dari penelitian ini menyatakan DER berpengaruh negatif terhadap risiko sistematis namun hal tersebut berlaku pada periode Juli 2009- Juli 2010. Pada periode yang berbeda, hasil penelitian belum tentu mengarah pada temuan yang sama. Berdasarkan hasil penelitian, ada baiknya perusahaan menggunakan lebih banyak utang dalam mata uang Rupiah daripada Dollar AS. Di samping itu perusahaan juga harus mengatur komposisi antar utang dan modal agar utang optimal. Penggunaan utang secara optmal dapat memberikan leverage (daya ungkit) pada laba bersih, sehingga laba bersih perusahaan meningkat. 86 2) Dalam penelitian selanjutnya, peneliti disarankan menggunakan variabelvariabel makro ekonomi yang lain selain nilai tukar, seperti: inflasi, GDP, GNP yang memiliki keterkaitan serta pengaruh yang lebih besar terhadap risiko sistematis serta return saham. 3) Dalam penelitian selanjutnya, peneliti disarankan untuk memberlakukan variabel DER sebagai Endogenous Intervening Variable yang dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah per Dollar AS. 4) Peneliti dapat menggunakan sampel saham perusahaan multinasional dari sektor-sektor lainnya dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga hasil penelitian lebih akurat. 87 DAFTAR PUSTAKA Achmad, Fahmi.2010. Rekomendasi: Saham apa yang patut dilirik hari ini. Detikcom.(online),(http://sahambumicrash2009.blogdetik.com/2010/10/ 13/ihsg-tgl-141010/) Ali, I., Rehman, K. U., Yilmaz,a. K., Khan, M.a., danafsal, H. 2010. Causal Relationship between Macro-economic Indicators and Stock Exchange Prices in Pakistan, African Journal of Business Management 4. pp. 312319. Ang, R, 1997, Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft, Jakarta. Ardiana, Putu Agus. 2006. Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Internal Perusahaan terhadap Risiko Sistematis Saham Emiten di Sektor Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Udayana, dipublikasikan. Auliyah, Robiatul dan Ardi Hamzah. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus 2006 Bailey, M.J. 1999. The Welfare Cost of Inflationary Finance. Journal of Political Economic 64. Hal. 93-110. Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, A. J. 2002. Essentials Investment. McGraw-Hill: New York. Fabozzi, E.J.and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and Instrument. Upper Saddle River New Jersey. Gay, R. D. 2008. Effect of Macroeconomic Variables on Stock Market Returns for Four Emerging Economies: Brazil, Russia, India,and China. International Business & Economics Research Journal. March. Vol.7 No.3. Gunsel, N. Cukur, S. 2007. The Effects of Macroeconomic Factors on the London Stock Returns: a Sectoral AppROAch. International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887. Issue 10 (2007). Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul, 2000 Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta : UPPAMP YKPN. Hardiningsih, Pancawati. Suryanto, Chariri, A, 2002, Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry & Chemical, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI. Haruman, Tendy. 2005. Pengaruh Faktor Fundamental, Indikator Ekonomi Makro, dan Risiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham di 88 PT. Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Volume 6, no. 3, Oktober 2005 Higgins, Robert C. 1990. Analysis for Financial Management, Illionis: Richard D Irwin, Inc Husnan, Suad. 2000. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas di Pasar Modal, UPP-AMP YKPN: Yogyakarta. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta Juita, Dian Sukma dan Susi Retna C. 2007. Pengaruh Adanya Praktik Income Smoothing serta Tingkat Utang terhadap Return Saham Perusahaanperusahaan Industri Barang Konsumsi dan Aneka Industri di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 – 2006. Jurnal Riset Akuntansi. Volume 6, No. 1, Juni 2007. Kapoor, Ajai K. dan Ralpha. Pope. 1997. The Relationship between Corporate Debt Issuance and Changes in Systematic Risk. Journal of Financial and Strategic Decisions. Volume 10 Number 3. Koesno. 2002. Analisis dalam Pembelian Saham di Pasar Modal. Kosim, Bellywati. 2006. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang. Kuncoro,Mudrajad.1996. Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:BPFE. Lukas, S.A. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 2. Jakarta : Andi Offset Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance Keuangan Perusahaan Internasional. Edisi8. Jakarta: Salemba Empat. Maysami et al. (2004). Relationship between Macroeconomic Variables and Stock Market Indices: Cointegration Evidence from Stock Exchange of Singapore’s All-S Sector Indices. Jurnal Pengurusan. Vol: 24, Hal. 4477. Miller, K.D., dan Reuer, J.J. 1998. Firm Strategy and Economic Exposure of Foreign Exchange Movements. Journal of International Business Studies. Vol: 29, No.3, Hal. 493-513. Nopirin, 1990, Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta. Permana, Yogi. 2009. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Harga Saham (studi kasus perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Gunadarma dipublikasikan. Prihantini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan. 89 Racelis, Aliza D. 2007. Capital Structure and Systematic Risk in the Philippine Setting. College of Business Administration University of the Philippines,Dillman,QuezonCity.(online),(http://www.upd.edu.ph/~cba/ phd/docs/racelis2.pdf) Ross, Stephena. 1976. The Arbitrage Theory of Capital Asset Pricing. Journal of Economic Theory, Vol. 13; pp. 341 – 360. Salamah Nur. 2002. Perbandingan Kinerja Investasi dan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Multinasional dan Domestik, Tesis, Program Studi Ilmu Manajemen Universitas Indonesia dipublikasikan. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Pertama, Jakarta: PT Elexmedia Komputindo. Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Edisi Pertama. Yogyakarta : Andi Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikatorindikator Pasar Saham dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditijau dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3. Sohail, Nadeem dan Zakir Hussain. 2009. Long-Runand Short-Run Relationship Between Macroeconomic Variablesand Stock Prices in Pakistan The Case of Lahore Stock Exchange. Pakistan Economicand Social Review, Vol. 47; no.2; pp. 183-198. Solechan, Achmad.2010. Pengaruh Earning, manajemen Laba, IOS, Beta, Size dan Rasio Utang terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Solimun. 2002. Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos. Malang: Universitas Negeri Malang. Suardani, Anak Agung Putri. 2008. Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham Perusahaan pada Industri Manufaktur di Pasar Modal Indonesia, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Udayana, dipublikasikan. Subalno. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham., Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, dipublikasikan. Sudiyatno, Bambang. 2010. Peran Kinerja Perusahaan Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis, dan Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan, Desertasi, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. dipublikasikan. Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: MedPress. Tandelilin, E.1997. Determinant of Systematic risk: Experience of some Indonesian Common Stock, Kelola, 16, IV: 101-115. 90 Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Theriou, Nikolaus, Dimitrios Maditinos, Vassilios Aggelidis dan Georgios Theriou. 2010. Testing the Relation between Beta and Returns in the Athens Stock Exchange: A Second Attempt. (online), (http://www.teikav.edu.gr/abd/articles_th/second_attempt.pdf) Thobarry, A. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008) , Tesis, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan. Triayuningsih, Retno. 2003. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dan Faktor Ekonomi Makro terhadap Return Saham Perusahaan Industri Manufaktur di BEJ Periode 1999-2001, Tesis, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro dipublikasikan. Utomo, Denny Suryo. 2006. Pengaruh asset Growth, Debt to Equity Ratio, Return On Equity dan Earning Per Share terhadap Beta Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004. (online),(http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008042510150900 312041.pdf) White et. al. 2003. Analysis on Financial Statementand Macro Economy. www.bi.go.id www.idx.co.id Yulianti, Sri Handaru dan Prasetyo, Handoyo. 1998. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Internasional. Andi. Yogyakarta. Edisi Pertama. 91 Lampiran 1 Daftar Saham Perusahaan Multinasional yang Menjadi Populasi Penelitian No Nama Saham Perusahaan 1 ATPK Resouces Tbk 2 PT International Nickel Indonesia Tbk 3 PT Medco Energi International Tbk 4 PT Cita Mineral Investindo Tbk 5 PT Darma Henwa Tbk 6 PT Arwana Citramulia Tbk 7 PT Asahimas Flat Glass Tbk 8 PT Holcim Indonesia Tbk 9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 10 PT Itamaraya Tbk 11 PT JAPFA Tbk 12 PT Jaya Pari Steel Tbk 13 PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 14 PT Lion Metal Works Tbk 15 PT Malindo Feedmill Tbk 16 PT Tembaga Mulia Semanan Tbk 17 PT Titan Kimia Nusantara Tbk 18 PT Toba Pulp Lestari Tbk 19 PT Bentoel Internasional Investama Tbk 20 PT Delta Djakarta Tbk 21 PT Merck Tbk 22 PT Unilever Indonesia Tbk 23 PT Cahaya Kalbar Tbk 24 PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 25 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 26 PT Darya-Varia Laboratoria Tbk 27 PT Mandom Indonesia Tbk 28 PT Schering-Plough Indonesia Tbk 29 Asuransi Bina Dana Arta Tbk 30 PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk 31 PT Trimegah Securities Tbk 32 PT Bank Ekonomi Raharja Tbk 33 PT Bank Swadesi Tbk 34 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 35 PT BFI Finance Indonesia Tbk Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 92 Lanjutan Lampiran 1 No Nama Saham Perusahaan 36 PT Rig Tenders Indonesia Tbk 37 PT Allbond Makmur Usaha Tbk 38 PT Goodyear Indonesia Tbk 39 PT Astra International Tbk 40 PT Gajah Tunggal Tbk 41 PT Sumi Indo Kabel Tbk 42 PT Voksel Electric Tbk 43 Sepatu Bata Tbk 44 PT Panasia Filament Inti Tbk 45 PT Century Textile Industry (CENTEX) Tbk 46 PT TIFICO Tbk 47 PT Eratex Djaja Tbk 48 PT Unitex Tbk 49 PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk 50 PT Royal Oak Development Asia Tbk 51 PT Duta Anggada Realty Tbk 52 PT Suryamas Dutamakmur Tbk 53 PT Intiland Development Tbk 54 PT Asia Natural Resources Tbk 55 PT Wicaksana Overseas International Tbk 56 PT Hexindo Adiperkasa Tbk 57 PT Pioneerindo Gourmet International Tbk Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 93 Lampiran 2 Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA 1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 Sumber: www.bi.go.id Keterangan: ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk JPFA : PT. JAPFA Tbk 94 Lanjutan Lampiran 2 Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI 1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 Sumber: www.bi.go.id Keterangan: JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk LION : PT. Lion Metal Works Tbk KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 95 Lanjutan Lampiran 2 Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII 1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 Sumber: www.bi.go.id Keterangan: INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 96 Lanjutan Lampiran 2 Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP 1 Jul’09 9.920 9.920 9.920 9.920 9.920 2 Aug’09 10.060 10.060 10.060 10.060 10.060 3 Sep’09 10.401 10.401 10.401 10.401 10.401 4 Oct’09 9.983 9.983 9.983 9.983 9.983 5 Nov’09 9.970 9.970 9.970 9.970 9.970 6 Dec’10 9.958 9.958 9.958 9.958 9.958 7 Jan’10 9.775 9.775 9.775 9.775 9.775 8 Feb’10 9.848 9.848 9.848 9.848 9.848 9 Mar’10 9.674 9.674 9.674 9.674 9.674 10 Apr’10 9.527 9.527 9.527 9.527 9.527 11 May’10 9.683 9.683 9.683 9.683 9.683 12 Jun’10 9.648 9.648 9.648 9.648 9.648 13 Jul’10 9.550 9.550 9.550 9.550 9.550 Sumber: www.bi.go.id Keterangan: BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 97 Lampiran 3 DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA 1 Jul’09 1.460 0.26 1.53 0.23 3.41 3.6 2 Aug’09 1.42 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16 3 Sep’09 1.420 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16 4 Oct’09 1.420 0.26 1.53 0.23 4.62 3.16 5 Nov’09 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62 6 Dec’10 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62 7 Jan’10 1.470 0.24 1.42 0.2 6.07 2.62 8 Feb’10 1.470 0.24 1.19 0.2 6.07 2.62 9 Mar’10 1.380 0.24 1.19 0.24 6.07 2.62 10 Apr’10 1.380 0.29 1.19 0.18 0.59 1.76 11 May’10 1.380 0.29 1.06 0.18 0.59 1.63 12 Jun’10 1.250 0.28 1.06 0.18 0.59 1.63 13 Jul’10 1.250 0.28 1.02 0.18 0.59 1.63 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk JPFA : PT. JAPFA Tbk 98 Lanjutan Lampiran 3 DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI 1 Jul’09 0.04 0.23 5.68 13.75 13.24 1.23 2 Aug’09 0.04 0.22 5.67 10.85 6.7 1.23 3 Sep’09 0.04 0.22 5.67 10.85 6.7 1.23 4 Oct’09 0.17 0.21 5.67 10.85 6.65 1.13 5 Nov’09 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13 6 Dec’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13 7 Jan’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13 8 Feb’10 0.17 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13 9 Mar’10 0.3 0.21 5.6 7.32 6.65 1.13 10 Apr’10 0.07 0.15 7.65 6.35 6.72 1.02 11 May’10 0.07 0.15 7.41 5.44 6.72 1.02 12 Jun’10 0.07 0.15 7.41 5.44 6.06 1.03 13 Jul’10 0.3 0.15 7.41 5.44 6.06 1.03 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk LION : PT. Lion Metal Works Tbk KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 99 Lanjutan Lampiran 3 DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII 1 Jul’09 1.42 2.5 12.04 1.51 10.58 10.59 2 Aug’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.59 3 Sep’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.59 4 Oct’09 1.42 2.39 10.87 1.51 10.06 10.22 5 Nov’09 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22 6 Dec’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22 7 Jan’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.22 8 Feb’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.98 10.56 9 Mar’10 1.53 2.32 10.42 1.5 9.75 10.56 10 Apr’10 1.36 3.18 9.55 1.63 9.75 10.43 11 May’10 1.38 3.18 9.55 1.63 9.75 10.43 12 Jun’10 1.38 3.49 10.94 1.63 10.1 10.43 13 Jul’10 1.41 3.49 10.47 1.63 10.1 10.43 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 100 Lanjutan Lampiran 3 DER (Debt Equity Ratio) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP 1 Jul’09 1.33 0.69 2.31 1.78 19.06 2 Aug’09 1.11 0.41 2.31 1.81 19.06 3 Sep’09 1.11 0.41 2.31 1.81 8.61 4 Oct’09 1.11 0.41 2.31 1.81 5.81 5 Nov’09 0.78 0.87 2.31 1.61 5.81 6 Dec’10 0.78 0.87 2.31 1.61 5.81 7 Jan’10 0.78 0.87 2.31 1.5 5.81 8 Feb’10 0.78 0.87 2.31 1.5 5.81 9 Mar’10 0.56 0.87 2.31 1.5 5.81 10 Apr’10 0.56 0.56 2 1.5 4.07 11 May’10 0.56 0.56 1.92 1.5 3.47 12 Jun’10 0.56 0.4 1.92 1.19 3.47 13 Jul’10 0.56 0.4 1.92 1.19 3.47 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 101 Lampiran 4 Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009Juli 2010 No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA - - - - - - 1 Jul’09 2 Aug’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 3 Sep’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 4 Oct’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 5 Nov’09 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 6 Dec’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 7 Jan’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 8 Feb’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 9 Mar’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 10 Apr’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 11 May’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 12 Jun’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 13 Jul’10 0.070243 0.097067 0.129326 0.304688 0.014481 0.072803 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk JPFA : PT. JAPFA Tbk 102 Lanjutan Lampiran 4 Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009Juli 2010 No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI - - - - - - 1 Jul’09 2 Aug’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 3 Sep’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 4 Oct’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 5 Nov’09 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 6 Dec’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 7 Jan’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 8 Feb’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 9 Mar’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 10 Apr’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 11 May’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 12 Jun’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 13 Jul’10 0.186201 0.135566 0.015031 0.070494 0.027692 0.151854 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk LION : PT. Lion Metal Works Tbk KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 103 Lanjutan Lampiran 4 Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009Juli 2010 No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII - - - - - 1 Jul’09 - 2 Aug’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 3 Sep’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 4 Oct’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 5 Nov’09 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 6 Dec’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 7 Jan’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 8 Feb’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 9 Mar’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 10 Apr’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 11 May’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 12 Jun’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 13 Jul’10 -0.04454 0.042921 0.014526 0.202828 0.074098 0.379751 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 104 Lanjutan Lampiran 4 Risiko Sistematis (beta) Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009Juli 2010 No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP - - - 1 Jul’09 - - 2 Aug’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 3 Sep’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 4 Oct’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 5 Nov’09 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 6 Dec’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 7 Jan’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 8 Feb’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 9 Mar’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 10 Apr’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 11 May’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 12 Jun’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 13 Jul’10 0.168158 0.13396 2.514216 0.320666 -0.40512 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 105 Lampiran 5 Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode ARNA AMFG SMCB INTP ITMA JPFA 1 Jul’09 - - - - - - 2 Aug’09 -0.111 -0.02941 -0.13103 0.080645 0 0.012195 3 Sep’09 -0.507 0.054545 0.055556 0.054726 0.357143 0.060241 4 Oct’09 -0.094 0.04023 0.218045 0.042453 0.052632 0.079545 5 Nov’09 0.120 0.016575 -0.07407 0.004525 0 0.473684 6 Dec’10 0.064 0.005435 0.033333 0.234234 0 0 7 Jan’10 0.034 -0.02703 0.051613 -0.0146 0 -0.08571 8 Feb’10 0.045 -0.00556 0.08589 0.014815 0 -0.03906 9 Mar’10 0.335 0.01676 0.172316 0.040146 0 0.089431 10 Apr’10 0.233 0.730769 0.13253 0.108772 0 0.186567 11 May’10 -0.075 -0.15873 -0.10638 -0.05063 0 -0.15094 12 Jun’10 -0.041 0.075472 0.035714 0.053333 -0.25 0.118519 13 Jul’10 0.191 0.087719 0.091954 0 0.672185 0.06962 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: ARNA : PT. Arwana Citramulia Tbk AMFG : PT. Asahimas Flat Glass Tbk SMCB : PT. Holcim Indonesia Tbk INTP : PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ITMA : PT. Itamaraya Gold Industri Tbk JPFA : PT. JAPFA Tbk 106 Lanjutan Lampiran 5 Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode JPRS LION KIAS MAIN TBMS FPNI 1 Jul’09 - - - - - - 2 Aug’09 -0.09677 0 0 -0.05495 -0.25 0.040609 3 Sep’09 0.017857 -0.16 0.26 0 0 -0.02439 4 Oct’09 -0.14035 0 0.164021 0.069767 0 0.15 5 Nov’09 0.081633 0 -0.37273 -0.02174 -0.13333 -0.13043 6 Dec’10 0 0 -0.05797 0 0 0 7 Jan’10 -0.07547 0 0.769231 0.022222 0 0 8 Feb’10 -0.12245 0 0.456522 0 -0.01 9 Mar’10 0.27907 0 0.328358 0.263736 0.246154 0.136364 10 Apr’10 0.454545 0.357143 11 May’10 -0.3125 12 Jun’10 13 Jul’10 -0.01087 -0.4382 -0.15652 0.061728 -0.02222 -0.12281 -0.584 0 0.011628 -0.36364 0.090909 0 -0.14423 0 1.068966 -0.00714 0.2 0.04 -0.05618 0 -0.2 0.115108 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: JPRS : PT. Jaya Pari Steel Tbk LION : PT. Lion Metal Works Tbk KIAS : PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk MAIN : PT. Malindo Feedmill Tbk TBMS : PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk FPNI : PT. Titan Kimia Nusantara Tbk 107 Lanjutan Lampiran 5 Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode INRU ABDA BBNP TRIM BAEK BNII 1 Jul’09 - - - - - - 2 Aug’09 -0.08333 -0.04545 0 -0.17778 0.066038 -0.09302 3 Sep’09 0.159091 0.02381 0.091549 -0.00541 0.132743 0.012821 4 Oct’09 -0.09804 -0.06977 -0.16129 -0.02174 -0.125 -0.08861 5 Nov’09 -0.21739 0.525 0 0 0 -0.04167 6 Dec’10 0.166667 -0.01639 0 -0.02778 -0.03571 -0.04348 7 Jan’10 0.095238 0 0 0.091429 0.111111 -0.07576 8 Feb’10 0.086957 -0.01667 0 -0.27749 0 -0.14754 9 Mar’10 0.16 0.542373 -0.65 0.036232 0 0.211538 10 Apr’10 -0.03448 -0.26374 1.857143 -0.02098 0 0 11 May’10 0.714286 0.134328 0 -0.07143 0 -0.12698 12 Jun’10 0.4375 0.118421 0 -0.03846 0 0.036364 13 Jul’10 -0.24638 0.341176 0 -0.096 -0.16667 0.052632 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: INRU : PT. Toba Pulp Lestari Tbk ABDA : PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk BBNP : PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk TRIM : PT. Trimegah Securities Tbk BAEK : PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk BNII : PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 108 Lanjutan Lampiran 5 Return Saham Sampel Perusahaan Multinasional Periode Juli 2009- Juli 2010 No Periode BFIN ASIA WICO HEXA PTSP 1 Jul’09 - - - - - 2 Aug’09 0.04 -0.05202 -0.01961 0.028037 -0.0566 3 Sep’09 0.107692 -0.04268 0 0.072727 0 4 Oct’09 0.041667 -0.15924 0 -0.02542 0.12 5 Nov’09 0.06 -0.13636 0 -0.03478 0 6 Dec’10 -0.02516 -0.08772 0 0.135135 0 7 Jan’10 0.051613 -0.02885 0 0.15873 0 8 Feb’10 0.01227 -0.29703 0 0.020548 0 9 Mar’10 0.036364 0.380282 0 0.067114 0 10 Apr’10 0.403509 0.030612 0.02 0.201258 -0.10714 11 May’10 -0.16667 0.009901 -0.01961 -0.14136 0 12 Jun’10 0.075 0.294118 0 0.195122 0 13 Jul’10 -0.05814 -0.06818 0 0.183673 0 Sumber: Indonesian Capital Market Directory 2010 Keterangan: BFIN : PT. BFI Finance Indonesia Tbk ASIA : PT. Asia Natural Resources Tbk WICO : PT. Wicaksana Overseas International Tbk HEXA : PT. Hexindo Adiperkasa Tbk PTSP : PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk 109 Lampiran 6 Descriptive Statistics Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation 276 -.77 .73 -.0187 .18141 276 3.98 4.02 3.9943 .01277 DER 276 .04 19.06 3.5907 3.81719 Risiko Sistematis 276 -1.63 2.51 .1320 .65714 Valid N (listwise) 276 Return Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS 110 Lampiran 7 Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Risiko Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:Risiko Sistematis Model Summary Equation Linear Parameter Estimates R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 .111 34.187 1 274 .000 68.579 -17.136 The independent variable is Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS. 111 Lampiran 8 Hasil Uji Curve Fit Pengaruh DER (Debt Equity Ratio) terhadap Risiko Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:Risiko Sistematis Model Summary Parameter Estimates Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .172 57.098 1 274 .000 .389 -.071 The independent variable is DER. 112 Lampiran 9 Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS terhadap Return Saham Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:Return Model Summary Parameter Estimates Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .180 60.145 1 274 .000 24.051 -6.026 The independent variable is Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS. 113 Lampiran 10 Hasil Uji Curve Fit Pengaruh Risiko Sistematis terhadap Return Saham Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:Return Model Summary Parameter Estimates Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .177 58.836 1 274 .000 -.034 .116 The independent variable is Risiko Sistematis. 114 Lampiran 11 Hasil Uji Curve Fit Pengaruh DER (Debt Equity Ratio) terhadap Return Saham Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable:Return Model Summary Parameter Estimates Equation R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .199 67.902 1 274 .000 .057 -.021 The independent variable is DER. 115 Lampiran 12 Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS dan DER (Debt Equity Ratio) terhadap Risiko Sistematis Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 .506a .256 .250 .56892 a. Predictors: (Constant), DER, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 30.393 2 15.196 46.950 .000a Residual 88.362 273 .324 Total 118.755 275 a. Predictors: (Constant), DER, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS b. Dependent Variable: Risiko Sistematis Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS DER B Std. Error 60.112 10.792 -14.957 2.703 -.066 .009 a. Dependent Variable: Risiko Sistematis Coefficients t Sig. 5.570 .000 -.291 -5.534 .000 -.383 -7.294 .000 Beta 116 Lampiran 13 Hasil Uji Regresi Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER (Debt Equity Ratio) dan Risiko Sistematis terhadap Return Saham Periode Juli 2009- Juli 2010 Model Summary Model R 1 .602 Adjusted R Std. Error of the R Square Square Estimate .362 .355 .14565 a a. Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 3.280 3 1.093 51.538 .000a Residual 5.770 272 .021 Total 9.050 275 a. Predictors: (Constant), Risiko Sistematis, Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, DER b. Dependent Variable: Return Coefficientsa Model 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Sig. 6.438 .000 -.330 -6.429 .000 .003 -.339 -6.359 .000 .015 .170 3.026 .003 B Std. Error 18.770 2.916 -4.691 .730 DER -.016 Risiko Sistematis .047 (Constant) Log Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS a. Dependent Variable: Return Beta