BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rokok a

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Rokok
a. Pengertian
Rokok merupakan produk utama dari hasil pengolahan
tembakau yang diramu secara khusus dari berbagai macam jenis dan
mutu tembakau (Titisari, 2011). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003,
diketahui bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus
termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya. Asap ini membawa bahaya dari
sejumlah kandungan tembakau dan asap yang dihasilkannya (Husaini,
2006). Asap rokok dapat menimbulkan kelainan atau penyakit pada
hampir semua organ tubuh, mulai dari otak, jantung, paru, mulut dan
tenggorokan. Selain itu, salah satu bahaya merokok adalah gangguan
kehamilan dan janin (Haris, 2012).
5
6
b. Zat yang terkandung dalam rokok
Rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan zat organik berupa
gas maupun partikel yang telah diidentifikasi dari daun tembakau
maupun asap rokok. Bahan tersebut umumnya bersifat toksik dan
karsinogenik. Komponen dalam rokok dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu fase gas dan fase tar (fase partikulat). Fase gas adalah
berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap rokok,
sedangkan fase tar adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap
rokok menggunakan filter cartridge dengan ukuran pori-pori 0,1 µm.
Fase gas terdiri dari karbon monoksida, nitrogen oksida, nitrosamin,
formaldehid, dan lain-lain. Fase tar terdiri dari nikel, arsen, nikotin,
fenol, bensopirin, dan lain-lain (Haris, 2012).
Nikotin merupakan satu zat kimia utama yang terdapat pada
rokok. Nikotin memasuki sirkulasi darah apabila perokok aktif
menggigit ujung rokok atau menghisap asap rokok. Pada perokok pasif
nikotin memasuki sirkulasi darah apabila asap rokok dihirup secara
tidak sengaja.
Nikotin akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan
hormon epinefrin setelah memasuki sirkulasi darah. Epinefrin akan
merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah,
respirasi, dan denyut jantung.
Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu
pada rangsangan kesenangan di otak. Stimulasi berkepanjangan di
7
sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif pada
perokok aktif yang telah lama merokok (National Institute of Health,
2009).
Sebuah
penelitian
dilakukan
oleh
Cheng
(2005)
yang
menggunakan radioaktif berlabel nikotin [14C-labeled nicotine]. Hasil
penelitian menunjukan bahwa [14C-labeled nicotine] muncul pada
liver, paru-paru, otak, testis, dan plasenta. Level kerusakan jaringan
terlihat 15-60 menit setelah paparan.
Singh dan Kathiresan (2012) menyatakan tar adalah penyebab
utama kanker kerongkongan dan kanker paru-paru. Tar juga
menyebabkan noda coklat kekuningan pada jari, gigi dan jaringan paruparu. Karbonmonoksida merupakan gas beracun yang mengurangi
jumlah oksigen yang diambil oleh sel darah merah. Hidrogen sianida
merusak rambut kecil yang bertindak sebagai pembersih paru-paru
tubuh manusia sehingga menyebabkan akumulasi zat beracun dalam
paru-paru. Logam berat beracun yang ditemukan dalam rokok adalah
timah,
nikel,
arsen
dan
kadmium.
Dimetilnitrosamin,
dimetilbenz(a)antrasen dan metilnaftalen merupakan zat yang sangat
karsinogenik. Kandungan asap rokok selengkapnya akan disajikan
dalam Tabel 2.1.
8
Tabel 2.1 Unsur Asap Rokok
Senyawa
Fase Partikel
Tar
Hidrokarbon aromatik polinuklear
Nikotin
Fenol
Kresol
β-Naftilamin
N-Nitrosonor nikotin
Benzo(a)piren
Logam (nikel, arsen, polonium 210)
Indol
Karbazol
Katekol
Fase Gas
Karbon monoksida
Asam hidrosianat
Asetaldehid
Akrolein
Amonia
Formaldehid
Oksida dari nitrogen
Nitrosamin
Hidrazin
Vinil Klorida
(Sumber: Purnamasari, 2006)
Efek
Karsinogen
Karsinogen
Stimulator, depresor ganglion,
kokarsinogen
Kokarsinogen dan iritan
Kokarsinogen dan iritan
Karsinogen
Karsinogen
Karsinogen
Karsinogen
Akselator tumor
Akselator tumor
Kokarsinogen
Pengurangan transpor dan
pemakaian O2
Sitotoksin dan iritan
Sitotoksin dan iritan
Sitotoksin dan iritan
Sitotoksin dan iritan
Sitotoksin dan iritan
Sitotoksin dan iritan
Karsinogen
Karsinogen
Karsinogen
2. Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan (Parry, 2006). Ketuban pecah dini merupakan
ketuban yang pecah spontan tanpa menghiraukan usia kehamilan
9
(Modena, 2004). Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum
terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36
minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009). Ketuban yang pecah
sebelum 37 minggu disebut ketuban pecah dini preterm (Mercer, 2003).
b. Etiologi
Selaput ketuban terdiri dari amnion dan khorion. Amnion
tersusun atas lima lapisan. Lima lapisan amnion adalah lapisan epitelial,
lapisan basal, jaringan ikat, lapisan fibroblas, dan lapisan intermedia.
Kolagen tipe I, III, dan IV yang penting dalam kekuatan regang
selaput ketuban dihasilkan oleh lapisan epitelial. Pada lapisan epitelial
juga diproduksi Tissue Inhibitor of Metalloproteinase-1 (TIMP-1).
Kolagen tipe I dan III yang terdapat pada jaringan ikat padat diproduksi
oleh sel mesenkim lapisan fibroblas berfungsi menjaga integritas dari
amnion.
Lapisan keempat yaitu lapisan fibroblas, yang merupakan lapisan
yang paling tebal terdiri dari sel mesenkim dan makrofag dalam matriks
ekstraseluler. Lapisan terakhir amnion dan langsung berbatasan dengan
khorion adalah lapisan intermedia. Khorion terdiri dari tiga lapisan,
yaitu lapisan sitotrofoblas, lapisan basal, dan jaringan ikat yang kaya
akan serat-serat kolagen. Daya regang amnion lebih besar walaupun
khorion lebih tebal daripada amnion.
10
Pecahnya selaput ketuban berhubungan dengan perubahan proses
biokimia termasuk gangguan kolagen dalam matriks ekstraseluler dari
amnion dan korion, serta apoptosis sel pada membran janin. Hal ini
disebabkan karena membran janin bereaksi terhadap berbagai stimuli,
termasuk infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi
mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang
merangsang aktifitas “matrix degrading enzyme”. Pecahnya selaput
ketuban pada saat persalinan aterm juga berhubungan dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pemeliharaan kekuatan selaput ketuban melibatkan keseimbangan
antara sintesis dan degradasi dari komponen matrik ekstraseluler.
Ketuban pecah dini berhubungan dengan perubahan dalam selaput
ketuban termasuk menurunnya kolagen, perubahan struktur kolagen,
dan aktifitas kolagenolitik yang meningkat. Ketuban pecah dini juga
disebabkan
oleh
metaloproteinase
menyebabkan
ketidakseimbangan
(MMP)
dengan
degradasi
matriks
antara
inhibitor
ekstraseluler
aktifitas
matrik
jaringan
sehingga
selaput
ketuban.
Degradasi kolagen dimediasi terutama oleh matriks metaloproteinase,
yang dihambat oleh jaringan inhibitor spesifik dan inhibitor protease.
Tissue Inhibitor of Metalloproteinase-1 (TIMP-1) menghambat untuk
diaktifkannya MMP-1, MMP-8, dan MMP-9.
Proses remodeling
matriks
aktifitas
ekstraseluler
dipengaruhi
metaloproteinase dan TIMP.
oleh
matriks
11
Selama kehamilan selaput ketuban tetap tidak berubah karena
kombinasi aktifitas matriks metaloproteinase yang rendah dengan
konsentrasi TIMP-1 yang tinggi. Dalam amnion dan korion, aktifitas
MMP-9 meningkat dan konsentrasi TIMP-1 menurun secara dramatis
menjelang kelahiran (Parry, 2006).
Penyebab ketuban pecah dini menurut Manuaba (2009) dan
Morgan (2009) meliputi:
1) Serviks inkompeten
2) Overdistensi uterus
Overdistensi uterus yang disebabkan oleh polyhidramnion
dan kehamilan ganda membuat selaput renggang. Peregangan
selaput dapat meningkatkan aktifitas MMP-1 pada membran,
sehingga meningkatkan risiko ketuban pecah dini (Parry, 2006).
3) Malposisi/malpresentasi janin
4) Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban
a) Infeksi
Infeksi intrauterine dapat meningkatkan risiko ketuban
pecah dini melalui menginduksi degradasi dari matriks
ekstraseluler. Beberapa organisme yang biasa hadir sebagai
flora vagina seperti Staphylococcus aureus, Trichomonas
vaginalis, dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
bakterial vaginosis
mengeluarkan protease
yang dapat
menurunkan kolagen dan melemahkan selaput ketuban. Infeksi
12
bakteri juga menginduksi produksi prostaglandin oleh selaput
ketuban yang meningkatkan risiko ketuban pecah dini (Parry,
2006).
5) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang
kuat daripada ibu muda
6) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya sebanyak 2 kali atau lebih
7) Merokok selama kehamilan
c. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini menurut Manuaba (2007)
didasarkan atas:
1) Riwayat pengeluaran cairan dalam jumlah besar secara mendadak
atau sedikit demi sedikit pervaginam
2) Untuk menegakkan diagnosis dapat diambil pemeriksaan:
a) Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru
b) Kemungkinan infeksi dengan memeriksa:
(1) Beta streptokokus
(2) Clamydia trachomatis
(3) Neisseria gonorrheae
3) Pemeriksaan USG untuk mencari:
a) Amniotic Fluid Index (AFI)
b) Aktifitas janin
(1) Pengukuran BB janin
(2) Detak jantung janin
13
(3) Kelainan kongenital atau deformitas
4) Membuktikan kebenaran ketuban pecah dengan jalan aspirasi air
ketuban untuk dilakukan:
a) Kultur cairan amnion
b) Pemeriksaan interleukin 6
c) Alfa fetoprotein
Seluruhnya digunakan untuk membuktikan adanya kemungkinan
infeksi intrauterin
d. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini bergantung pada umur
kehamilan. Komplikasi yang sering terjadi menurut Modena (2004)
adalah infeksi maternal, fetal, neonatal, persalinan prematur, hipoksia
dan asfiksia, meningkatkan kejadian seksio sesarea, dan deformitas
janin. Berbagai komplikasi ketuban pecah dini:
1) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada ketuban pecah
dini. Korioamnionitis dapat terjadi pada ibu yang mengalami
ketuban pecah dini. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, dan
omfalitis. Infeksi lebih sering terjadi pada ketuban pecah dini
prematur daripada aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder
pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten.
14
2) Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban, akan terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramion. Janin semakin gawat apabila air ketuban semakin
sedikit.
3) Deformitas Janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terlambat. Kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota janin, serta hipoplasi pulmonal (Prawirohardjo, 2010).
Hipoplasi pulmonal merupakan akibat dari kompresi paruparu dan oligohidramnion. Kegagalan proliferasi alveoli memiliki
hubungan dengan volume paru-paru. Faktor yang berkontribusi
terhadap hipoplasi pulmonal termasuk umur kehamilan pada saat
terjadi ketuban pecah dini, durasi periode laten, dan volume
residual cairan amnion (Waters, 2009).
3. Paparan Asap Rokok terhadap Perokok Pasif
Asap rokok yang dihisap ke dalam paru oleh perokok disebut asap
rokok utama ( mainstream smoke/ MS), sedangkan asap rokok yang
berasal dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok samping ( side
stream / SS). Polusi udara yang ditimbulkan disebut asap rokok
15
lingkungan atau Environment Tobacco Smoke (ETS). Mereka yang
menghisap ETS disebut perokok pasif.
Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih
tinggi dibandingkan dengan asap rokok utama antara lain kerena tembakau
terbakar pada temperatur yang lebih rendah ketika sedang dihisap. Hal ini
membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan lebih
banyak bahan kimia (Haris, 2012).
Asap sampingan terbukti mengandung lebih banyak hasil
pembakaran tembakau dibandingkan dengan asap utama. Asap ini
mengandung karbon monoksida lima kali lebih besar, tar dan nikotin tiga
kali lipat, dan nitrosamin yang kadarnya mencapai lima puluh kali lebih
besar pada asap sampingan dibanding dengan asap utama. Demikian juga
dengan zat-zat racun lainnya dengan kadar yang lebih tinggi pada asap
sampingan (Umami, 2010)
4. Hubungan Ibu Hamil sebagai Perokok Pasif dengan Ketuban Pecah Dini
Jaringan pengikat yang tidak teratur berhubungan dengan
melemahnya selaput ketuban dan meningkatkan insiden ketuban pecah
dini. Selain itu, defisiensi nutrisi juga meningkatkan insiden ketuban pecah
dini karena berpengaruh terhadap struktur kolagen yang abnormal.
Kolagen terbentuk secara bertahap yang diaktifkan oleh lisil oxidase, yang
meningkatkan kekuatan daya rentang kolagen fibril. Lisil oxidase
terbentuk melalui sel mesenkimal amnion. Lisil oxidase merupakan enzim
16
yang bergantung pada tembaga, dan perempuan yang mengalami ketuban
pecah dini memiliki konsentrasi tembaga yang rendah (Parry, 2006).
Ketuban pecah dini juga dipengaruhi oleh konsentrasi asam
askorbat dalam serum. Fungsi asam askorbat banyak berkaitan dengan
pembentukan kolagen. Asam askorbat mengubah 2 struktur asam amino,
lisin dan prolin menjadi hidroksilisin dan hidroksiprolin, bahan penting
dalam pembentukan kolagen. Konsentrasi asam askorbat yang rendah
dalam serum meningkatkan risiko ketuban pecah dini yang lebih tinggi
(Wardlaw, 2004).
Risiko ketuban pecah dini pada perokok meningkat karena pada
perokok terjadi penurunan konsentrasi asam askorbat. Selain itu, kadmium
didalam rokok meningkatkan pengikatan protein metallothionein di
trofoblas, yang berakibat pada penurunan tembaga. Adanya penurunan
pada tembaga dan asam askorbat berkontribusi pada abnormalitas struktur
kolagen selaput ketuban pada perokok (Parry, 2006).
17
B. Kerangka Pemikiran
Asap Rokok *
Kadmium
Asam Askorbat
Tembaga
Lysyl Oxidase
Pembentukan Kolagen
Selaput Ketuban
Abnormalitas Struktur Kolagen
Selaput Ketuban
Kekuatan Daya Rentang
Kolagen
Infeksi
Faktor Risiko:
1. Serviks inkompeten
2. Riwayat Ketuban
Pecah Dini
3. Kehamilan Kembar
4. Malposisi Janin
Ketuban Pecah Dini *
Keterangan : *
 diteliti
 tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Terdapat hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban
pecah dini. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengalami ketuban pecah dini dari pada ibu hamil tidak merokok pasif.
Download