HUJJAH QOWIYYAH TENTANG TRADISI AMALAIYAH NAHDLATUL ULAMA’ H. MUHAMMAD TAQIYYUDDIN ALAWIY, ST. MT UNIVERSITAS ISLAM MALANG APRIL 2011 APA TIGA SENDI AJARAN ISLAM? 1. IMAN 2. ISLAM 3. IHSAN APAKAH YANG DIPUNYAI OLEH BANGUN BERIKUT? IHSAN IMAN ISLAM APA YANG DIPUNYAI OLEH BANGUN BERIKUT? IMAN ISLAM / SYAREAT Dasar yang menunjukkan bahwa sendi Islam ada 3 adalah hadits yang telah diriwiyatkan Imam Muslim: 9 عن معر بن اخلطاب ريض هللا عنو كال بيامن حنن عند رسول هللا صىل هللا عليو وسمل ذات يوم اذ طلع علينا رجل شديد بياض امثياب شديد سواد امشعر اليُرى عليو ُاثر امسفر واليعرفو منا اح ٌد ى امنب صىل هللا عليو وسمل فأٔ ْس ندَ ُرهبد ْيو اىل حَّت جلس اىل ِ ّ رهبديو ووضع نفىيو عىل خفذيو وكال :ايمحمد اخربىن عن االٕسالم؟ فلال رسول هللا صىل هللا عليو وسمل :االٕسالم ان جشيد ان الاهل الا هللا وان محمدا رسول هللا وثل َمي امصالة وثؤ ِث َـي امزاك َة وثصو َم رمضان َ ُ وَت ىج امبيت ِان اس خط ْع َت اميو سبيال .كال صدكت .كال فعجبنا هل يسأٔ ُهل و َيص ِدّكو .كال فأٔخربين عن االٕميان؟ كال ان ثؤمن ابهلل ومالئكذو ونخبو ورشه كال صدكت .كال فأٔخربين عن االٕحسان؟ ورسهل واميوم الٓخر وثؤمن ابملدر خريه ّ هطلق فلَ ِبث ْ ُت م ِل ًّيا ،مث كال كال ان ثعبد هللا ٔكهم حراه وان مل حكن حراه فإهو يراك ،كال :مث ا َ ُ ىل ايمعر اث َْدري َمن امسائل؟ ُ ورسوهل اعمل ،كال فإهو جربي ُل ااتمك يُ َع ِل ّ ُممك ديْنَمك كلت هللا (رواه مسمل)9 : • Dari sisi keilmuan semula ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak terbagibagi. Namun dalam perkembangan selanjutnya para ulama mengadakan pemisahan, sehingga menjadi bagian ilmu tersendiri. Bagian-bagian itu mereka elaborasi sehingga menjadi bagian ilmu yang berbeda. • Iman ilmu tauhid atau ilmu kalam • Islam (dalam arti sempit) ilmu fiqh atau ilmu hukum Islam • Ihsan ilmu tashawwuf atau ilmu akhlak • Dalam tataran pengamalan kehidupan beragama, tiga perkara itu harus diterapkan secara bersamaan tanpa melakukan pembedaan. Misal: • Orang yang sedang shalat, dia harus mengesakan Allah disertai keyakinan bahwa hanya Dia yang wajib disembah (Iman), harus memenuhi syarat dan rukun shalat (Islam), dan shalat harus dilakukan dengan khusyu’ dan penuh penghayatan (Ihsan). • Sebagaimana firman Allah QS. Al-Baqarah: 208 • َاي َاُّيه َا ى ِاَّل ْي َن آ ٓ َمنُ ْوا ا ْد ُخلُوا ِِف ام ِ ّس ْ ِمل َاكف ى ًة َو َال ثَذىـ ِب ُعوا خ ُُط َو ِات )208 :ام ىش ْي َط ِان ٕاه ى ُو مَ ُ ْمك عَ ُد ٌّو ُمب ْ ٌِْي ( امبلرة • Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu (QS: al-Baqarah: 208) Apa arti Ahlussunnah wal Jamaah? Ada tiga kata yang membentuknya: • Ahl : keluarga, golongan atau pengikut • Al-Sunnah: segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw., baik yang datang dari Nabi saw., berupa perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi (Fat-hul Bari, juz XII hal 245) • Al-Jamaah: apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah saw. pada masa Khulafaur Rasyidin) Kata al-Jamaah diambil dari sabda Rasulullah saw: )209 :َم ْن َآ َرا َد ُ ُْب ُب ْو َح َة امْ َجنى ِة فَلْ َ ََي ِم امْ َجــ َماعَ َة (رواه امرتمذي ) و حصحو ووافلو احلافظ اَّلىب78- 77 : 1 واحلامك جز ٔآ Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka hendaklah ia mengikuti al-jamaah (kelompok yang menjaga kebersamaan) (HR. al-Tirmidzi (209) dan al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh alHafidh al-Dzahabi) Apakah yang dikatakan bid’ah itu? Al-Imam Sulthanul Ulama Abu Muhammad )Izzuddin bin Abdissalam (577-660 H/1181-1262 mengatakan: امبدعة ِفعل مامل يُعيد ىف عرص رسول هللا صىل هللا عليو وسمل (كواعد ا ٔلحاكم ىف مصاحل ا ٔلانم :جزء 2ص )172 Karena luasnya cakupan bid’ah maka para ulama membagi bid’ah menjadi 5: 1. Bid’ah wajib. Misal: mempelajari ilmu nahwu, sharaf, balaghah dan lain-lain. Sebab, hanya dengan ilmu-ilmu inilah seseorang dapat memahami al-Qur’an dan Hadits Nabi saw. Secara sempurna. 2. Bid’ah Muharramah. Misal: bid’ah paham Jabariyah, Qadariyah dan Murji’ah. 3. Bid’ah Mandubah. Misal: shalat tarawih secara berjamaah sebulan penuh, mendirikan madrasah dan pesantren. 4. Bid’ah Makruhah. Misal: menghiasimasjid dengan hiasan yang berlebihan. 5. Bid’ah Mubahah. Misal: berjabat tangan setelah shalat dan makan makanan yang lezat. (Qawa’idul Al-Ahkam fi Mashalihil Anam, juz 1 hal. 173) 5 Macam Bid’ah tersebut bisa dikelompokkan menjadi 2 bagian: 1. Bid’ah Hasanah. Yang masuk kelompok ini adalah bid’ah wajibah, mandubah dan mubahah. Dalam kontek inilah Sayyidina Umar bin Khatthab berkata tentang berjamaah dalam shalat tarawih yang beliau laksankan: )231 :ٔ وماكل ىف املوطأ،1871 : (رواه امبخارى ِه ْع َم ِت امْ ِب ْدعَ ُة َى ِذ ِه 2. Bid’ah sayyi’ah. Yang masuk kelompok ini adalah bid’ah muharramah dan makruhah Kedua bid’ah inlah yang dimaksud sabda Nabi saw.: Pembagian bid’ah itu juga didasarkan sabda Nabi saw.: • Kesimpulan: • TIDAK SEMUA BID’AH ITU DILARANG DALAM AGAMA. SEBAB YANG TIDAK DIPERKENANKAN ADALAH PERBUATAN YANG DIKHAWATIRKAN AKAN MENGHANCURKAN SENDI-SENDI AGAMA ISLAM. SEDANGKAN AMALIAH YANG AKAN MENAMBAH SYIAR DAN DAYA TARIK AGAMA ISLAM TIDAK DILARANG. BAHKAN UNTUK SAAT INI SUDAH WAKTUNYA UMMAT ISLAM LEBIH KREATIF UNTUK MENJAWAB BERBAGAI PERSOALAN DAN TANTANGAN ZAMAN YANG MAKIN KOMPLEKS, SEHINGGA AGAMA ISLAM AKAN SELALU RELEVANSI DISETIAP WAKTU DAN TEMPAT (SHAHIH LI KULLI ZAMAN WA MAKAN) Bagaimana penjelasan hadits tentang semua bid’ah adalah sesat? Hadits yang dimaksud adalah sabda Nabi saw.: Penggunaan kata kullu yang secara tekstual diartikan seluruh atau semua. Sebenarnya, kata kullu tidak semuanya berarti keseluruhan atau semua, namun adakalanya berarti sebagian, spt. Firman Allah swt. dalam surat Al-Ambiya’: 30 Landasan Dasar Tradisi • Salah satu ciri yang paling dasar dari Aswaja adalah moderat (tawassut). Sikap ini tidak saja mampu menjaga para pengikut Ahlussunnah wal jamaah dari keterperosokan kepada perilaku keagamaan yang ekstrem, tapi juga mampu melihat dan menilai fenomena kehidupan secara proporsional. Menghadapi budaya atau tradisi, ajaran Aswaja mengacu kepada salah satu kaidah fiqh "al-muhafazhah 'ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi aljadid al-ashlah" (mempertahankan kebaikan warisan masa lalu dan mengkreasi hal baru yang lebih baik) kaum Sunni tidak a priori terhadap tradisi. Bahkan fiqh Sunni menjadikan tradisi sebagai salah satu yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan sebuah hukum. Hal ini tercermin dalam salah satu kaidah fiqh, "al-'Adah muhakkamah" (adat menjadi pertimbangan dalam penetapan hukum). • Sikap selektif kaum Sunni ini mengacu kepada salah satu kaidah fiqh "ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluh" (jika tidak dapat dicapai kebaikan semuanya, tidak harus ditinggal semuanya). Bagaimana menggunakan kaidahkaidah fiqh dalam menyikapi tradisi? Akan tetapi sejak diturunkan, agama tidak bisa dilepaskan dari budaya sebagai perangkat untuk mengekspresikannya. • Sebagai kreasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, budaya tentu memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun sosial. • Dalam hal ini, berlaku kaidah "al-muhafazhah alal-qadimish-shalih wal-akhdzu bil jadidilashlah," Ahlussunnah wal jamaah Dalam Tradisi NU, Mengikuti Thariqat Secara bahasa thariqat berarti jalan, cara, metode, sistem, madzhab, aliran dan haluan. Sedangkan dalam llmu tashawwuf tariqat adalah perjalanan seseorang menuju Allah SWT dengan cara mensucikan diri Syaikh Amin al-Kurdi mengatakan: Apa yang dikatakan tawassul? Apakah boleh melakukannya? Dalil yang menjelaskan keutamaan tawassul. Di antaranya adalah firman Allah SWT: Sahabat Umar ra. ketika melakukan shalat istisqa' juga melakukan tawassul • Pada hakikatnya bertawassul itu menjadikan sesuatu sebagai perantara agar doa yang dipanjatkan dapat segera diterima. Orang yang bertawassul tidak bermaksud untuk memohon atau menyembah kepada orang atau suatu benda. karena itu mereka bukanlah termasuk orang yang mendapat peringatan Allah SWT dalam al-Qur'an QS. Az Zumar: 23 Bagaimanakah hukumnya Qunut Shubuh? Tentang kesunnahan qunut subuh ditegaskan oleh kebanyakan ulama salaf dan setelahnya • Di antara ulama salaf yang mensunnahkannya adalah Abu Bakr al-Shiddiq, Umar bin al-Khaththab, Utsman, Ali, Ibnu Abbas dan al-Barra' bin Azib —radhiyallahu 'anhum. (Al-Majmu', juz I, hal 504). Dalil yang dijadikan acuan adalah hadits Nabi saw: • • "Diriwayatkan dan Anas bin Malik ra., "Beliau berkata, "Rasulullah saw. senantiasa membaca qunut ketika shalat shubuh sehingga beliau wafat. "(HR. Ahmad [12196]). Redaksi doa qunut yang warid (diajarkan langsung) oleh Nabi SAW adalah: Bagaimanakah hukum Tahlilan? Apakah hukum bid’ah yang harus ditinggalkan? Kata tahlil adalah diambil dari bahasa Arab, • Dari kata • Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format acaranya tidak diajarkan secara langsung oleh Rasulullah saw, namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun unsurunsur yang terdapat di dalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya pembacaan surat Yasin, tahlil, tahmid, tasbih dan semacamnya. Karena ltu, pelaksanaan tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dan tuntunan Rasulullah saw. • Imam al-Syaukani mengatakan bahwa setiap perkumpulan yang di dalamnya dilaksanakan kebaikan, misalnya membaca al-Qur'an, dzikir dan doa itu adalah perbuatan yang dibenarkan meskipun tidak pernah dilaksanakan pada masa Rasul saw. Kesimpulan al-Syaukani ini memang didukung oleh banyak hadits Nabi saw. Di antaranya adalah: • "Dari Abi Sa'id al-Khudri ra, ia berkata, Rasulullah saw, bersabda, "Tidaklah berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka akan dikelilingi malaikat, dan Allah SWT akan memberikan rahmat-Nya kepada mereka, memberikan ketenangan hati dan memujinya di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya. "(HR. al-Muslim [4868]). APAKAH HUKUM PERJAMUAN DALAM ACARA TAHLIL HARAM? Dilihat dan sisi sedekah, bahwa dalam bentuk apapun, sedekah merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Memberikan makanan kepada orang lain adalah perbuatan yang sangat terpuji. Sabda Nabi saw: Kaitannya dengan sedekah untuk mayit, pada masa Rasulullah saw. jangankan makanan, kebun pun (harta yang sangat berharga) disedekahkan dan pahalanya diberikan kepada si mayit. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan: Jika kemudian perbuatan tersebut dikaitkan dengan usaha untuk memberikan penghormatan kepada para tamu, maka itu merupakan perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Sabda Rasulullah saw. Pelaksanaan Tahlil Selama Tujuh Hari, bagaimanakah hukumnya? • Syaikh Nawawi al-Bantani -seorang ulama mutaakhkhirin-, menjelaskan penentuan sedekah pada hari-hari tertentu itu merupakan kebiasaan masyarakat saja (al-'Adah). Difatwakan oleh Sayid Ahmad Dahlan. "Sungguh telah berlaku di masyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ke tiga dari kematian, hari ke tujuh, dua puluh dan ketika genap empat puluh hari serta seratus hari. Setelah itu dilakukan setiap tahun pada hari kematiaanya. Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh kita Yusuf al-Sunbulawini." (Nihayah al-Zain, hal. 281). Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal ra., dalam kitab al-Zuhd menyatakan bahwa bersedekah selama tujuh hari itu adalah perbuatan sunnah, karena merupakan salah satu bentuk doa untuk mayit yang sedang diuji di dalam kubur selama tujuh hari. Sebagaimana yang dikutip oleh Imam al-Suyuthi dalam kitab al-Hawi li al-Fatawi: • "Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, Hasyim bin al-Qasim meriwayatkan kepada kami, ia berkata, al-Asyja'i meriwayatkan kepada kami dari Sufyan, Imam Thawus berkata, "0rang yang meninggal dunia diuji selama tujuh hari di dalam kubur mereka. Maka kemudian kalangan salaf mensunnahkan bersedekah makanan untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari itu. " (Al-Hawi li al-Fatawi, juz II, hal 178 ). Lebih jauh, Imam al-Suyuthi menilai hal tersebut merupakan perbuatan sunnah yang telah dilakukan secara turun temurun sejak masa sahabat. • "Kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan perbuatan yang tetap berlaku hingga sekarang (zaman Imam alSuyuthi, abad X Hijriyah) di Makkah dan Madinah. Yang jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan. sejak masa sahabat Nabi saw. sampai sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama (masa sahabat ra,)- " (Al-Hawi li al-Fatawi, juz II, hal. 194) Apa yang dimaksud dengan IJTIHAD DAN TAQLID? • Ijtihad adalah mengeluarkan (menggali) hukum-hukum yang tidak terdapat nash (teks) yang jelas ; yang tidak mengandung kecuali satu makna tentangnya. • Jadi Mujtahid (orang yang melakukan ijtihad) ialah orang yang memiliki keahlian dalam hal ini. Ia adalah seorang yang hafal ayat-ayat ahkam, hadits-hadits ahkam beserta mengetahui sanad-sanad dan keadaan para perawinya, mengetahui nasikh dan mansukh, ‘am dan khash, muthlaq dan muqayyad serta menguasai betul bahasa Arab dengan sekira hafal pemaknaan-pemaknaan setiap nash sesuai dengan bahasa al Qur’an, mengetahui apa yang telah disepakati oleh para ahli ijtihad dan apa yang diperselisihkan oleh mereka, karena jika tidak mengetahui hal ini maka dimungkinkan ia menyalahi ijma' (konsensus para ulama) para ulama sebelumnya. Sedangkan Muqallid (orang yang melakukan taqlid; mengikuti pendapat para mujtahid) adalah orang yang belum sampai kepada derajat tersebut di atas. Dalil bahwa orang Islam terbagi kepada dua tingkatan ini adalah hadits Nabi shallallahu 'alayhi wasallam: • • Maknanya : “Allah memberikan kemuliaan kepada seseorang yang mendengar perkataanKu, kemudian ia menjaganya dan menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya, betapa banyak orang yang menyampaikan tapi tidak memiliki pemahaman”. (H.R. at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban) • Bukti terdapat pada lafazh: فربّ مبلغ ال فقه عنده • “Betapa banyak orang yang menyampaikan tapi tidak memiliki pemahaman”. • Dalam riwayat lain: ""وربّ مبلغ أوعى من سامع • “Betapa banyak orang yang mendengar (disampaikan kepadanya hadits) lebih mengerti dari yang menyampaikan”. BAGAIMANAKAH HUKUM ZIARAH KE MAKAM RASULULLAH SAW? DOSAKAH SESEORANG KALAU MELAKUKANNYA? Ibn Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: • • Dalam hadits lain, beliau bersabda: Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: Maknanya: “Sungguh, Isa ibn Maryam akan turun menjadi penguasa dan Imam yang adil, dia akan menempuh perjalanan untuk pergi haji atau umrah atau dengan niat keduanya dan sungguh, dia akan mendatangi makamku sehingga berucap salam kepadaku dan aku pasti akan menjawabnya" (diriwayatkan oleh al Hakim dalam al Mustadrak dan dishahihkannya serta disetujui oleh adz-Dzahabi). BAGAIMANAKAH HUKUM MEMAKAI HIRZ ATAU TA’WIDZ? At-Tirmidzi dan an-Nasa-i meriwayatkan dari 'Amr ibn Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya berkata: “Rasulullah telah mengajarkan kepada kami beberapa kalimat untuk kita baca ketika terjaga dari tidur dalam keadaan terkejut dan takut”, dalam riwayat Isma’il Rasulullah bersabda yang maknanya: “Jika di antara kalian merasakan ketakutan maka bacalah: Dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah [ 5/39-40] tersebut sebagai berikut: “Telah meriwayatkan kepada kami Abu Bakr, ia berkata: telah meriwayatkan kepada kami Ali ibn Mushir dari Ibn Abi Laila dari al Hakam dari Sa’id ibn Jubayr dari Ibn Abbas berkata: Jika seorang perempuan sulit melahirkan maka tulislah dua ayat ini dan beberapa kalimat pada selembar kertas kemudian basuh (celupkan dalam air) dan minumlah: Adalah sahabat Abdullah ibn 'Amr mengajarkan bacaan ini kepada anaknya yang sudah baligh untuk dibaca sebelum tidur dan menuliskannya untuk anak-anaknya yang belum baligh kemudian dikalungkan di lehernya”. Adapun hadits Rasulullah yang berbunyi: Maknanya : “Sesungguhnya ruqa, tamaim dan tiwalah adalah syirik” (H.R. Abu Dawud) • Yang dimaksud bukanlah tamaim dan ta’awidz yang berisikan ayatayat al Qur’an atau bacaan-bacaan dzikir. Karena kata tama-im sudah jelas dan dikenal maknanya, yaitu untaian yang biasa dipakai oleh orang-orang jahiliyyah dengan keyakinan bahwa tamaim tersebut dengan sendirinya menjaga mereka dari 'ayn atau yang lainnya. Mereka tidak meyakini bahwa tama-im itu bermanfaat dengan kehendak Allah. Karena keyakinan yang salah inilah kemudian Rasulullah menyebutnya sebagai syirik. • Demikian juga ruqa yang terdapat dalam hadits tersebut, karena ruqa ada dua macam ; ada yang mengandung syirik dan ada yang tidak mengandung syirik. HUKUM DZIKIR DENGAN SUARA KERAS • Dzikir adalah perintah Allah SWT yang harus kita laksanakan setiap saat, dimanapun dan kapanpun. Allah selalu mendengar apapun yang kita ucapkan oleh mulut atau hati kita. Dzikir merupakan salah satu sarana komunikasi antara makhluk dengan khaliqnya. Dengan berdzikir seseorang dapat meraih ketenangan, karena pada saat berdzikir ia telah menemukan tempat berlindung dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Contoh hadits yang menganjurkan untuk mengeraskan dzikir riwayat Ibnu Abbas berikut ini: • “Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras) apabila mereka selesai melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” (HR Bukhari dan Muslim) Ibnu Adra’ berkata: “Pernah Saya berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang laki-laki di Masjid yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya berkata, wahai Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya’. Rasulullah SAW menjawab: “Tidak, tapi dia sedang mencari ketenangan.” Hadits lainnya justru menjelaskan keutamaan berdzikir secara pelan. Sa’d bin Malik meriwayatkan Rasulullah saw bersabda, “Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi.” Bagaimana menyikapi dua hadits yang seakan-akan kontradiktif itu. berikut penjelasan Imam Nawawi: “Imam Nawawi menkompromikan (al jam’u wat taufiq) antara dua hadits yang mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan suara dzikir tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada kekhawatiran akan riya’, mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak mendatangkan manfaat seperti agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin mendengar, dapat mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir, mengkonsentrasikan pendengaran jama’ah, menghilangkan ngantuk serta menambah semangat.” (Ruhul Bayan, Juz III: h. 306). Bagaimanakah hukum Doa dengan berjama'ah? Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda : • • Maknanya : "Tidaklah suatu jama'ah berkumpul, lalu sebagian berdoa dan yang lain mengamini kecuali doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah" (H.R. al Hakim dalam al Mustadrak dari sahabat Maslamah ibn Habib al Fihri) BAGAIMAKAH HUKUMNYA MEMBACA SAYYIDINA KETIKA BERSHALAWAT ATAS NABI? • Menambah lafazh "sayyid" sebelum menyebut nama Nabi adalah hal yang diperbolehkan karena kenyataannya beliau memang Sayyid al 'Alamin ; penghulu dan pimpinan seluruh makhluk. Jika Allah ta'ala dalam al Qur'an menyebut Nabi Yahya dengan : • • • Padahal Nabi Muhammad lebih mulia daripada Nabi Yahya. Ini berarti mengatakan sayyid untuk Nabi Muhammad juga boleh, bukankah Rasulullah sendiri pernah mengatakan tentang dirinya : • • • Maknanya : "Saya adalah penghulu manusia di hari kiamat dan saya tidak ada kesombongan" (H.R. at-Turmudzi) Apa hukumnya mentalqin mayit? Hadits yang menjelaskan diperbolehkannya talqin terhadap mayit adalah hadits Nabi shallallahu 'alayhi wasallam yang panjang yang diriwayatkan oleh al Hafizh Dliya'uddin al Maqdisi dalam kitabnya Al Mukhtarah. Mengenai status hadits tersebut al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : "Sanadnya adalah shalih dan adl-Dliya' menganggapnya kuat dalam al Mukhtarah". Faedah dari talqin adalah seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut : • • Maknanya : "Sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir, salah seorang berkata kepada yang lain : Marilah kita pergi , untuk apa kita duduk di dekat orang yang sudah diajarkan hujjahnya (dalam menjawab pertanyaan kita)". Apa hukum ziarah kubur? Musyrikkah?? Ziarah kubur adalah sesuatu yang diperbolehkan dalam agama. Larangan berziarah kubur telah dihapus oleh hadits Nabi: " • " كنت نهيتكم عن زيارة القبور أال فزوروها • Maknanya : "Dulu aku melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang berziarahlah ke kuburan". • Bahkan Rasulullah menganjurkan untuk melakukan ziarah kubur dengan menjelaskan hikmahnya: • " زوروا القبور فإنها تذكركم باآلخرة " رواه البيهقي • Maknanya : "Berziarahlah kalian ke kuburan, sungguh hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat" (H.R. al Bayhaqi) Bahkan Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib mengatakan “ " من السنت زيارة جبانت المسلمين يوم العيد وليلته "Di antara sunnah Nabi adalah berziarah ke kuburan kaum muslimin di siang hari raya dan malamnya". • Dimakruhkan dengan sangat duduk di atas kuburan, menginjak kuburan dengan kaki tanpa ada kebutuhan, jika ada kebutuhan tidak dimakruhkan menginjak kuburan. Ini kalau memang tidak terdapat tulisan yang diagungkan di atas kuburan. • Diharamkan thawaf (mengelilingi) kuburan para wali seperti yang dilakukan oleh sebagian orang di kuburan al Husein di Mesir. Melainkan yang seyogyanya dilakukan adalah berdiri di hadapan bagian kepala mayit, mengucapkan salam kepadanya lalu berdoa kepada Allah dengan mengangkat tangan atau tanpa mengangkat tangan. APA HUKUMNYA MENCIUM TANGAN ORANG SALEH DAN BERDIRI UNTUK MENGHORMATI KEDATANGAN SEORANG MUSLIM Perlu diketahui bahwa mencium tangan orang yang saleh, penguasa yang bertakwa dan orang kaya yang saleh adalah perkara yang mustahab (sunnah) yang disukai Allah, berdasarkan haditshadits Nabi dan dan atsar para sahabat. • Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lainnya: bahwa ada dua orang Yahudi bersepakat "Mari kita pergi menghadap Nabi ini untuk menanyainya tentang sembilan ayat yang Allah turunkan kepada Nabi Musa. Maksud dua orang ini adalah ingin mencari kelemahan Nabi karena dia ummi (karenanya mereka menganggapnya tidak mengetahui sembilan ayat tersebut) , maka tatkala Nabi menjelasan kepada keduanya (tentang sembilan ayat tersebut) keduanya terkejut dan langsung mencium kedua tangan Nabi dan kakinya. Imam at–Tarmidzi berkomentar tentang hadits ini: " hasan sahih ". • Abu asy-Syaikh dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ka'ab bin Malik -semoga Allah meridlainya- dia berkata: "Ketika turun ayat tentang (diterimanya) taubat-ku, aku mendatangi Nabi lalu mencium kedua tangan dan lututnya" . • • Imam al Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya al Adab al Mufrad bahwa Ali bin Abi Thalib -semoga Allah meridlainya- telah mencium tangan Abbas dan kedua kakinya, padahal Ali lebih tinggi derajatnya daripada 'Abbas namun karena 'Abbas adalah pamannya dan orang yang saleh maka dia mencium tangan dan kedua kakinya. • • Juga telah diriwayatkan dengan sanad yang sahih bahwa Imam Muslim mencium tangan Imam al Bukhari dan berkata kepadanya: • • • "Seandainya anda mengizinkan pasti aku cium kaki anda". • "Maka kami mendekat kepada Nabi shallallahu 'alayhi wasallam lalu kami cium tangan dan kakinya". Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud. • • • • Dalam kitab at-Talkhish al Habir karangan al Hafizh Ibnu Hajar al 'Asqalani disebutkan: " Dalam masalah mencium tangan ada banyak hadits yang dikumpulkan oleh Abu Bakar bin al Muqri, kami mengumpulkannya dalam satu juz, di antaranya hadits Ibnu Umar dalam suatu kisah beliau berkata: Di antaranya juga hadits Shafwan bin 'Assal, dia berkata: "Ada seorang Yahudi berkata kepada temannya: Mari kita pergi kepada Nabi ini (Muhammad). Lanjutan hadits ini: "Maka keduanya mencium tangan Nabi dan kakinya lalu berkata: Kami bersaksi bahwa engkau seorang Nabi".