BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan media yang paling banyak memberikan pengaruh pada masyarakat. Televisi bisa dikatakan sebagai jendela kehidupan masyarakat, itu dikarenakan kekuatan televisi yang menyediakan fasilitas audio dan visual. Dengan adanya kekuatan tersebut televisi memiliki peran yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat secara pribadi ataupun sosial. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick 2001 terdiri atas: Surveillance (pengawasan), Interpretation (penafsiran), Linkage (pertalian), Transmission of values (penyebaran nilai-nilai), Entertainment (hiburan). Dengan berbagai fungsi tersebutlah semakin terlihat bagaimana ke “superior” an komunikasi massa (Ardianto, 2009, p.14). Sebagai salah satu media massa yang paling diminati dan menyediakan beragam pilihan program televisi memiliki efek yang besar dalam kehidupan seharihari. Salah satunya menurut Steven M.Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan perilaku (behavioral). Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi (Ardianto, 2009, p.50). McLuhan mengemukakan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Masih menurut S. M. Chaffee ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu : efek ekonomi, efek sosial, penjadwalan kegiatan seharihari, efek hilangnya perasaan tidak nyaman dan efek menumbuhkan perasaan tertentu. Sementara untuk efek yang timbul karena pesan yang diterima dan dapat memengaruhi khalayak ada tiga jenis yaitu efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral (Ardianto, 2009, p. 50). Efek atau dampak dari televisi sebagai media massa itulah yang tidak bisa dihindari oleh penontonnya. Begitu pula bagi penonton anak-anak, menurut ahli psikologi Jimmy Patar Simanjuntak M. Psi anak itu sendiri 1 2 menurut teori Tabula rasa dideskripsikan seperti kertas kosong yang terbentuk tergantung dari torehannya, si anak itu sendiri saat masa perkembangan awalnya sangat menirukan apapun yang dilihat dan didengarnya. Kita waktu kecil itu peniru ulung. Berbagai tayangan yang disediakan untuk anak-anak salah satunya adalah animasi. Animasi berasal dari kata dalam bahasa latin anima, yang secara harfiah berarti jiwa (soul), atau animare yang berarti nafas kehidupan (vital breath). Dalam bahasa Inggris, animation yang berasal dari kata animated atau toanimate, yang berarti membawa hidup atau bergerak. Istilah animasi berawal dari semua penciptaan kehidupan atau meniupkan kehidupan ke dalam obyek yang tidak bernyawa atau benda mati (gambar) (Wells, 2004, p.10). Salah satu animasi yang digemari anakanak yaitu “Shaun The Sheep”, serial animasi yang berasal dari Inggirs. Di Indonesia program animasi ini tayang di MNC TV dan B-Channel. Sejak ditayangkan pertama kali di Inggris pada Maret 2007 di CBBC Channel, “Shaun the Sheep” telah memiliki 80 episode dari 2 musim, dan musim ketiganya yang sedang ditayangkan mulai 25 Februari 2013 di Inggris (11 Maret di MNCTV). Telah disiarkan di 180 negara di seluruh dunia. Animasi ini pernah tayang di Rajawali Televisi (B-Channel) pada Senin-Jum’at pukul 16.30 WIB. Dan di MNC TV masuk dalam animasi spesial yang ditayangkan setiap hari pada pukul 17.00 WIB. Bercerita tentang kehidupan di peternakan yaitu kawanan domba dan si peternak. terdapat tokoh utama yang bernama Shaun yang selalu bisa mengatasi masalah yang muncul dalam kehidupan dipeternakannya. Animasi ini tak ubahnya seperti komedi diam klasik, karena tidak ada dialog atau percakapan dengan bahasa yang ditampilkan dalam animasi ini, sekalipun manusia. Itu digantikan dengan beberapa ekspresi ditambahkan seperti geraman sederhana, embikan, atau beberapa ekspresi lain yang seperti manusia yang melambangkan suasana hati masing masing. Dengan rating dan share yang mencapai 18,9/2,7, animasi ini memiliki tempat tersendiri di hati anak-anak. Tayangan televisi memiliki pengaruh tersendiri bagi anak-anak, banyak penelitian yang mengangkat tentang hal ini. Salah satunya menurut studi di Amerika Serikat menemukan anak-anak usia 2 – 48 bulan mengalami keterlambatan perkembangan bicara karena terlalu banyak menonton televisi. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa saat menyaksikan televisi anak-anak kurang mendapat 3 stimulus bahasa, selain karena berkurangnya interaksi dengan orang dewasa juga karena adanya faktor masih terlalu rumitnya bahasa yang ditampilkan tayangan televisi ataupun kurangnya stimulus bahasa dari animasi yang tidak berdialog Christakis, et al, 2009 dalam (Garvis & Pendergast, 2009). Begitu pula animasi “Shaun The Sheep” yang tidak memiliki dialog, dalam buku Panduan Sosialisasi Literasi Media yang diterbitkan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) animasi ini masuk ke dalam contoh tayangan dalam kategori “hati-hati” yaitu tayangan yang pada umumnya baik namun terdapat kekerasan, seks, mistis atau cerita yang sulit untuk dimengerti atau rumit sehingga dipandang diperlukan bimbingan dari orang tua (Hidayat & et all, 2011, p.246). Pengaruh terhadap keengganan bicara ini akan berpengaruh pada anak-anak khususnya usia 1-3 tahun, dimana masuk dalam tahap Autonomy vs Shame and Doubt yang dikemukakan oleh Erikson. Pada tahap ini anak-anak belajar menggunakan anggota tubuhnya sendiri tanpa menginginkan bantuan dari orang dewasa untuk melingkupi toilet training, makan, berjalan, bereksplorasi, dan berbicara, tetapi anak pada masa ini melakukan hal – hal tersebut tanpa tujuan dan belum teroganisir (Yamin & Sabri, 2013, p.11). Dalam teori pembelajaran sosial yang dikemukakan Bandura, dampak dari media sosial terutama sendiri dapat dilihat dari peniruan ataupun pemodelan yang dilakukan oleh individu. Peniruan tersebut dilakukan karena tayangan televisi menarik perhatian dan tertanam di dalam ingatannya, apalagi terdapat motivasi lain yang melandasi peniruan tersebut. Karena teori ini mengemukakan bahwa peniruan berasal dari pengamatan dan pembelajaran yang dilakukan individu. Dalam jurnal American Academy of Pediatrics (AAP) yang berjudul “Media Use by Children Younger than 2 Years” menjelaskan sejak 1999 2 studi menyatakan televisi itu sendiri menjadi faktor keterlambatan bicara pada anak usia 2 tahun. Dan pada usia ini sebaiknya anak-anak tidak dibiarkan menonton televisi lebih dari dua jam setiap harinya (Council on Communications and Media,2011). Dalam penelitian lain dua tayangan yaitu Sesame Street dan Teletubies dianggap tidak baik bagi perkembangan bahasa pada anak di usia tersebut, karena stimulus bahasa yang kurang baik menurut Linebarger dan Walker 2005 dalam (Gliebe, 2011). Terdapat pula anak yang enggan berbicara karena terlalu banyak menyaksikan animasi bisu salah satunya karena menyaksikan “Shaun The Sheep” tanpa pengawasan karena orang tua bekerja yang dikemukakan dalam (Hanindita, 2012). Anak-anak yang 4 mulai menonton televisi pada usia di bawah 12 bulan, dengan lebih dari dua jam perhari memiliki kemungkinan enam kali lebih besar untuk terkena keterlambatan bicara (Choncaiya, Pruksanannonda, 2008). Dari penjelasan di atas penelitian ini mengangkat tentang persepsi orang tua terhadap program televisi “Shaun The Sheep”. Persepsi orang tua terhadap tayangan yang disaksikan anak sangatlah penting bagi perkembangan tumbuh bahasa anak sebagai mana dikemukakan Erikson bahwa anak usia 1-3 tahun belum memiliki tujuan dalam aktivitasnya sehingga perlu adanya pengawasan yang diberikan orang dewasa. Menurut Rudolph F. Verderber persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi (Mulyana, 2008, p.180). Menurut Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita. Sesuai dengan apa yang dilihat penonton, dari sanalah persepsi akan terbentuk, apakah itu presepsi ekonomi, presepsi sosial atau presepsi lainnya yang sesuai dengan apa yang disaksikan dilayar kaca (Mulyana, 2008, p.184). Pentingnya persepsi orang tua mengambil peran penting dalam perkembangan bicara anak karena dari persepsi inilah tindakan atau perilaku akan terbentuk, maka itu penelitian ini mengangkat tentang Persepsi Orang Tua Tentang Program Televisi “Shaun The Sheep”. 1.2 Fokus Penelitian “Shaun the Sheep” merupakan animasi yang lahir di Inggris dan diproduksi oleh Aardman Animations. Ditayangkan pertama kali pada maret 2007 di Inggris dan di anggap berhasil karena animasi ini diteruskan hingga season ketiga. “Shaun the Sheep” telah tayang di 180 negara di dunia. Animasi ini bercerita tentang sekawanan domba-domba yang digembala oleh seekor anjing. Pada setiap episodenya selalu diangkat masalah yang terjadi dipeternakannya dan bagaimana kawanan domba tersebut menyelesaikan masalah tersebut. Namun menariknya tidak seperti animasi lain yang di isi dengan adanya dialog antara karakternya, animasi ini justru disebut animasi bisu karena sama sekali tidak ada dialog yang diutarakan tokohnya. Seperti tayangan anak kecil lainnya, “Shaun the Sheep” juga memberikan pengaruh pada anak - anak yang menyaksikannya. Terutama anak - anak yang berada dalam tahap belajar bicara yaitu usia 1-3 tahun yang perlu diberi bimbingan. Karena anak - anak akan mudah saja menirukan apa yang dilihatnya, apa lagi sesuatu yang disenangi 5 seperti tokoh - tokoh dalam animasi. Jadi kemungkinan anak-anak yang menonton “Shaun the Sheep” untuk mencontoh apa yang dilihat sangat besar. Dari penjelasan pada latar belakang, maka penelitian ini akan dititik beratkan pada pertanyaan “Bagaimana persepsi orang tua tentang program televisi “Shaun The Sheep”. Maka untuk memfokuskan penelitian agar tidak melebar ke aspek lain, fokus penelitian akan membahas persepsi orang tua terhadap program ini untuk anak-anak, faktor lain apa saja yang mendukung hal tersebut dan upaya orang tua dalam menghadapinya. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana persepsi orang tua terhadap program “Shaun The Sheep”? 2. Apakah keterlambatan bicara pada anak – anak semata hanya disebabkan oleh “Shaun The Sheep”? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh orang tua terhadap akibat yang ditimbulkan oleh animasi “Shaun The Sheep”? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 1. Tujuan Penelitian Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada jurusan Komunikasi Pemasaran, jenjang pendidikan Strata -1 di Universitas Bina Nusantara. 2. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat tentang persepsi orang tua tentang program “Shaun The Sheep”. Mengetahui faktor lain yang mempengaruhi dan upaya orang tua dalam menanggulanginya. 6 1.4.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan menjadi : 1. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas wawasan penelitian yang telah dilakukan di bidang komunikasi dan bidang broadcasting khususnya. 2. Manfaat Praktis a) Menambah referensi yang sudah ada dan dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh semua pihak. b) Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pustaka dan menjadi informasi tambahan yang berguna untuk pembaca. 3. Manfaat Sosial Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran bagaimana persepsi orang tua tentang “Shaun The Sheep”. Dengan adanya persepsi ini menjadi gambaran dan pemikiran tersendiri bagi para orang tua agar lebih bijak dalam memilih program televisi apa yang baik bagi anak-anak. Dengan begitu diharapkan adanya keseimbangan yang tepat antara berkembangnya dunia broadcasting dengan berbagai program-program acaranya dengan kehidupan sosial penontonnya. 1.5 Sistematika Penelitian Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini dibahas tentang latar belakang dari penelitian yang dilakukan. Berupa landasan dasar yang membentuk suatu pertanyaan yang akan di jawab pada penelitian ini. Selain itu juga dibahas tentang rumusan masalah yng merupakan bentuk pertanyaan yang nantinya akan dijawab melalui penelitian ini, identifikasi masalah serta tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan penelitian tentang “ Persepsi orang tua tentang “Shaun The Sheep”. 7 Bab 2 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi tentang penelitian sebelumnya, landasan teori dan kerangka pemikiran. Hal tersebut di ambil dari sumber-sumber tertentu yang akan menjadi landasan dari penelitian ini. Teori komunikasi yang digunakan harus berkaitan dengan pembahasan yang diangkat dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan konsep persepsi dan teori tentang literasi media. Bab 3 Metodologi Penelitian Dalam bab ini, peneliti menjabarkan dan menerangkan mengenai metode penelitian yang digunakan, mulai dari jenis penelitian, kemudian populasi dan sampel yang diambil, teknik penarikan sampel, lalu metode pengumpulan data, metode analisis data, definisi dan operasional konsep. Bab 4 Hasil Penelitian Bab ini akan menjelaskan mengenai proses pengolahan data yang bertujuan menguji hipotesis yang sudah dicantumkan. Analisis dan deskripsi objek serta pembahasan masalah. Bab 5 Penutup Pada bab ini, peneliti menarik kesimpulan serta memberikan saran dari hasil penelitian. Sehingga, penelitian ini dapat memberikan hasil yang baik dan berguna bagi peneliti maupun mahasiswa. 8