siaran pers

advertisement
SIARAN PERS
Pusat Hubungan Masyarakat
Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711
www.kemendag.go.id
Bappebti: Pemerintah Daerah Harus Bersinergi
Dalam Mempercepat Implementasi SRG
Jakarta, 7 April 2015 – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian
Perdagangan meminta Pemerintah Daerah untuk bersinergi dalam mengembangkan Sistem Resi
Gudang (SRG). Permintaan ini disampaikan Kepala Bappebti Sutriono Edi di hadapan Kepala Dinas
yang membidangi Perdagangan dari 16 kabupaten/kota penerima bantuan Dana Alokasi Khusus
(DAK) Pembangunan Gudang SRG Tahun Anggaran 2013 dan 2014 di Gedung Bappebti Jakarta,
hari ini, Selasa (7/4).
Secara khusus, Bappebti menggelar pertemuan teknis SRG untuk mendorong pelaksanaan SRG ini.
Selain 16 kabupaten/kota penerima bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut, Bappebti juga
mengundang perwakilan Dinas Perindag Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara
dan Sulawesi Tenggara.
“Kami mengharapkan komitmen pemerintah daerah untuk dapat terus berperan aktif dalam
mendukung pelaksanaan SRG dengan dukungan program dan anggaran serta SDM yang
profesional," tegas Sutriono.
Sutriono juga menekankan pentingnya pemerintah daerah memberikan kemudahan bagi sektor
usaha kecil dan menengah serta kelompok tani dalam pemanfaatan SRG. "Mereka harus difasilitasi
untuk ikut memanfaatkan SRG sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang," tandasnya.
Agar pemerintah dapat menjalankan SRG ini dengan baik, pertemuan ini menjadi ajang pembekalan
teknis. Bappebti mengajak peserta pertemuan berdiskusi mengenai kebijakan dan program kerja
pemerintah terkait implementasi SRG. "Peserta juga diberikan kesempatan untuk melakukan
konsultasi teknis dengan Bappebti dan stakeholders SRG terkait implementasi SRG di daerah masingmasing,” jelas Sutriono.
Selain diskusi, peserta juga meninjau gudang SRG di Kabupaten Cianjur yang telah
mengimplementasikan SRG dan berdiskusi langsung dengan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur
dan pengelola gudang Koperasi Niaga Mukti mengenai manfaat dan tantangan pelaksanaan SRG.
Sutriono juga memaparkan sejumlah tantangan dalam pengembangan SRG di daerah seperti masih
kurangnya pemahaman dan komitmen masyarakat, pelaku usaha (petani, pedagang, pabrikan), dan
dunia perbankan terhadap mekanisme SRG. "Tantangan lainnya adalah lemahnya koordinasi
pemerintah daerah terhadap keberlanjutan kebijakan pengembangan SRG karena cepatnya mutasi
pejabat daerah yang membidangi perdagangan, belum optimalnya sinergi kebijakan antar instansi
terkait, pemda dan sektor swasta, serta pelaku SRG," terang Sutriono.
Untuk itu, katanya, diperlukan perubahan pola pikir dan budaya petani dari petani subsisten menjadi
petani pebisnis, serta pengelola gudang di daerah harus memiliki permodalan cukup dan mampu
melakukan pengelolaan dan pemasaran komoditas (integrasi bisnis).
Sutriono menegaskan bahwa SRG bukan program pusat. “SRG bukan merupakan program pusat,
bukan pula program atau kebijakan Kemendag saja. Keberhasilan pelaksanaan SRG di Indonesia
tidak terlepas dari adanya dukungan dan peran aktif antar kementerian/lembaga di sektor
pertanian, keuangan, perbankan, dan sektor terkait lainnya, di pusat maupun daerah, dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera," katanya.
Menurutnya, upaya pengembangan SRG tidak akan berhasil apabila hanya dilakukan oleh Bappebti.
"Oleh karena itu, perlu dukungan dari Pemda dan stakeholder SRG lainnya,” lanjut Sutriono.
Sejumlah narasumber yang hadir mengisi pertemuan tersebut antara lain dari Kementerian
Perdagangan, BAPPENAS, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi
dan UKM. Para stakeholder SRG lainnya juga diminta memberikan pandangannya seperti
PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Pertani, PT Bhanda Ghara Reksa, PT Sawu Indonesia, Bank BRI, dan
PT Kliring Berjangka Indonesia
Perkembangan Sistem Resi Gudang
SRG merupakan suatu instrumen pembiayaan bagi petani, poktan, gapoktan, koperasi, dan pelaku
usaha. Dengan SRG, komoditi pertanian saat ini sudah dapat dipergunakan sebagai jaminan kredit di
bank/lembaga keuangan. Diharapkan petani, pelaku usaha, serta UKM yang umumnya menghadapi
masalah keterbatasan akses pembiayaan dari perbankan serta terbatasnya jaminan/agunan kredit
dapat memperoleh solusi pembiayaan melalui SRG.
Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong perluasan pelaksanaan SRG periode 2009-2014,
Kemendag telah membangun gudang SRG menggunakan Dana Stimulus Fiskal, APBN-P dan DAK
sebanyak 117 gudang yang tersebar di 102 kabupaten/kota sentra produksi. Namun demikian,
gudang–gudang tersebut belum dimanfaatkan untuk implementasi SRG secara optimal.
Sejak 2008 hingga Maret 2015, data menunjukkan pelaksanaan SRG di Indonesia telah mencapai
1.882 penerbitan Resi Gudang dengan nilai Rp 370,7 miliar dan telah diagunkan ke lembaga
pembiayaan dengan nilai Rp 230,9 miliar. Jika dibandingkan tahun 2013, penerbitan Resi Gudang
tahun 2014 menunjukan pertumbuhan positif di mana jumlah Resi Gudang yang diterbitkan
meningkat 14%, nilai komoditi meningkat 7%, nilai pembiayaan juga meningkat 13%. Dengan terus
berkembangnya sistem resi gudang di daerah, maka perekonomian daerah dapat tumbuh dengan
baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
--selesai-Informasi lebih lanjut hubungi:
Ani Mulyati
Kepala Pusat Humas
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: [email protected]
Sri Nastiti
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-31922443 Ext. 431/021-1922460
Email: [email protected]
Download