Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu

advertisement
1
Kehidupan Orang Tua Tunggal
(Studi Kasus Ibu sebagai Kepala Keluarga di Kelurahan Parangloe)
Musrayani Usman, Syaifullah Cangara dan Rahmat Muhammad
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ibu dalam penyesuaian diri
sebagai kepala keluarga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif
dengan studi kasus. Sumber data didapat dari informan dan peristiwa, dokumen
dan arsip, serta studi pustaka. Teknik cuplikan menggunakan purposive.
Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan (1) bagaimana seorang ibu sebagai kepala keluarga; (a)
penerimaan diri: Bagi ibu yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu
tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang
ditinggalkan suaminya karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang
, (b) Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha
sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di
jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya
ibu sebagai orang tua tunggal. sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang
dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah. (2) bagaimana ibu sebagai
kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat; Ibu senantiasa menjaga
hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong
menolong sesama anggota masyarakat, tetapi dalam penerimaan dirinya masih
dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Kata kunci: orang tua tunggal, ibu sebagai kepala keluarga.
ABSTRACT
This study aims to analyze the relationship of women with formal education level
of family welfare. The research was conducted in the Village Tulehu, Central
Maluku District Salahutu. The research data was analyzed by quantitative and
qualitative approaches. The quantitative data obtained by the distribution of
questionnaires to the respondents, while kualititatif data obtained by conducting
in-depth interview to the informant. Quantitative analysis using statistical analysis
(multiple regression analysis), whereas qualitative analisisi using qualitative
descriptive analysis. The results obtained show that the formal education of
women had good relationships in family welfare. The higher level of formal
education of women, the higher the level of family welfare, on the contrary the
lower the level of formal education of women then the lower the level of welfare
families. The statistics show that women's formal education has a significant
relationship to family welfare, a descriptive qualitative indicate that women with
high formal education can be useful in improving the welfare of the family.
Keywords: Formal education, women, family welfare
2
PENDAHULUAN
Berdasarkan data monografi kelurahan Parangloe, jumlah perempuan
sebagai kepala keluarga masih dominan, hal ini terlihat dari laporan monografi
tahun 2008 di mana jumlah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan
sebesar 1001 KK, sedang 1000 KK rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki
dari jumlah seluruh kepala keluarga 2001 KK. Menurut data Survei Sosial
Ekonomi Nasional tahun 2007 menunjukkan, perempuan di Indonesia yang
menjadi kepala keluarga mencapai 13,6 persen. Menurut sumber yang sama,
tahun 2001 jumlahnya 13,0 persen. Artinya terjadi peningkatan perempuan sebagai
kepala keluarga sekitar 0,1 persen setiap tahun. Peningkatan tersebut cukup
signifikan, sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi, di mana peran
perempuan kini tidak hanya mengurus pekerjaan domestik.
Sejalan dengan itu, Perlmutter dan Hall (dalam Cut) menambahkan alasan
lainnya, yakni karena adanya kematian suami atau istri, keinginan memiliki anak
tanpa menikah, dan adopsi anak oleh wanita atau pria lajang. Pada berbagai kasus
di Indonesia, bentuk keluarga dengan orang tua tunggal yang sering dijumpai
adalah karena adanya perceraian dan kematian salah satu pasangan. Keluarga
dengan orang tua tunggal dapat dipimpin oleh wanita maupun pria.
Ada tiga peran yang tetap harus dipegang oleh perempuan yakni sebagai
pribadi, tulang punggung keluarga dan ibu rumah tangga. Sebagai pribadi,
perempuan juga ingin memiliki prestasi yang membanggakan, sebagai tulang
punggung keluarga yakni sebagai ibu yang menjadi orang tua tunggal memenuhi
kebutuhan keluarga dengan bekerja mencari nafkah sehingga kebutuhan dan
kesejahteraan keluarga dapat terpenuhi.
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang pada umumnya
terdiri ayah, ibu dan anak-anak, di mana hubungan sosialnya relatif tetap yang
didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau orang-orang yang mempunyai
hubungan yang baik atau karena adopsi, di mana memiliki tanggung jawab
terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan
kepada anggota keluarga dalam masyarakat.
Menurut Cohen, Bruce. J (2003: 172), arti keluarga adalah :
”Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak-saudara
yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Keluarga terdiri dari
kelompok orang yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan, atau
adopsi dan yang hidup bersama-sama untuk periode yang tidak terbatas”.
Menurut Mac Iver “family is a group defined by a sex relationship
sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of
children”, (dalam pandu), kemudian Elliot and Merrill (dalam pandu) mengatakan
3
”…a group of two or more persons residing together who are related by blood,
marriage, or adoption…” dan E.S. Bogardus mengatakan (dalam pandu);
“The family is a small sosial group, normally composed of a father, a
mother, and one or more children, in which affection and responsibility
are equitably shared and in which the children are reared to become self
controlled and sosially motivated persons.”
A.M. Rose: “a family is a group of interacting persons who recognize a
relationship with each other based on common parentage, marriage and for
adoption.” (dalam pandu). Keluarga adalah kelompok sosial yang terkecil yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terbentuk atas dasar perkawinan, ikatan darah
dan adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi serta menimbulkan peranperan bagi ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan serta
memelihara kebudayaan bersama. Hubungan dalam keluarga memiliki sistem
jaringan yang lebih bersifat interpersonal sehingga masing–masing anggota
dimungkinkan memiliki intensitas hubungan satu sama lain dan fungsinya akan
sulit dirubah dan digantikan orang lain.
Salah satu realita sosial yang ada disekitar kehidupan masyarakat adalah
fenomena keadaan keluarga dengan salah satu orang tua saja atau biasa disebut
dengan orang tua tunggal. Orang tua di mana hanya ayah atau ibu saja mengasuh
dan membesarkan anak-anak mereka sendiri tanpa hadirnya pasangan. Tidaklah
mudah bagi orang tua tunggal dalam menjalani kehidupannya setelah kehilangan
salah satu angogota keluarga yaitu suami, karena segala sesuatu yang harus
ditanggung sendiri. Orang tua tunggal dapat disebabkan beberapa hal antara lain
adalah :
a)
b)
c)
d)
Perceraian
Kematian
Kehamilan diluar nikah
Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian
mengadopsi anak orang lain.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan
seseorang menjadi orang tua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk
beradapatasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian
tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Orang tua tunggal yang disebabkab
karena adanya hubungan di luar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki
yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak pada kasus ini dibutuhkan
motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang
matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orang tua tunggal.
Sedang orang tua tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi
tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga
diharapkan mampu mengatasi segala perubahan yang terjadi.
4
Seiring dengan perjalanan waktu orang tua yang dulunya lengkap dapat
menjadi tidak lengkap yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni
kematian, perceraian, sakit, perang atau bencana alam, sehingga orang tua harus
menjalankan peran sebagai orang tua tunggal, di mana hanya terdapat satu orang
tua saja dalam menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan orang tua tunggal,
untuk itu ia harus dapat menjalankan peran dan tanggung jawab secara total baik
sebagai ibu sekaligus sebagai ayah. Dalam fenomena ibu yang menjadi orang tua
tunggal secara otomatis ia akan menggantikan peran ayah dan peran ibu sendiri
dan secara otomatis pula ia menjadi seorang kepala keluarga.
Aspek manusia setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat guna
terwujudnya keseimbangan dan keutuhan masyarakat maka setiap individu
dituntut menjalankan peran-perannya, perubahan terjadi dalam unit waktu
tertentu, dan tempat tertentu di mana berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain. Setiap orang tua memiliki peran yang besar dalam
perkembangan anak mulai sebelum lahir hingga menuju kedewasaan. Peran
sebagai ayah dan ibu tidak akan dapat terlaksana dengan baik apabila terjadi
perpisahan dalam keluarga baik perceraian, kematian akibat sakit, bencana alam,
dan perang. Bagi keluarga sosok ayah merupakan kepala keluarga yang dihormati
anak serta isterinya sehingga menjadi panutan keluarga. Istri yang ditinggalkan
oleh suami, harus berperan sebagai ibu dan sekaligus sebagai ayah bagi anakanaknya.
Hal ini berarti tanggung jawab ibu akan bertambah, ia harus mencari nafkah
sendiri, mengambil keputusan-keputusan penting sendiri, dan sekian banyak
tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebagai orang tua tunggal. Perubahan besar
yang harus dijalankan ibu menjalankan peran ibu sekaligus sebagai ayah, yang
senantiasa berjuang menjadi tulang punggung keluarga dan panutan anak–
anaknya, walau ayah tidak ada namun tetap ibu sebagai orang tua tunggal tetap
menjalankan peranan dengan baik dengan didukung anakanak untuk dapat
bersama-sama mencapai hidup harmonis dan selaras dengan perubahan peran dan
status.
Menurut Scanzoni dan Scanzoni (dalam Ihromi, 1999: 44), pria diharapkan
melakukan peran yang bersifat instrumental yaitu berorientasi pada pekerjaan
untuk memperoleh nafkah (task oriented), sedang wanita harus melakukan peran
yang bersifat ekspresif, yaitu berorientasi pada emosi manusia serta hubungannya
dengan orang lain (people oriented). Oleh karena itu anak laki-laki
disosialisasikan untuk menjadi lebih aktif dan tegas, sedang anak perempuan lebih
pasif dan tergantung. Hal ini disebabkan pria harus bersaing dalam masyarakat
yang bekerja, sedang wanita menjadi istri dan ibu dalam keluarganya, Gerald
dalam Ihromi, 1990: 44.
Dalam teori ini tampak bahwa pembagian tugas antara istri dan suami
memiliki tugas masing-masing dalam keluarga. Akan tetapi seiring dengan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, peranan ibu tidak lagi hanya pada
urusan rumah tangga saja namun ibu harus bekerja di luar rumah tangga untuk
5
mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ibu dalam menjalankan perannya yang
tadinya hanya menjalankan perannya sebagai ibu, namun kini ia menjalankan
peran sebagai ibu dan peran sebagai kepala keluarga yang dahulunya dijalankan
oleh ayah. Gambaran mengenai peran yang harus dilakukan ibu yang menjalani
peran sebagai Kepala Keluarga. Di mana peran ayah (suami) berfungsi sebagai
kepala keluarga, bertugas mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga,
juga sebagai wakil keluarga bila berhubungan dengan masyarakat, melindungi
keluarga, bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga, dengan membimbing
seluruh anggota keluarga berkembang sesuai dengan keinginannya dan
mengawasi pendidikan anak-anaknya.
Sedangkan seorang istri mempunyai fungsi dan peranan mengatur dan
mengelola rumah tangga dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengasuh
anak dan membina anak dalam pendidikan, mengurusi kehidupan rumah tangga,
kesehatan anak dan suami dan banyak pula yang bekerja untuk membantu mencari
nafkah bagi keluarganya. Mengenai fungsi dan peranan anak yang utama dalam
hidupnya adalah belajar dan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, dalam
kehidupan suatu keluarga/rumah tangga, anak-anak juga memiliki fungsi dan
peranan yang lain sesuai norma-norma yang berlaku, yang biasanya berdasarkan
jenis kelamin dan usia. Anak laki-laki seusia tujuh hingga sepuluh tahun sering
disuruh mengerjakan pekerjaan berat. Setelah anak laki-laki menjelang dewasa
sesuai dengan pekerjaan untuk laki-laki dewasa
Dengan adanya tanggung jawab atas peran yang baru, di mana ibu tetap
bertahan menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, memberikan tekanan pada
terjadinya tingkah laku yakni dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri yang
menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. Dorongan yang berasal
dari keluarga atau kerabat dekat dan juga anak–anak buah perkawinan mendorong
semangat ibu untuk terus bertahan demi buah hatinya dan tidak terlarut dalam
kesedihan baik karena suatu perceraian ataupun meninggalnya suami. Ibu sebagai
orang tua tunggal bisa tetap bahagia menjalani hidup sebagai kepala keluarga
dengan tetap menggunakan pendekatan yang positif. Dengan menjadikan hal-hal
positif dalam hidup sebaga pendorongnya, maka kebahagian dapat diwujudkan.
eorang individu tidak serta merta melakukan tindakan yang dianggap
sesuai dengan dirinya maupun membutuhkan proses baik dalam lingkungan fisik
maupun lingkungan sosialnya.
Dalam keluarga di mana ibu sebagai orang tua tunggal menjalankan
tuntutan untuk bekerja dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan diri dan anak–anaknya, maka ibu harus merasa yakin bahwa
dirinya mampu dalam menghadapi tantangan baik merawat anak dan mencari
nafkah hidup, setelah suami meninggal atau bercerai. Ibu sebagai kepala keluarga
yang secara finansial dan sosial didukung dengan keberadaan ayah, setelah adanya
perpisahan, perceraian atau kematian, ibu akan bekerja sebagai tulang punggung
keluarga dan bertanggung jawab dalam perkembangan anak. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri akan membuat seseorang hidup dan bekerja dengan penuh
6
semangat kebahagiaan serta terhindar dari kecemasan, kegelisahan dan kesedihan
yang tidak perlu. Namun perlu diketahui bahwa tingkah laku seseorang akan
berbeda satu dengan yang lainnya, karena hal ini dipengaruhi oleh kemampuan
masing-masing individu dalam melakukan penyesuaian diri.
Penyesuaian diri adalah sesuatu yang lekat ada pada manusia, karena pada
dasarnya manusia cenderung selalu melakukan penyesuaian diri. Keluarga sebagai
suatu sistem sosial yang penting dalam masyarakat. Perubahan dalam keluarga
akan berkaitan erat perubahan peran dalam masyarakat, dengan terciptanya
keseimbangan dalam keluarga, peranan yang dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab sehingga keharmonisan keluarga dan keseimbangan dalam
kehidupan bersama dapat tercipta,
Di mana suatu fungsi yang merupakan kumpulan yang ditujukan ke arah
pemenuhan kebutuhan tertentu/kebutuhan system menurut Parsons (dalam Paul,
1990:106), antara lain Adaptation (A), Goal Attainment (G), Intergration (I) dan
Latensi (I) atau pemeliharaan pola agar tetap bertahan (survive), di mana:
1.
Adaptation (A) adalah sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat
2. Goal Attainment (pencapaian tujuan), adalah sebuah sistem harus
mengidentifikasikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Intergration (Integrasi) : sebuah sistem harus mengatur anta hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya, sistem juga harus mengelolah
antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya.
4. Latensi (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah system harus
memperlengkapi memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual
maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
Keempat persyaratan fungsional itu mempunyai hubungan erat dengan
keempat system tindakan sebagai mana diuraikan di atas. System organism
biologis dalam sistm tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni
menyesuaiakan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan
kebutuhan. System kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan
merumuskan tujuan dan menggerakkan segala sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan itu. System social berhubungan dengan fungsi integrasi dengan
mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya system
kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau strukturstruktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang
memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.
Skema tindakan parsons (dalam Raho, 2007: 57) memiliki empat
komponen, yakni:
a.
Pelaku atau Aktor; aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu
atau suatu kolektivitas. Parsons melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk
mencapai tujuan.
b.
Tujuan (Goal): Tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat
7
c.
Situasi: Tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi.
Hal-hal yang termasuk dalam situasi ialah prasarana dan kondisi. Prasarana
berarti fasilitas, alat-alat dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan kondisi adalah halangan yang menghambat tercapainya tujuan.
d.
Standar-standar normative: ini adalah skema tindakan yang paling penting
menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah
standar atau aturan yang berlaku guna memperoleh sarjana itu. Normanorma adalah sangat penting dalam tindakan Parsons.
Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan social yang paling
kecil dan paling fundamental. Komponen-komponen dasar dari satu kesatuan
tindakan adalah tujuan, alat, kondisi dan norma
Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan di mana tindakan sosial
merupakan suatu proses di mana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan–
keputusan subyektif mengenai sarana dan cara yang aktor tempuh dalam
mencapai tujuan tertentu yang telah ia pilih. Namun semua itu tetap dibatasi oleh
kemungkinan-kemungkinan karena adanya sistem kebudayaan, berupa normanorma, ide, dan nilai-nilai sosial. Ibu sebagai kepala keluarga memiliki tanggung
jawab yang cukup besar dibanding dengan struktur keluarga yang lengkap.
Sebagai Kepala Keluarga dan orang tua tunggal akan memilki peran ganda
sebagai ibu rumah tangga yang merawat, memelihara dan medidik anak sekaligus
ibu akan mencari penghasilan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya
hal ini merupakan suatu ketegangan, keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak
diinginkan yang muncul bagi seorang ibu. Namun biasanya para ibu lebih
memilih untuk membesarkan anak–anaknya sendiri sebagai wujud penyesuaian
diri dalam mengatasi dan mengurangi ketegangan untuk diarahkan menuju suatu
pencapaian tujuan yang dirasa bagi seorang ibu yakni memiliki kepuasan
tersendiri baginya dalam melihat kesuksesan anakanaknya, serta menghindari
kekecewaan yang kedua kali apabila ibu kehilangan suami dengan bercerai.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif-kualitatif, yakni
menggambarkan realitas sosial dari hasil temuan di lapangan sehingga relevansi
sosiologisnya tercapa
Penelitian yang mengambil judul “Kehidupan Orang Tua Tunggal“
dilaksanakan di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.
Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena ibu
sebagai kepala keluarga yang berjuang untuk keluarganya merupakan suatu
fenomena sosial yang perlu dikaji lebih dalam. Sedangkan pertimbangan lain yaitu
dari 6 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Tamalanrea, di Kelurahan tersebut
yang menjadi Ibu sebagai kepala keluarga merupakan warga pendatang, memiliki
variasi pekerjaan, pendapatan dan yang paling penting memiliki jumlah terbesar
Ibu sebagai kepala keluarga di banding laki-laki.
Informan dalam penelitian ini adalah sumber yang dapat memberikan
informasi yaitu: Ibu sebagai kepala keluarga dan Anaknya, jumlah informan
8
sebanyak 9 ibu sebagai kepala keluarga, sebagai kepala keluarga, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53)
Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci
yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan secara
sengaja. Dengan karakteristik informan:
1.
2.
3.
4.
5.
Ibu sebagai kepala keluarga, berumur > 35 tahun
Ibu yang memiliki 3 orang anak atau lebih
Menjadi orang tua tunggal karena kematian atau perceraian
Menjadi orang tua tunggal selama lebih 5 tahun
Memiliki cukup waktu, bersifat terbuka
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dilapangan melalui informan
dengan wawancara dan obervasi untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana
dari ke 9 informan utama, menyesuaikan diri dalam hal: (1) Penerimaan diri
sebagai kepala keluarga,
(2) Pendidikan social anak dan Kehidupan
bermasyarakat.
Selain data primer dari informan utama, peneliti juga mendapatkan data
sekunder. Data sekunder adalah data pelengkap yang bersumber dari dokumendokumen, literature atau lembaga-lembaga yang resmi dan berhubungan serta
berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini, peneliti
peroleh dari hasil wawancara mendalam dengan para informan penunjang yaitu
salah seorang anak dari informan utama.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi pasif (non participant observation), wawancara mendalam (in-depth
interview) dan dokumentasi. Ketiga model atau teknik pengumpulan ini semuanya
digunakan untuk mendapatkan gambaran dan data dari para informan.
Adapun hal-hal yang peneliti observasi adalah tentang bagaimana sikap atau
tingkah laku ibu sendiri berinteraksi dengan dirinnya, anak dan lingkungan dan
apa saja yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga sehingga
pencapaian keberhasilan sebagai kepala keluarga.
Selain teknik yang juga digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik
dalam wawancara mendalam (indepth interview). Mengingat metode yang penulis
gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, maka teknik dalam upaya
mendapatkan data dari informa uatama.
Teknik analisis data merupakan langkah untuk memperoleh hasil penelitian,
lalu data dikerjakan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan–
persoalan yang ada dalam penelitian ini. Analisis data tersebut adalah:
9
1.
Pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber
antara lain buku-buku yang relevan, informasi, dan peristiwa di lapangan yang
berkaitan dengan cara penyesuian diri ibu sebagai orang tua tunggal. Sedangkan
pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi dan analisis
dokumen.
2. Reduksi data ( data reduction )
Tahap ini merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data kasar
yang terdapat dalam field note. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti melalui seleksi
yang ketat, melalui ringkasan/ uraian singkat, menggolongkan dalam suatu uraian
yang lebih luas, abstraksi data kasar dari field note. Proses ini berlangsung terus
sepanjang pelaksanaan penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan data.
Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang
kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian
sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan
beberapa informan untuk mengidentifikasi penyesuian diri ibu dalam menjalankan
fungsi dan peran ibu sebagai kepala keluarga, selain itu peneliti juga mendapatkan
data dari beberapa dokumen yang berupa artikel dan buku-buku yang relevan
dengan masalah penelitian.
3. Sajian data (data display)
Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah direduksi
dalam bentuk narasi kalimat, gambar/ skema, maupun tabel yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rangkaian
kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah
dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang
memungklinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis/ tindakan lain
berdasarkan pemahaman tersebut.
Pada awal pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan
pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan. Pada awal
pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan
membuat pertanyaan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian
ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen.
Adapun penyajian data untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri ibu dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai kepala keluarga.
4. Penarikan kesimpulan / verifikasi (conclution drawing )
10
Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa
gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi
sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi
agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu
peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran
data kembali, melihat kembali field note sehingga kesimpulan penelitian menjadi
kokoh dan bisa dipercaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Orang tua tunggal dalam penelitian ini adalah seorang ibu yang memikul
tanggung jawabnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus segala
urusan rumah tangga, hal tersebut disebabkan karena adanya perceraian/kematian.
Peristiwa tersebut merupakan hal yang tidak mudah dijalani karena semua
tanggung jawab keluarga dibebankan pada salah satu orang saja.
suatu keluarga yang tidak utuh yang diakibatkan karena adanya perpisahan
karena perceraian dan perpisahan karena kematian dalam proses penerimaan diri
ibu sebagai kepala keluarga. Bagi ibu yang berpisah dengan suaminya karena
bercerai hal itu dianggap sesuatu hal yang tidak begitu berat dalam melakukan
penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya karena meninggal
akan membutuhkan proses yang panjang akibat kehilangan salah satu figure
ayah/suami yang dahulunya menjadi tulang punggung keluarga, baik sebagai
pencari nafkah maupun bertanggung jawab penuh atas keluarganya. Kini seluruh
beban keluarga dilimpahkan kepada salah satu orang tua yaitu ibu, kesulitan dan
kesedihan dilalui namun ibu tetap berusaha terus bangkit demi menjalani
kewajibannya sebagai orang tua.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama
karena dalam keluarga anak-anak pertama-tama mendapat pendidikan dan
bimbingan, utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga.
Dengan demikian dari keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia
yang siap melakukan tugas dan tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan
peran sosialnya serta mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Ibu
sebagai kepala keluarga memiliki peran yang penting dalam keluarga, perubahan
peran yang paling dominan di mana ibu memiliki peran baru yakni sebagai wanita
yang bekerja dan wanita sebagai ibu rumah tangga. Ibu memiliki tanggung jawab
paling besar terhadap pendidikan anak-anak.
Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha
sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di
jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya
ibu sebagai orang tua tunggal. Anak-anakpun dengan bimbingan dan kasih sayang
serta sikap terbuka dalam keluarga menjadi lebih mengerti akan keadaan ibu
sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri tanpa
bergantung kepada ayah.
11
Dalam keluarga di mana ibu sebagai orang tua tunggal menjalankan
tuntutan untuk bekerja dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mengharuskan ibu mencari nafkah
hidup, setelah suami meninggal atau bercerai. Ibu sebagai kepala keluarga yang
secara finansial dan sosial didukung dengan keberadaan ayah, setelah adanya
perpisahan, perceraian atau kematian, maka ibu akan bekerja sebagai tulang
punggung keluarga.
Dari uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan
keluarga berkaitan erat dengan masalah ekonomi yang berkaitan dengan masalah
finansial keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sehingga ibu
sebagai kepala keluarga menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi tumpuan
nafkah keluarga. Apabila dahulu hanya suami/ayah yang bekerja sekarang ibu
harus bekerja atau mengusahakan segala cara demi terpenuhinya kebutuhan
keluarga, apabila sebelum menjadi orang tua tunggal ibu dan ayah sama-sama
bekerja maka ekonomi tidak akan terasa begitu sulit dalam hal pemenuhan
kebutuhan keluarga. Dalam hal ini baik ibu yang sebelumnya telah bekerja
maupun tidak bekerja dalam kesehariannya akan lebih mandiri, mengusahakan
dengan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, lebih
cermat dalam mengatur uang sehingga keadaan ekonomi keluarga semakin baik.
dan ada ibu sebagai kepala keluarga yang kehidupan untuk memenuhi
perekonomiannya di bantu oleh anak-anaknya yang sudah bekerja, bahwa jenis
bantuan ekonomi yang diberikan oleh anak laki-laki dan perempuan pada
prinsipnya tidak berbeda. Yang berbeda adalah besar, frekuensi dan sifat bantuan
tersebut. Bantuan anak laki-laki umumnya lebih besar dan lebih sering
dibandingkan bantuan anak perempuan. Bantuan tersebut dilandasi oleh adanya
kewajiban, sedangkan bantuan yang diberikan oleh anak perempuan lebih bersifat
sukarela.
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu
tempat dan bekerja sama, anggota dalam masyarakat termasuk didalamnya
keluarga setiap anggota keluarga memiliki tugas-tugas masing-masing sebagai
suatu kesatuan sosial. Ibu sebagai kepala keluarga secara otomatis akan terus
berhubungan dengan masyarakat dalam kesibukannya sebagai pencari nafkah
keluarga dan memiliki tanggung jawab penuh urusan baik dalam keluarga maupun
urusan luar keluarga.
Dari semua uraian hasil temuan tentang ibu sebagai kepala keluarga dalam
kehidupan bermasyarakat diambil kesimpulan, yaitu ibu senantiasa menjaga
hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong
menolong sesama anggota masyarakat.
Disamping aktif dalam kegiatan masyarakat dengan segala keterbatasan
waktu, tenaga dan uang ibu tetap mengusahakan semaksimal mungkin menjaga
hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara tidaklangsung berarti ibu ikut
ambil bagian kemajuan hidup masyarakat.
12
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis hubungan pendidikan formal
perempuan dengan tingkat kesejahteraan keluarga, maka dapat disimpulkan:
1. Bagaimana seorang ibu sebagai kepala keluarga; (a) penerimaan diri: Bagi ibu
yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu tidak begitu berat
dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya
karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang , (b) Ibu sebagai
kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin
memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang
benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya ibu
sebagai orang tua tunggal. sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang
dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah.
2. Bagaimana ibu sebagai kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat; Ibu
senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan
rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota masyarakat, tetapi dalam
penerimaan dirinya masih dianggap sesuatu yang tidak lazim.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Anggraeny, Lirsa. 2008. Ibu RT Profesional. Solo: Samudera
Berry, David. 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali
Berry, David. 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali
Bruce J. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Asdi Mahasatya
Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Dwi, Rachmad K. Susilo. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogyakarta: ArRuzz Media
Goode, William. J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara
Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Obor
Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Makassar: Liberty
Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakaraya
Paul, Johnson Doyle. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Moder. Diterjemahkan
Robert M.Z. Lawang. Jakarta: PT. Gramedia
13
Raho, Bernard SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Ravik Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press.Cohen
Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat
Desa. Jakarta: Rajawali
Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rhineka Cipta
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press
Download