SUMANA PEMBUAT KALUNGAN BUNGA Sumana adalah seorang

advertisement
SUMANA PEMBUAT KALUNGAN BUNGA
Sumana adalah seorang perangkai kalung bunga Raja Bimbisara. Setiap pagi, dia akan
memetik dan mengumpulkan bunga untuk raja. Pada suatu hari, ia melihat Sang Buddha
sedang menjalankan pindapata . Sumana merasa amat gembira ketika melihat Sang
Buddha dan para bhikkhu-bhikkhu . Melihat Sang Buddha membuat hati Sumana amat
gembira. Ia membuat keputusan untuk mempersembahkan bunga-bunga itu kepada Sang
Buddha meskipun ia tahu bunga itu adalah untuk raja.
Biarlah raja membunuh atau membuang saya dari negeri ini," demikian pikir Sumana.
"namnun saya tetap akan memberikan bunga-bunga ini kepada Sang Buddha. Segala
hadiah yang raja berikan itu hanyalah kekal untuk kehidupan sekarang saja. Tetapi,
kebajikan yang saya dapat dengan menghormati Sang Buddha akan berlangsung sehingga
beberapa kelahiran yang akan datang."
Dengan bertekad begitu di dalam batinnya, Sumana melemparkan dua genggam bunga ke
atas kepala Sang Buddha. Kemudian, ia melemparkan dua genggam bunga lagi ke kanan,
dua genggam ke kiri dan dua genggam lagi ke belakang Sang Buddha. Bunga-bunga itu
terapung-apung di udara dan sadvarna-Buddha-rasmi memancar di sekeliling tubuh
Sang Buddha seperti pancaran kilat. Semua orang yang melihat Sang Buddha saat itu
menjadi sungguh gembira dan serta mereka memekik kegirangan.
Setelah Sumana pulang ke rumah dengan bakul yang kosong dan memberitahu isterinya
tentang apa yang telah ia lakukan, sang isteri yang bodoh itu menjadi tidak senang hati. Ia
takut raja akan menjadi murka kepada mereka. Oleh itu, ia bersama-sama dengan anakanaknya pergi mengadap raja Bimbisara dan memberitahu raja apa yang telah dilakukan
oleh suaminya itu tidak ada sangkut paut dengannya.
Raja Bimbisara tahu isteri Sumana adalah seorang yang bodoh. "Sumana akan menerima
ganjaran yang sewajarnya," sabda raja. Kemudian, raja pergi mengunjungi Sang Buddha
dan menghaturkan penghormatan kepadaNya. Sang Buddha menghantar raja sampai ke
pintu istana. Sang Buddha tidak masuk ke dalam istana tetapi hanya berdiri di luar. Sang
Buddha berbuat demikian supaya semua orang bisa melihat kebajikan Sumana, si
perangkai kalung bunga.
Raja menitahkan supaya dibangun tempat berteduh untuk Sang Buddha dan semua
bhikkhu bhikkhu. Kemudian, makanan dihidangkan untuk bhikkhu-bhikkhu itu. Selepas
Sang Buddha dan semua bhikkhu pulang ke vihara, raja menitahkan Sumana agar datang
menghadap baginda. Sumana memberitahu raja perihal yang sama seperti yang pernah
dipikirkannya dahulu. "Saya telah memberi nyawa saya untuk Buddha," kata Sumana
dengan berani.
"Engkau adalah seorang insan yang amat baik," kata raja kepada Sumana. Selepas itu,
raja menghadiahkan 8 jenis barang-barang yang berlainan kepada Sumana. Dia telah
diberi 8 ekor kuda, 8 orang hamba lelaki, 8 orang hamba perempuan dan 8 macam jenis
barang lagi.
Akhirnya, Sang Buddha mengucapkan syair (gatha) ini kepada para bhikkhu:
"Tanca kammam katam sadhu
Yam katva nanutappati
Yassa patito sumano
Vipakam patisevati"
"Suatu perbuatan yang apabila dilakukan tidak membuat pelakunya terberangas
dikemudian waktu , yang membuat pelakunya menikmati pahalanya dengan suka cita dan
kepuasan ; perbuatan itu merupakan kamma baik "
(arti nya : "Sesuatu perbuatan akan sempurna dilakukan, bila seseorang itu tidak
menyesali perbuatannya. Maka dengan gembira seseorang itu akan menerima
hasilnya.")
(Dhammapada, ayat 68)
diterjemahkan dari kisah dhammapada - YM Piyasilo
Download