BAB II KERANGKA KONSEP 2. Kerangka Konsep 2.1 Pengertian

advertisement
7
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.
2.1
Kerangka Konsep
Pengertian Komunikasi Massa
Untuk memahami komunikasi massa sebaiknya kita memahami
dulu apa itu komunikasi. Komunikasi pada saat ini didefinisikan sebagai
suatu proses dinamika transaksional yang mempengaruhi prilaku sumber
dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) prilaku mereka untuk
menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel)
guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu.2
Komunikasi massa adalah sebagai jenis komunikasi yang disajikan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui
media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat.3
Proses
komunikasi
massa
dilakukan
secara
terencana
dan
terorganisasi. Komunikasi sebagai mediasi atau jembatan hubungan sosial
dalam kehidupan masyarakat. Sifat dari komunikasi massa ini adalah
komunikasi yang bersifat satu arah, karenanya media menjalankan fungsi
decoding,
interpreting
dan
encoding
(membaca, menyeleksi,
dan
memutuskan apa yang akan dijadikan pesan bagi komunikan. Sedangkan
komunikan, yaitu khalayak akan menyeleksi dan menginterprestasikan
pesan-pesan media.
Komunikasi massa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena
masyarakat menjadi bagian penting dari komunikasi massa. Media massa
juga berperan dalam menjembatani antar komunikasi massa dengan
komunikannya, media massa disini bisa berupa media cetak, antara lain;
Koran, majalah sedangkan media elektronik adalah radio, televisi, film dan
internet.
2
Deddy Mulyana &Jalaludin Rahmat, “Komunikasi.Antar Budaya”, Hal.-14 2000, Remaja , Rodakarya,
Bandung
3
Jalaludin Rahmat, “Psikologi Komunikasi”, Hal.189, 1999, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
7
8
Dalam penelitian ini dibahas televisi sebagai media massa
Penyiaran yang menjadi sarana komunikasi massa yang memiliki dampak
yang kuat bagi komunikannya. Berbagai informasi dikemas dalam bentuk
program acara yang dijadikan sebagai pesan-pesan komunikasi massa.
Televisi sebagai media massa dengan segala kelebihan yang dimiliki, tidak
lalu menjadi saingan dari media massa lainnya, bahkan bersama media
cetak dan radio merupakan tri tunggal media massa yang mempunyai
pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan besar, hanya
saja sebagai akibatnya khusus media massa televisi, merupakan suatu
tantangan bagi para pengelolanya, karena harus mampu menjawab
tantangan tersebut.4
Media massa, termasuk pres didalamnya merupakan cermin realitas,
karena pers pada dasarnya merupakan media massa yang menekankan
fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Berita
adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai
yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat.
Dalam penjelasan ontology paradigma konstruksi, “Realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan individu namun demikian
kebenaran suatu realitas sosial yang bersifat nisbi, yang berlaku sesuai
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial”.5 Realitas sosial itu
“ada” dilihat dari subyektivitas “ada” itu sendiri dan dunia Obyektif
disekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai
“kesendirian” nya, namun juga dilihat dari mana “kesendirian itu hard,
bagaimana ia menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana
pula lingkungan menerimanya.6
Media massa merupakan saran manusia untuk memahami realitas.
Untuk itu media massa senantiasa dituntut memberikan informasi yang
sesuai dengan realitas dan kenyataan yang benar-benar terjadi dalam liputan
dan pemberitaannya.
4
Dewanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Hal. 14, 1994, Duta Wacana Universitas,
Jogya
5
Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kualitatif,Aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer” Hal.3, 2003, Rajawali Pres, Jakarta
6
Bungin, Burhan, , Konstruksi Sosial Media Massa Makna Realitas Sosial Iklan Televisi
Dalam Masyarakat Kapitalistik,” Hal. 18 – 21, 20, 2000, Komunikasi, Prenada Media
Group. Jakarta
9
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak,
namun hal tersebut harus dikonfirmasikan menurut kebenaran pihak lain.
Inilah yang menjadikan pemberitaan di surat kabar senantiasa dituntut
untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness dan impartiality, sebagai
salah satu syarat obyektivitas berita yang sering dikenal dengan cover both
side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers
mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain pemberitaan yang
fair, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak boleh
bohong, memisahkan antar fakta dengan pendapat atau opini. Menyatakan
fakta jika memang fakta, dan pendapat jika itu memang pendapat.
Denis Mc Quail seperti yang dikutip Burhan Bungin
mengemukakan mengenai berita yang Obyektif. “Information should be
objective in the sense of being accurate, honest, sufficiently complete, true
to reality, reable, and separating fact form onion. Information should be
balance and fair (impartial) – reporting alternative perspectives in a non
sensational, unbiased way. 7 (Information harus jadi tujuan dalam arti
menjadi akurat, jujur, cukup lengkap, benar, sesuai realita yang ada dan
memisahkan fakta bentuk penyatuan. Informasi harus adil (tidak memihak)
pelaporan perspektif alternatif dalam cara yang bebas sensasional, tidak
memihak dan keseimbangan.)
Obyektivitas, merupakan suatu hal yang sangat ingin dicapai oleh
insan pers, betapaun sulitnya harus diupayakan. Obyektivitas berhubungan
erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial. Institusi pers memang
dituntut Obyektif dan netral atas semua fakta, hal ini penting mengingat
penting nya efek media terhadap khalayak. Obyektivitas media dalam
melihat suatu konflik pada akhirnya cenderung menjadi kabur karena setiap
jurnalis dan media secara sadar maupun tidak mengambil sudut tertentu
dalam pemberitaannya. Di samping itu media massa seringkali tidak
menunjukkan keberpihakkannya pada nilai-nilai kemanusiaan, saat dia
melaporkan konflik karena berbagai kepentingan.
Karena menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa, maka tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah
dikonstruksikan. Laporan-laporan jurnalistik di media pada dasarnya tidak
lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita.
Dewasa ini, komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk
waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena,
7
Burhan Bungin, “Teori Komunikasi Massa”, Hal. 148, 1994, Jakarta
10
komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara
keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan
peristiwa sejarah. mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh bisa
juga disebut dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan.8
Kraus dan Davis mengelompokkan cara media mengkonstruksi
realitas ke dalam lima cara, yaitu; “pencitraan, pembuatan kualitas
komunikasi, penganugrahan, pembuatan peristiwa buatan dan agenda
setting. Kelima cara ini bukan hanya berpengaruh terhadap citra para aktor,
namun juga mempengaruhi perilaku para aktor dan khalayak.9
Dewasa ini, komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk
waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena
komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara
keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan
peristiwa sejarah. Mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh bisa
juga disebut dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan.10
Disini “media dipandang sebagi agen konstruksi sosial yang
mendefinisikan realitas”.11 Pandangan semacam ini menolak argument
yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita
yang kita baca dan dengar serta lihat bukan hanya menunjukan pendapat
sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media massa itu sendiri.
Tentang besar peran yang dimainkan media massa, De Fleur dan
Bal-Rokeach menyatakan. “In the end of 19th century, mass communication
had become one of the most significant and inescapable fact of modern
life.”12 (Di akhir abad ke-19 komunikasi massa telah menjadi salah satu
yang paling signifikan dan tak terhindarkan fakta kehidupan modern)
Dengan segala fungsinya, media massa memainkan peran yang
sangat besar dan penting dalam masyarakat dewasa ini. Efek yang
ditimbulkan berpengaruh banyak baik pada individu maupun masyarakat,
berbagai Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat maupun negara
8
9
Burhan Bungin, “Teori Komunikasi Massa, “ Hal.7, 1994, Jakarta
Ibnu Hamad, “Konstruksi Ralitas Politik Dalam Media Massa,: Hal.25, 2004, Granit, Jakarta
10
Denis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa , Hal. 7, 1996, Logos Wacana Ilmu, Jakarta
Eriyanto, “Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.” 2002, LkiS
Yogyakarta.
12
Melvin L DeFleur dan Sandra Bal-Rokeach, Theory of Mass Communication, 5th
Edition, Hal. 26, 1985, Longman, New York
11
11
selalu memperhitungkan keberadaan media massa. Dan keluasan media
massa dalam melakukan segala kegiatannya telah menjadi tolak ukur
kebebasan demokrasi dalam suatu bangsa dan negara bahkan, media
dijuluki sebagai “the fourth estate”, kekuatan ke empat Setelah eksekutif,
legistlatif, dan yudikatif, dalam menjalankan roda kehidupan bernegara.
Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung
pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan
menyerbarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain
merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan konsumsi
oleh audience. 13
Menurut, Joseph A Devito komunikasi massa adalah komunikasi
yang disalurkan oleh pemancar-pemancar dengan audio atau visual.
Komunikasi massa akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut
bentuknya. Media massa sesungguhnya berada di tengah realita yang sarat
dengan berbagai kepentingan, konflik dan fakta yang kompleks dan
beragam. Louis Althusser, seperti dikutip oleh Alex Sabur, menyatakan
bahwa :
“Media dalam hubungan dengan kekuasaan, menempati posisi
strategis, terutama karena anggapan akan kemampuanya sebagai sarana
legitimasi. Media sebagaimana lembaga-lembaga, agama, seni dan
kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja
sadar ideologies guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok
yang berkuasa.”14
Selanjutnya Gramsci, seperti dikutip Alex Sobur, menjelaskan
bahwa;
“Media
sebagai
ruang
dimana
berbagai
ideologi
direspresentasikan yang berarti di satu sisi media bisa menjadi sarana
Penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana
publik, namun disisi lain media juga bisa menjadi alat untuk membangun
kultur dan idiolgi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga
bisa menjadi alat perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur
dan ideologi tandingan.”
Media
mempunyai
kuasa
untuk
menentukan
artikel
atau
pemberitaan melalui proses penyaringan dalam bentuk pemilahan realitas.
Realitas mustahil disajikan secara utuh dan objektif namun dipilah menurut
pantas tidaknya, ketertarikannya, kepentingan dan penekanan tertentu pada
S. Djuarsa Sendjaja. “Teori Komunikasi.”, Hal.53, 2004 Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing, Remaja, Hal.30, 2002, Rosdakarya, Bandung
13
14
12
setiap isunya menurut kesepakatan internal media yang terkait. Sehingga
disadari atau tidak, telah terjadi sebuah konstruksi (dibuat dan dirancang
sedemikian rupa) sosial realitas yang makin meneguhkan bahwa tidak ada
objektifitas dari suatu media.
Dalam proses sosial pembentukan realitas, media massa berperan
menciptakan citra realitas bagi khalayaknya. Citra adalah “gambaran
mengenai suatu realitas yang memiliki makna, yang oleh Walter Lippman
(1921,1936 dan 1965) disebut sebagai “picture in our heads.”
15
Media
massa memiliki kemampuan tertentu dalam menciptakan citra ralitas orang,
benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. “Isi media merupakan lokasi
atau forum yang menampilkan berbagai peristiwa yang terjadi sehingga
bagi masyarakat berfungsi sebagai sumber untuk memperoleh gambaran
atau citra realitas dan sekaligus nilai-nilai dan penilaian normative terhadap
realitas tersebut.”
Komunikasi massa juga dapat didefinisikan dengan memusatkan
perhatian pada lima variable yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses dan
konteks
yang
terkandung
dalam
setiap
tindak
komunikasi
dan
memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media
massa.16
2.2
Ciri-ciri Komunikasi Massa
Dari beberapa ahli yang mendefinisikan kmonukasi massa, dapat
diketahui bahwa secara
prinsip mengandung makna yang sama satu
dengan yang lain dan melalui definisi ini pula dapat diketahui karakteristik
dari komunikasi massa.17 berikut:
a. Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikator.
Mengingat kembali dari pengertian komunikasi masa sebelumnya,
ahwa komunikasi massa itu melibatkan dan komunikatornya
15
Werner J.Severin & James W. Tankard, Communication Theries-Orgins, Methods, and
Uses in The Mass Media, 4th, White Plains; Longmanm , Hal.-360-361 , 1997, Libraries
Australia
16
Josep A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Book, Hal.-505, 1997,
Jakarta
17
Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Hal.7, 2007, LKIS, Jogyakarta
13
bergerak dalam organisasi yang kompleks. Bila dihubungkan
dengan penelitian ini, maka media yang digunakan adalah televisi
yang tentunya melibatkan banyak pihak dalam proses penyampaian
suatu cerita, yakni: juru kamera, presenter, juru lampu, pengarah
acara, dll.
b. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi mass
itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk
sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi
massa bersifat umum. Pesan tersebut dapat berupa fakta, peristiwa,
opini yang dianggap penting dan menarik.
c. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan dalam
komunikasi massa bersifat anonim dan
heterogen. Disebut anonim, karena
komunikasi yang terjadi
menggunakan adanya saluran atau media dan tidak tatap muka,
sehingga komunikator tidak mengenal komunikannya. Selain itu,
komunikasi massa bersifat heterogen karena terdiri dari lapisan
masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan
faktor; usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
budaya, agama dan tingkat ekonomi.
d. Komunikasi Massa menimbulkan keserempakan.
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi
lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang
dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu,
komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang
bersaman memperolah pesan yang sama pula.Sebagai Contoh,
jutaanpermirsa di Indonesa, secara serempak bersma-sama melihat
tayang berita televisi untuk mengetahui proses pemakaman Mantan
Presiden RI, Ky. Haji Abdurrachman Wahid dan ada pula jutaan
pemirsa yang tersebar diseluruh Indonesia, secara serempak
menyaksikan pertandingan sepak bola.
e. Komunikasi Massa mengutamakan isi ketimbang hubungan
14
Setiap komunikasi melibatkan adanya unsur isi dan hubungan.
Dalam komunikasi antarpesona, unsur hubungan sangat penting.
Namun, pada komunikasi massa, yang terpenting adalah unsur isi.
f. Komunikasi Massa bersifat satu arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi yang
bersifat satu arah sehingga komunikator dengan komunikannya
tidak
dapat
melakukan
kontek
secara
langsung,
karena
menggunakan / melalui media massa.
g. Aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan.
Namun, keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan
demikian, komunikasi massa bersifat satu arah.
h. Stimulasi alat indera terbatas.
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada
jenis media massa. Untuk media televisi, khalayak hanya
menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
i. Umpan balik tertunda
Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan
feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi
apapun. Umpan balik secara respon mempunyai volume yang tidak
terbatas pada komunikasi antar personal. Efektifitas komunikasi
sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh
komunikan. Biasanya perlu dilakukan penelitian atau proses yan
panjang untuk dapat mengetahui feedback yan diberi komunikan. 18
2.3
Karaktristik Komunikasi Massa
Sedangkan Karakteristik Komunikasi Massa menurut Charles
Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik dari komunikasi
massa sebagai berikut:
a. Komunikasi massa itu ditujukan kepada audience yang relatif besar
atau luas, bersifat heterogen dan anaonim. Kegiatannya dilakukan
secra cepat dalam waktu-waktu tertentu.
18
Ardianto, “Komunikasi Massa Suatu Pengantar,” Hal.7, 2007, Jakarta
15
b. Pesan-pesan disiarkan secara umum (publicy), seringtertentukan
waktunya untuk mencapai sebagian besar audience secara simultan
atau serempak.
c. Komunikasi dikerjakan oleh sebuah bentuk organisasi yang
menggunakan pembiayaan sangat besar atau banyak.
2.4
Strategi Komunikasi
Strategi mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetititf
suatu Organisasi ataupun personal sangat dibutuhkan untuk mencapai
suatu goal (tujuan) yang diinginkan.
Maka penerapan strategi sangat berperan untuk keberhasilan proses
kerja dimanapun. Strategi menurut Fred R. David, adalah; Seni dan Ilmu
untuk
mempermulasikan
mengimplementasikan,
dan
mengevaluasi
keputusan Lintas fungsi yang memungkinkan Organisasi dapat mencapai
tujuannya.19
Strategi komunikasi adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai satu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut,
strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja,
melainkan
harus
mampu
menunjukkan
bagaimana
taktik
operasionalnya. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara
Praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
(approach) bisa berbeda sewaktu-watktu tergantung pada situasi dan
kondisi.
20
Strategi komunikasi merupakan perencanaan dan manajemen
komunikasi untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif, artinya
seorang komunikator hendaknya mempunyai Pandean antara perencanaan
komunikasi dan manajemen komunikasi pada saat menyampaikan pesan
komunikasinya kepada komunikan sehingga pesan yang disampaikan
dapat diterima dengan baik.
19
Fred R. David. Strategic Management. 2005, Salemba Empat, Jakarta
Effendi, Onong Uchyana ., “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek“ Hal. 32, 2004,
Remaja Rosdakarya, Bandung
20
16
Menurut R Wayne Pace, Brent D Peterson dan M Dallas Burnett
dalam bukunya Techniques for Effective Communication, menyatakan,
bahwa; tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari atas tiga tujuan
utama, yaitu; To secure understanding; To Establish Aceptable, dan To
Motivate Action 21
Pertama adalah to secure understading, memastikan bahwa
komunikan mengeti pesa yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapta
mengeti dan menerima, maka penermaannya itu harus dibina (to stabsih
acceptance), pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action)
2.5
Televisi Sebagai Media Massa
Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang
bisa bersifat politis bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan.
Penyampaian isi pesan melalui televisi adalah langsung antara
komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi
mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara
visual.
Secara harfiah televisi artinya “melihat dari jauh”. Namun
demikian, dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian
utama,
yaitu
pemancar
televisi
yang
berfungsi
mengubah
dan
memancarkan sinyal-sinyal gambar (view), bersama-sama dengan sinyal
suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi
penerima pada jarak jauh.
Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal tersebut
dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi
televisi tadi dapat dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang
digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh .22
Media televisi memiliki posisi istimewa dalam masyarakat,
keistimewaan itu dapat dilihat dari karakteristiknya yang merupakan
21
Effendi, “Strategi Komuniksi, 32, 2009, PT Remaja Rosdakarya, Bandung :
17
kemudahan maksimal khalayaknya. Dalam artikelnya, Televisi as new
religion, Garbner dan Connolly menggambarkan sebagai berikut.;23
a. Television consumes more time and more attention of more
people than other media and leisure activities combined. In the
average American home, the television set it on for sox and one
– quarter hour a day.
b. Television requires no mobility. Unlike movies or the teacher,
you do not have to go out watch televisions. It is there in the
home, available at any time.
c. Televisions does not require literacy, unlike print, it provide
information about the world to the poorly educated and the
illiterate. In fact for those who do not read, televisions is a
majorsourch of information much of which qoe from what is
called entertainment.
d. Unlike most other mass media, television is free, unlike radio
which many sees as the media form closet.
e. All media are symbol system.. This is as true of television is
unique in all of history.
Dalam keberadaannya dalam rumah tangga di Amerika Serikat,
diperoleh gambaran betapa media televisi mengisi kehidupan masyarakat,
ini dapat dipahami mengangkat untuk memperoleh konsumen tidak perlu
meninggalkan
rumah
untuk
mendapatkannya,
tidak
memerlukan
kemampuan membaca yang tinggi dan mencapai khalayak yang
heterogen sekaligus.
Media
televisi
telah
menggantikan
peran
sumber-sumber
pendidikan konvensional dan tradisional, orangtua, pemuka agama dan
guru telah kehilangan perannya secara drastis. Sebagai perbandingan
dapat dilihat data mengenai waktu yang terpakai.
2.6
Sifat Media Televisi
a.
Informasi yang disampaikan kepada komunikan melalui
proses pemancaran atau transmisi.
b.
Isi pesan audio visual, artinya dapat didengar dan dilihat pada
waktu bersamaan.
c.
Sifatnya periodik atau tidak dapat diulang.
23
Effendi, Onong Uchjana,” Teori dan Filsafat Komunikasi,” Hal:288, 2004, Citra
Aditya, Bandung,
18
d.
Sifatnya Transitory (hanya meneruskan) pesan-pesan yang
diterima, hanya dapat dilihat dan didengar secara sekilas.
e.
Serentak dan global.
f.
Meniadakan jarak dan waktu.
g.
Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sedang
terjadi, secara langsung atau orisinil dan tunda (melalui
rekaman).
2.7
h.
Bahasa yang digunakan formal dan nonformal.
i.
Kalimat singkat, padat, sederhana dan jelas.
Waktu Menonton
Waktu menonton televisi menyita waktu penggunaannya nyaris
bersifat mutlak. Waktu yang dipergunakan untuk menonton televisi jauh
lebih banyak digunakan dibanding dengan kegiatan penyerapan ilmu
pengetahuan dan lainnya.
Namun demikian, perlu diakui bahwa perhatian dan sensasivitas
dari masyarakat terhadap program televisi kadang-kadang menjadi
berlebihan, di tengah upaya pencarian format yang dilakukan oleh
berbagai stasiun penyiaran, oleh karena itu, penilaian terhadap mata acara
televisi perlu dicermati sama halnya seperti mencermati isi program itu
sendiri, televisi sudah masuk ke dalam masyarakat Indonesia.
Sejak tahun 1962, tetapi selama seperempat abad, hanya ada
media televisi yang bersifat tunggal dan monopolistis milik pemerintah.
Dinamika aliran siaran media pemerintah yang seperti itu tidak dapat
dijadikan acuan untuk melihat interaksi media dengan masyarakat.
2.8
Program Televisi
Program Televisi Pengertian Program Televisi : Adalah program
yang dibuat oleh stasiun televisi yang bersangkutan pada umumnya di
Indonesia. Sangat berbeda pada stasiun televisi di Amerika, stasiun
televisi tidak memproduksi sendiri berita-beritanya akan tetapi membeli
atau memesan program siarannya dari production company , kalau di
19
Indonesia dikenal sebutan production house, cara seperti ini akan lebih
menguntungkan kedua belah pihak.
Stasiun televisi dapat memilih program yang lebih menarik dan
memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan
produksi acara televisi juga meraih keuntungan dari produksinya (yang
biasa diproduksi oleh stasiun televisi tersebut.
Kesulitan yang dialami apa bila broadcast company dan production
company merangkap kedua fungsi, dampaknya akan kesulitan melakukan
control. Ini disebabkan karena seringkali seseorang, seperti: seorang
pengarah acara yang tadinya berada di lapangan untuk memproduksi
sebuah acara tertentunya lalu pada siaran acara tersebut ia pula yang harus
bertanggungjawab.
Jadi secara psikologis ia harus puas dengan hasil yang ia capai
bahkan ada kecenderungan tidak menghendaki kritik. Sebab ia yang
memproduksi dan ia pula yang menyiarkan, tentu saja akan berbeda jika
paket program siaran tersebut diproduksi olah lembaga lain yang lebih
independent.
2.9
2.9.1
Pengertian Berita
Berita
Sebelum pembahasan tentang bagaimana suatu proses pengolahan
hingga penulisan berita dapat dilakukan maka langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah menyamakan pendapat tentang pengertian berita itu
sendiri. Hal ini sangat penting agar pembahasan tentang objek yang dapat
dikatergorikan
bobot
berita,
tidak
lagi
menjadi
masalah
yang
diperdebatkan.
Berita, secara sederhana adalah program berita (news) berarti suatu
sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang mempunyai nilai berita
(unsual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik.24
Gaye Tuchman mengatakan bahwa, “berita adalah jendela dunia.” 25
Melalui berita kita dapat mengetahu peristiwa berbagai wilayah nusantara
Morisan, “Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi” Hal. 193,
2005,Ramadina Prakarsa, Jakarta
24
20
bahkan belahan dunia lainnya. Tentang apa yang terjadi, tentang apa yang
dilakukan oleh tokoh negeri ini yang menjadi publik figur, kehidupan,
maupun berbagai aktivitasnya.
Meskipun demikian apa yang kita lihat dan rasakan mengenai
dunia itu tergantung pada jendela atau kaca mata yang kita gunakan.
Besar kecilnya jendela inilah yang menjadi presepsi yang kita tangkap
melalaui besar kecilnya jendela.
“Jendela besar dapat melihat dengan lebih luas, sementara kecil
dapat membantasi pandangan kita dan juga apakah jendela tersebut
beruji atau tanpa jeruji, serta apakah jendela itu terletak pada rumah
yang memiliki posisi yang tinggi ataukah dalam rumah yang terhalang
oleh rumah lain. Berita informasi, jendela itu yang kita sebut dengan
frame”26
Sedangkan menurut Nimmo berita adalah, “apa yang dikatakan,
dilakukan, dan dijual wartawan dalam kerangka pembatasn institusional,
ekonomi, teknologi, sosial, dan psikologis. Berita bukanlah produk tetap,
melainkan
proses
pembuatan”.
27
Hampir
tiap
hari
televisi
menyampaikan berbagai macam jenis berita untuk mememenuhi naluri
ingin tahu pemirsanya untuk membantu mewujudkan falsafah hidup dan
konsepsi kebahagiaannya. “Semakin banyak berita yang dimuat stasiun
televisi yang diinginkan. Maka, semakin kuat dan bermanfaat
kegunaannya bagi orang tersebut.”28
Dengan demikian, berita adalah laporan yang sangat bermakna
tentang suatu peristiwa yang menyangkut pilihan beberapa orang
(wartawan) yang memilih nama, menginterprestasikan, memberi bentuk
kejadian yang diketahuinya. “Definisi berita seperti definisi kata atau
lambing adalah inheren dengan politik karena melibatkan orang
melakukan pilihan, jika terdapat pertentangan, terjadilah negosiasi yang
membuat pengertian secara kolektif.”29
26
Gaye Tuchman, Making News: A study in the Contruction of Reality, Hal.1, 197,New
York: The Free Press, New York
27
Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Hal.13, 2001, LKIS
Yogyakarta
28
Hoeta Soehut, “Dasar-dasar Jurnalistik,” Hal.23, 2003, Jakarta
29
Dan Nimmo, Op, Cit. Hal.220
21
Berger mengatakan, “Every has the ability to construct the social
contraction of reality”30 Sehingga dengan adanya gate keeper dari media
massa, bahwa berita yang disampaikan media tersebut kepada masyarakat
adalah konstruksi realitas yang dibangun oleh para media massa, dan
masih banyak para ahli dibidang jurnalistik lain yang memberikan
pengertian tentang berita. Namun, semuanya sependapat bahwa unsur
berita yang dikandung adalah: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik,
penting, opini dan sejumlah penonton merupakan hal yang sangat
mendapat perhatian.
Berita berasal dari bahasa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa
Inggris disebut "Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".
Ada juga yang menyebut dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau " yang
telah terjadi”. Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean M. Lyle Spencer:
Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik
perhatian sebagian besar dari pembaca. Menurut Debora Potter: News is
what is new, it’s what’s happening. Catatan tentang segala sesuatu
kejadian pada saat ini yang belum terinformasikan.
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui
media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line
internet. News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara
singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi
khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa
yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.
2.9.2 Jenis Berita Televisi
Pada stasiun televisi di Metro TV dikenal beberapa kemasan jenis
berita, yakni;
a. Hardnews adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting
bagi masyarakat baik secara individu, kelompok maupun
organisasi. Berita tersebut misalnya mulai diberlakukannya
Petr L. Bergfer and T. Tuckman, the “Social Contruction of Reality; In the Sociology of
Knowledge,” Hal.13, 1996. Double Day, New York
30
22
kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat
hidup orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena
itu harus segera diberitakan. Seperti: Headlines News yang
tayang tiap jam.
b. Soft News adalah berita ringan atau juga sering juga disebut
feature; merupakan berita yang tidak terikat aktualitas namun
memiliki daya tarik bagi pemirsa. Objeknya bisa apa saja;
manusia, hewan, benda, tempat apa saja yang dianggap menarik
bagi penonton. Seperti: Sisi Berita di Metro TV.
c. Investigasi Reports, adalah investigasi report atau disebut laporan
penyidikan. Yakni jenis berita yang eksklusif dan ditanya
diperoleh masih dipermukaan, akan tetapi harus dilakukan
penyidikan,
sehingga
penyajian
berita
seperti
ini
bisa
menghabiskan waktu yang sangat lama dan tentu saja akan
menghabiskan energy reporternya.31. Seperti: 3.60, Realitas di
Metro TV.
d. Straight news : berarti berita “langsung” ( straight ), maksudnya
suatu berita yang singkat ( tidak detail ) dengan hanya
menyajikan informasi terpenting saja yang mencangkup 5W +
1H ( who,what,where,when,why,how ) terhadap suatu peristiwa
yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu ( deadline )
karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan
kepada audien.
e. Features : adalah berita ringan namun menarik. Pengertian
“menarik”
di
sini
adalah
informasi
yang
lucu,
unik,
aneh,menimbulkan kekaguman,dan sebagainya.
f. Depth
News.
Berita
mendalam,
dikembangkan
dengan
pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
g. Opinion News. Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai
suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam; (politik, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan), dan sebagainya.
31
Dedi Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi “, Hal: 40-42, Rosdakarya, Bandung
23
h. Investigation News. Berita yang dikembangkan berdasarkan
penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
i. Interpretatif Berita yang dikembangkan dengan pendapat atau
penelitian penulisnya/reporter.
2.10
Teknik Menulis Naskah Berita Televisi
Teknik dan cara penulisan piramida
terbalik ini hanya untuk
menyajikan berita-berita yang memiliki news value (nilai berita tinggi).
Penyajiannyapun harus secepat mungkin. Dengan kata lain penyajiannya
sangat pada waktu (time consern). Pada model ini penyajian beritanya
diawali dari yang terpenting menuju yang kurang penting.
Bentuk piramida erbalik didesainterutama untuk penulisan beita
televisi dengan tujuan siaran tunda. Tujuan dari penulis jenis ini adalah
agar berita menjadi lebih menarik sehingga emirsa atau pembaca bisa
langsung memperoleh isi berita yang paling inti. Berita-beria yang pantas
isajikan dengan cara piramida terbalik . Ada 3 teknik penulisan berita
televisi, yakni; dalam kategori News bulletin; Hard news, soft news,
straight news, spot news dan human interest yang memiliki nilai berita
tinggi.32
a. Teknik piramida terbalik.
Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita
hardnews
teknik
penulisan
dimulai
dari
yang
terpenting……menuju ……… yang kurang penting,
teknik
penulisan ini disebut juga straight news.
Teknik piramida,
teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non
aktual penulisan dimulai dari : yang kurang penting menuju
yang terpenting.
b. Teknik kronologis
Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi, “Menjadi Reporter Professional”
Hal.148, 2005, Remaja Rosdakarya, Bandung
32
24
Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non
berita dan bisa juga berita aktual, penyusunan sesuai dengan
urutan peristiwa, dari awal menuju akhir. 33
2.11
Menulis Berita TV
Isi Berita TV. Saat menulis berita TV selalu gunakan pendekatan
bercerita. “At all times remember you are communicating with ONE
person. ONE TO ONE means YOU and just ONE listener” (County Sound
Radio Stylebook).
Berita TV memiliki unsur “audio” dan “visual” sehingga saat
menulis. berita TV selalu pertimbangkan visual yang dimiliki. Prinsip
“Berita TV hanya didengar satu kali,” 34
2.12
Narasi Berita TV
Syarat penulisan (narasi) pada berita televisi tentuya berbeda
dengan penulisan berita pada media cetak maupun radio, sebagaimana
berikut;
a. Mudah didengar dan dicerna
b. Menggunakan kalimat sederhana
c. Menggunakan kata-kata yang dimengerti banyak orang
d. Hindari: Informasi yang redundant atau berulang-ulang.
e. Penggunaan kata-kata yang tidak familiar, seperti; Ditenggarai
ganti aja jadi diduga; supermarket jadi toko serba ada tapi apakah
hypermarket bias jadi toko super serba ada? Atau sangat serba ada?
2.13
Teknik Penyajian Berita
26Teknik penyaji berita televisi dimana reporter/redaktur secara
aktif
mencari
mengumpulkan,
menyeleksi,
mengolah
berita
dan
menyajikan sendiri butir berita itu dengan cara merekam suara terlebih
dahulu ke dalam visual yang tersedia secara sinkron.
25
Reporter
di
dalam
tugasnya
membuat berita televisi memanfaatkan
sistem Ross dengan baik. Sistem Ross
adalah ciri khas berita televisi yang tidak
dapat dilakukan untuk membuat berita
radio maupun media cetak. Sistem ini
lahir karena sifat khusus media televisi
yang lain selain menyiarkan suara juga menyiarkan gambar.
Yang dimaksud dengan bekerja mempergunaakan system Ross
adalah reporter membuat sendiri naskah berita dan membawakan sendiri
pula baik dengan merekam dahulu maupun siaran langsung. Dengan
demikian, semakin berbobot materi yang disampaikan reporter dengan
data-data aktual, padat dan singkat berwibawa, tentulah akan sangat
menarik bagi penonton. Ada 4 cara penyajian Sistem Ross:
a. Reporter on the spot and on the screen. Reporter berada
ditempat kejadian dan dalam penyajian reporter muncul di layar
televisi.
b. Reporter on the spot and off the screen. Reporter berada di
tempat kejadian dan dalam penyajian reporter tidak tampak di
layar televisi.
c. Reporter off spot and the screen. Reporter tidak berada
ditempat kejadian dalam hal ini sebagai redaktur, yang mencari
fakta dari berbagai referensi yang ada dan jasa telekomunikasi,
dan waktu menyajikan redaktur tidak muncul di layar televisi.
d. Reporter off the spot dan off the screen. Reporter dalam hal ini
bertindak
sebagai redaktur, mencari referensi melalui jasa
telekomunikasi dan referensi yang ada dan waktu menyajikan
redaktur tidak muncul di layar televisi.
2.14
Agenda Setting
Subjektifitas. Menurut pandangan konstruksionis “media dilihat
bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi
26
realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan kepemihakan. Disini media
dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan ralitas. 35
Pengertian media massa dapat menentukan topik di dalam
pemberitaan. Jika media massa memberikan tekanan pada suatu peristiwa
maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk Media massa di
dalam melakukan pemberitaan pada kenyataanya tidak dapat bebas
menganggapnya
penting.
Pemilihan
topik, pemilihan
narasumber,
penentuan halaman yang dilakukan media dikenal dengan teori Agenda
Setting, pertama kali diperkenalkan oleh Maxwel Combs dan Donald
Shaw.
Menuliskan bahwa, audience tidak hanya mempelajari berita-berita
dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi seberapa besar arti penting
diberikan pada suatu topik atau isu dari cara media massa memberikan
penekanan terhadap topik tersebut. 36
2.15
Fungsi Management
Proses manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas yang satu
sama yang lainnya bersusulan. Proses adalah suatu cara sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Proses manajemen adalah suatu rangkain
aktivitas dilakukan oleh manajer dalam suatu Organisasi. Rangkaian
aktivitas dimaksud adalah merupakanungsi seorang manajer. Fungsi
manajer tesebut membentuk suatu proses keseluruhan. Pendistribusian
fungsi
yang
dimaksud,
yaitu:
proses
perencanaan
(planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pemotivasian
(motivating) dan pengendalian (controlling).37
a. Perencanaan (planning).
Aktivitas
perencanaan
dilakukan
untuk
menetapkan
sejumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan kemudian. Setiap
manajer dituntut terlebih dahulu agar mereka membuat rencana
tentang aktivias yang haru dilakukan. Perencaan tersebut
merupakan aktivitas yntk memilih dan menghubugkan fakta
Alex Sobur,” Analisis Teks Media,” Hal; 23, 2005. Remaja Rosdakarya, Bandung
S.Djuarsa Senjdjaja, “Teori Komuinikasi,” Hal. 199, 2001, Universistas Terbuka,
Jakarta
37
H.B. Siswanto, “Pengantar Manajemen,” Hal.23-24, 2008, PT Bumi Aksara, Jakarta
35
36
27
serta aktvitas membuat dan menggunakana dugaan mengenai
masa yang akan datang dalam hal merumuskan aktivitas yang
direncanakan.
b.
Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian (organizing) sebagai fungsi yang
kedua adalah Organisasi, baik dalam arti statis maupum
dinamis. Organisasi dalam arti statis adalah skema, bentuk
bagan yang menunjukkan hubungan diantara fungsi otoritas
dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain dari
individu yang diberi tugas atau tanggung jawab atas setiap
fungsi yang bersangkutan.
c. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah suatu kegiatan yang berhubungan
dengan pemberian perintah dan saran. Hal ini mengandung
permasalah dalam menunjukkan renana yang penting kepada
bawahan yang betanggung jawab untuk melaksanakannya.
Selain itu, penting juga hubungan individual setiap saat di antar
manajer dan para bawahannya yang terikat dalam organisasi.
d. Pemotivasian (motivating).
Motivasi dimaksud setiap perasaan, kehendak, atau
keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu.
Dengan demikian, individu tersebut didorong berperilaku dan
betindak mencapai tujuan. Manajer harus menyadari bahwa
motivasi yang mendorong bawahan itu mau bekerja dengan giat
dan konsekuen berbeda antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya, perbedaan tersebut diakibatkan oleh
adanya perbedaan motif, tujuan, dan kebutuhan dari masingmasing individu untuk bekerja, juga karena perbedaan waktu
dan tempat. Oleh karena itu, dalam memotivasi bawahan
manajer harus menyelidiki terlebih dahulu daya stimulus mana
yang tepat.
28
e. Pengendalian (controlling).
Dengan aktivitas pengendalian, berarti manajer harus
mengevalusasi dan menilai pekerjaan yang dilakukan bawahan.
Demikian pula manajer harus mengevaluasi dan pelaksanaa
rencana kerja secar makro untuk mengetahui apakah pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau
tidak.
Pengendalian pelakasanaan pekerjaan yang diberikan
kepada bawahan tidaklah dimaksud untuk mencari kesalahan
bawahan semata-mata. Akan tetapi hal itu dilakukan untuk
membimbing bawahan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, aktivitas pengendalian diakukan ke
arah rencana yang telah ditetapkan. Aktivitas ini berari bahwa
dalam
mengoperasikan
fungsinya,
manajer
berusaha
membimbing bawahan ke arah terealisasinya Organisasi
2.16
Unsur Penulisan Berita
5 W + 1 H, adalah unsur penting dalam penulisan berita televisi
adalah sebagaimana berikut:
a. what (apa) merupakan unsur berita yang menjelaskan tentang
masalah atau peristiwa yang terjadi dalam sebuah berita. Misal,
sebuah
berita
tentang
perampokan
maka
unsur
what
menjelaskan tentang perampokan itu.
b. where (dimana). Unsur ini menjelaskan tentang tempat
terjadinya peristiwa yang ada pada sebuah berita. Sebuah berita
yang mempunyai nilai berita yang tinggi harus dapat
menguraikan tempat terjadinya berita dengan detail. Seorang
pembaca harus dapat membayangkan tempat terjadinya
peristiwa berdasarkan berita yang dibaca. Sebuah peristiwa
tidak akan menjadi berita jika tidak ada orang yang terlibat
dalam peristiwa itu.
29
c. when (kapan), menguraikan waktu terjadinya sebuah peristiwa.
Unsur ini menguraikan dengan detail waktu saat peristiwa itu
berlangsung, baik menjelaskan pukul berapa peristiwa itu
terjadi, apakah siang atau malam dan sebagainya.
d. Why (kenapa). Seseorang dalam membaca sebuah berita selain
ingin mengetahui peristiwa yang terjadi juga ingin mengetahui
penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Berdasarkan hal
tersebut sebuah berita tidak akan bisa lepas dari unsur why.
Unsur ini menjelaskan sebab terjadinya sebuah peristiwa.
e. Who (siapa) yang terlibat dalam peristiwa tersebut harus dapat
dipaparkan dengan jelas. Pemaparan tokoh yang terlibat dalam
suatu peristiwa harus jelas dan berdasarkan fakta yang akurat.
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penyebutan tokoh atau pelaku yang terlibat dalam sebuah
peristiwa. Dalam sebuah berita unsur yang keempat ini
sangatlah penting.
f. How (bagaimana) kronologis berita itu terjadi. Sebuah
peristiwa yang besar tidak akan menjadi berita yang baik jika
seorang reporter tidak dapat merangkai kronologis peristiwa
tersebut dengan baik, bahkan dapat menyebabkan pembaca
salah tafsir terhadap peristiwa tersebut. Unsur yang telah
disebutkan diatas adalah unsur pokok dalam berita
2.17
Syarat Penulisan Berita
Program berita yang akan diproduksi oleh stasiun televisi harus
memiliki persyaratan dan memiliki kualifikasi sebagai suatu berita.
a.
Fakta : Berdasarkan kenyataan yang didapat di lapangan;
Kejadian
nyata;
Pendapat
(Opini)
narasumber
dan
Pernyataan sumber berita.
b.
Obyektif . Sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak boleh
dibumbui sehingga merugikan pihak yang diberitakan.
Reporter dituntut adil, jujur dan tidak memihak, apalagi
30
tidak jujur secara yuridis merupakan sebuah Pelanggaran
Kode Etik Jurnalistik.
c.
Berimbang; Porsi sama, tidak memihak/tidak berat sebelah.
Reporter harus mengabdi pada kebenaran ilmu atau
kebenaran berita itu sendiri dan bukan mengabdi pada
sumber berita (check, re-check and balance) yang perlu
didukung dengan langkah konfirmasi dari pihak-pihak yang
terkait dalam pemberitaan.
d.
Lengkap; Terkait dengan rumus umum penulisan berita
yakni 5W+1H. Akurat; Tepat, benar dan tidak terdapat
kesalahan. Akurasi sangat berpengaruh pada penilaian
kredibilitas media maupun reporter itu sendiri
2.18
Kelayakan Berita
Bagi reporter selalu menganggap semua peristwia bisa dijadikan
berita. Akan tetapi, tidak semua berita bisa dianggap penting. Reproter dan
redaktur harus memiliki kepekaaan yang tinggi unuk menilai kelayakan
sebuah peristiwa.
Untuk mengukur layak atau tidaknya suatu peristiwa, perlu
dilakukan penilaian Sebelum berita tersebut disiarkan.
38
Ada beberapa
kaidah yang harus dipertimbangkan, yaitu: Aktualitas (timeless);
Kedekatan (proximity); Tokoh Publik (prominence); Konflik (conflict);
Kemanusiaan (human interest); Sensasional (unik); Besarnya kasus/
peristiwa (magnitude)
Ketepatan waktu : Kejadian atau keadaan yang baru saja terjadi.
Hitungan tahun, bulan, hari, jam, menit atau detik. Impack (dampak)
apakah berdampak hanya sedikit atau banyak orang
dan proximity;
kejadian terdekat dari si penikmat berita.
2.19
Format Berita Televisi
Format Penyajian berita Televisi. Sama halnya memancing ikan,
memancing di kolam pemancingan yang ramai dan ikannya disediakan
38
Drs. Riswandi, “Dasar-dasar Penyiaran,” Hal.29-30, 2009, Graha Ilmu Jogyakarta
31
penyelengara dengan hadiah yang menggiurkan sangat menantang, maka
akan memberikan pilihan dan ransangan yang lebih, sesuai dengan selera
masing-masing. Hasil tangkapan akan bervariasi sesuai umpan, ala
pancing yang digunakan, pengalaman serta strategi yang itu. Ikannya juga
pasti besar, bisa diolah menjadi berbagai masakan seperti digoreng, kuah
asam, atau dibakar sampai difilet juga bisa. Semua tergantung bagaimana
cara mengolah hingga menghidangkannya untuk memberikan daya tarik
yang menggiurkan.
Demikian pula dengan informasi bahan berita yang sudah
terkumpul setelah berjuang mendapatkannya. Ketika akan ditulis, seorang
reporter televisi harus memahami terlebih dahulu format penyajian untuk
sebuah penampilan berita televisi agar menarik dan variatif.
Jenis format penyajian bisa ditetapkan sesuai dengan bahan berita
yang diperoleh. Namun, seorang reporter televisi menentukan format
bahan berita yang diperoleh berdasarkan kepentingan, daya tarik, variasi,
dan kebijakan redaksi dengan pertimbangkan yang masak.
Berikut ini akan dijelaskan secara umum format berita televisi
untuk sebuah penampilan berita. 39
a. Format Reader
Format berita televisi yang paling sederhana adalah lead ini
yang dilakukan penyiar. Reporter memuat lead in tanpa gambar/
grafik sama sekali. Peristiwa ini terjadi karena menjelang berita
on air atau saat berita tengah mengudara, tetapi memiliki nilai
berita yang amat penting. Contoh: Pemerintah mengumumkan
kenaikan BBM.
b. Voice Over
Format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibaca
penyiar seluruhnya. Ketika penyiar membaca tubuh berita,
gambar disisipkan sesuai dengan kontek isi narasi. Format VO
biasanya digunakan karena data gambar yang dimiliki sangat
terbatas. Hasil liputan peristiwa juga biasa saja atau kurang
39
Andi Fachrudin, “Dasar-dasar Produksi Televisi,” Hal.165-181, 2002, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
32
menarik, disebabkan kru liputan terlambat sampai di lokasi atau
kondisi peristiwa yang tidak memungkinkan untuk diekspolrasi
lagi lebih jauh lagi.
Durasi sekitar 30 detik saja, sehingga dipilih gambar yang
paling tepat untuk menggambarkan persitiwa.
Petunjuk atau cue (baca: kyu) mutlak diperlukan dalam
penulisan naskah berita. Penggunaan cue biasa dipakai sebagai
patokan para kru produksi berita dalam dua hal, yaitu; cue shot
gambar dan cue time code.
Cue shoot gamar sebuah tanda/ cue dengan menggunakan jenis
shot tertentu. Adapun cue time code menggunakan petunjuk
pada counter angka yang berada pada alat recorder atau monitor
televisi sebagai tanda atau anca-ancar seluruh kru produksi.
Pemakaian kedua tanda cue tesebut semuanya digunakan
sebagai isyarat untuk beralihnya suatu shot gambar atau
berpindahnya suatu uraian dari masalah yang satu ke keuraian
yang lainnya.
c. Natsound
Format berita TV yang lead in dibaca penyiar, sedangkan
natural sound tetap dipertahankan untuk membangun suasana
peristiwa yang diberitakan.
Sebelum menulis naskah, reporter harus melihat dulu gambar
yang direkam. Narasi harus cocok dengan hasil rekaman.
Format ini biasanya mendukung materi berita sebelumnya
dengan
durasi
yang
sangat
singkat.
Contoh:
Peristiwa
Meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta dan Tsunami Aceh.
d. Voice Over Grafik
Format berita TV yang lead in dan tubuh berita dibaca penyiar
seluruhnya. Ketika membaca tubuh berita, tidak ada gambar
kecuali grafik dan tulisan, karena peristiwanya yang diliput
33
sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman
gambar peliputan. Ketentuan format ini, peristiwa yang terjadi
memiliki nilai berita yang tinggi dan durasi siarannya maksimal
20 detik saja.
Contoh: Redaksi menerima informasi peristiwa penting yang
memiliki nilai berita, gambar tengah diambil dan belum bias
delirium karena hambatan teknis. Redaksi menyusun naskah
supaya informasi bisa segera disiarkan ke pemirsa, dengan
penjelasan grafis dan tulisan yang mendukung
tersebut.
peristiwa
Dan, terjadi peledakan bom bunuh diri di mesjid
Mapolresta Cirebon. Gambar dan hubungan kontak dengan
contributor belum bisa dilakukan, karena kontributor belum bisa
menjangkau pusat kejadian.
e. Sound on Tape (SOT)
Format berita yang hanya berisi “Lead in” dan “Sound bite”
dari narasumber. Penyiar hanya membacakan lead in berita,
kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (sound bite).
Sound bite jangan mengulang isi lead in, tetapi SOT harus
kelanjutan kalimat dari lead in. Format berita ini dipilih jika
pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan dari
pada
disusun
dalam
bentuk
narasi.
Narasumber
yang
menyampaikan pernyataan bila lebih dari satu yang saling
mendukung atau bertentangan, sehingga informasinya jadi
menarik.
Durasi disesuaikan kebutuhan dengan pentingnya isi pernyataan
narasumber.
f. Voice Over on Tape (VO-SOT)
Format berita yang memakai voice over (VO) dan sound on tape
(SOT). Lead n dan isi tubuh berita dibaca penyiar. Di akhir
34
berita muncul sound bite narasumber (menonjol/ mendukung
pelengkap berita yang dibaca sebelumnya.
Format in dipilih karena gambar kurang dramatis, tetapi
pernyataan narasumber perlu ditonjolkan melengkapi narasi
pada akhir berita. Total durasi maximal 60 detik, 40 detik untuk
VO dan 20 menit untuk SOT.
g. Package (PKG)
Format berita yang standard bagi sebuah penyiaran berita
televisi. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang
utuh, serasi antar gambar, narasi, sound bite. Lead ini –nya
dilakukan penyiar durasi 15 – 2- detik, bagian utama tubuh
berita dilakukan (dubbing) oleh reporter durasi 1 menit 20 detik
sampai 2 menit 30 detik tergantung bobot dan kepentingannya.
Format ini dipilih karena redaksi memiliki
gambar dan
atmosphere sound yang menarik dan dramatis. Biasanya penyiar
di awal mengantarkan paket reporter akan muncul di layar
(stand up), di tengah dan akhir berita dengan latar belakang
objek yang sedang dilaporkan. Atau dengan narrator yang sudah
direncanakan. 40 Contoh: Data Kejadian dramatis.
h. Live On Cam (LOC)
Gbr.1. Reporter laporan langsung..
Format berita televisi yang disiarkan langsung dari lokasi
peliputan.
Sebelum repoter menyampaikan laporan, penyiar
Andi Fachruddin, “Dasar-dasar Produksi Televisi”, Hal.165-173,2012, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta
40
35
lebih dulu membacakan lead in lalu memanggil reporter di
lokasi, untuk menyampaikan hasil liputannya. Laporan peristiwa
secara lengkap di-insert atau
disisipi gambar/ visual yang
relevan.
Laporan berita live seperti ini biaya telekomuniksinya (sewa
satelit)
mahal,
redaksi
harus
betul-
betul
mempertimbangkannya. Format ini digunakan untuk berita luar
biasa atau jadi isu nasional. Proses sangat mempertimbangkan
besar nilai berita karena setiap sewa alur satelit lima menit
pertama memerlukan biaya Rp.10. juta rupiah ditambah kru dan
peralatan pendukung lainnya. Setelah lima menit bertambah
lagi, sehingga siaran live durasi tergantung kebutuhan redaksi
yang memutuskan.
Contoh: Adapun format laporan dua arah (two way) merupakan
salah satu cara penyajian format live on camera, karena
bertujuan menyajikan laporan Interaktif antar presenter (studio)
dan reporter (lokasi peristiwa) dengan kata-kata langsung, fakta,
alasan dan informasi yang perkembangan mengenai sebuah
topik. bentuknya
jika sebuah kegiatan/ peristiwa masih
berlangsung, saat program berita sedang ditayangkan, lalu
repoter di lapangan diwawancarai langsung oleh presenter di
studio. Dilakukan dengan format split window, repoter akan
menjawab pertanyaan melalui kamera yang ditayangkan
langsung melalui satelit/ microwave radio/BGAN/IBIS DMNG.
i. Live on Tape (LOT)
Format
berita televisi yang direkam langsung di tempat
kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter
mereka dan menyusun laporannya di lokasi dan penyiarannya
baru dilakukan kemudian.
Format berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter
stasiun televisi tersebut hadir di tempat peristiwa, namun siaran
36
tidak dilakukan secara langsung sesuai kondisi nilai berita
dengan pertimbangan teknis dan biaya liputan. LOT: Prokontra
BBM Naik, reporter melakukan wawancara kepada beberapa
pengendara motor.
Reporter on cam, direkam terlebih dahulu (LOT)
Dikenal juga laporan TKP oleh reporter namun siarannya tidak
langsung. Format LOT biasa disiapkan karena kebutuhan materi
berita yang news value-nya sedang saja, dan mengemas waktu.
Kalaupun news value-nya tinggi dibuat LOT karena kendala
teknis dan pertimbangan lain yang sensitif.
j. Live by Phone (LBP)
Apabila ada informasi yang sangat penting mendadak, ketika
menjelang atau tengah berlangsungnya siaran berita, Live by
Phone pilihan tepat. Format berita ini disiarkan secara langsung
dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio.
Lead In secara langsung dilakukan penyiar, dan kemudian ia
memanggil reporter yang ada dilapangan untuk menyampaikan
laporannya.
Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan
dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar
peristiwa sebelumnya atau gambar video streaming bila ada.
Format ini dipilih karena pertimbangan teknis dan, durasi biaya,
jangan terlalu lama sekitar 60 detik karena kualitas suara telepon
kurang jelas.
37
k. Phone Record
Format berita televisi, direkam langsung dari lokasi reporter
meliput melalui telpon, tetapi penyiaran tunda (delay).
Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone,
hanya teknis penyiaran secara tunda.
Format ini jarang
digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan
akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara
langsung. Durasi sekitar 60 detik.
l. Visual News
Format berita yang hanya menyajikan gambar-gambar dan
dramatisir, penyiar membacakan lead in. Format dibuat untuk
melengkapi berita- berita lainnya
yang sejenis, karena
Atmosphere Sound menyajikan peristiwa yang dapat bercerita
secara kronologis. Durasi berita disesuaikan kebutuhan,
tergantung menarik dan dramatisnya gambar.41
Contoh: Format Berita ini disusun dengan Ketentuan; Memiliki
nilai berita besar; gambar belum tersedia, memiliki data yang
cukup dan durasi maksimal 20 detik.
2.20
Standar Operasional Prosedur (SOP) News Bulletin
Kemasan berita yang terdiri dari sekumpulan paket berita dengan
durasi yang tetap disebut News Buletin. Buletin berita berisi berbagai
informasi berdasarkan jenis, area liputan yang disiarkan pada waktu yang
telah ditentukan secara teratur.
Nama bulletin berita setiap stasiun televisi juga beragam, sesuai
minat pemirsa, yaitu memiliki nilai jual. Ada nama yang menitikberatkan
pada wilayah jangkauan liputannya, area coverage siarannya, berkaitan
41
Andi Fachrudin, “Dasar-dasar Produksi Televisi”, Hal.165-181,2012, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta
38
profesi jurnalis, dan menyerupai istilah news itu sendiri. Contoh : Dunia
Dalam Berita, TVRI;
Seputar Indonesia, RCTI;
Liputan 6, SCTV:
Reportase, Trans TV; dan Metro Siang di Metro TV.
Setiap program itu juga harus menetapkan target audiensi, sebagai
bagian penting untuk menyesuaikan dengan tampilan kemasan berita.
Dalam persaingan memperebutkan audiensi setiap program berita harus
realistis memfokuskan pada target audiensinya saja. Yaitu meliputi isi
siaran (Program content,) waktu tayang (program lay out), struktur acara
(program structure), kemasan acara (program montage), promosi acara
(program promotion), visualitas vide dan audioacar (progam Audio vides
quality) kecanggihan dan perkembangan technology (program technology)
Faktor-faktor kompetisi pemogrograman siaran berita tersebut
sangat fleksibel serta ditinjau dan evaluasi terus menerus melihat
perkembangan pasar (tren), terutama untuk mengukur dampak, efektivitas,
gratifikasi dan manfaat siaran berita kepada masyarakat. Maka, siaran,
berita harus mengutamakan, kemurnian, fakta, kebenaran,
keakuratan,
kenetralan, keseimbangan, kecepatan, kecermatan dan relevansi.
2.21
Reporter Berita
Reporter
adalah
seorang
wartawan
aktif
yang
bertugas
mengumpulkan berita-berita dari bebagai sumber, dan menyusun laporan
secara tertulis juga dapat melaporkan secara langsung. Pada stasiun yang
besar, seorang reporter ditugaskan ke beberapa tempat di dalam negeri
maupun luar negeri. Reporter yang berada di luar negeri disebutkan
sebagai koresponden juga sering disebut sebagai koresponden luar negeri.
Di Metro TV, reporter juga sering berfungsi sebagai produser dan
merangkap sebagai camper.
Bentuk tanggung jawab seorang reporter dapat bermacam-macam,
ini dapat tergantung kebutuhan atau besar kecilnya stasiun televisi yang
bersangkutan. Bertugas rangkap; penulis berita yang diliput dan
melaporkan secara live maupun hasil liputannya dikemas dalam sebuah
package.
39
Tugas reporter sangat bervariasi dan semuanya menyangkut hal
yang penting; dimulai aktivitas pejabat, peristiwa, politik, ekonomi, dan
sosial budaya atau berita dalam lingkungan pemerintahan tentang
kebijakan ekonomi bagi masyarakat luas. Repoter pula mendapatkan
sumber informasi melalui; kepustakaan, wawancara lewat telpon, dan dari
para narasumber yang kredibel, mencakup riset dan melaporkan hal-hal
eksklusif adalah bagian tugas yang diemban reporter.
Seorang reporter adalah orang terlatih, baik dalam menyelidiki
maupun mengumpulkan bahan berita dan mampu mengembangkan
informasi menuju fakta yang akhirnya akan menjadi sebuah laporan yang
dapat diterima masyarakat.42
2.22
Syarat Presenter
Selain berkemampuan, mengusai teknik penyampaian ini menjadi ciri
khas penyajian berita media televisi dan tidak dapat dicapai untuk media
massa lain dan syarat reporter tersebut memiliki ;
a. Kesempurnaan Wajah
b. Memiliki volume suara standard
c. Menguasai masalah yang disajikan (spesialisasi )
d. Menguasai teknik membaca dan menyampaikan dengan bahasa
tuturan.
2.23
Struktur Jabatan di Program Metro Siang
Struktur manajement di program Metro Siang terdiri dari:
Eksekutif Produksi, yang membawahi beberapa produser dan assiten.
Eksekutif Produser, Rachmayanto; produser dan asisten; Nita,
Rahma, Risti, Ria, Reni dan Agung, dengan masing-masing tugas;
Produser; melaksanakan dan bertanggung jawab jalannya program,
memimpin rapat bersama eksekutif produser serta assiten yang
menjalankan membantu tugas produser.
42
Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi,” Hal.-189-190, Remaja Rosdakarya, Bandung
40
2.24
Etika Jurnalistik
Etika Jurnalistik. Etika Jurnalistik dalam bidang filsafat dikenal
sebagai bidang moral. Ia berbicara tentang refleksi berbagai pendapat,
norma-norma, istilah-istilah moral. Sehingga, etika adalah pedoman atau
kaidah yang dipergunakan oleh suatu komunitas tentang apa yang
seharusnya dilakukan dalam menjalankan kehidupannya.
Dalam perspektif global etika yang dibutuhkan dunia adalah ilmu
pengetahuan dengan kebijaksanaan (wisdom), teknologi yang disertai
kekuatan spiritual, industri yang dibarengi dengan ekologi dan demokrasi
yang bermoral. Artinya, bahwa globalisasi membutuhkan baik secara
politik, teknologi, ekonomi maupun peradaban etik dunia, yaitu konsesus
dasar yang terkait dengan nilai-nilai yang mengikat, standar yang tidak
dapat diganggu gugat dan sikap-sikap personal.
Pedoman atau kaidah yang mengatur tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam kerja jurnalistik
(proses pencarian, produksi sampai publikasi). Kerja jurnalistik haruslah
selalu menemukan jawaban atas pertanyaan:
Bagaimana seharusnya media membawa diri dalam pekerjaan
jurnalistik ini atau bagaimana seharusnya media bersikap dan tindakan apa
yang harus dilakukan dan dikembangkan oleh media sehingga media
berhasil (tuntutan kewajiban mutlak) mengemban fungsinya sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial dan
pemersatu bangsa.
Eforia insan pres dikuatirkan member kebebasan yang absolute,
karena munculnya kekuatan pres sebagai pengaruh perubahan, alat
penguasa informasi dan kemampuan menyebabkan tokoh besar menjadi
pesakitan atau oleh sebab itu pembatasan kebebasan pres haru diwujudkan
sesuai dengan rambu-rambu yang berlaku, agar tidak terjadi konflik
kepentingan dikalangan masyarakat.
41
Kekuatan yang besar dan berlangsung konstan, kecenderungan
akan menciptakan penyelewengan. Kalau pres mendapatkan kebebasan
lalu menjadi tameng untuk melakukan perampasan hak pribadi sebagai
manusia, berarti prest telah melanggar hak asasi. Maka kekuatan pres di
alam dmokrasi Indonesia saat ini harus dirumskan suatu sistem yang
mampu memperingatkan pres bahwa kebebasan jangan disalahgunakan.
Adapun kinerja jurnalis di Indonesia sebenarnya diatas oleh berbagai
peraturan-peraturan undang-undang atau rambu-rambu yang haru ditaati
mengenai pers dan media televisi tersebut, sebagi berikut;
43
a. Standar atau konvensi jurnalistik yang sifatnya universal,
secara mendasar, wartawan haru memahami dan menerapkan
standar kewartawanan dan konvensi juunalistik yang telah
disepakati secara universal.
b. Kode Etik Jurnalistik (KEJ), di Indonesia yag serig dijadikan
panduan dan rujukan insan pers adalah disusun oleh Dewas
Pres pada tahun 2006.
c. Undang-undang Pres No. 40/1999
d. Undang-undang Penyiaran No. 32/ 2002 dan Pedoman Perlaku
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS)
e. Delik pers dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), dan aturan hukum lainnya.
f. Norma masyarakat dan hati nurani, ini adalah rambu-rambu
yang tidak tertulis, namun sangat perlu dicamkan oleh para
pelaku di dunia Jurnalistik.
Beberapa isu dalam kode etik Jurnalistik (Dewan Press dan
beberapa organisasi wartawan, 2006) yang paling sering dilanggar oleh
jurnalis,
berdasarkan
pengakuan
43
Sirikit Syah, “Rambu-rambu Jurnalistik,”
Jogyakarta
mereka
sendiri
Hal. 2011, 2011, Pustala Pelajar,
adalah
42
(berdasarkankuesioner yang diedarkan kepada 100 wartawan Indonesia,
tahun 2002)44
Dalam kode etik Jurnalistik Dewwan prs 2006, tertea atran pada
Pasal 6 yang berbunyi: “Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan
profesi dan menerima suap.” Pada kode etik AJI lebih jelas lagi
mengatakan amplop adalah “sogokan.”
Adapun tujuan narasumber
memberi amplop umumnya untuk: memberitakan dukungan atau berita
kebaikan yang berlebihan, dan wartawan tidak memberitakan kabar buruk
berdasarkan kenyataan yang diketahuinya. Beberapa butir Kode Etik
Jurnalistik, sebagaimana berikut;
a. Menerima amplop
b. Melanggar Kesepakatan off the record
c. Keseimbangan Cover both side (balance)
d. Berita tanpa wawancara
e. Judul berita bermasalah
f. Kesalahan visual
g. Kloning, copy paste, dan plagiarrisme
h. Bahasa stereotip, label
2.25
UU Penyiaran
Penyiaran yang dimaksud dalam undang-undang 32 tahun 2002
tentang penyiaran adalah televisi dan radio. Terdiri atas lembaga penyiaran
publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan
lembaga penyiaran berlangganan.
Saat ini media penyiaran televisi diatru oleh undang-undang Pres
no. 40/199, Undang-undang Penyiaran No.32/ 2002 dan Undang-uandang
Telekomunikasi NO.36/ 1999. Dengan demikian akan diahas beberapa
pasal dalam Undang-undang no. 32. Tahun 2002 dan para artis, aktor yang
Hernaini Sirikit, “Indonesia Pres Law Journalistcs Code Etheicsin the area of Free,
Westminster University. 2002, United Kingdom
44
43
mengkuatirkan bisnis penyiaran televisi akan gulung tikar. Adapun
beberapa yang sering dilanggar tetap dibiarkan dan tidak sesuai lagi
dengan perkembangan zaman adalah, sebagaimana berikut;
a. UU No.32 tahun 2002, Pasal 36 ayat 5 a dan b; ada kata-kata
yag mengatakan isi siaran dialarang cabul (bisa termasuk
gerakan bersenggama) dan merendahkan (martabat wanita di
depan kamera bergoyang seperti sedagn bersenggama)
Tren goyang Inul pada tahun 2004 yagn dilanjutkan dengan
goyang yang lebih heboh dasyat lagi oleh Anisa Bahar, Dewi
Persik, Trio Macan dan lainnya dibiarkan oleh seluruh jajaran
regulator, padahal jelas bisa dilarang karena melanggar undangundang. Justeru Rhoma Irama yang menegur berakibat
merugikan dirinya sendiri, sementara Inul Daratista meraih
keuntungan karena dikontruksi
media massa sebagai orang
yang teraniaya.
b. Undang-uang NO.32 Tahun 2002, pasal 7 ayt 2, yang
menyebutkan : “KPI sebagai lembaga negara yang bersifat
independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran.” Tujuan
dibentuknya Komisi Penyiaran
menyikapi
pentingnya
Indonesia adalah untuk
pemanfaatan
gelombang
elektro
magnetic di ranah publik agar tidak digunakan sewenangwenang oleh pemilik media massa.
Namun dari sekian kali penyelewengan yang dilakukan, KPI
tidak
pernah
melakukan
melakukan
berbagai
tindakan
berdasarkan undang-undang dan P3 SPS adalah berkenaan
adanya tekanan dari pihak DPR RI untuk membiarkan saja
kondisi seperti sekarang ini. Sehingga muncul spekulasi bahwa
pemilik media berada di belakang layar untuk menjalankan
kepentingan politik dan bisnisnya.
oo0oo
Download