7 BAB II KERANGKA KONSEP 2. 2.1 Kerangka Konsep Pengertian Komunikasi Massa Untuk memahami komunikasi massa sebaiknya kita memahami dulu apa itu komunikasi. Komunikasi pada saat ini didefinisikan sebagai suatu proses dinamika transaksional yang mempengaruhi prilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) prilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu.2 Komunikasi massa adalah sebagai jenis komunikasi yang disajikan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.3 Proses komunikasi massa dilakukan secara terencana dan terorganisasi. Komunikasi sebagai mediasi atau jembatan hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Sifat dari komunikasi massa ini adalah komunikasi yang bersifat satu arah, karenanya media menjalankan fungsi decoding, interpreting dan encoding (membaca, menyeleksi, dan memutuskan apa yang akan dijadikan pesan bagi komunikan. Sedangkan komunikan, yaitu khalayak akan menyeleksi dan menginterprestasikan pesan-pesan media. Komunikasi massa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat menjadi bagian penting dari komunikasi massa. Media massa juga berperan dalam menjembatani antar komunikasi massa dengan komunikannya, media massa disini bisa berupa media cetak, antara lain; Koran, majalah sedangkan media elektronik adalah radio, televisi, film dan internet. 2 Deddy Mulyana &Jalaludin Rahmat, “Komunikasi.Antar Budaya”, Hal.-14 2000, Remaja , Rodakarya, Bandung 3 Jalaludin Rahmat, “Psikologi Komunikasi”, Hal.189, 1999, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 7 8 Dalam penelitian ini dibahas televisi sebagai media massa Penyiaran yang menjadi sarana komunikasi massa yang memiliki dampak yang kuat bagi komunikannya. Berbagai informasi dikemas dalam bentuk program acara yang dijadikan sebagai pesan-pesan komunikasi massa. Televisi sebagai media massa dengan segala kelebihan yang dimiliki, tidak lalu menjadi saingan dari media massa lainnya, bahkan bersama media cetak dan radio merupakan tri tunggal media massa yang mempunyai pengaruh dan dengan sendirinya akan membentuk kekuatan besar, hanya saja sebagai akibatnya khusus media massa televisi, merupakan suatu tantangan bagi para pengelolanya, karena harus mampu menjawab tantangan tersebut.4 Media massa, termasuk pres didalamnya merupakan cermin realitas, karena pers pada dasarnya merupakan media massa yang menekankan fungsi sebagai sarana pemberitaan. Isi pers yang utama adalah berita. Berita adalah bagian dari realitas sosial yang dimuat media karena memiliki nilai yang layak untuk disebarkan kepada masyarakat. Dalam penjelasan ontology paradigma konstruksi, “Realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan individu namun demikian kebenaran suatu realitas sosial yang bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial”.5 Realitas sosial itu “ada” dilihat dari subyektivitas “ada” itu sendiri dan dunia Obyektif disekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai “kesendirian” nya, namun juga dilihat dari mana “kesendirian itu hard, bagaimana ia menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana pula lingkungan menerimanya.6 Media massa merupakan saran manusia untuk memahami realitas. Untuk itu media massa senantiasa dituntut memberikan informasi yang sesuai dengan realitas dan kenyataan yang benar-benar terjadi dalam liputan dan pemberitaannya. 4 Dewanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Hal. 14, 1994, Duta Wacana Universitas, Jogya 5 Burhan Bungin, “Metodologi Penelitian Kualitatif,Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer” Hal.3, 2003, Rajawali Pres, Jakarta 6 Bungin, Burhan, , Konstruksi Sosial Media Massa Makna Realitas Sosial Iklan Televisi Dalam Masyarakat Kapitalistik,” Hal. 18 – 21, 20, 2000, Komunikasi, Prenada Media Group. Jakarta 9 Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa diklaim oleh satu pihak, namun hal tersebut harus dikonfirmasikan menurut kebenaran pihak lain. Inilah yang menjadikan pemberitaan di surat kabar senantiasa dituntut untuk mengungkapkan kebenaran secara fairness dan impartiality, sebagai salah satu syarat obyektivitas berita yang sering dikenal dengan cover both side, dimana pers menyajikan semua pihak yang terlibat sehingga pers mempermudah pembaca menemukan kebenaran. Selain pemberitaan yang fair, pers juga dituntut melakukan pemberitaan yang akurat, tidak boleh bohong, memisahkan antar fakta dengan pendapat atau opini. Menyatakan fakta jika memang fakta, dan pendapat jika itu memang pendapat. Denis Mc Quail seperti yang dikutip Burhan Bungin mengemukakan mengenai berita yang Obyektif. “Information should be objective in the sense of being accurate, honest, sufficiently complete, true to reality, reable, and separating fact form onion. Information should be balance and fair (impartial) – reporting alternative perspectives in a non sensational, unbiased way. 7 (Information harus jadi tujuan dalam arti menjadi akurat, jujur, cukup lengkap, benar, sesuai realita yang ada dan memisahkan fakta bentuk penyatuan. Informasi harus adil (tidak memihak) pelaporan perspektif alternatif dalam cara yang bebas sensasional, tidak memihak dan keseimbangan.) Obyektivitas, merupakan suatu hal yang sangat ingin dicapai oleh insan pers, betapaun sulitnya harus diupayakan. Obyektivitas berhubungan erat dengan kemandirian pers sebagai institusi sosial. Institusi pers memang dituntut Obyektif dan netral atas semua fakta, hal ini penting mengingat penting nya efek media terhadap khalayak. Obyektivitas media dalam melihat suatu konflik pada akhirnya cenderung menjadi kabur karena setiap jurnalis dan media secara sadar maupun tidak mengambil sudut tertentu dalam pemberitaannya. Di samping itu media massa seringkali tidak menunjukkan keberpihakkannya pada nilai-nilai kemanusiaan, saat dia melaporkan konflik karena berbagai kepentingan. Karena menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa, maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan. Laporan-laporan jurnalistik di media pada dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk cerita. Dewasa ini, komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena, 7 Burhan Bungin, “Teori Komunikasi Massa”, Hal. 148, 1994, Jakarta 10 komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan peristiwa sejarah. mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh bisa juga disebut dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan.8 Kraus dan Davis mengelompokkan cara media mengkonstruksi realitas ke dalam lima cara, yaitu; “pencitraan, pembuatan kualitas komunikasi, penganugrahan, pembuatan peristiwa buatan dan agenda setting. Kelima cara ini bukan hanya berpengaruh terhadap citra para aktor, namun juga mempengaruhi perilaku para aktor dan khalayak.9 Dewasa ini, komunikasi massa lebih banyak melibatkan orang untuk waktu yang lebih banyak, meskipun intensitasnya lebih rendah. Karena komunikasi tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan, maka komunikasi sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan peristiwa sejarah. Mempelajari komunikasi massa secara menyeluruh bisa juga disebut dengan mempelajari masyarakat secara keseluruhan.10 Disini “media dipandang sebagi agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas”.11 Pandangan semacam ini menolak argument yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca dan dengar serta lihat bukan hanya menunjukan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media massa itu sendiri. Tentang besar peran yang dimainkan media massa, De Fleur dan Bal-Rokeach menyatakan. “In the end of 19th century, mass communication had become one of the most significant and inescapable fact of modern life.”12 (Di akhir abad ke-19 komunikasi massa telah menjadi salah satu yang paling signifikan dan tak terhindarkan fakta kehidupan modern) Dengan segala fungsinya, media massa memainkan peran yang sangat besar dan penting dalam masyarakat dewasa ini. Efek yang ditimbulkan berpengaruh banyak baik pada individu maupun masyarakat, berbagai Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat maupun negara 8 9 Burhan Bungin, “Teori Komunikasi Massa, “ Hal.7, 1994, Jakarta Ibnu Hamad, “Konstruksi Ralitas Politik Dalam Media Massa,: Hal.25, 2004, Granit, Jakarta 10 Denis Mc Quail. Teori Komunikasi Massa , Hal. 7, 1996, Logos Wacana Ilmu, Jakarta Eriyanto, “Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.” 2002, LkiS Yogyakarta. 12 Melvin L DeFleur dan Sandra Bal-Rokeach, Theory of Mass Communication, 5th Edition, Hal. 26, 1985, Longman, New York 11 11 selalu memperhitungkan keberadaan media massa. Dan keluasan media massa dalam melakukan segala kegiatannya telah menjadi tolak ukur kebebasan demokrasi dalam suatu bangsa dan negara bahkan, media dijuluki sebagai “the fourth estate”, kekuatan ke empat Setelah eksekutif, legistlatif, dan yudikatif, dalam menjalankan roda kehidupan bernegara. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyerbarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan konsumsi oleh audience. 13 Menurut, Joseph A Devito komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar dengan audio atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya. Media massa sesungguhnya berada di tengah realita yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik dan fakta yang kompleks dan beragam. Louis Althusser, seperti dikutip oleh Alex Sabur, menyatakan bahwa : “Media dalam hubungan dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuanya sebagai sarana legitimasi. Media sebagaimana lembaga-lembaga, agama, seni dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja sadar ideologies guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa.”14 Selanjutnya Gramsci, seperti dikutip Alex Sobur, menjelaskan bahwa; “Media sebagai ruang dimana berbagai ideologi direspresentasikan yang berarti di satu sisi media bisa menjadi sarana Penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik, namun disisi lain media juga bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan idiolgi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi alat perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.” Media mempunyai kuasa untuk menentukan artikel atau pemberitaan melalui proses penyaringan dalam bentuk pemilahan realitas. Realitas mustahil disajikan secara utuh dan objektif namun dipilah menurut pantas tidaknya, ketertarikannya, kepentingan dan penekanan tertentu pada S. Djuarsa Sendjaja. “Teori Komunikasi.”, Hal.53, 2004 Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Remaja, Hal.30, 2002, Rosdakarya, Bandung 13 14 12 setiap isunya menurut kesepakatan internal media yang terkait. Sehingga disadari atau tidak, telah terjadi sebuah konstruksi (dibuat dan dirancang sedemikian rupa) sosial realitas yang makin meneguhkan bahwa tidak ada objektifitas dari suatu media. Dalam proses sosial pembentukan realitas, media massa berperan menciptakan citra realitas bagi khalayaknya. Citra adalah “gambaran mengenai suatu realitas yang memiliki makna, yang oleh Walter Lippman (1921,1936 dan 1965) disebut sebagai “picture in our heads.” 15 Media massa memiliki kemampuan tertentu dalam menciptakan citra ralitas orang, benda, atau peristiwa-peristiwa yang terjadi. “Isi media merupakan lokasi atau forum yang menampilkan berbagai peristiwa yang terjadi sehingga bagi masyarakat berfungsi sebagai sumber untuk memperoleh gambaran atau citra realitas dan sekaligus nilai-nilai dan penilaian normative terhadap realitas tersebut.” Komunikasi massa juga dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada lima variable yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses dan konteks yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media massa.16 2.2 Ciri-ciri Komunikasi Massa Dari beberapa ahli yang mendefinisikan kmonukasi massa, dapat diketahui bahwa secara prinsip mengandung makna yang sama satu dengan yang lain dan melalui definisi ini pula dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa.17 berikut: a. Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikator. Mengingat kembali dari pengertian komunikasi masa sebelumnya, ahwa komunikasi massa itu melibatkan dan komunikatornya 15 Werner J.Severin & James W. Tankard, Communication Theries-Orgins, Methods, and Uses in The Mass Media, 4th, White Plains; Longmanm , Hal.-360-361 , 1997, Libraries Australia 16 Josep A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Book, Hal.-505, 1997, Jakarta 17 Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Hal.7, 2007, LKIS, Jogyakarta 13 bergerak dalam organisasi yang kompleks. Bila dihubungkan dengan penelitian ini, maka media yang digunakan adalah televisi yang tentunya melibatkan banyak pihak dalam proses penyampaian suatu cerita, yakni: juru kamera, presenter, juru lampu, pengarah acara, dll. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi mass itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan tersebut dapat berupa fakta, peristiwa, opini yang dianggap penting dan menarik. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Disebut anonim, karena komunikasi yang terjadi menggunakan adanya saluran atau media dan tidak tatap muka, sehingga komunikator tidak mengenal komunikannya. Selain itu, komunikasi massa bersifat heterogen karena terdiri dari lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor; usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. d. Komunikasi Massa menimbulkan keserempakan. Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersaman memperolah pesan yang sama pula.Sebagai Contoh, jutaanpermirsa di Indonesa, secara serempak bersma-sama melihat tayang berita televisi untuk mengetahui proses pemakaman Mantan Presiden RI, Ky. Haji Abdurrachman Wahid dan ada pula jutaan pemirsa yang tersebar diseluruh Indonesia, secara serempak menyaksikan pertandingan sepak bola. e. Komunikasi Massa mengutamakan isi ketimbang hubungan 14 Setiap komunikasi melibatkan adanya unsur isi dan hubungan. Dalam komunikasi antarpesona, unsur hubungan sangat penting. Namun, pada komunikasi massa, yang terpenting adalah unsur isi. f. Komunikasi Massa bersifat satu arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi yang bersifat satu arah sehingga komunikator dengan komunikannya tidak dapat melakukan kontek secara langsung, karena menggunakan / melalui media massa. g. Aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan. Namun, keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian, komunikasi massa bersifat satu arah. h. Stimulasi alat indera terbatas. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Untuk media televisi, khalayak hanya menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. i. Umpan balik tertunda Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Umpan balik secara respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antar personal. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Biasanya perlu dilakukan penelitian atau proses yan panjang untuk dapat mengetahui feedback yan diberi komunikan. 18 2.3 Karaktristik Komunikasi Massa Sedangkan Karakteristik Komunikasi Massa menurut Charles Wright (1959) mengidentifikasikan beberapa karakteristik dari komunikasi massa sebagai berikut: a. Komunikasi massa itu ditujukan kepada audience yang relatif besar atau luas, bersifat heterogen dan anaonim. Kegiatannya dilakukan secra cepat dalam waktu-waktu tertentu. 18 Ardianto, “Komunikasi Massa Suatu Pengantar,” Hal.7, 2007, Jakarta 15 b. Pesan-pesan disiarkan secara umum (publicy), seringtertentukan waktunya untuk mencapai sebagian besar audience secara simultan atau serempak. c. Komunikasi dikerjakan oleh sebuah bentuk organisasi yang menggunakan pembiayaan sangat besar atau banyak. 2.4 Strategi Komunikasi Strategi mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetititf suatu Organisasi ataupun personal sangat dibutuhkan untuk mencapai suatu goal (tujuan) yang diinginkan. Maka penerapan strategi sangat berperan untuk keberhasilan proses kerja dimanapun. Strategi menurut Fred R. David, adalah; Seni dan Ilmu untuk mempermulasikan mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan Lintas fungsi yang memungkinkan Organisasi dapat mencapai tujuannya.19 Strategi komunikasi adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai satu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara Praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-watktu tergantung pada situasi dan kondisi. 20 Strategi komunikasi merupakan perencanaan dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif, artinya seorang komunikator hendaknya mempunyai Pandean antara perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi pada saat menyampaikan pesan komunikasinya kepada komunikan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. 19 Fred R. David. Strategic Management. 2005, Salemba Empat, Jakarta Effendi, Onong Uchyana ., “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek“ Hal. 32, 2004, Remaja Rosdakarya, Bandung 20 16 Menurut R Wayne Pace, Brent D Peterson dan M Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication, menyatakan, bahwa; tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri dari atas tiga tujuan utama, yaitu; To secure understanding; To Establish Aceptable, dan To Motivate Action 21 Pertama adalah to secure understading, memastikan bahwa komunikan mengeti pesa yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapta mengeti dan menerima, maka penermaannya itu harus dibina (to stabsih acceptance), pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action) 2.5 Televisi Sebagai Media Massa Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat politis bisa pula informatif, hiburan dan pendidikan. Penyampaian isi pesan melalui televisi adalah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat secara visual. Secara harfiah televisi artinya “melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view), bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak jauh. Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh .22 Media televisi memiliki posisi istimewa dalam masyarakat, keistimewaan itu dapat dilihat dari karakteristiknya yang merupakan 21 Effendi, “Strategi Komuniksi, 32, 2009, PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 17 kemudahan maksimal khalayaknya. Dalam artikelnya, Televisi as new religion, Garbner dan Connolly menggambarkan sebagai berikut.;23 a. Television consumes more time and more attention of more people than other media and leisure activities combined. In the average American home, the television set it on for sox and one – quarter hour a day. b. Television requires no mobility. Unlike movies or the teacher, you do not have to go out watch televisions. It is there in the home, available at any time. c. Televisions does not require literacy, unlike print, it provide information about the world to the poorly educated and the illiterate. In fact for those who do not read, televisions is a majorsourch of information much of which qoe from what is called entertainment. d. Unlike most other mass media, television is free, unlike radio which many sees as the media form closet. e. All media are symbol system.. This is as true of television is unique in all of history. Dalam keberadaannya dalam rumah tangga di Amerika Serikat, diperoleh gambaran betapa media televisi mengisi kehidupan masyarakat, ini dapat dipahami mengangkat untuk memperoleh konsumen tidak perlu meninggalkan rumah untuk mendapatkannya, tidak memerlukan kemampuan membaca yang tinggi dan mencapai khalayak yang heterogen sekaligus. Media televisi telah menggantikan peran sumber-sumber pendidikan konvensional dan tradisional, orangtua, pemuka agama dan guru telah kehilangan perannya secara drastis. Sebagai perbandingan dapat dilihat data mengenai waktu yang terpakai. 2.6 Sifat Media Televisi a. Informasi yang disampaikan kepada komunikan melalui proses pemancaran atau transmisi. b. Isi pesan audio visual, artinya dapat didengar dan dilihat pada waktu bersamaan. c. Sifatnya periodik atau tidak dapat diulang. 23 Effendi, Onong Uchjana,” Teori dan Filsafat Komunikasi,” Hal:288, 2004, Citra Aditya, Bandung, 18 d. Sifatnya Transitory (hanya meneruskan) pesan-pesan yang diterima, hanya dapat dilihat dan didengar secara sekilas. e. Serentak dan global. f. Meniadakan jarak dan waktu. g. Dapat menyajikan peristiwa atau pendapat yang sedang terjadi, secara langsung atau orisinil dan tunda (melalui rekaman). 2.7 h. Bahasa yang digunakan formal dan nonformal. i. Kalimat singkat, padat, sederhana dan jelas. Waktu Menonton Waktu menonton televisi menyita waktu penggunaannya nyaris bersifat mutlak. Waktu yang dipergunakan untuk menonton televisi jauh lebih banyak digunakan dibanding dengan kegiatan penyerapan ilmu pengetahuan dan lainnya. Namun demikian, perlu diakui bahwa perhatian dan sensasivitas dari masyarakat terhadap program televisi kadang-kadang menjadi berlebihan, di tengah upaya pencarian format yang dilakukan oleh berbagai stasiun penyiaran, oleh karena itu, penilaian terhadap mata acara televisi perlu dicermati sama halnya seperti mencermati isi program itu sendiri, televisi sudah masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Sejak tahun 1962, tetapi selama seperempat abad, hanya ada media televisi yang bersifat tunggal dan monopolistis milik pemerintah. Dinamika aliran siaran media pemerintah yang seperti itu tidak dapat dijadikan acuan untuk melihat interaksi media dengan masyarakat. 2.8 Program Televisi Program Televisi Pengertian Program Televisi : Adalah program yang dibuat oleh stasiun televisi yang bersangkutan pada umumnya di Indonesia. Sangat berbeda pada stasiun televisi di Amerika, stasiun televisi tidak memproduksi sendiri berita-beritanya akan tetapi membeli atau memesan program siarannya dari production company , kalau di 19 Indonesia dikenal sebutan production house, cara seperti ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Stasiun televisi dapat memilih program yang lebih menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi juga meraih keuntungan dari produksinya (yang biasa diproduksi oleh stasiun televisi tersebut. Kesulitan yang dialami apa bila broadcast company dan production company merangkap kedua fungsi, dampaknya akan kesulitan melakukan control. Ini disebabkan karena seringkali seseorang, seperti: seorang pengarah acara yang tadinya berada di lapangan untuk memproduksi sebuah acara tertentunya lalu pada siaran acara tersebut ia pula yang harus bertanggungjawab. Jadi secara psikologis ia harus puas dengan hasil yang ia capai bahkan ada kecenderungan tidak menghendaki kritik. Sebab ia yang memproduksi dan ia pula yang menyiarkan, tentu saja akan berbeda jika paket program siaran tersebut diproduksi olah lembaga lain yang lebih independent. 2.9 2.9.1 Pengertian Berita Berita Sebelum pembahasan tentang bagaimana suatu proses pengolahan hingga penulisan berita dapat dilakukan maka langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyamakan pendapat tentang pengertian berita itu sendiri. Hal ini sangat penting agar pembahasan tentang objek yang dapat dikatergorikan bobot berita, tidak lagi menjadi masalah yang diperdebatkan. Berita, secara sederhana adalah program berita (news) berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang mempunyai nilai berita (unsual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik.24 Gaye Tuchman mengatakan bahwa, “berita adalah jendela dunia.” 25 Melalui berita kita dapat mengetahu peristiwa berbagai wilayah nusantara Morisan, “Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi” Hal. 193, 2005,Ramadina Prakarsa, Jakarta 24 20 bahkan belahan dunia lainnya. Tentang apa yang terjadi, tentang apa yang dilakukan oleh tokoh negeri ini yang menjadi publik figur, kehidupan, maupun berbagai aktivitasnya. Meskipun demikian apa yang kita lihat dan rasakan mengenai dunia itu tergantung pada jendela atau kaca mata yang kita gunakan. Besar kecilnya jendela inilah yang menjadi presepsi yang kita tangkap melalaui besar kecilnya jendela. “Jendela besar dapat melihat dengan lebih luas, sementara kecil dapat membantasi pandangan kita dan juga apakah jendela tersebut beruji atau tanpa jeruji, serta apakah jendela itu terletak pada rumah yang memiliki posisi yang tinggi ataukah dalam rumah yang terhalang oleh rumah lain. Berita informasi, jendela itu yang kita sebut dengan frame”26 Sedangkan menurut Nimmo berita adalah, “apa yang dikatakan, dilakukan, dan dijual wartawan dalam kerangka pembatasn institusional, ekonomi, teknologi, sosial, dan psikologis. Berita bukanlah produk tetap, melainkan proses pembuatan”. 27 Hampir tiap hari televisi menyampaikan berbagai macam jenis berita untuk mememenuhi naluri ingin tahu pemirsanya untuk membantu mewujudkan falsafah hidup dan konsepsi kebahagiaannya. “Semakin banyak berita yang dimuat stasiun televisi yang diinginkan. Maka, semakin kuat dan bermanfaat kegunaannya bagi orang tersebut.”28 Dengan demikian, berita adalah laporan yang sangat bermakna tentang suatu peristiwa yang menyangkut pilihan beberapa orang (wartawan) yang memilih nama, menginterprestasikan, memberi bentuk kejadian yang diketahuinya. “Definisi berita seperti definisi kata atau lambing adalah inheren dengan politik karena melibatkan orang melakukan pilihan, jika terdapat pertentangan, terjadilah negosiasi yang membuat pengertian secara kolektif.”29 26 Gaye Tuchman, Making News: A study in the Contruction of Reality, Hal.1, 197,New York: The Free Press, New York 27 Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, Hal.13, 2001, LKIS Yogyakarta 28 Hoeta Soehut, “Dasar-dasar Jurnalistik,” Hal.23, 2003, Jakarta 29 Dan Nimmo, Op, Cit. Hal.220 21 Berger mengatakan, “Every has the ability to construct the social contraction of reality”30 Sehingga dengan adanya gate keeper dari media massa, bahwa berita yang disampaikan media tersebut kepada masyarakat adalah konstruksi realitas yang dibangun oleh para media massa, dan masih banyak para ahli dibidang jurnalistik lain yang memberikan pengertian tentang berita. Namun, semuanya sependapat bahwa unsur berita yang dikandung adalah: fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah penonton merupakan hal yang sangat mendapat perhatian. Berita berasal dari bahasa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris disebut "Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi". Ada juga yang menyebut dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau " yang telah terjadi”. Menurut kamus besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean M. Lyle Spencer: Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. Menurut Debora Potter: News is what is new, it’s what’s happening. Catatan tentang segala sesuatu kejadian pada saat ini yang belum terinformasikan. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan. 2.9.2 Jenis Berita Televisi Pada stasiun televisi di Metro TV dikenal beberapa kemasan jenis berita, yakni; a. Hardnews adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik secara individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya mulai diberlakukannya Petr L. Bergfer and T. Tuckman, the “Social Contruction of Reality; In the Sociology of Knowledge,” Hal.13, 1996. Double Day, New York 30 22 kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan. Seperti: Headlines News yang tayang tiap jam. b. Soft News adalah berita ringan atau juga sering juga disebut feature; merupakan berita yang tidak terikat aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsa. Objeknya bisa apa saja; manusia, hewan, benda, tempat apa saja yang dianggap menarik bagi penonton. Seperti: Sisi Berita di Metro TV. c. Investigasi Reports, adalah investigasi report atau disebut laporan penyidikan. Yakni jenis berita yang eksklusif dan ditanya diperoleh masih dipermukaan, akan tetapi harus dilakukan penyidikan, sehingga penyajian berita seperti ini bisa menghabiskan waktu yang sangat lama dan tentu saja akan menghabiskan energy reporternya.31. Seperti: 3.60, Realitas di Metro TV. d. Straight news : berarti berita “langsung” ( straight ), maksudnya suatu berita yang singkat ( tidak detail ) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencangkup 5W + 1H ( who,what,where,when,why,how ) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu ( deadline ) karena informasinya sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien. e. Features : adalah berita ringan namun menarik. Pengertian “menarik” di sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh,menimbulkan kekaguman,dan sebagainya. f. Depth News. Berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. g. Opinion News. Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi poleksosbudhankam; (politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan), dan sebagainya. 31 Dedi Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi “, Hal: 40-42, Rosdakarya, Bandung 23 h. Investigation News. Berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. i. Interpretatif Berita yang dikembangkan dengan pendapat atau penelitian penulisnya/reporter. 2.10 Teknik Menulis Naskah Berita Televisi Teknik dan cara penulisan piramida terbalik ini hanya untuk menyajikan berita-berita yang memiliki news value (nilai berita tinggi). Penyajiannyapun harus secepat mungkin. Dengan kata lain penyajiannya sangat pada waktu (time consern). Pada model ini penyajian beritanya diawali dari yang terpenting menuju yang kurang penting. Bentuk piramida erbalik didesainterutama untuk penulisan beita televisi dengan tujuan siaran tunda. Tujuan dari penulis jenis ini adalah agar berita menjadi lebih menarik sehingga emirsa atau pembaca bisa langsung memperoleh isi berita yang paling inti. Berita-beria yang pantas isajikan dengan cara piramida terbalik . Ada 3 teknik penulisan berita televisi, yakni; dalam kategori News bulletin; Hard news, soft news, straight news, spot news dan human interest yang memiliki nilai berita tinggi.32 a. Teknik piramida terbalik. Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita hardnews teknik penulisan dimulai dari yang terpenting……menuju ……… yang kurang penting, teknik penulisan ini disebut juga straight news. Teknik piramida, teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non aktual penulisan dimulai dari : yang kurang penting menuju yang terpenting. b. Teknik kronologis Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi, “Menjadi Reporter Professional” Hal.148, 2005, Remaja Rosdakarya, Bandung 32 24 Teknik ini dipergunakan untuk membuat naskah berita non berita dan bisa juga berita aktual, penyusunan sesuai dengan urutan peristiwa, dari awal menuju akhir. 33 2.11 Menulis Berita TV Isi Berita TV. Saat menulis berita TV selalu gunakan pendekatan bercerita. “At all times remember you are communicating with ONE person. ONE TO ONE means YOU and just ONE listener” (County Sound Radio Stylebook). Berita TV memiliki unsur “audio” dan “visual” sehingga saat menulis. berita TV selalu pertimbangkan visual yang dimiliki. Prinsip “Berita TV hanya didengar satu kali,” 34 2.12 Narasi Berita TV Syarat penulisan (narasi) pada berita televisi tentuya berbeda dengan penulisan berita pada media cetak maupun radio, sebagaimana berikut; a. Mudah didengar dan dicerna b. Menggunakan kalimat sederhana c. Menggunakan kata-kata yang dimengerti banyak orang d. Hindari: Informasi yang redundant atau berulang-ulang. e. Penggunaan kata-kata yang tidak familiar, seperti; Ditenggarai ganti aja jadi diduga; supermarket jadi toko serba ada tapi apakah hypermarket bias jadi toko super serba ada? Atau sangat serba ada? 2.13 Teknik Penyajian Berita 26Teknik penyaji berita televisi dimana reporter/redaktur secara aktif mencari mengumpulkan, menyeleksi, mengolah berita dan menyajikan sendiri butir berita itu dengan cara merekam suara terlebih dahulu ke dalam visual yang tersedia secara sinkron. 25 Reporter di dalam tugasnya membuat berita televisi memanfaatkan sistem Ross dengan baik. Sistem Ross adalah ciri khas berita televisi yang tidak dapat dilakukan untuk membuat berita radio maupun media cetak. Sistem ini lahir karena sifat khusus media televisi yang lain selain menyiarkan suara juga menyiarkan gambar. Yang dimaksud dengan bekerja mempergunaakan system Ross adalah reporter membuat sendiri naskah berita dan membawakan sendiri pula baik dengan merekam dahulu maupun siaran langsung. Dengan demikian, semakin berbobot materi yang disampaikan reporter dengan data-data aktual, padat dan singkat berwibawa, tentulah akan sangat menarik bagi penonton. Ada 4 cara penyajian Sistem Ross: a. Reporter on the spot and on the screen. Reporter berada ditempat kejadian dan dalam penyajian reporter muncul di layar televisi. b. Reporter on the spot and off the screen. Reporter berada di tempat kejadian dan dalam penyajian reporter tidak tampak di layar televisi. c. Reporter off spot and the screen. Reporter tidak berada ditempat kejadian dalam hal ini sebagai redaktur, yang mencari fakta dari berbagai referensi yang ada dan jasa telekomunikasi, dan waktu menyajikan redaktur tidak muncul di layar televisi. d. Reporter off the spot dan off the screen. Reporter dalam hal ini bertindak sebagai redaktur, mencari referensi melalui jasa telekomunikasi dan referensi yang ada dan waktu menyajikan redaktur tidak muncul di layar televisi. 2.14 Agenda Setting Subjektifitas. Menurut pandangan konstruksionis “media dilihat bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi 26 realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan kepemihakan. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan ralitas. 35 Pengertian media massa dapat menentukan topik di dalam pemberitaan. Jika media massa memberikan tekanan pada suatu peristiwa maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk Media massa di dalam melakukan pemberitaan pada kenyataanya tidak dapat bebas menganggapnya penting. Pemilihan topik, pemilihan narasumber, penentuan halaman yang dilakukan media dikenal dengan teori Agenda Setting, pertama kali diperkenalkan oleh Maxwel Combs dan Donald Shaw. Menuliskan bahwa, audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi seberapa besar arti penting diberikan pada suatu topik atau isu dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. 36 2.15 Fungsi Management Proses manajemen merupakan suatu rangkaian aktivitas yang satu sama yang lainnya bersusulan. Proses adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses manajemen adalah suatu rangkain aktivitas dilakukan oleh manajer dalam suatu Organisasi. Rangkaian aktivitas dimaksud adalah merupakanungsi seorang manajer. Fungsi manajer tesebut membentuk suatu proses keseluruhan. Pendistribusian fungsi yang dimaksud, yaitu: proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pemotivasian (motivating) dan pengendalian (controlling).37 a. Perencanaan (planning). Aktivitas perencanaan dilakukan untuk menetapkan sejumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan kemudian. Setiap manajer dituntut terlebih dahulu agar mereka membuat rencana tentang aktivias yang haru dilakukan. Perencaan tersebut merupakan aktivitas yntk memilih dan menghubugkan fakta Alex Sobur,” Analisis Teks Media,” Hal; 23, 2005. Remaja Rosdakarya, Bandung S.Djuarsa Senjdjaja, “Teori Komuinikasi,” Hal. 199, 2001, Universistas Terbuka, Jakarta 37 H.B. Siswanto, “Pengantar Manajemen,” Hal.23-24, 2008, PT Bumi Aksara, Jakarta 35 36 27 serta aktvitas membuat dan menggunakana dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal merumuskan aktivitas yang direncanakan. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian (organizing) sebagai fungsi yang kedua adalah Organisasi, baik dalam arti statis maupum dinamis. Organisasi dalam arti statis adalah skema, bentuk bagan yang menunjukkan hubungan diantara fungsi otoritas dan tanggung jawab yang berhubungan satu sama lain dari individu yang diberi tugas atau tanggung jawab atas setiap fungsi yang bersangkutan. c. Pengarahan (directing) Pengarahan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemberian perintah dan saran. Hal ini mengandung permasalah dalam menunjukkan renana yang penting kepada bawahan yang betanggung jawab untuk melaksanakannya. Selain itu, penting juga hubungan individual setiap saat di antar manajer dan para bawahannya yang terikat dalam organisasi. d. Pemotivasian (motivating). Motivasi dimaksud setiap perasaan, kehendak, atau keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu. Dengan demikian, individu tersebut didorong berperilaku dan betindak mencapai tujuan. Manajer harus menyadari bahwa motivasi yang mendorong bawahan itu mau bekerja dengan giat dan konsekuen berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, perbedaan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan motif, tujuan, dan kebutuhan dari masingmasing individu untuk bekerja, juga karena perbedaan waktu dan tempat. Oleh karena itu, dalam memotivasi bawahan manajer harus menyelidiki terlebih dahulu daya stimulus mana yang tepat. 28 e. Pengendalian (controlling). Dengan aktivitas pengendalian, berarti manajer harus mengevalusasi dan menilai pekerjaan yang dilakukan bawahan. Demikian pula manajer harus mengevaluasi dan pelaksanaa rencana kerja secar makro untuk mengetahui apakah pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Pengendalian pelakasanaan pekerjaan yang diberikan kepada bawahan tidaklah dimaksud untuk mencari kesalahan bawahan semata-mata. Akan tetapi hal itu dilakukan untuk membimbing bawahan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, aktivitas pengendalian diakukan ke arah rencana yang telah ditetapkan. Aktivitas ini berari bahwa dalam mengoperasikan fungsinya, manajer berusaha membimbing bawahan ke arah terealisasinya Organisasi 2.16 Unsur Penulisan Berita 5 W + 1 H, adalah unsur penting dalam penulisan berita televisi adalah sebagaimana berikut: a. what (apa) merupakan unsur berita yang menjelaskan tentang masalah atau peristiwa yang terjadi dalam sebuah berita. Misal, sebuah berita tentang perampokan maka unsur what menjelaskan tentang perampokan itu. b. where (dimana). Unsur ini menjelaskan tentang tempat terjadinya peristiwa yang ada pada sebuah berita. Sebuah berita yang mempunyai nilai berita yang tinggi harus dapat menguraikan tempat terjadinya berita dengan detail. Seorang pembaca harus dapat membayangkan tempat terjadinya peristiwa berdasarkan berita yang dibaca. Sebuah peristiwa tidak akan menjadi berita jika tidak ada orang yang terlibat dalam peristiwa itu. 29 c. when (kapan), menguraikan waktu terjadinya sebuah peristiwa. Unsur ini menguraikan dengan detail waktu saat peristiwa itu berlangsung, baik menjelaskan pukul berapa peristiwa itu terjadi, apakah siang atau malam dan sebagainya. d. Why (kenapa). Seseorang dalam membaca sebuah berita selain ingin mengetahui peristiwa yang terjadi juga ingin mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Berdasarkan hal tersebut sebuah berita tidak akan bisa lepas dari unsur why. Unsur ini menjelaskan sebab terjadinya sebuah peristiwa. e. Who (siapa) yang terlibat dalam peristiwa tersebut harus dapat dipaparkan dengan jelas. Pemaparan tokoh yang terlibat dalam suatu peristiwa harus jelas dan berdasarkan fakta yang akurat. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penyebutan tokoh atau pelaku yang terlibat dalam sebuah peristiwa. Dalam sebuah berita unsur yang keempat ini sangatlah penting. f. How (bagaimana) kronologis berita itu terjadi. Sebuah peristiwa yang besar tidak akan menjadi berita yang baik jika seorang reporter tidak dapat merangkai kronologis peristiwa tersebut dengan baik, bahkan dapat menyebabkan pembaca salah tafsir terhadap peristiwa tersebut. Unsur yang telah disebutkan diatas adalah unsur pokok dalam berita 2.17 Syarat Penulisan Berita Program berita yang akan diproduksi oleh stasiun televisi harus memiliki persyaratan dan memiliki kualifikasi sebagai suatu berita. a. Fakta : Berdasarkan kenyataan yang didapat di lapangan; Kejadian nyata; Pendapat (Opini) narasumber dan Pernyataan sumber berita. b. Obyektif . Sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak boleh dibumbui sehingga merugikan pihak yang diberitakan. Reporter dituntut adil, jujur dan tidak memihak, apalagi 30 tidak jujur secara yuridis merupakan sebuah Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik. c. Berimbang; Porsi sama, tidak memihak/tidak berat sebelah. Reporter harus mengabdi pada kebenaran ilmu atau kebenaran berita itu sendiri dan bukan mengabdi pada sumber berita (check, re-check and balance) yang perlu didukung dengan langkah konfirmasi dari pihak-pihak yang terkait dalam pemberitaan. d. Lengkap; Terkait dengan rumus umum penulisan berita yakni 5W+1H. Akurat; Tepat, benar dan tidak terdapat kesalahan. Akurasi sangat berpengaruh pada penilaian kredibilitas media maupun reporter itu sendiri 2.18 Kelayakan Berita Bagi reporter selalu menganggap semua peristwia bisa dijadikan berita. Akan tetapi, tidak semua berita bisa dianggap penting. Reproter dan redaktur harus memiliki kepekaaan yang tinggi unuk menilai kelayakan sebuah peristiwa. Untuk mengukur layak atau tidaknya suatu peristiwa, perlu dilakukan penilaian Sebelum berita tersebut disiarkan. 38 Ada beberapa kaidah yang harus dipertimbangkan, yaitu: Aktualitas (timeless); Kedekatan (proximity); Tokoh Publik (prominence); Konflik (conflict); Kemanusiaan (human interest); Sensasional (unik); Besarnya kasus/ peristiwa (magnitude) Ketepatan waktu : Kejadian atau keadaan yang baru saja terjadi. Hitungan tahun, bulan, hari, jam, menit atau detik. Impack (dampak) apakah berdampak hanya sedikit atau banyak orang dan proximity; kejadian terdekat dari si penikmat berita. 2.19 Format Berita Televisi Format Penyajian berita Televisi. Sama halnya memancing ikan, memancing di kolam pemancingan yang ramai dan ikannya disediakan 38 Drs. Riswandi, “Dasar-dasar Penyiaran,” Hal.29-30, 2009, Graha Ilmu Jogyakarta 31 penyelengara dengan hadiah yang menggiurkan sangat menantang, maka akan memberikan pilihan dan ransangan yang lebih, sesuai dengan selera masing-masing. Hasil tangkapan akan bervariasi sesuai umpan, ala pancing yang digunakan, pengalaman serta strategi yang itu. Ikannya juga pasti besar, bisa diolah menjadi berbagai masakan seperti digoreng, kuah asam, atau dibakar sampai difilet juga bisa. Semua tergantung bagaimana cara mengolah hingga menghidangkannya untuk memberikan daya tarik yang menggiurkan. Demikian pula dengan informasi bahan berita yang sudah terkumpul setelah berjuang mendapatkannya. Ketika akan ditulis, seorang reporter televisi harus memahami terlebih dahulu format penyajian untuk sebuah penampilan berita televisi agar menarik dan variatif. Jenis format penyajian bisa ditetapkan sesuai dengan bahan berita yang diperoleh. Namun, seorang reporter televisi menentukan format bahan berita yang diperoleh berdasarkan kepentingan, daya tarik, variasi, dan kebijakan redaksi dengan pertimbangkan yang masak. Berikut ini akan dijelaskan secara umum format berita televisi untuk sebuah penampilan berita. 39 a. Format Reader Format berita televisi yang paling sederhana adalah lead ini yang dilakukan penyiar. Reporter memuat lead in tanpa gambar/ grafik sama sekali. Peristiwa ini terjadi karena menjelang berita on air atau saat berita tengah mengudara, tetapi memiliki nilai berita yang amat penting. Contoh: Pemerintah mengumumkan kenaikan BBM. b. Voice Over Format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibaca penyiar seluruhnya. Ketika penyiar membaca tubuh berita, gambar disisipkan sesuai dengan kontek isi narasi. Format VO biasanya digunakan karena data gambar yang dimiliki sangat terbatas. Hasil liputan peristiwa juga biasa saja atau kurang 39 Andi Fachrudin, “Dasar-dasar Produksi Televisi,” Hal.165-181, 2002, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 32 menarik, disebabkan kru liputan terlambat sampai di lokasi atau kondisi peristiwa yang tidak memungkinkan untuk diekspolrasi lagi lebih jauh lagi. Durasi sekitar 30 detik saja, sehingga dipilih gambar yang paling tepat untuk menggambarkan persitiwa. Petunjuk atau cue (baca: kyu) mutlak diperlukan dalam penulisan naskah berita. Penggunaan cue biasa dipakai sebagai patokan para kru produksi berita dalam dua hal, yaitu; cue shot gambar dan cue time code. Cue shoot gamar sebuah tanda/ cue dengan menggunakan jenis shot tertentu. Adapun cue time code menggunakan petunjuk pada counter angka yang berada pada alat recorder atau monitor televisi sebagai tanda atau anca-ancar seluruh kru produksi. Pemakaian kedua tanda cue tesebut semuanya digunakan sebagai isyarat untuk beralihnya suatu shot gambar atau berpindahnya suatu uraian dari masalah yang satu ke keuraian yang lainnya. c. Natsound Format berita TV yang lead in dibaca penyiar, sedangkan natural sound tetap dipertahankan untuk membangun suasana peristiwa yang diberitakan. Sebelum menulis naskah, reporter harus melihat dulu gambar yang direkam. Narasi harus cocok dengan hasil rekaman. Format ini biasanya mendukung materi berita sebelumnya dengan durasi yang sangat singkat. Contoh: Peristiwa Meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta dan Tsunami Aceh. d. Voice Over Grafik Format berita TV yang lead in dan tubuh berita dibaca penyiar seluruhnya. Ketika membaca tubuh berita, tidak ada gambar kecuali grafik dan tulisan, karena peristiwanya yang diliput 33 sedang berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambar peliputan. Ketentuan format ini, peristiwa yang terjadi memiliki nilai berita yang tinggi dan durasi siarannya maksimal 20 detik saja. Contoh: Redaksi menerima informasi peristiwa penting yang memiliki nilai berita, gambar tengah diambil dan belum bias delirium karena hambatan teknis. Redaksi menyusun naskah supaya informasi bisa segera disiarkan ke pemirsa, dengan penjelasan grafis dan tulisan yang mendukung tersebut. peristiwa Dan, terjadi peledakan bom bunuh diri di mesjid Mapolresta Cirebon. Gambar dan hubungan kontak dengan contributor belum bisa dilakukan, karena kontributor belum bisa menjangkau pusat kejadian. e. Sound on Tape (SOT) Format berita yang hanya berisi “Lead in” dan “Sound bite” dari narasumber. Penyiar hanya membacakan lead in berita, kemudian disusul oleh pernyataan narasumber (sound bite). Sound bite jangan mengulang isi lead in, tetapi SOT harus kelanjutan kalimat dari lead in. Format berita ini dipilih jika pernyataan narasumber dianggap lebih penting ditonjolkan dari pada disusun dalam bentuk narasi. Narasumber yang menyampaikan pernyataan bila lebih dari satu yang saling mendukung atau bertentangan, sehingga informasinya jadi menarik. Durasi disesuaikan kebutuhan dengan pentingnya isi pernyataan narasumber. f. Voice Over on Tape (VO-SOT) Format berita yang memakai voice over (VO) dan sound on tape (SOT). Lead n dan isi tubuh berita dibaca penyiar. Di akhir 34 berita muncul sound bite narasumber (menonjol/ mendukung pelengkap berita yang dibaca sebelumnya. Format in dipilih karena gambar kurang dramatis, tetapi pernyataan narasumber perlu ditonjolkan melengkapi narasi pada akhir berita. Total durasi maximal 60 detik, 40 detik untuk VO dan 20 menit untuk SOT. g. Package (PKG) Format berita yang standard bagi sebuah penyiaran berita televisi. Paket berita sudah dikemas jadi satu kesatuan yang utuh, serasi antar gambar, narasi, sound bite. Lead ini –nya dilakukan penyiar durasi 15 – 2- detik, bagian utama tubuh berita dilakukan (dubbing) oleh reporter durasi 1 menit 20 detik sampai 2 menit 30 detik tergantung bobot dan kepentingannya. Format ini dipilih karena redaksi memiliki gambar dan atmosphere sound yang menarik dan dramatis. Biasanya penyiar di awal mengantarkan paket reporter akan muncul di layar (stand up), di tengah dan akhir berita dengan latar belakang objek yang sedang dilaporkan. Atau dengan narrator yang sudah direncanakan. 40 Contoh: Data Kejadian dramatis. h. Live On Cam (LOC) Gbr.1. Reporter laporan langsung.. Format berita televisi yang disiarkan langsung dari lokasi peliputan. Sebelum repoter menyampaikan laporan, penyiar Andi Fachruddin, “Dasar-dasar Produksi Televisi”, Hal.165-173,2012, Kencana Prenada Media Group,Jakarta 40 35 lebih dulu membacakan lead in lalu memanggil reporter di lokasi, untuk menyampaikan hasil liputannya. Laporan peristiwa secara lengkap di-insert atau disisipi gambar/ visual yang relevan. Laporan berita live seperti ini biaya telekomuniksinya (sewa satelit) mahal, redaksi harus betul- betul mempertimbangkannya. Format ini digunakan untuk berita luar biasa atau jadi isu nasional. Proses sangat mempertimbangkan besar nilai berita karena setiap sewa alur satelit lima menit pertama memerlukan biaya Rp.10. juta rupiah ditambah kru dan peralatan pendukung lainnya. Setelah lima menit bertambah lagi, sehingga siaran live durasi tergantung kebutuhan redaksi yang memutuskan. Contoh: Adapun format laporan dua arah (two way) merupakan salah satu cara penyajian format live on camera, karena bertujuan menyajikan laporan Interaktif antar presenter (studio) dan reporter (lokasi peristiwa) dengan kata-kata langsung, fakta, alasan dan informasi yang perkembangan mengenai sebuah topik. bentuknya jika sebuah kegiatan/ peristiwa masih berlangsung, saat program berita sedang ditayangkan, lalu repoter di lapangan diwawancarai langsung oleh presenter di studio. Dilakukan dengan format split window, repoter akan menjawab pertanyaan melalui kamera yang ditayangkan langsung melalui satelit/ microwave radio/BGAN/IBIS DMNG. i. Live on Tape (LOT) Format berita televisi yang direkam langsung di tempat kejadian, namun siarannya ditunda (delay). Jadi, reporter mereka dan menyusun laporannya di lokasi dan penyiarannya baru dilakukan kemudian. Format berita ini dipilih untuk menunjukkan bahwa reporter stasiun televisi tersebut hadir di tempat peristiwa, namun siaran 36 tidak dilakukan secara langsung sesuai kondisi nilai berita dengan pertimbangan teknis dan biaya liputan. LOT: Prokontra BBM Naik, reporter melakukan wawancara kepada beberapa pengendara motor. Reporter on cam, direkam terlebih dahulu (LOT) Dikenal juga laporan TKP oleh reporter namun siarannya tidak langsung. Format LOT biasa disiapkan karena kebutuhan materi berita yang news value-nya sedang saja, dan mengemas waktu. Kalaupun news value-nya tinggi dibuat LOT karena kendala teknis dan pertimbangan lain yang sensitif. j. Live by Phone (LBP) Apabila ada informasi yang sangat penting mendadak, ketika menjelang atau tengah berlangsungnya siaran berita, Live by Phone pilihan tepat. Format berita ini disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead In secara langsung dilakukan penyiar, dan kemudian ia memanggil reporter yang ada dilapangan untuk menyampaikan laporannya. Wajah reporter dan peta lokasi peristiwa biasanya dimunculkan dalam bentuk grafis. Jika tersedia, bisa juga disisipkan gambar peristiwa sebelumnya atau gambar video streaming bila ada. Format ini dipilih karena pertimbangan teknis dan, durasi biaya, jangan terlalu lama sekitar 60 detik karena kualitas suara telepon kurang jelas. 37 k. Phone Record Format berita televisi, direkam langsung dari lokasi reporter meliput melalui telpon, tetapi penyiaran tunda (delay). Format ini sebetulnya hampir sama dengan Live by Phone, hanya teknis penyiaran secara tunda. Format ini jarang digunakan, dan biasanya hanya digunakan jika diperkirakan akan ada gangguan teknis saat berita dilaporkan secara langsung. Durasi sekitar 60 detik. l. Visual News Format berita yang hanya menyajikan gambar-gambar dan dramatisir, penyiar membacakan lead in. Format dibuat untuk melengkapi berita- berita lainnya yang sejenis, karena Atmosphere Sound menyajikan peristiwa yang dapat bercerita secara kronologis. Durasi berita disesuaikan kebutuhan, tergantung menarik dan dramatisnya gambar.41 Contoh: Format Berita ini disusun dengan Ketentuan; Memiliki nilai berita besar; gambar belum tersedia, memiliki data yang cukup dan durasi maksimal 20 detik. 2.20 Standar Operasional Prosedur (SOP) News Bulletin Kemasan berita yang terdiri dari sekumpulan paket berita dengan durasi yang tetap disebut News Buletin. Buletin berita berisi berbagai informasi berdasarkan jenis, area liputan yang disiarkan pada waktu yang telah ditentukan secara teratur. Nama bulletin berita setiap stasiun televisi juga beragam, sesuai minat pemirsa, yaitu memiliki nilai jual. Ada nama yang menitikberatkan pada wilayah jangkauan liputannya, area coverage siarannya, berkaitan 41 Andi Fachrudin, “Dasar-dasar Produksi Televisi”, Hal.165-181,2012, Kencana Prenada Media Group, Jakarta 38 profesi jurnalis, dan menyerupai istilah news itu sendiri. Contoh : Dunia Dalam Berita, TVRI; Seputar Indonesia, RCTI; Liputan 6, SCTV: Reportase, Trans TV; dan Metro Siang di Metro TV. Setiap program itu juga harus menetapkan target audiensi, sebagai bagian penting untuk menyesuaikan dengan tampilan kemasan berita. Dalam persaingan memperebutkan audiensi setiap program berita harus realistis memfokuskan pada target audiensinya saja. Yaitu meliputi isi siaran (Program content,) waktu tayang (program lay out), struktur acara (program structure), kemasan acara (program montage), promosi acara (program promotion), visualitas vide dan audioacar (progam Audio vides quality) kecanggihan dan perkembangan technology (program technology) Faktor-faktor kompetisi pemogrograman siaran berita tersebut sangat fleksibel serta ditinjau dan evaluasi terus menerus melihat perkembangan pasar (tren), terutama untuk mengukur dampak, efektivitas, gratifikasi dan manfaat siaran berita kepada masyarakat. Maka, siaran, berita harus mengutamakan, kemurnian, fakta, kebenaran, keakuratan, kenetralan, keseimbangan, kecepatan, kecermatan dan relevansi. 2.21 Reporter Berita Reporter adalah seorang wartawan aktif yang bertugas mengumpulkan berita-berita dari bebagai sumber, dan menyusun laporan secara tertulis juga dapat melaporkan secara langsung. Pada stasiun yang besar, seorang reporter ditugaskan ke beberapa tempat di dalam negeri maupun luar negeri. Reporter yang berada di luar negeri disebutkan sebagai koresponden juga sering disebut sebagai koresponden luar negeri. Di Metro TV, reporter juga sering berfungsi sebagai produser dan merangkap sebagai camper. Bentuk tanggung jawab seorang reporter dapat bermacam-macam, ini dapat tergantung kebutuhan atau besar kecilnya stasiun televisi yang bersangkutan. Bertugas rangkap; penulis berita yang diliput dan melaporkan secara live maupun hasil liputannya dikemas dalam sebuah package. 39 Tugas reporter sangat bervariasi dan semuanya menyangkut hal yang penting; dimulai aktivitas pejabat, peristiwa, politik, ekonomi, dan sosial budaya atau berita dalam lingkungan pemerintahan tentang kebijakan ekonomi bagi masyarakat luas. Repoter pula mendapatkan sumber informasi melalui; kepustakaan, wawancara lewat telpon, dan dari para narasumber yang kredibel, mencakup riset dan melaporkan hal-hal eksklusif adalah bagian tugas yang diemban reporter. Seorang reporter adalah orang terlatih, baik dalam menyelidiki maupun mengumpulkan bahan berita dan mampu mengembangkan informasi menuju fakta yang akhirnya akan menjadi sebuah laporan yang dapat diterima masyarakat.42 2.22 Syarat Presenter Selain berkemampuan, mengusai teknik penyampaian ini menjadi ciri khas penyajian berita media televisi dan tidak dapat dicapai untuk media massa lain dan syarat reporter tersebut memiliki ; a. Kesempurnaan Wajah b. Memiliki volume suara standard c. Menguasai masalah yang disajikan (spesialisasi ) d. Menguasai teknik membaca dan menyampaikan dengan bahasa tuturan. 2.23 Struktur Jabatan di Program Metro Siang Struktur manajement di program Metro Siang terdiri dari: Eksekutif Produksi, yang membawahi beberapa produser dan assiten. Eksekutif Produser, Rachmayanto; produser dan asisten; Nita, Rahma, Risti, Ria, Reni dan Agung, dengan masing-masing tugas; Produser; melaksanakan dan bertanggung jawab jalannya program, memimpin rapat bersama eksekutif produser serta assiten yang menjalankan membantu tugas produser. 42 Deddy Iskandar Muda, “Jurnalistik Televisi,” Hal.-189-190, Remaja Rosdakarya, Bandung 40 2.24 Etika Jurnalistik Etika Jurnalistik. Etika Jurnalistik dalam bidang filsafat dikenal sebagai bidang moral. Ia berbicara tentang refleksi berbagai pendapat, norma-norma, istilah-istilah moral. Sehingga, etika adalah pedoman atau kaidah yang dipergunakan oleh suatu komunitas tentang apa yang seharusnya dilakukan dalam menjalankan kehidupannya. Dalam perspektif global etika yang dibutuhkan dunia adalah ilmu pengetahuan dengan kebijaksanaan (wisdom), teknologi yang disertai kekuatan spiritual, industri yang dibarengi dengan ekologi dan demokrasi yang bermoral. Artinya, bahwa globalisasi membutuhkan baik secara politik, teknologi, ekonomi maupun peradaban etik dunia, yaitu konsesus dasar yang terkait dengan nilai-nilai yang mengikat, standar yang tidak dapat diganggu gugat dan sikap-sikap personal. Pedoman atau kaidah yang mengatur tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam kerja jurnalistik (proses pencarian, produksi sampai publikasi). Kerja jurnalistik haruslah selalu menemukan jawaban atas pertanyaan: Bagaimana seharusnya media membawa diri dalam pekerjaan jurnalistik ini atau bagaimana seharusnya media bersikap dan tindakan apa yang harus dilakukan dan dikembangkan oleh media sehingga media berhasil (tuntutan kewajiban mutlak) mengemban fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial dan pemersatu bangsa. Eforia insan pres dikuatirkan member kebebasan yang absolute, karena munculnya kekuatan pres sebagai pengaruh perubahan, alat penguasa informasi dan kemampuan menyebabkan tokoh besar menjadi pesakitan atau oleh sebab itu pembatasan kebebasan pres haru diwujudkan sesuai dengan rambu-rambu yang berlaku, agar tidak terjadi konflik kepentingan dikalangan masyarakat. 41 Kekuatan yang besar dan berlangsung konstan, kecenderungan akan menciptakan penyelewengan. Kalau pres mendapatkan kebebasan lalu menjadi tameng untuk melakukan perampasan hak pribadi sebagai manusia, berarti prest telah melanggar hak asasi. Maka kekuatan pres di alam dmokrasi Indonesia saat ini harus dirumskan suatu sistem yang mampu memperingatkan pres bahwa kebebasan jangan disalahgunakan. Adapun kinerja jurnalis di Indonesia sebenarnya diatas oleh berbagai peraturan-peraturan undang-undang atau rambu-rambu yang haru ditaati mengenai pers dan media televisi tersebut, sebagi berikut; 43 a. Standar atau konvensi jurnalistik yang sifatnya universal, secara mendasar, wartawan haru memahami dan menerapkan standar kewartawanan dan konvensi juunalistik yang telah disepakati secara universal. b. Kode Etik Jurnalistik (KEJ), di Indonesia yag serig dijadikan panduan dan rujukan insan pers adalah disusun oleh Dewas Pres pada tahun 2006. c. Undang-undang Pres No. 40/1999 d. Undang-undang Penyiaran No. 32/ 2002 dan Pedoman Perlaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) e. Delik pers dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), dan aturan hukum lainnya. f. Norma masyarakat dan hati nurani, ini adalah rambu-rambu yang tidak tertulis, namun sangat perlu dicamkan oleh para pelaku di dunia Jurnalistik. Beberapa isu dalam kode etik Jurnalistik (Dewan Press dan beberapa organisasi wartawan, 2006) yang paling sering dilanggar oleh jurnalis, berdasarkan pengakuan 43 Sirikit Syah, “Rambu-rambu Jurnalistik,” Jogyakarta mereka sendiri Hal. 2011, 2011, Pustala Pelajar, adalah 42 (berdasarkankuesioner yang diedarkan kepada 100 wartawan Indonesia, tahun 2002)44 Dalam kode etik Jurnalistik Dewwan prs 2006, tertea atran pada Pasal 6 yang berbunyi: “Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan menerima suap.” Pada kode etik AJI lebih jelas lagi mengatakan amplop adalah “sogokan.” Adapun tujuan narasumber memberi amplop umumnya untuk: memberitakan dukungan atau berita kebaikan yang berlebihan, dan wartawan tidak memberitakan kabar buruk berdasarkan kenyataan yang diketahuinya. Beberapa butir Kode Etik Jurnalistik, sebagaimana berikut; a. Menerima amplop b. Melanggar Kesepakatan off the record c. Keseimbangan Cover both side (balance) d. Berita tanpa wawancara e. Judul berita bermasalah f. Kesalahan visual g. Kloning, copy paste, dan plagiarrisme h. Bahasa stereotip, label 2.25 UU Penyiaran Penyiaran yang dimaksud dalam undang-undang 32 tahun 2002 tentang penyiaran adalah televisi dan radio. Terdiri atas lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan lembaga penyiaran berlangganan. Saat ini media penyiaran televisi diatru oleh undang-undang Pres no. 40/199, Undang-undang Penyiaran No.32/ 2002 dan Undang-uandang Telekomunikasi NO.36/ 1999. Dengan demikian akan diahas beberapa pasal dalam Undang-undang no. 32. Tahun 2002 dan para artis, aktor yang Hernaini Sirikit, “Indonesia Pres Law Journalistcs Code Etheicsin the area of Free, Westminster University. 2002, United Kingdom 44 43 mengkuatirkan bisnis penyiaran televisi akan gulung tikar. Adapun beberapa yang sering dilanggar tetap dibiarkan dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman adalah, sebagaimana berikut; a. UU No.32 tahun 2002, Pasal 36 ayat 5 a dan b; ada kata-kata yag mengatakan isi siaran dialarang cabul (bisa termasuk gerakan bersenggama) dan merendahkan (martabat wanita di depan kamera bergoyang seperti sedagn bersenggama) Tren goyang Inul pada tahun 2004 yagn dilanjutkan dengan goyang yang lebih heboh dasyat lagi oleh Anisa Bahar, Dewi Persik, Trio Macan dan lainnya dibiarkan oleh seluruh jajaran regulator, padahal jelas bisa dilarang karena melanggar undangundang. Justeru Rhoma Irama yang menegur berakibat merugikan dirinya sendiri, sementara Inul Daratista meraih keuntungan karena dikontruksi media massa sebagai orang yang teraniaya. b. Undang-uang NO.32 Tahun 2002, pasal 7 ayt 2, yang menyebutkan : “KPI sebagai lembaga negara yang bersifat independen mengatur hal-hal mengenai penyiaran.” Tujuan dibentuknya Komisi Penyiaran menyikapi pentingnya Indonesia adalah untuk pemanfaatan gelombang elektro magnetic di ranah publik agar tidak digunakan sewenangwenang oleh pemilik media massa. Namun dari sekian kali penyelewengan yang dilakukan, KPI tidak pernah melakukan melakukan berbagai tindakan berdasarkan undang-undang dan P3 SPS adalah berkenaan adanya tekanan dari pihak DPR RI untuk membiarkan saja kondisi seperti sekarang ini. Sehingga muncul spekulasi bahwa pemilik media berada di belakang layar untuk menjalankan kepentingan politik dan bisnisnya. oo0oo