Muchlas Sugiarto , Ahmad Amin, M. Si , Ovilia Putri Utami Gumay, M

advertisement
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEAM QUIZ
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI O. MANGUNHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Muchlas Sugiarto1, Ahmad Amin, M. Si2, Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si.
1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
Dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRACT
This thesis entitled "The Influence of Active Teaching Method Type Team Quiz
on Student Physics Learning Outcomes Class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo
Lesson 2014/2015". The problem in this research is whether there is influence of
active learning method of Team Quiz type to physics study result of class VIII
SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year 2014/2015?. The purpose of this
research is to know the influence of active learning method of Team Quiz type on
physics learning result of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year
2014/2015. The method of this research is using experimental method with
pretest-posttest control group design design or experimental control group design.
The population in this study is all students of class VIII SMP Negeri O.
Mangunharjo academic year 2014/2015 which amounted to 160 students. Two
classes as a sample were drawn at random by drawing the class VIII.B as the
experimental class and class VIII.D as the control class. Technique of collecting
data using test technique. Student value data were analyzed by using t test. From
the analysis of post-test data of experimental class and control class with 0,05%
confidence level obtained tct = 4.64 and ttable = 1.67 because tcount> ttable,
mean the mean of experiment class is bigger than control class, then obtained the
conclusion that there is influence of active learning method of Team Quiz type to
physics study result of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year
2014/2015.
Keywords: Team Quiz, Learning Outcomes, Physics.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan
manusia, karena dengan pendidikan akan menentukan peradaban manusia pada
masa yang akan datang. Selain memperbaiki sarana dan prasarana yang
menunjang pendidikan, salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan
adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran..
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang
mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang aktif,
inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta mampu memilih
metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan kepada siswa.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi
adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran
guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru pun dituntut dapat menerapkan
berbagai metode pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan
aktivitas serta menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi
pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat proses
pembelajaran berlangsung.
Metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Suprayekti, 2004:9). Metode
pembelajaran yang diterapkan seorang guru, akan mendapat suatu hasil yang
optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemilihan suatu model pembelajaran tertentu yang digunakan oleh guru dalam
proses belajar mengajar dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk
belajar serta mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi ataupun
konsep-konsep dasar yang akhirnya memberikan pengaruh pada hasil belajar
siswa yang bersangkutan terutama pada mata pelajaran bidang sains seperti
fisika.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah.Pada umumnya siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika merupakan
pelajaran yang agak sulit dipahami sehingga banyak siswa yang takut akan
pelajaran fisika. Ketakutan–ketakutan tersebut tidak hanya dari dalam diri
siswa akan tetapi juga dari ketidakmampuan guru dalam menciptakan situasi
proses pembelajaran di kelas yang dapat membawa siswa tertarik pada
pelajaran fisika. Guru-guru fisika perlu memahami dan mengembangkan
berbagai metode dan keterampilan dalam mengajar fisika. Tujuannya antara
lain agar guru dapat menyusun program pengajaran fisika yang dapat
membangkitkan motiva sisiswa agar mereka dapat belajar dengan giat dan
benar-benar mengikuti pada saat proses kegiatan belajar mengajar. Jadi seorang
pendidik diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan
materi pokok yang ingin disampaikan sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan secara maksimal.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Ibu Lasmiyati, S.Pd. pada tanggal 6
Februari 2014 di SMP Negeri O. Mangunharjo ternyata hasil belajar siswa
pada mata pelajaran fisika belum sesuai dengan yang diharapkan, terlihat dari
nilai ulangan harian pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 disalah satu
kelas VIII yang berjumlah 39 siswa, hanya 18 siswa (46,15%) yang sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 21 siswa (53,85%)
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh
sekolah yaitu 75.
Berkaitan dengan rendahya hasil belajar tersebut, menurut guru yang
mengajar bahwa siswa menganggap pelajaran fisika menjadi pelajaran yang
membosankan sehingga minat siswa untuk belajar menjadi berkurang. Sebab
dalam kegiatan pembelajaran, guru cenderung menggunakan metode
konvensional (ceramah dan mencatat), sehingga dalam pembelajaran peran
guru lebih aktif sedangkan siswa hanya menerima dan mendengarkan
materi
yang disampaikan guru. Hal ini membuat hasil belajar siswa masih rendah.
Guru di SMP Negeri O. Mangunharjo sudah mengupayakan perbaikan
dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum
optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil langkah yaitu
memperbaharui model pembelajaran fisika. Metode yang akan diuji cobakan
yaitu metode pembelajaran aktif tipe Time Quiz.
Metode pembelajaran Team Quiz adalah proses belajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dimana siswa dibagi ke
dalam tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan
kuis jawaban singkat. Kuis tersebut sudah siap dalam waktu kurang dari lima
menit dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatannya.
Setiap siswa dalam satu tim bisa saling membantu dalam menjawab kuis yang
diajukan ole tim lain. Teknik tim ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak
mengancam atau tidak membuat mereka takut. Setiap siswa dalam tim bisa
saling membantu dalam menjawab kuis yang diajukan oleh tim.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan akan dilakukan
penelitian dengan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Team
Quiz terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri O.
Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian
ini : Apakah ada pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap
hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun
Pelajaran 2014/2015?.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran
2014/2015.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Menurut Aqib (2010:43) belajar adalah proses perubahan di dalam
diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri
manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung
proses belajar. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.
Dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
perubahan-perubahan yang menuju kearah yang lebih baik, seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Jihad dan Haris (2010:15), hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar
yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Dimyati dan
Mudjiono (2010:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Slameto (2010:77) berpendapat hasil belajar adalah
merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan
belajar.
Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Aqib (2010:23) berpendapat hasil belajar adalah merupakan
kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar”. Hasil
belajar pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam ranah kognitif setelah diujikan dengan soal tes yang telah diujikan
kelayakannya.
Berdasarkan pendapat
di atas,
maka hasil belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku dan kemampuan yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.
3. Pembelajaran Aktif
Menurut Zaini, et. al (2008:3) pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Ketika siswa
belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik
untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata.
Menurut Rusman (2012:324) “Pembelajaran aktif merupakan
pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa
dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji
dalam
mendapatkan
proses
berbagai
pembelajaran
pengalaman
pemahaman dan kompetensinya.
di
kelas,
yang
sehingga
dapat
mereka
meningkatkan
Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran aktif adalah suatu metode pembelajaran yang banyak
memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses belajar sehingga
mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan mampu
meningkatkan pemahaman serta kompetensinya dalam mempelajari
materi pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran Team Quiz
Menurut Silberman (2011:175) , menyatakan bahwa Team Quiz
merupakan suatu metode yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak
mengancam atau tidak membuat mereka takut.
Menurut Supriyadi (2011:185), menyatakan bahwa Team Quiz
diterapkan untuk memberdayakan seluruh siswa dengan mempelajari suatu
topik pembelajaran dan membagi kelompok belajar dimana setiap
kelompok akan membuat kuis untuk ditanyakan kepada kelompok lain
yang aturan mainnya telah ditetapkan oleh guru sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Team Quiz
adalah suatu pembelajaran aktif yang melatih tanggung jawab seluruh
siswa dalam kelompok belajar dimana setiap kelompok akan membuat
kuis untuk ditanyakan pada kelompok lain dalam suasana yang
menyenangkan dalam proses belajar.
Menurut Supriyadi (2011:184) langkah-langkah pembelajaran
aktif tipe Team Quiz adalah:
a. Pilihlah topik yang disampaikan dalam tiga segmen.
b. Bagi siswa menjadi 3 kelompok.
c. Jelaskan format sesi yang akan disampaikan dan mulailah
penyampaian materi. Batasi hingga 10 menit.
d. Mintalah tim A untuk membuat kuis jawaban ringkas.
Sementara tim B dan C mereview catatan mereka.
e. Tim A memberi pertanyaan pada tim B. Apabila tidak bisa,
pertanyaan pindah ke tim C.
f. Tim A mengajukan pertanyaan ke tim C. Apabila tidak bisa,
pertayaan pindah ketim B.
g. Lanjutkan penyapaian materi segmen kedua dan tunjuk tim B
sebagai pemandu kuis.
h. Setelah tim B selesai, lanjutkan penyampaian materi dan tunjuk
tim C sebagai pemandu kuis.
Suprijono (2009:114) menyatakan langkah-langkah dalam metode
pembelajaran Team Quiz sebagai berikut:
a. Pilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
b. Bagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A,B, dan C.
c. Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran
kemudian mulai peyampaian materi. Batasi penyampaian materi
maksimal 10 menit.
d. Setelah penyampaian, mintalah kelompok A menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
e. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab
pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
f. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika
kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok
B.
g. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
h. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C
sebagai kelompok penanya.
i. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan
jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka langkah-langkah
tersebut
dapat
penulis
simpulkan
dan
dimodifikasi
sehingga
dikembangkan menjadi 9 langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
peneliti. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a.
Guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen.
b.
Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
c.
Mensosialisasikan kepada siswa tentang pembelajaran Time Quiz
d.
Guru menyampaikan materi pelajaran pertama.
e.
Guru meminta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang baru disampaikan. Kelompok B
dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka.
f.
Guru menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk
kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab lempar ke
kelompok C.
g.
Guru menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk
kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab lempar ke
kelompok B.
h.
Jika tanya jawab selesai, guru menjelaskan materi pelajaran kedua
dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan
seperti kelompok A dan seterusnya.
i.
Guru menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan sekiranya ada
pemahaman siswa yang keliru.
Metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz sebagai salah satu
alternatif yang dapat dipakai dalam peninjauan materi pelajaran juga
memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dan kekurangan dalam
metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz menurut Miratriani (2014:17)
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan dari Metode Pembelajaran Team Quiz yaitu:
1)
Dapat meningkatkan keseriusan.
2)
Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar.
3)
Mengajak siswa untuk terlibat penuh.
4)
Meningkatkan proses belajar.
5)
Membangun kreatifitas diri.
6)
Meraih makna belajar melalui pengalaman.
7)
Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.
8)
Menambah semangat dan minat belajar siswa.
b. Kelemahan metode pembelajaran Team Quiz yaitu:
1) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat
keributan terjadi.
2) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok
tersebut, yakni yang bisa menjawab soal quiz.
3) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika quiz dilaksanakan oleh
seluruh tim dalam suatu pertemuan.
5. Materi Alat-alat Optik
a. Pengertian Alat-alat Optik
Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih
komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa, serat
optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik adalah dengan
memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
Pemantulan cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambat cahaya
pada reflektor. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah
rambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara dua zat bening
yang berbeda kerapatannya.
1) Mata
Mata adalah alat optik alamiah yang mengandung lensa cembung.
Pengaturan ketebalan lensa mata mengakibatkan perubahan panjang
fokus lensa sehingga mata dapat melihat benda yang dekat maupun
jauh dengan jelas. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh,
otot akan mengendur dan sistem lensa-kornea berada pada panjang
fokus maksimumnya. Jika benda didekatkan, otot siliar akan
meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan
mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan
ke retina, proses ini disebut akomodasi (Tipler, 2011:514).
Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat
mata. Untuk orang dewasa muda biasanya 25 cm. Titik jauh adalah
jarak terjauh dimana benda masih dapat terlihat jelas. Pada
mata normal, titik dekat yang dimiliki adalah 25 cm dan titik
jauh tak terhingga (Giancoli, 2001:334). Kemungkinan terjadi
ketidaknormalan pada mata disebut aberasi atau cacat mata. Cacat
mata tersebut antara lain:
a) Rabun Jauh (miopi)
Rabun jauh mengacu pada mata yang hanya dapat terfokus
pada benda dekat. Titik jauh tidak berada pada tak hingga tetapi
jarak yang lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas.
Lensa divergen memungkinkan berkas-berkas terfokus pada
retina sehingga dapat memperbaiki cacat mata ini seperti pada
gambar 1.
Gambar 2.1 Memperbaiki Cacat Mata dengan Menggunakan
Lensa Divergen (Sumber: Giancoli, 2001:335)
b) Rabun Dekat (hipermetropi)
Rabun dekat mengacu pada mata yang tidak dapat
memfokuskan pada benda dekat. Titik dekat lebih besar dari mata
normal (25 cm), yang membuat membaca menjadi sulit. Cacat ini
dikarenakan mata yang terlalu pendek dan kornea yang tidak
cukup melengkung.
c) Astigmatisma
Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa
yang kurang bundar sehingga benda tidak difokuskan sebagai
garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini terjadi karena
kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya bertumpuk.
Lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang paralel
dengan sumbunya. Astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa
silindris yang mengimbanginya.
2) Kamera
Kamera terdiri atas lensa positif. Tidak seperti mata, yang
memiliki lensa dengan panjang fokus yang berubah, panjang fokus
lensa
kamera
sudah
tetap.
Pemfokusan
dilakukan
dengan
memvariasikan jarak dari lensa ke film dengan menggerakkan lensa
lebih jauh atau lebih dekat dari film. Jika pada mata retina berfungsi
untuk menangkap bayangan, maka pada kamera, yang berfungsi
menangkap bayangan adalah film (Tipler, 2001:520).
3) Lup
Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri
atas sebuah lensa cembung untuk memungkinkan bendanya
dibawa lebih dekat ke mata dan demikian memperbesar ukuran
bayangan pada retina (Tipler, 2001:518).
Perbesaran sudut pada lup ditentukan dengan persamaan berikut:
M 
'

Young dan Freedman (2004:575)
Keterangan:
M = Perbesaran sudut
θ'
= Rasio sudut
θ
= Ukuran sudut
4) Mikroskop
Mikroskop merupakan alat optik yang terdiri atas susunan
dua lensa cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Mikroskop
diperlukan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil. Bayangan
yang terbentuk oleh lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan
diperbesar, sedangkan bayangan yang terbentuk oleh lensa okuler
adalah maya, terbalik, dan diperbesar (Giancoli, 2001:344).
Perbesaran sudut
pada mikroskop
ditentukan dengan
persamaan berikut:
M  m1M 2 
(25cm) s1 '
f1 f 2
Young dan Freedman (2004:577)
Keterangan:
M
= Perbesaran sudut keseluruhan
m1 = Perbesaran lateral dari objektif
M2 = Perbesaran sudut dari lensa mata
s1
= Jarak benda
f1
= Panjang fokus dari lensa objektif
f2
= Panjang fokus lensa mata
5) Teleskop
Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.
Teleskop ada yang terdiri dari beberapa lensa, adapula yang terdiri
atas beberapa cermin dan lensa.
Ada beberapa jenis teleskop astronomi. Jenis pembias yang
umum, kadang-kadang disebut Keplerian, terdiri dari dua lensa
konvergen
yang berada pada ujung-ujung berlawanan dari
tabung yang panjang. Lensa yang paling dekat dengan benda
disebut lensa obyektif dan membentuk bayangan nyata I1 dari
benda yang jauh pada bidang titik fokusnya fo (atau didekatnya
jika benda tidak berada pada takhingga). Walaupun bayangan ini, I1
lebih kecil dari benda aslinya, ia membuat sudut yang lebih besar
dan sangat dekat ke lensa kedua, yang disebut okuler, yang berfungsi
sebagai pembesar.
Dengan demikian, okuler memperbesar bayangan yang
dihasilkan oleh obyektif untuk menghasilkan bayangan kedua
yang jauh diperbesar, I2, yang bersifat maya dan terbalik
(Giancoli, 2001:341).
Perbesaran sudut pada teleskop pada gambar 1.7 yaitu:
M 
 ' y' / f 2
f

 1

y ' / f1
f2
Young dan Freedman (2004:578)
Keterangan:
M
= Perbesaran sudut
θ'
= Rasio sudut
θ
= Ukuran sudut
f1
= Panjang fokus dari lensa objektif
f2
= Panjang fokus lensa mata
y’
= Tinggi bayangan
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretest-
postest control grup design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Menurut
Arikunto (2010:125), desain penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1
Pretest-Posttest Control Group Design
Group
Eksperimen
Kontrol
Pre-test
O1
O3
Treatment
X
-
Pos-test
O1
O4
dengan O1 adalah tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen, O2 adalah tes
akhir (post-test) pada kelas eksperimen, O3 adalah tes awal (pre-test) pada
kelas kontrol, O4 adalah tes akhir (post-test) pada kelas kontrol, X adalah
model pembelajaran Snowball Throwing, - adalah perlakuan pembelajaran
ceramah dan latihan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas SMP O
Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 2 kelas yaitu kelas
X.B sebagai kelas eksperimen dan kelas X.D sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sebelum
pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal
materi alat optik di kelas XI SMP O Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
Setelah data diperoleh maka uji coba soal dianalisis dengan empat kriteria yaitu
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil
pretest dianalisis dengan uji normalitas. Sedangan hasil posttest dianalisis
dengan uji-t.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis hasil penelitian
Deskripsi data penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
secara umum mengenai data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VIII SMP O Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015
yang dilakukan pada tanggal 20 April sampai 20 Mei 2015. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan dua kelas sebagai sampel dari jumlah populasi
sebanyak lima kelas.
Kelas yang dijadikan sampel adalah kelas X.B sebagai kelas Eksperimen
dan kelas X.D sebagai kelas Kontrol. Kelas X.B mendapatkan perlakuan
dengan menggunakan Metode pembelajaran Tipe Team Quiz pada proses
pembelajarannya, sedangkan kelas X.D menggunakan metode ceramah dan
latihan dalam penyampaian materi.
Sebelum pelaksanaan penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji
coba instrumen yang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2015 di kelas XI.A
SMP O Mangunharjo. Tahap uji instrumen ini dilakukan untuk menentukan
banyaknya soal yang memenuhi kriteria untuk dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian yang dipakai pada pre-test dan post-test dari sejumlah
soal yang peniliti buat.
Data tes diperoleh dari hasil pre-test (kemampuan awal siswa sebelum
mendapat perlakuan) dan post-test (kemampuan siswa setelah mendapatkan
perlakuan). Pelaksanaan tes awal dikelas eksperimen maupun kontrol diikuti
oleh semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah kedua kelas
mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi
vektor. Data tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
model pembelajaran Tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa.
Sebelum dilaksanakan pembelajaran tes akhir terlebih dahulu
dilaksanakan pre-test yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa
sebelum dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, jumlah pertemuan tatap
muka yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, satu kali pemberian
pre-test, satu kali proses pembelajaran dan satu kali pemberian post-test.
2. Pembahasan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh
metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar IPA
Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran
2014/2015. Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri
O.
Mangunharjo
tahun
pelajaran
2014/2015
dapat
dilihat
dari
perbandingan hasil pre-test dan post-test yang diberikan sebelum dan
setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas sampel.
Pembelajaran
kelompok
eksperimen
diterapkan
dengan
menggunakan metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz. Metode ini
merupakan suatu pembelajaran aktif yang melatih tanggung jawab seluruh
siswa dalam kelompok belajar dimana setiap kelompok akan membuat
kuis untuk ditanyakan pada kelompok lain dalam suasana yang
menyenangkan dalam proses belajar.
Pada saat pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan guru
memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen. Lalu membagi
siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C dan mensosialisasikan
kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran Time Quiz. Kemudian
guru menyampaikan materi pelajaran pertama. Dilanjutkan dengan
meminta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan yang berkaitan
dengan materiyang baru disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan
waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. Lalu, menunjuk kelompok A
untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok B, jika kelompok B tidak
bisa menjawab lempar ke kelompok C. Selanjutnya menunjuk kelompok
A untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok C, jika kelompok C
tidak bisa menjawab lempar ke kelompok B. Jika tanya jawab selesai, guru
menjelaskan materi pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi
kelompok penanya. Lakukan seperti kelompok A dan seterusnya. Diakhir
pembelajaran guru menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan sekiranya
ada pemahaman siswa yang keliru. Pada pertemuan ini dari tiga kelompok
hanya ada satu kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya dan mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran masih sama seperti
pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini dari masih belum
maksimal
dikarenakan
hanya
ada
satu
kelompok
yang
dapat
menyelesaikan tugasnya sedangkan kelompok lain masih ada perbaikan,
namun semuanya sudah mulai memahami dan lebih baik dari petemuan
pertama. Selanjutnya pada pertemuan ketiga, masih seperti pembelajaran
sebelumnya. Pada pertemuan ini semua kelompok sudah mampu
mengerjakan tugasnya dan dapat menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini
dikarenakan motivasi yang diberikan guru untuk mendorong kemauan dan
kemampuan siswa sehingga dapat lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pembelajaran untuk kelas kontrol dengan metode pembelajaran
konvensional dimana proses pembelajaran lebih banyak dikendalikan oleh
peneliti. Siswa sangat memperhatikan peneliti menerangkan atau
mendemostrasikan materi alat-alat optik. Hal ini justru mengakibatkan
peneliti tidak mengerti pemahaman siswa, karena siswa yang sudah atau
belum mengerti hanya diam saja.Siswa yang belum mengerti tidak berani
untuk bertanya kepada peneliti. Ketika diminta untuk mengerjakan soal,
siswa cenderung malas dan lebih suka mengobrol dengan teman sebangku
atau hanya diam saja.
Setelah diberi pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen
yang diberi pembelajaran Time Quiz sedangkan kelas kontrol dengan
metode konvensional. Kemudian siswa diberikan post-test maka terjadi
peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata ( x
) pre-test sebesar 16,18 sedangkan nilai rata-rata post-test 78,61, artinya
terdapat peningkatan sebesar 62,43. Lalu untu kelas kontrol didapatkan
nilai rata-rata ( x ) pre-test sebesar 15,47, sedangkan nilai rata-rata posttest adalah 69,34 yang artinya terdapat peningkatan sebesar 53,87. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan nilai tes kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan nilai
mata pelajaran IPA Terpadu siswa pada materi alat-alat optik dengan
menggunakan metode pembelajaran Time Quiz lebih banyak bila
dibandingkan
dengan
kelas
kontrol
yang
menggunakan
metode
konvensional. Dari nilai KKM sebesar 75, siswa kelas eksperimen yang
tuntas sebanyak 27 siswa dari 33 siswa dengan persentase 81,82%.
Selanjutnya untuk kelas kontrol memperoleh ketuntasan sebesar 34,38%
atau sebanyak 11 siswa yang tuntas dari total 32 siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran Time Quiz lebih baik daripada kelas
kontrol yang menggunakan metode konvensional.
Tingginya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen disebabkan
oleh beberapa keunggulan dari penggunaan metode pembelajaran aktif tipe
Team Quiz, salah satunya adalah dapat meningkatkan semangat siswa dan
minat belajar siswa karena dalam metode ini siswa terlibat secara penuh
pada setiap langkah pembelajarannya.
Siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran
Time Quiz, siswa dituntut lebih aktif dan terlibat langsung pada kegiatan
belajar mengajar dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Dimana dalam setiap langkahnya peran guru
dalam metode pembelajaran ini hanya memberikan pertanyaan dan
menjadi fasilitator pada masing-masing kelompok, kemudian guru
membimbing dan mengarahkan pada jalannya diskusi sampai diakhir
pembelajaran. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa
metode pembelajaran Time Quiz baik jika diterapkan pada pembelajaran
IPA Terpadu.
E. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh nilai ratarata post-test kelas eksperimen sebesar 78,61 sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 69,34. Kemudian hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 4,64 > ttabel
=1,67, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode
pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa kelas
VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis memandang
perlu untuk memberikan saran sebagai berikut:
1. Siswa
Hendaknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta
mampu belajar mandiri dalam menggali pengetahuan, sehingga hasil
belajarnya dapat ditingkatkan.
2. Guru
Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
sebaiknya
menggunakan
metode
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat serta hasil belajar siswa.
Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa adalah metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz.
3. Sekolah
Dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar, hendaknya sekolah
menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran metode Team
Quiz.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Miratriani. 2012. Metode Team Quiz
http://miratriani.com. 06 April 2014
dan
Talking
Stick.
online
Rusman. 2010. Seri Menejemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran
Pengembangan Profesionalisme Guru. Bandung: Grafindo.
Siberman, L Melvin. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Nusamedia, Bandung.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.
Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Cakrawala Ilmu.
Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2004. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Download