PENGARUH METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEAM QUIZ TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI O. MANGUNHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Muchlas Sugiarto1, Ahmad Amin, M. Si2, Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si. 1Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau, Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia ABSTRACT This thesis entitled "The Influence of Active Teaching Method Type Team Quiz on Student Physics Learning Outcomes Class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson 2014/2015". The problem in this research is whether there is influence of active learning method of Team Quiz type to physics study result of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year 2014/2015?. The purpose of this research is to know the influence of active learning method of Team Quiz type on physics learning result of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year 2014/2015. The method of this research is using experimental method with pretest-posttest control group design design or experimental control group design. The population in this study is all students of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo academic year 2014/2015 which amounted to 160 students. Two classes as a sample were drawn at random by drawing the class VIII.B as the experimental class and class VIII.D as the control class. Technique of collecting data using test technique. Student value data were analyzed by using t test. From the analysis of post-test data of experimental class and control class with 0,05% confidence level obtained tct = 4.64 and ttable = 1.67 because tcount> ttable, mean the mean of experiment class is bigger than control class, then obtained the conclusion that there is influence of active learning method of Team Quiz type to physics study result of class VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Lesson Year 2014/2015. Keywords: Team Quiz, Learning Outcomes, Physics. A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan akan menentukan peradaban manusia pada masa yang akan datang. Selain memperbaiki sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan, salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran.. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas peran aktif guru yang mampu memberi motivasi dan dapat menciptakan iklim belajar yang aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta mampu memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan kepada siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, relevan, dan bervariasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik sangatlah penting, guru pun dituntut dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran yang efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Suprayekti, 2004:9). Metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru, akan mendapat suatu hasil yang optimal jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemilihan suatu model pembelajaran tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa untuk belajar serta mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi ataupun konsep-konsep dasar yang akhirnya memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa yang bersangkutan terutama pada mata pelajaran bidang sains seperti fisika. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.Pada umumnya siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang agak sulit dipahami sehingga banyak siswa yang takut akan pelajaran fisika. Ketakutan–ketakutan tersebut tidak hanya dari dalam diri siswa akan tetapi juga dari ketidakmampuan guru dalam menciptakan situasi proses pembelajaran di kelas yang dapat membawa siswa tertarik pada pelajaran fisika. Guru-guru fisika perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan keterampilan dalam mengajar fisika. Tujuannya antara lain agar guru dapat menyusun program pengajaran fisika yang dapat membangkitkan motiva sisiswa agar mereka dapat belajar dengan giat dan benar-benar mengikuti pada saat proses kegiatan belajar mengajar. Jadi seorang pendidik diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang ingin disampaikan sehingga mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara bersama Ibu Lasmiyati, S.Pd. pada tanggal 6 Februari 2014 di SMP Negeri O. Mangunharjo ternyata hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika belum sesuai dengan yang diharapkan, terlihat dari nilai ulangan harian pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 disalah satu kelas VIII yang berjumlah 39 siswa, hanya 18 siswa (46,15%) yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 21 siswa (53,85%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Berkaitan dengan rendahya hasil belajar tersebut, menurut guru yang mengajar bahwa siswa menganggap pelajaran fisika menjadi pelajaran yang membosankan sehingga minat siswa untuk belajar menjadi berkurang. Sebab dalam kegiatan pembelajaran, guru cenderung menggunakan metode konvensional (ceramah dan mencatat), sehingga dalam pembelajaran peran guru lebih aktif sedangkan siswa hanya menerima dan mendengarkan materi yang disampaikan guru. Hal ini membuat hasil belajar siswa masih rendah. Guru di SMP Negeri O. Mangunharjo sudah mengupayakan perbaikan dalam proses pembelajaran akan tetapi hasil yang diperoleh masih belum optimal. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengambil langkah yaitu memperbaharui model pembelajaran fisika. Metode yang akan diuji cobakan yaitu metode pembelajaran aktif tipe Time Quiz. Metode pembelajaran Team Quiz adalah proses belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dimana siswa dibagi ke dalam tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut sudah siap dalam waktu kurang dari lima menit dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatannya. Setiap siswa dalam satu tim bisa saling membantu dalam menjawab kuis yang diajukan ole tim lain. Teknik tim ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Setiap siswa dalam tim bisa saling membantu dalam menjawab kuis yang diajukan oleh tim. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan akan dilakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah ada pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Belajar Menurut Aqib (2010:43) belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan-perubahan yang menuju kearah yang lebih baik, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku. 2. Pengertian Hasil Belajar Menurut Jihad dan Haris (2010:15), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Slameto (2010:77) berpendapat hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Aqib (2010:23) berpendapat hasil belajar adalah merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar”. Hasil belajar pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam ranah kognitif setelah diujikan dengan soal tes yang telah diujikan kelayakannya. Berdasarkan pendapat di atas, maka hasil belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku dan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. 3. Pembelajaran Aktif Menurut Zaini, et. al (2008:3) pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Menurut Rusman (2012:324) “Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam mendapatkan proses berbagai pembelajaran pengalaman pemahaman dan kompetensinya. di kelas, yang sehingga dapat mereka meningkatkan Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode pembelajaran yang banyak memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses belajar sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman dan mampu meningkatkan pemahaman serta kompetensinya dalam mempelajari materi pembelajaran. 4. Metode Pembelajaran Team Quiz Menurut Silberman (2011:175) , menyatakan bahwa Team Quiz merupakan suatu metode yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Menurut Supriyadi (2011:185), menyatakan bahwa Team Quiz diterapkan untuk memberdayakan seluruh siswa dengan mempelajari suatu topik pembelajaran dan membagi kelompok belajar dimana setiap kelompok akan membuat kuis untuk ditanyakan kepada kelompok lain yang aturan mainnya telah ditetapkan oleh guru sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Team Quiz adalah suatu pembelajaran aktif yang melatih tanggung jawab seluruh siswa dalam kelompok belajar dimana setiap kelompok akan membuat kuis untuk ditanyakan pada kelompok lain dalam suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Menurut Supriyadi (2011:184) langkah-langkah pembelajaran aktif tipe Team Quiz adalah: a. Pilihlah topik yang disampaikan dalam tiga segmen. b. Bagi siswa menjadi 3 kelompok. c. Jelaskan format sesi yang akan disampaikan dan mulailah penyampaian materi. Batasi hingga 10 menit. d. Mintalah tim A untuk membuat kuis jawaban ringkas. Sementara tim B dan C mereview catatan mereka. e. Tim A memberi pertanyaan pada tim B. Apabila tidak bisa, pertanyaan pindah ke tim C. f. Tim A mengajukan pertanyaan ke tim C. Apabila tidak bisa, pertayaan pindah ketim B. g. Lanjutkan penyapaian materi segmen kedua dan tunjuk tim B sebagai pemandu kuis. h. Setelah tim B selesai, lanjutkan penyampaian materi dan tunjuk tim C sebagai pemandu kuis. Suprijono (2009:114) menyatakan langkah-langkah dalam metode pembelajaran Team Quiz sebagai berikut: a. Pilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian. b. Bagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A,B, dan C. c. Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai peyampaian materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit. d. Setelah penyampaian, mintalah kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. e. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. f. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. g. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. h. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya. i. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka langkah-langkah tersebut dapat penulis simpulkan dan dimodifikasi sehingga dikembangkan menjadi 9 langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan peneliti. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: a. Guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen. b. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C. c. Mensosialisasikan kepada siswa tentang pembelajaran Time Quiz d. Guru menyampaikan materi pelajaran pertama. e. Guru meminta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang baru disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. f. Guru menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab lempar ke kelompok C. g. Guru menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab lempar ke kelompok B. h. Jika tanya jawab selesai, guru menjelaskan materi pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti kelompok A dan seterusnya. i. Guru menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz sebagai salah satu alternatif yang dapat dipakai dalam peninjauan materi pelajaran juga memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dan kekurangan dalam metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz menurut Miratriani (2014:17) adalah sebagai berikut: a. Kelebihan dari Metode Pembelajaran Team Quiz yaitu: 1) Dapat meningkatkan keseriusan. 2) Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar. 3) Mengajak siswa untuk terlibat penuh. 4) Meningkatkan proses belajar. 5) Membangun kreatifitas diri. 6) Meraih makna belajar melalui pengalaman. 7) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar. 8) Menambah semangat dan minat belajar siswa. b. Kelemahan metode pembelajaran Team Quiz yaitu: 1) Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi. 2) Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab soal quiz. 3) Waktu yang diberikan sangat terbatas jika quiz dilaksanakan oleh seluruh tim dalam suatu pertemuan. 5. Materi Alat-alat Optik a. Pengertian Alat-alat Optik Alat optik adalah alat-alat yang salah satu atau lebih komponennya menggunakan benda optik, seperti: cermin, lensa, serat optik atau prisma. Prinsip kerja dari alat optik adalah dengan memanfaatkan prinsip pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya. Pemantulan cahaya adalah peristiwa pengembalian arah rambat cahaya pada reflektor. Pembiasan cahaya adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena cahaya melalui bidang batas antara dua zat bening yang berbeda kerapatannya. 1) Mata Mata adalah alat optik alamiah yang mengandung lensa cembung. Pengaturan ketebalan lensa mata mengakibatkan perubahan panjang fokus lensa sehingga mata dapat melihat benda yang dekat maupun jauh dengan jelas. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan sistem lensa-kornea berada pada panjang fokus maksimumnya. Jika benda didekatkan, otot siliar akan meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina, proses ini disebut akomodasi (Tipler, 2011:514). Jarak terdekat yang dapat difokuskan mata disebut titik dekat mata. Untuk orang dewasa muda biasanya 25 cm. Titik jauh adalah jarak terjauh dimana benda masih dapat terlihat jelas. Pada mata normal, titik dekat yang dimiliki adalah 25 cm dan titik jauh tak terhingga (Giancoli, 2001:334). Kemungkinan terjadi ketidaknormalan pada mata disebut aberasi atau cacat mata. Cacat mata tersebut antara lain: a) Rabun Jauh (miopi) Rabun jauh mengacu pada mata yang hanya dapat terfokus pada benda dekat. Titik jauh tidak berada pada tak hingga tetapi jarak yang lebih dekat, sehingga benda jauh tidak terlihat jelas. Lensa divergen memungkinkan berkas-berkas terfokus pada retina sehingga dapat memperbaiki cacat mata ini seperti pada gambar 1. Gambar 2.1 Memperbaiki Cacat Mata dengan Menggunakan Lensa Divergen (Sumber: Giancoli, 2001:335) b) Rabun Dekat (hipermetropi) Rabun dekat mengacu pada mata yang tidak dapat memfokuskan pada benda dekat. Titik dekat lebih besar dari mata normal (25 cm), yang membuat membaca menjadi sulit. Cacat ini dikarenakan mata yang terlalu pendek dan kornea yang tidak cukup melengkung. c) Astigmatisma Astigmatisma biasanya disebabkan oleh kornea atau lensa yang kurang bundar sehingga benda tidak difokuskan sebagai garis pendek, yang mengaburkan bayangan. Hal ini terjadi karena kornea berbentuk sferis dengan bagian silindrisnya bertumpuk. Lensa silindris memfokuskan titik menjadi garis yang paralel dengan sumbunya. Astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa silindris yang mengimbanginya. 2) Kamera Kamera terdiri atas lensa positif. Tidak seperti mata, yang memiliki lensa dengan panjang fokus yang berubah, panjang fokus lensa kamera sudah tetap. Pemfokusan dilakukan dengan memvariasikan jarak dari lensa ke film dengan menggerakkan lensa lebih jauh atau lebih dekat dari film. Jika pada mata retina berfungsi untuk menangkap bayangan, maka pada kamera, yang berfungsi menangkap bayangan adalah film (Tipler, 2001:520). 3) Lup Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung untuk memungkinkan bendanya dibawa lebih dekat ke mata dan demikian memperbesar ukuran bayangan pada retina (Tipler, 2001:518). Perbesaran sudut pada lup ditentukan dengan persamaan berikut: M ' Young dan Freedman (2004:575) Keterangan: M = Perbesaran sudut θ' = Rasio sudut θ = Ukuran sudut 4) Mikroskop Mikroskop merupakan alat optik yang terdiri atas susunan dua lensa cembung yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Mikroskop diperlukan untuk melihat benda-benda yang sangat kecil. Bayangan yang terbentuk oleh lensa objektif adalah nyata, terbalik, dan diperbesar, sedangkan bayangan yang terbentuk oleh lensa okuler adalah maya, terbalik, dan diperbesar (Giancoli, 2001:344). Perbesaran sudut pada mikroskop ditentukan dengan persamaan berikut: M m1M 2 (25cm) s1 ' f1 f 2 Young dan Freedman (2004:577) Keterangan: M = Perbesaran sudut keseluruhan m1 = Perbesaran lateral dari objektif M2 = Perbesaran sudut dari lensa mata s1 = Jarak benda f1 = Panjang fokus dari lensa objektif f2 = Panjang fokus lensa mata 5) Teleskop Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas. Teleskop ada yang terdiri dari beberapa lensa, adapula yang terdiri atas beberapa cermin dan lensa. Ada beberapa jenis teleskop astronomi. Jenis pembias yang umum, kadang-kadang disebut Keplerian, terdiri dari dua lensa konvergen yang berada pada ujung-ujung berlawanan dari tabung yang panjang. Lensa yang paling dekat dengan benda disebut lensa obyektif dan membentuk bayangan nyata I1 dari benda yang jauh pada bidang titik fokusnya fo (atau didekatnya jika benda tidak berada pada takhingga). Walaupun bayangan ini, I1 lebih kecil dari benda aslinya, ia membuat sudut yang lebih besar dan sangat dekat ke lensa kedua, yang disebut okuler, yang berfungsi sebagai pembesar. Dengan demikian, okuler memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh obyektif untuk menghasilkan bayangan kedua yang jauh diperbesar, I2, yang bersifat maya dan terbalik (Giancoli, 2001:341). Perbesaran sudut pada teleskop pada gambar 1.7 yaitu: M ' y' / f 2 f 1 y ' / f1 f2 Young dan Freedman (2004:578) Keterangan: M = Perbesaran sudut θ' = Rasio sudut θ = Ukuran sudut f1 = Panjang fokus dari lensa objektif f2 = Panjang fokus lensa mata y’ = Tinggi bayangan C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen dengan desain penelitian berbentuk pretest- postest control grup design atau desain kelompok kontrol eksperimen. Menurut Arikunto (2010:125), desain penelitian dapat ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1 Pretest-Posttest Control Group Design Group Eksperimen Kontrol Pre-test O1 O3 Treatment X - Pos-test O1 O4 dengan O1 adalah tes awal (pre-test) pada kelas eksperimen, O2 adalah tes akhir (post-test) pada kelas eksperimen, O3 adalah tes awal (pre-test) pada kelas kontrol, O4 adalah tes akhir (post-test) pada kelas kontrol, X adalah model pembelajaran Snowball Throwing, - adalah perlakuan pembelajaran ceramah dan latihan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas SMP O Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 2 kelas yaitu kelas X.B sebagai kelas eksperimen dan kelas X.D sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba soal materi alat optik di kelas XI SMP O Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Setelah data diperoleh maka uji coba soal dianalisis dengan empat kriteria yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun hasil pretest dianalisis dengan uji normalitas. Sedangan hasil posttest dianalisis dengan uji-t. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis hasil penelitian Deskripsi data penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai data yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP O Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015 yang dilakukan pada tanggal 20 April sampai 20 Mei 2015. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua kelas sebagai sampel dari jumlah populasi sebanyak lima kelas. Kelas yang dijadikan sampel adalah kelas X.B sebagai kelas Eksperimen dan kelas X.D sebagai kelas Kontrol. Kelas X.B mendapatkan perlakuan dengan menggunakan Metode pembelajaran Tipe Team Quiz pada proses pembelajarannya, sedangkan kelas X.D menggunakan metode ceramah dan latihan dalam penyampaian materi. Sebelum pelaksanaan penelitian dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang dilaksanakan pada tanggal 21 April 2015 di kelas XI.A SMP O Mangunharjo. Tahap uji instrumen ini dilakukan untuk menentukan banyaknya soal yang memenuhi kriteria untuk dapat digunakan sebagai instrumen penelitian yang dipakai pada pre-test dan post-test dari sejumlah soal yang peniliti buat. Data tes diperoleh dari hasil pre-test (kemampuan awal siswa sebelum mendapat perlakuan) dan post-test (kemampuan siswa setelah mendapatkan perlakuan). Pelaksanaan tes awal dikelas eksperimen maupun kontrol diikuti oleh semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi vektor. Data tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa. Sebelum dilaksanakan pembelajaran tes akhir terlebih dahulu dilaksanakan pre-test yang berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, jumlah pertemuan tatap muka yang dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, satu kali pemberian pre-test, satu kali proses pembelajaran dan satu kali pemberian post-test. 2. Pembahasan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar IPA Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo tahun pelajaran 2014/2015 dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-test yang diberikan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada kedua kelas sampel. Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz. Metode ini merupakan suatu pembelajaran aktif yang melatih tanggung jawab seluruh siswa dalam kelompok belajar dimana setiap kelompok akan membuat kuis untuk ditanyakan pada kelompok lain dalam suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Pada saat pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan guru memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga segmen. Lalu membagi siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C dan mensosialisasikan kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran Time Quiz. Kemudian guru menyampaikan materi pelajaran pertama. Dilanjutkan dengan meminta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaan yang berkaitan dengan materiyang baru disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka. Lalu, menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok B, jika kelompok B tidak bisa menjawab lempar ke kelompok C. Selanjutnya menunjuk kelompok A untuk mengajukan pertanyaan untuk kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab lempar ke kelompok B. Jika tanya jawab selesai, guru menjelaskan materi pelajaran kedua dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti kelompok A dan seterusnya. Diakhir pembelajaran guru menyimpulkan tanya jawab dan menjelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Pada pertemuan ini dari tiga kelompok hanya ada satu kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran masih sama seperti pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini dari masih belum maksimal dikarenakan hanya ada satu kelompok yang dapat menyelesaikan tugasnya sedangkan kelompok lain masih ada perbaikan, namun semuanya sudah mulai memahami dan lebih baik dari petemuan pertama. Selanjutnya pada pertemuan ketiga, masih seperti pembelajaran sebelumnya. Pada pertemuan ini semua kelompok sudah mampu mengerjakan tugasnya dan dapat menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini dikarenakan motivasi yang diberikan guru untuk mendorong kemauan dan kemampuan siswa sehingga dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Pembelajaran untuk kelas kontrol dengan metode pembelajaran konvensional dimana proses pembelajaran lebih banyak dikendalikan oleh peneliti. Siswa sangat memperhatikan peneliti menerangkan atau mendemostrasikan materi alat-alat optik. Hal ini justru mengakibatkan peneliti tidak mengerti pemahaman siswa, karena siswa yang sudah atau belum mengerti hanya diam saja.Siswa yang belum mengerti tidak berani untuk bertanya kepada peneliti. Ketika diminta untuk mengerjakan soal, siswa cenderung malas dan lebih suka mengobrol dengan teman sebangku atau hanya diam saja. Setelah diberi pembelajaran yang berbeda, untuk kelas eksperimen yang diberi pembelajaran Time Quiz sedangkan kelas kontrol dengan metode konvensional. Kemudian siswa diberikan post-test maka terjadi peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata ( x ) pre-test sebesar 16,18 sedangkan nilai rata-rata post-test 78,61, artinya terdapat peningkatan sebesar 62,43. Lalu untu kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata ( x ) pre-test sebesar 15,47, sedangkan nilai rata-rata posttest adalah 69,34 yang artinya terdapat peningkatan sebesar 53,87. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan nilai mata pelajaran IPA Terpadu siswa pada materi alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran Time Quiz lebih banyak bila dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Dari nilai KKM sebesar 75, siswa kelas eksperimen yang tuntas sebanyak 27 siswa dari 33 siswa dengan persentase 81,82%. Selanjutnya untuk kelas kontrol memperoleh ketuntasan sebesar 34,38% atau sebanyak 11 siswa yang tuntas dari total 32 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran Time Quiz lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Tingginya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen disebabkan oleh beberapa keunggulan dari penggunaan metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz, salah satunya adalah dapat meningkatkan semangat siswa dan minat belajar siswa karena dalam metode ini siswa terlibat secara penuh pada setiap langkah pembelajarannya. Siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran Time Quiz, siswa dituntut lebih aktif dan terlibat langsung pada kegiatan belajar mengajar dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dimana dalam setiap langkahnya peran guru dalam metode pembelajaran ini hanya memberikan pertanyaan dan menjadi fasilitator pada masing-masing kelompok, kemudian guru membimbing dan mengarahkan pada jalannya diskusi sampai diakhir pembelajaran. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran Time Quiz baik jika diterapkan pada pembelajaran IPA Terpadu. E. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh nilai ratarata post-test kelas eksperimen sebesar 78,61 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 69,34. Kemudian hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 4,64 > ttabel =1,67, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP Negeri O. Mangunharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis memandang perlu untuk memberikan saran sebagai berikut: 1. Siswa Hendaknya lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta mampu belajar mandiri dalam menggali pengetahuan, sehingga hasil belajarnya dapat ditingkatkan. 2. Guru Dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat serta hasil belajar siswa. Salah satu metode yang dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz. 3. Sekolah Dalam mengoptimalkan proses belajar mengajar, hendaknya sekolah menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran metode Team Quiz. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia. Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Giancoli. 2001. Fisika Jilid 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Miratriani. 2012. Metode Team Quiz http://miratriani.com. 06 April 2014 dan Talking Stick. online Rusman. 2010. Seri Menejemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru. Bandung: Grafindo. Siberman, L Melvin. 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia, Bandung. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Cakrawala Ilmu. Tipler. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2004. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I. Jakarta: Erlangga. Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.