Syawir Pesantren Sebagai Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di

advertisement
Syawir Pesantren Sebagai Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di
Pondok Pesantren Manbaul Hikam Desa Putat, Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo- Jawa Timur
Rani Rakhmawati
[email protected]
Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Airlangga
Abstract
Syawir is an activity that has been passed down in the culture of Pondok Pesantren
(Islamic boarding school). There, Syawir is used as one of the method in learning the
yellow bible. This article studied the description of the implementation of Syawir as
extracurricular activity that supports the profound learning of the pesantren’s yellow
bible. This study aims to describe the scope of pesantren education that has certain
characteristic with the preservation of the yellow book. Yellow book serves as a symbol
that is part of the tradition of education in pesantren schools, as a major element in the
progress of education system in schools. Location of the study is at the boarding school in
Manbaul Hikam Putat village, District Tanggulangin, Sidoarjo. Data were collected by
observation and interviews, informants were selected purposively. This research is
qualitative descriptive which explain, describe, and try to comprehend by analyzing a
research problems based on the theory. From the analysis of the result, this study
concluded regarding Syawir in its application in schools that it determines the
implementation of the Syawir activity as an attempt to safeguard and preserve the
richness of knowledge in pesantren with its unique yellow bible as well as a provision for
preaching and proselytization in the midst of progression.
Key Words: Syawir, Boarding School, Yellow Bible.
Abstrak
Syawir merupakan suatu kegiatan yang telah diwariskan dalam kebudayaan pedidikan
pondok pesantren. Syawir digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran kitab
kuning di pondok pesantren. Artikel ini mengupas mengenai deskripsi tentang
pelaksanaan tradisi syawir sebagai kegiatan ekstrakurikuer penunjang pendalaman kitab
kuning pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ruang lingkup
pendidikan pesantren yang memiliki ciri khas tertentu dengan penyajian pelestarian kitab
kuning. Kitab kuning tersebut dijadikan suatu simbol yang merupakan bagian dari tradisi
pendidikan di pesantren, sebagai elemen utama dalam pergerakan sistem pendidikan di
pesantren. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Manbaul Hikam, Desa Putat,
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara mendalam, informan dipilih sesuai tujuan penelitian.jenis
penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menjelaskan, menguraikan,
menggambarkan secara menyeuruh dengan menganalisa suatu permasalahan penelitian
berdasarkan dengan teori. Dari analisis dapat ditemukan suatu simpulan mengenai syawir
dalam penerapannya di pesantren bahwa pelaksanaan ditentukannya kegiatan syawir
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 349
tersebut adalah sebagai suatu usaha untuk menjaga, melestarikan khazanah ke-ilmuan
pesantren yang khas dengan cirinya kitab kuning sekaligus menjadi suatu bekal yang
mewadahi da’wah, syiar agama di tengah-tengah perkembangan zaman.
Kata Kunci: syawir, pondok pesantren, kitab kuning , metode pembelajaran.
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 350
menghasilkan suatu karya dari tatanan
Pendahuluan
Pesantren merupakan suatu bentuk
dari
hasil
kebudayaan,
berdasarkan
pengalaman inderawi manusia sebagai
strategi untuk menafsirkan, memaknai,
menterjemahkan realita yang terjadi dari
sebuah konstruksi masyarakat. Sebagai
bentuk
penerapan
praktik
pendidikan
dalam suatu wadah, yakni pesantren. Hasil
penafsiran merupakan suatu ide yang
dijadikan sebagai acuhan, pedoman hidup
nilai, moral serta intelektual (Dhofier,
1982). Perkembangan pesantren hingga
abad ke-20an cukup dinamis. Hal tersebut
dilihat dari wujud pesantren berdasarkan
laju perkembangan sistem pendidikannya
yang semakin
meluas.
Diantara
tipe
pesantren tersbut yakni pesantren salaf (
tradisional),
khalaf
(
semi
modern,
menggabungkan pendidikan formal dan
non formal), modern (Bruinessen, 1995).
yang berupa nila, norma, serta aturan
Dari beberapa tipe pesantren tersebut
penerapan suatu agama sebagai realitas
dalam penelitian ini pondok pesantren
sosial.
Manbaul Hikam merupakan pesantren
Sehingga realitas sosial tersebut
mulai
menampakkan
pesantren,
lembaga
dapat
dikatakan
pendidikan
mengajarkan,
wujudnya
yang
menghayati,
yakni
sebagai
mampu
mendalami
serta mengamalkan seluruh aspek ajaran
dalam suatu agama yakni islam, hasil dari
realitas sosial tersebut oleh masyarakat
dapat dijadikan sebagai pedoman hidup,
yang sesuai dengan moral keagamaan
dalam kehidupan sehari-hari.
dengan tipe khalaf, atau dikenal dengan
semi modern yang dalam penerapan sistem
pendidikannya
pendidikan
memadukan
formal
dan
antara
non
formal.
Pendidikan di pesantren merupakan pola
pendidikan yang cukup kompleks dalam
penerapannya,
sisitem
nilai,
terjaga
aturan,
oleh
beberapa
norma
yang
mengajarkan kepribadian sesuai syariat
dalam agama. Mencetak pemuda yang
berjiwa qur’ani dan berakhlaqul karimah,
melalui
beragam
rangkaian
kegiatan
Pesantren juga salah satu lembaga
sebagai suatu proses internalisasi dalam
pendidikan tradisional atau tertua di
dirinya terkait suatu ajaran pendidikan
Indonesia yang memiliki ciri khas dalam
pesantren.
penerapan
Keunikan
sistem
tersebut
pendidikannya.
terbentuk
melalui
beberapa elemen tertentu, yang mampu
Pesantren sebagai suatu lembaga
pendidikan memiliki sistem kurikulum
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 351
pendidikan yang khas, misalnya dalam
menjawab, membaca isi maupun struktur
kajian
tata bahasa arab, sedangkan ustadz hanya
kitab
kuning.
Kitab
kuning
merupakan suatu faktor penting yang
berperan
dijadikan sebagai simbol karakteristik
membenarkan ketika santri mengalami
subkultur pesantren. Isi kandungan kitab
kesalahaan dalam sorogan tersebut.
kuning
tersebut
diantaranya
adalah
masalah Fiqih (peraturan syariat ibadah)
aqidah ilmu bahasa arab ilmu hadist ilmu
tafsir
serta
hikayat
atau
dongeng.
Khazanah keilmuan pesantren yang begitu
kaya dan kompleks meliputi seluruh ilmu
agama
diantaranya,
Tafsir,
Tarikh
(sejarah), Hadist, Fiqih, Ushul Fiqh,
Aqidah, Tasawuf, Lughoh (bahasa), Hisab
(hitungan), Falak (perbintangan), Faraidlh
(Warisan) dan lain sebagainya (Bruinessen
1995:13).
untuk
mensimak
dan
Penulis tertarik mengenai kegiatan
Syawir/ musyawarah yang merupakan
suatu metode pembelajaran yang mulai
maju,
sehingga
kedudukan
pesantren
menjadi lebih berkembang aktif sebagai
bentuk penyesuaian sistem pendidikan
dengan persaingan ketat yang ada hingga
saat ini. Pelaksanaan syawir tersebut
mampu melatih para santri lebih aktif
dalam pendalaman kajian serta pemecahan
solusi atas permasalahan yang terjadi
sebagai suatu tanggapan respon para santri
Pengembangan
metode
menjawab melalui media dakwah dan syiar
pembelajaran kitab kuning diantaranya,
agama islam. Menggelar suatu diskusi, adu
bandongan,
atau
debat, yang merujuk pada referensi kitab
metode
kuning pesantren. Beberapa penelitian
bandongan yaitu merupakan suatu metode
yang dilakukan oleh (Suaib, 2002). Di
yang bersifat pasif dalam pembelajaran,
pondok pesantren Indragiri Al-Islami,
dimana peran seorang guru atau ustad
Indragiri, mengenai metode masih sangat
masih besar, dan kesempatan para santri
sederhana dalam pembelajaran
untuk berkreasi mengembangkan pola
kuning, pesantren khalaf.
musyawarah.
sorogan,
Definisi
syawir
dari
pikirnya belum mulai nampak, masih
bergantung pada seorang guru.
Sorogan, merupakan suatu metode
Fokus
penelitiannya
kitab
adalah
penerapan metode pembelajaran tersebut
adalah
sebagai tujuan utamanya adalah
pembelajaran kitab kuning yang mulai
landasan awal pengenalan ilmu sang kyai
berkembang, peran seorang ustadz mulai
kepada
berkurang, sebab para santri mulai aktif
memahami lebih dalam mengenai isi kitab
mencoba dalam proses belajar untuk
kuning. Hasil penelitian tersebut berhasil
para
santrinya
untuk
dapat
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 352
mendidik para santri untuk mengikuti
salaf,
proses
pengembangan
pembelajaran
berlangsung,
yang
sedang
namun
dalam
maupun
tersebut
khalaf.
metode
adalah
Tujuan
pembelajaran
meneruskan
warisan
pelaksanaannya terdapat beberapa santri
kekayaan khzanah keilmuan pesantren
yang masih pasif jika santri yang kurang
yang berupa kitab kuning, sebagai tolok
percaya diri belum memiliki kesempatan
ukur persebaran ajaran islam yang haqiqi
untuk bertanya langsung selama proses
melalui media dakwah dan syiar islam.
pembelajaran bandongan ataupun sorogan
tersebut.
Penyebab
perasaan
sungkan
utamanya
yang
Fenomena serupa tersebut juga
adalah
dialami oleh Pondok Pesantren Manbaul
mendalam
Hikam yang akan menjadi bahasan dalam
tertanam dalam diri santri atas segala
penelitian.
kewibawaan kyai, serta ustad. Sehingga
pesantren tersebut dengan sebab kajian
tiap santri yang memiliki kemampuan
kitab kuning Manbaul Hikam diakui oleh
lebih luas tak mendapatkan kesempatan
beberapa pesantren di Sidoarjo yang paling
untuk
lengkap
menyampaikaannya,
walhasil
Peeliti
mengambil
penjabaran
kuningnya,
diterimanya.
bagaimana cara untuk menjaga kelestarian
mengikuti
pola
pendidikan tersebut yang terbilang klasik
Penelitian selanjutnya dilakukan
ingin
kitab
pemikiran kyai atau ustadz saja yang
Dalam
serta
keilmuan
sampel
mengetahui
kitab kuning tersebut sebagai bentuk
eksistensi
dalam
dunia
pendidikan
oleh (In’am, 2010) di pondok pesantren
pesantren. Sehingga kedudukan syawir
Tebu Ireng, Jombang. Dimana pesantren
sebagai salah satu metode pembelajaran
Tebu ireng tersebut menerapakan metode
kitab
pembelajaran musyawarah sebagai salah
kontribusi
satu pembelajaran kontekstual. Hasilnya
mengkaji, menafsirkan, menterjemahkan,
adalah
metode
meggambarkan suatu pemecahan terkait
usaha
permasalahan yang ada saat ini di tengah-
pengembangan
musyawarah
sebagai
suatu
meningkatkan daya kritis, kepercayaan
dirinya
dalam
permasalahan
memecahkan
di
dalam
suatu
kehidupan
masyarakat.
Dari
kuning
penuh
mampu
dalam
memberikan
peranannya
tengah masyarakat modern.
Penelitian
ini
mendeskripsikan
bagaimana pelaksanaan syawir sebagai
salah satu metode pembelajaran kitab
kedua
penelitian
tersebut
kuning,
kendala
pelaksanaan
syawir
dapat disimpulkan bahwa, berbagai macam
berlangsung, manfaat syawir, serta bentuk
metode pembelajaran telah diterapkan
perkembangan syawir di pondok pesantren
pada masing-masing pesantren, baik yang
Manbaul Hikam hingga saat ini. Serta
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 353
pendapat para ustad, pengurus dalam
khas
menanggapi kegiatan syawir ini mengapa
enkulturasi
dipilih untuk dijadikan sebagai inovasi
langsung, (3) waktu yang cukup, (4) non-
terbaru dalam pembelajaran kitab kuning.
analitis (Spradley, 1997).
Tujuan penelitian adalah untuk Untuk
mendeskripsikan
pelaksanaan
kegiatan
syawir di pondok pesantren Manbaul
Hikam
Putat
Tanggulangin
Sidoarjo.
Selanjutnya pula mengetahui pendapat
para pengurus, ustadz mengenai syawir di
pondok pesantren Manbaul Hikam serta
perkembangannya.
Manfaat
adalah
sarana
sebagai
pemikiran
dari
penelitian
pertukaran
perwakilan
bidang
keilmuan Antropolog ketika mendapati
fenomena unik yang ada di lingkungan
tersebut
penuh,
(2)
(1)
keterlibatan
Pemilihan informan disesuaikan
dengan sasaran (purposive), juga menjadi
kebutuhan peneliti dalam memperoleh data
yang hendak dilakukan. Informan yang
dipilih juga telah disesuaikan oleh peneliti
sebagai sumber data untuk mengetahui
ruang lingkup pesantren Manbaul Hikam,
secara khusus mengenai latar belakang
kegiatan syawir, tujuan, manfaat serta
kendala syawir terakhir perkembangan
syawir tersebut.
Deskripsi
Metode
Jenis
adalah
Hasil dan Pembahasan
khas pesantren.
dalam
kriteria
metode
penelitian
yang
ini
digunakan
adalah
Syawir
Pesantren
Manbaul Hikam
Pesantren
metode
Manbaul
Hikam
kualitatif. Moleong 1998, menjelaskan
merupakan salah satu pesantren yang
bahwa metode kualitatif merupakan teknik
berada
penelitian yang akan menghasilkan data
Tanggulangin,
deskriptif berupa perilaku, ucapan, dan
Memiliki suatu pola pembelajaran yang
tulisan, dari objek kajian yang akan
masih bersifat lokal namun berwawasan
ditelitinya.
global,
Teknik
menggunakan
pengumpulan
observasi
data
partisipasi,
wawancara mendalam, serta studi pustaka.
Dalam
peneitian
ini,
peneliti
memilih 6 (enam orang) sebagai informan,
sebagai acuhan teknik penetuan informan
peneliti menetukan beberapa kriteria, ciri
kegiatan
di
yakni
desa
Putat,
kecamatan
Kabupaten
Sidoarjo.
dikenal
syawir
dengan
pesantren.
istilah
Kegiatan
syawir tersebut dikenal dalam istilah lokal
pesantren adalah musyawarah. Awal mula
munculnya syawir pesantren Manbaul
Hikam ini sejak tahun 1987. Sebagai suatu
bentuk inovasi dari para pengurus yang
telah mendapatkan gertakan secara tidak
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 354
langsung dari sang romo yai KH. Khozin
penengah
Mansyur.
dalam penyelesaian pembahasan syawir
Syawir
bermakna
memusyawarakan suatu masalah yang
ekonomi, budaya, dan gender serta cara
penyelesaian masalah tersebut diambil dari
referensi kitab kuning.
dapat
kitab-kitab
kuning
kesimpulan
Adapun kendala syawir dalam
pelaksanaanya cukup menjadi perhatian
oleh
segenap
pengurus,
ustadz
di
lingkungan pesantren. Sebab dari beberapa
kendala yang terjadi sejak tahun 1987
Sebagai salah satu metode yang
harapannya
pengambil
tersebut.
berkaitan dengan fenomena kehidupan
misalnya sosial, hukum, politik, kesehatan,
dan
melestarikan kajian
sebagai
hingga di tahun 2015 masih bersifat
serupa.
Kendala
tersebut
diantaranya
warisan
adalah sebagian besar para santri terlalu
keilmuan para ulama khususnya pengasuh
meremehkan kegiatan non formal, dan
pesantren KH. Khozin Mansyur. Selain itu
selalu
syawir juga dijadikan sebagai wadah yang
bersifat
tujuan utamanya adalah mengupayakan
dampak yang terjadi adalah porsi yang
para santri untuk mampu mengembangkan,
diperoleh mengenai pemahaman kajian
mendalami kitab kuning sebagai bekal
kitab kuning secara kompleks terbatas.
dakwah atau syi’ar agama islam di
masyarakat.
formal
Hikam
MA)
yang
sehingga
mempengaruhi
variabel
yang lain, misalnya mengantuk, ngobrol,
memiliki
berbuat gaduh/ ramai, bolos, pemalas,
pelaksanaan
tidur. Selain itu pula terjadi keterbatasan
diantaranya adalah pertama, adanya santri
dalam mengambil referensi khususnya
sebagai peserta syawir yang terdiri dari
kajian kitab kuning, pada umumnya pada
kelas 1-3 ulya putra dan putri. Kedua,
teknologi. Sebab penggunaan teknologi di
adanya tim penyanggah (Tim Kontra), tim
pesantren
pendukung (Tim Pro), ketiga adanya bahan
penggunaan yang berlebihan. Keterbatasan
syawir yakni tema terkait permasalahan
referensi kitab kuning artinya bukan
yang dibahas dalam kegiatan tersebut
berarti pesantren Manbaul Hikam tak
meliputi, permasalahan politik, sosial,
memiliki koleksi kitab kuning, namun
ekonomi, budaya, kesehatan, hukum, dan
kemampuan untuk membaca, memahami
gender. Keempat, adanya pembimbing
isi kandung kitab sangatlah lemah.
beberapa
Manbaul
(Mts,
kegiatan
Dari faktor yang mendasar tersebut
berkelanjutan
Pelaksanaan syawir di pondok
pesantren
mementingkan
sistematika
masih
dilarang
untuk
yang bertugas sebagai moderator sekaligus
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 355
Syawir
merupkan
suatu
Syawir sebagai salah satu wujud
serangkaian dari pola tertentu yang lahir
simbol kebudayaan atau tradisi ciri khas
dari hasil konstruksi masyarakat, telah
pesantren dengan kajian kitab kuningnya,
menjadi bagian dari fenomena sosial
merupakan
budaya yang terus berkembang, untuk
kebudayaan
memenuhi
(Koentjaraningrat,
tujuan
kelangsungan
pesantren.
kebutuhan
hidup
dilingkungan
mengalami
bagian
yang
dari
unsur
dijelaskan
oleh
1990),
bahwa
kebudayaan memiliki tiga wujud budaya
suatu
yaitu (1) berupa sistem ide, gagasan,
syawir juga memiliki manfaat
aturan, nilai, norma, dsb. Pada poin
yang berpotensi besar dalam menumbuh
pertama fenomena suatu masyarakat yang
kembangkan
memeluk agama islam sekitar abad ke-17
kendala,
Selain
bagi
suatu
kemampuan
softskill
dikalangan para santri.
mulai merambah di seluruh pulau Jawa,
Manfaat yang nampak diantaranya
adalah setiap santri memiliki kesempatan
untuk berlatih dalam menyampaikan suatu
dakwah
atau
syiar
agama
sebagai
penerapan fungsi dirinya sebagai calon
seorang da’i atau ustadz kelak. Bukan
hanya impian status seorang pendakwah
biasa,
namun
berkompeten.
juga
pendakwah
Pelatihan
yang
yang
secara
maksimal didapat dari kegiatan syawir
melatih mental bicara, mengasah otak
dalam memecahkan suatu masalah dengan
khususnya dan secara umum di seluruh
wilayah
Indonesia
mulai
ditemukannya sebuah pesantren sebagai
tempat atau wadah yang digunakan oleh
para
oran-orang
terdahulu
untuk
menyebarkan dakwah ajaran islam. Hal
semacam ini merupakan suatu ide yang
dihasilkan oleh nenek moyang terdahulu
untuk dapat memahami lingkungan yang
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam
pencapaian
tujuan
hidupnya
yaitu
menyebarkan ajaran islam.
Dengan
acuhan referensi kitab kuning.
juga
teknik
penyebaran
itu
masyarakat membentuk suatu wadah yang
Eksistensi dalam perkembangan
dinamakn
pesantren
sebagai
tempat
syawir adalah untuk menjaga kelestarian
dakwahnya dan harapnnya bagi siapapun
kajian kitab kuning pesantren yang akan
yang masuk ke dalam pesantren akan
memenuhi
menjadi
target
kesetaraan
generasi
penerus
dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dalam
memperjuangkan syiar islam. (2) wujud
dunia pesantren.
kebudayaan
sebagai
suatu
kompleks
aktivitas serta tindakan sebagai suatu pola
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 356
dari manusia dalam suatu masyarakat.
atas permasalahan yang kian menyertai
Fenomena pesantren menjadi suatu wujud
kehidupan masyarakat secara luas, dan
kebudayaan yang khas di Indonesia dalam
terdapat aturan yang berupa nilai dan
bentuk masyarakat majemuk, pola perilaku
norma pesantren selama kegiatan syawir
dan pola pikirnya mendapatkan tempat
ini berlangsung, serta dalam pengambilan
yang khas dan mendapatkan pengakuan
keputusan atas suatu jawaban yang di
dari masyarakat lain mengenai batas sosial
musyawarahkan juga akan ada norma dan
yang muncul untuk dapat menunjukkan
aturan
identitas budaya yakni golongan kaum
membentuk
suatu
santri yang akan menjadi generasi para
masyarakat
pesantren
pejuang
pendidikan.
islam
sebelumnya.
Identitas
yang
mengikatnya,
wujud
sehingga
kebudayaan
dalam
sistem
budaya yang terus dijaga dalam interaksi
Kegiatan syawir dalam beberapa
sosial akan menimbulkan suatu prajudice
pelaksanaan dan selama kegiatan itu
(perasangka), Missalnya anggapan yang
menjadi bagian dari ciri khas simbol
muncul dari perspektif masyarakat awam
kebudayaan geakan pendidikan santri,
menilai bahwa pesantren adalah sebuah
dapat
asrama yang dikhususkan hanya untuk
fenomenolog-antropologi yakni melihat
masyarakat muslim, selain agama muslim
suatu
mereka tidak diperbolehkan untuk tinggal
menafsirkan, memahami fenomena yang
di dalamnya. Wujud kebudayaan akan
sedang terjadi, penyebab dari timbulnya
membentuk suatu realitas sosial dengan
rangsangan untuk memberikan respon
adanya
dalam
akan suatu masalah, serta memaknai tujuan
menginterpretasikan kondisi dan gejala
dari pencapaian kebutuhan yang telah
dimana masyarakat tersebut berada. (3)
disosialisasikan
wujud kebudayaan sebagai benda-benda
dengan kondisi dan situasi masyarakat
hasil
yang ada dalam perkembangannya. Dalam
konstruksi
karya
masyarakat
manusia
yakni
berupa
pesantren.
Tradisi
dianalisis
pemahaman
pendekatan
Syawir
pesantren
ini
kontruksi
yang
dialektika.
dari
suatu
masyarakat
individu
sekaligus
secara
pendekatan
dalam
disesuaikan
deskriptif
penulis
menggunakan analisis teori Berger yakni
merupakan kompleksitas suatu kegiatan
berpola
dengan
sosial
tiga
tahapan
proses
pesantren (santri) yang dalam kegiatannya
Berger (1990) mengamati bahwa
terdapat suatu ide atau gagasan dalam
pada dasarnya kondisi lingkungan institusi
mendiskusikan atau memusyawarahkan
suatu masyarakat yang tercipta merupakan
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 357
wujud dari adanya kehidupan dalam
mengkaji kitab kuning, sebagai proses
makna
dalam
objektivasinya mendapatkan pengakuan
di
dari para alumni yang saat lulus pesantren
objektiv,
pendekatannya
tetapi
sesuai
realitas
masyarakat kenyataan subyektiflah yang
melanjutkan
mampu
memahami
mengembangkan ilmu yang telah diperoleh
menginterpretasikan makna subyektif ke
selama di pesantren akan dapat pengakuan
dalam bentuk objektivasi sesuai dengan
(legitimasi) keahlian.
untuk
institusi yang berlaku. Hal tersebut akan
studinya
untuk
Pandangan Berger terkait realitas
terjadi jika proses subjektif (individu)
dunia
melewati masanya untuk berinteraksi,
eksistensi
memaknai kehidupannya secara universal
terbukti dalam gambaran tradisi atau
atas makna dari suatu pandangan simbolis,
budaya. Yaitu tradisi syawir pesantren
yang artinya memberikan setiap makna
merupakan suatu tradisi yang terbentuk
pada semua bagian setiap kehidupannya.
dari produk manusia di antara lingkungan
Dialektika
sekitar untuk memaknai dimana ia berada.
(interplay)
manusia
objektivasi
eksternalisasi
merupakan
suatu
manusia
merupakan
yang
sesuai
masyarakat
dengan
hakikat
pesantren
jelas
produk,
Realitas sosial berhubungan dengan asal
suatu
mula pengalaman manusia yang secara
relitas yang unik. Melalui internalisasi
langsung
manusia juga merupakan suatu produk
sosial
masyarakat. Manusia (produsen) dunia
membentuk aturan, nilai, norma sehingga
sosial (produknya). Sehingga masyarakat
dapat dijadikan acuhan kebiasaan secara
merupakan
umum.
suatu
produk
manusia,
sedangkan masyarakat adalah kenyataan
objektiv, manusia adalah produk sosial.
Seorang
santri
yang
mengikuti
berhadapan
dimana
melalui
masyarakatnya
kondisi
telah
Masyarakat yang belajar di suatu
pesantren akan terlatih dengan beberapa
kajian dan pustnya pada kitab kuning,
kegiatan syawir di pesantren merupakan
kitab
suatu fakta sosial yang menggambarkan
sekaligus warisan para ulama’ yang secara
sebuah
proses
terus menerus mengalami perkembangan.
internalisasi tersebut dilakukan secara total
Sikap untuk menanggapi perkembangan
dan sadar sehingga menghasilkan suatu
atas karya khazanah islam di pesantren
identitas yang jelas. Dari adanya peranan
memicu para santri, ustad, pengurus untuk
bahwa tradisi syawir sangat menentukan
melakukan
hasil pembelajaran yang lebih intensif
keeksistensian islam dalam bidang ilmu
proses
internalisasi,
kuning
merupakan
gerak
peninggalan
pelestarian
atas
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 358
pengetahuan. Dimana pengalaman yang
mengamalkan ilmu atas perolehan status
didapatkan untuk meneruskan perjuangan
alumni santri, di mulai dari pembahasan
para ulama terdahulu dengan tujuan syi’ar
syawir
atau dakwah, juga tidak ditinggalkan oleh
sederhana
para santri dengan menggelar kegiatan
kompleks yang up to date di masyarakat.
syawir sebagai bentuk penjagaan terhadap
Misalnya
permasalahan
tantangan masa kini terkait problematika
ekonomi,
politik,
kehidupan
pendidikan, kesehatan dll.
yang
dapat
disikapi
oleh
referensi yang berasal dari kitab kuning di
yang
tingkat
hingga
Syawir
kesulitannya
menuju
persoalan
di
sosial,
dalam
bidang
hukum,
pelaksanaannya
pesantren.
memiliki beberapa manfaat, secara khusus
Simpulan
syawir
Syawir merupakan suatu istilah
khas atau lokal bagi masyarakat pesantren
Manbaul Hikam desa Putat, kecamatan
Tanggulangin kabupaten Sidoarjo dalam
menyebut
metode
pembelajaran
khas
pengajian kitab kuning hingga saat ini.
Syawir
digunakan
sebagai
metode
pembelajaran kitab kuning dengan variasi
khusus bernuansa modern dalam keilmuan
islam.
ekstrakurikuler
syawir
sebagai
pesantren
dalam
pengembangannya dijadikan bagi para
pengurus untuk melatih mental, mengasah
kemampuan softskil para santri sebagai
bekal agen perubahan di masyarakat.
Keberadaan syawir sebagai alat alternatif
Manbaul
Hikam
memiliki manfaat yakni bagi santri adalah
pemahaman intensif dan pelatihan softskill.
Pemahaman intensif yang dimaksudkan
adalah setiap santri memiliki kesempatan
untuk memahami kitab kuning secara
maksimal, baik dari segi makna maupun
struktur kalimatnya. Sedangkan pelatihan
softskill
yakni
keterampilan
untuk
mengasah otak kanan, sebagaimana sesuai
dengan porsinya. santri terbiasa untuk
dapat
Pelaksanaan
pesantren
mengemukakan
pendapatnya,
berfikir kritis, terbuka.
Manfaat bagi para alumni, syawir
mampu memberikan suatu perantara dalam
mengembangkan syiar dakwah islam yang
sesuai dengan tahqiq atau kebenaran
menurut referensi kitab kuning.
mengembangkan
Kendala bagi para santri terkait
kesetaraan pendidikan keilmuwan islam
syawir yakni muncul karena keterbatasan
sesuai dengan keilmuwan lainnya pada
referensi, serta kendala yang lain berasal
perkembangan
sekaligus
dari sifat pribadi individu yang memang
untuk
tidak pernah bisa berubah dari setiap
santri
untuk
kemampuan
dapat
zaman,
pemahamannya
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 359
generasi, yakni bagi anak yang kurang
Daftar Pustaka
menguasai materi kitab kuning akan selalu
bergantung kepada anak yang dirasa dan
diakui
memiliki
kemampuan
khusus
klasikal yag lebih tinggi daripada dirinya.
Berger, L.Peter. (1990) Langit Suci.
Agama Sebagai Realitas Sosial,
terj. Hasan Basari. Jakarta :
LP3ES.
Selain itu pula ketika proses syawir
berlangsung ekspresi yang muncul bagi
para santri yang tidak bertugas sebagai tim
penyaji juga biasanya ada yang tidur,
ramai, ngobrol, mengintip tabir, lebih
mementingkan pendidikan sekolah formal
dibandingkan sekolah diniyah, bahkan
juga sampai saat ini masih bergantung
pada pembimbing syawir.
Selain itu pula kemajuan syawir
Manbaul Hikam hanya dapat ditentukan
oleh pihak pengurus yakni pembimbing
syawir, bukan terletak pada keterampilan
santri dalam mengikuti kegiatan syawir
tersebut. Eksistensi tradisi syawir di
pondok
pesantren
mengalami
banyak
Manbaul
sekali
Hikam
perubahan,
mulai dari format pelaksanaaan, komposisi
syawir sebagai tujuan yang progressif atau
regresif. Namun dalam pelaksanaannya
para
pengurus
tetap
berupaya
memodifikasi tradisi syawir itu untuk
dapat
dilestarikan
serta
memberikan
manfaat dan peranan yang besar bagi
kelangsungan
khazanah
Berger, L. Peter. (1990) Tafsir Sosial Dan
Kenyataan (terjemahan the
social construction of reality
hasan basri).
Bruinessen, Van Martin. (1995) Kitab
Kuning, Pesantren Dan Tarekat,
Tradisi-Tradisi
Islam
Di
Indonesia. Bandung: Penerbit
Mizan.
Dhofier, Zamakhsyari. (2011) Tradisi
Pesantren Studi Tentang Hidup
Kyai Dan Visinya Mengenai
Masa Depan Indonesia, Jakarta:
LP3ES.
In’am, Sulaiman. (2010) Masa Depan
Pesantren. Eksistensi Pesantren
di
Tengah
Gelombang
Modernisasi. Madani. Malang.
Koentjaraningrat, (1990) Sejarah Teori
Antropologi
II.
Jakarta:
Universitas Indonesia.
Spradley,
P.
James
(1990)Metode
Etnografi. Jakarta: LP3ES.
Suaib, Rizal. (2002) “Studi
Deskriptif
Tentang Penerapan Metode
Sorogan dan Bandongan di
Pondok Pesantren Indragiri AlIslami
Tanjung
Makmur
Kabupaten Indragiri Hilir.”
Skripsi sarjana tidak diterbitkan.
UIN Suska. Pekanbaru.
keilmuan
pesantren.
AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 360
Download