Syawir Pesantren Sebagai Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Manbaul Hikam Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo- Jawa Timur Rani Rakhmawati [email protected] Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Airlangga Abstract Syawir is an activity that has been passed down in the culture of Pondok Pesantren (Islamic boarding school). There, Syawir is used as one of the method in learning the yellow bible. This article studied the description of the implementation of Syawir as extracurricular activity that supports the profound learning of the pesantren’s yellow bible. This study aims to describe the scope of pesantren education that has certain characteristic with the preservation of the yellow book. Yellow book serves as a symbol that is part of the tradition of education in pesantren schools, as a major element in the progress of education system in schools. Location of the study is at the boarding school in Manbaul Hikam Putat village, District Tanggulangin, Sidoarjo. Data were collected by observation and interviews, informants were selected purposively. This research is qualitative descriptive which explain, describe, and try to comprehend by analyzing a research problems based on the theory. From the analysis of the result, this study concluded regarding Syawir in its application in schools that it determines the implementation of the Syawir activity as an attempt to safeguard and preserve the richness of knowledge in pesantren with its unique yellow bible as well as a provision for preaching and proselytization in the midst of progression. Key Words: Syawir, Boarding School, Yellow Bible. Abstrak Syawir merupakan suatu kegiatan yang telah diwariskan dalam kebudayaan pedidikan pondok pesantren. Syawir digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren. Artikel ini mengupas mengenai deskripsi tentang pelaksanaan tradisi syawir sebagai kegiatan ekstrakurikuer penunjang pendalaman kitab kuning pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ruang lingkup pendidikan pesantren yang memiliki ciri khas tertentu dengan penyajian pelestarian kitab kuning. Kitab kuning tersebut dijadikan suatu simbol yang merupakan bagian dari tradisi pendidikan di pesantren, sebagai elemen utama dalam pergerakan sistem pendidikan di pesantren. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Manbaul Hikam, Desa Putat, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam, informan dipilih sesuai tujuan penelitian.jenis penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif yang menjelaskan, menguraikan, menggambarkan secara menyeuruh dengan menganalisa suatu permasalahan penelitian berdasarkan dengan teori. Dari analisis dapat ditemukan suatu simpulan mengenai syawir dalam penerapannya di pesantren bahwa pelaksanaan ditentukannya kegiatan syawir AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 349 tersebut adalah sebagai suatu usaha untuk menjaga, melestarikan khazanah ke-ilmuan pesantren yang khas dengan cirinya kitab kuning sekaligus menjadi suatu bekal yang mewadahi da’wah, syiar agama di tengah-tengah perkembangan zaman. Kata Kunci: syawir, pondok pesantren, kitab kuning , metode pembelajaran. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 350 menghasilkan suatu karya dari tatanan Pendahuluan Pesantren merupakan suatu bentuk dari hasil kebudayaan, berdasarkan pengalaman inderawi manusia sebagai strategi untuk menafsirkan, memaknai, menterjemahkan realita yang terjadi dari sebuah konstruksi masyarakat. Sebagai bentuk penerapan praktik pendidikan dalam suatu wadah, yakni pesantren. Hasil penafsiran merupakan suatu ide yang dijadikan sebagai acuhan, pedoman hidup nilai, moral serta intelektual (Dhofier, 1982). Perkembangan pesantren hingga abad ke-20an cukup dinamis. Hal tersebut dilihat dari wujud pesantren berdasarkan laju perkembangan sistem pendidikannya yang semakin meluas. Diantara tipe pesantren tersbut yakni pesantren salaf ( tradisional), khalaf ( semi modern, menggabungkan pendidikan formal dan non formal), modern (Bruinessen, 1995). yang berupa nila, norma, serta aturan Dari beberapa tipe pesantren tersebut penerapan suatu agama sebagai realitas dalam penelitian ini pondok pesantren sosial. Manbaul Hikam merupakan pesantren Sehingga realitas sosial tersebut mulai menampakkan pesantren, lembaga dapat dikatakan pendidikan mengajarkan, wujudnya yang menghayati, yakni sebagai mampu mendalami serta mengamalkan seluruh aspek ajaran dalam suatu agama yakni islam, hasil dari realitas sosial tersebut oleh masyarakat dapat dijadikan sebagai pedoman hidup, yang sesuai dengan moral keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. dengan tipe khalaf, atau dikenal dengan semi modern yang dalam penerapan sistem pendidikannya pendidikan memadukan formal dan antara non formal. Pendidikan di pesantren merupakan pola pendidikan yang cukup kompleks dalam penerapannya, sisitem nilai, terjaga aturan, oleh beberapa norma yang mengajarkan kepribadian sesuai syariat dalam agama. Mencetak pemuda yang berjiwa qur’ani dan berakhlaqul karimah, melalui beragam rangkaian kegiatan Pesantren juga salah satu lembaga sebagai suatu proses internalisasi dalam pendidikan tradisional atau tertua di dirinya terkait suatu ajaran pendidikan Indonesia yang memiliki ciri khas dalam pesantren. penerapan Keunikan sistem tersebut pendidikannya. terbentuk melalui beberapa elemen tertentu, yang mampu Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki sistem kurikulum AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 351 pendidikan yang khas, misalnya dalam menjawab, membaca isi maupun struktur kajian tata bahasa arab, sedangkan ustadz hanya kitab kuning. Kitab kuning merupakan suatu faktor penting yang berperan dijadikan sebagai simbol karakteristik membenarkan ketika santri mengalami subkultur pesantren. Isi kandungan kitab kesalahaan dalam sorogan tersebut. kuning tersebut diantaranya adalah masalah Fiqih (peraturan syariat ibadah) aqidah ilmu bahasa arab ilmu hadist ilmu tafsir serta hikayat atau dongeng. Khazanah keilmuan pesantren yang begitu kaya dan kompleks meliputi seluruh ilmu agama diantaranya, Tafsir, Tarikh (sejarah), Hadist, Fiqih, Ushul Fiqh, Aqidah, Tasawuf, Lughoh (bahasa), Hisab (hitungan), Falak (perbintangan), Faraidlh (Warisan) dan lain sebagainya (Bruinessen 1995:13). untuk mensimak dan Penulis tertarik mengenai kegiatan Syawir/ musyawarah yang merupakan suatu metode pembelajaran yang mulai maju, sehingga kedudukan pesantren menjadi lebih berkembang aktif sebagai bentuk penyesuaian sistem pendidikan dengan persaingan ketat yang ada hingga saat ini. Pelaksanaan syawir tersebut mampu melatih para santri lebih aktif dalam pendalaman kajian serta pemecahan solusi atas permasalahan yang terjadi sebagai suatu tanggapan respon para santri Pengembangan metode menjawab melalui media dakwah dan syiar pembelajaran kitab kuning diantaranya, agama islam. Menggelar suatu diskusi, adu bandongan, atau debat, yang merujuk pada referensi kitab metode kuning pesantren. Beberapa penelitian bandongan yaitu merupakan suatu metode yang dilakukan oleh (Suaib, 2002). Di yang bersifat pasif dalam pembelajaran, pondok pesantren Indragiri Al-Islami, dimana peran seorang guru atau ustad Indragiri, mengenai metode masih sangat masih besar, dan kesempatan para santri sederhana dalam pembelajaran untuk berkreasi mengembangkan pola kuning, pesantren khalaf. musyawarah. sorogan, Definisi syawir dari pikirnya belum mulai nampak, masih bergantung pada seorang guru. Sorogan, merupakan suatu metode Fokus penelitiannya kitab adalah penerapan metode pembelajaran tersebut adalah sebagai tujuan utamanya adalah pembelajaran kitab kuning yang mulai landasan awal pengenalan ilmu sang kyai berkembang, peran seorang ustadz mulai kepada berkurang, sebab para santri mulai aktif memahami lebih dalam mengenai isi kitab mencoba dalam proses belajar untuk kuning. Hasil penelitian tersebut berhasil para santrinya untuk dapat AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 352 mendidik para santri untuk mengikuti salaf, proses pengembangan pembelajaran berlangsung, yang sedang namun dalam maupun tersebut khalaf. metode adalah Tujuan pembelajaran meneruskan warisan pelaksanaannya terdapat beberapa santri kekayaan khzanah keilmuan pesantren yang masih pasif jika santri yang kurang yang berupa kitab kuning, sebagai tolok percaya diri belum memiliki kesempatan ukur persebaran ajaran islam yang haqiqi untuk bertanya langsung selama proses melalui media dakwah dan syiar islam. pembelajaran bandongan ataupun sorogan tersebut. Penyebab perasaan sungkan utamanya yang Fenomena serupa tersebut juga adalah dialami oleh Pondok Pesantren Manbaul mendalam Hikam yang akan menjadi bahasan dalam tertanam dalam diri santri atas segala penelitian. kewibawaan kyai, serta ustad. Sehingga pesantren tersebut dengan sebab kajian tiap santri yang memiliki kemampuan kitab kuning Manbaul Hikam diakui oleh lebih luas tak mendapatkan kesempatan beberapa pesantren di Sidoarjo yang paling untuk lengkap menyampaikaannya, walhasil Peeliti mengambil penjabaran kuningnya, diterimanya. bagaimana cara untuk menjaga kelestarian mengikuti pola pendidikan tersebut yang terbilang klasik Penelitian selanjutnya dilakukan ingin kitab pemikiran kyai atau ustadz saja yang Dalam serta keilmuan sampel mengetahui kitab kuning tersebut sebagai bentuk eksistensi dalam dunia pendidikan oleh (In’am, 2010) di pondok pesantren pesantren. Sehingga kedudukan syawir Tebu Ireng, Jombang. Dimana pesantren sebagai salah satu metode pembelajaran Tebu ireng tersebut menerapakan metode kitab pembelajaran musyawarah sebagai salah kontribusi satu pembelajaran kontekstual. Hasilnya mengkaji, menafsirkan, menterjemahkan, adalah metode meggambarkan suatu pemecahan terkait usaha permasalahan yang ada saat ini di tengah- pengembangan musyawarah sebagai suatu meningkatkan daya kritis, kepercayaan dirinya dalam permasalahan memecahkan di dalam suatu kehidupan masyarakat. Dari kuning penuh mampu dalam memberikan peranannya tengah masyarakat modern. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan syawir sebagai salah satu metode pembelajaran kitab kedua penelitian tersebut kuning, kendala pelaksanaan syawir dapat disimpulkan bahwa, berbagai macam berlangsung, manfaat syawir, serta bentuk metode pembelajaran telah diterapkan perkembangan syawir di pondok pesantren pada masing-masing pesantren, baik yang Manbaul Hikam hingga saat ini. Serta AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 353 pendapat para ustad, pengurus dalam khas menanggapi kegiatan syawir ini mengapa enkulturasi dipilih untuk dijadikan sebagai inovasi langsung, (3) waktu yang cukup, (4) non- terbaru dalam pembelajaran kitab kuning. analitis (Spradley, 1997). Tujuan penelitian adalah untuk Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan syawir di pondok pesantren Manbaul Hikam Putat Tanggulangin Sidoarjo. Selanjutnya pula mengetahui pendapat para pengurus, ustadz mengenai syawir di pondok pesantren Manbaul Hikam serta perkembangannya. Manfaat adalah sarana sebagai pemikiran dari penelitian pertukaran perwakilan bidang keilmuan Antropolog ketika mendapati fenomena unik yang ada di lingkungan tersebut penuh, (2) (1) keterlibatan Pemilihan informan disesuaikan dengan sasaran (purposive), juga menjadi kebutuhan peneliti dalam memperoleh data yang hendak dilakukan. Informan yang dipilih juga telah disesuaikan oleh peneliti sebagai sumber data untuk mengetahui ruang lingkup pesantren Manbaul Hikam, secara khusus mengenai latar belakang kegiatan syawir, tujuan, manfaat serta kendala syawir terakhir perkembangan syawir tersebut. Deskripsi Metode Jenis adalah Hasil dan Pembahasan khas pesantren. dalam kriteria metode penelitian yang ini digunakan adalah Syawir Pesantren Manbaul Hikam Pesantren metode Manbaul Hikam kualitatif. Moleong 1998, menjelaskan merupakan salah satu pesantren yang bahwa metode kualitatif merupakan teknik berada penelitian yang akan menghasilkan data Tanggulangin, deskriptif berupa perilaku, ucapan, dan Memiliki suatu pola pembelajaran yang tulisan, dari objek kajian yang akan masih bersifat lokal namun berwawasan ditelitinya. global, Teknik menggunakan pengumpulan observasi data partisipasi, wawancara mendalam, serta studi pustaka. Dalam peneitian ini, peneliti memilih 6 (enam orang) sebagai informan, sebagai acuhan teknik penetuan informan peneliti menetukan beberapa kriteria, ciri kegiatan di yakni desa Putat, kecamatan Kabupaten Sidoarjo. dikenal syawir dengan pesantren. istilah Kegiatan syawir tersebut dikenal dalam istilah lokal pesantren adalah musyawarah. Awal mula munculnya syawir pesantren Manbaul Hikam ini sejak tahun 1987. Sebagai suatu bentuk inovasi dari para pengurus yang telah mendapatkan gertakan secara tidak AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 354 langsung dari sang romo yai KH. Khozin penengah Mansyur. dalam penyelesaian pembahasan syawir Syawir bermakna memusyawarakan suatu masalah yang ekonomi, budaya, dan gender serta cara penyelesaian masalah tersebut diambil dari referensi kitab kuning. dapat kitab-kitab kuning kesimpulan Adapun kendala syawir dalam pelaksanaanya cukup menjadi perhatian oleh segenap pengurus, ustadz di lingkungan pesantren. Sebab dari beberapa kendala yang terjadi sejak tahun 1987 Sebagai salah satu metode yang harapannya pengambil tersebut. berkaitan dengan fenomena kehidupan misalnya sosial, hukum, politik, kesehatan, dan melestarikan kajian sebagai hingga di tahun 2015 masih bersifat serupa. Kendala tersebut diantaranya warisan adalah sebagian besar para santri terlalu keilmuan para ulama khususnya pengasuh meremehkan kegiatan non formal, dan pesantren KH. Khozin Mansyur. Selain itu selalu syawir juga dijadikan sebagai wadah yang bersifat tujuan utamanya adalah mengupayakan dampak yang terjadi adalah porsi yang para santri untuk mampu mengembangkan, diperoleh mengenai pemahaman kajian mendalami kitab kuning sebagai bekal kitab kuning secara kompleks terbatas. dakwah atau syi’ar agama islam di masyarakat. formal Hikam MA) yang sehingga mempengaruhi variabel yang lain, misalnya mengantuk, ngobrol, memiliki berbuat gaduh/ ramai, bolos, pemalas, pelaksanaan tidur. Selain itu pula terjadi keterbatasan diantaranya adalah pertama, adanya santri dalam mengambil referensi khususnya sebagai peserta syawir yang terdiri dari kajian kitab kuning, pada umumnya pada kelas 1-3 ulya putra dan putri. Kedua, teknologi. Sebab penggunaan teknologi di adanya tim penyanggah (Tim Kontra), tim pesantren pendukung (Tim Pro), ketiga adanya bahan penggunaan yang berlebihan. Keterbatasan syawir yakni tema terkait permasalahan referensi kitab kuning artinya bukan yang dibahas dalam kegiatan tersebut berarti pesantren Manbaul Hikam tak meliputi, permasalahan politik, sosial, memiliki koleksi kitab kuning, namun ekonomi, budaya, kesehatan, hukum, dan kemampuan untuk membaca, memahami gender. Keempat, adanya pembimbing isi kandung kitab sangatlah lemah. beberapa Manbaul (Mts, kegiatan Dari faktor yang mendasar tersebut berkelanjutan Pelaksanaan syawir di pondok pesantren mementingkan sistematika masih dilarang untuk yang bertugas sebagai moderator sekaligus AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 355 Syawir merupkan suatu Syawir sebagai salah satu wujud serangkaian dari pola tertentu yang lahir simbol kebudayaan atau tradisi ciri khas dari hasil konstruksi masyarakat, telah pesantren dengan kajian kitab kuningnya, menjadi bagian dari fenomena sosial merupakan budaya yang terus berkembang, untuk kebudayaan memenuhi (Koentjaraningrat, tujuan kelangsungan pesantren. kebutuhan hidup dilingkungan mengalami bagian yang dari unsur dijelaskan oleh 1990), bahwa kebudayaan memiliki tiga wujud budaya suatu yaitu (1) berupa sistem ide, gagasan, syawir juga memiliki manfaat aturan, nilai, norma, dsb. Pada poin yang berpotensi besar dalam menumbuh pertama fenomena suatu masyarakat yang kembangkan memeluk agama islam sekitar abad ke-17 kendala, Selain bagi suatu kemampuan softskill dikalangan para santri. mulai merambah di seluruh pulau Jawa, Manfaat yang nampak diantaranya adalah setiap santri memiliki kesempatan untuk berlatih dalam menyampaikan suatu dakwah atau syiar agama sebagai penerapan fungsi dirinya sebagai calon seorang da’i atau ustadz kelak. Bukan hanya impian status seorang pendakwah biasa, namun berkompeten. juga pendakwah Pelatihan yang yang secara maksimal didapat dari kegiatan syawir melatih mental bicara, mengasah otak dalam memecahkan suatu masalah dengan khususnya dan secara umum di seluruh wilayah Indonesia mulai ditemukannya sebuah pesantren sebagai tempat atau wadah yang digunakan oleh para oran-orang terdahulu untuk menyebarkan dakwah ajaran islam. Hal semacam ini merupakan suatu ide yang dihasilkan oleh nenek moyang terdahulu untuk dapat memahami lingkungan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan hidupnya yaitu menyebarkan ajaran islam. Dengan acuhan referensi kitab kuning. juga teknik penyebaran itu masyarakat membentuk suatu wadah yang Eksistensi dalam perkembangan dinamakn pesantren sebagai tempat syawir adalah untuk menjaga kelestarian dakwahnya dan harapnnya bagi siapapun kajian kitab kuning pesantren yang akan yang masuk ke dalam pesantren akan memenuhi menjadi target kesetaraan generasi penerus dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam memperjuangkan syiar islam. (2) wujud dunia pesantren. kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan sebagai suatu pola AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 356 dari manusia dalam suatu masyarakat. atas permasalahan yang kian menyertai Fenomena pesantren menjadi suatu wujud kehidupan masyarakat secara luas, dan kebudayaan yang khas di Indonesia dalam terdapat aturan yang berupa nilai dan bentuk masyarakat majemuk, pola perilaku norma pesantren selama kegiatan syawir dan pola pikirnya mendapatkan tempat ini berlangsung, serta dalam pengambilan yang khas dan mendapatkan pengakuan keputusan atas suatu jawaban yang di dari masyarakat lain mengenai batas sosial musyawarahkan juga akan ada norma dan yang muncul untuk dapat menunjukkan aturan identitas budaya yakni golongan kaum membentuk suatu santri yang akan menjadi generasi para masyarakat pesantren pejuang pendidikan. islam sebelumnya. Identitas yang mengikatnya, wujud sehingga kebudayaan dalam sistem budaya yang terus dijaga dalam interaksi Kegiatan syawir dalam beberapa sosial akan menimbulkan suatu prajudice pelaksanaan dan selama kegiatan itu (perasangka), Missalnya anggapan yang menjadi bagian dari ciri khas simbol muncul dari perspektif masyarakat awam kebudayaan geakan pendidikan santri, menilai bahwa pesantren adalah sebuah dapat asrama yang dikhususkan hanya untuk fenomenolog-antropologi yakni melihat masyarakat muslim, selain agama muslim suatu mereka tidak diperbolehkan untuk tinggal menafsirkan, memahami fenomena yang di dalamnya. Wujud kebudayaan akan sedang terjadi, penyebab dari timbulnya membentuk suatu realitas sosial dengan rangsangan untuk memberikan respon adanya dalam akan suatu masalah, serta memaknai tujuan menginterpretasikan kondisi dan gejala dari pencapaian kebutuhan yang telah dimana masyarakat tersebut berada. (3) disosialisasikan wujud kebudayaan sebagai benda-benda dengan kondisi dan situasi masyarakat hasil yang ada dalam perkembangannya. Dalam konstruksi karya masyarakat manusia yakni berupa pesantren. Tradisi dianalisis pemahaman pendekatan Syawir pesantren ini kontruksi yang dialektika. dari suatu masyarakat individu sekaligus secara pendekatan dalam disesuaikan deskriptif penulis menggunakan analisis teori Berger yakni merupakan kompleksitas suatu kegiatan berpola dengan sosial tiga tahapan proses pesantren (santri) yang dalam kegiatannya Berger (1990) mengamati bahwa terdapat suatu ide atau gagasan dalam pada dasarnya kondisi lingkungan institusi mendiskusikan atau memusyawarahkan suatu masyarakat yang tercipta merupakan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 357 wujud dari adanya kehidupan dalam mengkaji kitab kuning, sebagai proses makna dalam objektivasinya mendapatkan pengakuan di dari para alumni yang saat lulus pesantren objektiv, pendekatannya tetapi sesuai realitas masyarakat kenyataan subyektiflah yang melanjutkan mampu memahami mengembangkan ilmu yang telah diperoleh menginterpretasikan makna subyektif ke selama di pesantren akan dapat pengakuan dalam bentuk objektivasi sesuai dengan (legitimasi) keahlian. untuk institusi yang berlaku. Hal tersebut akan studinya untuk Pandangan Berger terkait realitas terjadi jika proses subjektif (individu) dunia melewati masanya untuk berinteraksi, eksistensi memaknai kehidupannya secara universal terbukti dalam gambaran tradisi atau atas makna dari suatu pandangan simbolis, budaya. Yaitu tradisi syawir pesantren yang artinya memberikan setiap makna merupakan suatu tradisi yang terbentuk pada semua bagian setiap kehidupannya. dari produk manusia di antara lingkungan Dialektika sekitar untuk memaknai dimana ia berada. (interplay) manusia objektivasi eksternalisasi merupakan suatu manusia merupakan yang sesuai masyarakat dengan hakikat pesantren jelas produk, Realitas sosial berhubungan dengan asal suatu mula pengalaman manusia yang secara relitas yang unik. Melalui internalisasi langsung manusia juga merupakan suatu produk sosial masyarakat. Manusia (produsen) dunia membentuk aturan, nilai, norma sehingga sosial (produknya). Sehingga masyarakat dapat dijadikan acuhan kebiasaan secara merupakan umum. suatu produk manusia, sedangkan masyarakat adalah kenyataan objektiv, manusia adalah produk sosial. Seorang santri yang mengikuti berhadapan dimana melalui masyarakatnya kondisi telah Masyarakat yang belajar di suatu pesantren akan terlatih dengan beberapa kajian dan pustnya pada kitab kuning, kegiatan syawir di pesantren merupakan kitab suatu fakta sosial yang menggambarkan sekaligus warisan para ulama’ yang secara sebuah proses terus menerus mengalami perkembangan. internalisasi tersebut dilakukan secara total Sikap untuk menanggapi perkembangan dan sadar sehingga menghasilkan suatu atas karya khazanah islam di pesantren identitas yang jelas. Dari adanya peranan memicu para santri, ustad, pengurus untuk bahwa tradisi syawir sangat menentukan melakukan hasil pembelajaran yang lebih intensif keeksistensian islam dalam bidang ilmu proses internalisasi, kuning merupakan gerak peninggalan pelestarian atas AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 358 pengetahuan. Dimana pengalaman yang mengamalkan ilmu atas perolehan status didapatkan untuk meneruskan perjuangan alumni santri, di mulai dari pembahasan para ulama terdahulu dengan tujuan syi’ar syawir atau dakwah, juga tidak ditinggalkan oleh sederhana para santri dengan menggelar kegiatan kompleks yang up to date di masyarakat. syawir sebagai bentuk penjagaan terhadap Misalnya permasalahan tantangan masa kini terkait problematika ekonomi, politik, kehidupan pendidikan, kesehatan dll. yang dapat disikapi oleh referensi yang berasal dari kitab kuning di yang tingkat hingga Syawir kesulitannya menuju persoalan di sosial, dalam bidang hukum, pelaksanaannya pesantren. memiliki beberapa manfaat, secara khusus Simpulan syawir Syawir merupakan suatu istilah khas atau lokal bagi masyarakat pesantren Manbaul Hikam desa Putat, kecamatan Tanggulangin kabupaten Sidoarjo dalam menyebut metode pembelajaran khas pengajian kitab kuning hingga saat ini. Syawir digunakan sebagai metode pembelajaran kitab kuning dengan variasi khusus bernuansa modern dalam keilmuan islam. ekstrakurikuler syawir sebagai pesantren dalam pengembangannya dijadikan bagi para pengurus untuk melatih mental, mengasah kemampuan softskil para santri sebagai bekal agen perubahan di masyarakat. Keberadaan syawir sebagai alat alternatif Manbaul Hikam memiliki manfaat yakni bagi santri adalah pemahaman intensif dan pelatihan softskill. Pemahaman intensif yang dimaksudkan adalah setiap santri memiliki kesempatan untuk memahami kitab kuning secara maksimal, baik dari segi makna maupun struktur kalimatnya. Sedangkan pelatihan softskill yakni keterampilan untuk mengasah otak kanan, sebagaimana sesuai dengan porsinya. santri terbiasa untuk dapat Pelaksanaan pesantren mengemukakan pendapatnya, berfikir kritis, terbuka. Manfaat bagi para alumni, syawir mampu memberikan suatu perantara dalam mengembangkan syiar dakwah islam yang sesuai dengan tahqiq atau kebenaran menurut referensi kitab kuning. mengembangkan Kendala bagi para santri terkait kesetaraan pendidikan keilmuwan islam syawir yakni muncul karena keterbatasan sesuai dengan keilmuwan lainnya pada referensi, serta kendala yang lain berasal perkembangan sekaligus dari sifat pribadi individu yang memang untuk tidak pernah bisa berubah dari setiap santri untuk kemampuan dapat zaman, pemahamannya AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 359 generasi, yakni bagi anak yang kurang Daftar Pustaka menguasai materi kitab kuning akan selalu bergantung kepada anak yang dirasa dan diakui memiliki kemampuan khusus klasikal yag lebih tinggi daripada dirinya. Berger, L.Peter. (1990) Langit Suci. Agama Sebagai Realitas Sosial, terj. Hasan Basari. Jakarta : LP3ES. Selain itu pula ketika proses syawir berlangsung ekspresi yang muncul bagi para santri yang tidak bertugas sebagai tim penyaji juga biasanya ada yang tidur, ramai, ngobrol, mengintip tabir, lebih mementingkan pendidikan sekolah formal dibandingkan sekolah diniyah, bahkan juga sampai saat ini masih bergantung pada pembimbing syawir. Selain itu pula kemajuan syawir Manbaul Hikam hanya dapat ditentukan oleh pihak pengurus yakni pembimbing syawir, bukan terletak pada keterampilan santri dalam mengikuti kegiatan syawir tersebut. Eksistensi tradisi syawir di pondok pesantren mengalami banyak Manbaul sekali Hikam perubahan, mulai dari format pelaksanaaan, komposisi syawir sebagai tujuan yang progressif atau regresif. Namun dalam pelaksanaannya para pengurus tetap berupaya memodifikasi tradisi syawir itu untuk dapat dilestarikan serta memberikan manfaat dan peranan yang besar bagi kelangsungan khazanah Berger, L. Peter. (1990) Tafsir Sosial Dan Kenyataan (terjemahan the social construction of reality hasan basri). Bruinessen, Van Martin. (1995) Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat, Tradisi-Tradisi Islam Di Indonesia. Bandung: Penerbit Mizan. Dhofier, Zamakhsyari. (2011) Tradisi Pesantren Studi Tentang Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES. In’am, Sulaiman. (2010) Masa Depan Pesantren. Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang Modernisasi. Madani. Malang. Koentjaraningrat, (1990) Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas Indonesia. Spradley, P. James (1990)Metode Etnografi. Jakarta: LP3ES. Suaib, Rizal. (2002) “Studi Deskriptif Tentang Penerapan Metode Sorogan dan Bandongan di Pondok Pesantren Indragiri AlIslami Tanjung Makmur Kabupaten Indragiri Hilir.” Skripsi sarjana tidak diterbitkan. UIN Suska. Pekanbaru. keilmuan pesantren. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.2/Juli 2016, hal 360