SOSIOLOGI HUKUM 83 Sosiologi Hukum dan Relevansinya dengan Pembangunan Hukum Nasional Syamsu Hadi J. Fakultas Adab IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak: Peningkatan taraf hidup menuju perubahan kehidupan yang lebih baik merupakan harapan-harapan dan cita-cita dalam pembangunan hukum nasional di Indonesia. Salah satu usaha mewujudkannya ialah pemahaman aturan-aturan hukum yang menjadi kunci untuk mengadakan perubahan sosial, lembaga-lembaga sosial termasuk pembangunan. Perubahan pembangunan akan berjalan dengan baik apabila mencerminkan kehendak masyarakat sejalan dengan perubahan-perubahan yang terus berkembang. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji dari aspek sosiologis terhadap pembangunan hukum nasional. Kata Kunci: Sosiologi hukum, pembangunan, hukum nasional. Pendahuluan Sejak semula sosiologi berkembang maka timbul harapan-harapan bahwa dengan ilmu tersebut akan dapat dipecahkan pelbagai masalah yang mengakibatkan manusia menderita dalam kehidupannya. Dengan mempergunakan sosiologi maka diharapkan manusia dapat mengalami kehidupan yang lebih baik.1 Perspektif sosiologis juga menyangkut analisis terhadap sumberMedia Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 84 SYAMSU HADI J. sumber yang menyebabkan terjadinya perubahan yakni tekanantekanan untuk memperbaharui pola-pola yang ada maupun ciri-ciri dalam masyarakat yang menunjuk pada sikap keterbukaan atau penolakan bagi pengaruh-pengaruh yang ada. Setiap perubahan dianggap merupakan gejala yang normal, hal itu disebabkan karena setiap masyarakat senantiasa berkembang dan tentunya keadaan tersebut memberikan peluang terhadap terjadinya perubahan. Soejono Soekanto juga menambahkan bahwa aturan –aturan hukum merupakan kunci menuju perubahan social, modernisasi lembagalembaga social dan pembangunan. Hukum merupakan sarana yang bermanfaat untuk mengadakan pembangunan, oleh karena itu hukum secara implicit merupakan aturan-aturan yang harus ditaati.2 Pembangunan merupakan suatu proses yang biasanya diakaitkan dengan pandangan-pandangan yang optimistis serta keinginan yang kuat untuk meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik daripada apa yang telah dicapai. Didalam kenyataannya, perubahan yang terjadi di satu bidang senantiasa diikuti dengan perubahan di bidangbidang lainnya. Oleh karena itu bidang-bidang kehidupan tersebut mempunyai kaitan funsionil. Dengan sendirinya bidang hukum juga terkait dengan bidang-bidang kehidupan lainnya. Di satu fihak, hukum dapat dipergunakan sebagai sarana perubahan dan dilain fihak dapat juga berfungsi sebagai sarana untuk mengesahkan perubahanperubahan yang telah terjadi.3 Perubahan yang dilakukan melalui pembangunan hendaknya mencerminkan kehendak masyarakat agar proses pembangunan tersebut dapat berjalan dengan aman dan lancer serta terhindar dari penyimpangan-penyimpangan. Dalam hal ini, sosiologi hukum berperan untuk menggali nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan dijadikan landasan dalam pembangunan. Negara Indonesia merupakan Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hukum di Indonesia ini juga berkembang sesuai dengan perubahan zaman serta dalam koridor perubahan yang direncanakan yakni hokum mengikuti gerak pembangunan . Pembangunan di bidang hukum akhir-akhir ini telah Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 SOSIOLOGI HUKUM 85 mendapat perhatian dari pemerintah. Kebijaksanaan pembangunan termasuk juga didalamnya pembangunan bidang hukum yang bertujuan untuk menempatkan hukum itu sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Hukum Nasional itu disusun untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan Umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan social. Berdasarkan penjelasan diatas, hukum dapat dikatakan diperlukan dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi sarana dan pengarah pembangunan. Sebagai pengarah pembangunan nasional maka dibutuhkan pembangunan hukum yang mampu melakukan perubahan-perubahan dan penyesuaian dengan kondisi. Oleh karena itu, hukum secara esensial tidak terlepas dari masyarakat. Teori umum ini, tentunya berlaku pula dengan hukum nasional kita, dimana pembentukan hukum nasional Indonesia mendapatkan landasan sosiologis yang utuh dari masyarakatnya. Maka disini penting kita untuk mengkaji tentang “Sosiologi Hukum dan kaitannya dengan pembanguna hukum Nasional”, Apakah sosiologi hukum telah berperan secara baik atau sebaliknya dalam pembangunan nasional. Persoalan ini akan penulis coba paparkan dalam pembahasan makalah ini. Peranan Sosiologi Hukum dalam Pembangunan Hukum Nasional Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa pembangunan merupakan perubahan yang direncanakan yang biasanya juga dikehendaki. Pembangunan tersebut senantiasa dikaitkan dengan pandangan-pandangan optimistis, orientasi kemasa mendatang serta keinginan yang kuat untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Karenanya menurut Soerjono Soekanto dan Soleman B Taneko bahwa untuk kondisi yang dibutuhkan dalam pembangunan Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 86 SYAMSU HADI J. demi untuk kelangsungan pembangunan itu sendiri adalah diperlukan kemauan keras untuk membangun, termasuk juga dalam pembangunan hukum. Kemauan yang keras tersebut tidaklah sematamata didasarkan hasrat untuk memperoleh keuntungan material belaka. Keikutsertaan masyarakat dalam merupakan unsure yang cukup penting. Masyarakat secara aktif harus ikut serta dalam memecahkan masalah-masalah dan senantiasa memiliki sikap yang terbuka bagi fikiran-fikiran yang menghendaki adanya pembangunan.4 Pembinaan bidang hukum Nasional diarahkan dan harus dapat menampung hukum sesuai dengan kesadaran hukum rakyat yang berkembang kea rah modernisasi (memberikan jalan bagi pembaharuan) menurut tingkat kemajuan pembangunan di segala bidang sehingga tercapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai prasarana yang harus ditunjukkan kearah peningkatan pembinaan kesatuan bangsa, sekaligus berfungsi sebagai sarana menunjang perkembangan medoernisasi dan pembangunan yang menyeluruh.5 Pembangunan hukum mempunyai makna ganda. Pertama, ia dapat diartikan sebagai usaha untuk memperbaharuan hukum positif sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada tingkat perkembangan yang mutakhir. Yang Kedua, ia dapat diartikan juga sebagai usaha untuk memfungsionalkan hukum dalam masa pembangunan yakni dengan cara turut mengadakan perubahanperubahan social sebagaimana dibutuhkan oleh suatu masyarakat yang sedang membangun. Makna dari keduanya tersebut tidak dapat dipisahkan secara tajam dan pada banyak kesempatan keduanya akan tergabung menjadi satu.6 Dilain pihak pembangunan hukum ada juga yang mengartikan sebagai segala usaha yang dilakukan oleh sekelompok social dalam suatu masyarakat yang berkenaan dengan bagaimana hukum itu dibentuk, dikonseptualisasikan, diimplementasikan, dilembagakan dalam suatu proses politik melalui beberapa kebijaksanaan yang dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan politik sebagai tindakan dalam kebijaksanaannya.7 Di Indonesia sendiri sosiologi hukum berpengaruh dalam Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 SOSIOLOGI HUKUM 87 pembangunan hukumnya seperti diungkapkan oleh Menteri Kehakiman Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja pada seminar yang diadakan oleh badan Pembinaan Hukum Nasional (BPN) bekerja sama dengan Universitas Diponegoro Semarang, menyebutkan bahwa “Negara Republik Indonesia dalam kebijaksaan pembinaan hukumnya menganut teori hubungan daripada apa yang diketahui atau dikenal sebagai aliran sociological jurisprudence dan pragmatic jurisprudence.”8 Sociological jurisprudence merupakan suatu mazhab dalam filsafat hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat dan sebaliknya dengan tokohnya Roscoe Pound. Mazhab ini bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah pada proses penentuan hukum (legal politic making). Sedangkan realism hukum memusatkan perhatiannya pada proses hukum secara empiris, dengan tokohnya Frank & Llewelllyn. Mereka beranggapan bahwa kesenjangan teori hukum merupakan peristiwa yang terjadi di pengadilan.9 Terhadap dua teori diatas, pembangunan hukum di Indonesia pada dasanya menganut hubungan antara dua teori ini yaitu mengabungkan antara kerjasama antara masyarakat dengan lembaga pengadilan dan para penguasa hukum. Gabungan dari dua faham hukum tersebut diarahkan untuk pembinaan hukum nasional. Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembangunan hukum di Indonesia, sebagaimana diungkapkan oleh Prof.Dr. Makmoen Soeleman sebagai berikut: 1. Peeningkatan dan Penyempurnaan pembinaan hukum Nasional antara lain dengan mengaakan pembaharuan, kodifikasi serta unifikasi hukum bidang tertentu dengan jalan mempehatikan kesadaran hukum dalam masyarakat. 2. Menertibkan funsi lembaga hukum menurut proporsinya masingmasing. 3. Pemingkatan kemampuan dan kewibawaan penegakan hukum.10 Menurut Selo Soemarjan, Pembinaan hukum Nasional di Indonesia ini menemui ketimpangan-ketimpangan seperti ketimpangan ideology, organisasi dan structural. Menurutnya Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 88 SYAMSU HADI J. Modernisasi hukum pada masa pembangunan pertama-tama menimbulkan keadaan yang pluralistic, disebabkan pada waktu yang bersamaan berlaku dua sistim hukum sekaligus dimana keadaan pluralistic yang dialami bangsa Indonesia juga politik hukum yang secara sistimatis dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.11 Selanjutnya, Situasi Majemuk tersebut adakalanya menjadi masalah dalam proses penegakan hukum atau berfunsinya hukum oleh warganegara. Seperti, keadaan dimana seseorang dihadapkan pada dua pilihan norma-norma, katakanlah itu hukum adat dan norma-norma yang diberlakukan secara nasional. Dengan kondisi demikian, maka terbuka kemungkinan seseorang bertindak berlawanan dengan norma atau sistim norma-norma yang satu, sementara pada saat yang sama, ia sebenarnya berbuat sesuai dengan tuntutan dari sistim peraturan yang lain.12 Manakala materi aturan perundang-undangan tidak sesuai dengan system nilai yang dianut dalam masyarakat dan semata-mata hanya bersandar pada power kekuasaan, maka yang terjadi adalah penerapan perundangan tersebut akan dinilai jauh dari rasa keadilan masyarakat. Sebagai konsekuensinya, pada saat yang bersamaan perundang-undangan tersebut cenderung untuk tidak dipatuhi dan dilanggar oleh masyarakat. Sebagai contoh, Dalam pasal 284 tentang konsep Perzinahan disebutkan bahwa perzinahan adalah hubungan seksual antara seorang laki-laki yang sudah menikah dengan wanita yang sudah menikah, atau salah satunya sudah menikah. Jadi hubungan seksual antara laki-laki dan wanita yang belum menikah dengan dasar suka sama suka, bukanlah dianggap tindakan pidana zina. Dalam Konsep atau pandangan masyarakat Indonesia “ perzinahan” diaartikan sebagai hubungan seksual antara laki-laki dengan wanita yang bukan isteri atau suaminya. Oleh karenanya, pemberlakuan KUHP yang berkenaan dengan perzinaan diatas bertentangn dengan konsep perzinaan yang berkembang dalam kebiasaan atau tradisi masyarakat Indonesia. Terjadinya ketidaksesuain antara tuntutan hukum dengan tingkah laku yang dijalankan,dapat disebabkan beberapa alasan atau Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 SOSIOLOGI HUKUM 89 pertimbangan sebagai berikut: 1. Disebabkan norma hukum Negara yang ada tidak disampaikan dengan baik. 2. Terjadinya disfunsional tujuan norma hukum Negara dilihat dari aspek tujuan social masyarakat. 3. Boleh jadi nrma-norma hukum Negara tidak selalu dapat bersaing dengan norms-norma adapt kebiasaan yang berkembang. Di samping itu, Satcipto Raharjo dalam bukunya “ Hukum dalam Perspektif Sosial “ menjelaskan bahwa suatu sistim hukum yang tidak efektif tentunya akan menghambat terislisasinya tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Menurutnya system hukum dapat dikatakan efektif apabila perilaku-perilaku manusia dalam masyarakat sesuai dengan apa yang telah ditentukan di dalam aturanaturan hukum yang berlaku. Kenyataan di Indonesia, menurut penulis, hukum tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan hukum, termasuk di dalamnya masyarakat dibatasi untuk memberikan evaluasi terhadap efek-efek dari pembangunan melainkan hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu yang juga kreadibilitasnya diragukan. Oleh karena itu, dalam aplikasinya dapat dikatakan sekarang hukum tidak memihak kepada masyarakat lapisan bawah sebagai warga mayoritas seperti masalah korupsi yang sulit dituntaskan. Sebagai solusi agar hukum dapat menjadi pendukung dan pembela masyarakat maka harus ada usaha-usaha yang nyata dan serius untuk menyelamatkan kehidupan hukum kita. Dimana menurut pendapat Abdul Gani Nusantara sebagai berikut: 1. Perlu diciptakan kondisi social yang memungkinkan pertumbuhan sejati kelompok kolektif masyarakat lapis bawah yang benar-benar berfungsi untuk mengorganisasikan dan memperjuangkan hak-hak dan kepentingan mereka. 2. Memperbesar akses masyarakat, khususnya masyarakat lapis bawah ke lembaga pengadilan. 3. Organisasi non pemerintah yang selama ini bergerak di bidang penyadaran masyarakat harus meningkatkan perannya untuk Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 90 SYAMSU HADI J. menyadarkan hak-hak masyarakat lapis bawah, bersamaan dengan itu merencanakan program-program litigasi yang diarahkan untuk merencanakan tumbuhnya jurisprudensi baru yang responsive progresif. 4. Organisasi non pemerintah bersama dengan pemerintah menstibulir masyarakat khususnya lembaga masyarakat terbawah agar mendirikan lembaga baru seperti lembaga arbitrasi yang berfungsi menjembatani kepentingan dirinya dengan birokrasi pemerintah. 5. Untuk menunjang seluruh usaha tersebut pemerintah dan DPR harus pula mempercepat proses perundang-undangan peradilan tata usaha Negara. 6. Untuk menunjang program ligitasi baru yang akan diarahkan guna mendorong lahirnya yurisprudens-yurisprudensi baru yang akan progresif di bidang hokum-hukum tertentu maka harus dimulai diadakan suatu proyek penelitian yang secara khusus mempelajari menganalisa dan memberikan catatan keputusan para hakim dalam menghadapi kasus di pengadilan.13 Point-point yang disebutkan diatas, perlu dipertimbangkan untuk pembangunan hukum nasional baik pada masa sekarang mapun pada masa mendatang. Sehingga hukum dapat mencapai tujuannya demi keadilan dan pembangunan hukum itu dapat menunjang pembangunan nasional. Dan selanjutnya masyarakat terutama lapisan bawah juga dapat berpartisipasi melalui gerakan emansipasi social dalam mewujukan keadilan masyarakat Indonesia dalam pembangunan dan pembangunan hukum nasional. Kesimpulan Dalam pembangunan hukum nasional , sosiologi hukum sangatlah penting dan berperan terutama dalam meletakkan landasan sosiologis hukum berupa nilai-nilai social masyarakat dalam usaha membentuk dan menfungsikan system hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar1945 serta untuk menegakkan Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 SOSIOLOGI HUKUM 91 wibawa hukum dan penegak hukum. Kenyataan, hukum yang tidak mempunyai landasan sosiologis, akan ditinggalkan dan dilanggar oleh masyarakat hukum itu sendiri. Oleh karena itu, arah pembangunan hukum nasional harus diarahkan untuk mencapau tujuan pembangunan nasional yang tetap berpijak pada nilai-nilai social yang hidup dan tumbuh dala masyarakat. Untuk merealisasikan itu, maka peran dari semua lapisan masyarakat sangatlah diperlukan. Terhadap subsatansi hukum yang tidak sesuai lagi, harus segera digantikan atau diubah guna menghindari terjadinya ketimpangan-ketimpangan hukum. Catatan: 1 . Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 11. 2 . Soerjono Soekanto, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1988), hlm. 167. 3 . Soerjono Soekanto & Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1980), hlm. 233. 4 . Soerjono Soekanto & Taneko B. Soleman, Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm. 163. 5 . Makmoen Soeleman, Masalah Evaluasi Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Binacipta), hlm. 18. 6 . Satjipto Raharjo, Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung: Alumni, 1979), hlm. 231. 7 . Artidjo Alkostar & Sholeh Amin, Pembangunan Hukum: Perspektif Politik Hukum Nasional, (Jakarta, Rajawali, 1986), hlm. 113. 8. Alkostar & Amin, Pembangunan Hukum, hlm. 114-115. 9 . Lili Rosjidi & B. Arief Sidarta, Filsafat Hukum: Mazhab dan Refleksinya, (Bandung, Rosdakarya, 1994), hlm. 84-85. 1 0 . Soeleman, Masalah Evaluasi, hlm. 18. 1 1 . Raharjo, Hukum dan Perubahan, hlm. 272. 1 2 . Raharjo, Hukum dan Perubahan, hlm. 273. 1 3 . Alkostar & Amin, Pembangunan Hukum, hlm. 165-167. Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012 92 SYAMSU HADI J. DAFTAR PUSTAKA Alkostar, Artidjo & Sholeh Amin, Pembangunan Hukum Perspektif Politik Hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali, 1986). Raharjo, Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial, (Bandung: Alumni, 1979). Rosjidi, Lili & B. Arief Sidarta, Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya, (Bandung: Rosdakarya, 1994). Soekanto, Soerjono & Taneko B. Soleman, Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, (Jakarta: Rajawali, 1990). Soekanto, Soerjono, & Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1980). Soekanto, Soerjono, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1988). Soekanto, Soerjono, Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984). Soeleman, Makmoen, Masalah Evaluasi pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta: Binacipta). Media Akademika, Vol. 27, No. 1, Januari 2012