BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai seorang individu dan sebagai sebagian kecil dari sebuah masyarakat tentunya tak pernah lepas dari kebudayaan, namun apakah yang disebut dengan kebudayaan tadi? Kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Dua orang antropolog terkemuka, yaitu Melville Jean Herskovits dan Bronislaw Malinowski dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa Cultural Determinism yang berarti : “Segala sesuatu yang terdapat di masyakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu”. Dalam perkembangan zaman yang semakin modern, kebudayaan dari para leluhur masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Karena bagaimanapun adat/kebiasaan orang atau sekelompok orang tidak mudah mengalami perubahan, meskipun sebenarnya perubahan itu lama kelamaan akan tetap terjadi. Kebudayaan dan masyarakat saling terkait satu sama lain, karena sebuah masyarakat dalam kehidupan sosial tak mungkin lepas dari kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri juga terdiri dari beberapa unsur dan wujud, selain itu kebudayaan terbagi dalam dua jenis, yaitu kebudayaan materi dan kebudayaan non materi, yang sangat penting untuk kita ketahui. Menutut Selo Soemardjan dan 1 Soelaeman Soemardi dalam sebuah buku yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah “semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat”. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipalajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 1.2 Rumusan masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah kali ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan? 2. Apakah yang dimasksud dengan masyarakat? 3. Apakah hubungan antara kebudayaan dan masyarakat? 4. Apakah manfaat kebudayaan bagi masyarakat? 5. Apakah ciri-ciri kebudayaan dalam masyarakat? 6. Apakah elemen-elemen dari kebudayaan? 7. Apakah unnsur-unsur yang terdapat dalam kebudayaan? 8. Apakah wujud dari kebudayaan? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah kali ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui definisi kebudayaan. 2. Untuk mengetahui definisi masyarakat. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kebudayaan dan masyarakat. 4. Untuk mengetahui definisi mengenai manfaat kebudayaan bagi masyarakat. 2 5. Untuk mengetahui ciri-ciri kebudayaan yang ada dalam masyarakat. 6. Untuk mengetahui elemen-elemen kebudayaan. 7. Untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan. 8. Untuk mengetahui wujud kebudayaan. 3 BAB II Isi 2.1 Pengertian kebudayaan Pada umumnya istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian, terutama kesenian suara dan tari, tetapi kalau istilah kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu pengetahuan kemasyarakatan maka kesenian merupakan salah satu bagian saja dari kebudayaan. Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Adapun istilah culture yang mrupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan yang berasal dari kata latin Colere, artinya mengolah atau mengerjakan. Yaitu mengolah tanah atau bertani, dari asal arti tersebut, yaitu colere kemudian culture diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Seorang antropolog lain, yaitu Edward Burnett Tylor (1871) dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan : “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” Menurut definisi ini termasuk juga 4 sebagai culture : cara makan dan cara berpakaian, pilihan bahan makanan, hasil makanan seperti bakmi, bakso (asal masakan china), sate, gulai (masakan Arab), perkedel (masakan eropa). Ada yang makan menggunakan tangan serta ada juga yang makan menggunakan sendok, dan sebagainya. Golongan atau masyarakatlah yang menganggap suatu tindakan atau pilihan itu baik atau tidak baik, dan anggota golongan belajar dari yang lain untuk mematuhi atau menganut pada pilihan itu. Leslie White mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah “suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari tindakan – tindakan (pola perilaku), berbeda – beda , ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan) dan perasaan – perasaan yang semuanya itu tergantung pada penggunaan simbol-simbol”. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam sebuah buku Setangkai bunga sosiologi mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah “semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat”. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi dari jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir dari orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang diantara lain menghasilkan filsafat serta ilmu5 ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau seluruh masyarakat. Setiap masyarakat yang ada di dunia ini dapat dipastikan memiliki kebudayaan. Untuk membedakan bahwa diantara tiap-tiap kebudayaan itu memiliki perbedaan, maka perbedaannya adalah terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu lebih sempurna dari pada kebudayaan masyarakat yang lain dalam perkembangannya untuk memenuhi segala keperluan masyarakatnya. Dalam hubungan tersebut biasanya disebut “peradaban” (civilization) kepada kebudayaan masyarakat yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto, dua orang antropolog terkemuka, yaitu Melville Jean Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Determinism yang berarti : “segala sesuatu yang terdapat di masyakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu”. Seorang ahli sosiologi mungkin lebih cenderung menggunakan istilah “sosial kemasyarakatanlah determinism” yang dengan mendorong maksud, para anggota bahwa unsur-unsur masyarakat untuk menyesuaikan diri dalam sikap, cara berfikir dan perilakunya pada lingkungan kemasyarakatan. 6 Kebudayaan dapat dibagi kedalam kebudayaan materi dan non materi, kebudayaan non materi terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil pemikiran, adat istiadat, keyakinan yang mereka anut dan kebiasaan yang mereka ikuti. Kebudayaan materi terdiri dari benda-benda hasil pahat misalnya, alat-alat, mebel, mobil, bangunan, irigasi, parit, ladang yang diolah, jalan, jembatan, dan segala benda fisik yang telah diubah dan dipakai orang. Kebudayaan materi selalu merupakan hasil perkembangan kebudayaan non materi dan tidak ada artinya tanpa kebudayaan non materi. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipalajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 2.2 pengertian masyarakat Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angotanya. pengertian masyarakat seperti yang terdapat dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto adalah “orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan”. Dalam sebuah buku lain yang berjudul Introductory sociology karya Gerald R. leslie, Richard F. Larson dan Benjamin L. Gorman (1973) memberikan definisi bahwa “society simply is the name given to the largest and most nearly independent of social system. Ideally, societies involve substantial number of people who physically are some what removed from other such 7 collection of people, and who have created their own distinctive social patterns”. Yang mempunyai makna bahwa masyarakat merupakan sebuah julukan yang diberikan kepada sebuah sistem besar yang melibatkan beberapa orang dalam jumlah yang besar dan telah menciptakan pola-pola sosial tersendiri. Unsur-unsur suatu masyarakat : 1. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak. 2. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu. 3. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama. Bila dipandang cara terbentuknya masyarakat : 1.Masyarakat paksaan,misalnya negara, masyarakat tawanan. 2.Masyarakat mardeka a).Masyarakat natur,yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendirinya, seperti: geromboklan (harde), suku (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau keturunan. b).Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena kepentingan kedunian atau kepercayaan. 8 Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (modern). 1. Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif), pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. 2. Masyarakat maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok social atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. 2.3 hubungan kebudayaan dan masyarakat Seperti yang telah diuraikan sebelumnya mengenai kebudayaan dan masyarakat, dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa adanya hubungan yang erat antara kebudayaan dan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sosial, karena segala sesuatu yang terdapat di masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu, yang tercipta karena adanya kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula sebagai struktur normatif atau menurut istilah Ralph Linton dalam sebuah buku karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah “design for living (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Artinya, kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan- 9 peraturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilarang dan sebagainya”. Suatu masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya, tidak mungkin berhenti berproses, kecuali apabila kebudayaan dan masyarakat itu telah mati. Setiap masyarakat dan kebudayaan, pasti mengalami perubahan-perubahan, meskipun itu sulit. Karena mungkin saja perubahan-perubahan yang terjadi, tidak begitu tampak, oleh karena manusia kurang menyadarinya atau merasa dirinya kurang terlibat. Di indonesia sering dikatakan, bahwa masyarakat desa sama sekali tidak berubah, atas suku-suku bangsa yang terasing sama sekali masih murni. Ini sama sekali tidak benar, mungkin pandangan-pandangan tersebut didasarkan pada sudut pandangan yang sangat sempit. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, hampir tidak memungkinkan manusia dan kelompoknya, untuk menutup diri terhadap pengaruh dari luar. Memang perlu diakui, bahwa disatu pihak pengaruh tersebut mungkin masuk dengan mudah, namun dipihak lain, ada pula pengaruh-pengaruh yang lebih sukar masuknya. 2.4 Fungsi Kebudayaan bagi masyarakat Fungsi kebudayaan bagi masyarakat sangat besar. Hal ini disebabkan adanya dua aspek yaitu : 1. Bermacam-macam hakikat yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggotaanggota masyarakat misalnya kekuatan alam sekitar dan kekuatan-kekuatan dalam masyrakat itu sendiri. 10 2. Manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar harus dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Tindakan-tindakan dalam melindungi diri terhadap lingkungan alam pada taraf permulaan bersikap menyerah atau di dalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Taraf ini banyak dijumpai pada masyarakat yang masih rendah taraf kebudayaannnya seperti suku-suku bangsa di Irian Jaya. Pada masyarakat yang sudah kompleks yang mana taraf kebudayaannya sudah tinggi, maka hasil karyanya atau teknologi- teknologi memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk memanfaatkan sumber-sumber alam bahkan mungkin menguasai alam. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, ia akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya. Kebiasaan ini adalah merupakan suatu perilaku pribadinya, artinya kebiasaan orang atau seseorang adalah berbeda dengan kebiasaan orang lain walaupun hidup satu rumah. Jadi setiap orang akan membentuk kebiasaan yang khusus bagi dirinya sendiri. Misal ada orang yang membiasakan dirinya bangun pagi-pagi atau tidur siang. Apabila ada sesuatu hal sehingga kebiasaan itu tidak sempat dilakukan, maka jiwanya akan resah sepanjang hari tersebut. Menurut Ferdinand Tonnies dalam sebuah buku berjudul Ilmu Sosial Dasar karya Drs. H. Hartomo dan Dra. Arnicun Aziz, kebiasaan mempunyai tiga arti yaitu : 11 1. Dalam arti yang menunjukkan pada suatu kenyataan yang bersifat obektif. Misalnya kebiasaan bangun pagi, kebiasaan tidur pada siang hari dan sebagainya. Artinya adalah bahwa seseorang biasa melakukan perbuatanperbuatan tadi masuk dalam tata cara hidupnya. 2. Dalam arti bahwa kebiasaan tersebut dijadikan norma bagi seseorang, normanorma diciptakannya untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini maka orang yang bersangkutanlah yang menciptakan suatu perilaku bagi dirinya sendiri. 3. Sebagai perwujudan kemauan atau keinginan seseorang untuk membuat sesuatu. Singkatnya kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, hal itu antara lain : 1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok 2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya 3. Pembimbing kehidupan manusia 4. Pembeda antar manusia dan binatang 5. Hidup lebih baik, Lebih manusiawi dan berperikemanusiaan. 2.5 Ciri-ciri kebudayaan dalam masyarakat Ciri-ciri khas kebudayaan yang biasanya dimiliki oleh sekelompok manusia, suku, dan sebagainya yang menempati suatu daerah geografis turun temurun, biasanya tampak pada: 12 1. Pakaian, perumahan, alat-alat yang mereka pakai sehari-hari dan sebagainya, yang terdapat dikebudayaan lain. 2. Bahasa meraka yang digunakan di lingkungan merka yang akhirnya merupakan bahasa khas seperti jawa, sunda, dan sebagainya, juga dialekalek atau percampuran-percampuran dari bahasa-bahasa itu yang terdapat didaerah-daerah perbatasan seperti di cirebon, banyuwangi dan sebagainya. 3. Karena hanya terdapat perkawinan diantara mereka-mereka itu saja dan tiadanya/kurangnya percampuran dari daerah luar corak-corak khas mengenai bentuk muka,perrwatakan dan sebagainya bisa terjadi yang bisa menjadi ciri khas ragawi dari bangsa atau golongan tertentu seperti mata sipit, hidung mancung kriting dan sebagainya. 2.6 Elemen-elemen kebudayaan Sebuah kebudayaan terdiri dari lima elemen dasar yaitu kepercayaan, nilainilai, norma-norma dan sangsi (aturan-aturan dalam bersikap), ekspresif simbol (gambaran materi yang terdiri dari gagasan dan nilai-nilai) dan bahasa. 1. Kepercayaan Konsepsi atau gagasan tentang dunia dan tentang kehidupan manusia yang berpusat pada makna pengalaman manusia atau karakter dari dunia supranatural. 2. Nilai-nilai Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. 13 3. norma-norma dan sangsi Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan dan pengendali tingkah laku. Sangsi adalah alat yang dipakai untuk memaksa seseorang atau setiap anggota kelompok, warga negara untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan standar-standar sosial yang ada. 4. Ekspresif simbol Ekspresif simbol adalah gambaran materi yang terdiri dari gagasan dan nilainilai. 5. Bahasa Bahasa adalah Suatu lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan dirinya. 2.7 Unsur-unsur kebudayaan Menurut koentjaraningrat dalam sebuah buku berjudul Pengantar Ilmu Antropologi berpendapat bahwa unsur-unsur kebudayaan dibgi menjadi tujuh bagian, yaitu : 1. Bahasa 2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial 4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup 14 6. Sistem religi 7. Kesenian Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan terurai diatas, yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, yang berupa sistem sosial dan yang berupa unsur-unsur kebudayan fisik. Dengan demikian sistem ekonomi misalnya mempunyai wujudnya sebagai konsep-konsep rencana-rencana, kebijaksanaan, adat istiadat yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa tindakantindakan dan interaksi berpola antara produsen, pedagang, pengecer dengan konsumen, dan kecuali itu dalam sistem ekonomi terdapat juga unsur-unsurnya yang berupa peralatan, komuditi, dan benda-benda ekonomi. Berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup dari mahluk manusia. Dengan demikian, unsur kesenian misalnya, mempunyai fungsi guna memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan. Unsur sistem pengatahuan untuk memuaskan hasrat narluri manusia untuk tahu. Dengan demikian seandainya seorang ahli dapat membuat suatu data yang selengkaplengkapnya dari hasrat-hasrat naluri manusia disebelah kiri, maka disebelah kanan ia dapat membuat daftar dari unsur-unsur kebudayaan kebudayaan manusia yang sejajar dengan hasrat tadi masing-masing. Tetapi harus diingat bahwa tentu ada unsur-unsur kebudayaan yang tidak hanya berfungsi untuk memuaskan satu hasrat naluri saja, melainkan suatu kombinasi dari lebih dari satu hasrat. Keluarga, misalnya, dapat dianggap berfugsi guna memenuhi hasrat manusia akan perasaan 15 aman dan mesra, tetapi juga hasrat manusia akan prokreasi, yaitu melanjutkan jenisnya dan mengamankan keturunannya. Rumah dapat dianggap berfungsi guna memenuhi hasrat manusia akan perlindunga fisik, tetapi juga hasrat akan gengsi atau keindahan. 2.8 Wujud kebudayaan Menurut koentjaraningrat dalam sebuah buku berjudul Pengantar ilmu Antropologi berpendapat bahwa wujud kebudayaan dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya 2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala atau dengan perkataan lain, dalam alam fikiran warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka tadi dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Sekarang kebudayaan adeal juga banyak tersimpan dalam disk, arsip, koleksi mikro film, dan kartu komputer. Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat, memberi jiwa pada masyarakat itu. Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain melainkan selalu berkaitan menjadi suatu sistem. 16 Para ahli antropologi dan sosiologi menyebut sistem ini sistem budaya. Dalam bahasa indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal dari kebudayaan ini yaitu adat atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya. Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan yang lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktifitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari. Wujud ke tiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik dan tak memerlukan banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktifitas, berbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Ketiga wujud dari kebudayaan terurai diatas dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Baik fikiran-fikiran dan ide-ide, maupun tindakan dan karya manusia menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia 17 dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatannya, bahkan juga cara berfikirnya. Ketiga wujud dari kebudayaan tadi erat berkaitan. 18 BAB III Penutup 3.1 Kesimpulan Kebudayaan dan masyarakat pada kehidupan sosial tidaklah mudah untuk dipisahkan karena antara kebudayan dan masyarakat saling terkait satu sama lainnya, di dalam sebuah masyarakat pasti terdapat sebuah kebiasaan-kebiasaan yang lama kelamaan akan menjadi sebuah budaya bagi anggota masyarakat itu sendiri, karena kebudayaan adalah “kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral ,hukum, adat istiadat dan lain kemampuankemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” selain itu kebudayaan dapat mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika mereka berhubungan dengan orang lain. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh seseorang dalam sebuah lingkungan masyarakat kemudian dijadikan dasar hubungan antara orang-orang sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing dapat diatur dan menimbulkan norma atau kaidah. Kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya sehingga suatu saat kebiasaan tersebut akan menjadi hal yang lazim bagi masyarakat tersebut dan menjadi sebuah adat istiadat. Selain itu kebiasaan dan pola-pola perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat itu sendiri. 19 Dalam sebuah kebudayaan terdapat unsur-unsur seperti : Bahasa, Sistem pengetahuan, Organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian. Selain itu kebudayaan juga dapat dibagi kedalam tiga wujud, antara lain : Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya manusia. Kebudayaan dapat dibagi kedalam kebudayaan materi dan non materi. kebudayaan non materi terdiri dari kata-kata yang dipergunakan orang, hasil pemikiran, adat istiadat, keyakinan yang mereka anut dan kebiasaan yang mereka ikuti. Kebudayaan materi terdiri dari benda-benda hasil pahat misalnya, alat-alat, mebel, mobil, bangunan, irigasi, parit, ladang yang diolah, jalan, jembatan, dan segala benda fisik yang telah diubah dan dipakai orang. Kebudayaan materi selalu merupakan hasil perkembangan kebudayaan non materi dan tidak ada artinya tanpa kebudayaan non materi. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipalajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 3.2 Saran Dalam pembuatan sebuah makalah disarankan untuk lebih banyak membaca buku yang dapat di jadikan sebuah refrensi. 20 Daftar Pustaka : 1. Bassis, Michael S. Gelles, Richard J. Levine, Ann. sociology An Introduction. United States of America : Random Hause, 1984. 2. Leslie, Gerald R. Larson, Richard F. Gorman, Benjamin L. Intoductory Sociology, United States of America : Oxford, 1976. 3. Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaeman. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta : LPFEUI, 1964. 4. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers, 2012. 5. Horton, Paul B. Hunt, Chester L. Sosiologi. Jakarta : Erlangga, 1993. 6. H. Hartomo, dkk. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara, 1993. 7. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru, 1986. 21