Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 EFISIENSI METODE INKUBASI DAN PENAMBAHAN NAOHDALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN KAPUR UNTUK PERTANIAN DI LAHAN PASANG SURUT HUSIN KADERI, TATY INDRIAN DAN HARYATUN Balai Peneitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet, Loktabat, Banjarbaru 70712 RINGKASAN Usaha pertanian di lahan pasang surut mempunyai prospek yang baik dengan potensi yang cukup besar. Sebagian besar lahan tersebut telah diperuntukkan sebagai lahan usaha pertanian oleh penduduk lokal dan penduduk yang berasal dari program transmigrasi . Lahan pasang surut mempunyai resiko yang cukup tinggi untuk pertanian terutama pada lahan sulfat masam. Tingkat produktivitas lahan pasang surut masih rendah, demikian juga dengan hasil persatuan luasnya . Kondisi demikian diantaranya disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang umumnya rendah sampai sangat rendah, tingkat kemasaman yang umumnya masam sampai sangat masam . Salah satu cara untuk menetralkan tingkat kemasaman adalah dengan pemberian kapur pertanian . Jumlah kapur yang diberkan pada lahan pasang surut dengan metode penambahan larutan NaOH 0,05 N lebih efisien dibanding dengan metode inkusai yaitu 8,8 t/ha untuk metode pemanbahan NaOH 0,05 N dan 16,6 t/ha untuk metode inkubasi . Dengan metode penambahan laturan NaOH 0,05N dapat menghemat kebutuhan kapur sebesar 7,8 t/ha untuk mencapai pH 5,5 dari pH awal 3,75 . PENDAHLTLUAN Tanah yang mempunyai tingkat kemasaman tinggi ditunjukkan oleh nilai pH yang rendah . Keadaan pH yang rendah memberikan indikasi bahwa dalam tanah terakumulasi asam-asam organik dalam jumlah besar . Asam-asam organik tersebut terbentuk akibat adanya oksida sulfida dalam tanah membentuk asamasam sulfat. Keadaan demikian umum terladi pada tanah-tanah sulfat masam di lahan pasang surut . Pemberian kapur pada tanah sulfat masam adalah merupakan salah satu cara untuk menetralisir kemasaman . Sehingga kebutuhan kapur sering dikali dengan faktor kehalusan kapur atau indeks netralisasi (HIDAYAT, 1978) . Pemberian kapur ke dalam tanah umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah teralu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan aluminium dapat dihindarkan . Istilah kebutuhan kapur digunakan untuk menyatakan jumlah kapur yang harus diberikan pada tanah untuk pertanaman tertentu. Kebutuhan kapur juga 238 Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 digunakan untuk menyatakan jumlah kapur atau kesetaraannya yang harus diberikan pada tanah untuk menaikan pH tanah menjadi pH 5,5 dari pH 3,75. Angka-angka yang diperoleh dari suatu carapenentuan kebutuhan kapur harus dikalikan dengan indeks netralisasi, tergantung pada susunan serta kehalusan bahan yang digunakan dalam pengapuran dan jumlah yang mungkin dapat tercuci. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk penentuan kebutuhan kapur yaitu metode SMP ; metode aluminim dapat ditukar ; metode Dunn; metode inkubasi dan metode penambahan larutan NaOH 0,05 N. Tulisan ini dimaksudkan untuk membandingkan dua metode penentuan kebutuhan kapur dan sekaligus mengevaluasi metode yang dapat menentukan jumlah kapur yang lebih efisien untuk mendapatkan nilai pH yang dikehendaki . PENGAMBILAN CONTOH TANAH Pengambilan contoh tanah dilakukan pada petak sawah yang akan ditentukan kebutuhan kapurnya yaitu di Belawang, Kebupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan. Contoh tanah diambil dari 10-20 titik pengambilan sedalam lapisan olah, yaitu 10-15 cm dengan ukuran lapisan yang diambil sama dengan lebar lempengan irisan tanahnya . Contoh tanah dari 10-20 titik pengambilan, dicampur clan diaduk rata. Satu contoh tanah lebih kurang 1 kg dimasukkan dalam kantong yang diberi label, nama pemilik sawah, tempat pengambilan contoh dan nama desa tempat pengambilan, dan tanggal pengambilan . Selanjutnya dibawa ke laboratorium. Banyak metode yang dapat digunakan untuk penentuan kebutuhan kapur. Tetapi dalam tulisan ini hanya ditulis dua metode penentuan kebutuhan kapur: 1 . penentuan kebutuhan kapur dengan inkubasi pada deret konsentrasi bertingkat; 2. penentuan kebutuhan kapur dengan penambahan larutan NaOH 0,05 N. PROSEDUR KERJA DILABORATORIUM DAN ANALISIS HASIL 1. Penentuan Kebutuhan Kapur Dengan Inkubasi Peralatan dan bahan yang digunakan Timbagan dengan ketelitian 10 mg; gelas erlenmeyer dengan tutup karet; mesin pengocok; pH-meter dengan gelas elektrode ; pipet dan botol kocok; botol semprot plastik ; kapur pertanian . Cara kerja 1 . Contoh tanah basah 100 g dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, 7 gelas per contoh. 2. Ke dalam gelas erlenmeyer yang telah berisi contoh tanah diberi kapur pertanian 0; 0,1 ; 0,2 ; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 g ke dalam gelas erlenmeyer, 23 9 Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 1001 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. yang setara dengan 0, 2, 4, 8, 12, 16 dan 20 ton kapur pertanian per hektar (dengan perhitungan lapisan olah 20 cm dan bobot isi (BD = bulk density) 1 g/cm3 . Tanah dan kapur pertanian diaduk, kemudian diberi air sampai mencapai kapasitas lapang, keadaan air yang optimum untuk pertumbuhan jasad hidup dalam tanah. Gelas ditutup dan ditempatkan di ruangan yang teduh. Setelah 2 minggu inkubasi, diambil sebanyak 3 g tanah untuk penetapan pHnya. Tanah dimasukan 3 g ke dalam botol kocok. Ditambahkan 3 ml air aquadest/air hujan. Botol dikocok . pH ditetapkan dengan pH meter . Berdasarkan data di atas dibuat kurva pH. Kebutuhan kapur dapat dilihat dari kurva yang mencerminkan hubungan antara pH dan jumlah kapur yang dibutuhkan untuk mencapai pH yang dikehendaki (WIDJAYA, 1996) . Tabel 1 . Hasil analisis kapur di laboratorium Satuan (%) 38,03 1,84 53,24 3,07 95,08 4,91 56,31 Kandungan Ca Mg CaO MgO CaC03 MgC03 Kemumian total Tabel2 . Data pengukuran pH tanah hasil penentuan kebutuhan kapur dengan inkubasi di Belawang pH awal pH Setelah inkubasi Penambahan kapur (g) 3,75 3,74 3,96 4,17 4,59 5,01 5,43 5,85 0,0 0,1 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 Berdasarkan kurva pH yang dibuat dari data Tabel 2 dengan masa inkubasi selama 2 minggu dapat dihitung jumlah kapur yang diperlukan untuk mendapatkan pH 5.5 dari pH awal 3,75 pada lokasi Belawang sebanyak 16,6 ton/ha kapur. Kesuburan tanah diperbaiki dengan pengapuran tanah-tanah masam ke pH 5,5-7. Tanaman dapat tumbuh baik pada kisaran pH tersebut. Pada reaksi tanah ini, konsentrasi Ca, Mg dan P tersedia cukup untuk pertumbuhan tanaman. Tingkat kadar hara mikro dalam larutan tanah juga mencukupi, terdapat juga kegiatan jamur dan bakteri (TAN KIM, 1998). Pada pH 5,5 atau lebih bakteri berkembang dengan baik sedang pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat. Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5 . Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah, pada pH lebih dari 5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri (HARDJOWIGENO, 1987) . II. Penentuan Kebutuhan Kapur Dengan Penambahan Larutan NaOH 0,05 N Peralatan dan bahan yang digunakan Timbagan dengan ketelitian 10 mg; mesin pengocok ; pH-meter dengan gelas elektrode; pipet dan botol kocok; botol semprot plastik; larutan NaOH 0,05 N. NaOH sebanyak 2,0 g dilarutkan dengan air destilasi kedalam labu ukur 1 liter sampai tanda garis. Cara kerja Timbang contoh tanah dengan berat 10 g sebanyak 6 contoh kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam 6 buah botol kocok. 2. Ke dalam 6 botol yang telah berisi contoh tanah diberi larutan NaOH 0.05 N masing-masing 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 ml. 3. Ditambahkan air destilasi 25, 21, 17 .W13, 9, 5 ml sehingga jumlah menjadi 25 ml, yaitu setara dengan 0, 2, 4, 6, 8 dan pengekstrak dalam botol per hektar . 10 ton kapur 4. Botol dikocok selama 1 jam dengan mesin pengocok. 5. pH ditetapkan dengan pH-meter 6. Dibuat kurva pH dan jumlah penambahan larutan NaOH 0,05 N (ml). SUPING (1998), menyatakan kebutuhan kapur dapat dihitung berdasarkan hasil penambahan NaOH: 1. Kebutuhan kapur (ton/ha) = ml NaOH pada pH yang diinginkan x N NaOH x 10.** Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 Tabel 3. Data pengukuran pH tanah hasil penentuan kebutuhan kapur dengan penambahan NaOH 0,05 N di Belawang pH awal pH Setelah penambahan NaOH 0,05 N 3,75 3,78 4,17 4,56 4,95 5,34 5,74 "Suber 1998. Komunikasi pribadi . Penambahan NaOH 0,05 N (ml) 0 4 8 12 16 20 ' Berdasarkan kurva pH yang dibuat dari data Tabel 3 dengan penambahan NaOH 0,05 N dapat dihitung jumlah kapur yang diperlukan untuk mencapai pH yang diinginkan . Penentuan kebutuhan kapur dengan cara penambahan larutan NaOH 0,05 N diperlukan waktu relatif pendek yaitu hanya duajam dibanding metode inkubasi yang memerlukan waktu 360 jam, demikian juga jumlah kapur yang dibutuhkan untuk mencapai pH 5,5 dari pH awal 3,75 lebih sedikit yaitu hanya 8,8 ton/ha sehingga dapat menghemat penggunaan kapur sebanyak 7,8 ton/ha atau 47% dibanding yang diperoleh dari metode inkubasi yang memerlukan 16,6 ton/ha. Tabel4 . Hasil perbandingan dua metode penetapan kebutuhan kapurdalam menentukan efisiensi penggunaan kapur Metode pH awal pH yang diinginkan Kebutuhan kapur (t/ha) Efisiensi Kebutuhan Kapur 1 .Inkubasi 2. NaOH 0,05 N 3,75 3,75 5,50 5,50 16,6 8,8 0 47 Larutan NaOH yang digunakan dalam ekstraksi merupakan ekstraktan yang paling efektif dalam pemisahan asam humat yaitu fraksi yang larut dalam basa di dalam tanah secara kuantitatif. Munculnya Ion-ion H+ bebas ini terjadi pada penambahan larutan NaOH sehingga yang terukur adalah kemasaman aktif saja. Dengan demikian tingkat penggunaan kapur lebih efisien . Hal ini sejalan dengan pendapat TAN KIM, (1998), menyatakan bahwa sejumlah besar ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan yang ada dalam tanah berdisosiasi menjadi ion-ion H+ bebas. Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif yang diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah. Pada metode inkubasi ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman potensial/cadangan. Kemasaman potensial akan mempertahankan kesetimbangan dengan kemasaman aktif. Jika konsentrasi ion H+ bebas dinetralkan oleh penambahan kapur, kemasaman potensial akan 242 Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 melepaskan ion-ion H+ tertukarkan ke dalam larutan tanah untuk mengembalikan kesetimbangan, dan tidak akan terjadi perubahan dalam reaksi tanah hingga cadangan ion H+ habis . Besaran kemasaman potensial ini biasanya jauh melebihi besaran kemasaman aktif (BRADY, 1974). KESIMPULAN Salah satu cara untuk mengurangi tingkat kemasaman tanah di lahan pasang surut sulfat mas am adalah dengan pemberian kapur . Metode penentuan kebutuhan kapur dengan penambahan larutan NaOH 0,05 N untuk mencapai pH 5.5 dari pH awal 3,75 dibutuhkan jumlah kapur lebih efisien sebesar 47% atau 7,8 ton/ha lebih sedikit dibanding dengan cara inkubasi. DAFTAR BACAAN BRADY, N. C. 1974. The Nature DAN Properties of Soils. 8th ed., Macmillan New York. HARDJOWIGENO, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Perkasa . Jakarta . HIDAYAT, A. 1978 . Methods of Soil Chemical Analysis. Central Research Institute for Agriculture . Japan International Cooperation Agency (JICA) in the frame work of the Indonesia-Japan Joint Foot Crop Research Program . Bogor. TAN KIM, H. 1998 . Dasar-dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. Gadjah Mada University Pre3% . WIDJAYA ADHI, I.P.G. 1996. Tanah dan Air Lahan Rawa. Tidak dipubilkasi