TRANSAKSI JUAL BELI HEWAN TERNAKMELALUI MAKELAR DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM (StudiKasus di PasarHewanMuntilan KabupatenMagelang 2016) SKRIPSI Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Hukum (S.H) Oleh: Yitna Yuono NIM: 214 11 019 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES) FAKULTASSYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 i TRANSAKSI JUAL BELI HEWAN TERNAKMELALUI MAKELAR DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM (StudiKasus di PasarHewanMuntilan KabupatenMagelang 2016) SKRIPSI Diajukan guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Hukum (S.H) Oleh: Yitna Yuono NIM: 214 11 019 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES) FAKULTASSYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016 ii iii iv v MOTTO ِ ّذين آمنُواْ الَ تَأْ ُكلُواْ أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب ِ اط ِل إِالّ أَن َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ يَا أَيّ َها ال تَ ُكو َن تِ ااًة َن تَ ٍض اا ّ ْن ُك ْم ََ َ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”‟. [QS. An-Nisaa‟ : 29]. “Jangan pernah menyesali dengan apa yang telah kamu tentukan”. vi PERSEMBAHAN Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do‟a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta & tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis. 2. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. 3. Kakak saya, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do‟anya untuk keberhasilan ini, 4. Seluruh keluarga besar Bp. Muhsirat yang selalu mendo‟akan & memberi motifasi kepada penulis 5. Teman, sahabat dan sejawat tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai di sini. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiinnn. vii KATA PENGANTAR بسم اهلل الرمحن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana syari‟ah. Adapun judul skripsi ini adalah “Transaksi Jual Beli Hewan Ternak Melalui Makelar Ditinjau Dari Hukum Islam (Studi Kasus di Pasar Hewan Muntilan Kabupaten Magelang 2016)” Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga 4. Bapak Drs Machfudz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. viii 5. Seluruh Dosen Fakultas Syaria‟ah Jurusan hukum ekonomi syariahIAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 7. Sejawat-sejawat Mapala MITAPASA khususnya angkatan XVII dan sahabatsahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amiin ya robbal „alamiin. Salatiga, 09 september 2016 Yang menyatakan Yitna Yuono NIM : 214 11 023 ix ABSTRAK Yuono, Yitna. 2016. (transaksi jual beli hewan ternak melalui makelar ditinjau dari hukum islam studi kasus di pasar hewan muntilan kabupaten magelang). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan hukum ekonomi syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. Machfudz, M.Ag. Kata Kunci: Jual Beli Hewan Ternak Melalui Makelar Penelitian tentang jual beli hewan ternak yang terjadi di Muntilan kabupaten Magelang adalah ditujukan kepada penjual pembeli dan makelar hewan ternak yang ada di pasar hewan muntilan. Adapun permasalahan yang akan dikaji yakni:1)Bagaimana praktek makelar dalam jual beli hewan ternak di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli hewan ternak melalui makelar dipasar hewan Muntilan kabupaten Magelang? 3) Bagaimana bentuk akad dalam jual beli hewan ternak melalui makelar di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang? Penulisan ini didasarkan pada penelitian lapangan di Muntilan Kabupaten Magelan, jenis penelitian yang digunakan kualitatif yuridis sosiologis, maka penulis melakukan penelitian terhadap objeknya dan berinteraksi langsung dengan sumber data. Sehingga penulis dituntut untuk aktif terhadap masalah yang kemungkinan terjadi di lokasi penelitian. Dalam pengumpulan data penulis melakukan beberapa macam hal atau teknik supaya data yang didapat sesuai dengan peristiwa apa yang sebenarnya terjad, diantaranya sebagai berikut: obserfasi, observasi tidak berstruktur, observasi berstruktur, wawancara, dokumentasi Praktek makelar dalam proses jual beli hewan ternak di Pasar Muntilan memiliki tiga unsur yaitu. Berdasarkan tugasnya makelar sebagai perantara penjual dan pembeli, mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjualkan barang bagi penjual. Sedangkan dalam hukum islam menjual hewan menyewa makelar untuk mengucapkan satu dua patah kata dari pandangan beberapa wajah (pendapat/Qaul yang berlaku) sekalipun berupa ijab dan qabul dan sekaligus melariskan dagangan, karena satu dua patah kata itu tidak ada harganya. seorang makelar dalam menawarkan kepada pembeli biasanya lebih tinggi dari harga awal. Dengan maksud makelar mencari untung dalam transaksi dan sebagai upah makelar. Yang demikian hanya diketahui oleh pihak penjual dan makelar. Shighah yang diucapkan adalah perkataan yang menunjukan permintaan kepada makelar untuk menjualkan atau memasarkan hewan ternak. Jual-beli melalui perantara itu di bolehkan, asal antara ijab dan qabul sejalan. Dengan demikian maka shighah yang telah diucapkan oleh penjual kepada makelar sebagai ijab dari sewa jasa untuk mempekerjakan dibolehkan. Dalam meminta bantuan dari jasa makelar di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang bentuk akad yang terjadi adalah akad ijaroh dimana seorang pembeli mendatangi langsung kepada makelar dan menjelaskan maksud tujuannya secara langsung agar dicarikan hewan ternak. x DAFTAR ISI HALAMANBERLOGO ................................................................................ i HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ iv HALAMAN PENGESAN .............................................................................. v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 9 D. Telaah Pustaka ..................................................................... 10 E. Metode Penelitian ................................................................ 12 F. Sistematika penulisan ........................................................... 16 ANALISIS A. Tinjauan umum tentang Jual beli ......................................... 18 1. Pengertian jual beli ........................................................ 18 2. Dasar Hukum jual beli ................................................... 24 3. Rukun jual beli............................................................... 26 4. Syarat jual beli .............................................................. 27 5. Macam-macam jual beli ............................................... 37 6. Bentuk- bentuk jual beli ................................................ 39 B. Tinjauan umum tentang Makelar ......................................... 41 xi BAB III 1. Pengertian makelar ........................................................ 41 2. Syarat-syarat makelar .................................................... 42 3. Hukum makelar dalam islam ......................................... 44 4. Tugas makelar................................................................ 45 5. Fungsi makelar .............................................................. 46 GAMBARAN UMUM TENTENG PASAR HEWAN MUNTILAN BAB IV A. Profil pasar hewan muntilan ................................................ 48 1.Keadaan masyarakat sekitarpasar hewan muntilan .......... 48 2. Keadaan pasar hewan muntilan ....................................... 49 3. Struktur pasar hewan muntilan ........................................ 51 B. Praktek jual beli hewan ternak melalui jasa makelar ........... 52 C. Gambaran secra umum makelar .......................................... 53 D. Praktek makelar secara rinci ................................................ 55 E. Bentuk akad dalam jual beli hewan ternak melalui makelar 60 F. Pengambilan untung makelar dari proses juaal beli ............ 61 ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JUAL BELI MELALUI MAKELAR DENGAN PRAKTEK PENGGUNAAN JASA MAKELAR DI PASAR HEWAN MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG A. Analisis hukum islam terhadap orang yang berakad dalam jual beli di pasar hewan muntilan kabupaten magelanga .............................................................................. 63 B. Analisis hukum islam terhadap akad jual beli hewan ternak melalui jasa makelar ................................................. BAB V 73 PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 77 B. Saran ....................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Harga hewan ternak 2016 .................................................................. xiii 56 DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Struktur Pengelola Pasar Hewan Muntilan ........................................ xiv 51 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, sesuai dengan ketetapan Hukum.Maksudnya ialah jual beli harus memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang digariskan oleh Syara‟.Sehingga apabila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟. Rukun jual beli ada tiga yaitu akad, orang yang berakad, barang atau objek.Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatan sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab kabul menunjukan kerelaan. Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya boleh dilakukan dengan suratmenyurat, yamg intinya mengandung arti ijab dan kabul. Menurut fatwa Ulama Syafi‟iyah jual beli barang-barang yang kecil pun harus ijab dan kabul (Suhendi, 2014: 69). Ijab adalah suatu pernyataan kehendak yang pertama muncul dari suatu pihak untuk melahirkan suatu tindakan Hukum, dengan pernyataan kehendak tersebut ia menawarkan penciptaan tindakan Hukum yang di maksut di mana bila penawaran itu diterima oleh pihak lain terjadilah akad. Ijab disyaratkan harus jelas maksud dan isinya harus tegas. Maksudnya harus jelas, artinya bahwa ungkapan baik lisan, tulisan, isyarat maupun lainnya yang 1 digunakan untukmenyatakan ijab dalam setiap akad menunjukkan secara jelas jenis akad yang dikehendaki , oleh karena itu akad mana yang dimaksud dan akibat Hukum apa yang hendak diciptakan haruslah jelas. Kabul adalah pernyataan kehendak yang menyetujui ijab dan terciptanya suatu akad. Sepertihaknya ijab, kabul disyaratkan kejelasan maksud, ketegasan isi dan didengar atau diketahui oleh pihak lain (Basyir, 2000:65-67). Fenomena ini merupakan peran dari Hukum Islam untuk menjawab permasalahan yang terjadi. Terutama bagaimana cara menyikapi sistem ekonomi yang memegang peranan penting dalam dunia bisnis. Sebagai agama yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang diyakini Islam mampu menjawab permasalahan yang terjadi, namun perlu suatu kerja keras untuk mencari dan menafsirkannya karena suatu bisnis saat ini dipenuhi dengan berbagai kenyataan bahwa beberapa kegiatannya telah terpopulasi dengan kelicikan. Para pedagang dijanjikan dengan kedudukan tinggi dan pahala yang sangat besar di sisi Allah swt, karena biasanya pedagang tergoda untuk berlaku rakus, tamak, mendapatkan laba dengan segala cara. Karena itu barang siapa tegar di atas batas-batas kejujuran dan amanah, ia adalah mujahid dalam memerangi hawa nafsunya. Berkaitan dengan masalah perdagangan ini, apa yang dilakukan Rasulullah saw cukup jelas bagi kita. Sebagaimana beliau memberikan perhatian pada aspek ruhani dengan membangun masjid di Madinah atas dasar taqwa dan ridha-Nya, sebagai pusat 2 ibadah, ilmu pengetahuan, dakwah, bahkan jugapusat negara dan pemerintahan, beliau juga memberikan perhatian kepada bidang ekonomi, didirikanlah pasar yang Islamidan mandiri (Qardhawi, 2000: 200-201). Jika tidak ada unsur kehati-hatian dalam melakukan transaksi jual beli maka tidak menutup kemungkinan salah satu pihak ada yang dirugikan, dan apabila hal tersebut yang terjadi transaksi jualbeli yang dilakukan tidak sah.Islam mensyariatkan jual beli dengan perantara atau makelar karena tidak semua manusia mampu dan cakap dalam melakukan transaksi jual beli tersebut. Makelar atau katakan perantara dalam perdagangan yang menjembatani penjual dan pembeli, dizaman kita ini sangat penting artinya dibanding dangan masa-masa yang telah lau, karena terikatnya perhubungen perdagangan antara pedagang kolektif dan pedagang perorangan, sehingga makelar berperan sangat penting. Dalam hal ini makelar adalah seorang yang menjualkan barang orang lain atas dasar bahwa seseorang itu akan diberi upah oleh yang punya barang sesuai dengan usahanya (Suhendi, 2010: 85). Dalam hal ini makelar bertugas untuk menjembatani kepentingan antara pihak penjual dan pembeli. Namun pada praktek kinerjanya di lapangan banyak berbagai bentuk cara kerja dari seorang makelar. Dari yang ingin untung sendiri dengan cara menambahkan harga barang tanpa sepengetahuan antara kedua belah pihakdan mengorbankan kepentingan salah satu pihak dan tidak bertanggung jawab atas resiko yang mungkin terjadi, sampai yang profesional dengan benar-benar menjembatani kepentingan 3 pihak-pihak yang dihubungkan dan dapat di pertanggung jawabkan (http://bisnisukm.com/bisnis-makelar-peluarpotensial-html). Berangkat dari hal tersebut diatas penulis tertarik pada praktek makelar yang ada di daerah pasar hewan Muntilan Magelang.Kaitannya dengan jual beli hewan ternak yang mana seorang makelar mempunyai peran aktif dalam memasarkan barang (hewan ternak) tersebut, baik dalam bidang menerima pesanan, penawaran harga, sampai pada perolehan laba dari hasil negosiasi transaksi hewan ternak tersebut. Biasanya dalam posisi seorang makelar itu adalah sebagai penghubung antara kedua belah pihak tetapi disisi lain ada juga makelar yang mencari keuntungan yang berlebihan dengan penambahan harga barang, menutupi cacat barang, sehingga makelar menekan pihak penjual maupun pembeli untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya. Bisnis dianggap suatu proses untuk mencari keuntungan dan mencukupi kebutuhan hidupnya. Sementara itu etika merupakan ilmu yang berbeda dengan bisnis dan karenanya terpisah.Dalam kenyataan ini bisnis dan etika dipahami sebagai dipahami sebagai suatu hal yang tidak berkaitan. Praktek bisnis itu bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, dan jika etika keIslaman diterapkan dalam dunia bisnis maka dianggap akan mengganggu upaya untuk mencapai tujuan bisnis. Sering kali ekonomi menjadi masalah yang serius bagi manusia karena sumber daya ekonomi yang tidak tersedia tidak sebanding dengan kebutuhan manusia.Dunia bisnis sangat terpengaruh oleh hal tersebut. 4 Kerjasama dalam jualbeli merupakan salah satu hal yang sangat penting demi terciptanya tujuan bisnis.Masalah kerjasama dalam bisnis tidak boleh diremehkan begitu saja karena bagaimanapun juga bentuk kerjasama dalam bisnis merupakan masalah penting dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya Islam membolehkan semua bentuk kerjasama dalam jual beli yang berkembang dalam masyarakat, selama kerja sama tersebut mendatangkan manfaat dan tujuan untuk saling tolong menolong antar masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Begitu pula praktek kerja sama dalam jual beli yang dilakukan masyarakat di dalam pasar Hewan Muntilan Magelang, dimana mereka bekerja sama dala jual beli hewan ternak menggunakan jasa perantara atau makelar. Dalam Hukum Islam dikenal istilah yang berkenaan dengan jual beli perantar yaitu simsar yang semua ketentuannya telah ditulis dalam Hukum Islam khususnya dalam aspek muamalat.Secara umum perantara atau makelar perdagangan adalah orang yang menjualkan barang mencarikan bembeli atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli. Berkaitan dengan jual beli menggunakan jasa perantara, penyusun juga menggunakan kejian tentang makelar dalam kitab-kitab fiqh terdahulu. Makelar adalah pedagang perantara yang berfungsi menjualkan barang orang lain dengan mengambil upah tanpa menanggung resiko. Chairuman Pasaribu juga berpendapat bahwa perantara atau makelar dalam istilah Hukum Islam disebut dengan simsar ia lah orang yang menjadi penghubung atau perantara yang memperlancar proses terjadinya jual beli 5 antara pihak penjual dengan pihak pembeli. Simsar yaitu seseorang yang menjualkan barang kepada orang lain, atas dasar seseorang itu akan diberi upah oleh yang punya barang sesuai dengan usahanya (Sahrani, 2011: 79). Jika salah satu pihak merasa tidak rela atas perjanjian yang disepakati maka termasuk suatu bentuk paksaan yang bertentangan dengan prinsipprinsip dalam bermuamalah.Istilah perjanjian dalam Hukum Islam disebut akad.Dalam jual beli perantara banyak sekali bentuk-bentuk makelar dalam prakteknya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalat (Anwar, 2007: 68). Seperti halnya makelar yang tidak jujur dan pengambilan keuntungan dari jual beli tanpa sepengetahuan dari kedua belah pihak (penjual dan pembeli), maka dalam fiqh jual beli Islam ada macam-macam jual beli yang ditinjau dari segi harga atau ukuran yang berkaitan dengan keuntungan yaitu jual beli murabahah.Jual beli murabahah yaitu menjual barang dengan harganya semula ditambah dengan keuntungan dan syarat-syarat tertentu. Jual beli dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru perusahaan dari penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual (Muslich, 2010: 207). Dalam perkembangan zaman, perjanjian sudah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) merupakan aturan atau Hukum khusus dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) merupakan 6 Hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan yang lain dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Dikatakan dalam pasal 1338 KUH Perdata, perjanjian menganut sistem terbuka atau menganut kebebasan yang seluas-luasnya. Pasal tersebut berisi tentang perjanjian yang menganut masyarakat dapat mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Seperti halnya dalam Hukum Islam bahwa manusia diperbolehkan melakukan perjanjian asalkan tidak melanggar aturan syari‟ah. Pada awalnya transaksi murabahah adalah transaksi sederhana yang dipraktekkan dengan kerelaan penjual untuk menyampaikan harga pokok dan laba yang diinginkan.Dengan persyaratan tertentu, kemudian jual beli ini dimasukkan kedalam jenis jual beli amanah.Tipe murabahah dalam prakteknya dapat dilakukan langsung oleh penjual dan pembeli tanpa melalui pesanan.Begitu pula dapat dilakukan dengan pihak ketiga (supplier), yaitu pemesan.Pihak pembeli sebagai perantara karena keahliannya (Afandi, 2009: 93). Seiring berkembangnya zaman yang memicu kompleksnya permasalahan dalam kegiatan muamalat pada zaman sekarang, manusia sering menemukan masalah yang tidak persis sama dengan masalah yang telah ada dalam al-Qur‟an dan Sunna. Tetapi yang diharapkan adalah bisa mencari solusi atas masalah yang baru tetapi tidak memahami prinsip-prinsip dasar Hukum Islam yang mempunyai tujuan yang umum yaitu demi kemaslahatan umat. Terutama bagaimana cara menyikapi system ekonomi yang memegang 7 peranan penting dalam dunia bisnis, mampukah memberikan solusi terbaik atas fenomena yang terjadi ini. Sebagai agama yang mampu mengikuti perkembangan zaman yang diyakini Islam mampu menjawab permasalahan yang terjadi.Namun perlu suatu kerja keras untuk mencari dan menafsirkannya karena suatu bisnis saat ini dipenuhi dengan berbagai kenyataan bahwa beberapa kegiatannya telah terpopulasi dengan kelicikan. Makelar atau perantara merupakan jenis pekerjaan yang banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat saat ini, mengingat banyaknya kesibukan yang tidak mengharuskan adanya kehadiran penjual dan pembeli dalam bertransaksi seperti yang telah disyariatkan dalam rukun jual beli.Penelitian ini selain untuk mengetahui status makelar dalam Hukum Islam juga untuk mengetahui pengambilan keuntungan yang berlebihan oleh makelar tanpa sepengetahuan kedua belah pihak. Pada zaman sekarang banyak dikalangan Muslim mengalami masalah yang belum diketahui kebenarannya, karena dalam pikirannya ada satu keraguan dalam melakukan praktik kerja sama dalam berbisnis apakah telah benar menurut Hukum Islam. Banyak yang telah mengabaikan nilai-nilai atau etika keIslaman dalam menjalankan bisnis.Bagi sebagian pihak, bisnis adalah aktivitas ekonomi manusia yang bertujuan mencari laba semata-mata. Karena itu, cara apapun boleh dilakukan demi meraih tujuan tersebut. Konsekuensi bagi pihak ini, aspek moralitas dalam persaingan bisnis, dianggap akan menghalangi kesuksesannya. 8 B. PerumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok atau titik permasalahan dari skripsi ini adalah: 1. Bagaimana praktek makelar dalam proses jual beli hewan ternak di pasar hewan tenak Muntilan Kabupaten Magelang? 2. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan jual beli hewan ternak melalui makelar di pasar hewan Muntilan Kabupaten Magelang? 3. Bagaimana bentuk akad dalam jual beli hewan di Muntilan kabupaten Magelang? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Tujuan a. Untuk mengetahui bagaimana praktek dari kinerja makelar dalam jual beli hewan di Muntilan Kabupaten Magelang. b. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan jual beli hewan ternak melalui makelar di pasar hewan Muntilan Kabupaten Magelang. c. Untuk mengetahui bagaimana bentuk akad dalam jual beli hewan di Muntilan Kabupaten Magelang. 2. Manfaat a. Dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu muamalah pada khususnya dan ilmu Hukum Islam (Fiqh) pada umumnya, serta dapat memberikan Khasanah keilmuan. 9 b. Untuk memberikan kemanfaatan guna menambah informasi tentang luas nya ilmu muamalah, khususnya ilmu yang berkaitan dengan masalah akad dalam transaksi, serta dijadikan sebagai bahan koreksi guna penelitian selanjutnya agar lebih terarah. c. Agar dapat memberikan informasi dan pembelajaran bagi masyarakat tentang syarat dalam hal pengambilan suatu keuntungan pada praktek muamalah, selain itu juga supaya penulis lebih mengetahui tentang Hukum Islam khususnya dalam bidang muamalah. D. Telaah Pustaka Setelah penyusun melakukan telaah kepustakaan, ternyata belum banyak ditemukan adanya karya ilmiah yang khusus membahas praktek jual beli melalui jasa makelar dalam jaual beli Hewan Ternak.Oleh karena itu, penulis perlu kiranya meneliti tentang praktek Makelar dalam jual beli Hewan Ternak menurut Hukum Islam. Karya ilmiah yang dilakukan oleh Abdul Ghofur dengan judul; Tinjauan Hukum Islam Terhadap Gadai Motor Melalui Makelar di Desa Gedung Driyorejo” dalam skripsi ini menjelaskan bahwa praktek gadai motor melalui makelar yang ada di desa gedung driyono sesuai dengan hukum islam karena pemberian kuasa dilakukan oleh orang yang berhak dan tidak ada unsur penipuan, sedangkan akad yang dipakai dalam gadai tersebut adalah akad Wakalah. Seperti skripsi yang disusun oleh Ahmad Syarifudin yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap wewenang Makelar Dalam Jual Beli 10 Genteng” dalam sekripsi ini mengatakan permasalahan tentang bagaimana wewenang seorang makelar dalam mempengaruhi calon pembeli untuk melancarkan jual beli genteng. Karya ilmiah yang dilakukan oleh saudari Anna Dwi Cahyani dengan judul “Jual-Beli Bawang Merah Dengan Sistem Tebasan di Desa Sidapurna Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal (Sebuah Tinjauan Sosiologi Hukum Islam)”. Hasil dari skripsi ini menyebutkan bahwa ; jual-beli Bawang Merah dengan sistem tebasan jika di pandang dari segi Hukum Islam adalah jual-beli yang seharusnya tidak dilakukan, karena jual-beli macam ini memungkinkan terjadinya spekulasi dari pedagang dan pembeli, karena kualitas dan kuantitasnya Bawang Merah belum tentu jelas keadaan dan kebenaran perhitungannya, tanpa adanya penakaran atau penimbangan yang sempurna, namun cara seperti ini sudah lazim dilakukan dan sudah menjadi tradisi, juga karena masih terciptanya kepercayaan yang tinggi antara pihakpihak yang melakukan transaksi ini. Alangkah baiknya jual-beli ini dilakukan dengan cara terlebih dahulu ditimbang sebelum dijual, agar jelas dalam penakaran atau penimbangan. Skripsi yang disusun oleh Sabar Jamaluddin yang di dalamnya mengkaji tentang persamaan dan pembagian keuntungan antara makelar yang aktif dengan makelar yang pasif. Buku yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Hendi Suhendi dalam bukunya “Fiqh Muamalah” dalam buku ini berisi tentang fiqh muamalah termasuk badan perantara atau simsar. 11 Dari uraian diatas menunjukkan sekripsi berjudul “TRANSAKSI JUAL BELI HEWAN TERNAK MELALUI MAKELAR DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM DI PASAR HEWAN MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG” ini belum pernah ada yang membahasnya dalam suatu karya ilmiah.Dalam tulisan ini penulis berusaha untuk meneliti praktek yang dilakukan oleh makelar terhadap pengaruh dari upah, berkaitan dengan jasa yang diberikan kepada seorang penjual dan pembeli hewan dan akadnya. Untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan, penyusun melakukan observasi dan penelitian semaksimal mungkin serta menggali dari berbagai sumber literatur, sehingga diharapkan akan mendapat gambaran mengenai praktek jual beli melalui makelar yang sesuai dengan Hukum Islam dan Hukum yang berlaku. E. Metode Penelitian Penulisan ini didasarkan pada penelitian lapangan di Muntilan Kabupaten Magelan, jenis penelitian yang digunakan kualitatif yuridis sosiologis, maka penulis melakukan penelitian terhadap objeknya dan berinteraksi langsung dengan sumber data (Sugiono 2008:11).Sehingga penulis dituntut untuk aktif terhadap masalah yang kemungkinan terjadi di lokasi penelitian. Langkah yang harus penulis lakukan didalam penelitian ini, dan tujuan dari penelitian adalah guna mendapatkan data maka yang dilakukan penulis yakni: 1. Sumber data 12 Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder: a. Data primer: yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini, penulis mengambil data primer melalui para pihak yang melakukan transaksi jual beli hewan, baik dari pihak makelar atau perantara, penjual dan pembeli. b. Data sekunder: yaitu data yang tidak didapat secara langsung oleh peneliti. Pada bagian ini penulis mengambil data sekunder dari laporan-laporan, buku-buku, jurnal penelitian, artikel, internet, dan majalah ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis melakukan beberapa macam hal atau teknik supaya data yang didapat sesuai dengan peristiwa apa yang sebenarnya terjad, diantaranya sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan (Bungin, 2009:115). Pada tahap ini adalah tahap pertama yang penulis gunakan, sebagai bahan untuk obyek yang akan di teliti di Muntilan Kabupaten Magelang yaitu transaksi makelar. Oleh karena tahap ini adalah dasar dari sebuah penelitian maka penelitian dalam observasi ini antara lain: 13 b. Observasi tidak Berstruktur Adalah observasi dilakukan tanpa menggunakan buku pedoman observasi (Bungin, 2009:116).Hal ini dimaksudkan, untuk mencari kejelasan agar observasi selanjutnya berstruktur. c. Observasi Tersetruktur Adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiono 2008:146). Pada bagian ini penulis mendalami kembali secara sistematis, dengan cara terlibat secara langsung pada obyek yang dikaji, sehingga data yang didapat lebih relefan. d. Wawancara Adalah percakapan dengan maksut tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yaitu yang memberi jawaban atas pertanyaan yang diajuakan (Moleong, 2007:186). Metode ini akanpenulis gunakan untuk memperoleh keterangan dan penjelasan mengenai praktek dari Makelaran, serta keterangan lain menyangkut judul ini. e. Dokumentasi Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan carapengumpulan beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian, baik dari sumber dokumen yang dipublikasiakan, atau tidak dipublikasikan. Buku- 14 buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, internet dan lain-lain. Metode ini penulis lakukan guna mendapatkan data pendukung mengenai transaksi jual beli dengan perantara makelar di Muntilan Kabupaten Magelang. 3. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis data yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang kasus yang di teliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan analisis campuran yaitu deskriptif.Analisis deskriptif (descriptive analisys) yang bertujuan memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari subyek yang diteliti.Tulisan ini merupakan bentuk penelitian kualitatif, adapun penelitian kualitatif ini memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala budaya dengn menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku (Ashshofa, 2001:20-21). F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran pembahasan yang jelas dalam penulisan ini, maka penulisan penelitian ini disusun secara sistematis, yang masing- 15 masing bab mencerminkan satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan yaitu sebagai berikut: BAB I : sebagai pendahuluan, dalam bab ini penulis abstraksikan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini, sehingga dalam pembahasan selanjutnyadapat terarah sesuai dengan sistematikayang benar. Adapun hal yang akan disajikan adalah latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Pada bab ke dua ini dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam pembahasan tulisan ini, adapun isi dari bab ini sebagai berikut : tinjauan umum tentang jual beli, pengertian dan dasar hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli, macam-macam jual beli, bentuk jual beli, tinjauan umum tentang makelar, pengertian makelar, syarat makelar, hukum makelar dalam islam, tugas makelar, fungsi makelar. BAB III : Dalam bab ini penulis akan menjelaskan atau mendiskripsikan tentang praktek transaksi yang dilakukan oleh makelar dengan penyajian data profil pasar hewan muntilan yang meliputi : keadaan pasarhewan Muntilan Kabupaten Magelang, stuktur pengelola pasar hewan Muntilan, praktek jual beli hewan melalui makelar di pasar hewan Muntilan Kabupaten Magelang, gambaran makelar secara umum, prakter makelar secara rinci, bentuk akad dalam jual beli hewan melalui jasa makelar, terakhir adalah pengambilan untungan makelar dari proses jual beli hewan ternak. 16 BAB IV : Karena pada bab ini adalah analisis maka pembahasannya meliputi: analisis hukum islam terhadap orang yang berakad dalam jual beli di pasar hewan Muntilan, analisis hukum islam terhadap akad dalam jual beli hewan ternak melalui jasa makelar. BAB V adalah bab penutup berupa kesimpulan yang diambil dari keseluruhan uraian yang ada dalam tulisan ini dan juga memuat saran-saran serta penutup. 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Membeli dan menjual adalah dua kata kerja yang sering kita pergunakan dalam istilah sehari-hari, yang apabila digabungkan antara keduanya,maka berarti salah satu pihak menjual dan pihak lainnya membeli. Hal ini tidak dapat berlangsung tanpa pihak yang lainnya, dan itulah yang disebut perjanjian jual beli.Jual beli yang dilakukan dengan sederhana tentu saja tidak banyak menimbulkan masalah, terutama barang yang diperjual belikan tersebut hanya satu macam barang dan barang tersebut dapat dilihat langsung oleh pembeli (Ahmadi, 2012:133). Menurut KUH Perdata pasal 1457, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihakyang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Dalam istilah fiqh muamalah menurutAzzam (2010: 23) berpendapat bahwa jual beli (al-bay‟) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling mengganti, dikatakan “Ba‟a asy-syaia jika dia mengeluarkannya dari hak miliknya, dan ba‟ahu jika dia membelinya dan memasukkannya kedalam hak miliknya, dan ini masuk dalam kategori nama-nama yang memiliki lawan kata jika disebut ia 18 mengandung makna dan lawannya seperti perkataan al-qur‟ yang berarti haid dan suci. Menurut istilah jual beli ialahakad saling menganti dengan harta yang berakibat kepada kemilikan terhadap suatu benda terhadap satu benda atau manfaat untuk tempo waktu selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada Allah. Sedangkan dalam fiqhIslam menurutHasan (2003: 113) mengemukakan bahwa pengertian jual-beli menurut bahasa, yaitu Jualbeli ( )البيعartinya “menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain)”. Kata البيعdalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata (شراءbeli). Dengan demikian kata البيعberarti kata “jual” dan sekaligus juga berarti kata “beli”. Pemahaman atas pengertian semacam ini juga diungkapkan olehMuslich (2010: 173) dimana beliau mendefinisikan jual beli atau dalam bahasa Arab al-bai‟ menurut etimologi adalah: مقابلةشيءبشيء “Tukar-menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain”. Sayid Sabiq mengartikan jual beli (al-bai‟) menurut bahasa sebagai berikut: البيع معناه لغة مطلق المبا د لة “Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak”. 19 Adapun pengertian jual beli secara istilah/terminologi, sebagaimana dikemukakan oleh para Fuqaha adalah sebagai berikut: Menurut Suhendi (2002: 68-69), jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan Syara‟ dan disepakati. Menurut ash-Shiddieqy (1974: 84), jual beli adalah “Akad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara tetap”. Menurut Sabiq (1983: 126), jual beli adalah “Penukaran benda dengan benda lain saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan”. Dengan demikian perikataan jual beli menunjukan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan dipihak yang lain membeli, maka dalam hal ini terjadilah peristiwa hukum jual beli.Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli itu terlibat dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran (Chairuman 1996:33). Jual beli dalam pengertian syara‟ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab. Meskipun terdapat perbedaan, namun substansi dan tujuan masing-masing definisi sama. Ulama Hanifiyah mendefinisikannya dengan: 20 اومبا دلة السلعة بالنقذ او نحوه,وىو بيع العين بالنقذين (الذ ىب والفظة) ونحو ىما علي وجو مخصوص Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan seemacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus(Muslich, 2010: 175). Definisi ini terkandung arti bahwa cara khusus yang dimaksudkan oleh ulama' Hanafiyah adalah melalui ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (pernyataan menjual dari penjual), atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli. Akan tetapi harta yang diperjualbelikan haruslah yang bermanfaat bagi manusia.Apabila jenis-jenis barang seperti itu tetap diperjual-belikan, menurut ulama' Hanafiyah, jual belinya tidak sah(Nasrun, 2007: 111). Definisi lain dikemukakan oleh ulama Malikiyah, Syafi‟iyah, dan Hanabilah menurut mereka jual beli adalah: مبا دلة ال با لما ل تمليكا و تملكا “Pertukaran harta dengan harta, dalam bentuk pemindahan hak milik dan pemilikan”(Nasrun, 2007: 112). Dalam menguraikan apa yang dimaksud dengan (المالharta), terdapat perbedaan pengertian antara ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama. Akibat dari perbedaan ini, muncul pula hukum-hukum yang berkaitan dengan jual beli itu sendiri. Menurut jumhur ulama, yang dimaksud dengan المالadalah materi dan manfaat. Oleh sebab itu, manfaat dari suatu benda (menurut mereka) dapat diperjualbelikan. Ulama Hanafiyah mengartikan المالdengan suatu materi yang mempunyai nilai. 21 Oleh sebab itu, manfaat dan hak-hak (menurut mereka) tidak boleh dijadikan obyek jual beli(Nasrun, 2007: 113). Jual beli menurut ulama Malikiyyah ada dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus. Jual beli umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan, tukar menukar yaitu satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak lain. Sesuatu yang bukan manfaat itu ialah bahwa benda yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai obyek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya. Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukaranya bukan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika, tidak merupakan hutang baik barang itu ada di hadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu (Suhendi, 2002: 69-70). Sedangkan menurut ulama mazhab hanafi yaitu saling menukar harta dengan cara tertentu. Ulama mazhab hanafi lainya mengatakan bahwa jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu. Yang di maksud dengan cara tertentu atau khusus adalah melalui ijab dan qabul atau dengan cara saling memberikan barang dan uang antara penjual dan pembeli. 22 Adapun menurut ulama mazhab syafi‟i yaitu saling menukar harta dan bentuk pemindahan pemilikan.Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata “pemilikan” karena ada juga tukar menukar barang yang sifatnya tidak harus dimiliki, seperti sewa-menyewa (ijaroh).Sedangkan menurut ibnu hajar pada dasarnya jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan dilarang dalam Islam (Ibnu,200:2002). Ulama Islam sepakat bahwa jual beli dan penerapannya sudah berlaku sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini. Dengan demikian tidak diperselisihkan bolehnya di kalangan kaum muslimin, hanya saja dalam perkembangannya mengalami beberapa bentuk atau model jual beli yang membutuhkan pemikiran atau ijtihad di kalangan ummat Islam (Sabiq Sayyid jilid XII:127). Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing berhajat kepada yang lain, agar diantara mereka terjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Interaksi horisontal ini dilakukan karena tidak mungkin manusia mampu mencukupi hidupnya sendiri, dan dimaksudkan agar manusia itu saling menolong dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik melalui jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam atau usaha lain. Oleh karena itu jual beli yang berlangsung antara penjual dan pembeli tidak selamanya merupakan perjanjian jual beli sederhana, bahkan tidak jarang menimbulkan masalah, maka diperlukan aturan hukum yang mengatur tentang berbagai kemungkinan yang dapat timbul dalam perjanjian jual beli (Ahmadi, 2012:133-134). 23 Jual beli dalam tukar menukar barang tersebut nilai barang yang ditukarkan harus seimbang, disertai akad yang mengarah pada pemilikan hak milik terhadap masing-masing harta itu dengan asas saling ridho sesuai dengan aturan/ ketentuan hukum dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kalimat yang dimaksud sesuai dengan ketentuan hukum ialah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan jual beli, maka bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan kehendak syara‟. 2. Dasar Hukum Jual Beli Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Alquran, sunnah dan ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟. Adapun dasar hukum dari Alquran antara lain (Muslich, 2010: 177-179). a. Surah Al-Baqarah (2) ayat 275 Artinya: Padahal Allah mengharamkan riba. b. telah menghalalkan jual beli dan Surah Al-Baqara (2) ayat 282 24 Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. c. Surah An-Nisa‟ (4) ayat 29 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dasar hukum dari sunnah antara lain: a. Hadis Rifa‟ah ibnu Rafi‟: “Dari Rifa‟ah ibnu Rafi‟ bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim)”. b. Hadis Abi Sa‟id: “Dari Abi Sa‟id dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda: Pedagang yang jujur (benar), dan dapat dipercaya nanti bersamasama dengan Nabi, shiddiqin, dan syuhada. (HR. At-Tirmidzi. Berkata Abu „Isa: Hadis ini adalah hadis yang shahih)”. 25 c. Hadis Ibnu „Umar: “Dari Ibnu „Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Pedagabg yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah)”. 3. Rukun Jual Beli Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang menunjukan sikap saling tukar-menukar, atau saling memberi.atau dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukkan kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan menggunakan perkataan atau perbuatan(Muslich, 2010: 179-186). Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada empat, yaitu a. Aqid (Penjual dan Pembeli) Aqid atau orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli. Secara umum, penjual dan pembeli harus orang yang memiliki ahliyah (kecakapan) dan wilayah (kekuasaan). Persyaratan penjual dan pembeli secara rinci akan diuraikan dalam pembahasan berikutnya , yaitu mengenai syarat-syarat jual beli. b. Shighat (Ijab dan Qabul) 1) Pengertian Ijab dan Qabul Secara umum ijab dan qabulialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukansebab ijab qabul menunjukan kerelaan (keridhaan). 26 2) Shighat Ijab dan Qabul Shighat akad adalah bentuk ungkapan dari ijab dan qabul apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh dua pihak, atau ijab saja apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh satu pihak. 3) SifatIjab dan Qabul Akad terjadi karena adanya ijab dan qabul. Apabila ijab sudah diucapkan, tetapi qabul belum keluar maka ijab belum mengikat. c. Ma‟qud „Alaih (Objek Akad Jual Beli) Ma‟qud „alaih atau objek akad jual beli adalah barang yang dijual (mabi‟) dan harga atau uang (tsaman). 4. Syarat-syarat Jual Beli Ada empat syarat jual beli yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu(Muslich, 2010: 186-200): a. Syarat in‟iqad (terjadinya akad). Syarat in‟iqad adalah syarat harus terpenuhi agar akad jual beli dipandang sah menurut syara‟. Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka akad jual beli menjadi batal. Hanafiah mengemukakan empat macam syarat untuk keabsahan jual beli: 1) Syarat berkaitan dengan „aqid (orang yang melakukan akad) Syarat untuk „aqid (orang yang melakukan akad), yaitu penjual dan pembeli ada dua: 27 a) „Aqid harus berakal yakni mumayyiz. Maka tidak sah akad yang dilakukan oleh orang gila, dan anak yang belum berakal (belum mumayyiz). b) „Aqid (orang yang melakukan akad) harus berbilang (tidak sendirian). 2) Syarat berkaitan dengan akad itu sendiri. Syarat akad yang sangat penting adalah bahwa qabul harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima apa yang di-ijabkan (ditanyakan) oleh penjual. 3) Syarat berkaitan dengan tempat akad. Syarat yang berkaitan dengan tempat akad adalah ijab dan qabul harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan qabul berbeda majelis, maka jual beli tidak sah. 4) Syarat berkaitan dengan objek akad (ma‟qud ‟alaih). Syarat yang harus dipenuhi oleh objek akad (ma‟qud „alaih) adalah sebagai berikut. a) Barang yang dijual harus maujud (ada). b) Barang yang dijual harus mal mutaqawwin. c) Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki. d) Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli. 28 b. Syarat sahnya jual beli. Syarat sah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap jenis jual beli agar jual beli tersebuat dianggap sah menurut syara‟. Secara global akad jual beli harus terhindar daei enam macam „aib: 1) Ketidakjelasan (Al-Jahalah) Yang dimaksud dengan ini adalah ketidakjelasan yang serius yang mendatangkan perselisihan yang sulit untuk diselesaikan. Ketidak jelasan ini ada empat macam yaitu: a) Ketidakjelasan dalam barang yang dijual, baik jenisnya, macamnya, atau kadarnya menurut pandangan pembeli. b) Ketidakjelasan harga. c) Ketidakjelasan masa (tempo). d) Ketidakjelasan dalm langkah-langkah penjaminan. 2) Pemaksaan (Al-Ikrah) Pengertian pemaksaan adalah mendorong orang lain (yang dipaksa) untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disukainya. Paksaan ini ada dua macam: a) Paksaan absolut, yaitu paksaan dengan ancaman yang sangat berat, seperti akan dibunuh, atau akan dipotong anggota badannya. 29 b) Paksaan relatif, yaitu paksaan dengan ancaman yang lebih ringan, seperti dipukul. Kedua ancaman tersebut mempunyai pengaruh terhadap jual beli, yakni menjadikan jual beli fasid menurut jumhur hanafiah, dan mauquf Zufar. 3) Pembatasan dengan waktu (at-tauqit) Yaitu jual beli dengan dibatasi waktunya. 4) Penipuan (gharar) Yang dimaksud di sini adalah gharar (penipuan) dalam sifat barang. 5) Kemudaratan (dharar) Kemudaratan ini terjadi apabila penyerahan barang yang dijual tidak mungkin dilakukan kecuali dengan kemudaratan kepada penjual, dalam barang selain objek akad. 6) Syarat-syarat yang merusak. Yaitu setiap syarat yang ada manfaatnya bagi salah satu pihak yang bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada dalam syara‟ dan adat kebiasaan, atau tidak dikendaki oleh akad, atau tidak selaras dengan tujuan akad. Adapun syarat khusus yang berlaku untuk beberapa jenis jual beli adalah sebagai berikut: a) Barang harus diterima. 30 b) Mengetahui harga pertama apabila jual belinya berbentuk murabahah, tauliyah,wadhi‟ah, atau isyrak. c) Saling menerima (taqabudh)penukaran, sebelum berpisah, apabila jual belinya jual beli sharf(uang). d) Dipenuhinya syarat-syarat salam, apabila jual belinya jual beli salam (pesanan). e) Harus sama dalam penukaran, apabila barangnya barang ribawi. f) Harus diterima dalam utang piutang yang ada dalam perjanjian, seperti muslam fih dan modal salam, dan menjual sesuatu dengan utang kepada selain penjual. c. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz) Untuk kelangsungan jual beli diperlukan dua syarar sebagai berikut 1) Kepemilikan atau kekuasaan Pengertian kepemilikan atau hak milik adalah menguasai sesuatu dan mampu men-tasarruf-kannya sendiri, karena tidak ada penghalang yang ditetapkan oleh syara‟. 2) Pada benda yang dijual (mabi‟) tidak terdapat hak orang lain. Apabila di dalam barang yang dijadikan objek jual beli itu terdapat hak orang lain, maka akadnya mauquf dilangsungkan. 31 dan tidak bisa d. Syarat mengikat (syarat luzum). Untuk mengikatnya (luzum-nya) jual beli disyaratkan akad jual beli terbebas dari salah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah satu pihak untuk membatalkan akad jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar ru‟yah dan khiyar „aib. Apabila didalam akad jual beli terdapat salah satu dari jenis khiyar ini maka akad tersebut tidak mengikat kepada orang yang memiliki hak khiyar, sehingga ia berhak membatalkan jual beli atau meneruskan atau menerimanya. Syarat-syarat jual beli menurut Hanafiah ada 23 syarat.Wahbah Zuhaili membuat perbandingan antara mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hanbalimengenai syarat-syarat jual beli.Malikiyah mengemukakan 11 syarat, Syafi‟iyah 22 syarat, dan Hanabilah 11 syarat. 1. Menurut Hanafiah Menurut Hanafiah, ada 23 syarat akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) „Aqid (orang yang melakukan akad) harus berakal dan mumayyiz b) „Aqid harus berbilang c) Para pihak yang melakukan akad jual beli harus mendengar pembicaraan pihak lain. d) Ijab dan qabul harus sesuai (cocok). e) Ijab dan qabul harus dinyatakan dalam satu majelis. 32 f) Objek akad jual beli (mabi‟) harus berupa harta (mal). g) Objek akad (mabi‟) harus berupa mal mutaqawwin. h) Objek akad harus dimiliki oleh si penjual. i) Objek akad harus ada (maujud) pada waktu akad dilaksanakan. j) Objek akad harus bisa diserahkan pada waktu dilaksanakannya akad. k) Imbalan (harga) harus mal mutaqawwin. l) Objek akad dan harga harus diketahui. m) Jual beli tidak boleh dibatasi dengan waktu. n) Jual beli harus ada manfaat dan faedahnya bagi kedua belah pihak. o) Jual beli harus terhindar dari syarat yang merusak. p) Dalam jual beli benda yang bergerak, benda harus diserahkan. q) Harga pertama harus diketahui. r) Harus saling menerima dan harus sama dalam jual beli benda ribawiyah. s) Terpenuhinya syaratsalam dalam jual beli salam. t) Dalam jual beli utang kepada selain mudin(orang yang berpiutang), salah satu penukaran bukan utang. u) Barang yang dijual merupakan hak milik si penjual. v) Di dalam barang yang dijual tidak ada hak orang lain. w) Di dalam akad jual beli tidak ada syarat khiyar. 33 2. Menurut malikiyah Menurut malikiyahada 11 syaratyang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) Penjual dan pembeli harus mumayyiz. b) Penjual dan pembeli harus menjadi pemilik atas barang, atau wali dari pemilik. c) Penjual dan pembeli harus orang yang memiliki kebebasan (mukhtar). d) Penjual harus cerdas (rasyid). e) Ijab dan qabul harus bersatu dalam satu majlis. f) Ijab dan qabul tidak boleh terpisah. g) Mabi‟ dan tsaman(harga) harus benda yang tidak dilarang oleh syara‟. h) Benda yang dijual harus suci. i) Benda harus bermanfaat menurut syara‟. j) Benda yang menjadi objek akad harus diketahui, tidak majhul. k) Benda yang menjadi objek akad harus bisa diserahkan. 3. Menurut syafi‟iyah Menurut syafi‟iyah, ada 22 syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) Aqid harus memiliki sifat ar-rusyd (cerdas), yakni baligh dan berakal. 34 b) Tidak ada paksaan tanpa hak. c) Islamnya pembeli dalam pembelian. d) Pembeli bukan kafir harbi dalam pembelian perlengkapan alat perang yang digunakan untuk memerangi kaum muslimin. e) Para pihak mengucapkan khithab-nya kepada temannya, bukan ditunjukkan kepada orang lain. f) Khithab menggunakan jumlah (kalimat) mukhatbah. g) Qabul harus diucapkan oleh orang yang langsung mendengarkan ijab. h) Orang yang memulai pembicaraan hendaknya menyebutkan harga dan barang. i) Penjual dan pembeli menghendaki dengan sungguhsungguh arti kata-kata yang diucapkan. j) Kecakapan (ahliyah) penjual dan pembeli harus tetap ada sampai selesainya qabul. k) Antara ijab dan qabul tidak boleh terpisah dengan waktu yang lama. l) Ijab dan qabultidak boleh diselingi dengan pembicaraan dengan orang lain, walaupun sedikit, karena hal itu berarti berpaling dari qabul. 35 m) Orang yang menyatakan mengubahpembicaraannya ijab tidak sebelum pihak boleh lain menyatakan qabul. n) Para pihak yang melakukan akad jual beli harus mendengarkan ucpan pihak lainnya. o) Ijab dan qabul harus betul-betul sesuai dan tidak boleh berbeda. p) Sighat ijab dan qabul tidak boleh dikaitkan dengan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh akad. q) Akad jual beli tidak boleh dibatasi oleh waktu. r) Ma‟qud alaih (objek akad) harus suci. s) Objek akad harus bermanfaat menurut syara‟. t) Objek akad harus barang yang bisa diserahkan. u) Objek akad harus dimiliki oleh aqid. v) Ma‟qud alaih harus diketahui oleh oleh pihak yang melakukan akad. 4. Menurut Hanabilah Menurut Hanabilah, ada 11 syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu sebagai berikut: a) Aqid harus memiliki sifat ar-rusyd (cerdas) dalam mengelola harta kekayaan kecuali dalam urusan kecil. b) Adanya persetujuan (kerelaan) dari para pihak yang melakukan akad. 36 c) Ijab dan qabul harus menyatu dalam satu majlis. d) Ijab dan qabul tidak boleh terpisah. e) Akad tidak boleh dibatasi oleh waktu. f) Objek akad harus berupa mal (harta). g) Objek akad harus dimiliki oleh penjual dengan milik yang sempurna. h) Objek akad harus diketahui baik oleh penjual maupun pembeli. i) Objek akad harus bisa diserahkan pada waktu akad. j) Harga juga harus diketahui oleh para pihak yang melakukan akad. k) Baik harga, barang, maupun orang yang melakukan akad harus terhindar dari hal-hal yang menghalangi keabasahan akad. 5. Macam-MacamJualBeli Pada masa Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam disebut dengan “samasirah“ (makelar), pada suatu ketika Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam menghampiri kami, dan menyebut kami dengan nama yang lebih baik dari calo, beliau bersabda : “Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli ini kadang diselingi dengan kata-kata yang tidak bermanfaat dan sumpah palsu, maka perbaikilah dengan memberikansedekah“ (Shahih, HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah). 37 Hadist di atas menunjukkan bahwa pekerjaan makelar sudah ada sejak masa Rasulullahshallallahu „alahi wassalam, dan beliau tidak melarangnya, bahkan menyebut mereka sebagai pedagang. Berikut ini adalah macam-macam jual beli bisa berubah menjadi: a. Jual beli hukumnya sunah, misalnya dalam jual beli barang yang hukum menggunakan barangnya sunah seperti minyak wangi. b. Jual menjadi wajib ketika para pedagang menimbun beras, sehingga stok beras sedikit dan mengakibatkan harganya pun melambung tinggi. Maka pemerintah boleh memaksa para pedagang beras untuk menjual beras yang ditimbunnyadengan harga sebelum terjadi pelonjakan harga. Menurut islam para pedagang beras tersebut wajib menjual beras yang ditimbun sesuai ketentuan pemerintah. c. Jual beli hukumnya makruh, apabila barang yang diperjual belikan itu hukumnya makruh seperti rokok. d. Menjual barang yang haram, hukumnya haram misalnya: babi, arak, makanan dan minuman yang diharamkan secara umum, patung, salib, lukisan dan sebagainya. Mempermainkan harga, islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkannya kepada hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selaras dengan penawaran dan permintaan. Oleh karenanya, jika penetapan harga itu mengandung unsur-unsur kezaliman dan pemaksaan yang tidak betul; yaitu dengan menetapkan suatu harga yang tidak dapat diterima, atau melarang sesuatu yang oleh Allah dibenarkan, maka jelas penetapan harga 38 semacam itu hukumnya haram.Penimbun DilaknatUntuk itu Rasulullah s.a.w. melarang menimbun dengan ungkapan yang sangat keras. Sabda Rasul: “Barang siapa menimbun bahan makanan selama empat puluh malam, maka sungguh Allah tidak lagi perlu kepadanya.” (Riwayat Ahmad, Hakim, Ibnu Abu Syaibah dan Bazzar) Berdasarkan pertukarannya secara umum, maka jual beli dibagi 4 macam (Nasrun, 2007: 126): a. Jual beli pesanan (Ba„i Salam) b. Jual beli muqayadah (barter) c. Jual beli mutlaq (jual beli bentuk kontan) d. Jual beli alat tukar dengan alat tukar Disamping keempat macam jual beli yang disebutkan diatas terdapat satu bentuk jual beli lagi dimana dalam jual beli ini disertai syarat, jika seorang penjual mengembalikan uang kepada pembeli maka pembeli harus mengembalikan barang yang telah dibelinya.Jual beli ini disebut (Ba„i wafa). 6. Bentuk-Bentuk Jual Beli Ulama hanafi membagi menjadi 3 bentuk jual beli (Nasrun, 2007 119): 39 a. Jual Beli Yang Sahih Yaitu jual beli itu sesuai dengan syariah serta memenuhi rukun dan syarat yang yang ditentukan, bukan milik orang lain tidak tergantung pada hak khiyar lagi. b. Jual Beli Yang Batal Yaitu apabila salah satu atau keseluruhan rukun tak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan, seperti: jual beli yang dilakukan orang gila atau barnag yang dijadikanitu barang-barang yang diharamkan syara, yaitu babi, bangkai, dll. c. Jual Beli Yang Fasid Dalam hal ini ulama Hanafi membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. Jual beli dikatakan batal jika unsur-unsur pembatalan berkenaan dengan barang yang dijual (barang yang dijual tersebut tidak sesuai dengan syariah), seperti: jual beli barang khomer, babi, dll. Jika unsur-unsur kerusakan yang meyangkut barang dan boleh diperbaiki maka jual beli itu disebut fasid, seperti ucapan penjual kepadapembeli "saya jual kereta saya ini pada engkau bulan depansetelah gajian.Jual beli seperti ini dianggap sah pada saat syaratnyaterpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. 40 B. Tinjauan Umum Tentang Makelar 1. Pengertian Makelar Allah SWT menciptakan manusia dengan suatu sifat saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Tidak ada seorangpun yang dapat menguasai seluruh apa yang diinginkan. Tetapi manusia hanya dapat mencapai sebagian yang dihajatkan itu. Dia mesti memerlukan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Untuk itu Allah memberikan inspirasi (ilham) kepada mereka untuk mengadakan pertukaran perdagangan dan semua yang kiranya bermanfaat dengan cara jual-beli dan semua cara perhubungan. Sehingga hidup manusia dapat berdiri dengan lurus dan irama hidup ini berjalan dengan baik dan produktif. Seiring dengan berkembangnya zaman, proses perekonomian pun semakain canggih, dimana sekarang ini orang memerlukan perantara dalam melakukan transaksi jual-beli, yang disebut dengan makelar. Makelar beradalamsal dari bahasa arab yaitu samsarah yang berarti perantara perdagangan atau perantara antarapenjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli. Sedangkan makelar dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perantara dalam bidang jual beli.Jadi dapat disimpulkan bahwa makelar adalah pedagang perantara yang berfungsi menjualkan barang orang lain dengan mengambil upah atau mencari keuntungan sendiri 41 tanpa menanggung resiko. Dengan kata lain, makelar itu ialah penghubung antara penjual dan pembeli untuk memudahkan terlaksananya jual beli tersebut. Jelaslah, bahwa makelar merupakan profesi yang banyak manfaatnya untuk masyarakat terutama bagi para produsen, konsumen,dan bagi makelar sendiri. Profesi ini dibutuhkan oleh masyarakat sebagaimana profesi-profesi yang lain. 2. Syarat – Syarat Makelar Pekerjaan makelar menurut pandangan islam adalah termasuk akad ijarah, yaitu suatu perjanjian memanfaatkan suatu barang atau jasa, misalnya rumah atau suatu pekerjaan seperti pelayan, jasa pengacara, konsultan, dan sebagainya dengan imbalan. Karena pekerjaan makelar termasuk ijarah, maka untuk sahnya pekerjaan makelar ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : a. Adanya persetujuan kedua belah pihak, sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa‟ ayat 29, Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” b. Obyek akad bisa diketahui manfaatnya secara nyata dan dapat diserahkan. 42 c. Obyek akad bukan hal-hal maksiat atau haram. Makelar harus bersikap jujur, ikhlas, terbuka, tidak melakukan penipuan dan bisnis yang haram maupun yang syubhat. Imbalan berhak diterima oleh seorang makelar setelah ia memenuhi akadnya, sedang pihak yang menggunakan jasa makelar harus memberikan imbalannya, karena upah atau imbalan pekerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja yang bersangkutan. Jumlah imbalan yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian sebagaimana Al Qur‟an surat Al-Maidah ayat 1, Yang artinya :“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.” Menurut (Ya‟kub, 46:2003) bahwa antara pemilik barang dan makelar dapat mengatur suatu syarat tertentu mengenai jumlah keuntungan yang di peroleh pihak makelar.Boleh dalam bentuk presentase dari penjualan, dan juga boleh mengambil dari kelebihan harga yang di tentukan oleh pemilik barang.Jadi, jumlah imbalan yang harus diberikan kepada makelar adalah menurut perjanjian.Apabila jumlah imbalan tidak ditentukan dalam perjanjian, maka hal ini dikembalikan kepada hukum adat yang berlaku di masyarakat setempat. Adapun sebab-sebab pemakelaran yang tidak diperbolehkan oleh islam yaitu: 43 a. Jika pemakelaran tersebut memberikan mudharat dan mengandung kezhaliman terhadap pembeli. b. Jika pemakelaran tersebut memberikan mudharat dan mengandung kezhaliman terhadap penjual. 3. HukumMakelarDalamIslam Makelar untuk orang luar daerah tidak berdosa.Sebab makelar semacam ini salah satu bentuk penunjuk jalan dan perantara antara penjual dengan pembeli, dan banyak memperlancar keluarnya barang dan mendatangkan keuntungan antara kedua belah pihak. Makelar atau katakanlah perantara dalam perdagangan, di zaman kita ini sangat penting artinya dibandingkan dengan masa-masa yang telah lalu, karena terikatnya perhubungan perdagangan antara importer dan produser, antara pedagang kolektif dan antara pedagang perorangan.Sehingga makelar dalam hal ini berperanan yang sangat penting sekali. Tidak ada salahnya kalau makelar itu mendapatkan upah kontan berupa uang, atau secara prosentase dari keuntungan atau apa saja yang mereka sepakati bersama. Al-Bukhari mengatakan dalam kitab Sahihnya: Bahwa Ibnu Sirin, „Atha‟, Ibrahim dan al-Hasan menganggap tidak salah kalau makelar itu mengambil upah. Dan begitu juga Ibnu Abbas, ia berkata: Tidak ada salahnya kalau pedagang itu berkata kepada makelar: „Juallah bajuku ini dengan harga sekian. Adapun lebihnya (jika ada 44 untungnya) maka buat kamu.‟ Dan Ibnu Sirin juga berkata: Apabila pedagang berkata kepada makelar: „Jualkanlah barangku ini dengan harga sekian, sedang keuntungannya untuk kamu.‟ Atau ia berkata: „Keuntungannya bagi dua.‟, maka hal semacam itu dipandang tidak berdosa.Jadi, Sebab Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda sebagai berikut: “Orang Islam itu tergantung pada syarat (perjanjian) mereka sendiri.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Hakim dan lain-lain). Adapun hukum makelar atau perantara ini menurut pandangan ahli hukum islam tidak bertentangan dengan syari‟at hukum islam. Imam Al Bukhori mengemukakan bahwa : Ibnu Sirin, Atha‟, Ibrahim, dan Al Hasan memandang bahwa masalah makelar atau perantara ini tidak apa-apa. 4. Tugas Makelar Makelar bertugas menjembatani kepentingan antara pihak penjual dan pembeli. Dalam praktik kerja di lapangan banyak berbagai bentuk cara kerja dari seorang makelar. Dari yang ingin untung sendiri dengan mengorbankan kepentingan salah satu pihak (seperti mark up harga jual barang dari penjual) dan tidak bertanggung jawab atas risiko yang mungkin terjadi, sampai yang profesional dengan benar-benar menjembatani kepentingan pihak-pihak yang dihubungkan dan dapat dipertanggungjawabkan. 5. Fungsi Makelar 45 Profesi makelar sebenarnya positif dan layak dihargai pada konteks transaksi bisnis produk dan jasa oleh pelaku swasta.Fungsi makelar di sini dapat memberi dorongan positif bagi terciptanya transaksi perdagangan dan perekonomian masyarakat. Fungsi mereka bukan hanya sebagai perantara untuk melaksanakan proses transaksi barang dan jasa. Makelar kini telah merambah fungsi lain sebagai perantara swasta atau pihak lain untuk mempengaruhi keputusan dan kebijakanan aparat negara. Makelar akhirnya bertindak menawarkan sesuatu kepada aparat publik untuk memberikan layanan prima dan selanjutnya menerapkan ongkos pada pihak swasta yang memerlukan layanan tersebut. Dalam persoalan ini, kedua belah pihak mendapat manfaat.Bagi makelar (perantara) mendapat lapangan pekerjaan dan uang jasa dari hasil pekerjaannya itu.Demikian juga orang yang memerlukan jasa mereka, mendapat kemudahan, karena ditangani oleh orang yang mengerti betul dalam bidangnya.Pekerjaan semacam ini, mengandung unsur tolong menolong. Dengan demikian pekerjaan tersebut tidak ada cacat dan celanya dan sejalan dengan ajaran islam. Pada zaman sekarang ini,pengertian perantara sudah lebih meluas lagi, sudah bergeser kepada jasa pengacara, jasa konsultan, tidak lagi hanya sekedar mempertemukan orang yang menjual dengan orang yang membeli saja, dan tidak hanya menemukan barang yang di cari dan menjualkan 46 barang saja. Dengan demikian imbalan jasanya juga harus di tetapkan bersama terlebih dahulu, Apalagi nilainya dalam jumlah yang besar.Biasanya kalau nilainya perjanjiannya besar, di ditangani lebih dahulu hadapan notaries.(https://hosniyatun92.wordpress.com/2012/07/11/hukummakelar-dalam-islam/). 47 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PASAR HEWAN MUNTILAN A. Profil Pasar Hewan Muntilan 1. Keadaan Masyarakat Sekitar Pasar Hewan Muntilan Kita tahu bahwa pemerintah yang terendah didalam struktur pemerintahan dinegara kita adalah Desa, dalam pertumbuhannya menurut sejarah menunjukan potensi dan kemampuan yang sangat besar bagi Ketahanan Nasional pada seluruh kegiatan baik di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan pertahanan keamanan. Desa Taman Agung memiliki suatu wilayah yang disitu didirikan sebuah pasar hewan untuk kegiatan suatu perekonomian.Taman Agung sendiri berada di kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.Untuk akses menuju pasar hewan tersebut cukup mudah karena dekat dengan jalan utama Jogja Magelang. Adapun letak geografis pasar hewan Muntilan sebagai berikut -7,5697615,110.2824537,804m. Adapun mengenai profil dari masyarakat sekitar wilayah pasar hewan itu sendiri yang hanya ada dusun kecil yaitu dusun Budru dan Klawisa yang berada di sebelah selatan pasar.Batasan sekitarpasar hewan tersebut terdapat sawah.Sebelah timur sawah,pasar hewan dimiliki oleh desa sedangkan sebelah barat dan sebelah utara sawah, pasar hewan tersebut dimiliki warga sekitar. 48 Sawah-sawah tersebut dikelola sendiri oleh warga Budru dan Klawisan.Walaupun dusun Budru dan Klawisan berada di daerah yang kebanyakan adalah lahan sawah tetapi warga di situ tidak banyak yang menjadi petani.Kebanyakan dari mereka adalah wiraswasta atau memiliki usaha sendiri. Jumlah penduduk dari dusun Budru dan Klawisan sendiri sangat sedikit, hanya ada 10 kk (kepala keluarga). Usia 51 tahun ke atas : 7 jiwa 40-50 tahun : 10 jiwa 30-39 tahun : 2 jiwa 20-29 tahun : 2 jiwa 10-19 tahun : 9 jiwa 10 tahun ke bawah : 3 jiwa. Keadaan sosial ekonomi masyarakat Budru dan Lawisan kategori cukup tinggi, karena ditunjang dari potensi tanah sawah yang cukup produktif dan perdagangan yang wilayahnya sangat strategis.Sehingga perkembangan warga setiap tahunnya lumayan bagus. Untuk budaya masyarakat Budru dan Lawisan yang berlaku setiap harinya, menggunakan adat budaya jawa dan lokal (kerja bakti, kegotongroyongan, kerja sama antar tetangga/lingkungan) 2. Keadaan Pasar Hewan Muntilan. Pasar hewan Muntilan Kabupaten Magelang merupakan salah satu tempat dimana suatu kegiatan perekonomian berlangsung. Pasar hewan ini dulunya berada di Plasa Pucung, kemudian pindah di Pasar Burung, dan sekarang berada di desa Taman Agung sejak tahun 90-an. Dulunya pasar hewan ini yang mendirikan adalah warga masyarakat Muntilan dan kemudian dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang sampai 49 sekarang ini. Dengan maksud dan tujuan agar warga masyarakat sekitar Muntilan lebih merasa mudah dalam mencari atau menjual hewan ternak. Di dalam pasar hewan itu ada juga berbagai fasilitas, diantaranya ada timbangan untuk hewan ternak, pengawas dari dinas peternakan, dokter hewan, warung, kamar mandi, dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Adapun aturan atau kebijakan yang diterapkan oleh pengelola pasar diantaranya membayar retribusi untuk pedagang sebesar 3.000,-. Untuk pemeriksaan hewan ternak sendiri dikenakan biaya sebesar 3.000,- dengan harapan agar sesama pedagang itu tidak saling mematikan harga atau pasaran pedagang lain dan juga untuk menjaga kualitas hewan ternak yang ada. Penjualan dari hewan ternak disana tidak terlalu besar karena kebanyakan para pedagang masih membawa pulang hewan ternak yang akan dipasarkan di pasar hewan tersebut. Tetapi para pedagang tidak pernah mengeluh akn hasil penjualan yang tidak terlalu banyak karena hewan ternak yang belum bisa terjual saat itu bisa dijual lagi di tempat lain atau dijual lagi di tempat yang sama tetapi dilain hari. Jumlah makelar di pasar hewan ternak Muntilan kabupaten Magelang sendiri cukup banyak.Tetapi kalau dibandingkan dengan pedagangnya masih kalah banyak.Karena tidak semua makelar itu niatannya menolong ada juga makelar yang tidak jujur dalam melayani pembeli.Seperti halnya waktu itu yang saya temui ada seorang pembeli 50 yang merasa tidak puas dengan jasa makelar karena hewan yang didapat tidak sesuai dengan harapannya. Sedangkan faktor mereka jadi makelar ada yang mengatakan karna dulu pernah jadi pedagang dan bangkrut kemudian beralih profesi menjadi makelar yang resiko bangkrutnya sangat kecil.Ada juga yang mengatakan memang sudah warisan dari orang tua.Ada juga yang mengatakan alasan menjadi mekelar sebagai sampingan. Di dalam kegiatan jual beli hewan ternak tidak semua pembeli menggunakan jasa dari makelar.Adajuga pembeli itu mencari sendiri hewan ternak yang diinginkan.Biasanya orang yang mencari sendiri itu benar-benar sudah faham dengan keadaan pasar hewan ternak Muntilan kabupaten Magelang. 3. Struktur Pengelola Pasar Hewan Muntilan Bagan 3.1 Struktur Pengelola Pasar Hewan Muntilan Kepala Pasar Hewan Bendahara Staff 1 Staff 2 51 Keterangan: Kepala Pasar Hewan : Agus Salim Bendahara : Surajiman Staff 1 : Susilo Staff 2 : Adi Tugas-tugas pengelola pasar: a. Kepala pasar bertugas mengawasi jalannya pasar. b. Bendahara bertugas mengelola bagian keuangan. c. Staffbertugas menjaga kebersihan dan membantu memungut retribusi. B. Praktek Jual Beli Hewan Ternak Melalui Jasa Makelar di Pasar Hewan Muntilan Sebagai mana pada umumnya bahwasannya yang namanya pasar itu banyak pendatang dari luar daerah ataupun luar kota. Untuk mencari atau menjual hewan ternak.Di dalam pasar tersebut selain ada pedagang, penjual, dan pembeli, ada juga yang berprofesi sebagai perantara atau makelar.Maka dalam wilayah pasar tersebut banyak dari mereka (pembeli dan penjual) yang menggunakan jasa tenaga dari seorang makelar. Praktek dari seorang makelar dalam jual beli hewan ternak dan bentuk akadnya, terlebih dahulu menyebutkan faktor penggunaan jasa tenaga dari seorang makelar, tugas dan fungsi dari makelar pada transaksi jual beli hewan ternak. 1. Faktor-faktor penjual dan pembeli menggunakan jasa atau tenaga dari seorang Makelar adalah sebagai berikut : 52 a. Mempermudah akses pencarian barang (hewan ternak). b. Lebih bersifat hati-hati karena unsur pengalaman sehingga bisa terhindar dari unsur penipuan. c. Menghemat waktu (efisien waktu). d. Ketika menggunakan tenaga makelar salah satu pihak bisa menggunakan jasa tersebut secara penuh, dimaksudkan penjual dan pembeli memberikan kepercayaan penuh kepada makelar. Dari faktor diatas mereka menuturkan banyak dari mereka (penjual dan pembeli) ketika tidak menggunakan jasa dari seorang makelar, dalam mencari hewan ternak merasa kesulitan, baik masalah harga, kualitas barang (hewan ternak), lebih-lebih jenis dari barang yang akan di beli dikarenakan belum paham dengan situasi dan kondisi pasar. Oleh karena itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan memang diperlukan menggunakan jasa makelar agar dapat meminimalisir resiko. 2. Tugas dan fungsi makelar a. Perantara penjual dan pembeli. b. Mencarikan barang bagi pembeli dan atau menjualkan barang bagi penjual. c. Mempermudah transaksi. d. Menghemat waktu bagi penjual dan pembeli. 53 C. Gambaran secara umum makelar Dengan melihat faktor dari dasar pemakaian atau penggunaan tenaga makelar maka selanjutnya adalah praktek dari seorang makelar, sacara umum dari praktek makelar sebagai berikut : 1. Mekenismenya calon pembeli mendatangi makelar dengan maksud meminta untuk dicarikan hewan ternak yang diinginkan. Didalam pembicaraan itu yang diutarakan adalah tentang keadaan hewan, kualitas dan harga hewan ternak. Setelah itu dilanjutkan dengan saling berikrar atau melakukan akad antara kedua belah pihak untuk mencarikan hewan yang dipesan calon pembeli. Berikutnya setelah terjadinya akad, makelar mencarikan hewan dari seorang penjual. Makelar mendapatkan hewan ternak sesuai dengan cirri-ciri yang diinginkan maka pihak makelar menghubungi pihak pertama (pembeli) dengan membawa hewan ternak yang didapat dari penjual. Kemudian mendatangi pihak penjual untuk melangsungkan transaksi. Didalam transaksi itu pun terjadi tawarmenawar dan makelar ikut aktif. Jika hewan ternak jadi dibeli atau terjadi kesepakatan pihak pertama (pembeli) dan pihak kedua (penjual) maka pihak ketiga (makelar) tadi mendapatkan persenan atau upah dari kedua belah pihak atas jasanya dan juga mendapat untung dari hasil penjualan hewan ternak tadi. Kalau tidak terjadi kesepakatan dalam transaksi atau gagal, maka makelar tidak mendapatkan upah. 2. Teknis mekanisme sang pedangan itu mempunyai lapak sendiri dan kemudian kalau hewan ternaknya gak laku-laku barulah meminta jasanya 54 dari makelar untuk memasarkan barangnya (hewan ternak). Kalau soal komisi dikasih persenan, tetapi sebelum terjadi kesepakatan untuk dipasarkan oleh si makelar, pedagang tersebut sudah mematok harga pas, kalau bisa menjual lebih dari harga yang diberikan oleh pedagang tadi selebihnya buat si makelar. Alasan menggunakan jasa makelar agar barang dagangannya cepat terjual, karena seorang makelar itu berkeliling mencari pembeli sedangkan penjual hanya berdiam diri menunggu dagangannya di lapaknya. 3. Sebelum pihak pembeli meminta jasa dari makelar untuk dicarikan hewan ternak yang diminta. Seorang makelar tersebut sudah terlebih dahulu tahu tentang informasi mengenai hewan ternak dari seorang penjual yang akan memasarkan hewan ternaknya. Dengan cara pihak penjual terlebih dulu menghubungi makelar, hal ini bila yang meminta lebih dulu datang dari penjual. Penjual adalah pihak yang memiliki hewan ternak.Ketika hendak menjual hewan ternak, dengan menggunakan jasa dari makelar.Pembeli adalah pihak yang hendak memiliki hewan ternak dengan jalan transaksi jula-beli, sebagai pengguna jasa makelar.Sedangkan makelar adalah pihak yang menawarkan jasa tenaganya kepada penjual dan pembeli, sebagai mediator yang menjembatani kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. 55 D. Praktek Makelar secara rinci Pada bagian ini untuk menjelaskan secara detail dari kinerja seorang makelar baik dalam menerima, mencarikan, dan mendapatkan hewan ternak sampai memperoleh upah dari jasanya maka hal ini di bagi menjadi empat tahapan yaitu : 1. Tahap awal, perjanjian sewa jasa makelar. Pada tahap pertama ini sebuah permintaan datangnya dari dua pihak yaitu pembeli dan penjual. Dari keduanya tersebut bisa dijelaskan kronologi permintaan sebagai berikut: Dari seorang pembeli hewan ternak, pembeli terlebih dahulu mendatangi makelar.Kedatangan pembeli tersebut tentunya dengan lebih dahulu sudah memberi tahu kepadamakelar, kemudianpembeli mengutarakan niat dari maksudnya agar di carikan hewan ternak.Dengan ketentuan hewan ternak sebagai berikut, namahewan, kualitas, dan harga hewan. Jenis Hewan Tabel 3.1 Harga Hewan Ternak 2016 Kualitas Tahun Harga/kg Jantan Lemusin Brahma Rp 45.000,- Betina 2016 Rp 40.000,- Anakan Super Rp14.000.000.- /Ekor Jantan Rp 38.000,- Betina 2016 Anakan Super 56 Rp 38.000,Rp 10.000.000,-/Ekor Jantan Metal Jawa Rp 45.000,- Betina 2016 Rp 45.000,- Anakan Super Rp 12.000.000,-/Ekor Jantan Rp 37.000,- Betina 2016 Anakan Super Rp 35.000,Rp 8.000.000,-/Ekor Keterangan: Untuk hewan disini sepesifiknya kepada hewan ternak sapi.Dan kalau hewan yang sudah cukup umur di atas 1 tahun maka harganya dihitung per kilo gram.Sedangkan hewan yang usianya di atas 5 bulan dan dibawah 1 tahun dihitung per ekor. Selanjutnya permintaan yang datang dari penjual, biasanya ketika ada pihak penjual yang ingin menjual hewan ternaknya, kebanyakan dari pihak makelar yang mendatangi orang yang bersangkutan.Sebelum makelar mempertemukan penjual dan pembeli, yaitu mengenai keinginan untuk menjual hewan ternak. 2. Tahap kedua, yaitu pelaksanaan kinerja makelar dalam mencarikan hewan ternak. Perjanjian sewa jasa makelar ketika penulis melakukan observasi tahap pertama dan melakukan wawancara.Jika sudah terjadi kesepakatan dari pihak pemesan dan makelar, maka pihak makelar tidak dengan begitu saja melepas tanggung jawabnya.Karena ikatan yang mengikat harus dijalani dan dilaksanakan secara maksimal dengan batas yang telah di 57 tentukan. Adapun dalam prakteknya, para makelar dalam mencarikan hewan ternak itu dengan dua metode yaitu : a. Ketika sebelum pembeli memesan, itu sudah ada pihak penjual yang menghubungi makelar.Maka ketika ada pihak pembeli memesan disini makelar tinggal mempetemukan para pihak pembeli dan penjual untuk menemui pihak yang bersangkutan dan melangsungkan transaksi dengan seketika melalui mediator makelar. b. Sebaliknya jika seorang pembeli mengasih kabar lebih dahulu mengenai perihal keinginannya untuk membeli hewan ternak itu lebih awal di banding penjual. Dalam waktu yang telah ditentukan yaitu tiga hari, seorang makelar harus menjalankan tugasnya yang telah dijanjikan. Biasanya seorang makelar dalam mencari hewan ternak yang dicari itu dengan menghubungi para pihak yang memiliki barang pesanan. Misalnya, para peternak atau pemilik lapak hewan ternak. Adakalanya juga seorang makelar dalam mencari barang pesanan itu, dengan bantuan sesama rekan makelar. Karena untuk mengantisipasi hal ketika tidak bisa mendapatkan hewan ternak yang dicari. c. Mempertemukan penjual dan pembeli untuk melangsungkan transaksi. Seperti yang telah disebutkan pada tahap kedua, maka bagian ini adalah tahap dimana seorang penjual dan pembeli dipertemukan. Ketika pihak makelar sudah mendapatkan hewan ternak dari hasil pencariannya tersebut. Sebelum pembeli memesan sudah ada pihak penjual yang menghubungi makelar. Saat ada pihak 58 pembeli memesan, disini makelar tinggal mempetemukan antara pembeli dan penjual untuk melangsungkan transaksi dengan seketika melalui makelar. Pertemuan yang seperti ini prosesnya tidak terlalu lama, karena sudah ada patokan harga terlebih dahulu. Hal seperti inilah yang mempermudah jalannya akses seorang makelar dalam mencarikan pembeli. Dalam pertemuan antara penjual dan pembeli, biasanya tidak ada proses tawar menawar lagi. Di bagian ini proses yang jadi pegangan atau patokan adalah mengenai posisi kualitas barang yang begitu dominan pengaruhnya. Jika dalam transaksi barang itu dipermasalahkan, maka bisa jadi mengalami kegagalan dalam proses transaksi. Ketika terjadi transaksi maka barang harus jelas agar proses berjalan dengan lancar. Adapun mengenai harga itu disesuaaikan dengan berat hewan tersebut. Ketika sudah ada kesepakatan maka selanjutnya adalah proses penimbangan hewan ternak yang diikuti dengan pembayaran dari pembeli ke penjual. d. berakhirnya transaksi dan kewajiban bagi penyewa untuk memberikan upah atas jasa makelar. Setelah tiga tahap diatas maka dalam tahap ini ada dua poin yang akan dibahas yaitu berakhirnya transaksi dan pemberian upah atas jasa yang dilakukan makelar dalam mencarikan hewan ternak. a. Berakhirnya transaksi ketika seorang makelar sudah melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam mencarikan hewan ternak, adapun ketentuannya sebagai berikut : 59 1) Selesai atau batal sebelum menjalankan, yaitu seorang makelar didalam mencari hewan ternak itu tidak mendapatkan barang yang dipesan oleh penjual dan pembeli, sehingga makelar tersebut harus menghubungi pihak penjual dan pembeli untuk menyatakan ketidak sanggupannya dalam mencarikan hewan ternak. Hal yang demikian ini maka teransaksi selesai secara sepihak. 2) Terselesaikanya atau terpenuhinya tanggungjawab sebagai makelar ketika seorang pemesan merasa puas atas pelayanannya dalam mencarikan hewan ternak. Berakhir dengan kesepekatan antara penjual dan pembeli untuk dijualnya hewan ternak tersebut yang kemudian dilakukan penimbangan hewan ternak. b. Upah makelar atas jasanya dalam mencarikan hewan ternak, dalam hal ini makelar sudah menjalankan pekerjaannya yang diberikan oleh pemesan dan seorang pemesan sudah mendapatkan hewan ternak tersebut dari jasa makelar. Maka hak seorang makelar adalah mendapatkan upah atas jerih payahnya dari seorang pemesan. Bila makelar gagal atau tidak mendapatkan hewan ternak, maka makelar itu tidak mendapatkan upah walaupun ia sudah mencari kesana kemari. Adapun seorang makelar itu mendapatkan upah atas jasanya. Dalam hal ini terbagi menjadi dua kategori yaitu : 1) Pada saat awal sudah ada putusan atau patokan harga. Yang demikian ini seorang makelar dalam menawarkan kepada pembeli biasanya lebih tinggi dari harga awal dengan maksud makelar 60 mencari untung dalam transaksi dan sebagai upah makelar. Biasanya hal yang seperti itu hanya diketahui oleh pihak penjual dan makelar. 2) Pada saat awal tidak ada patokan harga. Bila yang terjadi demikian maka makelar akan meminita upah dari penjual dan pembeli atas jasanya. E. Bentuk Akad dalam Jual Beli Hewan Ternak Melalui Jasa Makelar Setelah pemaparan mengenai praktek seorang makelar, maka untuk selanjutnya adalah bentuk akad dari transaksi tersebut adalah berbentuk lisan, dan gambaran transaksinya sebagai berikut, dua belah pihak melakukan kesepakatan, yaitu pihak makelar menyewakan jasanya kepada pihak pembeli dan penjual dengan uang sewaan tertentu yang telah disepakati. Kemudian makelar mendapatkan upah dari pihak yang menyewa jasanya.Pada bentuk pembayarannya tidak menggunakan uang muka, melainkan ketika makelar sudah menyelesaikan tanggung jawabnya barulah seorang makelar mendapatkan upah. Adapun akad yang dijadikan pengikat pada perjanjian adalah berbentuk ucapan dari seorang penjualdan atau pembeli kepada makelar.Proses akad dalam transaksi jual beli hewan ternak para pelaku memahami dari perkataan yang terkandung maksud sebagai sewa jasa tenaga guna memasarkan, mencari, dan mendapatkan hewan ternak. Maka hal yang demikian itu menjadi perjanjian yang mengikat, ikatan inilah yang menjadikan bagi seorang 61 makelar untuk menjalankan kewajibannya sebagai perantara dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam mencarikan hewan ternak.Selanjutnya kewajiban bagi penyewauntuk memberikan upah atas jasa yang di berikan oleh makelar dalam mencarikan hewan ternak. F. Pengambilan Untung Makelar Dari Proses Jual Beli Hewan Ternak Upah makelar atas jasanya dalam mencarikan hewan ternak, ketika makelar sudah menjalankan pekerjaannya dan seorang pemesan sudah mendapatkan hewan ternak tersebut dari jasa makelar maka, hak seorang makelar adalah mendapatkan upah atas jerih payahnya dari seorang penjual dan pembeli. Tapi kalau yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu makelar gagal atau tidak mendapatkan hewan ternak, maka makelar itu tidak mendapatkan upah walaupun ia sudah mencari kesana kemari. Jika saat awal sudah ada patokan harga, maka seorang makelar dalam menawarkan kepada pembeli biasanya lebih tinggi dari harga awal.Dengan maksud makelar mencari untung dalam transaksi dan sebagai upah makelar.Yang demikian hanya diketahui oleh pihak penjual dan makelar. Kalau diawal tidak ada patokan harga, maka upah seorang makelar diberikan ketika sudah terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk menjual dan membeli hewan ternak yang ditransaksikan.Malahan biasanya makelar mendapatkan upah dari keduanya penjual dan pembeli. Seorang makelar dalam pengambilan untung di sini bisa dapat dari tiga unsur yang pertama upah dari penjual yang kedua upah dari pembeli dan yang ketiga dapat dari pengambilan untung hasil penjualan hewan ternak 62 tadi.Tetapi terkadang penjual tidak member upah lagi kepada makelar kalau si penjual sudah mematok harga pas. 63 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JUAL BELI MELALUI MAKELAR DENGAN PRAKTEK PENGGUNAAN JASA MAKELAR DI PASAR HEWAN MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG A. Analisa Hukum Islam Terhadap Orang Yang BerakadDalam Jual Beli di Pasar Hewan Muntilan Kabupaten Magelang. Islam melihat konsep jual-beli itu sebagai suatu alat atau sarana untuk menjadikan manusia itu semakin dewasa dalam berpola pikir dan bertindak (melakukan aktivitas), termasuk aktivitas ekonomi.Pasar misalnya dijadikan sebagai tempat aktivitas jual-beli harus, dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagaimana manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, maka sebenarnya jual-beli dalam Islam merupakan wadah untuk memproduksi khalifah-khalifah yang tangguh dimuka bumi. Sehingga dalam masalah jualbeli ini, Abdul Aziz Muhammad Azzam (2010: 24) bahwa, jual-beli adalah transaksi (akad) saling mengganti dengan harta yang berakibat kepada kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk waktu selamanya. Dalam al-Qur‟an surat al Baqarah ayat 275 Allah SWT menegaskan Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Hal yang menarik dari ayat tersebut adalah adanya pelarangan riba yang didahului oleh penghalalan jual-beli.Jual-beli adalah bentuk dasar dari 64 kegiatan ekonomi manusia, kita mengetahui bahwa pasar tercipta oleh adanya transaksi dari jual-beli.Pasar dapat timbul manakala terdapat penjualyang menawarkan barang maupun jasa untuk dijual kepada pembelidarikonsep sederhana tersebut lahirlah sebuah aktivitas perekonomian yangkemudian berkembang menjadi suatu sistem transaksi yang tertuju pada sektorjasa sebagai perantara dalam jual-beli yang sering disebut dengan makelar. Sehingga dalam masalah ini muncul pertanyaan mengenai praktekmakelar, seperti apakah konsep/mekanisme jual-beli melalui jasa makelar yangdibolehkan dan sesuai dengan Hukum Islam, kaitannya dengan praktekmakelar yang ada di Pasar Hewan Muntilan Kabupaten Magelang? Menurut bapak Satari umur 42 tahun warga Kebonrejo pada hari senin 08 agustus 2016 pukul 09.30 WIB mengatakan bahwa tugasdari makelar ketika melayani para penjual dan pembeli adalah menerima pekerjaan dari pengguna jasa makelar yaitu penjual dan pembeli, menanyakan barang yang dipesan biasanya meliputi harga, jenis, dan kualitas dari hewan ternak. Dalam urusan ini makelar berperan aktif dan segala urusan dari pemilian kualitas hewan, harga, sampai kesepakatan terjadinya transaksi semuanya ditangan makelar.Jadi antara penjual dan pembeli itu tidak saling bertemu. Sedangkan menurut bapak Heru 40 tahun warga Klengkong Gendolpada hari senin 08 agustus 2016 pukul 10.30 WIB, ia mengatakan kalau makelar itu tugasnya hanya menjadi perantara, jadi secara teknis mekanismenya sang pedagang itu mempunyai lapak sendiri dan kemudian kalau hewan ternaknya gak laku-laku barulah meminta jasanya dari makelar 65 untuk memasarkan hewan ternaknya. Kalau soal komisi dikasih persenan, tetapi sebelum terjadi kesepakatan untuk dipasarkan oleh makelar, pedagang tersebut sudah mematok harga pas, kalau bisa menjual lebih dari harga yang diberikan oleh pedagang tadi selebihnya buat makelar.Alasan bapak Heru menggunakan jasa makelar agar hewannya cepat terjual, karena seorang makelar itu berkeliling mencari pembeli sedangkan penjual hanya berdiam diri menunggu hewannya di lapaknya. Untuk menjelaskan secara detail dari kinerja seorang makelar di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang secara baik dalam menerima, mencarikan, dan mendapatkan hewan ternak sampai memperoleh upah dari jasanya maka hal ini di bagi menjadi empat tahapan yaitu : 1. Tahap awal, perjanjian sewa jasa makelar. Menurut salah satu makelar yang bernama Bapak Tarno umur 38 tahun warga Trogo Lele menuturkan pada hari senin 08 agustus 2016 pukul 12.00 WIB bahwa menurutnya, pada tahap pertama ini sebuah permintaan datangnya dari dua pihak yaitu pihak pembeli dan pihak penjual. Dari keduanya tersebut bisa dijelaskan kronologi permintaan sebagai berikut dari seorang pembeli hewan ternak,pembeli terlebih dahulu mendatangi makelar, kedatangannya pembeli tersebut tentunya dengan lebih dahulu sudah memberi tahu pada pihak makelar, kemudian pembeli mengutarakan niat dari maksudnya agar dicarikan hewan ternak, dengan ketentuan hewan ternak sebagai berikut, nama hewan, kualitas, dan harga hewan. 66 Menurut bapak Kanapi umur 41 tahun warga Trenten pada hari senin 08 agustus 2016 pukul 13.00 WIB menambahkan bahwa ada juga dari pembeli itu dalam permintaannya untuk dicarikan hewan ternak, itu langsung menentukan dari jenis hewan ternak tersebut, sebagai contoh ucapan pembeli “ pak, minta di carikan sapi dengan jenis limosinya?” yang kemudian kami menyanggupi untuk mencarikan. Melanjutkan perkataan bapak Tarno, jika permintaan itu langsung ditentukan oleh pembeli justru makelar akan langsung mencarikan hewan ternak yang dipesan, berbeda dengan apa yang di katakan oleh pembeli pada awal tadi, berarti makelar itu harus menjelaskan macam-macam barangnya itu sendiri baik jenis, nama, kualitas, dan harganya. Yang dimaksud adalah pembeli menanyakan, yang kemudian makelar itu harus mengasi gambaran tentang hewan ternak, sehingga seorang pembeli memahami keadaan hewan ternak tersebut yang kemudian pembeli menentukan pilihannya, ketika pembeli menentukan pun makelar tahu benar, karena kami memberikan gambaran secara jelas, terkadang kami juga membawakan contoh atau sampel dari hewan ternak tersebut Selanjutnya permintaan yang datang dari penjual, ditempat yang sama bapak Tarjo warga Salam umur 35 tahun pada hari sabtu 13 agustus 2016 pukul 10.00 WIB mengutarakan bahwa biasanya ketika ada pihak penjual yang ingin menjual hewan ternak itu, kebanyakan dari pihak makelar yang mendatangi penjual tadi. Seperti halnya bapak Rostam ini, Rostam mengutarakan keinginannya 67 terlebih dahulu, sebelum makelarmempertemukan antara penjual dan pembeli, yaitu mengenai keinginan untuk menjual hewan ternak. Bapak Rostam umur 54 tahun warga Tembelang dalam mengutarakan maksudnya agar dijualkan/dipasarkan oleh makelar denganperkataan sebagai berikut, “saya ada hewan ternak mau dijual, dan saya hargai hewan ternak ini 20.000.000,- rupiah maka juallah hewan ternak ini, selanjutnya jika nanti terjual maka anda akan saya kasih upah dari hasil penjualannya” kemudian makelarberkata “ya” sebagai tanda bahwa makelar menyanggupi atau bersedia untuk bekerja memberikan jasanya dalam memasarkan hewan ternak. Sedangakan perkataan pembeli ketika penulis mewawancarai bapak Sanusi umur 37 tahun warga desa Klampok,pada hari sabtu 13 agustus 2016 pukul 11.00 WIB ia mengatakan “pak sayaminta di carikan hewan ternak betina dengan jenis brahma. Kalau bapak sudah dapatnanti bawakan langsung hewan ternak itu ke saya, sedangkan mengenai ongkos upahnyananti akan saya kasih 100.000,-” perkataan ini disampaikan kepada bapak Tarno selaku perantara dan bapak Tarno mengatakan “Ya”, kemudian bapak Tarno langsung mencarikan hewan ternak yang dimaksut. 68 2. Tahap kedua, yaitu pelaksanaan kinerja makelar dalam mencarikan hewan ternak. Perjanjian sewa jasa makelar ketika penulis melakukan observasi tahap kedua dan melakukan wawancara, sudah terjadi kesepakatan dari pihak pemesan dan makelar, walaupun sudah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka pihak makelar tidak dengan begitu saja melepas tanggung jawabnya karena ikatan yang mengikat harus dijalani dan dilaksanakan secara maksimal dengan batas yang telah di tentukan. Adapun dalam prakteknya, menurut bapak Tarwidi yang saya temui pada hari sabtu 13 agustus 2016 pukul 12.00 WIB para makelar dalam mencarikan hewan ternak itu dengan dua metode yaitu : a. Sebelum pembeli memesan, sudah ada pihak penjual yang menghubungi makelar maka, ketika ada pihak pembeli memesan, disini makelar tinggal mengambilkan hewan ternak sesuai dengan pesanan yang meliputi jenis hewan ternak, kualitas dan harga hewan ternak. Selanjutnya untukmelangsungkan transaksi langsung dengan makelar. b. Jika sebaliknya yaitu seorang pembeli mengasi kabar lebih dahulu mengenai perihal keinginannya untuk membeli hewan ternak itu lebih awal di banding penjual, maka dalam waktu yang telah ditentukan yaitu tiga hari, seorang makelar harus menjalankan tugasnya yang telah dijanjikan. Biasanya seorang makelar dalam mencari hewan ternak yang dicari itu dengan menghubungi para pihak yang memiliki 69 hewan ternak. Misalnya, para peternak atau pemilik lapak hewan ternak. Adakalanya juga seorang makelar dalam mencari hewan ternak itu, dengan bantuan sesama rekan makelar. Karena untuk mengantisipasi hal ketika tidak bisa mendapatkan hewan ternak yang dicari. 3. Tahap ketiga, mempertemukan penjual dan pembeli untuk melangsungkan transaksi. Seperti yang telah disebutkan pada tahap kedua, maka bagian ini adalah tahap dimana seorang penjual dan pembeli dipertemukan oleh makelar, saat pihak makelar sudah mendapatkan hewan ternak dari hasil pencariannya tersebut.Ketika sebelum pembeli memesan, itu sudah ada pihak penjual yang menghubungi makelar maka, jika ada pihak pembeli memesan, disini makelar tinggal mempetemukan pembeli dan penjual untuk menemui pihak penjual dan melangsungkan transaksi dengan seketika melalui mediator makelar.Maka menurut bapak Sukron Musowir, pertemuan yang seperti ini prosesnya tidak terlalu lama, karena diawal sudah ada patokan harga terlebih dahulu dari penjual.Yang ketika itu penjual mengucapkan “aku mau jual hewan ternak ini sekian, selanjutnya terserah sampean mau jual berapa”, hal yang seperti inilah yang mempermudah jalannya akses seorang makelar dalam mencarikan pembeli. Dan dalm pertemuan antara penjual dan pembeli, biasanya tidak ada proses tawar menawar lagi, dan langsung menimbang hewan ternak yang ditransaksikan. 70 4. Tahap keempat, berakhirnya transaksi dan kewajiban bagi penyewa untuk memberikan upah atas jasa makelar. Setelah tiga tahap diatas yaitu pertama, perjanjian sewa makelar.Kedua, pelaksanaan kinerja makelar dalam mencarikan hewan ternak.Dan yang ketiga, makelar mempertemukan penjual dan pembeli untuk melangsungkan transaksi. Maka dalam tahap ini ada dua poin yang akan dibahas yaitu berakhirnya transaksi dan pemberian upah atas jasa yang dilakukan makelar dalam mencarikan hewan ternak. a. Berakhirnya transaksi, menurut Khumed warga Banjaranmenuturkan, berakhirnya transaksi seorang makelar pada umumnya yaitu ketika seorang makelar sudah melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab makelar dalam mencarikan hewan ternak, adapun ketentuannya sebagai berikut : 1) Selesai atau batal sebelum menjalankan, yaitu seorang makelar didalam mencari hewan ternak itu tidak mendapatkan barang yang dipesan oleh menghubungi pembeli, pihak sehingga pembeli makelar untuk tersebut menyatakan harus ketidak sanggupannya dalam mencarikan hewan ternak, dan kendala yang biasa ditemui dari seorang makelar dalam mencari hewan ternak adalah keadaan hewan ternak, harga, dan kualitas. Yang ketigatiganya tiadak ada kecocokan pada saat transaksi, baik antara makelar dengan pembeli, pada saat makelar mencarikan barang, maupun pada saat makelar mempertemukan penjual dan pembeli 71 untuk bertransaksi. Hal yang demikian ini maka teransaksi selesai secara sepihak. 2) Terselesaikanya atau terpenuhinya tanggungjawab sebagai makelar jual-beli pada saat perjanjian awal dalam mendapatkan barang yang dicari untuk pemesan, hal ini disebutkan oleh para makelar, seorang makelar dikatakan berhasil dalam memenuhi tanggungjawabnya ketika seorang pemesan merasa puas atas pelayanannya dalam mencarikan barang, mempertemuakan untuk transaksi, ikut aktif sebagai penengah dalam transaksi, dan berbuah atau berakhir dengan kesepekatan antara penjual dan pembeli untuk dijualnya hewan ternak tersebut yang kemudian dilakukan penimbangan hewan ternak. b. Upah makelar atas jasanya dalam mencarikan hewan ternak, dalam masalah ini bapak Sukron Musowir yang saya temui pada hari sabtu 13 agustus 2016 pukul 12.00 WIBmengatakan, ketika makelar sudah menjalankan pekerjaannya yang terlebih dahulu diberikan oleh penjual dan pembeli adalah hak seorang makelar untuk mendapatkan upah atas jerih payahnya dari seorang penjual dan pembeli. Sedangkan bila yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu makelar gagal atau tidak mendapatkan hewan ternak, maka makelar itu tidak mendapatkan upah walaupun ia sudah mencari kesana kemari. Bapak Sukron menambahkan adapun seorang makelar itu mendapatkan upah atas jasanya. Dalam hal ini terbagi menjadi dua kategori yaitu : 72 1) Pada saat awal sudah ada patokan harga, seperti dalam contoh ucapan penjual “juallah hewan ternak ini denganharga Rp14.250.000,- dan terserah anda mau jualberapa kepada pembeli”. Yang demikian ini seorang makelar dalam menawarkan kepada pembeli biasanya lebih tinggi dari harga awal dengan maksud makelar mencari untung dalam transaksi dan sebagai upah makelar, seperti ucapan makelar terhadap pembeli “ini ada hewan ternak yang mau di jual denganharga Rp 14.500.000,-. Dengan contoh ini yang empat belas juta dua ratus lima puluh ribu rupiah adalah harga awal penjual dengan makelar dan yang dua ratus lima puluh ribu rupiah adalah upah untuk makelar serta yang demikian hanya diketahui oleh pihak penjual dan makelar. Hal ini sudah berlaku dalam transaksi jual beli hewan ternak. 2) Pada saat awal tidak ada patokan harga, seperti contoh ucapan pembeli “pak carikan hewan ternak, nanti kalau sudah dapatpertemuakan aku dengan penjualnya” bila yang terjadi demikian maka, makelar mengucapkan “ada komisinya ga?” dan pembeli menjawab “ada”. Yang demikian ini, maka upah seorang makelar diberikan ketika sudah terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk menjual dan membeli hewan ternak yang ditransaksikan. Malahan mendapatkan upah dari penjual dan pembeli. 73 biasanya makelar Menurut si penulis inti dari praktek jual beli melalui makelar adalah bagaimana kinerja seorang makelar dalam mencarikan pesanan terlebih dahulu sudah mendapat informasi mengenai hewan ternak yang meliputi harga, jenis dan kualitas. Sedangkan dalam menjualkan hewan ternak seorang makelar karna sudah mendapat pesanan pembeli terkadang makelar juga mengelilingkan hewan ternaknya untuk mencari pembeli. Selain itu cara makelar mendapatkan upah dari jasanya. Seorang makelar itu mendapat upah dari pemesan, laba hasil penjualan, dan kadang juga masih mendapatkan upah dari penjual. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Akad dalam Jual Beli Hewan Ternak Melalui Jasa Makelar. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai makelar hewan ternak di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang, yang telah penulis paparkan diatas, maka Hukum Islam (fikih) tidak mengharamkan atau tidak memperbolehkan praktek makelar, dikarenakan sesuai dengan aturan yang lazimnya berlaku dalam Fiqh (Hukum Islam), dan fiqh justru memberikan arahan dalam bermuamalah, hal yang demikian itu disebabkan oleh adanya kenyataan dalam masyarakat setempat mengenai pemakaian dan penggunaan jasa makelar, serta tidak ada cacat dan celanya sesuai dengan hukum Islam (fiqh). Dan dari ulasan analisis diatas, maka praktek hubungan kerja antara makelar dan pemilik barang dan calon pembelinya dapat termasuk akad ijarah.Hal yang semacam ini bisa dilihat dari bentuk akad 74 yaitu ijab dan qabul yang menunjukan sewa-menyewa dalam jual beli hewan ternak melalui makelar. Dalam al-Qur,anSurah An-Nisa‟ (4) ayat 29 Allah SWT menegaskan: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Ketidak bolehannya menyewa jasa dari makelar adalah disebutkandalam teori fiqh sebagai berikut: “Maka tidak sah menyewa tukang menjual (sales/makelar) untukmengucapkan satu dua patah kata dari pandangan beberapa wajah(pendapat/Qaul yang berlaku) sekalipun berupa ijab dan qabuldan sekaligus melariskan dagangan, karena satu dua patah kataitu tidak ada harganya “ Ijabdan Qabul disini menjadi posisi penting dalam sebuah perjanjian atau akad, yang akan menentukan arah kedepannya pada suatu transaksi, baik ketika perjanjian dilangsungkan maupun saat pelaksanaannya. Karena ijab dan qabul adalah manifestasi dari perasaan suka sama suka, yang keduanya terdapat kecocokan atau kesesuaian untuk mengalihkan hak kepemilikan atas barang atau jasa melalui manfaat pada suatu transaksi. Ijab yaitu pemberian hak milik,dan qabul yaitu orang yang menerima hak milik. Jika penjual berkata “bi‟tuka”(saya jual kepadamu) buku ini dengan ini dan ini, maka ini 75 adalahijab, dan ketika pihak lain` berkata: “qabiltu”(saya terima), maka inilah qabul. Dan jika pembeli berkata“juallah kepadaku kitab ini dengan harga begini” lalu penjual berkata “saya jual kepadamu” maka yang pertama adalah qabuldan kedua adalah ijab. Para ulama tidak berbeda pendapat mengenai keabsahan jual-beli yang menggunakan shighah jual-beli secara sharih (jelas),karena ijab dan qabul adalah unsur utama yang menandakan kerelaan dua belah pihak, sehingga dalam masalah ini perlu diungkapkan secara jelas dan sebagai alamat berpindahnya hak milik dari satu ke yang lainnya, serta dalam penyebutannya (shighah) para pihak memahami maksud dari ucapan yang di jadikan akad (shighah). Terkait dengan masalah ijab dan qabul ini, adalah jual-beli melalui perantara makelar (samsarah) di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang yaitu seseorang yang diutus untuk menjualkan dan mencarikan barang dan pembeli atau penjual dengan adanya upah.Shighah disini dimaksudkan adalah sebagai transaksi sewa jasa makelar, yang mana ucapkan tersebut digunakan untuk memngugkapkan maksud muta‟aqidain, yakni berupa lafal atau sesuatu yang mewakilinya, sebagai sewa jasa untuk mempekerjakan dalam mencarikan hewan ternak atau pembeli dan sebaliknya. Maka shighah yang ada dalam praktek tersebut adalah sebagai berikut: “saya ada barang mau di jual, dansaya hargai hewan ternak ini 16.000.000 rupiah maka juallah hewan ternakini, selanjutnya terserah anda, mau jual berapa ke pembeli itu terserah anda” kemudian makelar berkata “ya”, sebagai tanda jadi. Ucapan shighah 76 yangsemacam ini ketika penjual mengatakan pada makelar. Dalam arti lainshighahyang diucapkan adalah perkataan yang menunjukan permintaan kepadamakelar untuk menjualkan atau memasarkan hewan ternak.Jual-beli melalui perantara itu di bolehkan, asal antara ijab dan qabul sejalan.Dengan demikian maka shighah yang telah diucapkan oleh penjualkepada makelar sebagai ijab dari sewa jasa untuk mempekerjakan dibolehkan,sebab antara muakid memahami akan ucapan sebagai persewaan, selain itujuga shighah yang semacam itu berlaku dalam transaksi jual-beli hewan ternak. Menurut si penulis inti dari akad jual beli melalui makelar adalah suatu transaksi jual beli itu dilihat dari akadnya jika akadnya sesuai dengan hukum islam maka jual beli itu sah, tetapi jika tidak sesuai dengan hukum islam maka jual beli itu tidak sah. Dan dari sini penulis mengatakan bahwa dalam transaksijual-beli permasalahan shighah, ucapan pembeli boleh didahulukan dari ucapanpenjual seperti ucapan diatas, tapi dalam permasalahan akad jualbeli penjualselalu menjadi yang ber-ijab dan pembeli menjadi penerima baik diawalkanatau diakhirkan lafalnya. Menurut pengertian akaduntukmengambil syara, manfaat Al Ijarah dengan jalan ialah “sesuatu jenis penggantian”.Adapun ijarahsecara terminologi adalah transaksi atas suatu manfaat yang mubah yangberupa barang tertentu atau yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungandalam waktu tertentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahuidengan upah yang diketahui pula. 77 Pihak pertama disebut orang yang menyewakan (mu‟jir) dan pihakkedua disebut (mustajir).Kaduanya harus memenuhi persyaratan yangberlaku bagi penjualdan pembeli.Diantaranya mereka harus cakap, artinyamasing-masing pihak sudah baligh dan mampu menata agama danmengelolakekayaan dengan baik.Dengan demikian ijarah yang dilakukanoleh anak-anak meskipun dia telah memiliki pengetahuan tentang itu,orang gila, hartanyabodoh, dan orang meskipun yang akad dicekal tersebut untuk memmbelanjakan mendatangkan keuntungan, hukumnyatidak sah. Sedangkan praktek yang terjadi dilapangan sang pembeli atau penjual yang menggunakan jasa makelar terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan menggunakan jasa seorang makelar, kemudian menentukan kesepakatan upah utuk jasa seorang makelar. Jika makelar sudah menjalankan tugasnya dan mendapatkan apa yang telah disepakati maka seorang makelar tadi mendapat upah dari pembeli atau penjual. Berdasarkan deskripsi tersebut maka transaksi ini menggunakan akad ijarah yang diperbolehkan, karena antara penjual pembeli dan makelar sudah mempunyai kesepakatan yang jelas. 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Makaakhirnya,darideskripsidanuraianpanjangdiatasdapatpenulissimpul kansebagaiberikut: 1. Praktekmakelardalam proses jualbelihewanternak di pasarMuntilan memiliki tiga unsur yaitu. Sebagaiperantarapenjualdanpembeli, mencarikan hewan bagipembeli, danmenjualkan hewan bagipenjual.Untukfungsinyasendiridariseorangmakelaradalahuntuk mempermudahtransaksidanmenghematwaktubagipenjualataupemb eli. Sedangkan faktornya mempermudah akses pencarian barang, bersifat hati-hati agar terhindar dari unsur penipuan. Dalam meminta bantuan dari jasa makelar di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang biasanya akad yang terjadi adalah akad ijaroh dimana seorang pembeli mendatangi langsung kepada makelar dan menjelaskan maksud tujuannya secara langsung agar dicarikan hewan ternak. 2. Menurut hukumislammenjualhewanmenyewamakelar untuk mengucapkan satu dua patah kata dari pandangan beberapa wajah (pendapat/Qaul yang berlaku) sekalipun berupa ijab dan qabul dan sekaligus melariskan dagangan, karena satu dua patah kata itu tidak 79 ada harganya.Seorangmakelardalammenawarkankepadapembelibiasany alebihtinggidarihargaawal.Denganmaksudmakelarmencariuntungda lamtransaksidansebagaiupahmakelar. Yang demikianhanyadiketahuiolehpihakpenjualdanmakelar. Terkadang ada pihak yang merasa dirugikan dan itu termasuk medzolimi pembeli maka transaksi tersebut bisa dikatakan mengandung unsur riba. 3. Dalam meminta bantuan dari jasa makelar di pasar hewan Muntilan kabupaten Magelang biasanya akad yang terjadi adalah akad ijaroh. Menurut pengertian syara, Al Ijarah ialah “sesuatu jenis akaduntuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian”.Adapun ijarahsecara terminologi adalah transaksi atas suatu manfaat yang mubah yangberupa barang tertentu atau yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungandalam waktu tertentu, atau transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahuidengan upah yang diketahui pula. B. Saran-Saran Ada beberapahal yang perludanpatutpenulisberikan saran padapenulisanakhirskripsiinidiantaranyasebagaibeerikut : 1. Kepadaparapelaku (penjual, hendaknyamengetahuimasalahfiqhagar pembelidanmakelar) memilikiloyalitas tinggiterhadapprakteknyasehinggabiasterjauhdarihal-hal dilarangoleh agama. Yang manamakelarsebagaisaranaatau 80 yang yang media untukmempermudahjalannyatransaksidansolusiuntukmenjawabkebutuhan dalamkehidupansosial. 2. Kepadapara makelar yang dipercayamasyarakatsebagaijembatanpenghubungdalamtransaksi, agar selalumenjagaintegritassertaselaluaktifdalammelayanikeluhanmasyarakat didalammasalahjualbelihewanternak, danlebihkonsekuendalammenjagaamanatsebagai orang yang dipercaya. 3. Penambahanharga yang dilakukanmakelar, seharusnyadiketahuiolehkeduabelahpihakpenjualmaupunpembeli, sehinggaterciptanyakerelaandantidakadapihak yang merasadirugikan. 81 DAFTAR PUSTAKA Anwar,Syamsul. 2010. HukumPerjanjianSyariah. Jakarta: RajaGrafindoPersada. Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1974.PengantarFiqhMuamalah. Jakarta: BulanBintang. Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. FIQH MUAMALAT; Sitem Transaksi dalam Fiqh Islam.Jakarta : AMZAH Anwar,Syamsul. 2007.HukumPerjanjiansyariah. Jakarta: RajaGrafindoPersada. Afandi,M. Yazid. 2009. FiqhMuamalah. Yogyakarta: LogungPustaka. Basyir,Ahmad Azhar. 2000. Asas-AsasHukumMu'amalat (HukumPerdataIslam). Yogyakarta: UII Press. Departemen Agama RI. 1994. Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. Semarang:Adi. Departemen Pendidikan Nasional.2002.KamusBesar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka. Haroen,Nasrun. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Patama. Hasan, M. Ali. 2003. BerbagaiMacamTransaksiDalam Islam (FiqhMuamalat),ed. I. Jakarta http://bisnisukm.com/bisnis-makelar-peluan-gusaha-potensial-html/2004/01/ bisnisUKM https://hosniyatun92.wordpress.com/2012/07/11/hukum-makelar dalam-islam/ Lubis,Surahwardi K. 2000. HukumEkonomi Islam. Jakarta: SinarGrafika. Muslich,Ahmad Wardi. 2010. FiqhMuamalat. Jakarta: Amzah. Mas‟ud, Ibnu.FiqhMadzhabSyafi‟I, EdisiLengkap.Bandung : CV. PustakaSetia. Pasaribu,Chairuman.1996. HukumPerjanjianDalam Islam.Jakarta :SinarGrafika. Qardhawi,Yusuf. 2000. Halal Haram Dalam Islam. Solo: Darulma‟rifah. Suhendi,Hendi. 2002. FiqhMuamalah. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. ____________. 2003. FiqhMuamalah. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. ____________.2010.FiqhMuamalah. Jakarta: RajawaliPers. ____________. 2011. FiqhMuamalah. Bogor: Ghalia Indonesia. ____________.2014.FiqhMuamalah. Jakarta: RajaGrafindoPersada. Sabiq,Sayyid. 1983.Fiqh al-Sunnah, Juz III.Beirut:Daar al-Fikr. LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Biodata Pribadi 1. Nama : Yitna Yuono 2. Jenis kelamin : laki-laki 3. Tempat tanggal lahir : Magelang 07, Maret 1991 4. Kebangsaan : Indonesia 5. Setatus : Belum kawin 6. Tinggi, berat badan : 165 Cm,58 Kg 7. Agama : Islam 8. Alamat : Kebunrejo 3, Kebunrejo, Candimulyo, Magelang 9. No Hp : 082226315649 B. Riwayat pendidikan 1. TK : RA,Ma‟arif Kebunrejo, Candimulyo, Magelang 1995-1997 2. MI : MI, Ma‟arif Kebunrejo, Candimulyo, Magelang1997-2003 3. MTS: MTS, Ma‟arif, Candimulyo, Magelang 2003-2006 4. MA : MAN, Magelang 2006-2009 C. Pengalaman Organisasi 1. MAPALA MITAPASA (IAIN) Salatiga 2013-20015 Sebagai Sie Lingkungan Hidup DOKUMENTASI KEGIATAN