efektivitas pengunyahan permen karet yang mengandung sukrosa

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Gigi
Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas mikroorganisme yang
berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak
tidak dapat dibersihkan hanya dengan kumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi
plak hanya dapat dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis
yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.4,9
Plak dapat digambarkan sebagai lapisan yang kadang-kadang tebalnya sampai
2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada permukaan gigi dan sering juga
pada permukaan gingiva dan lidah. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat,
kecuali diwarnai dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi
pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. 9
Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang
biak dan plak akan tebal mengeras, dan menjadi kalkulus dan akan menyebabkan
karies. Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup
sehat. Jika oral hygiene tidak terpelihara dengan baik, akan menimbulkan penyakit di
rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis merupakan penyakit di rongga mulut
yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis.19
2.1.1 Mekanisme pembentukan plak gigi
Proses pembentukan plak dapat dibagi atas 3 tahap yaitu, pembentukan pelikel
yang membalut permukaan gigi, kolonisasi awal oleh bakteri dan kolonisasi sekunder
dan matrikulasi plak.18
a. Pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi.
Pembentukan
pelikel
pada
permukaan
gigi
merupakan
fase
awal
pembentukan plak. Pada tahap awal permukaan gigi dibalut oleh pelikel glikoprotein.
Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga produk sel bakteri
dan pejamu serta debris. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk
dua jam menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi
saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul secara
selektif.
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel gigi. Bakteri
pertama yang mengkloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah streptococcus
mutans yaitu gram positif. Pengkloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan
bantuan adhesi, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Massa
plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang
telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam
perkembangannya terjadi perubahan dan ekologis pada biofilm, yaitu dari lingkungan
yang aerob dengan bakteri gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin
oksigen yaitu mikroorganisme anaerob gram negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Pengkloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai
pengkloni awal ke permukaan gigi yang bersih seperti Prevetella intermedia.
Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkloni sekunder ke bakteri
pengkloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang
dominan adalah koagregasi di antara spesies gram negatif.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi
Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan penyakit
jaringan keras dan jaringan pendukung gigi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan plak gigi adalah :11
a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan
sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan
dengan larutan disclosing. Pada daerah celah-celah gigi karena kecembungan
permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur
tepi gusi yang buruk, pada permukaan email yang rusak, dan pada daerah pertautan
sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.
b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada
permukaan gigi yang cembung atau tinggi. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat
mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.
c. Pengaruh diet diteliti dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan
pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan
yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi.
Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak mengkonsumsi makanan lunak,
terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa. Kariogenitas
makanan tergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi sukrosa, sifat
perlekatan makanan pada permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga mulut dan
kualitas pembersihan.
2.2 Karies Gigi
Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang. Menurut Lundeen dan
Roberson karies adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan oleh mikroba
yang mengakibatkan terlarut dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies merupakan
suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum
yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu karbohidrat yang
diragikan dan mengakibatkan kerusakan struktur gigi serta bersifat kronik.2 Proses
karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti
dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi
mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke
jaringan periapikal dan dapat menimbulkan rasa nyeri.2,15
Karies gigi bersifat multifaktorial sehingga terjadi interaksi dari tiga faktor
utama yaitu: host (tuan rumah), agen (mikroorganisme), substrat atau diet dan satu
faktor tambahan yaitu faktor waktu.4
1. Host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi ukuran dan bentuk gigi, struktur enamel,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling
banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus
mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
3. Substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan aktif yang menyebabkan timbulnya karies.
4. Waktu
Telah dibuktikan bahwa asam dari plak gigi akan menurunkan pH rongga
mulut sampai 5 dalam waktu 3-5 menit setelah memakan makanan yang mengandung
karbohidrat. pH rendah ini sangat membahayakan gigi, walaupun pH ini akan
menjadi normal kembali setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera
sesudah makan adalah satu faktor yang penting karena dapat menurunkan insidens
dan frekuensi karies gigi.
2.3 Jenis – jenis Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Ada 3 jenis
karbohidrat yaitu polisakarida, disakarida dan monosakarida.
2.3.1 Monosakarida ( glukosa)
Monosakarida dari bahasa Yunani yaitu: satu, sacchar: gula) adalah senyawa
karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Beberapa monosakarida
mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah larut air, tidak
berwarna, dan berbentuk padat kristal. Contohnya
adalah glukosa (dextrosa),
fruktosa (levulosa), galaktosa dan ribosa. Monosakarida merupakan senyawa
pembentuk disakarida (seperti sukrosa) dan polisakarida (seperti selulosa dan
amilum).
2.3.2 Disakarida (sukrosa)
Sukrosa merupakan jenis disakarida yang paling banyak dikonsumsi orang
padahal bersifat lebih kariogenik daripada karbohidrat jenis lainnya. Sukrosa
merupakan gula pasir biasa, komposisi kimia dari gula adalah sama satu satuan
fruktosa yang digabung dengan satuan glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan
karbon ketal dan asetal. Pada sukrosa, kedua atom karbon anomerik digunakan untuk
ikatan glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
hemiasetal oleh karena itu sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan
dengan suatu bentuk aldehid atau keto. Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat
menurunkan kapasitas bufer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya
karies.8
Manifestasi sukrosa dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk gula
putih. Sukrosa banyak dikonsumsi orang karena rasa manisnya enak, bahan dasarnya
mudah diperoleh dan biaya produksinya cukup murah. Walaupun demikian, hasil
menunjukkan sebagai indikasi karies paling besar. Hal ini disebabkan karena sintesa
ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada gula lainnya seperti gluokosa, fruktosa dan
laktosa sehingga cepat diubah oleh mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi
asam. Oleh karena itu, dicari suatu cara untuk mengurangi jumlah konsumsi sukrosa
yaitu menggantikannya dengan gula alkohol. Gula alkohol adalah gula yang
komposisi kimianya terdiri dari tiga atau lebih kelompok hidroksil. Bentuk gula
alkohol antara lain sorbitol, xilitol dan manitol.8,16
2.3.3 Polisakarida (xilitol)
Xilitol merupakan jenis polisakarida, xilitol adalah lima karbon polyalkohol,
xilitol dimetabolisme di hati dan dikonversikan menjadi D-xylulose dan glukosa oleh
polyol dehydrogenase Xilitol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer,
seorang kimiawan berkebangsaan Jerman pada tahun 1891. Xilitol telah digunakan
sebagai pemanis pada makanan sejak tahun 1960-an. Namun
demikian,
pemanfaatanya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an di
Finlandia. Pada waktu itu para peneliti dari Universitas Turku menunjukkan hasil
penelitiannya yang menyatakan bahwa xilitol dapat mencegah terjadinya karies gigi.
Setelah melalui kontemplasi yang cukup panjang pada tahun 1983 JECFA (Joint
Expert Committe of Food Additives) milih FAO/WHO merestui penggunaan xilitol
sebagai pemanis dalam produk pangan. Tiga tahun kemudian, FDA (Fod Drug
Administration) mengizinkan penggunaannya.7,8
Xilitol mempunyai atom karbon yang lebih pendek daripada pemanis lainnya,
antara lain sorbitol fruktosa dan glukosa. Atom karbon pada xilitol membuat bakteri
pathogen seperti Streptococcus mutans tidak dapat mengonsumsinya yang
menyebabkan bakteri ini gagal berproliferasi. Satu sendok teh xilitol mengandung 9,6
kalori sedangkan satu sendok gula pasir mengandung 15 kalori. Xilitol tidak
mengandung karbohidrat efektif (zero net carbohidrate) sedangkan gula pasir
mengandung 4 gram per sendok teh. Xilitol juga tidak mempunyai efek after taste
(rasa tidak enak yang bertahan setelah mengkonsumsi sesuatu). Nama lain xilitol
adalah pentitol, pentose, polyalkohol dan polyol.7,9
Secara kimia struktur xilitol terdiri atas lima atom karbon dan lima gugus
hidroksil (C5H12O5), tidak seperti gula lainya yang terdiri dari atas atom karbon.
Struktur seperti ini sangat sulit untuk dimetabolisme oleh bakteri sehingga xilitol
secara komersi dilakukan melalui proses hidrogenasi xylosa (C5H10O5) dengan
bantuan katalisator nikel, pada suhu 80º-14º celcius dan 50 tekanan atmosfer.16
Xilitol murni berupa kristal putih, dengan wujud dan rasa seperti gula. Pada
label produk pangan, xilitol sering dimasukkan sebagai karbohidrat dan sebagian
kecil sebagai poliol, meskipun dalam pustaka xilitol termasuk dalam kelompok poliol
atau alkohol polihidrat atau gula alkohol. Xilitol mengandung kurang dari 40% kalori
dan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan karbohidrat lainnya. Satu gram xilitol
menghasilkan 2,4 kalori. Dalam kemasan permen karet kandungan xilitol sebesar
1236 mg per saji dan manitol 1206 mg per saji. Menurut Yusuf xilitol yang
diaplikasikan dalam permen karet mengandung furonan dan kalsium fosfat yang
memberikan efek positif apabila dikonsumsi dua butir dalam lima kali sehari sehabis
makan, sikat gigi dan sebelum tidur.19
Adapun fungsi xilitol yang terbukti secara klinis adalah menghambat
pertumbuhan plak gigi, menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
menghambat demineralisasi email gigi, meningkatkan pH plak, menyebabkan
remineralisasi enamel gigi, produksi air liur meningkat sehingga dapat meredakan
xerostomia sebagai bahan pemanis yang aman untuk penderita diabetes, mengurangi
infeksi di mulut dan nasofaring dan pencegah atau penahan laju osteoporosis tulang.
Permen karet dipasaran banyak menggunakan bahan pemanis sukrosa. Bahan
pemanis sukrosa dipecah menjadi monosakarida oleh enzim glukosiltransferase yang
dihasilkan Streptococus mutans. Hasil pemecahan ini berupa glukugan dan fruktan,
yang digunakan pada proses metabolisme glikolisis hingga menghasilkan energi dan
asam yang dapat menyebabkan gigi karies. Selain permen karet yang menggunakan
sukrosa sebagai pemanis, terdapat juga permen karet yang menggunakan xilitol
sebagai pengganti sukrosa yang sifat karioogeniknya lebih ringan dibandingkan
dengan sukrosa. Xilitol memiliki derajat kemanisan yang sama dengan sukrosa, yaitu
gula biasa, namun dibandingkan dengan sukrosa, xilitol lebih sedikit kalorinya, yaitu
sekitar 40%. Xilitol tidak dimetabolisme oleh bakteri oral termasuk Streptococcus
mutans akan terbentuk xilitol 5 fosfat yang menyebabkan kerja substansi yang
berperan dalam proses glikolisis terhambat. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya
energi yang dihasilkan saat proses metabolisme, dengan demikian permen karet ini
dapat mengurangi pembentukan plak dan bersifat antikaries karena mampu menekan
jumlah koloni Streptococus mutans, menghambat pertumbuhan plak, menekan
keasaman saliva.
2.4 Indeks Plak
Indeks plak dipopulerkan oleh Löe dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini
diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang
berada dekat margin gingiva. Disarankan untuk menggunakan indeks ini sehingga
dapat membantu melihat adanya hubungan plak gigi dengan inflamasi gingiva.
Menurut Debnath, indeks ini digunakan dengan bantuan larutan pewarna yang
dioeleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa
empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial dan kemudian
skornya dihitung.4
Gambar 1. Indeks plak Löe dan Sillness
Tabel 1. Skor plak yang dipopulerkan oleh Löe dan Silness.
SKOR
0
1
2
3
KRITERIA
Tidak ada plak pada gingiva
Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva didaerah
yang berbatasan dengan gigi tetangga
Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada poket gingiva dan pada
margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat
langsung
Terdapat deposit lunak yang banyak pada poket gingiva dan atau pada
margin dan permukaan gigi tetangga
Cara perhitungan skor :
-
Untuk satu gigi : jumlah seluruh skor dari empat permukaan
4
-
Untuk keseluruhan gigi : jumlah skor plak
jumlah gigi yang ada
2.5 Kerangka Teori
Pembersihan mekanis:
Mengunyah Permen Karet
Sukrosa
-
Menyebabkan
demineralisasi gigi
Menyebabkan
karies gigi
Xilitol
-
-
Menghambat
pembentukan plak
gigi
Menghambat
demineralisasi gigi
2.7 Kerangka Konsep
Mengunyah permen
karet :
- sukrosa
- xilitol
-
Skor plak
Peningkatan plak
-
Penurunan plak
- Banyaknya permen karet 2 butir = 3 gram
- Dosis 3x2/hari selama 14 hari
- Lama mengunyah = 5 menit
Download