BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat diperjualbelikannya instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan oleh pemerintah dan perusahaan swasta (Husnan, 2003:3). Pasar modal mempertemukan pihak yang mempunyai dana lebih (investor) dengan pihak yang kekurangan dana (perusahaan) untuk mencapai kepentingan masing-masing. Bagi perusahaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan pendanaan dari investor atas transaksi instrumen keuangan yang dimiliki, sedangkan bagi investor pasar modal sebagai tempat untuk menginvestasikan dana lebih yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan. Kegiatan investasi di pasar modal dapat mengindikasikan kekuatan ekonomi masyarakat suatu negara. Kemajuan pasar modal di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Kapitalisasi pasar modal pada pertengahan bulan Agustus 2013 menempati urutan ketiga terbesar di Asia setelah Jepang dan China dengan pencapaian Rp 4,237 Triliun (Detik Finance, 15 Agustus 2013). Hal tersebut mendorong kegiatan investasi semakin meningkat. Investor lokal maupun asing pun tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Aktivitas pasar modal yang meningkat merupakan peluang bagi perusahaan untuk memperoleh pandanaan lebih melalui penerbitan saham atau obligasi. Obligasi merupakan hutang jangka panjang yang akan dibayar kembali 1 2 pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada (Hartono, 2007:146). Bagi perusahaan memperoleh pendanaan yang berasal dari penerbitan obligasi lebih menguntungkan daripada menerbitkan saham karena biaya emisi yang lebih rendah daripada saham dan suku bunga pinjaman yang lebih rendah daripada suku bunga kredit. Tingkat kupon yang tetap pada obligasi merupakan daya tarik bagi investor untuk investasi obligasi dibandingkan dengan investasi saham karena tingkat keuntungan pada saham berupa deviden dan capital gain bersifat tidak tetap (fluktuatif). Apabila tidak terdapat sisa dari pembayaran kupon obligasi untuk deviden, maka pemegang saham tidak memperoleh keuntungan atas investasi saham yang dilakukan. Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang memerlukan dana untuk ekspansi perusahaan atau memenuhi kebutuhan keuangan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sebelum ditawarkan di pasar modal, obligasi harus diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Proses penerbitan obligasi membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan sebelum obligasi tersebut dapat diterbitkan dan dibeli investor (Manurung et.al., 2009). Terdapat dua agen pemeringkat efek di Indonesia, yaitu PT PEFINDO dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia. Agen pemeringkat obligasi tersebut bersifat independen dalam mempublikasikan informasi mengenai peringkat obligasi kepada publik. Peringkat obligasi yang diterbitkan oleh agen pemeringkat efek digolongkan menjadi dua kategori yaitu Investment Grade dan Non Investment Grade. Obligasi dengan peringkat investment grade merupakan obligasi layak 3 investasi yang disimbolkan dengan kode AAA, AA, A, dan BBB. Sedangkan untuk obligasi kategori Non Investment Grade disimbolkan dengan BB, B, CCC, dan D. Agen pemeringkat menggunakan berbagai faktor untuk menilai peringkat obligasi perusahaan bersumber dari informasi akuntansi keuangan perusahaan. Faktor-faktor tersebut berupa faktor keuangan dan non keuangan. Rasio profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan merupakan komponen prioritas dari laporan keuangan yang mampu memprediksi peringkat obligasi (Altman dalam Sejati, 2010). Informasi peringkat obligasi menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu membayar kewajibannya serta menunjukkan tingkat risiko atau keamanan obligasi. Bagi investor peringkat obligasi merupakan salah satu sinyal sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi. Informasi peringkat obligasi perlu diketahui investor untuk mengurangi risiko gagal bayar (default) oleh perusahaan penerbit obligasi (Husnan, 2003:322). Meskipun demikian, risiko tersebut tidak dapat terhindarkan. Kasus gagal bayar terjadi pada beberapa perusahaan go public. PT Mobile-8 Telecom dua kali gagal bayar kupon obligasi periode 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009. Kupon tersebut bagian dari obligasi perseroan Bond I Year 2007 senilai Rp 675 miliar yang jatuh tempo Maret 2012 (Kompas, 09 Februari 2010). Hal tersebut menurunkan peringkat obligasi PT Mobile-8 dari idBBB+ per Juni 2010 menjadi idD. Kasus lain terjadi pada PT Bakrie Telecom (BTEL) yang gagal bayar kupon obligasi senilai Rp 218 miliar untuk tanggal 7 November 2013. Kupon tersebut bagian dari obligasi perseroan senilai Rp 3,8 4 triliun yang jatuh tempo pada Mei 2015. Hal tersebut membuat lembaga pemeringkat Fitch Rating International menurunkan peringkat obligasi PT Bakrie Telecom dari idCC menjadi idC (Detik Finance, 08 November 2013). Kasus tersebut menunjukkan adanya bias informasi peringkat obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat efek. Salah satu penyebab terjadinya bias informasi peringkat obligasi oleh lembaga pemeringkat adalah tidak menjelaskan faktor penentu dalam memberikan peringkat obligasi. Pemantauan kinerja keuangan perusahaan dilakukan oleh lembaga pemeringkat setelah adanya suatu peristiwa yang mengindikasi gagal bayar (Chan dan Jagadeesh dalam Estiyanti dan Yasa, 2012). Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor keuangan dan non keuangan yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi menggunakan data peringkat obligasi yang diterbitkan oleh PT PEFINDO. Jumlah perusahaan yang menggunakan jasa pemeringkat PT PEFINDO lebih banyak dibandingkan dengan lembaga pemeringkat lain. Pemilihan variabel yang diprediksi dapat mempengaruhi peringkat obligasi didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu. Faktor keuangan seperti profitabilitas, laba ditahan, aliran kas operasi, likuiditas, leverage, produktivitas, dan ukuran perusahaan diduga mampu mempengaruhi peringkat obligasi. Sedangkan faktor non keuangan yang diprediksi mampu mempengaruhi peringkat obligasi adalah jaminan dan reputasi auditor. Beberapa penelitian mengenai pengaruh faktor keuangan terhadap peringkat obligasi telah dilakukan, tetapi hasil empirisnya berbeda. Manurung 5 et.al. (2009) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Linandarini (2010) dan Yuliana et.al. (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hasil lain dimunculkan oleh Sejati (2010) dan Adrian (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Faktor keuangan yang berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi dalam penelitian Sari et.al. (2012) adalah ukuran perusahaan dan jaminan, sedangkan likuiditas berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Penelitian Almilia dan Devi (2007) tidak berhasil membuktikan pengaruh ukuran perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasi, tetapi mampu menemukan pengaruh negatif likuiditas terhadap peringkat obligasi. Demikian pula dengan penelitian Maharti (2011) yang tidak berhasil menemukan pengaruh likuiditas, leverage, ukuran perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasi. Ramadhan (2013) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat obligasi. Penelitian lain menunjukkan bahwa leverage dan aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi (Estiyanti dan Yasa, 2012). Hasil penelitian Octavia (2014) juga menyatakan bahwa leverage dan aliran kas operasi tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian Magreta dan Poppy (2010) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi adalah profitabilitas, produktivitas dan jaminan. Penelitian Manurung et.al. (2009) menemukan pengaruh negatif 6 produktivitas terhadap peringkat obligasi, sedangkan Yuliana et.al. (2012) tidak mampu membuktikan pengaruh produktivitas terhadap peringkat obligasi. Faktor keuangan berupa laba ditahan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi (Estiyanti dan Yasa 2012). Hasil penelitian tersebut didukung oleh Octavia (2014) yang membuktikan pengaruh positif laba ditahan terhadap peringkat obligasi. Penelitian mengenai pengaruh faktor non keuangan terhadap peringkat obligasi juga menghasilkan inkonsistensi penelitian. Penelitian Magreta dan Poppy (2010) menyatakan bahwa jaminan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian Yuliana et.al. (2011) dan Sari et.al. (2012) yang menyatakan bahwa jaminan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Namun, penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian Estiyanti dan Yasa (2012) yang menyatakan bahwa jaminan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Faktor non keuangan berupa reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi (Sari et.al., 2012 dan Afrian, 2013). Namun dalam penelitian lain menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi (Sejati, 2010). Berdasarkan uraian ketidakkonsistenan beberapa penelitian di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013 karena pada umumnya pasar saham didominasi oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul: “PENGARUH FAKTOR KEUANGAN DAN NON 7 KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Estiyanti dan Yasa (2012), tetapi terdapat perbedaan yang dilakukan sesuai dengan saran dan implikasi penelitian. Perbedaan tersebut yaitu objek penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang bertujuan supaya fokus pada satu jenis industri, sedangkan obyek penelitian sebelumnya merupakan perusahaan non keuangan. Selain itu, penelitian ini memperpanjang periode penelitian menjadi 5 tahun periode penelitian yaitu mulai tahun 2009 sampai 2013. Peneliti menambahkan faktor keuangan berupa produktivitas yang diprediksi berpengaruh terhadap peringkat obligasi dan mengganti variabel umur obligasi dengan reputasi auditor. Peneliti menambahkan variabel produktivitas karena terdapat inkonsistensi hasil penelitian dengan teori yang melandasinya. Produktivitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Hal itu menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, sehingga diprediksi mampu meningkatkan peringkat obligasi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa produktivitas mempunyai pengaruh positif terhadap peringkat obligasi (Linandarini, 2010 dan Hidayat, 2013). Penelitian lain menyatakan bahwa produktivitas berpengaruh negatif terhadap obligasi (Manurung et.al., 2009), sememtara penelitian Yuliana et.al. (2011) tidak berhasil membuktikan pengaruh produktivitas terhadap peringkat obligasi 8 B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi faktor keuangan dan non keuangan yang diprediksi mempengaruhi peringkat obligasi yaitu profitabilitas, laba ditahan, arus kas operasi, likuiditas, leverage, produktivitas, ukuran perusahaan, jaminan dan reputasi auditor. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang dalam penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 2. Apakah laba ditahan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 3. Apakah aliran kas operasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 4. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 5. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi? 6. Apakah produktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 7. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 8. Apakah jaminan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi? 9. Apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi 9 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 2. Mengetahui apakah laba ditahan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 3. Mengetahui apakah aliran kas operasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 4. Mengetahui apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 5. Mengetahui apakah leverage berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. 6. Mengetahui apakah produktivitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 7. Mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 8. Mengetahui apakah jaminan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 9. Mengetahui apakah reputasi auditor berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. 10 E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat di bidang Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi di bidang akuntansi dalam memprediksi peringkat obligasi dari aspek keuangan dan non keuangan perusahaan, serta mampu memberikan gambaran untuk penelitian yang serupa selanjutnya mengenai peringkat obligasi. 2. Manfaat di bidang Praktis a. Bagi emiten: mampu memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang diterbitkan, sehingga dapat mendorong kinerja perusahaan unntuk meningkatkan peringkat obligasinya. b. Bagi investor: memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan investasi pada instrumen obligasi perusahaan.