1 KESIAPSIAGAAN SISWA SMP N 3 GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi Diajukan Oleh : DWI AGUSTINA A610100077 Kepada FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2014 2 3 1 KESIAPSIAGAAN SISWA SMP N 3 GANTIWARNO KABUPATEN KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI Oleh : Dwi Agustina A610100077 Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Telp 085 700 010 980, E-mail: [email protected] 2014 ABSTRAK Kecamatan Gantiwarno di Kabupaten Klaten adalah salah satu wilayah yang mengalami kerusakan cukup parah akibat genpa bumi yang terjadi 27 Mei 2006 dengan episentrum di selatan Yogyakarta. Sehingga di perlukan kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana gempa bumi sebagaimana yang dilakukan di sekolah SMP N 3 Gantiwarno di Teluk, Kelurahan Kragilan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Gantiwarno dengan judul “Kesiapsiagaan Siswa SMP N 3 Gantiwarno, Kabupaten Klaten Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi”. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui tingkat kesiapsiagaan siswa SMP 3 Gantiwarno, Kabupaten Klaten, dalam menghadapi bencana gempa bumi. (2) Mengetahui hubungan tingkat kelas terhadap kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno dalam menghadapi bencana gempa bumi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode diskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket, teknik dokumentasi, dan teknik observasi. Teknik analis data yang di gunakan adalah tingkat indeks kesiapsiagaan dengan katagori sangat siap, siap, hampir siap, kurang siap, kurang siap, dan belum siap dan teknik chi square serta analisis korelasi . Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1) Tingkat kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno, Kabupaten Klaten dalam menghadapi bencana gempa bumi termasuk dalam kategori kurang siap, dengan perolehan niali prosentase 52,99% (Skala 100). (2) Melalui analisis crostabs teknik chisquare diperoleh hasil tidak ada hubungan antara tingkat kelas dengan kesiapsiagaan, untuk mengetahui keabsahan antara kedua variabel yaitu tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa maka dilakukan kembali uji dengan menggunakan korelasi spearman Rank hasil menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan dari kedua variabel, masing-masing memiliki korelasi yang cukup kuat antara tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno dalam menghadapi gempa bumi. Kata kunci: Kesiapsiagaan siswa, dan bencana gempa bumi. 2 Krishna, dkk (2008) menjelaskan PENDAHULUAN Secara geografis, posisi Indonesia yang dikelilingi oleh ring of fire dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik), lempeng eura-asia di bagian utara, lempeng indo-australia di bagian selatan, lempeng samudera pasifik di bagian timur yang mengakibatkan adanya jalur rangkaian gempa gunung bumi api aktif dan di sepanjang pulau Sumatera, pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan penunjaman kedua lempeng. (Krishna, 2008) sehingga membuat Indonesia memiliki potensi bencana alam.. Undang – Undang Penanggulangan Bencana No 24 Tahun menjelasakan pengertian merupakan suatu 2007 bencana peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu penghidupan kehidupan masyarakat dan yang disebapkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. bahwa bencana merupakan peristiwa atau rangakaian mengancam peristiwa dan kehidupan dan yang mengganggu penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, maupun dampak psikologis. Bencana alam senantiasa menjadi ancaman besar diberbagai termasuk Indonesia, salah negara satu ancaman bencana yang terjadi di indonesia adalah bencana gempa bumi. Bencana gempa bumi di golongokan menjadi tiga diantaranya gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, dan gempa bumi runtuhan. Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan, terbagi atas 391 desa dan 10 kelurahan, dengan luas 65.556 ha. Kabupaten Klaten merupakan bagian provinsi Jawa Tengah yang berada paling selatan. Secara astronomis Kabupaten Klaten terletak diantara 110°26'14"BT - 110°47'51"BT dan 7°32'19"LS - 7°48'33"LS. Kabupaten 3 Klaten memiliki ketinggian antara 100 Klaten pada tanggal 27 Mei 2006 – 400 m diatas permukaan laut. kurang lebih pukul 05.50 WIB selama Kabupaten merupakan 57 detik dengan kekuatan 5,9 skala persilangan antara dua kota budaya Ritcher. Gempa bumi tersebut terjadi yaitu kota Solo dan kota Yogyakarta, akibat adanya tahanan geser antar blok dengan batas administrasi sebagai sesar (patahan) terlampaui oleh gaya berikut: berbatasan kompresi yang semakin meningkat. dengan Kabupaten Boyolali, sebelah Kompresi berasal dari tumbukan 2 selatan berbatasan dengan Kabupaten lempeng tektonik (lempeng samudra Gunung Kidul (DIY), sebelah barat Hindia-Asutralia berbatasan dengan Sleman (DIY), Benua Eurasia), akibatnya blok-blok sebelah dengan sesar pada batuan tersier yang sudah Kabupaten Sukoharjo (Klaten dalam lama terbentuk menjadi aktif kembali, Angka 2005). saling menekan dan bergeser. Dampak Klaten sebelah timur utara berbatasan dengan lempeng Kabupaten Klaten merupakan salah gempa bumi menurut Kepala Dinas satu kabupaten yang rawan bencana Pendidikan dan Kebudayaan (PDK) Mulai dari bahaya tanah longsor di Klaten, Djoko Sutrisno mengatakan kawasan selatan, banjir, gempa bumi, kematian angin ribut sampai letusan gunung kerusakan gedung sekolahan paling merapi. merupakan banyak terjadi di tiga kecamatan yang bencana yang terjadi karena adanya paling parah mengalami kerusakan di getaran serta Klaten yaitu di Kecamatan Wedi, gelombang- Gantiwarno dan Prambanan. Akibat gelombang seismik dari sumber gempa gempa bumi tersebut tercatat 55 guru yang ada didalam lapisan kulit bumi. dan 256 siswa tewas, 75 gedung Bencana dapat sekolahan roboh dan 298 lainnya rusak mengakibatkan adanya korban jiwa, berat, 5 bangunan pesantren roboh dan rusaknya infrastruktur, hilangnya harta 13 benda dan gangguan psikologi. (http://news.detik.com/read/2006/06/1 Gempa yang disebabkan Kejadian bumi dirasakan oleh gempa gempa bumi bumi besar melanda Yogyakarta dan Kabupaten guru lainnya dan siswa rusak serta berat 0/155149/613400/10/55-guru-256siswa-tewas-akibat-gempa-di- 4 klaten,diakses tanggal 19 Oktober masyarakat dan peserta didik masih 2013). rentan terhadap bencana. Maka dari itu Sekolah merupakan lingkungan pentingnya pendidikan dalam artifisial yang sengaja diciptakan untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana. membina anak-anak ke arah tujuan Sekolah berfungsi sebagai tempat tertentu, khususnya untuk memberikan mendidik secara kemapuan dan ketrampilan sebagai pengetahuan bekal kehidupannya di kemudian hari Sehingga dapat (Sunarto, juga yang mampu bersaing menghadapi memiliki ancaman bagi siswa ketika tantangan jaman. Hal tersebut juga terjadi gempa bumi terlebih jika berlaku terhadap kesiapsiagaan dalam bangunan sekolah roboh, maka akan bencana mendatangkan berperaan dalam siswa.Terlebih bencana gempa bumi kepribadian yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya kesiapsiagaan siswa dalam bencana karena itu merupakan pekerjaan yang gempa sulit. Gempa bumi datang secara tiba- berfungsi tiba dengan syarat masih berada pada mengembangkan budaya siap siaga zona gempa bumi. Maka, pemahaman bencana gempa bumi. 2002). Sekolah korban jiwa bagi dan kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi perlu dimiliki oleh siswa baik maupun tikah laku. melahirkan siswa gempa bumi. bumi. membentuk mencerminkan Sehingga sebagai Sekolah tempat sekolah untuk Fokus utama dalam pengajaran kebencanaan di sekolah atau institusi siswa.Sehingga dampak buruk yang pendidikan diakibatkan oleh bencana itu sendiri mengenai bencana itu sendiri serta dapat diminimalisir. wawasan dan pengetahuan mengenai Banyaknya kerugian dan korban akibat bencana gempa bumi karena masyarakat siap dalam pemahaman menghadapi bencana. dalam Oleh karena itu peneliti ingin menghadapi bencana. Kesiapsiagaan mengajukan penelitian dengan judul untuk menghadapi bencana ini penting KESIAPSIAGAAN SISWA SMP N 3 disosialisasikan GANTIWARNO, bahkan kurang kesiapsiagaan adalah kepada peserta masyarakat didik, karena KABUPATEN 5 KLATEN, DALAM MENGHADAPI Tsanawiyah (MTs), atau bentuk BENCANA GEMPA BUMI. lain yang sederajat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui: melalui 1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan Pelaksanaan pendidikan dilakukan siswa SMP 3 pembentukan jenjang pendidikan. Berdasarkan SISDIKNAS 2003 UU menjelaskan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jenjang pendidikan adalah tahapan dalam pendidikan menghadapi bencana gempa bumi. 2. Mengetahui kelas berdasarkan hubungan tingkat terhadap kesiapsiagaan yang ditetapkan tingkat perkembangan peserta didik, dicapai, dan tujuan yang kemampuan yang siswa SMP N 3 Gantiwarno dikembangkan. dalam disebabkan bahwa sekolah itu sebagai menghadapi bencana gempa bumi. Hal akan tersebut lembaga pelaksana pendidikan yang bersifat pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan LANDASAN TEORI Undang- undang sistem pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang nasional (UU SINDIKNAS 2003 ) terdiri pasal 17 ayat 1 dan ayat 2 menjelaskan pendidikan menengah, dan pendidikan tentang : tinggi (UU SISDIKNAS tahun 2003). a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan melandasi jenjang Sekolah pendidikan pendidikan dasar, menengah yang (SMP/MTS) terdapat jenjang kelas pendidikan yang meliputi jenjang kelas VII, kelas menengah. b. Pendidikan Dalam atas VIII dan kelas IX. dasar (SD) Menurut Jumali, 2008 Hakekat dan peserta didik dipandang sebagai wadah Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang harus diisi dengan pengetahuaan, bentuk lain yang sederajat serta dan keterampilan. Pada dasarnya siswa Sekolah juga (SMP) Dasar berbentuk Menengah dan Pertama Madrasah termasuk manusia sehingga memiliki suatu cipta, rasa, dan karsa. Siswa juga memiliki suatu 6 kerakteristik siswa tersendiri. Undang – Undang Penanggulangan Karakterisk merupakan suatu keseluruhan Bencana No 24 Tahun kelakuan, dan kemampuan yang ada menjelasakan pengertian pada merupakan siswa sebagai hasil dari suatu 2007 bencana peristiwa atau pembawaan dan lingkungan sosialnya rangkaian peristiwa yang mengancam sehingga menentukan pola aktifitas dan dalam penghidupan meraih aktifitas. Dalam mengganggu kehidupan masyarakat dan yang karekteristik siswa ini ada beberapa hal disebapkan baik oleh faktor alam dan yang perlu di perhatikan (Sardiman, atau faktor non alam maupun faktor 2011) dalam manusia buku Interaksi dan sehingga mengakibatkan motivasi belajar mengajar antara lain: timbulnya korban jiwa, kerusakan 1) Karakteristik atau keadaan yang lingkungan, kerugian harta benda, dan berkenaan dengan kemampuan dampak psikologis. Bencana awal Seperti kemampuan Strategi menurut For International Disaster Reduction intelektual, kemampuan berfikir, (ISDR) merupakan suatu gangguan mengucapkan hal – hal yang serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan berkaitan dengan aspek psikomotor, dan lain – lain. kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau 2) Karateristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial. lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka 3) Karakteristik yang berkenaan sendiri (Joko Christanto, 2011). Jenis –jenis bencana dengan perbedaan-perbedaan a. Bencana kepribadian seperti alam: bencana yang sikap, diakibatkan oleh peristiwa atau perasaan, minat, dan lain-lain. serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain 7 berupa gempa gunung bumi, tsunami, meletus, banjir, bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan kekeringan, angin topan, dan tanah pengurangan resiko yang bersifat pro- longsor. aktif, sebelum terjadinya bencana. (Jan b. Bencana non alam: bencana yang Sopaheluwakan, dkk, 2006). Ada beberapa aspek di dalam diakibatkan oleh peristiwa atau menentukan rangkaian peristiwa non alam yang kesiapsiagaan bencana menurut buku antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan sosial: bencana yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antara kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror (Joko Kesiapsiagaan merupakan tindakan dilakukan dalam rangka mengantisipasi suatu bencana untuk memastikan tindakan dilakukan bahwa dapat LIPI UNESCO/ISDR,2006 di jelaskan ada 5 aspek antaralain: a. Pengetahuan dan sikap terhadap b. Kebijakan dan panduan c. Rencana untuk keadaan darurat bencana d. Sistem peringatan bencana e. Kemampuan untuk memobilisasi sumberdaya Dalam penelitian kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana Christanto, 2011) yang parameter risiko bencana wabah penyakit. c. Bencana suatu dilaksanakan yang secara gempa bumi mengambil ke lima aspek tersebut. METODE PENELIAN Pendekatan yang di gunakan dalam tepat dan efektif pada saat dan setelah peneitian terjadi bencana. Krishna,dkk (2008) kuantitatif dengan metode diskriptif. ini adalah pendekatan Kesiapsiagaan merupakan salah satu Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 bagian dari proses manajemen bencana Gantiwarno, Kabupaten Klaten selama dan didalam konsep pengelolaan 8 enam bulan, yaitu: September sampai pendidikan siswa SMP yaitu kelas 7, 8, Februari 2014. dan 9. Variabel terikat Populasi dalam penelitian (Y) dalam ini penelitian ini adalah kesiapsiagaan seluruh siswa SMP N 3 Gantiwarno, siswa SMP 3 Gantiwarno dalam Kabupaten Klaten yang berjumlah 399 menghadapi bencana gempa bumi. siswa.Sampel yang diambil dalam Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan rumus penelitian ini menggunakan teknik solvin angket dengan perolah sampel tertutup, sejumlah 80 siswa dari 399 siswa. dokumentasi. Teknik sampling menggunakan teknik Teknik sampling Proportionete Stratified Random Sampling. Sampling dalam penelitian ini berhubungan bersrtata dengan karena observasi, analisa data dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Analisis tingkat kesiapsiagaan jenjang berdasarkan variabel bebas untuk pendidikan SMP yang terdiri dari kelas mengetahui tingkat kesiapsiagaan 7, 8, dan 9. Maka dari jenjang kelas siswa dalam menghadapi bencana berdasarkan gempa bumi berdasar nilai indeks sampling tersebut di sajikan sebagai berikut : kesiapsiagaan Lippi Unesco 140 80 = 399 Kelas 7 = 28,07 untuk dibulatkan 28 Kelas 8 = mengunakan variabel ini = 23,45 1. Kesiapsiagaan Siswa Kesiapsiagaan siswa SMP N 3 penelitian bebas adalah dengan PEMBAHASAN ini dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian kelas hubungan 28,47 dibulatkan 23 dalam mengetahui kesiapsiagaan dibulatkan 29 Variabel Crasstabs chi square tingkat 142 80 399 = 117 80 Kelas 9 = 399 2.Analisis jenjang Gantiwarno berdasarkan analisis dari indeks kesiapsiagaan bencana dari LIPI-UNESCO (2006) dikatagorikan masih dalam kategori kurang siap. 9 perhitungan analisis indeks kesipasiagaan menggunakan rumus : Hasil tabel klasifikasi diatas menujukan kesiapsiagaan siswa kelas X SMA MTA Surakarta memiliki nilai Total skor riil parameter Indeks 100 Skor maksimum parameter rata – rata 60,55 yang dikatagorikan ke skala indeks kesiapsiagaan Lippi UNESCO yaitu 40–54 masuk dalam Maka berdasarkan rumus indeks kesiapsiapsiagaan maka hasil katagori kurang siap atau kurang siaga. Maka tingkat kesiapsiagaan siswa penelitian kesiapsiagaan siswa yang SMP terlampir di dapatkan hasil sebagai masih kurang siap dalam menghadapi berikut: bencana gempa bumi. 3 Gantiwarno dikatagorikan 2. Hubungan antara tingkat kelas Total skor riil parameter Indeks 100 Skor maksimum parameter 2035 Indeks 100 3840 hasil dikatagorikan dalam perhitungan tabel indeks kesiapsiagaan bencana sebagai berikut. Tabel 4.14 . Hasil penelitian bahwa tidak adanya hubungan antara Nilai Hal tersebut dapat dilihat dari analisis teknik chi square sebagai berikut: Table 4.9 : Chi-Square Tests Asymp. Indeks D Sig. (2- Kesiapsiagaan No. Nilai Value Kategori Indeks Pearson Chi- 1. 80-100 Sangat Siap Square 2. 65-79 Siap Likelihood 3. 55-64 Hampir Siap Ratio 4. 40-54 Kurang Siap N of Valid Belum Siap Cases 5. Kurang dari menunjukan tingkat kelas dengan kesiapsiagaan. = 52,99 Kemudian dengan kesiapsiagaan. 40 (0-39) Sumber: buku lippi UNESCO (2006) f sided) 4.686(a) 8 .791 4.883 .770 8 80 a 6 cells (40.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88. 10 kesiapsiagaan melalui uji Chi Square, dimana diperoleh nilai x 2 hitung 4.686 dengan nilai signifikasi (Asymp. Sig. (2-sided) ) sebesar 0.791. korelasi spearman rank dengan menggunakan SPSS 15.0 for windows. Tabel korelasi tingkat kelas dengan kesiapsiagaan Correlations Tingk Kesiapsia at gaan Dari tabel diatas ketahui bahwa nilai χ2 hitung 4.686 dan nilai χ2 tabel untuk Spearman's Tingkat rho Correlation Coefficient nilai signifikasi 10% dan nilai df 8 Sig. (2-tailed) adalah 13, 362, dengan demikian nilai N hubungannya dengan bahwa tidak ada antara tingkat kelas kesiapsiagaan. Dengan demikian makna dari hasil kuesioner tersebut adalah bahwa ciri-ciri kesiapsiagaan siswa tidak dipengaruhi oleh tingkat didasari kelas. dengan kesiapsiagaan Hal hasil tersebut kuesioner siswa berdasarkan tingkat kelas VII, kelas VIII dan kelas IX yang telah kesiapsiagaan diuji dalam crosstab menghadapi bencana. Berdasarkan analisis Crosstab (tabulasi silang) yang telah diuji chi square atau kemudian chi kuadrat untuk tersebut mengetahui keabsahan antara kedua variabel yaitu tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa maka dilakukan kembali uji dengan menggunakan korelasi spearman Rank. Adapun hasil uji .021 . .854 80 80 .021 1.000 .854 . 80 80 Kesiapsiag Correlation aan Coefficient x2 hitung > x2 tabel maka dapat di simpulkan 1.000 Sig. (2-tailed) N Sumber : Analisis 2014 Berdasarkan tabel korelasi pada tabel 4.22 antara tingkat kelas dengan kesiapsiagaa siswa Gantiwarno menghasilkan 0,021, taraf pada SMP N angka kesalahan diperoleh harga 0,220. diperoleh nilai koefisien 3 5% Sehingga korelasi tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno dalam menghadapi gempa bumi, r = 0,021 < rtabel 0,220, p = 0,000 (p < 0,01), Hasil ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan dari kedua variabel independen dengan variabel dependen, dengan masing-masing memiliki korelasi yang cukup kuat antara tingkat kesiapsiagaan siswa kelas SMP dengan N 3 11 Gantiwarno dalam menghadapi gempa hubungan antara variabel Tingkat bumi kelas dengan kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno Berdasarkan analisis korelasi diperoleh nilai r = KESIMPULAN Dari pembahasan hasil maka penelitian dapat dan diambil 0,021 < rtabel 0,220, p = 0,000 (p < 0,01) dengan nilai probabilitas kesimpulan sebagai berikut: 0,832 > 0,05 yang menunjukkan ada 1. Tingkat kesiapsiagaan siswa SMP N hubungan positif 3 Gantiwarno masuk dalam kategori signifikan dari siswa yang kurang siap atau kurang independen siaga dalam menghadapi bencana dependen, dengan masing-masing gempa bumi, dengan perolehan nilai memiliki korelasi yang cukup kuat indeks antara sehingga kesiapsiagaan berdasarkan 52,99% indek yang kedua variabel dengan tingkat sangat variabel kelas dengan kesiapsiagaan siswa SMP N 3 kesiapsiagaan masuk dalam nilai Gantiwarno indek antara 40-54 yaitu termasuk gempa bumi.. dalam menghadapi dalam kategor kurang siap atau kurang siaga dalam menghadapi bencana gempa bumi. 2. Hubungan Tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa SMP N 3 Gantiwarno Berdasarkan analisis crasstabs dengan teknik Chi Squre di peroleh suatu kesimpulan dari hasil pengujian keterkaitan kedua variuabel yaitu hubungan tingkat kelas dengan kesiapsiagaan siswa tidak memiliki hubungan antara ke dua aspek tersebut akan tetapi setelah di uji denga menggunakan korelasi spearman Rank terdapat SARAN 1. Bagi Siswa atau Responden Siswa SMP N 3 Gantiwarno di harapkan mampu meningkatkan pola berfikir untuk kesiapsiagaan meningkat dalam bencana gempa bumi agar siswa dapat selalu tanggap darurat dan terhindar dari bencana gempa bumi 2. Bagi Sekolah Sekolah yang bergerak di bidang pendidikan di harapkan mampu meningkatkan ilmu pengtahuan di 12 bidang pengelolaan bencana, sesudah penilitian penelitian membuat jalur evakuasi disekolah dilapangan segeralah di kerjakan supaya siswa siap siaga sehingga hasil penelitian yang di dapat dapat meminamalisir ketika terjadi jangan bencana gempa bumi. menyusun hasil penelitian untuk 3. Bagi peneliti yang akan datang menunda selajutnya dalam penelitian ini dari proses maksimal penyusunan sampai penyusunan akhir, terutama ketika menunda itu di harapkan bagi penelitian Banyak kekurangan dan kelemahan awal – mendapatkan hasil 13 DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2006. Klaten Dalam Angka 2005. Klaten: BAPEDA. Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi, kerusan lingkungan , kebijakan dan strategi pengelolaan.yogyakarta :LIBERTY YOGYAKARTA Detik News.Com 2006 55 Guru, 256 Siswa tewas akibat gempa. http://news.detik.com/read/2006/06/10/155149/613400/10/55-guru-256siswa-tewas-akibat-gempa-di-klaten, diakses tanggal 19 Oktober 2013 Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press Sardiman. 1996. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Sopaheluwakan Jan, dkk. 2006. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: LIPI UNESCO. Sunarto,dkk. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Pribadi,Krishna, dkk. 2008. Buku Pegangan Guru Pendidikan SiagaBencana. Bandung:Pusat Mitigasi Bencana- Institut Tehnologi Bandung Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.diakses 24 Oktober 2013. 18.00 WIB http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/UU20-2003Sisdiknas.pdf Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.Diakses 18 Oktober 2013. 20:24 WIB dari BNPB http://www.bnpb.go.id/website/file/publikasi/41.pdf