TUTURAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI SMK

advertisement
TUTURAN GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI SMK
AL-BASTHI PLAKPAK PEGANTENAN PAMEKASAN
Abdur Rohman
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak. Menguasai bahasa sering diartikan sebagai mampu
berbicara dalam bahasa itu. Penguasaan bahasa bergantung pada
empat kata kunci: penggunaan, simbol, makna, dan komunikasi.
Dalam Panduan Pengembangan Silabus dikemukakan bahwa fungsi
utama bahasa adalah sarana komunikasi. Bahasa dipergunakan
sebagai alat untuk komunikasi antarpenutur untuk berbagai keperluan
dan situasi pemakaian. Orang tidak akan berpikir tentang sistem
bahasa, tetapi berfikir bagaimana menggunakan bahasa ini secara
tepat sesuai dengan kontek dan situasi. Bahasa secara pragmatis lebih
merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi sebuah sistem ilmu.
Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa
haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
pembelajaran tentang sistem bahasa. Penelitian ini mencari wujud dan
fungsi tuturan guru dan siswa di SMK Al-Basthi. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan wujud tuturan guru dan siswa adalah
berbentuk deklaratif (Berita), imperatif (perintah), interogatif (tanya),
eksklamatif (seruan), empatik (penegas). Dari semua wujud tersebut
bentuk imperatif (perintah), atau empatik (penegas) mempunyai
kuantitas tuturan yang paling banyak. Fungsi tuturan guru dan siswa
adalah (1) tuturan deklaratif untuk mengungkapkan peristiwa secara
langsung dan tidak langsung, (2) tuturan imperatif Untuk memerintah
dengan halus, memerintah dengan sangat halus, dan memerintah
dengan kesantunan, (3) tuturan interogatif untuk menanyakan setuju
atau tidaknya mitra tutur, dan untuk menanyakan benda, waktu dan
perbuatan, (4) tuturan eksklamatif untuk menyatakan rasa kagum, (5)
tuturan empatik untuk mempertegas sesuatu.
Kata Kunci: tindak tutur, wujud tuturan, fungsi tuturan
Guru
adalah
pendidik
yang
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didiknya di sekolah (Saiful
dalam Faturrohman, 2007:43). Selain
memberikan
sejumlah
ilmu
pengetahuan, guru juga bertugas
menanamkan nilai-nilai dan sikap
kepada anak didik agar anak didik
memiliki kepribadian yang paripurna.
Dengan keilmuan yang dimilikinya,
guru membimbing anak didik dalam
mengembangkan potensinya.
Mengajar adalah penciptaan sistem
lingkungan
yang
memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem
lingkungan ini terdiri dari komponen –
komponen yang saling mempengaruhi,
yakni tujuan instruksional yang ingin
dicapai, materi yang diajarkan, guru dan
siswa yang harus memainkan peranan
serta ada dalam hubungan sosial
tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan,
serta sarana dan prasarana belajar-
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 485
mengajar yang tersedia (Hasibuan dan
Moejiono, 2008:3).
Menguasai bahasa sering diartikan
sebagai mampu berbicara dalam bahasa
itu. Menurut Phenik (dalam Alwasilah,
2008:45) Penguasaan bahasa bergantung
pada empat kata kunci: penggunaan,
simbol, makna, dan komunikasi. Dalam
Panduan
Pengembangan
Silabus
dikemukakan bahwa fungsi utama
bahasa adalah sarana komunikasi.
Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk
komunikasi antar penutur untuk
berbagai
keperluan
dan
situasi
pemakaian. Orang tidak akan berpikir
tentang sistem bahasa, tetapi berfikir
bagaimana menggunakan bahasa ini
secara tepat sesuai dengan kontek dan
situasi. Bahasa secara pragmatis lebih
merupakan suatu bentuk kinerja dan
performansi sebuah sistem ilmu.
Pandangan ini membawa konsekuensi
bahwa pembelajaran bahasa haruslah
lebih menekankan fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi pembelajaran tentang
sistem bahasa.
Pragmatik menurut Verhar (dalam
Rahardi, 2005:47) adalah mempelajari
apa saja yang termasuk struktur bahasa
sebagai alat komunikasi antara penutur
dan mitra tutur serta sebagai pengacauan
tanda-tanda bahasa yang sifatnya
ekstralinguistik. Sedangkan menurut
David dan Dowty (dalam Rahardi,
2007:13)
menjelaskan
bahwa
sesungguhnya pragmatik adalah telaah
terhadap pertuturan langsung maupun
tidak langsung, presuposisi, implikatur,
dan
percakapan
atau
kegiatan
konversional antara penutur dan mitra
tutur.
Pragmatik
dianggap
berurusan
dengan
aspek
informasi
(dalam
pengertian yang paling luas) yang
disampaikan melalui bahasa yang tidak
dikodekan oleh yang diterima secara
umum dalam bentuk-bentuk linguistik
yang digunakan namun yang juga
muncul secara alamiah dan tergantung
pada makna-makna yang dikodekan
secara konvensional dengan kontek
tempat
penggunaan
bentuk-bentuk
tersebut (penekanan ditambahkan).
Studi pragmatik selalu berkaitan
dengan penggunaan bahasa. Berkaitan
dengan penggunaan bahasa ini ada tiga
konsep dasar yaitu tindak komunikatif,
peristiwa komunikatif dan situasi
komunikatif.
Tindak
komunikatif
melihat
bahasa
sebagai
alat
mengkomunikasikan suatu gagasan
kepada orang lain. Setiap gagasan
dihasilkan seorang tidak akan diketahui
oleh
khalayak
jika
tidak
dikomunikasikan melalui bahasa.
Untuk itu, bahasa Indonesia menjadi
penting dan menarik untuk dipelajari,
diteliti
dan
dipraktekkan
dalam
kehidupan sehari-hari. Mempelajari dan
meneliti bahasa Indonesia dari berbagai
sudut pandang sangatlah banyak
manfaatnya bagi masyarakat luas.
Khususnya dalam konteks situasi
formal, yang notabene dibutuhkan
bahasa yang baku, santun, sesuai
konteks, namun luwes dan mudah
dipahami.
Austin (dalam Rahardi, 2009:17)
menyatakan bahwa pada praktik
penggunaan bahasa yang sesungguhnya
terdapat tiga macam tindak tutur, yaitu
1) tindak tutur lokusioner, (2) tindak
tutur ilokusioner, dan (3) perlokusioner.
Di dalam bidang pragmatik, dan
sosiopragmatik, tindak tutur yang
disebut kedua itulah yang banyak
dipelajari.
Lazimnya, kalimat dipahami sebagai
rentetan kata yang disusun secara teratur
berdasarkan
kaidah
pembentukan
tertentu. setiap kata dalam rentetan itu
memiliki makna sendiri-sendiri dan
urutan kata-kata itu menentukan jenis
kalimatnya.
Berdasarkan
nilai
komunikatifnya kalimat dalam bahasa
Indonesia dapat dibedakan menjadi lima
macam, yakni (1) kalimat deklaratif
(berita), (2) kalimat imperatif (perintah),
(3) kalimat interogatif (tanya), (4)
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 486
kalimat eksklamatif (seruan), (5) kalimat
empatik (penegas).
Secara umum, dapat diasumsikan
bahwa sekolah-sekolah yang ada di
pedesaan konsep ketatabahasaannya
kurang baik. Selain itu, cara pengucapan
bahasa indonesianya pun kurang lancar
dan banyak yang keliru. Asumsi ini
didasari pada pengalaman peneliti dalam
mengajar di sekolah-sekolah pedesaan
ditambah dengan studi pendahuluan dari
penelitian ini.
METODE
Peneliti
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
maksudnya
penelitan ini tidak menggunakan angkaangka melainkan berupa penjelasan dan
uraian sesuai dengan masalah yang
diteliti yaitu wujud dan fungsi tuturan
antara guru dan siswa saat pembelajaran.
Adapun metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode simak atau observasi,
metode cakap atau wawancara dan
metode survey (Rahardi, 2009:34).
Ketiga metode tersebut sudah biasa
digunakan
dalam
penelitian
sosiolinguistik dan sosiopragmatik.
Dalam metode observasi dan
wawancara peneliti perlu berperan serta
dalam kegiatan pengumpulan data
penelitian. Hal ini diperlukan karena
entitas kebahasaan imperatif bersifat
temporal dan terikat konteks. Hal ini
juga sesuai dengan karakteristik
penelitian kualitatif yang selalu terikat
konteks. Dengan demikian maka keikut
sertaan peneliti dalam pengumpulan data
sangatlah diperlukan. Hal ini tidaklah
sulit karena peneliti merupakan salah
satu staf pengajar di SMK Al-Basthi.
Jadi bagi peneliti sendiri mudah saja
untuk membaur dengan informan. Perlu
dijelaskan juga di sini bahwa peneliti
merupakan salah satu informan dari
seluruh informan yang ada.
Pemilihan informan didasarkan pada
fokus penelitian dan rumusan masalah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
populasi karena seluruh anggota
populasi dilibatkan dalam perolehan
data penelitian.
Adapun waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan penelitian mulai dari
studi pendahuluan, pengumpulan data di
lapangan sampai pada proses pelaporan
adalah empat bulan.
Sekolah yang dijadikan wilayah
penelitian adalah SMK Al-Basthi yang
berada di bawah naungan yayasan AlBasthi. Untuk melaksanakan penelitian
di wilayah tersebut maka peneliti perlu
mengajukan izin terlebih dahulu kepada
ketua yayasan Al-Basthi dan kepala
sekolah SMK Al-Basthi.
Yayasan
Al-Basthi
memiliki
beberapa satuan tingkat pendidikan
formal dan satu satuan tingkat
pendidikan non formal. Satuan tingkat
pendidikan formal yang dimaksud
meliputi TK Al-Basthi, SDI Al-Basthi,
SMP Al-Basthi, SMK Al-Basthi dan
MD Al-Basthi tingkat ula dan wustho.
Sedangkan
satu
satuan
tingkat
pendidikan non formal yang dimaksud
adalah kajian Al-Qur’an dan kitab
kuning di musolla Al-Basthi setiap habis
solat magrib.
SMK Al-Basthi terdiri dari tiga kelas
dengan lima ruangan. Tiga ruangan
untuk ruangan kelas dan dua ruangan
untuk laboratorium. Guru atau staf
pengajar terdiri dari 12 guru dari
berbagai bidang studi. Jumlah siswa
kelas X ada 12 orang siswa, kelas XI
ada 5 orang siswa dan kelas XII ada 8
orang siswa.
Untuk
mengumpulkan
data
dibutuhkan
sumber
data.
Untuk
penelitian ini sumber data meliputi
siswa SMK Al-Basthi kelas X dan guru
pengajar ditambah kepala sekolah.
Dengan demikian maka jumlah sumber
data dalam penelitian ini secara
keseluruhan ada 25 orang. Selain
sumber
data,
suatu
penelitian
membutuhkan unit analisis. Adapun unit
analisis untuk penelitian ini adalah sama
dengan sumber data, yaitu meliputi
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 487
siswa SMK Al-Basthi kelas X dan guru
pengajar ditambah kepala sekolah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
TUTURAN
Tuturan merupakan ujaran dalam
bentuk kata ataupun kalimat yang
disampaikan kepada orang lain dengan
maksud tertentu. Menurut John R.
Searle tuturan dibagi menjadi tiga
macam, yaitu (1) tindak tutur
lokusioner, (2) tindak tutur ilokusioner,
dan (3) perlokusioner (dalam Rahardi,
2007:70). Satu persatu, setiap wujud
tindak tutur itu dijelaskan pada bagian
berikut.
Tindak tutur lokusioner adalah
Tindak tutur dengan kata, frase dan
kalimat, sesuai dengan makna yang di
kandung oleh kata, frase, dan kalimat itu
sendiri. Tindak tutur ini disebut sebagai
the act of saying something. Dalam
tuturan ini tidak dipermasalahkan
maksud dan fungsi tuturan yang di
sampaikan oleh penutur.
Dalam
lokusioner
tidak
dipermasalahkan maksud dan fungsi
tuturan yang disampaikan oleh si
penutur. Jadi, tuturan “tanganku gatal”
misalnya,
semata-mata
hanya
dimaksudkan memberitahukan si mitra
tutur bahwa pada saat dimunculkannya
tuturan itu tangan penutur sedang dalam
keadaan gatal.
Tindak ilokusioner adalah tindak
melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini
dapat dikatakan sebagai the act of doing
something. Tuturan “tanganku gatal”
diucapkan penutur bukan semata-mata
dimaksudkan untuk memberitahukan
mitra
tutur
bahwa
pada
saat
dituturkannya tuturan tersebut, rasa gatal
sedang bersarang pada tangan penutur,
namun lebih dari itu bahwa penutur
menginginkan mitra tutur melakukan
tindakan tertentu berkaitan dengan rasa
gatal pada tangan penutur, misalnya
mitra tutur mengambil balsem.
Tindak tutur ilokusioner merupakan
tindak melakukan sesuatu dengan
maksud dan fungsi tertentu didalam
kegiatan bertutur yang sesungguhnya.
Tindak
tutur
ilokusioner
dapat
dinyatakan dengan ungkapan dalam
bahasa inggris the act of doing
something. Jadi, ada semacam daya atau
force di dalamnya yang dicuatkan oleh
makna dari sebuah tuturan.
Tindak
tutur
perlokusioner
merupakan
tindak
menumbuhkan
pengaruh kepada asing mitra tutur oleh
penutur. Tindak tutur perlokusioner
dapat dinyatakan dengan ungkapan
dalam bahasa inggris the act a ffecting
someane. (Rahardi, 2009:17).
Tuturan “tanganku gatal”, misalnya
dapat digunakan untuk menumbuhkan
pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra
tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya,
karena si penutur itu berprofesi sebagai
seseorang tukang pukul yang pada
kesehariannya sangat erat dengan
kegiatan memukul dan melukai orang
lain.
Tindak tutur yang ditemukan dalam
penelitan ini adalah dalam bentuk (1)
kalimat berita atau deklaratif, (2)
kalimat perintah atau imperatif, (3)
kalimat tanya atau interogatif, (4)
kalimat seruan atau ekslamatif, dan (5)
kalimat penegas atau empatik. Hamalik
(2009:113) menyatakan bahwa faktor
lingkungan sekolah besar pengaruhnya
kepada siswa terhadap perkembangan
perilaku anak.
Tuturan
guru
dalam
proses
pembelajaran membuat siswa semakin
mengerti terhadapa tuturan yang
disampaikan, baik itu kalimat deklaratif
(berita), kalimat imperatif (perintah),
kalimat interogatif (tanya), kalimat
eksklamatif (seruan), kalimat empatik
(penegas).
Tuturan guru di SMK Al-basthi
sudah merupakan bentuk kebahasaan
yang sangat jelas dan sangat informatif
isinya. Dapat dikatakan demikian karena
baik itu kalimat deklaratif (berita),
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 488
kalimat imperatif (perintah), kalimat
interogatif (tanya), kalimat eksklamatif
(seruan), kalimat empatik (penegas)
menjadi saling melengkapi untuk tujuan
dapat dipahami maksudnya oleh mitra
tutur.
Guru
tidak
hanya
sekadar
menyampaikan sesuatu kepada siswa,
tetapi guru juga bermaksud agar siswa
melakukan sesuatu seperti yang
diinginkan oleh guru. Ibrahim (dalam
Etikasari, 2012:5), menyatakan bahwa
menyarankan termasuk dalam bentuk
advisories,
yaitu
menasihatkan,
memperingatkan,
mengkonseling,
mengusulkan,
menyarankan,
dan
mendorong yang artinya, apa yang
diekspresikan
penutur
bukanlah
keinginan bahwa mitratutur melakukan
tindakan tertentu tetapi kepercayaan
bahwa
melakukan
tindakan
itu
merupakan kepentingan mitratutur.
Tuturan guru di SMK Al-basthi
merupakan bentuk kebahasaan yang
sangat jelas dan sangat informatif isinya.
Dapat dikatakan demikian karena baik
itu kalimat deklaratif (berita), kalimat
imperatif (perintah), kalimat interogatif
(tanya), kalimat eksklamatif (seruan),
kalimat empatik (penegas) menjadi
saling melengkapi untuk tujuan dapat
dipahami maksudnya oleh mitra tutur.
Guru
tidak
hanya
sekadar
menyampaikan sesuatu kepada siswa,
tetapi guru juga bermaksud agar siswa
melakukan sesuatu seperti yang
diinginkan oleh guru. Ibrahim (dalam
Etikasari, 2012:5), menyatakan bahwa
menyarankan termasuk dalam bentuk
advisories,
yaitu
menasihatkan,
memperingatkan,
mengkonseling,
mengusulkan,
menyarankan,
dan
mendorong yang artinya, apa yang
diekspresikan
penutur
bukanlah
keinginan bahwa mitratutur melakukan
tindakan tertentu tetapi kepercayaan
bahwa
melakukan
tindakan
itu
merupakan kepentingan mitratutur.
Fungsi Tindak Tutur Guru dan
Siswa
Setiap tindak tutur memiliki fungsi
yang berbeda. Baik tuturan berbentuk
kalimat deklaratif (berita), kalimat
imperatif (perintah), kalimat interogatif
(tanya), kalimat eksklamatif (seruan),
kalimat empatik (penegas). Sehingga
masing-masing fungsi tersebut memiliki
implikasi fungsi tutur yang berbedabeda
Fungsi tuturan deklaratif adalah
untuk mengungkapkan peristiwa secara
langsung dan dapat pula untuk
mengungkapkan peristiwa secara tidak
langsung. Berkaitan dengan pernyataan
di atas tuturan berikut dapat digunakan
sebagai ilustrasi.
(1) Tuturan deklaratif langsung
Tuturan
deklaratif
langsung
digunakan untuk menyampaikan secara
langsung informasi terkait. Contoh
1) Guru: Jika kekayaan alam kita
bagus, kita punya modal tetapi
sumber daya manusia kita
terbatas maka akan mengalami
kendala. (IPS B; 07:35)
Dengan tuturan langsung tersebut
siswa bisa menangka informasi secara
lebih terperinci dan lebih kongkrit. Hal
ini berdampak kepada pengetahuan
siswa yang semakin bertambah luas.
Contoh lain
2) Guru:
Untuk
menjalankan
tugasnya,
pemerintah
memerlukan dana sebagai biaya.
(IPS C; 00:09)
Tuturan
tersebut
merupakan
deklaratif langsung yang berusah
mengungkapkan perihal rumah tangga
pemerintah. Perlunya pemerintah dalam
membangun negeri ini terhadap dana
sebagai operasional dibahas dan di
tuturkan secara gamblang kepada siswa
melewati tuturan deklaratif langsung.
Sehingga siswa menjadi lebih faham dan
mengerti terhadap materi. Dengan
demikian
dimungkinkan
ketika
ditanyakan oleh guru pada akhir
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 489
pembelajaran, siswa akn lebih mudah
untuk menjawabnya.
(2) Tuturan deklaratif tidak langsung
Guru: Kalau kalian naik sepeda
motor kemudian kalian mau parkir, itu
dimintai retribusikan?. (IPS C; 00:38)
Tuturan
tersebut
mengungkap
peristiwa secara tidak langsung. Di
mana hal yang sebenarnya ingin di
ungkapkan guru adalah retribusi. Dan
minimnya pemahaman siswa terhadap
kegunaan rertribusi. Sehingga dengan
bertanya tentang retribusi nantinya akan
membantu pengetahuan siswa yang yang
minim tersebut. Dan jawaban dari siswa
akan mewujudkan pembelajaran aktif di
dalam kelas.
Guru: Lho kok bisa? mereka yang
berusaha, kok negara yang mendapatkan
uang?. (IPS B; 10:23)
Pertanyaan di samping merupakan
ungkapan deklaratif tidak langsung.
Dimana sebenarnya yang ingin di
sampaikan guru adalah menyarakat luar
negeri dengan visa yang masuk ke
negara.
Dalam tuturan ini siswa di berikan
pertanyaan untuk memancing respon
dan pandangan siswa terhadap materi
dan sejauh mana siswa mengerti
terhadap materi. Tidak sedikit dari siswa
yang merasa ingin tahu dan penasaran
terhadap jawaban yang benar.
Sehingga adanya tuturan deklaratif
tidak langsung ini, mempunyai energi
positif tehadap diri siswa dan berfungsi
untuk
melatih
siswa
aktif
(bertanya/menjawab). Dan bagi guru
tuturan deklaratif langsung akan lebih
meminimalisir waktu. Karena waktu
yang seharusnya digunaka untuk
menjabarkan, cukup diganti dengan
bertanya kepada siswa, dan dari jawaban
yang terkumpul nantinya diluruskan.
Berdasarkan data yang diperoleh,
guru menggunakan tuturan deklaratif
untuk memaparkan materi pelajaran.
Selain itu tuturan deklaratif digunakan
untuk memancing koginisi siswa untuk
memberikan
pendapatnya
perihal
materi/isu yang dilontarkan oleh guru.
Fungsi tuturan imperatif adalah
untuk memerintah baik dengan cara
kasar, halus, sangat halus, dan memakai
penanda kesantunan. Berkaitan dengan
pernyataan di atas tuturan berikut dapat
digunakan sebagai ilustrasi.
(a) (1) Imperatif biasa
Guru: Bisa dari pajak. Terus? (IPS C;
00:22)
Tuturan
tersebut
merupakan
imperatif biasa yang berfungsi untuk
memerintah dengan halus atau kasar.
Tuturan ini berusaha merangsang respon
siswa, dengan melibatkan siswa pada
saat materi diberikan.
Kata Terus? oleh guru adalah untuk
meneruskan contoh yang sudah di
paparkan sebelumnya yaitu Bisa dari
pajak. Tuturan ini berfungsi untuk
membuat siswa aktif dan merasa
dilibatkan di dalam kelas. Tidak hanya
mendengarkan saja, tetapi juga dimintai
pedapatnya.
Guru: Seperti apa contohnya? (IPS C;
00:34)
Tuturan
tersebut
merupakan
imperatif biasa yang berfungsi untuk
memerintah dengan halus atau kasar.
Guru pada tuturan ini berusaha
memancing jawaban siswa terhadap
contoh dari materi yang sedang
dipelajari.
Hampir sama dengan tuturan
sebelumnya. Tuturan ini berusaha
merangsang respon siswa, dengan
melibatkan siswa pada saat materi
diberikan. Tuturan ini berfungsi untuk
membuat siswa aktif dan merasa
dilibatkan di dalam kelas. Tidak hanya
mendengarkan saja, tetapi juga dimintai
pedapatnya.
(b) (2) Imperatif permintaan
Guru: Mungkin ada yang mempunyai
pendapat? (IPS B; 01:13)
Tuturan imperatif di ata sangat
halus/santun, dengan maksud meminta
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 490
pendapat-pendapat siswa. Tuturan ini
berusaha merangsang respon siswa,
dengan melibatkan siswa pada saat
materi diberikan. Tuturan ini berfungsi
untuk membuat siswa aktif dan merasa
dilibatkan di dalam kelas. Tidak hanya
mendengarkan saja, tetapi juga dimintai
pedapatnya.
Tuturan
Mungkin
ada
yang
mempunyai pendapat? adalah untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa tehadap materi yang sedang
dipelajari. Selain itu juga untuk
meningkatkan konsentrasi siswa pada
saat pembelajaran, karena hanya siswa
yang konsentarsi yang bisa berpendapat
dan menjawabnya dengan baik.
(c) (3) Imperatif pemberian izin
Guru: Sebelum pembelajaran dimulai
silahkan ketua kelas memimpin
doa. (IPS A; 00:09)
Tuturan di atas merupakan perintah
memberikan izin kepada ketua kelas
untuk memimpin doa, yang berfungsi
untuk memerintah dengan penanda
kesantunan.
Tuturan Sebelum pembelajaran
dimulai silahkan ketua kelas memimpin
doa adalah untuk memberikan izin
kepada ketua kelas untuk memimpin
doa. Hal yang demikian akan sangat
berguna untuk terselenggarakannya
proses pembelajaran yang efektif dan
agamis.
(d) (4) Imperatif ajakan
Guru: Jadi dana itu diperoleh dari
mana? (IPS C; 00:22)
Tuturan
tersebut
merupakan
imperatif
ajakan
yang
berusaha
mengajak mitra tutur untuk menjawab
pertanyaan dari guru. Pertanyaan di atas
menanyakan tentang sumber dana yang
di
peroleh
pemerintah
untuk
pembangunan. Dimana
pertanyaan
tersebut digunakan agar siswa tetap
fokus
terhadap
materi
dan
meminimalisir kegaduhan di dalam
kelas.
Dengan
digunakannya
tuturan
imperatif ajakan, siswa akan terus
berkonsentrasi
untuk
menjawab
pertanyaan dari guru, jika dalam satu
waktu tiba-tiba diberikan.
(e) (5) Imperatif suruhan
Guru: Sekarang pertanyaannya adalah
siapa sajakah pelaku ekonomi
itu? (IPS D; 00:13)
Tuturan
tersebut
merupakan
imperatif suruhan yang memerintah
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Pertanyaan ini terkadang
digunakan guru pada akhir-akhir
pelajaran,
dengan
tujuan
untuk
mengukur pemahaman siswa tehadap
materi yang sudah diberikan.
Jika dilihat dari data di atas, kata
siapa sajakah pelaku ekonomi itu?
adalah
sebuah
pertanyaan
yang
jawabannya berada semua pada materi
yang sudah di berikan guru.
Guru: Coba siapa yang bisa? (IPS D;
00:21)
Tuturan
tersebut
merupakan
imperatif suruhan yang memerintah
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru. Pertanyaan ini terkadang
digunakan guru pada akhir-akhir
pelajaran,
dengan
tujuan
untuk
mengukur pemahaman siswa tehadap
materi yang sudah diberikan.
Tuturan Coba siapa yang bisa?
adalah suruhan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang sudah di
berikan. Tuturan ini digunakan pada saat
siswa di berikan pertanyaan pokok,
siswa tidak ada yang menjawab,
sehingga guru perlu menggunakan
tuturan imperatif suruhan.
Fungsi tuturan interogatif adalah
untuk menanyakan setuju atau tidaknya
mitra tutur dan untuk menanyakan
benda, waktu dan perbuatan. Berkaitan
dengan pernyataan di atas tuturan
berikut dapat digunakan sebagai
ilustrasi.
(1) Interogatif total
Guru: Apa namanya ? (IPS B; 03:45)
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 491
Tuturan disamping menanyakan
suatu benda yang di tunjuk oleh guru.
Pengucapan tuturan diatas di perlukan
untuk mengembalikan fokus siswa yang
sudah mulai buyar dengan kondisi
teman-temannya yang rame.
Positifnya tuturan interogatif total
bisa menjaga kondusifitas kelas dan
konsentrasi siswa. Karena pertanyaan ini
bisa digunakan guru setiap saat tanpa
melihat materi selesai atau tidak. Pada
hakikatnya interogatif total bisa
digunakan guru pada pertanyaan ringan
seperti Apa namanya ?, itu apa? Dan
lain sebagainya.
(f) (2) Interogatif parsial
Guru: Gimana sehat semua? (IPS A;
00:32)
Tuturan
tersebut
merupakan
interogatif yang disampaikan oleh guru
untuk menanyakan kondisi siswa
sebelum pembelajaran dimulai. Tuturan
di atas bisa juga disebut apersepsi yang
digunakan guru untuk mengkondusifkan
kelas pada saat guru baru masuk atau
pembelajaran mau dimulai.
Guru: Apakah kalian sudah menerima
ilmu yang sudah ibu berikan?
(IPS D; 00:06)
Tuturan tersebut merupakan introgasi
kepada siswa secara total yang berfungsi
untuk menanyakan setuju atau tidaknya
mitra tutur. Tuturan tersebut hanya
memerlukan jawaban Ya atau Tidak.
Guru biasa menggunakan tuturan ini
pada akhir pembelajaran atau pada tahap
refleksi.
Berdasarkan
data
yang
telah
diperoleh, guru menggunakan tutuan
interogatif untuk menanyakan keadaan
siswa pada saat pembelajaran baru
dimulai, hal itu bertujuan untuk
menyiapkan mental siswa sebelum
memasuki pembelajaran inti; dan
membangkitkan motivasi dan perhatian
siswa dalam mengikuti pelajara. Guru
juga menggunakan tutuan interogatif
untuk menanyakan tentang penyerapan
ilmu yang sudah dipaparkan.
Tuturan eksklamatif adalah untuk
untuk menyatakan rasa kagum, karena
tuturan ini menggambarkan suatu
keadaan yang mengundang kekaguman.
Contoh-contoh tuturan berikut dapat
dipertimbangkan untuk memperjelas hal
ini.
Guru: Bagus..! buat Rofiah (IPS D;
00:37)
Tuturan tersebut untuk menyatakan
rasa kagum kepada siswa. Karena siswa
tersebut sudah menjawab dengan baik
dan benar apa yang ditanyakan guru.
Berdasarkan data yang diperoleh,
guru di SMK Al-Basthi sangat
mengapresiasi
siswa
yang
bisa
menjawab dengan benar pertanyaan
yang diberikan oleh guru. Terbukti
sampai guru meminta siswa lain untuk
memberikan aplous kepada siswa yang
sudah bisa menjawab pertanyaan guru.
Fungsi tuturan empatik (penegas)
adalah untuk mempertegas sesuatu.
Ketegasan ditandai dengan adanya
penekanan di bagian-bagian tertentu
yang ingin di tegaskan. Contoh-contoh
tuturan berikut dapat dipertimbangkan
untuk memperjelas hal ini.
Guru: Kita patut bersyukur karna kita
diberikan kesehatan, sehingga
dapat belajar bersama dikelas
ini. (IPS A; 00:43)
Tuturan guru disamping merupakan
tuturan empatik yang berfungsi untuk
mempertegas suasana sehat yang di
tanyakan pada pertanyaan sebelumnya.
Dikatakan penegas karena, tanpa
diberi tahu pun siswa sudah mengerti
dan mengetahui hal tesebut.
Guru: Kalau tidak ada pertanyaan kita
lanjutkan kepada eksperimen
kelompok sosial (IPS A; 10:45)
Guru dalam tuturan di samping
menegaskan jika akan meneruskan
materi jika tidak ada hal yang akan di
tanyakan. Tuturan di atas memberikan
kesempatan terakhir kepada siswa untuk
bertanya. Dikatakan penegas karena
tuturan di atas dikatakan pada saat
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 492
siswa, memang tidak ada yang mau
bertanya lagi.
Guru: Seperti berenang dan
sebagainya (IPS A; 14:19)
Tuturan ini berusaha mempertegas
keterangan sebelumnya yaitu olahraga.
Tuturan tersebut dikatakan penegas,
karena tanpa di berikan contoh Seperti
berenang dan sebagainya siswa
memang sudah mengetahui contoh
kongkrit dari olahraga.
Guru: Misalnya dalam kelompok itu
mengadakan lomba, maka
mereka akan berniat saling
mengalahkan di antara
kelompok. (IPS A; 19:01)
Tuturan ini berusaha
mempertegas keterangan
sebelumnya yaitu
kerenggangan antar kelompok
setelah pada fase kedua di buat
kelompok yang berbeda.
Guru: Kalau sepeda motor 500, mobil
1000. (IPS C; 00:38)
Tuturan di samping menegaskan
retribusi yang ungkapan guru dari awal.
Penyebutan retribusi tersebut dikatakan
penegas karena tarif retribusi sudah
diketahui oleh siswa dan masyarakat
umum.
Siswa: Saya bu..! rumah tangga
konsumsi, rumah tangga
perusahaan, rumah tangga
negara, dan masyarakat luar
negeri. (IPS D; 00:24)
Tuturan tersebut merupakan penegas
dari bahasa tubuh yang di lakukan murid
yaitu dengan mengacungkan tangan.
Siswa: Saya Bu..!. (IPS D; 00:59)
Tuturan tersebut merupakan penegas
dari bahasa tubuh yang di lakukan murid
yaitu dengan mengacungkan tangan.
Tuturan tersebut dikatakan penegas,
karena guru sudah tahu bahwa siswa
akan menjawab pertanyaan dari guru.
Jadi tuturan Saya Bu..! pada data di atas
termasuk tuturan penegas empatik.
Guru: Eplos buat Anis. (IPS D; 01:31)
Tuturan tersebut merupakan empatik
atau mempertegas kata sebelumnya
yaitu bagus...!. Tuturan Eplos buat Anis
merupakan penegas bahwa jawaban dari
siswa memang betul-betul bagus dan
benar. Tuturan Eplos buat Anis
merupakan representasi jawaban siswa
yang baik.
Berdasarkan data yang diperoleh,
diketahui bahwa siswa dan guru samasama menggunakan tuturan empatik
(penegas). Guru menggunakan tuturan
ini untuk menegaskan materi dengan
jalan memberi contoh, seperti Kalau
sepeda motor 500, mobil 1000. Contoh
tersebut merupakan penegas dari tuturan
guru tentang retribusi atau pendapatan
negara.
Siswa menggunakan tuturan ini
untuk mempertegas bahasa tubuh berupa
pengacungan tangan. Ketegasan tuturan
tersebut di sampaikan siswa dengan
tuturan Saya Bu..!. Tuturan empatik
(penegas) siswa berfungsi untuk
membuat siswa merasa lebih berani
dalam mengajukan pendapat, share dan
lainnya. Sehingga efek dari keberanian
tersebut adalah keaktifan siswa dalam
proses belajar-mengajar.
SIMPULAN DAN SARAN
(g) Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah disajikan dapat
disimpulakan sebagai berikut.
Dari hasil penelitian di SMK AlBasthi maka dapat disimpulkan bahwa
wujud tuturan guru dan siswa adalah
berbentuk deklaratif (Berita), imperatif
(perintah),
interogatif
(tanya),
eksklamatif (seruan), empatik (penegas).
Dari semua wujud tersebut bentuk
imperatif (perintah), atau empatik
(penegas) mempunyai kuantitas tuturan
yang paling banyak.
Dampak dari wujud tuturan guru dan
siswa adalah siswa tidak merasa
diposisikan lebih rendah keberadaannya
di dalam kelas sehingga kelas akan
terasa nyaman bagi siswa. Implikasi lain
adalah siswa merasa tidak takut untu
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 493
bertanya dan menjawab pertanyaan
guru.
Dari hasil penelitian di SMK AlBasthi maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi tuturan guru dan siswa adalah (1)
tuturan deklaratif untuk mengungkapkan
peristiwa secara langsung dan tidak
langsung, (2) tuturan imperatif Untuk
memerintah dengan halus, memerintah
dengan sangat halus, dan memerintah
dengan
kesantunan,
(3)
tuturan
interogatif untuk menanyakan setuju
atau tidaknya mitra tutur, dan untuk
menanyakan
benda,
waktu
dan
perbuatan, (4) tuturan eksklamatif untuk
menyatakan rasa kagum, (5) tuturan
empatik untuk mempertegas sesuatu.
Saran
Guru diharapakan membuat suasana
pembelajaran dengan baik, di antaranya
dengan
mengusahakan
proses
komunikasi menjadi lebih baik dan jelas.
Hal itu dapat terwujud dengan
mengetahui cara berkomunikasi yang
baik dengan mitra tutur.
Siswa hendaknya menggunakan
bahasa yang santun dan jelas untuk
menyampaikan pertanyaan, pendapat
dan lain-lain.
Bagi peneliti penelitian ini dapat
digunakan sebagai kajian awal untuk
menemukan bentuk tuturan yang
berbeda jenjang atau beda persepektif.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktek edisi revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
Alwasilah, Chaedar. 2008. Filsafat
bahasa dan Pendidikan. Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Depdiknas.
2006.
Panduan
Pengembangan Silabus. Jakarta:
CV. Timur Putra.
Djaja sudarman, Fatimah. 1993. Metode
Linguistik.
Bnadung:
Refika
Adiatma.
Etikasari, Dian. 2012. Tindak Tutur
Direktif Dalam Wacana Kelas
(Kajian Mikroetnografi Terhadap
Bahasa Guru). Universitas Negeri
Malang: Tesis.
Faturrohman. 2007. Strategi belajarmengajar.
Bandung:
Refika
Aditama.
Hasibuan dan Moejiono. 2008. Proses
belajar-mengajar.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi
Belajar dan Mengajar. Bandung:
Sinar Baru
Algesindo.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian
Bahasa. Jakarta: Raja Grafinddo
Persada.
Moleong,
Lexy.
2009.
Motode
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nata, Abuddin. 2005. Perspektif Islam
Tentang Pola Hubungan Guru
Murid (Studi Pemikiran Tasawuf
Al-Ghazali). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik.
Kesatuan
Imperatif
Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi –
Dimensi kebahasaan. Yogyakarta:
Erlangga.
Rahardi, Kunjana. 2007. Berkenalan
dengan Ilmu Bahasa Pragmatik.
Malang: Dioma.
Rahardi,
Kunjana.
2009.
Sosiopragmatik. Malang: Dioma.
Rahayu, Tuti. 2012. Innovative Journal
of Curriculum and Educational
Technology. Semarang: Unnes
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 494
Download