awalnya pada taun 1895 para investor di Amerika

advertisement
awalnya pada taun 1895 para investor di Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis dalam waktu yang hampir bersamaan
berhasil tuh nemuin dan ngemonstrasiin alat yang bisa memproyeksikan gambar-gambar yang bisa bergerak ke atas
latar (Ya sebut aja pelm jaman dulu). Penemu Inggris Robert Paul ngemonstrasiinnya di London, Lumiere bersaudara
di Paris, dan Bang Thomas Alva Edison di pameran kapas, Atlanta AS. Mereka menemukan: Film, kamera, dan
bioskop.
Lima tahun kemudian, percisnya 5 Desember 1900, film mulai diperkenalken, dan sistem bioskop—baik yang di dalam
ruangan atau model layer tancap (Di bandung sih disebutnya 'MISBAR' Gerimis Bubar, Mulai dipraktekkan. awalnya
pada pada 30 November 1900 di harian Bintang Betawi, memuat pengumuman dari perusahaan Nederlandsche
Bioskop Maatschappij, bawa sedikit hari lagi mereka akan memperlihatkan tontontan amat bagus, yaitu “gambargambar idoep” tentang kejadian-kejadian di Eropa dan Africa Selatan saat itu baru dokumenter. Di ntaranya gambar
Sri Baginda Maharatu Belanda bersama Yang Mulia Hertog Hendrik saat memasuki Den Haag. Pertunjukan ini
berlangsung di sebuah rumah di sebelah toko mobil Maatschappij Fuchs di Tanah Abang. Inilah iklan pertama tentang
film di tanah air.
Pertunjukan itu dimulai pada 5 Desember 1900. Menurut iklan dalam Bintang Betawi tanggal itu, pertunjukan itu
adalah “pertoenjoekan besar jang pertama” dan beralamat di Tanah Abang Kebonjae (Anege) mulai jam tujuh
malam. Ada pun karcisnya terdiri dari tiga peringkat, kelas satu harga tiketnya dua gulden, kelas dua satu
gulden, dan kelas tiga cuma setengah gulden aja. (Kebayangkan cineplex 21 ama blitzmegaplex aja sekarang
bayarnya pake rupiah, orang dulu bayarnya udah gaya aja pake GULDEN. Nah mungkin di tanggal itu Kakek kite
masih anteng aja maen GUNDU)
Baru 26 tahun kemudian, muncul film lokal pertama. Film bisu ini diproduksi oleh NV Java Film dan diberi judul
Loetoeng Kasaroeng. De Locomotief no. 70 (30 Agustus-1 September 1926) menulis, "Pemain-pemain pribumi
dipilih dengan seksama dari golongan priyayi yang berpendidikan. Pengambilan film dilakukan di suatu tempat
yang dipilih dengan cermat, kira-kira dua kilometer sebelah barat kota Padalarang". Lalu, di edisi no. 71 (2-4
September 1926) ditulis, "Film ini, tonggak pertama dalam industri sinema Hindia sendiri, patut disambut dengan
penuh perhatian". Iklannya dimuat sejak 30 Desember di Koran Kaoem Moeda dan De Indische Telegraaf. Film yang
dibintangi oleh anak-anak bupati Bandung Wiranatakusumah ini diputar di Elita dan Oriental Bioskop (Majestic)
Bandung, 3 Desember 1926-5 Januari 1927. Lamanya durasi ini tentu saja ini berkat kemurahan Raja Bioskop Buse
yang merupakan adik ipar Kruger, sang sutradara yang orang Jerman. Di bioskop Oriental, film ini dijadikan film ekstra
dari serial Flame Fighter, sedang di Elita film ini diputar setelah film karya sutradara legendaries DW Griffith, De
Maalstrom den Levens.
Pelm kedua perusahaan ini, Eulis Atjih (Poetri Jang Tjantik dari Bandoeng), diputar di Bandung pada Agustus 1927.
Saat diputar di bioskop Orient Surabaya, 8-12 September 1927, pertunjukannya diiringi pergelaran keroncong oleh
grup pimpinan Kayoon yang waktu itu mashur. Film yang juga diputar di Singapura. Nah itulah segelintir sejarah pelm
nasional. gila gak kalo sejarah terus berlanjut bisa-bisa semua pelm dibuat di kota kembang itu, untung aja gak
kejadian.HEHEHE
Gambar bergerak, yang dalam bahasa inggris disebut motion picture adalah serangkaian gambar-gambar yang
diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Motion picture yang disebut juga movie,
film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka
dalam sebuah dunia imajinasi dalam waktu tertentu. Akan tetapi, movie juga mengajarkan manusia tentang sejarah,
ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya.
PENDAHULUAN
Gambar bergerak, yang dalam bahasa inggris disebut motion picture adalah serangkaian gambar-gambar
yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Motion picture yang disebut juga
movie, film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri
mereka dalam sebuah dunia imajinasi dalam waktu tertentu. Akan tetapi, movie juga mengajarkan manusia tentang
sejarah, ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya. Beberapa film mengkombinasikan
hiburan dan pendidikan, agar proses belajar menjadi lebih mudah dan nyaman. Dalam semua bentuknya, sinema
adalah sebuah seni yang indah sebagaimana bisnis, dan para pembuatnya akan memperoleh kebanggaan tinggi
tersendiri akan hasil kreasi mereka. Gambar-gambar dari sebuah film sebenarnya adalah gambar-gambar foto yang
terpisah-pisah. Ketika gambar – gambar tersebut tampil cepat secara berurutan, mata manusia tidak dapat
membedakan bahwa sebenarnya gambar-gambar itu terpisah-pisah. Ini adalah hasil dari apa yang dinamakan
persistence of vision (penglihatan yang berkesinambungan), sebuah fenomena di mana mata menahan sebuah
gambar visual dari kilasan per satu detik setelah gambar tersebut teralihkan. Meski kita tidak merasakan bahwa
gambar tersebut adalah foto yang terpisah-pisah, kita tetap melihat adanya perbedaan di antara gambar-gambar
tersebut. Dan otak kita menerima perbedaan ini sebagai sebuah gerak yang hidup.
Film direkam menggunakan kamera yang didisain khusus untuk menangkap gambar pada sebuah rol film.
Setelah diproses dan dicetak, film kemudian diputar melalui sebuah proyektor, di mana sebuah sinar menyorotnya
dan gambar ditampilkan pada layar. Film, sebagian besar juga disertai oleh adanya suara.
Artikel ini menyoroti aspek-aspek teknis dari produksi sebuah film. Untuk informasi lebih jauh tentang
perkembangan sejarah dan seni serta perkembangan industry film. Baca artikel berjudul History of Motion Pictures.
(akan diterjemahkan menyusul – pent.)
JENIS FILM
Ada beberapa jenis film, di antaranya yang populer adalah film feature, film animasi,film dokumenter, film
eksperimen, film industri dan film pendidikan.Film feature adalah film yang umum di tayangkan di bioskop-bioskop.
Film jenis inibiasanya memiliki durasi kurang lebih satu atau satu setengah jam dan menceritakan kisah fiksi
(khayalan) atau kisah yang berdasar pada hal nyata tetapi dimainkan /diperankan oleh seorang aktor. Daftar film
feature yang populer akan sangat panjang untuk ditulis di sini, tetapi di antaranya ialah The Birth of a Nation (1914),
Metropolis (1926), Citizen Kane (1941), Casablanca (1942), On the Waterfront (1954), The Sound of Music (1965),
The Godfather (1972), Star Wars (1977), Gandhi (1982), Jurassic Park (1993), dan Titanic (1997).
Film animasi sejenis dengan film feature, perbedaannya ialah film animasi menggunakan gambar-gambar
yang dibuat oleh para ahli seni. Film jenis ini membuat ilusi gerak hidup dari rangkaian gambar dua dimensi, objekobjek tiga dimensi, atau gambar-gambar olahan komputer. Film feature animasi pertama adalah film Jerman Die
Abenteuer des Prinzen Achmed (Petualangan Pangeran Achmad, 1926). Yang lainnya adalah Snow White and the
Seven Dwarfs (1937), Dumbo (1941), Sleeping Beauty (1959), Yellow Submarine (1968), Heavy Traffic (1973), film
Chechnya Neco z Alenky (Alice, 1988), film Jepang Majo no Takkyubin (Layan Antar Kiki, 1989), Beauty and the Beast
(1991), dan The Lion King (1994). Pada beberapa film, karakter /tokoh animasi berkolaborasi dengan aktor-aktor
manusia, seperti dalam Who Framed Roger Rabbit (1988).
Jenis yang film lain ialah film dokumenter, dimana berkenaan dengan kenyataan, bukan rekaan. Film
dokumenter jarang ditayangkan di bioskop-bioskop, film jenis ini lebih sering ditayangkan di televisi kabel atau siaran
televisi pada umumnya.Beberapa yang terkenal di antaranya ialah Nanook of the North (1922), The Silent World
(1956), Harlan County, U.S.A. (1976), Eyes on the Prize (1987), dan Hoop Dreams (1994).
Film eksperimen ialah serangkaian gambar-gambar, faktual atau abstrak, dan tidak berbentuk cerita/narasi.
Sebuah film eksperimen bisa berbentuk animasi, adegan langsung, olahan komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Lima film eksperimen yang pantas dihargai ialah film perancis Un Chien Andalou (Seekor Anjing Andalusia, 1929),
Meshes of the Afternoon (1943), A Movie (1958), Eraserhead (1978), dan Privilege (1991).
Film industri (film komersil) dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mempublikasikan produk atau
menciptakan image masyarakat sesuai selera mereka. Film pendidikan dikhususkan untuk ditayangkan di sekolahsekolah. Tujuannya ialah untuk menjelaskan /menggambarkan sesuatu hal dari mulai sejarah hingga ketrampilan
mengemudi.
PARA PEMBUAT FILM
Ada banyak orang dari berbagai profesi yang berbeda yang mengkontribusikan kemampuan dan bakat mereka dalam
pembuatan film. Para bintang dan aktor-aktor lainnya yang tampil di layar hanya sebagian dari proses itu; kebanyakan
dari mereka yang terlibat dalam pembuatan film tidak tampil di kamera. Secara umum beberapa profesi yang ada di
belakang layar antara lain: produser, penulis naskah, sutradara, manajer unit produksi, bagian casting, bagian
fotografi, perancang kostum, assisten sutradara, editor film dan suara, dan penata musik. Karena setiap film adalah
sebuah proyek yang unik, profesi kerja nya bisa saja saling tumpang tindih dan bervariasi tergantung pada masingmasing orangnya.
Produser
Produser bertanggung jawab atas proses ide film hingga menjadi sebuah movie yang sukses. Seorang produser mesti
menyediakan dana untuk biaya produksi, mengaji para aktor dan tim produksi, melakukan supervisi terhadap proses
produksi, dan mengatur distribusi film hingga diputar di layar lebar. Jika seorang produser telah memperoleh
pendanaan dari studio atau dari suatu distributor, maka lembaga itu bisa menginginkan kehadirannya selama proses
produksi.
Orang ini disebut sebagai eksekutif produser. Dan, setiap orang yang berpartisipasi dengan berbagai cara pada movie,
entah itu dengan waktu, uang, atau campur tangannya maka ia akan mendapatkan penghargaan dari asosiasi
produser atau semacamnya.
Penulis Naskah / Skenario
Para penulis naskah membuat ide-ide untuk film atau mengadaptasi sebuah karya seni menjadi sebuah film layar
lebar. Adaptasi bisa didapat dari novel, drama, opera atau sumber lainnya. Penulis naskah bekerja dalam 2 cara.
Mereka bisa dikomisikan dalam menulis sebuah naskah atau mereka dapat pula menulis sebuah naskah secara on
spec (singkatan dari spekulasi), yang artinya penulis naskah mengharapkan seseorang yang akan menyukai naskah
yang ditulisnya sendiri membeli cukup membeli hak ciptanya dan menyusunya untuk diproduksi. Begitu skenario telah
terbeli, produser bisa memutuskan untuk menulis ulang pada penulisnya atau pada penuli baru. Langkah pertama
dalam penulisan skenario adalah membuat sebuah outline, yang mana merupakan satu (atau dua) halaman penjelas
dari adegan atau dari plot. Hal ini diikuti oleh treatment, yang merupakan sebuah penjelasan detail dari sebuah film,
yang berisi beberapa arahan/cara dialog dengan seluruh skene yang diuraikan dan subplot yang telah dibuat.
Kemudian penulis naskah mulai menulisnya sendiri, mengisi keseluruhan detail tersebut.
Penulisan naskah mengatur munculnya saat dan tempat adegan, menjelaskan penampilan fisik tokoh, menyediakan
seluruh dialog dan adegan. Skenario juga menjelaskan tempat kamera diposisikan dan gerakan kamera yang harus
dilakukan selama proses syuting. Skenario menunjukan transisi /perpindahan peralatan (kamera) antar adegan
seperti dissolves (sebuah gambar perlahan menimpa gambar lainnya), fade-ins (suatu gambar perlahan menimpa
layar kosong), fade-out (layar kosong perlahan menimpa suatu gambar) dan cut (pemotongan) langsung dari satu
adegan ke adegan berikutnya.
Sutradara / Director
Seorang sutradara bertugas menganalisa skenario, memvisualisasi penampilan film, mengarahkan para aktor dan kru
produksi dalam pekerjaannya. Banyak orang menyangka bahwa sutradara adalah orang yang mengkontrol seluruh
aspect pembuatan film, sesungguhnya pekerjaan seorang sutradara tidak seluas itu. Bahkan sebuah film adalah
proyek kerja sama antara sutradara, produser, para aktor, dan anggota kru. Seorang sutradara yang baik selalu
menyesuaikan ide-idenya dengan orang lain agar proses pembuatan film berjalan lancar, sementara seluruh waktu
yang tersisa sebaik mungkin dimanfaatkan sesuai visi awalnya. Selama proses produksi, beberapa faktor dapat
mempengaruhi bagaimana munculnya sudut pandang film seorang sutradara. Jika negoisasi dengan seorang aktor
gagal, maka aktor yang lain harus segera dicari untuk meneruskannya. Jika sebagian besar adegan film banyak
menggunakan studio alam dan cuaca tidak mendukung, maka setting harus dirubah. Ditambah lagi, jika seorang aktor
utama atau seorang kru film berbeda dalam menafsirkan satu dengan sutradara, maka sutradara boleh saja
menerimanya. Idealnya, produser dan sutradara berbagi pandangan tentang film yang akan dibuat dan berkompromi
bagaimana memprosesnya. (jika mereka tidak sependapat, sutradara bisa dipecat dari proyek tersebut.)
Ketika film telah siap untuk diedit, sutradara melakukan supervisi untuk first cut / potongan pertama (istilah
untuk film yang teredit). Setelah itu, jika mau, produser bisa turun tangan dan mengedit ulang film. Beberapa
sutradara memiliki hak untuk menyetujui cut final sebuah film.
Manager Produksi
Unit production manager (UPM), atau manajer produksi adalah seseorang yang membuat report (laporan)
kepada produser, bertanggung jawab atas pen schedul-an, penganggaran dana, memilih beberapa anggota kru, dan
mengurus perizinan terhadap pemilik lokasi syuting yang berada di luar studio. Seorang UPM juga menangani
pembelian peralatan dan pelayanan, memegang urusan harian dari jalannya kantor produksi, dan memastikan bahwa
proyek tetap berjalan sesuai dengan anggaran yang ada.
Pengarah Casting
Casting director bertugas memilih para aktor dan menegosiasikan kontrak selama para aktor tersebut
bekerja, meskipun akhirnya – umumnya ketika memilih para bintang untuk pengarahan – biasanya berada di tangan
sutradara atau produser. Ketika memilih aktor untuk bermain pada sebuah film, seorang casting director memiliki
beberapa kriteria, seperti kesesuaian aktor dengan aturan main pada film tersebut, penampilan yang box office,
kemampuan akting dan pengalaman.
Para Aktor
Aktor bertugas memainkan peran pada sebuah film. Untuk membuat karakter yang meyakinkan, mereka
mempelajari detailnya pada naskah, pandangan sutradara, dan insting mereka sendiri ketika memainkannya. Dalam
kebanyakan film, pekerjaan seorang aktor adalah memuat para penonton percaya bahwa tokoh yang dimainkan
adalah orang yang sebenarnya yang berbicara tanpa ada rekayasa dan alami. Seorang aktor akan menggunakan
suara, gerakan, dan emosinya untuk dapat membuat hal seperti itu. Tetapi kualitas seni lainnya juga mempengaruhi
penilaian penonton. Kualitas-kualitas tersebut sangat sulit untuk dijelaskan, tetapi di antarnya ialah, kewibawaan,
perasaan yang mendalam, orisinalitas, faktor ke-logis-an dan penampilan fisik. Berakting adalah seni yang komplek.
Kehlian proyeksi suara, bermacam cara bicara, gerakan tubuh, gerak, dan kemampuan lain hanyalah bagian dari
tekhniknya. Kemampuan dasar lainnya termasuk kemampuan menghafal baris dialog, membangun tepatnya suasana
waktu, ekspresi status sosial tokoh, umur dan temperamentnya.
Stunt ( peran pengganti )
Banyak film yang menyertakan adegan beresiko celaka. Adegan ini misalnya dramatiknya meloncati jurang, atau
kejadian lumrah berguling dan menggelinding. Selama adegan yang dapat membawa celaka, para peran pengganti
yang terlatih secara khusus akan menggantikan sang aktor. Perlu diyakinkan juga bahwa aktor pengganti diarahkan
seaman mungkin dan tidak mengalami musibah. Akan tetapi, ada beberapa bintang film, seperti aktor Cina Jackie
Chan, tetap melakukan sendiri adegan-adegan berbahaya.
Aktor dari Dunia Hewan
Untuk adegan di mana hewan harus melakukannya, hewan aktor yang terlatih khusus akan muncul. Binatangbinatang ini mematuhi perintah dari pelatih mereka ketika bermain film. Dalam beberepa kasus, banyak hewan tampil
untuk bagian adegan yang sama, hal ini dikarenakan lamanya proses pembuatan film atau dikarenakan sang hewan
tumbuh besar atau berubah penampilannya atau hal-hal lain selama schedul pemfilman. Para hewan yang berakting
beraneka ragam mulai dari bebek hingga gajah. Beberapa film yang dibintangi aktor dari dunia hewan di antaranya
anjing Lassie (dalam Lassie Come Home, 1943), anjing Benji (dalam Benji, 1974), dan babi Babe (dalam Babe, 1995).
Pengarah Fotografi
Director of photography (DP) atu diterjemahkan sebagai pengarah fotografi disebut juga sebagai sinematografer,
bekerja di secara tertutup dengan sutradara dan memahami adegan dalam kondisi-kondisi pencahayaan, shading,
komposisi, dan gerakan kamera. Tanggung jawab adalah memilih jenis lensa yang digunakan untuk syuting, hal ini
mempengaruhi hasil gambar yang dibuat, dan mengatur posisi dan sudut kamera. Seorang Pengarah Fotografi jarang
mengoperasikan kamera secara langsung, fungsi ini berada di tangan seorang operator kamera.
Desainer
Seorang desainer pada produksi film, sering juga disebut pengarah seni, adalah seseorang yang bertanggung jawab
atas pengaturan desain dan penampilan film. Di beberapa film, mengatur setting adalah pekerjaan yang mengasyikan.
Sebagai contoh, sebuah film koboy yang realistik akan menyewa konstruksi pemandangan jalan raya, termasuk
interior sebuah salon, hotel dan bangunan-bangunan lainnya. Kostum yang dipakai para aktor juga mempengaruhi
penampilan film, maka desainer kostum adalah seorang juru kunci dari team produksi. Kostum desainer mendesain
sendiri kostum yang sesuai atau mencarinya di pusat belanja atau rumah desain. Desainer tambahan biasanya
berkenaan dengan pencahayaan, make-up, dan aspek sual produksi lainnya.
Assisten Sutradara
Kebanyakan film memiliki sekurang-kurangnya satu asisten sutradara. Seorang asisten sutradara mendampingi
sutradara hampir di setiap pekerjaanya. Asisten sutradara pada level tertinggi disebut asisten 1, memiliki beberapa
kewajiban. Ia membuat keseluruhan jadwal syuting, di antaranya membuat daftar harian proses pemfilman per
adegan, dan me-manage masalah yang timbul tiap harinya dalam proses produksi. Setiap hari asistent sutradara juga
mengusulkan lembar panggilan kerja berikutnya (yaitu jadwal untuk para aktor dan kru) kepada manajer produksi dan
sutradara untuk mendapat persetujuan. Serta asistent 1 yang bekerja dengan sutradara selama proses syuting,
mendampingi dalam persiapan tiap adegan. Asisten 2 mendampingi asisten 1 dengan memposisikan para kru dan
aktor pada tempat semestinya, mencari para figuran, dan memperhatikan detail-detail yang termasuk dalam
persiapan pemfilman pada keesokan harinya.
Editor Film dan Suara
Gambar bergerak difilmkan dalam ratusan shot (proses pengambilan gambar), yang harus di susun menjadi
produk final yang sesuai dengan keinginan sutradara dan produser. Tanggung jawab ini jatuh ke tangan editor. Editor
pertama kali memonitor hari-hari kerja sutradara dan para krunya dalam proses syuting (dalam bahasa inggris disebut
dailies atau rushes). Persiapan berhari-hari itu berlangsung selama proses produksi, yang berarti bahwa film sedang
diedit pada saat yang sama ketika dishot. Pengawasan harian ini memugkinkan sang sutradara dan produser memilih
shots yang terbaik dan memutuskan jika mereka membutuhkan shot ulang beberapa adegan karena alasan seni atau
teknis. Setelah proses pengambilan gambar dasar telah dibuat, editor menyelesaikan editing film dan melakukan
supervisi pada effek-effek optik (seperti frame-freeze) dan membubuhkan judul ke dalam film.
Sutradara, produser atau editor juga bisa saja menganggap bahwa bagian tertentu memiliki kualitas suara
yang kurang bagus. Kemudian seorang editor suara merekam ulang suara para aktor pada adegan ini. Sang aktor
mengucapkan dialog di studio sambil melihat screen demi screen dalam proses yang disebut automatic dialogue
replacement (ADR) atau penggantian dialog otomatis. Editor suara juga menambahkan effek suara untuk melengkapi
suasana film. Misalnya jika adegan mengambil tempat di jalanan suatu kota, editor akan menambahkan suara ribut
klakson atau suara ribut lalu lintas lainnya yang sesuai.
Salah satu langkah final dalam proses editing adalah persiapan dan pengggabungan trak suara yang terpisah di mana
seluruh suara itu-, dialog, musik, dan suara effek,-digabung bersama untuk membuat satu kesatuan suara yang pas
bagi penonton.
Penata Musik
Komposer atau penata musik bekerja bersama sutradara dan editor untuk membuat sebuah nilai musikal
yang mendukung transisi antar screen dan sebuah tampilan point emosional screen secara keseluruhan. Musik
seringkali digunakan untuk mempercantik effek dramatis. Sebagai contoh, musik dapat menenggarai seseorang
sebagai seseorang yang dicurigai ketika tidak ada sesuatupun yang terlihat di layar untuk menuduh sebuah karakter.
Posisi lainnya
Sebagai tambahan daftar di atas, banyak orang-orang lain yang mengambl bagian dalam produksi sebuah
film. Foley membantu menbuat latar belakang atau suara ribut tambahan seperti langkah kaki. Seorang gaffer
memsupervisi bidang kelistrikan dan didampingi oelh seorang best boy. Key grip memsupervisi grips, seseorang yang
mengatur dan menyesuaikan pengaturan peralatan kerja. production sound mixer melakukan supervisi perekaman
suara selama proses syuting, dan seorang sound mixer menggabungkan semua suara untuk track final dengan
mengatur volumenya, menambahkan fade in dan fade out untuk effek ribut, dan membuat effek audio tambahan yang
diperlukan. Tergantung pada dana dan genrenya, sebuah film bisa saja membutuhkan anyak professional lainnya,
termasuk para asisten, tukang kayu, sopir, pelatih adab /etika, konsultan sejarah, kooedinator perumahan, tenaga
medis dan lain sebagainya.
PROSES SYUTING SEBUAH FILM
Kebanyakan film memilki proses umum yang sama. Begian ini menjelaskan proses pemfilman ini dan
kemudian membahas beberapa aspej tejnis pemfilman lainnya.
Proses Umum Pembuatan Film
Pembuatan stage mengawali proses produksi sebuah film. Dalam stage ini, sang penulis naskah menulis
skenario dan produser mengkontrak sutradara serta pemain utama, menyiapkan pendanaan dan jadwal syuting, serta
mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk membayar ongkos produksi.
Tahap selanjutnya adalah pra-produksi, termasuk persiapan kerja yang tersisa sebelum produksi dimulai.
Selama masa pra-produksi, produser akan merekomendasi versi final skenario, para pemain dan kru dikontrak, dan
lokasi syuting diselesaikan. Sutradara, asisten sutradara, manajer produksi, dan produser merancang urutan syuting
tiap-tiap adegan. Jika memungkinkan para aktor melakukan gladi resik. Produser, sutradara, dan desainer bekerja
bersama mengikhtisarkan tampilan film – bagaimana adegan dilakukan, memasang konstruksi dan dekorasi, kostumkostum, makeup dan tata rambut, dan tata lampu (pencahayaan).
Ketika pra-produksi selesai, proses produksi bisa dimulai. Sebuah film, diambil gambar secara adegan per
adegan, dan adegan diambil gambar secara shot demi shot. Adegan-adegan dan shot-shot ini yang di filmkan ini tidak
selalu muncul di film. Hal ini dikarenakan film tergantung berbagai faktor misalnya kondisi cuaca, kesediaan aktor,
dan jadwal setting konstruksi. Adegan yang termasuk luas, setting yang rumit seringkali difilmkan pada akhir jadwal
syuting, karena bagian ini mengambil waktu lamam untuk menyelesaikannya. Setting bisa diperinci. Dalam film
Titanic, misalnya, para pembuat film membangun ruang interior yang sangat besar seperti tangga utama dan salon
restoran lebih dari 19 juta liter tangki air. Setting ini didukung oleh sistem hidrolik yng menurunkan air secara simulasi
untuk menenggelamkan kapal.
Persiapan untuk syuting film memiliki lima proses kerja: department seni dan master properti
mempersiapkan setting perabotan dan sebagainya yang akan digunakan para aktor; para aktor menghafalkan dialog
dan gerakan badan sesuai skenario: pengarah fotografer memilih dan mengatur lampu: operator kamera
menyesuaikan sudut dan gerakan lensa yang akan digunakan dalam syuting: dan kru suara mengatur suara
danpenempatan mikropon. Sang sutradara mengamati dan mengkoordinasi semua aktivitas tersebut.
Setiap film yang telah di-syut (diambil gambarnya) dinamakan take (pengambilan). Untuk syuting yang variatif seperti
adegan pertempuran, sutradara biasanya menggunakan banyak kamera untuk mengurangi banyaknya take tersebut.
Meskipun menggunakan banyak kamera, sutradara bisa saja membutuhkan banyak take untuk hasil yang maksimal.
Setelah masing masing take selesai, sutradara akan mendiskusikannya dengan operator kamera dan production
sound mixer (orang yang bertugas menkombinasikan suara dalam proses produksi). Jika sutradara berkenan dengan
hasilnya dan jika kamera dan suara berjalan baik, sutradara akan menyuruh agar hasil take tersebut diprint. Jika hsil
take tidak sesuai keinginannya, maka tidak akan diprint.
Dalam produksi ber budget (dana) tinggi yang memiliki adegan yang bervariatif, maka pantasnya film akan
dibuat dalam satu master shot yang panjang, yang akan memasukan seluruh adegan utama. Cover shot adalah shot
yang jernih yang diedit ke dalam master shot, membubuhkan fek dramatic yang semestinya pada adegan dan
mendetailkan dari setiap gerak adegan ke gerak adegan. Cover shots meliputi close-up (pengambilan gambar jarak
dekat), medium shot, long shot, tracking shot (shot di mana kamera bergerak ketika proses pemfilman). Syuting shotshot seperti itu disebut shooting cooverage. Masing-masing pengambilan gambar, meskipun sebentar, tetap
membutuhkan pemasangan baru kamera dan penempatan baru lampu, mikropon dan para aktor. Adegan dari satu
shot ke shot lainnya harus selaras ketika diedit ke dalam bentuk film. Misalnya, ketika heroin dalam gelas telah diatur
berada di tangan kiri dalam master shot, maka dalam shot close-up aktor tidakl boleh mengalihkannya ke tangan
kanan.
Di akhir waktu syuting, hasil shot yang dikehendaki sutradara akan diprint. Di hari selanjutnya, sutradara,
produser, pengarah foto dan editor akan mencermati gambar-gambar tersebut berhari-hari. Selama proses pekerjaan
ini, sutradara dan editor mulai menyusun shot-shot menjadi sebuah adegan, dan menyusun adegan-adegan menjadi
sebuah rangkaian. Versi awal rangkaian tersebut, atau disebut cut awal, sering kali berisi take-take alternatif untuk
shot-shot yang sudah siap jadi. Ketika sutradara dan editor membuat keputusan final selama proses editing, mereka
menyisihkan take-take yang tidak sesuai, sehingga struktur gambar akhirnya akan muncul dalam bentuk sebuah
rough cut (cut kasar). Kemudian, ketika adegan dipoles dan diperhalus transisi (perpindahan antar adegan) nya,
secara perlahan rough cut tersebut menjadi first cut (cut pertama).
Selama proses kerja postproduksi, sutradara dan editor biasanya akan membicarakan beberapa problem
dan mencari solusinya. Misalnya, jika salah satu shot yang diambil secara close-up bergeser jauh beberapa saat dari
fokus, mereka akan menutupinya dengan cara memotongnya sedikit jika tidak memiliki take close-up lainnya yang
baik. Ketika melakukan editing pada cut awal, sutradara akan mempertimbangkan rekomendasi produser, akan tetapi
tetap berusaha menyesuaikan keinginannya terhadap keseluruhan gambar. Produser biasanya ikut campur tangan,
khususnya jika sutradara dan editor menetapkan akan melakukan syuting ulang; dikarenakan hal ini akan film
menelan biaya lebih dari anggaran. Jika seluruh adegan yang di-shot dan cut awal telah terselesaikan, produser
biasanya akan menyetujuinya atau produser akan ikut terjun bersama editor dan atau sutradara untuk membuat
perapihan dan memperbagus film. Hasil produksi akhir adalah disebut cut final. Film kemudian siap untuk masuk ke
proses sound editing, proses final arrasement music dan mixing.
Aspek Teknis Pembuatan Film
Aspek-aspek teknis proses pmbuatan film meliputi pengoperasian kamera, pencahayaan adegan, dan
perekaman suara. Begitu film telah di-shot, harus segera diproses dan diprint. Selama proses ini atau setelahnya effek
khusus bisa ditambahkan ke dalam film untuk membuat tampilan gambar yang dramatis. Langkah akhir produksi
movie berlangsung di sebuah laboratorium film, tempat element visual dan suara dari cut akhir dikombinasikan
menjadi sebuah composite print (hasil cetak yang terangkai). Ketika rangkaian print ini berputar pada sebuah
proyektor tujuan dari tim pembuat film adalah tampilnya adegan dan suara yang bersamaan di pandangan penonton.
Peng-operasian Kamera
Kamera Film
Gambar ini memperincikan susunan kamera film. Kamera film bekerja pada dasarnya sama dengan kamera
umum yang digunakan untuk memotret. Perbedaannya, kamera film mengambil dalam jumlah yang banyak dalam
rangkaian yang cepat dan membutuhkan film yang lebih panjang dan membutuhkan rol yang lebih besar untuk
menyimpan film dan sebuah emkanik yang telah diseduaikan khusus untuk pensuplaian film yang melaluinya.
Proses fotografi di mana film diekspos ke cahaya untuk menciptakan sebuah gambar yang sesuai dengan foto pada
umumnya. Lensa-lensa kamera yang berbeda-beda panjang fokusnya digunakan sesuai kebutuhan untuk memperoleh
sudut pandang atau effek fotografi yang diinginkan, dan merubah pembukaan lensa (lens aperture) akan menontrol
banyaknya cahaya yang ditangkap film. Shutter speed (kecepatan menutup), menentukan berapa lama film diexpos
pada cahaya, dan pembukaan yang bersamaan mengakibatkan pencahayaan yang relatif atau kegelapan gambar.
Bagian yang paling penting dari kamera film ialah lensa, shutter (penutu), dan dua rel yang mensuplai film
dan menggulungnya kembali. Ketika kamera film dioperasikan shutter atau penutupnya akan membuka dan
mengekspos film yang akan menangkap gambar dan membentuknya dengan lensa. Shutter kemudian akan menutup
dan sebuah proses mekanik yang disebut pull-down claw atau (kuku yang mengait) akan menggerakan film sepanjang
bisa diexpos kembali. Pada pengoperasian yang normal siklus ini berlangsung 24 kali per detik, dan membuat 24
gambar foto yang terpisah-pisah.
Dengan mengoperasikan kamera pada kecepatan yang lebih cepat atau lebih lambat dari 24 frame per
detik, tampilan waktu film dapat diperpanjang atau diperpendek. Sebagai contoh, pemfilman pada sebuah adegan
berkecepatan 72 frame per detik, tetapi memproyeksikannya 24 framem per detik, akan memperlambat adegan
sehingga apa yang terjadi dalam satu detik akan menjadi tiga detik pada layar. Pengoperasian kamera pada
kecepatan frame lambat akan menghasilkan effek yang berlawanan dan bermanfaat untuk menayangkan proses
tampilan lambat, seperti tumbuhnya sebuah tanaman. Ketika tumbuhnya tanaman difilmkam dalam satu frame setiap
tiga jam dan film diproyeksikan pada kecepatan 24 framem per detik, 72 jam pertumbuhan akan ditekan menjadi
perdetik, dan pada film tumbuhan akan muncul bersemi dari bumi.
Kestabilan gambar rekaman kamera berasal dari bantalan kamera dan sebuah alat pada motor kamera yang
disebut registration pin, yang memegang setiap gambar frame ketika diekspos pada cahaya. Kaki tiga yang berdiri
disebut tripod juga menyangga kamera, dan sebuah papan pada roda yang disebut dolly menggendalikan kestabilan
kamera ketika bergerak menyeberangi lantai atau tanah. Sebuah derek atau lengan penyangga yang disebut boom
menaikan dan menurnkan kamera selama pemfilman. Sebuah steadycam adalah bantalan kamera untuk
menghasilkan shot yang lembut pada tempat di mana penggunaan dolly atau derek sangat sulit, seperti ketika
mengambil adegan pada anak tangga. Steadycam menggunakan gyroscope dan alat elektronik canggih lainnya untuk
menghindarkan kamera dari berguncang. Ketika pembuat film tidak menghendaki kamera stabil, mudah saja,
operator kamera meletakan kamera pada lengannya. Tekhnik ini digunakan dalam film-film dokumenter untuk
menangkap kejadian yang bergerak secara cepat atau dalam feature film untuk membuat adegan seolah-olah seperti
dokumenter.
Tata Cahaya pada Adegan
Sebuah adegan dapat dishot dalam studio atau pada sebuah lokasi (on-location), yang berarti bahwa film
dishot disbuah tempat yang tidak memiliki konstruksi khusus untuk film.
Dua jenis sumber pencahayaan digunakan pada syuting interior, baik itu dalam studio atau pada on-location.
Incandescent lamps, yang memiliki daya sekitar beberapa watts hingga 10.000 watt, menyerupai bola lampu rumah
pada umumnya dan digunakan dalam proses pemfilman. Arc lamps adalah lampu yang lebih kuat dari Incandescent
lamps, menyinari lebih luas dan menyorotkan langsung cahayanya. Lampu-lampu ini digunakan ketika kru harus
memberikan pencahayaan kepada area yang luas atau ketika adegan membutuhkan pencahayaan yang terang.
Kebanyakan lokasi syuting berada di luar ruangan (studio alam), di mana cuaca yang tak tidak bisa
diprakirakan membuat pencahayaan mengalami kesulitan. Meski pada siang hari, kru film tetap menggunakan cahaya
dan reflektor (cermin pemantul untuk menguatkan cahaya) untuk memperkuat terangnya pencahayaan pada adegan
atau untuk menerangi area gelap atau untuk menciptakan bayangan. Ketika kondisi syuting di studio alam terlalu
terang, kru film menggunakan alat seperti butterflies, bahan lebar dari sutra atau bahan yang bersifat memendarkan
cahaya, untuk mengurangi terangnya cahaya matahari atau untukmenciptakan bayangan.
Kadangkala seorang sutradara memilih menggunakan day-for-night shooting, dimana sebuah adegan di-syut
pada waktu siang tetapi dibuat seolah-olah terjadi pada waktu malam hari. Untuk membuat effek ini, kru film harus
memanipulasi banyaknya cahaya yang mengenai film. Metode mereka meliputi penempatan subjek pada tempat yang
teduh, memposisikan kamera sehingga tidak men-syut ke arah langit, dan memilih jenis filter khusus untuk
ditempatkan pada lensa.
Perekaman Suara
Dalam pembuatan film, suara diambil melalui mikrofon dan direkam menggunakan pita kaset. Ketika syuting
boom (penyyangga mikropon) menyangga mikrofon di atas para aktor jauh dari tempat kamera sehingga tidak muncul
di layar. Jika memungkinkan, perekaman orisinil hanya memasukan dialognya saja sebab suara tambahan dapat
mengacaukan dialog.
Kadang, syuting di studio alam menghasilkan banyak suara berisik, hasil rekam beberapa dialog tidak sesuai. Dalam
kasus ini, para aktor nantinya merekam dialog penggantinya, dan garis dialog mereka disesuaikan dengan gambar.
Selama post produksi, para ahli tata suara membuat suara-suara khusus, seperti gemuruh kereta api atau dentingan
barang barang logam atau barang-brang pecah belah ketika adegan makan malam.
Sebuah sound track suara yang sempurna dibuat dari trak-trak yang direkam secara terpisah-pisah. Dialog berada
pada beberapa trak, musik pada trak lainnya dan suara effek pada yang lain. Sebagian besar, produksi yang rumit
seperti musikal (film yang sebagian besar berisi musik) memiliki 30 lebih track suara yang terpisah. Para insinyur
suara mengkombinasikan, atau melakukan miksing, pada trak-trak yang terpisah masing-masing itu secara elektronis
dalam studio rekaman sambil melihat cut akhir film.
Bahan Film
Bahan film dibuat dari ribbon panjang dan ditempatkan dan digulung pada roll (roda putaran). Pembuatan
lubang-lubang pada sisi film membantu menggerakannya melalui kamera, printer dan proyektor pada kecepatan yang
tetap, yaitu 24 frame per detik. Ketika trak suara dikombinasikan dan visual effek disempurnakan, gambar dan suara
diprint (dicetak) pada satu lembar film dan diputar di bioskop.
Yang terbesar lebar sebuah strip film, yang tertajam di mana gambar di proyeksikan ke layar. Standar lebar
film digunakan untuk movie berjenis feature berdurasi panjang adalah 35 mm (1.38 in). sebuah produsksi sekala
besar pada umunya terbit pada film berlebar 70-milimeter (2.76-in), sementara movie berbiaya rendah dan beberapa
film berjenis eksperimen biasanya di-syut pada film 16-milimeter (0.63-in) yang tidak lebih mahal. (saat ini, para
pembuat film men-syut sebagian besar movie dokumenter dan beberapa movie eksperimen pada kaset video digital
karena kualitasnya lebih baik dari pada film, lebih murah serta tidak memerlukan proses.)
Film itu sendiri terdiri atas sebuah lapisan tipis bahan peka cahaya yang disebut emulsion (emulsi atau
larutan), berlapiskan bahan baku selulosa transparan yang fleksibel (mudah dilekak-lekuk). Emulsi pada umumnya
berisi bromida perak yang diseimbangkan dalam gelatin (jel/ materi seperti agar-agar). Emulsi warna film terdiri atar
tiga lapis, masing-masing berisi bromida perak di sekitar suatu bahan kimia kering yang sensitif ke satu warna –
merah, hijau atau biru. Selama pemrosesan gambar terbentuk pada tiga lapisan yang berkombinasi agar
menghasilkan gambar tunggal pada film. Rol film yang dieskspos melewati serangkaian penggulung dan melalui suatu
larutan pencuci, pencucian, bak pemberihan, pencucian kedua, dan ruang pengeringan. Pada akhirnya, film yang telah
tercuci dan kering tersebut digulung kembali pada rol. (kaset video sebaliknya, tidak membutuhkan pemrosesan.
Kamera video merekam suara dan gambar secara elektronik ke pita magnetik yang dapat diputar ulang
secara langsung.)
Ketika larutan diekspos ke cahaya, sebuah gambar terpendam terbentuk. Selama pemrosesan, pelarut merubah
halide perak dalam larutan menjadi perak metalik dimana cahaya menyentuh larutan. Pada langkah pemrosesan
berikutnya, kristal halide perak yang tidak ter-ekspos dibersihkan dari larutan dengan cairan kimia yang disebut hypo
atau fixer. Yang terjadi, perak metalik, bentuk gambar negatif dari subjek – paling gelap di mana sebagian besar
cahaya membentur larutan, dan paling terang dimana cahaya paling sedikit membentur.
Cara membuat gambar positif, cahaya dilewatkan melalui negativ untuk mengekspos rol film lainnya. Dimana
negativ paling tebal, secercah cahaya membentur film. Dalam pemrosesan film yang telah diprint, halides perak tak
ter-ekspos yang telah dibuang, meninggalkan kebalikan gambar negativ – suatu larutan tipis pada hasil print dimana
gambar negativ tebal. Hal ini menyesuaikan area cahaya dari subjeknya. Di mana subjek yang gelap, gambar negativ
tipis dan film yang diprint tebal.
Spesial Effek
Tampilan Spesial Effek telah dimasukan pada film/ movie semenjak awal munculnya film. Sutradara
Perancis, Georges Méliès dianggap sebagai pendahulu yang sangat berperan pada spesial effek. Filmya A Trip to the
Moon (1902) mengkombinasikan adegan langsung dengan animasi, menunjukan kepada penonton bahwa sinema
bisa menciptakan dunia, berbagai benda, dan kejadian yang sebenarnya tidak ada pada kehidupan nyata.
Tekhnologi film tiga dimensi (3-D) telah dikembangkan pada awal tahun 1920-an akan tetapi tidak populer
hingga tahun 1950-an, ketika dinikmati beberapa waktu saja. Meskipun film, seperti foto biasa, normalnya
memberikan gambar dua dimensi, tipuan dimensi ketiga dapat diperoleh denagn memproyeksikan dua movie yang
terpisah – satu untuk mata kanan, yang lain untuk mata kiri – pada layar khusus. Maka para penonton yang
mengenakan akcamata tiga dimensi, mata kananya melihat satu gambar dan mata kirinya melihat gambar yang lain,
terbentuklah effek tiga dimensi.
Sebagian besar spesial effek yang digunakan pada film-film kontemporer diciptakan sebelum Perang Dunia II
(1939-1945). Contohnya, dalam film bisu The Thief of Bagdad (1924), Douglas Fairbanks tampil melawan monster
raksasa melalui sebuah tekhnik yang menyertakan pemfilman dua adegan
yang berbeda, kemudian dikombinasikan dalam proses printing (pencetakan). Separuh dari salah satu gambar
negativnya di-ekspos dalam proses printing (baca: separuh dengan Fairbanks), sementara yang lain ditutupi. Lalu,
yang ditutupi, gambar yang tak terskspos separuh di-ekspos pada negativ bersama monster. Hasilnya adalah gambar
tunggal sempurna yang terbentuk dari dua adegan yang berbeda. Tehknik pemisahan adegan yang sama ini
menjadikan Kevin Kline berduaan bersama presiden Amerika Serikat dan kembarannya dalam Dave (1993).
Contoh yang lain dari kekuatan canggih dari tekhnik-tekhnik terdahulu adalah stop-motion photography (foto
gambar berhenti). Film Kingkong yang pertama (1933) menggunakan tekhnik ini, dimana patung kinkong difilmkan
berulang-ulang per segmen kemudian digerakan, sehingga ketika film diproyeksikan pada kecepatan normal, King
Kong terlihat bergerak. Tekhnik yang sama meng-animasikan patung-patung dalam James and the Giant Peach
(1996).
Setelah Perang Dunia II ada semacam kemandegan dalam pengembangan dan penggunaan spesial effek.
Kemajuan teknis dalam desain dan pembuatan kamera film membuatnya lebih mudah mem-filmkan pada lokasi yang
sesungguhnya, dan tren ide cerita film berarah kepada hal-hal yang relistis, hal ini menjadikan berkurangnya
penggunaan tipuan/effek pada film. Kemudian pada tahun 1968 dalam film 2001: A Space Odyssey, dimana astronot
tampil melayang-layang tanpa berat di ruang angkasa, hal ini mengawali ketertarikan baru pada spesial effek. Star
Wars (1977) merevolusikan cara spesial effek dibuat dan membuktikan bahwa spesial effek bisa menjadi sebuah
tambang emas box-office yang potensial. George lucas yang menyutradarai Star Wars, membangun sendiri studio
spesial effeknya, Industrial Light & Magic yang menjadi inovator utama dan bertanggung jawab atas serangkaian
tekhnik spesial affek yang innovativ.
Dalam membuat Star Wars, lucas menggunakan komputer untuk mengkontrol gerakan kamera. Dalam
tekhnik yang disebut motion-control cinematography (kontrol gerak dalam pembuatan sinema) ini, kontrol komputer
yang presisi (tepat), memungkinkan kamera men-syut langsung adegan dalam satu studio kemudian menggerakan
pada kecepatan yang sama sebagaimana kamera menyorot sebuah model pada studio kedua yang melayani sebagai
background pada adegan langsung. Kedua shoot ini dapat dikombinasikan nantinya dengan yakin bahwa gerakangerakan kamera akan dikenali dan akan sesusai sebelumnya. Motion-control cinematography juga memungkinkan
kamera mereplikasi rangkaian yang sama dari shoot secara tepat sambil memfilmkan objek yang sama. Dengan
masing-masing cara yang dibuat kamera, elemen yang berbeda-beda dapat ditambahkan. Contohnya, dalam Star
Wars mesin yang berbeda menyembur dan sinar yang menyorot muncul pada kapal ruang angkasa pada proses
pemfilmanyang berturut-turut. Akumulasi dari detail yang teramat sangat ini menghasilkan objek yang terlihat
konpleks dan realistis.
Sebagian besar pesawat ruang angkasa dan objek lainnya dalam Star Wars adalah miniatur, meniru tekhnik
yang lain dari sinema-sinema terdahulu. Para pembuat film telah menggunakan miniatur sejak lama untuk melakukan
adegan-adegan skala besar seperti runtuhnya sebuah bangunan atau tenggelamnya sebuah kapal, adegan-adegan
yang akan menelan biaya tinggi dan tidak mungkin dilakukan. Penambahan suara yang sesuai untuk skala itu
menyempurnakan ilusinya.
Para pembuat film merancang banyak spesial effek yang laindalam sebuah film. Ladang, produksi film
mengharuskan seorang aktor tampil pada sustu tempat yang sulit untuk difilmkan, atau melakukan sesuatu yang
tidak masuk akal, seperti terbang. Dalam kasus ini, pembuat film menggunakan apa yang disebut proses layar biru,
memfilmkan aktor di depan layar yang dicat atau diwarnai agar serupa dengan warna langit. Ketika proses printingnya
pembuat film menukar warna latar biru ini dengan gambar yang berbeda, hal ini membuat tipuan bahwa sang aktor
bergerak melalui setting tersebut. Dalam Superman (1978) dan sequel (kelanjutan) nya, layar biru digunakan untuk
menggambarkan sang jagoan tersebut terbang. Sang aktor, Christopher Reeve, difilmkan dengan tangannya yang
menjangkau layar biru di studio, berakting sebagaimana terbang. Setelah gambar kota (dari sudut pandang pesawat
yang terbang rendah) ditukar dengan latar biru, superman tampil terbang melintasi gedung-gedung yang tinggi.
Cara lain untuk menempatkan aktor dalam setting yang tidak sesungguhnya nyata adalah through matte
photography. Tekhnik ini meliputi suatu lukisan realistik dengan sebuah bidang yang dihitamkan. Lukisan tersebut
kemudian difilmkan secara terpisah dan sebuah kelanjutan adegan yang secara cermat telah diframekan agar cocok
dengan sudut pandang dan skala bidang hitam tersebut disisipkan. Kombinasi kedua gambar itu membuat tipuan
bahwa adegan terjadi pada kondisi dalam lukisan tersebut. Lukisan yang digunakan dalam matte photography
beraneka ragam ukurannya, dan kebanyakan para ahli sekarang menggunakan komputer untuk menciptakan lukisan
tersebut. Salah satu penggunaan matte photography ada pada adegan final Raiders of the Lost Ark (1981). Adegan
pada film tersebut menunjukan pekerja mendorong sebuah peti melalui sebuah gudang besar yang terisi benda-benda
milik umum. Kecuali pekerja dan jalan yang diambil, gudang tersebut sebenarnya ialah lukisan.
Pada akhir abad ke-20, tekhnik-tekhnk yang digunakan dalam effek memasuki era baru, yaitu digitizasi.
Dalam digitisasi, suara dan gambar disimpan dalam arsip-arsip elektronik (sekarang disebut file) dan ditampilkan lalu
diedit menggunakan komputer. Membuat sebuah versi digital pada gambar yang memperkirakan tampilan film 35milimeter, komputer musti memecah masing-masing frame menjadi jutaan pixels (elemen gambar). Komputer
menentukan satu nomor nilai untuk masing-masing pixel yang sesuai dengan satu warna dan level terangnya. Dengan
menomori-ulang pixel-pixel dimana warna berubah, gambar bisa diubah.
Gambar yang terdigitisasi memungkinkan untuk dimanipulasi ke dalam berbagi cara, dan komputer sendiri dapat juga
digunakan untuk menciptakan gambar tersebut. Sebagai misal dari gambar yang dikombinasikan ialah adegan dari
Jurassic Park (1993) dimana dinosaurus ciptaan komputer terlihat mengejar dan melompati seorang laki-laki dan dua
orang anak. Dalam Forrest Gump (1994) tokoh utama tampak bertemu dengan tokoh-tokoh sejarah seperti Presiden
John F. Kennedy dan penyani Elvis Presley. Hal ini dilakukan dengan menggabungkan secara digital gambar adegan
aktor utama Tom Hnks dengan film Kennedy, Presley dan tokoh-tokoh lain.
Tekhnik ciptaan komputer lainnya yang populer disebut morphing, kependekan dari metamorphosis on film.
Morphing, merupakan visual effek yang ada pada Terminator 2: Judgment Day (1991), meliputi translasi (perpindahan
wujud) secara digital suatu objek, atau tokoh, ke objekyang lain. Effek tersebut adalah dari satu objek atau tokoh
dengan jelas bisa dilihat dan secara mencair berubah ke objek yang lain.
Kemajuan dalam teknologi digitisasi memungkinkan para pembuat film merubah karya mereka terdahulu
dengan cara yang dahulu tidak mungkin dilakukan. Pada akhir tahun 1990-an, dengan mendigitisasi Star Wars dan
sequelnya (kelanjutannya), George Lucas telah mungkin membubuhkan adegan-adegan dan makhluk-makhluk baru,
dan mempercanggih spesial effek pada film oroginalnya. Film-film yang dimaster ulangkan secara digital kemudian
dirilis.
Film tahun 1997 Titanic menggunakan gambar-gambar, miniatur dan spesial effek aksi langsung ciptaan
komputer lebih meluas dibanding film-film terdahulu manapun. Tidak seperti spesial effek pada film-film terdahulu,
kebanyakan effek Titanic tidak membuat film tersebut menjadi samar. Bahkan, effek-effek itu diblender ke dalam
tekstur film. Hasilnya adalah begitu effektif hampir masuk akal mengatakan banyaknya adegan-adegan di kapal atau
di dalam air difilmkan di studio, tidak di lokasi sebenarnya, dan banyaknya gambar, termasuk sekumpulan manusia di
kapal sebenarnya adalah kreasi komputer murni.
MEMUTAR FILM PADA PROYEKTOR
Setelah movie dishot, diproses, diedit, dipercantik dengan spesial effek, dilakukan mixing dan diprint, maka
film telah siap untuk dipertontonkan. Film pada umumnya diputar di bioskop, pada sebuah proyektor di bagian
belakang bioskop yang menyorotkan sinar melalui kepala para penonton ke arah layar di bagian depan bioskop.
Ketika film berputar melalui proyektor, sinar menyorot melewati film dan memproyeksikan gambar ke depan.
Elemen-elemen pokok dari sebuah proyektor adalah sebuah sumber sinar dengan sebuah lensa, sebuah pintu lewat
film yang mana film melewatinya dari rol proyeksi, sebuah gigi jentera yang mendorong film ke bawah satu frame
setiap satu waktu, sebuah penutup yangmembuka dan menutup ketika film melaluinya, sebuah lensa proyeksi, gigi
jentera lewat lainnya di mana film berlalu untuk menaikan rol, dan sebuah head suara optik yang membaca track
suara.
Ketika film berputar melalui proyektor, masing-masing image ditampilkan sendiri-sendiri pada layar, dan
penutup distel agar membuka ketika gambar berada pada sisi depan sumber sinar, dan menutup ketika film
tertayangkan. Proses itu terjadi 24 kali per detik. Penutup juga memiliki helai kedua yng menghalangi sinar sekali
sementara msing-masing gambar ditayangkan. Hal ini menghasilkan 48 hentakan sinar perdetik dari 24. (membuat
aksi hentakan lebih terang mengurangi berkerlipnya sinar yang penonton memperhatikan.) karena mata manusia
tidak berfungsi cepat mengenali masing-masing gambar yang terpisah-terpisah, gambar-gambar pada layar
terkombinasi menjadi satu, dan foto yang menampilkan posisi berrangkaian seseorang atau seuah bendayang
bergerak menciptkan tipuan gambar yang bergerak secara terus menerus.
Trak suara direkam langsung pada film yang teolah tercetak. Proyektor menyorotkan sebuah sinar melalui
track optik, yang meiliki kepadatan yang bervariasi – tebal atau tipisnya tergantung kuatnya suara asli. Proyeltor
mengkonversi sinar yang melewati trak optik tersebut melalui sebuah sinyal elektronik, melambat atau menguat,
terganung ketebalan trak optik. Sinyal elektronik lalu berjalan ke speaker bioskop yang mengkonversinya ke dalam
energi mekanik kemudain meghasilkan gelombang suara yang didengar penonton.
Hingga awal 1950-an, movie secara umum diproyeksikan ke layar dengan sebuah aspect ratio (rasio lebar
dan tinggi) 4 ke 3 dari rasio layar televisi standar. Tapi kemudian bermacam takhnik dikembangkan untuk
memproyesikan movie pada rasio layar yang berbeda-beda.
Sinerama merupakan proses layar lebar pertama yang diperkenalkan di bioskop pada di tahun 1952. tiga
kamera 35-milimeter dan tiga proyektor digunakan untuk merekam dan memproyeksikan gambar tunggal ke arah
layar lebar yang berkelok, dan hasilnya gambar yang terkombinasikan bersama untuk menghasilkan tipuan gambar
yang luas. Pross layar lebar lainnya segera menyusul. CinemaScope menggunakan lensa khusus yang dinamakan
anarmopik yang mengkompress gambar lebar menjadi film standar 35-milimeter, dan sebuah proyektor yang mendekompress gambar dan membuatnya dua kali seluas layar gambar standar. VistaVision menggunakan effek layar
lebar dengan memakai film 35-milimeter yang ditranspor dari kanan ke kiri secara horisontal. Hal ini memungkinkan
gambar layar lebar difotografikan tanpa sebuah lensa anarmopik ke film 35-milimeter. Pada tahun 1960-an
Panavision menjadi standar proses layar lebar, menggunakan lensa anarmopik untuk mendapatkan sapek rasio 2.35
hingga 1. saat ini, sebagian besar film-film Amerika memiliki rasio 1.85 hingga 1, sementara sebagian besar film-film
eropa memiliki aspek rasio 1.66 hingga 1. untuk film 70-milimeter, aspek rasionya 2.2 hingga 1.
Ketika film layar lebar dikemas untuk ditampilkan di aspek rasio televisi yang 4 hingga 3, sisi gambar
biasanya tidak kelihatan. Untuk manampilkan layar lebar secara utuh pada video rumahan, proses transfernya harus
di letterbox. proses letterbox, yakni menetralkan strip-strip hitam pada atas dan bawah layar televisi, merubah
aspeknya untuk menggantikan sebagaimanan tampilan film asli pada bioskop.
DISTRIBUSI DAN PENJUALAN FILM
Setelah film diproduksi, film harus didistribusikan ke lembaga film dan lembaga per-bioskop-an. Hal ini
diselesaikan melalaui distributor yang menyewa movie dari produser atau rumah perusahaan pemroduksinya. Mereka
lalu membayar pembuatan film cetaknya, menata penampilannya sehingga bioskop mau menawar hak cipta untuk
memutarnya; mempromosikan dan mengiklankan, mendistribusikan kopinya ke bioskop-bioskop; mengatur
pemunculnya di teve kabel atau teve siaran; mengatur distribusi versi videokaset, laserdisc, dan dvdnya ke tempattempat penjualan, mengawasi pemasukan dan pengeluaran dari seluruh aspek distribusi film. Distributor menagih
bioskop pada akhir perjanjian, menerima laporan jumlah penonton.
Kadang, film tidak disewakan, tapi di-subkontrak-kan oleh produser ke distributor. Produser kemudian mengupah
pekerjaan itu dengan memberi distributor prosentasi hasil yang berkisar 10 hingga 50 % pendapatan film. Selain itu,
distributor memotong dari biaya saham net profit produser untuk biaya pencetakan, iklan dan promosi film.
Asosiasi Film Amerika (MPAA) memberi rating film untuk membimbing penonton tentang jenis materi film
yang mungkin untuk kontrol. Ada lima rating. “G” menandakan bahwa film tersebut sesuai untuk semua umur. “PG”
berarti beberapa materi film tersebut mungkin tidak cocok untuk anak-anak. “PG-13” artinya beberapa bagian film
tidak sesuai untuk anak-anak di bawah 13 tahun. “R” bermakna bahwa siapa saja yang berumur di bawah tujuh belas
tahun mesti ditemani orang tua atau yang lebih dewasa. “NC-17” artinya tak seorangpun yang berumur di bawah 17
tahun diizinkan menontonnya.
Banyak film, khususnya film-film bertemakan anak-anak, meliputi penjualan tambahan di antara film itu sendiri,
produser film menjual hak ciptanya –yang disebut ancillary rights—untuk menggunakan tokoh film atau gambarnya
untuk berbagai keperluan komersial, mainan, game, dan busana yang tampil bersama tokoh atau gambar pada film
tersebut. Pada beberapa film, lgu yangmenyertai musik pada sound trak, diproduksi ulang dan di lempar ke pasaran.
Diterjemahkan oleh: masbadar untuk kepentingan edukasi multimedia.
Nicholas Tanis, B.F.A
Asosiasi Profesor Film dan Televisi, Universitas New York. Peraih Cine Golden Eagle untuk penulisan Journey to
Federall Hall
Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2004. © 1993-2003 Microsoft Corporation. All rights reserved.
Gambar bergerak, yang dalam bahasa inggris disebut motion picture adalah serangkaian gambar-gambar yang
diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Motion picture yang disebut juga movie,
film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka
dalam sebuah dunia imajinasi dalam waktu tertentu. Akan tetapi, movie juga mengajarkan manusia tentang sejarah,
ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya.
Sejarah film dunia
tahun 1250, ditemukan sebuah kamera bernama OBSCURA. tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film
karena itu merupakan masa dimana terdapat penemuan" baru yg disebabkan obsesi" besar orang eropa. contoh:
terciptanya sebuah alat yang bisa merekam gerak (yg hingga kini digunakan untuk membuat sebuah film)
tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal adanya sebuah sinema. kenapa?? kira" pada tanggal 28 des 1895,
lumiere bersaudara (frere) yaitu Louis dan Augustemempertunjukan cinematograph untuk pertama kalinya kpd
masyarakat paris di sebuah cafe hanya dengan membayar 1 franc. jd hingga saat ini hal itulah yang dianggap menjadi
hari dimana sebuah sinema itu ada.
orang" yg menemukan / menciptakan alat perekam gerak selain Lumiere & Melies:
1. Thomas A. Edison (USA), 1880-an
2. Max Skladandwsky (Jerman)
3. Friese Green (Inggris)
Kinetograph: alat perekam gerak
kinetoscope: alat untuk memproyeksikan gerak
phonograph: alat perekam suara
nama" gambar bergerak pada zaman dahulu:
1. Flicker: "bersemut"
2. Film: Biasanya berhubungan dengan sosial dan politik
3. Movie: Biasanya berhubungan dengan industri dan bersifat komersil (uang)
4. Cinema: Biasanya berhubungan dengan estetika
keunggulan cinematograph(Lumiere) dibandingkan dengan alat perekam lain:
1. Gambar yang dihasilkan lebih tajam
2. Intermittent movement (gerak sendat)
3. Proyektor
4. Fleksibel (kamera ringan & kecil)
PERBEDAAN
*Lumiere Frere
org yg sebenarnya ga punya ketertarikan dlm film, tp tertarik pada alat yg bisa merekam gambar bergerak):
1. filmnya merupakan kejadian sehari"
2. filmnya merupakan kejadian yg sudah ada
3. Fakta
4. "dokumenter"
*George Melies
(sutradara teater yg tertarik memfilmkan sebuah teater ketika melihat alat perekamnya Lumiere):
1. Filmnya merupakan cerita khayalan
2. Filmnya merupakan kejadian yg diciptakan
3. Fiksi (impresionisme,ekspresionisme,surealisme,etc)
4. "cerita"
Sejarah Film
Sejarah film sebenarnya sama tuanya dengan penemuan perangkat fotografi. Tahun 1250, ditemukan sebuah kamera
bernama OBSCURA. Kamera Obscura ( kamera = kamar, Obscura = gelap ), yaitu sebuah ruangan yang gelap dengan
lubang kecil pada salah satu dindingnya.
1. Tahun 1250-1895, disebut dengan masa pra sejarah film karena itu merupakan masa dimana terdapat penemuan"
baru yg disebabkan obsesi" besar orang eropa.
Namun tahukah kamu, sejarah gambar bergerak yang pertama muncul di dunia justru muncul bukan di Hollywood,
namun lahir dari sebuah pertanyaan unik: Apakah keempat kaki kuda berada pada posisi melayang pada saat
bersamaan ketika kuda berlari? Pertanyaan ini dijawab oleh Eadweard Muybridge dari Stanford University dengan
membuat 16 gambar atau frame kuda yang sedang berlari.
Kejadian ini terjadi pada tahun 1878. Dari ke-16 gambar kuda yang sedang berlari ini dirangkai dan digerakkan
secara berurutan menghasilkan gambar bergerak pertama yang berhasil dibuat di dunia. Dari sinilah ide membuat
sebuah film muncul. Karena pada saat itu teknologi kamera perekam belum ada, Muybridge menggunakan kamera
foto biasa untuk menghasilkan gerakan lari kuda. Dengan kata lain, diperlukan pengambilan gambar beberapa kali
agar memperoleh gerakan lari kuda yang sempurna saat difilmkan.
2. Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah muncul film (bukan sekedar gambar bergerak)
pertama di dunia, ya paling tidak mendekati konsep film-film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan nama
Roundhay Garden Scene yang di'sutradarai' oleh Louis Le Prince yang berasal dari Prancis.
Film berdurasi sekitar 2 detik ini menggambarkan sejumlah anggota keluarga Le Prince sedang berjalan-jalan
menikmati hari di taman. Setahun kemudian(1889), Amerika Serikat barulah memproduksi film pertamanya yang
berjudul Monkeyshines No. 1. Seperti apa film Monkeyshines No.1? Gambar orang yang 'blur' dengan latar hitam yang
sedang melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik. Tahun 1895, dikenal sebagai tahun dimana awal
adanya sebuah sinema.
3. Memproduksi sebuah film yang spektakuler (seperti yang dilakukan oleh kalangan sineas Hollywood) tentu saja
membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya, film Titanic yang harus membangun tiruan kapal Titanic itu
sendiri. Film Titanic itu sendiri menghabiskan dana sebesar 200 juta dollar atau kalau kita rupiahkan bisa mencapai
angka 2,5 triliun rupiah!
Tapi itu masih belum seberapa loh...coba bandingkan dengan biaya pembuatan film Pirates of the Caribbean: At
World's End yang mencapai angka 300 juta dollar atau sekitar hampir 4 triliun rupiah! Luar biasa... Namun, tahukah
kamu, ada satu film yang bisa dianggap sebagai salah satu film termahal di dunia yang pernah diproduksi, dan film ini
diproduksi pada tahun 1963.
Itulah film Cleopatra yang diproduksi oleh 20th Century Fox . Awalnya film ini hanya diberi anggaran 2 Juta Dollar,
namun entah mengapa membengkak hingga 44 juta dollar. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan 20th Century
Fox sehingga hampir membuatnya gulung tikar. Perlu diketahui bahwa angka 44 juta dolar ini adalah angka di tahun
1963, bila dikonversikan dengan tahun sekarang plus hitung-hitungan inflasi, angka tersebut sama dengan nilai 295
juta dollar di tahun 2007, dengan kata lain di tahun 2009 bisa menembus angka 300 juta dollar!
4. Tapi siapakah sebenarnya pemegang rekor film termahal di dunia? Ternyata film termahal yang pernah dibuat
adalah film yang merupakan adaptasi dari novel dari Rusia, War and Peace yang ditulis oleh penulis terkenal Rusia
Leo Tolstoy. Film yang dibuat pada tahun 1961 dan diproduseri oleh Mosfilm Studios milik USSR ini menghabiskan
dana sebesar 100 juta dollar atau kalau dikonversi dengan inflasi dan segala macam, film ini berharga 700 juta
dollar!
Luar biasa...! Lalu apa yang membikin film ini menjadi sangat mahal? Ternyata ada sebuah adegan film perang yang
harus mengerahkan pasukan sebanyak 120.000 tentara, dan itu adalah scene atau adegan perang terbesar yang
pernah dibuat!
Download