BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bisnis di Indonesia semakin hari semakin berkembang. Banyak perusahaan
yang ingin mengembangkan usahanya menjadi lebih besar sehingga banyak tenaga
kerja yang dibutuhkan baik tenaga kerja penuh, tenaga kerja paruh waktu, tenaga
kerja sementara maupun pengganti. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UUTK) sendiri tidak membedakan antara pekerja penuh, pekerja
paruh waktu, pekerja sementara maupun pekerja pengganti. Pekerja / buruh
merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam
hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (perorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lainnya (Maimun, 2007: 12).
Manusia hidup di dunia pasti mempunyai aktivitas. Hal ini sudah merupakan
kodrat manusia bahwa dalam hidupnya selalu mengadakan aktivitas. Salah satu
bentuk aktivitas manusia yang selalu dilaksanakan setiap hari adalah dengan bekerja.
Manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja. Semua orang yang
mempunyai kemampuan dan kecakapan, yang sesuai dengan bidang, minat, bakat dan
keahliannya bisa bekerja dengan kemampuannya. Tanpa adanya minat, bakat, dan
keahlian dalam bekerja akan menghasilkan kerja yang tidak efisien artinya hasil
1
2
kerjanya tidak berguna, tidak dikehendaki, tidak dibutuhkan oleh masyarakat serta
hasil kerjanya tidak baik. Agar kerja dapat efisien maka setiap orang harus memilih
dan melakukan kerja sesuai dengan bidang, bakat, kemampuan, minat, dan keahlian
(Fudyartanta, 1974: 89).
Pekerja paruh waktu (Part-Time Worker) adalah seseorang yang bekerja
hanya dalam sebagian waktu dari ketentuan waktu kerja atau hari kerja normal.
Untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya beberapa dari perusahaan lebih memilih
mempekerjakan pekerja paruh waktu. Peneliti mengamati pada bisnis Movie Box,
bisnis yang bergerak di bidang multimedia ini, memberikan pelayanan pemutaran
film dalam design ruangan keluarga. Movie Box sebagai perusahaan yang digerakkan
hampir keseluruhan pekerja paruh waktu, harus mampu membentuk sistematisasi
dalam mengatur dan memberikan bagian-bagian kerja kepada setiap karyawannya.
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan cara perusahaan dalam memberikan
wujud sistematisasi bagian-bagian pekerja paruh waktu.
Profesionalitas menjadi prioritas utama dalam memberikan pelayanan prima
kepada pengunjung yang menggunakan jasa bisnis Movie Box. Sikap profesional
membawa manfaat untuk terbentuknya peluang
jaringan bisnis yang sistematis
kepada pengguna jasanya. Jaringan (networks) merupakan pola komunikasi dalam
suatu organisasi. Jaringan tersebut merupakan saluran tempat pesan dari satu pihak
kepada pihak lainmya. Jaringan kerja formal adalah sah (disahkan oleh manajemen)
dan biasanya menunjukkan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Berbeda
3
dengan jaringan kerja informal adalah saluran yang tidak resmi tempat berlalunya
informasi dalam suatu organisasi (Curtis, Dan B, 1996: 21).
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
berdasarkan indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja,
prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP
adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja.
Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena
SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan
dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja
organisasi publik di mata masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas kinerja (Tjipto Atmoko, tanpa tahun: 2).
Tujuan SOP sendiri merupakan prinsip yang membangun sikap keadilan
dalam membentuk program kerja dan peraturan bagi mereka yang bekerja.
Pemahaman kata adil dalam bidang keadilan ekonomi dimana jenis keadilan ini
meliputi keadilan dalam produksi, distribusi, dan pertukaran. Filsuf Yunani kuno
Aristoteles (384-322 SM) menyebutnya sebagai keadilan niaga (commercial justice)
persoalan-persoalan yang dibahas antara lain tentang (The Liang Gie, 1993: 45) :
1. Upah pekerja yang layak,
2. Harga barang yang layak,
4
3. Tukar-menukar jasa secara adil.
Standar operasional prosedur (SOP) dinilai dapat mengkoordinir karyawan
yang bekerja. Tujuannya supaya memperlihatkan berapa jam kerja (shift) yang
dilaksanakan karyawan, serta bagian mana yang harus ditanganinya. Sistem yang
terbangun itu akan diakumulasikan untuk upah kerja yang didapatkan karyawan.
Fungsi standar operasional prosedur, untuk tidak menciptakan overlap (tumpang
tindih) tugas karyawan, dan menghindari diskriminasi di antara semua karyawan,
akan tetapi memberikan rasa keadilan terhadap karyawan yang rajin dan karyawan
yang jarang melaksanakan jam kerja (shift)-nya.
Selanjutnya peneliti akan masuk dalam ranah tinjauan etika. Etika hadir dalam
setiap roda kehidupan manusia secara universal. Refleksi etika ini hadir sebagai
bentuk konkret tingkah-laku manusia sebagai manusia untuk mengutamakan
moralitas. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Etika sebagai refleksi
manusia memikirkan apa yang harus dilakukan dan khususnya tentang apa yang
harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang
etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya. Etika sebagai
refleksi menyoroti bagaimana kehidupan seseorang (Bertens, 2013: 31).
Bertindak secara etis dalam interaksi pelaku bisnis terhadap pihak-pihak lain,
menuntun pelaku bisnis untuk berbisnis dengan cara baik, adil, dan etis. Hal ini dapat
menjamin hak-hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis
tersebut, baik itu pengusaha sebagai wakil perusahaan maupun pekerja, dapat
5
terjamin keberadaannya (Keraf, 1998:69-70). Etika bisnis memberikan patokan yang
dapat menempatkan pelaku bisnis sebagai person moral yang memiliki kemampuan
untuk bertindak berdasarkan rasa keadilan dan mampu mewujudkan suatu konsep
baik yang dapat mendorong semua untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya
(Ujan, 2001: 37).
Berdasarkan pengamatan diatas peneliti akan meneliti tentang tinjauan etika
bisnis terhadap pekerja paruh waktu. Berdasarkan standar operasional prosedur
pekerja paruh waktu Movie Box Seturan Yogyakarta. Menggunakan tinjauan prinsipprinsip etika bisnis dalam menganalisis bagaimana seharusnya tindakan baik dan
benar sebagai pekerja paruh waktu.
1. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yaitu:
a.
Apa pengertian umum etika bisnis?
b. Bagaimana standar operasional prosedur (SOP) karyawan paruh waktu
Movie Box?
c. Bagaimana relevansi etika bisnis menyoroti standar operasional prosuder
pekerja paruh waktu Movie Box?
2. KEASLIAN PENELITIAN
Fokus kajian dalam penelitian ini adalah melihat sistem karyawan paruh
waktu melalui sistem standar operasional prosedur (SOP), dengan prinsip-prinsip
etika bisnis sebagai dasar dalam refeksinya. Sejauh penelusuran peneliti, belum
6
banyak penelitian yang spesifik kepada pekerja paruh waktu. Penelitian yang
mengena kepada arti dan peranan pekerja sudah banyak dan menuju kepada
penerangan aplikatif antara pekerja dan pemilik perusahaan dan pekerja dengan
negara. Berdasarkan pada data yang dihimpun peneliti kebanyakan pekerja dengan
sistem kerja dan prinsip-prinsip menuju kesejahteraan pekerja yang universal. Berikut
peneliti menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan objek formal penelitian:
a. Abdul Malik Sayuti, 2013. Hubungan Pekerja dan Perusahaan di Indonesia
dalam Perspektif Etika Bisnis. Skripsi Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta. Skripsi ini mendeskripsikan dan memahami relevansi etika
bisnis bagi pemecahan permasalahan-permasalahan dalam hubungan pekerja
dan perusahaan di Indonesia.
b. Amrino Rosyadi. 1999. Telaah Pada Pelaku Aktivitas Pasar Modal di
Indonesia. Skripsi Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Skripsi ini meneliti akan pemahaman tentang aktivitas pelaku pasar modal,
dan mengungkapkan penataan perilaku yang ada di dalam praktik bisnis
terhadap keharusan-keharusan yang teoritis, salah satunya terdapat dalam
prinsip-prinsip etika bisnis.
c. Gloria Rahma Ginting. 2010. Makna Hubungan Pekerja dan Pengusaha di
Indonesia Dalam Perspektif Teologi Pembebasan Gustavo Gutierrez. Skripsi
Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini mengkaji
permasalahan dalam dunia pekerja dengan menggunakan pemikiran teologi
7
pembebasan. Melalui pemikiran teologi pembebasan peneliti memberikan
sajian penelitian penarikan relevansi kepada dunia pekerja di Indonesia.
d. Iskandar Mohammad, 2011. Terms And Agreement dalam Website ECommerce perusahaan web hosting di Indonesia: Tinjauan etika bisnis.
Skripsi Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini
memaparkan solusi etis atas berbagai permasalahan dalam bisnis web hosting
di Indonesia dengan menggunakan etika sebagai dasar penilaian dalam
mengatasi problematik bisnis web hosting di Indonesia.
e. Purwo Husodo. 1986. Etika Hubungan Kerja Antara Pengusaha dan Pekerja.
Skripsi Fakultas Filsafat. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi ini
mengkaji hubungan yang terjalin antara pekerja dengan pengusaha dalam
dunia bisnis. Menggunakan etika menjadi pisau analisis dalam menelaah sikap
refleksi dalam hubungan yang tercipta.
f. Radite Erlangga Widiyatmaja. 2008. Moralitas Pasar Bebas dalam Bisnis
Internasional.
Skripsi
Fakultas
Filsafat.
Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta. Skripsi ini memberi gambaran penting mengenai etika bisnis, dan
mengemukakan mengenai pentingnya mempelajari etika bisnis dalam masa
modern ini.
8
3. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang peneliti angkat diharapkan dapat memberikan berberapa
faedah diantaranya:
a. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dan
melengkapi berbagai pandangan yang sudah ada dalam etika bisnis. Penelitian
ini dapat pula memberikan perspektif yang berbeda dalam pengkajian etika
bisnis terhadap pekerja paruh waktu.
b. Bagi Perkembangan Ilmu Filsafat
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi bidang Ilmu Filsafat,
khususnya untuk kajian studi Etika Bisnis, dalam melihat realitas bisnis
multimedia. Hasil refleksi filosofis dalam penelitian ini dapat menjadi salah
satu referensi dan bahan diskusi berkaitan dengan bisnis multimedia. Serta
dapat memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam Etika
Bisnis.
c. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perspektif berbeda, terutama
untuk kemajuan bidang Etika, dimana kajian ini melihat perkembangan Bisnis
moviebox Indonesia di Yogyakarta. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan
dampak yang positif bagi masyarakat dalam melihat realitas yang ada dalam
perkembangan bisnis multimedia dari kajian etika.
9
B. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah diatas maka tujun dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan dan memahami tentang pengertian etika bisnis
2. Menjelaskan
dan
menguraikan,
serta
memahami
mengenai
standar
operasional prosedur di Movie Box Indonesia.
3. Menjelaskan dan memahami relevansi prinsip-prinsip etika bisnis dalam
menyoroti pekerja paruh waktu melalui tinjauan refleksi filosofis etika bisnis
terhadap standar opsrasional prosedur karyawan Movie Box Indonesia.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Terminologi ‘profesi’ sering diartikan adanya keahlian dan keterampilan
khusus. profesi selalu mengandaikan adanya suatu keahlian dan keterampilan khusus
tertentu yang dimiliki oleh sekelompok orang yang profesional yang menjalankan
pekerjaannya dengan baik. Keahlian dan keterampilan khusus ini umumnya dimiliki
dengan kadar, lingkup, dan tingkat, yang melebihi keahlian dan keterampilan orang
kebanyakan lainnya. Ini berarti kaum profesional itu lebih ahli dan terampil dalam
bidang profesinya dari pada orang-orang lain. Keahlian dan keterampilan khusus ini
umumnya dimiliki dengan kadar, lingkup, dan tingkat yang melebihi keahlian dan
keterampilan kebanyakan orang lainnya. Ini berarti kaum profesional itu lebih ahli
dan terampil dalam bidang profesinya dari pada orang-orang lain. Keahlian dan
keterampilan ini biasanya dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
10
yang diperolehnya selama bertahun-tahun. Bahkan tingkat pengalaman tersebut
diperoleh dengan cara yang cukup ketat (Keraf, 1998: 39).
Penelitian Abdul Malik Sayuti, berjudul Hubungan Pekerja dan Perusahaan
di Indonesia dalam Perspektif Etika Bisnis. Memberikan uraian kritis mengenai
korelasi yang harus diciptakan pekerja dan perusahaan. Hubungan kerja adalah
hubungan yang terjadi antara pekerja dan perusahaan yang dilandasi dengan adanya
suatu perjanjian kerja. Perjanjian kerja merupakan tanda bahwa terdapat ikatan yang
berupa hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan. Unsur-unsur yang terdapat
dalam suatu perjanjian kerja dan hubungan kerja yang berlaku di Indonesia dijelaskan
sebagai berikut: a) adanya pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pekerja untuk
perusahaan, b) adanya gaji yang dibayarkan kepada pekerja sebagai bentuk imbalan
melaksanakan pekerjaan, dan c) adanya perintah yang berasal dari perusahaan untuk
menjalankan suatu pekerjaan (Abdul Sayuti, 2013: 54).
Penelitian Gloria Rahma Ginting, mengenai Hubungan Pekerja dan
Pengusaha di Indonesia dalam Persepektif Teologi Pembebasan Gustavo Gutierrez.
Penelitian ini memberikan pandangan pada dasar salah satu sifat manusia adalah
bekerja. Oleh karena itu, manusia sering disebut homo faber. Kehidupan sehari-hari,
kerja merupakan sesuatu yang sangat penting. Manusia selalu berusaha untuk
memperoleh pekerjaan dan belum disebut orang berhasil atau “menjadi orang” bila
belum mendapat pekerjaan. Oleh karena itu, ketika manusia belum mendapat
11
pekerjaan, manusia seakan-akan tidak berguna dan ketika ia kehilangan pekerjaan,
manusia juga merasa tidak bermanfaat bagi orang lain (Gloria, 2010: 76).
Purwo Husodo melakukan sebuah penelitian dengan judul Etika Hubungan
Kerja antara Pengusaha dan Pekerja. penelitian ini memperlihatkan bekerja
merupakan hal yang sangat penting dan bahkan kegiatan pokok manusia untuk
mencari nafkah bagi dirinya dan juga keluarganya. Motivasi orang bekerja
bermacam-macam, ada yang benar-benar mencari uang sampai ada orang yang
bekerja untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat (Purwo Husodo, 1986: 35).
Tiga kewajiban penting dari karyawan terhadap perusahaan tempat ia bekerja,
tiga kewajiban ini menimbulkan masalah khusus pada pelaksanaan kegiatan pekerja.
1) kewajiban ketaatan, dimana sebagai pekerja harus mempunyai sikap taat akan
perintah atasan (karena dia merupakan pimpinan), maka manusia harus mengikuti
aturan yang dibuat dalam standar operasional prosedur perusahaan, 2) kewajiban
konfidensialitas, merupakan kewajiban untuk menyimpan informasi yang bersifat
konfidensial (bersifat rahasia), karena bersifat rahasia maka pekerja diwajibkan untuk
menjaga kerahasiaan perusahaannya, 3) kewajiban loyalitas, merupakan konsekuensi
dari status seseorang sebagai karyawan perusahaan. Memilih bekerja di suatu
perusahaan, maka karyawan harus mendukung tujuan-tujuan perusahaan, karena
sebagai karyawan ia melibatkan diri untuk turut merealisasikan tujuan-tujuan tersebut
dan menghindari segala sesuatu yang bertentangan dengannya (Bertens, 2000: 169174). Penghayatan terhadap apa yang menjadi pekerjaannya sangat diperhatikan
12
seseorang yang ingin dikatakan profesional. Totalitas merupakan simbol yang tersirat
dalam dirinya untuk mengerjakan apa yang semestinya di kerjakan. Bukan tanpa ada
dorongan yang negatif untuk memaksakan dirinya melakukan pekerjaan yang
dilakukannya.
Profesional dalam melakukan pekerjaan akan dipengaruhi faktor sumber daya
manusia sebagai personal manusia. Sumber daya manusia sebagai pusat dari kata
profesional harus memiliki persiapan yang mapan untuk dapat mencapai kata
profesional. Berikut peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memiliki
karakteristik seperti berikut (Martini dan Nawawi 1994: 283-284) :
1. Produktif
Dalam hal ini, seseorang dikatakan berkualitas jika ia mampu memposisikan
dirinya sebagai pekerja yang menghasilkan sesuatu yang berguna dan
mencapai prestasi dilingkungan semanusiarnya.
2. Berkepribadian mandiri
Manusia yang berkualitas tidak menggantungkan diri kepada orang lain
dengan terus-menurus dan tanpa menggunakan usaha sendiri dari kerja keras
pribadi. Hal seperti ini akan menimbulkan kesalahpahaman dalam bekerja
sama dengan teman pekerjaan manusia.
3. Beriman dan berfungsi sebagai warga Negara yang baik
Tidak cukup hanya dalam sebatas produktif dan berkepribadian mandiri,
tetapi manusia yang berkualitas juga harus memiliki iman dan takwa kepada
13
agama yang dipeluknya. Serta mengahasilkan hal positif bagi bangsa dan
Negara.
D. LANDASAN TEORI
Etika secara etimologi memiliki kesamaan arti dengan moral, yaitu nilai-nilai
dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Moralitas (moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan moral. Apabila berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya
berbicara mengenai segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah
sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk
(Bertens, 2001: 7).
Bertens dalam Abdul Malik, menjelaskan ada tiga arti dalam etika itu sendiri,
yaitu: 1) kata “etika” dipergunakan dalam pengertian sebagai nilai-nilai atau normanorma moral yang menjadi suatu pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang
dalam mengatur tingkah lakunya. Secara singkat pengertian tersebut dikatakan etika
sebagai suatu sistem nilai. 2) kata “etika” berarti dapat berarti pula sebagai kumpulan
asas atau norma moral. Maksudnya adalah etika sebagai kode etik. 3) “etika” berarti
ilmu tentang sesuatu yang baik dan yang buruk (Abdul, 2013: 11).
Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum
berbicara nilai norma dan moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak
14
secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembagalembaga normatif (diantaranya suara hati), dan semacamnya. Pada etika khusus
adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. dalam hal ini, norma dan prinsip moral dilihat dalam konteks
kekhususan bidang kehidupan manusia yang khusus tertentu (Keraf, 1998: 32).
Bisnis selama ini dipandang hanya melalui sudut pandang ekonomi, yakni
mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya, namun disamping sudut pandang
tersebut, harus dipandang bisnis dari sudut pandang lain yaitu, sudut pandang moral
dan hukum. Selalu ada kendala etis bagi perilaku seseorang, termasuk juga perilaku
ekonomi. Tidak semua yang dapat dilakukan untuk mengejar tujuan (mencari
keuntungan) dapat di pergunakan. Seseorang harus menghormati kepentingan dan
hak orang lain. Pantas diperhatikan lagi bahwa dengan itu, individu itu sendiri tidak
lagi dirugikan. Sebaliknya, menghormati kepentingan dan hak orang lain harus
dilakukan juga demi kepentingan itu sendiri (Bertens, 2000:20).
Boatright dalam Bertens, sering kali di dalam dunia bisnis muncul pendapat
“If it’s legal, it’s morally okay”. Pendapat ini menegaskan bahwa suatu perbuatan
bisnis dianggap etis apabila perbuatan tersebut tidak melanggar hukum. Namun
pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena kepatuhan terhadap hukum tidak
menjamin perbuatan tersebut bersifat etis. Banyak hal-hal yang tidak etis yang tidak
tersentuh hukum. Oleh karena itu mucul pendapat lain yaitu “If it’s morally wrong,
it’s probably also illegal” (Bertens, 2000: 27).
15
Etika bisnis merupakan salah satu bentuk dari etika terapan. Etika bisnis
merupakan suatu aplikasi dari pemahaman manusia tentang suatu yang baik dan
benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas, dan segala kegiatan
yang disebut bisnis. etika bisnis bertumpu pada kesetiaan etis dan komitmen moral
untuk tidak melakukan perbuatan curang dalam berbisnis. Kegiatan-kegiatan curang
yang dapat merugikan negara dan masyarakat, merugikan eksistensi orang lain dan
pengusaha atau pelaku ekonomi lainnya, atau mengancam lingkungan hidup serta
peradaban yang sedang dibentuk kearah yang lebih sempurna (Abdul, 2013: 12).
Etika bisnis tidak boleh hanya dirumuskan secara normatif dan filosofis saja,
melainkan harus menjadi paradigma moral yang menjunjung keadilan, kejujuran dan
kebaikan. Etika bisnis merupakan paduan untuk berbisnis dengan baik dan pasti
dengan penuh kesetiaan pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadaban. Penerapan
etika bisnis mewujudkan kemashuran nilai-nilai dan prinsip-prinsip ekonomi yang
bermartabat dan jauh dari hal-hal yang berbau ketamakan, kepongahan dan kerakusan
(Pieris & Nizam, 2007:14).
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan kajian objek material
mengenai masalah-masalah yang aktual dari fenomena manusia yang semakin
kompleks, dengan adanya perkembangan serta kebijaksanaan dalam berbagai
16
kehidupan manusia (Kaelan, 2005: 292). Permasalahan aktual pada penelitian
ini adalah mengenai tinjauan etika bisnis terhadap pekerja paruh waktu
dengan fokus kajian pada standar operasional prosedur pekerja paruh waktu
Movie Box Indonesia dengan analisis prinsip-prinsip etika bisnis.
2. Bahan Penelitian
Bahan dan materi kepustakaan berbagai sumber yang terdiri dari buku,
artikel yang berhubungan dengan kegiatan bisnis dan etika bisnis. Bahan
kepustakaan tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yang relevan
sehingga kajiannya sesuai dengan tema. Penelitian ini dapat dikategorikan
dalam dua kategori, yakni bahan yang bersumber dari data primer dan bahan
yang bersumber dari data sekunder:
a. Data primer
i. Data standar operasional prosedur pekerja paruh waktu Movie Box
Indonesia.
ii. Arijanto, Bagus. 2012. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis, Cara Cerdas
dalam Memahami Konsep dan Faktor-Faktor Etika Bisnis dengan
Beberapa Contoh Praktis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
iii. Bertens, K. 2013. Etika. Kanisius. Yogyakarta.
iv. Bertens. K. 2013. Pengantar Etika Bisnis. Kanisius. Yogyakarta.
v. Keraf, Sony. 1998. Etika Bisnis tuntutan dan relevansinya. Kanisius.
Yogyakarta
17
b. Data sekunder
Bahan sekunder merupakan bahan yang diperoleh dari tulisan dan sumber
lain yang digunakan peneliti sebagai bahan pelengkap dan tambahan.
Bahan didapat dari buku-buku pendukung yang sesuai dengan tema.
i. Curtis, Dan B. 1992. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Rosda
Jayaputra. Yogyakarta.
ii. Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan (Suatu Pengantar). Pradnya
Pramita. Jakarta.
3. Langkah Penelitian
Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini berjalan berdasarkan
tahap-demi tahap sebagai berikut :
a. Persiapan pengumpulan data
Tahap penyelesaian meliputi pengumpulan data-data baik berupa studi
buku kepustakaan dan literatur ilmiah lainnya yang berhubungan dengan
standar operasional pekerja paruh waktu Movie Box Indonesia dan etika
bisnis sebagai refleksinya. Dalam tahapan ini akan meliputi penyusunan
dan pengklasifikasian data berupa objek material dan objek formal.
b. Klasifikasi dan penelitian
18
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dikategorisasikan kedalam
beberapa kelompok sesuai dengan pembahasan penelitian.
c. Penyelesaian akhir
Tahap akhir penelitian, mencakup pembahasan yang dilakukan secara
sistematis dan koreksi penelitian.
4. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan sistematika penelitian filsafat dengan unsur
metodis sebagai berikut:
a. Inventarisasi, mengumpulkan data sebagai bahan pertimbangan yang
dapat dihubungkan dengan standar operasional pekerja Movie Box
Indonesia dan etika bisnis.
b. Deskripsi, memaparkan secara sistematis tentang pekerja paruh waktu
melalui standar operasional prosedur Movie Box Indonesia.
c. Analisis, peneliti melakukan pemeriksaan secara konsepsional atas makna
yang terkandung dalam objek material penelitian serta prinsip-prinsip
yang ada di etika bisnis.
d. Refleksi filosofis, tahapan akhir yang mencakup mengenai analisisanalisis sebelumnya. Refleksi ini dimaksudkan untuk memberikan
tinjauan etika bisnis terhadap pekerja paruh waktu melalui standar
operasional pekerja.
19
F. TUJUAN YANG INGIN DICAPAI
Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguraikan secara deskriptif mengenai prinsip-prinsip yang terbangun
dalam etika bisnis.
2. Pemahaman mengenai profesi pekerja paruh waktu dalam standar operasional
prosedur pekerja Movie Box Indonesia.
3. Memberikan penjelasan dan menganalisis tinjauan etika bisnis terhadap
profesi pekerja paruh waktu.
G. SISTEMATIKA PENELITIAN
Penelitian skripsi ini akan disistemasikan secara garis besar dalam lima bab
sebagai berikut:
BAB I: berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penelitian.
BAB II: berisi pembahasan objek formal penelitian yang meliputi Pengertian
Etika, Bisnis dan Etika bisnis, tujuan etika bisnis serta keadilan dalam bisnis.
BAB III: berisi tentang objek material penelitian, meliputi pengenalan bisnis
Moviebox, sistem kerja paruh waktu, pembangian kerja, dan peraturan yang
diterapkan, dan tanggung jawab sosial Moviebox kepada relasinya.
20
BAB IV: berisi tetang analisi prinsip-prinsip etika bisnis terhadap profesi
pekerja paruh waktu melalui standar operasional pekerja
BAB V: penutup yang berisi kesimpulan dan saran serta dilanjutkan dengan
daftar pustaka.
Download