1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reputasi adalah hal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reputasi adalah hal yang sangat penting untuk pelbagai institusi dan
organisasi, termasuk institusi pendidikan. Di era modern ini, institusi pendidikan
berupaya untuk membentuk reputasi dan image yang khas dan berbeda dari
institusi pendidikan lainnya, termasuk dengan menggunakan teks dan gambar
(Urciuoli, 2003). Universitas Gadjah Mada adalah institusi pendidikan yang lekat
dengan image kerakyatan. Dari sejak didirikan pada tanggal 19 Desember tahun
1949 melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949, Universitas Gadjah Mada
langsung diarahkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi universitas yang
dapat memajukan dan mengembangkan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1950 oleh pemerintah yang
pada Pasal 3 menyatakan sebagai berikut:
“Universitit Negeri Gadjah Mada bertugas atas dasar tjita-tjita
Bangsa Indonesia jang termaktub dalam Pantjasila, kebudajaan
kebangsaan Indonesia seluruhnja dan kenjataan untuk:
a. membentuk manusia susila jang tjakap dan mempunyai keinsjafan
bertanggung
djawab
tentang
kesedjahteraan
masjarakat
Indonesia chususnja dan dunia umumnja untuk berdiri peribadi
dalam mengusahakan ilmu pengetahuan dan memangku djabatan
Negeri atau pekerdjaan masjarakat jang membutuhkan didikan
dan pengajadaran berilmu pengetahuan;
b. …
c. menjelenggarakan
usaha
membangun,
memelihara
dan
mengembangkan hidup kemasjarakatan dan kebudajaan.”
Dari kalimat pada Pasal 3 di atas, dapat dilihat bahwa Universitit Negeri
Gadjah Mada—nama Universitas Gadjah Mada pada kala itu—bukan hanya
sekedar instansi pendidikan untuk belajar. Universitit Negeri Gadjah Mada
1
merupakan tempat dibentuknya manusia yang cakap secara susila dan
bertanggung jawab akan kesejahteraan masyarakat. Universitit Negeri Gadjah
Mada juga bertujuan untuk membangun, memelihara dan mengembangkan hidup
kemasyarakatan dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Universitit
Negeri Gadjah Mada dibentuk, universitas ini sejak awal sangat mengedepankan
rakyat. Rakyat yang dididik di Universitit Negeri Gadjah Mada diharapkan dapat
menjadi
pribadi
yang
berkemampuan
dan
bertanggung
jawab
dalam
pengembangan kehidupan masyarakat.
Pada perkembangannya, statuta Universitas Gadjah Mada tetap
mengedepankan pengabdian kepada masyarakat. Di dalam pengesahan Statuta
Universitas Negeri Gadjah Mada pada tahun 1977, disebutkan pada Pasal 3
bahwa:
“Universitas Gadjah Mada berkedudukan sebagai badan hukum yang
bersifat masyarakat hukum kepentingan yang merupakan lembaga
otonom baik dalam tugas-tugas pendidikan dan pengajaran, dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam pengabdian
kepada masyarakat dan kemanusiaan, dan dalam pembinaan serta
pengembangan kebudayaan dan lingkungan hidup, maupun dalam
pengelolaan harta milik, keuangan, dan rumah tangga sendiri, di
bawah bimbingan dan pengawasan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan"
Statuta dari Universitas Gadjah Mada yang saat ini berlaku adalah Statuta
Universitas Gadjah Mada yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Gadjah Mada.
Dalam Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013, tujuan dari
Universitas
Gadjah
Mada
tetap
mengedepankan
perkembangan
rakyat
sebagaimana dapat dilihat di dalam Pasal 3 Statuta Universitas Gadjah Mada No.
67 Tahun 2013 yang menyebutkan bahwa:
2
“a. Mewujudkan UGM sebagai lembaga nasional ilmu pengetahuan,
kebudayaan, dan pendidikan tinggi yang menanamkan dan
mengajarkan
ilmu
pengetahuan
dan
kebudayaan
kepada
Mahasiswa demi kelangsungan dan kehidupan manusia pada
umumnya, demi perkembangan bangsa dan rakyat pada
khususnya sebagai penjelmaan dan pelaksanaan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta demi tercapainya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
b. membentuk
manusia
susila
yang
mempunyai
keinsafan
bertanggung jawab atas kesejahteraan Indonesia khususnya dan
dunia umumnya, dalam arti berjiwa bangsa Indonesia, manusia
budaya Indonesia, yang mempunyai dasar keinsafan hidup
berketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan yang adil dan
beradab, demokratis, diliputi oleh kenyataan dan kebenaran,
cerdas, kreatif, terampil, mampu berkomunikasi dan berkesadaran
lingkungan untuk melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan,
hidup kemasyarakatan, serta masa depan bangsa dan negara
Indonesia khususnya dan umat manusia pada umumnya.”
Dari tujuan mengembangkan rakyat yang dapat dilihat dari sejak tahun
1950 hingga sekarang, dapat dilihat bahwa memang dari awal pembentukan
Universitas Gadjah Mada, pengembangan rakyat merupakan salah satu dasar dan
tujuan luhur dari Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan karena
secara filosofis, statuta-statuta Universitas Gadjah Mada disusun dengan
mempertimbangkan cita-cita, semangat, dasar, tujuan, dan jati diri Universitas
Gadjah Mada yang diinginkan oleh para pendirinya.
Dalam hal jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas
kerakyatan, Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013 secara eksplisit
3
menyebutkan jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan di
dalam pada Pasal 8 huruf d. Berdasarkan Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67
Tahun 2013, selain universitas kerakyatan Universitas Gadjah Mada mempunyai 4
jati diri lainnya, yaitu:
a. universitas nasional;
b. universitas perjuangan;
c. universitas Pancasila; dan
d. universitas pusat kebudayaan.
Berdasarkan penjelasan dari statuta Universitas Gadjah Mada No. 67
Tahun 2013, jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas nasional,
universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan, dan
universitas pusat kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dan
merupakan kesatuan karakter atau jati diri Universitas Gadjah Mada.
Namun di mata masyarakat, dari kelima jati diri Universitas Gadjah
Mada yang disebutkan di dalam Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun
2013, reputasi yang paling melekat di mata masyarakat adalah sebagai universitas
kerakyatan. Hal ini dapat dilihat dari opini yang beredar di masyarakat sampai
tahun 2016 yang konsisten menyebutkan bahwa Universitas Gadjah Mada adalah
universitas kerakyatan.
Pada era yang semakin digital ini, keberadaan dari laman web yang
mengandung pelbagai macam informasi, termasuk informasi mengenai sebuah
universitas, merupakan hal yang lumrah. Bahkan, laman web yang ada bisa
dikatakan sebagai representasi dari reputasi universitas yang bersangkutan.
Keadaan ini tentu juga berlaku bagi Universitas Gadjah Mada. Hal ini menjadi
semakin vital untuk bisa diketahui, khususnya mengingat laman web Universitas
Gadjah Mada menempati peringkat pertama dalam daftar peringkat web
universitas di Indonesia versi 4 International Colleges & Universities. Atas dasar
pemikiran ini, maka menjadi penting untuk bisa melihat apakah reputasi yang
tersemat pada Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan telah
termanifestasikan
dalam
laman
web
Universitas
Gadjah
Mada,
yaitu:
http://ugm.ac.id/.
4
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan di dalam Tesis ini adalah:
Bagaimanakah representasi reputasi Universitas Gadjah Mada sebagai universitas
kerakyatan ditinjau dari laman web resmi Universitas Gadjah Mada?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menjelaskan reputasi dari Universitas Gadjah Mada yang tercermin di
dalam laman web Universitas Gadjah Mada. Selain itu, diharapkan Tesis ini dapat
memberikan pemahaman mengenai pentingnya laman web sebagai representasi
reputasi universitas yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
Tujuan Khusus
Mengetahui apakah reputasi dari Universitas Gadjah Mada sebagai
universitas kerakyatan tercermin di dalam laman web resminya.
Manfaat Penelitian
Tesis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka perkembangan ilmu komunikasi kepada pembaca, terutama dalam era
telekomunikasi global di mana masyarakat dapat mengakses laman web apapun,
dimana pun dan kapan pun. Selain itu, peneliti berharap tesis ini berguna kepada
Universitas tempat peneliti menimba ilmu, yaitu Universitas Gadjah Mada.
Penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat kepada Universitas Gadjah
Mada untuk dapat melihat representasi dari reputasi yang direfleksikan oleh web
Universitas Gadjah Mada.
D. Objek Penelitian
Berdasarkan jalinan pemikiran pada latar belakang penelitian, maka
penelitian ini berusaha untuk melihat apakah reputasi yang dicoba dibangun oleh
Universitas Gadjah Mada sudah tercermin di dalam web Universitas Gadjah
Mada. Hal tersebut direfleksikan dari website resmi dari Universitas Gadjah mada
5
tersebut. Selain itu pada penelitian ini juga melihat dari kesan yang didapat oleh
masyarakat ketika mengunjungi web Universitas Gadjah Mada. Mengetahui kesan
masyarakat akan membuat reputasi dari UGM yang terefleksikan di web dapat
diketahui secara nyata.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini bukan yang pertama yang membahas mengenai reputasi
website. Berdasarkan penelusuran yang mampu dilakukan oleh peneliti, ada 1
penelitian yang sebelumnya telah mengangkat reputasi website sebagai sebuah
bahan kajian.. Hal tersebut mendorong penelitian ini untuk memunculkan tinjauan
pustaka. Muhammad Andryzal Fajar mengangkat tesis berjudul, Online Survey
Mengenai Pengaruh Kualitas Website, Reputasi Persepsian dan Customer Trust
Terhadap Niat Bertransaksi di Electronic Commerce sebagai syarat memperoleh
gelar sarjana strata dua di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Tesis ini
merupakan penelitian pertama yang mengangkat mengenai hubungan antara
website dan reputasi. Muhammad Andryzal Fajar membahas secara umum
mengenai kualitas sebuah web yang akan berpengaruh pada kepercayaan
penggunanya. Dalam penelitiannya, Muhammad Andryzal Fajar mendapatkan
kesimpulan bahwa website dengan kualitas tinggi mempunyai korelasi positif
dengan reputasi yang berujung pada meningkatnya kepercayaan pengguna website
tersebut untuk melakukan transaksi e-commerce.
Peneliti tertarik dengan ide dari penelitian ini bahwa kualitas sebuah
website mempunyai korelasi dengan reputasi dan mengimplementasikan hasil
penelitian dengan lebih jauh untuk melihat reputasi dari institusi Universitas
Gadjah Mada yang tercermin di dalam web.
6
F. Kerangka Pemikiran
1. Teori Konstruksi Reputasi
Reputasi merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena persepsi
mengenai reputasi sangat bergantung pada perspektif yang mengamatinya.
Pelbagai definisi telah diberikan untuk mencoba memberikan jawaban. Dari
banyak definisi yang ada, disimpulkanlah beberapa kriteria dari reputasi, yaitu:
1. Reputasi merupakan aset yang tidak berwujud (Fombrun, 1996; Mahon,
2003);
2. Reputasi merupakan perwujudan dari rangkaian tindakan (Grunig dan Hung,
2002);
3. Reputasi dinilai dalam konteks penawaran yang kompetitif (Shapiro, 1983;
Schultz, 2006);
4. Reputasi merupakan cara bagi pemangku kepentingan, yang hanya memiliki
sedikit informasi, guna menentukan tingkat kepercayaan (Stigler, 1962;
Zaballa, 2005)
5. Reputasi didasarkan pada tingkah laku, komunikasi dan hubungan (Doorley
dan Garcia, 2008)
Dengan memperhatikan pelbagai komponen di atas, maka setidaknya ada
2 cara memaknai reputasi. Pertama, ditinjau dari subjek yang bersangkutan.
Kedua, ditinjau dari perspektif pemangku kepentingan (Schreiber, 2016). Dengan
demikian, reputasi dinilai berdasarkan tindakan masa lalu dan harapan masa
depan, serta atribut yang melekat dan evaluasi (Rao, 1994). Dengan kata lain,
reputasi sangat berhubungan erat dengan representasi.
Penting untuk diingat bahwa reputasi hanyalah aspek pelengkap dari
identitas. Namun demikian, bagaimana reputasi diterima di masyarakat bisa
memengaruhi keberlangsungan dari pemegang reputasi. Reputasi merupakan
sumber daya bebas (free resource) yang bisa digunakan pada tiap kesempatan dan
dalam tiap bentuk, dan karenanya membantu pemegang reputasi.
7
Konstruksi terhadap reputasi baru bisa dilakukan saat ada pemahaman
mendalam mengenai konstruksi sosial, sebab reputasi adalah hasil dari dialektika
antara manusia dengan masyarakat. Dengan memahami konstruksi sosial, maka
barulah konstruksi terhadap reputasi bisa dilakukan.
Dalam keadaan saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa teknologi—
khususnya teknologi informasi—telah menyebabkan perubahan dalam proses
konstruksi sosial. Dengan demikian, tak ayal bahwa konstruksi terhadap reputasi
pun terpengaruh oleh kemajuan zaman, khususnya dengan semakin banyaknya
ruang untuk bisa mewujudkan representasi reputasi yang bisa diakses oleh
masyarakat, misalnya di dalam laman web.
2. Reputasi dan Representasi dalam Laman Web Universitas
Laman web dari sebuah universitas telah menduduki peran yang penting
dalam proses pendaftaran mahasiswa karena mampu memberikan informasi yang
lengkap kepada sejumlah besar masyarakat (Abrahamson, 2000). Kombinasi dari
ragam kata dan gambar merupakan komponen yang secara sengaja diletakkan
oleh universitas untuk merepresentasikan dirinya kepada masyarakat agar bisa
dibedakan dari institusi pendidikan lainnya (Hosler, 1999). Hal yang kemudian
penting untuk dipertanyakan adalah apakah representasi yang disampaikan oleh
universitas melalui laman web-nya sesuai dengan reputasi dari universitas yang
bersangkutan. Dikarenakan dampak yang secara langsung terjadi pada publik,
praktisi komunikasi dan hubungan masyarakat harus memikirkan mengenai
reputasi yang pantas bagi organisasi yang diwakilinya (Zalaback, 2001).
Untuk bisa memahami representasi dari laman web sebuah universitas,
maka aspek yang setidaknya perlu untuk dianalisis adalah ragam kata dan gambar
yang ditampilkan di dalamnya (Kress, 1989), yang mana keduanya merupakan
suatu kesatuan yang diterima oleh masyarakat sebagai cerminan reputasi dari
universitas yang bersangkutan. Penggunaan ragam kata merupakan komponen
yang penting dalam menyampaikan informasi. Bahkan, dalam tataran yang lebih
nyata, ragam kata menyampaikan representasi (Wetherell, 2001). Pada sisi yang
8
lain, gambar sangat berguna untuk menyampaikan tindakan, ide, informasi, emosi,
ekspresi, kegiatan, aturan dan simbol (Fairclough, 2001). Dalam hal tertentu,
gambar bisa menjelaskan hal yang tidak tersampaikan melalui kata.
3. Media Baru
Sejak awal abad ke-19, teknologi mengalami perkembangan yang sangat
luar biasa pesat di segala penjuru bidang, seperti teknologi ilmu kedokteran,
pertanian, peternakan, transportasi, maupun teknologi komunikasi. Perkembangan
teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir begitu ramai
diperbincangkan karena membawa dampak yang begitu banyak ke berbagai
sektor, salah satunya di sektor media dimana penyampaian dan pertukaran pesan
dihadirkan
melalui
teknologi.
Goldberg
(2006)
mengungkapkan
bahwa
komunikasi massa merupakan proses produksi dan distribusi pesan secara luas
dan berkelanjutan oleh institusi berlandaskan teknologi dalam masyarakat
industri. Teknologi secara luas membuat komunikasi semakin mudah untuk
dilakukan, dengan adanya teknologi, era baru dalam media terbentuk.
Perkembangan teknologi komunikasi menciptakan media dan teknologi
baru yang memberikan cara baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi
dan gagasan, cara baru untuk berinteraksi dengan teman maupun orang asing, juga
cara baru untuk mempelajari dunia, identitas kita dan juga masa depan (Gamble,
2005). Jutaan orang saat ini terhubung dan berinteraksi melalui apa yang disebut
dengan cyberspace, dimana sebuah dunia terhubung melalui komputer dan
internet.
Teknologi komunikasi yang berkembang dengan signifikan dan melalui
evolusi dari media tulis, ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi
informasi dengan begabungnya telepon, radio, dan computer dan televisi menjadi
satu dan
menandai teknologi yang disebut dengan internet. Dengan adanya
teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat, khususnya
dalam teknologi dan cara berfikir masyarakatnya, berbagai macam dan
9
beragamnya
teknologi
informasi
komunikasi
yang
ada
kemudian
memudahkan masyarakat untuk melakukan komunikasi dan mengutarakan opini.
Hadirnya internet membuat komunikasi mass semakin berkembang lebih
cepat, internet mengambil peran yang sangat signifikan dalam komunikasi
massa modern.
Kehadiran New Media atau media baru sebagai media digital di arena
sosial memiliki konten yang berbentuk gabungan data, teks, suara dan berbagai
jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui
jaringan berbasis kabel optic broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang
mikro (Flew, 2008).
Flew mengidentifikasi lima karakteristik dalam media baru, yaitu:
a.
Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam
berbagai bentuk, penyimpanan, pengiriman dan penggunaan.
b. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara
terus menerus oleh sejumlah besar pengguna diseluruh dunia.
c. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat disimpan di ruang
penyimpanan kecil (contohnya USB) atau penyedia layanan jaringan.
d. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan
manapun dapat diperkecil melalui proses kompres dan dapat
didekompres kembali saat dibutuhkan.
e. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan
bentuknya sama dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh
pemiliknya.
McQuail (1987) memaparkan ciri-ciri utama media baru dibandingkan
dengan media konvensional, yaitu:
a. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya
ada di tangan pemasok komunikasi.
10
b. Kemampuan tinggi, pengantaran melalui kabel dan satelit mengatasi
hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya.
c. Komunikasi timbal balik (inter-activity), penerima dapat memilih,
menjawab kembali, menukar informasi dan dihubungkan dengan
penerima lainnya secara langsung.
d. Kelenturan (fleksibilitas) bentuk, isi dan penggunaan.
Di era media baru, orang tidak perlu lagi mengirim surat dengan
memakai jasa pos karna dapat menggunakan surat elektronik (e-mail). Selain itu
orang juga tidak perlu lagi takut akan sulitnya berhubungan dengan orang di
negara lain karena adanya video call melalui internet orang bisa menampilkan
wajah dari teman komunikasi yang ada di tempat lain, hal ini mempermudah
komunkasi dengan orang lain dari berbagai belahan dunia. Semakin cepatnya
perkembangan teknologi komunikasi juga sangat berpengaruh pada kondisi
sosial, budaya dan khususnya pada bidang politik. Pada ranah
sosial
perkembangan teknologi komunikasi membuat komunikasi antar manusia
semakin mudah untuk dilakukan dan tidak lagi di batasi.
Seseorang bisa berkomunikasi melalui chatting, video call, call melalui
internet, voice note dan membagikan pengalaman berupa gambar, video
ataupun tulisan kepada satu sama lain dengan cepat melalui internet. Hal ini
membut seseorang dapat mengakses begitu banyak informasi. Berbagai
macam berita dapat didapatkan mulai dari berita lama sampai berita yang paling
aktual. Berita yang didapatkan tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi juga
berita dari berbagai belahan dunia yang bisa didapatkan dalam hitungan
detik. Dalam ranah politik, perkembang teknologi komunikasi mempermudah
komunikasi dua arah antara para elit dengan masyarakat serta membuat
masyarakat lebih bebas dalam mengutarakan opininya karna opini dari setiap
masyarakat dapat dengan mudah diakses oleh orang lain.
Peran media baru sangatlah diperlukan dalam dunia pendidikan dan
politik saat ini, karena media merupakan salah satu alat yang sangat penting,
11
terutama untuk hal-hal yang menyangkut tentang hal bernegara. Media baru juga
mempunyai peran penting terhadap kehidupan masyarakat, mengingat media
yang salah satu tujuannya merupakan sebagai penyampai berbagai informasi
apapun kepada masyarakat. Peran komunikasi yang dimiliki media baru inilah
yang akan dapat menentukan atau memberikan pemahaman lebih akan suatu
hal atau fenomena sosial tertentu yang berkembang dalam masyarakat
tersebut. Situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan
yang
memungkinkan penggunanya
untuk
membuat
profil,
melihat
list
pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk
bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini
menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari
identitas diri dan foto pengguna.
Jejaring sosial pertama kali di perkenalkan
oleh Professor J.A Barnes pada tahun 1954 , jejaring sosial adalah sebuah sistem
struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi.
jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas,
mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga
bisa saling berhubungan. Dengan adanya jejaring sosial maka seseorang
dapat menjaring teman sebanyak – banyaknya dengan mudah tanpa harus
bertemu muka terlebih dahulu selain itu sesorang juga dapat berkirim pesan dan
membagikan
informasi
serta
membahas
topik
–
topik
yang
menarik
diperbincangkan di jejaring sosial.
4.
Desain Web
Dalam meneliti reputasi web, desain web merupakan elemen yang tidak
bisa dipisahkan dari web tersebut. Ada tiga prinsip desain yang digunakan oleh
seluruh desainer: konsep, komposisi, dan komponen (Krause, 2004). Menurut
Masri Andri (2010: 30-38), desain difungsikan sebagai ‘sarana’ untuk mengubah
sebuah kondisi menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya, dari sebuah ketidak
jelasan menjadi jelas, dari sebuah kesukaran menjadi kemudahan, dan
seterusnya,dengan kata lain sebuah desain memiliki tujuan,sedangkan nilai
dari sebuah desain yaitu nilai dari ketercapaian desain terhadap tujuan itu sendiri.
12
Selanjutnya, Masri menjelaskan bahwa sebuah desain dapat dikatakan memenuhi
kriteria tercapainya tujuan jika memenuhi kriteria fungsi, sesuai dengan
karakteristik produksi yang ditetapkan, memenuhi kriteria operasional, memenuhi
nilai etik yang berlaku pada satu masyarakat tertentu bahkan berlaku bagi seluruh
masyarakat, dan tergantung pada karakter objek yang akan didesain. Desain harus
direncanakan berdasarkan analisis data dan kajian konsep (pemikiran) orang
lain (client) demi tercapainya tujuan desain. Selain itu aspek visulisasi yang
baik dalam perupaan dan pertimbangan fungsi lain yang berhubungan
dengan ergonomi, operasional hingga komunikasi juga harus dipertimbangkan
dalam perencanaan desain.
Menurut
Hendratman
(2010),
komponen
desain adalah sebagai
berikut:
1. Garis. Secara desain grafis, garis merupakan sekumpulan titik
yang dideretkan memanjang. Garis secara orientasi terdiri dari
garis lurus horisontal, garis lurus vertikal, garis lurus miring
diagonal, dan garis melengkung (kurva).
2. Bentuk. Dihasilkan dari garis-garis yang tersusun sedemikian
rupa. Berdasarkan wujud dimensinya, bentuk terdiri atas bentuk
dua dimensi (dwimatra) dan bentuk tiga dimensi (trimatra).
3. Ilustrasi. Gambar atau perwujudan dari suatu keadaan.
4. Warna. Merupakan faktor yang sangat penting dalam desain
komunikasi visual, warna dapat memberikan dampak psikologis,
sugesti, dan suasana bagi yang melihatnya. Contoh-contoh dari
efek warna adalah sebagai berikut:
a. Warna
oranye
melambangkan
energi,
semangat, segar,
keseimbangan, ceria, dan hangat.
13
b. Warna biru melambangkan kesejukan, kabut, bayangan,
kedamaian, ketenangan, kecerdasan, kekuatan. Warna biru
adalah warna yang positif dan merupakan simbol kepercayaan.
c. Warna kuning melambangkan optimis, harapan, gembira,
dan
santai. Penggunaan
memberikan
sikap
warna
optimis
ini
diharapkan
mampu
dan kegembiraan bagi semua
pihak yang terlibat.
d. Warna putih melambangkan kepolosan, kelahiran, sikap
yang baik. Dalam spektrum warna, putih adalah gabungan
dari semua warna. Netralis dan sifat konservatif
diterima
secara luas. Kesederhanaan dan kualitas halus, membuatnya
menjadi warna yang ideal.
e. Warna
hitam
dikaitkan
dengan
keanggunan,
berkelas,
warna hitam adalah warna tradisional yang menggambarkan
rasa takut, kematian, dan berkabung. Jika
digunakan
dengan
baik
dan
benar,
warna hitam
maka
dapat
mempromosikan perbedaan dan kejelasan dari maksud dan
tujuan yang ingin disampaikan.
f. Warna akromatik, merupakan warna kombinasi gelap dan
terang. Asal kata adalah a=tidak, chromatic=warna, dan
biasa disebut sebagai grayscale. Kombinasi warna tersebut
memberikan kesan artistik untuk penekanan fotografi.
5. Tipografi. Merupakan seni memilih dan menata huruf pada ruang
untuk
menciptakan
kesan
khusus,
sehingga
pembaca
dapat
membaca semaksimal mungkin.
14
Sedangkan prinsip desain menurut Heri Purnomo (2004) meliputi:
1. Kontras, yaitu perbedaan yang mencolok yang muncul karena
adanya perbedaan warna komplementer gelap-terang, garis lurus
dan lengkung, subjek dekat-jauh, bentuk vertikal-horizontal.
2. Keseimbangan. Secara keseluruhan, komponen-komponen desain
harus tampil seimbang. Maka kita akan menangkap keseluruhan atau
halaman desain dalam satu komponen, yang selanjutnya akan dilihat
komponen yang lebih kecil. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan
simetris, asimetris, dan radial.
3. Irama. Pengulangan atau variasi dari komponen-komponen desain
grafis. Pengulangan tersebut bisa membentuk urutan gerakan,
pola tertentu.
4. Skala
dan
proporsi.
Skala
adalah
perubahan
ukuran tanpa
perubahan perbandingan ukuran panjang, lebar, atau tinggi.
Sedangkan
proporsi
adalah
adanya
perubahan
perbandingan
antara panjang, lebar atau tinggi sehingga gambar dengan perubahan
proporsi sering terlihat distorsi.
5. Fokus. Fokus terdiri dari dua bagian, yaitu hirarki dan kontras.
Hirarki atau
komponen
grafis,
komponen
tersebut
harus
difokuskan pada satu titik dengan beberapa tahapan fokus mulai
dari yang terpenting (dominan), pendukung (sub-dominan), dan
pelengkap (sub-ordinat). Sedangkan kontras adalah penekanan
karena adanya perbedaan drastis/ konflik pada komponendesain
grafis.
6. Kesatuan. Merupakan bagian dan unsur grafis yang bersatu padu dan
serasi sehingga pembaca memahaminya sebagai satu kesatuan
yang utuh. Beberapa
adalah:
kedekatan
prinsip yang digunakan dalam kesatuan
dan penutup
(closure),
kesinambungan
15
(continuity), kesamaan (similiarity) dan konsistan (consistency) dan
perataan (alignment)
5.
Penilaian Situs Web
Situs web merupakan hal yang bisa dinilai dengan beberapa metode. Jim
Kapoun (1998) menciptakan pedoman evaluasi situs web berkaitan dengan situs
web sebagai sumber kepustakaan. Untuk menilai sebuah situs web secara
keseluruhan, Smith (1997) menetapkan beberapa kriteria dalam penilaian web
diantaranya sebagai berikut:
a. Akurasi (Accuracy). Kriteria ini didasarkan pada kebenaran
informasi dan hal-hal yang dapat memengaruhi kebenaran
informasi di dalam situs web seperti politik.
b. Otoritas (Authority). Kriteria ini didasarkan pada organisasi yang
membuat atau direpresentasikan oleh situs web tersebut.
c. Kemutakhiran (Currency). Kriteria ini didasarkan pada relevansi
dari informasi yang ada di situs web. Kriteria ini melihat rentang
waktu dari pembaruan informasi di dalam situs web.
d. Keunikan (Uniqueness). Kriteria ini didasarkan pada keunikan dari
situs web.
e. Tautan ke sumber lain (Links made to other resources). Kriteria ini
didasarkan pada adanya tautan ke sumber-sumber lain yang relevan
dengan situs web.
f. Kualitas penulisan (Quality of Writing). Kriteria ini didasarkan
pada kejelasan informasi yang tertulis di dalam situs web.
g. Desain grafis dan multimedia (Graphic and multimedia design).
Kriteria ini didasarkan pada keindahan desain dari laman web.
16
h. Tujuan penggunaan dan sasaran (Purpose and Audience). Kriteria
ini didasarkan pada target dari situs web dan ketepatan dari target
situs web.
i. Kemampuan kerja (Workability). Kriteria ini meliputi tingkat
kemudahan penggunaan dari situs web, navigasi situs web,
kemampuan untuk di-browse, dan kemampuan untuk berinteraksi
dengan situs web.
G. Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini, teori-teori yang telah dijabarkan diatas akan
digunakan oleh peneliti dengan cara sebagai berikut:
1. Teori reputasi secara umum dan teori reputasi web digunakan oleh peneliti
untuk menilai reputasi yang direpresentasikan dalam laman web
Universitas Gadjah Mada.
2. Teori media baru digunakan oleh peneliti untuk memahami sifat dan
karakteristik dari laman web Universitas Gadjah Mada sebagai bagian dari
media baru.
3. Teori desain web dan penilaian situs web digunakan oleh peneliti untuk
melakukan analisis isi terhadap laman web Universitas Gadjah Mada.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memahami reputasi yang
terefleksi dari laman web Universitas Gadjah Mada di masyarakat, maka metode
penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif mempunyai tujuan diantaranya adalah menghasilkan gambaran yang
akurat tentang suatu kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau
hubungan, memberikan gambaran baik berbentuk verbal maupun numerical,
menyajikan informasi dasar, menciptakan seperangkat kategori atau pengklasifian,
menjelaskan tahapan-tahapan atau seperangkat tatanan, dan menyimpan informasi
17
yang tadinya bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang memberi suatu uraian dalam bentuk gambaran
gejala tertentu dalam masyarakat. Tujudan dari tipe penelitian ini adalah untuk
melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa, sehingga relevansi
sosiologis bisa tercapai (Sugiyono, 2007)
Neuman (2007) memberikan penjelasan mengenai penelitian deskriptif
sebagai berikut
"Descriptive research presents a picture of the specific details of a
situation, social setting, or relationships; it focuses on "how" and "who"
questions"
(Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang spesifik dari detail
sebuah situasi, kondisi sosial, atau sebuah hubungan; memfokuskan pada
pertanyaan "bagaimana" dan "siapa")
Dalam Tesis ini, pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana reputasi yang
terefleksikan dari laman web Universitas Gadjah Mada di dalam masyarakat.
Furchan (2004) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala
saat penelitian dilakukan.
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan Furchan (2004) bahwa:
a. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa
adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, mengutamakan
objektivitas (apa adanya, dan dilakukan secara cermat dan teliti
b. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan (variabel), dan
c. Tidak adanya uji hipotesis (jawaban sementara atau prediksi).
18
Oleh karena itu dalam Tesis ini, peneliti mencoba untuk melihat reputasi
dari laman web Universitas Gadjah Mada di dalam masyarakat apa adanya tanpa
ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode studi pustaka
dan wawancara melalui kuesioner dengan jawaban tertutup. Sumber data dalam
penelitian
ini
adalah
elemen-elemen
yang
ada
pada
laman web
http://ugm.ac.id/ dan pandangan dari masyarakat mengenai reputasi yang
terefleksikan dari laman web Universitas Gadjah Mada yang didapat melalui
kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Dengan demikian, metode kuesioner digunakan
untuk mengetahui pendapat informan. Mekanisme pengumpulan data yang
dilakukan melalui kuesioner dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengunggah
kuisioner dalam sebuah laman web dan membiarkan informan secara sukarela
datang untuk mengisi kuisioner. Kuisioner yang telah diisi kemudian dikumpulan
untuk dianalisis.
3. Pemilihan Informan
Pemilihan informan merupakan faktor penting dalam penelitian
kualitatif. Sebagaimana diungkapkan Cresswell (2003), bahwa:
“The idea behind qualitative research is to purposefully select
participants or sites (or documents or visual material) that will best help the
researcher the problem and the research question”
(Ide dari penelitian kualitatif adalah secara sengaja memilih partisipan
atau lokasi penelitian (atau dokumen atau materi visual) yang paling membantu
peneliti untuk memahami masalah dan pertanyaan penelitian)
Mengingat objek penelitian adalah reputasi yang terefleksi dari website
laman web Universitas Gadjah Mada di masyarakat, peneliti memutuskan bahwa
informan dari penelitian ini adalah seluruh pengguna layanan web yang berada di
19
Indonesia, tanpa memedulikan jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun usia.
Pemilihan informan didasarkan pada asumsi bahwa laman web Universitas
Gadjah Mada merupakan bagian dari laman web umum yang bisa dikunjungi oleh
siapa saja.
Peneliti melihat bahwa untuk penelitian deskriptif dengan tema yang
peneliti pilih, tidak mungkin untuk melakukan perhitungan secara matematis
mengenai jumlah informan yang harus memberikan respon. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini, peneliti mengumpulkan respon dari 104 orang, dengan didasarkan
pada preposisi dari Fraenkel dan Wallen yang menyatakan bahwa jumlah
responden pada penelitian evaluasi pendidikan minimal adalah 100 orang. Dalam
penelitian ini, adalah jumlah minimal yang dipilih dengan pertimbangan:
a. Penelitian ini hanya merupakan survei terhadap karakteristik reputasi dari
laman web; dan
b. Semakin banyaknya jumlah sampel tidak akan memengaruhi kualitas hasil
dari penelitian karena tidak adanya batasan jumlah dari populasi.
Pada penelitian ini, peneliti memberikan jangka waktu tertentu bagi
pengguna jasa web untuk mengunjungi laman web yang berisi kuisioner yang
dibuat oleh peneliti. Setelah jangka waktu tersebut terlampaui, terdapat 104
sampel yang secara sukarela mengisi kuisioner yang dibuat peneliti. Sampel
dipilih dengan metode acak sederhana, yaitu suatu prosedur yang memungkinkan
setiap elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan
sampel. Orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mereka yang
secara sukarela masuk ke dalam laman yang telah disediakan oleh Peneliti yang
berisi pertanyaan-pertanyaan.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, namun demikian karena
instrumen yang digunakan berbasis layanan web, maka bisa dikatakan bahwa
seluruh Indonesia merupakan tempat dari dilakukannya penelitian. Penelitian ini
dilakukan sejak bulan Mei 2016 sampai pertengahan bulan Juli 2016.
20
5. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi tolak ukur dalam menilai
karakteristik laman web Universitas Gadjah Mada adalah sebagai berikut:
a. Profesional;
b. Modern; dan
c. Kerakyatan.
Ketiga variabel dipilih berdasarkan alasan berikut:
a. Reputasi professional adalah hal yang sangat penting untuk institusi
(Ashley and Empson, 2011). Melalui variable professional, peneliti ingin
melihat apakah reputasi professional telah tercermin di laman web dari
Universitas Gadjah Mada. Sebagai salah satu universitas terbaik di
Indonesia, reputasi professional merupakan hal yang dalam analisis
peneliti haruslah dimiliki dan dapat direpresentasikan oleh laman web
Universitas Gadjah Mada.
b. Modern sebagai variabel bertujuan untuk memastikan bahwa laman web
Universitas Gadjah Mada juga dinilai berdasarkan kemampuannya untuk
mengikuti perkembangan zaman. Kemampuan mengikuti perkembangan
zaman adalah hal yang esensial dikarenakan universitas sebagai institusi
pendidikan haruslah dapat memberikan pengetahuan yang secara teknis
bermanfaat untuk dapat berkontribusi secara nasional (Delanty, 2001).
Oleh karena itulah modernitas merupakan salah satu poin mendasar dari
penelitian Kwiek terhadap universitas-universitas di Jerman (Kwiek,
2006).
c. Hadirnya kerakyatan sebagai variabel penelitian bertujuan untuk menguji
apakah reputasi Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan
21
yang sudah tertanam dalam benak masyarakat terpancarkan melalui laman
web-nya.
Perlu dipahami bahwa tiap variabel bukan merupakan karakteristik yang
saling bertentangan ataupun saling mengecualikan. Dengan demikian, sangat
mungkin penggambaran yang ada muncul merupakan kombinasi dari ketiga
variabel yang ada.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Dalam melakukan analisis isi diperlukan
pengkategorisasian yang jelas untuk kriteria-kriteria yang akan dijadikan dasar
analisis. Mayring (2000) memberikan pedoman untuk membuat agenda koding
dengan berdasarkan kategori-kategori yang dikembangkan secara induktif atau
deduktif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan kategori secara
deduktif. Alur dari penerapan kategori secara deduktif yang dikembangkan oleh
Mayring adalah sebagai berikut:
22
Gambar 1.1 Model langkah penerapan kategori secara deduktif
Pembuatan kategori yang dilakukan peneliti didasarkan pada teori penilaian situs
web yang dilakukan oleh Smith. Dalam Bab IV, peneliti akan melakukan analisis
isi terhadap situs web Universitas Gadjah Mada dengan mendasarkan pada
kategori-kategori sebagai berikut:
a. Akurasi (Accuracy).
b. Otoritas (Authority).
c. Kemutakhiran (Currency).
d. Keunikan (Uniqueness).
23
e. Tautan ke sumber lain (Links made to other resources).
f. Kualitas penulisan (Quality of Writing).
g. Desain grafis dan multimedia (Graphic and multimedia design).
h. Tujuan penggunaan dan sasaran (Purpose and Audience).
i.
Kemampuan kerja (Workability).
Selain analisis isi, peneliti juga menggunakan instrumen tambahan berupa
kuesioner sebagai data pendukung untuk mengetahui pandangan dari masyarakat
terhadap reputasi laman web Universitas Gadjah Mada. Kuesioner yang disusun
dibuat dengan model tertutup dan berisi pertanyaan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kuesioner Wawancara Tertutup
No.
Variabel
Pertanyaan
1
Profesional
Apakah laman UGM menunjukkan kesan profesional?
2
Modern
Apakah laman UGM menunjukkan kesan modern?
3
Kerakyatan
Apakah laman UGM menunjukkan kesan kerakyatan?
7. Teknik Analisis Data
Analisis Isi Kualitatif
Analisis isi merupakan metode riset yang menggunakan seperangkat
prosedur untuk membuat penafsiran valid dari teks (Weber, 1990), yang
merupakan rumpun pendekatan analisis yang terentang mulai dari impresionistik,
intuitive, intepretative sampai ke sistematik-analisis tekstual yang ketat
(Rosengren, 1981 dalam Hsieh & Shannon, 2005), xliv sangat berguna untuk
meneliti kecenderungan dan pola komunikasi dalam dokumen (Stemler, 2001),
dapat mengatasi material yang tidak terstruktur dan dapat dengan mudah
mengakomodasi data dalam jumlah yang besar (Kripperndorf, 2003 dalam
24
Shuyler, 2003, dan GAO, 1996 dalam Stemler, 2001) dan fleksibel untuk
menganalisis data teks (Cavanagh, 1997 dalam Hsieh & Shannon 2005),
walaupun fleksibelitas dari analisis isi menjadikan metode ini berguna untuk
berbagai macam peneliti, oleh karena kurangnya definisi dan prosedur yang tetap,
pemakaian analisis isi menjadi relatif terbatas (Tesch, 1990 dalam Hsieh &
Shannon, 2005). Walapun begitu penggunaan analisis isi (kualitatif) tidak terbatas
pada satu disiplin ilmu tertentu, metode ini telah banyak diterapkan dalam
psikologi, linguistik, sosiologi, sejarah dan lain-lain (Spannagel et al, 2005),
termasuk kesehatan.
a. Analisis isi konvensional
Analisis isi konvensional digunakan untuk penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan fenomena, cocok apabila teori atau literatur
penelitian sangat terbatas atau belum ada, kategori dan penamaan kategori
muncul dari data. Peneliti tidak menentukan lebih dahulu kategori
(Kondracki & Wellman, 2002 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Prosedur
ini disebut juga pengembangan kategori secara induktif (Mayring, 2000).
Analisis data dimulai dengan membaca semua data secara berulang-ulang
untuk memperoleh ‘rasa’ keseluruhan seperti membaca novel (Tesch,
1990 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Kemudian data dibaca per kata
untuk mendapatkan lambang (code) (Miles & Huberman, 1994).
Kemudian peneliti melakukan pendekatan terhadap teks dengan membuat
catatan kesan dan pikiran pertama, serta analisis. Seiring proses ini
berlangsung label untuk lambang (code) muncul yang mencerminkan lebih
dari 1 pikiran utama. Hal ini sering terjadi muncul dari teks dan kemudian
menjadi skema pelambangan (coding scheme) pertama. Kode kemudian
diurut ke dalam xlv kategori. Kategori-kategori emergent digunakan untuk
menata dan mengelompokkan codes ke dalam suatu kluster yang
bermakna. (Coffey & Atkinson, 1996; Patton, 2002 dalam Hsieh &
Shannon, 2005).
25
Tergantung dari hubungan antar sub kategori, peneliti dapat
menggabungkan atau menata sejumlah besar subkategori tersebut menjadi
sejumlah kategori lebih sedikit. Kemudian definisi untuk tiap kategori, sub
kategori dikembangkan. Sebagai persiapan laporan dari penemuan, contoh
dari masing-masing kode dan kategori diidentifikasi dari data. Tantangan
yang ada pada pendekatan konvensional ini adalah apabila terjadi
kegagalan untuk mengembangkan pengertian yang lengkap terhadap
konteks sehingga gagal untuk mengidentifikasi kategori utama. Tantangan
lain adalah metode ini dapat mudah dibingungkan dengan metode
kualitatif lain misalnya grounded theory (GTM) atau fenomenologi (Hsieh
& Shannon, 2005). Metode ini mempunyai pendekatan analitis yang mirip,
analisis isi konvensional paling tidak menghasilkan pengembangan konsep
atau model building (Lindkvist,1981 dalam Hsieh & Shannon, 2005).
b. Analisis isi langsung.
Tujuan dari pendekatan analisi isi langsung adalah untuk
memvalidasi secara konseptual suatu kerangka kerja teori atau teori. Teori
atau penelitian yang telah ada membantu memfokuskan pertanyaan
penelitian dan memprediksi variabel atau tentang hubungan antar kode.
Pendekatan ini oleh Mayring (2000) disebut penerapan kategori deduktif
(deductive category application). Proses pendekatan ini lebih terstruktur.
Penggunaan teori atau penelitian yang telah ada maka peneliti dapat
memulai dengan mengidentifikasi konsep utama atau variabel sebagai
kategori koding pertama (Potter & Levinne-Donnerstein, 1999 dalam
Hsieh & Shannon, 2005). Kemudian definisi operasional tiap-tiap kategori
xlvi ditentukan menggunakan teori (Hsieh & Shannon, 2005). Teks yang
tidak dapat dimasukkan dalam kategori awal skema koding diberi kode
baru, atau dianalisis nanti untuk mengetahui mungkin mewakili kategori
baru atau mungkin masuk ke sub kategori yang sudah ada pada skema
koding awal. Hasil dari analisis isi langsung adalah mendukung atau tidak
mendukung bukti dari teori. Kekuatan dari pendekatan ini adalah teori
yang telah ada dapat didukung dan perluas. Kelemahan pertama, peneliti
26
mungkin lebih banyak menemukan bukti-bukti yangmendukung teori
daripada yang tidak mendukung. Kelemahan kedua, dalam menjawab
pertanyaan terbuka peserta mungkin sudah memperoleh cues menjawab
sedemikian rupa untuk menyenangkan peneliti. Ketiga, teori yang terlalu
ditekankan akan membutakan peneliti terhadap aspek konteks dari
fenomena (Hsieh & Shannon, 2005).
c. Analisis isi sumatif.
Pendekatan analisis isi sumatif dimulai dengan mengenal dan
menghitung kata-kata atau isi tertentu dalam teks dengan tujuan untuk
memahami penggunaan kontekstual dari kata-kata atau isi. Analisi isi ini
adalah usaha bukan untuk melakukan inferensi arti tapi lebih ditujukan
untuk menjelajahi penggunaannya. (Hsieh & Shannon, 2005). Analisis
terhadap kemunculan kata atau isi tertentu dalam teks inilah yang disebut
analisis isi manifest (Potter & Levine-Donnerstein, 1999 dalam Hsieh &
Shannon, 2005). Jika analisis berhenti sampai di sini, maka analisis
bersifat kuantitatif, memusatkan pada menghitung frekuensi kata atau isi
tertentu (Kondracki & Wellman, 2002 dalam Hsieh & Shannon, 2005).
Analisis isi sumatif melampaui titik itu untuk memperoleh analisis isi laten
yaitu proses penafsiran isi yang berfokus pada penemuan makna latar dari
kata-kata atau isi. Pada pendekatan sumatif analisis isi kualitatif, analisis
data mulai dengan pencarian terhadap kemunculan kata-kata yang
teridentifikasi secara manual atau xlvii komputer. Frekuensi dari hitungan
istilah yang diidentifikas dihitung, dengan sumber atau pembicara
diidentifikasi. (Hsieh & Shannon, 2005).
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertautan dengan pengumpulan dan peringkasan data
serta penyajian hasil ringkasan tersebut. Analisis ini digunakan untuk
mendeskripsikan gambaran umum dari tanggapan pengguna internet terhadap
laman web Universitas Gadjah Mada.
27
Analysis of Variance
Analysis of Variance merupakan metode untuk menguji hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya. Untuk melakukan analisis ini, maka syarat
yang harus dipenuhi adalah: homogency of variance dan random sampling.
H.
Sistematika Penulisan
Tesis ini disusun menjadi sebuah tulisan dengan 5 bab yang saling terkait
dengan urutan sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah yang
menjadi dasar peneliti mengambil topik ini sebagai subjek
penelitian
pokok
permasalahan,
tujuan
penelitian,
definisi
operasional, metode penelitian sebagai sarana untuk mencapai hasil
penelitian secara metodologis dan sistematis, dan sistematika
penulisan yang merupakan kerangka dari penelitian ini.
BAB II
WEBSITE SEBAGAI ETALASE ORGANISASI
Bab ini akan menguraikan bagaimana website merefleksikan
sebuah organisasi atau institusi.
BAB III
GAMBARAN LAMAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bab ini akan menjelaskan isi laman web resmi Universitas Gadjah
Mada.
BAB IV
ANALISIS
Bab ini berisi analisis dari teori dan hasil penelitian yang dilakukan
secara langsung ke masyarakat berkaitan dengan reputasi dari
Universitas Gadjah Mada yang terepresentasi di laman web
Universitas Gadjah Mada.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan mengenai pengaruh laman web Universitas
Gadjah Mada terhadap reputasi universitas.
28
Download