BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reputasi adalah hal yang sangat penting untuk pelbagai institusi dan organisasi, termasuk institusi pendidikan. Di era modern ini, institusi pendidikan berupaya untuk membentuk reputasi dan image yang khas dan berbeda dari institusi pendidikan lainnya, termasuk dengan menggunakan teks dan gambar (Urciuoli, 2003). Universitas Gadjah Mada adalah institusi pendidikan yang lekat dengan image kerakyatan. Dari sejak didirikan pada tanggal 19 Desember tahun 1949 melalui Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949, Universitas Gadjah Mada langsung diarahkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi universitas yang dapat memajukan dan mengembangkan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1950 oleh pemerintah yang pada Pasal 3 menyatakan sebagai berikut: “Universitit Negeri Gadjah Mada bertugas atas dasar tjita-tjita Bangsa Indonesia jang termaktub dalam Pantjasila, kebudajaan kebangsaan Indonesia seluruhnja dan kenjataan untuk: a. membentuk manusia susila jang tjakap dan mempunyai keinsjafan bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat Indonesia chususnja dan dunia umumnja untuk berdiri peribadi dalam mengusahakan ilmu pengetahuan dan memangku djabatan Negeri atau pekerdjaan masjarakat jang membutuhkan didikan dan pengajadaran berilmu pengetahuan; b. … c. menjelenggarakan usaha membangun, memelihara dan mengembangkan hidup kemasjarakatan dan kebudajaan.” Dari kalimat pada Pasal 3 di atas, dapat dilihat bahwa Universitit Negeri Gadjah Mada—nama Universitas Gadjah Mada pada kala itu—bukan hanya sekedar instansi pendidikan untuk belajar. Universitit Negeri Gadjah Mada 1 merupakan tempat dibentuknya manusia yang cakap secara susila dan bertanggung jawab akan kesejahteraan masyarakat. Universitit Negeri Gadjah Mada juga bertujuan untuk membangun, memelihara dan mengembangkan hidup kemasyarakatan dan kebudayaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika Universitit Negeri Gadjah Mada dibentuk, universitas ini sejak awal sangat mengedepankan rakyat. Rakyat yang dididik di Universitit Negeri Gadjah Mada diharapkan dapat menjadi pribadi yang berkemampuan dan bertanggung jawab dalam pengembangan kehidupan masyarakat. Pada perkembangannya, statuta Universitas Gadjah Mada tetap mengedepankan pengabdian kepada masyarakat. Di dalam pengesahan Statuta Universitas Negeri Gadjah Mada pada tahun 1977, disebutkan pada Pasal 3 bahwa: “Universitas Gadjah Mada berkedudukan sebagai badan hukum yang bersifat masyarakat hukum kepentingan yang merupakan lembaga otonom baik dalam tugas-tugas pendidikan dan pengajaran, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam pengabdian kepada masyarakat dan kemanusiaan, dan dalam pembinaan serta pengembangan kebudayaan dan lingkungan hidup, maupun dalam pengelolaan harta milik, keuangan, dan rumah tangga sendiri, di bawah bimbingan dan pengawasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan" Statuta dari Universitas Gadjah Mada yang saat ini berlaku adalah Statuta Universitas Gadjah Mada yang tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Statuta Universitas Gadjah Mada. Dalam Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013, tujuan dari Universitas Gadjah Mada tetap mengedepankan perkembangan rakyat sebagaimana dapat dilihat di dalam Pasal 3 Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013 yang menyebutkan bahwa: 2 “a. Mewujudkan UGM sebagai lembaga nasional ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pendidikan tinggi yang menanamkan dan mengajarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan kepada Mahasiswa demi kelangsungan dan kehidupan manusia pada umumnya, demi perkembangan bangsa dan rakyat pada khususnya sebagai penjelmaan dan pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta demi tercapainya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan b. membentuk manusia susila yang mempunyai keinsafan bertanggung jawab atas kesejahteraan Indonesia khususnya dan dunia umumnya, dalam arti berjiwa bangsa Indonesia, manusia budaya Indonesia, yang mempunyai dasar keinsafan hidup berketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, demokratis, diliputi oleh kenyataan dan kebenaran, cerdas, kreatif, terampil, mampu berkomunikasi dan berkesadaran lingkungan untuk melaksanakan tanggung jawabnya terhadap pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan, hidup kemasyarakatan, serta masa depan bangsa dan negara Indonesia khususnya dan umat manusia pada umumnya.” Dari tujuan mengembangkan rakyat yang dapat dilihat dari sejak tahun 1950 hingga sekarang, dapat dilihat bahwa memang dari awal pembentukan Universitas Gadjah Mada, pengembangan rakyat merupakan salah satu dasar dan tujuan luhur dari Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan karena secara filosofis, statuta-statuta Universitas Gadjah Mada disusun dengan mempertimbangkan cita-cita, semangat, dasar, tujuan, dan jati diri Universitas Gadjah Mada yang diinginkan oleh para pendirinya. Dalam hal jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan, Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013 secara eksplisit 3 menyebutkan jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan di dalam pada Pasal 8 huruf d. Berdasarkan Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013, selain universitas kerakyatan Universitas Gadjah Mada mempunyai 4 jati diri lainnya, yaitu: a. universitas nasional; b. universitas perjuangan; c. universitas Pancasila; dan d. universitas pusat kebudayaan. Berdasarkan penjelasan dari statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013, jati diri Universitas Gadjah Mada sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas Pancasila, universitas kerakyatan, dan universitas pusat kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dan merupakan kesatuan karakter atau jati diri Universitas Gadjah Mada. Namun di mata masyarakat, dari kelima jati diri Universitas Gadjah Mada yang disebutkan di dalam Statuta Universitas Gadjah Mada No. 67 Tahun 2013, reputasi yang paling melekat di mata masyarakat adalah sebagai universitas kerakyatan. Hal ini dapat dilihat dari opini yang beredar di masyarakat sampai tahun 2016 yang konsisten menyebutkan bahwa Universitas Gadjah Mada adalah universitas kerakyatan. Pada era yang semakin digital ini, keberadaan dari laman web yang mengandung pelbagai macam informasi, termasuk informasi mengenai sebuah universitas, merupakan hal yang lumrah. Bahkan, laman web yang ada bisa dikatakan sebagai representasi dari reputasi universitas yang bersangkutan. Keadaan ini tentu juga berlaku bagi Universitas Gadjah Mada. Hal ini menjadi semakin vital untuk bisa diketahui, khususnya mengingat laman web Universitas Gadjah Mada menempati peringkat pertama dalam daftar peringkat web universitas di Indonesia versi 4 International Colleges & Universities. Atas dasar pemikiran ini, maka menjadi penting untuk bisa melihat apakah reputasi yang tersemat pada Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan telah termanifestasikan dalam laman web Universitas Gadjah Mada, yaitu: http://ugm.ac.id/. 4 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan di dalam Tesis ini adalah: Bagaimanakah representasi reputasi Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan ditinjau dari laman web resmi Universitas Gadjah Mada? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menjelaskan reputasi dari Universitas Gadjah Mada yang tercermin di dalam laman web Universitas Gadjah Mada. Selain itu, diharapkan Tesis ini dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya laman web sebagai representasi reputasi universitas yang dapat diakses oleh masyarakat luas. Tujuan Khusus Mengetahui apakah reputasi dari Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan tercermin di dalam laman web resminya. Manfaat Penelitian Tesis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu komunikasi kepada pembaca, terutama dalam era telekomunikasi global di mana masyarakat dapat mengakses laman web apapun, dimana pun dan kapan pun. Selain itu, peneliti berharap tesis ini berguna kepada Universitas tempat peneliti menimba ilmu, yaitu Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat kepada Universitas Gadjah Mada untuk dapat melihat representasi dari reputasi yang direfleksikan oleh web Universitas Gadjah Mada. D. Objek Penelitian Berdasarkan jalinan pemikiran pada latar belakang penelitian, maka penelitian ini berusaha untuk melihat apakah reputasi yang dicoba dibangun oleh Universitas Gadjah Mada sudah tercermin di dalam web Universitas Gadjah Mada. Hal tersebut direfleksikan dari website resmi dari Universitas Gadjah mada 5 tersebut. Selain itu pada penelitian ini juga melihat dari kesan yang didapat oleh masyarakat ketika mengunjungi web Universitas Gadjah Mada. Mengetahui kesan masyarakat akan membuat reputasi dari UGM yang terefleksikan di web dapat diketahui secara nyata. E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini bukan yang pertama yang membahas mengenai reputasi website. Berdasarkan penelusuran yang mampu dilakukan oleh peneliti, ada 1 penelitian yang sebelumnya telah mengangkat reputasi website sebagai sebuah bahan kajian.. Hal tersebut mendorong penelitian ini untuk memunculkan tinjauan pustaka. Muhammad Andryzal Fajar mengangkat tesis berjudul, Online Survey Mengenai Pengaruh Kualitas Website, Reputasi Persepsian dan Customer Trust Terhadap Niat Bertransaksi di Electronic Commerce sebagai syarat memperoleh gelar sarjana strata dua di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2011. Tesis ini merupakan penelitian pertama yang mengangkat mengenai hubungan antara website dan reputasi. Muhammad Andryzal Fajar membahas secara umum mengenai kualitas sebuah web yang akan berpengaruh pada kepercayaan penggunanya. Dalam penelitiannya, Muhammad Andryzal Fajar mendapatkan kesimpulan bahwa website dengan kualitas tinggi mempunyai korelasi positif dengan reputasi yang berujung pada meningkatnya kepercayaan pengguna website tersebut untuk melakukan transaksi e-commerce. Peneliti tertarik dengan ide dari penelitian ini bahwa kualitas sebuah website mempunyai korelasi dengan reputasi dan mengimplementasikan hasil penelitian dengan lebih jauh untuk melihat reputasi dari institusi Universitas Gadjah Mada yang tercermin di dalam web. 6 F. Kerangka Pemikiran 1. Teori Konstruksi Reputasi Reputasi merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena persepsi mengenai reputasi sangat bergantung pada perspektif yang mengamatinya. Pelbagai definisi telah diberikan untuk mencoba memberikan jawaban. Dari banyak definisi yang ada, disimpulkanlah beberapa kriteria dari reputasi, yaitu: 1. Reputasi merupakan aset yang tidak berwujud (Fombrun, 1996; Mahon, 2003); 2. Reputasi merupakan perwujudan dari rangkaian tindakan (Grunig dan Hung, 2002); 3. Reputasi dinilai dalam konteks penawaran yang kompetitif (Shapiro, 1983; Schultz, 2006); 4. Reputasi merupakan cara bagi pemangku kepentingan, yang hanya memiliki sedikit informasi, guna menentukan tingkat kepercayaan (Stigler, 1962; Zaballa, 2005) 5. Reputasi didasarkan pada tingkah laku, komunikasi dan hubungan (Doorley dan Garcia, 2008) Dengan memperhatikan pelbagai komponen di atas, maka setidaknya ada 2 cara memaknai reputasi. Pertama, ditinjau dari subjek yang bersangkutan. Kedua, ditinjau dari perspektif pemangku kepentingan (Schreiber, 2016). Dengan demikian, reputasi dinilai berdasarkan tindakan masa lalu dan harapan masa depan, serta atribut yang melekat dan evaluasi (Rao, 1994). Dengan kata lain, reputasi sangat berhubungan erat dengan representasi. Penting untuk diingat bahwa reputasi hanyalah aspek pelengkap dari identitas. Namun demikian, bagaimana reputasi diterima di masyarakat bisa memengaruhi keberlangsungan dari pemegang reputasi. Reputasi merupakan sumber daya bebas (free resource) yang bisa digunakan pada tiap kesempatan dan dalam tiap bentuk, dan karenanya membantu pemegang reputasi. 7 Konstruksi terhadap reputasi baru bisa dilakukan saat ada pemahaman mendalam mengenai konstruksi sosial, sebab reputasi adalah hasil dari dialektika antara manusia dengan masyarakat. Dengan memahami konstruksi sosial, maka barulah konstruksi terhadap reputasi bisa dilakukan. Dalam keadaan saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa teknologi— khususnya teknologi informasi—telah menyebabkan perubahan dalam proses konstruksi sosial. Dengan demikian, tak ayal bahwa konstruksi terhadap reputasi pun terpengaruh oleh kemajuan zaman, khususnya dengan semakin banyaknya ruang untuk bisa mewujudkan representasi reputasi yang bisa diakses oleh masyarakat, misalnya di dalam laman web. 2. Reputasi dan Representasi dalam Laman Web Universitas Laman web dari sebuah universitas telah menduduki peran yang penting dalam proses pendaftaran mahasiswa karena mampu memberikan informasi yang lengkap kepada sejumlah besar masyarakat (Abrahamson, 2000). Kombinasi dari ragam kata dan gambar merupakan komponen yang secara sengaja diletakkan oleh universitas untuk merepresentasikan dirinya kepada masyarakat agar bisa dibedakan dari institusi pendidikan lainnya (Hosler, 1999). Hal yang kemudian penting untuk dipertanyakan adalah apakah representasi yang disampaikan oleh universitas melalui laman web-nya sesuai dengan reputasi dari universitas yang bersangkutan. Dikarenakan dampak yang secara langsung terjadi pada publik, praktisi komunikasi dan hubungan masyarakat harus memikirkan mengenai reputasi yang pantas bagi organisasi yang diwakilinya (Zalaback, 2001). Untuk bisa memahami representasi dari laman web sebuah universitas, maka aspek yang setidaknya perlu untuk dianalisis adalah ragam kata dan gambar yang ditampilkan di dalamnya (Kress, 1989), yang mana keduanya merupakan suatu kesatuan yang diterima oleh masyarakat sebagai cerminan reputasi dari universitas yang bersangkutan. Penggunaan ragam kata merupakan komponen yang penting dalam menyampaikan informasi. Bahkan, dalam tataran yang lebih nyata, ragam kata menyampaikan representasi (Wetherell, 2001). Pada sisi yang 8 lain, gambar sangat berguna untuk menyampaikan tindakan, ide, informasi, emosi, ekspresi, kegiatan, aturan dan simbol (Fairclough, 2001). Dalam hal tertentu, gambar bisa menjelaskan hal yang tidak tersampaikan melalui kata. 3. Media Baru Sejak awal abad ke-19, teknologi mengalami perkembangan yang sangat luar biasa pesat di segala penjuru bidang, seperti teknologi ilmu kedokteran, pertanian, peternakan, transportasi, maupun teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir begitu ramai diperbincangkan karena membawa dampak yang begitu banyak ke berbagai sektor, salah satunya di sektor media dimana penyampaian dan pertukaran pesan dihadirkan melalui teknologi. Goldberg (2006) mengungkapkan bahwa komunikasi massa merupakan proses produksi dan distribusi pesan secara luas dan berkelanjutan oleh institusi berlandaskan teknologi dalam masyarakat industri. Teknologi secara luas membuat komunikasi semakin mudah untuk dilakukan, dengan adanya teknologi, era baru dalam media terbentuk. Perkembangan teknologi komunikasi menciptakan media dan teknologi baru yang memberikan cara baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan gagasan, cara baru untuk berinteraksi dengan teman maupun orang asing, juga cara baru untuk mempelajari dunia, identitas kita dan juga masa depan (Gamble, 2005). Jutaan orang saat ini terhubung dan berinteraksi melalui apa yang disebut dengan cyberspace, dimana sebuah dunia terhubung melalui komputer dan internet. Teknologi komunikasi yang berkembang dengan signifikan dan melalui evolusi dari media tulis, ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan begabungnya telepon, radio, dan computer dan televisi menjadi satu dan menandai teknologi yang disebut dengan internet. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat, khususnya dalam teknologi dan cara berfikir masyarakatnya, berbagai macam dan 9 beragamnya teknologi informasi komunikasi yang ada kemudian memudahkan masyarakat untuk melakukan komunikasi dan mengutarakan opini. Hadirnya internet membuat komunikasi mass semakin berkembang lebih cepat, internet mengambil peran yang sangat signifikan dalam komunikasi massa modern. Kehadiran New Media atau media baru sebagai media digital di arena sosial memiliki konten yang berbentuk gabungan data, teks, suara dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optic broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang mikro (Flew, 2008). Flew mengidentifikasi lima karakteristik dalam media baru, yaitu: a. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai bentuk, penyimpanan, pengiriman dan penggunaan. b. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus menerus oleh sejumlah besar pengguna diseluruh dunia. c. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat disimpan di ruang penyimpanan kecil (contohnya USB) atau penyedia layanan jaringan. d. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun dapat diperkecil melalui proses kompres dan dapat didekompres kembali saat dibutuhkan. e. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh pemiliknya. McQuail (1987) memaparkan ciri-ciri utama media baru dibandingkan dengan media konvensional, yaitu: a. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya ada di tangan pemasok komunikasi. 10 b. Kemampuan tinggi, pengantaran melalui kabel dan satelit mengatasi hambatan komunikasi yang disebabkan oleh pemancar siaran lainnya. c. Komunikasi timbal balik (inter-activity), penerima dapat memilih, menjawab kembali, menukar informasi dan dihubungkan dengan penerima lainnya secara langsung. d. Kelenturan (fleksibilitas) bentuk, isi dan penggunaan. Di era media baru, orang tidak perlu lagi mengirim surat dengan memakai jasa pos karna dapat menggunakan surat elektronik (e-mail). Selain itu orang juga tidak perlu lagi takut akan sulitnya berhubungan dengan orang di negara lain karena adanya video call melalui internet orang bisa menampilkan wajah dari teman komunikasi yang ada di tempat lain, hal ini mempermudah komunkasi dengan orang lain dari berbagai belahan dunia. Semakin cepatnya perkembangan teknologi komunikasi juga sangat berpengaruh pada kondisi sosial, budaya dan khususnya pada bidang politik. Pada ranah sosial perkembangan teknologi komunikasi membuat komunikasi antar manusia semakin mudah untuk dilakukan dan tidak lagi di batasi. Seseorang bisa berkomunikasi melalui chatting, video call, call melalui internet, voice note dan membagikan pengalaman berupa gambar, video ataupun tulisan kepada satu sama lain dengan cepat melalui internet. Hal ini membut seseorang dapat mengakses begitu banyak informasi. Berbagai macam berita dapat didapatkan mulai dari berita lama sampai berita yang paling aktual. Berita yang didapatkan tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi juga berita dari berbagai belahan dunia yang bisa didapatkan dalam hitungan detik. Dalam ranah politik, perkembang teknologi komunikasi mempermudah komunikasi dua arah antara para elit dengan masyarakat serta membuat masyarakat lebih bebas dalam mengutarakan opininya karna opini dari setiap masyarakat dapat dengan mudah diakses oleh orang lain. Peran media baru sangatlah diperlukan dalam dunia pendidikan dan politik saat ini, karena media merupakan salah satu alat yang sangat penting, 11 terutama untuk hal-hal yang menyangkut tentang hal bernegara. Media baru juga mempunyai peran penting terhadap kehidupan masyarakat, mengingat media yang salah satu tujuannya merupakan sebagai penyampai berbagai informasi apapun kepada masyarakat. Peran komunikasi yang dimiliki media baru inilah yang akan dapat menentukan atau memberikan pemahaman lebih akan suatu hal atau fenomena sosial tertentu yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Situs jejaring sosial merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Jejaring sosial pertama kali di perkenalkan oleh Professor J.A Barnes pada tahun 1954 , jejaring sosial adalah sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi. jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan. Dengan adanya jejaring sosial maka seseorang dapat menjaring teman sebanyak – banyaknya dengan mudah tanpa harus bertemu muka terlebih dahulu selain itu sesorang juga dapat berkirim pesan dan membagikan informasi serta membahas topik – topik yang menarik diperbincangkan di jejaring sosial. 4. Desain Web Dalam meneliti reputasi web, desain web merupakan elemen yang tidak bisa dipisahkan dari web tersebut. Ada tiga prinsip desain yang digunakan oleh seluruh desainer: konsep, komposisi, dan komponen (Krause, 2004). Menurut Masri Andri (2010: 30-38), desain difungsikan sebagai ‘sarana’ untuk mengubah sebuah kondisi menjadi lebih baik dari kondisi sebelumnya, dari sebuah ketidak jelasan menjadi jelas, dari sebuah kesukaran menjadi kemudahan, dan seterusnya,dengan kata lain sebuah desain memiliki tujuan,sedangkan nilai dari sebuah desain yaitu nilai dari ketercapaian desain terhadap tujuan itu sendiri. 12 Selanjutnya, Masri menjelaskan bahwa sebuah desain dapat dikatakan memenuhi kriteria tercapainya tujuan jika memenuhi kriteria fungsi, sesuai dengan karakteristik produksi yang ditetapkan, memenuhi kriteria operasional, memenuhi nilai etik yang berlaku pada satu masyarakat tertentu bahkan berlaku bagi seluruh masyarakat, dan tergantung pada karakter objek yang akan didesain. Desain harus direncanakan berdasarkan analisis data dan kajian konsep (pemikiran) orang lain (client) demi tercapainya tujuan desain. Selain itu aspek visulisasi yang baik dalam perupaan dan pertimbangan fungsi lain yang berhubungan dengan ergonomi, operasional hingga komunikasi juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan desain. Menurut Hendratman (2010), komponen desain adalah sebagai berikut: 1. Garis. Secara desain grafis, garis merupakan sekumpulan titik yang dideretkan memanjang. Garis secara orientasi terdiri dari garis lurus horisontal, garis lurus vertikal, garis lurus miring diagonal, dan garis melengkung (kurva). 2. Bentuk. Dihasilkan dari garis-garis yang tersusun sedemikian rupa. Berdasarkan wujud dimensinya, bentuk terdiri atas bentuk dua dimensi (dwimatra) dan bentuk tiga dimensi (trimatra). 3. Ilustrasi. Gambar atau perwujudan dari suatu keadaan. 4. Warna. Merupakan faktor yang sangat penting dalam desain komunikasi visual, warna dapat memberikan dampak psikologis, sugesti, dan suasana bagi yang melihatnya. Contoh-contoh dari efek warna adalah sebagai berikut: a. Warna oranye melambangkan energi, semangat, segar, keseimbangan, ceria, dan hangat. 13 b. Warna biru melambangkan kesejukan, kabut, bayangan, kedamaian, ketenangan, kecerdasan, kekuatan. Warna biru adalah warna yang positif dan merupakan simbol kepercayaan. c. Warna kuning melambangkan optimis, harapan, gembira, dan santai. Penggunaan memberikan sikap warna optimis ini diharapkan mampu dan kegembiraan bagi semua pihak yang terlibat. d. Warna putih melambangkan kepolosan, kelahiran, sikap yang baik. Dalam spektrum warna, putih adalah gabungan dari semua warna. Netralis dan sifat konservatif diterima secara luas. Kesederhanaan dan kualitas halus, membuatnya menjadi warna yang ideal. e. Warna hitam dikaitkan dengan keanggunan, berkelas, warna hitam adalah warna tradisional yang menggambarkan rasa takut, kematian, dan berkabung. Jika digunakan dengan baik dan benar, warna hitam maka dapat mempromosikan perbedaan dan kejelasan dari maksud dan tujuan yang ingin disampaikan. f. Warna akromatik, merupakan warna kombinasi gelap dan terang. Asal kata adalah a=tidak, chromatic=warna, dan biasa disebut sebagai grayscale. Kombinasi warna tersebut memberikan kesan artistik untuk penekanan fotografi. 5. Tipografi. Merupakan seni memilih dan menata huruf pada ruang untuk menciptakan kesan khusus, sehingga pembaca dapat membaca semaksimal mungkin. 14 Sedangkan prinsip desain menurut Heri Purnomo (2004) meliputi: 1. Kontras, yaitu perbedaan yang mencolok yang muncul karena adanya perbedaan warna komplementer gelap-terang, garis lurus dan lengkung, subjek dekat-jauh, bentuk vertikal-horizontal. 2. Keseimbangan. Secara keseluruhan, komponen-komponen desain harus tampil seimbang. Maka kita akan menangkap keseluruhan atau halaman desain dalam satu komponen, yang selanjutnya akan dilihat komponen yang lebih kecil. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan simetris, asimetris, dan radial. 3. Irama. Pengulangan atau variasi dari komponen-komponen desain grafis. Pengulangan tersebut bisa membentuk urutan gerakan, pola tertentu. 4. Skala dan proporsi. Skala adalah perubahan ukuran tanpa perubahan perbandingan ukuran panjang, lebar, atau tinggi. Sedangkan proporsi adalah adanya perubahan perbandingan antara panjang, lebar atau tinggi sehingga gambar dengan perubahan proporsi sering terlihat distorsi. 5. Fokus. Fokus terdiri dari dua bagian, yaitu hirarki dan kontras. Hirarki atau komponen grafis, komponen tersebut harus difokuskan pada satu titik dengan beberapa tahapan fokus mulai dari yang terpenting (dominan), pendukung (sub-dominan), dan pelengkap (sub-ordinat). Sedangkan kontras adalah penekanan karena adanya perbedaan drastis/ konflik pada komponendesain grafis. 6. Kesatuan. Merupakan bagian dan unsur grafis yang bersatu padu dan serasi sehingga pembaca memahaminya sebagai satu kesatuan yang utuh. Beberapa adalah: kedekatan prinsip yang digunakan dalam kesatuan dan penutup (closure), kesinambungan 15 (continuity), kesamaan (similiarity) dan konsistan (consistency) dan perataan (alignment) 5. Penilaian Situs Web Situs web merupakan hal yang bisa dinilai dengan beberapa metode. Jim Kapoun (1998) menciptakan pedoman evaluasi situs web berkaitan dengan situs web sebagai sumber kepustakaan. Untuk menilai sebuah situs web secara keseluruhan, Smith (1997) menetapkan beberapa kriteria dalam penilaian web diantaranya sebagai berikut: a. Akurasi (Accuracy). Kriteria ini didasarkan pada kebenaran informasi dan hal-hal yang dapat memengaruhi kebenaran informasi di dalam situs web seperti politik. b. Otoritas (Authority). Kriteria ini didasarkan pada organisasi yang membuat atau direpresentasikan oleh situs web tersebut. c. Kemutakhiran (Currency). Kriteria ini didasarkan pada relevansi dari informasi yang ada di situs web. Kriteria ini melihat rentang waktu dari pembaruan informasi di dalam situs web. d. Keunikan (Uniqueness). Kriteria ini didasarkan pada keunikan dari situs web. e. Tautan ke sumber lain (Links made to other resources). Kriteria ini didasarkan pada adanya tautan ke sumber-sumber lain yang relevan dengan situs web. f. Kualitas penulisan (Quality of Writing). Kriteria ini didasarkan pada kejelasan informasi yang tertulis di dalam situs web. g. Desain grafis dan multimedia (Graphic and multimedia design). Kriteria ini didasarkan pada keindahan desain dari laman web. 16 h. Tujuan penggunaan dan sasaran (Purpose and Audience). Kriteria ini didasarkan pada target dari situs web dan ketepatan dari target situs web. i. Kemampuan kerja (Workability). Kriteria ini meliputi tingkat kemudahan penggunaan dari situs web, navigasi situs web, kemampuan untuk di-browse, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan situs web. G. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini, teori-teori yang telah dijabarkan diatas akan digunakan oleh peneliti dengan cara sebagai berikut: 1. Teori reputasi secara umum dan teori reputasi web digunakan oleh peneliti untuk menilai reputasi yang direpresentasikan dalam laman web Universitas Gadjah Mada. 2. Teori media baru digunakan oleh peneliti untuk memahami sifat dan karakteristik dari laman web Universitas Gadjah Mada sebagai bagian dari media baru. 3. Teori desain web dan penilaian situs web digunakan oleh peneliti untuk melakukan analisis isi terhadap laman web Universitas Gadjah Mada. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memahami reputasi yang terefleksi dari laman web Universitas Gadjah Mada di masyarakat, maka metode penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempunyai tujuan diantaranya adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang suatu kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran baik berbentuk verbal maupun numerical, menyajikan informasi dasar, menciptakan seperangkat kategori atau pengklasifian, menjelaskan tahapan-tahapan atau seperangkat tatanan, dan menyimpan informasi 17 yang tadinya bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberi suatu uraian dalam bentuk gambaran gejala tertentu dalam masyarakat. Tujudan dari tipe penelitian ini adalah untuk melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa, sehingga relevansi sosiologis bisa tercapai (Sugiyono, 2007) Neuman (2007) memberikan penjelasan mengenai penelitian deskriptif sebagai berikut "Descriptive research presents a picture of the specific details of a situation, social setting, or relationships; it focuses on "how" and "who" questions" (Penelitian deskriptif memberikan gambaran yang spesifik dari detail sebuah situasi, kondisi sosial, atau sebuah hubungan; memfokuskan pada pertanyaan "bagaimana" dan "siapa") Dalam Tesis ini, pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana reputasi yang terefleksikan dari laman web Universitas Gadjah Mada di dalam masyarakat. Furchan (2004) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan (2004) bahwa: a. Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur dan ketat, mengutamakan objektivitas (apa adanya, dan dilakukan secara cermat dan teliti b. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan (variabel), dan c. Tidak adanya uji hipotesis (jawaban sementara atau prediksi). 18 Oleh karena itu dalam Tesis ini, peneliti mencoba untuk melihat reputasi dari laman web Universitas Gadjah Mada di dalam masyarakat apa adanya tanpa ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan. 2. Teknik Pengumpulan Data Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode studi pustaka dan wawancara melalui kuesioner dengan jawaban tertutup. Sumber data dalam penelitian ini adalah elemen-elemen yang ada pada laman web http://ugm.ac.id/ dan pandangan dari masyarakat mengenai reputasi yang terefleksikan dari laman web Universitas Gadjah Mada yang didapat melalui kuesioner. Menurut Sugiyono, kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dengan demikian, metode kuesioner digunakan untuk mengetahui pendapat informan. Mekanisme pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengunggah kuisioner dalam sebuah laman web dan membiarkan informan secara sukarela datang untuk mengisi kuisioner. Kuisioner yang telah diisi kemudian dikumpulan untuk dianalisis. 3. Pemilihan Informan Pemilihan informan merupakan faktor penting dalam penelitian kualitatif. Sebagaimana diungkapkan Cresswell (2003), bahwa: “The idea behind qualitative research is to purposefully select participants or sites (or documents or visual material) that will best help the researcher the problem and the research question” (Ide dari penelitian kualitatif adalah secara sengaja memilih partisipan atau lokasi penelitian (atau dokumen atau materi visual) yang paling membantu peneliti untuk memahami masalah dan pertanyaan penelitian) Mengingat objek penelitian adalah reputasi yang terefleksi dari website laman web Universitas Gadjah Mada di masyarakat, peneliti memutuskan bahwa informan dari penelitian ini adalah seluruh pengguna layanan web yang berada di 19 Indonesia, tanpa memedulikan jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun usia. Pemilihan informan didasarkan pada asumsi bahwa laman web Universitas Gadjah Mada merupakan bagian dari laman web umum yang bisa dikunjungi oleh siapa saja. Peneliti melihat bahwa untuk penelitian deskriptif dengan tema yang peneliti pilih, tidak mungkin untuk melakukan perhitungan secara matematis mengenai jumlah informan yang harus memberikan respon. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan respon dari 104 orang, dengan didasarkan pada preposisi dari Fraenkel dan Wallen yang menyatakan bahwa jumlah responden pada penelitian evaluasi pendidikan minimal adalah 100 orang. Dalam penelitian ini, adalah jumlah minimal yang dipilih dengan pertimbangan: a. Penelitian ini hanya merupakan survei terhadap karakteristik reputasi dari laman web; dan b. Semakin banyaknya jumlah sampel tidak akan memengaruhi kualitas hasil dari penelitian karena tidak adanya batasan jumlah dari populasi. Pada penelitian ini, peneliti memberikan jangka waktu tertentu bagi pengguna jasa web untuk mengunjungi laman web yang berisi kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Setelah jangka waktu tersebut terlampaui, terdapat 104 sampel yang secara sukarela mengisi kuisioner yang dibuat peneliti. Sampel dipilih dengan metode acak sederhana, yaitu suatu prosedur yang memungkinkan setiap elemen dalam populasi akan memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Orang yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mereka yang secara sukarela masuk ke dalam laman yang telah disediakan oleh Peneliti yang berisi pertanyaan-pertanyaan. 4. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, namun demikian karena instrumen yang digunakan berbasis layanan web, maka bisa dikatakan bahwa seluruh Indonesia merupakan tempat dari dilakukannya penelitian. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2016 sampai pertengahan bulan Juli 2016. 20 5. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang menjadi tolak ukur dalam menilai karakteristik laman web Universitas Gadjah Mada adalah sebagai berikut: a. Profesional; b. Modern; dan c. Kerakyatan. Ketiga variabel dipilih berdasarkan alasan berikut: a. Reputasi professional adalah hal yang sangat penting untuk institusi (Ashley and Empson, 2011). Melalui variable professional, peneliti ingin melihat apakah reputasi professional telah tercermin di laman web dari Universitas Gadjah Mada. Sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, reputasi professional merupakan hal yang dalam analisis peneliti haruslah dimiliki dan dapat direpresentasikan oleh laman web Universitas Gadjah Mada. b. Modern sebagai variabel bertujuan untuk memastikan bahwa laman web Universitas Gadjah Mada juga dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mengikuti perkembangan zaman. Kemampuan mengikuti perkembangan zaman adalah hal yang esensial dikarenakan universitas sebagai institusi pendidikan haruslah dapat memberikan pengetahuan yang secara teknis bermanfaat untuk dapat berkontribusi secara nasional (Delanty, 2001). Oleh karena itulah modernitas merupakan salah satu poin mendasar dari penelitian Kwiek terhadap universitas-universitas di Jerman (Kwiek, 2006). c. Hadirnya kerakyatan sebagai variabel penelitian bertujuan untuk menguji apakah reputasi Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan 21 yang sudah tertanam dalam benak masyarakat terpancarkan melalui laman web-nya. Perlu dipahami bahwa tiap variabel bukan merupakan karakteristik yang saling bertentangan ataupun saling mengecualikan. Dengan demikian, sangat mungkin penggambaran yang ada muncul merupakan kombinasi dari ketiga variabel yang ada. 6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam melakukan analisis isi diperlukan pengkategorisasian yang jelas untuk kriteria-kriteria yang akan dijadikan dasar analisis. Mayring (2000) memberikan pedoman untuk membuat agenda koding dengan berdasarkan kategori-kategori yang dikembangkan secara induktif atau deduktif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan kategori secara deduktif. Alur dari penerapan kategori secara deduktif yang dikembangkan oleh Mayring adalah sebagai berikut: 22 Gambar 1.1 Model langkah penerapan kategori secara deduktif Pembuatan kategori yang dilakukan peneliti didasarkan pada teori penilaian situs web yang dilakukan oleh Smith. Dalam Bab IV, peneliti akan melakukan analisis isi terhadap situs web Universitas Gadjah Mada dengan mendasarkan pada kategori-kategori sebagai berikut: a. Akurasi (Accuracy). b. Otoritas (Authority). c. Kemutakhiran (Currency). d. Keunikan (Uniqueness). 23 e. Tautan ke sumber lain (Links made to other resources). f. Kualitas penulisan (Quality of Writing). g. Desain grafis dan multimedia (Graphic and multimedia design). h. Tujuan penggunaan dan sasaran (Purpose and Audience). i. Kemampuan kerja (Workability). Selain analisis isi, peneliti juga menggunakan instrumen tambahan berupa kuesioner sebagai data pendukung untuk mengetahui pandangan dari masyarakat terhadap reputasi laman web Universitas Gadjah Mada. Kuesioner yang disusun dibuat dengan model tertutup dan berisi pertanyaan sebagai berikut: Tabel 1.1 Kuesioner Wawancara Tertutup No. Variabel Pertanyaan 1 Profesional Apakah laman UGM menunjukkan kesan profesional? 2 Modern Apakah laman UGM menunjukkan kesan modern? 3 Kerakyatan Apakah laman UGM menunjukkan kesan kerakyatan? 7. Teknik Analisis Data Analisis Isi Kualitatif Analisis isi merupakan metode riset yang menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat penafsiran valid dari teks (Weber, 1990), yang merupakan rumpun pendekatan analisis yang terentang mulai dari impresionistik, intuitive, intepretative sampai ke sistematik-analisis tekstual yang ketat (Rosengren, 1981 dalam Hsieh & Shannon, 2005), xliv sangat berguna untuk meneliti kecenderungan dan pola komunikasi dalam dokumen (Stemler, 2001), dapat mengatasi material yang tidak terstruktur dan dapat dengan mudah mengakomodasi data dalam jumlah yang besar (Kripperndorf, 2003 dalam 24 Shuyler, 2003, dan GAO, 1996 dalam Stemler, 2001) dan fleksibel untuk menganalisis data teks (Cavanagh, 1997 dalam Hsieh & Shannon 2005), walaupun fleksibelitas dari analisis isi menjadikan metode ini berguna untuk berbagai macam peneliti, oleh karena kurangnya definisi dan prosedur yang tetap, pemakaian analisis isi menjadi relatif terbatas (Tesch, 1990 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Walapun begitu penggunaan analisis isi (kualitatif) tidak terbatas pada satu disiplin ilmu tertentu, metode ini telah banyak diterapkan dalam psikologi, linguistik, sosiologi, sejarah dan lain-lain (Spannagel et al, 2005), termasuk kesehatan. a. Analisis isi konvensional Analisis isi konvensional digunakan untuk penelitian yang bertujuan mendeskripsikan fenomena, cocok apabila teori atau literatur penelitian sangat terbatas atau belum ada, kategori dan penamaan kategori muncul dari data. Peneliti tidak menentukan lebih dahulu kategori (Kondracki & Wellman, 2002 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Prosedur ini disebut juga pengembangan kategori secara induktif (Mayring, 2000). Analisis data dimulai dengan membaca semua data secara berulang-ulang untuk memperoleh ‘rasa’ keseluruhan seperti membaca novel (Tesch, 1990 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Kemudian data dibaca per kata untuk mendapatkan lambang (code) (Miles & Huberman, 1994). Kemudian peneliti melakukan pendekatan terhadap teks dengan membuat catatan kesan dan pikiran pertama, serta analisis. Seiring proses ini berlangsung label untuk lambang (code) muncul yang mencerminkan lebih dari 1 pikiran utama. Hal ini sering terjadi muncul dari teks dan kemudian menjadi skema pelambangan (coding scheme) pertama. Kode kemudian diurut ke dalam xlv kategori. Kategori-kategori emergent digunakan untuk menata dan mengelompokkan codes ke dalam suatu kluster yang bermakna. (Coffey & Atkinson, 1996; Patton, 2002 dalam Hsieh & Shannon, 2005). 25 Tergantung dari hubungan antar sub kategori, peneliti dapat menggabungkan atau menata sejumlah besar subkategori tersebut menjadi sejumlah kategori lebih sedikit. Kemudian definisi untuk tiap kategori, sub kategori dikembangkan. Sebagai persiapan laporan dari penemuan, contoh dari masing-masing kode dan kategori diidentifikasi dari data. Tantangan yang ada pada pendekatan konvensional ini adalah apabila terjadi kegagalan untuk mengembangkan pengertian yang lengkap terhadap konteks sehingga gagal untuk mengidentifikasi kategori utama. Tantangan lain adalah metode ini dapat mudah dibingungkan dengan metode kualitatif lain misalnya grounded theory (GTM) atau fenomenologi (Hsieh & Shannon, 2005). Metode ini mempunyai pendekatan analitis yang mirip, analisis isi konvensional paling tidak menghasilkan pengembangan konsep atau model building (Lindkvist,1981 dalam Hsieh & Shannon, 2005). b. Analisis isi langsung. Tujuan dari pendekatan analisi isi langsung adalah untuk memvalidasi secara konseptual suatu kerangka kerja teori atau teori. Teori atau penelitian yang telah ada membantu memfokuskan pertanyaan penelitian dan memprediksi variabel atau tentang hubungan antar kode. Pendekatan ini oleh Mayring (2000) disebut penerapan kategori deduktif (deductive category application). Proses pendekatan ini lebih terstruktur. Penggunaan teori atau penelitian yang telah ada maka peneliti dapat memulai dengan mengidentifikasi konsep utama atau variabel sebagai kategori koding pertama (Potter & Levinne-Donnerstein, 1999 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Kemudian definisi operasional tiap-tiap kategori xlvi ditentukan menggunakan teori (Hsieh & Shannon, 2005). Teks yang tidak dapat dimasukkan dalam kategori awal skema koding diberi kode baru, atau dianalisis nanti untuk mengetahui mungkin mewakili kategori baru atau mungkin masuk ke sub kategori yang sudah ada pada skema koding awal. Hasil dari analisis isi langsung adalah mendukung atau tidak mendukung bukti dari teori. Kekuatan dari pendekatan ini adalah teori yang telah ada dapat didukung dan perluas. Kelemahan pertama, peneliti 26 mungkin lebih banyak menemukan bukti-bukti yangmendukung teori daripada yang tidak mendukung. Kelemahan kedua, dalam menjawab pertanyaan terbuka peserta mungkin sudah memperoleh cues menjawab sedemikian rupa untuk menyenangkan peneliti. Ketiga, teori yang terlalu ditekankan akan membutakan peneliti terhadap aspek konteks dari fenomena (Hsieh & Shannon, 2005). c. Analisis isi sumatif. Pendekatan analisis isi sumatif dimulai dengan mengenal dan menghitung kata-kata atau isi tertentu dalam teks dengan tujuan untuk memahami penggunaan kontekstual dari kata-kata atau isi. Analisi isi ini adalah usaha bukan untuk melakukan inferensi arti tapi lebih ditujukan untuk menjelajahi penggunaannya. (Hsieh & Shannon, 2005). Analisis terhadap kemunculan kata atau isi tertentu dalam teks inilah yang disebut analisis isi manifest (Potter & Levine-Donnerstein, 1999 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Jika analisis berhenti sampai di sini, maka analisis bersifat kuantitatif, memusatkan pada menghitung frekuensi kata atau isi tertentu (Kondracki & Wellman, 2002 dalam Hsieh & Shannon, 2005). Analisis isi sumatif melampaui titik itu untuk memperoleh analisis isi laten yaitu proses penafsiran isi yang berfokus pada penemuan makna latar dari kata-kata atau isi. Pada pendekatan sumatif analisis isi kualitatif, analisis data mulai dengan pencarian terhadap kemunculan kata-kata yang teridentifikasi secara manual atau xlvii komputer. Frekuensi dari hitungan istilah yang diidentifikas dihitung, dengan sumber atau pembicara diidentifikasi. (Hsieh & Shannon, 2005). Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertautan dengan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajian hasil ringkasan tersebut. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan gambaran umum dari tanggapan pengguna internet terhadap laman web Universitas Gadjah Mada. 27 Analysis of Variance Analysis of Variance merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Untuk melakukan analisis ini, maka syarat yang harus dipenuhi adalah: homogency of variance dan random sampling. H. Sistematika Penulisan Tesis ini disusun menjadi sebuah tulisan dengan 5 bab yang saling terkait dengan urutan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar peneliti mengambil topik ini sebagai subjek penelitian pokok permasalahan, tujuan penelitian, definisi operasional, metode penelitian sebagai sarana untuk mencapai hasil penelitian secara metodologis dan sistematis, dan sistematika penulisan yang merupakan kerangka dari penelitian ini. BAB II WEBSITE SEBAGAI ETALASE ORGANISASI Bab ini akan menguraikan bagaimana website merefleksikan sebuah organisasi atau institusi. BAB III GAMBARAN LAMAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Bab ini akan menjelaskan isi laman web resmi Universitas Gadjah Mada. BAB IV ANALISIS Bab ini berisi analisis dari teori dan hasil penelitian yang dilakukan secara langsung ke masyarakat berkaitan dengan reputasi dari Universitas Gadjah Mada yang terepresentasi di laman web Universitas Gadjah Mada. BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan mengenai pengaruh laman web Universitas Gadjah Mada terhadap reputasi universitas. 28