1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang menitikberatkan pembangunan pada sektor pertanian. Sektor pertanian dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan pangan manusia, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Vitamin dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun merupakan unsur essensial dalam diet manusia karena tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia (Higdon dan Shane 2002). Salah satu produk pertanian yang banyak mengandung vitamin adalah tomat (Solanum lycopersicum). Tomat (S. lycopersicum) merupakan tanaman tropis yang berasal dari benua Amerika bagian tengah dan selatan (Anonim 2007). Tomat (S. lycopersicum) merupakan salah satu tanaman sayuran yang banyak diusahakan secara komersial, dapat dinikmati dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan (pasta dalam kaleng, saus dalam botol) serta merupakan sumber vitamin A dan C (Anissyah 2003). Secara umum tomat mudah ditumbuhkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan tomat antara lain ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman tersebut. Salah satu unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhannya adalah unsur P. Unsur hara tersebut dapat diserap oleh akar ataupun melalui penangkapan dari udara (fiksasi). Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya unsur hara tersebut diserap oleh tanaman karena terjerap oleh partikel tanah ataupun terbawa oleh aliran air sehingga tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik. Tiga bentuk senyawa P (alumunium fosfat, besi fosfat, dan kalsium fosfat) sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Hal ini yang menyebabkan tanaman mengalami defisiensi P walaupun kandungan P total tanah cukup memadai (Isroi 1998). Pemanfaatan mikrob pelarut fosfat semakin mendapat perhatian pada beberapa tahun terakhir untuk mengatasi masalah rendahnya kadar P tanah yang tersedia untuk tanaman. T harzianum telah dikenal sebagai salah satu mikrob tanah yang berfungsi sebagai biokontrol, biodekomposer, dan pemacu pertumbuhan tanaman (Harman 1996). Pada penelitian ini telah diuji kemampuan T. harzianum isolat DT 38 koleksi Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia dalam melarutkan unsur hara P dalam tanah dan telah dipelajari pengaruh pemberian T. harzianum DT 38 pada tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman tomat (S. lycopersicum). Mikrob yang telah diteliti sebelumnya dan dilaporkan dapat berperan dalam pelarutan unsur hara P adalah bakteri, jamur, dan aktinomisetes. Jenis bakteri yang dimaksud antara lain Bacillus firmus, B. subtilis, B. cereus, B. licheniformis, B. polimixa, B. megatherium, Arthrobacter, Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium, Micrococus, dan Mycobacterium. Sedangkan dari golongan jamur antara lain Aspergillus niger, A. candidus, Fusarium, Penicillum, Schlerotium, dan Phialotobus (Yuwono 2006). Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tomat (S. lycopersicum) adalah hormon tumbuhan (fitohormon) atau yang lebih sering dikenal sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT). Indole Acetic Acid (IAA) adalah salah satu auksin atau ZPT utama yang sangat penting dalam mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme, dan geotropisme (Anonim 2006). Pada penelitian ini juga dipelajari kemampuan T. harzianum DT 38 dalam memproduksi IAA. Berdasarkan penelitian yang telah dilaporkan Agrios (1997) disebutkan bahwa beberapa fungi yang berkemampuan menginduksi produksi IAA pada akar tanaman tempatnya menempel juga mampu memproduksi IAA yang secara langsung dilepaskan ke tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi T. harzianum DT 38 dalam melarutkan unsur hara P dalam tanah dan dalam memproduksi IAA, serta menentukan pengaruh pemberian T. harzianum DT 38 pada tanah terhadap laju pertumbuhan tanaman tomat (S. lycopersicum). TINJAUAN PUSTAKA Trichoderma harzianum T. harzianum merupakan mikrob fungi yang umumnya hidup di dalam tanah dan koloninya dapat ditemui dalam jumlah banyak pada akar tanaman (Chet et al. 2006; Harman 1996; Harman et al. 2004). T. harzianum diklasifikasikan ke dalam kerajaan Fungi, divisi Ascomycota, subdivisi Pezizomycotina, kelas Sordariomycetes, bangsa Hypocreales, suku Hypocreaceae, marga Trichoderma, jenis Trichoderma harzianum (Anonim 2007). Beberapa ciri morfologi T. harzianum (Gambar 1) yang menonjol antara lain adalah 2 Gambar 1 T. harzianum dalam cawan petri (Harman 1976). koloninya berwarna hijau muda sampai hijau tua, mempunyai konidia aseksual berbentuk globus yang tersusun seperti buah anggur, dan pertumbuhannya cepat (Anonim 2002). T. harzianum tidak mempunyai tahap aseksual, tetapi mempunyai spora aseksual (Harman 1976). T. harzianum adalah salah satu jenis fungi yang berpotensi sebagai pertahanan tanaman terhadap penyakit tanaman (fitopatogen) dan pemacu pertumbuhan tanaman (Chaverri dan Samuels 2002; Chet 2001; Harman 1996; Marco dan Felix 2002). Keunggulan T. harzianum antara lain mengunakan biaya relatif rendah untuk ditumbuhkan, mempunyai pengaruh positif pada keseimbangan tanah, dan tidak mempunyai efek berbahaya pada manusia. Sebagai biokontrol, T. harzianum dapat bertindak antara lain membentuk koloni di tanah atau pada bagian tanaman lalu mencegah pertumbuhan fitopatogen, memproduksi enzim perusak dinding sel fitopatogen, memproduksi antibiotik yang dapat membunuh fitopatogen, menunjang pertumbuhan tanaman, menstimulasi mekanisme pertahanan tanaman (Monte 2001). Tanaman pada tanah yang diberi perlakuan. T. harzianum mengalami peningkatan pertumbuhan yang dapat dilihat dari adanya peningkatan perkecambahan, pembungaan, dan berat tanaman (Chang dan Baker 1986). Fenomena peningkatan pertumbuhan tanaman yang diberi perlakuan T. harzianum terlihat pada tanaman jagung, tomat, dan tembakau (Windham et al. 1986). Unsur Hara P (Fosfor) Unsur hara merupakan bahan dasar untuk pabrik raksasa di dalam tubuh tanaman. Tanaman akan mengabsorbsi ion-ion yang terdapat di sekitar daerah perakaran. C, H, O, N, P, dan S merupakan unsur-unsur yang menyusun protein atau protoplasma tanaman. Kerak bumi merupakan sumber cadangan P. Menurut Schulte dan Kelling (1996) P tanah dibagi menjadi dua kategori yaitu P organik dan P anorganik. Keduanya merupakan sumber P yang penting bagi tanaman, tetapi ketersediaannya dikendalikan oleh karakteristik tanah dan kondisi lingkungan. Unsur P juga dapat diikat sebagai anion yang dapat ditukarkan dan terikat dalam bentukbentuk yang tidak dapat diserap tanaman. P masuk ke dalam biosfer melalui proses serapan oleh tanaman dan jasad mikro (Soepardi 1983). Unsur P adalah hara utama bagi tanaman yang penting untuk perkembangan akar, awal perbungaan, dan pematangan buah (Anonim 2000). Fungsi P pada tanaman sulit dinyatakan secara rinci, namun penting bagi tanaman yaitu pada (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak, (2) pembungaan dan pembuahan termasuk pembentukan biji, (3) perkembangan akar halus berserabut, (4) peningkatan kekuatan batang pada tanaman serelia, (5) peningkatan mutu tanaman, (6) memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu (Brady 1982). Tanaman biasanya mengabsorbsi P dalam bentuk ion H2PO4- dan sebagian kecil dalam bentuk HPO42-. Absorbsi kedua ion tersebut oleh tanaman dipengauhi oleh pH tanah sekitar akar (Leiwakabessy et al. 2003). Akar tanaman cenderung tumbuh ke arah daerah yang mengandung banyak P (Ismunadji et al. 1991). Unsur hara P masuk ke dalam tanaman melalui akar rambut, ujung akar, dan sel luar akar. Selanjutnya, P akan didistribusikan ke tiap sel dalam tanaman dan bereaksi secara kimia dengan senyawa organik lainnya membentuk senyawa yang lebih kompleks seperti enzim, asam nukleat, dan protein. Unsur hara P juga digunakan untuk menyimpan dan mentransfer energi melalui senyawa kaya energi, yaitu ATP dan ADP. Unsur hara P yang tidak memadai akan mengakibatkan berbagai proses kimia di dalam tanaman terhambat. Defisiensi P akan menghambat serapan unsur lain, menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta kematangan buah, juga menghambat perkembangan daun dan perakaran sehingga sintesis protein tidak dapat berlangsung dengan baik (Tisdale dan Nelson 1975). P merupakan unsur yang sangat mobil di dalam tanaman dan ketika terjadi defisiensi, maka akan terjadi translokasi P dari jaringan tanaman yang sudah tua ke jaringan tanaman yang sedang aktif berkembang (Griffith 2004). Unsur hara P seringkali kurang pada tanah berpasir dengan kandungan bahan organik rendah, tanah abu vulkanik, tanah gambut, dan tanah sulfat masam dengan kandungan Fe dan 3 Al tinggi (Anonim 2000). Menurut Brady (1982) secara umum ada tiga masalah pada P tanah, yaitu (1) jumlah total dalam tanah yang sedikit, (2) ketersediaan P yang dapat langsung diserap oleh tanaman sangat kecil, dan (3) fiksasi fosfat dapat larut yang ditambahkan melalui pemupukan. Reaksi yang terjadi selama pelarutan P dari bentuk tidak tersedia adalah reaksi kelasi antara ion logam dalam mineral tanah dengan asamasam organik. Asam organik yang membentuk kompleks lebih mantap dengan kation logam akan lebih efektif melepas Fe, Al, dan mineral tanah lainnya sehingga akan melepas P dalam jumlah lebih banyak (Yuwono 2006). Mikrob tanah berperan penting dalam proses pelarutan mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur P dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok mikrob pelarut fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Aryantha 2003). Mikrob yang berperan dalam pelarutan atau pelepasan unsur hara P adalah bakteri, jamur, dan aktinomisetes. Jenis bakteri yang dimaksud antara lain Bacillus firmus, B. subtilis, B. cereus, B. licheniformis, B. polimixa, B. megatherium, Arthrobacter, Pseudomonas, Achromobacter, Flavobacterium, Micrococus, dan Mycobacterium, sedangkan dari golongan jamur antara lain Aspergillus niger, A. Candidus, Fusarium, Penicillum, Schlerotium, dan Phialotobus (Yuwono 2006). Indole Acetic Acid (IAA) Indole Acetic Acid (IAA) (Gambar 2) adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat pada tanaman (Maslahat dan Suharyanto 2005). Seperti telah diketahui bahwa auksin adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang pertama kali ditemukan dan menjadi dasar utama sinyal pertumbuhan tanaman (Anonim 2007). Sedangkan ZPT adalah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah kecil (± 1 μM) yang disintesis pada bagian tertentu dari tanaman, senyawa tersebut pada umumnya ditranslokasikan ke bagian lain dari tanaman yang akan menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis, dan morfologis (Widyastuti dan Tjokrokusumo 2001). IAA adalah suatu molekul yang dapat dihasilkan oleh tanaman dan mikrob. IAA memegang peranan penting dalam pertumbuhan akar dan tunas pada tanaman (Prusty et al 2004). IAA disintesis pada Gambar 2 Struktur IAA (http:/en.wikipedia. org/wiki/image:IAAII.png 2007). bagian meristem akar suatu tanaman dalam jumlah kecil. Mekanisme kerja IAA dapat mendorong elongasi sel pada kleoptil dan ruas tanaman. Elongasi sel terutama terjadi pada arah vertikal diikuti dengan pembesaran sel. IAA berperan dalam mengaktifkan pembuatan komponen sel, dinding sel, dan menyusun kembali ke dalam suatu matriks dinding sel yang utuh (Maslahat dan Suharyanto 2005). Beberapa mikrob seperti bakteri, fungi, dan algae tanah mampu menghasilkan IAA yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Lee et al. 2004). IAA yang dihasilkan oleh mikrob akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Mikrob yang mampu menghasilkan hormon tanaman antara lain Pseudomonas sp dan Azotobacter sp (Isroi 2004). Tomat (Solanum lycopersicum) Kata tomat berasal dari bahasa Aztek, salah satu suku Indian yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman tomat (S. lycopersicum) berasal dari negara Peru dan Ekuador (benua Amerika bagian tengah dan selatan), kemudian menyebar ke seluruh benua Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropis. Tomat mulai ditanam di Indonesia sesudah kedatangan penjajah Belanda (Anonim 1999). Klasifikasi tanaman tomat (S. lycopersicum) yaitu kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta, anak divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Solanales, suku Solanaceae, marga Solanum, jenis Solanum lycopersicum (Anonim 2007). Buah tomat (Gambar 3) mempunyai banyak manfaat bagi tubuh karena mengandung serat, fosfor (P), kalium (K), βkaroten, vitamin C, vitamin A, dan likopen (Anonim 2006). Buah ini juga merupakan komoditas yang multiguna, antara lain sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, bahan kosmetik, dan obat-obatan. Tomat dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah dengan sistem drainase yang baik, pH 4 laminar air flow cabinet, cawan petri, jarum inokulum, alumunium foil, pipet volumetrik, neraca analitik, pemanas, pengaduk bergoyang, vortex, sentrifus Eppendorf 5417R, autoklaf, spektrofotometer UV-Vis, tabung Eppendorf, mikropipet, gelas plastik 300 g, sekop kecil, dan sarung tangan. Gambar 3 Tomat (S. lycopersicum) organik yang siap dipanen (Nusrat 2006). antara 6.2 sampai 6.8, dan kandungan unsur hara khususnya P (Anissyah 2003). Unsur hara P sangat penting bagi tanaman tomat karena unsur P penting untuk perkembangan akar, awal perbungaan, dan pematangan buah. Bila tanaman tomat kekurangan unsur hara P maka akan terlihat pada warna tanaman yang hijau gelap, batang yang kerdil, kurus dan kecil (Anonim 2000). Saat ini juga banyak dikembangkan pertanian secara organik. Pertanian organik adalah suatu sistem manajemen produksi pertanian yang dapat memacu aktivitas biologis lahan atau tanah berdasarkan penggunaan bahan tambahan (pupuk) kimia secara minimal. Sistem pertanian ini bertujuan untuk mengembalikan, memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan keselarasan ekologis (Diver et al 1999). Penghematan biaya produksi budidaya tanaman dapat dicapai dengan penerapan sistem pertanian organik, yakni penambahan aplikasi pupuk mikrob (Aryantha 2003). Sistem pertanian yang juga disebut sebagai pertanian green house atau pertanian yang mengunakan rumah kaca tersebut juga dilaporkan dapat meningkatkan produksi tomat. Hal ini dikarenakan tanaman tersebut dapat terhindar dari hama, khususnya serangga (Rahardjo 2006). BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat jamur T. harzianum DT 38, Aspergillus sp., MEA (Malt Extract Agar), kentang, gula pasir, D(+)-Glucose, K2HPO4, (NH4)2SO4, KCl, MgSO4.7H2O, MnSO4.7H2O, FeSO4.7H2O, K2HPO4, H2SO4 pekat, FeCl3.6H2O 0.5 M, HCl 25%, ammonium molibdat, K antimonil tartrat, asam askorbat, KH2PO4, HNO3 pekat, HClO4, yeast extract, bubuk agar, akuades, bubuk IAA, tanah miskin (oxisol) Ciomas, dan Promi Alat yang digunakan yaitu peralatan gelas, Metode Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode rancangan percobaan RAL pada perhitungan tinggi tanaman dengan persamaan sebagai berikut Yij = μ + τi + εij i = 1,2 j = 1,2,.........,20 Yij = pengamatan tinggi tanaman pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = rataan umum τi = pengaruh perlakuan ke-i εij = pengaruh acak perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Peremajaan T. harzianum DT 38 Media MEA (Malt Extract Agar) yang telah disterilisasi dituang ke cawan petri steril. Penuangan dilakukan di laminar air flow cabinet secara aseptik. Setelah dituang ke dalam cawan petri, media dibiarkan hingga padat. Setelah media MEA padat, isolat fungi T. harzianum DT 38 yang telah tersedia ditanam pada media tersebut. Isolat fungi yang tersedia digores dan dipindahkan ke dalam media MEA secara steril. Masingmasing isolat dikulturkan pada 10 media MEA. Setelah selesai, cawan petri ditutup dengan mikrofilm dan diinkubasi selama 5 hari. Analisis Fungi Pelarut P Secara Kualitatif (Goenadi dan Saraswati 1993) Media yang digunakan untuk analisis fungi pelarut P secara kualitatif adalah media Pikovskaya. Media Pikovskaya yang telah disterilisasi dituang ke dalam cawan petri steril. Penuangan dilakukan di laminar air flow cabinet secara aseptik. Setelah dituang ke dalam cawan petri, media dibiarkan hingga padat. Setelah media tersebut padat, isolat fungi T. harzianum DT 38 dan Aspergillus sp. yang telah tersedia ditanam masing-masing ke dalam 5 cawan media tersebut. Fungi Aspergillus sp. ditanam sebagai kontrol positif. Setelah selesai, cawan petri ditutup dengan mikrofilm dan diinkubasi pada suhu