PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Diajukan Oleh: ATOK WIDIYANTO NIM : 998114206 NIRM : 990051122004120178 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iv TIDAK ADA APA PUN YANG INDAH YANG PERNAH DICAPAI OLEH MEREKA YANG BERANI MEMPERCAYAI BAHWA SESUATU DI DALAM DIRI MEREKA LEBIH UNGGUL DARIPADA KEADAAN (BRUCE BARTON) KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK : BAPAK-IBUKU TERCINTA, SEBAGAI UNGKAPAN RASA HORMAT DAN BAKTIKU, SAUDARA-SAUDARAKU, KAKAKKU (ALM) WIWID, WIBI, DAN ADIKKU FIFIN, ISTRIKU YANG TERCINTA “YANI” TEMAN-TEMAN DAN SAHABAT, BUAT DOA, SEMANGAT DAN BANTUAN KALIAN ALMAMETERKU PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vi ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.) INTISARI Didalam buah makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terkandung flavonoid yang mempunyai aktivitas anti bakteri, anti fungal, anti inflamasi, anti oksidan, dan lain-lain. Senyawa flavonoid sendiri mempunyai sifat kelarutan dua bentuk yaitu larut dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut kandungan flavonoid yang terdapat dalam perasan daging buah makuta dewa khususnya dalam fraksi eter. Perasan daging buah makuta dewa didapat dari buah makuta dewa masak yang masih segar dicuci dengan air sampai bersih, dibuang bijinya, diparut dan diperas dengan kain saring. Setelah itu dilakukan uji pendahuluan dengan reaksi warna dan kromatografi kertas satu arah (KKt 1A), kertas Whatmann no 1 sebagai fase diam dan t-butanol asam asetat : air (3:1:1) sebagai fase gerak. Adanya bercak yang muncul setelah pengembangan diamati dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia. Kemudian dikromatografi kertas dua dimensi (KKt 2A) menggunakan fase diam kertas Whatmann no 1 dengan cairan pengembang fase I (t-butanol asam asetat : air (3:1:1)) dan fase II (asam asetat 15%) dan diperiksa dibawah lampu UV 366 nm. Diperoleh bercak sebagai isolat dari fraksi eter kemudian diidentifikasi struktur flavanoidnya berdasarkan data-data spektrum spektrofotometri UV (panjang gelombang 200-500 nm). Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif komparatif berdasarkan acuan pustaka. Dari hasil analisis reaksi warna, identifikasi kromatografi kertas, identifikasi warna bercak sebelum dan sesudah diuapi amonia dan data spektrum berdasarkan panjang gelombang puncak serta pergeseran puncak dapat diperkirakan jenis kandungan flavonoid dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa termasuk Isoflavon yang mempunyai gugus orto dihidroksi pada cincin A (6,7 atau 7,8) tanpa gugus hidroksi pada C-3 dan C-5. Kata kunci : makuta dewa, flavonoid, fraksi eter, kromatografi kertas, spektroskopi UV PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI vii ABSTRACT In fruit of makuta dewa ( Phaleria macrocarpa ( Scheff.) Boerl.) Contents of flavonoid that have antibacterial activity, anti fungal, anti inflammation, anti oxidant, and others. Flavonoid compounds it self have dissolve character in two form that is dissolve in polar solvent and non polar solvent. This research aim to know furthermore contents of flavonoid which there are in squizzed juice of fruits flesh makuta dewa especially in ether fraction. Squizzed juice of fruits flesh makuta dewa got from fruit of makuta dewa still ripe be fresh washed until cleanness, thrown the seed, grated and extorted with cloth filter. Then done by antecedent test with reaction of one way paper chromatography and colors ( KKt 1A), paper Whatmann no.1 as stationary phase and t-butanol acetic acid : water ( 3:1:1) as mobile phase. Existence mark that appears after development is observed under UV of 366 nm before and after steamed with ammonia. Then paper chromatography of two dimension ( KKt 2A) apply paper stationary phase Whatmann no.1 with dilution of developer of phase I ( t-butanol acetic acid : water ( 3:1:1)) and phase II ( acetic acid of 15%) and checked under UV lamp of 366 nm. Obtained by mark as isolate from ether fraction then identification by the flavanoid structure based on UV spectroscopy spectrums data (wavelength of 200-500 nm). Data which analyzed obtained with descriptive method of comparability based on book reference. From analysis result reaction of colour, identify paper chromatography, identify mark colour before and after steamed with ammonia and spectrum data based on top wavelength and also friction of top can estimate type of contents of flavonoid in ether fraction of squizzed juice of fruits flesh makuta dewa cum Isoflavon having bunch orto hydroxy at ring A (6,7 or 7,8) without hydroxy bunch at C-3 and C-5. Keyword: makuta dewa, flavonoid, ether faction, paper chromatography, UV spectroscopy PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI viii PRAKATA Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik dan lancar skripsi yang berjudul ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI FRAKSI ETER PERASAN DAGING BUAH MAKUTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far.) pada program studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa materi, moral, maupun spiritual. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Ibu Rita Suhadi, S.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran dan tanggung jawab telah mengarahkan, membimbing serta memotivasi secara tulus. Terima kasih atas setiap waktu, bantuan, saran, serta dorongan semangat sampai selesainya penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji, terima kasih untuk waktu yang diberikan untuk menguji serta memberikan saran-saran membangun, terima kasih untuk perhatiannya. 4. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., M.Si., selaku dosen penguji, terima kasih atas kesediaan menguji dan kemurahan hati memberikan saran-saran membangun serta waktu dan perhatiannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ix 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberi dan membagikan ilmu serta pengalaman yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Mas Wagiran, mas Sigit, mas Andri, mas Sarwanto selaku laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia USD, serta Kebun Obat USD. Terima kasih untuk waktu serta keikhlasan dalam membantu pelaksanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI x DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v INTISARI ...................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... vii PRAKATA..................................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................. x DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1 A.Latar Belakang ........................................................................................... 1 B.Permasalahan.............................................................................................. 3 C.Keaslian Penelitian..................................................................................... 3 D.Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4 E.Tujuan Penelitian........................................................................................ 4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 5 A. Makuta dewa............................................................................................ 5 1. Nama Tanaman ............................................................................ 5 2 Klasifikasi Tanaman .................................................................... 5 3. Morfologi Tanaman ..................................................................... 6 4. Khasiat dan Kegunaan Tanaman ................................................. 7 5. Kandungan Kimia Tanaman ........................................................ 7 6. Penelitian tentang makuta dewa dan hasilnya…………………. 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xi B. Flavonoid ................................................................................................. 8 1. Isolasi Flavonoid.......................................................................... 12 2. Kromatografi Kertas .................................................................... 13 3. Kromatografi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A).............................. 15 C. Spektrofotometri ...................................................................................... 19 D. Identifikasi Flavonoid Secara Spektrofotometri UV ............................... 21 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 28 A. Jenis Penelitian......................................................................................... 28 B. Bahan Penelitian ...................................................................................... 28 1. Bahan Tanaman ........................................................................... 28 2. Bahan Kimia ................................................................................ 28 3. Bahan Untuk Kromatografi Kertas .............................................. 28 D. Alat........................................................................................................... 29 E. Rancangan Penelitian............................................................................... 29 1. Determinasi .................................................................................. 29 2. Pembuatan Perasan Daging Buah Makuta dewa ......................... 29 3. Reaksi Warna Untuk Flavonoid................................................... 29 4. Identifikasi Pendahuluan dengan Kromatografi Kertas 30 Satu Arah (KKt 1A) ..................................................................... 5. Identifikasi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A) ................................. 30 6. Identifikasi Isolat Flavonoid dengan Spektrofotometri UV......... 31 F. Analisis Hasil ........................................................................................... 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 33 A. Determinasi .............................................................................................. 33 B. Pembuatan Perasan Daging Buah Makuta Dewa..................................... 33 C. Pemeriksaaan Flavonoid dengan Reaksi Warna ...................................... 34 D. Identifikasi Pendahuluan Flavonoid dengan KKt 1A .............................. 36 E. Identifikasi dan Isolasi Flavonoid Fraksi Eter dengan KKt 2A............... 41 F. Spektroskopi Ultra Violet ........................................................................ 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xii BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 53 A. Kesimpulan .............................................................................................. 53 B. Saran ........................................................................................................ 53 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 54 LAMPIRAN.................................................................................................. 56 BIOGRAFI PENULIS ................................................................................. 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiii DAFTAR TABEL Hal Tabel I Pengembang yang berguna pada Analisis Flavonoid dengan Kromatografi Kertas Menurut Markham ........................ 16 Tabel II Hubungan warna Bercak dengan Struktur Flavonoid Menurut Mabry et al .................................................................... 18 Tabel III Rentangan serapan maksimum Spektrofotometri UV Flavonoid (Markham, 1988). ................................................ 22 Tabel IV Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOH (Markham, 1988).............................................................. 25 Tabel V Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc (Markham, 1988) ............................................................ 26 Tabel VI Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc/H3BO3 (Markham,1988)................................................. 26 Tabel VII Penafsiran spektra UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3/HCl (Markham, 1988) ....................................................... 27 Tabel VIII Reaksi warna flavonoid untuk menentukan interpretasi golongan flavonoid dibandingkan dengan pustaka Venkataraman (1962)................................................................... 35 Tabel IX Data kromatogram dari bercak KKt 1A masing-masing sampel dengan fase diam kertas Whatmann no 1 dan fase gerak TBA (3:1:1). Deteksi dengan sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia, serta interpretasi warna bercak (Markham,1998).................................................... 38 Tabel X Data harga Rf dan deteksi sinar UV 366 nm dari bercak-bercak pada kromatogram KKt 2A fraksi eter ekstrak metanol. ............. 43 Tabel XI Interpretasi struktur flavonoid menurut warna bercak KKt 2A dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia (NH3). .................................................................. 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xiv Tabel XII Penggolongan daerah penyebaran bercak-bercak menurut kromatogram KKT 2A berdasar pada pola penyebaran bercak menurut Markham (1988). ........................................................... 46 Tabel XIII Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna kuning (K) .......... 49 Tabel XIV Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna ungu (U) ............. 50 Tabel XV Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna biru (B) ............... 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xv DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid ( Robinson, 1995 ) ............................. 8 Gambar 2. Kerangka dasar dan penomoran flavonoid ( Mabry et al., 1970 )................................................... 9 Gambar 3. Kerangka umum dan penomoran flavonoid (Mabry et al.,1970)...................................................... 10 Gambar 4. Pembagian cincin flavonoid (Mabry et al., 1970) ....................... 22 Gambar 5. Kromatogram dari bercak KKt 1A dari masing-masing sampel.. 37 Gambar 6. Kromatogram KKt 2A fraksi eter air perasan daging makuta dewa ................................................................................ 42 Gambar 7. Daerah penyebaran bercak-bercak dari kromatogram hasil KKt2A dibandingkan dengan peta penyebaran bercak flavonoid menurut Markham (1988) ........................................... 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI xvi DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1. Data hasil spektroskopi Ultra Violet fraksi eter perasan daging buah makuta dewa............................................................... 56 Lampiran 2. Foto hasil KK satu-arah fase diam kertas Whatmann no. 1 fase pengembang (TBA) ........................................................................ 65 Lampiran 3. Foto hasil KK dua-arah fase diam kertas Whatmann no. 1 fase pengembang (TBA) dan fase pengembang II (asam asetat 15%)... 67 Lampiran 4. Foto hasil reaksi warna................................................................... 69 Lampiran 5. Foto tanaman makuta dewa, buah makuta dewa dan perasan daging buah makuta dewa .............................................................. 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Secara empiris, makuta dewa terbukti mampu menyembuhkan beberapa macam penyakit berat, seperti penyakit lever, kanker, jantung, lemah syahwat, reumatik, diabetes mellitus, asam urat, tekanan darah tinggi, dan ketagihan narkoba, serta penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka bekas gigitan serangga (Harmanto, 2003). Tanaman makuta dewa memiliki beberapa bagian yang mengandung senyawa-senyawa yang agak berbeda satu sama lain. Pada daging buah dan kulit biji mengandung alkaloid, terpenoid, saponin, dan senyawa polifenol (Lisdawati, 2002). Kulit buah makuta dewa mengandung alkaloid dan saponin, sedangkan daunnya mengandung alkaloid, saponin, polifenol (Sumastuti, 2001). Buah makuta dewa banyak mengandung flavonoid yang merupakan salah satu dari sekian banyak zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan dan dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit (Djumidi dkk, 1999). Flavonoid mempunyai aktivitas anti bakteri, anti fungal, anti inflamasi, anti oksidan, anti hemorhagi, diuretik, aktivitasnya estrogenik dan hipoglikemik (Harborne, 1987). Penelitian tentang kandungan flavonoid dalam perasan daging buah maakuta dewa telah dilakukan oleh Sisilia (2001), tentang efek hepatoprotektif 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol. Perasan daging buah makuta dewa dengan komposisi tiga buah makuta dewa diperas airnya (lebih kurang 79 g menghasilkan 10 ml air perasan) dapat memberikan efek hepatoprotektif. Dari penelitian tersebut dibuktikan adanya efek hepatoprotektif berasal dari kandungan flavonoid yang terdapat dalam perasan daging buah makuta dewa, dikarenakan adanya gugus fenol yang mampu menangkap radikal bebas (zat antara yang toksik) dari parasetamol pada struktur flavonoid (Pudjono, 2001). Flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Untuk diketahui bahwa sifat kelarutan flavonoid ada dua bentuk, yaitu larut dalam pelarut polar dan pelarut yang non polar. Pelarut polar yang umum digunakan seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetil formamida (DMF), air, dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Dengan diketahui adanya aglikon flavonoid yang larut dalam pelarut polar seperti eter dan kloroform, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti jenis kandungan flavonoid apa saja yang terdapat pada perasan daging buah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 makuta dewa khususnya dalam fraksi eter. Bukti ilmiah tentang jenis kandungan flavonoid yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa belum pernah diteliti. 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas maka timbul masalah menarik untuk diteliti yaitu : golongan flavonoid apa saja yang terkandung dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa? 2. Keaslian Penelitian Sudah banyak dilakukan penelitian tentang flavonoid dalam makuta dewa tentang potensi anti bakteri ekstrak etanol dan ekstrak kloroform daun makuta dewa terhadap Staphylococcus aureus oleh Hosen Jaya Edi (2005), daya sitotoksik infusa kulit batang makuta dewa pada sel hela oleh Esti Pusparanti (2003), isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter ekstrak metanol daging buah makuta dewa oleh Dianisius Iwan Susanto (2003). Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang berjudul efek hepatoproktetif air perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol telah dikerjakan oleh Sisilia (2001). Penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang jenis golongan flavonoid apa yang terkandung dalam perasan daging buah makuta dewa terutama pada fraksi eter. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Penelitian mengenai isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter perasan daging buah makuta dewa, sampai sejauh ini belum pernah dilakukan.. 3. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu terobosan baru bagi dunia kesehatan pada umumnya maupun bagi perkembangan ilmu kefarmasiaan dan kedokteran khususnya berupa sumbangan teoritis dan manfaat praktis. a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang senyawa flavonoid apa saja yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa. b. Manfaat praktis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa didalam perasan daging buah makuta dewa khususnya dalam fraksi eter terdapat senyawa flavonoid (aglikon) yang mempunyai kegunaan dalam pengobatan penyakit. B. Tujuan Penelitian Tujuan mengenai penelitian isolasi dan identifikasi flavonoid dari fraksi eter perasan daging buah makuta dewa ini adalah untuk mengetahui senyawasenyawa flavonoid apa saja yang terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Makuta dewa 1. Nama tanaman Makuta dewa sering disebut dengan nama botani Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. atau dengan sinonim Phaleria papuana Warb. Var. Wichanii (Val.) Back. Di Jawa Tengah tanaman inin disebut makuto dewo, makuto rojo atau makuto ratu. Sebutan lain untuk tanaman ini yaitu raja obat (Banten), disebut demikian karena khasiatnya dalam mengobati aneka penyakit; pau (etnik Cina), berarti obat pusaka; simalakama (Depok, Jawa Barat; Melayu); makuto mewo (Java) (Harmanto, 2003; Dalimartha, 2003). 2. Klasifikasi Klasifikasi tanaman makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) termasuk dalam bangsa Thymelales, suku Thymelaleaceae, marga Phaleria dan spesies Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Dalimartha, 2003). Kedudukan tanaman makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida (Anonim, 1997) Anak kelas : Rosidae Bangsa : Malvales 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Suku : Thymelaeaceae (APG, 1998; Bremer, Bremer dan Thulin, 1999) Marga : Phaleria Jack Jenis : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1963) 3. Morfologi tanaman Tanaman makuta dewa berupa herba, tajuk pohonnya bercabangcabang (Harmanto, 2003). Tanaman ini tumbuh tegak dengan ketinggian 1-2,5 m, tumbuh ditanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dpl (Dalimartha, 2003). Namun, jika dibiarkan ketinggiannya bisa mencapai 5 meter (Harmanto, 2003). a. Batang bulat, permukaannya kasar, wamanya cokelat, berkayu, dan bergetah, percabangan simpodial (Dalimartha, 2003). b. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, urat daun agak menonjol tersusun agak rapat melengkung ke atas, permukaan atas mengkilat dan permukaan bawah suram, warnanya hijau tua, panjang 7-10 cm, lebar 2-5 cm (Budiana, 2000; Dalimartha, 2003). c. Bunga merupakan bunga majemuk payung dengan anak bunga berjumlah 2-4 tanpa tangkai; daun tenda bunga berjumlah empat berlekatan membentuk tabung, tenda bunga berwarna putih pada bagian pangkalnya berwama hijau, bagian ujung dari tenda bunga berbelah empat, panjang bunga sekitar 1,5-2 cm; bunga sempuma (berkelamin dua); benang sari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 dua kali jumlah tenda bunga dalam dua lingkaran panjang dan pendek, tangkai sari yang panjang melekat pada bagian tengah daun tenda bunga dan yang pendek di antara daun tenda bunga; tangkai putik bulat panjang berwarna putih, setinggi tenda bunga bakal bulat menumpang (Budiana, 2000). d. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin beralur, ketika muda wamanya hijau dan merah setelah masak. Buah batu berdaging, daging buah berwama putih, berserat dan berair (Budiana, 2000; Dalimartha, 2003). 4. Khasiat dan kegunaan tanaman Secara empiris makuta dewa terbukti mampu menyembuhkan beberapa penyakit berat seperti lever, kanker, jantung, lemah syahwat, reumatik, diabetes mellitus, asam urat, tekanan darah tinggi, dan ketagihan narkoba, serta penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka bekas gigitan serangga (Harmanto, 2003). 5. Kandungan kimia tanaman Tanaman makuta dewa memiliki beberapa bagian yang mengandung senyawa-senyawa yang agak berbeda satu sama lain. a. Daging buah dan kulit biji mengandung alkaloid, terpenoid, saponin, dan senyawa polifenol (Lisdawati, 2002). b. Kulit buah mengandung alkaloid dan saponin. c. Daun mengandung alkaloid, saponin, polifenol (Sumastuti, 2001). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 6. Penelitian tentang makuta dewa dan hasilnya Penelitian tentang makuta dewa telah banyak dilakukan oleh mahasiswa farmasi USD seperti oleh Betasari (2001) yang melakukan penelitian mengenai efek hipoglikemik perasan daging buah makuta dewa pada tikus diabetes melitus tidak tergantung insulin, hasilnya disebutkan bahwa perasan daging buah makuta dewa dapat memberikan efek hipoglikemik pada tikus diabetes melitus tidak tergantung insulin. Sisilia (2001) melakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif air perasan daging buah makuta dewa pada mencit jantan terinduksi parasetamol, hasilnya disebutkan bahwa air perasan daging buah makuta dewa dapat memberikan efek hepatoprotektif pada mencit terinduksi parasetamol. B. Flavonoid Senyawa Flavonoid adalah golongan senyawa yang mengandung 15 karbon dalam inti dasarnya dan tersusun dalam kerangka dasar C6 – C3 – C6 terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan dengan rantai alifatik tiga karbon. (Markham,1988; Pramono, 1989; Robinson, 1995 ). C C C Gambar 1. Kerangka dasar flavonoid ( Robinson, 1995 ) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Senyawa flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam terbesar dan hampir terdapat pada semua tumbuhan hijau kecuali algae dan bisa terdapat pada semua bagian tumbuhan yaitu daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar, bunga, buah dan biji (Markham, 1988). Senyawa flavonoid dalam tumbuhan terbentuk sebagai glikosida atau berupa aglikon (Markham, 1988; Pramono, 1989). Flavonoid merupakan senyawa yang relatif stabil terhadap pemanasan, mudah dideteksi keberadaannya dan memiliki sebaran yang luas pada semua tumbuhan tingkat tinggi baik pada Angiospermae maupun Gymnospermae (Harborne et al., 1971). Secara umum flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu dari cincin benzena (Robinson,1995). Untuk pembacaan strukturnya pada kerangka flavonoid cincin aromatiknya diberi tanda A,B dan C atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta. angka beraksen untuk cincin B. Sistem penomoran tersebut dapat dijelaskan pada gambar 2. 3’ 2’ 4’ B 8 O A C 7 5’ 2 6’ 3 6 5 4 Gambar 2. Kerangka dan penomoran flavonoid ( Mabry et al., 1970 ) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Klasifikasi senyawa flavonoid ditentukan oleh pola subtitusi dan hidroksilasi pada atom C3. Klasifikasi tersebut meliputi flavon, flavanon, flavonol, isoflavon, auron dan kalkon. 3’ 2’ 8 HO 7 1’ 5’ 6’ 3 6 10 5 α 5 OH OH O 4 O 4 Flavon Calkon 8 8 HO 4’ 2 3 10 O OH 9 7 6’ C 6 HO 5’ 2 A 8 1’ OH 2’ 4’ B O 9 3’ OH O 7 HO 2 4’ H 1’ 5’ 2 2’ 6 OH 2’ O 9 7 3’ 3 6 10 3’ 3 6’ H 5 5 OH OH OH O 4 6’ 4’ O 4 OH 5’ Isoflavon Dihidroflavonol 3’ OH 2’ 8 HO 9 7 O H 1’ 2 6 4’ 5’ 6’ 7 HO 6 8 2’ O 2 3 10 5 5 OH O 4 Flavanon 9 4 OH CH 3 O Auron Gambar 3. Kerangka umum dan penomoran flavonoid (Mabry et al.,1970) 3’ 4’ 1’ 6’ 5’ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Secara individual kelarutan senyawa flavonoid sangat bermacam-macam, sesuai dengan golongan dan substitusi yang terjadi. Flavonoid merupakan senyawa polar, karena mempunyai gugus hidroksi yang tak tersulih atau suatu gula, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti metanol, air, butanol, etanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetil formida. Adanya gula terikal yang biasa ditemukan pada flavonoid cenderung flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran tersebut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida flavonoid. Scbaliknya aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon serta flavonoid yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter, etil asetat dan kloroform (Mursyidi, 1990). Untuk mengekstraksi senyawa flavonoid dari tumbuhan biasanya digunakan pelarut yang memiliki polaritas yang sesuai dengan flavonoid tersebut karena kelarutan flavonoid berbeda-beda (Robinson, 1995). Aglikon flavonoid adalah senyawa polifenol, sehingga mempunyai sifat kimia senyawa fenol yaitu agak bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa. Flavonoid yang mempunyai gugus hidroksil tak tersubtitusi atau suatu gula merupakan senyawa polar dan umumnya cukup larut dalam pelarut seperti etanol, metanol, aseton, air dan lainlain ( Markham, 1988). Adanya gula yang terikat pada flavonoid, air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya aglikon yang kurang polar cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988). Pelarutpelarut alkoholik merupakan pelarut pilihan untuk mengekstraksi semua goiongan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 flavonoid, biasanya digunakan etanol, metanol dan propanol. Bahan-bahan segar dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut-pelarut alkohol tersebut. Sedangkan bahan-bahan kering dan berkayu dapat menggunakan pelarut alkohol berair, hal ini disesuaikan dengan glikosida flavonoidnya. (Harborne et al., 1975} 1. Isolasi Flavonoid Metode yang paling menguntungkan untuk mengisolasi atau memisahkan campuran flavonoid adalah dengan kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis karena hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit dan waktu yang relatif singkat. Pemilihan fase diam dan fase gerak dalam kromatografi disesuaikan dengan tipe flavonoid yang akan dipisahkan. Fase diam yang paling umum adalah poliamid dan selulosa mikrokristal (Markham, 1988). Pemilihan pelarut tidak hanya tergantung pada senyawa yang akan diuji, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pada bagaimana substituen tersebut diambil. Bila flavonoid terdapat dafam vakuola sel, yang umumnya bersifat hidrofilik maka penyarian dilakukan dengan menggunakan air atau pelarut-pelarut alkoholik Bila flavonoidnya terdapat dalam kloroplas diperlukan pelarut-pelarut lemah sebelum melakukan penyarian dengan alkohol. Penyarian flavonoid untuk tujuan analisis, akan lebih ideal bila digunakan bagian tanaman yang masih segar, walaupun simplisia kering masih memberikan hasil yang memuaskan Untuk pembuatan simplisia kering diambil bagian tanaman yang segar lalu segera dikeringkan dalam oven suhu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 100° C . Selanjutnya simplisia yang sudah kering ini diserbuk, disari dengan pelarut yang sesuai (Mursyidi, 1990). 2. Kromatografi Kertas Kromatografi kertas merupakan jenis dari sistem partisi. Fase diam adalah kertas (selulosa) dan sebagai fase gerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut - pelarut organik dan air. Senyawa-senyawa yang terpisahkan dapat segera dideteksi pada kertas dan diidentifikasikan. Jika dikehendaki, komponen-komponen yang terpisahkan dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong kemudian dilarutkan secara terpisah (Hardjono, 1985). Metode identifikasi dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan dari kedudukan noda (bercak) pada kromatogram. Cara lain untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid yaitu dengan reaksi-reaksi yang karakteristik. Cara ini terutama berguna dalam pemisahan senyawa anorganik. Untuk pengembangan dapat digunakan metode ascending (penaikan), descending (penurunan) dan horisontal (mendatar). a. Metode ascending: Kertas digantung dicelupkan sehingga pelarut bergerak dari bawah ke atas. b. Metode descending: Dilakukan dengan mencelup kertas dalam solven, sehingga pelarut tersebut bergerak dari atas ke bawah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 c. Metode horisontal: Cuplikan di tempatkan pada pusat kertas yang biasanya berbentuk bulat. Pelarut diteteskan dari pusat kertas. Kertas dalam pemisahan terutama berpengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Kecepatan aliran akan naik dengan kenaikan suhu. Tetapi aliran pelarut pada suhu tertentu dipengaruhi oleh kerapatan dan ketebalan kertas. Penurunan kerapatan atau kenaikan ketebalan kertas memberikan kecepatan aliran lebih tinggi. Kertas Whatman no.4 mempunyai sifat yang mirip dengan kertas Whatman no. I namun bahan kertas yang pertama memberikan efek kira-kira 2 kali lebih cepat. Kertas yang lebih tebal (Whatman no.3 / 3MM ) biasanya digunakan untuk pemisahan dalam jumlah yang lebih besar, karena dapat menampung lebih banyak cuplikan tanpa menaikkan area dari noda mula - mula ( Hardjono, 1985 ). Oleh karena uap-uap, terutama amonia mempunyai afinitas yang tinggi terhadap selulosa, maka kertas-kertas ini harus disimpan ditempattempat yang jauh dari sumber-sumber uap tersebut. Kebanyakan untuk pelarut-pelarut kromatografi cepat menguap tanpa meninggalkan residu. Hanya untuk fenol, penguapan sempurnanya kira-kira membutuhkan waktu 4 jam. Harus diusahakan penghilangan pelarut dengan segera dan sempurna, hal ini untuk mencegah terjadinya reaksi pada penambahan reagen. Yang lebih penting lagi terutama dalam kromatografi dua arah dimana jejak pelarut yang pertama harus dihilangkan sebelum pengembangan pelarut yang kedua. Pada keadaan lain, volatilitas yang tinggi mengakibatkan pelarut lebih cepat hilang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 meninggalkan kertas setelah bergerak. Umumnya fase gerak merupakan campuran yang terdiri atas komponen-komponen organik, air dan senyawa senyawa asam, basa atau pereaksi komplek untuk memperbesar kelarutannya. Senyawa organik polar akan lebih mudah larut dalam air dari pada digunakan pelarut non polar (Hardjono, 1985). 3. Kromatografi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A) Kadang-kadang dalam pemisahan bercak yang terdiri atas dua bercak atau lebih pada kromatografi kertas satu arah (KKt 1A) tidak terpisahkan dengan baik. Karena alasan tersebut perlu dilakukan pemisahan dengan kromatografi kertas dua dimensi (KKt 2A). Kertas yang disarankan untuk tujuan ini ialah kertas Whatman 3MM (46 x 57cm) atau yang setara. Jumlah ekstrak yang ditotolkan dapat merupakan faktor kritis yang menentukan mutu flavonoid yang terjadi kemudian. Bila ekstrak yang ditotolkan terlalu sedikit, bercak flavonoid yang terbentuk mungkin sukar untuk dideteksi, sedangkan bila lerlalu banyak maka akan terjadi pencorengan dan resolusi menjadi jelek (Markham, 1988). Namun bila cara diatas tidak memungkinkan untuk dilakukan disebabkan ukuran lembaran kertas dan bejana kromatografi yang terlalu besar, maka pcnyesuaian ukuran dapat dilakukan. Bejana kaca yang lebih kecil dapat dipakai bila lembar kertas dibagi dua atau empat sebelum ekstrak ditotolkan, Tetapi bila hal itu dilakukan, ukuran bercak yang ditotolkan dan jumlah ekstrak yang ditotolkan harus disesuaikan (Markham, 1988). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 Untuk penilaian kandungan flavonoid suatu ekstrak, sudah menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan pengembang beralkohol pada pengembangan pertamanya. Demikian juga dalam KKt dua dimensi ini. Untuk pengembangan pertama dapat digunakan pengembang n-butanol:asam asetat:air (BAA 4:1:5, fase atas) atau t-butanol:asam asetat:air (TBA 3:1:1) menurut arah tepi kertas yang terpanjang. Garis depan pengembang akan mencapai ujung lembaran kertas dalam waktu 12-30 jam (kira-kira membutuhkan 50-60 ml pengembang per kertas). Untuk pengembangan arah kedua dapat digunakan pengembang berupa larutan dalam air seperti larutan asam asetat 15%, dengan menggunakan bejana lain. Waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan arah kedua ini 4-6 jam (Markham, 1988). Cara lain adalah dengan menggunakan pengembang yang berbeda. Beberapa dari pengembang yang banyak tersedia dicantumkan pada tabel I, yang disertai dengan ulasan tentang penggunaan yang sebaiknya. Sebagian pengembang tersebut boleh digunakan setelah penggunaan BAA atau TBA yang biasanya merupakan pengembang terbaik dari segi kekuatan pelarut dan pemisahan bercak (Markham, 1988). Tabel. I. Pengembang pada analisis flavonoid dengan kromatografi kertas (Markham, 1988). Pengembang BAA TBA KAA Susunan pengembang (jangka waktu pengembangan) nBuOH;HOAc;H2O(4:1:5);dicam pur baik-baik dalam corong pisah, dipakai fase atas (17 jam) t-BuOH;HOAc;H2O (3:1:1) (24 jam) CHCl3:HOAc:H2O (30:15:2); campur baik-baik dalam corong pisah, air yang berlebih dibuang (5-7 jam) Penggunaan yang dianjurkan* Glikosida, aglikon, dan gula (24-48 jam), glukosa dan galaktosa tak terpisahkan Seperti pada BAA Aglikon (terutama yang dimetilasi), glikosida yang diasilasi, glikosida yang dimetilasi. Baik untuk memisahkan campuran jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Forestal HOAc:H2O:HCl (30:10:3) (15 jam) Asam Format HCOOH:H2O:HCl (5:3:2) Bu/HCl n-BuOH:HCl 2M (1:1); campur baik-baik dalam corong pisah dan setimbangkan semalam (24 jam) n-BuOH:EtOH:H2O (4:1:2,2); jika tidak mencampur pada suhu kamar tambah lagi sedikit EtOH (20-24 jam) Bz:HOAc:H2O (125:72:3); pengembang atsiri, jadi perlu penjenuhan bujana bejana (4 jam) EtOAc:Pir:HOAc:H2O (36:36:7:21) Fenol (4g): H2O (1 ml). Keringkan kromatogram dalam tanur berventilasi (50-60oC) selama 2-3 jam lalu dalam lemari asam 24 jam (untuk menghilangkan fenol) (24 jam) (4 jam) BEA Benzenaasam asetatair EPAA Fenol H2O HOAc HCl 1% BBPA HOAc 5% (3jam) HOAc 15% (5 jam) HOAc 50% (12 jam); terbaik jika “lewat kembang” (5 jam) n-BuOH:Bz:Pir:H2O (5:1:3:3) (20 jam) isoramnetilkemferol/siringetin/laristrin (pola OH pada cincin B sama) Flavon, flavonol, dan aglikon antosianidin. Sering tidak dapat memisahkan glikosida dari aglikon Antosianidin. Dapat memisahkan glikosida dari aglikon (Bandingkan dengan forestal) Antosianin (sebelum pengembangan kertas harus disetimbangkan dalam uap pengembang) Pengembang berkemampuan rendah, ideal untuk pemurnian ahkir glikosida glikosida dan gula yang hampir murni Aglikon, asam fenolat Gula, terutama KLT Glikosida, memisahkan visenin-2 dari skaftosida; glukoronida<glikosida; ramnosida>glukosida. Dapat memisahkan glukosa dari alosa dan galaktosa. Gula (3048 jam) Glikosida, biasanya O-Glukoronida>CGlukosida>O-Glukosida. Ideal untuk membedakan antara O-Glukoronida dan Oglikosida lain Poliglikosida Glikosida. Baik untuk membedakan antara mono-, di-, triglikosida Aglikon Antosianin, asam fenolat Gula. Memisahkan glukosa dari galaktosa, xilosa, dan arabinosa *Lambang <,> menunjukan kelincahan bercak Untuk lembaran kertas besar Letak bercak yang menggunakan fase diam selulosa yang dikembangkan dua arah dengan dua macam fase gerak (TBA/HOAc) juga merupakan informasi yang berharga karena dapat untuk mengetahui apakah suatu flavonoid merupakan aglikon/glikosida (Mabry. Et al., 1970). Cara lain yang paling mudh untuk mendeteksi flavonoid adalah dengan mengamati perubahan warna sebelum dan sesudah diuapi amonia. Flavonoid PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 merupakan golongan senyawa fenol yang bersifat asam, sehingga menimbulkan perubahan warna yang khas dengan adanya amonia (Markham, 1988). Jika tidak tercampur dengan pigmen lain, flavonoid dapat dideteksi dengan uap amonia dan akan menimbulkan warna yang spesifik untuk masing-masing golongan. Flavon dan flavonol memberikan warna kuning kemerahan. Antosianin berwarna merah biru, sedangkan flavanon memberikan warna oranye atau coklat. Warna merah dan lembayung yang mendadak dalam suasana basa disebabkan oleh adanya khalkon atau auron (Robinson, 1995). Tabel II. Hubungan warna bercak dengan struktur flavonoid (Mabry et al., 1962) Warna bercak flavonoid Tipe flavonoid UV 366 nm NH3/UV 366 nm Violet tua Kuning, kuning hijau a. Biasanya 5-OH flavon atau flavonol (tersulih ada 3-O dan atau hijau mempunyai 4’-OH) b. Flavanon 5-OH dan 4’-OH khalkon tanpa OH pada cincin B Perubahan warna a. flavon atau flavonol tersulih pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi sedikit atau tanpa tanpa 4’-OH bebas. perubahan warna b. 6- atau 8-OH flavon dan flavonol tersulih pada 3-O serta mengandung 5-OH c. Isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan flavanon dengan 5-OH d. Calkon dengan 2’- atau 6’-OH tetapi tidak memiliki 2- atau 4OH bebas Fluoresensi biru muda Biru muda flavanon dengan 5-OH merah atau jingga calkon dengan gugus hidroksil bebas pada posisi 2- atau posisi 4a. flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misalnya 5OH-glikosida b. flavonol tanpa 5-OH bebas tetapi tersulih pada 3-OH Fluoresensi hijaukuning atau hijau-biru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Perubahan warna sedikit atau tanpa perubahan warna Tidak tampak Kuning redup dan kuning atau fluoresensi jingga Fluoresensi kuning Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas Fluoresensi murup biru Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas terang Fluoresensi biru muda Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas Perubahan warna Flavonol dengan 3-OH bebas dan sedikit atau tanpa atau tanpa 5-OH bebas (kadangperubahan warna kadang berasal dari dihidroflavonol) Jingga atau merah Auron yang mengandung 4’-OH bebas dan calkon 2- atau 4-OH , Kuning-hijau atau hijau-biru atau hijau Perubahan warna a. Auron yang tak mengandung 4’sedikit atau tanpa OH bebas dan flavanon tanpa 5perubahan warna OH bebas b. Flavanol yang mengandung 3OH bebas dan dengan atau tanpa 5-OH bebas Merah jingga redup Biru Antosianidin 3-glikosida atau merah senduduk Merah jambu atau Biru Antosianidin 3,5-diglikosida fluoresensi kuning Hasil dari KKt 2A ini dapat juga digunakan untuk mengisolasi flavonoid dengan cara bercak yang sesuai digunting dari kromatogram, lalu bercak yang sama digabungkan dan setelah digunting menjadi potongan kecil-kecil diekstraksi dengan pelarut yang sesuai (biasanya digunakan metanol (MeOH)). Bila diperlukan, hasil pemisahan KKt 1A dapat digabungkan dengan hasil pemisahan KKt 2A hasil replikasi agar diperoleh flavonoid murni (Markham, 1988). C. Spektrofotometri Spektrofotometri merupakan studi mengenai interaksi cahaya dengan atom-atom atau molekul. Ada dua sifat radiasi elektromagnetik yaitu teori Gelombang dan teori Korpuskuler. Teori gelombang digunakan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 menerangkan parameter elektromagnetik berupa kecepatan, frekuensi, panjang gelombang, dan amplitudo. Untuk menggambarkan interaksi antar radiasi elektromagnetik dengan benda, maka dianggap berkas sinar sebagai suatu foton (partikel yang bertenaga), dimana tenaga setiap foton berbanding lurus dengan frekuensi radiasi. Dinyatakan dengan rumus : E=h.f E = h . c/n.λ ket: E = tenaga foton ( erg ) h = tetapan Planck ( 6,624 x 10-34 joule det) f = frekuensi radiasi magnetik ( Hertz ) Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektroskopi UV tergantung pada struktur elektromagnetik dari molekul. Spektra UV dari senyawa organik berkaitan dengan transisi-transisi diantara tingkatan energi elektronik, transisi tersebut meliputi orbital ikatan dan orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari perbedaan-perbedaan energi transisi dari orbital tersebut. Pemisahan energi terbesar terjadi bila elektron ikatan tereksitasi yang akan menimbulkan serapan pada daerah serapan 120-200 nm (daerah UV vakum) dan relatif tidak memberikan penjelasan. Dan diatas 200 nm eksitasi elektron dari orbital p dan d dan orbital phi (π) terutama terkonjugasi π dapat diukur spektranya sehingga memberikan keterangan berguna pada struktur molekulnya. Dalam hal ini spektroskopi UV terbatas pada sistem-sistem terkonjugasi, akan tetapi mempunyai keuntungan yang selektif dari serapan UV di mana gugus-gugus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 karaktenstik dapat dikenal dalam molekul-molekul yang sangat komplek Beberapa istilah dalam spektroskopi ultra violet (UV) : 1. Gugus kromofor Gugus tidak jenuh kovalen yang dapat menyerap sinar tampak dan lembayung (200-800 nm) yang disebabkan adanya transisi elektron. 2. Gugus auksokrom Gugus fungsional bcrsifat jenuh yang tidak menyerap sinar diatas 200 nm akan tetapi jika terikat pada suatu gugus kromofor maka akan menggeser puncak serapan gugus kromofor tersebut kepanjang gelombang yang lebih panjang dan mempertinggi intensitasnya. 3. Pergeseran batokromik Pergeseran puncak serapan ke panjang gelombang yang lebih tinggi. 4. Pergeseran hipsokromik Pergeseran puncak serapan ke nilai panjang gelombang yang lebih rendah. 5. Efek hiperkromik Peristiwa bertambah besamya intensitas suatu gugus kromofor. 6. Efek hipokromik Peristiwa bertambah kecilnya intensitas serapan suatu gugus kromofor. (Sastrohamidjoyo, 1985) D. Identifikasi Flavonoid secara Spektrofotometri UV Penentuan struktur flavonoid akhir-akhir ini banyak dilakukan dengan cara spektrofotometri. Pada spektrofotometri UV cara ini didasarkan pada pengetahuan bahwa senyawa flavonoid atau isoflavonoid memiliki sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 aromatic terkonjugasi, sehingga menghasilkan serapan spektrum pada daerah UV. Senyawa flavonoid memberikan 2 puncak serapan utama. Dua puncak utama tersebut biasanya menunjukkan pita I yang terletak pada panjang gelombang 300380 nm dan pita II terletak pada daerah dengan panjang gelombang 240-280 nm. Pita 1 menunjukkan absorbsi unluk cincin B dengan sistem sinamoil, sedang pita II berhubungan dengan absorbsi cincin A yaitu sistem benzoil (Mabry et al.,1970). Gambar 4. Pembagian cincin flavonoid (Mabry et al., 1970) Ket : 1 Komponen penyerap benzoil sebelum garis lurus. 2 Komponen penyerap sinamoil sebelum garis lurus. Tabel III. Rentangan serapan maksimum Spektrofotometri UV Flavonoid (Markham, 1988). No 1 2 3 4 Puncak II (dalam nm) 250-280 250-280 250-280 245-275 Puncak I (dalam nm) 310-350 330-360 350-385 310-330 bahu kirakira 320 puncak Jenis flavonoid Flavon Flavonol (3-OH tersubstitusi) Flavonol (3-OH bebas) Isoflavon Isoflavon (5-dioksi 6,7-dioksigenasi) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 5 6 7 8 275-295 300-330 bahu Flavonon dan dihidro flavonol 230-270 340-390 Khalkon 230-270 380-430 Auron 270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin Selain itu hasil spektra dan flavonoid tergantung pada pola hidroksilasi dan subtitusi senyawa tersebut. Untuk mempelajari cara ini dapat dilihat dari hasil pergeseran spektrum UV dan spektrum tampak pada rutin. Rutin atau kuersetin 3rutinosida pertama kali diisolasi dari Fagopyrum esculentum dan sampai sekarang masih digunakan sebagai sumber rutin niaga. Tidak diragukan lagi bahwa dari semua glikosida kuersetin, rutin paling luas penyebarannya dan mungkin terdapat pada 25% dari flora setempat. Sumber yang mudah diperoleh termasuk bunga Magnolia, Viola dan Aesculus hippocastanum, daun tembakau (Nikotiana tabacum), Rheum, teh dan Phaseolus vulgaris. Bahan tumbuhan yang diperoleh dari sumber tersebut di atas harus dikumpulkan dan diekstraksi dengan etanol 95% panas (jaringan segar) atau etanol 70% (jaringan kering) selama 30 menit, lalu ekstrak dipekatkan sampai volume tinggal sedikit (Harborne, 1973). Menurut Markham (1988), langkah pertama yamg perlu dilakukan untuk mengidentifikasi flavonoid adalah menentukan jenis flavonoid dengan memperhatikan: a. Bentuk umum spektrum metanol (MeOH) b. Panjang gelombang pita serapan c. Data kromatografi kertas Langkah kedua adalah mempertimbangkan arti perubahan spectrum yang disebabkan oleh berbagai spektrum geser. Makna peubahan yang disebabkan oleh berbagai pereaksi geser dijelaskan sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 a. Spektrum Natrium Hidroksida (NaOH) Spektrum ini merupakan petunjuk “sidik jari” pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau pengurangan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk baik adanya gugus yang peka terhadap basa. Pada flavonol dan flavon digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 3 dan 4,-OH. b. Spektrum Natrium Asetat (NaOAc) Natrium asetat hanya menyebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksi flavanoid yang paling asam. Jadi natrium asetat digunakan terutama untuk mendeteksi adanya gugus 7 hidroksi bebas (atau yang setara). c. Spektrum Natrium Asetat dan Asam Borat (NaOAc/H3BO3) NaOAc/H3BO3 menjembatani kedua gugus hidroksi pada gugus orthodihidroksi dan digunakan untuk mendeteksinya. d. Spektrum Alumunium Klorida dan Asam Klorida (AlCl3 dan HCl) Pereaksi ini menyebabkan gugus OH pada C-3 dan C-5 flavon dan flavonol akan membentuk kompleks yang stabil, sedangkan kompleks antara AlCl3 dan gugus orthodihidroksi bersifat labil sehingga terdekomposisi dengan penambahan asam. Adanya gugus orthodihidroksi pada cincin B dapat diketahui dengan penambahan asam terhadap spektra AlCl3. Keberadaan gugus 3-OH dan 5-OH pada flavon dan flavonol dapat diketahui dengan pereaksi ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Tabel IV. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOH (Markham, 1988). Jenis flavonoid Flavon Flavonol Pergeseran panjang gelombang puncak I II Intensitas menurun terus (terjadi peruraian) Mantap + 40-65nm Intensitas tidak menurun Mantap + 60-65nm Petunjuk penafsiran 3 dan 4’-OH, o-diOH pada cincin A dan pada cincin B: 3-OH yang berdampingan 4’-OH 3-OH tidak ada 4’OH bebas Pita baru (bandingkan MeOH) 320-335nm 7-OH Isoflavon Tidak ada Tidak ada OH pergeseran dicincin A Flavanon Dihidroflavonol Intensitas menurun o-diOH pada cincin A dengan (penurunan lambat : berjalannya waktu o-diOH pada cincin B isoflavon) Bergeser dari kira- Flavonol dan kira 280 ke 325nm dihidroflavonol dengan 5,7-OH Intensitas naik ke 7-OH tanpa 5-OH 330-340nm bebas Calkon + 80-95nm 4’-OH (auron) Auron (intensitas naik) + 60-70nm 6-OH tanpa (intensitas naik) oksigenasi pada 4’OH (auron) Pergeseran lebih 6-OH dengan kecil oksigenasi pada 4’OH (auron) + 60-100nm 4-OH (calkon) (intensitas naik/ 2-OH atau 4’-OH dan tanpa kenaikan tanpa –OH intensitas) + 40-50nm 4’-OH (2’-OH atau 4OR juga ada) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Tabel V. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc (Markham, 1988). Jenis flavonoid Flavon Flavonol Isoflavon Flavonon Dihidroflavonol Calkon Auron Pergeseran panjang gelombang puncak I II +5-20nm (berkurang bila ada oksigenasi pada 6 atau 8) Intensitas berkurang dengan bertambahnya waktu + 35nm + 65nm Intensitas berkurang dengan bertambahnya waktu Pergeseran batokromik atau bahu pada panjang gelombang yang lebih panjang Petunjuk 7-OH Gugus yang peka terhadap basa, -OH pada 6,7 atau 7,8 atau 3,4’ 7-OH (dengan 5-OH) 7-OH (tanpa 5-OH) Gugus yang peka terhadap basa, -OH pada 6,7 atau 7,8 4’ dan atau 4-OH (calkon) 4’ dan atau 6-OH (auron) Tabel VI. Penafsiran spektra UV dengan penambahan NaOAc/H3BO3 (Markham,1988). Jenis flavonoid Flavon Flavonol Isoflavon Flavonon Dihidroflavonol Auron Calkon Pergeseran panjang gelombang puncak I II + 12-36nm (nisbi terhadap spektrum MeOH) Pergeseran lebih kecil + 10-15nm (nisbi terhadap spektrum MeOH) Pergeseran lebih kecil Petunjuk penafsiran o-diOH pada cincin B o-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8) o-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8) o-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Tabel VII. Penafsiran spektra UV dengan penambahan AlCl3 dan AlCl3/HCl (Markham, 1988). Jenis flavonoid Flavon Flavonol (AlCl3/HCl) Pergeseran yang tampak I II + 35-55nm + 17-20nm Tak berubah + 50-60nm Pergeseran AlCl3/HCl + 30-40nm Pergeseran AlCl3/HCl + 20-25nm Isoflavon Flavanon Dihidroflavonol (AlCl3/HCl) (AlCl3) Auron Khalkon (AlCl3/HCl) (AlCl3) Antosianidin Antosianin (AlCl3) + 10-14nm + 20-26nm Pergeseran AlCl3/HCl + 11-30nm Pergeseran AlCl3/HCl + 30-38nm (peka terhadap NaOAc) + 48-64nm + 40 nm + 60-70nm Pergeseran AlCl3/HCl + 40-70nm Penambahan lebih kecil + 25-35nm (pada pH 2-4) Pergeseran lebih besar Petunjuk penafsiran 5-OH 5-OH dengan oksigenasi pada 6 Mungkin 5-OH dengan gugus prenil pada 6 Mungkin 3-OH (dengan atau tanpa 5-OH) o-diOH pada cincin B o-diOH pada cincin A (tambahan pada pergeseran o-diOH pada cincin B) 5-OH (isoflavon) 5-OH (flavanon, dihidroflavonol) o-diOH pada cincin A (6,7 dan 7,8) Dihidroflavonol tanpa 5OH (tambahan pada sembarang pergeseran odiOH) 2’-OH (khalkon) 2’-OH (khalkon) dengan oksigenasi pada 3’ 4-OH (auron) o-diOH pada cincin B mungkin o-diOH pada cincin A o-diOH Banyak o-diOH atau odiOH (3-deoksi antosianidin) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif komparatif yang dilakukan di laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. B. Bahan Penelitian 1. Bahan tanaman Buah makuta dewa diperoleh dari daerah Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta. Diambil buahnya yang benar-benar segar (tidak busuk) dan telah masak, dengan spesifikasi kulit buah bersih, agak benjol-benjol, berwarna merah maron, dan daging buah terasa agak lunak bila ditekan. 2. Bahan kimia Semua bahan kima yang digunakan dalam penelitian berderajat pro analis (p.a) produksi MERCK kecuali aqua destilata. Bahan-bahan tersebut adalah metanol, asam asetat, amonia, t-butanol, kloroform, dietil eter, natrium hidroksida, natrium asetat, aluminium klorida dan asam klorida. 3. Bahan untuk kromatografi kertas Bahan untuk identifikasi senyawa flavanoid dengan KKt adalah kertas Whatmann no 1. 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 C. Alat a. Alat penyarian: alat-alat gelas, alat parut, kain saring, timbangan elektrik (Mettler Toledo, Switzerland), penangas air. b. Alat kromatografi dan spektroskopi: bejana kromatografi, lampu UV 366 nm, pipa kapiler 5 mikroliter, spektrofotometer UV Thermo Spectronic Genesys 6 tipe split beam. D. Rancangan Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian meliputi : 1. Determinasi Determinasi tanaman makuta dewa mengacu pada pustaka. 2. Pembuatan perasan daging buah makuta dewa Buah makuta dewa masak yang masih segar dicuci dengan air sampai bersih, dibuang bijinya, kemudian diparut bersama kulitnya. Hasil parutan diperas dengan bantuan kain saring sampai seluruh sari buah makuta dewa terperas habis. 3. Reaksi warna untuk flavonoid Perasan daging buah makuta dewa diuji menggunakan pereaksi : tiga tetes larutan pada drop plate ditambah 1 tetes larutan AlCl3, tiga tetes larutan pada drop plate tambah 1 tetes larutan NaOH 1%, dan tiga tetes larutan pada drop plate ditambah 2 tetes HCI pekat dan serbuk Mg. Adanya perubahan flavonoidnya. warna dicatat untuk memperkirakan golongan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 4. Identifikasi Pendahuluan dengan Kromatografi Kertas Satu Arah (KKt 1A) Sebanyak 10 ml perasan daging buah makuta dewa ditambah 10 ml kloroform, fase kloroform dibuang ulangi sampai 3 kali. Untuk fase air ditambali eter 10 ml lalu dipisahkan. Hasil yang didapatkan berupa fraksi eter (sampel 2) dan fraksi air (sampel 3). Masing-masing fraksi diuapkan hingga tinggal sedikit. Selanjutnya masing-masing fraksi ditotolkan pada kertas Whatman no 1 dengan menggunakan pipa kapiler ukuran 5 µi dan dielusi dengan t-butanol asam asetat : air (TBA 3:1:1). Setelah terelusi pada batas yang ditentukan lalu diangkat, keringkan. Catat adanya warna bercak di bawah penyinaran UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi dengan amonia. 5. Kromatografi Kertas Dua Dimensi (KKt 2A) Dalam kromatografi ini digunakan kertas Whatman no 1 ukuran 20 x 20 cm. Dimana larutan perasan daging buah makuta dewa dalam larutan eter ditotolkan pada pojok kanan bawah kertas dengan jarak 1 cm dari tepi dan dasar kertas. Penotolan dilakukan dengan mikro pipet. Pengembangan tahap pertama digunakan t-butanol asam asetat : air (TBA 3:1:1). Setelah terelusi pada batas yang ditentukan lalu kertas diangin-anginkan hingga kering. Selanjutnya dilakukan pengembangan tahap kedua. Pada pengembangan tahap kedua digunakan asam asetat 15%. Setelah terelusi pada batas yang ditentukan kertas diambil dan diangin-anginkan hingga kering. Adanya bercak kromatogram yang terjadi di amati dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia. Harga Rf dicatat pada masing-masing bercak untuk tiap tahap pengembang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 Hasil dan KKt 2A ini dapat juga digunakan unluk mengisolasi flavonoid dengan cara bercak yang sesuai digunting dari kromatogram, lalu bercak yang sama digabungkan dan setelah digunting menjadi potongan kecilkecil diekstraksi dengan pelarut yang sesuai (digunakan metanol (MeOH)). Bila diperlukan, hasil pemisahan KKt 1A dapat digabungkan dengan hasil pemisahan KKt 2A hasil replikasi agar diperoleh flavonoid murni (Markham, 1988). 6. Identifikasi Isolat Flavonoid dengan Spektrofotometri UV Isolat diperoleh dari pemotongan masrng-masing bercak pada kertas kromatogram (KKt 2 A) yang telah dipisahkan. Kertas dipotong kecil-kecil kemudian direndam dalam 10 ml metanol PA selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas saring (sebagai isolat). Identifikasi dan penentuan struktur isolat flavonoid dengan metode spetrofotometri UV berturut-turut dilakukan pemberian pereaksi geser yaitu NaOH, H3BO3, AlCl3, HCl dan NaOAc dengan tahap-tahap: a. Tahap I Larutan isolat dalam metanol dimasukkan dalam kuvet sampel. Pada kuvet blangko dimasukkan metanol. Kemudian dibaca serapannya bersamasama pada gelombang 200-500 nm. b. Tahap II Larutan pada kuvet tahap 1 ditambahkan 3 tetes NaOH 2M dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-500 nm. Setelah dibiarkan selama 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 menit kemudian dibaca serapannya kembali untuk mengetahui kemungkinan terjadinya dekomposisi flavonoid. a. Tahap III Larutan isolat flavonoid yang baru dalam kuvet sampel ditambah 3 tetes AlCl3 kemudian dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-500 nm. b. Tahap IV Larutan pada kuvet sampel tahap III ditambahkan 3 tetes pereksi HCl kemudian dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-500 nm. c. Tahap V Larutan isolat flavonoid dalam kuvet sampel ditambah serbuk NaOAc anhidrat sebanyak kira-kira 2 mm dari dasar kuvet, digojog dan dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-500 nm. d. Tahap VI Larutan pada kuvet sampel tahap V ditambahkan serbuk H3BO3 dengan jumlah setengah dari jumlah penambahan NaOAc, digojog dan dibaca serapannya pada panjang gelombang 200-500 nm. F. Analisis Hasil Kandungan flavonoid dalam fraksi eter perasan daging buah makuta dewa hasil KK 2A dianalisi secara deskriptif, dilanjutkan dengan spektroskopi UV untuk penafsiran struktur senyawa flavonoid. Identifikasi struktur senyawa flavonoid dibandingkan dengan data dari acuan (Mabry, 1970; Markham, 1988), dan (Harborne, 1987). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Determinasi Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah sesuai yang dimaksud. Determinasi dilakukan dengan mencocokan tanaman dengan kunci-kunci determinasi yang ada dalam buku Flora of Java karangan Backer dan Van den Brink (1963), dan hasilnya adalah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Kunci-kunci determinasi tanaman berdasarkan buku Flora of Java karangan Backer dan Van den Brink (1963) adalah sebagai berikut: 1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-799b800b-801b-802b-803b-804b-805c-806b-807b-809b-810b-811a-812b-815b-816b818b-820b-821b-822a-823b-824b-825b-826b-829b-830b-831b-832b-833b-834a835a-836a-837c-851b-856b-857a-858b-860b-872b-874b-875b-876b-877d-933b934a-935b-936b-937a-938c-939a-940a-941b-942b-64. Familia Thymelaeaceae-lagenus1.Phaleria-la-2b-Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. B.Pembuatan Perasan Daging Buah Makuta Dewa 1. Pengumpulan dan pencucian bahan Buah makuta dewa yang telah masak dan masih segar diperoleh dari daerah Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta dengan spesifikasi kulit buah bersih, agak benjol-benjol, berwarna merah maron, dan daging buah terasa agak lunak bila 33 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 ditekan. Penggunaan buah makuta dewa yang telah masak dimaksudkan agar memudahkan dalam proses pemerasan karena daging buah makuta dewa yang telah masak dapat dipastikan terasa agak lunak sehingga dalam pembuatan perasan tersebut dapat diperoleh perasan yang cukup untuk penelitian selain itu juga diharapkan diperoleh kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam buah telah optimal. Sebelumnya dilakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir secara berulang kali untuk memastikan bahwa buah makuta dewa benar-benar bersih dari tanah, debu, pasir atau kotoran lainnya. Air yang mengalir untuk memastikan kotoran yang terbilas tidak menempel kembali pada buah. Setelah dicuci kemudian antara daging buah dan biji dipisahkan dan diambil daging buahnya beserta kulit buahnya. 2. Pembuatan perasan Daging buah beserta kulitnya kemudian diparut sehingga diperoleh hasil parutan yang selanjutnya diperas dengan bantuan kain saring sampai seluruh sari daging buah makuta dewa terperas habis, cukup untuk mendapatkan perasan yang dibutuhkan dalam penelitian. Hasil perasan selanjutnya digunakan untuk langkahlangkah selanjutnya dalam penelitian ini. C.Pemeriksaan Flavonoid dengan Reaksi Warna Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan ada tidaknya flavonoid dalam perasan daging buah makuta dewa. Dari pemeriksaan tersebut juga dapat disimpulkan perkiraan golongan flavonoid yang terkandung dalam air perasan daging buah makuta dewa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Tabel VIII. Reaksi warna flavonoid untuk menentukan interpretasi golongan flavonoid dibandingkan dengan pustaka Markham (1988). Pereaksi Perubahan warna Pustaka AlCl3 Merah Kuning NaOH Coklat Kuning/hijau kuning Serbuk Mg-HCl Coklat kemerahan Kuning/jingga/merah Dengan penambahan pereaksi AlCl3, bila disemprotkan pada KKt yang kemudian dikeringkan akan menunjukkan semua 5-hidroksi-flavonoid sebagai bercak berfluoresensi kuning bila dilihat dibawah sinar UV (366 nm), selain itu bercak yang semula tak tampak menjadi terlihat (Markham, 1988). Dari hasil penelitian menunjukan adanya perubahan warna perasan menjadi merah setelah penambahan AlCl3, ini menunjukan tidak adanya 5-hidroksi-flavonoid. Penambahan pereaksi NaOH, menunjukan 3’,4’-dihidroksi-flavon dan 3’,4’-dihidroksi-flavonol sebagai bercak jingga (UV atau tampak) dan 4’-hidroksi-flavon dan 4’-hidroksi-flavonol berupa hijau kuning. Hasil penelitian memberikan warna coklat pada perasan setelah penambahan pereaksi NaOH, ini menunjukkan bahwa pada perasan tidak terdapat jenis-jenis senyawa flavonoid seperti diatas. Penambahan pereaksi serbuk Mg-HCl menunjukan adanya gugus hidroksi fenol bila terlihat kuning, jingga, atau merah. Dari hasil penelitian menunjukan warna coklat kemerahan, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa perasan daging buah makuta dewa memiliki gugus hidroksi fenol. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 Berdasarkan interpretasi diatas dapat disimpulkan bahwa perasan daging bvuah makuta dewa terdapat senyawa flavonoid yang mempunyai gugus hidroksi fenol pada strukturnya. D.Identifikasi Pendahuluan Flavonoid dengan KKt 1A Dalam identifikasi ini digunakan 10 ml perasan daging buah makuta dewa difraksinasi secara bertingkat dengan 10 ml kloroform. Fase kloroform dibuang, penambahan ini diulang sampai tiga kali. Penggunaan kloroform disini untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang kurang polar dalam fraksi air misalnya lemak, terpena, klorofil, dan xantofil (Mursyidi, 1990). Fraksi air yang didapat kemudian difraksinasi kembali menggunakan 10 ml dietil eter, kemudian dipisahkan. Hasil yang didapatkan berupa fraksi eter (sebagai sampel 2) dan fraksi air (sebagai sampel 3). Kedua fraksi ditotolkan diatas kertas Whatmann no 1 (ukuran 5x15 cm) dengan pembanding rutin untuk identifikasi pendahuluan keberadaan flavonoid. Penotolan bercak menggunakan pipa kapiler ukuran 5 µl, dan diulang sebanyak tiga kali agar didapatkan bercak yang dapat dideteksi. Apabila penotolannya sedikit maka bercak yang terbentuk mungkin akan sukar dideteksi sedangkan apabila penotolannya banyak, maka akan terjadi pencorengan sehingga resolusi menjadi jelek. Pengembangan satu arah ini dielusi menggunakan fase gerak t-butanol : asam asetat : air (TBA 3:1:1). Pengembangan dilakukan dengan jarak10 cm dari totolan awal, selanjutnya bercak yang didapatkan dilihat dibawah sinar UV PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia. Hasil yang didapatkan berupa warna bercak dan harga Rf untuk masing-masing bercak. Rf 1,00 A F C 0,50 B E D 0,00 Spl 1 Spl 2 Spl 3 Gambar 5. Kromatogram dari bercak KKt 1A dari masing-masing sampel. Ket. Sampel 1 : Rutin (pembanding) Sampel 2 : Fraksi eter Sampel 3 : Fraksi air Fase diam : kertas Whatmann no. 1 (5x15 cm) Fase gerak : t-butanol-asam asetat-air (TBA 3:1:1) Pengembangan : ± 10 cm Deteksi : sinar UV 366 nm Warna bercak A : ungu B : kuning C : ungu D : coklat E : kuning F : ungu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 Tabel IX. Data kromatogram dari bercak KKt 1A masing-masing sampel dengan fase diam kertas Whatmann no 1 dan fase gerak TBA (3:1:1). Deteksi dengan sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia, serta interpretasi warna bercak (Markham,1988). Warna bercak Bercak Interpretasi tipe Sebelum diuapi Sesudah diuapi sampel flavonoid berdasar warna Rf amonia amonia bercak Cahaya UV 366 Cahaya UV 366 tampak nm tampak nm a. flavon atau flavonol standar 0,51 Kuning Ungu Kuning Ungu dengan 3-OH tersubstitusi dan 5-OH bebas tetapi tanpa 4’OH bebas b. flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi yang mengandung 5-OH dengan 6-OH atau 8OH c. Isoflavon, dihidroflavon, biflavonil dan flavonon dengan 5-OH d. Calkon dengan 2 atau 6-OH tetapi tidak memiliki 2 atau 4-OH bebas B 0,45 Tidak tampak Kuning Tidak tampak Kuning Fraksi eter C 0,51 Tidak tampak Ungu Tidak tampak Ungu a. Flavonol dengan 3OH bebas dan atau tanpa 5-OH bebas (dihidroflavonol) b. Auron tanpa 4’-OH bebas dan flavon tanpa 5-OH bebas c. Flavanol dengan 3-OH bebas dan dengan atau tanpa 5-OH bebas a. flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi dan 5-OH bebas tetapi tanpa 4’OH bebas b. flavon atau flavonol dengan 3-OH PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 tersubstitusi yang mengandung 5-OH dengan 6-OH atau 8OH c. Isoflavon, dihidroflavon, biflavonil dan flavonon dengan 5-OH d. Calkon dengan 2 atau 6-OH tetapi tidak memiliki 2 atau 4-OH bebas Fraksi air D 0,22 E 0,41 F 0,58 Tidak tampak Kuning Tidak tampak Coklat Kuning Ungu Tidak tampak Kuning Tidak tampak Coklat Kuning Ungu Tidak dapat diinterpelasikan a. Flavonol dengan 3OH bebas dan atau tanpa 5-OH bebas (dihidroflavonol) b. Auron tanpa 4’-OH bebas dan flavon tanpa 5-OH bebas c. Flavanol dengan 3-OH bebas dan dengan atau tanpa 5-OH bebas a. flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi dan 5-OH bebas tetapi tanpa 4’OH bebas b. flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi yang mengandung 5-OH dengan 6-OH atau 8OH c. Isoflavon, dihidroflavon, biflavonil dan flavonon dengan 5-OH d. Calkon dengan 2 atau 6-OH tetapi tidak memiliki 2 atau 4-OH bebas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 Penggunaan uap amonia dalam pemeriksaan awal KKt 1A untuk memastikan ada tidaknya flavonoid yang terkandung dalam fraksi air maupun fraksi eter. Warna kuning yang dapat dilihat dalam sinar tampak setelah bercak diuapi amonia menunjukan adanya flavonoid. Setelah itu bercak diamati dibawah sinar UV 366 nm untuk penafsiran golongan flavonoid berdasarkan warna bercak yang tampak. Dari hasil pengamatan KKt 1A dengan fase gerak TBA (3:1:1) sebelum diuapi amonia pada sinar UV 366 nm pada masing-masing bercak menunjukan warna yang berbeda. Bercak A berwarna ungu, bercak B berwarna kuning, bercak C berwarna ungu, bercak D berwarna coklat, bercak E berwarna kuning, dan bercak F berwarna ungu. Sedangkan setelah diuapi amonia pada sinar UV 366 nm tidak menunjukan perubahan warna atau perubahan warna sedikit, dimana bercak A berwarna ungu, bercak B berwarna kuning, bercak C berwarna ungu, bercak D berwarna coklat, bercak E berwarna kuning, dan bercak F berwarna ungu. Menurut Mabry et al (1970), dari hasil pengamatan bercak tersebut dapat diperkirakan tipe flavonoid apa yang terkandung dalam masing-masing bercak. Bercak C dan F kemungkinan merupakan suatu flavonoid tipe flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi dan 5-OH bebas tetapi tanpa 4’-OH bebas; flavon atau flavonol dengan 3-OH tersubstitusi yang mengandung 5-OH dengan 6-OH atau 8OH; isoflavon; dihidroflavon; biflavonil dan flavonon dengan 5-OH; calkon dengan 2 atau 6-OH tetapi tidak memiliki 2 atau 4-OH bebas. Sedangkan bercak B dan E menunjukan flavonoid tipe flavonol dengan 3-OH bebas dan atau tanpa 5-OH bebas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 atau dihidroflavonol; auron tanpa 4’-OH bebas dan flavon tanpa 3-OH bebas; flavanol dengan 3-OH bebas dan dengan atau tanpa 5-OH bebas. Untuk bercak sampel D tidak dapat diinterpretasikan, kemungkinan bercak tersebut bukan merupakan golongan flavonoid. Untuk identifikasi warna dan harga Rf masingmasing bercak dapat dilihat pada tabel X. E.Identifikasi dan Isolasi Flavonoid Fraksi Eter dengan KKt 2A Identifikasi flavonoid dengan KKt 2A ini berguna untuk mengetahui apakah flavonoid tersebut merupakan aglikon atau glikosida. Pada identifikasi dengan KKt 1A pemisahan bercak tidak terpisahkan dengan baik karena terdapat bercak yang terdiri atas dua bercak/lebih sehingga diperlukan pemisahan yang lebih spesifik lagi yaitu dengan KKt 2A (Markham, 1988). Dalam identifikasi flavonoid ini digunakan kertas Whatmann no 1 ukuran 20 x 20 sebagai fase diamnya sedangkan untuk fase geraknya digunakan dua fase gerak. Fase gerak yang pertama digunakan t-butanol : asam asetat : air (TBA 3:1:1) sedangkan fase gerak kedua digunakan larutan asam asetat 15%. Fase diam kertas Whatmann no 1 karena jumlah pemisahan yang relatif kecil serta dibutuhkan kecepatan aliran yang lebih tinggi, apabila menggunakan kertas Whatmann yang lain seperti kertas Whatmann no.3 yang mempunyai ketebalan lebih besar maka kecepatan alirannya akan semakin turun, sehingga dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam identifikasi ini. Penggunaan TBA (3:1:1) sebagai fase gerak I dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 larutan asam asetat 15%v/v (fase gerak II) merupakan fase gerak (pengembang) yang terbaik dari segi kekuatan pelarut dan pemisahan bercak. Hasil bercak yang diperoleh diamati dibawah sinar UV 366 nm, lalu dipetakan bercak yang diperoleh diatas kertas dan dicatat warna bercaknya (sebelum dan sesudah uapi amonia). Hasil dibandingkan dengan pustaka yang ada untuk memperkirakan jenis flavonoid apa yang terkandung dalam masing-masing bercak. Rf 1,0 A B C D Rf 0.50 E G F II I Rf 0.0 Rf 0.50 Rf 1.0 Gambar 6. Kromatogram KKt 2A fraksi eter air perasan daging makuta dewa Fase diam Fase gerak I II Pengembangan : kertas Whatmann no. 1 (20x20 cm) : t-butanol-asam asetat-air (TBA 3:1:1) : asam asetat 15% v/v : ± 15 cm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Tabel X. Data harga Rf dan deteksi sinar UV 366 nm dari bercak-bercak pada kromatogram KKt 2A fraksi eter ekstrak metanol. Bercak sampel IIA Harga Rf Pengembangan Pengembangan TBA (3:1:1 v/v) asam asetat 15% 0,73 0,82 Warna bercak UV 366 nm Sebelum diuapi Sesudah diuapi amonia (NH3) amonia (NH3) Ungu tua IIB 0,45 0,58 Ungu tua IIC IID 0,43 0,37 0,51 0,33 Coklat Kuning IIE 0,42 0,21 IIF 0,73 0,17 IIG 0,35 0,21 Fluoresensi Biru muda Fluoresensi Biru muda Biru tua Tanpa perubahan warna Tanpa perubahan warna Coklat Tanpa perubahan warna Fluoresensi biru hijau Fluoresensi biru hijau Fluoresensi biru hijau Tabel XI. Interpretasi struktur flavonoid menurut warna bercak KKt 2A dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia (NH3). Bercak IIA Deteksi UV 366 nm sebelum diuapi amonia (NH3) Ungu tua Deteksi UV 366 nm sesudah diuapi amonia (NH3) Tanpa perubahan warna Interpretasi menurut Markham (1988) a. Biasanya flavon atau flavonol tersubstitusi pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas. b. Beberapa 6-OH atau 8-OH flavon dan flavonol ersubstitusi pada 3-O serta mengandung 5OH. c. Isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan beberapa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 IIB Ungu tua Tanpa perubahan warna IIC IID Coklat Kuning Coklat Tanpa perubahan warna IIE Fluoresensi Biru muda Fluoresensi biru hijau flavanon yang mengandung 5OH. d. Khalkon yang mengandung 2’atau 6’-OH tetapi tidak mengandung 2-OH atau 4-OH bebas. a. Biasanya flavon atau flavonol tersubstitusi pada 3-O mempunyai 5-OH tetapi tanpa 4’-OH bebas. b. Beberapa 6-OH atau 8-OH flavon dan flavonol tersubstitusi pada 3-O serta mengandung 5-OH. c. Isoflavon, dihidroflavonol, biflavonil dan beberapa flavanon yang mengandung 5OH. d. Khalkon yang mengandung 2’atau 6’-OH tetapi tidak mengandung 2-OH atau 4-OH bebas. Tidak dapat diinterpretasikan a. Flavonol yang mengandung 3OH bebas dan mempunyai atau tak mempunyai 5-OH bebas (kadang-kadang berasal dari dihidroflavonol) b. Auron yang mengandung 4’OH bebas dan flavanon tanpa 5-OH bebas c. Flavonol yang mengandung 3OH bebas dengan atau tanpa 5OH bebas a. Flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misalnya 5OH-glikosida b. Flavonol tanpa 5-OH bebas tetapi tersulih pada 3-OH c. Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas d. Auron yang tak mengandung 4’OH bebas dan flavanon tanpa 5- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 IIF Fluoresensi Biru muda Fluoresensi biru hijau IIG Biru tua Fluoresensi biru hijau OH bebas. e. Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertai atau tanpa 5OH bebas a. Flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misalnya 5OH-glikosida b. Flavonol tanpa 5-OH bebas tetapi tersulih pada 3-OH c. Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas d. Auron yang tak mengandung 4’OH bebas dan flavanon tanpa 5OH bebas e. Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertai atau tanpa 5-OH bebas a. Flavon dan flavanon yang tak mengandung 5-OH, misalnya 5OH-glikosida b. Flavonol tanpa 5-OH bebas tetapi tersulih pada 3-OH c. Isoflavon yang tak mengandung 5OH bebas d. Auron yang tak mengandung 4’OH bebas dan flavanon tanpa 5OH bebas e. Flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertai atau tanpa 5OH bebas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Gbr 7. Daerah penyebaran bercak-bercak dari kromatogram hasil KKt 2A dibandingkan dengan peta penyebaran bercak flavonoid menurut Markham (1988) Tabel XII. Penggolongan daerah penyebaran bercak-bercak menurut kromatogram KKT 2A berdasar pada pola penyebaran bercak menurut Markham (1988). Bercak Daerah penyebaran Interpretasi jenis flavonoid IIA Flavonoid sulfat Flavonol tri-O-glikosida (3,7) IIB Flavon C- dan C-/O-glikosida Isoflavon 7-O-diglikosida Isoflavon 7-O-monoglikosida IIC Flavon C- dan C-/O-glikosida Isoflavon 7-O-diglikosida Isoflavon 7-O-monoglikosida Flavonol 3-O-diglikosida Katekin/Epikatekin Flavonol 3-O-monoglikosida Dihidroflavonol 3-O-monoglikosida PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 IID IIE IIF IIG Flavon C- dan C-/O-glikosida Flavon O-monoglikosida Flavonol 7-O-monoglikosida Katekin/Epikatekin Dihidroflavonol aglikon Flavon O-monoglikosida Flavonol 7-O-monoglikosida Flavon C- dan C-/O-glikosida Flavon di-O-glikosida Flavonol 7-O-diglikosida Flavonol 3-O-diglikosida Katekin/Epikatekin Flavonol 3-O-monoglikosida Flavon O-monoglikosida Flavonol 7-O-monoglikosida Flavon C- dan C-/O-glikosida Flavon O-monoglikosida Flavonol 7-O-monoglikosida Flavon C- dan C-/O-glikosida Flavon O-monoglikosida Flavonol 7-O-monoglikosida F.Spektroskopi Ultra Violet Bercak-bercak yang ditunjukan dari kromatografi kertas dua arah ( KKt 2A) dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan sesuai warna masing-masing bercak. Didapatkan tiga macam bercak yang telah dikelompokan sesuai warna yang tampak pada KKt 2A sebelum dan sesudah diuapi amonia (NH3), yaitu bercak warna kuning (bercak IID); bercak warna biru (bercak IIE, IIF, IIG); dan bercak warna ungu (bercak IIA dan IIB). Sedangkan bercak warna coklat (bercak IIC), tidak bisa diinterpretasikan sebagai senyawa flavonoid sehingga tidak dapat digunakan untuk bahan pemeriksaan flavonoid. Dalam pustaka acuan, tidak ada senyawa flavonoid yang menunjukan warna bercak coklat pada KKt2A dibawah sinar UV 366 nm sebelum dan sesudah diuapi amonia (Mabry et al., 1962). Setelah itu potongan kertas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 hasil KKt2A yang telah dikelompokan sesuai warna masing-masing bercak dimasukan dalam falkon dan dilarutkan dengan 10 ml metanol p.a. untuk dianalisis secara spektroskopi UV. Sebelum melakukan analisis spektroskopi UV harus dipersiapkan pereaksi-pereaksi geser yang akan digunakan lebih dahulu. Pereaksipereaksi geser yang digunakan adalah Natrium metoksida (NaOMe) atau Natrium hidroksida (NaOH) 2M, Aluminium klorida (AlCl3), Asam klorida (HCl) Natrium asetat (NaOAc), dan Asam borat (H3BO3). Analisis dilakukan dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dari berbagai pereaksi geser diatas dengan diinterpretasikan kemungkinan struktur flavonoidnya berdasarkan literatur. Langkah-langkah untuk menginterpretasikan spektrum sehingga diperoleh suatu struktur flavonoid adalah dengan memperhatikan data yang diperoleh dari KKt 2A, bentuk umum dari spektrum isolat flavonoid dalam MeOH, dan panjang gelombang pita serapan yang diperoleh dari spektrum yang dihasilkan setelah penambahan pereaksi-pereaksi geser. Untuk interpretasi akhir identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara menggabungkan data hasil spektroskopi UV dengan hasil pemetaan KKt 2A dan identifikasi warna pendahuluan. Spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah dengan pereaksi geser NaOH 2M merupakan spektrum flavonoid yang gugus hidroksi fenolnya sampai batas tertentu terionisasi, sehingga spektrum ini merupakan petunjuk pola hidroksilasi untuk mendeteksi gugus hidroksi yang lebih asam dan tidak tersubstitusi. Adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 kemungkinan degradasi atau pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu merupakan petunjuk adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah pereaksi geser AlCl3 dan AlCl3/HCl karena membentuk komplek tahan asam antara gugus hidroksi dan keton yang bertetangga dan membentuk komplek tidak tahan terhadap asam dengan gugus orto dihidroksi, maka pereaksi ini dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut. Spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah dengan pereaksi geser AlCl3 merupakan penjumlahan pengaruh semua komplek terhadap spektrum, sedangkan spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah dengan pereaksi geser AlCl3/HCl hanya merupakan pengaruh komplek hidroksi-keto. Spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah dengan pereaksi geser NaOAc menyebabkan pengionan pada gugus hidroksi flavonoid yang paling asam, pereaksi ini digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksi bebas. Spektrum isolat flavonoid dalam metanol ditambah dengan pereaksi geser NaOAc/H3BO3 menjembatani kedua gugus hidroksi pada gugus orto dihidroksi dan digunakan untuk mendeteksi gugus orto dihidroksi. Tabel XIII. Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna kuning (K) Pereaksi Interpretasi struktur flavonoid Serapan ( λ ) Pergeseran nm Pita II Pita I Pita II Pita I MeOH 212 274 bh Tidak bisa diinterpretasikan NaOH 217 289 bh +5 +15 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3 218 272 bh +6 -2 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3/HCl 211 273 bh -1 -1 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc 224 271 bh +12 -3 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc/H3BO3 224 271 bh +12 -3 Tidak bisa diinterpretasikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Keterangan bh : bahu Pada analisis UV, isolat K dalam metanol serapannya 274 nm (pita I) dan 212 nm (pita II), tidak dapat diinterpretasikan karena tidak termasuk dalam rentang serapan spektrum UV-tampak flavonoid berdasarkan acuan pustaka (Markham, 1988). Hal ini menunjukan bahwa isolat K tidak dapat diidentifikasi jenis flavonoidnya. Tabel XIV. Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna ungu (U) Pereaksi Serapan ( λ ) nm Pergeseran Interpretasi struktur flavonoid Pita II Pita I Pita II Pita I MeOH 246 283 bh Isoflavon Isoflavon (5-deoksi-6,7dioksigenasi) Khalkon Auron NaOH 220 322 bh -26 +39 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3 218 279 bh -28 -4 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3/HCl 217 278 bh -29 -5 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc 217 279 bh -29 -4 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc/H3BO3 274 282 bh +28 -1 o-diOH pada cincin A (6,7 atau 7,8) Keterangan bh : bahu Pada analisis UV, isolat U dalam metanol serapannya 283 nm (pita I) dan 246 nm (pita II) menunjukan bahwa isolat U mengalami metilasi/glikosilasi (terutama 3,5,7 dan 4’-hidroksil) yang mengakibatkan pergeseran pita ke panjang gelombang yang lebih rendah. Selain itu dengan adanya puncak kedua dalam pita II (bahu) sebagai bukti bahwa pada flavon dan flavonol ada sistem 3’,4’-diOH. Dengan melihat hasil dari pita II, data spektrum ini menunjukan bahwa isolat U mengarah pada golongan Isoflavon, Isoflavon (5-deoksi-6,7-dioksigenasi), Khalkon, Auron. Pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 penambahan NaOH 2M pita serapan 220 nm, 322 nm. Pergeseran hipsokromik pada pita II sebesar -26 nm (dari 246 nm ke 220 nm) dan pergeseran batokromik pada pita I sebesar +39 nm (dari 283 nm ke 322 nm), pergeseran ini tidak bisa diinterpretasikan. Pada penambahan AlCl3 dalam isolat U pita serapan 218 nm, 279 nm terjadi pergeseran hipsokromik pada pita II sebesar -28 nm (dari 246 nm ke 218 nm) dan pada pita I terjadi pergeseran hipsokromik sebesar -4 nm (dari 283 nm ke 279 nm), pergeseran ini tidak bisa diinterpretasikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tidak ada gugus orto dihidroksi pada cincin B dan tidak ada gugus hidroksi pada C-5. Pada penambahan HCl pada isolat U yang sudah ditambah AlCl3 (AlC3/HCl) diperoleh pita 217 nm, 278 nm terjadi pergeseran hipsokromik pada pita II sebesar 29 nm (dari 246 nm ke 217 nm), hal ini tidak bisa diinterpretasikan. Dapat dijelaskan bahwa tidak ada gugus hidroksi pada C-3 maupun pada C-5 yang bisa bereaksi dengan gugus keton membentuk komplek stabil dengan AlC3. Pada penambahan NaOAc pita serapan 217 nm, 279 nm (untuk deteksi gugus 7-OH). Pada isolat U terjadi pergeseran hipsokromik pada pita II sebesar -29 nm (dari 246 nm ke 217 nm), pergeseran ini tidak bisa diinterpretasikan. Hal ini menunjukan tidak adanya gugus hidroksi pada C-7. Pada penambahan H3BO3 ke isolat U yang sudah ditambah dengan NaOAc dihasilkan pita serapan pada 274 nm, 282 nm, terjadi pergeseran batokromik pada pita II sebesar +28 nm (dari 246 nm ke 274 nm) dan pergeseran hipsokromik pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 pita I sebesar -1 nm (dari 283 nm ke 282 nm), hal ini menunjukan adanya gugus orto dihidroksi pada cincin A (6,7 atau 7,8). Berdasarkan dari hasil interpretasi spektrum pada spektroskopi UV dapat disimpulkan bahwa isolat U merupakan suatu senyawa isoflavon yang mempunyai gugus orto dihidroksi pada cincin A (6,7 atau 7,8) tanpa gugus hidroksi pada C-5. Hal ini didukung dengan hasil dari kromatogram KKt 2A bahwa bercak U merupakan senyawa isoflavon, dan dilihat dari daerah sebaran bercak KKt 2A termasuk flavon C- dan C-/O-glikosida dengan interpretasi isoflavon7-O-diglikosida, isoflavon 7-Omonoglikosida dan flavonol tri-O-glikosida (3,7). Tabel XV. Data hasil Spektroskopi UV dari isolat warna biru (B). Pereaksi Serapan ( λ ) nm Pergeseran Interpretasi struktur flavonoid Pita II Pita I Pita II Pita I MeOH 226 278bh Tidak bisa diinterpretasikan NaOH 220 -6 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3 221 -5 Tidak bisa diinterpretasikan AlCl3/HCl 220 -6 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc 227 +1 Tidak bisa diinterpretasikan NaOAc/H3BO3 228 +2 Tidak bisa diinterpretasikan Keterangan bh : bahu Pada analisis UV, isolat B dalam metanol serapannya 226 nm (pita I) dan 278 nm (pita II), tidak dapat diinterpretasikan karena tidak termasuk dalam rentang serapan spektrum UV-tampak flavonoid berdasarkan acuan pustaka (Markham, 1988). Hal ini menunjukan bahwa isolat B tidak dapat diidentifikasi jenis flavonoidnya. Hasil spektrofotometri ini dipengaruhi oleh faktor pencampuran warna bercak yang sama (biru) dari hasil kromatografi dua arah sehingga hasil spektrofotometri UV yang diperoleh menjadi kurang valid. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Senyawa flavonoid yang mungkin terdapat dalam fraksi eter perasan daging buah Makuta dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), yaitu isoflavon tanpa gugus hidroksi pada C-5 yang mempunyai gugus orto dihidroksi pada cincin A (6,7 atau 7,8). Rumus strukturnya sebagai berikut: 8 HO O 7 2 2’ 6 HO 3’ 3 5 6’ O 4 4’ OH 5’ atau HO 8 HO O 7 2 2’ 6 3’ 3 5 O 4 6’ 4’ OH 5’ B. SARAN 1. Perlu dilakukan analisis struktur lengkap dari flavonoid dengan menggunakan spektroskopi resonansi magnet inti (RMI), spektroskopi massa (MS). 2. Perlu dilakukan analisis flavonoid lebih lanjut pada fase air dengan KLT2A dan spektroskopi UV. 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1987, Analisis Obat Tradisional, jilid I, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1987, Materia Medika Indonesia, Ed. II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2001, Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, Ed. II, 115-117, CRC Press, Boca Raton, London, New York, Washington, D.C. Backer, C.A., Van Den Brink, R.C.B, 1963, Flora of Java (Spermatophyta Only), volume I, 943, N.V.P. Noordhoff-Groningen, Netherlands. Dharma, A.P, 1991, Indonesia Medicinal Plants, 76,77, Balai Pustaka, Jakarta. Djumidi, Sutjipto,S., Nurhadi, M., Widyastuti, Y., Wahyono, S., dan Prapti, I. Y., 1999, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi 5, 147-149, DepKes RI, Jakarta. Fessenden & Fessenden, 1999, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana, jilid 2, cetakan keempat, 436-438, penerbit Erlangga, Jakarta. Geissman, T.A., 1962, The Chemistry of Flavonoids Compounds, 70, The Mac Millan Company, New York. Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., Schwarting, A.E., 1991, Introduction to Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Ed. Ii, 43-45, Penerbit ITB, Bandung. Harborne, 1973, Phytochemical Methods, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, terbitan II, 10, 11, 47, ITB Bandung. Mabry, T.J., Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970 The Systematical Identification of Flavonoid Compound, 11-55, 165-171, Springer Verlag, New YorkHeidelberg-Berlin. Markham, K.R., 1988, The Techniques of Flavonoid Identification, terjemahan Padmawinata, K., 1-27, 38-51, Penerbit ITB, Bandung. 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 Robinson, T., 1995, The Organic Constituents of Higher Plants, Their Chemistry and Interrelationship, terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Ed. VI, 190-216, Penerbit ITB, Bandung. Sastrohamidjoyo, H., 1985, kromatografi, Ed I, 26-30, Liberty, Indonesia. Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan dan Kegunaan, 168,169, Balai Pustaka, Jakarta. Stahl, E., 1985, Drugs Analysis by Chromatography and Microscopy: a Practical Supplement to Pharmacopoias, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, 6,7,16,17, Penerbit ITB, Bandung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LAMPIRAN 1 Data Hasil Spektroskopi Ultra Violet Fraksi Eter Perasan Daging Buah Makuta Dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data Spektroskopi UV 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 LAMPIRAN 2 Foto Hasil Kk Satu-Arah Fase Diam Kertas Whatmann No.1 Fase Pengembang (TBA) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Foto I. Hasil KK Satu Arah dari Perasan daging Buah Makuta dewa dideteksi dibawah sinar tampak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Foto 2. Hasil KK Satu Arah dari Perasan daging Buah Makuta dewa dideteksi dibawah sinar UV 366 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 LAMPIRAN 3 Foto Hasil Kk Dua-Arah Fase Diam Kertas Whatmann No.1 Fase Pengembang I (TBA) Dan Fase Pengembang Ii Asam Asetat 15% PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 Foto 3. Hasil KK Dua Arah dari Fraksi Eter Perasan Daging Buah Makuta dewa dengan Pengembang I (TBA) dan Pengembang II Asam Asetat 15% dideteksi dibawah sinar UV 366 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Foto 4. Hasil KK Dua Arah dari Fraksi Eter Perasan Daging Buah makuta dewa dengan Pengembang (TBA) dideteksi dibawah sinar UV 366 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 LAMPIRAN 4 Foto Hasil Reaksi Warna PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 Foto 5. Hasil Reaksi Warna Perasan Daging Buah Makuta dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 LAMPIRAN 5 Foto Tanaman Makuta Dewa, Buah Makuta Dewa dan Perasan Daging Buah Makuta Dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Foto 6. Foto tanaman makuta dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 Foto 7. Foto buah makuta dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Foto 8. Foto perasan daging buah makuta dewa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77