Baptisan Roh Kudus

advertisement
Bab Sebelas (Chapter Eleven)
Baptisan Roh Kudus (The Baptism in the Holy Spirit)
Ketika seseorang membaca seluruh kitab Kisah Para Rasul, akan terlihat nyata
pekerjaan Roh Kudus di jemaat mula-mula di setiap halaman dari kitab itu. Jika anda
keluarkan pekerjaan Roh Kudus dari kitab Kisah Para Rasul, anda tak akan punya apaapa lagi. Sebenarnya, Roh Kudus memberdayakan murid-murid pertama untuk
“mengacaukan seluruh dunia” (lihat Kisah Para Rasul 17:6).
Di manapun di dunia kini gereja terus bertambah dengan sangat cepat dan menjadi
tempat di mana pengikut Yesus berserah dan dikuatkan oleh Roh Kudus. Hal ini tak
mengherankan. Roh Kudus dapat bekerja sepuluh detik lebih cepat dibandingkan yang
dapat kita kerjakan dalam sepuluh ribu tahun. Jadi, sangatlah penting bila pelayan
pemuridan memahami pengajaran Alkitab tentang pekerjaan Roh Kudus dalam
kehidupan dan pelayanan orang-orang percaya.
Dalam kitab Kisah Para Rasul, kita sering temukan contoh orang-orang percaya yang
dibaptis dengan Roh Kudus dan dikuatkan untuk pelayanan. Sebaiknya kita mempelajari
baptisan Roh Kudus sehingga kita dapat mengalami pengalaman mereka, dan sebaiknya
juga kita nikmati pertolongan ajaib dari Roh Kudus seperti yang mereka nikmati.
Walaupun sebagian orang menyatakan bahwa karya ajaib dari Roh Kudus hanya terkait
dengan para rasul di masa itu, saya tak temukan dasar Alkitabiah, sejarah atau logika
untuk pendapat itu. Pendapat tersebut adalah teori yang lahir dari ketidakyakinan. Mereka
yang percaya janji Firman Tuhan akan mengalami berkat-berkat yang dijanjikan. Seperti
halnya orang-orang Israel yang tidak percaya yang gagal memasuki Tanah Perjanjian,
mereka yang tak percaya janji Allah kini akan gagal memasuki tempat yang Allah telah
siapkan. Di kategori mana anda berada? Secara pribadi, saya berada di antara orangorang percaya.
Dua Karya oleh Roh Kudus (Two Works by the Holy Spirit)
Setiap orang yang sungguh percaya kepada Tuhan Yesus telah mengalami pekerjaan
Roh Kudus dalam kehidupannya. Pribadi di dalam dirinya, atau roh, telah diubahkan oleh
Roh Kudus (lihat Titus 3:5), dan Roh Kudus kini tinggal di dalam dirinya (lihat Roma
8:9; 1 Korintus 6:19). Ia telah “dilahirkan dari Roh ” (Yohanes 3:5).
Karena tidak memahami hal itu, banyak orang Kristen Karismatik dan Pentakosta telah
berbuat keliru dengan berkata kepada orang-orang percaya tertentu bahwa mereka tidak
memiliki Roh Kudus jika mereka tidak dibaptis dengan Roh Kudus dan berbahasa lidah.
Tetapi kekeliruan itu ada dalam Alkitab dan dalam pengalaman. Banyak orang percaya
yang bukan Karismatik/Pentakosta memiliki lebih banyak bukti tentang Roh yang diam
dalam diri mereka dibandingkan beberapa orang percaya Karismatik/Pentakosta! Mereka
lebih banyak memanifestasikan buah-buah Roh yang disebutkan oleh Paulus dalam
Galatia 5:22-23, suatu hal yang mustahil, selain memiliki Roh Kudus yang diam dalam
dirinya.
Namun, hanya karena seseorang telah dilahirkan dari Roh tidaklah menjamin bahwa ia
juga telah dibaptis dengan Roh Kudus. Menurut Alkitab, pengalaman dilahirkan dari Roh
Kudus dan pengalaman dibaptiskan dengan Roh Kudus adalah dua hal yang berbeda.
Ketika kita mulai selidiki pembahasan ini, mula-mula kita perhatikan apa yang pernah
Yesus katakan tentang Roh Kudus kepada sorang wanita yang belum diselamatkan di
sebuah sumur di Samaria:
Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah
Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta
kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." …. Jawab Yesus
kepadanya: "Barangsiapa minum air ini [dari sumur], ia akan haus lagi, tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi
mata air di dalam diri nya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup
yang kekal." (Yohanes 4:10, 13-14).
Wajar saja bila kita simpulkan bahwa air hidup yang diam dalam diri manusia yang
Yesus bicarakan melambangkan Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya. Dan,
dalam Injil Yohanes, Yesus lagi-lagi memakai frase yang sama, “air hidup”, dan sudah
pasti Ia berbicara tentang Roh Kudus:
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru:
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya
kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan
mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan
diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang,
karena Yesus belum dimuliakan. (Yohanes 7:37-39, tambahkan penekanan).
Dalam contoh ini Yesus tidak berbicara tentang air hidup yang menjadi “sumber mata
air kepada kehidupan kekal.” Sebaliknya, kali ini, air hidup menjadi sungai-sungai yang
mengalir dari dalam diri orang yang menerima air hidup.
Kedua perikop yang mirip itu dari Injil Yohanes menggambarkan dengan indah
perbedaan antara dilahirkan dari Roh dan dibaptis dengan Roh Kudus. Dilahirkan dari
Roh adalah untuk keuntungan orang yang dilahirkan kembali, sehingga menikmati
kehidupan kekal. Ketika seseorang dilahirkan kembali oleh Roh, ia memiliki bendungan
Roh di dalamnya yang memberikannya kehidupan kekal.
Tetapi, yang dibaptis dengan Roh Kudus adalah untuk keuntungan orang lain karena
tindakan itu memperlengkapi orang-orang percaya untuk melayani orang-orang lain
dengan kuasa Roh. “Sungai-sungai air kehidupan” akan mengalir dari dalam diri
manusia, yang membawa berkat-berkat Allah kepada orang lain melalui kuasa Roh.
Alasan Perlunya Baptisan Roh Kudus (Why the Baptism in the Holy Spirit is
Needed)
Betapa kita sangat butuh pertolongan Roh Kudus untuk melayani orang lain! Tanpa
pertolonganNya, kita tak dapat memuridkan seluruh bangsa. Nyatanya, itulah alasannya
Yesus berjanji untuk membaptiskan orang-orang percaya dengan Roh Kudus —sehingga
dunia dapat mendengarkan Injil. Ia berkata kepada murid-muridNya:
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari
tempat tinggi." (Lukas 24:49, tambahkan penekanan).
Lukas juga mencatat perkataan Yesus:
"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri
menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke
atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea
dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:7-8, tambahkan
penekanan).
Yesus berkata kepada murid-muridNya untuk tidak meninggalkan Yerusalem sampai
mereka “diperlengkapi dengan kuasa dari atas.” Ia tahu bahwa, jika tidak diperlengkapi,
mereka tak berdaya, pasti gagal dalam tugas yang telah Ia berikan kepada mereka. Tetapi,
kita perlu catat bahwa ketika mereka dibaptis dengan Roh Kudus, Allah mulai memakai
mereka secara adikodrati untuk menyebarkan Injil.
Jutaan orang Kristen di seluruh dunia, setelah dibaptis dengan Roh Kudus, mengalami
dimensi baru kuasa, terutama ketika bersaksi kepada orang yang belum diselamatkan.
Ternyata, mereka berkata-kata dengan cara menyerang pribadi orang dan mereka kadangkadang mengutip ayat-ayat Alkitab yang sebenarnya tidak dipahami. Sebagian orang
merasa terpanggil dan diberi karunia khusus untuk tugas pelayanan tertentu, seperti
penginjilan. Sebagian orang lain menyadari bahwa Allah memakai sesuai kehendakNya
dalam berbagai karunia adikodrati dari Roh. Pengalaman mereka seluruhnya bersifat
Alkitabiah. Orang yang menentang pengalaman mereka tak punya dasar Alkitabiah atas
penentangan mereka. Nyatanya, mereka melawan Allah.
Tidak mengejutkan bahwa kita yang dipanggil untuk meneladani Kristus dipanggil
untuk meneladani pengalamanNya bersama Roh Kudus. Sudah tentu, Ia dilahirkan dari
Roh ketika Ia dikandung dalam rahim Maria (lihat Matius 1:20). Barangsiapa dilahirkan
dari Roh dibaptiskan dalam Roh sebelum peneguhan pelayananNya (lihat Matius 3:16).
Jika Yesus perlu dibaptis dengan Roh Kudus untuk memperlengkapiNya dalam
pelayanan, berapa banyak lagi kita perlu dibaptis dengan Roh?
Bukti Awal Baptisan Roh (The Initial Evidence of the Baptism in the Spirit)
Ketika orang percaya dibaptis dengan Roh Kudus, bukti awal pengalamannya adalah
ia berbicara bahasa baru, yang Alkitab sebut sebagai “bahasa lidah yang baru” atau
“bahasa lidah lain.” Banyak ayat Alkitab mendukung fakta itu. Perhatikanlah ayat-ayat
itu.
Pertama, saat-saat akhir sebelum kenaikanNya, Yesus berkata bahwa satu tanda yang
akan menyertai orang-orang percaya adalah mereka akan berbicara bahasa lidah yang
baru:
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil
kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi
siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orangorang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka
akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (Markus 16:15-17,
tambahkan penekanan).
Beberapa komentator menyatakan agar ayat-ayat itu tak perlu ada dalam Alkitab
karena beberapa naskah kuno Perjanjian Baru tidak memasukkannya. Tetapi, banyak
naskah kuno memasukkan ayat-ayat itu, dan, yang saya baca, tak satupun dari banyak
naskah terjemahan dalam Bahasa Inggris yang menghapuskannya. Selain itu, hal yang
Yesus katakan dalam ayat-ayat itu berkaitan sempurna dengan pengalaman jemaat mulamula seperti terdapat dalam Kisah Para Rasul.
Dalam Kisah Para Rasul, ada lima contoh orang-orang percaya yang awalnya dibaptis
dengan Roh Kudus. Perhatikan kelima contoh itu, dan kita akan sampaikan dua
pertanyaan: (1) Apakah baptisan Roh Kudus merupakan pengalaman yang mengikuti
keselamatan? dan (2) Apakah penerima Roh Kudus berbicara bahasa lidah yang baru?
Maka, kita terbantu untuk mengerti kehendak Tuhan bagi orang-orang percaya sekarang.
Yerusalem (Jerusalem)
Contoh pertama terdapat dalam Kisah Para Rasul 2, ketika seratus duapuluh murid
dibaptis dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta:
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tibatiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya. (Kisah Para Rasul 2:1-4, tambahkan penekanan).
Tentu saja, seratus duapuluh orang percaya baru saja diselamatkan dan dilahirkan
kembali, sehingga mereka pasti mengalami baptisan Roh Kudus setelah diselamatkan.
Tetapi, mustahil mereka telah mendapat baptisan Roh Kudus sebelum waktunya hanya
karena Roh Kudus diberikan kepada jemaat sampai hari terjadinya baptisan Roh itu.
Jelaslah, tanda yang menyertai baptisan Roh Kudus adalah berbicara bahasa lidah lain.
Samaria (Samaria)
Contoh kedua orang-orang percaya yang dibaptis dengan Roh Kudus terdapat dalam
Kisah Para Rasul 8, ketika Filipus menuruni kota Samaria dan menginjil di sana:
Tetapi sekarang mereka [orang-orang Samaria] percaya kepada Filipus yang
memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan
mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. …. Ketika
rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima Firman
Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ. Setibanya di situ kedua rasul
itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus
belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis
dalam nama Tuhan Yesus. (Kisah Para Rasul 8:12-16).
Orang-orang Kristen di Samaria jelas mengalami baptisan Roh Kudus sebagai
pengalaman kedua setelah mereka diselamatkan. Alkitab dengan gamblang menyatakan
bahwa sebelum Petrus dan Yohanes tiba, orang-orang Samaria telah “menerima Firman
Tuhan”, percaya kepada Injil, dan dibaptis dalam air. Namun ketika Petrus dan Yohanes
turun untuk mendoakan mereka, Alkitab mengatakannya memang demikian “sehingga
mereka dapat menerima Roh Kudus.” Bagaimana bisa hal itu lebih diperjelas?
Apakah orang-orang percaya di Samaria berbicara dengan bahasa lidah yang baru
ketika mereka dibaptis dengan Roh Kudus? Alkitab tidak mengatakannya, tetapi
menyatakan bahwa sesuatu yang ajaib terjadi kepada mereka. Ketika orang yang bernama
Simon menyaksikan peristiwa ketika Petrus dan Yohanes menumpangkan tangan kepada
orang-orang Kristen di Samaria, ia mencoba untuk membeli dari mereka karunia yang
sama untuk membagikan karunia Roh Kudus:
Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka
menerima Roh Kudus. Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus
terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang
kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika
aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus."
(Kisah Para Rasul 8:17-19).
Apa yang dilihat Simon yang sangat berkesan baginya? Ia menyaksikan sejumlah
mujizat lain, seperti orang-orang yang dibebakan dari roh-roh jahat, dan orang-orang
yang lumpuh dan pincang disembuhkan dengan ajaib (lihat Kisah Para Rasul 8:6-7). Ia
sendiri sebelumnnya terlibat dalam kekuatan magis okultis, yang mengejutkan semua
orang di Samaria (lihat Kisah Para Rasul 8:9-10). Sehingga, peristiwa yang
disaksikannya ketika Petrus dan Yohanes berdoa pastilah sangat spektakuler. Walaupun
kita tak dapat berkata dengan pasti, wajar saja bila kita berpikir bahwa Simon
menyaksikan gejala yang sama seperti yang terjadi pada saat-saat orang-orang Kristen
menerima Roh Kudus dalam Kisah Para Rasul, yakni ia melihat dan mendengar mereka
berbicara bahasa-bahasa lidah lain.
Saulus di Damsyik (Saul in Damascus)
Sebutan ketiga dalam Kisah Para Rasul mengenai orang yang menerima Roh Kudus
adalah Saulus dari Tarsus; kelak ia menjadi rasul Paulus. Ia diselamatkan dalam
perjalanan ke Damaskus, di mana ia mengalami kebutaan sementara. Tiga hari setelah
pertobatannya, orang bernama Ananias diutus kepadanya melalui bantuan ilahi: Lalu
pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas
Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri
kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau
dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." Dan seketika itu juga seolah-olah
selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.
(Kisah Para Rasul 9:17-18).
Sudah pasti, Saulus dilahirkan kembali sebelum Ananias tiba untuk mendoakannya. Ia
percaya kepada Tuhan Yesus ketika dalam perjalanan menuju Damsyik, dan ia segera
menaati perintah Tuhannya. Juga, ketika Ananias bertemu pertama kali dengan Saulus, ia
menyebutnya “saudara Saulus.” Perlu dicatat bahwa Ananias berkata kepada Saulus
bahwa ia datang agar ia sembuh kembali dari kebutaannya dan penuh dengan Roh Kudus.
Jadi, bagi Saulus, peristiwa kepenuhan dengan, atau dibaptis dalam, Roh Kudus terjadi
tiga hari setelah ia menerima keselamatan.
Ayat-ayat Alkitab tidak mencatat kejadian sebenarnya mengenai Saulus yang dibaptis
dengan Roh Kudus, namun pasti hal itu telah terjadi segera setelah Ananias tiba di mana
Saulus tinggal. Sudah tentu, Saulus berbicara dengan bahasa lidah lain, karena ia
kemudian menyatakan dalam 1 Korintus 14:18, “Aku mengucap syukur kepada Allah,
bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.”
Kaesarea (Caesarea)
Penyebutan keempat tentang orang-orang percaya yang dibaptis dengan Roh Kudus
terdapat dalam Kisah Para Rasul 10. Dengan kuasa ilahi, Rasul Petrus ditugaskan untuk
menginjil rumah-tangga Kornelius di Kaesarea. Segera setelah Petrus mengungkapan
bahwa keselamatan diterima melalui iman dalam Yesus, seluruh pengikutnya yang bukan
orang Yahudi segera menanggapi dengan iman, dan Roh Kudus meliputi mereka:
Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang
yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan
bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa
karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka
mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.
Lalu kata Petrus: "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini
dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?" Lalu
ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. (Kisah Para Rasul 10:4448a).
Dalam hal ini, tampak seolah-olah anggota-anggota keluarga Kornelius, yang menjadi
orang-orang percaya pertama bukan Yahudi di dalam Yesus, dilahirkan kembali dan
dibaptis dengan Roh Kudus pada saat bersamaan.
Jika kita perhatikan ayat-ayat Alkitab di sekitarnya dan mempelajari konteks sejarah,
tampaklah alasannya Allah tidak menunggu Petrus dan sesama orang percaya untuk
menumpangkan tangan kepada orang-orang percaya bukan Yahudi untuk menerima Roh
Kudus. Petrus dan orang-orang percaya Yahudi lain sulit meyakini bahwa orang-orang
bukan Yahudi bahkan dapat diselamatkan, karena kurang menerima Roh Kudus! Mereka
mungkin tak pernah berdoa bagi seisi rumah Kornelius untuk menerima baptisan Roh
Kudus, sehingga Allah bertindak secara berdaulat. Allah mengajari Petrus dan rekanrekannya perihal kasih karuniaNya yang ajaib bagi orang-orang bukan Yahudi.
Apa yang membuat Petrus dan orang-orang percaya lainnya yang bukan Yahudi bahwa
seisi rumah Kornelius telah menerima Roh Kudus? Lukas menulis, “sebab mereka
mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh…” (Kisah Para Rasul 10:46).
Petrus menyatakan bahwa orang-orang bukan Yahudi telah menerima Roh Kudus seperti
yang didapatlan oleh seratus duapuluh orang pada hari Pentakosta (lihat 10:47).
Efesus (Ephesus)
Penyebutan kelima kali bagi orang-orang percaya yang dibaptis dengan Roh Kudus
terdapat dalam Kisah Para Rasul 19. Selagi dalam perjalanan melalui Efesus, rasul Paulus
bertemu beberapa murid dan bertanya kepada mereka: “Sudahkah kamu menerima Roh
Kudus, ketika kamu menjadi percaya?" (Kisah Para Rasul 19:2).
Jelaslah, Paulus, yang menulis beberapa surat dalam Perjanjian Baru, percaya bahwa
seseorang bisa saja percaya kepada Yesus tetapi belum menerima Roh Kudus. Jika tidak
demikian, pastilah ia tidak melontarkan pertanyaan tersebut.
Orang-orang menjawab bahwa mereka tak pernah mendengar tentang Roh Kudus.
Nyatanya, mereka hanya mendengar tentang kedatangan Mesias melalui Yohanes
Pembaptis, orang yang telah membaptis mereka. Paulus segera membaptis mereka lagi di
dalam air, dan kali ini mereka mengalami baptisan Kristen yang sejati. Akhirnya, Paulus
menumpangkan tangan kepada mereka sehingga mereka dapat menerima Roh Kudus:
Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam
nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka,
turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam
bahasa roh dan bernubuat. Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang. (Kisah
Para Rasul 19:5-7).
Baptisan Roh Kudus jelas merupakan peristiwa setelah seseorang diselamatkan, tak
peduli apakah keduabelas murid itu sudah dilahirkan kembali atau belum sebelum
mereka bertemu Paulus. Sekali lagi, tanda yang menyertai baptisan Roh Kudus adalah
berbahasa lidah (dan dalam hal ini juga nubuatan ).
Keputusan (The Verdict)
Kita evaluasi kelima contoh di atas. Sedikitnya dalam empat contoh, baptisan Roh
Kudus merupakan pengalaman yang terjadi setelah keselamatan.
Dalam tiga contoh di atas, Alkitab jelas-jelas menyatakan bahwa orang-orang, yang
menerima Roh Kudus, berbicara bahasa-bahasa lidah lain. Lagipula, dalam perjumpaan
Paulus dengan Ananias, pengalamannya dalam baptisan dengan Roh Kudus sebenarnya
tidak diuraikan, tetapi kita tahu bahwa pada akhirnya ia benar-benar berbahasa lidah. Hal
itu mewakili contoh keempat.
Pada kejadian berikut, terjadi sesuatu yang adikodrati ketika orang-orang percaya di
Samaria menerima Roh Kudus karena Simon mencoba membeli kuasa untuk
mengimpartasikan Roh Kudus.
Jadi buktinya sudah jelas. Pada zaman jemaat mula-mula, orang-orang percaya yang
dilahirkan kembali menerima pengalaman kedua bersama dengan Roh Kudus, dan ketika
menerimanya, mereka berbicara bahasa-bahasa lidah lain. Hal itu tak mengejutkan,
karena Yesus berkata bahwa barangsiapa yang percaya padaNya akan berbahasa lidah.
Jadi, kita dapat bukti sebagai kesimpulan bahwa setiap orang yang dilahirkan kembali
harus juga mengalami pekerjaan lain dari Roh Kudus, yakni dibaptiskan dengan Roh
Kudus. Lagipula, setiap orang percaya harus berusaha berbicara dengan bahasa lidah lain
ketika ia benar-benar menerima baptisan Roh Kudus.
Cara Menerima Baptisan Roh Kudus (How to Receive the Baptism in the Holy
Spirit)
Seperti semua karunia Allah, Roh Kudus diterima dengan iman (lihat Galatia 3:5).
Untuk memiliki iman agar dapat menerima Roh Kudus, seorang percaya mula-mula harus
yakin bahwa Tuhan ingin dia dibaptis dengan Roh Kudus. Jika ia bertanya-tanya atau
ragu-ragu, ia tidak akan menerimaNya (lihat Yakobus1:6-7).
Tak ada orang percaya yang memiliki alasan apapun yang baik untuk tidak percaya
bahwa Tuhan menghendaki baginya untuk menerima Roh Kudus, karena Yesus jelasjelas menyatakan kehendak Tuhan dalam hal itu:
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka
yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:13).
Janji Yesus pasti meyakinkan setiap anak Allah bahwa Allah ingin agar ia menerima
Roh Kudus.
Ayat yang sama juga mendukung kebenaran bahwa baptisan Roh Kudus terjadi setelah
seseorang memperoleh keselamatan, karena di sini Yesus berjanji kepada anak-anak
Allah (orang-orang yang memiliki Allah sebagai “Bapa sorgawi”) bahwa Allah akan
memberi mereka Roh Kudus jika mereka meminta. Jelaslah, jika satu-satunya
pengalaman yang bisa didapatkan bersama dengan Roh Kudus adalah dilahirkan kembali
ketika memperoleh keselamatan, maka janji Yesus tak ada arti lagi. Tidak seperti
pendapat tertentu dari para teolog kini, Yesus percaya bahwa sangatlah layak bagi orangorang yang telah dilahirkan kembali untuk meminta Roh Kudus kepada Allah.
Menurut Yesus, hanya ada dua kondisi yang harus dipenuhi bagi seseorang untuk
menerima Roh Kudus. Pertama, Allah pastilah Bapanya seseorang; Dia adalah Bapamu
bila anda dilahirkan kembali. Kedua, anda harus meminta Roh Kudus dariNya.
Walaupun menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan adalah sesuai Alkitab
(lihat Kisah Para Rasul 8:17; 19:6), hal itu bukanlah kebutuhan mutlak. Setiap orang
Kristen sendiri dapat menerima Roh Kudus di tempatnya berdoa. Ia hanya perlu meminta,
menerima dengan iman, dan mulai berbahasa lidah ketika Roh memberikannya.
Ketakutan Umum (Common Fears)
Sebagian orang kuatir jika mereka berdoa meminta Roh Kudus, mereka dapat saja
membuka diri mereka terhadap roh jahat. Tetapi, masalah itu ada dasarnya. Yesus
berjanji,
Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan
memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan
memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan
memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas
11:11-13).
Bila kita meminta Roh Kudus, Allah akan memberikan Roh Kudus kepada kita, dan
kita tak perlu takut untuk menerima hal lainnya.
Ketika berbicara bahasa-bahasa lidah lain, sebagian orang kuatir bahwa hanya mereka
sendiri yang membentuk bahasa yang tak punya arti bukannya bahasa adikodrati yang
diberikan oleh Roh Kudus. Tetapi, jika anda coba temukan bahasa yang meyakinkan
sebelum dibaptis dengan Roh Kudus, hal itu tak mungkin. Di lain pihak, harus dipahami
bahwa jika anda akan berbahasa lidah lain, secara sadar anda harus gunakan bibir, lidah
dan alat-alat ucap anda. Roh Kudus tidak berbicara kepada anda —Ia hanya memberikan
ucapan-ucapan. Ialah penolong, bukan pelaku. Anda harus berbicara secara aktual, sesuai
yang Alkitab ajarkan:
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya. (Kisah Para Rasul 2:4, tambahkan penekanan).
Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke
atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
(Kisah Para Rasul 19:6, tambahkan penekanan).
Setelah orang percaya meminta karunia Roh Kudus, ia harus percaya dan berharap
untuk berbicara bahasa lidah lain. Karena Roh Kudus diterima dengan iman, penerima
karunia Roh Kudus tidak boleh berharap mengalami perasaan tertentu atau sensasi fisik.
Ia hanya perlu membuka mulut dan mulai mengucapakan suara-suara dan suku-suku kata
baru yang akan menjadi bahasa yang Roh Kudus berikan padanya. Jika tidak, orang
percaya mulai berbicara dengan iman, tidak ada ucapan akan muncul dari mulutnya. Ia
harus berbicara, dan Roh Kudus akan memberikan ucapan-ucapan.
Sumber Ucapan (The Source of the Utterance)
Menurut Paulus, ketika orang percaya berdoa dalam bahasa lidah, yang berdoa adalah
rohnya, bukan pikirannya:
Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal
budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa
dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi
dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal
budiku. (1 Korintus 14:14-15).
Paulus berkata bahwa ketika ia berdoa dalam bahasa lidah, pikirannya tak berbuah. Itu
berarti pikirannya tidak ikutserta di dalamnya, dan ia tidak mengerti apa yang
didoakannya dalam bahasa lidah. Sehingga, bukannya berdoa sepanjang waktu dalam
bahasa lidah tanpa memahami perkataannya, Paulus juga mengambil waktu untuk berdoa
dengan pikirannya dalam bahasanya sendiri. Ia mengambil waktu untuk bernyanyi dalam
bahasa lidah, juga bernyanyi dalam bahasanya sendiri. Ada tempat bagi kedua jenis doa
dan pujian, dan adalah bijak bila kita meneladani Paulus dalam hal melakukan
keseimbangan.
Perhatikan juga, bagi Paulus, berbahasa lidah adalah mengikuti kehendaknya yang
sama dengan berbicara dalam bahasanya sendiri. Ia berkata, “Saya akan berdoa dengan
roh dan saya akan berdoa dengan pikiran juga.” Para kritikus sering mengklaim bahwa
jika menggunakan bahasa lidah sekarang ini memang merupakan karunia Roh, orang tak
akan mampu mengendalikannya, agar ia tidak keliru mengendalikan Allah. Tetapi ide itu
tak berdasar. Menggunakan bahasa lidah di masa lalu dan masa kini dikendalikan oleh
orang yang Allah sudah rencanakan. Para kritikus bisa saja berkata bahwa orang-orang
yang memiliki tangan yang benar-benar ciptaan Allah tak memiliki kendali atas tangantangan mereka, dan orang-orang yang membuat keputusan secara sadar untuk
menggunakan tangan mereka akan coba mengendalikan Allah.
Setelah dibaptis dengan Roh Kudus, dengan mudah anda dapat buktikan sendiri bahwa
ucapan dalam bahasa lidah berasal dari roh bukannya dari pikiran anda. Pertama, cobalah
berbincang dengan seseorang dan di saat yang sama anda membaca buku ini. Ternyata,
anda tak dapat melakukan kedua kegiatan pada saat yang sama. Tetapi, anda akan tahu,
saat anda berbahasa lidah, anda dapat terus membaca buku ini. Karena anda tidak
memakai pikiran anda untuk berbahasa lidah, yakni ucapan dari roh anda. Jadi, saat roh
anda berdoa, anda dapat gunakan pikiran anda untuk membaca dan memahami.
Karena Engkau Dibaptis dengan Roh Kudus (Now That You Are Baptized in the
Holy Spirit)
Ingatlah, alasan utama Allah membaptis dengan Roh Kudus adalah untuk melengkapi
anda untuk menjadi saksiNya, melalui manifestasi buah-buah dan karunia-karunia Roh
(lihat 1 Korintus 12:4-11; Galatia 5:22-23). Dengan memiliki hidup yang seperti Kristus
dan menunjukkan kasih, sukacita, dan damai sejahtera dariNya kepada dunia, dan juga
mewujudkan karunia-karunia Roh yang adikodrati, maka Allah akan memakai anda
untuk menarik orang-orang lain kepadaNya. Kemampuan berbahasa lidah hanyalah salah
satu “sungai air hidup” yang harus mengalir dari kehidupan dari dalam diri anda.
Juga, ingatlah Allah memberikan kita Roh Kudus untuk memampukan kita
menjangkau semua orang di bumi dengan Injil (lihat Kisah Para Rasul 1:8). Ketika kita
berbahasa lidah, kita harus sadari bahwa bahasa yang kita pakai bisa saja bahasa asli dari
suku terpencil atau dari bangsa asing. Setiap kali kita berdoa dalam bahasa lidah, kita
harus tetap ingat bahwa Allah inginkan orang-orang dari setiap bahasa untuk mendengar
tentang Yesus. Kita harus bertanya kepada Tuhan bagaimana cara Ia mau kita untuk
terlibat dalam pemenuhan Amanat Agung Yesus.
Berbahasa lidah haruslah dilakukan sesering mungkin. Paulus, seorang nara-sumber
kuasa roh, menulis, “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata
dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.” (1 Korintus 14:18). Ia menuliskan katakata itu kepada jemaat yang banyak mempraktekkan bahasa lidah (walau biasanya pada
saat-saat yang tidak tepat). Karena itu, Paulus pasti sering berbahasa lidah demi
melakukan lebih dari yang mereka lakukan. Berdoa dalam bahasa lidah akan membantu
kita untuk tetap sadar akan kehadiran Roh Kudus, yang berdiam di dalam kita, dan
membantu kita “berdoa tanpa henti” sesuai ajaran Paulus dalam 1 Tesalonika 5:17.
Paulus juga mengajarkan bahwa berbicara bahasa lidah lain mengajarkan orang
percaya (lihat 1 Korintus 14:4). Artinya berbahasa lidah akan membangun kita secara
rohani. Dengan berdoa dalam bahasa lidah, kita dapat memperkuat manusia batin kita,
dalam satu hal kita mungkin tak paham sepenuhnya. Berbicara bahasa lidah lain
hendaknya memperkaya kehidupan rohani setiap orang percaya pada setiap hari dan tidak
menjadi pengalaman kepenuhan Roh Kudus yang hanya sekali saja.
Ketika anda dibaptis dengan Roh Kudus, saya anjurkan anda untuk meluangkan waktu
setiap hari untuk berdoa kepada Allah dalam bahasa baru yang anda alami. Dengan
demikian, anda akan rasakan peningkatan hidup dan pertumbuhan rohani dalam diri anda.
Jawaban atas Beberapa Pertanyaan Umum (Answers to a Few Common
Questions)
Bisakah kita berkata dengan pasti bahwa orang yang tak pernah berbahasa lidah tak
pernah dibaptiskan dengan Roh Kudus? Saya pribadi tak sependapat.
Saya selalu mengajak orang untuk berusaha berbahasa lidah ketika saya berdoa agar
mereka dibaptis dengan Roh Kudus, dan, dalam beberapa detik saat mendoakan mereka,
sekitar 95% dari mereka mengalami baptisan Roh Kudus. Jumlah itu sama dengan ribuan
orang selama bertahun-tahun.
Tetapi, saya tidak ingin berkata seorang Kristen yang telah berdoa untuk dibaptiskan
dalam Roh dan yang belum berbahasa lidah tidak dibaptis dengan Roh Kudus, karena
baptisan Roh diterima dengan iman dan berbahasa lidah adalah sukarela. Tetapi, jika saya
punya waktu untuk berbagi dengan seorang percaya yang telah berdoa untuk dibaptis
dalam Roh tetapi tak pernah berbahasa lidah, awalnya saya tunjukkan padanya semua
ayat Alkitab dalam Kisah Para Rasul mengenai perkara yang jadi pokok bahasan. Lalu
saya juga tunjukkan padanya bagaimana Paulus menuliskan bahwa ia dalam keadaan
terkendali ketika ia berbicara atau tidak berbahasa lidah. Seperti Paulus, saya dapat
berbahasa lidah kapanpun saya mau, sehingga saya dapat tentukan, jika saya mau, untuk
tidak berbahasa lidah lagi. Sehingga, saya yakin dapat saja dibaptis dengan Roh Kudus
dan tak pernah berbahasa lidah awalnya tanpa bekerja-sama dengan ucapan-ucapan dari
Roh.
Ketika saya mendapat kesempatan untuk berbagi dengan seorang Kristen yang telah
berdoa dengan iman untuk mendapatkan baptisan Roh Kudus, tetapi ia tak pernah
berbahasa lidah, saya tidak berkata padanya (saya juga tidak percaya) bahwa ia tidak
dibaptis dengan Roh Kudus. Saya hanya jelaskan padanya bahwa berbahasa lidah bukan
sesuatu yang Roh Kudus pisahkan dari kita. Saya jelaskan bahwa Roh Kudus
memberikan ucapan, tetapi kita harus melakukan ucapan, seperti saat seseorang berbicara
dalam bahasanya sendiri. Lalu saya beri dia dorongan untuk bekerja-sama dengan Roh
Kudus dan mulai berbahasa lidah. Hampir tanpa kecuali, semua segera terjadi.
Tidakkah Paulus Menulis bahwa Tidak Semua Orang Berbahasa Lidah? (Didn’t
Paul Write that Not All Speak with Tongues?)
Pertanyaan retoris Paulus, “Bukankah semua orang tidak berbicara dengan bahasabahasa lidah?” (1 Korintus 12:30) memiliki jawaban yang jelas, yakni “Tidak”.
Pertanyaan itu harus diselaraskan dengan bagian lain dari Perjanjian Baru. Pertanyaan
Paulus terdapat dalam konteks pengajarannya tentang karunia-karunia roh, yang
semuanya hanya terwujud bila Roh berkehendak (lihat 1 Korintus 12:11). Paulus secara
khusus menulis tentang karunia roh dari “berbagai macam bahasa lidah” (1 Korintus
12:10) yang, menurut Paulus, harus selalu disertai dengan karunia roh untuk menafsirkan
bahasa lidah. Karunia khsusus ini tidak mungkin jadi manifestasi dari orang-orang di
gerejanya, ketika mereka berbahasa lidah di depan banyak orang tanpa ada yang
mengartikan. Kita harus bertanya, Mengapa Roh Kudus mengimpartasi karunia bahasa
lidah kepada seseorang di depan banyak orang tanpa memberinya karunia mengartikan?
Jawabannya adalah Ia tak akan memberikan. Jika tidak, maka Roh Kudus hanya
memberikan sesuatu yang bukan kehendak Tuhan.
Jemaat Korintus pasti berdoa dalam bahasa lidah selama ibadah-ibadah jemaat, tanpa
ada yang mengartikan. Jadi, kita pelajari bahwa berbahasa lidah memiliki dua manfaat
berbeda. Pertama adalah berdoa dalam bahasa lidah yang, kata Paulus, dilakukan secara
pribadi. Penggunaan bahasa lidah tidak disertai dengan pemberian artinya, seperti yang
Paulus tuliskan, “Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa,
tetapi akal budiku tidak turut berdoa.” (1 Korintus 14:14). Jelaslah, Paulus tidak selalu
tahu apa yang dikatakannya ketika ia berbahasa lidah. Tak ada pemahaman dalam
dirinya; juga tak ada pemberian artinya.
Tetapi, ada juga penggunaan karunia bahasa lidah untuk jemaat umum di gereja, yang
selalu disertai dengan karunia penafsiran bahasa lidah itu. Hal itu terjadi ketika Roh
Kudus menggerakkan seseorang ketika Roh menghendaki, dengan memberinya karunia
itu. Orang itu berbicara di depan banyak orang, dan kemudian diberikan artinya. Tetapi,
Allah tidak memakai setiap orang seperti itu. Itu sebabnya Paulus menulis bahwa tidak
semua orang berbahasa lidah. Tidak semua orang dipakai oleh Allah dalam karunia
berbahasa lidah yang muncul tiba-tiba dan diberikan secara spontan, karena Allah tidak
memakai setiap orang dalam karunia menafsirkan bahasa lidah. Itulah cara menjawab
pertanyaan retoris Paulus, “Bukankah semua orang tidak berbicara dengan bahasa lidah?”
dengan bagian-bagian lain yang diajarkan oleh Alkitab.
Saya dapat berbahasa lidah kapanpun saya mau, seperti yang dilakukan oleh Paulus.
Jadi jelaslah baik Paulus maupun saya sendiri tidak berkata bahwa kapanpun kita
berbahasa lidah, itu “hanya kehendak Roh.” Sesuai kehendak kita. Jadi, apa yang akan
kita lakukan ketika kita mau bisa saja bukan karunia bahasa lidah yang hanya terjadi
“saat Roh berkehendak.” Juga, Paulus, seperti saya, berbahasa lidah sendiri tanpa
memahami apa yang dikatakannya, sehingga bisa saja bukan karunia bahasa lidah yang
ditulis dalam 1 Korintus, yang, kata Paulus, selalu disertai dengan karunia penafsiran
bahasa lidah.
Jarang sekali saya berbahasa lidah di depan banyak orang. Hanya ketika saya
merasakan gerakan Roh Kudus untuk saya lakukan, walaupun saya dapat (seperti yang
dilakukan jemaat Korintus) berdoa dalam bahasa lidah dengan keras-keras kapanpun saya
mau tanpa ada orang yang mengartikan. Ketika saya merasakan gerakan Roh Kudus di
atasku dengan karunia itu, selalu ada pemberian arti yang memperbaiki tubuh Kristus.
Kesimpulannya, kita harus tafsirkan Alkitab secara selaras. Karena pertanyaan retoris
Paulus dalam 1 Korintus 12:30, orang-orang mengabaikan banyak ayat Alkitab yang
tidak selaras dengan tafsirannya. Mereka berkesimpulan bahwa tak semua orang percaya
harus berbicara dengan bahasa lidah lain. Karena kesalahan itulah, mereka kehilangan
berkat besar dari Tuhan.
Download