Hubungan Lingkungan Keluarga dan Sekolah dengan Prestasi

advertisement
1
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Prestasi Belajar Matematika
1. Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar sering kali digunakan untuk
menunjukkan suatu proses pencapaian tingkat keberhasilan terhadap
usaha belajar yang telah dilakukan. Winkel (1996) prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan, prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah
melaksanakan usaha-usaha belajar. Berbeda dengan Winkel,
Muhibbin (2006) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan
taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar siswa
dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdani,
2010). Menurut Riadi (2012) prestasi belajar merupakan hasil usaha
belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari
kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu
tertentu dan ditulis dalam bentuk laporan prestasi siswa. Sedangkan
menurut Suroso (2001) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
diperoleh siswa setelah siswa tersebut mengalami proses belajar
yang dibuktikan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan yang dinilai dengan aspek kognitifnya
yang ditunjukkan dengan nilai atau angka.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi
belajar yang dicapai antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya tentu tidak sama karena kemampuan dan kesempatan setiap
orang berbeda.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, penelitian ini mengacu
pada Suroso (2001) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang
diperoleh siswa setelah siswa tersebut mengalami proses belajar
yang dibuktikan dengan perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan yang dinilai dengan aspek kognitifnya
yang ditunjukkan dengan nilai atau angka.
2
2. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Menurut Abidin dalam Rucha (2013) prestasi belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses
belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri
seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru
yang dinyatakan dengan symbol, angka, atau, huruf. Berbeda dengan
Dien dalam Rucha (2013) yang menyatakan bahwa prestasi belajar
matematika adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dikembangkan dalam bidang studi matematika yang diperoleh
melalui proses usaha siswa dalam interaksi aktif subjek dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Anne (2013) prestasi belajar
matematika adalah hasil belajar maksimal yang dicapai oleh
seseorang melalui proses aktif dalam memahami dan menguasai
matematika serta aplikasinya dalam penyelesaian masalah dan untuk
mengetahui besarnya penguasaannya diperlukan suatu tes.
Berdasarkan pendapat di atas maka penelitian ini mengacu
pada teori Anne (2013) prestasi belajar matematika adalah hasil
belajar maksimal yang dicapai oleh seseorang melalui proses aktif
dalam memahami dan menguasai matematika serta aplikasinya
dalam penyelesaian masalah dan untuk mengetahui besarnya
penguasaannya diperlukan suatu tes.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu
berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar
dirinya. Menurut Hamdani (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa terdiri dari faktor internal (yang berasal dari
dalam diri) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar diri). Berikut
faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi belajar siswa.
a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) terdiri dari
kecerdasan, jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan motivasi.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai
kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang
dihadapinya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara anak satu dengan
anak lainnya sehingga anaka pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan
dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, tingkat inteligensi
sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3
2)
3)
4)
5)
6)
Semakin tinggi inteligensi seorang siswa, semakin tinggi pula
peluang untuk meraih prestasi.
Jasmaniah
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang
selalu tidak sehat maka dapat mengakibatkan tidak bergairah
untuk belajar. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan
sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental,
agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat
dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi
terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak
suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
Minat
Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan
juga datang dari hati sanubari. Minat erat kaitannya dengan
perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan minat
itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran.
Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai.
Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu
sesuai dengan kapasitas masing-masing. Tumbuh kembang
sesorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya.
Bakat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu.
Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
sesorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat
menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya
motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama
yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa
4
depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk
mencapai cita-cita.
b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) terdiri dari keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1) Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili
yang menjadi penghuni rumah. Faktor orangtua sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
Tinggi rendahnya pendidikan orangtua, besar kecilnya
penghasilan, keadaan rumah juga mempengaruhi
keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu, orangtua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari
keluarga. Jalan kerja sama yang perlu ditingkatkan, ketika
orangtua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara
belajar anak dirumah. Perhatian orangtua dapat memberikan
motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini
karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang
baik untuk belajar.
2) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Keadaan sekolah ini meliputi
kualitas guru, cara penyajian pelajaran, metode
mengajarnya, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran, pelaksanaan tata tertib sekolah dan kurikulum.
Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib,
akibatnya siswa menjadi tidak disiplin sehingga siswa-siswa
tidak mau belajar sungguh-sungguh. Hal ini mengakibatkan
prestasi belajar siswa menjadi rendah.
3) Masyarakat
Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya
terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anakanaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal
ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Sebaliknya,
apabila tinggal dilingkungan anak-anak yang nakal, tidak
bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi
semangat belajar sehingga motivasi belajar berkurang. Begitu
juga apabila seorang anak bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar
hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga
ia akan turut belajar sebagaimana temannya. Dapat
dikatakan lingkungan masyarakat dapat membentuk
kepribadian anak.
5
Berbeda dengan Hamdani, menurut Sukmadianata (2004)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu terdiri
dari dua faktor yaitu:
a. Faktor-faktor dari dalam individu
1) Aspek jasmaniah, mencakup kondisi dan kesehatan jasmani
seperti kelengkapan dan kesehatan penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan.
2) Aspek psikis atau rohanian yaitu mencangkup kesehatan
psikis,
kemampuan-kemampuan
intelektual,
sosial,
psikomotor serata kondisi afektif dan kognitif dari individu.
b. Faktor-faktor dari luar individu
1) Lingkungan keluarga mencangkup keadaan rumah dan
ruangan tempat belajar, sarana dan prasarana belajar yang
ada, suasana dalam rumah dan suasana di lingkungan
sekitar rumah, keutuhan keluarga, iklim psikologis, iklim
belajar, dan hubungan antar anggota keluarga.
2) Lingkungan sekolah mencangkup sarana dan prasarana
belajar, sumber-sumber belajar, media belajar, suasana
sekolah dan pelaksanaan belajar mengajar, hubungan siswa
dengan teman-temannya, guru-gurunya, serta staf sekolah
yang lain.
3) Lingkungan masyarkat mencangkup dimana siswa atau
individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan
aktivitas belajarnya.
Hal serupa dinyatakan pula oleh Slameto (2010) yang
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal, yang meliputi tiga faktor yaitu:
1) Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor psikologi, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun kelelahan
rohani.
b. Faktor eksternal, dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu:
1) Faktor keluarga, berupa cara orangtua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang
kebudayaan.
2) Faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siwa dengan siswa, disiplin
6
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas-tugas.
3) Faktor masyarakat meliputi siswa dalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995)
faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan
keluarga dan keadaan sekolah.
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tepat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Slameto bahwa “Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama, keluarga yang sehat besar
artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”.
Rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa
aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang
menambah motivasi untuk belajar.
Hasbullah (1994) mengatakan “Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi
pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlak dan pandangan hidup keagamaan”.
Hendaknya orangtua menyadari bahwa pendidikan dimulai
dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan
lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga
formal memerlukan kerjasama yang baik antara orangtua dan
guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar
anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orangtua
harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di
rumah. Perhatian orangtua dapat memberikan dorongan dan
motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun, karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar.
7
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong
untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini dapat meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dengan siswa
yang kurang baik akan mempengaruhi hasil dan prestasi belajar.
Kartono (1995) mengemukakan “Guru dituntut untuk menguasai
bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku
yang tepat dalam mengajar”. Oleh sebab itu guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode
yang tepat dalam mengajar.
Berdasarkan penjelasan teori di atas, penelitian ini mengacu
kepada teori Hamdani (2010) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kecerdasan,
jasmaniah, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksernal terdiri
dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. Pengertian Lingkungan
Sepanjang hidupnya, manusia tidak dapat terlepas dari yang
namanya lingkungan. Ketika proses belajar mengajar, lingkungan
merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung didalamnya. Selain itu, lingkungan
merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan
berdampak pada prestasi belajar siswa, F. Patty menyatakan bahwa
”Lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu di dalam
hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtua, rumah,
kawan bermain, dan masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk
lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita,
persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya”.
Berbeda dengan F. Patty, Sartain (2010) menyatakan bahwa
lingkungan belajar meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkembangan atau life prosesses. Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak, namun lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu terhadap pengaruhnya
yang sangat besar terhadap siswa.
Berdasarkan definisi diatas, penelitian ini mengacu kepada definisi
F. Patty yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan sesuatu yang
8
mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan
fisik seperti orangtua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar,
maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan
yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan
sebagainya.
C.
Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan Sekolah
Lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, dan perkembangan. Menurut Chaplin (2005)
lingkungan adalah totalitas atau seluruh aspek gejala-gejala fisikdan
sosial yang melingkupi atau mempengaruhi satu organism individual,
atau bagian dari satu organisme. Sekolah adalah lingkungan kedua
yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa.
Menurut Hamalik (2011) sekolah adalah suatu lembaga yang
memberikan kepada murid-muridnya yang memberikan pengajaran
secara formal. Oleh karena itu, sekolah merupakan lingkungan
pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki system dan organisasi
yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual,
disiplin dan ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan Hamalik, menurut Suwarno (2008)
mendefinisikan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang
secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara
sistematis, berncana, sengaja, dan terarah, yang dilakukan oleh
pendidik yang professional dengan program yang dituangkan ke
dalam kurikulum tertentu mulai dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Dapat dikatakan bahwa lingkungan sekolah
merupakan tempat seorang siswa dalam menjalankan kegiatankegiatan pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik di dalam kelas
maupun diluar kelas dengan mengikuti dan menaati peraturan dalam
sistematika pendidikan yang telah ditetapkan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena
itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar
yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan
mempengaruhi hasil dan prestasi belajar.
Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan suasana kondusif
bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah
berjalan baik, metode pembelajaran inovatif, sarana penunjang
9
cukup memadai, dan siswa tertib disiplin. Kondisi kondusif tersebut
mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan
ini diharapkan membuat prestasi belajar siswa akan meningkat.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Sekolah
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan
nasional pembelajaran di sekolah hendaknya memiliki fungsi dan
tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional dalam kaitan ini
sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BAB II pasal 3 UU
RI No.20 tahun 2003).
Sekolah sebagai lembaga sosial melaksanakan fungsi sosial
sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Uyoh Sadulloh
(2010) mengemukakan fungsi-fungsi sekolah sebagai lembaga sosial,
yaitu :
a) Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anakanak
dalam mempelajari cara-cara hidup ditempat mereka dilahirkan.
b) Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentransformasi
kebudayaan.
c) Sekolah berfungsi menyeleksi siswa untuk melanjutkan
pendidikan yang
lebih tinggi.
3. Lingkungan Sekolah yang Nyaman Bagi Proses Belajar Mengajar
Bagi para siswa, tentunya kegiatan belajar mengajar
memerlukan lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup
pepohonan. Menurut Alexander (2010) syarat-syarat lingkungan
sekolah yang nyaman bagi proses belajar mengajar sebagai berikut:
a) Lapangan Bermain
Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat
penting bagi kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya
yang berhubungan dengan ketangkasan dan pendidikan
jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat digunakan
untuk kegiatan bermain siswa, kegiatan upacara/apel pagi, dan
kegiatan perayaan/pentas seni yang memerlukan tempat yang
luas.
10
b)
c)
d)
e)
f)
Pepohonan Rindang
Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak.
Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan
suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita
makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh
kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di
lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
Sistem Sanitasi dan Sumur Resapan Air
Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah
lingkungan layak untuk ditinggali. Apabila sistem sanitasi bersih,
maka seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam
mengadakan proses belajar mengajar. Selain itu diperlukan juga
sistem sumur resapan air untuk mengaliri air hujan agar tidak
menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor lingkungan
sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh
jentik-jentik nyamuk.
Tempat Pembuangan Sampah
Perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh warga
sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah
dengan menyediakan tempat pembuangan sampah berupa
tong-tong sampah dan tempat pengumpulan sampah akhir di
sekolah, dan memberikan contoh kepada siswa untuk selalu
membuang sampah pada tempatnya.
Lingkungan Sekitar Sekolah yang Mendukung
Lingkungan sekolah yang dekat dengan pabrik yang bising
dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah yang berada di
pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan
sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan
sampah atau sungai yang tercemar sampah sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan akibat bau-bau tak sedap.
Lingkungan sekitar sekolah yang seperti itu akan dapat
menyebabkan siswa cenderung tidak nyaman belajar, atau
bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut.
Bangunan Sekolah yang Kokoh dan Sehat
Bangunan sekolah sudah semestinya dibangun dengan
kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti
ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang
ideal.
11
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Alexander
(2010), lingkungan sekolah yang nyaman bagi proses belajar
mengajar menurut Mufidah (2012) adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
Halaman Luas
Sekolah yang sehat adalah sekolah yang memiliki halaman
luas. Halaman sekolah dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pengembangan prestasi siswa dalam bidang olah raga atau pun
ekstrakurikuler. Selain itu, halaman sekolah dapat dijadikan
sebagai sarana belajar out door dan tempat refresing siswa
untuk menghilangkan rasa penat setelah mengikuiti pelajaran.
Oksigen
Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak.
Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan
suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita
makan sehari-hari diedarkan darah ke seluruh tubuh kita.
Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di
lingkungan sekolah sebagai paru-paru lingkungan.
Sistem Sanitasi
Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah
lingkungan layak huni. Apabila sistem sanitasi bersih, maka
seluruh warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam
mengadakan proses belajar mengajar.
Bangunan Sekolah yang Kokoh
Bangunan sekolah yang kokoh akan membuat siswa
merasa tenang dalam belajar. Bangunan sekolah yang tidak kuat
atau mudah roboh tentunya akan membawa dampak negatif
bagi siswa. Siswa tidak akan tenang dalam belajar dan merasa
terganggu dalam belajar.
Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat
mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak
menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat
menjadi anak-anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Berdasarkan penjelasan dari teori-teori diatas, penelitian ini
mengacu kepada teori Alexander (2010) yang menyebutkan syaratsyarat lingkungan sekolah yang nyaman bagi proses belajar mengajar
adalah tersedianya lapangan bermain, pepohonan rindang, system
sanitasi dan sumur resapan air, tempat pembuangan sampah,
lingkungan sekitar sekolah yang mendukung, dan bangunan sekolah
yang kokoh dan sehat.
12
4. Faktor Lingkungan Sekolah yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan
formal karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatanterencana
dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajarmengajar di kelas (Winkel, 2009). Sekolah dapat mengembangkan
dan meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka belajar
bermacam-macam ilmu pengetahuan.
Menurut Sukmadinata (2012) faktor-faktor lingkungan sekolah
yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi:
a. Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar,
sumber-sumber belajardan media belajar.
b. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan temantemanya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain.
c. Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler.
Sementara itu menurut Slameto (2003) faktor-faktor
lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas
sekolah. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Metode mengajar
Metode mengajar ini erat hubungannya dengan metode
pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam mengajar.
Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi yang akan
diajarkan, kesesuaian metode yang dipakai dengan kondisi kelas
yang kecil atau besar, dan kesesuaian metode yang dipakai guru
dengan media pembelajaran juga turut mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar siswa.
b. Kurikulum
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai
dengan kemampuan siswa masing-masing sesuai dengan
kurikulum yang ada. Jangan memberi pelajaran di atas ukuran
standar.
c. Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
proses itu sendiri. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi
dengan gurunya. Apabila relasi guru dengan siswa baik, siswa
akan menyukai gurunya dan juga akan menyukai mata pelajaran
yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaikbaiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya maka ia segan mempelajari mata pelajaran
yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.
13
d. Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang
kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri
atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan
dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan
mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk
masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di
sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari
teman-temannya. Oleh karena itu, relasi yang terjalin dengan
baik antar siswa akan membawa dampak yang baik pula
terhadap proses belajarnya.
e. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan
siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar, kedisiplinan
karyawan administrasi dan kebersihan, keteraturan kelas, gedung
sekolah, halaman, dan kedisiplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Agar siswa
belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di
sekolah maupun di rumah.
f. Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Apabila siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih
maju. Fasilitas yang dimaksud disini misalnya perpustakaan,
laboratorium, ruang UKS, koperasi, WC, mushola, dll.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi
perkembangan belajar para siswanya. Berdasarkan penjelasan teori
diatas, penelitian ini mengacu kepada teori Slameto (2003) dimana
faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
diantaranya adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan fasilitas
sekolah.
14
D. Lingkungan Keluarga
1. Pengertian Lingkungan Keluarga
Lingkungan adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia
ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen (Setani dalam
Purwanto, 2011). Sedangkan menurut Supardi (2003) menyatakan
lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh
kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Menurut para ahli
psikolog, lingkungan yang memberikan sumbangan dan besar
pengaruhnya terhadap proses belajar maupun perkembangan anak
adalah lingkungan keluarga. Ahmadi dan Uhbiyati (2011) menyatakan
bahwa “Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang masing-masing
saling mempengaruhi, saling membutuhkan, melayani seseorang dan
seseorang melayani semua”. Sedangkan menurut Ahmadi (1991)
keluarga adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas
ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap
dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.
Dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga adalah jumlah semua
benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam
kelompok sosial kecil tersebut, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak
yang mempunyai hubungan sosial karena adanya ikatan darah,
perkawinan dan atau adopsi.
Selama anak belum dewasa, orangtua mempunyai peran
utama dan paling utama bagi anak-anaknya. Agar anak dapat
berkembang dengan baik, maka peran orangtua dalam mendidik
anak sangat menentukan. Orangtua akan memberikan contoh yang
baik kepada anaknya agar dapat berkembang dengan baik. Adanya
pergaulan antara orangtua dan anaknya dalam usaha mendewasakan
menunjukkan bahwa interaksi dalam keluarga mengandung kegiatan
belajar atau pendidikan.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan primer yang kuat
pengaruhnya kepada individu dibandingkan dengan lingkungan
sekunder yang ikatannya agak longgar. Selain itu keluarga juga
merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal
anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Keluarga sebagai lingkungan belajar pertama sebelum lingkungan
sekolah dan masyarakat, Purwanto (2011) menyatakan lingkungan
itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a) Lingkungan Keluarga, yang disebut juga lingkungan
pertama.
b) Lingkungan Sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua.
c) Lingkungan Masyarakat, yang disebut juga lingkungan
ketiga.
15
Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa anak
menerima pendidikan pertama kali dalam lingkungan keluarga
kemudian dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
Tanggung jawab pendidikan anak terletak pada kerjasama antara
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Macam-macam Lingkungan Keluarga yang Berpengaruh Terhadap
Proses Belajar
Keluarga pada dasarnya adalah lingkungan utama yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Anshari (2009)
mengelompokkan macam-macam lingkungan keluarga yang
berpengaruh terhadap proses belajar anak, yaitu:
a) Lingkungan tempat dimana anak itu tinggal, ini menyangkut
daerah dimana anak bertempat tinggal, misalnya di kota, desa,
pesisir, pedalaman, daerah yang maju atau tidak dan sebagainya.
b) Lingkungan tempat dimana pendidikan berlangsung (Tri Pusat
Pendidikan), yaitu keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
c) Teman bermain dan orang-orang ada di sekitarnya, misalnya
tetangga, teman bermain dan sebagainya.
d) Buku-buku bacaan seperti majalah, koran, komik dan lainlainnya.
e) Macam-macam kesenian, seperti bioskop, wayang, dan
bermacam-macam pertunjukkan yang lain.
3. Faktor Lingkungan Keluarga yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada kondisi dan
perilaku seseorang. Slameto (2011) menyatakan “Anak akan
menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik
anak, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga”. Faktor-faktor tersebut apabila dapat
menjalankan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing
dengan baik, maka dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat
mendorong anak untuk lebih giat belajar.
Slameto (2011) juga berpendapat bahwasanya orangtua yang
kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam
belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan alat
belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak,
tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-
16
kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat
menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
Orangtua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan
siswa. Orangtua disamping menyediakan alat-alat yang dibutuhkan
anak untuk belajar, yang lebih penting lagi adalah bagaimana
memberikan bimbingan, pengarahan agar anak lebih bersemangat
untuk berprestasi.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai faktor-faktor keluarga
yang berpengaruh terhadap belajar anak dapat diuraikan sebagai
berikut (Slameto, 2011):
a) Cara orangtua dalam mendidik anak
Cara orangtua dalam mendidik anak kemungkinan akan
berpengaruh terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan
peran orangtua dalam memikul tugas dan tanggung jawab
sebagai pendidik, guru dan pemimpin bagi anak-anaknya. Peran
dan tugas orangtua salah satunya dapat dilihat dari bagaimana
orangtua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan
baik yang ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk
belajar.
b) Relasi antara anggota keluarga
Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama
orangtua dengan ananknya atau anak dengan anggota keluarga
yang lain. Wujud relasi bisa berupa cara hubungan penuh kasih
sayang, pengertian, dan perhatian ataukah diliputi oleh rasa
kebencian, sikap terlalu keras, atau sikap acuh tak acuh. Relasi
antara anggota keluarga ini erat hubungannya dengan
bagaimana orangtua dalam mendidik anaknya.
c) Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu
dicipatakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana
tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta
hubungan yang harmonis antar orangtua dengan anak atau anak
dengan anggota keluarga yang lain. Keadaan rumah juga perlu
ditata dengan rapi dan bersih sehingga dapat menimbulkan rasa
nyaman dan sejuk yang memungkinkan anak lebih suka tinggal
dirumah untuk belajar. Suasana rumah yang tenang dan tentram
dapat membantu konsentrasi anak belajar di rumah. Harapan
dan tujuan anak untuk meraih prestasi belajar yang maksimal di
sekolah kemungkinan juga akan terbantu.
17
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, perlindungan,
kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti alat-alat
tulis, ruang belajar serta sarana pelengkap belajar yang lain.
Fasilitas tersebut dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai
penghasilan yang cukup. Kondisi yang demikian kemungkinan
dapat memotivasi anak untuk maju.
e) Fasilitas belajar
Tempat belajar yang baik hendaknya terletak di tempat
tenang dan terbebas dari hal-hal yang dapat mengganggu.
Apabila tempat belajar baik maka setiap siswa akan memasuki
tempat belajar akan tumbuh niatnya untuk belajar. Umumnya
siswa lebih banyak menggunakan waktu untuk belajarnya di
malam hari. Penerangan yang baik untuk membaca di waktu
malam hari adalah penerangan tak langsung, karena cahaya yang
dihasilkan mamantul dan tersebar ke semua arah sehingga sifat
cahaya merata dan tidak menimbulkan bayangan.
Syarat yang harus diperhatikan untuk menciptakan tempat
belajar yang baik adalah peredaran udara. Tempat belajar
hendaknya mempunyai peredaran udara yang lancar. Alat untuk
belajar yang lengkap dan cukup memadai untuk belajar akan
mendorong siswa belajar dengan baik, sehingga mendukung pula
pencapaian prestasi belajar.
Berbeda dengan Slameto, Indrakusuma (2009) mengemukakan
ada beberapa faktor dar lingkungan keluarga yang mempengaruhi
prestasi belajar, yaitu:
a) Perhatian orangtua
Kegiatan pendidikan anak perlu diberikan perhatian dari
orangtua. Ketika anak sedang belajar janganlah orangtua
mengganggu. Sebaiknya orangtua memberikan dorongan
kepada anaknya untuk belajar. Memberikan dorongan dan
perhatian kepada anak merupakan kewajiban orangtua, karena
dengan memberikan dorongan dan perhatian anak akan
termotivasi untuk belajar dengan maksimal.
b) Keadaan ekonomi keluarga
Ada dua argumentasi bagaimana faktor status sosial
ekonomi orangtua berpengaruh terhadap prestasi akademik
siswa. Pertama, orangtua dengan status sosial tinggi dan
berpendapatan tinggi akan memperhatikan pendidikan anak
18
c)
d)
lebih tinggi. Kedua, oleh karena itu mereka akan berupaya untuk
menyediakan berbagai kebutuhan belajar anak dirumah dan
berusaha mencari sekolah yang terbaik untuk anaknya.
Orangtua dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung
mempunyai kesadaran yang lebih tinggi dalam menciptakan
keadaan belajar anaknya dari pada orangtua dengan status
sosial ekonomi yang lebih rendah.
Pendidikan orangtua
Secara psikologis orangtua yang pendidikan tinggi, pada
umumnya akan berusaha sekuat tenaga agar anaknya nanti
minimal harus sama dengan pendidkan orangtuanya. Oleh
sebab itu timbul dorongan dan motivasi dari orangtua agar
anaknya mau mencontoh pendidikan yang dialaminya. Motivasi
eksternal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah dan
masyarakat.
Suasana lingkungan keluarga
Pencapaian keberhasilan dalam belajar siswa memerlukan
suasana yang tenang dan nyaman sehingga siswa tidak akan
merasa terganggu dalam konsentrasi belajarnya. Suasana
keluarga yang harmonis, tenang dan bahasia sangatlah baik bagi
perkembangan keberhasilan anak dalam belajar dan begitu juga
sebaliknya, jika suasana belajar dirumah tidak menyenangkan
maka anak akan malas belajar dan akan mempengaruhi prestasi
belajarnya.
Keluarga mempunyai pengaruh besar dalam proses pendidikan
pada umumnya. Fungsi dan peranan orang tua tidak sebatas
menyediakan dana pendidikan saja, tetapi ikut serta di dalam
merencanakan program pendidikan, dan mengolah program
pendidikan demi tercapainya mutu pendidikan.
Sugihartomo (2001) juga menyatakan, bahwa lingkungan
keluarga yang baik dapat dilihat dari kemampuan menyediakan
fasilitas belajar, pengawasan kegiatan belajar, mengenal kesulitan
belajar siswa, dan menolongnya dari kesulitan belajar tersebut.
Fasilitas belajar dapat berupa alat tulis, buku tulis, buku pelajaran
dan tempat untuk belajar. Kemudian orang tua perlu mengawasi
kegiatan belajar anaknya di rumah. Karena dengan mengawasi
kegiatan belajarnya anaknya, dia dapat mengetahui apakah anaknya
belajar dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya orang tua harus
mengenal kesulitan kesulitan anaknya dalam belajar dengan cara
menanyakan kepada anaknya apakah ada pelajaran yang sukar untuk
diikuti, atau orang tua menanyakan kapada guru mengenai pelajaran
19
yang sukar didikuti oleh anak-anaknya. Selanjutnya orang tua harus
membantu anak untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar,
berarti orang tua berusaha menolong anak agar berhasil dalam
proses belajarnya. Melalui upaya-upaya tersebut, maka proses
belajar siswa akan lebih berkualitas.
Berdasarkan penjelasan teori-teori diatas, penelitian ini
mengacu pada teori Slameto (2011) yang menyebutkan faktor-faktor
keluarga yang berpengaruh terhadap prestasi belajar anak adalah
cara orangtua mendidik anak, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan fasilitas belajar.
E. Hubungan Lingkungan Keluarga dan Sekolah dengan Prestasi Belajar
Matematika
Umumnya setiap orang ingin meraih prestasi yang setinggi
mungkin pada tiap kegiatan. Seseorang dikatakan berprestasi jika
mereka telah mencapai keberhasilan pada tingkat tertentu dari usaha
yang telah dilakukannya. Lingkungan keluarga dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar terutama pada pelajaran matematika
juga turut menunjang, karena sebagian waktu seorang siswa berada
dirumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang
besar dan positif dalam memberi pengaruh pada prestasi belajar
siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang terjalin dengan baik
antara orangtua dengan anak. Semakin baik terjalinnya hubungan
orangtua dan anak, maka semakin besar pula dorongan dan semangat
yang akan berdampak pada prestasi belajar. Maka orangtua sudah
sepatutnya mendorong, memberi semangat, membimbing, dan
memberi teladan yang baik kepada anaknya.
Faktor sekolah juga turut ikut serta dalam keberhasilan belajar
siswa disekolah. Apabila terjalin hubungan dan komunikasi yang lancar
antar guru dengan siswa, metode pembelajaran yang digunakan guru
inovatif, siswa tertib disiplin, dan saran penunjang memadai, maka
suasana kondusif tersebut akan mendorong siswa untuk saling
berkompetisi dalam proses pembelajaran. Dampaknya, siswa akan
merasa senang dan tertarik untuk mengikuti setiap pelajaran. Kondisi
seperti inilah yang diharapkan agar terwujudnya lingkungan sekolah
yang memberikan pengaruh dan hal-hal positif bagi para siswanya
sehingga akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa
terutama pada pelajaran matematika.
Hal ini sejalan dengan penelitian Sukawati (2008) yang
menyatakan bahwa lingkungan sekolah dan keluarga berhubungan
dengan prestasi belajar khususnya dalam pelajaran matematika. Hal
senada juga dikemukakan oleh Ima (2012) bahwa lingkungan keluarga
20
dan lingkungan berhubungan erat dengan prestasi belajar matematika
siswa.
Berdasarkan pendapat dari para ahli dan hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan sekolah
memiliki hubungan dengan prestasi belajar matematika. Pemenuhan
lingkungan belajar di rumah dan di sekolah membutuhkan perhatian
yang khusus agar tercipta suasana lingkungan belajar yang kondusif
dan menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran.
F.
Hasil-hasil Belajar Lain yang Relevan
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Sukawati (2008) yang berjudul Hubungan Lingkungan Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas XI SMK Muhammadiyah Cawas Tahun Ajaran 2011/2012, yang
menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dengan prestasi belajar
matematika. Nilai rxy = 0,262 dengan p = 0,011 (p<0,05) menunjukkan
ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan sekolah
dengan prestasi belajar matematika. Nilai rxy = -0,316 dengan p = 0,003
menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan antara lingkungan
keluarga dengan prestasi belajar matematika. Nilai rxy = 0,273 dengan
p = 0,020. Nilai rxy = 0,224 dengan p = 0,018 (p<0,05) menunjukkan ada
hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan masyarakat
dengan prestasi belajar matematika.
Sejalan dengan Sukawati, Ima (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Hubungan Antara Lingkungan Sekolah dan Lingkungan
Keluarga dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMKN 48 Jakarta
Timur menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara lingkungan sekolah dengan prestasi belajar
matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur (p<0,05), terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga
dengan prestasi belajar matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur
(p<0,05) dan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dengan prestasi belajar
matematika siswa SMKN 48 Jakarta Timur (p<0,05).
Berbeda dengan Sukawati dan Ima, Nurmalia (2010) yang
berjudul Hubungan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah
dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS MAN Malang 1,
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang
signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar
matematika dengan nilai rxy = 0,141 dengan p = 0,112 dan untuk
lingkungan sekolah dengan prestasi belajar matematika dengan nilai rxy
= 0,217 dengan p = 0,201.
21
G. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai
seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang
akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu dan ditulis dalam
bentuk laporan prestasi siswa. Proses belajar mengajar memegang
peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Kegiatan
pembelajaran dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan kegiatan
belajar yang lebih baik kepada siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
diantaranya adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Kedua faktor tersebut memegang peranan penting dalam pencapaian
prestasi belajar siswa.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama
pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Anak akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Apabila faktorfaktor tersebut dijalankan sesuai dengan fungsi dan peranannya
dengan baik, maka dapat menciptakan situasi dan kondisi yang dapat
mendorong anak untuk lebih giat belajar sehingga akan berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi belajarnya.
Begitu juga dengan lingkungan sekolah. Sekolah merupakan
lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada
prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong
siswa untuk belajar lebih giat. Hubungan antara guru dengan siswa,
cara penyajian pelajaran, alat-alat pelajaran, dan kurikulum akan
mempengaruhi hasil dan prestasi belajar.
Semakin baik terjalinnya hubungan orangtua dan anak, maka
semakin besar pula dorongan dan semangat yang akan berdampak
pada prestasi belajar. Maka sudah sepatutnya orangtua mendorong,
memberi semangat, membimbing, dan memberi teladan yang baik
kepada anaknya. Begitu pula sebaliknya dengan sekolah, apabila
terjalin hubungan dan komunikasi yang lancar antara guru dengan
siswa, metode pembelajaran yang digunakan inovatif, siswa tertib
disiplin, dan sarana penunjang memadai, maka suasana kondusif
tersebut akan mendorong siswa untuk saling berkompetensi dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan
kerangka berpikir sebagai berikut.
22
Prestasi Belajar
Matematika Siswa
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
Sekolah
Hubungan Lingkungan
Keluarga dan Sekolah dengan
Prestasi Belajar Matematika
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan
yang positif signifikan antara lingkungan keluarga dan sekolah dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kristen Satya Wacana
Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.”
Download