BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan merupakan kata kerja yang mendapat imbuhan ke-an kata dasarnya adalah mampu yang berarti bisa atau sanggup. Dalam KLBI (tanpa tahun:774) dijelaskan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa. Djiwando, (1997:1) menyatakan kemampuan berbahasa mengacu kepada kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari. Dengan kemampuan berbahasa, seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan isi hatinya kepada orang lain, yang merupakan tujuan pokok penggunaan bahasa sebagai suatu bentuk komunikasi. Kemampuan berbahasa memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, terlepas dari ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi itu. Bahasa tidak terpisahkan dari manusia dalam kegiatan sehari-hari. Mulai dari seseorang bangun pagi hingga malam hari saat akan beristirahat, karena bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi antara individu satu dengan individu lain maupun antar kelompok satu dengan kelompok lainnya. Bahasa juga merupakan tanda kepribadian baik seseorang maupun pribadi buruk. Sebab dari cara seseorang berbahasa kita dapat melihat latar belakang pendidikannya, pergaulannya serta adat istiadatnya. 1 Al-Ghulayain dalam Makruf (2009:1) menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan-ucapan yang digunakan setiap kaum untuk mengemukakan maksud mereka. Bahasa juga dapat diartikan sebagai sejumlah aturan dari berbagai kebiasaan ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi diantara individu dalam sebuah komunitas dan digunakan dalam urusan kehidupan mereka. Bahasa ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulisan. Menurut Unhenbeck (1980:9) bahasa lisan tidak hanya percakapan saja, tetapi yang penting juga tanggapannya yakni pengamatan dan interpretasi dari yang dibicarakan, mendengar atau lebih tepatnya memahami bahasa. Dua pemahaman bahasa telah menjadi pusat perhatian para ahli bahasa karena sifatnya yang utama itu. Di samping itu ada bentuk sejajar yang juga merupakan turunan dari bentuk percakapan dan pemahaman bahasa, yakni menulis dan membaca. Menurut KLBI (tanpa tahun:88) dijelaskan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di dalam hati). Sedangkan menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menurut Tarigan (1979:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam keterampilan berbahasa membaca dan menulis merupakan kemampuan yang penting selain kemampuan menyimak dan berbicara. Dari kegiatan membaca dituntut kemampuan untuk memahami dengan baik apa yang 2 disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis, sedangkan dari kegiatan menulis dituntut kemampuan untuk menyatakan kepada orang lain apa yang dirasakan, dikehendaki dan dipikirkan dengan tulisan. Menurut Rosyidi (2009) keterampilan berbahasa mencakup empat segi, yang dalam istilah bahasa Arab disebut لشاءج/Qira ٴatun/, وراتح/kitābatun/, إعرّاع/istima‟un/ dan َ وال/kalāmun/. Kata ( لشاءجqira ٴatun) berasal dari bahasa Arab yaitu masdar dari bentuk kata ( لشأqara ٴa) yang artinya membaca, sedangkan ( طاِرحṣāmitatun) masdar dari bentuk kata ( طّدṣamata( yang artinya diam, jadi لشاءج طاِرح/qira‟atun ṣamitatin/ memiliki arti membaca diam, artinya kegiatan membaca yang dilakukan dalam hati tanpa melafazkan kata-kata maupun simbol yang tertulis dengan suara. Sedangkan menurut Hermawan, (2013:143) Keterampilan membaca اسج اٌمشاءجِٙ/maharatu al-qira ٴati/ reading skill/ adalah kemampuan mengenali dan memahami sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulis. Bahasa Arab adalah suatu alat komunikasi. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Dari itu lahirlah bahasa masyarakat tertentu dengan tanpa harus musyawarah lebih dulu. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berkomunikasi dikalangan mereka, maka 3 terjadilah bahasa-bahasa yang beranekaragam sesuai dengan taraf masyarakat, dimana bahasa itu lahir. ( Mu‟in, 2004: 19) Bahasa Arab memiliki kedudukan penting, diantaranya sebagai bahasa agama, bahasa ilmu pengetahuan, dan bahasa Internasional. Bahasa Arab juga digunakan sebagai bahasa resmi dalam pelaksanaan ibadah, terutama dalam rangkaian shalat, tidak sah shalat seseorang yang menggunakan bahasa lain selain bahasa Arab. Bahasa Arab juga bahasa yang paling besar signifikannya bagi umat muslim di seluruh dunia karena bahasa ini dipilih Allah SWT sebagai bahasa Alqur‟an. Hal ini disebutkan dalam Al-qur‟an surah Yusuf ayat 2 yang berbunyi: )١:عفٛ٠( ٍّْٛا ٌّؼٍّىُ ذؼم١أّا أضٌٕٗ لشأا ػشت /„innā anzalnāhu qur‟ānān „araibyyān la‟allakum ta‟qilūn/ „Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-qur‟an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahami‟. (Yusuf:2) Bahasa Arab bukan saja bahasa resmi di negara Timur Tengah dan Afrika Utara dan tidak pula untuk kepentingan agama saja seperti membaca Al Qur‟an dan berdo‟a. Akan tetapi karena keberadaannya semakin terlihat di dunia internasional maka semakin berkembang pula peranan dan fungsi bahasa Arab dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini bahasa Arab pun semakin banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terbukti dengan banyaknya kita temukan majalah ataupun buku-buku berbahasa Arab serta banyaknya pesantren )ذٙ (ِؼ/ma‟hadun/ yang berdiri di dalamnya balajar bahasa 4 Arab dan berbahasa bahasa Arab. Begitu juga dengan sekolah-sekolah madrasah bahkan sampai perguruan tinggi. Kemudian melihat banyaknya kursus-kursus yang berdiri di luar sekolah yang menawarkan pembelajaran bahasa Arab membuktikan bahwa bahasa Arab semakin banyak diminati saat ini. Asokah dalam Erwin (2009 :1-2) menyatakan bahwa peranan bahasa Arab khususnya bagi umat Islam sangatlah penting. Hal ini tidak hanya terletak pada penggunaan bahasa itu dalam beberapa jenis amal ibadah yang notabene tidak bisa digantikan dengan bahasa lain, melainkan yang terletak pada kenyataan bahwa bahasa Arab merupakan kunci pembuka bagi pemahaman studi Islam dari sumber aslinya yaitu Al-quran dan Hadits. Oleh karena itu, umat islam tidak bisa terlepas dari belajar bahasa Arab. Menurut Mu‟in (2004:7), bahasa Arab dipelajari karena dua alasan. Pertama, karena ia bahasa komunikasi yang harus dipelajari bila kita ingin bergaul dengan pemakai bahasa tersebut. Kedua, karena ia bahasa agama yang mengharuskan para pemeluknya mempelajarinya minimal untuk kesempurnaan amal ibadahnya, sebab kitab sucinya berbahasa Arab. Berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan bahasa Arab selalu muncul ketika pembelajaran mata kuliah yang bernuansa Arab seperti ٛٔذ /nahwu/ طشف/sharf/, إعرّاع/istima‟un/, إِالء/imlā‟unٴ/, ِطاٌؼح/muţala‟atun/ dan جٛ ػٍُ األط/„ilmu al-ashwati/. Dalam penelitian ini peneliti membahas tentang kemampuan mahasiswa Sastra Arab dalam memahami wacana berbahasa Arab yang masih memerlukan banyak latihan. Karena dalam memahami wacana berbahasa Arab orang yang sudah menghafal perbendaharaan kata bahasa Arab 5 bahkan terkadang masih mengalami kesulitan. Hal ini peneliti ketahui ketika peneliti mengikuti pelajaran Telaah Wacana Arab ح١ص اٌؼشتِٛطاٌؼح ٔظ /muţāla‟atu nuṣūṣil „Arabiyyati/ dan peneliti menemukan beberapa mahasiswa belum mampu memahami dengan baik wacana berbahasa Arab tersebut. Keadaan seperti ini tentu akan lebih buruk jika mahasiswa belum menguasai perbendaharaan kata bahasa Arab dalam jumlah yang banyak. Peneliti sebelumnya mengadakan observasi awal yang dilakukan pada mahasiswa Sastra Arab tahun angkatan 2012 untuk melihat kemampuan dari mahasiswa tersebut. Dari observasi awal yang peneliti lakukan, ternyata kondisi mahasiswa Sastra Arab USU dalam penguasaan atau memahami wacana berbahasa Arab belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi nilai mahasiswa pada mata kuliah Telaah Wacana Arab dengan rincian pada semester V dengan nilai B+ 2 orang, nilai B 11 orang, C+ 15 orang, dan nilai C 1 orang, nilai E 1 orang. Pada semester VI nilai A 1 orang, nilai B+ 2 orang, nilai B 7 orang, nilai C+ orang, nilai C 3 orang dan nilai E 1 orang. Hasil dari pengamatan sementara tersebut dapat dilihat bahwa beberapa dari mahasiswa dalam membaca dan penguasaan atau memahami wacana berbahasa Arab belum memadai, masih memerlukan banyak latihan, dan mahasiswa yang mampu memahami wacana berbahasa Arab sebagian dari mereka lulusan pesantren atau yang memiliki latar belakang sekolah Islam dan sebagian lainnya mahasiswa yang sudah pernah belajar bahasa Arab yang memiliki kemampuan membaca wacana berbahasa Arab. Namun demikian, tidak menjamin 6 bahwa semua mahasiswa yang memiliki latar belakang sekolah islam mampu membaca dan memahami wacana berbahasa Arab. Idealnya, mahasiswa yang masuk Departemen Sastra Arab sebaiknya sudah memiliki kemampuan membaca wacana berbahasa Arab yang memadai, sebab kondisi seperti ini tentu dapat membantu mahasiswa dalam menerima mata pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Arab. Berdasarkan pengamatan sementara yang peneliti lakukan ada sebagian mahasiswa yang belum mampu membaca dan memahami wacana berbahasa Arab dengan baik. Hal demikian tentu akan menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Arab. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswa Sastra Arab dengan judul “ Kemampuan Memahami Wacana Arab dengan Qira‟ah ṣamitah pada Mahasiswa Sastra Arab 2012”. Alasan peneliti meneliti kemampuan Memahami Wacana Arab dengan Qira‟ah ṣamitah sebab dengan Qir‟ah ṣamitah kita dapat melihat sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai apa yang dibacanya. Dalam buku karangannya Hermawan (2013) menyatakan bahwa tujuan membaca dalam hati adalah untuk penguasaan isi bacaan dan memperoleh informasi sebanyak banyaknya tentang isi bacaan dalam waktu yang singkat, serta alasan lainnya, yaitu : a. Telaah Wacana Arab merupakan bagian ilmu penting yang berkaitan dengan kemahiran berbahasa Arab, salah satunya dengan membaca dan memahami wacana Arab. 7 b. Pentingnya Qira‟ah dalam pembelajaran bahasa Arab untuk memahami isi wacana secara umum maupun wacana Arab yang tertulis dalam buku ilmiah dan media online. Tes yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan memahami Wacana Arab menurut Hamid (2010:67) dapat berbentuk اس ِٓ ِرؼذ ّد١ اإلخر/alikhtiyaru min mutaaddidin/ ( pilihan ganda), خطاءٚ ابٛ ط/ṣawabun wa khata‟un/ ( benar salah) , ًِء اٌفشاؽ/mil‟u al- farāgi/ ( isian singkat جحِٚض ّ (/muzawajatu/ ( menjodohkan ) dengan data dari buku سلسلح في تعليم اللغح العرتيّح لغير الىاطقيه تها/ silsilatu fi ta‟līmi al-lugati al‟Arabiyyati ligayri an-nāţiqīna bihā/ dengan judul زيىة و مريم صديقتان/zainabu wa maryamu ṣadīqātāni/, و فاطمح طالثح و عاملح/ fāţimatu ţālibatun wa ‟āmilatun, „ و اوىاع الترويحanwā‟u at-tarwīḥi/. Dari beberapa bentuk tes diatas peneliti hanya menggunakan tes yang berbentuk اس ِٓ ِرؼذ ّد١ اإلخر/al-ikhtiyaru min muta‟addidin/ ( pilihan ganda) sebanyak 25 soal. Tes yang berbentuk اس ِٓ ِرؼذ ّد١ اإلخر/al-ikhtiyaru min mutaaddidin/ (pilihan ganda) dengn judul زيىة و مريم صديقتان/zainabu wa maryamu ṣadīqātāni/‟ Zainab dan maryam dua orang bersahabat‟, terdapat pada pelajaran ke-1 halaman 7 (tujuh) sebanyak 11 soal و اوىاع الترويح „anwā‟u at-tarwīḥi/ terdapat pada pelajaran ke-2 halaman 29 (dua puluh Sembilan) sebanyak 4 soal dan فاطمح طالثح و عاملح/fāţimatu ţālibatun wa ‟āmilatun/ terdapat pada pelajaran ke-2 halaman 45 (empat puluh lima) sebanyak 10 soal. 8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi rumusan masalah, agar penelitian ini nantinya tidak menyimpang dari pokok bahasan yang ingin diteliti, yaitu : bagaimanakah kemampuan memahami Wacana Arab dengan Qira ٴah ṣamitah pada mahasiswa Sastra Arab 2012? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan Memahami wacana Arab dengan Qira ٴah ṣamitah pada mahasiswa Sastra Arab 2012. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan gambaran tentang kemampuan mahasiswa sastra Arab USU Medan stambuk 2012 dalam memahami wacana berbahasa Arab. 2. Diharapkan penelitian ini bisa menambah khazanah keilmuan dalam pendidikan serta menambah daftar refrensi bacaan perpustakaan Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU. 9