6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi dkk, 2008) Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Pahan (2008) minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : a. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah. b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton / ha, sedangkan minyak kedelai 0,34, lobak 0,51, kopra 0,57, dan minyak bunga matahari 0,53 ton / ha. c. Sifat interchangeable–nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan. d. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak sawit yang harganya murah. e. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu 7 oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat. 2.1.1. Minyak sawit untuk industri pangan Minyak sawit yang dipergunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi oleincair dan fraksi strein padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa (Fauzi dkk, 2008). Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig dan bahan untuk membuat kue - kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Fauzi dkk, 2008). Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (Heat stebility) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik (Fauzi 2008). 2.1.2. Minyak sawit untuk industri non pangan A. Bahan baku untuk industri farmasi Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida. 8 Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan. a. Karoten Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit mencapai 0,005 - 0,18 %. Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 garam karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru - paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber vitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Fauzi dkk, 2008). b. Tokoferol Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan sebagai sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600 - 1000 ppm, dalam olein 800 000 ppm dan stearin 250 - 530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500 - 800 ppm (Fauzi dkk, 2008). B. Bahan baku oleokimia Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam 9 amino, metil ester, dan gliserin. Bahan - bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Industri : -Tekstil Asam lemak -Kertas -Kulit Lemak -Kosmetik alkohol Penghasil Penghasil bangunan Oleokemikal Metil ester dasar -Pelengkap derivatif -Pestisida -Insektisida Gliserin -Detergen -Sabun -Bahan pembersih -Minyak Gambar 1. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industrimineral -Polimerisasi a. Asam lemak -Cat -Lilin Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara -Bahan kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari pemadam api -Vernis jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10 - 250 C. Asam lemak digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Fauzi dkk, 2008). 10 b. Lemak alkohol Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol (Fauzi dkk, 2008). c. Lemak amina Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain – lain (Fauzi dkk, 2008). d. Metil ester Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol atau etanol, dengan katalisator nametoksi. Unsur ini merupakan hasil dari asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun (Fauzi dkk, 2008). e. Gliserin Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampo, pomade, obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun (Fauzi dkk, 2008). 11 C. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif ( Palm Biodiesel ) Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Fauzi dkk, 2008). Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau senyawa benzene yang karsinogenik (Fauzi dkk, 2008). Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan. Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum (Fauzi dkk, 2008). 12 2.1.3. Pemanfaatan limbah kelapa sawit A. Hasil olahan TBS (Tandan buah segar) Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil ikutan dari limbah yang masih dapat dimanfaatkan. Misalnya makanan ternak, sebagai pupuk sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar. a. Sebagai makanan ternak Menurut Fauzi dkk, (2008) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit. Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena di dalamnya masih terkandung zat - zat makanan yang berguna. Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat diperoleh antara lain protein kasar, lemak kasar, beta-N, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn). b. Sebagai pupuk Menurut Fauzi dkk, (2008) bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber, cangkang , sampah loading ramp, dan solid decanter. Sementara limbah cair adalah limbah cair yang berasal dari kolam limbah. Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman dengan tujuan adalah : 13 1. Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah. 2. Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur - ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis serta menambah bahan organik di dalam tanah sehingga perkembangan akar dapat meningkat. c. Sebagai bahan bakar dan energi Cangkang tempurung kelapa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sawit dan tandan kosong dapat Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik sebesar 1.000 KW. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik (Fauzi dkk, 2008). B. Tempurung buah sawit untuk arang aktif Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan (Fauzi dkk, 2008). 14 C. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII 1411-85) (Fauzi dkk, 2008). D. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3. Sifat - sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu - kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Fauzi dkk, 2008). E. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap. 15 Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 % konsentrat (Fauzi, dkk, 2008). 2.2. Sistematikan Tanaman Kelapa Sawit Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke - 16 dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa sawit belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia masih sederhana. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Pahan, 2008). Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae (Arecaceae) Sub famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis gueneensis Jacq Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon – pohon kelapa sawit yang tumbuh di 16 Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Pahan, 2008). 2.3. Morfologi Tanaman Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2008). 2.3.1. Akar ( Radix ) Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6 – 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7 - 1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter (Pahan, 2008). Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun seluas 1 ha, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah 17 (Pahan, 2008). Untuk lebih jelasnya susunan perakaran sawit dapat di lihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Susunaan perakaran kelapa sawit 2.3.2. Batang ( Caulis ) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Pahan, 2008). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm – 60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm – 75 cm / tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih 18 terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005). Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm – 45 cm / tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm / tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter – 18 meter, sedangkan di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih jelasnya batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 3 di bawah ini. Gambar 3. Batang kelapa sawit 2.3.3. Daun ( Folium ) Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun 19 disetiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. daun lebih banyak. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Fauzi dkk, 2008). Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu ( pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun (margo folii) dan daging daun (intervenium) (Fauzi dkk, 2008 ). Filotaksis adalah pola susunan daun - daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang. Primordia dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh ( apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri (Pahan, 2008). Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun 20 kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke - 9, ke - 17 dan lain - lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 – 30, kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18 - 25 atau kurang (Lubis, A.U. 1992). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 4. Gambar 4. Rumus kedudukan daun ( phylotaxis ) kelapa sawit. Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125 - 200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering. pelepah. Pada satu pohon dijumpai 40 - 50 21 Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus : L = 2 k ( d x lp ) Keterangan : L = Luas permukaan daun k = Faktor koreksi d = Jumlah anak daun pada satu sisi p = Panjang anak daun rata - rata sample. Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung kepada persilangannya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 5. Gambar 5. Bentuk dan susunan daun kelapa sawit Keterangan : Sp = Duri Pe = Pangkal pelepah Vl = Pangkal pelepah dengan duri yang tidak tumbuh normal 22 Ra = Bagian tengah pelepah dengan daun–daun normal Tl = Sepasang daun terakhir yang bentuknya oval Hs = Bagian tengah daun dilihat dari atas menunjukkan letak daun yang tidak teratur. 2.3.4. Bunga ( Flos ) Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Lubis, A.U, 1992). Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14 - 18 bulan. Pada mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004). Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet dan setiap spikelet 15– 20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15 – 25 tandan / pokok / tahun (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004). Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu 23 dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara 10 – 12 cm. Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang bunga mengandung 700 – 1200 bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik. tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 – 50 gram tepung sari. Satu Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan (Sastrosayono, 2003). Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada Gambar 6. Gambar 6. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit 24 2.3.5. Buah ( Fructus ) Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2 - 5 cm, beratnya 15 - 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp ( pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium (Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005). Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5 - 6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang (Sastrosayono, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 7 dibawah ini. Gambar 7. Bentuk penampang melintang dan membujur buah kelapa sawit 25 2.4. Varietas Tanaman Kelapa Sawit Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan : 2.4.1. Dura Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35 – 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Penampang buah kelapa sawit varietas dura 2.4.2. Pisifera Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini. 26 Gambar 9. Penampang buah kelapa sawit varietas pisifera 2.4.3. Tenera Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 10. Gambar 10. Penampang buah kelapa sawit varietas tenera Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu : a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam – hitaman dan buah masak berwarna jingga kehitam – hitaman. b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange. c. Albescens yaitu buah muda warna keputih – putihan dan buah masak kekuning - kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Fauzi dkk, 2008). 27 2.5. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2.5.1. Iklim Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 500 meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0 - 200 meter dengan kemiringan 0 - 12º (21 %). Sedangkan pada kemiringan 13 - 15º (46 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (Sastrosayono, 2003). A. Curah Hujan Curah hujan merupakan komponen iklim yang paling terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12o C Lintang Utara - Selatan pada ketinggian 0 - 500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750 – 3.000 mm / tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 - 1.500 mm / tahun (Sastrosayono, 2003). B. Temperatur Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 - 30º C, yang terendah 180 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata - rata 32º C. Kelembaban optimum yang ideal berada sekitar 80 - 90 %. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam / hari. Jika penyinaran matahari kurang 28 dari 5 jam / hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain – lain (Sastrosayono, 2003). Kelembaban rata - rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 - 400 meter. Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat dan produksi lebih rendah (Sastrosayono, 2003). C. Intensitas Penyinaran Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang - kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas - batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai. penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting Di samping lama adalah intensitasnya (Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005). D. Angin Kecepatan angin 5 - 6 km / jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring (Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005). 29 2.5.2. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah: Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur ringan, memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %. Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Sastrosayono, 2003). 2.6. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Untuk menghasikan buah kelapa sawit dengan jumlah dan mutu yang baik perlu memperhatikan teknik budidaya yang meliputi pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman yang benar (Fauzi, 2005). 2.6.1. Pembukaan lahan Pembukaan lahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Membuka lahan adalah pekerjaan teknis yang mudah dilakukan, asalkan tersedia peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan. Adapun hal yang harus 30 diperhatikan dalam pembukaan lahan diantaranya kesesuaian lahan yang akan dibuka tersebut untuk budidaya tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006). Tahap awal pekerjaan pembukaan lahan khususnya pada hutan dimulai dengan pengimasan. Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran deameternya kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah, pengimasan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang dan kapak. Setelah pengimasan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan penumbangan batang – batang kayu yang diameternya lebih dari 10 cm. Penumbangan dilakukan dengan menggunkan gergaji mesin ( chain saw) dengan arah yang sejajar artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara – Selatan maka penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasi tebangan tersebut tidak tumpang tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya batang – batang kayu yang terlalu panjang dan besar dipotong – potong hingga panjang rata – rata menjadi 6 – 8 m. Sedangkan batang – batang yang kecil dan pendek tidak perlu di potong lagi (Fauzi, 2005). A. Pembuatan jalan Pembuatan jaringan jalan di kebun berarti membuat blok. Hal ini disebabkan karena setiap blok dipisahkan dengan blok yang lain oleh jaringan jalan. Sejauh keadaan memungkinkan, penanaman kelapa sawit sebaiknya dilakukan dalam blok yang berukuran sama. Batas - batas blok tersebut diusahakan lurus, walaupun hal ini sukar diterapkan pada areal yang berbukit. Pada kebanyakan areal kebun, batas - batas blok tersebut tidak bisa lurus karena berbatasan denga tepian sungai, perkampungan penduduk, dan areal lainnya 31 yang tidak bisa ditanami. Keteraturan bentuk dan ukuran blok ini sangat penting karena akan memudahkan dalam operasional pekerjaan di lapangan (Pahan, 2006). Jaringan jalan dalam perkebunan dapat dibagi atas 3 kelas, yaitu : a) Jalan utama (main road) Jalan utama dibangun dan dirancang untuk tahan dilalui kendaraan pengangkut TBS setiap hari. Jalan utama merupakan muara dari setiap jalan pengumpul. Jalan utama dibuat dengan arah utara - selatan setiap jarak 1.000 m atau 2.000 m (lebar 9 m). b) Subjalan utama (submain road) Subjalan utama merupakan jalan pengumpul yang sering dilewati kendaran pengangkut TBS. Hal ini biasanya disebabkan kondisi jalan tersebut lebih bagus dari jalan pengumpul yang lain. c) Jalan pengumpul Jalan pengumpul dibangun dan dirancang untuk dilalui kendaraan pengangkut TBS seminggu sekali (mengikuti rotasi panen). Jalan ini dibuat dengan arah Utara - Selatan setiap 300 m (lebar 7 m) dan tegak lurus dengan jalan utama. B. Pembuatan saluran air Pembuatan saluran air dimaksudkan untuk mengendalikan tata air di dalam wilayah perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan draenase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan draenase kebalikannya. Hal ini perlu disadari agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian terminologi irigasi untuk tata nama draenase karena kedua sistem ini saling berlawanan dan tidak mungkin digabung 32 menjadi satu kesatuan. Untuk mencegah timbulnya kerancuan dalam tatanama sistem draenase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran. 1) Draenase lapangan Berfungsi menyekap air yang ada dan mengalirkannya di permukaan tanah. Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah dan merupakan parit buatan. 2) Draenase Pengumpul Berfungsi mengumpulkan mengalirkannya ke pembuangan. air dari suatu areal tertentu dan Draenase pengumpul merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk, dan lainnya. Draenase pengumpul juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan tanah. 3) Draenase pembuangan Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu. Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, rendahan, dan lainnya. Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam juga dapat berupa saluran buatan, sistem pompa, dan lain - lain. C. Pengajiran (pemancangan) Pengajiran sebaiknya dilakukan setelah kegiatan pembersihan lahan dilakukan. Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman, lingkungan dan sistem tanam (Pahan, 2006). 33 2.6.2. Persiapan bahan tanam Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Namun sejalan dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan kultur jaringan (Fauzi, 2005). Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistim pembibitan satu tahap (single stage) dan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada penerapan sistem tahap ganda penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong plastik kecil dan dipelihara selama 3 bulan, dan tahap kedua ditanam pada polibag besar dan dipelihara selama 9 – 10 bulan. Pada prinsipnya, sistem pembibitan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor kematian bibit pembibtan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin (Fauzi, 2005). 2.6.3. Tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop) Penanaman kacang - kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi pemukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman kelapa sawit kelak. Kacangkacangan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit karena berfungsi menghasilkan bahan organik, di samping dapat mengikat unsur nitrogen dari udara (Pahan, 2006). Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang - kacangan yang sering di tanam di perkebunan kelapa sawit yaitu Calopogonium caerulium, Pueraria 34 javanica, Calapogonium mucunoides, Centrosema cochinchinensis, dan Mucuna bracteata. pubescens, Mucuna Secara umum, status tumbuhan penutup tanah di perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan sebagai tumbuhan yang pada umumnya bermanfaat. Manfaat kacang - kacangan dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit yaitu sebagai berikut : Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah. Memperbaiki status hara tanah, terutama nitrogen Memperbaiki sifat - sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan). Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam. Mengurangi biaya pengendalian gulma. Mendorong pertumbuhan tanamn dan meningkatkan produksi. 2.6.4. Penanaman kelapa sawit Umumnya, pola tanam kelapa sawit berbentuk segitiga sama sisi pada areal rata / datar sampai bergelombang. Sementara, pada areal berbukit dengan sudut kemiringan lebih dari 120, perlu dibuat teras kontur dengan jarak tanam sesuai dengan ketentuan. Panjang sisi (jarak tanam) harus dibuat seoptimal mungkin sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan serta sinar matahari yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per ha yang maksimal selama satu tahun (Pahan, 2006). Menurut Pahan (2006), teknis pekerjaan lubang tanam secara manual dilakukan dengan tata urutan sebagai berikut : Lubang tanaman telah dipersiapkan sebelum tanam. 35 Pancang tidak boleh diangkat sebelum diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (90 x 90) cm di atas permukaan tanah sehingga pancang tepat berada di tengah-tengah pola tersebut. Ukuran lubang tanam adalah (90 x 90 x 60) cm. Tanah hasil galian dipisahkan antara top soil dan sub soil. Top soil diletakkan di sebelah selatan dan sub soil di sebelah utara secara teratur dan seragam. Setelah lubang selesai, pancang dikembalikan ke posisi semula. Untuk menjamin keseragaman ukuran lubang tanam, setiap pekerja dilengkapi dengan mal / patron yang berukuran 90 cm dan 60 cm. Dinding lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk lain. Pada saat penanaman, hal yang terlebih dulu ditimbunkan yaitu top soil dengan kedalaman sekitar 25 cm dari dasar lubang kemudian sub soil pada kedalaman sisanya. 2.6.5. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit A. Penyulaman Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhanya kurang baik dengan tanaman yang baru. Kematian atau kurang baiknya pertumbuhan dapat disebabkan beberapa hal yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam air dan terserang hama penyakit. Penanaman dikatakan berhasil jika jumlah sulaman maksimal 2 – 3 % dari bibit yang ditanam. Saat yang baik melakukan penyulaman adalah 12 – 14 bulan. Cara penyulaman pun sama dengan penanaman sebelumnya (Fauzi, 2005). 36 B. Penyiangan gulma Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu dikendalikan sebab dapat merugikan dan menurunkan hasil atu produksi. Pada dasarnya ada 3 cara pengendalian gulma yaitu cara mekanis (manual), kimiawi dan biologis. Pengendalian dengan cara mekanis adalah pengendalian dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung dan dengan cara penyiangan bersih pada daerah piringan. Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan menggunakan hebisida dan pengendalian secara biologi adalah pengendalian dengan menggunakan tumbuh – tumbuhan yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma (Fauzi, 2005). C. Kastrasi Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga jantan dan bunga betina, tujuan dari kastrasi ini selain dari sanitasi juga konsentrasi penyerapan zat – zat hara bagi pertumbuhan vegatatif tanaman. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (12 bulan setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat – lambatnya 6 bulan sebelum panen pertama. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak 10 - 12 kali selama masa TBM dengan menggunakan alat dodos (Fauzi, 2005). D. Pemupukan Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku, 37 tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta konsep neraca hara. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit dapat diketahui melalui analisis jaringan tanaman. Untuk blok-blok yang potensi produksi kurang dari 25 ton/ha/tahun, jumlah unsur hara yang diserap untuk pembentukan / pengisian TBS dapat diproporsikan dengan mengalikan faktor yang mempengaruhi kehilangan unsur hara. Sebagai contoh blok dengan potensi produksi 20 ton/ha/tahun maka unsur hara yang terangkat melalui panen TBS sebagai berikut. N = 20/25 x 73,2 = 58,56 kg/ha = 0,40 kg/pokok P = 20/25 x 11,6 = 9,28 kg/ha = 0,06 kg/pokok K = 20/25 x 93,4 = 74,72 kg/ha = 0,51 kg/pokok Mg = 20/25 x 20,8 = 16,64 kg/ha = 0,11 kg/pokok Tabel 1. kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit N Komponen P K Mg kg/ kg/ kg/ kg/ Kg/ kg/ kg/ kg/ ha pokok ha pokok Ha pokok ha pokok 40,90 0,28 3,10 0,02 55,70 0,38 11,50 0,08 67,20 0,45 8,90 0,06 86,20 0,58 22,40 0,15 73,20 0,49 11,60 0,08 93,40 0,63 20,80 0,14 Bunga jantan 11,20 0,08 2,40 0,02 16,10 0,11 6,60 0,04 Total 192,50 1,30 26,.00 0,18 251,40 1,70 61,30 0,41 Bahan untuk perumbuhan vegetative Pelepah yang di tunas Tandan buah segar (25 ton/ha) Sumber : Pahan , (2006) 38 E. Penunasan Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (Pahan, 2006). Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir / sanitasi dapat mempermudah pemupukan, semprot piringan, dan pengutipan brondolan. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimal maka harus dihindari terjadinya over prunning. terbuangnya sejumlah pelepah produktif mengakibatkan penurunan produksi. secara Over prunning adalah berlebihan yang akan Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosntesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata - rata). Untuk menghindari terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan, pengawsan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat (Pahan, 2006). 39 Tabel 2. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman. Umur Tanaman (tahun) <3 4-7 8 - 14 > 15 Kebijakan Jumlah Songgo Pemotongan pelepah tidak diperbolehkan. Prioritas untuk permulaan panen dengan cara memotong pelepah-pelepah tua dan kering. Dipertahankan 48-56 pelepah Dipertahankan 40-48 pelepah Maksimum dipertahankan 32 pelepah Jumlah Pelepah/ Spiral - - 3 2 1 6-7 5-6 4 Sumber : Pahan , (2006) F. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama dan penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari seluruh siklus hidup mata rantai sangat berguna di dalam pengendalian hama dan penyakit yang efeltif. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hama dan penyakit merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya (Pahan, 2006). Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama / penyakit tersebut. Usaha mendeteksi hama / penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangtan yang tidak terkendali / 40 terduga. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama / penyakit yang sudah menyebar luas (Pahan, 2006). Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat api, dan ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus dan Apogonia, serta babi hutan. Adapun penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya yaitu penyakit - penyakit daun pada pembibitan. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma), penyakit busuk tandan buah (Marasmius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot) (Pahan, 2006). 2.6.6. Panen kelapa sawit Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan kurang dari 10 butir dan umur tanaman lebih dari 10 tahun jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 10 kg terdapat 2 brondolan (Fauzi, 2005) Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan untuk panen terakhir sampai panen berikutnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya memakai rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari. Menurut Fauzi (2005), ada 2 sistem ancak panen yaitu : a. Sistem ancak giring, apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam 41 pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik namun pemanen cenderung memanen buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah dan brondolan yang tertinggal di lapangan. b. Sistem ancak tetap, pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah – pindah. Hal ini menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal namun kelemahan sitem ini adalah buah lambat keluar sehingga lambat sampai ke pabrik. Cara panen adalah, tandan yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm kemudian diletakan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan diletakan pada gawangan mati. Selanjutnya tandan buah dan brondolan dibawa ke TPH (Pahan, 2006). 2.7. Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30 bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3 - 14 tahun dan akan mulai menurun kembali setelah umur 15 - 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 TBS per tahun dengan berat 3 - 40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1.000 - 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10 - 20 gr (Pahan, 2006). TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti (kernel) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006). 42 Stasiun proses pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel umumnya terdiri dari stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan buah, rebusan, pemipilan, pencacahan, pengempaan, pemurnian dan pemisahan biji dan kernel. Sementara stasiun pendukung berfungsi sebagai pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk dan bengkel. 2.7.1. Penerimaan buah Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang (weight bridge ) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Buah yang telah sampai kepabrik setelah diangkut dengan truk segera melakukan penimbangan panen di pabrik. jembatan timbang. Penimbangan dilakukan di atas Sesudah itu ditimbang lagi dalam keadaan kosong (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah yang tidak segera diangkut untuk diolah semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen tandan buah segar harus segera diolah (Fauzi, 2005). Truk buah setelah ditimbang kemudian dibongkar di loading ramp. Pada kesempatan ini ± 5% dari jumlah truk buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan ke keranjang lori rebusan yang berkapasitas lebih kurang 2,5 ton (Fauzi, 2005). 43 2.7.2. Perebusan buah TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan akan menginaktifkan enzim - enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu, tandan yang dipanen harus diusahakan dapat direbus secepatnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan. TBS dipanaskan dengan uap air bertekanan 2,8 - 3 kg/cm2 dengan suhu 130 0C dan lamanya perebusan berkisar 90 menit (Fauzi, 2005). Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya perebusan dengan waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan menurut Fauzi (2005) adalah sebagai : Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan. Untuk mengkoagulasi (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. 2.7.3. Penebahan Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi - kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran 44 brondolan. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali - kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Lori rebusan ditarik keluar yang kemudian diangkut ke atas dengan Hoisting Crane setelah perebusan. Dengan alat pengangkut lori yang berisi buah rebusan dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (brondolan) jatuh ke bawah melalui conveyor serta elevator menuju ke ketel adukan (digester) (Fauzi, 2005). 2.7.4. Pencacahan Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk didalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel. Tujuan peremasan adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel - sel yang mengandung minyak agar dapat diperas sebanyaknya pada proses pengempaan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). 2.7.5. Pengempaan Pada pabrik kelapa sawit umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya 45 berlubang - lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Fauzi, 2005). 2.7.6. Pemurnian Tujuan dari pemurnian adalah minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan / pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak (Fauzi,2005). Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga 95 - 1000 C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (clarifier tank) (Fauzi, 2005). Di COT minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari COT selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung di dalamnya dan kemudian di proses kembali di COT dan selanjutnya ke COT (Fauzi, 2005). 46 2.7.7. Pemisahan biji dan kernel Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan berat jenis (BJ) antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut Hidrocyclone Separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung (Fauzi, 2005). Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 oC dan setelah kering inti sawit dapat dipakai atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, 2005). 2.8. Manajemen Perusahan Perkebunan 2.8.1. Fungsi - fungsi manajemen Menurut George R. Terry dan Leslie, 1992 fungsi – fungsi manajemen yang terdiri dari : 1. Planning (Perencanaan) adalah menentukan tujuan tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan itu, fungsi planning adalah - Self-audit : menentukan keadaan organisasi sekarang - Survey lngkungan - Menentukan tujuan : Objectes - Forecast : ramalan keadaan yang akan datang - Melakukan tindakan – tindakan dan sumber pengerahan - Evaluate : perimbangan tindakan - tindakan yang diusulkan 47 - Ubah dan sesuaikan : revisidan adjust rencana – rencana sehubungan dengan hasil – hasil pengawasan dan keadaan yang berubah-ubah. 2. Organizing (pengorganisasian) adalah mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatanitu, fungsidar organizing adalah : Identity : tetapkan dengan teliti dan tentukan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Break Work Down : bagian – bagian pekerjaaan menjadi tugas setiap orang. Tugas – tugas kelompok menjadi posisi Tentukan persyaratan setap posisi -posisi Kelompok kelompok menjadi satuan satuan yang dapat dipimpin dan saling berhubungan dengan baik Bagan – bagian pekerjaan : pertanggung jawaban dan luas yang akandilaksanakan. Ubah dan sesuaikan Organisasi sesuai dengan hasil pengawasan dan kondisi yang berubah. Saling berhubungan selalu selama proses berlalu. 3. Staffing adalah menentukan keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja, pengawasan adalah : ‡ Tentukan keperluan sumber daya manusa ‡ Kerahkan pegawai sedapat mungkin ‡ Latih dan kembangkan Sumber Daya Manusa yang ada fungsi dari 48 ‡ Ubah dan sesuaikan kuantitas dan kualitas yang SDM sehubungan dengan hasil pengawasan dan kondisi yang berubah ‡ 4. Berhubungan langsung selama proses pemotivasian Motivating adalah mengerahkan atau menyalurkan prilaku manusia kearah tujuan - tujuan, fungsidari motivating adalah : Berhubungan dengan setaf dan jelaskan tujuan kepada bawahan Bagikan ukuran pelaksanaan Latih dan bombing bawahan untuk memenuhi ukuran pelaksanaan itu Puji dan tegur dengan jujur Adakah lingkungan yang memberikan dorongan dengan menerapkan keadaan yang berubah serta tuntutan Ubah dan sesuaikan cara motivasi sehubungan dengan hasil pengawasan dan kondisi yang berubah Berhubungan selalu dengan proses pemotivasan 5. Controling adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan - tujuan, menentukan sebap – sebap penyimpanan dan mengamil tindakan tindakan korektif yang perlu, fungsi pengawasan adalah : Tentukan ukuran - ukuran Monitoring hasl – hasil dan bandingkan dengan ukuran - ukuran Perbaiki penyimpangan - penyimpangan Ubah dan sesuaikan cara – cara pengawasan sehubungan dengan hasil – hasil pengawasan den perubahan kondisi Berhubungan langsung selama proses pengawasan 49 2.8.2. Manajemen sebaga pembuat keputusan Membuat keputusan adalah memilih suatu alternative dari dua pilihan atau lebih, untuk menentukan suatu pendapat atau perjalan suatu tindakan. Keputusan bias dibuat oleh seorang individu maupun suatu kelompok yang pertama kalibsa dilakukan selama keputusan itu sederhana dan semua alternative dipahami sepenuhnya. Keputusan individu / perorangan biasanya diambil atau digunakan pada kondisi yang daurat atau mendesak. Keputusan yang dibuat berdasarkan kelompok lebih baik dari pada keputusan yang dibuat oleh anggota kelompok karena keputusan yang dibuat berdasarkan kelompok ini menggabuangkan beberapa beberapa pemikiran dan perumusan untuk kemudian diambil keputusan secara bersama. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 ) 2.8.3. Merancanakan sasaran dan tujuan Titik tolak proses manajemen adalah menentukan objek tivitas atau tujuan – tujuan organisasi. Tujuan organisasi direncanakan untuk memberikan kepada suatu organisasi dan anggotanya arah yang akan dicapai. Tujuan - tujuan yang didefinisikan dan dikenal dengan baik dapat mempunyai kekuatan motifasi dengan baik dapat membawa kepada tindakan membimbing secara efektip dan menolong untuk meniadakan tindakan yang sia - sia. Mendefinisikan dan memperkenalkan tujuan merupakan utama semua yang bersangkutan harus mengetahui apa tujuan itu dan semua anggota manajemen harus bekerja sama agar bias tercap dengan baik. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 ) 2.8.4. Kerja perencanaan Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan – tujuan yang akan dikejar selama jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan itu 50 dapat tercapai. Perencanaan efektip harus didasarkan atas fakta – fakta yang ada, informasi yang didapat bukan berdasarkan emosi. Karena rencana telah diterapkan dalam berbaga jenis kegiatan maka terdapat berbagai jenis rencana yaitu : 1. Growth Plans ( Rencana pertumbuhan ) yaitu rencana ini menggambarkan kemana orang akan bergerak. 2. Profitplans (Rencana - rencana keuntungan) yaitu perencanaan ini dipusatkan pada keuntungan perproduk atau kelompok produk. 3. User plans ( Rencana pemakaian ) yaitu bagaimana memasarkan suatu hasil atau jenis yang dipilih. 4. Personal management plants ( Perencanaan urutan kepegawaian ) yaitu rencana – rencana untuk menarik perhatian, mengembangakan dan mempertahankan anggota manajemen. 2.8.5. Menjalankan rencana Menurut George R. Terry dan Leslie, 1992 Pelaksanaan Perencanaan mempunyai ciri - ciri tertentu yaitu : 1. Tempat untuk memula perencanaan, sebagian memulai perencanaan memulai dari tingkat pucuk organisasi, sedangkan yang lain menyarankan memulai dari bawah. Memulai dari pucuk memberikan dorongan dan arah pada semua perencanaan dan merupakan sudut pandang yang lebih disuka. Memulai dari bawah perencanan dapat segera diadakan dimana rencana itu sering kali yang paling banyak diperlukan dan dimana isu – isu dapat dipahami. 51 2. Pengaruh unsure manusia, keberhasilan atau kegagalan sesuatu rencana secara langsung bergantung dari bagamana cara anggota melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya masing - masing. 3. Susunan komponen - komponen, rencana – rencana mengandung dua jenis isu yaitu variable ( tetep ) dan constan ( berubah ). 4. Proses perencanaan tentative (percobaan), kebanyakan perencanaan berlangsung berangsur – angsur dengan lambat, yang dimulai dari data data dan konsep permulaan yang telah diperoleh. 2.8.6. Konsep – konsep Organosasi Organizing (mengorganisr) adalah proses pengelompokan kegiatan – kegatan untuk mencapai tujuan – tujuan dan penugasan setap kelompok kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan. Pengorganisasia dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber - sumber yang diperlukan termasuk sumber daya manusianya sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang bak.( George R. Terry dan Leslie, 1992 ) 2.8.7. Departemen Pembagian departemen merupakan metode yang biasa digunakan dalam organisasi untuk melakukan pembagian kerja, yang mencakup satuan yang berhubungan. Biasanya dalam satu organisasi itu dibagi dalam beberapa departemen dan setiap departemen tersebut dipercayakan satu orang sebagai kepala departemen yang membawah anggota - anggotanya. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 ) 52 2.8.8. Motivasi dan manajemen moderen Motivasi menyangkut dengan prilaku manusia dan merupakan unsur yang vital dalam manajemen. Seorang manajemen yang tidak bermotivasi untuk keberhasilan dan kemajuan, akan mendapatkan kesulitan dalam hal memotivasi orang lain. Motivasi diri sendiri berasal dari keinginan yang keras untuk mencapai tujuan yang akan dicapainya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang manajemen untuk memotivasi : 1. Membuat pekerjaan menarik : manajemen harus dengan hati – hati dalam memberkan pekerjaan kepada pegawai karena pekerjaan yang dikerjakan setiap harinya suatu suatu saat akan timbul kebosanan maka akan berakibat ketidak pedulian buat pegawai. 2. Perlihatkan ganjaran – ganjaran dengan pelaksanaan : seperti bila dalam pekerjaan orang yang melakukan pekerjaan yang sama maka akan diberikan upah yang sama. 3. Adakan ganjaran – ganjaran yang diharga : kebanyakan dari pihak manajemen hanya menghargai para pegawai dengan ganjaran berupa upah saja. 4. Perlakukan pegawai perorangan : setiap orang yang berbeda pasti akan mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda juga dari pekerjaanya 5. Dorongan partisipasi dan koperas : kebanyakan orang suka menjadi bagan dari sekelilingnya, begitu pula orang suka merasakan, bahwa mereka memberikan sumbangan untuk sekelilingnya. 6. Adakan umpan balik yang tepat dan pada waktunya : ketiadaan umpan balik biasan yang mengakibatkan kebingungan untuk pekerja yang ahirnya dapat berdampak negatip bagi pekerjaan pegawai. 53 2.8.9. Pengawasan Pengawasan adalah suatu bentuk pemeriksaan untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sudah benar – benar layak. Pengawasan diantaranya mencakup mengevaluasi pelaksanaan kerja dan bila perlu memperbaiki apa yang sedang dikerjakan untuk menjami tercapainya hasil - hasil yang dikehendaki menurut yang sudah direncanakan. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 )