6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit

advertisement
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit
Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki
susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap.
Industri yang banyak
menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta
industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah
dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Fauzi dkk, 2008)
Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki
keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Pahan (2008)
minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
a.
Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO
menjadi sumber minyak nabati termurah.
b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton / ha, sedangkan minyak
kedelai 0,34, lobak 0,51, kopra 0,57, dan minyak bunga matahari 0,53 ton /
ha.
c.
Sifat interchangeable–nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati
lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan
baik di bidang pangan maupun non pangan.
d. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih
berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak
terutama minyak sawit yang harganya murah.
e.
Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku
minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu
7
oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
2.1.1. Minyak sawit untuk industri pangan
Minyak sawit yang dipergunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari
minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan
hidrogenesis.
Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga
dihasilkan fraksi oleincair dan fraksi strein padat. Fraksi olein tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari
minyak kelapa (Fauzi dkk, 2008).
Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain
digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig
dan bahan untuk membuat kue - kue.
Sebagai bahan pangan, minyak sawit
mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain,
antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker
dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Fauzi dkk, 2008).
Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah
sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor
(Heat stebility) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak
sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng
menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik (Fauzi 2008).
2.1.2.
Minyak sawit untuk industri non pangan
A. Bahan baku untuk industri farmasi
Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %,
antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida.
8
Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam industri farmasi. Diantara kandungan minor yang sangat berguna
tersebut antara lain karoten dan
tokoferol yang dapat mencegah kebutaan
(Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga
bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses
penuaan.
a. Karoten
Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak
sawit mencapai 0,005 - 0,18 %. Setiap satu ton minyak mengandung kurang
lebih
240 garam karoten.
Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat
dimanfaatkan sebagai obat kanker paru - paru dan payudara. Selain sebagai
obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber vitamin A yang cukup
potensial.
Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan
tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Fauzi dkk, 2008).
b. Tokoferol
Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan sebagai sumber vitamin
E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600 - 1000 ppm, dalam olein 800 000 ppm dan stearin 250 - 530 ppm.
Minyak sawit yang bermutu baik
mengandung tokoferol berkisar antara 500 - 800 ppm (Fauzi dkk, 2008).
B. Bahan baku oleokimia
Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati,
termasuk diantaranya
adalah minyak sawit dan minyak inti sawit.
Produksi
utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam
9
amino, metil ester, dan gliserin. Bahan - bahan tersebut mempunyai spesifikasi
penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal.
Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen.
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Industri :
-Tekstil
Asam lemak
-Kertas
-Kulit
Lemak
-Kosmetik
alkohol
Penghasil
Penghasil
bangunan
Oleokemikal
Metil ester
dasar
-Pelengkap
derivatif
-Pestisida
-Insektisida
Gliserin
-Detergen
-Sabun
-Bahan
pembersih
-Minyak
Gambar 1. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industrimineral
-Polimerisasi
a. Asam lemak
-Cat
-Lilin
Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara
-Bahan
kimiawi maupun enzimatik.
Proses hidrolisis menggunakan enzim
lipase dari
pemadam
api
-Vernis
jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung
pada suhu 10 - 250 C. Asam lemak digunakan sebagai bahan untuk detergen,
bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan
perekat (Fauzi dkk, 2008).
10
b. Lemak alkohol
Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak.
Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal
dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan
bahan dasar pembuatan lemak alkohol (Fauzi dkk, 2008).
c.
Lemak amina
Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai
pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku
dalam industri tekstil, surfaktan dan lain – lain (Fauzi dkk, 2008).
d. Metil ester
Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi
metanol atau etanol, dengan katalisator nametoksi. Unsur ini merupakan hasil
dari asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan sabun (Fauzi dkk, 2008).
e. Gliserin
Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak.
Gliserin terutama
digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur
kekentalan shampo, pomade, obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin
berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir,
cat, adesif, plester dan sabun (Fauzi dkk, 2008).
11
C.
Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif ( Palm Biodiesel )
Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit
(CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan
melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih
efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan
metanol (Fauzi dkk, 2008).
Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan
minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin
diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki
keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi
dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar
yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau
senyawa benzene yang karsinogenik (Fauzi dkk, 2008).
Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus
dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang
semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat
diperbaharui
dan
ramah
limgkungan.
Di
samping
itu,
produksi
gas
karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali
oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah
kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum
(Fauzi dkk, 2008).
12
2.1.3. Pemanfaatan limbah kelapa sawit
A. Hasil olahan TBS (Tandan buah segar)
Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit
dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil ikutan dari limbah yang
masih dapat dimanfaatkan.
Misalnya makanan ternak, sebagai pupuk sampai
pemanfaatan sebagai bahan bakar.
a. Sebagai makanan ternak
Menurut Fauzi dkk, (2008) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak
sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit
kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.
Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak,
karena di dalamnya masih terkandung zat - zat makanan yang berguna.
Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat diperoleh antara lain
protein kasar, lemak kasar, beta-N, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium
(Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn).
b. Sebagai pupuk
Menurut Fauzi dkk, (2008) bahwa limbah pabrik adalah produk
sampingan yang dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS.
Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat adalah tandan kosong, fiber, cangkang , sampah loading ramp, dan solid
decanter. Sementara limbah cair adalah limbah cair yang berasal dari kolam
limbah.
Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman
dengan tujuan adalah :
13
1. Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah.
2. Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang
biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya
pemupukan, mendaur - ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan
menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologis
serta
menambah
bahan
organik
di
dalam
tanah
sehingga
perkembangan akar dapat meningkat.
c.
Sebagai bahan bakar dan energi
Cangkang
tempurung
kelapa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
sawit
dan
tandan
kosong
dapat
Pemanfaatan tempurung sebagai bahan
bakar dapat langsung digunakan atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang
dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari
TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik sebesar 1.000 KW. Skema
kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk
menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit
listrik (Fauzi dkk, 2008).
B. Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan
minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi
minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif.
Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri
minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa
sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan
pengeras jalan (Fauzi dkk, 2008).
14
C.
Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari
import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar.
Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong
kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di
Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit
tersebut sebagai alternatif bahan baku.
Proses pembuatan pulp kertas dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat
(sulfat tissue).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan
dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII 1411-85) (Fauzi
dkk, 2008).
D. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot
rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel.
Setiap
batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3. Sifat - sifat yang
dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu - kayu yang biasa
digunakan
untuk
perabot
rumah
tangga
sehingga
berpeluang
untuk
dimanfaatkan secara luas (Fauzi dkk, 2008).
E.
Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pada
prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan
pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan
dengan menggunakan uap.
15
Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan
membuat silase.
Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha
penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan komposisi makanan
campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 %
konsentrat (Fauzi, dkk, 2008).
2.2.
Sistematikan Tanaman Kelapa Sawit
Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke - 16 dimana para
ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit.
Hal ini disebabkan
pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa
sawit belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia masih
sederhana.
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk
memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah
(Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Pahan, 2008).
Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai
berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Spadiciflorae (Arecales)
Famili
: Palmae (Arecaceae)
Sub famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis gueneensis Jacq
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
berdasarkan pengamatan pohon – pohon kelapa sawit yang tumbuh di
16
Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah.
Kata Elaeis (Yunani) berarti
minyak, sedangkan kata guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa
kelapa sawit berasal dari Guinea (Pahan, 2008).
2.3.
Morfologi Tanaman
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif.
Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah
(Pahan, 2008).
2.3.1. Akar ( Radix )
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di
dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya
tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman
berumur 25 tahun.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar
serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.
Akar primer
umumnya berdiameter 6 – 10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar
secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam.
Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm.
Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7 - 1,2
mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarter (Pahan, 2008).
Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat
dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat
menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun seluas 1
ha, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari
pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah
17
(Pahan, 2008). Untuk lebih jelasnya susunan perakaran sawit dapat di lihat pada
Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Susunaan perakaran kelapa sawit
2.3.2. Batang ( Caulis )
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang
batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang
tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga,
dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari
akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta
kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan.
Batang
tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa
sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah
daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman
berumur empat tahun (Pahan, 2008).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun
(Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya
dapat mencapai 40 cm – 60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut
bongkol bawah (bowl).
Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm – 75 cm / tahun.
Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih
18
terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan
Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung,
tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil
(Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005).
Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm – 45 cm / tahun.
Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai
mencapai 100 cm / tahun.
Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang
ditanam di perkebunan antara 15 meter – 18 meter, sedangkan di alam
mencapai 30 meter.
Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung
pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih jelasnya
batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Batang kelapa sawit
2.3.3. Daun ( Folium )
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun
majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar.
Daun-daun membentuk satu
pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun
19
disetiap pelepah berkisar antara 250 - 400 helai, daun muda yang masih kuncup
berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga
makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis
dan sebagai alat respirasi.
Semakin lama proses fotosintesis berlangsung,
semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan
meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung
pada umur tanaman.
daun lebih banyak.
Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak
Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan
dengan tanaman yang masih muda (Fauzi dkk, 2008).
Daun
pertama
yang
keluar
pada
stadia
bibit
berbentuk
lanset
(lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate)
dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu ( pinnate).
Misalnya
bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan
10 pinnate.
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah tempat duduknya helaian
daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri
(spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun
(margo folii) dan daging daun (intervenium) (Fauzi dkk, 2008 ).
Filotaksis adalah pola susunan daun - daun pada batang dan sangat
menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat
diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang.
Primordia dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh ( apex).
Umumnya spiral
genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang
memutar ke kiri (Pahan, 2008).
Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah
pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun
20
kesembilan akan segaris dengan daun pertama.
Daun pertama adalah daun
termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang
berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar
kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak
daun ke - 9, ke - 17 dan lain - lain yang dipakai sebagai standar pengukuran
pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya.
Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20 – 30, kemudian akan
berkurang sesuai dengan umur menjadi 18 - 25 atau kurang (Lubis, A.U. 1992).
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Rumus kedudukan daun ( phylotaxis ) kelapa sawit.
Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada
tanaman dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas
dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai
125 - 200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat
satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering.
pelepah.
Pada satu pohon dijumpai 40 - 50
21
Luas
permukaan
daun
sering dipakai
untuk tujuan
pengamatan
pertumbuhan dengan rumus :
L = 2 k ( d x lp )
Keterangan :
L = Luas permukaan daun
k = Faktor koreksi
d = Jumlah anak daun pada satu sisi
p = Panjang anak daun rata - rata sample.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa
yang berumur 10 tahun atau lebih. Luas permukaan daun yang optimal adalah
11 m2 bergantung kepada persilangannya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Bentuk dan susunan daun kelapa sawit
Keterangan :
Sp
= Duri
Pe
= Pangkal pelepah
Vl
= Pangkal pelepah dengan duri yang tidak tumbuh normal
22
Ra
= Bagian tengah pelepah dengan daun–daun normal
Tl
= Sepasang daun terakhir yang bentuknya oval
Hs
= Bagian tengah daun dilihat dari atas menunjukkan letak daun yang
tidak teratur.
2.3.4. Bunga ( Flos )
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan
bunga betina.
Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun.
Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan
antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Lubis, A.U,
1992).
Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14 - 18 bulan. Pada
mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga
betina. Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina
ada pada satu rangkain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004).
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15 – 30
hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet
dan setiap spikelet 15– 20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari.
Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada
besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15 – 25 tandan / pokok /
tahun (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2004).
Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak
meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu
23
dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang
panjangnya antara 10 – 12 cm.
Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga.
Setiap cabang bunga mengandung 700 – 1200 bunga jantan.
Bunga jantan
terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak
terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari
kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah tandan yang akan keluar
serbuk sari.
Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik.
tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25 – 50 gram tepung sari.
Satu
Setiap
bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada
tandan (Sastrosayono, 2003).
Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di
lihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit
24
2.3.5. Buah ( Fructus )
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah.
Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600,
berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2 - 5 cm, beratnya 15 - 30
gram.
Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji
(mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp ( pericarp). Biji terdiri atas
cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas
endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun
(plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium (Mangoensoekarjo, S. dan
Semangun, 2005).
Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna
buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5 - 6 bulan setelah
penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah
telah
sempurna
bentuknya
serta
kandungan
minyaknya
sudah
optimal
sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu
telah siap untuk tumbuh dan berkembang (Sastrosayono, 2003). Untuk lebih
jelasnya dapat di lihat pada Gambar 7 dibawah ini.
Gambar 7. Bentuk penampang melintang dan membujur buah kelapa sawit
25
2.4. Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal
cangkang/tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan
ketebalan
cangkang/tempurung dan daging buah
varietas
kelapa sawit
dibedakan :
2.4.1. Dura
Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm
dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang.
Daging buah
relatif tipis yaitu 35 – 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar
dengan kandungan minyak sedikit.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Penampang buah kelapa sawit varietas dura
2.4.2. Pisifera
Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging
buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat
diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon
induk jantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.
26
Gambar 9. Penampang buah kelapa sawit varietas pisifera
2.4.3. Tenera
Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal
yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis
maka akan menghasilkan varietas baru
yaitu Tenera.
Untuk lebih jelasnya
dapat di lihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Penampang buah kelapa sawit varietas tenera
Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga
varietas kelapa sawit yaitu :
a.
Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam – hitaman dan buah
masak berwarna jingga kehitam – hitaman.
b.
Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi
orange.
c. Albescens yaitu buah muda warna keputih – putihan dan buah masak
kekuning - kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Fauzi dkk, 2008).
27
2.5.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
2.5.1. Iklim
Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur),
intensitas penyinaran dan angin.
Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu
sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi
(Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005).
Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0 - 500 meter
dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0 - 200 meter dengan
kemiringan 0 - 12º (21 %). Sedangkan pada kemiringan 13 - 15º (46 %) kurang
baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (Sastrosayono, 2003).
A. Curah Hujan
Curah hujan merupakan komponen iklim yang paling terpenting terhadap
kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah
tropika basah di sekitar 12o C Lintang Utara - Selatan pada ketinggian 0 - 500 m
di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750 – 3.000
mm / tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal
ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya
hanya 1.300 - 1.500 mm / tahun (Sastrosayono, 2003).
B. Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29 - 30º C, yang
terendah 180 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata - rata 32º C.
Kelembaban optimum yang ideal berada sekitar 80 - 90 %.
Intensitas
penyinaran matahari sekitar 5 - 7 jam / hari. Jika penyinaran matahari kurang
28
dari 5 jam / hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan
penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain – lain (Sastrosayono,
2003).
Kelembaban rata - rata yang tinggi akan merangsang perkembangan
penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0 - 400 meter.
Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat dan produksi lebih
rendah (Sastrosayono, 2003).
C. Intensitas Penyinaran
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena
merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses
fotosintesis.
Untuk
pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang - kurangnya 5 jam
penyinaran per hari sepanjang tahun.
Meskipun sebaiknya selama beberapa
bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di
berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas - batas
tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai.
penyinaran,
aspek
penyinaran
lain
yang
penting
Di samping lama
adalah
intensitasnya
(Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005).
D.
Angin
Kecepatan angin 5 - 6 km / jam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan.
Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan
doyong atau miring (Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, 2005).
29
2.5.2. Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti
Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang
baik untuk kelapa sawit adalah:

Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi
perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

Tekstur ringan, memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, liat 20 - 50 %.

Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang.

pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh
akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik
adalah pH 5 - 6.
Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan
dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi.
Tanah pH
rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah
gambut (Sastrosayono, 2003).
2.6. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Untuk menghasikan buah kelapa sawit dengan jumlah dan mutu yang baik
perlu memperhatikan teknik budidaya yang meliputi pembukaan lahan,
penanaman, dan perawatan tanaman yang benar (Fauzi, 2005).
2.6.1. Pembukaan lahan
Pembukaan lahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan
tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik.
Membuka lahan adalah pekerjaan teknis yang mudah dilakukan, asalkan tersedia
peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan.
Adapun hal yang harus
30
diperhatikan dalam pembukaan lahan diantaranya kesesuaian lahan yang akan
dibuka tersebut untuk budidaya tanaman kelapa sawit (Pahan, 2006).
Tahap awal pekerjaan pembukaan lahan khususnya pada hutan dimulai
dengan pengimasan.
Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas
semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran deameternya kurang dari
10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah,
pengimasan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang dan kapak.
Setelah pengimasan selesai dilanjutkan dengan pekerjaan penumbangan batang
– batang kayu yang diameternya lebih dari 10 cm.
Penumbangan dilakukan
dengan menggunkan gergaji mesin ( chain saw) dengan arah yang sejajar
artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara – Selatan maka
penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasi
tebangan tersebut tidak tumpang tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan
perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya
batang – batang kayu yang terlalu panjang dan besar dipotong – potong hingga
panjang rata – rata menjadi 6 – 8 m. Sedangkan batang – batang yang kecil
dan pendek tidak perlu di potong lagi (Fauzi, 2005).
A. Pembuatan jalan
Pembuatan jaringan jalan di kebun berarti membuat blok.
Hal ini
disebabkan karena setiap blok dipisahkan dengan blok yang lain oleh jaringan
jalan.
Sejauh keadaan memungkinkan, penanaman kelapa sawit sebaiknya
dilakukan dalam blok yang berukuran sama.
Batas - batas blok tersebut
diusahakan lurus, walaupun hal ini sukar diterapkan pada areal yang berbukit.
Pada kebanyakan areal kebun, batas - batas blok tersebut tidak bisa lurus karena
berbatasan denga tepian sungai, perkampungan penduduk, dan areal lainnya
31
yang tidak bisa ditanami. Keteraturan bentuk dan ukuran blok ini sangat penting
karena akan memudahkan dalam operasional pekerjaan di lapangan (Pahan,
2006).
Jaringan jalan dalam perkebunan dapat dibagi atas 3 kelas, yaitu :
a) Jalan utama (main road)
Jalan utama dibangun dan dirancang untuk tahan dilalui kendaraan
pengangkut TBS setiap hari. Jalan utama merupakan muara dari setiap jalan
pengumpul. Jalan utama dibuat dengan arah utara - selatan setiap jarak 1.000
m atau 2.000 m (lebar 9 m).
b) Subjalan utama (submain road)
Subjalan utama merupakan jalan pengumpul yang sering dilewati
kendaran pengangkut TBS. Hal ini biasanya disebabkan kondisi jalan tersebut
lebih bagus dari jalan pengumpul yang lain.
c) Jalan pengumpul
Jalan pengumpul dibangun dan dirancang untuk dilalui kendaraan
pengangkut TBS seminggu sekali (mengikuti rotasi panen).
Jalan ini dibuat
dengan arah Utara - Selatan setiap 300 m (lebar 7 m) dan tegak lurus dengan
jalan utama.
B. Pembuatan saluran air
Pembuatan saluran air dimaksudkan untuk mengendalikan tata air di
dalam wilayah perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan
yaitu irigasi dan draenase.
Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke
dalam wilayah, sedangkan draenase kebalikannya.
Hal ini perlu disadari agar
tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian terminologi irigasi untuk tata nama
draenase karena kedua sistem ini saling berlawanan dan tidak mungkin digabung
32
menjadi satu kesatuan. Untuk mencegah timbulnya kerancuan dalam tatanama
sistem draenase, berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran.
1) Draenase lapangan
Berfungsi menyekap air yang ada dan mengalirkannya di permukaan
tanah. Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah dan
merupakan parit buatan.
2) Draenase Pengumpul
Berfungsi
mengumpulkan
mengalirkannya ke pembuangan.
air
dari
suatu
areal
tertentu
dan
Draenase pengumpul merupakan buatan
manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam, waduk, dan lainnya.
Draenase pengumpul juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana
bentuk pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui peresapan
tanah.
3) Draenase pembuangan
Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu.
Umumnya
memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai, jurang, rendahan, dan
lainnya. Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam juga dapat berupa saluran
buatan, sistem pompa, dan lain - lain.
C. Pengajiran (pemancangan)
Pengajiran sebaiknya dilakukan setelah kegiatan pembersihan lahan
dilakukan.
Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan tanaman.
Kerapatan tanaman adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu
dan sangat dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman, lingkungan dan sistem
tanam (Pahan, 2006).
33
2.6.2. Persiapan bahan tanam
Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang
dikembangbiakan dengan cara generatif yaitu dengan biji.
Namun sejalan
dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan
dengan menggunakan kultur jaringan (Fauzi, 2005).
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistim pembibitan
satu tahap (single stage) dan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada
penerapan sistem tahap ganda penanaman bibit dilakukan sebanyak dua kali
yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong plastik kecil dan dipelihara
selama 3 bulan, dan tahap kedua ditanam pada polibag besar dan dipelihara
selama 9 – 10 bulan. Pada prinsipnya, sistem pembibitan ini memiliki tujuan
yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan
tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor
kematian bibit pembibtan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin (Fauzi,
2005).
2.6.3. Tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop)
Penanaman kacang - kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan
untuk menutupi pemukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan
dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman kelapa sawit kelak. Kacangkacangan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit karena berfungsi menghasilkan
bahan organik, di samping dapat mengikat unsur nitrogen dari udara (Pahan,
2006).
Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang - kacangan yang sering di
tanam di perkebunan kelapa sawit yaitu Calopogonium caerulium, Pueraria
34
javanica,
Calapogonium
mucunoides,
Centrosema
cochinchinensis, dan Mucuna bracteata.
pubescens,
Mucuna
Secara umum, status tumbuhan
penutup tanah di perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan sebagai tumbuhan
yang pada umumnya bermanfaat.
Manfaat kacang - kacangan dalam
pengusahaan tanaman kelapa sawit yaitu sebagai berikut :

Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah.

Memperbaiki status hara tanah, terutama nitrogen

Memperbaiki sifat - sifat tanah akibat pembakaran (pembukaan lahan).

Melindungi permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama
pada tanah yang curam.

Mengurangi biaya pengendalian gulma.

Mendorong pertumbuhan tanamn dan meningkatkan produksi.
2.6.4. Penanaman kelapa sawit
Umumnya, pola tanam kelapa sawit berbentuk segitiga sama sisi pada
areal rata / datar sampai bergelombang. Sementara, pada areal berbukit dengan
sudut kemiringan lebih dari 120, perlu dibuat teras kontur dengan jarak tanam
sesuai dengan ketentuan.
Panjang sisi (jarak tanam) harus dibuat seoptimal
mungkin sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan serta
sinar matahari yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per ha
yang maksimal selama satu tahun (Pahan, 2006).
Menurut Pahan (2006), teknis pekerjaan lubang tanam secara manual
dilakukan dengan tata urutan sebagai berikut :

Lubang tanaman telah dipersiapkan sebelum tanam.
35

Pancang tidak boleh diangkat sebelum diberi tanda untuk pembuatan
lubang tanam (90 x 90) cm di atas permukaan tanah sehingga pancang
tepat berada di tengah-tengah pola tersebut.

Ukuran lubang tanam adalah (90 x 90 x 60) cm.

Tanah hasil galian dipisahkan antara top soil dan sub soil.
Top soil
diletakkan di sebelah selatan dan sub soil di sebelah utara secara teratur
dan seragam.
Setelah lubang selesai, pancang dikembalikan ke posisi
semula.

Untuk menjamin keseragaman ukuran lubang tanam, setiap pekerja
dilengkapi dengan mal / patron yang berukuran 90 cm dan 60 cm.

Dinding lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk
lain.

Pada saat penanaman, hal yang terlebih dulu ditimbunkan yaitu top soil
dengan kedalaman sekitar 25 cm dari dasar lubang kemudian sub soil
pada kedalaman sisanya.
2.6.5. Pemeliharaan tanaman kelapa sawit
A. Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau
pertumbuhanya kurang baik dengan tanaman yang baru. Kematian atau kurang
baiknya pertumbuhan dapat disebabkan beberapa hal yaitu penanaman yang
kurang
teliti,
kekeringan,
terendam air
dan
terserang hama
penyakit.
Penanaman dikatakan berhasil jika jumlah sulaman maksimal 2 – 3 % dari bibit
yang ditanam. Saat yang baik melakukan penyulaman adalah 12 – 14 bulan.
Cara penyulaman pun sama dengan penanaman sebelumnya (Fauzi, 2005).
36
B. Penyiangan gulma
Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu dikendalikan sebab dapat
merugikan dan menurunkan hasil atu produksi.
Pada dasarnya ada 3 cara
pengendalian gulma yaitu cara mekanis (manual), kimiawi dan biologis.
Pengendalian dengan cara mekanis adalah pengendalian dengan menggunakan
alat dan tenaga secara langsung dan dengan cara penyiangan bersih pada
daerah piringan.
Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian dengan
menggunakan hebisida dan pengendalian secara biologi adalah pengendalian
dengan menggunakan tumbuh – tumbuhan yang bertujuan untuk mengurangi
pengaruh buruk dari gulma (Fauzi, 2005).
C. Kastrasi
Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga
jantan dan bunga betina, tujuan dari kastrasi ini selain dari sanitasi juga
konsentrasi penyerapan zat – zat hara bagi pertumbuhan vegatatif tanaman.
Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (12 bulan
setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat – lambatnya 6
bulan sebelum panen pertama. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak
10 - 12 kali selama masa TBM dengan menggunakan alat dodos (Fauzi, 2005).
D. Pemupukan
Pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap perkembangan
tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu pada dosis baku,
37
tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor dasar, serta
konsep neraca hara.
Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit dapat diketahui melalui analisis
jaringan tanaman.
Untuk blok-blok yang potensi produksi kurang dari 25
ton/ha/tahun, jumlah unsur hara yang diserap untuk pembentukan / pengisian
TBS dapat diproporsikan dengan mengalikan faktor yang mempengaruhi
kehilangan unsur hara.
Sebagai contoh
blok dengan potensi produksi 20
ton/ha/tahun maka unsur hara yang terangkat melalui panen TBS sebagai
berikut.

N = 20/25 x 73,2 = 58,56 kg/ha = 0,40 kg/pokok

P = 20/25 x 11,6 = 9,28 kg/ha = 0,06 kg/pokok

K = 20/25 x 93,4 = 74,72 kg/ha = 0,51 kg/pokok

Mg = 20/25 x 20,8 = 16,64 kg/ha = 0,11 kg/pokok
Tabel 1. kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit
N
Komponen
P
K
Mg
kg/
kg/
kg/
kg/
Kg/
kg/
kg/
kg/
ha
pokok
ha
pokok
Ha
pokok
ha
pokok
40,90
0,28
3,10
0,02
55,70
0,38
11,50
0,08
67,20
0,45
8,90
0,06
86,20
0,58
22,40
0,15
73,20
0,49
11,60
0,08
93,40
0,63
20,80
0,14
Bunga jantan
11,20
0,08
2,40
0,02
16,10
0,11
6,60
0,04
Total
192,50
1,30
26,.00
0,18
251,40
1,70
61,30
0,41
Bahan untuk
perumbuhan
vegetative
Pelepah yang
di tunas
Tandan buah
segar (25
ton/ha)
Sumber : Pahan , (2006)
38
E. Penunasan
Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah
(melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan
pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu,
penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan
lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit (Pahan,
2006).
Pada tanaman muda, pelaksanaan tunas pasir
/ sanitasi dapat
mempermudah pemupukan, semprot piringan, dan pengutipan brondolan. Untuk
mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimal
maka harus dihindari terjadinya over prunning.
terbuangnya
sejumlah
pelepah
produktif
mengakibatkan penurunan produksi.
secara
Over prunning adalah
berlebihan
yang
akan
Penurunan produksi ini terjadi karena
berkurangnya areal fotosntesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui
peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga
jantan), dan penurunan BJR (berat janjang rata - rata).
Untuk menghindari
terjadinya over prunning, perlu dilakukan pelatihan dan simulasi pekerjaan,
pengawsan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat (Pahan, 2006).
39
Tabel 2. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman.
Umur
Tanaman
(tahun)
<3
4-7
8 - 14
> 15
Kebijakan
Jumlah
Songgo
Pemotongan
pelepah
tidak
diperbolehkan.
Prioritas
untuk
permulaan panen dengan cara
memotong pelepah-pelepah tua dan
kering.
Dipertahankan 48-56 pelepah
Dipertahankan 40-48 pelepah
Maksimum
dipertahankan
32
pelepah
Jumlah Pelepah/
Spiral
-
-
3
2
1
6-7
5-6
4
Sumber : Pahan , (2006)
F. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya merupakan
upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan.
Oleh karena itu, konsep
pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup
hama dan penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari
seluruh siklus hidup mata rantai sangat berguna di dalam pengendalian hama
dan penyakit yang efeltif. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hama dan
penyakit merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk
pengambilan keputusan pengendaliannya (Pahan, 2006).
Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta
waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh
pemahaman atas siklus hidup hama / penyakit tersebut.
Usaha mendeteksi
hama / penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain
akan memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi
dini juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangtan yang tidak terkendali /
40
terduga. Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan
jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama / penyakit yang sudah
menyebar luas (Pahan, 2006).
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat
api, dan ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus dan Apogonia, serta babi hutan.
Adapun penyakit yang menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya
yaitu penyakit - penyakit daun pada pembibitan. Penyakit busuk pangkal batang
(Ganoderma), penyakit busuk tandan buah (Marasmius), dan penyakit busuk
pucuk (spear rot) (Pahan, 2006).
2.6.6. Panen kelapa sawit
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu
pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen
ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB minimal.
Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah
brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan
kurang dari 10 butir dan umur tanaman lebih dari 10 tahun jumlah brondolan
sekitar 15 – 20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada
setiap 10 kg terdapat 2 brondolan (Fauzi, 2005)
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan untuk panen terakhir sampai
panen berikutnya.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya
memakai rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh
pemetik tiap 7 hari.
Menurut Fauzi (2005), ada 2 sistem ancak panen yaitu :
a. Sistem ancak giring, apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah ke ancak
berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam
41
pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik
namun pemanen cenderung memanen buah yang mudah dipanen sehingga
ada tandan buah dan brondolan yang tertinggal di lapangan.
b. Sistem ancak tetap, pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak
berpindah – pindah. Hal ini menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan
yang optimal namun kelemahan sitem ini adalah buah lambat keluar sehingga
lambat sampai ke pabrik.
Cara panen adalah, tandan yang matang dipotong sedekat mungkin
dengan pangkalnya, maksimal 2 cm kemudian diletakan teratur di piringan dan
brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian
dan diletakan pada gawangan mati.
Selanjutnya tandan buah dan brondolan
dibawa ke TPH (Pahan, 2006).
2.7.
Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30
bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut tandan buah
segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB). Produktivitas tanaman kelapa sawit
meningkat mulai umur 3 - 14 tahun dan akan mulai menurun kembali setelah
umur 15 - 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 - 15 TBS per
tahun dengan berat 3 - 40 kg per tandan, tergantung umur tanaman. Dalam
satu tandan, terdapat 1.000 - 3.000 brondolan dengan berat brondolan berkisar
10 - 20 gr (Pahan, 2006).
TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya.
Minyak dan inti yang dihasilkan dari PKS merupakan produk setengah jadi.
Minyak mentah atau crude palm oil (CPO) dan inti (kernel) harus diolah lebih
lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006).
42
Stasiun proses pengolahan TBS menjadi CPO dan kernel umumnya terdiri
dari stasiun utama dan stasiun pendukung.
Stasiun utama berfungsi sebagai
penerimaan buah, rebusan, pemipilan, pencacahan, pengempaan, pemurnian
dan pemisahan biji dan kernel. Sementara stasiun pendukung berfungsi sebagai
pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air, penimbunan produk dan
bengkel.
2.7.1. Penerimaan buah
Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari
kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di
jembatan timbang (weight bridge ) dan ditampung sementara di penampungan
buah (loading ramp).
Buah yang telah sampai kepabrik setelah diangkut dengan truk segera
melakukan penimbangan panen di pabrik.
jembatan timbang.
Penimbangan dilakukan di atas
Sesudah itu ditimbang lagi dalam keadaan kosong
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah yang tidak segera diangkut
untuk diolah semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8
jam setelah panen tandan buah segar harus segera diolah (Fauzi, 2005).
Truk buah setelah ditimbang kemudian dibongkar di loading ramp. Pada
kesempatan ini ± 5% dari jumlah truk buah disortasi untuk penilaian mutu.
Selanjutnya buah dipindahkan ke keranjang lori rebusan yang berkapasitas lebih
kurang 2,5 ton (Fauzi, 2005).
43
2.7.2. Perebusan buah
TBS mengandung sejumlah zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu
untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi
dalam rebusan akan menginaktifkan enzim - enzim lipase dan lipoksidase yang
terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak
bebas dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan.
Oleh karena itu, tandan
yang dipanen harus diusahakan dapat direbus secepatnya (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel rebusan.
TBS
dipanaskan dengan uap air bertekanan 2,8 - 3 kg/cm2 dengan suhu 130 0C dan
lamanya perebusan berkisar 90 menit (Fauzi, 2005).
Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan
pemucatan kernel.
Sebaliknya perebusan dengan waktu yang terlalu pendek
menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan
perebusan menurut Fauzi (2005) adalah sebagai :
 Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB.
 Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang.
 Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan.
 Untuk mengkoagulasi (mengendapkan) protein sehingga memudahkan
pemisahan minyak.
2.7.3. Penebahan
Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak dari tandan yang
sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang
sedikit miring dengan kisi - kisi yang bercelah sedikit lebih besar daripada ukuran
44
brondolan.
Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan
buahnya, demikian terjadi berkali - kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar
dari ujung teromol (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Lori rebusan ditarik keluar yang kemudian diangkut ke atas dengan
Hoisting Crane setelah perebusan. Dengan alat pengangkut lori yang berisi buah
rebusan dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan
buah dari tandan.
Buah yang lepas (brondolan) jatuh ke bawah melalui
conveyor serta elevator menuju ke ketel adukan (digester) (Fauzi, 2005).
2.7.4. Pencacahan
Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa
waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan
beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk
didalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara
sesama buah dan diantara massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel.
Tujuan peremasan adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji
dan menghancurkan sel - sel yang mengandung minyak agar dapat diperas
sebanyaknya pada proses pengempaan (Mangoensoekarjo dan Semangun,
2005).
2.7.5. Pengempaan
Pada pabrik kelapa sawit umumnya digunakan screw press sebagai alat
pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
Proses pemisahan
minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah
yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di
dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya
45
berlubang - lubang diseluruh permukaannya.
Dengan demikian, minyak dari
bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui celah antara sliding cone dan
press cage (Fauzi, 2005).
2.7.6. Pemurnian
Tujuan dari pemurnian adalah minyak kasar yang diperoleh dari hasil
pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid),
lumpur (sludge), maupun air.
Tujuan dari pembersihan / pemurnian minyak
kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat
dipasarkan dengan harga yang layak (Fauzi,2005).
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju
saringan getar untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut
dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang
terkumpul di COT dipanaskan hingga 95 - 1000 C. Menaikkan temperatur minyak
kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis
(BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses
pengendapan.
Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap
(clarifier tank) (Fauzi, 2005).
Di COT minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses
pengendapan.
Minyak dari COT selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan
sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak
yang masih terkandung di dalamnya dan kemudian di proses kembali di COT dan
selanjutnya ke COT (Fauzi, 2005).
46
2.7.7. Pemisahan biji dan kernel
Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan berat jenis (BJ) antara inti
sawit dan tempurung.
Alat yang digunakan disebut Hidrocyclone Separator.
Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam
sebuah tabung (Fauzi, 2005).
Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit
harus segera dikeringkan dengan suhu 80 oC dan setelah kering inti sawit dapat
dipakai atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti
sawit Palm Kernel Oil (PKO) (Fauzi, 2005).
2.8. Manajemen Perusahan Perkebunan
2.8.1.
Fungsi - fungsi manajemen
Menurut George R. Terry dan Leslie, 1992 fungsi – fungsi manajemen
yang terdiri dari :
1.
Planning (Perencanaan) adalah menentukan tujuan tujuan yang hendak
dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat
agar dapat mencapai tujuan itu, fungsi planning adalah
-
Self-audit : menentukan keadaan organisasi sekarang
-
Survey lngkungan
-
Menentukan tujuan : Objectes
-
Forecast : ramalan keadaan yang akan datang
-
Melakukan tindakan – tindakan dan sumber pengerahan
-
Evaluate : perimbangan tindakan - tindakan yang diusulkan
47
-
Ubah dan sesuaikan : revisidan adjust rencana – rencana
sehubungan dengan hasil – hasil pengawasan dan keadaan yang
berubah-ubah.
2.
Organizing (pengorganisasian) adalah mengelompokan dan menentukan
berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan
kegiatanitu, fungsidar organizing adalah :
 Identity : tetapkan dengan teliti dan tentukan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
 Break Work Down : bagian – bagian pekerjaaan menjadi tugas
setiap orang.
 Tugas – tugas kelompok menjadi posisi
 Tentukan persyaratan setap posisi -posisi
 Kelompok kelompok menjadi satuan satuan yang dapat dipimpin
dan saling berhubungan dengan baik
 Bagan – bagian pekerjaan : pertanggung jawaban dan luas yang
akandilaksanakan.
 Ubah dan sesuaikan Organisasi sesuai dengan hasil pengawasan
dan kondisi yang berubah.
 Saling berhubungan selalu selama proses berlalu.
3.
Staffing adalah menentukan keperluan sumber daya manusia, pengerahan,
penyaringan,
latihan
dan
pengembangan
tenaga
kerja,
pengawasan adalah :
‡
Tentukan keperluan sumber daya manusa
‡
Kerahkan pegawai sedapat mungkin
‡
Latih dan kembangkan Sumber Daya Manusa yang ada
fungsi
dari
48
‡
Ubah dan sesuaikan kuantitas dan kualitas yang SDM sehubungan
dengan hasil pengawasan dan kondisi yang berubah
‡
4.
Berhubungan langsung selama proses pemotivasian
Motivating adalah mengerahkan atau menyalurkan prilaku manusia kearah
tujuan - tujuan, fungsidari motivating adalah :
 Berhubungan dengan setaf dan jelaskan tujuan kepada bawahan
 Bagikan ukuran pelaksanaan
 Latih dan bombing bawahan untuk memenuhi ukuran pelaksanaan
itu
 Puji dan tegur dengan jujur
 Adakah
lingkungan
yang
memberikan
dorongan
dengan
menerapkan keadaan yang berubah serta tuntutan
 Ubah dan sesuaikan cara motivasi sehubungan dengan hasil
pengawasan dan kondisi yang berubah
 Berhubungan selalu dengan proses pemotivasan
5.
Controling adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan - tujuan,
menentukan sebap – sebap penyimpanan dan mengamil tindakan tindakan
korektif yang perlu, fungsi pengawasan adalah :
 Tentukan ukuran - ukuran
 Monitoring hasl – hasil dan bandingkan dengan ukuran - ukuran
 Perbaiki penyimpangan - penyimpangan
 Ubah dan sesuaikan cara – cara pengawasan sehubungan dengan
hasil – hasil pengawasan den perubahan kondisi
 Berhubungan langsung selama proses pengawasan
49
2.8.2. Manajemen sebaga pembuat keputusan
Membuat keputusan adalah memilih suatu alternative dari dua pilihan
atau lebih, untuk menentukan suatu pendapat atau perjalan suatu tindakan.
Keputusan bias dibuat oleh seorang individu maupun suatu kelompok yang
pertama kalibsa dilakukan selama keputusan itu sederhana dan semua
alternative dipahami sepenuhnya.
Keputusan individu / perorangan biasanya
diambil atau digunakan pada kondisi yang daurat atau mendesak. Keputusan
yang dibuat berdasarkan kelompok lebih baik dari pada keputusan yang dibuat
oleh anggota kelompok karena keputusan yang dibuat berdasarkan kelompok ini
menggabuangkan beberapa beberapa pemikiran dan perumusan untuk kemudian
diambil keputusan secara bersama. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 )
2.8.3. Merancanakan sasaran dan tujuan
Titik tolak proses manajemen adalah menentukan objek tivitas atau tujuan
– tujuan organisasi. Tujuan organisasi direncanakan untuk memberikan kepada
suatu organisasi dan anggotanya arah yang akan dicapai. Tujuan - tujuan yang
didefinisikan dan dikenal dengan baik dapat mempunyai kekuatan motifasi
dengan baik dapat membawa kepada tindakan membimbing secara efektip dan
menolong untuk meniadakan tindakan yang sia - sia.
Mendefinisikan dan
memperkenalkan tujuan merupakan utama semua yang bersangkutan harus
mengetahui apa tujuan itu dan semua anggota manajemen harus bekerja sama
agar bias tercap dengan baik. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 )
2.8.4. Kerja perencanaan
Perencanaan adalah proses memutuskan tujuan – tujuan yang akan dikejar
selama jangka waktu yang akan datang dan apa yang dilakukan agar tujuan itu
50
dapat tercapai. Perencanaan efektip harus didasarkan atas fakta – fakta yang
ada, informasi yang didapat bukan berdasarkan emosi. Karena rencana telah
diterapkan dalam berbaga jenis kegiatan maka terdapat berbagai jenis rencana
yaitu :
1. Growth
Plans
(
Rencana
pertumbuhan
)
yaitu
rencana
ini
menggambarkan kemana orang akan bergerak.
2. Profitplans (Rencana - rencana keuntungan) yaitu perencanaan ini
dipusatkan pada keuntungan perproduk atau kelompok produk.
3. User plans ( Rencana pemakaian ) yaitu bagaimana memasarkan suatu
hasil atau jenis yang dipilih.
4. Personal management plants ( Perencanaan urutan kepegawaian )
yaitu rencana – rencana untuk menarik perhatian, mengembangakan
dan mempertahankan anggota manajemen.
2.8.5. Menjalankan rencana
Menurut George R. Terry dan Leslie, 1992 Pelaksanaan Perencanaan
mempunyai ciri - ciri tertentu yaitu :
1.
Tempat untuk memula perencanaan, sebagian memulai perencanaan
memulai dari tingkat pucuk organisasi, sedangkan yang lain menyarankan
memulai dari bawah. Memulai dari pucuk memberikan dorongan dan arah
pada semua perencanaan dan merupakan sudut pandang yang lebih disuka.
Memulai dari bawah perencanan dapat segera diadakan dimana rencana itu
sering kali yang paling banyak diperlukan dan dimana isu – isu dapat
dipahami.
51
2.
Pengaruh unsure manusia, keberhasilan atau kegagalan sesuatu rencana
secara langsung bergantung dari bagamana cara anggota melakukan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya masing - masing.
3.
Susunan komponen - komponen, rencana – rencana mengandung dua jenis
isu yaitu variable ( tetep ) dan constan ( berubah ).
4.
Proses
perencanaan
tentative
(percobaan),
kebanyakan
perencanaan
berlangsung berangsur – angsur dengan lambat, yang dimulai dari data data dan konsep permulaan yang telah diperoleh.
2.8.6. Konsep – konsep Organosasi
Organizing (mengorganisr) adalah proses pengelompokan kegiatan –
kegatan untuk mencapai tujuan – tujuan dan penugasan setap kelompok kepada
seseorang yang mempunyai kekuasaan.
Pengorganisasia dilakukan untuk
menghimpun dan mengatur semua sumber - sumber yang diperlukan termasuk
sumber daya manusianya sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat memberikan
hasil yang bak.( George R. Terry dan Leslie, 1992 )
2.8.7. Departemen
Pembagian departemen merupakan metode yang biasa digunakan dalam
organisasi untuk melakukan pembagian kerja, yang mencakup satuan yang
berhubungan.
Biasanya dalam satu organisasi itu dibagi dalam beberapa
departemen dan setiap departemen tersebut dipercayakan satu orang sebagai
kepala departemen yang membawah anggota - anggotanya. ( George R. Terry
dan Leslie, 1992 )
52
2.8.8. Motivasi dan manajemen moderen
Motivasi menyangkut dengan prilaku manusia dan merupakan unsur yang
vital dalam manajemen.
Seorang manajemen yang tidak bermotivasi untuk
keberhasilan dan kemajuan, akan mendapatkan kesulitan dalam hal memotivasi
orang lain.
Motivasi diri sendiri berasal dari keinginan yang keras untuk
mencapai tujuan yang akan dicapainya. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh orang manajemen untuk memotivasi :
1.
Membuat pekerjaan menarik : manajemen harus dengan hati – hati dalam
memberkan pekerjaan kepada pegawai karena pekerjaan yang dikerjakan
setiap harinya suatu suatu saat akan timbul kebosanan maka akan berakibat
ketidak pedulian buat pegawai.
2.
Perlihatkan ganjaran – ganjaran dengan pelaksanaan : seperti bila dalam
pekerjaan orang yang melakukan pekerjaan yang sama maka akan diberikan
upah yang sama.
3.
Adakan ganjaran – ganjaran yang diharga : kebanyakan dari pihak
manajemen hanya menghargai para pegawai dengan ganjaran berupa upah
saja.
4.
Perlakukan pegawai perorangan : setiap orang yang berbeda pasti akan
mempunyai kebutuhan dan kemampuan yang berbeda juga dari pekerjaanya
5.
Dorongan partisipasi dan koperas : kebanyakan orang suka menjadi bagan
dari sekelilingnya, begitu pula orang suka merasakan, bahwa mereka
memberikan sumbangan untuk sekelilingnya.
6.
Adakan umpan balik yang tepat dan pada waktunya : ketiadaan umpan balik
biasan yang mengakibatkan kebingungan untuk pekerja yang ahirnya dapat
berdampak negatip bagi pekerjaan pegawai.
53
2.8.9. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu bentuk pemeriksaan untuk memastikan bahwa
apa yang dikerjakan sudah benar – benar layak.
Pengawasan diantaranya
mencakup mengevaluasi pelaksanaan kerja dan bila perlu memperbaiki apa yang
sedang dikerjakan untuk menjami tercapainya hasil - hasil yang dikehendaki
menurut yang sudah direncanakan. ( George R. Terry dan Leslie, 1992 )
Download