EPIFANIA Sebelum abad ke IV hari Epifania dirayakan sebagai hari kelahiran KRISTUS ke dunia yaitu pada tanggal 6 Januari. Gereja Otodoks masih mempertahankan tradisi tersebut sedangkan Gereja Katholik merayakannya sebagai hari Tiga Raja (Matius 2:4).Gereja Protestan merayakannya sebagai hari penampakan kemuliaan YESUS setelah dibaptis di Yordan (Matius 3:17). Hari Minggu Epifania dirayakan pada hari Minggu terdekat dengan tanggal 6 Januari ditambah dengan 6 minggu sesudah itu *) , yang diliputi dengan rasa syukur dan pujipujian. Warna dasar : Hijau Lambang/Logo : Bintang bersegi lima Warna Bintang : Putih Lingkaran : Kuning Arti : Bintang persegi lima lebih dikenal sebagai bintang Yakub, dalam hal ini menunjuk pada terbitnya bintang dari keturunan Yakub (Bilangan 24:17). Di kemudian hari hal ini dimanifestasikan lewat kelahiran YESUS KRISTUS yang ditandai pula dengan munculnya/terbitnya bintang di Timur (Matius 2:1-2). Bintang ini pula yang menunjuk pada penampakan kemuliaan YESUS KRISTUS bagi umat manusia. PRAKATA Jemaat yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS, Pelayan Firman beserta Penatua dan Diaken bertugas mengucapkan selamat datang dan selamat beribadah kepada Jemaat yang baru pertamakali beribadah maupun jemaat GPIB ”Galilea” Cilacap pada Ibadah MINGGU IV sesudah EPIFANIA . Tema pada ibadah minggu ini adalah: Ada Penampakkan Kemuliaan, Bersiaplah!. Kiranya Ibadah yang kita lakukan saat ini berkenan dihadapan TUHAN. Pelayanan Pastoral dan Informasi penatalayanan dapat menghubungi : 1. Pdt. Ny. Retno W. Siahaan – Sumaredi, S.Th – Pastori Jl. Pisang Telp. 533040 (HP 081364939244) 2. Penatua atau Diaken yang terdekat dengan domisili Bpk/Ibu/Sdr. 3. Kantor sekretariat setiap hari kerja, HP. 085328337040 (AS) 085747472976 (IM3) Telp.& Fax 0282–542269 Hari Selasa s/d Sabtu = Pukul 08.00 s/d 15.00 wib. Hari Minggu = Pukul 08.00 – 13.00 WIB. Hari Senin = Libur I. BIDANG : IMAN, AJARAN, IBADAH ( IMAJI ) 1. IBADAH MINGGU Unsur Minggu, 29 Januari 2017 Minggu, 05 Februari 2017 Minggu, 12 Februari 2017 NAS PEMBIMBING MATIUS 24 : 30 MATIUS 10 : 27 MATIUS 5 : 16 BERITA ANUGERAH KISAH RASUL 13 : 38 – 39a MAZMUR 32 : 1b – 2 MAZMUR 103 : 8 – 12 PERINTAH HIDUP BARU 1 PETRUS 1 : 13 – 19 2 TIMOTIUS 4 : 1–5 EFESUS 5 : 8 – 16 BACAAN ALKITAB YEHEZKIEL 1 : 1 – 14 LUKAS 8 : 16 – 18 AMSAL 5 : 1 – 14 Pujian Umat KJ. 422 : 1, 2, 3 Menghadap Tuhan KJ. 3 : 1, 2 GB. 12 : 1, 2 KJ. 322 : 1, 2, 3, 4 Menyambut Salam KJ. 40 : 1, 2, 4 GB. 18 : 1, 2, 3 KJ. 140 : 1, 2, 6 Pengakuan Dosa KJ. 33 : 1, 5 GB. 34 : (2x) KJ. 42 Pengampunan Dosa GB. 50 : 1, 2 KJ. 413 : 1, 2, 3 GB. 256 : 1, 2 KJ. 48 GB. 383 GB. 382 : 1, 2, 3, 4 GB. 393 GB. 394 GB. 393 GB. 392a GB. 392b GB. 392b Pernyataan Atas Firman GB. 252 : 1, 2, 4 KJ. 342 : 1, 3 GB. 116 : 1, 2, 3 GB. 389a GB. 389b GB. 389b Pengucapan Syukur GB. 83 : 1, 2, 3 KJ. 403 : 1, 2, 3 GB. 86 : 1, 2, 3, 4 Pengutusan GB. 107 : 1, 2, 5 GB. 121 : 1, 2 KJ. 425 : 1, 2, 3 +1+ 2. PELAYAN FIRMAN dan TUGAS PRESBITER, IBADAH UMUM, Minggu, 29 Januari 2017 TEMA : ADA PENAMPAKAN KEMULIAAN ALLAH, BERSIAPLAH! Gereja Jl.Pisang, Gereja Jl. Rinjani, Gereja Jl.Pisang, Purwokerto, Pel. 06.00 WIB 09.00 WIB 17.00 WIB 09.00 WIB Vik. Yosua Wahyu Pdt. Ny. Retno W. PF Pdt. Em. V. Marpaung Pnt. Lexy D. Korua Anggoro, S.Si. (Teol) Siahaan-Sumaredi, S.Th. P. 1 Pnt. Johanes A. Piay Pnt. Yusuf Jatimulya Pnt. Ny.Warni Situmeang Dkn. Sappe Pakpahan P. 2 Pnt. dr. Naek Siregar Pnt. J.W. Darmono Dkn. Ny. Erma Vinky P. 3 Dkn. Ledrik Sahuburua Pnt. Jerry N. Piay Pnt. Yance Kayadu P. 4 Dkn. Jesaya Pelupessy Dkn. Antonius Slamet Dkn. M. Taralalu P. 5 Pnt.M. Dartam Harsono Dkn. Frans E. Fere Dkn. P. Manalu P. 6 Dkn. E. Jakub Warella Pnt. W. Leiweakabessy Dkn. Adrians Wattiheluw P. 7 Pnt. Ir. Y.I.M. Nababan Pnt. Risna P. Bone Dkn. Ny. Yosanthy Louis P. 8 Pnt. David Y. Nisnoni Dkn. Derald Gaspersz Organis Adik. Ririn Siahaan Ibu Sandra Lumba Adik Ririn Siahaan Bpk. David Siahaan & Kantoria PS. Pelkat PT Bpk. David Siahaan Bpk. Yoyo Latupeirissa Isi Pujian Multimedia Sdr. Vega Baloto Bpk. Tonny Itran Sdri. Meli Nongkang 3 . JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER, pada IBADAH UMUM, Minggu, 05 Februari 2017 TEMA : BERITAKAN! JANGAN SEMBUNYIKAN! Gereja Jl.Pisang, Gereja Jl. Rinjani, Gereja Jl.Pisang, Purwokerto, Pel. 06.00 WIB 09.00 WIB 17.00 WIB 09.00 WIB Pdt. Ny. Retno W. PF Dkn. Jesaya Pelupessy Pnt. dr. Naek Siregar Dkn. Derald Gaspersz Siahaan-Sumaredi, S.Th. Pnt. Jerry N. Piay Dkn. Stepanus Kale Organis Bpk. Marzel Sahuburua Ibu Sandra Lumba Adik Noni Siregar Ibu Novi Tetengean & Kantoria PS. Naviri Daud PS. Pelkat GP Ibu Yefta Djawamata Isi Pujian Multimedia Sdri. Imelda Natalia Sdr. Roy Pasaribu Sdri. Mitariana IBADAH KELUARGA, RABU, 01 Februari 2017 TEMA : DIAM, DENGAR, HAYATI” (YEHEZKIEL 3 : 22 – 27) SEK. PKL. KELUARGA ALAMAT PELAYAN FIRMAN PF. : Pnt. Yusuf Jatimulya I 18.00 GEDUNG GEREJA Jl. Pisang PD. : Pnt. David Y. Nisnoni PS. : Dkn. Derald Gaspersz PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th. II 18.00 KEL. Ibu SUHARSINI Jl. Tidar No. 75B PD. : Pnt. W. Leiwakabessy PS. : Dkn. Antonius Slamet PF. : Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si. Jl. Dr. Sutomo No. III 18.00 KEL. Bpk. A. SITUMEANG PD. : Pnt. Risna P. Bone 60 PS. : Dkn. M. Taralalu PF. : Dkn. E. Jakub Warella IV 18.00 GEDUNG PELKAT Jl. Rinjani PD. : Pnt. P. Sihombing PS. : Dkn. Ny. Erma Vinky 5. KELAS KETEKISASI Kelas Katekisasi Tahun Ajaran 2016 – 2017 dilaksanakan setiap hari : dimulai kembali pada hari Kamis, tgl 19 Januari 2017 untuk Katekisasi Khusus, Katekisasi Reguler dimulai pada hari Minggu, 22 Januari 2017, setelah Ibadah Minggu. NO NAMA SEKTOR PUKUL KETERANGAN I Mahlige Intan Puspitasari 11.00 WIB Setiap Minggu 2 Natalia Meliani Sukandar I 11.00 WIB Setiap hari Minggu 3 Michael Jackson E. Lomboan III 11.00 WIB Setiap hari Minggu 4 Retno Tri Setiyowati I 11.00 WIB Setiap Minggu 5 Devita Maharani IV 10.00 WIB Katekisasi Khusus setiap hari Kamis 4. +2+ 6. IBADAH PENGUCAPAN SYUKUR Kel. Bpk.M. DARTAM HARSONO, mengundang segenap Warga Jemaat Sektor Pelayanan I sampai dengan Sektor Pelayanan IV untuk hadir dalam Ibadah Pengucapan Syukur pada hari Senin, 06 Februari 2017 pukul 18.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. 7. JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH KELUARGA, Rabu, 08 Februari 2017 TEMA : PERGILAH DENGAN SELAMAT ( LUKAS 8 : 43 – 48 ) Pel. SEKTOR I SEKTOR II SEKTOR III SEKTOR IV PF Pnt. David Y. Nisnoni Dkn. Sappe Pakpahan Pnt. Ny. Warni Situmeang Pnt. Lexy D. Korua PD Pnt. Johanes A. Piay Pnt. Yance Kayadu Dkn. Ny. Yosanthy Louis Dkn. Stepanus Kale PS Dkn. E. Jakub Warella Dkn. Ledrik Sahuburua Dkn. P. Manalu Dkn. Sappe Pakpahan 8. IBADAH PELKAT PA & PT. Hari/Tanggal Pukul PA GEDUNG PELKAT JL. RINJANI Minggu, Kelas Indria : Kak Dora & Kak Meli 09.00 29.01.2017 Kls. Kecil : Kak Sandra Besar : Dkn. Ny. Yosanthy Louis GEDUNG PELKAT JL. RINJANI Minggu, Kelas Indria : Vik Yosua & Kak Roosye 09.00 05.02.2017 Kls. Kecil : Ibu Ketty Manabung Besar : Dkn. Jesaya Pelupessy 10. PT Kelas EKA & DWI PF. : Ibu Mieke Marpaung PD. : Organis : Kelas EKA & DWI PF. : Sdr. Garry Sapulette PD. : Organis : JADWAL ORGANIS / PROKANTOR / KANTORIA.& PADUAN SUARA 12 Feb 2017 Organis Katoria Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 WIB Bpk. Marzel Sahuburua Bpk. Marzel Sahuburua Sdri. Yoan Piay & PS. Pelkat PKP Sdr. Garry Sapulette Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB Sdr. Richard Sugiharto Bpk. Yoyo Latupeirissa & Bpk. David Siahaan Isi Pujian 11. JADWAL TUGAS MULTIMEDIA MINGGU Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB 12 Feb 2017 Bpk. Tonny Itran 19 Feb 2017 Ibu Reta Budianto 26 Feb 2017 Sdri. Meli Nongkang 05 Maret 2017 Sdri. Mitariana 12 Maret 2017 Sdr. Vega Baloto Gereja Jl. Rinjani, 09.00 Sdr. Sadrakh Piay Sdri. Imelda Natalia Bpk. Tony Itran Sdr. Pascal Ibu Reta Budianto Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Vega Baloto Sdr. Roy Pasaribu Sdr. Sadrakh Piay Sdri. Meli Nongkang 12. PERSIAPAN KANTORIA Persiapan Organis & Kantoria yang bertugas hari Minggu dilaksanakan setiap hari Sabtu Pukul 18.00 wib di Gereja Jl. Rinjani. Atas perhatian dan kehadirannya diucapkan terimakasih. 13. LATIHAN PADUAN SUARA Latihan Paduan Suara Jemaat dilaksanakan setiap hari Senin, pukul 18.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. Latihan Paduan Suara Pelkat PKP dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 16.30 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. II. BIDANG : PELAYANAN dan KESAKSIAN (PELKES) – LINGKUNGAN HIDUP 1. INFORMASI PELAYANAN ORANG SAKIT / KEDUKAAN Apabila Bapak / Ibu / Saudara memerlukan pelayanan Diakonia dapat menghubungi Pengurus Komisi PELKES / Diakonia & KORSEK nya masing – masing tersebut dibawah ini : NO SEKTOR NAMA NO. TELP. 1 I - Dkn. ELIZA JAKUB WARELLA ( KORSEK) 081215739174 2 II - Dkn. FRANS E. FERE (KORSEK) 085225631467 3 III - Pnt. Ny. WARNI E. SITUMEANG (KORSEK) 537361 / 085227059166 4 IV - Dkn. ADRIANS L. WATTIHELUW 08157609137 +3+ 2. DIAKONIA GEREJA Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang berhak menerima Bingkisan Diakonia Gereja dimohon kehadirannya dalam Ibadah bersama Komisi Diakonia pada hari Senin, 30 Januari 2017 pukul 16.00 WIB bertempat di Gereja Jl. Pisang. PF. : Pnt. P. Sihombing III. BIDANG : GEREJA MASYARAKAT dan AGAMA (GERMASA) 1. NO TELPON PENTING NO NAMA INSTANSI NO. TELP 1 RUMAH SAKIT SANTA MARIA 0282 – 534859 2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 0282 – 533010 3 RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH 0282 – 542396, 0282 – 541065, 0282 – 540422 4 POLRES 0282 – 541102, 0282 – 533699, 0282 – 542157 5 PALANG MERAH INDONESIA 0282 – 542201 6 PEMADAM KEBAKARAN SENTRAL 113 – (0282 – 537413) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI BENCANA 0282 - 537155 7 AMBULANCE 118 8 RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP 0282 - 533276 9 RUMAH SAKIT APRILIA 0282 – 536307 IV. BIDANG : PEMBINAAN dan PENGEMBANGAN SDI (PPSDI) V. BIDANG : PELAYANAN KATEGORIAL (PELKAT) 1. JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH PELKAT, Kamis, 09 Februari 2017 TEMA : JANGAN TAKUT PERCAYA SAJA ( LUKAS 8 : 49 – 53 ) Pel. PKP Wil I + PKB PKP Wil II PKB GP (Jum’at, 10.02.17) BA : 2 KORINTUS 8 : 6 - 15 PF Pdt. Em. V. Marpaung Dkn. M. Taralalu GABUNG DENGAN PKP Pnt. P. Sihombing Ibu Endang Pelupessy Ibu Norma Wenas WIL. I Sdri. Imelda Natalia 2. IBADAH PELKAT PELKAT Hari/Tanggal Pukul TEMPAT GEDUNG PELKAT JL. RINJANI Jum’at, GP 19.00 PF. : Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si (Teol ) 03.02.2017 PD. : Sdr. Sadrakh Piay Di Rumah Ibu IRA BARUS PKP Wil. I + II Komperta Lomanis No. 83A GABUNGAN : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th 16.00 PF. PD. : Ibu Novi Tetengean Kamis, 02.02.2017 Di Rumah Bpk. HENCE WAISAPY Jl. Sindoro No. 29 PKB 19.00 PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th PD. : Dkn. Sappe Pakpahan PD VI. BIDANG : INFORMASI ORGANISASI dan KOMUNIKASI (INFORKOM ) 1. PERSIAPAN PRESBITER Persiapan Presbiter pukul 18.00 WIB dilaksanakan setiap hari Selasa, bertempat di Konsistori Gereja Jl. Rinjani. (Bacaan Alkitab Hari Rabu, 08 Februari 2017 dari LUKAS 8 : 43 - 48 Hari Kamis, 09 Februari 2017 LUKAS 8 : 49 - 53 Jum’at, 10 Februari 2017 dari 2 KORINTUS 8 : 6 - 15 ). 2. RAPAT PHMJ Rapat PHMJ dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 10.00 WIB di Ruang Rapat Jl. Rinjani. 3. PERSIAPAN PELAYAN PA Persiapan Pelayan Pelkat PA dilaksanakan setiap hari Minggu, pukul 10.30 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PA untuk hadir dalam Persiapan. 4. PERSIAPAN PELAYAN PT Persiapan Pelayan Pelkat PT dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 19.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PT untuk hadir dalam Persiapan. 5. KOTAK PERSEMBAHAN KHUSUS Pukul 06.00 & Pukul 17.00 WIB di Gereja Jl. Pisang untuk Panitia Persidangan MUPEL Jateng – DIY. +4+ 6. PINDAH GEREJA Berdasarkan permintaan sendiri Ibu dan Bapak YOHANES SARTRONO pindah ke GKJ Jl. Dr. Wahidin Cilacap. Tuhan memberkati dimanpun kita bersekutu. 7. JANJI IMAN Program Kerja Tahun Pelayanan 2016 – 2017, telah disahkan dalam Sidang Majelis Jemaat pada tanggal 05 April 2016 maka berdasarkan Proker tersebut Majelis Jemaat mohon peran serta Jemaat untuk mendukung Program Bidang PEG yaitu : Proker PEG 4014.02 tentang Kartu Janji Iman untuk Penggantian Lantai Gereja Jl. Rinjani. Proker PEG 8114.02 tentang Dana untuk Pengadaan Mobil melalui Kotak Khusus. 8. PRESBITER YANG IJIN Daftar nama Presbiter yang Ijin Ke Luar Kota pada Minggu ini NO NAMA TANGGAL KETERANGAN 1 Dkn. Ny. Nelly Sunaryo Nov- Des Yogyakarta 2 Pnt. T. Sihombing Jakarta 3 Pnt. Irianto Sjioen 4 Dkn. Stepanus Kale 28 -29 Feb Tasikmalaya 9. JADWAL PERSIAPAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TAHUN 2017 - 2018 NO BIDANG WAKTU TANGGAL TEMPAT 1 TEOLOGI PKL. 17.00 WIB Senin, 30.01.2017 Konsistori Jl. Rinjani 2 PPSDI, KOM. MUGER PKL. 17.00 WIB Jum’at, 03.02.2017 Konsistori Jl. Rinjani 3 PELKAT PKL. 17.00 WIB Sabtu, 04.02.2017 Konsistori Jl. Rinjani 4 INFORKOM & LITBANG PKL. 18.00 WIB Sabtu, 04.02.2017 Ruang PHMJ Jl. Rinjani 5 PERTEMUAN WARGA SIDI PKL. 18.00 WIB Rabu, 15.02.2017 Tiap-tiap Sektor 10. PERMOHONAN PARTISIPASI JEMAAT Panitia Sidang Tahunan MUPEL Jateng – DIY 2017 mengajak Warga Jemaat yang terpanggil untuk mensukseskan kegiatan tersebut, dengan menjadi donatur / sponsor yang akan ditampilkan dalam Buku Acara ( ± 100 Eks ), dalam bentuk “Ucapan Selamat Bersidang” Adapun biaya donasi yang kami berikan adalah sebagai berikut : 1 Halaman Full Rp. 1.000.000, ½ Halaman Rp. 500.000, ¼ Halaman Rp. 250.000,Ucapan yang diberikan dapat menggunakan nama pribadi, Keluarga, Instansi, atau badan Usaha. Dapat juga mencantumkan foto/ brosur yang diinginkan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ibu Lilian Limena (082 117 315 279) atau Ibu Ketty Manabung (081 390 682 777). Atas perhatian dan bantuannya kami haturkan terimakasih. VII. BIDANG : PENELITIAN dan PENGEMBANGAN (LITBANG) 1. TINGKAT KEHADIRAN JEMAAT PADA IBADAH JML. HADIR SEK / NO KEGIATAN HARI / TGL TEMPAT PELKAT MJ P W A Jml 1 Ibadah Umum Minggu, 22.01.2017 Gereja Jl. Pisang (06.00) 3 11 18 32 Gereja Jl. Rinjani (09.00) 9 74 84 6 173 Gereja Jl. Pisang (17.00) 4 13 23 40 Purwokerto 2 3 6 1 12 2 Ibadah Pembukaan I – IV Rabu, 25.01.2017 Gedung Pelkat 14 39 47 11 111 3 Ibadah Pelkat PA Minggu, 22.01.2017 Gedung Pelkat 7 45 52 PT Ruang PT 9 13 22 4 Ibdh Perayaan Natal PT Sabtu, 21.01.2017 Gedung Pelkat 23 VIII. BIDANG : DAYA dan DANA 1. PERBENDAHARAAN MAJELIS JEMAAT 1.1 PEMBANGUNAN EKONOMI GEREJA (PEG) 1.2 Bagi Warga Jemaat maupun Jemaat Tamu, apabila berkerinduan memberikan sumbangan untuk pelayanan dapat melalui rekening BCA : - DANA RUTIN : 0962073423 a.n. YOSANTHY DESIRA SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI - DANA PEMELIHARAAN : 0962073326 a.n. YOSANTHY D. SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI 1.5. UCAPAN TERIMA KASIH Terpujilah Tuhan untuk segala persembahan jemaat. Kiranya Tuhan memberkati dan melimpahkan berkat dalam kehidupan segenap warga jemaat. +5+ IX. BIDANG : UMUM 1. DUKUNGAN DOA 1.1 JEMAAT YANG SAKIT : Bpk. Ir. SARTONO Bpk. S. HARIANDJA Pnt. M. DARTAM HARSONO Ibu FEMMY PELUPESSY Ibu RINNI ITRAN Bpk. J.A. GASPERSZ 1.2 - Sektor III Dalam Proses Penyembuhan Sektor I di Rumah Sektor I Dalam Proses Penyembuhan Sektor II dalam Proses Penyembuhan Sektor II dalam Proses Penyembuhan Sektor I dalam Proses Penyembuhan DOA SUBUH: M AJELIS JEMAAT MENGUNDANG SETIAP JEMAAT YANG TERPANGGIL UNTUK BERDOA BERSAMA DALAM DOA S UBUH YANG DIADAKAN SETIAP HARI : 1. SENIN, 30 JANUARI 2017 PUKUL 05.00 WIB DI G EREJA JL. P ISANG. YANG MEMIMPIN DKN. ANTONIUS S LAMET 2. SABTU, 04 F EBRUARI 2017 PUKUL 05.00 WIB DI G EREJA J L. R INJANI YANG MEMIMPIN P DT. NY . R ETNO W. S IAHAAN -S UMAREDI, S.TH . 1 2 3 4 5 6 7 8 4. SELAMAT ULANG TAHUN 2.1 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kelahiran bagi : Ibu ANRIA RISMA SARI SILITONGA – SINAGA 30 Jan Sektor IV Bpk. G. SAHERTIAN 31 Jan Sektor I Adik ELLYA CLEMENT FRITZIAN 31 Jan Sektor I Anak Kel. Robert Fritzian Adik GRACE VALERIJN WATTIHELUW 02 Feb Sektor IV Anak Kel. Adrians Wattiheluw Ibu Rr. IDA FITRIA WAHYUNINGSIH PIAY 03 Feb Sektor II Ibu YOAN ANCELIN ROBERT 03 Feb Sektor I Ibu ELIZABETH PIAY 04 Feb Sektor I Ibu NEVI FOURINDA SAMINGUN-HERUTOYO 04 Feb Sektor II 1 2.2 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Perkawinan bagi : KEL. Bpk. dr. NAEK SIREGAR & Ibu dr. YOHANA SITOMPUL 04 Feb Sektor IV Demikian Warta Jemaat, atas perhatian jemaat diucapkan terimakasih. Tuhan memberkati. Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th. Ketua Pnt. H. Yance Kayadu Sekretaris WJ Jan HYK / rnt Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan cetak dan lain-lain. Terimakasih atas koreksi dalam penulisan Warta Jemaat ini +6+ 38 Tahun BAGIAN 2 RESUME BUKU 6 (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL : Pembaruan Sebagai “Imperatif” Teologis: Wacana Seputar Teologi, Ekklesiologi, dan Misiologi Kontekstual PENULIS : John C. Simon TAHUN TERBIT : 2015 PENERBIT : PT Kanisius TEBAL : 358 + xxv hlm. Lebih jauh disampaikan bahwa perlu dikembangkannya sebuah ekklesiologi berbasis komunitas. Gereja merupakan komunitas etis yang penuh dengan belarasa terhadap yang lain dan menghidupi spiritualitas liberatif. Artinya gereja merupakan bagian dari mereka yang menderita karena konflik, menderita karena miskin, atau menderita karena mengalami ketidak-adilan. Karena itu, gereja perlu mengambil sikap yang jelas dalam konteks ini, yaitu gereja hadir untuk dan bersama-sama dengan mereka yang miskin dan menderita (preferential option for and with the poor and the opressed). Gereja tidak bisa hanya diam dan seolah menunjukkan netralitasnya. Dengan mengutip Mangunwijaya dikatakan bahwa “orang beriman dalam berhadapan dengan penderitaan tidak boleh netral. Iman adalah memilih”. (hlm 256-257). Dan gereja harus memilih membela dan bersama mereka yang menderita. Dalam konteks keberagaman suku, budaya, nilai, dan agama di Indonesia, gereja harus menjadi bagian dari komunitas basis antar-manusia (Basic Human Community). Gereja-gereja di Indonesia juga harus memiliki solidaritas yang tak terbatas (unlimited solidarity), artinya tidak membatasi solidaritas hanya dalam hal kesamaan suku, aliran (denominasi), kepentingan, historis, atau agama. Dalam konteks kerusakan ekologis, dengan mengutip Banawiratma, Simon menyajikan bahwa gereja merupakan bagian dari “komunitas biotis”, di mana alam dan manusia saling “mengada” satu sama lain, saling ketergantungan dan tidak bisa dipisahkan, yang satu (harusnya) tidak bisa hidup tanpa yang lain (hlm 351). Dengan cara demikianlah diharapkan krisis yang umum dialami gereja-gereja di Indonesia, dengan mengutip Eka Dharmaputera, yaitu mengalami “insignifikansi internal dan irrelevansi internal” bisa diatasi. Kehadiran gereja sebagai bagian tak terpisahkan dari komunitas kristiani, komunitas etis, komunitas antar manusia (basic human community), dan bahkan komunitas biotis di bumi inilah yang membuatnya mampu vital dan menarik, signifikan ke dalam dan relevan keluar: kontekstual. Dalam hal misiologi gereja perlu menghidupi pemahaman misiologi yang jauh dari sikap mendominasi, anti budaya, anti agama non Kristen termasuk (atau terutama?) Islam, dan juga yang bersifat ghetto atau tertutup dan eksklusif. Konsep misiologi yang beranggapan bahwa agama Kristen (Barat) adalah satu-satunya agama paling benar mengatasi segala budaya dan agama perlu ditinggalkan. Mengapa? Karena konsep misiologi seperti itu adalah konsep misi peninggalan Barat zaman dulu yang sudah tidak tepat lagi dalam konteks Indonesia saat ini. Gereja (agama) yang seperti itu hanyalah menjadi patologi (penyakit) bagi kehidupan, karena konsep itu menolak eksistensi “yang lain” dalam konteks-konteks kecil (hlm 187). Akhirnya misi gereja pun gagal untuk menjawab pergumulaan dan tantangan riil yang ada di sekitarnya. -----------Bersambung---------- RESUME BUKU 6 (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL : Pembaruan Sebagai “Imperatif” Teologis: Wacana Seputar Teologi, Ekklesiologi, dan Misiologi Kontekstual PENULIS : John C. Simon TAHUN TERBIT : 2015 PENERBIT : PT Kanisius TEBAL : 358 + xxv hlm. Buku ini merupakan sebuah antologi (kumpulan tulisan) seorang teolog-pendeta GPIB: John Christianto Simon. Total ada 10 tulisan dengan berbagai topik teologi, mulai dari Pembangunan Jemaat, konsep Trinitas, filsafat dan hermeneutik, konflik sosial-budaya, hingga persoalan ekologi. Sekalipun terkesan sangat beragam, namun sesungguhnya seluruh tulisannya dapat terangkum dalam 1 kata: kontekstual. Artinya tulisan-tulisannya selalu berangkat dari permasalahan riil yang terjadi dalam konteks Asia, konteks Indonesia, bahkan dalam kontekskonteks yang lebih sempit seperti Sampit dan Sambas di Kalimantan. Persoalan konteks seperti apa yang menjadi pergumulan? Antara lain kemajemukan agama dan budaya, modernitas dan globalisasi, konflik sosial, kerusakan ekologi, hingga ketidak-adilan dan kemiskinan. Sebagaimana judul dari buku ini, Simon mengajak pembaca untuk mampu berteologi, bermisi, dan bergereja secara “baru”. Pembaruan adalah sebuah imperatif, sebuah keharusan dan kepastian. Dari sini terlihat bahwa dengan adanya “pembaruan” itulah maka wacana teologi, ekklesiologi, dan misiologi yang diajukan menjadi “kontekstual”. Di sini kita tidak akan membahas ke 10 tulisan itu satu per-satu, namun kita akan membahasnya dalam 3 “kamar”: teologi, ekkesiologi, dan misiologi. Dalam hal teologi kontekstual yang ia wacanakan, Simon menegaskan bahwa wacana teologi yang dibangun haruslah teologi yang jauh dari idea totalitas, yaitu teologi yang bersifat tertutup terhadap yang lain, tidak toleran terhadap agama lain, dan menempatkan pemahaman teologi itu sebagai kebenaran yang sempurna dan mencakup semua serta bersifat universal (hlm 85, 169). Dengan demikian gambaran tentang Allah dan Yesus yang dihidupi juga harus dibaharui. Dalam konteks perang dan konflik misalnya, gambaran tentang Allah yang bersifat totaliter dan memimpin perang sehingga tak segansegan menghancurkan musuh-musuhNya perlu dipikirkan kembali (hlm 248). Dalam konteks penderitaan misalnya, tidak cukup hanya menghidupi gambaran Allah yang menolong orang yang menderita, namun perlu dikembangkan lebih jauh menjadi Allah yang ikut menderita bersama para korban. Teks Matius 25:31-36 bisa menjadi rujukan (hlm 247). Gambaran Allah yang lebih ramah dan rendah hati untuk terbuka konteks dan nilai-nilai serta religiositas lokal, dan solider serta bersahabat terhadap manusia dan ciptaan harus dikembangkan. Bahkan kita juga perlu menghidupi pemahaman mengenai Allah yang hadir dalam diri “yang lain”, yaitu mereka yang miskin dan tertindas, mereka yang berbeda agama dan budaya dari kita, bahkan hewan, tumbuhan, dan segenap ciptaan nonmanusia. (hlm 100). Dengan demikianlah teologi yang kontekstual itu dikembangkan. Dalam hal ekklesiologi, dengan meminjam istilah Jan Hendriks dalam bidang Pembangunan Jemaat, gereja perlu menjadi “vital dan menarik”, yaitu: (1) gereja dengan konsepsi identitas yang jelas, (2) gereja dengan tujuan dan tugas yang konkret, (3) gereja dengan kepemimpinan yang melayani (bottom-up) bukan yang bersifat komando (top-down), (4) gereja dengan iklim yang membangkitkan semangat dan menghargai keberagaman (pluriformitas), dan (5) gereja dengan struktur yang terbuka, demokratis, anti kemapanan (status quo), dan tidak bermental borjuis (hlm 14-23). -----------Bersambung---------- Adik GRACE LOUIS 1. Menghadap Tuhan : KJ. 10 : 1, 2 2. Menyambut Salam : GB. 240 : 1, 3 3. Doa Pengakuan Dosa : KJ. 44 4. Setelah Doa Pengakuan Dosa : GB. 29 : 1 5. Berita Anugerah : GB. 40 : 1, 2 6. Perintan Hidup Baru : GB. 382 7. Setelah Doa Mohon Bimbingan Roh Kudus : GB. 393 8. Setelah Pembacaan Firman : GB. 392b 9. Jawaban Umat setelah Khotbah : GB. 245 : 1, 2 10. Doxologi : GB. 389a 11. Persembahan : GB. 86 : 1, 2, 3 12. Pengutusan : KJ. 376 : 1, 4 +7+ Adik GRACE WATTIHELUW 1. Menghadap Tuhan : GB. 3 : 1, 2, 3, 4 2. Menyambut Salam : KJ. 38 : 1, 2 3. Doa Pengakuan Dosa : KJ. 43 4. Setelah Doa Pengakuan Dosa : GB. 34 : 1 5. Berita Anugerah : GB. 39 : 1, 2 6. Perintan Hidup Baru : KJ. 48 7. Setelah Doa Mohon Bimbingan Roh Kudus : GB. 393 8. Setelah Pembacaan Firman : GB. 392a 9. Jawaban Umat setelah Khotbah : GB. 257 : 1, 2 10. Doxologi : GB. 389a 11. Persembahan : KJ. 298 : 1, 2, 3 12. Pengutusan : KJ. 415 : 1, 2 JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL RESUME BUKU (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) : Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia : Widi Artanto : 2008 (Edisi Revisi) : Taman Pustaka Kristen : 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka) Buku ini berangkat dari adanya kegelisahan penulis (Widi Artanto) karena adanya krisis mengenai pemahaman misi. Krisis itu dihadapi oleh gereja-gereja seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Gereja-gereja di Indonesia, misalnya, sering menggunakan istilah “Gereja Misioner” dalam berbagai kesempatan, namun pengertian dan implementasinya seringkali tidak jelas dan bahkan tidak relevan dengan pergumulan konteks Indonesia saat ini. Krisis dalam misi itu terjadi diantaranya karena zaman dan budaya yang juga berubah, baik global maupun lokal. Krisis itu bahkan juga terjadi dari dalam diri gereja sendiri, diantaranya adalah pemahaman sempit akan Matius 28:18-20 yang dilihat sebagai misi untuk mempertobatkan jiwa; keengganan gereja untuk melakukan misi/karya yang menyentuh aspek sosial, ekonomi, atau politik; juga misi yang berfokus pada pertambahan anggota gereja, baik dari orang Kristen ataupun non-Kristen. Maka itulah buku ini berusaha menjernihkan kembali bagaimana “misi” itu harus dipahami dalam konteks Indonesia saat ini, dan bagaimana pelaksanaan misi yang bisa dilakukan yang sesuai dengan pemahaman itu. Karena ini pula penulis menyajikan adanya perubahan paradigma misi (cara pandang yang mempengaruhi pemahaman tentang misi) di sepanjang sejarah kekristenan. Adapun paradigma misi dari masa ke masa itu adalah: 1) Paradigma Misi Apokaliptik dari gereja mula-mula; 2) Paradigma Misi Helenistik dari periode bapa-bapa gereja (patristik); 3) Paradigma Misi Gereja Katholik pada Abad-abad Pertengahan; 4) Paradigma Misi Reformasi Protestan; 5) Paradigma Misi Zaman Pencerahan; dan 6) Paradigma Misi Ekumenis, yang menjadi paradigma dalam kehidupan manusia (gereja) saat ini, karena paradigma misi inilah yang paling relevan untuk saat ini. Penulis kemudian mengajak pembaca melihat kembali akan kecenderungan misi di Asia secara umum. kecenderungan misi gereja di Asia yang hanya mewarisi pemahaman dan tradisi Gereja Barat masa lampau tidaklah lagi relevan. Misi gereja Asia harus bisa dihidupi dalam konteks kepelbagaian budaya dan agama, serta konteks kemiskinan yang parah di Asia, termasuk Indonesia. Dari hasil gumul dan analisis akan paradigma misi ekumenis dan misi dalam konteks Asia itu, penulis menyajikan 5 tema dan corak misi yang bisa digunakan dalam konteks Indonesia. Kelimanya adalah: 1) Misi Penciptaan; 2) Misi Pembebasan (Exodus); 3) Misi Kehambaan; 4) Misi Rekonsiliasi; dan 5) Misi Kerajaan Allah. Kelima misi ini sesungguhnya bermuara kepada Misi Allah (Missio Dei). Maka itu Gereja Misioner dalam konteks Indonesia adalah gereja yang mewujudkan, mengimplementasikan, dan menghidupi kelima tema dan corak misi itu. Bersambung..... RESUME BUKU (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL : Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia PENULIS : Widi Artanto TAHUN TERBIT : 2008 (Edisi Revisi) PENERBIT : Taman Pustaka Kristen TEBAL : 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka) Pertama, Misi Penciptaan. Gereja (dan orang-orangnya) di Indonesia terpanggil untuk aktif terlibat memelihara dan melestarikan keutuhan seluruh ciptaan, baik lingkungan hidup, tumbuhan dan hewan, juga manusia dalam bentuk nilai-nilai filosofis dan kebudayaan tradisional. Gereja turut memikirkan dan terlibat dalam pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia. Kedua, Misi Pembebasan. Gereja (dan orang-orangnya), dengan terbuka terhadap kelompokkelompok dan lembaga-lembaga kemanusiaan di luar gereja, turut hadir dan ikut berjuang bagi kemanusiaan yang tertindas oleh ketidakadilan, kemiskinan, juga pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Gereja perlu mengambil sikap untuk berpihak kepada mereka yang miskin dan tertindas, karena mereka terlalu lemah dan tak berdaya untuk membela diri sendiri. Ketiga, Misi Kehambaan. Gereja (dan orang-orangnya) perlu menghidupi dirinya dengan pemahaman bahwa ia adalah hamba Allah di dunia. Maka itu ia hadir untuk melayani dan memberi diri bagi Allah dan dunia di mana dia hidup. Gereja tidak boleh terjebak dengan melihat dirinya terlalu tinggi sebagai “sumber otoritas Kristus” sehingga semua yang ada di luar harus tunduk kepadanya. Gereja harus mampu hidup dalam kesederhanaan, baik dalam struktur atau gaya hidup yang jauh dari kemewahan dan hedonisme, dan juga rendah hati dan terbuka untuk mendengarkan orang-orang lain termasuk mereka yang berbeda iman. Keempat, Misi Rekonsiliasi. Misi ini sangat terkait erat dengan adanya pendamaian dan pemulihan relasi, baik antar manusia maupun antara manusia dengan Allah. Maka itu gereja (dan orang-orangnya) harus mengalami pertobatan dan pemulihan relasi (rekonsiliasi) dengan Allah, yang tercermin dalam kehadirannya yang tidak menebar benci dan menggunakan kekerasan, namun justru hadir untuk membawa kedamaian dan cinta kasih. Di segi internal, gereja yang menjalankan Misi Rekonsiliasi tidak boleh terpecah-pecah karena adanya kepentingan atau perebutan kekuasaan. Dalam konteks kehidupan inter-religius, gereja dipanggil untuk melaksanakan dialog dengan umat berbeda iman, baik dialog dalam hidup sehari-hari, dialog teologis, dan dialog dalam aksi. Kelima, Misi Kerajaan Allah. Gereja (dan orang-orangnya) harus menyadari bahwa Kerajaan Allah bukanlah dari dan untuk persekutuan Kristen saja. Ketika gereja mengimani bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi, maka semua makhluk dan kelompok manusia yang ada di bumi adalah bagian sesama rekan untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Gereja tidak boleh terjebak dalam egosentrisme dengan klaim bahwa hanya gerejalah satu-satunya umat pilihan Allah di dunia ini. Maka itu gereja harus bisa menghadirkan dan menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu perdamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan. Gereja juga harus bisa membuka diri kepada sesama rekan dan kelompok di luar dirinya yang berbeda, termasuk berbeda iman. Gereja juga bisa membuka dan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk terlibat langsung dalam isu-isu aktual masyarakat dan berusaha menghadirkan tanda-tanda Kerajaaan Allah di sana. Menjadi penting untuk diperhatikan adalah bahwa kelima corak misi itu sangat tergantung kepada partisipasi dan peranan warga jemaat untuk mewujudkannya, baik dalam hidup pribadi ataupun melalui lembaga gereja. Hingga akhirnya upaya untuk mewujudkan Gereja Indonesia yang misioner itu bisa terwujud. Bersambung...... RESUME BUKU JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) : Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia : Widi Artanto : 2008 (Edisi Revisi) : Taman Pustaka Kristen : 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka) Tanggapan terhadap Pemikiran Widi Artanto Tulisan Artanto sebagaimana yang dipaparkan dalam bukunya menunjukkan adanya keprihatinan sekaligus kerinduan yang besar agar Gereja(-gereja) di Indonesia bisa sungguhsungguh hadir dan memberi dampak positif yang relevan bagi kehidupan di Indonesia. Kerinduan dan harapan itu bisa lahir karena adanya kepekaan dan kejelian Artanto dalam melihat realita bahwa sejak dalam pemahaman konseptual mengenai misi saja, gereja-gereja sering “salah kaprah” dan tidak jelas. Pemahaman yang salah kaprah dan tidak jelas mengenai “misi” atau “misioner” itu tercermin dan berdampak dalam implementasi karya misi gereja yang seringkali juga tidak jelas dan salah kaprah, dalam artian tidak tepat dan tidak relevan dengan konteks Indonesia. Oleh sebab itu sejak awal Artanto menawarkan agar gereja-gereja menjernihkan kembali pengertian dan pemahaman mengenai “misi” atau “misioner” itu, yang bisa kita lihat dalam buku ini. Hasil refleksi dan analisisnya menurut saya sangat luar biasa. Kelima tema atau corak misi yang ia ajukan (Misi Penciptaan, Misi Pembebasan, Misi Kehambaan, Misi Rekonsiliasi, dan Misi Kerajaan Allah) adalah corak misi yang berusaha menjawab pergumulan konteks kepelbagaian dan kemiskinan di Indonesia secara riil, bahkan melampaui lebih dari itu. Kelima corak misi itu bahkan berhasil menyentuh isu-isu aktual di Indonesia seperti lingkungan hidup, pembangunan nasional, juga penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Pemaparannya juga tidak sekedar konsep, namun ada upaya menunjukkan contoh aplikasi konkret, misalnya dengan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengatasi isu sosial dan lingkungan hidup. Meskipun hal teknis secara detil tentunya masih perlu dikembangkan lagi oleh gereja. Pemaparan Artanto secara umum ini sesungguhnya mengingatkan kembali akan konsep Pembangunan Jemaat Misioner yang digagas oleh D. R. Maitimoe lebih kurang 2 dekade sebelum Artanto. 1 Dalam konsep yang ia kembangkan, Maitimoe sangat menekankan pentingnya: (1) peranan dan gerakan gereja untuk mengabarkan Injil yang melampaui tembok gereja dan menjangkau kemana saja dan kepada siapa saja (Yunani: ta panta); dan (2) partisipasi warga jemaat sebagai ujung tombak kehidupan gereja yang misioner, baik dalam wadah kategorinya maupun secara fungsional. Dari sini terlihat bagaimana “ide dasar” misioner yang dipaparkan Maitimoe itu juga ada pada Artanto. Hanya saja memang pemaparan Artanto lebih komprehensif, luas, dan aplikatif untuk konteks saat ini. Ini tercermin dari adanya perhatian akan konteks kerusakan alam atau juga penegakan HAM, sesuatu yang tidak disinggung sama sekali oleh Maitimoe. Hal ini tentunya wajar, karena zaman terus bergerak dan berubah sehingga selalu muncul bentukbentuk keprihatian baru, yang tentunya mengarahkan kita untuk selalu terbuka pada segala perubahan atau rekonstruksi konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang kita pegang selama ini. Sumbangsih bagi Kehidupan Gereja saat Ini Pertama, secara mendasar tulisan Artanto ini mengajak kita untuk melihat kembali konsep dan penerapan misi gereja kita selama ini. Apakah kita sering menggunakan istilah “misioner” namun kita sendiri tidak jelas dengan maksudnya? Atau mungkin kita mengartikannya dengan cara lama yang sudah tidak relevan lagi? Apakah kita melihat “misi” sebagai upaya kristenisasi dan memperbanyak jumlah anggota gereja, baik dari dalam maupun luar kekristenan? Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu adalah “ya”, maka kita perlu membaharuinya. Pemaparan Artanto telah menunjukkan bahwa pandangan soal “misi” seperti itu tidak relevan lagi untuk konteks Indonesia saat ini. Jika gereja melakukan hal yang sudah tidak relevan lagi, maka keberadaannya di dunia ini patut dipertimbangkan kembali: untuk apa gereja ada di dunia? Oleh sebab itulah buku ini menolong kita untuk “menjernihkan” kembali pemahaman kita mengenai Gereja Misioner dan bagaimana implementasinya. Kedua, tulisan ini mengingatkan kembali pada gereja dan warganya untuk tidak pasif dan eksklusif di dalam tembok gereja, tapi harus mau keluar dan berpartisipasi aktif di masyarakat luas. Gereja tidak boleh hanya hidup dengan dan untuk diri sendiri. Gereja harus bisa menjalin dialog dengan umat beragama lain, bekerjasama dengan LSM atau Yayasan di luar gereja, bahkan terlibat dengan pemerintah dengan turut membangun bangsa. Dengan cara demikianlah diharapkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu kedamaian, keadilan, dan keutuhan ciptaan, bisa diwujudkan oleh gereja sebagai bagian dari umat Allah di dunia ini. .....Selesai...... WARTA SEKTOR I - IV Rabu, 25 Januari 2017 1. BAGI Bapak / Ibu / Saudara/i yang berhak menerima Bingkisan Diakonia Gereja dimohon kehadirannya dalam Ibadah bersama Komisi Diakonia pada hari Senin, 30 Januari 2017 pukul 16.00 WIB bertempat di Gereja Jl. Rinjani. 2. SIDANG MAJELIS JEMAAT Sehubungan Program Kerja Triwulan III (Oktober – Desember 2016) telah berakhir, maka kami mengundang kehadiran seluruh anggota Majelis Jemaat dan BPPJ GPIB “GALILEA” Cilacap pada : Hari / tanggal : Sabtu, 28 Januari 2017 Waktu : pukul 17.00 WIB Tempat : Ruang Konsistori Gereja Jl. Rinjani Cilacap Acara : Evaluasi Program Kerja Triwulan III Tahun 2016 – 2017 3. Majelis Jemaat mengundang setiap jemaat yang terpanggil untuk berdoa bersama dalam Doa Subuh yang diadakan setiap hari Senin, pukul 05.00 WIB di Gereja Jl. Pisang dan setiap hari Sabtu, pukul 05.00 WIB di Gereja Jl. Rinjani. 4. Ibadah Keluarga Rabu, 01 Februari 2017 pukul 18.00 WIB berdasar Jadwal : Sektor I di Rumah Kel. .................. Sektor II di Rumah Kel. Ibu Suharsini Sektor III di Rumah Kel. ................... Sektor IV di Rumah Kel. .................. RESUME BUKU JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL : MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS : JOHN MANSFORD PRIOR : 1997 : GRASINDO : 312 (dengan lampiran) + xviii Buku ini hadir dari adanya kesadaran mengenai konteks sosial-budaya yang terus bergerak dan berubah. Di mana dalam konteks yang seperti itulah gereja lahir, hidup, dan berkembang. Oleh karena itu gereja (perlu) terus menerus menggumuli kehadiran dan keberadaan Allah dalam situasi konteks saat ini. Tugas-tugas rutin gereja seperti ibadah atau penggembalaan belum tentu cukup untuk menjawab tantangan konteks saat ini. Perlu adanya peninjauan kembali akan cara-cara tradisional itu sehingga kehadiran gereja bisa tepat sasaran dengan konteks saat ini. Dalam hal inilah, penelitian terhadap gereja atau jemaat yang sifatnya ilmiah perlu dilakukan. Dalam melakukan penelitian, John Mansford Prior menunjukkan ada 10 pedoman yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama, rumuskan dengan tepat apa yang hendak diteliti; apa permasalahan atau fenomena yang ditemukan. Peneliti tidak boleh memulai dari sebuah kesimpulan. Kedua, peneliti harus menyadari bahwa ia tidak dapat bebas dari prasangka atau dugaan, maka itu ia harus menyadari apa kepentingannya dan perspektif apa yang ia gunakan dalam penelitian. Ketiga, peneliti perlu memiliki tujuan yang jelas. Dalam artian penelitian ini dilakukan untuk apa dan untuk siapa. Penelitian tidak dapat dimulai hanya dari sekedar “ingin tahu” saja. Keempat, merupakan proses pengumpulan data. Ada 2 jenis peneliti, yaitu (1) peneliti asli yang berasal dari kelompok sasaran penelitian dan (2) peneliti asing yang berasal dari luar. Dalam hal cara mengumpulkan data atau metode penelitian, setidaknya ada 2 sumber data yaitu sumber lisan (pengalaman/perilaku) dan sumber tulisan. Sumber tulisan itu dapat diperoleh dari berbagai macam dokumen, yaitu dokumen resmi seperti hasil sensus penduduk, surat nikah/baptis, kontrak kerja, dsb., juga dokumen pribadi seperti jurnal, otobiografi, catatan harian, dsb.. Dalam sumber lisan ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk memperoleh data: 1) PengamatanSerta. Di sini seorang peneliti ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sasaran penelitian dan ia harus melakukan observasi dan pengamatan atas kehidupan itu. Fokusnya adalah “mengamati”, maka itu peneliti tidak boleh menggurui, mengoreksi, ikut campur, atau memihak kelompok2 tertentu yang sedang diamati. Bersambung..... RESUME BUKU JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL : MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS : JOHN MANSFORD PRIOR : 1997 : GRASINDO : 312 (dengan lampiran) + xviii 2) Wawancara Terbuka. Sebenarnya ada 3 jenis wawancara: a) Wawancara Sambil Lalu, ini dilakukan tanpa rencana dan cenderung bebas dan spontan; b) Wawancara Terfokus, ini dilakukan dengan perencanaan yang baik: siapa sasarannya, apa pertanyaannya, dan bagaimana urutan pertanyaannya; c) Wawancara Terbuka, tipe ini bisa memiliki sifat yang tertutup dan terstruktur seperti Wawancara Terfokus, namun bisa juga cenderung bebas. Meskipun tetap memiliki 1 topik yang jelas untuk dijadikan bahan pertanyaan. Dalam Wawancara Terbuka diharpkan responden dapat memberikan respon dan informasi yang mendalam akan suatu hal. Jika Pengamatan-Serta hanya memberikan gambaran umum, Wawancara Terbuka memberikan gambaran yang lebih mendalam. Di dalam konteks Indonesia, salah satu yang paling sering muncul dalam wawancara adalah responden memberikan informasi dalam bentuk cerita, bisa cerita rakyat atau pengalaman pribadi. Cerita ini juga perlu dianalisis, misalnya dengan melihat tema, bentuk, pelaku dalam cerita, dan sebagainya. Sehingga kita bisa menangkap isi dan maksud sebenarnya dari cerita itu. Mengingat bahwa setiap metode itu memiliki keterbatasan dalam memberikan data, maka perlu juga dikembangkan Strategi Terpadu, yaitu strategi dengan menggunakan lebih dari 1 metode, sejumlah jenis data, sejumlah teori, dan sejumlah peneliti. Pedoman kelima, peneliti harus sungguh2 masuk dan memahami sumber. Misalnya, dalam wawancara peneliti harus sungguh2 mendengarkan dengan telinga, mata, dan hati. Peneliti juga harus sabar dalam proses pencarian data yang mungkin berlangsung lama. Keenam, peneliti harus objektif dalam melihat data. Ia tidak bisa memaksakan hasil data harus sesuai dugaannya. Ia harus menyingkirkan prasangka pribadi dan terbuka jika hasil data itu berbeda dari dugaannya. Ketujuh, ketika melakukan analisis terhadap data-data, peneliti perlu menggunakan imajinasi dan kreatifitas. Perlu mencari berbagai cara dalam mengolah data, misalnya dengan mencari benang merah dan hubungan antar data atau meneliti penyebab data itu muncul. Jadi peneliti tidak bisa cukup hanya dengan data “mentah”. Kedelapan, peneliti perlu mengambil jarak dari data, sehingga bisa melihat kembali data itu dari perspektif yang lebih luas dan bisa menemukan hal2 yang mungkin selama ini tidak disadari. Hal ini merupakan pengembangan dari prinsip ketujuh sebelumnya. Kesembilan, karena sejak awal penelitian ini harus memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, maka peneliti perlu meninjau kembali hasil penelitian yang didapat bersama dengan kelompok atau Jemaat sasaran. Keterlibatan Jemaat sasaran merupakan hal yang penting. Peneliti menyerahkan hasil penelitian dan berharap akan respon balik dari jemaat sasaran. Sehingga baik peneliti maupun jemaat sasaran bisa semakin diperkaya dan saling belajar satu sama lain. Kesepuluh, hasil penelitian diharapkan dapat membaharui karya dan kehidupan Jemaat. Maka itu aksi Pastoral sebagai tindakan konkret perlu dilakukan. Akan tetapi juga perlu diperhatikan kondisi Jemaat. Disadari bahwa Jemaat sendiri memiliki kekurangan dan keterbatasan kemampuan atau juga sumber daya, sehingga tidak semua usulan Aksi Pastoral dari penelitian bisa langsung diterapkan begitu saja. Untuk itu perlu membatasi diri dengan pertanyaan: untuk saat ini, hal apa yang dapat dilakukan oleh Jemaat? Tanggapan terhadap Buku Meneliti Jemaat Buku ini menyajikan pedoman praktis dan bahkan sangat detil mengenai penelitian, seperti apa saja yang harus dilakukan dalam penelitian, bagaimana caranya, bagaimana harus memulai, bagaimana mencatat dan menyimpan data, bagaimana menulis kesimpulan, bahkan hingga karakter-karakter apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang peneliti. Lengkap! Selain lengkap, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai ilustrasi atau gambar dan juga bagan atau tabel sehingga terkesan sangat menarik, tidak monoton, dan membuat kita mampu menangkap maksud dan intisari dari apa yang dijelaskan. Selain itu juga, buku ini juga dilengkapi dengan Lampiran yang berisi usulan program dan rencana penelitian, sehingga bisa dijadikan panduan praktis jika kita ingin mencoba untuk memulai sebuah penelitian. Maka dari itu secara umum buku ini sangat bermanfaat bagi kita yang tertarik untuk membuat dan memulai sebuah penelitian, terlebih bagi kita yang ingin melakukan penelitian dalam rangka pengembangan Gereja atau Jemaat. Tidak dapat dipungkiri bahwa “penelitian” merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dilupakan begitu saja dari kehidupan gereja. Sebagaimana dikatakan Prior, penelitian dibutuhkan agar gereja bisa selalu mewujudkan karyanya yang tepat guna, atau dalam bahasa lain “kontektual”. Apalagi jika kita mengingat kembali akan konsep Gereja Misioner yang dikembangkan D. R. Maitimoe, di mana ada 3 langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan konsep itu, yaitu Survey, Mengenali Diri, dan Rancangan, maka kita bisa menemukan bahwa ketiga langkah itu adalah bagian dari sebuah penelitian jemaat! Artinya, konsep Gereja Misioner tidak akan bisa diwujudkan jika kita tidak melakukan penelitian yang mendalam terhadap jemaat! Bersambung........ RESUME BUKU JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL : MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS : JOHN MANSFORD PRIOR : 1997 : GRASINDO : 312 (dengan lampiran) + xviii Sumbangsih Buku “Meneliti Jemaat” bagi Kehidupan Gereja saat Ini Buku ini sejak awal menyajikan sebuah paradigma berfikir bahwa gereja perlu melihat kembali karya dan rutinitas yang selama ini dilakukan. Untuk itulah perlu adanya penelitian sebagai salah satu cara utama agar gereja bisa selalu tepat guna. Di sini gereja kembali diingatkan bahwa ia tidak bisa cukup merasa “nyaman” dengan yang ada sehingga menjadi tertutup dengan perubahan2 dan kreatifitas. Gereja perlu membuka diri untuk selalu berkembang dan diperbarui, seperti slogan gereja reformasi: ecclesia reformata semper reformanda, gereja reformasi adalah gereja yang harus terus menerus direformasi (dibaharui). Maka itu GPIB sebagai bagian dari Gereja Reformasi juga perlu terbuka untuk itu. Salah satu fungsi paling konkret yang bisa dilakukan melalui penelitian adalah ketika gereja (Jemaat) masuk ke dalam proses pembuatan Rancangan Program dan Anggaran. Terkadang sering menjadi masalah yaitu banyak program tiap tahun hanya sekedar copy paste (salin dan tempel) dari program tahun sebelumnya. Tak jarang juga pembuatan program dilakukan hanya atas dasar “kepingin” tanpa ada tujuan dan dasar yang jelas. Dalam hal ini, penelitian awal akan sangat bisa memberikan kontribusi sehingga program yang disusun bisa sesuai dengan konteks dan kebutuhan. Misalnya, sebuah gereja bergumul karena kehadiran pemuda dalam Ibadah GP sangat minim sekali. Pengurus sudah mencoba ibadah dengan berbagai kreatifitas namun tetap tidak berpengaruh. Dalam hal inilah bisa dilakukan penelitian dengan bertanya: mengapa kehadiran pemuda sedikit? Gereja tidak boleh langsung memulai dari sebuah kesimpulan, seperti “oh itu karena pemudanya pemalas”. Dalam penelitian bisa ditemukan dasar penyebabnya. Dari penelitian juga bisa diketahui apa yang anggota pemuda harapkan dan butuhkan dari Pelkat GP. Dalam contoh kasus di atas misalnya justru bisa ditemukan hasil yang mungkin tidak diduga. Sekalipun ibadah sudah disusun dengan meriah namun kehadiran tetap sedikit karena ternyata banyak anggota pemuda yang sibuk bekerja. Mereka lelah dan penat dengan hiruk pikuk kehidupan. Maka itu mereka merindukan persekutuan yang lebih teduh dan sifatnya justru tenang dan kontemplatif. Hal-hal tak terduga seperti ini hanya bisa ditemukan melalui penelitian. Dengan demikian untuk program tahun selanjutnya, pengurus bisa mengajukan program untuk ibadah yang berkonsep teduh atau pelaksanaan retreat yang sungguh2 “menyepi” dari keramaian. Di atas hanya salah satu contoh kemungkinan yang bisa didapat dari sebuah penelitian. Dengan demikian diharapkan penelitian selalu berujung dan membawa kebaikan di dalam kehidupan gereja. Selesai...... • DOA PERSEMBAHAN P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan persembahan syukur : Semua : Ya Tuhan, terimalah persembahan syukur kami, yaitu umat yang telah Engkau selamatkan. Jadikanlah persembahan syukur kami ini sebagai berkat bagi sesama dan bagi pembangunan tubuh Kristus, amin. • DOA PERSEMBAHAN P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan persembahan syukur : Kehadapan-Mu ya Allah, kami menaikan syukur dan mempersembahkan diri kami untuk dijadikan berkat dalam pelayanan dan kemuliaan bagi nama-Mu. Semua : Sebagaimana adanya: ini kami Tuhan, kiranya Engkau berkenan akan persembahan syukur dan bakti diri kami kepada-Mu, Amin. • DOA PERSEMBAHAN P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan persembahan syukur : Ya Allah, Bapa Pemurah, kami bersyukur karena kemurahan kasih, kuasa dan berkat-Mu melimpah dalam hidup kami. Semua : Terimalah syukur kami melalui pemberian sukarela ini, ya Tuhan, dan berkatilah agar dipakai untuk mewartakan Injil-Mu dalam kata dan perbuatan bagi sesama demi kemuliaan nama-Mu. Dalam nama Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin. Resume Buku 3 (oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL : BAHTERA GUNA DHARMA GPIB : S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS : 1982 (EDISI REVISI 2014) : BPK GUNUNG MULIA : 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang) Bab 6 membahas mengenai keterlibatan GPIB dalam bidang sosial budaya. Peran serta GPIB dalam hal ini sudah tampak misalnya dalam kegiatan diakonia sosial. GPIB juga berusaha menjadi gereja yang terbuka bagi siapapun, tidak hanya suku namun juga agama lain. Untuk itu dalam hal relasi antar agama GPIB melakukan dialog dengan penganut agama-agama lain. Ini semua dilakukan karena sebagai sesama warga Negara Indonesia, GPIB juga memegang teguh Pancasila dan slogan Bhineka Tunggal Ika sebagai jati diri bangsa. Bab 7 membahas mengenai pergumulan dan harapan GPIB. Pergumulan antara lain mengenai struktur GPIB, yaitu terkait dengan badan organisasi, sistem kerja, dan aturanaturan di GPIB yang masih harus disempurnakan agar koordinasi di dalamnya bisa semakin baik. Juga pergumulan dalam ibadah, misalnya terkait ibadah kategorial dan fungsional agar tidak sekedar mengulang ibadah hari Minggu. Lalu ada juga pergumulan terkait dengan berkembangnya Gerakan Kharismatik dyang fundamentalis yang menekankan praktik karisma (karunia) bahasa Roh di dalam peribadahan dan penafsiran literer atas teks Alkitab. Selain pergumulan, ada harapan yang juga muncul. Di antaranya adalah terkait dengan keberadaan Bidang Pelayanan Khusus yang berfokus pada pelayanan kategorial dan fungsional sehingga bisa menjangkau dan bahkan menggerakkan umat dari latar belakang kategori usia dan fungsi sosial yang berbeda. Harapan juga terlihat dalam potensi materiil GPIB, di mana seiring dengan bertambahnya jumlah Jemaat maka bertambah pula harta milik GPIB, tidak hanya aset gedung gereja namun juga proyek lain yang bisa menolong keberlangsungan dana GPIB. (bersambung.....) Resume Buku 3 (oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL PENULIS TAHUN TERBIT PENERBIT TEBAL : BAHTERA GUNA DHARMA GPIB : S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS : 1982 (EDISI REVISI 2014) : BPK GUNUNG MULIA : 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang) Catatan terhadap Bahtera Guna Dharma GPIB dan Relevansinya bagi GPIB saat Ini Membaca buku ini dari awal sampai akhir sungguh tidak hanya sekedar menambah wawasan, namun lebih kepada pemahaman dan pengenalan yang baik akan GPIB. Sekalipun data-data yang disajikan di dalam buku ini terbatas sampai tahun 1981, namun justru itu yang membuatnya menjadi menarik! Karena banyak data-data yang disajikan tidak mudah lagi untuk ditemukan dewasa ini. Tak jarang pula data dan informasi yang diberikan menimbulkan kesan seperti: “ooh, ternyata dulu begitu toh”, atau “waah ternyata dari dulu hal ini sudah menjadi pergumulan”, atau juga “hebat, ternyata dulu bisa begitu. Terus sekarang gimana?”, dan sebagainya. Akan tetapi dari sekian banyak hal menarik yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu hal yang paling menarik menurut saya, yaitu terkait dengan Oikumene. Dalam buku ini, Oikumene bahkan termasuk di dalam Dharma gereja, “sejajar” dengan Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian. Dari awal sampai akhir buku hampir selalu aspek Oikumene disinggung. Dasar eksistensi GPIB yang multikultural dikaitkan dengan Oikumene, yaitu bagaimana GPIB dan gereja-gereja (dari kultur dan budaya) lain bisa bersama-sama menjawab tantangan di Indonesia. Dalam praktiknya memang terlihat ada beberapa kegiatan pelayanan dan kesaksian yang dilakukan bersama-sama antara GPIB dengan gereja lain. Tidak hanya dalam hal pelayanan bersama, bahkan dalam Ibadah pun juga dibahas terkait dengan Oikumene, mulai dari tata ibadah, buku nyanyian, hingga konfesi bersama sebagai gereja di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan juga ditunjukkan bagaimana GPIB mengkritisi peran Dewan Gereja Indonesia (disingkat DGI. Sekarang PGI, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) yang dirasa kurang efektif dalam menyelesaikan pergumulan atau ketegangan gereja-gereja di Indonesia. Untuk itu ada harapan besar akan lahirnya kader-kader Oikumene dari GPIB, baik dalam tingkat lokal, nasional, dan bahkan Internasional. Hal inilah yang menggelitik hati, ketika melihat kenyataan Oikumene GPIB beberapa tahun terakhir yang rasa-rasanya tidak se”wah” pemaparan dalam buku ini. Belum ada lagi terdengar adanya karya atau proyek bersama dalam skala besar yang dilakukan oleh GPIB secara institusi dengan gereja lain. Kegiatan bersama masih “terbatas” di tingkat lokal (Jemaat) atau regional dalam hal Ibadah dan seremonial, diskusi, seminar, atau juga bantuan karitatif bencana alam dan sejenisnya. Dalam tingkat nasional masih terbatas pada kehadiran GPIB sebagai peserta dalam Sidang Raya. Bahkan untuk kepengurusan Majelis Pekerja Harian PGI 2014-2019, tidak ada anggota atau kader GPIB di sana. Ini seharusnya merupakan sebuah pergumulan besar bagi gereja yang sering dianggap sebagai salah satu gereja Protestan terbesar di Indonesia. Meskipun kita masih bisa bersyukur bahwa dalam kepengurusan PGIW (tingkat Wilayah/regio), masih ada kader-kader GPIB yang berkarya di sana. Pergumulan Oikumene tidak berhenti di situ, karena pergumulan yang pelik juga terjadi dalam tubuh GPI, di mana GPIB juga merupakan bagian di dalamnya. Hidupnya keberadaan Jemaat GMIT di wilayah GPIB di Batam, sempat dibekukannya hubungan GPIB dari GPI beberapa tahun lalu, hingga yang terbaru mengenai terbukanya kemungkinan bagi GMIM membuka area pelayanan di wilayah gereja lain dan “melanggar” kesepakatan sebagai sesama saudara, menunjukkan adanya persoalan yang cukup akut di dalam tubuh GPI. Jika kita melihat semangat Oikumenisme yang tinggi sebagaimana tercermin dalam buku Bahtera Guna Dharma GPIB, maka adalah lumrah jika muncul harapan yang tinggi bahwa GPIB bisa menjadi pionir dan penggerak kebersamaan antar gereja, sehingga upaya mewujudkan rumah bersama (oikos + nomos = oikumene) itu bisa terwujud. Saat ini semangat berpelayanan dan kesaksian (pelkes) GPIB sangatlah tinggi, jika tidak dapat disebut sedang tinggi-tingginya. Dalam setiap edisi majalah Arcus hampir pasti selalu ada liputan tentang kegiatan Pelkes. Namun masih jarang sekali terlihat liputan yang begitu luar biasa akan peran GPIB dalam gerakan Oikumene. Tentu ada harapan agar semangat GPIB yang menggebu-gebu dalam berpelkes ini bisa juga hidup dalam upaya beroikumene. Semua demi terwujudnya cita-cita gereja Kristen yang Esa di Indonesia sebagai upaya perwujudan cita-cita Tuhan Yesus dalam doaNya di Getsemani: “supaya mereka menjadi satu”, et omnes unum sint. (Selesai........) Bab 3 membahas mengenai Organisasi GPIB. Di sini disinggung antara lain mengenai tata Gereja GPIB, penjelasan mengenai Persidangan Sinode, Majelis SInode, Jemaat, para pejabat di GPIB yang saat itu terdiri dari pendeta, penatua, diaken, dan penginjil. Juga disinggung mengenai status Musyawarah Pelayanan (Mupel) sebagai wadah kebersamaan Jemaat-Jemaat, apakah perlu distrukturkan dalam artian menjadi lembaga di atas Jemaat atau tidak. Juga dibahas mengenai GarisGaris Besar Kebijaksanaan Umum Pelayanan Gereja (GBKUPG) yang menunjukkan panduan, patokan, dan arah yang jelas dalam GPIB menjalankan panggilan dan pengutusannya. Bab 4 membahas mengenai pembentukan dan pembinaan pejabat dan warga GPIB. Antara lain disinggung mengenai proses vikariat sebagai syarat menjadi pendeta, juga kemungkinan studi lanjut bagi para pendeta. Selain itu juga ada pembinaan yang menyeluruh dan luas terhadap segenap warga GPIB, mulai dari pembinaan mengenai organisasi GPIB, ibadah, Alkitab, kesejahteraan keluarga, hingga wawasan kebangsaan. Bab 5 membahas mengenai Catur Dharma GPIB, yaitu Persekutuan, Pelayanan, Kesaksian, dan Oikumene. Dalam Persekutuan dibahas mengenai Ibadah di GPIB. Salah satu yang menarik dan penting adalah bahwa dalam rangka mewujudkan Gereja yang Misioner harus ada hubungan langsung antara liturgi ibadah dengan Pekabaran Injil. Artinya konsep dan amanat di ibadah itu harus membentuk dan menggerakkan umat menjalankan panggilan misionernya dalam konteks Indonesia. Dalam hal Pelayanan, ada dua bagian besar dalam Pelayanan GPIB yaitu dalam hal Pendidikan dan Diakonia. Dalam bidang pendidikan GPIB bergerak antara lain melalui Bakordik GPIB dengan mendirikan sekolah-sekolah Kristen dalam lingkup GPIB, pendidikan guru agama, dan sebagainya. Sedangkan pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk pelayanan karitatif dan pelayanan komprehensif-oikumenis yang di dalamnya juga bekerjasama dengan gereja-gereja lain, dengan sasaran yang menjangkau mulai dari individu, kelompok masyarakat seperti petani, tukang becak, dan sebagainya, hingga upaya pembaharuan struktur atau sistem sosial, seperti Undang-Undang dan sebagainya. Dalam bidang Kesaksian tercermin melalui wilayah-wilayah Pekabaran Injil (PI) yang dikembangkan oleh GPIB, yang menjangkau hingga wilayah-wilayah pelosok dan pedalaman. GPIB juga bekerjasama dengan gereja dan lembaga PI di luar GPIB. Selain itu juga dikembangkan sistem adopsi, di mana ada Jemaat-jemaat tertentu yang menjadi sponsor moril, tenaga, maupun materiil bagi jemaat-jemaat P!. Dalam bidang Oikumene, GPIB terpanggil untuk bisa berjalan bersama-sama dengan gereja-gereja lain di Indonesia menjawab tantangan dan pergumulan yang ada di Indonesia. Ini sekaligus sebagai upaya perwujudan gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Untuk itu GPIB aktif di wadah Dewan Gereja Indonesia (DGI), menjadi anggota di Dewan Gereja Dunia (WCC), Dewan Gereja Asia (CCA), juga Persekutuan Gereja Reform (Protestan) Dunia (WARC). (bersambung.....) Buku Bahtera Guna Dharma GPIB ini menyajikan sebuah gambaran yang komprehensif dan utuh mengenai GPIB, mulai dari awal berdirinya tahun 1948 sampai tahun 1980. Bahkan dalam bagian tertentu disajikan juga mengenai peristiwa sebelum GPIB berdiri. Tidak heran buku ini bisa menjadi begitu tebal, karena ia tidak hanya menyajikan sejarah GPIB, namun juga dasar eksistensi GPIB, perangkat organisasi GPIB, panggilan GPIB, hingga pergumulan yang dihadapi oleh GPIB. Tulisan itu tersebar dalam 7 Bab buku ini. Pada Bab 1 disajikan mengenai dasar eksistensi (keberadaan) GPIB, terkait dengan pandangan mengenai ekumenitas, missioner, juga sistem presbiterial sinodal. Penulis buku ini menunjukkan bahwa eksistensi GPIB adalah multikultural, karena GPIB terdiri dari orangorang dnegan latar belakang suku, budaya, dan bahasa yang berbeda. GPIB merupakan cerminan Indonesia. Maka itu GPIB juga merupakan Gereja Nasional, dalam artian ia hadir dan bereksistensi di bumi Indonesia untuk menjawab tantangan dan pergumulan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bab 2 membahas mengenai Sejarah GPIB. Di mulai dari masa pra-GPIB sejak zaman VOC abad 17 dalam nama De Indische Kerk yang cenderung mengikuti sistem Gereja Hervormd Belanda. Di mana gereja saat itu sangat “terikat” kepada pemerintah. Kemudian mulai muncul kesadaran bahwa gereja perlu lebih mandiri dalam berbagai hal (dana, teologi, pekerja), maka mulailah di beberapa wilayah dilahirkan gereja-gereja mandiri dari Indische Kerk (GPI-Gereja Protestan di Indonesia). Tahun 1934 lahir Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM); tahun 1935 lahir Gereja Protestan Maluku (GPM); tahun 1947 lahir Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT); dan melalui Proto SInode 1948 lahirlah GPIB. Sejak saat itu ada beberapa periode yang dilalui GPIB: (1) Periode Peletakan dasar GPIB (1948-1964), di mana GPIB fokus pada masalah antara lain penggunaan bahasa dalam ibadah dan pelayanan (Indonesia atau Belanda); (2) Periode Pembangunan Jemaat Misioner (19641974), antara lain terlihat dalam semakin besarnya peran Bidang Pelayanan Khusus (BPK) dalam lingkup Sinodal maupun Jemaat.; (3) Periode Pembangunan Material dan Masa Depan GPIB (1974-1978), di mana GPIB semakin memperhatikan aspek ekonomi, finansial, serta pengembangan asset gereja. Pada masa ini juga terjadi Konsultasi Pendeta Wanita tahun 1977. (bersambung.....) RESUME BUKU 2 (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) JUDUL PENULIS PENERBIT/ TAHUN TEBAL : MEMBINA JEMAAT MISIONER : D. R. MAITIMOE : BPK GUNUNG MULIA/1984 : 87 HALAMAN Buku ini bisa dikatakan merupakan “kelanjutan” dari buku D. R. Maitimoe sebelumnya, yaitu Pembangunan Jemaat Misioner. Buku ini bersifat seperti “panduan praktis”, yaitu bagaimana mengimplementasikan konsep-konsep dalam buku Pembangunan Jemaat Misioner itu dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun lebih bersifat praktis, namun Maitimoe tetap memulainya dari pemaparan akan konsep teologis tertentu sebagai dasar dari Jemaat Misioner ini. Dasar-dasar teologis itu dapat tercermin misalnya dari Yoh. 3:16, yang menunjukkan bahwa seharusnya Jemaat (Gereja) hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk dunia ini. Ini dikarenakan karya penyelamatan Allah berlaku untuk dunia dan segenap manusia, bukan hanya untuk gereja. Maka itu perlu ada pembinaan kepada jemaat yang meliputi berbagai aspek, seperti ibadah, pelayanan, kesaksian, atau persekutuan sehingga Jemaat bisa memiliki sifat yang terbuka, luwes, dinamis, kreatif, positif, dan tetap kritis dalam melihat perkembangan dunia dan masyarakat (Rom. 1:14; Rom. 12:1-2; 1 Kor. 9:19-23). Setelah memulai dari dasar teologis, Maitimoe juga menyinggung mengenai strategi missioner yang dikembangkan Kristus yang bisa menjadi dasar dan teladan dalam strategi Jemaat Misioner, lalu apa-apa saja yang menghambat/memperlambat upaya perwujudan Jemaat yang Misioner ini, kepemimpinan seperti apa yang perlu dikembangkan dalam Jemaat Misioner, apa apa saja dinamika konteks yang dijumpai jemaat. Dari penjelasan di atas, Maitimoe sampai kepada usulan langkah konkret dan praktis dalam perwujudan Jemaat Misioner itu. Ada 3 langkah dasar dalam upaya membina jemaat yang missioner ini, yaitu (1) survey, (2) mengenali dan memahami diri, dan (3) rancangan. Pertama Survey. Survey ini penting dalam kita memahami dan mengenal konteks di mana jemaat yang missioner itu hendak hidup, tumbuh, dan berkarya. Perumpamaan mengenai seorang Penabur (Mat 13:1-23; Mark 4:1-20; Luk 8:4-15) yang mengisahkan tentang benih yang ditaburkan di berbagai jenis tanah sesungguhnya juga menunjukkan bahwa beda jenis tanah, bisa berbeda tunas bertumbuh. Begitu juga Injil yang dikabarkan bisa tumbuh secara berbeda tergantung dengan konteks di mana Injil itu diberitakan atau ditaburkan. Kita perlu melakukan pengamatan (observasi) yang memadai mengenai konteks, melakukan pengumpulan data, dan menganalisis data atas konteks itu. Dari sini kita bisa memahami pokok-pokok permasalahan yang secara riil terjadi di dalam konteks, dan kita bisa mencari tahu bagaimana Injil bisa berbicara dan berperan di dalam permasalahan-permasalahan itu. Dari sini juga kita bisa tahu bagaimana secara pribadi maupun secara komunal (organisasi) kita bertindak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada itu. Untuk itu dalam bagian ini juga diperlukan bantuan dari tenaga-tenaga ahli dan orang-orang yang berpengalaman, tidak hanya untuk mengobservasi, namun juga untuk mengumpulkan data dan melakukan analisis terhadapnya. Sehingga data yang didapat dan hasil olahan data itu bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu penting juga adanya kesediaan dari Majelis Jemaat untuk terbuka mempelajari hasil survey itu, dan tidak hanya diam dan betah saja dengan kondisi dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada. Karena perlu dipahami juga bahwa kegiatan Survey ini bukan sekedar cara manusia memahami konteks, namun juga merupakan cara Roh Kudus turut berkarya bagi gereja. Hasil upaya dari observasi, pengumpulan, dan analisis data itu membawa Jemaat kepada momen yang kedua, yaitu pengenalan dan pemahaman diri (Sumber Daya Jemaat). Maitimoe menawarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Jemaat perlu melihat dirinya, mencari tahu apa saja kekuatan (strength) dan kelemahan (Weakness) mereka. Namun mereka juga perlu tahu apa saja kesempatan (Opportunity) yang ada di sekitar mereka, dan ancaman (Threat) apa yang bisa menghambat mereka. Pemahaman dan pengenalan diri yang baik mampu mendorong Jemaat untuk berkarya lebih luas ke luar gereja. Melalui analisis diri yang baik, disertai dengan penelaahan Alkitab, persekutuan, diskusi, studi, dan pergumulan doa, maka Jemaat akan mampu memiliki sebuah pemahaman (gambaran) yang tepat dan utuh perihal tugas perutusannya di dunia. Ketiga, setelah Jemaat sudah melakukan Survey dan melakukan pemahaman dan pengenalan yang dalam tentang dirinya, yang harus dilakukan adalah melakukan rancangan sebagai implementasi perwujudan Jemaat yang Misioner. Di sini setidaknya ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu [a] motivasi (teologis) dan [b] tujuan (missioner). Kedua hal ini perlu dimiliki sehingga proses dan arah pembangunan jemaat ini menjadi jelas. Dalam hal ini secara teknis perlu dibentuk panitia, yang oleh Maitimoe disebut “Panitia Perencanaan Pembinaan Jemaah Misioner”, yang terdiri dari warga jemaat, para ahli, majelis, dan/atau pendeta. Panitia inilah yang berfungsi membuat rancangan yang jelas bagaimana Jemaat Misioner itu hendak diwujudkan, baik dalam program kerja maupun rencana pembinaan dan persiapan, hingga bagaimana pelaksanaannya dilakukan oleh warga Jemaat. Agar semua proses dan rencana itu dapat terwujud, juga perlu untuk diperhatikan adalah pentingnya semua ini dilaksanakan dengan tidak sambil lalu begitu saja namun dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dengan metode kerja yang baik, dan dengan tekad iman yang kuat. Dari seluruh hal di atas terlihat bahwa proses ini membentuk 3 pola, yaitu (1) Pola Datang, yaitu bagaimana melibatkan dan memobilisasi warga jemaat untuk terlibat; (2) Pola Pergi, yaitu bagaimana gerakan dan karya missioner itu dilakukan kepada dunia (di luar gereja); dan (3) Pola Pengemban, yaitu bagaimana membina Jemaat menjadi Jemaat yang Misioner. Pada akhirnya membina Jemaat Misioner ini memiliki tujuan untuk mengembangkan bentuk, cara, dan pola berjemaat (bergereja) yang relevan dengan konteks, dan bersama-sama dengan yang lain membangun dunia yang dipenuhi dengan damai sejahtera. (bersambung.....) RESUME BUKU 2 JUDUL (Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro) : MEMBINA JEMAAT MISIONER PENULIS PENERBIT/ TAHUN TEBAL : D. R. MAITIMOE : BPK GUNUNG MULIA/1984 : 87 HALAMAN Catatan-Catatan terhadap Pemikiran Maitimoe Tulisan Maitimoe ini meskipun tipis (87 halaman), namun tetaplah sebuah tulisan yang berbobot. Karena ia tidak hanya menunjukkan hal-hal praktis, namun juga dasar konseptual yang baik. Sekalipun dasar konseptual yang lebih komprehensif ada di buku yang sebelumnya, yaitu Pembangunan Jemaat Misioner. Sekalipun demikian ada catatan yang menurut saya penting untuk diperhatikan terkait dengan konsep yang dijabarkan Maitimoe. Dalam Bab 2 mengenai Membina Pertumbuhan Jemaah, Maitimoe menjadikan peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul sebagai contoh, di mana dalam waktu singkat ada 3000 jiwa baru yang menjadi anggota jemaat. Dan memang, sekalipun Maitimoe menekanan pentingnya kualitas karya pelayanan, namun ia juga melihat pentingnya pertambahan kuantitas anggota jemaat. Yaitu bahwa Injil yang diberitakan perlu juga untuk menambah anggota jemaat. Penginjilan perlu dilakukan baik kepada orang Kristen lama maupun generasi Kristen baru. Menurut saya, bagian ini perlu kita lihat secara hati-hati. Kecenderungan Gereja untuk menambah jumlah anggota dalam praktiknya seringkali justru menyinggung kebersamaan dengan orang lain, baik sesama Gereja maupun orang-orang non Gereja. Tak bisa dipungkiri salah satu persoalan Ekumenis di Indonesia adalah persoalan “curi domba”. Bagaimana satu gereja menambah jumlah anggota gerejanya dengan “mengambilnya” dari gereja lain. Hal ini sering menimbulkan ketegangan antar gereja. Belum lagi dengan kecurigaan dan cap “Kristenisasi” yang tidak jarang dicetuskan oleh orang-orang kepada Gereja yang melakukan pelayanan masyarakat. Akibatnya banyak penolakan-penolakan yang dilakukan kepada gereja, dan menimbulkan kericuhan antar umat beragama. Gereja bukan membawa damai sejahtera namun justru menjadi sumber keributan! Untuk itulah kita perlu melihat kembali secara kritis mengenai pemahaman dan motivasi mengenai kuantitas anggota gereja sebagai salah satu tolok ukur utama dalam pertumbuhan jemaat. Maitimoe sendiri sesungguhnya menyadari bahaya akan hal ini, maka itu dalam tulisan ini ia juga mengatakan bahwa “pelipatgandaan jumlah warga gereja (baru) tidak merupakan satusatunya ukuran berhasilnya … Jemaah missioner” (hal. 23). Akan tetapi dalam keseluruhan tulisannya, terlihat seolah ia keukeuh dengan pemahaman bahwa kuantitas dan angka merupakan hal yang penting, setidaknya sebagai umpan balik bagi strategi yang akan dikembangkan ke depan. Karena dalam strategi Kristus sendiri, menurut Maitimoe, pelipatgandaan jemaat juga merupakan salah satu yang menonjol. Pertanyaannya, benarkah demikian? Mari kita lihat kembali. Dalam Matius 18:20 Yesus berkata: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”. Ayat ini mau menunjukkan bahwa dalam jumlah yang sedikit sekalipun, Tuhan berkenan hadir. Ini menunjukkan bahwa jumlah yang lebih banyak tidak berarti lebih baik daripada jumlah yang sedikit. Sedikit asalkan disertai dengan kualitas yang baik itulah yang diterima Yesus. Ini senada dengan kisah persembahan seorang janda miskin (Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4), di mana janda ini hanya memberikan persembahan 2 peser, sedikit dari segi jumlah, tapi dari segi nilai dan kualitas persembahannya lebih besar dari siapapun. Tidak hanya itu saja, dalam kehidupan-Nya, bukan berarti Yesus selalu senang dan menyambut dengan terbuka jika ada orang yang ingin menjadi pengikutNya. Dalam Lukas 9:57-62 menunjukkan bagaimana ada orang yang ingin mengikut Yesus, namun ingin mengubur bapaknya dahulu dan juga ada yang ingin pamitan dengan keluarganya, dan kepada keduanya Yesus justru menyampaikan kritikan yang pedas. Apa artinya? Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mengutamakan penambahan jumlah (kuantitas) pengikutNya, namun Ia lebih memperhatikan dan mengutamakan kualitas diri seseorang. Demikianlah hendaknya Jemaat yang Misioner dalam melakukan karya misi kepada dunia tidak memiliki motivasi dan tujuan pertama-tama untuk menambah jumlah anggota, tapi fokus kepada bagaimana karya misi itu bisa meningkatkan kualitas kehidupan. Bukan hanya kualitas orang lain, namun juga kualitas diri sendiri. Sumbangsih Pemikiran Maitimoe bagi Kehidupan Gereja saat Ini Pertama, Maitimoe menunjukkan kepada gereja mengenai pentingnya memahami dan mengenali konteks di mana gereja itu hidup. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apa saja permasalahan sosial yang ada di sekitar sini? Apa yang masih kurang di lingkungan ini? Siapa-siapa saja yang hidup di sini? Dan pertanyaan yang sejenis perlu diajukan. Observasi dan analisis diperlukan supaya karya misi yang hendak dilakukan menjadi tepat, kabar sukacita (Injil) yang ditaburkan pun bisa tumbuh. Kedua, sebagaimana memahami konteks, Maitimoe juga menunjukkan betapa gereja juga perlu memahami dan mengenal dirinya sendiri. Gereja perlu mengajukan pertanyaanpertanyaan seperti: Apa saja kekuatan dan kelebihan yang dimiliki gereja ini? Apa saja kekurangannya? Apa saja masalah yang dihadapinya? Peluang dan kesempatan apa yang dimiliki gereja? Ini penting agar Jemaat bisa bertumbuh ke arah yang tepat. Kedua hal di atas menjadi penting dan dapat terlihat hasilnya ketika gereja membuat Rencana Program dan Kegiatan. Program dan kegiatan gereja akan memiliki tujuan yang jelas, tepat sasaran, dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan berjemaat, jika kedua hal di atas (mengenali konteks dan diri sendiri) bisa dilakukan dengan baik. Namun jika kedua hal di atas tidak dilakukan dengan baik, besar kemungkinan program dan kegiatan gereja hanya sekedar rutinitas saja, hanya mengulang program dari tahun-tahun sebelumnya, dan tidak mampu meningkatkan kualitas hidup berjemaat. Selesai......... Resume Buku Judul : Pembangunan Jemaat Misioner Penulis Tahun Terbit Penerbit Tebal : D. R. Maitimoe : 1978 : BPK Gunung Mulia : 396 halaman (dengan Daftar Pustaka) Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro Prinsip ketiga sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip di atas adalah perlunya “pengerahan oleh pimpinan jemaat sendiri”. Ketika disadari mengenai pentingnya pera warga jemaat dalam pembangunan jemaat missioner ini, maka timbul pertanyaan terkait peran pendeta. Di manakah peran pendeta? Masih adakah peran pendeta dalam konsep jemaat yang missioner ini? Jawabannya ada. Menurut Maitimoe, peran dan fungsi pendeta adalah dalam hal [1] fungsi (me)motivasi (warga gereja); [2] fungsi refleksi (teologis) secara kristis; dan [3] fungsi pembinaan warga gereja. Bagi Maitimoe, ketiga fungsi ini sangatlah vital dalam sebuah jemaat missioner. Konsep tradisional tentang pendeta sebagai “wakil Kristus” yang menempatkan pendeta seolah lebih tinggi dari umat (warga jemaat) harus dihilangkan. Lebih lanjut Maitimoe menyampaikan: “para pendeta adalah mereka yang ditugaskan dari antara warga gereja untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu … Pendeta tidak mengambil alih tugas warga gereja, atau meniadakan tugas warga gereja”. (hal. 251) Dalam hal ini disadari perlunya seorang pendeta memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik, dan itu perlu dipersiapkan sejak masa studi teologi. Dengan kepemimpinan yang baik, pendeta akan mampu menjalani ketiga fungsi di atas dengan baik. Dengan motivasi dan pembinaan yang tepat, akan banyak warga gereja yang bisa menjadi pemimpin-pemimpin baik dalam taraf fungsional, kategorial, maupun regional dan di mana-mana mereka hidup. Prinsip keempat yaitu “pengerahan untuk mencapai keseluruhan sasaran”. Di sini hal yang mendasarinya adalah kasih Allah, sebagaimana yang diungkapkan Yohanes 3:16. Maka itu pelayanan dan kesaksian yang dilakukan harus mampu menjangkau seluruh lapisan manusia (masyarakat) di manapun dan siapapun, dan bahkan menjangkau berbagai aspek dalam manusia itu, seperti aspek jasmani, rohani, bahkan sosial. Mahasiswa, karyawan, para pejabat, pegawai militer, petani, nelayan, bahkan sampai para tahanan harus bisa dijangkau oleh pelayanan dan kesaksian jemaat yang missioner. Demikianlah Injil tersebut harus diberitakan agar bisa dilakukan, dipraktekkan, dan diimplementasikan. Selain keempat prinsip-prinsip tersebut, salah satu hal yang juga vital untuk keberlangsungan pembangunan jemaat missioner ini adalah perlunya pembinaan yang terus-menerus dan bersifat menyeluruh, baik kepada warga jemaat manupun kepada para pemimpin di jemaat. Mulai dari pengenalan akan talenta-talenta pribadi dan bagaimana itu digunakan sebagai penunjang kehidupan pelayanan dan kesaksian, pemahaman yang benar tentang Missio Dei, sampai kepada perubahan yang terus menerus terjadi di dalam konteks kehidupan, semua itu merupakan bagian dari pembinaan. Bersambung……. Resume Buku Judul : Pembangunan Jemaat Misioner Penulis Tahun Terbit Penerbit Tebal : D. R. Maitimoe : 1978 : BPK Gunung Mulia : 396 halaman (dengan Daftar Pustaka) Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro Catatan-Catatan terhadap Pemikiran Maitimoe Tulisan Maitimoe ini sangat menarik karena ia berulang kali menekankan akan pentingnya gereja menjangkau manusia di manapun dan apapun latar belakang fungsinya. Bahkan dalam beberapa kesempatan ia memberikan pemikiran yang cukup “berani” mengenai pembentukan Jemaat yang tidak hanya berdasarkan wilayah atau residen, namun juga Jemaat berdasarkan fungsi atau kategorial. Ini menunjukkan keprihatinannya akan manusia dalam konteks riil Indonesia. Akan tetapi ini juga yang menjadi catatan bahwa Maitimoe terlalu melihat manusia “hanya” sebatas pada fungsi dan kategorinya saja (petani, ABRI, buruh, mahasiswa, dsb.). Ia secara spesifik belum membahas mengenai masalah konteks manusia secara luas seperti kemiskinan, kepelbagaian agama, dan sebagainya. Demikian juga disadari bahwa Maitimoe terlalu menekankan karya pelayanan dan kesaksian hanya kepada “manusia”. Meskipun ia membahas soal “ta panta”, yaitu bahwa sasaran Injil itu harus menjangkau “semua” tanpa terkecuali, ia tidak membahas lebih dalam mengenai pentingnya proklamasi Injil juga disampaikan kepada sesama ciptaan non-manusia. Dalam hal ini pendapat E. G. Singgih bisa memperlengkapi. Singgih menunjukkan bahwa dalam konteks Indonesia, gereja yang kontekstual adalah gereja yang sadar dengan akan realita konteks terkait lima hal: kepelbagaian agama, kemiskinan yang parah, penderitaan, ketidakadilan (termasuk ketidakadilan gender), dan kerusakan ekologis. (Singgih; 2004) Empat dari lima konteks di atas berbicara mengenai kemanusiaan dan segala permasalahan yang terkait padanya. Juga Singgih “menambahkan” satu konteks yang berbicara jauh melampaui kemanusiaan: kerusakan ekologis. Pembakaran dan pembabatan hutan secara serampangan, polusi udara di mana-mana, juga pemanasan global merupakan contoh nyata betapa kerusakan ekologis semakin parah seiring dengan perkembangan zaman. Ini menunjukkan bahwa adalah tugas gereja juga untuk menyadari akan konteks ini dan turut serta dalam upaya menjaga dan melestarikannya sebagai sesama ciptaan Allah. Perlunya gereja mengembangkan panggilan tugasnya di dunia kepada ciptaan secara lebih luas juga sesuai dengan amanat Yesus dalam Markus 16:15. Di sana murid-murid diminta untuk memberitakan Injil kepada “segala makhluk”. Kata makhluk di sana berasal dari bahasa Yunani ktisis yang berarti hasil karya ciptaan Allah secara utuh; bisa manusia dan juga alam dan lingkungan. Ini menunjukkan betapa alam dan lingkungan perlu menjadi sasaran dan teman yang disapa gereja yang kepadanya juga diupayakan Injil (kesukacitaan) dan kesejahteraan untuk menjalani hidupnya di dunia. Dengan demikian gereja akan sadar dengan konteks kehidupannya saat ini yang memanggilnya untuk menjalankan tugas secara holistik. Akan tetapi di sini juga perlu disadari bahwa ketika Maitimoe penulis buku ini (1978), belum muncul kesadaran dan keprihatinan yang besar mengenai kerusakan alam dan permasalahan manusia sebagaimana yang dipaparkan Singgih di atas. Di sinilah pemikiran Singgih ini akan mampu memperlengkapi konsep pembangunan jemaat missioner yang dipaparkan Maitimoe. Dengan adanya kesadaran akan permasalahan konteks Indonesia secara faktual, ide pembangunan jemaat missioner yang dipaparkan Maitimoe akan menjadi lebih hidup dan lebih tepat konteks. Gereja akan tahu dengan jelas kemana arah pelayanan dan kesaksian itu bisa diarahkan. Sumbangsih Pemikiran Maitimoe bagi Kehidupan Bergereja Saat Ini Pertama. Konsep pembangunan jemaat missioner Maitimoe sangat menekankan akan gereja yang mau keluar dari temboknya untuk menjangkau dunia dan masyarakat. Gereja tidak bisa hanya diam mengurusi dirinya sendiri. Pemahaman ini mengingatkan kita saat ini untuk mau terbuka mengadakan program-program gereja yang bisa menjangkau masyarakat. Pelayanan kepada dunia dan masyarakat harus ditingkatkan, dan tidak bisa hanya dianggap sambil lalu saja. Untuk merealisasikan hal ini diperlukan struktur gereja yang lebih fleksibel sebagaimana tercermin di gereja zaman Perjanjian Baru. Gereja juga bisa bekerjasama dengan gereja-gereja lain dalam melakukan pelayanan dan kesaksian ini. Ini sekaligus bentuk mewujudkan keesaan gereja. Kedua, konsep Pembangunan Jemaat Misioner ini sangat tergantung kepada peran warga jemaat. Warga jemaat tidak bisa hanya pasif, atau merasa cukup dengan hadir dalam ibadah Minggu. Lebih dari itu, warga jemaat diharapkan untuk mau terlibat aktif dalam upaya memberitakan Injil melalui kata dan karya. Warga jemaatlah tulang punggung dan ujung tombak gereja, karena tanpa warga jemaat gereja akan tidak berfungsi. Tugas pendeta sebagaimana dipaparkan Maitimoe, adalah dalam hal motivasi, refleksi, dan pembinaan. Selebihnya, yang merancang, bergerak, dan mewujudkan serta merealisasikannya, adalah warga jemaat! Maka itu hendaknya warga jemaat memanfaatkan sarana-sarana yang tersedia, seperti Pelayanan Kategorial, Komisi, atau pelayanan-pellayanan tertentu, sebagai wadah melaksanakan panggilan dan pengutusan Allah dan upaya mewujudkan suatu Jemaat yang missioner. Selesai......... HASIL PERTEMUAN TEAM PENGKAJIAN PENDEWASAAN DAN PELEMBAGAAN GPIB GALILEA CILACAP Dasar Program Kerja GPIB Galilea Cilacap Tahun 2016 – 2017 No Program 8010.06 tentang Pendewasaan dan Pelembagaan Jemaat GPIB Galilea Cilacap. Sehubungan dengan hal tersebut telah dibentuk Team Pengkajian Pendewasaan dan Pelembagaan Jemaat GPIB Galilea Cilacap. Team dimaksud akan mengkaji apakah GPIB Galilea Cilacap sudah memenuhi syarat menjadi 2 Bakal Jemaat dengan mempertimbangkan pertumbuhan Jemaat, efisiensi pelayanan dan persyaratan yang ditetrapkan. Pengumuman ini diwartakan mulai tanggal 21 Agustus sampai dengan 11 September 2016. Pada tanggal 18 September 2016 akan dibuat angket bagi Warga Jemaat. Demikian untuk menjadikan perhatian bersama. SUSUNAN PANITIA PELAKSANA HUT GPIB, NATAL 2016 DAN PASKAH 2017 Berdasarkan Program Kerja Majelis Jemaat Tahun 2016 – 2017, Rapat PHMJ tanggal 20 Mei 2016, Rapat PHMJ tanggal 10 Juli 2016, Rapat PHMJ beserta Jemaat Tanggal 26 Juli dan Surat Keputusan Majelis Jemaat GPIB Galilea Cilacap Nomor : 054/07.16/MJGC(02)/Kpts tertanggal 28 Juli 2016 telah terbentuk Susunan Panitia HUT GPIB, Natal 2016 dan Paskah 2016 sebagai berikut SUSUNAN PANITIA PELAKSANA HUT GPIB, NATAL 2016 DAN PASKAH 2017 Penanggung Jawab Penasehat : Majelis Jemaat GPIB “ Galilea “ Cilacap : PHMJ GPIB” Galilea “ Cilacap Ketua Sekretaris Bendahara : Ibu KETY SUSIANA MANABUNG - MAIT : Ibu MELIWATI ANDRIS - MARPAUNG : Ibu ISADORA SARTONO - DJAWAMATA Seksi – seksi : Acara ‘ Lomba & Ibadah : Vik. YOSUA WAHYU ANGGORO, S.Si Ibu SANDRA LUMBA – NIKIJULUW Ibu ELIZABETH PIAY Bpk. YOHANES TAMBUNAN Sdr. GARRY SAPULETTE Sdri. DUNIE ANATON SARTONO ( Koordinator ) Usaha Dana : Ibu LILY SAPULETTE Ibu HERNAWATI WATTIHELUW Ibu IRA BARUS Bpk. YANEMAN ANDRIS ( Koordinator ) Konsumsi : Ibu JENNY HUTABARAT - SIPAHUTAR Ibu HANNA DWI KRISTIANI ANTON Ibu RENNY JHONY - DHARMA Ibu IDA FITRIA PIAY Ibu IHDA RAHMA BUDY PRAYITNO Ibu NENY TRIAGUSTINI WATTIMENA Ibu NOVI PRISCILLA TETENGEAN Ibu BUDI WEKEN Ibu SAMINI NOYA Ibu NORIE MANUHUTU - RANSUN ( Koordinator ) Perlengkapan & Dekorasi&Transportasi : Bpk. JHONY Bpk. RENDIKA WOWOR Bpk. YOHANES ASTIONO Sdr. ROY PASARIBU Sdr. DENELVY FRANLY Sdri. AVE SHANIA CHRIESTIN Sdri. UTRICIA WOWOR Sdri. IMELDA NATALIA ( Koordinator ) Dokumentasi/Publikasi : Bpk. BAMBANG SETYABUDI Bpk. TONNY ITRAN Sdr. SADRAKH YASUA PIAY Sdr. IMMANUEL TYTO SIHOMBING ( Koordinator ) Keamanan : Bpk. YUDI M. BOWARD Bpk. ANDREAS PURWANTO Bpk. HERMAN BALOTO ( Koordinator) SUSUNAN PENGURUS PGIS KABUPATEN CILACAP MASA PELAYANAN 2016 – 2018 Berdasarkan Surat dari PGIS Kabupaten Cilacap nomor : 006/Pemb.Pgrs/PGIS/08.2016, perihal Susunan Pengurus PGIS Kabupaten Cilacap Masa Pelayanan Tahun 2016 – 2018 dan yang akan di Lantik pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 17.00 WIB bertempat di Gereja Kristen Jawa Jl. Dr. Wahidin No. 36 – 38 Cilacap, dengan Susunan sebagai berikut : Penanggung Jawab : Pendeta – Pendeta di Lingkup PGIS Kab. Cilacap Ketua : Pdt. KHONSELMAN RADJABAYCOLLE, S.Si (GKJ Cilacap) Wakil Ketua : Pnt. ARI SULISTIYANTO (GKJ Cilacap) Sekretaris : 1. Pnt. H. YANCE KAYADU (GPIB Cilacap) : 2. Pnt. KURNIA PANTJA KUMBUL (GKI Cilacap) : 1. Pnt. RUMI RACHMAWATI (GKJ Citara) : 2. Pnt. SUHERI (GKI Cilacap) : 1. Pnt. SUWARDI (GKJ Cilacap) : 2. Pnt. HENDRO JOKO (GKJ Citara) : 3. Dkn. STEPANUS KALE (GPIB Cilacap) : 4. Pnt. ENDANG SUMARDANI (GKI Cilacap) : 5. Pnt. St. MARTIN HUTAGALUNG (HKBP Cilacap) : 6. C.Pdt. FIRMANNUDIN HIDAYAT (GKJ Jeruk Legi) NO Bendahara Anggota NAMA AGUSTUS I II 06.00 III IV V I 09.00 II III IV I II 17.00 III IV V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sdri. Meli Nongkang Sdr. Vega Baloto Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Sadrakh Y. Piay Ibu Reta Budianto Bpk. Tonny Itran Sdri. Imelda Natalia Sdr.Aditya Wattiheluw Sdr. Roy Pasaribu Sdr. David Noya Sdr. Frans Sdri. Mitariana SEPTEMBER Sdri. Mitariana Sdri. Meli Nongkang Sdr. Vega Baloto Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Sadrakh Y. Piay Ibu Reta Budianto Bpk. Tonny Itran Sdri. Imelda Natalia Sdr.Aditya Wattiheluw Sdr. Roy Pasaribu Sdr. David Noya Sdr. Frans OKTOBER Sdri. Mitariana Sdri. Meli Nongkang Sdr. Vega Baloto Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Sadrakh Y. Piay Ibu Reta Budianto Bpk. Tonny Itran Sdri. Imelda Natalia Sdr.Aditya Wattiheluw Sdr. Roy Pasaribu Sdr. David Noya Sdr. Frans NOVEMBER Sdri. Mitariana Sdri. Meli Nongkang Sdr. Vega Baloto Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Sadrakh Y. Piay Ibu Reta Budianto Bpk. Tonny Itran Sdri. Imelda Natalia Sdr.Aditya Wattiheluw Sdr. Roy Pasaribu Sdr. David Noya Sdr. Frans +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +1 +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 PENGUCAPAN SYUKUR PENGUTUSAN ROMA 12 : 1 – 2 ROMA 12 : 9 MALIAKHI 3 : 10 AMSAL 3 : 9 – 10 2 KORINTUS 8 : 9 2 KORINTUS 8 : 12 – 13 2 KORINTUS 9 : 11 – 12 YOHANES 3 : 16 1 TESALONIKA 5 : 18 IBRANI 13 : 15 – 16 RATAPAN 3 : 22 – 23 MAZMUR 96 : 8 MATIUS 5 : 7 – 9 BERKAT Minggu I & V – BILANGAN 6 : 24 - 26 Minggu II – EFESUS 6 : 23 – 24 Minggu III – 1 PETRUS 5 : 10a Minggu IV – 2 KORINTUS 13 : 13 VOTUM & SALAM GALATIA 1 : 3 – 5 1 TIMOTIUS 1 : 2b TITUS 1 : 4 2 PETRUS 1 : 2 2 YOHANES 3 YUDAS 1 : 2 WAHYU 1 : 4 - 5 1 PETRUS 5 : 6 – 7 EFESUS 6 : 10 – 11, 19 ROMA 15 : 13 WAHYU 3 : 3 – 6 IBRANI 13 : 5 KOLOSE 3 : 15 YAKOBUS 1 : 12 1 TESALONIKA 5 : 16 – 18 MATIUS 7 : 21 YOSUA 1 : 9 ROMA 8 : 28 MATIUS 5 : 16 IBRANI 12 : 5b – 6 WAHYU 3 : 19 YESAYA 41 : 10 FILIPI 4 : 6 YOHANES 15 : 4 IBRANI 10 : 38 – 39 KISAH PARA RASUL 4 : 12 KOLOSE 2 : 6 – 7 YAKOBUS 4 : 7 – 8a JADWAL KEGIATAN 1. Tanggal 19 Maret 2016 Katekisasi - Presentasi Khotbah anak 2. 3. 4. 5. Tanggal 21 Maret 2016 Tanggal 27 Maret 2016 Tanggal 28 Maret 2016 Tanggal 29 Maret 2016 - dan Penggembalaan. POKJA Ibadah Presbiter dan keluarga Ibadah Misioner - GP Persiapan Presbiter dan Pengensahan Program Minggu, 13 Maret 2016 : Tugas Baca Alkitab : 1. Pukul 06.00 WIB Gereja Jl. Pisang 2. Pukul 09.00 WIB Gereja Jl. Rinjani Silitonga 3. Pukul 17.00 WIB Gereja Jl. Pisang - Debora Novita Saiya Palti Bistok Yosea - Novia Marga Rini Tugas Pembawa Kantong Kolekte : 1. Pukul 06.00 WIB Gereja Jl. Pisang Priwidodo - Bill Yesyurun 2. Pukul 09.00 WIB Gereja Jl. Rinjani - 3. Pukul 17.00 WIB Gereja Jl. Pisang - LLesly Paulina Ayu Hastari Julian Thomas Surya Rianita Dian Prasasti Harnita Dwi Oktavani PEMENANG LOMBA HUT GPIB KE 67 Dalam rangka HUT GPIB ke 67 Panitia Pelaksana telah melaksanakan Lomba – lomba pada acara Ibadah Padang di Nusakambangan pada tanggal 14 Oktober 2015. Hadiah Lomba akan dibagikan pada Ibadah Penyegaran Iman pada hari rabu, 04 Nopember 2015. Sebagai Pemenang Lomba adalah sebagai berikut : LOMBA GERAK DAN LAGU : JUARA 1 : SEKTOR III JUARA 2 : SEKTOR IV JUARA 3 : SEKTOR I JUARA 4 : SEKTOR II LOMBA CERDAS CERMAT ALKITAB : JUARA 1 : SEKTOR I JUARA 2 : SEKTOR IV JUARA 3 : SEKTOR III JUARA 4 : SEKTOR II LOMBA SEPAK BOLA PANTAI JUARA 1 : SEKTOR I JUARA 2 : SEKTOR III JUARA 3 : SEKTOR II JUARA 4 : SEKTOR IV JUARA UMUM ADALAH SEKTOR I ( SATU) +11+ PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN SEBAGAI KEPUTUSAN GEREJAWI PENGANTAR Sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan adalah hasil pergumulan dan keputusan bersama jemaat-jemaat melalui para presbiter yang diutus ke Persidangan. Karena itu sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan, mengikat sekalian warga jemaat dan jemaatjemaat GPIB. Artinya Ketetapan Persidangan Sinode itu harus diberlakukan di seluruh jajaran pelayanan GPIB di tingkat sinodal maupun di tingkat jemaat dan harus ditaati oleh sekalian presbiter dan warga jemaat. PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN SEBAGAI SEBUAH UNGKAPAN SYUKUR KEPADA TUHAN 1. Persidangan Sinode telah menetapkan bahwa salah satu sumber penerimaan gereja di tingkat jemaat adalah persembahan warga gereja, yaitu : (a) persembahan persepuluhan sebagai persembahan wajib, (b) persembahan syukur (khusus), (c) persembahan sukarela yang disampaikan dalam ibadah-ibadah jemaat. Dan salah satu penerimaan gereja di tingkat sinodal adalah persembahan jemaat, yaitu : (a) persembahan persepuluhan bulanan dari jemaat-jemaat sebagai persembahan wajib. 2. Persembahan warga jemaat sesungguhnya adalah ‘ungkapan syukur’ kepada Tuhan atas pemeliharaan Tuhan dan berkat-berkat Tuhan yang dialami dalam kehidupan pribadi maupun bersama keluarga. Karena itu persembahan warga gereja harus diberikan bukan dengan terpaksa atau karena dipaksa, tetapi dengan hati penuh sukacita karena mengucap syukur kepada Tuhan. Seperti yang dilakukan raja Daud ketika memberi persembahan untuk pembangunan Bait Suci di Yerusalem. Daud berkata : “Sekarang ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu. Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu” (1 Tawarikh 29 : 13 – 14). Juga seperti yang dilakukan warga gereja di Makedonia ketika mereka memberikan persembahan untuk membantu warga gereja di Yerusalem yang sedang dilanda bencana kelaparan (2 Korintus 8 : 1 – 3). 3. Ada berbagai macam persembahan yang harus bangsa Israel berikan sehubungan dengan ibadah kepada Allah. Pertama, persembahan dalam bentuk korban sembelihan, yaitu : korban bakaran ( Imamat 1 : 1 – 17 ), korban sajian ( Imamat 2 : 1 – 16 ), korban keselamatan ( Imamat 3 : 1 – 17 ), korban penghapus dosa ( Imamat 4 : 1 – 5 : 13 ), korban penebus salah ( Imamat 5: 4–6 :7 ), Kedua, persembahan dalam bentuk ‘bukan korban sembelihan’, yaitu : persembahan khusus ( Keluaran 25 : 1 – 8 ), persembahan pentahbisan mezbah ( Bilangan 7 : 11 – 14 ). Mengenai Persembahan Persepuluhan, kitab Bilangan 18 : 20 – 21 mengatakan : “Tuhan berfirman kepada Harun, di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan memperoleh bagian di tengah-tengah mereka. +7+ Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-tengah orang Israel. Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan”. Persembahan Persepuluhan yang orang Israel persembahkan kepada Tuhan, adalah milik Tuhan. Tuhan memberikan Persembahan Persepuluhan yang telah menjadi milik-Nya kepada orang-orang Lewi untuk menjadi milik mereka (lihat juga Nehemia 10 : 37; 12 : 44). Sebaliknya, orang Lewi juga diharuskan memberikan Persembahan Persepuluhan dari Persembahan Persepuluhan yang mereka terima (Bilangan 18 : 26). Kewajiban memberikan Persembahan Persepuluhan ternyata sudah dipraktekan sejak lama. Setelah Abraham (nama sebelumnya : Abram) mengalahkan musuh-musuhnya dan ia diberkati oleh Melkisedek, Abraham memberikan Persembahan Persepuluhan kepada Melkisedek (Kejadian 14 : 17 – 20). Sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang setia menjaga dan memeliharanya, Yakub berjanji akan memberikan Persembahan Persepuluhan kepada Allah (Kejadian 28 : 18 – 22). Persembahan persepuluhan itu tidak hanya berupa hasil pertanian, tetapi juga berupa korban sembelihan (Imamat 27 : 30 – 32). Raja Hizkia dari kerajaan Yehuda tidak hanya memerintahkan bangsa Israel supaya mereka membayar Persembahan Persepuluhan kepada Allah, tetapi raja Hizkia juga mengatur pengumpulan dan pendistribusian Persembahan Persepuluhan itu. Raja Hizkia sendiri juga memberikan Persembahan Persepuluhan kepada Allah (2 Tawarikh 31). Nehemia juga bahwa dalam ketaatan kepada Allah dan firman-Nya yang disampaikan dalam Hukum Taurat, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh raja Hizkia, yaitu memerintahkan bangsa Israel supaya mereka membayar Persembahan Persepuluhan kepada Allah (Nehemia 13). Penulis surat Ibrani juga menyampaikan kepada orang-orang Kristen penerima surat Ibrani tentang kewajiban memberikan Persembahan Persepuluhan (Ibrani 7 : 8 – 9). Memberikan Persembahan Persepuluhan adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar, karena itu adalah perintah Tuhan. Kita tidak akan pernah kekurangan apalagi menjadi miskin karena memberikan persembahan persepuluhan. Melalui nabi Maleakhi Tuhan menegaskan kepada umat-Nya bahwa mereka tidak akan pernah kekurangan apalagi menjadi miskin karena memberikan persembahan persepuluhan (Maleakhi 3 : 10 – 13). 4. Persembahan persepuluhan bukan ‘pajak penghasilan’ yang harus umat bayar kepada Tuhan, melainkan adalah ‘ungkapan syukur’ umat kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan berikan melalui kerja atau usaha. Jadi Persembahan Persepuluhan diberikan dari hasil kerja atau hasil usaha umat termasuk upah (gaji/honorarium) dan bukan modal kerja. Umat memberikannya kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur untuk menopang pelayanan gereja (gereja lokal) dimana ia terdaftar sebagai anggota. Dalam hal ini, para pendeta sebagai Pelayan Firman dan Sakramen juga harus memberikan Persembahan Persepuluhan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan berikan melalui pelayanan yang ia kerjakan (gaji atau honorarium). Jemaat-jemaat sebagai gereja lokal juga punya kewajiban untuk menopang pelayanan gereja di tingkat sinodal dengan memberikan Persembahan Persepuluhan setiap bulan kepada Majelis Sinode. Persembahan Persepuluhan yang dimaksud adalah : sepersepuluh dari jumlah Persembahan Persepuluhan warga jemaat setiap bulan, sepersepuluh dari jumlah persembahan syukur warga jemaat setiap bulan, dan sepersepuluh dari jumlah persembahan sukarela warga jemaat (kolekte dalam ibadah-ibadah) setiap bulan. +8+ Kepada-Mu ‘ku berdoa dan ‘ku pinta: “Ulurkanlah tangan kasih-Mu padaku.” Kar’na ‘ku tahu ‘Kau selalu di sisiku. Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu. Ref. : Kar’na ‘ku tahu, ‘ku tahu pasti, Oh, Tuhan, apapun juga di dunia ini. Tanpa Kau, Tuhan, semuanya tak ‘kan berarti. Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu. Berikanlah dan tunjukkan kuasa-Mu, Tabahkanlah dan kuatkanlah imanku. Jadikanlah aku ini hamba setia-Mu agar dapat aku hidup selalu di sisi-Mu. Ref. : Kar’na ‘ku tahu, ‘ku tahu pasti, Oh, Tuhan, apapun juga di dunia ini. Tanpa Kau, Tuhan, semuanya tak ‘kan berarti. Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu. Sahabat SBU yang terkasih, Kami rindu untuk memberi pelayanan yang lebih baik. Mohon luangkan waktu untuk mengisi angket di bawah ini dengan melingkari jawaban saudara. Serahkan ke kantor Majelis Jemaat setempat. Partisipasi saudara sangat kami harapkan. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati. 1. Jenis kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia: a. 25 – 45 tahun b. 46 – 65 tahun c. Diatas 65 tahun 3. Pendidikan: a. SD/SMP (yang sederajat) b. SMA (yang sederajat) c. Akademi/Perguruan Tinggi (yang sederajat) Penjelasan: ………………………………………… 4. Pekerjaan: a. Pegawai Negeri Sipil b. TNI/Polri c. Swasta d. Usaha sendiri e. Pensiunan/Tidak bekerja 5. Di jemaat sebagai: a. Presbiter b. Pengurus Pelkat/omisi c. Warga jemaat (bukan a atau b) Penjelasan: ………………………………………………………. 6. Bertempat tinggal di: a. Ibu kota provinsi/kota kabupaten b. Kota kecamatan c. Desa Penjelasan: ………………………………………………………. 7. Frekuensi membaca SBU: a. Tiap hari; pagi dan malam b. Tiap hari; hanya pagi c. Tiap hari; hanya malam d. Tidak tiap hari Penjelasan: ……………………………………………………… 8. Apakah renungan SBU membangun iman saudara?: a. Membangun b. Kurang membangun c. Tidak membangun Penjelasan: ……………………………………………………… 9. Bagaimana dengan tata bahasanya?: a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik Penjelasan: ……………………………………………………… 10. Bagaimana uraian renungannya?: a. Dapat dimenegrti b. Kurang bisa dimengerti c. Tidak bisa dimenegerti Penjelasan: ……………………………………………………… 11. Berikan pendapat tentang judul renungan: a. Sesuai dengan isi renungan b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai Penjelasan: …………………………………………………….. 12. Mengenai pilihan lagu?: a. Sesuai dengan isi renungan b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai Penjelasan: ……………………………………………………… 13. Pendapat saudara tentang pokok doa pada akhir renungan: a. Sesuai dengan renungan b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai Penjelasan: ……………………………………………………… 14. Tentang tata letak (lay out) halaman isi/renungan: a. Baik b. Kurang baik c. Tidak baik Penjelasan: …………………………………………………….. 15. Berikan pendapat saudara tentang sampul depan (cover): a. Menarik b. Kurang menarik c. Tidak menarik Penjelasan: ……………………………………………………. PROYEK PENATAAN HALAMAN GEREJA JL. RINJANI (PEMASANGAN PAVING BLOCK) Puji syukur kita naikan kepada Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, atas segala berkat yang Tuhan limpahkan kepadakita semua, baik dari sejak Perencanaan Program Kerja oleh Majelis Jemaat, Pembentukan Panitia, Penggalangan Dana, dukungan Moril & Materiil dari jemaat, serta pelaksanaan proyek dapat di laksanakan dan di slesaikan sesuai dengan rencana. Semua ini berkat penyertaan dan bimbingan Tuhan dalam kerja keras kita semua. Proyek penataan halama Gereja Jl. Rinjani telah selesai di kerjakan dengan total anggaran yang di gunakan sebesar Rp. 145. 896.000,- (Seratus empat puluh Sembilan juta delapan ratus Sembilan puluh enam ribu rupiah) Sumber dana kita peroleh dari seluruh anggota jemaat GPIB “Galilea” Cilacap melalui : - Donatur - Janji Iman - Kotak Khusus - Dan lain-lain. Dari jumlah pengeluaran anggaran Rp, 145.896.000,- masih kekurangan dana untuk pembayaran kepada pihak pemborong pekerjaan sebesar Rp. 5.650.000.- Untuk menanggulangi kekurangan dana tersebut dihimbau kepada seluruh jemaat untuk berpartisipasi dalam bentuk : - Donatur - Janji Iman - Kotak Khusus setiap Ibadah Minggu Atas perhatian dan partisipasi jemaat dalam hal ini, Majelis Jemaat mengucapkan terimakasih. Tuhan memberkati. +11+ PERTANGGUNG JAWABAN PANITIA PEMBANGUNAN PAVING BLOCK GPIB TAHAP PERTAMA NO TANGGAL 1 2 3 4 5 20.02.2015 21.03.2015 PENERIMAAN DARI Kas Gereja Kel. Bpk. Dr. Naek Siregar Ibu Lily Kel. Bpk. Michael Louis Kas Gereja JUMLAH NO 1 2 3 4 5 6 7 TANGGAL JUMLAH Rp. 25.000.000,10.000.000,10.000.000,11.000.000,21.366.000,- 77.366.000,PENGELUARAN Perbaiki Selokan Bayar Paving Block Ongkos Pasang Ongkos Bongkar Pasir Uruk Kasting Pasang Kasting JUMLAH KEKURANGAN JUMLAH Rp. 4.446.000,48.000.000,15.000.000,2.000.000,2.000.000,5.600.000,700.000,- 77.746.000,380.000,- PERTANGGUNG JAWABAN PANITIA PEMBANGUNAN PAVING BLOCK GPIB TAHAP KEDUA NO TANGGAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11.04.2015 30.04.2015 18.05.2015 18.05.2015 18.05.2015 19.05.2015 19.05.2015 19.05.2015 19.05.2015 PENERIMAAN DARI Kas Gereja Kas Gereja Kel. Bpk. Dr. Naek Siregar Ibu Emma Ibu Budy Prayitno Kel. Bpk. Hence Waisapy Kas Gereja Kel. Bpk. Michael Louis Ibu Lily JUMLAH NO 1 2 3 4 5 TANGGAL JUMLAH Rp. 25.000.000,20.000.000,5.000.000,1.000.000,500.000,1.000.000,5.650.000,5.000.000,5.000.000,- 68.150.000,PENGELUARAN Bayar Paving Ongkos Pasang Pasir Uruk Kasting Pasang Kasting JUMLAH KEKURANGAN JUMLAH Rp. 44.000.000,13.750.000,3.200.000,6.400.000,800.000,- 68.150.000,-,0,- HIMNE PELKAT PKP do = a 4 ketuk Tersebar di pulau-pulau persada indah Indonesia dari asal yang berlainan dari pelbagai suku bangsa bertemu dengan sesama di dalam kota atau desa kita ingin menghayati panggilan kita di Gereja. Ref. : kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya. sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja. Kita saling perhatikan demi sejahtera koinonia dan bersama mengartikan tujuan suci diakonia dalam kata dalam karya kita kembangkanlah marturia agar kemuliaan Allah menjadi nyata dalam dunia. Ref. : .. kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya. sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja. B’rilah Tuhan dalam kami citra wanita setia mengabdi nyata bersemarak bersahaja saleh tabah luhur budi lengkapilah Tuhan yang pada-Mu dalam baktinya berserah supaya Engkau yang bertambah dan kami ini yang merendah Ref. : .. kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya. sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja. MARS PELKAT PKB do = bes 4 ketuk Persekutuan kaum Bapak seluruh GPIB bertekad dengan sungguh-sungguh, melayani bersama. Kasih Tuhan sebagai dasar dalam tugas pelayanan bangunkan persekutuan, demi Tuhan Sang Penebus Dalam setiap pergumulan dan setiap cobaan berpegang hanya pada Tuhan, pertolongan-Nya tetap. Dengan sabar dan rendah hati bersyukur senantiasa memuliakan nama Tuhan, kini dan selama-lamanya. MARS PELKAT GP do = c 4 ketuk ya di dalam iman percaya, pada Kristus Tuhan. Kami pemudi dan pemuda melayani-Nya. Pada g’reja dan masyarakat, kami hadir di dalamnya. Dalam kasih setia Tuhan, sempurnalah persoalan dan tantangan peratasilah oleh hikmat dari Tuhan. Kami siap mewujudkan sosok yang benar. Itu beban serta tanggung jawab pemudi dan pemuda. MARS PELKAT GP do = c 4 ketuk ya di dalam iman percaya, pada Kristus Tuhan. Kami pemudi dan pemuda melayani-Nya. Pada g’reja dan masyarakat, kami hadir di dalamnya. Dalam kasih setia Tuhan, sempurnalah persoalan dan tantangan peratasilah oleh hikmat dari Tuhan. Kami siap mewujudkan sosok yang benar. Itu beban serta tanggung jawab pemudi dan pemuda. Mars Pelkat PT 4/4 Dimarcia do = c / d Bersemangat tanpa ragu-ragu kami Teruna GPIB berkembang tumbuh dalam Kristus dengan dasar iman teguh. Di kota dan yang ada di desa Teruna satu adanya terus maju dan berkarya ‘tuk g’reja bangsa, dan negara. Bersyukur dan selalu berdoa dalam suka dan duka. Hormat, patuh pada ayah bunda. Cinta pada sesama. Siapkan diri sedari dini wahai Teruna GPIB. Songsong masa depanmu sendiri Kristuslah penolong sejati Teruna harapan neg’ri. Mars Pelkat PA c = do semua : Gereja yang melayani sampai kepelosok dunia. Wujudkan kasih Ilahi menyatakan terang injil. Syair A (Anak Layan) : Terbentang lading Tuhan kami kuncup bertumbuh riang oh betapa rindukan kasih saying di dalam bimbingan Syair A (Pelayan Anak) : Tuhan jadikan kami pekerja yang tekun setia dan dengan suka cita mau merawat benih menyirami Semua : Dengan semangat mengabdi kami satu di pelayanan. Bernyanyi dan bercerita untuk kemuliaan Allah. Syair B (Anak Layan) Tuhan b’ri bijaksana jati diri pelayan kami agar dalam berkarya Tuhan yesus lah kawan sejati. Semua : Dengan semangat mengabdi kami satu di pelayanan. Bernyanyi dan bercerita untuk kemuliaan Allah. DOA EPIKLESE Minggu I PF. : Ya Tuhan curahkanlah Roh Kudus - Mu menjamah dan mengurapi pendengaran, pikiran dan hati kami agar FirmanMu yang kami dengar melalui bacaan Alkitab dan pemberitaannya, kami pahami dan kami dapat melakukannya dalam hidup setiap hari. Amin. Minggu II PF. : Ya Tuhan curahkanlah Roh Kudus-Mu untuk mendiamkan semua suara dari pendengaran, pikiran dan hati kami, agar kami sungguh-sungguh mendengar dan memahami FirmanMu serta mau melakukannya sepanjang hidup kami. Amin. Minggu III PF. : Ya Bapa, Mahakuasa; ya Kristus, Mahapengasih. Karuniakan Roh KudusMu untuk memimpin kami mendalami kekayaan firmanMu dan memampukan kami juga membagi kekayaan firmanMu itu kepada semua orang melalui pikir, tutur dan laku yang benar dalam hidup dan kerja-layan kami setiap hari. Amin. Minggu IV PF. : Ya Tuhan, bukalah pendengaran, pikiran dan hati kami dan terangilah dengan Roh Kudus sehingga kami mampu mendengar kebenaran dan memahami kehendakMu di dalam firman yang dibacakan dan diberitakan, sehingga oleh tuntunan Roh KudusMu juga, kami dapat mewujudkannya dalam kehidupan setiap hari. Amin. Minggu V PF. : Ya Tuhan, FirmanMu adalah Harta terpendam yang menjamin kehidupan kami di bumi maupun di sorga. Curahkan Roh KudusMu agar kami mendapat kuasa dan kekuatan untuk menggali firmanMu dan mau hidup di dalamnya, sekarang dan selamanya. Amin. PENGAKUAN DOSA Minggu II P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita: Ya Bapa mahakudus yang penuh pengasihan, kami mengaku kepada-Mu, seperti kami mengaku satu kepada yang lain bahwa kami telah bersalah, baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan; kami gagal untuk berbuat yang baik. -------------umat mengaku secara pribadi -------------Segala kekurangan kami sebagai orang percaya; kelemahan iman kepudaran pengharapan, ketiadaan kasih; pelanggaran dan kelalaian. Kami mengaku kepada-Mu, Umat : Menyanyi KJ. 43 P2. : Segala kekurangan kami sebagai Umat-Mu yang telah kau kuduskan di dunia ini; salah paham dan perselisihan; pementingan diri, iri hati dan saling membenci. Kami mengaku kepada-Mu. Umat : P2. : Umat : P2. : Menyanyi KJ. 43 Segala kekurangan kami sebagai Gereja yang telah kau utus ke dalam dunia; ketidak-beranian untuk berkata benar; ketertutupan dan ketidak-jelasan dalam kesaksian. Kami mengaku kepada-Mu. Menyanyi KJ. 43 Berilah kami pengampunan dan damai sejahtera, ya Bapa; sucikan dan baharuilah pikiran, hati, tutur dan laku kami oleh Yesus Kristus, Jurus’lamat dunia. Minggu III P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita: Ya Allah yang Kudus dan penuh kemurahan, kami menyadari dan mengaku di hadapanMu hakekat kami yang berdosa dan rapuh, sehingga cepat untuk berbuat jahat dan lambat untuk berbuat baik. Kami menyadari dan mengaku akan kelemahan kami dan sikap kami yang mementingkan diri. Engkau mengetahui betapa sering kami berdosa; mengembara dari jalan-Mu, menyia-nyiakan pemberianMu dan melupakan kasih-Mu. Ya Allah mahakasih, kasihanilah kami orang-orang yang telah malu dan menyesal ini, karena dalam segala hal kami telah menyakiti hati-Mu. Ajarlah kami untuk membenci kesalahan yang kami lakukan; bersihkanlah kami dari dosa demi nama AnakMu yang kekasih. Tolonglah kami, ya Allah Yang Pengasih, agar kami hidup dalam terang-Mu, dan berjalan pada jalanMu sesuai perintah Yesus Kristus, Tuhan kami. Demikian pengakuan umat-Mu, dengarlah, ya Tuhan. Umat : Menyanyi GB. 15 atau lainnya. Minggu IV P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita: Bapa Mahakudus, kami mengaku kepadaMu bahwa kami adalah umat yang berdosa. Kami telah gagal untuk mengasihi Engkau dan sesama kami. Kami cenderung lebih mengasihi diri kami sendiri. Kami mengasihi hanya supaya kami kembali menerima kasih. Kepada-Mu kami memohon: Umat : P2. : Umat : P2. : Umat : Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya. Bapa Mahapengasih, kami mengaku bahwa kami sering tidak setia melayani Engkau. Kami melayani Engkau dengan motivasi salah. Kami melayani hanya agar kami diakui dan dikenal. Kami cenderung lebih mengutamakan harga diri dan hak-hak kami. Kami takut untuk menyatakan yang benar; kami bersikap diam terhadap berbagai kesalahan dan kecurangan, Kepada-Mu, kami memohon : Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya. Bapa Mahapenyayang, kami menyadari bahwa sungguh dosa kami bertambah besar, sebab dalam melaksanakan tugas panggilan dan pengutusan-Mu, kami terlalu banyak menuntut, sering kecewa dan putus asa. Kami juga terlalu banyak berbicara, dan hanya sedikit bekerja. Berilah kami pengampunan-Mu, ya Bapa. Baruilah hati dan perilaku hidup serta kerja-layan kami oleh Roh Kudus. Kami mohon dalam Yesus krtisus, Tuhan dan Penebus kami yang hidup. Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya. Minggu I & V P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita: Ya Allah, kami menyadari dan mengaku bahwa sungguh dosa dan pemberontakan kami banyak di hadapan-Mu, dan dosa kami bersaksi melawan kami. Sungguh, kami menyadari pemberontakan kami, dan mengenal segala kejahatan kami. Kami telah mem-berontak dan mungkir terhadapTuhan; berbalik dari mengikut Allah kami. Kami merancangkan berbagai pemerasan dan penyelewengan. Hati kami mengandung dusta dan melahirkannya dalam kata-kata. Karena itu kami mohon kepada-Mu, ya Bapa, ampunilah segala dosa dan pemberontakan kami. Baharuilah kami, supaya kami layak menjadi anak-anakMu. Demikianlah pengakuan umat-Mu. Dengarlah, ya Tuhan: Umat : Menyanyi KJ. 5 : 7 atau lainnya. Ucapan Selamat datang kepada anggota Pelkat PKP Ucapan terimakasih kepada tuan rumah Memberi kesempatan tuan rumah untuk sambutan Mengajak jemaat berdiri menyanyikan Hymne PKP Jemaat menyanyi KJ. 10 : 1 & 2 Doa pembukaan : Ya, Tuhan Allah, Bapa yang kami puji sembah dan muliakan dalam Tuhan Yesus Kristus, kami percaya dan mengaku Engkaulah yang menuntun hidup kami dari hari ke hari. Saat ini kami ibu-ibu anggota Pelkat PKP datang untuk mempersembahkan pujian dan hormat, sekaligus kami memberi diri untuk Tuhan baharui. Untuk Dkn. Bapak Antonius Slamet yang akan menaburkan FirmanMu ya Bapa, curakanlah Roh KudusMu, agar apa yang disampaikan hanyalah kehendakmu saja, urapi dan bungkus Dkn. Bpk. Antonius Slamet dengan Roh KudusMu Bapa. Hadirlah ya Tuhan dan kuduskanlah Ibadah kami ini dari awal sampai pada akhirnya, serta karuniakan Roh kudusMu yang akan meyakinkan kami, akan berkat yang akan kami terima melalui ibadah ini. Dalam napa Bapa dan Anak dan Roh Kudus amin. (duduk) Jemaat menyanyi KJ. 52 : 1 & 2 Kotbah Saatnya untuk memberi Persembahan syukur Jemaat menyanyi KJ. 289 : 1 & 3 Doa persembahan : Inilah Persembahan sebagai Syukur kami kepadaMu ya Allah. Berkenanlah menerima dan melayakkan persembahan ini. Dan mampukan juga kami untuk sungguh-sungguh dengan ketulusan dan kerendahan hati kami mempersembahkan hidup kami menjadi alat untuk melayani dalam Pelayanan kasih dan mewujudkan kabar baik bagi seluruh umat manusia. Amin. Inventaris Sekretariat GPIB Galilea Cilacap Jl. Rinjani. HANYA YESUS JAWABAN HIDUPKU Kalaku cari damai hanya kudapat dalam Yesus Kalaku cari ketenangan kutemui di dalam Yesus Tak satupun dapat menghiburku Tak seorangpun dapat menolongku Hanya Yesus jawaban hidupku Bersama Dia hatiku Damai walau dalam lembah kekelaman Bersama Dia hatiku tenang walau hidup penuh tantangan Tak satupun dapat menghiburku Tak seorangpun dapat menolongku Hanya Yesus jawaban hidupku. Kalaku cari damai hanya kudapat dalam Yesus Kalaku cari ketenangan kutemui di dalam Yesus Tak satupun dapat menghiburku Tak seorangpun dapat menolongku Hanya Yesus jawaban hidupku Bersama Dia hatiku Damai walau dalam lembah kekelaman Bersama Dia hatiku tenang walau hidup penuh tantangan Tak satupun dapat menghiburku Tak seorangpun dapat menolongku Hanya Yesus jawaban hidupku.