GPIB Galilea Cilacap

advertisement
EPIFANIA
Sebelum abad ke IV hari Epifania dirayakan sebagai hari kelahiran KRISTUS ke dunia yaitu
pada tanggal 6 Januari. Gereja Otodoks masih mempertahankan tradisi tersebut sedangkan
Gereja Katholik merayakannya sebagai hari Tiga Raja (Matius 2:4).Gereja Protestan
merayakannya sebagai hari penampakan kemuliaan YESUS setelah dibaptis di Yordan
(Matius 3:17). Hari Minggu Epifania dirayakan pada hari Minggu terdekat dengan tanggal 6
Januari ditambah dengan 6 minggu sesudah itu *) , yang diliputi dengan rasa syukur dan pujipujian.
Warna dasar
: Hijau
Lambang/Logo
: Bintang bersegi lima
Warna Bintang
: Putih
Lingkaran
: Kuning
Arti : Bintang persegi lima lebih dikenal sebagai bintang Yakub, dalam hal ini menunjuk pada
terbitnya bintang dari keturunan Yakub (Bilangan 24:17).
Di kemudian hari hal ini dimanifestasikan lewat kelahiran YESUS KRISTUS yang ditandai
pula dengan munculnya/terbitnya bintang di Timur (Matius 2:1-2). Bintang ini pula yang
menunjuk pada penampakan kemuliaan YESUS KRISTUS bagi umat manusia.
PRAKATA
Jemaat yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS, Pelayan Firman beserta Penatua dan Diaken bertugas
mengucapkan selamat datang dan selamat beribadah kepada Jemaat yang baru pertamakali beribadah maupun
jemaat GPIB ”Galilea” Cilacap pada Ibadah MINGGU IV sesudah EPIFANIA . Tema pada ibadah minggu ini adalah:
Ada Penampakkan Kemuliaan, Bersiaplah!. Kiranya Ibadah yang kita lakukan saat ini berkenan dihadapan
TUHAN.
Pelayanan Pastoral dan Informasi penatalayanan dapat menghubungi :
1. Pdt. Ny. Retno W. Siahaan – Sumaredi, S.Th – Pastori Jl. Pisang Telp. 533040 (HP 081364939244)
2. Penatua atau Diaken yang terdekat dengan domisili Bpk/Ibu/Sdr.
3. Kantor sekretariat setiap hari kerja, HP. 085328337040 (AS) 085747472976 (IM3) Telp.& Fax 0282–542269
 Hari Selasa s/d Sabtu
= Pukul 08.00 s/d 15.00 wib.
 Hari Minggu
= Pukul 08.00 – 13.00 WIB.
 Hari Senin
= Libur
I. BIDANG : IMAN, AJARAN, IBADAH ( IMAJI )
1. IBADAH MINGGU
Unsur
Minggu, 29 Januari 2017
Minggu, 05 Februari 2017
Minggu, 12 Februari 2017
NAS PEMBIMBING
MATIUS
24 : 30
MATIUS
10 : 27
MATIUS
5 : 16
BERITA ANUGERAH
KISAH RASUL 13 : 38 – 39a MAZMUR
32 : 1b – 2 MAZMUR 103 : 8 – 12
PERINTAH HIDUP BARU
1 PETRUS
1 : 13 – 19 2 TIMOTIUS
4 : 1–5
EFESUS
5 : 8 – 16
BACAAN ALKITAB
YEHEZKIEL
1 : 1 – 14
LUKAS
8 : 16 – 18 AMSAL
5 : 1 – 14
Pujian Umat
KJ.
422 : 1, 2, 3
Menghadap Tuhan
KJ.
3 : 1, 2
GB.
12 : 1, 2
KJ.
322 : 1, 2, 3, 4
Menyambut Salam
KJ.
40 : 1, 2, 4
GB.
18 : 1, 2, 3
KJ.
140 : 1, 2, 6
Pengakuan Dosa
KJ.
33 : 1, 5
GB.
34 : (2x)
KJ.
42
Pengampunan Dosa
GB.
50 : 1, 2
KJ.
413 : 1, 2, 3
GB.
256 : 1, 2
KJ.
48
GB.
383
GB.
382 : 1, 2, 3, 4
GB.
393
GB.
394
GB.
393
GB.
392a
GB.
392b
GB.
392b
Pernyataan Atas Firman GB.
252 : 1, 2, 4
KJ.
342 : 1, 3
GB.
116 : 1, 2, 3
GB.
389a
GB.
389b
GB.
389b
Pengucapan Syukur
GB.
83 : 1, 2, 3
KJ.
403 : 1, 2, 3
GB.
86 : 1, 2, 3, 4
Pengutusan
GB.
107 : 1, 2, 5
GB.
121 : 1, 2
KJ.
425 : 1, 2, 3
+1+
2. PELAYAN FIRMAN dan TUGAS PRESBITER, IBADAH UMUM, Minggu, 29 Januari 2017
TEMA : ADA PENAMPAKAN KEMULIAAN ALLAH, BERSIAPLAH!
Gereja Jl.Pisang,
Gereja Jl. Rinjani,
Gereja Jl.Pisang,
Purwokerto,
Pel.
06.00 WIB
09.00 WIB
17.00 WIB
09.00 WIB
Vik. Yosua Wahyu
Pdt. Ny. Retno W.
PF
Pdt. Em. V. Marpaung
Pnt. Lexy D. Korua
Anggoro, S.Si. (Teol)
Siahaan-Sumaredi, S.Th.
P. 1
Pnt. Johanes A. Piay
Pnt. Yusuf Jatimulya
Pnt. Ny.Warni Situmeang Dkn. Sappe Pakpahan
P. 2
Pnt. dr. Naek Siregar
Pnt. J.W. Darmono
Dkn. Ny. Erma Vinky
P. 3
Dkn. Ledrik Sahuburua Pnt. Jerry N. Piay
Pnt. Yance Kayadu
P. 4
Dkn. Jesaya Pelupessy Dkn. Antonius Slamet
Dkn. M. Taralalu
P. 5
Pnt.M. Dartam Harsono Dkn. Frans E. Fere
Dkn. P. Manalu
P. 6
Dkn. E. Jakub Warella
Pnt. W. Leiweakabessy
Dkn. Adrians Wattiheluw
P. 7
Pnt. Ir. Y.I.M. Nababan Pnt. Risna P. Bone
Dkn. Ny. Yosanthy Louis
P. 8
Pnt. David Y. Nisnoni
Dkn. Derald Gaspersz
Organis
Adik. Ririn Siahaan
Ibu Sandra Lumba
Adik Ririn Siahaan
Bpk. David Siahaan &
Kantoria
PS. Pelkat PT
Bpk. David Siahaan
Bpk. Yoyo Latupeirissa
Isi Pujian
Multimedia
Sdr. Vega Baloto
Bpk. Tonny Itran
Sdri. Meli Nongkang
3 . JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER, pada IBADAH UMUM, Minggu, 05 Februari 2017
TEMA : BERITAKAN! JANGAN SEMBUNYIKAN!
Gereja Jl.Pisang,
Gereja Jl. Rinjani,
Gereja Jl.Pisang,
Purwokerto,
Pel.
06.00 WIB
09.00 WIB
17.00 WIB
09.00 WIB
Pdt. Ny. Retno W.
PF
Dkn. Jesaya Pelupessy
Pnt. dr. Naek Siregar
Dkn. Derald Gaspersz
Siahaan-Sumaredi, S.Th.
Pnt. Jerry N. Piay
Dkn. Stepanus Kale
Organis Bpk. Marzel Sahuburua
Ibu Sandra Lumba
Adik Noni Siregar
Ibu Novi Tetengean &
Kantoria
PS. Naviri Daud
PS. Pelkat GP
Ibu Yefta Djawamata
Isi Pujian
Multimedia
Sdri. Imelda Natalia
Sdr. Roy Pasaribu
Sdri. Mitariana
IBADAH KELUARGA, RABU, 01 Februari 2017
TEMA : DIAM, DENGAR, HAYATI” (YEHEZKIEL 3 : 22 – 27)
SEK. PKL.
KELUARGA
ALAMAT
PELAYAN FIRMAN
PF. : Pnt. Yusuf Jatimulya
I 18.00 GEDUNG GEREJA
Jl. Pisang
PD. : Pnt. David Y. Nisnoni
PS. : Dkn. Derald Gaspersz
PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th.
II 18.00 KEL. Ibu SUHARSINI
Jl. Tidar No. 75B
PD. : Pnt. W. Leiwakabessy
PS. : Dkn. Antonius Slamet
PF. : Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si.
Jl. Dr. Sutomo No.
III 18.00 KEL. Bpk. A. SITUMEANG
PD. : Pnt. Risna P. Bone
60
PS. : Dkn. M. Taralalu
PF. : Dkn. E. Jakub Warella
IV 18.00 GEDUNG PELKAT
Jl. Rinjani
PD. : Pnt. P. Sihombing
PS. : Dkn. Ny. Erma Vinky
5.
KELAS KETEKISASI
Kelas Katekisasi Tahun Ajaran 2016 – 2017 dilaksanakan setiap hari : dimulai kembali pada hari Kamis, tgl
19 Januari 2017 untuk Katekisasi Khusus, Katekisasi Reguler dimulai pada hari Minggu, 22 Januari 2017,
setelah Ibadah Minggu.
NO
NAMA
SEKTOR
PUKUL
KETERANGAN
I
Mahlige Intan Puspitasari
11.00 WIB
Setiap Minggu
2
Natalia Meliani Sukandar
I
11.00 WIB
Setiap hari Minggu
3
Michael Jackson E. Lomboan
III
11.00 WIB
Setiap hari Minggu
4
Retno Tri Setiyowati
I
11.00 WIB
Setiap Minggu
5
Devita Maharani
IV
10.00 WIB
Katekisasi Khusus setiap hari Kamis
4.
+2+
6.
IBADAH PENGUCAPAN SYUKUR
Kel. Bpk.M. DARTAM HARSONO, mengundang segenap Warga Jemaat Sektor Pelayanan I sampai dengan
Sektor Pelayanan IV untuk hadir dalam Ibadah Pengucapan Syukur pada hari Senin, 06 Februari 2017 pukul
18.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani.
7.
JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH KELUARGA, Rabu, 08 Februari 2017
TEMA : PERGILAH DENGAN SELAMAT ( LUKAS 8 : 43 – 48 )
Pel.
SEKTOR I
SEKTOR II
SEKTOR III
SEKTOR IV
PF
Pnt. David Y. Nisnoni
Dkn. Sappe Pakpahan Pnt. Ny. Warni Situmeang
Pnt. Lexy D. Korua
PD Pnt. Johanes A. Piay
Pnt. Yance Kayadu
Dkn. Ny. Yosanthy Louis
Dkn. Stepanus Kale
PS Dkn. E. Jakub Warella
Dkn. Ledrik Sahuburua
Dkn. P. Manalu
Dkn. Sappe Pakpahan
8.
IBADAH PELKAT PA & PT.
Hari/Tanggal Pukul
PA
GEDUNG PELKAT JL. RINJANI
Minggu,
Kelas Indria : Kak Dora & Kak Meli
09.00
29.01.2017
Kls. Kecil
: Kak Sandra
Besar
: Dkn. Ny. Yosanthy Louis
GEDUNG PELKAT JL. RINJANI
Minggu,
Kelas Indria : Vik Yosua & Kak Roosye
09.00
05.02.2017
Kls. Kecil
: Ibu Ketty Manabung
Besar
: Dkn. Jesaya Pelupessy
10.
PT
Kelas EKA & DWI
PF.
: Ibu Mieke Marpaung
PD.
:
Organis :
Kelas EKA & DWI
PF.
: Sdr. Garry Sapulette
PD.
:
Organis :
JADWAL ORGANIS / PROKANTOR / KANTORIA.& PADUAN SUARA
12 Feb 2017
Organis
Katoria
Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 WIB
Bpk. Marzel Sahuburua
Bpk. Marzel Sahuburua
Sdri. Yoan Piay &
PS. Pelkat PKP
Sdr. Garry Sapulette
Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB
Sdr. Richard Sugiharto
Bpk. Yoyo Latupeirissa &
Bpk. David Siahaan
Isi Pujian
11. JADWAL TUGAS MULTIMEDIA
MINGGU
Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB
12 Feb 2017
Bpk. Tonny Itran
19 Feb 2017
Ibu Reta Budianto
26 Feb 2017
Sdri. Meli Nongkang
05 Maret 2017
Sdri. Mitariana
12 Maret 2017
Sdr. Vega Baloto
Gereja Jl. Rinjani, 09.00
Sdr. Sadrakh Piay
Sdri. Imelda Natalia
Bpk. Tony Itran
Sdr. Pascal
Ibu Reta Budianto
Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB
Sdr. Rinto Pasaribu
Sdr. Vega Baloto
Sdr. Roy Pasaribu
Sdr. Sadrakh Piay
Sdri. Meli Nongkang
12.
PERSIAPAN KANTORIA
Persiapan Organis & Kantoria yang bertugas hari Minggu dilaksanakan setiap hari Sabtu Pukul 18.00 wib
di Gereja Jl. Rinjani. Atas perhatian dan kehadirannya diucapkan terimakasih.
13.
LATIHAN PADUAN SUARA
 Latihan Paduan Suara Jemaat dilaksanakan setiap hari Senin, pukul 18.00 WIB bertempat di Gedung
Pelkat Jl. Rinjani.
 Latihan Paduan Suara Pelkat PKP dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 16.30 WIB bertempat di
Gedung Pelkat Jl. Rinjani.
II.
BIDANG : PELAYANAN dan KESAKSIAN (PELKES) – LINGKUNGAN HIDUP
1. INFORMASI PELAYANAN ORANG SAKIT / KEDUKAAN
Apabila Bapak / Ibu / Saudara memerlukan pelayanan Diakonia dapat menghubungi Pengurus Komisi
PELKES / Diakonia & KORSEK nya masing – masing tersebut dibawah ini :
NO
SEKTOR
NAMA
NO. TELP.
1
I
- Dkn. ELIZA JAKUB WARELLA ( KORSEK)
081215739174
2
II
- Dkn. FRANS E. FERE (KORSEK)
085225631467
3
III
- Pnt. Ny. WARNI E. SITUMEANG (KORSEK)
537361 / 085227059166
4
IV
- Dkn. ADRIANS L. WATTIHELUW
08157609137
+3+
2.
DIAKONIA GEREJA
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang berhak menerima Bingkisan Diakonia Gereja dimohon kehadirannya
dalam Ibadah bersama Komisi Diakonia pada hari Senin, 30 Januari 2017 pukul 16.00 WIB bertempat di
Gereja Jl. Pisang. PF. : Pnt. P. Sihombing
III. BIDANG : GEREJA MASYARAKAT dan AGAMA (GERMASA)
1. NO TELPON PENTING
NO
NAMA INSTANSI
NO. TELP
1
RUMAH SAKIT SANTA MARIA
0282 – 534859
2
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
0282 – 533010
3
RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH
0282 – 542396, 0282 – 541065, 0282 – 540422
4
POLRES
0282 – 541102, 0282 – 533699, 0282 – 542157
5
PALANG MERAH INDONESIA
0282 – 542201
6
PEMADAM KEBAKARAN SENTRAL
113 – (0282 – 537413)
PUSAT PENGENDALIAN OPERASI BENCANA
0282 - 537155
7
AMBULANCE
118
8
RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP
0282 - 533276
9
RUMAH SAKIT APRILIA
0282 – 536307
IV.
BIDANG : PEMBINAAN dan PENGEMBANGAN SDI (PPSDI)
V.
BIDANG : PELAYANAN KATEGORIAL (PELKAT)
1. JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH PELKAT, Kamis, 09 Februari 2017
TEMA : JANGAN TAKUT PERCAYA SAJA ( LUKAS 8 : 49 – 53 )
Pel.
PKP Wil I + PKB
PKP Wil II
PKB
GP (Jum’at, 10.02.17)
BA : 2 KORINTUS 8 : 6 - 15
PF
Pdt. Em. V. Marpaung
Dkn. M. Taralalu
GABUNG DENGAN PKP
Pnt. P. Sihombing
Ibu Endang Pelupessy
Ibu Norma Wenas
WIL. I
Sdri. Imelda Natalia
2. IBADAH PELKAT
PELKAT
Hari/Tanggal Pukul
TEMPAT
GEDUNG PELKAT JL. RINJANI
Jum’at,
GP
19.00 PF.
: Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si (Teol )
03.02.2017
PD.
: Sdr. Sadrakh Piay
Di Rumah Ibu IRA BARUS
PKP Wil. I + II
Komperta Lomanis No. 83A
GABUNGAN
: Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th
16.00 PF.
PD.
: Ibu Novi Tetengean
Kamis,
02.02.2017
Di Rumah Bpk. HENCE WAISAPY
Jl. Sindoro No. 29
PKB
19.00
PF.
: Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th
PD.
: Dkn. Sappe Pakpahan
PD
VI.
BIDANG : INFORMASI ORGANISASI dan KOMUNIKASI (INFORKOM )
1. PERSIAPAN PRESBITER
Persiapan Presbiter pukul 18.00 WIB dilaksanakan setiap hari Selasa, bertempat di Konsistori Gereja Jl.
Rinjani. (Bacaan Alkitab Hari Rabu, 08 Februari 2017 dari LUKAS 8 : 43 - 48 Hari Kamis, 09 Februari
2017 LUKAS 8 : 49 - 53 Jum’at, 10 Februari 2017 dari 2 KORINTUS 8 : 6 - 15 ).
2. RAPAT PHMJ
Rapat PHMJ dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 10.00 WIB di Ruang Rapat Jl. Rinjani.
3. PERSIAPAN PELAYAN PA
Persiapan Pelayan Pelkat PA dilaksanakan setiap hari Minggu, pukul 10.30 WIB bertempat di Gedung
Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PA untuk hadir dalam Persiapan.
4. PERSIAPAN PELAYAN PT
Persiapan Pelayan Pelkat PT dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 19.00 WIB bertempat di Gedung
Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PT untuk hadir dalam Persiapan.
5.
KOTAK PERSEMBAHAN KHUSUS
 Pukul 06.00 & Pukul 17.00 WIB di Gereja Jl. Pisang untuk Panitia Persidangan MUPEL Jateng – DIY.
+4+
6.
PINDAH GEREJA
Berdasarkan permintaan sendiri Ibu dan Bapak YOHANES SARTRONO pindah ke GKJ Jl. Dr. Wahidin
Cilacap. Tuhan memberkati dimanpun kita bersekutu.
7.
JANJI IMAN
Program Kerja Tahun Pelayanan 2016 – 2017, telah disahkan dalam Sidang Majelis Jemaat pada tanggal
05 April 2016 maka berdasarkan Proker tersebut Majelis Jemaat mohon peran serta Jemaat untuk
mendukung Program Bidang PEG yaitu :
 Proker PEG 4014.02 tentang Kartu Janji Iman untuk Penggantian Lantai Gereja Jl. Rinjani.
 Proker PEG 8114.02 tentang Dana untuk Pengadaan Mobil melalui Kotak Khusus.
8.
PRESBITER YANG IJIN
Daftar nama Presbiter yang Ijin Ke Luar Kota pada Minggu ini
NO
NAMA
TANGGAL
KETERANGAN
1
Dkn. Ny. Nelly Sunaryo
Nov- Des
Yogyakarta
2
Pnt. T. Sihombing
Jakarta
3
Pnt. Irianto Sjioen
4
Dkn. Stepanus Kale
28 -29 Feb
Tasikmalaya
9.
JADWAL PERSIAPAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TAHUN 2017 - 2018
NO
BIDANG
WAKTU
TANGGAL
TEMPAT
1
TEOLOGI
PKL. 17.00 WIB
Senin, 30.01.2017
Konsistori Jl. Rinjani
2
PPSDI, KOM. MUGER
PKL. 17.00 WIB
Jum’at, 03.02.2017
Konsistori Jl. Rinjani
3
PELKAT
PKL. 17.00 WIB
Sabtu, 04.02.2017
Konsistori Jl. Rinjani
4
INFORKOM & LITBANG
PKL. 18.00 WIB
Sabtu, 04.02.2017
Ruang PHMJ Jl. Rinjani
5
PERTEMUAN WARGA SIDI
PKL. 18.00 WIB
Rabu, 15.02.2017
Tiap-tiap Sektor
10.
PERMOHONAN PARTISIPASI JEMAAT
Panitia Sidang Tahunan MUPEL Jateng – DIY 2017 mengajak Warga Jemaat yang terpanggil untuk
mensukseskan kegiatan tersebut, dengan menjadi donatur / sponsor yang akan ditampilkan dalam Buku
Acara ( ± 100 Eks ), dalam bentuk “Ucapan Selamat Bersidang”
Adapun biaya donasi yang kami berikan adalah sebagai berikut :

1 Halaman Full
Rp. 1.000.000,
½ Halaman
Rp. 500.000,
¼ Halaman
Rp. 250.000,Ucapan yang diberikan dapat menggunakan nama pribadi, Keluarga, Instansi, atau badan Usaha. Dapat
juga mencantumkan foto/ brosur yang diinginkan.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Ibu Lilian Limena (082 117 315 279) atau Ibu Ketty
Manabung (081 390 682 777). Atas perhatian dan bantuannya kami haturkan terimakasih.
VII. BIDANG : PENELITIAN dan PENGEMBANGAN (LITBANG)
1. TINGKAT KEHADIRAN JEMAAT PADA IBADAH
JML. HADIR
SEK /
NO
KEGIATAN
HARI / TGL
TEMPAT
PELKAT
MJ
P W A Jml
1
Ibadah Umum
Minggu, 22.01.2017 Gereja Jl. Pisang (06.00)
3
11 18
32
Gereja Jl. Rinjani (09.00)
9
74 84 6 173
Gereja Jl. Pisang (17.00)
4
13 23
40
Purwokerto
2
3
6 1 12
2
Ibadah Pembukaan
I – IV
Rabu, 25.01.2017
Gedung Pelkat
14 39 47 11 111
3
Ibadah Pelkat
PA
Minggu, 22.01.2017 Gedung Pelkat
7
45 52
PT
Ruang PT
9 13
22
4
Ibdh Perayaan Natal
PT
Sabtu, 21.01.2017
Gedung Pelkat
23
VIII. BIDANG : DAYA dan DANA
1. PERBENDAHARAAN MAJELIS JEMAAT
1.1 PEMBANGUNAN EKONOMI GEREJA (PEG)
1.2 Bagi Warga Jemaat maupun Jemaat Tamu, apabila berkerinduan memberikan sumbangan untuk
pelayanan dapat melalui rekening BCA :
- DANA RUTIN : 0962073423 a.n. YOSANTHY DESIRA SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI
- DANA PEMELIHARAAN : 0962073326 a.n. YOSANTHY D. SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI
1.5. UCAPAN TERIMA KASIH
 Terpujilah Tuhan untuk segala persembahan jemaat. Kiranya Tuhan memberkati dan melimpahkan
berkat dalam kehidupan segenap warga jemaat.
+5+
IX.
BIDANG : UMUM
1. DUKUNGAN DOA
1.1 JEMAAT YANG SAKIT :
 Bpk. Ir. SARTONO
 Bpk. S. HARIANDJA
 Pnt. M. DARTAM HARSONO
 Ibu FEMMY PELUPESSY
 Ibu RINNI ITRAN
 Bpk. J.A. GASPERSZ
1.2
-
Sektor III Dalam Proses Penyembuhan
Sektor I di Rumah
Sektor I Dalam Proses Penyembuhan
Sektor II dalam Proses Penyembuhan
Sektor II dalam Proses Penyembuhan
Sektor I dalam Proses Penyembuhan
DOA SUBUH:

M AJELIS JEMAAT MENGUNDANG SETIAP JEMAAT YANG TERPANGGIL UNTUK BERDOA
BERSAMA DALAM DOA S UBUH YANG DIADAKAN SETIAP HARI :
1. SENIN, 30 JANUARI 2017 PUKUL 05.00 WIB DI G EREJA JL. P ISANG. YANG MEMIMPIN
DKN. ANTONIUS S LAMET
2. SABTU, 04 F EBRUARI 2017 PUKUL 05.00 WIB DI G EREJA J L. R INJANI YANG
MEMIMPIN P DT. NY . R ETNO W. S IAHAAN -S UMAREDI, S.TH .
1
2
3
4
5
6
7
8
4. SELAMAT ULANG TAHUN
2.1 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kelahiran bagi :
Ibu ANRIA RISMA SARI SILITONGA – SINAGA
30 Jan Sektor IV
Bpk. G. SAHERTIAN
31 Jan Sektor I
Adik ELLYA CLEMENT FRITZIAN
31 Jan Sektor I Anak Kel. Robert Fritzian
Adik GRACE VALERIJN WATTIHELUW
02 Feb Sektor IV Anak Kel. Adrians Wattiheluw
Ibu Rr. IDA FITRIA WAHYUNINGSIH PIAY
03 Feb Sektor II
Ibu YOAN ANCELIN ROBERT
03 Feb Sektor I
Ibu ELIZABETH PIAY
04 Feb Sektor I
Ibu NEVI FOURINDA SAMINGUN-HERUTOYO
04 Feb Sektor II
1
2.2 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Perkawinan bagi :
KEL. Bpk. dr. NAEK SIREGAR & Ibu dr. YOHANA SITOMPUL
04 Feb
Sektor IV
Demikian Warta Jemaat, atas perhatian jemaat diucapkan terimakasih. Tuhan memberkati.
Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th.
Ketua
Pnt. H. Yance Kayadu
Sekretaris
WJ Jan HYK / rnt
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan cetak dan lain-lain.
Terimakasih atas koreksi dalam penulisan Warta Jemaat ini
+6+
38 Tahun
BAGIAN 2
RESUME BUKU 6
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
: Pembaruan Sebagai “Imperatif” Teologis: Wacana Seputar Teologi,
Ekklesiologi, dan Misiologi Kontekstual
PENULIS
: John C. Simon
TAHUN TERBIT : 2015
PENERBIT
: PT Kanisius
TEBAL
: 358 + xxv hlm.
Lebih jauh disampaikan bahwa perlu dikembangkannya sebuah ekklesiologi berbasis komunitas.
Gereja merupakan komunitas etis yang penuh dengan belarasa terhadap yang lain dan menghidupi
spiritualitas liberatif. Artinya gereja merupakan bagian dari mereka yang menderita karena konflik,
menderita karena miskin, atau menderita karena mengalami ketidak-adilan. Karena itu, gereja perlu
mengambil sikap yang jelas dalam konteks ini, yaitu gereja hadir untuk dan bersama-sama dengan
mereka yang miskin dan menderita (preferential option for and with the poor and the opressed).
Gereja tidak bisa hanya diam dan seolah menunjukkan netralitasnya. Dengan mengutip Mangunwijaya
dikatakan bahwa “orang beriman dalam berhadapan dengan penderitaan tidak boleh netral. Iman
adalah memilih”. (hlm 256-257). Dan gereja harus memilih membela dan bersama mereka yang
menderita.
Dalam konteks keberagaman suku, budaya, nilai, dan agama di Indonesia, gereja harus menjadi bagian
dari komunitas basis antar-manusia (Basic Human Community). Gereja-gereja di Indonesia juga harus
memiliki solidaritas yang tak terbatas (unlimited solidarity), artinya tidak membatasi solidaritas hanya
dalam hal kesamaan suku, aliran (denominasi), kepentingan, historis, atau agama.
Dalam konteks kerusakan ekologis, dengan mengutip Banawiratma, Simon menyajikan bahwa gereja
merupakan bagian dari “komunitas biotis”, di mana alam dan manusia saling “mengada” satu sama
lain, saling ketergantungan dan tidak bisa dipisahkan, yang satu (harusnya) tidak bisa hidup tanpa yang
lain (hlm 351).
Dengan cara demikianlah diharapkan krisis yang umum dialami gereja-gereja di Indonesia, dengan
mengutip Eka Dharmaputera, yaitu mengalami “insignifikansi internal dan irrelevansi internal” bisa
diatasi. Kehadiran gereja sebagai bagian tak terpisahkan dari komunitas kristiani, komunitas etis,
komunitas antar manusia (basic human community), dan bahkan komunitas biotis di bumi inilah yang
membuatnya mampu vital dan menarik, signifikan ke dalam dan relevan keluar: kontekstual.
Dalam hal misiologi gereja perlu menghidupi pemahaman misiologi yang jauh dari sikap
mendominasi, anti budaya, anti agama non Kristen termasuk (atau terutama?) Islam, dan juga yang
bersifat ghetto atau tertutup dan eksklusif. Konsep misiologi yang beranggapan bahwa agama Kristen
(Barat) adalah satu-satunya agama paling benar mengatasi segala budaya dan agama perlu
ditinggalkan. Mengapa? Karena konsep misiologi seperti itu adalah konsep misi peninggalan Barat
zaman dulu yang sudah tidak tepat lagi dalam konteks Indonesia saat ini.
Gereja (agama) yang seperti itu hanyalah menjadi patologi (penyakit) bagi kehidupan, karena konsep
itu menolak eksistensi “yang lain” dalam konteks-konteks kecil (hlm 187). Akhirnya misi gereja pun
gagal untuk menjawab pergumulaan dan tantangan riil yang ada di sekitarnya.
-----------Bersambung----------
RESUME BUKU 6
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
: Pembaruan Sebagai “Imperatif” Teologis: Wacana Seputar Teologi,
Ekklesiologi, dan Misiologi Kontekstual
PENULIS
: John C. Simon
TAHUN TERBIT : 2015
PENERBIT
: PT Kanisius
TEBAL
: 358 + xxv hlm.
Buku ini merupakan sebuah antologi (kumpulan tulisan) seorang teolog-pendeta GPIB: John Christianto Simon.
Total ada 10 tulisan dengan berbagai topik teologi, mulai dari Pembangunan Jemaat, konsep Trinitas, filsafat dan
hermeneutik, konflik sosial-budaya, hingga persoalan ekologi. Sekalipun terkesan sangat beragam, namun
sesungguhnya seluruh tulisannya dapat terangkum dalam 1 kata: kontekstual. Artinya tulisan-tulisannya selalu
berangkat dari permasalahan riil yang terjadi dalam konteks Asia, konteks Indonesia, bahkan dalam kontekskonteks yang lebih sempit seperti Sampit dan Sambas di Kalimantan. Persoalan konteks seperti apa yang menjadi
pergumulan? Antara lain kemajemukan agama dan budaya, modernitas dan globalisasi, konflik sosial, kerusakan
ekologi, hingga ketidak-adilan dan kemiskinan.
Sebagaimana judul dari buku ini, Simon mengajak pembaca untuk mampu berteologi, bermisi, dan bergereja
secara “baru”. Pembaruan adalah sebuah imperatif, sebuah keharusan dan kepastian. Dari sini terlihat bahwa
dengan adanya “pembaruan” itulah maka wacana teologi, ekklesiologi, dan misiologi yang diajukan menjadi
“kontekstual”. Di sini kita tidak akan membahas ke 10 tulisan itu satu per-satu, namun kita akan membahasnya
dalam 3 “kamar”: teologi, ekkesiologi, dan misiologi.
Dalam hal teologi kontekstual yang ia wacanakan, Simon menegaskan bahwa wacana teologi yang dibangun
haruslah teologi yang jauh dari idea totalitas, yaitu teologi yang bersifat tertutup terhadap yang lain, tidak toleran
terhadap agama lain, dan menempatkan pemahaman teologi itu sebagai kebenaran yang sempurna dan mencakup
semua serta bersifat universal (hlm 85, 169).
Dengan demikian gambaran tentang Allah dan Yesus yang dihidupi juga harus dibaharui. Dalam konteks perang
dan konflik misalnya, gambaran tentang Allah yang bersifat totaliter dan memimpin perang sehingga tak segansegan menghancurkan musuh-musuhNya perlu dipikirkan kembali (hlm 248).
Dalam konteks penderitaan misalnya, tidak cukup hanya menghidupi gambaran Allah yang menolong orang yang
menderita, namun perlu dikembangkan lebih jauh menjadi Allah yang ikut menderita bersama para korban. Teks
Matius 25:31-36 bisa menjadi rujukan (hlm 247).
Gambaran Allah yang lebih ramah dan rendah hati untuk terbuka konteks dan nilai-nilai serta religiositas lokal,
dan solider serta bersahabat terhadap manusia dan ciptaan harus dikembangkan. Bahkan kita juga perlu
menghidupi pemahaman mengenai Allah yang hadir dalam diri “yang lain”, yaitu mereka yang miskin dan
tertindas, mereka yang berbeda agama dan budaya dari kita, bahkan hewan, tumbuhan, dan segenap ciptaan nonmanusia. (hlm 100). Dengan demikianlah teologi yang kontekstual itu dikembangkan.
Dalam hal ekklesiologi, dengan meminjam istilah Jan Hendriks dalam bidang Pembangunan Jemaat, gereja perlu
menjadi “vital dan menarik”, yaitu: (1) gereja dengan konsepsi identitas yang jelas, (2) gereja dengan tujuan dan
tugas yang konkret, (3) gereja dengan kepemimpinan yang melayani (bottom-up) bukan yang bersifat komando
(top-down), (4) gereja dengan iklim yang membangkitkan semangat dan menghargai keberagaman (pluriformitas),
dan (5) gereja dengan struktur yang terbuka, demokratis, anti kemapanan (status quo), dan tidak bermental
borjuis (hlm 14-23).
-----------Bersambung----------
Adik GRACE LOUIS
1. Menghadap Tuhan
: KJ. 10 : 1, 2
2. Menyambut Salam
: GB. 240 : 1, 3
3. Doa Pengakuan Dosa
: KJ. 44
4. Setelah Doa Pengakuan Dosa
: GB. 29 : 1
5. Berita Anugerah
: GB. 40 : 1, 2
6. Perintan Hidup Baru
: GB. 382
7. Setelah Doa Mohon Bimbingan Roh Kudus
: GB. 393
8. Setelah Pembacaan Firman
: GB. 392b
9. Jawaban Umat setelah Khotbah
: GB. 245 : 1, 2
10. Doxologi
: GB. 389a
11. Persembahan
: GB. 86 : 1, 2, 3
12. Pengutusan
: KJ. 376 : 1, 4
+7+
Adik GRACE WATTIHELUW
1. Menghadap Tuhan
: GB. 3 : 1, 2, 3, 4
2. Menyambut Salam
: KJ. 38 : 1, 2
3. Doa Pengakuan Dosa
: KJ. 43
4. Setelah Doa Pengakuan Dosa
: GB. 34 : 1
5. Berita Anugerah
: GB. 39 : 1, 2
6. Perintan Hidup Baru
: KJ. 48
7. Setelah Doa Mohon Bimbingan Roh Kudus : GB. 393
8. Setelah Pembacaan Firman
: GB. 392a
9. Jawaban Umat setelah Khotbah
: GB. 257 : 1, 2
10.
Doxologi
: GB. 389a
11.
Persembahan
: KJ. 298 : 1, 2, 3
12.
Pengutusan
: KJ. 415 : 1, 2
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
RESUME BUKU
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
: Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia
: Widi Artanto
: 2008 (Edisi Revisi)
: Taman Pustaka Kristen
: 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka)
Buku ini berangkat dari adanya kegelisahan penulis (Widi Artanto) karena adanya krisis
mengenai pemahaman misi. Krisis itu dihadapi oleh gereja-gereja seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Gereja-gereja di Indonesia, misalnya, sering menggunakan istilah “Gereja Misioner”
dalam berbagai kesempatan, namun pengertian dan implementasinya seringkali tidak jelas dan
bahkan tidak relevan dengan pergumulan konteks Indonesia saat ini. Krisis dalam misi itu terjadi
diantaranya karena zaman dan budaya yang juga berubah, baik global maupun lokal. Krisis itu
bahkan juga terjadi dari dalam diri gereja sendiri, diantaranya adalah pemahaman sempit akan
Matius 28:18-20 yang dilihat sebagai misi untuk mempertobatkan jiwa; keengganan gereja untuk
melakukan misi/karya yang menyentuh aspek sosial, ekonomi, atau politik; juga misi yang
berfokus pada pertambahan anggota gereja, baik dari orang Kristen ataupun non-Kristen.
Maka itulah buku ini berusaha menjernihkan kembali bagaimana “misi” itu harus dipahami dalam
konteks Indonesia saat ini, dan bagaimana pelaksanaan misi yang bisa dilakukan yang sesuai
dengan pemahaman itu. Karena ini pula penulis menyajikan adanya perubahan paradigma misi
(cara pandang yang mempengaruhi pemahaman tentang misi) di sepanjang sejarah kekristenan.
Adapun paradigma misi dari masa ke masa itu adalah: 1) Paradigma Misi Apokaliptik dari gereja
mula-mula; 2) Paradigma Misi Helenistik dari periode bapa-bapa gereja (patristik); 3) Paradigma
Misi Gereja Katholik pada Abad-abad Pertengahan; 4) Paradigma Misi Reformasi Protestan; 5)
Paradigma Misi Zaman Pencerahan; dan 6) Paradigma Misi Ekumenis, yang menjadi paradigma
dalam kehidupan manusia (gereja) saat ini, karena paradigma misi inilah yang paling relevan
untuk saat ini.
Penulis kemudian mengajak pembaca melihat kembali akan kecenderungan misi di Asia secara
umum. kecenderungan misi gereja di Asia yang hanya mewarisi pemahaman dan tradisi Gereja
Barat masa lampau tidaklah lagi relevan. Misi gereja Asia harus bisa dihidupi dalam konteks
kepelbagaian budaya dan agama, serta konteks kemiskinan yang parah di Asia, termasuk
Indonesia.
Dari hasil gumul dan analisis akan paradigma misi ekumenis dan misi dalam konteks Asia itu,
penulis menyajikan 5 tema dan corak misi yang bisa digunakan dalam konteks Indonesia.
Kelimanya adalah: 1) Misi Penciptaan; 2) Misi Pembebasan (Exodus); 3) Misi Kehambaan; 4)
Misi Rekonsiliasi; dan 5) Misi Kerajaan Allah. Kelima misi ini sesungguhnya bermuara kepada
Misi Allah (Missio Dei). Maka itu Gereja Misioner dalam konteks Indonesia adalah gereja yang
mewujudkan, mengimplementasikan, dan menghidupi kelima tema dan corak misi itu.
Bersambung.....
RESUME BUKU
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
: Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia
PENULIS
: Widi Artanto
TAHUN TERBIT
: 2008 (Edisi Revisi)
PENERBIT
: Taman Pustaka Kristen
TEBAL
: 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka)
Pertama, Misi Penciptaan. Gereja (dan orang-orangnya) di Indonesia terpanggil untuk aktif terlibat
memelihara dan melestarikan keutuhan seluruh ciptaan, baik lingkungan hidup, tumbuhan dan hewan,
juga manusia dalam bentuk nilai-nilai filosofis dan kebudayaan tradisional. Gereja turut memikirkan
dan terlibat dalam pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
Kedua, Misi Pembebasan. Gereja (dan orang-orangnya), dengan terbuka terhadap kelompokkelompok dan lembaga-lembaga kemanusiaan di luar gereja, turut hadir dan ikut berjuang bagi
kemanusiaan yang tertindas oleh ketidakadilan, kemiskinan, juga pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM). Gereja perlu mengambil sikap untuk berpihak kepada mereka yang miskin dan tertindas,
karena mereka terlalu lemah dan tak berdaya untuk membela diri sendiri.
Ketiga, Misi Kehambaan. Gereja (dan orang-orangnya) perlu menghidupi dirinya dengan
pemahaman bahwa ia adalah hamba Allah di dunia. Maka itu ia hadir untuk melayani dan memberi diri
bagi Allah dan dunia di mana dia hidup. Gereja tidak boleh terjebak dengan melihat dirinya terlalu
tinggi sebagai “sumber otoritas Kristus” sehingga semua yang ada di luar harus tunduk kepadanya.
Gereja harus mampu hidup dalam kesederhanaan, baik dalam struktur atau gaya hidup yang jauh dari
kemewahan dan hedonisme, dan juga rendah hati dan terbuka untuk mendengarkan orang-orang lain
termasuk mereka yang berbeda iman.
Keempat, Misi Rekonsiliasi. Misi ini sangat terkait erat dengan adanya pendamaian dan pemulihan
relasi, baik antar manusia maupun antara manusia dengan Allah. Maka itu gereja (dan orang-orangnya)
harus mengalami pertobatan dan pemulihan relasi (rekonsiliasi) dengan Allah, yang tercermin dalam
kehadirannya yang tidak menebar benci dan menggunakan kekerasan, namun justru hadir untuk
membawa kedamaian dan cinta kasih. Di segi internal, gereja yang menjalankan Misi Rekonsiliasi
tidak boleh terpecah-pecah karena adanya kepentingan atau perebutan kekuasaan. Dalam konteks
kehidupan inter-religius, gereja dipanggil untuk melaksanakan dialog dengan umat berbeda iman, baik
dialog dalam hidup sehari-hari, dialog teologis, dan dialog dalam aksi.
Kelima, Misi Kerajaan Allah. Gereja (dan orang-orangnya) harus menyadari bahwa Kerajaan Allah
bukanlah dari dan untuk persekutuan Kristen saja. Ketika gereja mengimani bahwa Allah adalah
pencipta langit dan bumi, maka semua makhluk dan kelompok manusia yang ada di bumi adalah
bagian sesama rekan untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Gereja tidak boleh terjebak dalam
egosentrisme dengan klaim bahwa hanya gerejalah satu-satunya umat pilihan Allah di dunia ini. Maka
itu gereja harus bisa menghadirkan dan menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu perdamaian,
keadilan, dan keutuhan ciptaan. Gereja juga harus bisa membuka diri kepada sesama rekan dan
kelompok di luar dirinya yang berbeda, termasuk berbeda iman. Gereja juga bisa membuka dan
bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk terlibat langsung dalam isu-isu
aktual masyarakat dan berusaha menghadirkan tanda-tanda Kerajaaan Allah di sana.
Menjadi penting untuk diperhatikan adalah bahwa kelima corak misi itu sangat tergantung kepada
partisipasi dan peranan warga jemaat untuk mewujudkannya, baik dalam hidup pribadi ataupun
melalui lembaga gereja. Hingga akhirnya upaya untuk mewujudkan Gereja Indonesia yang misioner
itu bisa terwujud.
Bersambung......
RESUME BUKU
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
: Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia
: Widi Artanto
: 2008 (Edisi Revisi)
: Taman Pustaka Kristen
: 324 + xiv (di luar Daftar Pustaka)
Tanggapan terhadap Pemikiran Widi Artanto
Tulisan Artanto sebagaimana yang dipaparkan dalam bukunya menunjukkan adanya
keprihatinan sekaligus kerinduan yang besar agar Gereja(-gereja) di Indonesia bisa sungguhsungguh hadir dan memberi dampak positif yang relevan bagi kehidupan di Indonesia.
Kerinduan dan harapan itu bisa lahir karena adanya kepekaan dan kejelian Artanto dalam
melihat realita bahwa sejak dalam pemahaman konseptual mengenai misi saja, gereja-gereja
sering “salah kaprah” dan tidak jelas. Pemahaman yang salah kaprah dan tidak jelas
mengenai “misi” atau “misioner” itu tercermin dan berdampak dalam implementasi karya
misi gereja yang seringkali juga tidak jelas dan salah kaprah, dalam artian tidak tepat dan
tidak relevan dengan konteks Indonesia. Oleh sebab itu sejak awal Artanto menawarkan agar
gereja-gereja menjernihkan kembali pengertian dan pemahaman mengenai “misi” atau
“misioner” itu, yang bisa kita lihat dalam buku ini.
Hasil refleksi dan analisisnya menurut saya sangat luar biasa. Kelima tema atau corak misi
yang ia ajukan (Misi Penciptaan, Misi Pembebasan, Misi Kehambaan, Misi Rekonsiliasi, dan
Misi Kerajaan Allah) adalah corak misi yang berusaha menjawab pergumulan konteks
kepelbagaian dan kemiskinan di Indonesia secara riil, bahkan melampaui lebih dari itu.
Kelima corak misi itu bahkan berhasil menyentuh isu-isu aktual di Indonesia seperti
lingkungan hidup, pembangunan nasional, juga penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).
Pemaparannya juga tidak sekedar konsep, namun ada upaya menunjukkan contoh aplikasi
konkret, misalnya dengan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk
mengatasi isu sosial dan lingkungan hidup. Meskipun hal teknis secara detil tentunya masih
perlu dikembangkan lagi oleh gereja.
Pemaparan Artanto secara umum ini sesungguhnya mengingatkan kembali akan konsep
Pembangunan Jemaat Misioner yang digagas oleh D. R. Maitimoe lebih kurang 2 dekade
sebelum Artanto. 1 Dalam konsep yang ia kembangkan, Maitimoe sangat menekankan
pentingnya: (1) peranan dan gerakan gereja untuk mengabarkan Injil yang melampaui tembok
gereja dan menjangkau kemana saja dan kepada siapa saja (Yunani: ta panta); dan (2)
partisipasi warga jemaat sebagai ujung tombak kehidupan gereja yang misioner, baik dalam
wadah kategorinya maupun secara fungsional.
Dari sini terlihat bagaimana “ide dasar” misioner yang dipaparkan Maitimoe itu juga ada
pada Artanto. Hanya saja memang pemaparan Artanto lebih komprehensif, luas, dan aplikatif
untuk konteks saat ini. Ini tercermin dari adanya perhatian akan konteks kerusakan alam atau
juga penegakan HAM, sesuatu yang tidak disinggung sama sekali oleh Maitimoe. Hal ini
tentunya wajar, karena zaman terus bergerak dan berubah sehingga selalu muncul bentukbentuk keprihatian baru, yang tentunya mengarahkan kita untuk selalu terbuka pada segala
perubahan atau rekonstruksi konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang kita pegang selama
ini.
Sumbangsih bagi Kehidupan Gereja saat Ini
Pertama, secara mendasar tulisan Artanto ini mengajak kita untuk melihat kembali konsep
dan penerapan misi gereja kita selama ini. Apakah kita sering menggunakan istilah
“misioner” namun kita sendiri tidak jelas dengan maksudnya? Atau mungkin kita
mengartikannya dengan cara lama yang sudah tidak relevan lagi? Apakah kita melihat “misi”
sebagai upaya kristenisasi dan memperbanyak jumlah anggota gereja, baik dari dalam
maupun luar kekristenan? Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu adalah “ya”, maka kita
perlu membaharuinya. Pemaparan Artanto telah menunjukkan bahwa pandangan soal “misi”
seperti itu tidak relevan lagi untuk konteks Indonesia saat ini. Jika gereja melakukan hal yang
sudah tidak relevan lagi, maka keberadaannya di dunia ini patut dipertimbangkan kembali:
untuk apa gereja ada di dunia? Oleh sebab itulah buku ini menolong kita untuk
“menjernihkan” kembali pemahaman kita mengenai Gereja Misioner dan bagaimana
implementasinya.
Kedua, tulisan ini mengingatkan kembali pada gereja dan warganya untuk tidak pasif dan
eksklusif di dalam tembok gereja, tapi harus mau keluar dan berpartisipasi aktif di
masyarakat luas. Gereja tidak boleh hanya hidup dengan dan untuk diri sendiri. Gereja harus
bisa menjalin dialog dengan umat beragama lain, bekerjasama dengan LSM atau Yayasan di
luar gereja, bahkan terlibat dengan pemerintah dengan turut membangun bangsa. Dengan
cara demikianlah diharapkan tanda-tanda Kerajaan Allah, yaitu kedamaian, keadilan, dan
keutuhan ciptaan, bisa diwujudkan oleh gereja sebagai bagian dari umat Allah di dunia ini.
.....Selesai......
WARTA SEKTOR I - IV
Rabu, 25 Januari 2017
1. BAGI Bapak / Ibu / Saudara/i yang berhak menerima Bingkisan Diakonia
Gereja dimohon kehadirannya dalam Ibadah bersama Komisi Diakonia pada
hari Senin, 30 Januari 2017 pukul 16.00 WIB bertempat di Gereja Jl. Rinjani.
2. SIDANG MAJELIS JEMAAT
Sehubungan Program Kerja Triwulan III (Oktober – Desember 2016) telah
berakhir, maka kami mengundang kehadiran seluruh anggota Majelis Jemaat
dan BPPJ GPIB “GALILEA” Cilacap pada :
Hari / tanggal
: Sabtu, 28 Januari 2017
Waktu
: pukul 17.00 WIB
Tempat
: Ruang Konsistori Gereja Jl. Rinjani Cilacap
Acara
: Evaluasi Program Kerja
Triwulan III Tahun 2016 – 2017
3. Majelis Jemaat mengundang setiap jemaat yang terpanggil untuk berdoa
bersama dalam Doa Subuh yang diadakan setiap hari Senin, pukul 05.00
WIB di Gereja Jl. Pisang dan setiap hari Sabtu, pukul 05.00 WIB di Gereja Jl.
Rinjani.
4. Ibadah Keluarga Rabu, 01 Februari 2017 pukul 18.00 WIB berdasar Jadwal :
 Sektor I di Rumah Kel. ..................
 Sektor II di Rumah Kel. Ibu Suharsini
 Sektor III di Rumah Kel. ...................
 Sektor IV di Rumah Kel. ..................
RESUME BUKU
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
: MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS
: JOHN MANSFORD PRIOR
: 1997
: GRASINDO
: 312 (dengan lampiran) + xviii
Buku ini hadir dari adanya kesadaran mengenai konteks sosial-budaya yang terus bergerak dan
berubah. Di mana dalam konteks yang seperti itulah gereja lahir, hidup, dan berkembang. Oleh karena
itu gereja (perlu) terus menerus menggumuli kehadiran dan keberadaan Allah dalam situasi konteks
saat ini. Tugas-tugas rutin gereja seperti ibadah atau penggembalaan belum tentu cukup untuk
menjawab tantangan konteks saat ini. Perlu adanya peninjauan kembali akan cara-cara tradisional itu
sehingga kehadiran gereja bisa tepat sasaran dengan konteks saat ini. Dalam hal inilah, penelitian
terhadap gereja atau jemaat yang sifatnya ilmiah perlu dilakukan.
Dalam melakukan penelitian, John Mansford Prior menunjukkan ada 10 pedoman yang harus
diperhatikan oleh peneliti. Pertama, rumuskan dengan tepat apa yang hendak diteliti; apa
permasalahan atau fenomena yang ditemukan. Peneliti tidak boleh memulai dari sebuah kesimpulan.
Kedua, peneliti harus menyadari bahwa ia tidak dapat bebas dari prasangka atau dugaan, maka itu ia
harus menyadari apa kepentingannya dan perspektif apa yang ia gunakan dalam penelitian. Ketiga,
peneliti perlu memiliki tujuan yang jelas. Dalam artian penelitian ini dilakukan untuk apa dan untuk
siapa. Penelitian tidak dapat dimulai hanya dari sekedar “ingin tahu” saja.
Keempat, merupakan proses pengumpulan data. Ada 2 jenis peneliti, yaitu (1) peneliti asli yang
berasal dari kelompok sasaran penelitian dan (2) peneliti asing yang berasal dari luar. Dalam hal cara
mengumpulkan data atau metode penelitian, setidaknya ada 2 sumber data yaitu sumber lisan
(pengalaman/perilaku) dan sumber tulisan. Sumber tulisan itu dapat diperoleh dari berbagai macam
dokumen, yaitu dokumen resmi seperti hasil sensus penduduk, surat nikah/baptis, kontrak kerja, dsb.,
juga dokumen pribadi seperti jurnal, otobiografi, catatan harian, dsb..
Dalam sumber lisan ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk memperoleh data: 1) PengamatanSerta. Di sini seorang peneliti ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sasaran penelitian dan ia
harus melakukan observasi dan pengamatan atas kehidupan itu. Fokusnya adalah “mengamati”, maka
itu peneliti tidak boleh menggurui, mengoreksi, ikut campur, atau memihak kelompok2 tertentu yang
sedang diamati.
Bersambung.....
RESUME BUKU
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
: MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS
: JOHN MANSFORD PRIOR
: 1997
: GRASINDO
: 312 (dengan lampiran) + xviii
2) Wawancara Terbuka. Sebenarnya ada 3 jenis wawancara: a) Wawancara Sambil Lalu, ini
dilakukan tanpa rencana dan cenderung bebas dan spontan; b) Wawancara Terfokus, ini
dilakukan dengan perencanaan yang baik: siapa sasarannya, apa pertanyaannya, dan
bagaimana urutan pertanyaannya; c) Wawancara Terbuka, tipe ini bisa memiliki sifat yang
tertutup dan terstruktur seperti Wawancara Terfokus, namun bisa juga cenderung bebas.
Meskipun tetap memiliki 1 topik yang jelas untuk dijadikan bahan pertanyaan. Dalam
Wawancara Terbuka diharpkan responden dapat memberikan respon dan informasi yang
mendalam akan suatu hal. Jika Pengamatan-Serta hanya memberikan gambaran umum,
Wawancara Terbuka memberikan gambaran yang lebih mendalam.
Di dalam konteks Indonesia, salah satu yang paling sering muncul dalam wawancara adalah
responden memberikan informasi dalam bentuk cerita, bisa cerita rakyat atau pengalaman
pribadi. Cerita ini juga perlu dianalisis, misalnya dengan melihat tema, bentuk, pelaku dalam
cerita, dan sebagainya. Sehingga kita bisa menangkap isi dan maksud sebenarnya dari cerita
itu.
Mengingat bahwa setiap metode itu memiliki keterbatasan dalam memberikan data, maka
perlu juga dikembangkan Strategi Terpadu, yaitu strategi dengan menggunakan lebih dari 1
metode, sejumlah jenis data, sejumlah teori, dan sejumlah peneliti.
Pedoman kelima, peneliti harus sungguh2 masuk dan memahami sumber. Misalnya, dalam
wawancara peneliti harus sungguh2 mendengarkan dengan telinga, mata, dan hati. Peneliti
juga harus sabar dalam proses pencarian data yang mungkin berlangsung lama. Keenam,
peneliti harus objektif dalam melihat data. Ia tidak bisa memaksakan hasil data harus sesuai
dugaannya. Ia harus menyingkirkan prasangka pribadi dan terbuka jika hasil data itu berbeda
dari dugaannya.
Ketujuh, ketika melakukan analisis terhadap data-data, peneliti perlu menggunakan imajinasi
dan kreatifitas. Perlu mencari berbagai cara dalam mengolah data, misalnya dengan mencari
benang merah dan hubungan antar data atau meneliti penyebab data itu muncul. Jadi peneliti
tidak bisa cukup hanya dengan data “mentah”. Kedelapan, peneliti perlu mengambil jarak
dari data, sehingga bisa melihat kembali data itu dari perspektif yang lebih luas dan bisa
menemukan hal2 yang mungkin selama ini tidak disadari. Hal ini merupakan pengembangan
dari prinsip ketujuh sebelumnya.
Kesembilan, karena sejak awal penelitian ini harus memiliki tujuan dan sasaran yang jelas,
maka peneliti perlu meninjau kembali hasil penelitian yang didapat bersama dengan
kelompok atau Jemaat sasaran. Keterlibatan Jemaat sasaran merupakan hal yang penting.
Peneliti menyerahkan hasil penelitian dan berharap akan respon balik dari jemaat sasaran.
Sehingga baik peneliti maupun jemaat sasaran bisa semakin diperkaya dan saling belajar satu
sama lain.
Kesepuluh, hasil penelitian diharapkan dapat membaharui karya dan kehidupan Jemaat.
Maka itu aksi Pastoral sebagai tindakan konkret perlu dilakukan. Akan tetapi juga perlu
diperhatikan kondisi Jemaat. Disadari bahwa Jemaat sendiri memiliki kekurangan dan
keterbatasan kemampuan atau juga sumber daya, sehingga tidak semua usulan Aksi Pastoral
dari penelitian bisa langsung diterapkan begitu saja. Untuk itu perlu membatasi diri dengan
pertanyaan: untuk saat ini, hal apa yang dapat dilakukan oleh Jemaat?
Tanggapan terhadap Buku Meneliti Jemaat
Buku ini menyajikan pedoman praktis dan bahkan sangat detil mengenai penelitian, seperti
apa saja yang harus dilakukan dalam penelitian, bagaimana caranya, bagaimana harus
memulai, bagaimana mencatat dan menyimpan data, bagaimana menulis kesimpulan, bahkan
hingga karakter-karakter apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang peneliti. Lengkap!
Selain lengkap, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai ilustrasi atau gambar dan juga
bagan atau tabel sehingga terkesan sangat menarik, tidak monoton, dan membuat kita mampu
menangkap maksud dan intisari dari apa yang dijelaskan. Selain itu juga, buku ini juga
dilengkapi dengan Lampiran yang berisi usulan program dan rencana penelitian, sehingga
bisa dijadikan panduan praktis jika kita ingin mencoba untuk memulai sebuah penelitian.
Maka dari itu secara umum buku ini sangat bermanfaat bagi kita yang tertarik untuk
membuat dan memulai sebuah penelitian, terlebih bagi kita yang ingin melakukan
penelitian dalam rangka pengembangan Gereja atau Jemaat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa “penelitian” merupakan salah satu bagian yang tidak
dapat dilupakan begitu saja dari kehidupan gereja. Sebagaimana dikatakan Prior,
penelitian dibutuhkan agar gereja bisa selalu mewujudkan karyanya yang tepat guna,
atau dalam bahasa lain “kontektual”. Apalagi jika kita mengingat kembali akan
konsep Gereja Misioner yang dikembangkan D. R. Maitimoe, di mana ada 3 langkah
yang harus dilakukan untuk mewujudkan konsep itu, yaitu Survey, Mengenali Diri,
dan Rancangan, maka kita bisa menemukan bahwa ketiga langkah itu adalah bagian
dari sebuah penelitian jemaat! Artinya, konsep Gereja Misioner tidak akan bisa
diwujudkan jika kita tidak melakukan penelitian yang mendalam terhadap jemaat!
Bersambung........
RESUME BUKU
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
: MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS
: JOHN MANSFORD PRIOR
: 1997
: GRASINDO
: 312 (dengan lampiran) + xviii
Sumbangsih Buku “Meneliti Jemaat” bagi Kehidupan Gereja saat Ini
Buku ini sejak awal menyajikan sebuah paradigma berfikir bahwa gereja perlu melihat kembali karya
dan rutinitas yang selama ini dilakukan. Untuk itulah perlu adanya penelitian sebagai salah satu cara
utama agar gereja bisa selalu tepat guna. Di sini gereja kembali diingatkan bahwa ia tidak bisa cukup
merasa “nyaman” dengan yang ada sehingga menjadi tertutup dengan perubahan2 dan kreatifitas.
Gereja perlu membuka diri untuk selalu berkembang dan diperbarui, seperti slogan gereja reformasi:
ecclesia reformata semper reformanda, gereja reformasi adalah gereja yang harus terus menerus
direformasi (dibaharui). Maka itu GPIB sebagai bagian dari Gereja Reformasi juga perlu terbuka untuk
itu.
Salah satu fungsi paling konkret yang bisa dilakukan melalui penelitian adalah ketika gereja (Jemaat)
masuk ke dalam proses pembuatan Rancangan Program dan Anggaran. Terkadang sering menjadi
masalah yaitu banyak program tiap tahun hanya sekedar copy paste (salin dan tempel) dari program
tahun sebelumnya. Tak jarang juga pembuatan program dilakukan hanya atas dasar “kepingin” tanpa
ada tujuan dan dasar yang jelas.
Dalam hal ini, penelitian awal akan sangat bisa memberikan kontribusi sehingga program yang disusun
bisa sesuai dengan konteks dan kebutuhan. Misalnya, sebuah gereja bergumul karena kehadiran
pemuda dalam Ibadah GP sangat minim sekali. Pengurus sudah mencoba ibadah dengan berbagai
kreatifitas namun tetap tidak berpengaruh. Dalam hal inilah bisa dilakukan penelitian dengan bertanya:
mengapa kehadiran pemuda sedikit? Gereja tidak boleh langsung memulai dari sebuah kesimpulan,
seperti “oh itu karena pemudanya pemalas”. Dalam penelitian bisa ditemukan dasar penyebabnya. Dari
penelitian juga bisa diketahui apa yang anggota pemuda harapkan dan butuhkan dari Pelkat GP.
Dalam contoh kasus di atas misalnya justru bisa ditemukan hasil yang mungkin tidak diduga.
Sekalipun ibadah sudah disusun dengan meriah namun kehadiran tetap sedikit karena ternyata banyak
anggota pemuda yang sibuk bekerja. Mereka lelah dan penat dengan hiruk pikuk kehidupan. Maka itu
mereka merindukan persekutuan yang lebih teduh dan sifatnya justru tenang dan kontemplatif.
Hal-hal tak terduga seperti ini hanya bisa ditemukan melalui penelitian. Dengan demikian untuk
program tahun selanjutnya, pengurus bisa mengajukan program untuk ibadah yang berkonsep teduh
atau pelaksanaan retreat yang sungguh2 “menyepi” dari keramaian.
Di atas hanya salah satu contoh kemungkinan yang bisa didapat dari sebuah penelitian. Dengan
demikian diharapkan penelitian selalu berujung dan membawa kebaikan di dalam kehidupan gereja.
Selesai......
• DOA PERSEMBAHAN
P.4
: Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan
persembahan syukur :
Semua
: Ya Tuhan, terimalah persembahan syukur kami, yaitu umat yang
telah Engkau selamatkan. Jadikanlah persembahan syukur kami ini
sebagai berkat bagi sesama dan bagi pembangunan tubuh Kristus,
amin.
• DOA PERSEMBAHAN
P.4
:
Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan
persembahan syukur :
Kehadapan-Mu ya Allah, kami menaikan syukur dan mempersembahkan
diri kami untuk dijadikan berkat dalam pelayanan dan kemuliaan bagi
nama-Mu.
Semua : Sebagaimana adanya: ini kami Tuhan, kiranya Engkau berkenan akan
persembahan syukur dan bakti diri kami kepada-Mu, Amin.
• DOA PERSEMBAHAN
P.4
:
Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan
persembahan syukur :
Ya Allah, Bapa Pemurah, kami bersyukur karena kemurahan kasih,
kuasa dan berkat-Mu melimpah dalam hidup kami.
Semua : Terimalah syukur kami melalui pemberian sukarela ini, ya Tuhan, dan
berkatilah agar dipakai untuk mewartakan Injil-Mu dalam kata dan
perbuatan bagi sesama demi kemuliaan nama-Mu. Dalam nama
Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.
Resume Buku 3
(oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
: BAHTERA GUNA DHARMA GPIB
: S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS
: 1982 (EDISI REVISI 2014)
: BPK GUNUNG MULIA
: 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang)
Bab 6 membahas mengenai keterlibatan GPIB dalam bidang sosial budaya. Peran serta GPIB
dalam hal ini sudah tampak misalnya dalam kegiatan diakonia sosial. GPIB juga berusaha
menjadi gereja yang terbuka bagi siapapun, tidak hanya suku namun juga agama lain. Untuk
itu dalam hal relasi antar agama GPIB melakukan dialog dengan penganut agama-agama lain.
Ini semua dilakukan karena sebagai sesama warga Negara Indonesia, GPIB juga memegang
teguh Pancasila dan slogan Bhineka Tunggal Ika sebagai jati diri bangsa.
Bab 7 membahas mengenai pergumulan dan harapan GPIB. Pergumulan antara lain
mengenai struktur GPIB, yaitu terkait dengan badan organisasi, sistem kerja, dan aturanaturan di GPIB yang masih harus disempurnakan agar koordinasi di dalamnya bisa semakin
baik. Juga pergumulan dalam ibadah, misalnya terkait ibadah kategorial dan fungsional agar
tidak sekedar mengulang ibadah hari Minggu. Lalu ada juga pergumulan terkait dengan
berkembangnya Gerakan Kharismatik dyang fundamentalis yang menekankan praktik
karisma (karunia) bahasa Roh di dalam peribadahan dan penafsiran literer atas teks Alkitab.
Selain pergumulan, ada harapan yang juga muncul. Di antaranya adalah terkait dengan
keberadaan Bidang Pelayanan Khusus yang berfokus pada pelayanan kategorial dan
fungsional sehingga bisa menjangkau dan bahkan menggerakkan umat dari latar belakang
kategori usia dan fungsi sosial yang berbeda. Harapan juga terlihat dalam potensi materiil
GPIB, di mana seiring dengan bertambahnya jumlah Jemaat maka bertambah pula harta milik
GPIB, tidak hanya aset gedung gereja namun juga proyek lain yang bisa menolong
keberlangsungan dana GPIB.
(bersambung.....)
Resume Buku 3
(oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
PENULIS
TAHUN TERBIT
PENERBIT
TEBAL
: BAHTERA GUNA DHARMA GPIB
: S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS
: 1982 (EDISI REVISI 2014)
: BPK GUNUNG MULIA
: 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang)
Catatan terhadap Bahtera Guna Dharma GPIB dan Relevansinya bagi GPIB saat Ini
Membaca buku ini dari awal sampai akhir sungguh tidak hanya sekedar menambah
wawasan, namun lebih kepada pemahaman dan pengenalan yang baik akan GPIB.
Sekalipun data-data yang disajikan di dalam buku ini terbatas sampai tahun 1981,
namun justru itu yang membuatnya menjadi menarik! Karena banyak data-data yang
disajikan tidak mudah lagi untuk ditemukan dewasa ini. Tak jarang pula data dan
informasi yang diberikan menimbulkan kesan seperti: “ooh, ternyata dulu begitu toh”,
atau “waah ternyata dari dulu hal ini sudah menjadi pergumulan”, atau juga “hebat,
ternyata dulu bisa begitu. Terus sekarang gimana?”, dan sebagainya.
Akan tetapi dari sekian banyak hal menarik yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu
hal yang paling menarik menurut saya, yaitu terkait dengan Oikumene. Dalam buku
ini, Oikumene bahkan termasuk di dalam Dharma gereja, “sejajar” dengan
Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian. Dari awal sampai akhir buku hampir selalu
aspek Oikumene disinggung. Dasar eksistensi GPIB yang multikultural dikaitkan
dengan Oikumene, yaitu bagaimana GPIB dan gereja-gereja (dari kultur dan budaya)
lain bisa bersama-sama menjawab tantangan di Indonesia. Dalam praktiknya memang
terlihat ada beberapa kegiatan pelayanan dan kesaksian yang dilakukan bersama-sama
antara GPIB dengan gereja lain.
Tidak hanya dalam hal pelayanan bersama, bahkan dalam Ibadah pun juga dibahas
terkait dengan Oikumene, mulai dari tata ibadah, buku nyanyian, hingga konfesi
bersama sebagai gereja di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan juga ditunjukkan
bagaimana GPIB mengkritisi peran Dewan Gereja Indonesia (disingkat DGI.
Sekarang PGI, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) yang dirasa kurang efektif
dalam menyelesaikan pergumulan atau ketegangan gereja-gereja di Indonesia. Untuk
itu ada harapan besar akan lahirnya kader-kader Oikumene dari GPIB, baik dalam
tingkat lokal, nasional, dan bahkan Internasional.
Hal inilah yang menggelitik hati, ketika melihat kenyataan Oikumene GPIB beberapa
tahun terakhir yang rasa-rasanya tidak se”wah” pemaparan dalam buku ini. Belum
ada lagi terdengar adanya karya atau proyek bersama dalam skala besar yang
dilakukan oleh GPIB secara institusi dengan gereja lain.
Kegiatan bersama masih “terbatas” di tingkat lokal (Jemaat) atau regional dalam hal
Ibadah dan seremonial, diskusi, seminar, atau juga bantuan karitatif bencana alam dan
sejenisnya. Dalam tingkat nasional masih terbatas pada kehadiran GPIB sebagai
peserta dalam Sidang Raya. Bahkan untuk kepengurusan Majelis Pekerja Harian PGI
2014-2019, tidak ada anggota atau kader GPIB di sana. Ini seharusnya merupakan
sebuah pergumulan besar bagi gereja yang sering dianggap sebagai salah satu gereja
Protestan terbesar di Indonesia. Meskipun kita masih bisa bersyukur bahwa dalam
kepengurusan PGIW (tingkat Wilayah/regio), masih ada kader-kader GPIB yang
berkarya di sana.
Pergumulan Oikumene tidak berhenti di situ, karena pergumulan yang pelik juga
terjadi dalam tubuh GPI, di mana GPIB juga merupakan bagian di dalamnya.
Hidupnya keberadaan Jemaat GMIT di wilayah GPIB di Batam, sempat
dibekukannya hubungan GPIB dari GPI beberapa tahun lalu, hingga yang terbaru
mengenai terbukanya kemungkinan bagi GMIM membuka area pelayanan di wilayah
gereja lain dan “melanggar” kesepakatan sebagai sesama saudara, menunjukkan
adanya persoalan yang cukup akut di dalam tubuh GPI.
Jika kita melihat semangat Oikumenisme yang tinggi sebagaimana tercermin dalam
buku Bahtera Guna Dharma GPIB, maka adalah lumrah jika muncul harapan yang
tinggi bahwa GPIB bisa menjadi pionir dan penggerak kebersamaan antar gereja,
sehingga upaya mewujudkan rumah bersama (oikos + nomos = oikumene) itu bisa
terwujud. Saat ini semangat berpelayanan dan kesaksian (pelkes) GPIB sangatlah
tinggi, jika tidak dapat disebut sedang tinggi-tingginya. Dalam setiap edisi majalah
Arcus hampir pasti selalu ada liputan tentang kegiatan Pelkes. Namun masih jarang
sekali terlihat liputan yang begitu luar biasa akan peran GPIB dalam gerakan
Oikumene. Tentu ada harapan agar semangat GPIB yang menggebu-gebu dalam
berpelkes ini bisa juga hidup dalam upaya beroikumene. Semua demi terwujudnya
cita-cita gereja Kristen yang Esa di Indonesia sebagai upaya perwujudan cita-cita
Tuhan Yesus dalam doaNya di Getsemani: “supaya mereka menjadi satu”, et omnes
unum sint.
(Selesai........)
Bab 3 membahas mengenai Organisasi GPIB. Di sini disinggung antara lain mengenai tata Gereja
GPIB, penjelasan mengenai Persidangan Sinode, Majelis SInode, Jemaat, para pejabat di GPIB yang
saat itu terdiri dari pendeta, penatua, diaken, dan penginjil. Juga disinggung mengenai status
Musyawarah Pelayanan (Mupel) sebagai wadah kebersamaan Jemaat-Jemaat, apakah perlu
distrukturkan dalam artian menjadi lembaga di atas Jemaat atau tidak. Juga dibahas mengenai GarisGaris Besar Kebijaksanaan Umum Pelayanan Gereja (GBKUPG) yang menunjukkan panduan,
patokan, dan arah yang jelas dalam GPIB menjalankan panggilan dan pengutusannya.
Bab 4 membahas mengenai pembentukan dan pembinaan pejabat dan warga GPIB. Antara lain
disinggung mengenai proses vikariat sebagai syarat menjadi pendeta, juga kemungkinan studi lanjut
bagi para pendeta. Selain itu juga ada pembinaan yang menyeluruh dan luas terhadap segenap warga
GPIB, mulai dari pembinaan mengenai organisasi GPIB, ibadah, Alkitab, kesejahteraan keluarga,
hingga wawasan kebangsaan.
Bab 5 membahas mengenai Catur Dharma GPIB, yaitu Persekutuan, Pelayanan, Kesaksian, dan
Oikumene. Dalam Persekutuan dibahas mengenai Ibadah di GPIB. Salah satu yang menarik dan
penting adalah bahwa dalam rangka mewujudkan Gereja yang Misioner harus ada hubungan langsung
antara liturgi ibadah dengan Pekabaran Injil. Artinya konsep dan amanat di ibadah itu harus
membentuk dan menggerakkan umat menjalankan panggilan misionernya dalam konteks Indonesia.
Dalam hal Pelayanan, ada dua bagian besar dalam Pelayanan GPIB yaitu dalam hal Pendidikan dan
Diakonia. Dalam bidang pendidikan GPIB bergerak antara lain melalui Bakordik GPIB dengan
mendirikan sekolah-sekolah Kristen dalam lingkup GPIB, pendidikan guru agama, dan sebagainya.
Sedangkan pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk pelayanan karitatif dan pelayanan
komprehensif-oikumenis yang di dalamnya juga bekerjasama dengan gereja-gereja lain, dengan
sasaran yang menjangkau mulai dari individu, kelompok masyarakat seperti petani, tukang becak, dan
sebagainya, hingga upaya pembaharuan struktur atau sistem sosial, seperti Undang-Undang dan
sebagainya.
Dalam bidang Kesaksian tercermin melalui wilayah-wilayah Pekabaran Injil (PI) yang dikembangkan
oleh GPIB, yang menjangkau hingga wilayah-wilayah pelosok dan pedalaman. GPIB juga bekerjasama
dengan gereja dan lembaga PI di luar GPIB. Selain itu juga dikembangkan sistem adopsi, di mana ada
Jemaat-jemaat tertentu yang menjadi sponsor moril, tenaga, maupun materiil bagi jemaat-jemaat P!.
Dalam bidang Oikumene, GPIB terpanggil untuk bisa berjalan bersama-sama dengan gereja-gereja
lain di Indonesia menjawab tantangan dan pergumulan yang ada di Indonesia. Ini sekaligus sebagai
upaya perwujudan gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Untuk itu GPIB aktif di wadah Dewan Gereja
Indonesia (DGI), menjadi anggota di Dewan Gereja Dunia (WCC), Dewan Gereja Asia (CCA), juga
Persekutuan Gereja Reform (Protestan) Dunia (WARC). (bersambung.....)
Buku Bahtera Guna Dharma GPIB ini menyajikan sebuah gambaran yang komprehensif dan
utuh mengenai GPIB, mulai dari awal berdirinya tahun 1948 sampai tahun 1980. Bahkan
dalam bagian tertentu disajikan juga mengenai peristiwa sebelum GPIB berdiri. Tidak heran
buku ini bisa menjadi begitu tebal, karena ia tidak hanya menyajikan sejarah GPIB, namun
juga dasar eksistensi GPIB, perangkat organisasi GPIB, panggilan GPIB, hingga pergumulan
yang dihadapi oleh GPIB. Tulisan itu tersebar dalam 7 Bab buku ini.
Pada Bab 1 disajikan mengenai dasar eksistensi (keberadaan) GPIB, terkait dengan
pandangan mengenai ekumenitas, missioner, juga sistem presbiterial sinodal. Penulis buku ini
menunjukkan bahwa eksistensi GPIB adalah multikultural, karena GPIB terdiri dari orangorang dnegan latar belakang suku, budaya, dan bahasa yang berbeda. GPIB merupakan
cerminan Indonesia. Maka itu GPIB juga merupakan Gereja Nasional, dalam artian ia hadir
dan bereksistensi di bumi Indonesia untuk menjawab tantangan dan pergumulan yang dialami
oleh bangsa Indonesia.
Bab 2 membahas mengenai Sejarah GPIB. Di mulai dari masa pra-GPIB sejak zaman VOC
abad 17 dalam nama De Indische Kerk yang cenderung mengikuti sistem Gereja Hervormd
Belanda. Di mana gereja saat itu sangat “terikat” kepada pemerintah. Kemudian mulai
muncul kesadaran bahwa gereja perlu lebih mandiri dalam berbagai hal (dana, teologi,
pekerja), maka mulailah di beberapa wilayah dilahirkan gereja-gereja mandiri dari Indische
Kerk (GPI-Gereja Protestan di Indonesia). Tahun 1934 lahir Gereja Masehi Injili di Minahasa
(GMIM); tahun 1935 lahir Gereja Protestan Maluku (GPM); tahun 1947 lahir Gereja Masehi
Injili di Timor (GMIT); dan melalui Proto SInode 1948 lahirlah GPIB.
Sejak saat itu ada beberapa periode yang dilalui GPIB: (1) Periode Peletakan dasar GPIB
(1948-1964), di mana GPIB fokus pada masalah antara lain penggunaan bahasa dalam ibadah
dan pelayanan (Indonesia atau Belanda); (2) Periode Pembangunan Jemaat Misioner (19641974), antara lain terlihat dalam semakin besarnya peran Bidang Pelayanan Khusus (BPK)
dalam lingkup Sinodal maupun Jemaat.; (3) Periode Pembangunan Material dan Masa Depan
GPIB (1974-1978), di mana GPIB semakin memperhatikan aspek ekonomi, finansial, serta
pengembangan asset gereja. Pada masa ini juga terjadi Konsultasi Pendeta Wanita tahun
1977.
(bersambung.....)
RESUME BUKU 2
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
JUDUL
PENULIS
PENERBIT/ TAHUN
TEBAL
: MEMBINA JEMAAT MISIONER
: D. R. MAITIMOE
: BPK GUNUNG MULIA/1984
: 87 HALAMAN
Buku ini bisa dikatakan merupakan “kelanjutan” dari buku D. R. Maitimoe sebelumnya, yaitu
Pembangunan Jemaat Misioner. Buku ini bersifat seperti “panduan praktis”, yaitu bagaimana
mengimplementasikan konsep-konsep dalam buku Pembangunan Jemaat Misioner itu dalam
kehidupan sehari-hari. Sekalipun lebih bersifat praktis, namun Maitimoe tetap memulainya
dari pemaparan akan konsep teologis tertentu sebagai dasar dari Jemaat Misioner ini.
Dasar-dasar teologis itu dapat tercermin misalnya dari Yoh. 3:16, yang menunjukkan bahwa
seharusnya Jemaat (Gereja) hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk dunia ini.
Ini dikarenakan karya penyelamatan Allah berlaku untuk dunia dan segenap manusia, bukan
hanya untuk gereja. Maka itu perlu ada pembinaan kepada jemaat yang meliputi berbagai
aspek, seperti ibadah, pelayanan, kesaksian, atau persekutuan sehingga Jemaat bisa memiliki
sifat yang terbuka, luwes, dinamis, kreatif, positif, dan tetap kritis dalam melihat
perkembangan dunia dan masyarakat (Rom. 1:14; Rom. 12:1-2; 1 Kor. 9:19-23).
Setelah memulai dari dasar teologis, Maitimoe juga menyinggung mengenai strategi
missioner yang dikembangkan Kristus yang bisa menjadi dasar dan teladan dalam strategi
Jemaat Misioner, lalu apa-apa saja yang menghambat/memperlambat upaya perwujudan
Jemaat yang Misioner ini, kepemimpinan seperti apa yang perlu dikembangkan dalam Jemaat
Misioner, apa apa saja dinamika konteks yang dijumpai jemaat.
Dari penjelasan di atas, Maitimoe sampai kepada usulan langkah konkret dan praktis dalam
perwujudan Jemaat Misioner itu. Ada 3 langkah dasar dalam upaya membina jemaat yang
missioner ini, yaitu (1) survey, (2) mengenali dan memahami diri, dan (3) rancangan.
Pertama Survey. Survey ini penting dalam kita memahami dan mengenal konteks di mana
jemaat yang missioner itu hendak hidup, tumbuh, dan berkarya. Perumpamaan mengenai
seorang Penabur (Mat 13:1-23; Mark 4:1-20; Luk 8:4-15) yang mengisahkan tentang benih
yang ditaburkan di berbagai jenis tanah sesungguhnya juga menunjukkan bahwa beda jenis
tanah, bisa berbeda tunas bertumbuh. Begitu juga Injil yang dikabarkan bisa tumbuh secara
berbeda tergantung dengan konteks di mana Injil itu diberitakan atau ditaburkan.
Kita perlu melakukan pengamatan (observasi) yang memadai mengenai konteks, melakukan
pengumpulan data, dan menganalisis data atas konteks itu. Dari sini kita bisa memahami
pokok-pokok permasalahan yang secara riil terjadi di dalam konteks, dan kita bisa mencari
tahu bagaimana Injil bisa berbicara dan berperan di dalam permasalahan-permasalahan itu.
Dari sini juga kita bisa tahu bagaimana secara pribadi maupun secara komunal (organisasi)
kita bertindak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada itu.
Untuk itu dalam bagian ini juga diperlukan bantuan dari tenaga-tenaga ahli dan orang-orang
yang berpengalaman, tidak hanya untuk mengobservasi, namun juga untuk mengumpulkan
data dan melakukan analisis terhadapnya. Sehingga data yang didapat dan hasil olahan data
itu bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu penting juga adanya kesediaan dari Majelis
Jemaat untuk terbuka mempelajari hasil survey itu, dan tidak hanya diam dan betah saja
dengan kondisi dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada. Karena perlu dipahami juga bahwa
kegiatan Survey ini bukan sekedar cara manusia memahami konteks, namun juga merupakan
cara Roh Kudus turut berkarya bagi gereja.
Hasil upaya dari observasi, pengumpulan, dan analisis data itu membawa Jemaat kepada
momen yang kedua, yaitu pengenalan dan pemahaman diri (Sumber Daya Jemaat). Maitimoe
menawarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Jemaat perlu melihat
dirinya, mencari tahu apa saja kekuatan (strength) dan kelemahan (Weakness) mereka.
Namun mereka juga perlu tahu apa saja kesempatan (Opportunity) yang ada di sekitar
mereka, dan ancaman (Threat) apa yang bisa menghambat mereka.
Pemahaman dan pengenalan diri yang baik mampu mendorong Jemaat untuk berkarya lebih
luas ke luar gereja. Melalui analisis diri yang baik, disertai dengan penelaahan Alkitab,
persekutuan, diskusi, studi, dan pergumulan doa, maka Jemaat akan mampu memiliki sebuah
pemahaman (gambaran) yang tepat dan utuh perihal tugas perutusannya di dunia.
Ketiga, setelah Jemaat sudah melakukan Survey dan melakukan pemahaman dan pengenalan
yang dalam tentang dirinya, yang harus dilakukan adalah melakukan rancangan sebagai
implementasi perwujudan Jemaat yang Misioner. Di sini setidaknya ada 2 hal yang harus
diperhatikan, yaitu [a] motivasi (teologis) dan [b] tujuan (missioner). Kedua hal ini perlu
dimiliki sehingga proses dan arah pembangunan jemaat ini menjadi jelas.
Dalam hal ini secara teknis perlu dibentuk panitia, yang oleh Maitimoe disebut “Panitia
Perencanaan Pembinaan Jemaah Misioner”, yang terdiri dari warga jemaat, para ahli, majelis,
dan/atau pendeta. Panitia inilah yang berfungsi membuat rancangan yang jelas bagaimana
Jemaat Misioner itu hendak diwujudkan, baik dalam program kerja maupun rencana
pembinaan dan persiapan, hingga bagaimana pelaksanaannya dilakukan oleh warga Jemaat.
Agar semua proses dan rencana itu dapat terwujud, juga perlu untuk diperhatikan adalah
pentingnya semua ini dilaksanakan dengan tidak sambil lalu begitu saja namun dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh, dengan metode kerja yang baik, dan dengan tekad iman yang kuat.
Dari seluruh hal di atas terlihat bahwa proses ini membentuk 3 pola, yaitu (1) Pola Datang,
yaitu bagaimana melibatkan dan memobilisasi warga jemaat untuk terlibat; (2) Pola Pergi,
yaitu bagaimana gerakan dan karya missioner itu dilakukan kepada dunia (di luar gereja); dan
(3) Pola Pengemban, yaitu bagaimana membina Jemaat menjadi Jemaat yang Misioner. Pada
akhirnya membina Jemaat Misioner ini memiliki tujuan untuk mengembangkan bentuk, cara,
dan pola berjemaat (bergereja) yang relevan dengan konteks, dan bersama-sama dengan yang
lain membangun dunia yang dipenuhi dengan damai sejahtera.
(bersambung.....)
RESUME BUKU 2
JUDUL
(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)
: MEMBINA JEMAAT MISIONER
PENULIS
PENERBIT/ TAHUN
TEBAL
: D. R. MAITIMOE
: BPK GUNUNG MULIA/1984
: 87 HALAMAN
Catatan-Catatan terhadap Pemikiran Maitimoe
Tulisan Maitimoe ini meskipun tipis (87 halaman), namun tetaplah sebuah tulisan yang
berbobot. Karena ia tidak hanya menunjukkan hal-hal praktis, namun juga dasar konseptual
yang baik. Sekalipun dasar konseptual yang lebih komprehensif ada di buku yang
sebelumnya, yaitu Pembangunan Jemaat Misioner. Sekalipun demikian ada catatan yang
menurut saya penting untuk diperhatikan terkait dengan konsep yang dijabarkan Maitimoe.
Dalam Bab 2 mengenai Membina Pertumbuhan Jemaah, Maitimoe menjadikan peristiwa
Pentakosta dalam Kisah Para Rasul sebagai contoh, di mana dalam waktu singkat ada 3000
jiwa baru yang menjadi anggota jemaat. Dan memang, sekalipun Maitimoe menekanan
pentingnya kualitas karya pelayanan, namun ia juga melihat pentingnya pertambahan
kuantitas anggota jemaat. Yaitu bahwa Injil yang diberitakan perlu juga untuk menambah
anggota jemaat. Penginjilan perlu dilakukan baik kepada orang Kristen lama maupun
generasi Kristen baru.
Menurut saya, bagian ini perlu kita lihat secara hati-hati. Kecenderungan Gereja untuk
menambah jumlah anggota dalam praktiknya seringkali justru menyinggung kebersamaan
dengan orang lain, baik sesama Gereja maupun orang-orang non Gereja. Tak bisa dipungkiri
salah satu persoalan Ekumenis di Indonesia adalah persoalan “curi domba”. Bagaimana satu
gereja menambah jumlah anggota gerejanya dengan “mengambilnya” dari gereja lain. Hal ini
sering menimbulkan ketegangan antar gereja.
Belum lagi dengan kecurigaan dan cap “Kristenisasi” yang tidak jarang dicetuskan oleh
orang-orang kepada Gereja yang melakukan pelayanan masyarakat. Akibatnya banyak
penolakan-penolakan yang dilakukan kepada gereja, dan menimbulkan kericuhan antar umat
beragama. Gereja bukan membawa damai sejahtera namun justru menjadi sumber keributan!
Untuk itulah kita perlu melihat kembali secara kritis mengenai pemahaman dan motivasi
mengenai kuantitas anggota gereja sebagai salah satu tolok ukur utama dalam pertumbuhan
jemaat.
Maitimoe sendiri sesungguhnya menyadari bahaya akan hal ini, maka itu dalam tulisan ini ia
juga mengatakan bahwa “pelipatgandaan jumlah warga gereja (baru) tidak merupakan satusatunya ukuran berhasilnya … Jemaah missioner” (hal. 23). Akan tetapi dalam keseluruhan
tulisannya, terlihat seolah ia keukeuh dengan pemahaman bahwa kuantitas dan angka
merupakan hal yang penting, setidaknya sebagai umpan balik bagi strategi yang akan
dikembangkan ke depan. Karena dalam strategi Kristus sendiri, menurut Maitimoe,
pelipatgandaan jemaat juga merupakan salah satu yang menonjol. Pertanyaannya, benarkah
demikian? Mari kita lihat kembali.
Dalam Matius 18:20 Yesus berkata: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam
nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”. Ayat ini mau menunjukkan bahwa
dalam jumlah yang sedikit sekalipun, Tuhan berkenan hadir. Ini menunjukkan bahwa jumlah
yang lebih banyak tidak berarti lebih baik daripada jumlah yang sedikit. Sedikit asalkan
disertai dengan kualitas yang baik itulah yang diterima Yesus. Ini senada dengan kisah
persembahan seorang janda miskin (Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4), di mana janda ini
hanya memberikan persembahan 2 peser, sedikit dari segi jumlah, tapi dari segi nilai dan
kualitas persembahannya lebih besar dari siapapun.
Tidak hanya itu saja, dalam kehidupan-Nya, bukan berarti Yesus selalu senang dan
menyambut dengan terbuka jika ada orang yang ingin menjadi pengikutNya. Dalam Lukas
9:57-62 menunjukkan bagaimana ada orang yang ingin mengikut Yesus, namun ingin
mengubur bapaknya dahulu dan juga ada yang ingin pamitan dengan keluarganya, dan
kepada keduanya Yesus justru menyampaikan kritikan yang pedas. Apa artinya? Ini
menunjukkan bahwa Yesus tidak mengutamakan penambahan jumlah (kuantitas)
pengikutNya, namun Ia lebih memperhatikan dan mengutamakan kualitas diri seseorang.
Demikianlah hendaknya Jemaat yang Misioner dalam melakukan karya misi kepada dunia
tidak memiliki motivasi dan tujuan pertama-tama untuk menambah jumlah anggota, tapi
fokus kepada bagaimana karya misi itu bisa meningkatkan kualitas kehidupan. Bukan hanya
kualitas orang lain, namun juga kualitas diri sendiri.
Sumbangsih Pemikiran Maitimoe bagi Kehidupan Gereja saat Ini
Pertama, Maitimoe menunjukkan kepada gereja mengenai pentingnya memahami dan
mengenali konteks di mana gereja itu hidup. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apa saja
permasalahan sosial yang ada di sekitar sini? Apa yang masih kurang di lingkungan ini?
Siapa-siapa saja yang hidup di sini? Dan pertanyaan yang sejenis perlu diajukan. Observasi
dan analisis diperlukan supaya karya misi yang hendak dilakukan menjadi tepat, kabar
sukacita (Injil) yang ditaburkan pun bisa tumbuh.
Kedua, sebagaimana memahami konteks, Maitimoe juga menunjukkan betapa gereja juga
perlu memahami dan mengenal dirinya sendiri. Gereja perlu mengajukan pertanyaanpertanyaan seperti: Apa saja kekuatan dan kelebihan yang dimiliki gereja ini? Apa saja
kekurangannya? Apa saja masalah yang dihadapinya? Peluang dan kesempatan apa yang
dimiliki gereja? Ini penting agar Jemaat bisa bertumbuh ke arah yang tepat.
Kedua hal di atas menjadi penting dan dapat terlihat hasilnya ketika gereja membuat Rencana
Program dan Kegiatan. Program dan kegiatan gereja akan memiliki tujuan yang jelas, tepat
sasaran, dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan berjemaat, jika kedua hal di atas
(mengenali konteks dan diri sendiri) bisa dilakukan dengan baik. Namun jika kedua hal di
atas tidak dilakukan dengan baik, besar kemungkinan program dan kegiatan gereja hanya
sekedar rutinitas saja, hanya mengulang program dari tahun-tahun sebelumnya, dan tidak
mampu meningkatkan kualitas hidup berjemaat.
Selesai.........
Resume Buku
Judul
: Pembangunan Jemaat Misioner
Penulis
Tahun Terbit
Penerbit
Tebal
: D. R. Maitimoe
: 1978
: BPK Gunung Mulia
: 396 halaman (dengan Daftar Pustaka)
Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro
Prinsip ketiga sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip di atas adalah perlunya “pengerahan oleh
pimpinan jemaat sendiri”. Ketika disadari mengenai pentingnya pera warga jemaat dalam
pembangunan jemaat missioner ini, maka timbul pertanyaan terkait peran pendeta. Di manakah peran
pendeta? Masih adakah peran pendeta dalam konsep jemaat yang missioner ini? Jawabannya ada.
Menurut Maitimoe, peran dan fungsi pendeta adalah dalam hal [1] fungsi (me)motivasi (warga gereja);
[2] fungsi refleksi (teologis) secara kristis; dan [3] fungsi pembinaan warga gereja. Bagi Maitimoe,
ketiga fungsi ini sangatlah vital dalam sebuah jemaat missioner. Konsep tradisional tentang pendeta
sebagai “wakil Kristus” yang menempatkan pendeta seolah lebih tinggi dari umat (warga jemaat) harus
dihilangkan. Lebih lanjut Maitimoe menyampaikan: “para pendeta adalah mereka yang ditugaskan
dari antara warga gereja untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu … Pendeta tidak mengambil alih
tugas warga gereja, atau meniadakan tugas warga gereja”. (hal. 251)
Dalam hal ini disadari perlunya seorang pendeta memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik, dan
itu perlu dipersiapkan sejak masa studi teologi. Dengan kepemimpinan yang baik, pendeta akan
mampu menjalani ketiga fungsi di atas dengan baik. Dengan motivasi dan pembinaan yang tepat, akan
banyak warga gereja yang bisa menjadi pemimpin-pemimpin baik dalam taraf fungsional, kategorial,
maupun regional dan di mana-mana mereka hidup.
Prinsip keempat yaitu “pengerahan untuk mencapai keseluruhan sasaran”. Di sini hal yang
mendasarinya adalah kasih Allah, sebagaimana yang diungkapkan Yohanes 3:16. Maka itu pelayanan
dan kesaksian yang dilakukan harus mampu menjangkau seluruh lapisan manusia (masyarakat) di
manapun dan siapapun, dan bahkan menjangkau berbagai aspek dalam manusia itu, seperti aspek
jasmani, rohani, bahkan sosial. Mahasiswa, karyawan, para pejabat, pegawai militer, petani, nelayan,
bahkan sampai para tahanan harus bisa dijangkau oleh pelayanan dan kesaksian jemaat yang
missioner. Demikianlah Injil tersebut harus diberitakan agar bisa dilakukan, dipraktekkan, dan
diimplementasikan.
Selain keempat prinsip-prinsip tersebut, salah satu hal yang juga vital untuk keberlangsungan
pembangunan jemaat missioner ini adalah perlunya pembinaan yang terus-menerus dan bersifat
menyeluruh, baik kepada warga jemaat manupun kepada para pemimpin di jemaat. Mulai dari
pengenalan akan talenta-talenta pribadi dan bagaimana itu digunakan sebagai penunjang kehidupan
pelayanan dan kesaksian, pemahaman yang benar tentang Missio Dei, sampai kepada perubahan yang
terus menerus terjadi di dalam konteks kehidupan, semua itu merupakan bagian dari pembinaan.
Bersambung…….
Resume Buku
Judul
: Pembangunan Jemaat Misioner
Penulis
Tahun Terbit
Penerbit
Tebal
: D. R. Maitimoe
: 1978
: BPK Gunung Mulia
: 396 halaman (dengan Daftar Pustaka)
Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro
Catatan-Catatan terhadap Pemikiran Maitimoe
Tulisan Maitimoe ini sangat menarik karena ia berulang kali menekankan akan pentingnya gereja
menjangkau manusia di manapun dan apapun latar belakang fungsinya. Bahkan dalam beberapa
kesempatan ia memberikan pemikiran yang cukup “berani” mengenai pembentukan Jemaat yang tidak
hanya berdasarkan wilayah atau residen, namun juga Jemaat berdasarkan fungsi atau kategorial. Ini
menunjukkan keprihatinannya akan manusia dalam konteks riil Indonesia.
Akan tetapi ini juga yang menjadi catatan bahwa Maitimoe terlalu melihat manusia “hanya” sebatas
pada fungsi dan kategorinya saja (petani, ABRI, buruh, mahasiswa, dsb.). Ia secara spesifik belum
membahas mengenai masalah konteks manusia secara luas seperti kemiskinan, kepelbagaian agama,
dan sebagainya. Demikian juga disadari bahwa Maitimoe terlalu menekankan karya pelayanan dan
kesaksian hanya kepada “manusia”. Meskipun ia membahas soal “ta panta”, yaitu bahwa sasaran Injil
itu harus menjangkau “semua” tanpa terkecuali, ia tidak membahas lebih dalam mengenai pentingnya
proklamasi Injil juga disampaikan kepada sesama ciptaan non-manusia.
Dalam hal ini pendapat E. G. Singgih bisa memperlengkapi. Singgih menunjukkan bahwa dalam
konteks Indonesia, gereja yang kontekstual adalah gereja yang sadar dengan akan realita konteks
terkait lima hal: kepelbagaian agama, kemiskinan yang parah, penderitaan, ketidakadilan (termasuk
ketidakadilan gender), dan kerusakan ekologis. (Singgih; 2004) Empat dari lima konteks di atas
berbicara mengenai kemanusiaan dan segala permasalahan yang terkait padanya. Juga Singgih
“menambahkan” satu konteks yang berbicara jauh melampaui kemanusiaan: kerusakan ekologis.
Pembakaran dan pembabatan hutan secara serampangan, polusi udara di mana-mana, juga pemanasan
global merupakan contoh nyata betapa kerusakan ekologis semakin parah seiring dengan
perkembangan zaman. Ini menunjukkan bahwa adalah tugas gereja juga untuk menyadari akan konteks
ini dan turut serta dalam upaya menjaga dan melestarikannya sebagai sesama ciptaan Allah.
Perlunya gereja mengembangkan panggilan tugasnya di dunia kepada ciptaan secara lebih luas juga
sesuai dengan amanat Yesus dalam Markus 16:15. Di sana murid-murid diminta untuk memberitakan
Injil kepada “segala makhluk”. Kata makhluk di sana berasal dari bahasa Yunani ktisis yang berarti
hasil karya ciptaan Allah secara utuh; bisa manusia dan juga alam dan lingkungan. Ini menunjukkan
betapa alam dan lingkungan perlu menjadi sasaran dan teman yang disapa gereja yang kepadanya juga
diupayakan Injil (kesukacitaan) dan kesejahteraan untuk menjalani hidupnya di dunia. Dengan
demikian gereja akan sadar dengan konteks kehidupannya saat ini yang memanggilnya untuk
menjalankan tugas secara holistik.
Akan tetapi di sini juga perlu disadari bahwa ketika Maitimoe penulis buku ini (1978), belum muncul
kesadaran dan keprihatinan yang besar mengenai kerusakan alam dan permasalahan manusia
sebagaimana yang dipaparkan Singgih di atas. Di sinilah pemikiran Singgih ini akan mampu
memperlengkapi konsep pembangunan jemaat missioner yang dipaparkan Maitimoe. Dengan adanya
kesadaran akan permasalahan konteks Indonesia secara faktual, ide pembangunan jemaat missioner
yang dipaparkan Maitimoe akan menjadi lebih hidup dan lebih tepat konteks. Gereja akan tahu dengan
jelas kemana arah pelayanan dan kesaksian itu bisa diarahkan.
Sumbangsih Pemikiran Maitimoe bagi Kehidupan Bergereja Saat Ini
Pertama. Konsep pembangunan jemaat missioner Maitimoe sangat menekankan akan gereja yang
mau keluar dari temboknya untuk menjangkau dunia dan masyarakat. Gereja tidak bisa hanya diam
mengurusi dirinya sendiri. Pemahaman ini mengingatkan kita saat ini untuk mau terbuka mengadakan
program-program gereja yang bisa menjangkau masyarakat. Pelayanan kepada dunia dan masyarakat
harus ditingkatkan, dan tidak bisa hanya dianggap sambil lalu saja.
Untuk merealisasikan hal ini diperlukan struktur gereja yang lebih fleksibel sebagaimana tercermin di
gereja zaman Perjanjian Baru. Gereja juga bisa bekerjasama dengan gereja-gereja lain dalam
melakukan pelayanan dan kesaksian ini. Ini sekaligus bentuk mewujudkan keesaan gereja.
Kedua, konsep Pembangunan Jemaat Misioner ini sangat tergantung kepada peran warga jemaat.
Warga jemaat tidak bisa hanya pasif, atau merasa cukup dengan hadir dalam ibadah Minggu. Lebih
dari itu, warga jemaat diharapkan untuk mau terlibat aktif dalam upaya memberitakan Injil melalui
kata dan karya. Warga jemaatlah tulang punggung dan ujung tombak gereja, karena tanpa warga
jemaat gereja akan tidak berfungsi. Tugas pendeta sebagaimana dipaparkan Maitimoe, adalah dalam
hal motivasi, refleksi, dan pembinaan. Selebihnya, yang merancang, bergerak, dan mewujudkan serta
merealisasikannya, adalah warga jemaat!
Maka itu hendaknya warga jemaat memanfaatkan sarana-sarana yang tersedia, seperti Pelayanan
Kategorial, Komisi, atau pelayanan-pellayanan tertentu, sebagai wadah melaksanakan panggilan dan
pengutusan Allah dan upaya mewujudkan suatu Jemaat yang missioner.
Selesai.........
HASIL PERTEMUAN TEAM PENGKAJIAN PENDEWASAAN DAN PELEMBAGAAN
GPIB GALILEA CILACAP

Dasar Program Kerja GPIB Galilea Cilacap Tahun 2016 – 2017 No Program 8010.06 tentang
Pendewasaan dan Pelembagaan Jemaat GPIB Galilea Cilacap.

Sehubungan dengan hal tersebut telah dibentuk Team Pengkajian Pendewasaan dan
Pelembagaan Jemaat GPIB Galilea Cilacap.

Team dimaksud akan mengkaji apakah GPIB Galilea Cilacap sudah memenuhi syarat menjadi
2 Bakal Jemaat dengan mempertimbangkan pertumbuhan Jemaat, efisiensi pelayanan dan
persyaratan yang ditetrapkan.

Pengumuman ini diwartakan mulai tanggal 21 Agustus sampai dengan 11 September 2016.

Pada tanggal 18 September 2016 akan dibuat angket bagi Warga Jemaat.

Demikian untuk menjadikan perhatian bersama.
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA HUT GPIB, NATAL 2016 DAN PASKAH 2017
Berdasarkan Program Kerja Majelis Jemaat Tahun 2016 – 2017, Rapat PHMJ tanggal 20 Mei 2016,
Rapat PHMJ tanggal 10 Juli 2016, Rapat PHMJ beserta Jemaat Tanggal 26 Juli dan Surat Keputusan
Majelis Jemaat GPIB Galilea Cilacap Nomor : 054/07.16/MJGC(02)/Kpts tertanggal 28 Juli 2016 telah
terbentuk Susunan Panitia HUT GPIB, Natal 2016 dan Paskah 2016 sebagai berikut
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA HUT GPIB, NATAL 2016 DAN PASKAH 2017


Penanggung Jawab
Penasehat
: Majelis Jemaat GPIB “ Galilea “ Cilacap
: PHMJ GPIB” Galilea “ Cilacap



Ketua
Sekretaris
Bendahara
: Ibu KETY SUSIANA MANABUNG - MAIT
: Ibu MELIWATI ANDRIS - MARPAUNG
: Ibu ISADORA SARTONO - DJAWAMATA

Seksi – seksi :
Acara ‘ Lomba & Ibadah
: Vik. YOSUA WAHYU ANGGORO, S.Si
Ibu SANDRA LUMBA – NIKIJULUW
Ibu ELIZABETH PIAY
Bpk. YOHANES TAMBUNAN
Sdr. GARRY SAPULETTE
Sdri. DUNIE ANATON SARTONO
( Koordinator )
Usaha Dana
: Ibu LILY SAPULETTE
Ibu HERNAWATI WATTIHELUW
Ibu IRA BARUS
Bpk. YANEMAN ANDRIS
( Koordinator )
Konsumsi
: Ibu JENNY HUTABARAT - SIPAHUTAR
Ibu HANNA DWI KRISTIANI ANTON
Ibu RENNY JHONY - DHARMA
Ibu IDA FITRIA PIAY
Ibu IHDA RAHMA BUDY PRAYITNO
Ibu NENY TRIAGUSTINI WATTIMENA
Ibu NOVI PRISCILLA TETENGEAN
Ibu BUDI WEKEN
Ibu SAMINI NOYA
Ibu NORIE MANUHUTU - RANSUN
( Koordinator )
Perlengkapan &
Dekorasi&Transportasi
: Bpk. JHONY
Bpk. RENDIKA WOWOR
Bpk. YOHANES ASTIONO
Sdr. ROY PASARIBU
Sdr. DENELVY FRANLY
Sdri. AVE SHANIA CHRIESTIN
Sdri. UTRICIA WOWOR
Sdri. IMELDA NATALIA
( Koordinator )
Dokumentasi/Publikasi
: Bpk. BAMBANG SETYABUDI
Bpk. TONNY ITRAN
Sdr. SADRAKH YASUA PIAY
Sdr. IMMANUEL TYTO SIHOMBING
( Koordinator )
Keamanan
: Bpk. YUDI M. BOWARD
Bpk. ANDREAS PURWANTO
Bpk. HERMAN BALOTO
( Koordinator)
SUSUNAN PENGURUS PGIS KABUPATEN CILACAP
MASA PELAYANAN 2016 – 2018
Berdasarkan Surat dari PGIS Kabupaten Cilacap nomor : 006/Pemb.Pgrs/PGIS/08.2016, perihal
Susunan Pengurus PGIS Kabupaten Cilacap Masa Pelayanan Tahun 2016 – 2018 dan yang akan di
Lantik pada hari Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 17.00 WIB bertempat di Gereja Kristen Jawa Jl. Dr.
Wahidin No. 36 – 38 Cilacap, dengan Susunan sebagai berikut :

Penanggung Jawab
: Pendeta – Pendeta di Lingkup PGIS Kab. Cilacap

Ketua
: Pdt. KHONSELMAN RADJABAYCOLLE, S.Si
(GKJ Cilacap)

Wakil Ketua
: Pnt. ARI SULISTIYANTO
(GKJ Cilacap)

Sekretaris
: 1. Pnt. H. YANCE KAYADU
(GPIB Cilacap)
: 2. Pnt. KURNIA PANTJA KUMBUL
(GKI Cilacap)
: 1. Pnt. RUMI RACHMAWATI
(GKJ Citara)
: 2. Pnt. SUHERI
(GKI Cilacap)
: 1. Pnt. SUWARDI
(GKJ Cilacap)
: 2. Pnt. HENDRO JOKO
(GKJ Citara)
: 3. Dkn. STEPANUS KALE
(GPIB Cilacap)
: 4. Pnt. ENDANG SUMARDANI
(GKI Cilacap)
: 5. Pnt. St. MARTIN HUTAGALUNG
(HKBP Cilacap)
: 6. C.Pdt. FIRMANNUDIN HIDAYAT
(GKJ Jeruk Legi)


NO
Bendahara
Anggota
NAMA
AGUSTUS
I
II
06.00
III
IV
V
I
09.00
II
III
IV
I
II
17.00
III
IV
V
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sdri. Meli Nongkang
Sdr. Vega Baloto
Sdr. Rinto Pasaribu
Sdr. Sadrakh Y. Piay
Ibu Reta Budianto
Bpk. Tonny Itran
Sdri. Imelda Natalia
Sdr.Aditya Wattiheluw
Sdr. Roy Pasaribu
Sdr. David Noya
Sdr. Frans
Sdri. Mitariana
SEPTEMBER
Sdri. Mitariana
Sdri. Meli Nongkang
Sdr. Vega Baloto
Sdr. Rinto Pasaribu
Sdr. Sadrakh Y. Piay
Ibu Reta Budianto
Bpk. Tonny Itran
Sdri. Imelda Natalia
Sdr.Aditya Wattiheluw
Sdr. Roy Pasaribu
Sdr. David Noya
Sdr. Frans
OKTOBER
Sdri. Mitariana
Sdri. Meli Nongkang
Sdr. Vega Baloto
Sdr. Rinto Pasaribu
Sdr. Sadrakh Y. Piay
Ibu Reta Budianto
Bpk. Tonny Itran
Sdri. Imelda Natalia
Sdr.Aditya Wattiheluw
Sdr. Roy Pasaribu
Sdr. David Noya
Sdr. Frans
NOVEMBER
Sdri. Mitariana
Sdri. Meli Nongkang
Sdr. Vega Baloto
Sdr. Rinto Pasaribu
Sdr. Sadrakh Y. Piay
Ibu Reta Budianto
Bpk. Tonny Itran
Sdri. Imelda Natalia
Sdr.Aditya Wattiheluw
Sdr. Roy Pasaribu
Sdr. David Noya
Sdr. Frans
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+ +1
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+7+ +8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
+8+ +9+ +10+ +11+ +8+ +9+ +10+ +11+ +12+ +8+ +9+ +10+ +11+
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PENGUCAPAN SYUKUR
PENGUTUSAN
ROMA 12 : 1 – 2
ROMA 12 : 9
MALIAKHI 3 : 10
AMSAL 3 : 9 – 10
2 KORINTUS 8 : 9
2 KORINTUS 8 : 12 – 13
2 KORINTUS 9 : 11 – 12
YOHANES 3 : 16
1 TESALONIKA 5 : 18
IBRANI 13 : 15 – 16
RATAPAN 3 : 22 – 23
MAZMUR 96 : 8
MATIUS 5 : 7 – 9
BERKAT
Minggu I & V – BILANGAN 6 : 24 - 26
Minggu II – EFESUS 6 : 23 – 24
Minggu III – 1 PETRUS 5 : 10a
Minggu IV – 2 KORINTUS 13 : 13
VOTUM & SALAM
GALATIA 1 : 3 – 5
1 TIMOTIUS 1 : 2b
TITUS 1 : 4
2 PETRUS 1 : 2
2 YOHANES 3
YUDAS 1 : 2
WAHYU 1 : 4 - 5
1 PETRUS 5 : 6 – 7
EFESUS 6 : 10 – 11, 19
ROMA 15 : 13
WAHYU 3 : 3 – 6
IBRANI 13 : 5
KOLOSE 3 : 15
YAKOBUS 1 : 12
1 TESALONIKA 5 : 16 – 18
MATIUS 7 : 21
YOSUA 1 : 9
ROMA 8 : 28
MATIUS 5 : 16
IBRANI 12 : 5b – 6
WAHYU 3 : 19
YESAYA 41 : 10
FILIPI 4 : 6
YOHANES 15 : 4
IBRANI 10 : 38 – 39
KISAH PARA RASUL 4 : 12
KOLOSE 2 : 6 – 7
YAKOBUS 4 : 7 – 8a
JADWAL KEGIATAN
1.
Tanggal 19 Maret 2016
Katekisasi
-
Presentasi
Khotbah
anak
2.
3.
4.
5.
Tanggal 21 Maret 2016
Tanggal 27 Maret 2016
Tanggal 28 Maret 2016
Tanggal 29 Maret 2016
-
dan Penggembalaan.
POKJA
Ibadah Presbiter dan keluarga
Ibadah Misioner - GP
Persiapan Presbiter dan
Pengensahan Program
Minggu, 13 Maret 2016 :
Tugas Baca Alkitab :
1. Pukul 06.00 WIB Gereja Jl. Pisang
2. Pukul 09.00 WIB Gereja Jl. Rinjani
Silitonga
3. Pukul 17.00 WIB Gereja Jl. Pisang
-
Debora Novita Saiya
Palti Bistok Yosea
-
Novia Marga Rini
Tugas Pembawa Kantong Kolekte :
1. Pukul 06.00 WIB Gereja Jl. Pisang
Priwidodo
-
Bill Yesyurun
2. Pukul 09.00 WIB Gereja Jl. Rinjani
-
3. Pukul 17.00 WIB Gereja Jl. Pisang
-
LLesly
Paulina Ayu Hastari
Julian Thomas Surya
Rianita Dian Prasasti
Harnita Dwi Oktavani
PEMENANG LOMBA HUT GPIB KE 67
Dalam rangka HUT GPIB ke 67 Panitia Pelaksana telah melaksanakan Lomba – lomba pada
acara Ibadah Padang di Nusakambangan pada tanggal 14 Oktober 2015. Hadiah Lomba akan
dibagikan pada Ibadah Penyegaran Iman pada hari rabu, 04 Nopember 2015. Sebagai
Pemenang Lomba adalah sebagai berikut :
LOMBA GERAK DAN LAGU :
JUARA 1
: SEKTOR III
JUARA 2
: SEKTOR IV
JUARA 3
: SEKTOR I
JUARA 4
: SEKTOR II
LOMBA CERDAS CERMAT ALKITAB :
JUARA 1
: SEKTOR I
JUARA 2
: SEKTOR IV
JUARA 3
: SEKTOR III
JUARA 4
: SEKTOR II
LOMBA SEPAK BOLA PANTAI
JUARA 1
: SEKTOR I
JUARA 2
: SEKTOR III
JUARA 3
: SEKTOR II
JUARA 4
: SEKTOR IV
JUARA UMUM ADALAH SEKTOR I ( SATU)
+11+
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN
SEBAGAI KEPUTUSAN GEREJAWI
PENGANTAR
Sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan
Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan adalah hasil pergumulan dan keputusan
bersama jemaat-jemaat melalui para presbiter yang diutus ke Persidangan. Karena itu sebuah
keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau Persidangan Sinode
Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan, mengikat sekalian warga jemaat dan jemaatjemaat GPIB. Artinya Ketetapan Persidangan Sinode itu harus diberlakukan di seluruh jajaran
pelayanan GPIB di tingkat sinodal maupun di tingkat jemaat dan harus ditaati oleh sekalian
presbiter dan warga jemaat.
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN SEBAGAI SEBUAH UNGKAPAN SYUKUR KEPADA TUHAN
1. Persidangan Sinode telah menetapkan bahwa salah satu sumber penerimaan gereja di
tingkat jemaat adalah persembahan warga gereja, yaitu : (a) persembahan persepuluhan
sebagai persembahan wajib, (b) persembahan syukur (khusus), (c) persembahan
sukarela yang disampaikan dalam ibadah-ibadah jemaat. Dan salah satu penerimaan
gereja di tingkat sinodal adalah persembahan jemaat, yaitu : (a) persembahan persepuluhan
bulanan dari jemaat-jemaat sebagai persembahan wajib.
2. Persembahan warga jemaat sesungguhnya adalah ‘ungkapan syukur’ kepada Tuhan atas
pemeliharaan Tuhan dan berkat-berkat Tuhan yang dialami dalam kehidupan pribadi maupun
bersama keluarga. Karena itu persembahan warga gereja harus diberikan bukan dengan
terpaksa atau karena dipaksa, tetapi dengan hati penuh sukacita karena mengucap syukur
kepada Tuhan. Seperti yang dilakukan raja Daud ketika memberi persembahan untuk
pembangunan Bait Suci di Yerusalem. Daud berkata : “Sekarang ya Allah kami, kami
bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu. Sebab siapakah aku ini dan
siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini?
Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang
kami berikan kepada-Mu” (1 Tawarikh 29 : 13 – 14).
Juga seperti yang dilakukan warga gereja di Makedonia ketika mereka memberikan
persembahan untuk membantu warga gereja di Yerusalem yang sedang dilanda bencana
kelaparan (2 Korintus 8 : 1 – 3).
3. Ada berbagai macam persembahan yang harus bangsa Israel berikan sehubungan dengan
ibadah kepada Allah. Pertama, persembahan dalam bentuk korban sembelihan, yaitu :
korban bakaran ( Imamat 1 : 1 – 17 ), korban sajian ( Imamat 2 : 1 – 16 ), korban keselamatan
( Imamat 3 : 1 – 17 ), korban penghapus dosa ( Imamat 4 : 1 – 5 : 13 ), korban penebus salah (
Imamat 5: 4–6 :7 ), Kedua, persembahan dalam bentuk ‘bukan korban sembelihan’, yaitu :
persembahan khusus ( Keluaran 25 : 1 – 8 ), persembahan pentahbisan mezbah ( Bilangan 7 :
11 – 14 ).
Mengenai Persembahan Persepuluhan, kitab Bilangan 18 : 20 – 21 mengatakan : “Tuhan
berfirman kepada Harun, di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan
tidak akan memperoleh bagian di tengah-tengah mereka.
+7+
Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-tengah orang Israel. Mengenai bani Lewi,
sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang
Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan
pada Kemah Pertemuan”. Persembahan Persepuluhan yang orang Israel persembahkan
kepada Tuhan, adalah milik Tuhan. Tuhan memberikan Persembahan Persepuluhan yang telah
menjadi milik-Nya kepada orang-orang Lewi untuk menjadi milik mereka (lihat juga Nehemia
10 : 37; 12 : 44). Sebaliknya, orang Lewi juga diharuskan memberikan Persembahan
Persepuluhan dari Persembahan Persepuluhan yang mereka terima (Bilangan 18 : 26).
Kewajiban memberikan Persembahan Persepuluhan ternyata sudah dipraktekan sejak lama.
Setelah Abraham (nama sebelumnya : Abram) mengalahkan musuh-musuhnya dan ia
diberkati oleh Melkisedek, Abraham memberikan Persembahan Persepuluhan kepada
Melkisedek (Kejadian 14 : 17 – 20). Sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang setia
menjaga dan memeliharanya, Yakub berjanji akan memberikan Persembahan Persepuluhan
kepada Allah (Kejadian 28 : 18 – 22). Persembahan persepuluhan itu tidak hanya berupa hasil
pertanian, tetapi juga berupa korban sembelihan (Imamat 27 : 30 – 32).
Raja Hizkia dari kerajaan Yehuda tidak hanya memerintahkan bangsa Israel supaya mereka
membayar Persembahan Persepuluhan kepada Allah, tetapi raja Hizkia juga mengatur
pengumpulan dan pendistribusian Persembahan Persepuluhan itu. Raja Hizkia sendiri juga
memberikan Persembahan Persepuluhan kepada Allah (2 Tawarikh 31). Nehemia juga bahwa
dalam ketaatan kepada Allah dan firman-Nya yang disampaikan dalam Hukum Taurat,
melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh raja Hizkia, yaitu memerintahkan
bangsa Israel supaya mereka membayar Persembahan Persepuluhan kepada Allah (Nehemia
13). Penulis surat Ibrani juga menyampaikan kepada orang-orang Kristen penerima surat
Ibrani tentang kewajiban memberikan Persembahan Persepuluhan (Ibrani 7 : 8 – 9).
Memberikan Persembahan Persepuluhan adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar,
karena itu adalah perintah Tuhan. Kita tidak akan pernah kekurangan apalagi menjadi miskin
karena memberikan persembahan persepuluhan. Melalui nabi Maleakhi Tuhan menegaskan
kepada umat-Nya bahwa mereka tidak akan pernah kekurangan apalagi menjadi miskin
karena memberikan persembahan persepuluhan (Maleakhi 3 : 10 – 13).
4. Persembahan persepuluhan bukan ‘pajak penghasilan’ yang harus umat bayar kepada Tuhan,
melainkan adalah ‘ungkapan syukur’ umat kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan berikan
melalui kerja atau usaha. Jadi Persembahan Persepuluhan diberikan dari hasil kerja atau
hasil usaha umat termasuk upah (gaji/honorarium) dan bukan modal kerja. Umat
memberikannya kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur untuk menopang pelayanan gereja
(gereja lokal) dimana ia terdaftar sebagai anggota. Dalam hal ini, para pendeta sebagai
Pelayan Firman dan Sakramen juga harus memberikan Persembahan Persepuluhan sebagai
ungkapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang Tuhan berikan melalui pelayanan yang ia
kerjakan (gaji atau honorarium).
Jemaat-jemaat sebagai gereja lokal juga punya kewajiban untuk menopang pelayanan gereja
di tingkat sinodal dengan memberikan Persembahan Persepuluhan setiap bulan kepada
Majelis Sinode. Persembahan Persepuluhan yang dimaksud adalah : sepersepuluh dari jumlah
Persembahan Persepuluhan warga jemaat setiap bulan, sepersepuluh dari jumlah
persembahan syukur warga jemaat setiap bulan, dan sepersepuluh dari jumlah persembahan
sukarela warga jemaat (kolekte dalam ibadah-ibadah) setiap bulan.
+8+
Kepada-Mu ‘ku berdoa dan ‘ku pinta:
“Ulurkanlah tangan kasih-Mu padaku.”
Kar’na ‘ku tahu ‘Kau selalu di sisiku.
Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu.
Ref. : Kar’na ‘ku tahu, ‘ku tahu pasti,
Oh, Tuhan, apapun juga di dunia ini.
Tanpa Kau, Tuhan, semuanya tak ‘kan berarti.
Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu.
Berikanlah dan tunjukkan kuasa-Mu,
Tabahkanlah dan kuatkanlah imanku.
Jadikanlah aku ini hamba setia-Mu
agar dapat aku hidup selalu di sisi-Mu.
Ref. : Kar’na ‘ku tahu, ‘ku tahu pasti,
Oh, Tuhan, apapun juga di dunia ini.
Tanpa Kau, Tuhan, semuanya tak ‘kan berarti.
Oh, Tuhanku dengarkanlah doaku kepada-Mu.
Sahabat SBU yang terkasih,
Kami rindu untuk memberi pelayanan yang lebih baik. Mohon luangkan waktu untuk mengisi
angket di bawah ini dengan melingkari jawaban saudara. Serahkan ke kantor Majelis Jemaat
setempat. Partisipasi saudara sangat kami harapkan. Terima kasih. Tuhan Yesus
memberkati.
1. Jenis kelamin:
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Usia:
a. 25 – 45 tahun
b. 46 – 65 tahun
c. Diatas 65 tahun
3. Pendidikan:
a. SD/SMP (yang sederajat)
b. SMA (yang sederajat)
c. Akademi/Perguruan Tinggi (yang sederajat)
Penjelasan: …………………………………………
4. Pekerjaan:
a. Pegawai Negeri Sipil
b. TNI/Polri
c. Swasta
d. Usaha sendiri
e. Pensiunan/Tidak bekerja
5. Di jemaat sebagai:
a. Presbiter
b. Pengurus Pelkat/omisi
c. Warga jemaat (bukan a atau b)
Penjelasan: ……………………………………………………….
6. Bertempat tinggal di:
a. Ibu kota provinsi/kota kabupaten
b. Kota kecamatan
c. Desa
Penjelasan: ……………………………………………………….
7. Frekuensi membaca SBU:
a. Tiap hari; pagi dan malam
b. Tiap hari; hanya pagi
c. Tiap hari; hanya malam
d. Tidak tiap hari
Penjelasan: ………………………………………………………
8. Apakah renungan SBU membangun iman saudara?:
a. Membangun
b. Kurang membangun
c. Tidak membangun
Penjelasan: ………………………………………………………
9. Bagaimana dengan tata bahasanya?:
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
Penjelasan: ………………………………………………………
10. Bagaimana uraian renungannya?:
a. Dapat dimenegrti
b. Kurang bisa dimengerti
c. Tidak bisa dimenegerti
Penjelasan: ………………………………………………………
11. Berikan pendapat tentang judul renungan:
a. Sesuai dengan isi renungan
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Penjelasan: ……………………………………………………..
12. Mengenai pilihan lagu?:
a. Sesuai dengan isi renungan
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Penjelasan: ………………………………………………………
13. Pendapat saudara tentang pokok doa pada akhir renungan:
a. Sesuai dengan renungan
b. Kurang sesuai
c. Tidak sesuai
Penjelasan: ………………………………………………………
14. Tentang tata letak (lay out) halaman isi/renungan:
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
Penjelasan: ……………………………………………………..
15. Berikan pendapat saudara tentang sampul depan (cover):
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
Penjelasan: …………………………………………………….
PROYEK PENATAAN HALAMAN GEREJA JL. RINJANI
(PEMASANGAN PAVING BLOCK)

Puji syukur kita naikan kepada Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai
Kepala Gereja, atas segala berkat yang Tuhan limpahkan kepadakita semua,
baik dari sejak Perencanaan Program Kerja oleh Majelis Jemaat,
Pembentukan Panitia, Penggalangan Dana, dukungan Moril & Materiil dari
jemaat, serta pelaksanaan proyek dapat di laksanakan dan di slesaikan sesuai
dengan rencana.

Semua ini berkat penyertaan dan bimbingan Tuhan dalam kerja keras kita
semua.

Proyek penataan halama Gereja Jl. Rinjani telah selesai di kerjakan dengan
total anggaran yang di gunakan sebesar Rp. 145. 896.000,- (Seratus empat
puluh Sembilan juta delapan ratus Sembilan puluh enam ribu rupiah)

Sumber dana kita peroleh dari seluruh anggota jemaat GPIB “Galilea” Cilacap
melalui :
- Donatur
- Janji Iman
- Kotak Khusus
- Dan lain-lain.

Dari jumlah pengeluaran anggaran Rp, 145.896.000,- masih kekurangan dana
untuk pembayaran kepada pihak pemborong pekerjaan sebesar Rp.
5.650.000.-

Untuk menanggulangi kekurangan dana tersebut dihimbau kepada seluruh
jemaat untuk berpartisipasi dalam bentuk :
- Donatur
- Janji Iman
- Kotak Khusus setiap Ibadah Minggu

Atas perhatian dan partisipasi jemaat dalam hal ini, Majelis Jemaat
mengucapkan terimakasih. Tuhan memberkati.
+11+
PERTANGGUNG JAWABAN PANITIA PEMBANGUNAN
PAVING BLOCK GPIB TAHAP PERTAMA
NO
TANGGAL
1
2
3
4
5
20.02.2015
21.03.2015
PENERIMAAN DARI
Kas Gereja
Kel. Bpk. Dr. Naek Siregar
Ibu Lily
Kel. Bpk. Michael Louis
Kas Gereja
JUMLAH
NO
1
2
3
4
5
6
7
TANGGAL
JUMLAH Rp.
25.000.000,10.000.000,10.000.000,11.000.000,21.366.000,-
77.366.000,PENGELUARAN
Perbaiki Selokan
Bayar Paving Block
Ongkos Pasang
Ongkos Bongkar
Pasir Uruk
Kasting
Pasang Kasting
JUMLAH
KEKURANGAN
JUMLAH Rp.
4.446.000,48.000.000,15.000.000,2.000.000,2.000.000,5.600.000,700.000,-
77.746.000,380.000,-
PERTANGGUNG JAWABAN PANITIA PEMBANGUNAN
PAVING BLOCK GPIB TAHAP KEDUA
NO
TANGGAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11.04.2015
30.04.2015
18.05.2015
18.05.2015
18.05.2015
19.05.2015
19.05.2015
19.05.2015
19.05.2015
PENERIMAAN DARI
Kas Gereja
Kas Gereja
Kel. Bpk. Dr. Naek Siregar
Ibu Emma
Ibu Budy Prayitno
Kel. Bpk. Hence Waisapy
Kas Gereja
Kel. Bpk. Michael Louis
Ibu Lily
JUMLAH
NO
1
2
3
4
5
TANGGAL
JUMLAH Rp.
25.000.000,20.000.000,5.000.000,1.000.000,500.000,1.000.000,5.650.000,5.000.000,5.000.000,-
68.150.000,PENGELUARAN
Bayar Paving
Ongkos Pasang
Pasir Uruk
Kasting
Pasang Kasting
JUMLAH
KEKURANGAN
JUMLAH Rp.
44.000.000,13.750.000,3.200.000,6.400.000,800.000,-
68.150.000,-,0,-
HIMNE PELKAT PKP
do = a 4 ketuk
 Tersebar di pulau-pulau persada indah Indonesia
dari asal yang berlainan dari pelbagai suku bangsa
bertemu dengan sesama di dalam kota atau desa
kita ingin menghayati panggilan kita di Gereja.
Ref. :
kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya.
sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja.
 Kita saling perhatikan demi sejahtera koinonia
dan bersama mengartikan tujuan suci diakonia
dalam kata dalam karya kita kembangkanlah marturia
agar kemuliaan Allah menjadi nyata dalam dunia.
Ref. : ..
kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya.
sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja.
 B’rilah Tuhan dalam kami citra wanita setia
mengabdi
nyata bersemarak bersahaja saleh tabah luhur budi
lengkapilah Tuhan yang pada-Mu dalam baktinya
berserah
supaya Engkau yang bertambah dan kami ini yang
merendah
Ref. : ..
kita satu dalam Tuhan dan bersyukur mengabdi pada-Nya.
sambil menantikan Dia dengan tekun berdoa berkerja.
MARS PELKAT PKB
do = bes 4 ketuk
 Persekutuan kaum Bapak
seluruh GPIB
bertekad dengan sungguh-sungguh,
melayani bersama.
Kasih Tuhan sebagai dasar
dalam tugas pelayanan
bangunkan persekutuan,
demi Tuhan Sang Penebus
 Dalam setiap pergumulan
dan setiap cobaan
berpegang hanya pada Tuhan,
pertolongan-Nya tetap.
Dengan sabar dan rendah hati
bersyukur senantiasa
memuliakan nama Tuhan,
kini dan selama-lamanya.
MARS PELKAT GP
do = c 4 ketuk
ya di dalam iman percaya,
pada Kristus Tuhan.
Kami pemudi dan pemuda
melayani-Nya.
Pada g’reja dan masyarakat,
kami hadir di dalamnya.
Dalam kasih setia Tuhan,
sempurnalah
persoalan dan tantangan
peratasilah oleh hikmat dari Tuhan.
Kami siap mewujudkan
sosok yang benar.
Itu beban serta tanggung jawab
pemudi dan pemuda.
MARS PELKAT GP
do = c 4 ketuk
ya di dalam iman percaya,
pada Kristus Tuhan.
Kami pemudi dan pemuda
melayani-Nya.
Pada g’reja dan masyarakat,
kami hadir di dalamnya.
Dalam kasih setia Tuhan,
sempurnalah
persoalan dan tantangan
peratasilah oleh hikmat dari Tuhan.
Kami siap mewujudkan
sosok yang benar.
Itu beban serta tanggung jawab
pemudi dan pemuda.
Mars Pelkat PT
4/4 Dimarcia do = c / d
Bersemangat tanpa ragu-ragu
kami Teruna GPIB berkembang
tumbuh dalam Kristus dengan
dasar iman teguh.
Di kota dan yang ada di desa
Teruna satu adanya terus maju
dan berkarya ‘tuk g’reja bangsa,
dan negara.
Bersyukur dan selalu berdoa
dalam suka dan duka.
Hormat, patuh pada ayah bunda.
Cinta pada sesama.
Siapkan diri sedari dini wahai
Teruna GPIB. Songsong masa
depanmu sendiri Kristuslah
penolong sejati
Teruna harapan neg’ri.
Mars Pelkat PA
c = do
semua :
Gereja yang melayani sampai
kepelosok dunia. Wujudkan kasih
Ilahi menyatakan terang injil.
Syair A (Anak Layan) :
Terbentang lading Tuhan kami
kuncup bertumbuh riang oh
betapa rindukan kasih saying di
dalam bimbingan
Syair A (Pelayan Anak) :
Tuhan jadikan kami pekerja yang
tekun setia dan dengan suka cita
mau merawat benih menyirami
Semua :
Dengan semangat mengabdi kami
satu di pelayanan. Bernyanyi dan
bercerita untuk kemuliaan Allah.
Syair B (Anak Layan)
Tuhan b’ri bijaksana jati diri
pelayan kami agar dalam berkarya
Tuhan yesus lah kawan sejati.
Semua :
Dengan semangat mengabdi kami
satu di pelayanan. Bernyanyi dan
bercerita untuk kemuliaan Allah.
DOA EPIKLESE
Minggu I
PF. : Ya Tuhan curahkanlah Roh Kudus - Mu menjamah dan
mengurapi pendengaran, pikiran dan hati kami agar FirmanMu
yang kami dengar melalui bacaan Alkitab dan pemberitaannya,
kami pahami dan kami dapat melakukannya dalam hidup setiap
hari. Amin.
Minggu II
PF. : Ya Tuhan curahkanlah Roh Kudus-Mu untuk mendiamkan
semua suara dari pendengaran, pikiran dan hati kami, agar kami
sungguh-sungguh mendengar dan memahami FirmanMu serta
mau melakukannya sepanjang hidup kami. Amin.
Minggu III
PF. : Ya Bapa, Mahakuasa; ya Kristus, Mahapengasih. Karuniakan
Roh KudusMu untuk memimpin kami mendalami kekayaan
firmanMu dan memampukan kami juga membagi kekayaan
firmanMu itu kepada semua orang melalui pikir, tutur dan laku
yang benar dalam hidup dan kerja-layan kami setiap hari.
Amin.
Minggu IV
PF. : Ya Tuhan, bukalah pendengaran, pikiran dan hati kami dan
terangilah dengan Roh Kudus sehingga kami mampu
mendengar kebenaran dan memahami kehendakMu di dalam
firman yang dibacakan dan diberitakan, sehingga oleh tuntunan
Roh KudusMu juga, kami dapat mewujudkannya dalam
kehidupan setiap hari. Amin.
Minggu V
PF. : Ya Tuhan, FirmanMu adalah Harta terpendam yang menjamin
kehidupan kami di bumi maupun di sorga. Curahkan Roh
KudusMu agar kami mendapat kuasa dan kekuatan untuk
menggali firmanMu dan mau hidup di dalamnya, sekarang dan
selamanya. Amin.
PENGAKUAN DOSA
Minggu II
P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan
hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita:
Ya Bapa mahakudus yang penuh pengasihan, kami
mengaku kepada-Mu, seperti kami mengaku satu kepada
yang lain bahwa kami telah bersalah, baik dalam pikiran,
perkataan dan perbuatan; kami gagal untuk berbuat yang
baik.
-------------umat mengaku secara pribadi -------------Segala kekurangan kami sebagai orang percaya;
kelemahan iman kepudaran pengharapan, ketiadaan kasih;
pelanggaran dan kelalaian. Kami mengaku kepada-Mu,
Umat :
Menyanyi KJ. 43
P2. : Segala kekurangan kami sebagai Umat-Mu yang telah kau
kuduskan di dunia ini; salah paham dan perselisihan;
pementingan diri, iri hati dan saling membenci. Kami
mengaku kepada-Mu.
Umat :
P2. :
Umat :
P2. :
Menyanyi KJ. 43
Segala kekurangan kami sebagai Gereja yang telah kau
utus ke dalam dunia; ketidak-beranian untuk berkata benar;
ketertutupan dan ketidak-jelasan dalam kesaksian. Kami
mengaku kepada-Mu.
Menyanyi KJ. 43
Berilah kami pengampunan dan damai sejahtera, ya
Bapa; sucikan dan baharuilah pikiran, hati, tutur dan laku
kami oleh Yesus Kristus, Jurus’lamat dunia.
Minggu III
P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan
hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita:
Ya Allah yang Kudus dan penuh kemurahan, kami
menyadari dan mengaku di hadapanMu hakekat kami yang
berdosa dan rapuh, sehingga cepat untuk berbuat jahat dan
lambat untuk berbuat baik. Kami menyadari dan mengaku
akan kelemahan kami dan sikap kami yang mementingkan
diri. Engkau mengetahui betapa sering kami berdosa;
mengembara dari jalan-Mu, menyia-nyiakan pemberianMu
dan melupakan kasih-Mu. Ya Allah mahakasih,
kasihanilah kami orang-orang yang telah malu dan
menyesal ini, karena dalam segala hal kami telah
menyakiti hati-Mu. Ajarlah kami untuk membenci
kesalahan yang kami lakukan; bersihkanlah kami dari dosa
demi nama AnakMu yang kekasih. Tolonglah kami, ya
Allah Yang Pengasih, agar kami hidup dalam terang-Mu,
dan berjalan pada jalanMu sesuai perintah Yesus Kristus,
Tuhan kami. Demikian pengakuan umat-Mu, dengarlah, ya
Tuhan.
Umat :
Menyanyi GB. 15 atau lainnya.
Minggu IV
P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan
hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita:
Bapa Mahakudus, kami mengaku kepadaMu bahwa kami
adalah umat yang berdosa. Kami telah gagal untuk
mengasihi Engkau dan sesama kami. Kami cenderung
lebih mengasihi diri kami sendiri. Kami mengasihi hanya
supaya kami kembali menerima kasih. Kepada-Mu kami
memohon:
Umat :
P2. :
Umat :
P2. :
Umat :
Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya.
Bapa Mahapengasih, kami mengaku bahwa kami sering
tidak setia melayani Engkau. Kami melayani Engkau
dengan motivasi salah.
Kami melayani hanya agar kami diakui dan dikenal. Kami
cenderung lebih mengutamakan harga diri dan hak-hak
kami. Kami takut untuk menyatakan yang benar; kami
bersikap diam terhadap berbagai kesalahan dan
kecurangan, Kepada-Mu, kami memohon :
Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya.
Bapa Mahapenyayang, kami menyadari bahwa sungguh
dosa kami bertambah besar, sebab dalam melaksanakan
tugas panggilan dan pengutusan-Mu, kami terlalu banyak
menuntut, sering kecewa dan putus asa. Kami juga terlalu
banyak berbicara, dan hanya sedikit bekerja. Berilah kami
pengampunan-Mu, ya Bapa. Baruilah hati dan perilaku
hidup serta kerja-layan kami oleh Roh Kudus. Kami
mohon dalam Yesus krtisus, Tuhan dan Penebus kami
yang hidup.
Menyanyi KJ. 44 (Refrein) atau lainnya.
Minggu I & V
P2. : Dengan rasa sesal dan malu dan dengan kerendahan
hati marilah mengaku akan dosa-dosa kita:
Ya Allah, kami menyadari dan mengaku bahwa sungguh
dosa dan pemberontakan kami banyak di hadapan-Mu, dan
dosa kami bersaksi melawan kami. Sungguh, kami
menyadari pemberontakan kami, dan mengenal segala
kejahatan kami. Kami telah mem-berontak dan mungkir
terhadapTuhan; berbalik dari mengikut Allah kami. Kami
merancangkan berbagai pemerasan dan penyelewengan.
Hati kami mengandung dusta dan melahirkannya dalam
kata-kata. Karena itu kami mohon kepada-Mu, ya Bapa,
ampunilah segala dosa dan pemberontakan kami.
Baharuilah kami, supaya kami layak menjadi anak-anakMu. Demikianlah pengakuan umat-Mu. Dengarlah, ya
Tuhan:
Umat :
Menyanyi KJ. 5 : 7 atau lainnya.











Ucapan Selamat datang kepada anggota Pelkat PKP
Ucapan terimakasih kepada tuan rumah
Memberi kesempatan tuan rumah untuk sambutan
Mengajak jemaat berdiri menyanyikan Hymne PKP
Jemaat menyanyi KJ. 10 : 1 & 2
Doa pembukaan :
Ya, Tuhan Allah, Bapa yang kami puji sembah dan
muliakan dalam Tuhan Yesus Kristus, kami percaya dan
mengaku Engkaulah yang menuntun hidup kami dari hari
ke hari. Saat ini kami ibu-ibu anggota Pelkat PKP datang
untuk mempersembahkan pujian dan hormat, sekaligus
kami memberi diri untuk Tuhan baharui. Untuk Dkn.
Bapak Antonius Slamet yang akan menaburkan
FirmanMu ya Bapa, curakanlah Roh KudusMu, agar apa
yang disampaikan hanyalah kehendakmu saja, urapi dan
bungkus Dkn. Bpk. Antonius Slamet dengan Roh KudusMu Bapa. Hadirlah ya Tuhan dan kuduskanlah Ibadah
kami ini dari awal sampai pada akhirnya, serta
karuniakan Roh kudusMu yang akan meyakinkan kami,
akan berkat yang akan kami terima melalui ibadah ini.
Dalam napa Bapa dan Anak dan Roh Kudus amin.
(duduk)
Jemaat menyanyi KJ. 52 : 1 & 2
Kotbah
Saatnya untuk memberi Persembahan syukur
Jemaat menyanyi KJ. 289 : 1 & 3
Doa persembahan :
Inilah Persembahan sebagai Syukur kami kepadaMu ya
Allah. Berkenanlah menerima dan melayakkan
persembahan ini. Dan mampukan juga kami untuk
sungguh-sungguh dengan ketulusan dan kerendahan
hati kami mempersembahkan hidup kami menjadi alat
untuk melayani dalam Pelayanan kasih dan mewujudkan
kabar baik bagi seluruh umat manusia. Amin.
Inventaris Sekretariat
GPIB Galilea Cilacap
Jl. Rinjani.
HANYA YESUS JAWABAN HIDUPKU
Kalaku cari damai hanya kudapat dalam Yesus
Kalaku cari ketenangan kutemui di dalam Yesus
Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorangpun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku
Bersama Dia hatiku Damai walau dalam lembah kekelaman
Bersama Dia hatiku tenang walau hidup penuh tantangan
Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorangpun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku.
Kalaku cari damai hanya kudapat dalam Yesus
Kalaku cari ketenangan kutemui di dalam Yesus
Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorangpun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku
Bersama Dia hatiku Damai walau dalam lembah kekelaman
Bersama Dia hatiku tenang walau hidup penuh tantangan
Tak satupun dapat menghiburku
Tak seorangpun dapat menolongku
Hanya Yesus jawaban hidupku.
Download