PERSEPSI GURU KIMIA TENTANG INTEGRASI ISLAM DAN KIMIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM NIM. 1113016200001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 ii iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam dan Kimia disusun oleh RIDHO ZUKHRUFIAN AL ISLAM Nomor Induk Mahasiswa 1113016200001, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 28 September 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia. Jakarta, Oktober 2017 Panitia Ujian Munaqosah Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001 ............. ............................. Penguji I Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001 ............. ............................. Penguji II Dewi Murniati, M.Si NIP. ............. ............................. Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. NIP. 19550421 198203 1 007 iv ABSTRAK Ridho Zukhrufian Al Islam, “Persepsi Guru Kimia tentang Integrasi Islam dan Kimia”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia terhadap integrasi Islam dan kimia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 7 butir pertanyaan two-tier. Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%) mendukung dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh terhadap cara mereka mengajar kimia di kelas. Dari penelitian ini direkomendasikan agar pemerintah khususnya Kemendikbud sebagai pengembang kurikulum harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan. Universitas terutama universitas Islam pada umumnya harus mengembangkan mata kuliah maupun mengadakan pelatihan yang mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga dapat mencetak lulusan-lulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dengan lisan maupun tulisan. Guru-guru terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam menambah pengetahuannya tentang isu-isu Islam dan kimia melalui training/pelatihan, media cetak maupun digital, dan diskusi bersama guru agama Islam memperkuat argumen saat mengaitkan materi kimia dan nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih mudah diterima siswa. Kata Kunci: Persepsi, Guru, Integrasi Islam dan Kimia. v ABSTRACT Ridho Zukhrufian Al Islam, “Chemistry Teacher’s Perception About Integration Of Islam And Chemistry”, Department of Chemistry Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Perception is a process of using knowledge that has been owned by someone in interpreting an object. This study aims to determine the perception of chemistry teachers on the integration of Islam and chemistry. This research uses descriptive method. The instrument used was a questionnaire containing seven point two-tier question. Research data were analyzed descriptively. Based on the data obtained by the researchers, the majority of teachers (91.9%) support and believe that the chemistry can be integrated with Islamic values and the majority of teachers (85.5%) believe that their Islamic insight has influenced the way they teach chemistry at class. From this study it is recommended that the government especially Kemendikbud as a curriculum developer should be told that the religious trust of teachers is highly effective variable that can give positive or negative influence to the whole process of education. Universities especially Islamic universities in general must develop courses and conduct training that teaches the integration of Islam and chemistry so as to print graduates who are able to teach chemistry that integrates Islamic values with oral and written. Chemistry teachers, especially Muslims, should be proactive in increasing their knowledge of Islamic and chemistry issues through training, print and digital media, and discussions with Islamic teachers strengthen the argument when linking chemistry and Islamic values to teacher explanation More easily accepted students. Keywords: Perception, Teacher, Integration of Islam and Chemistry. vi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika 4. Ibu Salamah Agung, Ph. D dan Bapak Buchori Musim, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan, ilmu, dan arahan yang amat bermanfaat kepada penulis selama menyusun skripsi. 5. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu yang tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun materil. 6. Teman-teman Pendidikan Kimia 2013 yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tidak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat. Ciputat, 23 Agustus 2017 Ridho Zukhrufian Al Islam vii DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv ABSTRAK .............................................................................................................. v ABSTRACT ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5 D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6 A. Dasar Teori ...................................................................................... 6 B. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 20 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 22 A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 22 B. Metode Penelitian .......................................................................... 22 C. Prosedur Penelitian ........................................................................ 22 D. Populasi dan Sampel...................................................................... 23 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 24 F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 25 G. Analisis Data ................................................................................. 27 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 28 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 28 B. Pembahasan ................................................................................... 34 BAB V : PENUTUP .............................................................................................. 60 A. Kesimpulan .................................................................................... 60 viii B. Saran-saran .................................................................................... 60 Daftar Pustaka ....................................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................66 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016 ................................................... 11 Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008) .......................................................... 16 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian......................................................................... 23 Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) .............. 24 Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form ................................... 25 Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif ..................................................... 27 Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia dan Islam............................................................................................... 29 Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 30 Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam .............................................. 31 Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman Mengikuti Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam ............................................ 31 Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam ......................................................... 32 Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan Adanya Pengaruh antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan Cara Mengajar Kimia ............................................................................................. 33 Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas................................ 34 x DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Bimbingan Skripsi ............................................................................ 66 2. Surat Permohonan Validasi........................................................................ 68 3. Lembar Validasi Instrumen ........................................................................ 69 4. Instrumen Penelitian .................................................................................. 72 5. Olahan Data Mentah .................................................................................. 74 6. Lembar Uji Referensi ............................................................................... 105 xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tafakkur tentang ciptaan Allah swt. merupakan ibadah yang kedudukannya sangat tinggi dalam Islam. Alangkah meruginya orang-orang tidak mengunakan hati, pendengaran, mata, dan pikirannya untuk mentafakkuri tanda-tanda kekuasaan Allah swt. yang terhampar luas dan jelas di hadapan mata mereka sejak pagi hingga sore hari dan malam hari. Allah berfirman: “Dan banyak sekali tanda-anda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling darinya” (Q.S. 12:105). Bahkan, sebagian dari orang-orang yang lalai ini mengetahui banyak tanda kekuasaan Allah swt. dalam alam materi, energi dan segala yang berkaitan dengan sains, akan tetapi pengetahuan mereka itu terbatas pada segi lahiriyah saja. Oleh karena itu, alam ciptaan yang indah dan agung ini tidak mampu membuat mereka beriman pada Tuhan yang menciptakan dan memeliharanya. (Djudin, 2011). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (Trianto, 2010: 136). Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari materi dan perubahannya (Chang, 2005: 3). Alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sudah seharusnya orang yang mempelajari alam terutama muslim di Indonesia – negara dengan jumlah muslim terbesar itu semakin mengenal dan meyakini adanya Tuhan Yang Menciptakan alam semesta. Namun yang terjadi justru sebaliknya, orang mempelajari ilmu alam saat ini malah semakin merosot moralnya dan menggunakan ilmunya untuk mengeksploitasi alam untuk memuaskan egonya. Ini tak lain karena IPA yang mereka pelajari saat ini dibangun atas dasar sekularisme dan materialisme yang berasal dari barat 1 2 sejak zaman renaissans bukan atas dasar akidah dan ajaran Islam yang berasal dari timur tengah karya ulama’ Islam saat masa kekhalifahan Islam. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang berhubungan dengan sains, salah satu ayat yang berhubungan dengan kimia adalah QS. AlAnbiyaa’ ayat 30 yang menjelaskan asal-muasal unsur kimia. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Terdapat kurang lebih 118 unsur yang telah ditemukan di alam dan telah teridentifikasi, 98 diantaranya terjadi secara alami melalui peristiwaperistiwa alam, mulai dari peristiwa Dentuman besar (big bang) sesuai dengan QS. Al-Anbiyaa’ ayat 30, Cahaya-cahaya kosmik (cosmic rays), Bintangbintang berukuran kecil (small stars), Bintang-bintang berukuran besar (large stars), Supernova atau ledakan bintang, dan Non-alamiah atau buatan manusia (Muslim, 2017). Islam tidak mengenal dikotomi ilmu agama yang sakral dengan ilmuilmu umum yang profan dan bersifat dunia. Semua ilmu bermuara pada akidah, pada ke-Mahatahuan Dzat Yang Maha Tahu. Semakin tinggi derajat keilmuan dan profesionalisme seseorang mengenai berbagai persoalan duniawi, ia semakin ahli dalam ilmu-ilmu Islam, ia pun menjadi hamba yang semakin saleh. Profesionalisme, tsaqofah Islam, dan kepribadian Islam seharusnya menjelma dalam diri seorang ilmuwan muslim (Maman, 2012). Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat dengan berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi sudah mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan pragmatis, yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa memperhatikan 3 landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan sains. Ketika sains barat yang berkembang dengan yang berkembang dengan watak sekuler dan menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang mustahil untuk menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai keterpaduansains dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandangan-pandangan sekuleristik, baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan aksiologi; lalu merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai ajaran Islam (Maman, 2012: 6). Sesuai dengan amanah yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam pasal 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya berkewajiban mengajarkan siswa konsep-konsep pengetahuan saja, tapi juga bertanggung jawab dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa. Namun selama ini pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah maupun kampus hanya terfokus dalam aspek kognitif saja tanpa memperhatikan aspeg afektif atau nilai-nilai karakter siswa. Selain itu, kebanyakan buku ajar tidak memasukkan nilai-nilai karakter sebagaimana tercantum dalam KI dan KD dalam kurikulum 2013. Kalaupun ada, nilai-nilai karakter yang dimasukkan tidak terhubung secara integral dengan materi sehingga menimbulkan kebingungan bagi siswa (Sudrajat, 2014). Menurut Esbenshade (1993), banyak murid yang kebingungan tentang bagaimana cara menghubungkan teori-teori IPA/sains yang mereka pelajari 4 dengan pelajaran agama dan keyakinan yang mereka anut. Ini menyebabkan adanya gangguan personal maupun intelektual yang menyertai mereka saat belajar IPA. Menurut Mansour (2011), guru-guru muslim sangat meyakini bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga untuk seluruh manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana manusia menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti. Namun sebaliknya, menurut penelitian yang dilakukan Khalijah et al. (2011), Guru-guru IPA memiliki persepsi buruk tentang integrasi sains dan Islam. Akan tetapi setalah mereka mendapatkan perlakuan, persepsi mereka akhirnya membaik. Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa. Konsep tersebutlah yang harus dibangun untuk mengubah persepsi mereka terhadap suatu bidang ilmu yang dalam hal ini adalah ilmu kimia. Persepsi berperan penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang dipersepsikan sehingga akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan sebagai konsekuensi akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Persepsi berpengaruh terhadap motivasi (Wood, 1997: 47). Persepsi guru kimia tentunya berpengaruh terhadap motivasi guru dalam mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam. Gurulah yang menjadi pelaksana pembelajaran di kelas. Guru pula yang berpengalaman menyampaikan pengetahuan di kelas. Guru juga yang mengolah pengetahuan sesuai pemahaman siswa sebelum disampaikan kepada siswa. Dengan demikian, persepsi guru mengenai integrasi nilai-nilai Islam dalam materi pembelajaran kimia lebih dibutuhkan sebelum dilakukan integrasi Islam dan kimia. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi para guru sains terutama para guru mata pelajaran kimia tentang integrasi nilai-nilai Islam dan kimia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 5 1. Guru-guru IPA tidak tahu bagaimana cara mengintegrasikan konten materi IPA yang diajarkan dengan nilai-nilai Islam. 2. Banyak siswa mempelajari ilmu pengetahuan alam (IPA) khususnya kimia kebingungan tentang bagaimana cara menghubungkan teori-teori IPA/sains yang mereka pelajari dengan pelajaran agama dan keyakinan yang mereka anut. C. Pembatasan Masalah Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti merasa perlu adanya pembatasan masalah, yakni: 1. Penelitian dilakukan sebatas pada guru-guru kimia dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). 2. Bahan kajian terbatas pada integrasi nilai-nilai Islam dan konten materi kimia. D. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah persepsi guru kimia tentang integrasi nilai-nilai Islam dan kimia? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang integrasi Islam dan kimia. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah pemerintah dan guru-guru kimia dapat mengembangkan rencana strategis untuk mengimplementasikan pembelajaran sains terutama kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Persepsi Kata persepsi berasal dari kata “perception“ yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan penginderaan kemudian ditransfer ke otak (Echols, 1995: 424). Persepsi sangat penting dalam kehidupan karena persepsi tersebut akan mempengaruhi cara pandang, pemahaman, tanggapan, sikap dan perilaku seseorang terhadap objek yang dipersepsi. Persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki seseorang dalam mengintepretasikan suatu objek. Persepsi berperan penting dalam memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang dapat memberikan penafsiran terhadap objek yang dipersepsi sehingga akan menghasilkan suatu penilaian atau tanggapan sebagai konsekuensi akhir dari suatu persepsi (Fitrianasari, 2015). Dengan demikian, luasnya wawasan keislaman seorang guru sains khususnya guru mata pelajaran kimia akan mempengaruhi intensitas nilai-nilai Islam yang ia integrasikan ke dalam konten materi kimia yang diajarkannya. Sedangkan menurut definisi para ahli banyak mengemukakan pendapat masing-masing berbeda satu sama lain mengenai persepsi. Riva‟i (2006: 359) menyatakan bahwa persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Hal ini berarti persepsi itu didahului oleh proses penginderaan. Proses individu mengenali objekobjek dengan alat penginderaannya sehingga individu tersebut menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, kemudian individu tersebut mengalami persepsi. Sedangkan menurut Sarwono (1986: 39) persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan pada satu objek. Menurut Sabri (1993: 45) persepsi adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan6 7 rangsangan dengan yang sampai kemampuan kepadanya inilah melalui alat-alat kemungkinan mengenali millieu hidupnya. Adapun manusia inderanya, atau individu menurut Mutmainah (1999: 71) persepsi adalah cara kita menginterpretasi atau mengerti pesan yang telah diproses oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain, persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi. Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Sedangkan menurut pendapat Lutfi et al. (2009: 25) persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam kamus Psikologi kata persepsi “perception” yang berarti proses juga berasal dari kata untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu (Drever, 1988: 338). Dalam interaksi dengan manusia khususnya dengan lingkungan sosialnya, setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi, memahami dan menafsirkan suatu objek yang dirasakan dan dilihatnya. Persepsi pada setiap individu berasal dari stimulus atau rangsangan yang diterimanya. Didalam psikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda. Sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera. Sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak (Fauzi, 1997: 37). Maka persepsi merupakan keadaan yang terintegrasi dalam diri setiap orang terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi (Thoha, 2007: 142). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemahaman seseorang dari hasil interaksinya dengan 8 orang lain dalam lingkungan yang berupa pendapat dan penelitian dirinya terhadap apa yang diterima dan di tangkapnya selama melakukan kegiatan atau pekerjaan di lingkungan tersebut. Dengan adanya persepsi maka baik buruknya seseorang atau suatu objek dapat diketahui dengan jelas sesuai dengan keadaan yang terjadi. Sedangkan berkaitan dengan guru, sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, dijelaskan pada pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam hal ini guru sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial tidak terlepas dari persepsi sosial, yaitu proses pemberian nilai atau pemahaman diantara sesama makhluk yang saling berinteraksi secara sosial. Berdasarkan pengertian di atas, persepsi guru yang dimaksud oleh peneliti adalah proses penerimaan, penyeleksian, pengorganisasian dan penafsiran dari stimulus yang diterima oleh guru melalui alat-alat inderanya. Dalam hal ini bagaimana guru memberikan tanggapan, penafsiran dan memberikan perhatian dan penilaian tentang integrasi nilai-nilai Islam dan kimia. Menurut Mansour (2010), masalah guru sains yang gagal mengintegrasikan sains barat dengan Islam adalah karena tidak adanya kemampuan untuk membangun sains dalam segi epistemologis sehingga mereka memiliki persepsi negatif terhadap integrasi Islam dan sains barat. Namun untuk bisa mengintegrasikan Islam dan sains tidak hanya wawasan keislaman yang diperlukan, tapi juga penguasaan materi sainsnya, karena jika hanya wawasan keislaman yang dimiliki maka hanya akan menimbulkan kefanatikan dan tidak tersampaikannya tujuan kognitif (Ashgar, 2013). Pendapat ini menunjukkan bahwa persepsi guru tentang integrasi Islam dan sains dipengaruhi pengetahuan guru dari aspek 9 ontologis terhadap sains. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi guru tentang integrasi Islam dan sains khususnya kimia dipengaruhi oleh pengetahuan guru dari aspek epistemologis dan ontologis terhadap kimia. 2. Integrasi Nilai-Nilai Islam pada Ilmu Kimia Kata integrasi mengandung arti: 1) mengenai keseluruhannya; meliputi bagian yang perlu untuk dijadikan lengkap; utuh, bulat, sempurna; 2) tidak terpisah, terpadu. Berintegrasi berarti bergabung supaya menjadi kesatuan yang utuh, yang tidak akan bisa berubah lagi. Sedangkan integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model pendekatan tertentu terhadaap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan (Maman, 2012: 76-77). Menurut Turgut (2016), terdapat dua pendapat terkait hubungan Islam dan sains, pertama adalah integrasi yakni Islam menyediakan jalan dan stimulus untuk mempelajari sains dan sains berperan untuk meningkatkan iman. Kedua adalah dialog, yakni Islam dan sains dapat searah dalam satu aspek tapi bisa pula Islam membatasi sains dalam beberapa aspek lain. Kini sains modern khususnya kimia telah berkembang di barat dengan berwatak sekuler-materialistik. Disamping itu, sains dan teknologi sudah mengalamai spesialisasi sedemikian rupa dengan kecenderungan pragmatis, yakni penguasaan sains dan teknologi di tingkat hilir tanpa memperhatikan landasan-landasan filosofis yang menjadi dasar bangunan sains. Ketika sains barat yang berkembang dengan yang berkembang dengan watak sekuler dan menolak eksistensi Tuhan, maka suatu hal yang mustahil untuk menyatukannya dengan agama. Karena itu, untuk mencapai keterpaduansains dengan agama, perlu adanya dekonstruksi pandanganpandangan sekuleristik, baik pada tatanan epistemologi, ontologi, dan aksiologi; lalu merekonstruksinya dengan berbasis akidah dan nilai-nilai ajaran Islam (Maman, 2012: 6). 10 Konflik utama antara agama dan sains khususnya kimia tidak dalam ide-ide ilmiah tertentu seperti evolusi, tapi bagaimana ilmuwan tiba di kesimpulan. Oleh karena itu, memperdebatkan hubungan antara agama dan sains khususnya kimia harus mempertimbangkan dengan hati-hati orientasi epistemologis dan ontologis mereka. Jadi, bahasannya sangat kompleks untuk sekedar mengklaim bahwa agama bertentangan dengan kimia dan karenanya seseorang yang religius tidak minat dalam kimia (Mansour, 2015). Anas (2013) merangkum model-model pengintegrasian Islam dan sains yang telah digagaskan cendekiawan-cendekiawan muslim dari seluruh dunia yang jumlahnya ada sepuluh model, yakni: a. IFIAS Model b. ASASI Model c. Islamic Worldview Model d. Structure of Islamic Knowledge Model e. Bucaillisme Model f. Knowledge Integration based on Classical Philosophy Model g. Knowledge Integration based on Tasawuf Model h. KnowledgeIntegration based on Fiqh Model i. Ijmali Group Model j. Aligargh Group Model Model-model tersebut dibuat untuk menjawab sekularisme dan westernisasi sains. Zain et al. (2016) menggagaskan suatu model pengintegrasian Islam dan sains yang mereka sebut ENRICH Tool. Model integrasi ini memiliki 6 langkah yakni 11 Gambar 2.1. Model ENRICH Zain et al. 2016 (1) Eliminate, mengidentifikasi dan mengeliminasi unsur–unsur barat dan sekuler pada materi pembelajaran. (2) Nourish, Memasukkan paradigma Tauhid. (3) Readapt, Mengganti nama materi pembelajaran. (4) Infuse, memasukkan nilai-nilai keislaman. (5) Create, Membuat fitur box zikir, fikir dan syukur. (6) Harmonize, Menata ulang konten susunan dan format materi pembelajaran. Menurut Saputro (2011), cara penyampaian nilai–nilai religius yang disisipkan dalam penjelasan pelajaran kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kreativitas guru yang mengajar. Alternatif metode yang dapat ditempuh antara lain adalah : 1) Mengutip beberapa ayat Al Qur‟an yang ada hubungannya dengan materi pelajaran yang akan dipelajari disertai penjelasan maknanya pada awal pelajaran sebelum memasuki materi pelajaran, 2) Menyisipkan nilai – nilai relegius dalam materi pelajaran, misalnya setelah selesai menjelaskan sub pokok bahasan tertentu, 3) Mengkaitkan kesimpulan materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dengan merujuk kepada ayat – ayat Al Qur‟an maupun 12 Hadits, 4) Memberikan suatu kasus yang mengandung nilai-nilai religius untuk dihayati dan direnungkan secara mendalam oleh siswa. Menurut Amin Abdullah dalam Fatonah (2007), pengintegrasian nilai-nilai ajaran Islam dalam pembelajaran kimia dalam hal ini merujuk pada pengembangan kurikulum UIN Sunan Kalijaga yang membedakan pada empat tingkat, yaitu tingkat filosofi, materi, metodologi dan strategi. 1. Tingkat Filosofis Integrasi dan nilai-nilai ajaran Islam pada level filosofis dalam pengajaran dimaksudkan bahwa setiap pelajaran harus diberi nilai fundamental eksistensial dalam kaitannya dengan disiplin keilmuan lainnya dan dalam gubungannya dengan nilai-nilai humanistiknya. Mengajarkan kimia misalnya disamping makna fundamentalnya sebagai ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya (diantaranya) dalam ajaran Islam, dalam pengajaran kimia bisa juga ditanamkan pada peserta didik bahwa eksistensi materi tidaklah berdiri sendiri atau bersifat self-sufficient, melainkan berkembang bersama disiplin keilmuan lainnya seperti agama (misalnya pasti ada yang menciptakan, yaitu Allah Swt), biologi, matematika, dan lain-lain sebagainnya. Pada level filosofis dengan demikian berupa suatu penyadaran eksistensi bahwa suatu disiplin ilmu selalu bergantung pada disiplin ilmu lainnya. 2. Tingkat Materi. Integrasi pada level materi merupakan suatu proses mengintegrasikan nilai-nilai kebenaran universal umumnya dan keislaman khususnya ke dalam pengajaran umum seperti, kimia, fisika biologi, sosiologi, dan lain sebagainya dan sebaliknya ilmu-ilmu umum ke dalam kajian-kajian keagamaan dan keislaman. Oleh karena itu implementasi integrasi dan nilai- nilai Islam pada level materi bisa dengan dua model yakni: Pertama, model pengintegrasian ke dalam paket kurikulum. Kedua, model pengintegrasian ke dalam konsep. Model ini menginjeksikan nilai-nilai 13 Islam dalam teori-teori kimia terkait sebagai wujud interkoneksitas antara keduanya tanpa embel-embel nama Islam. Model seperti ini bergantung sepenuhnya padapengembangan silabi yang akan menggambarkan bangunan interkoneksi keilmuan dimaksud dan juga menuntut guru untuk memiliki wawasan luas dan integratif. Selain itu perlu diintegrasikan dalam silabi adalah pembahasan tentang tema-tema kontemporer seperti zat adiktif dan psikotropika, kejujuran dan sikap ilmiah, kesadaran akan lingkungan, dan lain sebagainya dalam pelajaran. Belajar kimia, dibahas juga didalamnya tentang kasus-kasus aktual seperti menipisnya bahan bakar minyak, dan sumber daya alam lain, pencemaran lingkungan yang semakin tinggi, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. 3. Tingkat Metodologi. Yang dimaksud metodologi di sini yaitu metodologi yang digunakan dalam pengembangan ilmu kimia. Setiap ilmu memiliki metodologi penelitian yang khas yang biasa digunakan dalam pengembangan keilmuannya. Dalam hal ini metodologi dalam pengertian pendekatan (approach). Sebagai contoh dalam kimia dikenal pendekatan-pendekatan ilmiah, yang dapat diintegrasikan antara lain,tanggung jawab/amanah, dan disiplin. 4. Tingkat Strategi. Yang dimaksud strategi di sini adalah pelaksanaan atau praksis dari proses pembelajaraan kimia. Dalam konteks ini, setidaknya kualitas keilmuan serta ketrampilan mengajar guru menjadi kunci keberhasilan pembelajaran berbasis pola pikir terintergrasi. Pembelajaran model active learning dengan berbagai strategi dan metodenya dapat membantu penanaman nilai-nilai ajaran Islam ini. Sebagai contoh metode pemberian tugas proyek seperti di bawah ini: a. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada jajanan pasar. Buatlah kelompok terdiri dari empat orang, pergilah ke pasar tanya kepenjual 14 jajanan pasar tentang zat aditif alami yang digunakan untuk jajanannya. Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru. b. Menyelidiki pemakaian bahan aditif pada produk makanan kemasan. Buatlah kelompok terdiri dari empat orang. Carilah bahan aditif buatan pada produk makanan kemasan dengan melihat pada komposisinya. Hasilnya dimasukan dalam tabel dan kumpulkan ke bapak atau ibu guru. Strategi pembelajaran kimia ini akan memberikan pengalaman pada siswa tentang berbagai macam zat aditif yang terdapat dalam berbagai produk makanan, sehingga siswa menjadi lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Hal ini akan lebih baik jika dikoneksikan pelajaran agama Islam, yakni tentang makanan yang halal dan haram menurut ajaran agama Islam. Integrasi sains dan Islam memiliki banyak manfaat terutama bagi siswa, diantaranya (1) menunjang proses keimanan, (2) meluruskan kesalah pahaman dan memudahkan manusia untuk memahami taqdir yang ditetapkan Allah SWT, dan (3) menghasilkan kader-kader orang saleh dengan multi-keahlian (Maman, 2012: 241-259). Oleh karena itu, secara strategi pembelajaran ini kelemahan pada guru bisa diatasi dengan model pembelajaran team teaching. Dalam paradigma ini, semakin banyak disiplin keilmuan yang diintegrasikan dan diinterkoneksikan dalam suatu matakuliah, semakin membutuhkan strategi pembelajaran yang melibatkan banyak komponen terkait dengan ilmu yang dikaji. Menurut Mansour (2008), kurikulum sains harus menyajikan pandangan yang berbeda tentang sains dan agama, dan juga harus mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik antara sains dan agama untuk menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan agama. Seperti yang dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan memperdebatkan alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains telah sampai pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan kebenarannya berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua pencarian 15 kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga, baik sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik antara sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik guru kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan agama, dan sifat ekspresi kuno makna. Pendidikan guru sains harus melatih guru agar perspektif ilmiah dan religius sesuai (Katz, 2002), karena guru sains harus mengenali hubungan timbal balik antara sains dan agama. Ilmu pengetahuan harus mengakui kebutuhan manusia akan pengalaman religius, dan agama perlu mengenali dan mempercayai keinginan untuk memiliki pengetahuan ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan manusia dan lingkungan mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini: sains adalah proses manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita tetap manusiawi (Katz, 2002). Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara di mana pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isuisu sains dan agama: (1) dengan menawarkan kursus; (2) dengan menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru awal dalam meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan bahan lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru sains untuk membahas beberapa faktor spiritual / religius dalam pengajaran sains. Menurut Mansour (2008), keyakinan religius guru sangat berpengaruh terhadap cara mengajar guru sains di kelas, bahkan jauh lebih berpengaruh dari pada pengalaman pedagogis dan sosial mereka. Mansour menciptakan model yang menjelaskan bagaimana keyakinan religius mempengaruhi cara guru mengajar di kelas. Model ini disebut Model PRB atau Personal Religious Model. 16 1 2 4 3 5 Gambar 2.2. Model PRB Mansour (2008) Model PRB memiliki 5 dimensi, diantaranya: Keyakinan religius personal (PRB), pengalaman dan interpretasi guru. Interpretasi guru terhadap pengalaman mereka dan proses terbentuknya keyakinan pedagogis. Keyakinan pedagogis guru, kerangka berpikir guru dalam bertindak dan praktik mengajar. Pengetahuan dan keyakinan guru 17 Identitas guru sebagai produk dari interaksi antara keyakinan religius guru, pengalaman, keyakinan pedagogis dan praktik mengajar guru. Berikut penjelasan mengenai 5 dimensi diatas: 1. Keyakinan Keagamaan pribadi, Pengalaman dan Interpretasi Guru Keyakinan guru tentang peran mereka, peran siswa, tujuan ilmu pengetahuan dan metode pengajaran mereka sangat dibentuk oleh keyakinan agama pribadi berasal dari nilai-nilai dan petunjuk yang melekat dalam agama. Keyakinan agama pribadi guru bekerja sebagai „skema‟ yang dipengaruhi apa yang dirasakan. Skema dibangun melalui pertemuan dengan lingkungan 'konteks sosial' dan dapat dimodifikasi oleh pengalaman. Skema agama dari guru-guru ini mempengaruhi cara mereka memandang pengalaman baru. Guru mengatur unsur-unsur konteks sosial mereka untuk mencerminkan organisasi keyakinan agama pribadi mereka sendiri atau skema agama. Seorang guru dengan keyakinan agama pribadi atau skema agama lebih mungkin untuk memaksa interpretasi agama terhadap pengalaman daripada guru yang tidak memiliki keyakinan agama pribadi atau skema agama. Selain itu, guru-guru dengan keyakinan agama pribadi tertentu mungkin memahami situasi atau pengalaman yang sangat berbeda dari orangorang tanpa keyakinan agama pribadi ini. Namun, guru juga memegang keyakinan tentang diri mereka sendiri, sifat ilmu pengetahuan, siswa individual, mengajar dan belajar sains, sifat materi yang mereka ajarkan, konteks sosial di mana mereka hidup, lingkungan sekolah di mana mereka bekerja, dan kendala yang mereka miliki untuk ditangani. keyakinan ini, pada gilirannya, bekerja melalui lensa pengalaman masa lalu, karena mereka diterjemahkan ke dalam praktek guru dalam konteks kompleks kelas. Model ini juga mengemukakan bahwa keyakinan agama pribadi (PRB) bertindak sebagai filter untuk pengalaman baru; yaitu 18 pemahaman atau penafsiran keyakinan agama Islam guru bekerja sebagai kriteria atau dasar untuk menginterpretasi pengalaman baru. Dalam hal ini, pemahaman agama guru ditentukan pemahaman mereka tentang apa maksud pengalaman awal untuk seseorang pada suatu peristiwa. Pengaruh keyakinan agama pribadi di jenis lain dari pengalaman adalah diwakili dalam Gambar 2.1 di atas dengan panah tebal yang mengarah dari “keyakinan agama pribadi” pada “Pengalaman guru” serta membentuk keyakinan dan praktik guru. Model PRB ini juga menunjukkan bahwa pengalaman pribadi dapat mempengaruhi keyakinan pribadi guru. Namun, pengaruh interaktif antara pengalaman guru dan keyakinan agama pribadi mereka tidak sama, keyakinan agama pribadi berpengaruh lebih kuat. 2. Interpretasi guru sebagai penghubung antara Pengalaman dan Keyakinan Guru tidak hanya dibentuk atau disosialisasikan melalui pengalaman hidup mereka; Sebenarnya mereka adalah peserta aktif dalam menafsirkan pengalaman ini, interpretasi tertentu yang ditugaskan pada sebuah pengalaman diubah menjadi "skema", yang ia definisikan sebagai "cara untuk memahami atau filter kognitif dan dasar untuk praktik kelas yang berpusat pada guru". Dalam model PRB ini, istilah "skema instruksional" berarti sistem kepercayaan pedagogis yang menetap setelah proses penyaringan oleh kepercayaan dan pengalaman religius guru sebelumnya. Interpretasi dan skema selanjutnya yang dikembangkan oleh individu sehubungan dengan praktik kelas dan pengalaman relevan lainnya, sangat istimewa; Individu yang mengalami peristiwa tunggal akan memiliki banyak perspektif dalam acara tersebut. Skema atau keyakinan yang telah ditetapkan menentukan cara di mana seorang guru dapat mengambil langkah-langkah tertentu, sehingga skema 19 tersebut menjadi alat evaluatif untuk memeriksa praktik guru dan diubah menjadi kerangka kerja untuk bertindak. Sejauh ini, Model PRB yang dikembangkan (Gambar 2.1) telah menyoroti gagasan bahwa interpretasi guru adalah penghubung atau pemancar antara pengalaman guru dan telah membentuk kepercayaan guru. Model PRB juga menunjukkan bahwa hubungan interaktif antara pengalaman "guru" dan "interpretasi guru", atau antara "interpretasi guru" dan "kepercayaan guru" sebenarnya adalah hubungan timbal balik. 3. Keyakinan Pedagogis Guru, Kerangka Tindakan dan Praktiknya Orientasi nilai sosial guru memberi kontribusi pada pilihan strategi untuk mengatasi dilema sosio-moral (dalam penelitian ini, pilihan strategi disebut "kerangka kerja untuk tindakan"). Namun, mengubah kerangka tindakan ini menjadi praktik nyata di kelas bergantung pada faktor kontekstual lainnya, mis. Kendala, lingkungan sekolah, keyakinan dan pengalaman pribadi guru, dan identitas guru. Model PRB menyajikan gagasan "kerangka kerja untuk tindakan" untuk menunjukkan bahwa guru berniat untuk menerapkan kepercayaan mereka di kelas. Hal ini juga memperjelas bahwa faktor lain membatasi atau memfasilitasi pengoperasian rencana atau kerangka kerja guru untuk bertindak. Gambar 2.1 menunjukkan interaksi timbal balik antara praktik guru dan kerangka tindakan di masa depan. 4. Pengetahuan dan Keyakinan Guru Skema "keyakinan" para guru yang telah menetap atau dikembangkan bertindak sebagai penyelenggara informasi dan kategoriser prioritas, dan pada gilirannya mengendalikan cara penggunaannya. Dalam interaksi antara pengetahuan dan kepercayaan, kepercayaan menguasai pengetahuan dan pengetahuan mempengaruhi kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa guru perlu menciptakan pengetahuan (pedagogik maupun konten) mereka sendiri melalui 20 proses interaksi antara keyakinan dan basis pengetahuan mereka yang ada, dan gagasan baru yang mereka berhubungan dengannya. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar diatas, ada interaksi timbal balik antara keyakinan dan pengetahuan guru di satu sisi, dan antara pengalaman dan pengetahuan guru di sisi lain. 5. Identitas Guru sebagai Produk Interaksi antara Keyakinan, Pengalaman, Keyakinan Pedagogi dan Praktik Pribadi mereka. Identitas peran guru ditentukan oleh pengalaman keluarga awal, menjadi siswa muda, model peran guru, pengalaman mengajar sebelumnya, dan pengalaman sebelumnya yang signifikan. Namun, penelitian saat ini menambahkan keyakinan religius pribadi guru sebagai salah satu pengaruh formatif utama pada identitas guru. Selama pengalaman seorang guru berubah setiap hari, identitasnya berubah secara berurutan. Identitas selalu berubah. Pengalaman seorang guru memainkan peran penting dalam identitasnya. Setiap guru memiliki pengalaman yang berbeda, itulah yang membuat semua guru unik. Dengan demikian, konstruksi identitas dan identitas merupakan proses yang berkelanjutan. Tidak hanya pengalaman yang berbeda, dan sistem kepercayaan yang kemudian terbentuk, menciptakan dasar bagi identitas peran guru; Mereka juga menentukan orientasi (negatif atau positif) dari identitas itu. Model ini juga menunjukkan bahwa sifat identitas peran guru (baik negatif maupun positif) menentukan sejauh mana pengaruh guru terhadap kendala sosial atau lingkungan sekolah. Model PRB (Gambar 2.1) menunjukkan bahwa identitas guru adalah produk sosial dari interaksi antara keyakinan religius pribadi, pengalaman guru, kepercayaan guru dan praktik guru. Namun, kepercayaan religius guru menghasilkan pengaruh paling kuat dalam membentuk identitas guru. B. Penelitian Yang Relevan Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini mengacu pada penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya oleh peneliti lain, yang dianggap 21 relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic Science Education oleh Khalijah et al. (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru muslim yakin bahwa ilmu berbasis Islam/tauhid berperan dalam pembentukan karakter dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Mereka pun yakin jika IPA dibangun atas konsep tauhid maka akan membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi siswa. 2. Science teachers’ views of science and religion vs. the Islamic perspective: conflicting or compatible? Oleh Nasser Mansour (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru muslim sangat meyakini bahwa Al-Qur‟an adalah petunjuk, bukan hanya untuk ilmuwan tapi juga untuk seluruh manusia dalam segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana manusia menekuni IPA, apa metodenya dan apa etika yang harus diikuti. 3. Science Teachers’ Views and Stereotypes of Religion, Scientists and Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to promote inquiry-based learning oleh Nasser Mansour (2015). Hasil penelitian menunjukkan guru-guru sains memiliki persepsi bahwa sisi epistemologis dan ontologis dari suatu penemuan saintifik harus dipandu oleh kepercayaan budaya dan religius. Dari ketiga peneltian tersebut, penulis merasakan perlu adanya penelitian yang khusus meneliti persepsi guru kimia terhadap integrasi nilai-nilai Islam dan kimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada tanggal 1-28 Februari 2017 pada guru-guru mata pelajaran kimia yang beragama Islam yang tergabung dalam Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) dari seluruh Indonesia. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (1998), penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. C. Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dari penerjemahan dan adaptasi instrumen berupa kuesioner dari penelitian Mansour (2008) kemudian dilakukan validasi terjemahan oleh dosen ahli. Selanjutnya kuesioner diinput ke google form sehingga kuesioner dapat diisi secara online. Tautan google form kemudian disebarkan di grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). Setelah itu dilakukan pengisisan kuesioner secara online oleh guru-guru mata pelajaran kimia yang beragama Islam yang tergabung dalam grup Facebook AGKI dari seluruh Indonesia. Setelah itu data kuesioner yang didapat akan dianalisis. 22 23 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian D. Populasi dan Sampel Obyek penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran kimia yang yang tergabung dalam grup facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). Guru kimia dari seluruh Indonesia yang tergabung dalam grup facebook AGKI ini berjumlah 5037 anggota. Pilihan responden didasarkan pada tujuan penelitian yang ingin melihat persepsi guru kimia yang beragama Islam. Tautan ditautkan dalam grup facebook ini dan diharapkan semua anggota AGKI, terutama yang beragama Islam mengisi survey ini. 24 Gambar 3.2. Grup Facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis (kuesioner) dalam bentuk online yang diunggah ke google form kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008). Kuesioner yeng telah diunggah dalam google form kemudian diambil tautannya, lalu tautan google form (https://goo.gl/forms/KJQZqzVlrS4YlX7u2) disebar melalui grup facebook Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI). 25 Gambar 3.3. Kuesioner yang diunggah ke Google Form F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 7 pertanyaan two-tier yang diadaptasi dari kuesioner penelitian Mansour (2008). Instrumen two-tier ini dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi serta kebutuhan sampel yang banyak. Berikut 7 pertanyaan tersebut: 1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia? a. Bertentangan b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain e. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:___________________________________________________ _________________________________________________________ ________________________________________________ 2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan Islam? a. Guru kimia b. Guru Agama Islam c. Keduanya d. Lainnya:_______________________________________________ 26 3. 4. 5. 6. 7. Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar kimia? Bagaimana? a. Ya b. Tidak Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? a. Jika siswa meminta b. Jika terdapat di buku teks c. Jika ada topik yang mendukung d. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? a. Yakin b. Tidak yakin Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islamkimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? a. Dengan orientasi saintifik b. Dengan orientasi Islam c. Dengan orientasi sains-Islam d. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya? Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut! a. Ya b. Tidak Rincian:_____________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 27 G. Analisis Data Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban responden terhadap pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan responden atas jawaban pilihan ganda. Frekuensi jawaban guru dari pilihan ganda dihitung masing-masing persentasenya dengan rumus: Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel. Sedangkan data kualitatif yang didapat dianalisis dengan cara direduksi sehingga didapat data hasil reduksi yang sama yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa tema (Hokayem, 2008). Contohnya ditunjukkan oleh gambar berikut: Gambar 3.4. Contoh Analisis Data Kualitatif Alasan yang dikemukakan oleh masing guru direduksi kemudian hasil reduksi dikelompokkan dalam satu tema yang sama. Kelompok tema dibedakan dengan warna yang berbeda bagi masing-masing tema. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Responden adalah guru kimia muslim yang berjumlah 62 responden dari 23 provinsi yang mewakili Indonesia bagian timur, tengah, dan barat. Dari 62 responden, sebanyak 17 orang diantaranya adalah laki-laki dan 45 orang sisanya adalah perempuan dengan usia antara 25 s.d 50 tahun dan pengalaman mengajar kimia antara 3 s.d 35 tahun. Seluruh responden telah menyelesaikan S1 dan sebanyak 25 diantaranya telah menyelesaikan pendidikan S2. Sebanyak 20 reponden merupakan guru senior (lebih dari 15 tahun mengajar) sedangkan sisanya adalah guru junior. Semua responden telah mengisi kuesioner two-tier yang diadaptasi dari penelitian Mansour (2008). Kuesioner ini berisi 7 pertanyaan dan masingmasing pertanyaan terdapat beberapa pilihan atau opsi dan dilengkapi alasan masing-masing guru. Data yang didapat terdiri dari 2 jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapat dari frekuensi jawaban responden terhadap pilihan ganda sedangkan data kualitatif didapat dari alasan responden atas jawaban pilihan ganda. Data kuantitatif dari jawaban pilihan ganda beserta persentase guru yang memilih opsi dari masing-masing pertanyaan dirangkum dalam diagram-diagram dibawah ini. 1. Hubungan Kimia dan Islam Persepsi guru kimia pada indikator pertama tentang hubungan kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini: 28 29 Gambar 4.1. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Hubungan Kimia dan Islam Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada satupun guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau pertentangan dalam hubungan antara Islam dan kimia. Hanya dua responden (3,2%) yang menyatakan bahwa hubungan Islam dan kimia adalah independen. Terdapat satu orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog. Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas yang signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi dalam hubungan antara Islam dan kimia. Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pandangan terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat pilihan jawaban yang ditawarkan peneliti. 2. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam Persepsi guru kimia pada indikator kedua tentang tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini: 30 Gambar 4.2. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Tanggung Jawab Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat bahwa guru agama Islam yang bertanggung jawab. Sebanyak 30 orang guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya (guru kimia dan guru agama Islam) yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Terdapat empat orang guru (6,5%) yang memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini. 3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam Persepsi guru kimia pada indikator ketiga tentang keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini: 31 Gambar 4.3. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan dalam Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 38 orang guru (61,3%) merasa tidak yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. 4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam Persepsi guru kimia pada indikator keempat tentang pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Gambar 4.4. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Pengalaman Mengikuti Pelatihan dalam Isu Kimia dan Islam 32 Hanya 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Sebanyak 51 orang guru (82,3%) memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. 5. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam Persepsi guru kimia pada indikator kelima tentang preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Gambar 4.5. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Preferensi Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi saintifik. Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Sebanyak 50 orang guru (80,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pendapat lain selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan. 6. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia 33 Persepsi guru kimia pada indikator keenam tentang keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia dapat dilihat pada diagram di bawah ini: Gambar 4.6. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Keyakinan Adanya Pengaruh antara Wawasan Keislaman yang Dimiliki dengan Cara Mengajar Kimia Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas. Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu dan hanya tiga orang guru (4,8%) yang tidak meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas. 7. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas Islam Persepsi guru kimia pada indikator ketujuh tentang kapan memulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas dapat dilihat pada diagram di bawah ini: 34 Gambar 4.7. Diagram Persepsi Guru Kimia tentang Kapan Memulai Mengajar Kimia Terintegrasi Nilai-nilai Islam di Kelas Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas dengan alasan permintaan siswa. Hanya satu orang guru (1,6%) yang menyatakan akan mulai jika terdapat di buku teks. Sebanyak 46 orang guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai jika ada topik yang mendukung. Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada indikator ini. B. Pembahasan Data hasil menunjukkan bahwa tema sentral yang mewakili tanggapan dari hampir semua responden adalah Islam prioritas pertama dan kimia prioritas kedua. Namun, analisis data yang lebih halus menegaskan bahwa pandangan mayoritas guru tentang hubungan antara Islam dan kimia jatuh ke dalam kategori integrasi yang membentuk dan mengkonfirmasi sentralitas PRB guru dalam pikiran dan pandangan mereka tentang masalah Islam dan kimia. 1. Hubungan antara Islam dan Kimia Dalam literatur tentang sains dan agama, ada beberapa cara untuk memahami hubungan antara keduanya. Barbour dalam Mansour (2008) mengkategorikan hubungan antara sains dan agama menjadi empat kategori 35 yaitu konflik, independen, dialog dan integrasi. Berikut pembahasan pandangan guru kimia tentang hubungan antara kimia dan Islam berdasarkan empat kategori Barbour: b. Bertentangan Seperti yang ditunjukkan pada diagram diatas, tidak ada satupun guru dari 62 responden (0%) yang melihat konflik atau pertentangan dalam hubungan antara Islam dan kimia. Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan bahwa dia mengelompokkan dua ekstrem, Sains dan Agama, dalam kategori konflik: Pasangan yang pada awalnya tampak aneh. Saya melakukan ini karena materialisme ilmiah dan literalisme alkitabiah mengklaim bahwa sains dan agama membuat pernyataan literal saingan tentang domain yang sama, sejarah alam, jadi seseorang harus memilih di antara keduanya. Dalam penelitian ini, guru tidak melihat adanya pertentangan antara kimia dan Islam karena mereka menganggap alam semesta termasuk ilmu kimia adalah ciptaan Allah sehingga tidak mungkin bertentangan. Menurut Mansour (2008), guru sains khususnya guru kimia, seperti muslim manapun di dunia Islam pada umumnya, mendasarkan keyakinan mereka (aqidah) atas klaim bahwa Tuhan adalah pencipta segalanya. Unsur-unsur cerita penciptaan ditemukan di seluruh Al-Qur'an; Beberapa dinyatakan lebih dari sekali dan dengan cara yang berbeda. Di dalam Al-Qur'an, Tuhan berfirman: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaikbaiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur” (Al Qur'an, 32: 7-9). c. Independen Hanya dua responden (3,2%) yang menyatakan bahwa hubungan Islam dan kimia adalah independen. Barbour dalam Mansour 36 (2008) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan dan agama dapat dibedakan sesuai dengan pertanyaan yang mereka tanyakan, domain yang mereka referensikan, dan metode yang mereka gunakan. Seorang guru sains dalam penelitian ini mengungkapkan pandangan independen tentang hubungan antara agama dan sains yang sesuai dengan pernyataan Barbour, berikut pendapat beliau: Agama berasal dari iman tanpa perlu membuktikan. Bertanya dan mempertanyakan diperbolehkan dalam agama asal berangkat dari kepercayaan. Sedangkan sains berasal dari ketidakpercayaan yang mana mempertanyakan sesuatu dalam lingkup sains adalah suatu keharusan. Ini dikarenakan di alam semesta ini, kebaruan adalah suatu keniscayaan dan perubahan merupakan hal biasa dan diterima untuk menghapus keadaan lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Sehingga agama dan sains dapat bertemu di tengah dan dapat pula tidak, namun tidak saling meniadakan. Menurut Mansour (2008), pandangan ini tidak sejalan dengan epistemologi pengetahuan Islam, yang mendorong perolehan pengetahuan di berbagai bidang sains dan dengan metode penelitian yang berbeda. Dalam sejarah ilmu Islam, ada tiga sumber untuk perolehan pengetahuan: akal, pengalaman dan bukti transmisi dari sumber yang andal. Ahmed (1999) berpendapat bahwa ketika kita menjadi ahli dalam menguji sumber pengetahuan ini satu sama lain, maka kita tahu bahwa kita mendekati kebenaran. Al-Qur’an memberikan pujian yang tinggi untuk tiga sumber pengetahuan ini. Ini memuji akal dan berulang kali mengecam orang-orang musyrik karena kepatuhan mereka terhadap gagasan yang bertentangan dengan akal intelektual mereka. Al-Qur’an menegaskan: “Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?” (QS 50: 6). “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha 37 Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulangulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS 67: 3) Pandangan Islam tentang sains dan penelitian sains sesuai dengan karya ilmiah modern dengan apa yang oleh beberapa orang disebut metode ilmiah dan oleh yang lainnya disebut inductive science atau penalaran induktif. Idenya adalah alasan kita harus sesuai dengan pengamatan kita dan bahwa teori kita harus diuji oleh eksperimen kita. Ada siklus besar di mana teori-teori yang terinspirasi oleh pengamatan diuji oleh eksperimen yang mengarah pada sebuah teori yang harus disempurnakan atau digulingkan oleh eksperimen atau pengamatan yang lebih jauh (Ahmed, 1999). d. Dialog Seperti yang ditunjukkan pada diagram di atas, hanya satu orang guru (1,6%) yang mewakili pandangan dialog. Guru ini menekankan bahwa apa yang kita ajarkan sudah tercantum dan nyata tertulis di Al-Qur'an. Barbour dalam Mansour (2008) mengemukakan bahwa salah satu bentuk dialog adalah perbandingan metode dua bidang, yang mungkin menunjukkan kesamaan bahkan ketika perbedaan tersebut diakui. Dialog mungkin muncul saat sains meningkat pada batas-batas batasnya sehingga pertanyaan itu sendiri tidak dapat dijawab. Juga, dialog terjadi ketika konsep dari sains digunakan sebagai analogi untuk membicarakan hubungan Tuhan dengan dunia. Pernyataan guru kimia tentang dialog antara kimia dan Islam didasarkan pada pemahaman mereka bahwa apa yang diajarkan sudah tercantum dan nyata tertulis di Al-Qur'an. Menurut Mansour (2008), pernyataan ini didasarkan pada pemahaman bahwa kimia membutuhkan agama untuk membimbingnya, mengendalikannya dan mengingatkan orang-orang terhadap bahaya-bahayanya. Mereka juga mengungkapkan pandangan tentang peran dominan agama dalam penelitian ilmiah. Pemahaman tentang hubungan dialog antara kimia 38 dan Islam ini muncul dari pemahaman guru bahwa agama harus memiliki otoritas dalam ilmu kimia. e. Integrasi Berbeda dengan pandangan konflik dan independen, mayoritas yang signifikan (57 guru atau 91,9%) menyatakan pandangan integrasi dalam hubungan antara Islam dan kimia. Dari 57 orang guru, sebanyak 15 orang tidak memberikan alasan atas jawaban yang mereka pilih, dan sisanya memberikan alasan yang beragam. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa kimia merupakan ayat-ayat kauniyah yang menjadi bukti kebesaran Allah yang bisa menambah keyakinan agama yang kita anut. Salah seorang guru berpendapat: Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita mengungkap tabir rahasia alam. Setelah kita memahami ilmu kimia, kita akan menyadari kebesaran dan kemahakuasaan Allah yang mana dapat kita syukuri, dan membuat kita lebih dekat denganNya. Karena semua hal yang kita kaji ternyata telah difirmankan Allah dalam Al-Qur’annya. Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa: Ilmu kimia dapat menambah keyakinan kita betapa Maha Besar Allah SWT. Contoh: seandainya air tidak memiliki ikatan hidrogen maka air tidak berbentuk cair tapi gas, kita tak bisa minum, mandi menggunakan air. Allah maha besar. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan dasar sains sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka: Al-Qur’an merupakan dasar penemuan penemuan di bidang kimia. Salah seorang dari mereka berpendapat integrasi Islam dan kimia merupakan anugerah dari Allah SWT. Guru ini mengatakan: Islam terintegrasi dalam ilmu kimia adalah anugerah dari Allah SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat bagi ummat. Ada pula yang memilih pandangan integrasi dengan argumen banyaknya fenomena sains dalam Al-Qur’an dan Islam. Sebagaimana pendapat salah seorang guru: 39 Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan kejadian manusia. Dan diperkuat oleh pendapat yang lain bahwa: Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat menarik dan beragam sesuai dengan ajaran Islam bahwa sesungguhnya ilmu Allah itu tidak berbatas. Dan didukung oleh salah seorang guru yang menyatakan bahwa: Salah satu contoh: Dalam Al-Qur’an ada surat Al-Hadid (besi), dijelaskan tentang sifat logam besi. Ada pula kelompok yang berargumen bahwa sains berkaitan dengan kehidupan beragama, sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka: Kaidah-kaidah kimia sesuai dengan ajaran Islam, konsep energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dengan zakat/sedekah, orbital pada atom sesuai dengan tata surya dan sebagainya. Sebagian guru yang memegang keyakinan bahwa ada hubungan integrasi antara Islam dan kimia karena kimia merupakan bagian dari ciptaan Allah. Salah seorang guru menyatakan bahwa: Alam adalah ciptaan Allah sehingga semua hukum alam sesuai dengan ajaran agama. Salah seorang dari mereka berpendapat konsep kimia lebih mudah disampaikan dengan diintegrasikan dengan Al-Qur’an. Guru ini berpendapat: Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah dijelaskan dengan ayat ayat Al-Qur’an seperti konsep ikatan kimia, konsep atom, kesetimbangan dan lain-lain. Demikian juga sebaliknya. Barbour dalam Mansour (2008) mengatakan bahwa pendukung kategori integrasi mencari korelasi yang lebih dekat dengan keyakinan agama tertentu dengan teori ilmiah tertentu daripada yang dianjurkan 40 oleh kategori dialog. Teologi alam diwakili oleh model Tuhan sebagai Pencipta yang mengekspresikan kepercayaan utama komunitas religius namun menggabungkan reformulasi teologis sebagai tanggapan terhadap kosmologi saat ini. Pendapat Barbour mendukung temuan penelitian ini bahwa mayoritas guru percaya ada hubungan integrasi antara kimia dan Islam. Mereka memandang Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu tetapi juga memandang kimia sebagai bagian dari ciptaan Tuhan. Jadi, sama sekali tidak ada konflik. Berbeda dengan gagasan dialog tentang dominasi agama dalam komunikasi antara ilmuwan sains dan ilmuwan agama, guru menganggap bahwa komunikasi semacam itu harus didasarkan pada rasa hormat dan kesetaraan. Guru juga memandang kimia dan Islam sebagai satu kesatuan, dan menganggap bahwa mereka saling melengkapi satu sama lain. Mereka adalah dua sisi dari satu koin dan tidak ada perbedaan di antara keduanya. Kata ‘ilm dalam bahasa Arab dan turunannya sering digunakan dalam Al Qur'an. Ini berarti pengetahuan dalam pengertian umumnya, termasuk ilmu alam dan humaniora. Dengan perspektif ini, secara epistemologis, tidak ada pemisahan ilmu agama dan ilmu sekuler, dan tidak ada dikotomi atau dualisme - satu-satunya yang ada adalah kategori (Yahya, 2005). f. Lainnya Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pandangan terhadap hubungan Islam dan kimia selain empat pilihan jawaban yang ditawarkan peneliti (bertentangan, independen, dialog, dan integrasi). Salah seorang dari mereka berpandangan bahwa ilmu kimia sesuai dengan ajaran Islam, guru ini beralasan bahwa kimia merupakan ayat-ayat kauniyah. Salah seorang yang lain berpandangan hubungan Islam dan kimia sangat kuat kaitannya, dngan argumen karena yg ada di kimia adalah kehidupan nyata dalam Islam, aplikasi ciptaan Allah. 41 Dalam penelitian ini, sebanyak 91,9% guru meyakini Islam dan kimia saling terintegrasi satu sama lain, hal ini tidak perlu diragukan lagi karena kimia merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta dan perubahanperubahan yang terjadi di dalamnya yang mana alam semesta merupakan ayat kauniyah yang menunjukkan kepada kebesaran Tuhan. Lagipula, bagi banyak orang, tidak ada pemisahan antara agama dan semua aspek kehidupan, dan, seperti yang diketahui, Islam bukan hanya agama tapi cara hidup. Selain itu, Islam mendorong sains dan perolehan pengetahuan. Juga tidak perlu mempertahankan posisi Islam dalam pengetahuan atau penelitian. Islam datang untuk mendidik dan untuk memberi manfaat bagi kehidupan masyarakat. Tidak ada ilustrasi yang lebih baik tentang hubungan dekat antara Islam dan pengetahuan daripada pernyataan Nabi Muhammad SAW, yang mengatakan bahwa: Mencari pengetahuan itu wajib bagi setiap muslim; bahwa; Mencari pengetahuan selama satu jam lebih baik daripada berdoa selama tujuh puluh tahun; dan bahwa; Siapa pun yang mengikuti jalan mencari pengetahuan, Tuhan (Allah) akan membuat jalannya menuju surga menjadi mudah (Mansour, 2008). Muslim (2016) dalam artikelnya yang berjudul “Kimia dalam Perspektif Islam” menjelaskan mengenai hubungan Islam dan kimia. Menurutnya, kimia secara tidak langsung sebetulnya sudah muncul pada saat alam semesta ini terbentuk yang dibuktikan dengan teori big bang yang menghasilkan unsur Hidrogen (H) dan Helium (He), bukti ini diperkuat dengan firman Allah dalam QS. Al-Anbiyaa: 30. Unsur-unsur kimia lainnya terbentuk melalui proses cahaya-cahaya kosmik (cosmic rays), bintang-bintang berukuran kecil (small stars) dan besar (large stars), supernova serta unsur yang merupakan buatan manusia (nonnatural). Berdasarkan perkembangan sejarah pun alkimia pertamakali diperkenalkan pada masa umat muslim pada abad ke-7 (700-1400 M), yang dibuktikan dengan hasil karya umat muslim ternama seperti: Jabir bin Hayyan, Ar-Razi atau Rhazez dan Izz Al-Din Al-Jaldaki yang menghasilkan 200 judul buku yang kemudian diadopsi oleh orang Eropa, 42 diantaranya: Kitab Al-Ushul Al-Kimyai menjadi Book of the Composition of Alchemy dan Gebrt Arabic Chimia Sive Traditio Summae Perfectioniset Investigatio Mafisterii; Kitab Asy-Syam Al-Kamil menjadi Sun of Perfection pada tahun 1678 M, The Work of Geber pada tahun 1678 M dan Great Arab Alchemist pada tahun 1928 M; Kitab Al-‘Asah menjadi The Nerves; Kitab Al-Jami menjadi The Universal pada tahun 1498-1866 M. Masa kejayaannya hingga akhir abad ke-11. Kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan eropa pada era Renaissance abad ke-16, yang dipelopori oleh Francisco Bacon (1561-1626), dimana untuk mendapatkan pengetahuan yang dikenal sebagai metode ilmiah mengadopsi eksperimen yang dilakukan Jabir bin Hayyan, dari sinilah lahir kimia modern pada abad ke -18. Akhir abad ke-19 kimia dibagi menjadi beberapa cabang yaitu: kimia organik, anorganik, analitik, kimia nuklir dan kimia fisik (termodinamika dan elektrokimia). 2. Keyakinan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia a. Ada pengaruh Sebanyak 53 orang guru (85,5%) meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas. Dari 53 orang, sebanyak 38 orang mengemukakan alasan mereka sedangkan 15 orang sisanya tidak mengemukakan alasan mereka atas jawaban yang mereka pilih. Sebagian besar kelompok ini meyakini bahwa pengetahuan agama yang baik sangat mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kimia dengan kebesaran Allah. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka: Sangat jelas karena dengan pemahaman tentang Islam yang luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dengan tetap memasukkan nilai-nilai keislaman. Sebagian guru berpendapat bahwa jika pembelajaran kimia tidak didasari dengan wawasan keislaman akan berhenti sebatas pelajaran biasa yang tidak bermakna. Sebagian lain berpendapat bahwa wawasan keislaman menunjang pendidikan aqidah, akhlak/karakter, 43 serta menunjang kesadaran akan kebesaran Allah. Seorang guru berpendapat: Setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Allah supaya kita tidak sombong, dan anak-anak tidak mengeluh mengapa harus belajar kimia. Ada pula sebagian guru yang meyakini adanya pengaruh wawasan keislaman yang dimiliki terhadap cara mengajar itu disebabkan kimia berkaitan dengan Islam, seorang guru mengatakan: Ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi, Al-Qur’an menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi. Seorang guru menambahkan bahwa pengaruh tersebut disebabkan cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran. Salah seorang yang lain juga menambahkan bahwa muslim harus menyesuaikan pengajaran dengan orientasi Islam. b. Mungkin ada pengaruh Sebanyak enam orang guru (9,7%) ragu akan adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas. Dari enam orang, sebanyak tiga orang memberikan alasan dan tiga orang lainya tidak memberikan alasan. Salah seorang guru dari kelompok ini beralasan bahwa dia masih harus belajar dan jika mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman, maka tidak akan balance, tidak akan ada kepekaan, kebijakan dalam memberikan pengajaran terhadap siswa. Salah seorang yang lain mengatakan bahwa masih harus terus belajar, dan salah seorang yang lain pula mengatakan bahwa makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang ciptaanNya. c. Tidak ada pengaruh Hanya tiga orang guru (4,8%) yang tidak meyakini adanya pengaruh antara wawasan keislaman yang dimiliki dengan cara mengajar kimia mereka di kelas namun tidak satupun dari mereka yang menyatakan alasan atas ketidakyakinan mereka tersebut. 44 Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru-guru kimia berpendapat adanya pengaruh dari pandangan mereka tentang hubungan kimia dan Islam terhadap cara mereka mengajarkan kimia. Sebanyak 85,5% guru meyakini bahwa wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh pada cara mereka mengajar di kelas. Data tersebut diperkuat pula dengan sebanyak 81,5% guru diantara guru-guru yang memilih pandangan integrasi berpendapat bahwa wawasan keislaman mereka miliki berpengaruh terhadap cara mereka mengajar di kelas. Data ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bagaimana guru dengan cara yang berbeda dalam menghubungkan sains dan agama mengajarkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda sesuai keyakinan mereka tentang sains dan agama (Jackson et al, 1995; Cobern & Loving, 2002). Data ini sesuai pula dengan model PRB mansour bahwa PRB mempengaruhi cara mengajar guru di kelas. PRB berperan sebagai filter terhadap pengalaman-pengalaman guru di kelas, guru-guru kemudian menginterpretasikan pengalaman-pengalaman mereka dengan keyakinan agama mereka (PRB) sehingga terbentuk keyakinan pedagogis. Bahkan terkadang guru memaksakan hubungan keyakinan agama mereka dengan materi pembelajaran yang dibuktikan dengan banyaknya guru yang mengaitkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan materi kimia walaupun hubungan tersebut tidak sepenuhnya benar menurut ilmu tafsir. Ini membuktikan bahwa keyakinan agama (PRB) memiliki pengaruh yang sangat kuat dibandingkan pengetahuan dan pengalaman pedagogis guru. Data ini juga sesuai dengan karya Nyhof-Young (2000) dan Stolberg (2007), yang menemukan bahwa pandangan guru tentang sains dan agama mengatur peran dan pendekatan mereka sendiri dalam pengajaran di kelas. Muslim (2017) menjelaskan pentingnya mengajarkan hubungan Islam dan kimia dalam proses pembelajaran. Adapun yang menjadi alasan Islam menganjurkan untuk belajar ilmu kimia ada tiga hal, yaitu: pertama, karena kimia selalu berada di sekitar kita, kedua, dengan mempelajari ilmu 45 kimia kita jadi mengetahui keMahaBesaran Allah SWT, dan ketiga, ilmu kimia merupakan ilmu pengetahuan dimana Allah SWT menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang berilmu. 3. Keyakinan dalam mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam a. Yakin Sebanyak 24 orang guru (38,7%) merasa yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 24 orang guru yang memilih jawaban ini sebanyak 17 orang memberikan alasan sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Keyakinan sebagian dari mereka dilandasi dengan adanya bekal wawasan keislaman yang telah mereka miliki sebalumnya. Seorang guru mengatakan: Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan. Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur’an. Salah seorang guru berargumen bahwa: Saya merasa yakin karena semua ada penjelasannya di AlQur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada anak didik dengan bahasa anak yang mudah dimengerti (itu pengalaman saya selama ini) contoh kesetimbangan alam dalam hal ini 3 fase air. Sebagian lain yakin dengan berlandaskan pemahaman mereka bahwa pada dasarnya ilmu kimia berhubungan dengan Islam. Salah seorang guru mengatakan: Saya yakin, kata “kimia” saja berasal dari bahasa arab. Penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti bersesuaian dengan Al-Qur’an. Jika Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu berarti Al-Qur’an punya kelemahan dan itu artinya Al-Qur’an bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada temuan ilmu yang bertentangan dengan Al-Qur’an. Salah seorang guru yakin dengan alasan Al-Qur’an tidak pernah salah. Ada pula seorang guru yang yakin dengan alasan siswa akan lebih paham kimia dengan dalil Al-Qur’an, guru ini mengatakan: 46 Saya yakin dengan dalil di Al-Qur’an /agama siswa lebih mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia. Namun sebanyak tiga orang guru mengaku yakin namun alasan yang mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka tidak yakin untuk mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan karana agama siswa di kelas tidak homogen, takut salah menghubungkan, dan khawatir terjadi miskonsepsi di kelas. b. Tidak yakin Sebanyak 38 orang guru (61,3%) merasa tidak yakin untuk mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Sebanyak 22 guru memberikan alasan dan 16 orang sisanya tidak memberikan alasan atas jawaban ini. Alasan ketidakyakinan sebagian mereka adalah takut salah, perlunya diskusi dahulu dengan yang lebih mengerti tentang Islam, dan masih perlunya membaca lebih banyak referensi. Berikut pandangan seorang guru: Sebelum menyampaikan ke siswa, harus diskusi dahulu dengan orang yang lebih mengerti tentang Islam, dan harus membaca banyak referensi. Seorang guru berpendapat bahwa beliau tidak yakin karena tidak ingin memaksakan hubungan Islam dan kimia: Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami, nantinya keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian dalam mekanika kuantum dengan pertanyaan: "Jadi Allah menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?". Jika agama diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah. dan juga pendapat salah seorang guru yang menyatakan kimia sudah dikuasai non muslim: Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak sudah dikuasai oleh non muslim, tetapi sudah dideklarasikan. Ada pula yang berpendapat bahwa kimia disalahgunakan pihak yang bertanggung jawab, seorang guru mengatakan: Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat. namun ada 47 pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab telah menyalahgunakannya. Namun sebanyak 14 orang guru mengaku tidak yakin namun alasan yang mereka kemukakan menunjukkan bahwa mereka yakin untuk mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Mereka beralasan bahwa ada hubungan saling dukung antara Islam dan kimia, kimia memperjelas tanda-tanda kekuasaan Allah, dan karena Islam itu benar dan haq. 4. Pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam a. Ada pengalaman Sebanyak 11 orang guru (17,7%) memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Selain pelatihan atau workshop, mereka juga mendapatkan wawasan tentang isu Islam dan kimia dari buku, artikel dari internet, video youtube, video karya Harun Yahya, serta dari kurikulum dan silabus pembelajaran. b. Tidak ada pengalaman Sebanyak 51 orang guru (82,3%) memiliki pengalaman mengikuti pelatihan dalam isu kimia dan Islam. Mereka justru sangat menginginkan adanya pelatihan yang khusus membahas isu Islam dan kimia. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka: Justru yang saya inginkan workshop, seminar, atau artikel kimia yang berkaitan dengan Islam, karena sepertinya untuk workshop atau seminar saya belum pernah mendengarnya. 5. Mulai mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas a. Jika siswa meminta Dari jawaban kuesioner tidak satupun guru (0%) yang menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas dengan alasan permintaan siswa. b. Jika terdapat di buku teks Terdapat satu orang guru (1,6%) yang menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika terdapat di buku teks. Guru ini beralasan: 48 Siswa bisa membaca buku berulang ulang yang dengannya materi bisa menyentuh perasaan dan pikiran siswa. c. Jika ada topik yang mendukung Sebanyak 46 orang guru (74,2%) yang menyatakan akan mulai mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam di kelas jika ada topik yang mendukung. Dari 46 orang, sebanyak 26 orang memberikan alasan dan 20 orang sisanya tidak memberikan alasan. Rata-rata dari mereka beralasan bahwa tidak semua topik bisa dihubungkan secara langsung dengan nilai-nilai keislaman sehingga dengan adanya topik yang mendukung akan lebih memperkuat argumen dan penjelasan saat mereka mengajar di kelas serta tidak terkesan memaksakan. Berikut pandangan seorang guru: Tidak selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi dengan Islam, tapi kalau secara umum memang selalu terkait. Namun kita tidak perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya umum. Dan didukung oleh pendapat yang lain: Dengan topik yang mendukung maka akan lebih memperkuat argumen dalam mengajar. Salah seorang guru menambahkan bahwa topik yang cocok akan mempermudah penjelasan: Karena biasanya topik yang pas mempermudah memberikan pembahasan wawasan keislaman. Seorang guru beralasan karena banyak topik kimia yang berhubungan dengan Islam, guru ini mengatakan: Banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat-ayat atau tanda tanda kebesaran Alloh swt., contoh sederhananya adalah kata kimia berasal dari bahasa arab yang notabenenya merupakan bahasa Al-Qur’an dan Islam. Ada pula yang beralasan karena pemahaman masing-masing siswa berbeda, sebagaimana pendapat seorang guru: Karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yang tepat dan aman dari segi konsep kimianya adalah dengan cara seperti pilihan diatas. 49 Salah seorang yang lain yang lain berargumen bahwa alokasi waktu tidak akan cukup jika semua materi dikaitkan dengan nilai keislaman, guru ini berkata: Karena waktu tidak cukup, maka hanya dikaitkan jika sampai pada topik yang berkaitan langsung. d. Lainnya Terdapat 15 orang guru (24,2%) yang memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Dalam kelompok ini, 11 orang memberikan alasan dan empat orang sisanya tidak memberikan alasan. Mayoritas guru-guru ini menyarankan agar mengajar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan kapan saja bahkan setiap kali mengajar karena pada dasarnya kimia menjelaskan kebesaran Allah sebagaimana pendapat seorang guru: Sebaiknya di setiap topik pembelajaran, sebagai wujud bersyukur terhadap Allah SWT bahwa setiap materi pembelajaran kimia memiliki manfaat untuk kehidupan manusia, jika dipergunakan secara bijak. Diantara guru-guru ini ada yang berpendapat bahwa materi kimia dihubungkan dengan Islam jika ada bagian sejarah kimia yang menyebut tentang ilmuwan muslim. Bahkan ada beberapa guru yang menyatakan bahwa materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam sudah tercantum dalam kurikulum sekolahnya dan semua guru diwajibkan memakainya, berikut pernyataan seorang guru: Karena saya mengajar di sekolah Islam terpadu yang menggunakan KTSP berpadu dengan JSIT yang menuntut para guru menyusun RPP yang didalamya ada ayat yang berhuhungan dengan materi kimia. tapi banyak materi yang saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang berhubungan dengan kimia. Sebanyak 61,3% guru tidak yakin dalam mengajar isu Islam dan kimia, dan sebanyak 82,3% guru mengatakan belum pernah mengikuti pelatihan yang membahas isu Islam dan kimia. Lebih dari setengah (61,4%) guru-guru yang memilih pandangan integrasi juga mengatakan tidak yakin untuk memulai 50 mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam, dan dari 57 guru yang memilih pandangan integrasi, hanya 19,3% yang memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia. Dua pasang data ini saling berhubungan sebab akibat yakni tidak yakinnya mayoritas guru dalam mengajarkan kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam dikarenakan mayoritas guru tidak pernah mengikuti pelatihan maupun mendapatkan materi yang membahas hubungan Islam dan kimia. Hal ini juga diperkuat dengan data angket bahwa 85,1% guru yang memilih orientasi sains-islam dalam mengajarkan kimia terintegrasi nilainilai Islam dan 72,7% guru yang yakin untuk memulai pembelajaran kimia terintegrasi Islam tidak memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia, dan diperkuat pula dengan data lain yang menunjukkan bahwa 74,2% guru akan mulai mengajar kimia terintegrasi nilai keislaman jika ada topik yang mendukung. Ini menunjukkan bahwa guru-guru masih belum siap dari segi mental dan konten materi. Menurut Mansour (2008), pembuat keputusan pendidikan dan pendidik sains di seluruh dunia harus diberi tahu bahwa kepercayaan religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan. Hal itu juga menunjukkan bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap sebagai faktor positif dalam mengembangkan sikap positif antar guru terhadap sains dan pengajaran sains. Oleh karena itu disarankan agar para pengambil keputusan, pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan refleksi dan diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai program studi. Ini akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal tentang hubungan antara Islam dan kimia dan juga akan melatih guru bagaimana untuk memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan kimia. Dalam hal ini, Nyhof-Young (2000) berpendapat bahwa sebagai pendidik, adalah peran kunci kita untuk mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum agar sesuai dengan pengetahuan, prioritas dan konteks pengajaran kita yang unik yang dalam konteks ini adalah disesuaikan dengan nilai-nilai Islam. 51 Kurikulum sains harus menyajikan pandangan yang berbeda tentang sains dan agama, dan juga harus mempertanyakan gagasan bahwa ada konflik antara sains dan agama untuk menunjukkan kontradiksi palsu antara sains dan agama. Seperti yang dicatat Hefner (2002), hal ini dapat dicapai dengan memperdebatkan alasan konflik palsu ini pada tiga tuduhan. Pertama, sains telah sampai pada suatu titik di mana metode mencari pengetahuan dan kebenarannya berbeda secara substansial dari agama. Kedua, dalam dua pencarian kebenaran, penggunaan bahasa dan konsep juga berbeda. Ketiga, baik sains maupun agama telah dikooptasi oleh kekuatan masyarakat dan budaya yang kepentingannya berbeda cenderung menonjolkan konflik antara sains dan agama. Dengan demikian, peran kita sebagai pendidik guru sains khususnya kimia adalah untuk membuat guru kita mendapatkan lebih banyak kesadaran akan penggunaan bahasa. Perbedaan antara bahasa ilmiah dan agama, dan sifat ekspresi kuno makna. Pendidikan guru sains harus melatih guru agar perspektif ilmiah dan religiusnya sesuai (Katz, 2002), karena guru kimia harus mengenali hubungan timbal balik antara kimia dan agama. Sains yang dalam hal ini adalah ilmu kimia harus mengakui kebutuhan manusia akan pengalaman religius, dan agama perlu mengenali dan mempercayai keinginan untuk memiliki pengetahuan ilmiah yang lebih luas mengenai kehidupan manusia dan lingkungan mereka. Tidak perlu ada konflik antara domain ini: sains adalah proses manusia dan agama menjelaskan apa yang membuat kita tetap manusiawi (Katz, 2002). Dalam hal ini, Bausor & Poole (2002) menyarankan tiga cara di mana pendidikan guru sains dapat membantu dalam mengajarkan isu-isu sains khususnya kimia dan agama dari segi pedagogis: (1) dengan menawarkan kursus; (2) dengan menawarkan bantuan kepada penyedia pendidikan guru awal dalam meliput isu-isu tersebut; (3) dengan memproduksi bahan tulis dan bahan lainnya yang merinci poin utama yang ditujukan untuk membantu guru sains untuk membahas beberapa faktor spiritual/religius dalam pengajaran sains. Dalam hal integrasi Islam dan kimia dari segi konten materi, Muslim (2017) dalam bukunya yang berjudul “Kimia Dasar Islami Jilid I” mengatakan 52 bahwa ada beberapa konsep kimia yang dapat diintegrasikan dengan keislaman diantaranya: Sejarah Perkembangan Ilmu Kimia Menurut Pandangan Islam, Asal Mula Unsur-unsur Kimia dalam Pandangan Islam, Struktur Atom Menurut Islam, Ikatan Kimia yang Terdapat pada Molekul Air dan DNA Manusia dalam Merespon Do’a, Konsep Stoikiometri Menjelaskan Keteraturan Alam Semesta kepada Pencipta-Nya, Konsep Hukum Termodinamika I, II, dan III dapat Menjelaskan Terjadinya Peristiwa Hari Kiamat, Kesetimbangan Kimia Menurut Al-Qur’an, Konsep Asam-Basa Menjelaskan Fenomena Hujan Asam, Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Manusia, Peran Konsep Hidrolisis Garam dalam Mengatasi Penyakit Maag dan Masalah Pertanian Menurut Islam, dan Aplikasi Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Seharihari. 6. Tanggung jawab mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam a. Guru kimia Sebanyak 27 orang guru (43,5%) berpendapat bahwa guru kimialah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 27 orang yang memilih jawaban ini, 17 orang memberikan alasan dan sepuluh orang tidak memberikan alasan atas jawaban yang mereka pilih. Rata-rata mereka beralasan bahwa yang paling tahu cara menghubungkan materi kimia dan nilainilai keislaman adalah guru mata pelajaran kimia itu sendiri karena guru kimia yang beragama Islam sudah tentu memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman sehingga tinggal menghubungkan dengan konten materi kimia. Seorang guru berpendapat bahwa: Yang lebih tahu tentang kimia adalah guru kimia. Guru kimia harus mengaitkan ilmu yang diajarkannya dengan ajaran Islam. guru kimia bisa belajar tentang Islam, karena belajar tentang Islam adalah kewajiban semua umat Islam. Tapi guru agama tidak bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan kimia. Salah seorang dari mereka beralasan bahwa guru kimia juga orang Islam. Salah seorang yang lain berpendapat bahwa guru kimia perlu berkomunikasi dengan guru agama Islam, guru ini mengatakan: 53 Karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi dengan guru agama mengenai suatu materi yang belum kita ketahui cara mengaitkannya dengan agama misalnya atom, ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya bagaimana. Ada yang berargumen bahwa guru agama tidak menguasai konsep kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya. Ada pula yang berpendapat bahwa guru harus mengajar sesuai kompetensisnya masing-masing. Dan didukung pulah oleh salah seorang dari mereka yang berpendapat bahwa ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama fardhu a'in. b. Guru Agama Islam Hanya satu orang guru (1,6%) berpendapat bahwa guru agama Islam yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Alasan guru ini adalah guru Agama Islam dapat membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam dan Kimia. c. Keduanya Sebanyak 30 orang guru (48,4%) berpendapat bahwa keduanya (guru kimia dan guru agama Islam) yang bertanggung jawab dalam mengajarkan materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam. Dari 30 orang yang memilih jawaban ini, seluruhnya memberikan alasan yang beragam. Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa guru kimia dan guru agama Islam perlu saling mendukung/berintegrasi dan menjalin komunikasi satu sama lain untuk memperkuat argumen tentang integrasi Islam dan kimia sehingga penjelasan guru di kelas dapat membuat peserta didik lebih paham. Berikut pandangan seorang guru: Guru kimia dan guru agama Islam harus bersinergi, guru kimia dapat belajar dengan guru agama Islam untuk memahami ayatayat yang terkait dengan fenomena kimia demikian sebaliknya. dan diperkuat oleh pendapat guru lain yang menyatakan bahwa: 54 Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan Islam dalam pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling mendukung antar setiap mata pelajaran. Sebagian dari mereka berargumen bahwa guru agama Islam dan guru kimia harus bisa mengaitkan Islam dan kimia. Sebagaimana pendapat salah seorang dari mereka: Guru agama Islam dan guru kimia hendaklah memiliki kompetensi keterkaitan kedua ilmu tersebut. Ada pula sebagian dari mereka yang berargumen bahwa guru yang paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan Islam. Berikut pandangan dari salah seorang guru: Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham keduanya. d. Lainnya Terdapat empat orang guru (6,5%) yang memiliki pendapat diluar pilihan jawaban kuesioner pada pertanyaan ini. Salah satu dari mereka berpendapat bahwa yang bertanggung jawab dalam mengajarkan isu Islam dan kimia adalah semua umat Islam dengan alasan bahwa umat Islam harus tahu bahwa semua ciptaan Allah di alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan mempelajarinya, dan tidak menyalahgunakannya. Salah seorang yang lain berpendapat bahwa yang bertanggung jawab adalah guru apa saja yang mampu memberi penjelasan dengan alasan bahwa ilmu kimia juga mencatut ilmu yang lain. Sedangkan terdapat seorang guru dari kelompok independen – yang meyakini bahwa Islam dan kimi tidak berkaitan satu sama lain – yang berpendapat bahwa tidak ada yang bertanggung jawab dalam mengajarkan isu Islam dan kimia dikarenakan Islam dan kimia memang tidak berkaitan atau saling independen satu sama lain. 7. Preferensi mengajar kimia terintegrasi nilai-nilai Islam 55 a. Dengan orientasi saintifik Sebanyak sembilan orang guru (14,5%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi saintifik. Dari sembilan orang hanya dua orang guru yang memberikan alasan sedangkan tujuh orang sisanya tidak memberikan alasan. Salah seorang guru dari kelompok ini berargumen bahwa saintifik itu berarti logis, dan logis itu Islami karena Islam itu logis. Salah seorang yang lain berargumen bahwa isu Islam dijadikan sebagai pendukung dan penegasan terhadap sains. b. Dengan orientasi Islam Hanya satu orang guru (1,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi Islam. Guru ini beralasan bahwa materi kimia juga dibahas dalam Al-Qur’an. c. Dengan orientasi sains-Islam Sebanyak 50 orang guru (80,6%) menyarankan agar materi kimia terintegrasi nilai-nilai Islam diajarkan dengan orientasi sainsIslam. Dari 50 orang, sebanyak 26 orang memberikan alasan sedangkan 24 sisanya tidak memberikan alasan. Kelompok ini berargumen bahwa akan lebih mudah dipahami jika materi kimia terintegrasi nilai-nilai keislaman diajarkan dengan orientasi sains-Islam karena keduanya saling berkaitan dan saling mendukung. Berikut pandangan seorang guru: Ada keterkaitan antara sains dan Islam, justru siswa harus lebih memahami bahwa adanya penciptaan alam semesta, atom, keseimbangan alam harus menambah keyakinan siswa terhadap Islam. salah seorang guru menambahkan: Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad yang lalu di dalam Al-Qur’an, dan sebaliknya banyak temuan baru yang justru memperkuat kebenaran ayat-ayat dalam AlQur’an. Sebagian dari mereka memilih orientasi sains-Islam dengan alasan agar siswa tidak bingung, tidak kaku pola pikirnya, dan agar siswa 56 lebih mengerti dan menerima penjelasan guru, serta konsep kimia lebih mudah disampaikan jika dihubungkan dengan Islam. Ada pula yang beralasan bahwa kimia dan Islam tidak bisa dipisahkan. Salah seorang guru menambahkan alasan yakni agar penjelasan konsep kimia bisa diterima dari sisi sains maupun Islam. d. Lainnya Terdapat dua orang guru (3,2%) yang memiliki pendapat lain selain tiga pilihan yang peneliti tawarkan. Salah seorang guru mengatakan bahwa beliau mengajarkan kimia dengan orientasi sains KTSP dengan alasan mengikuti aturan sekolah. Salah seorang yang lain mengatakan bahwa isu kimia-Islam diajarkan sambil lalu mengajarkan konsep kimia secara umum. Poole (1996) berpendapat bahwa kompatibilitas diperlukan antara pendidikan agama dan pendidikan sains. Sebanyak 48,4% guru kimia dan 54,3% dari guru yang memilih pandangan integrasi berpendapat bahwa mengajarkan kimia terintegrasi nilai-nilai Islam merupakan tanggungjawab guru kimia dan guru agama Islam, dan sebanyak 80,6% guru kimia dan 66,7% guru yang memilih pandangan integrasi menyarankan agar materi kimia diajarkan dengan orientasi sains-Islam. Data ini masih berhubungan dengan data yang dibahas sebelumnya bahwa mayoritas guru belum memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia, sehingga para guru menginginkan tanggungjawab integrasi Islam dan kimia dibebankan tidak hanya kepada guru kimia namun juga kepada guru PAI. Hal ini ditujukan agar guru kimia dapat mengembangkan wawasan keislaman dan cara mengintegrasikannya dengan benar kepada guru PAI. Ini sesuai dengan penelitian Mansour (2008) bahwa dalam budaya dimana agama memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat terutama dalam hal ini Indonesia yang merupakan negara dengan mayorutas penduduk beragama Islam, pengembangan kurikulum sains harus dilakukan dalam kemitraan antara pendidik sains dan ilmuwan agama, terutama yang berkaitan dengan isu ilmiah sosial yang terkait dengan agama. Proses ini akan memberi 57 kesempatan untuk menantang keyakinan religius pribadi guru, untuk mengenalkan persepsi sikap religius yang sesuai, dan membiarkan pintu terbuka untuk pandangan yang berbeda dan pemahaman yang berbeda. Sebagai contoh penyampaian materi kimia dengan orientasi sainsIslam, Muslim et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Kimia melalu Metode Eksperimen Berbasis Bahan Seharihari Ditinjau dalam Perspektif Islam” memberikan contoh pembelajaran yang islami melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari dalam pembelajaran kimia. Kreativitas guru dituntut untuk terus berkreasi melakukan inovasi pendidikan terutama dalam pelaksanaan praktikum. Banyak guru yang tidak melaksanakan praktikum kimia dengan alasan ketidaktersediaannya peralatan laboratorium. Disini Islam mengajarkan kepada pengikutnya untuk tidak mempersulit proses pembelajaran dalam pelaksanaan praktikum kimia seperti yang dinyatakan dalam surat AlBaqarah: 185, An-Nisa’: 28, dan Al-Hajj: 78. Islam memberikan solusi seperti yang tertuang dalam surat Hud: 61, dengan memanfaatkan alam sekitar (peralatan sehari-hari) untuk praktikum kimia, sehingga tidak ada lagi alasan bagi para guru untuk tidak melaksanakan praktikum kimia. Bahkan berbagai penelitian relevan menunjukkan bahwa praktikum (eksperimen) berbasis bahan sehari-hari dapat meningkatkan aktivitas, minat, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran kimia. Muslim et al. (2014) juga memberikan contoh sintaksis pembelajaran kimia melalui metode eksperimen berbasis bahan sehari-hari ditinjau dalam perspektif Islam, yaitu: Pertama dengan mempelajari secara mendalam materi yang akan diajarkan, lalu mencari hubungan setiap konsep yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, setelah menemukan suatu fenomena, cobalah berrpikir bagaimana mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan sederhana. Ketiga, membuat langkah-langkah pengujian pembuktiannya. Keempat melakukan ujicoba sesuai dengan rancangan yang dibuat. Kelima, menuliskan rancangan dengan format urutan sederhana yang 58 terdiri dari: judul, tujuan percobaan, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja, tabel dasar, pertanyaan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Dalam penelitian Mansour (2008) disebutkan bahwa ada beberapa orang yang diwawancarai dalam penelitiannya mengatakan bahwa kurikulum sains saat ini mencerminkan monokultur, yaitu budaya Barat dan bukan budaya Arab mereka. Mereka mengatakan bahwa kurikulum difokuskan pada pengembangan sains oleh ilmuwan Barat, dan ini mungkin berdampak negatif terhadap identitas siswa dan sikap mereka terhadap pembelajaran sains atau mengambil karir di bidang sains. Dalam hal ini, Reiss dalam Mansour (2008) menyebutkan bahwa ketika sains diletakkan dalam konteks historis di sekolah, konteks itu sering bias, dengan karya ilmuwan kulit putih yang terlalu terwakili. Oleh karena itu, ada kebutuhan bagi pengembang kurikulum untuk memikirkan apa yang oleh Reiss disebut ilmu multikultural, di mana siswa bisa dibantu untuk melihat bahwa sains adalah kegiatan budaya, dan tidak dapat dihindari bahwa budaya yang berbeda akan menghasilkan ilmu yang berbeda. Dalam hal ini, Loo (2001) berpendapat bahwa pendidikan sains harus memperhatikan pengajaran pengetahuan ilmiah. Epistemologi sains tidak seobjektif seperti yang terlihat. Karena sains adalah cabang pengetahuan yang dihasilkan oleh manusia, penyelidikan ilmiah adalah proses humanistik yang tidak didirikan semata-mata berdasarkan landasan akal. Stanley & Brickhouse (2001) berpendapat bahwa sains kita adalah ilmu manusia, dan kenyataan itu - apapun yang kita dapatkan darinya - adalah artefak praktik konsensual dari komunitas manusia yang layak. Oleh karena itu, pendidikan guru harus mempersiapkan guru untuk memiliki pengetahuan ilmiah dan religius, sehingga mereka dapat membantah masalah baik secara ilmiah maupun agama, berdasarkan bukti yang didukung. Dalam pemahaman kita tentang konsep kewarganegaraan global, perlu dipikirkan bagaimana sains dan agama dipresentasikan kepada murid-murid di kelas yang multikultural dalam hal agama (misalnya, Muslim, Kristen, dan lain-lain). Sains harus disampaikan 59 kepada semua siswa kita sebagai warganegara kita di masa depan. Dalam hal ini, saya sangat setuju dengan Loving & Foster (2000) bahwa guru sains saat ini dihadapkan pada tantangan menakutkan untuk memastikan literasi sains bagi semua siswa. Siswa harus keluar dari sekolah dengan pemahaman yang lebih baik tentang sifat sains dan bagaimana hasilnya. Memenuhi tantangan ini membutuhkan komprehensif sebagai sebuah disiplin. pemahaman sains yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru kimia tentang integrasi Islam dan kimia. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, mayoritas guru (91,9%) mendukung dan meyakini bahwa materi kimia dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman dan mayoritas guru (85,5%) meyakini bahwa wawasan keislaman yang mereka miliki berpengaruh terhadap cara mereka mengajar kimia di kelas. 2. Lebih dari setengah (61,3%) guru-guru mengatakan tidak yakin untuk memulai mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilai-nilai Islam dikarenakan sebagian besar dari mereka (82,3%) belum memiliki pengalaman mempelajari isu Islam-kimia. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Pemerintah khususnya Kemendikbud sebagai pengembang kurikulum harus harus diberi tahu bahwa kepercayaan religius guru bersifat variabel yang sangat efektif yang dapat memberi pengaruh positif atau negatif terhadap keseluruhan proses pendidikan. Hal itu juga menunjukkan bahwa kepercayaan religius guru dapat dianggap sebagai faktor positif dalam mengembangkan sikap posiif antar guru terhadap kimia dan pengajaran kimia. Oleh karena itu disarankan agar para pengambil keputusan, pengembang kurikulum dan pendidik sains harus melakukan refleksi dan diskusi yang matang mengenai pengembangan berbagai program studi. Ini akan bertindak sebagai sumber pengetahuan formal tentang hubungan antara Islam dan kimia dan juga akan melatih guru 60 61 bagaimana untuk memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan kimia. 2. Universitas-universitas terutama universitas Islam pada umumnya harus mengembangkan mata kuliah maupun mengadakan pelatihan yang mengajarkan integrasi Islam dan kimia sehingga dapat mencetak lulusanlulusan yang mampu mengajarkan materi kimia yang terintegrasi nilainilai Islam dengan lisan maupun tulisan. 3. Guru-guru kimia terutama yang beragama Islam harus proaktif dalam menambah pengetahuannya tentang isu-isu Islam dan kimia melalui training/pelatihan, media cetak maupun digital, dan diskusi bersama guru agama Islam memperkuat argumen saat mengaitkan materi kimia dan nilai-nilai keislaman agar penjelasan guru lebih mudah diterima siswa. 4. Penelitian selanjutnya harus melakukan validasi konstruk untuk instrumen yang diadaptasi agar instrumen lebih valid dan dapat diterima, dan harus mengumpulkan data guru yang berkaitan dengan semua komponen pada model PRB Mansour (2008) serta memperbanyak responden agar data lebih kaya dan argumen lebih kuat. Daftar Pustaka Ahmed, I. “Islamic Contributions to Modern Scientific Methods.” Kuliah disampaikan pada acara the tenth anniversary of the Centre for Faith and Science Exchange, 20 Maret, Boston: Islamic Society of Boston, 1999. Anas, Norazmi. The Integration of Knowledge in Islam: Concept and Challenges. Global Journal of Human-Social Science Research. 2013. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 1998. Asghar, Anila. Canadian and Pakistani Muslim teachers’ perceptions of evolutionary science and evolution education. Evolution: Education and Outreach. 6, 2013. Bausor, J. dan Poole, M. Science-and-Science in the Agreed Syllabuses: an investigation and some suggestions, British Journal of Religious Education. 25, 2002. Chang, Raymond. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga. 2005. Cobern, W. dan Loving, C. Investigation of Preservice Elementary Teachers’ Thinking about Science, Journal of Research in Science Teaching. 39, 2002. Djudin, Tomo. Menyisipkan Nilai-Nilai Agama dalam Pembelajaran Sains: Upaya Alternatif Memagari Aqidah Siswa, Jurnal Khatulistiwa. 1, 2011. Drever, James. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. 1988. Esbenshade Jr, Donald H. Student perceptions about science & religion. The American Biology Teacher. 1993. Fatonah, Siti. Intergrasi Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Pembelajaran (Studi Kasus Pembelajaran Kimia di SMA Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta). 2009. Fauzi, Ahmad. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. 1997. Fitrianasari, Hanik. Persepsi Guru terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Sesuai Latar Pendidikan di Kabupaten Blitar. Jurnal Pendidikan Khusus. 2015. 62 63 Hefner, P. How Science Is a Resource and a Challenge for Religion: perspective of a theologian, Zygon. 37, 2002. Hokayem, Hayat, and Saouma BouJaoude. College students' perceptions of the theory of evolution. Journal of Research in Science teaching. 45, 2008. Jackson, D., et al., Hearts and Minds in the Science Classroom: the education of a confirmed evolutionist, Journal of Research in Science Teaching. 32, 1995. Katz, S.H. Questions for a Millennium: religion and science from the perspective of a scientist, Zygon. 37, 2002. Khalijah., et al., Teachers’ Concerns, Perception and Acceptance toward Tauhidic Science Education. 4, 2011. Loo, S. Islam, Science and Science Education: conflict or concord?. Studies in Science Education. 36, 2001. Loving, C. & Foster, A. The Religion-in-the-science-classroom Issue: seeking graduate student conceptual change, Science Education, 84, 2000. Lutfi, Ikhwan., et al., Psikologi Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2009. M. Echols, Jhon., dan Sadily, Hasan. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. 1995. Maman Kh, Pola Berpikir Sains: Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam. Bogor: QMM Publishing. 2012. Mansour, Nasser. Religious beliefs: A hidden variable in the performance of science teachers in the classroom. European Educational Research Journal. 7, 2008a. Mansour, N. The Experiences and Personal Religious Beliefs of Egyptian Science Teachers as a Framework for Understanding the Shaping and Reshaping of their Beliefs and Practices about Science‐Technology‐Society (STS). International Journal of Science Education. 30, 2008b. Mansour, Nasser. Science teachers’ interpretations of Islamic culture related to science education versus the Islamic epistemology and ontology of science. Cultural studies of science education. 5, 2010. Mansour, Nasser. Science teachers' views of science and religion vs. the Islamic perspective: Conflicting or compatible?. Science Education. 95, 2011. 64 Mansour, Nasser. Science Teachers’Views and Stereotypes of Religion, Scientists and Scientific Research: A call for scientist–science teacher partnerships to promote inquiry-based learning. International Journal of Science Education. 37, 2015. Muslim, Buchori., et al., Pembelajaran kimia melalui metode eksperimen berbasis lingkungan alam sekitar ditinjau dalam perspektif islam. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society. 1, 2014. Muslim, Buchori. “Kimia dalam Perspektif Islam.” Makalah disampaikan pada Proceeding Seminar & Bedah Buku “Islam Dan Sains Upaya Pengintegrasian Islam Dan Sains Di Indonesia”, Jakarta: UIN Jakarta, 2016. Muslim, Buchori. Kimia Dasar Islami Jilid 1. Belum diterbitkan. 2017. Mutmainah, Nina. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1999. Nyhof-Young, J. Education for the Heart and Mind: feminist pedagogy and the religion and science curriculum, Zygon. 35, 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008. http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id= 2164&filename=PP%2074%20Tahun%202008.pdf Poole, M. … for more and better religious education. Science & Education, 5, 1996. Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006. Sabri, Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangannya. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya. 1993. Saputro, A. N. C. Pengintegrasian nilai-nilai relegius dalam buku pelajaran kimia sma/ma sebagai metode alternatif membentuk karakter insan mulia pada siswa. Prosiding Seminar Biologi. 8, 2011. Sarwono, Wirawan, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. 1986. Stanley, W. dan Brickhouse, N. Teaching Sciences: the multicultural question revisited, Science Education, 85. 2001. 65 Stolberg, T. The Religio-scientific Frameworks of Pre-service Primary Teachers: an analysis of their influence on their teaching of science, International Journal of Science Education. 29, 2007. Sudrajat, Ajat, dan Putri Lynna A, Luthan. Pengembangan Buku Ajar Kimia SMA/MA Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter Siswa. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan. 21, 2015. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008. Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. Trianto,. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta : Bumi Aksara. 2010. Turgut, Halil. Pre-Service Science Teachers' Perceptions about Relationship between Religion and Science in the Context of Their Worldviews. International Online Journal of Educational Sciences. 8, 2016. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. http://pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf Wood, Julia. Communication in Our Lives. Belmont: Wadsworth Publishing. 1997. Company. Yahya, I. “Integration of Religion and Science in the Indonesian State Islamic Universities.” Makalah disampaikan pada Science and Religion: Global Perspectives program, 4-8 June, Philadelphia : Metanexus Institute, 2005. Zain, Saidi, et al. Development Of Integrated Science Textbooks By Applying The Enrich Tool. Journal of Education and Social Sciences. 2016. Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi 66 Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi 67 Lampiran 2. Surat Permohonan Validasi 68 Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen 69 Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen 70 Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen 71 Lampiran 4. Instrumen Penelitian 72 1. Bagaimana pandangan Anda mengenai hubungan Islam dan kimia? a. Bertentangan b. Independen, tidak berkaitan satu sama lain c. Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam d. Integrasi, saling mendukung satu sama lain e. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:___________________________________________________ _________________________________________________________ ________________________________________________ 2. Siapa yang menurut Anda yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan Islam? a. Guru kimia b. Guru Agama Islam c. Keduanya d. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 3. Apakah wawasan keislaman Anda mempengaruhi cara Anda mengajar kimia? Bagaimana? a. Ya b. Tidak Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 4. Kapan kiranya Anda bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? a. Jika siswa meminta b. Jika terdapat di buku teks c. Jika ada topik yang mendukung d. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 5. Apakah Anda merasa yakin saat Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? a. Yakin b. Tidak yakin Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 6. Bagaimana cara Anda mengajarkan materi yang mengandung isu Islamkimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? a. Dengan orientasi saintifik b. Dengan orientasi Islam 73 c. Dengan orientasi sains-Islam d. Lainnya:_______________________________________________ Alasan:______________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 7. Pernahkah Anda pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya? Jika iya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel yang Anda ikuti dan Anda baca tersebut! a. Ya b. Tidak Rincian:_____________________________________________________ ____________________________________________________________ ___________________________________________________ 74 Lampiran 5. Olahan Data Mentah 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Dialog, kimia disesuaikan dengan ajaran Islam Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Karena apa yg kita ajarkan sdh tercantum dan nyata tertulis di alqur'an fenomena sains dalam alquran Ilmu kimia sesuai dengan ajaran islam Kimia merupakan ayat-ayat kauniyah alam adalah ayat Tuhan Independen, tidak berkaitan satu sama lain Agama berasal dari iman, tanpa perlu membuktikan. Pertanyaan dan mempertanyakan bisa dan diperbolehkan. Tapi berangkat dari kepercayaan. Sains berasal dari ketidakpercayaan. Mempertanyakan adalah suatu keharusan. Kebaruan itu niscaya. Perubahan itu biasa saja dan diterima untuk menghapus keadaan lama jika yang lama dapat dibuktikan salah. Agama dan sains dapat bertemu di tengah, dapat pula tidak. Dan tidak saling meniadakan. agama tidak perlu pembuktian Integrasi, saling mendukung satu sama lain Semua yg ada di alam merupakan ayat-ayat Tuhan alam adalah ayat Tuhan Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alam adalah ciptaan Alloh sehingga semua hukum alam sesuai dengan ajaran agama alam ciptaan Allah Integrasi, saling mendukung satu sama lain Ada kesesuaian...keteraturan..dengan ciptaan Tuhan. alam ciptaan Allah Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alquran merupakan dasar penemuan penemuan di biding kimia alquran sebagai dasar sains Integrasi, saling mendukung satu sama lain Karena sumber segala Ilmu adalah Al Quran alquran sebagai dasar sains Independen, tidak berkaitan satu sama lain 75 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alasan Bapak/Ibu Kimia bisa menjelaskan Al Qur'an Dalam menyampaikan konsep kimia kadang lebih mudah dijelaskan dengan ayat ayat Alquran seperti konsep ikatan kimia, konsep atom, kesetimbangan dll. Demikian juga sebaliknya! Islam terintegrasi dalam ilmu kimia sebagai anugrah dari Allah SWT untuk dipergunakan sebijak mungkin agar bermanfaat bg umat Karena dalam Al-Qur’an terdapat kandungan yang merujuk pada fenomena-fenomena alamiah yang dapat dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini juga telah menarik perhatian manusia secara tidak langsung untuk mempelajari berbagai elemen dan reaksi kimiawi yang ada di dalamnya, di antaranya yaitu ayat-ayat yang berhubungan dengan kejadian manusia Fenomena dialam ada tersirat dalam alqur'an...Al quran kunci dari semua ilmu yg ada di dunia ini... Reduksi Data alquran sebagai dasar sains alquran sebagai dasar sains anugerah untuk bermanfaat fenomena sains dalam alquran fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Bsnyak konsep/ teori tlh dijelaskan dlm Alquran fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Banyak ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang kimia fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Banyak hal dalam kimia yang sudah tercantum dalam Al-Qur'an. fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain seperti isotop besi Fe-57 yg paling banyak di alam saya hubungkan dg surat ke 57 di Al-quran ( alHadid : besi ) dan lainnya Salah satu contoh:Dalam al quran ada surat Al hadid(besi),dijelaskan tentang sifat logam besi fenomena sains dalam alquran fenomena sains dalam alquran 76 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Karena setiap hukum atau teori kimia sebenrnya ada dalam alquran fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Sesuai dg kaidah islam, dan terimplisit dalam al quran fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Kimia adalah ilmu alam yang kesemuanya bersumber dari alquran. fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain kimia adalah ilmu yg mikroskopik,, sesuai yg tercantum dlm Al Qur'an fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Banyak teori-teori kimia yang sebenarnya ada dalam Al-Qur'an fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Tidak ada temuan kimia yang bertentangan dengan Alqur'an bahkan justru membenarkan ayat dalaM ALQUR'AN fenomena sains dalam alquran Integrasi, saling mendukung satu sama lain Islam bisa menjelaskan fenomena kimia fenomena sains dalam Islam Integrasi, saling mendukung satu sama lain Banyak konsep kimia yang didasari hukum Islam fenomena sains dalam Islam Integrasi, saling mendukung satu sama lain Banyak prinsip2 ilmu kimia yg sesuai dengan prinsip agama islam fenomena sains dalam Islam Integrasi, saling mendukung satu sama lain Dalam ilmu kimia banyak sekali fenomena alam yang sangat mnarik dan beragam sesuai dengan ajaran islam bahwa sesungguhnya ilmu Allah itu tidak brbatas. fenomena sains dalam Islam Integrasi, saling mendukung satu sama lain Kimia jg dipelajari dlm islam fenomena sains dalam Islam Integrasi, saling mendukung satu sama lain Menunjukkan kebesaran Tuhan kebesaran Allah 77 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alasan Bapak/Ibu Ilmu kimia dpt menambah keyakinan kt betapa Maha Besar Allah SWT. Contoh: seandainya air tdk memiliki ikatan hidrogen maka air tdk berbentuk cair tp gas .... kt tak bisa minum... mandi menggunakan air. Allah maha besar Ilmu kimia merupakan ilmu yang sangat membantu kita mengungkap tabir rahasia alam... Dan semua itu setelah memahami ilmunya maka kita akan menyadari bahwa kebesaran dan kemahakuasaan Allah dapat kita syukuri...kita lebih dekat denganNya... Karena semua hal yg kita kaji ternyata telah di firmankan Allah dalam alqurannya mempelajari kimia adalah tentang materi dan perubanhannya sebagai tanda-tanda kekuasaan Allohu swt. Ajaran islam dapat menjabarkan sifat keilmuan yg ada dalam kimia dari segi sunnatullah dan kebesaran Allah subhanahuwataala Fenomena kimia mengenalkan manusia dengan penciptanya Mempelajari kimia sama dg mempelajari ayat kauniyah. Saat belajar kimia bisa dimasuki tuntunan2 islam yg sesuai Dalam setiap materi kimia dapat dikaitkan dengan kehidupan beragama Islam Ilmu kimia berkaitan dengan kehidupan sehari hari dan Islam mengatur segala hal, termasuk kimia pun ada dlm Al-Quran. Kaidah kaidah kimia sesuai dng ajaran Islam, konsep Energi mengalir dari suhu tinggi ke rendah, sesuai dng zakat/sedekah, Reduksi Data kebesaran Allah kebesaran Allah kebesaran Allah kebesaran Allah mengenal pencipta sains adalah ayat Tuhan sains berkaitan dengan kehidupan beragama sains berkaitan dengan kehidupan beragama sains berkaitan dengan kehidupan beragama 78 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Orbital pada atom sama dengan tata Surya dsb Integrasi, saling mendukung satu sama lain Karena ketika kita mempelajari ilmu tanpa kekuatan agama, ilmu bisa disalahgunakan, sebagai contoh pembuatan bom sains berkaitan dengan kehidupan beragama Integrasi, saling mendukung satu sama lain Proses kimia erat kaitannya dengan sang Pencipta. sains berkaitan dengan Tuhan Integrasi, saling mendukung satu sama lain banyak ilmu kimia yang sangat berkaitan dengan Islam sains berkaitan dengan Tuhan Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain hubungan islam dengan kimia sangatlah bagus karena harus ada hubungannya agar kita tdk hanya belajar ilmu alam ilmu agama juga bukan hanya kimia ilmu lainnya juga harus di kaitkan dgn agama Materi kimia berhubungan dengan kehidupan dan islam merupakan ajaran yang menuntun tentang kehidupan Hampir semua materi kimia bisa dikaitkan dengan agama islam sains berkaitan dengan Tuhan sains berkaitan dengan Tuhan sains berkaitan dengan Tuhan 79 1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai hubungan Islam dan kimia? Integrasi, saling mendukung satu sama lain Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Integrasi, saling mendukung satu sama lain Sangat kuat kaitannya Karena yg ada diKimia adalah kehidupan nyata dlm Islam, Aplikasi ciptaan Allah alam ciptaan Allah 80 2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan islam? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Guru Agama Islam Untuk membuktikan bahwa tidak ada pertentangan antara Agama Islam dan Kimia. Guru apa saja yang mampu memberi penjelasan Karena Ilmu Kimia juga mencatut ilmu yg lain Guru kimia karena sambil mengajar kimia kita juga perlu komunikasi dgn guru agama mengenai suatu materi yang belum kita ketahui dgn agama misalnya atom.ayat apa yang terdapat di dalamnya dan aplikasinya bagaimana guru kimia berkomunikasi dengan guru PAI Guru kimia guru kimia jg org islam Guru kimia juga beragama islam Guru kimia Guru kimia Yang paling paham hubungan keduanya adalah guru mata pelajaran Karena guru kimia yang paling kompeten, tapi tidak menampik jika guru agama pun mengajarkan kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham Guru kimia Guru kimia islam dan kimia tidk bertentangan Guru kimia yang lebih spesifik untuk mengaitkan ilmu kimia dengan islam Guru kimia yang faham kimia, Tinggal menyertakan ayat-ayatnya yg tahu tentang kimia adalah guru kimia. guru kimia harus mengaitkan ilmu yg diajarkannya dg ajaran islam. guru kimia bisa belajar tentang islam, krn belajar tentang islam adalah kewajiban semua umat islam. tp guru agama tdk bisa belajar kimia tanpa bantuan institusi pendidikan kimia Yang mengerti kimia adalah guru kimia guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham 81 2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan islam? Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia Guru kimia yang berintegrasi dengan guru pendidikan agama islam Keduanya Alasan Bapak/Ibu Guru kimia lebih tahu cara mnghubungkan dalil2 yg sesuai dengan materi Karena yg tahu kimia ya guru kimia, sehingga lebih baik kita mengajarkan kimia dikaitkan dg Islam agar siswa bisa bertambah pengetahuan ttg islam dan kimia Karena yang mampu menghubungkan adalah yang ahli di kedua bidang tersebut Karena guru kimia lebih tahu akan isi dan keterkaitan Karena guru Agam tidak menguasai konsep kimia, sehingga kemungkinan tidak tahu korelasinya Ilmu kimia spesifik sedangkan ilmu agama fardhu a'in Dalam kimia banyak berkaitan dengan alquran sesuai kompetensi masingmasing Reduksi Data guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru kimia yang paling paham guru PAI tidak dapat menghubungkan kimia Ilmu kimia lebih spesifik dari ilmu agama kimia berkaitan dengan alquran sesuai kompetensi - Guru kimia bertanya kaitan materinya dengan guru pendidikan agama islam, karena belum tentu guru agama islam dapat menjelaskan topik kimia yg akan disampaikan Karena kimia dan islam sangat berkaitan, tidak hanya guru kimia yang Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI 82 2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan islam? Keduanya Keduanya Alasan Bapak/Ibu mengajarkan kaitan kimia dan islam tetapi juga guru agama, sehingga siswa menjadi yakin. Membuat peserta didik lebih memahami,kalo guru agama menerangkan secara umum,guru kimia menjelaskan secara khusus Saling mendukung dan memberi penjelasan tentang hubungan keduanya akan lebih mudah dipahami siswa Keduanya Agar saling melengkapi Keduanya Saling menjelaskan Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Akan lebih saling mendukung bila keduanya saling menjelaskan dan menghubungkan Guru kimia dan guru agama dapat saling membantu menafsirkan ayat Alquran dan dikembangkan sesuai dengan materi Guru kimia menjelaskan dari sudut pandang sains dan guru agama mencari ayat2 Al Qur'an yg melandasi dasar sains Guru kimia dan guru agama islam hrs bersinergi... guru kimia dpt belajar dg guru agama uslam utk memahami ayat2 yg terkait dg fenomena kimia demikian sebaliknya. Karena guru agama tanpa memahami dasar ilmu kimia jika berhubungan dengan fenomena alam tidak mampu menjwab dengan tuntas.... Tai justru jika saling menyempurnakan maka akan di pahami alasan2 dalam agama... Kenapa dan kenapa dari segi sains atau kimia Reduksi Data Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI 83 2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan islam? Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Alasan Bapak/Ibu Guru kimia perlu mengaitkan kimia dengan islam dalam pembelajaran agar sifatnya lebih kontekstual dan transmisi nilai terjadi secara terus-menerus. Hal tersebut perlu dukungan dari guru agama agar materi pelajaran yang sangat dekat dengan kimia dikaitkan agar pembelajaran menjadi saintifik dan saling mendukung antar setiap mapel Karena penjelasan dari dua belah pihak akan lebih menguatkan guru kimia yg muslim wajib memperdalam keislamannya, guru agama islam wajb mengaitkan pembelajaran keislaman dengan kehidupan sehari-hari salah satunya pelajaran kimia Baik guru kimia maupun guru PAI harus bisa memadukan antara ilmu kimia sama ilmu agama Guru agama islam dan guru kimia hndaklah memiliki kompetensi keterkaitan kedua ilmu tsb Setiap guru harus punya wawasan luas serta mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan, agar pembelajaran lebih bermakna Siapapun yang memiliki keilmuan wajib untuk mengajarkanmya Integrasi hanya bisa diajarkan oleh siapapun yang paham keduanya. Keduanya Yang lebih memahami persoalan kedua orang tsb Keduanya Sdh jelas. Reduksi Data Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru kimia berintegrasi dengan guru PAI Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam' Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam' Guru PAI dan guru kimia harus bisa mengaitkan kimia dan islam' guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam guru paling paham yang dapat mengaitkan kimia dan islam other 84 2. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang bertanggung jawab dalam mengajarkan hubungan antara kimia dan islam? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Keduanya Semua guru berkewajiban membimbing siswa supaya mempunyai karakter yg handal semua guru wajib membimbing karakter siswa Keduanya Semua guru wajib menghub. materi dg agama semua guru wajib menghubungkan materi dengan agama Keduanya Spy tdk ada dualisme ilmu dunia dan ilmu akhirat supaya tidak ada dualisme Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Keduanya Semua umat islam tidak ada 3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar kimia? Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin Mungkin Tidak Umat islam hrs tau bawa semua ciptaan Allah di alam adalah berkaitan dengan kimia, dan harus di syukuri dengan mempelajarinya, dan tidak menyalah gunakan.. Dari pertanyaan no. 1 sudah dijawab tidak berkaitan. Alasan Bapak/Ibu Masih terus belajar Mengajar kimia tanpa memiliki wawasan keislaman,maka tidak akan balance,tidak akan ada kepekaan,kebijakan dlm memberikan pengajaran thd siswa Makin banyak belajar kimia makin berpikir tentang ciptaanNya - umat islam harus mengetahui bahwa semua ciptaan Allah berkaitan dengan kimia Reduksi Data 85 3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar kimia? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Sebagai guru kimia tidak hanya bertujuan siswa bisa kimia tetapi lebih ke pemahaman siswa sebagai mahluk ciptaan Allah dan kesadaran besarnya kekuasaan Allah sehingga mereka bisa bersyukur. Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan. Cara pandangnya yang hakiki yaitu Islam akan mempengaruhi pengajaran dan pendidikan kimia yang benar Pengetahuan tentang kimia yang ada dalam AlQuran sebisa mungkin disampaikan ke siswa Alquran erat sekali dengan kimia, Jelas karena setiap kita memahami materi kimia itu sesuai dengan yg ada dalam al-quran Sdh pasti dikaitkan dengan kebesaran Allah SWT. Karena kuat erat kaitannya dalam ilmu kimia ya, kimia hanya menjelaskan berdasarkan gejala yang terjadi, Alquran menjelaskan mengapa gejala itu bisa terjadi Karena antara ilmu dunia dan Al Quran saling berhubungan erat Selaku muslim kita akan berusaha mengajar sesuai orientasi islam agar siswa bersyukur bekal dari ajaran agama meyakinkan hubungan islam dan kimia cara pandang islami berpengaruh pada pengajaran kewajiban menyampaikan kimia dlam quran kimia berkaitan dengan islam/alquran kimia berkaitan dengan islam/alquran kimia berkaitan dengan islam/alquran kimia berkaitan dengan islam/alquran kimia berkaitan dengan islam/alquran kimia berkaitan dengan islam/alquran muslim harus menyesuaikan pengajaran dengan keislaman 86 3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar kimia? Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Alasan Bapak/Ibu Setiap sy mengajar pasti sy katkan dg kebesaran Allah SWT, misal ttg atom yg mengelilingi inti ... spt org sdg tawaf di ka'bah.... shg bisa disimpulkan bahwa semua benda terdiri dr atom dan semua bertawaf. Kalau tidak mengenal agama belajar kimia serasa kurang mendalam jika tidak didasari dg wawasan keislaman akan berhenti sebatas pelajaran biasa yg tidak bermakna Kalau kita mmpunyai pengetahuan yang cukup dalam Islam siswa lebih tertarik dan merasa lebih brmakna belajar kimia Karena dengan dengan melalukan pendekatan islam dan apa2 hukum dalam islam d tinjau dari aspek kimia.... Akan lebih mendekatkan dan lebih di senangi siswa setiap yang diajarkan dikaitkan dengan kekuasaan Alloh supaya kita tidak sombong , dan anak2 tidak mengeluh mengapa harus belajar kimia Sedapat mungkin anak2 tidak sekedar dapat ilmu dunia tapi akhiratnya juga krn hal itu yg bermanfaat dlm jangka panjang Saya tdk mungkin mengajarkan ilmu yg bertentangan dg islam. Dengan mengetahui ajaran agama Dan juga ilmu kimia maka kita bIsa lebih memahami kebenaran agama shg lebih meningkatkn iman kita yang bisa kita sampaikan juga ke anak didik kita Reduksi Data pembelajaran dikaitkan dengan kebesaran Allah pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi pembelajaran kurang bermakna tanpa integrasi pembelajaran lebih bermakna dengan integrasi pembelajaran menyenangkan dengan integrasi pembelajaran tanpa mengeluh bila ada integrasi pengajaran ilmu dunia dan akhirat tidak mengajari yang bertentangan wawasan islam dan kimia menunjang keimanan 87 3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar kimia? Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Alasan Bapak/Ibu Saya lebih menyadari kebesaran Allah setelah mengajar kimia Untuk mendidik anak yg berakhlak Untuk pendidikan karakter Degan memahami islam analogi bahkan fakta nyata bisa dikaitkan dalam pembelajaran Karena wawasan Keislaman yg luas tentu bisa menjelaskan keislaman secara luas Karena terkadang akan memberikan ilustrasi berdasarkan ajaran islam sejauh yg dapat dijelaskan Dah pasti...ilmu yg diajarkan sesuai dgn pemahamankita terhadap agama...semua hrs merujuk kpd rasa syukur pd Allah SWT Makin banyak wawasan ke islam an seseorang,maka ia pun bisa mengaitkan pembelajaran kimia dengan islam Pengetahuan agama yg baik sgt mendukung kemampuan mengaitkan ilmu kim dg kebesaran Allah Semakin dalam kita memahami islam maka semakin mudah untuk mengaitkan nya. Semakin banyak ilmu agama, semakin mudah mengaitkan dengan ilmu kinia Kadang dalam memberi analogi dalam pembelajaran berhubungan dengan agama. Semakin luas wawasan keislaman dan kimia, maka semakin yakin dengan kebenaran Islam Reduksi Data wawasan islam menunjang kesadaran akan kebesaran Allah saat mengajar wawasan islam menunjang pendidikan akhlak wawasan islam menunjang pendidikan karakter wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia 88 3. Apakah wawasan keislaman Bapak/Ibu mempengaruhi cara Bapak/Ibu mengajar kimia? Ya Ya Ya Alasan Bapak/Ibu semakin luas wawasan maka cara mengajar semakin baik Sangat jelas karena dg pemahaman ttg islam yang luas akan mempengaruhi cara kita mengajar kimia dg tetap nemasukkan nilai2 keislaman Karena berwawasan guru mudah mengkorelasikan materi kimia dan Islam Reduksi Data wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia Ya Ya Ya sy mengajarkan menurut islam Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya iya..semakin tahu tentang ayat yang berhubungan dgn kimia kita bisa mengaplikasikan dlam kehidupan sehari-hari dengan baik 4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? Alasan Bapak/Ibu Disetiap awal pljrn Jika ada bagian sejarah kimia yang menyebut tentang ilmuwan muslim. Tidak perlu. wawasan islam yang luas mempermudah mengaitkan islam dan kimia Reduksi Data 89 4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Alasan Bapak/Ibu Topik yang menarik dan jika kls yg dimasuki kelas homogen...islam Sebenarnya jawaban lebih dari 1 krn sewaktu2 kita bisa mengajarkan hubungannya, entah krn topiknya sesuai atau krn siswa yg minta Ya karena ada keterbtasan saya memahami islam nya banyak topik kimia yang berhubungan dengan ayat ayat atau tanda tanda kebesaran Alloh swt. contoh sederhana kata kimia berasal dari bhs arab yang notanen bahasa alqur,an dan islam. Setiap materi saya coba untuk mengajarkan anak akhlak dan budi pekerti serta kebesaran Tuhan. Tidak bisa dipaksakan, ketika ada topik yang sesuai dengan pemahaman saya maka itu bisa dikaitkan. Ya jika ada topik yg mendukung pasti akan sy kaitkan dg kebesaran Allah SWT Jika ada topik yang bisa dihubungkan dengan Agama Islam dan saya mengetahui dan memahaminya. Di sesuaikan dg bahasan Setiap ada topik yg berhubungan dng ajaran Islam langsung di hubungkan karena memang ada beberapa topik kimia yang langsung berkaitan dengan ayat-ayat alquran Jika ada topik yang mendukung Sesuaikan dengan pokok bahasan Jika ada topik yang mendukung Menyesuaikan dengan topik yang mendukung Reduksi Data 2 alasan 2 alasan ada keterbatasan memahami islam banyak topik kimia yang berhubungan dengan islam materi dikaitkan dengan pengajaran akhlak materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai 90 4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? Alasan Bapak/Ibu Jika ada topik yang mendukung Disesuaikan Jika ada topik yang mendukung Ya Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Jika ada topik yang mendukung Reduksi Data materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai materi kimia dikaitkan dengan islam jika ada topik sesuai Ada hubungannya other Pada materi atom contohnya. other karena pemahaman anak didik bervariasi sehingga cara yg tepat dan aman dari segi konsep kimianya yaa dg cara seperti pilihan diatas Dengan topik yang mendukung lebih memperkuat dalam mengajar Supaya tidal ngaco penjelasannya Sebenarnya semua topik mendukung apalagi dalam K 13 di KI 1 sdh ada. Karena tdk semua materi kimia yg dapat dikaitkan secara langsung dg Islam Tdk selalu bisa dipaksakan untuk mengaitkan setiap materi dg islam, tp kalau secara umum memang selalu terkait, tp kita kan tdk perlu selalu mengaitkan kalau sifatnya umum, selalu dlm alasan yg sama Karena tidak semua topik kita punya referensi yang tepat.. Karena biasanya topik yg pas membantu lebih mudah dalam memberikan pembahasan wawasan keislaman Karena waktu tidak cukup maka hanya dikaitkan jika sampai pada topik yang berkaitan langsung pemahaman siswa berbeda penjelasan lebih kuat jika topik sesuai penjelasan tidak kacau jika topik sesuai semua topik mendukung dr ki 1 tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam tidak semua materi kimia dapat dikaitkan dengan islam topik yang cocok mempermudah penjelasan waktu tidak cukup jika semua materi kimia dikaitkan dengan islam 91 4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Jika ada topik mendukung Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data yang yang yang yang yang yang - yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang yang Jika ada topik yang mendukung dan juga ada pada buku teks Jika terdapat di buku teks Kadang kita teringat ketika ada topik yang mendukung dan ada pada teks. Siswa bisa membaca buku berulang ulang yg bisa menyentuh ke perasaan dan dikaitkan jika ada topik sesuai 92 4. Kapan kiranya Bapak/Ibu bisa mulai mengajarkan hubungan Islam dan kimia? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data pikiran kapan saja kapan saja Kapan saja tidak menentu dari mana saja saya bisa masuk Kemampuan unt menghubungkan islam dan kimia sgt ptg unt menambah motivasi anak2 Biasanya pada saat memberikan analogi agar materi kimia menjadi kontekstual atau pada saat materi yang mendukung. Sebanyak mungkin, sesering mungkin.. Setiap materi Setiap materi yang diajarkan Setiap mengajar Setiap Mengajar Kimia Tiap materi selalu berusaha dihubungkan Pada dasarnya kimia menjelaskan kebesaran Allaah Kita belajar karena Allah.. Karena menuntut ilmu dan mangajarkannya termasuk ibadah semua materi kimia dikaitkan dengan islam Semua termasuk kimia ada kaitannya dengan islam karena saya mengajar di sekola islam terpadu yang menggunakan ktsp berpadu dgn jsit yang menuntut para guru menyusun rpp yg didalamya ada ayat yang berhuhungan dgn materi kimia. tapi banyak materi yang saya ajarkan sebagian saya belum dapat materi yang berhubungan dengan kimia Sebaiknya disetiap topik pembelajaran,sbg wujud bersyukur thd Allah SWT bahwa setiap materi pwmbelajaran kimia memiliki manfaat utk khidupan mns,jk dipergunakan secara bijak semua materi kimia dikaitkan dengan islam kimia menjelasakan keberasan Allah semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar bernilai ibadah Setiap mengajar, karena integrasi AL AZHAR (ciri khas) Setiap saat integrasi sudah dicantumkan di kurikulum sekolah semua materi kimia dikaitkan dengan islam agar siswa bersyukur 93 5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau khawatir saat Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Alasan Bapak/Ibu Karena kita mengajarkan dari ilmu kimia, yang sedikit banyak sudah di kuasai oleh non muslim, tetapi sudah di deklarasikan Jika yang disampaikan salah barulah khawatir Saya justru khawatir jika materi dipaksakan Islami. Keteraturan struktur kemudian dibantah oleh ketidakpastian dalam mekanika kuantum. "Jadi Allah menciptakan keteraturan atau ketidakberaturan?" Kalau agama diyakini benar, tidak patut menjadi alasan untuk membuat sains menjadi salah. Tidak mematuhi metode ilmiah. sy yakin dan tdk khawatir Karena memang benar adanya dan terdapat dalam kitab suci AlQuran serta dalam sejarah cendekiawan muslim Krn antara teori kimia dan Kajiam Islam justru saling mendukung Mengajarkan isu kimia islam malah akan mengingatkan kembali hakikat siswa sbg manusia, sehingga semakin tertarik dg kimia Saya tidak khawatir Karena tdk ada yg perlu dikahawtirkan Islam adl bnr dan haq, tinggal bgmn manusia Reduksi Data ilmu kimia sudah dikuasai non muslim takut salah tidak ingin memaksakan pengaitan kimia dan islam tolak tolak tolak tolak tolak tolak tolak 94 5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau khawatir saat Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data mampu memahaminya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Karena itu adalah kebenaran yang nyata. Semuanya bisa sejalan Ada keyakinan bahwa islam itu benar, dan bahwa alam itu sunatullah, berjalan sesuai kehendak Allah yg maha benar, tdk berubah_ubah dan logis Justru bangga kalo bisa menghubungkan kimia dan islam Jangan khawatir dengan kebenaran islam tidak ragu dan khawatir karena memperjelas tandatanda kekuasaaan Alloh yang belum diketahui ooleh siswa Yakin karena segala sesuatu ada sisi negatif dan positif Keyakinan akan Islam menjadi hal yg ada dalam guru yang mengerti kimia dan islam Sebelum menyampaikan ke siswa, diskusi dahulu dengan yang lebih mengerti tentang islam, dan membaca banyak referensi Sesuai dengan fakta - tolak tolak tolak tolak tolak tolak tolak yakin jika ada ilmu yakin jika ada ilmu 95 5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau khawatir saat Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Karena siswa meyakini bahwa dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan adalah untuk kemaslahatan umat..namun ada pihak2 yg tdk brtanggung jawab menyalahgunakannya. Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Apa adanya saja Ya Ya Ya Ya Ya Karena memang sesuai dengan agama islan saya yakin, kimia saja dari bahasa arab, tentang penciptaan alam semesta, atom dan kesetimbangan alam pasti bersesuaian dengan alquran. jika alquran bertentangan dengan ilmu berarti alquran punya kelemahan dan itu artinya bukan wahyu. Tapi sampai sekarang tidak ada temuan ilmu yang bertentangan dengan alquran. Yakin bahwa ilmu kimia berhubungan dengan islam Sdh yakin ad hubungannya dengan penciptaan.. Yakin, karena pada dasarnya ilmu kimia telah tersirat dalam Al-Qur'an, ada pihak yang menyalahgunakan ada hubungan antara islam dan kimia ada hubungan antara islam dan kimia ada hubungan antara islam dan kimia ada hubungan antara islam dan kimia ilmu kimia ada dalam al quran 96 5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau khawatir saat Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data hanya perlu digali dan dikaji lebih dalam lg Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya, karena sebagian besar teori terdapat dlm Al Qur'an Dipengaruhi oleh wawasan keIslaman Alhamdulillah dengan bekal ajaran agama dari keluarga dan guru-guru saya terdahulu, saya bertambah yakin menyampaikan adanya hubungan kimia dan kebesaran Tuhan. Kadang ada rasa khawatir dlm mengajarkannya, krn tdk semua siswa sy beragama islam ... merasa yakin karena semua ada penjelasannya di Alqur'an, tetapi dalam level tertentu kita menjelaskan kepada anak didik dg bahasa anak yg mudah dimengerti ( itu pengalaman saya selama ini ) contoh kesetimbangan alam dalam hal ini 3 fase air (kok pertanyaan no 5 ambigu) tidak..saya yakin ayat Alquran tidak ada salahb Saya yakin dengan dalil di Alquran/agama siswa lebih mudah memahami dan meyakini teori atau konsep kimia. Khawatirnya cuma pada ketakutan munculnya miskonsepsi Takut tidak sesuai dg yang sebenatnya ilmu kimia ada dalam al quran karena ada wawasan islam karena ada wawasan islam karena agama siswa tidak homogen konsep kimia ada dalam al quran quran tidak mungkin salah siswa lebih paham kimia dengan dalil alquran takut miskonsepsi di kelas takut salah 97 5. Apakah Bapak/Ibu merasa yakin atau khawatir saat Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Alasan Bapak/Ibu Yakin jika kesesuai ini saya kuasai baik materi kimia maupun ayat2 al- quran atau haditsnya Reduksi Data yakin jika ada ilmu Yakin Karena Ada yang kimia Karena alquran Ya Ya Ya 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Dengan orientasi Islam Do alquran juga dibahas quran sudah membahas kaitan islam dan kimia Dengan orientasi sains-islam Biar konsep yg disampaikan bisa diterima secara saintifik tetapi sesuai dengan ajaran Islam agar bisa diterima sains dan islam 98 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Dengan orientasi sains-islam Ada keterkaitan antara sains dan islam,justru siswa hrs lebih memahami bahwa adanya penciptaan alam smt,atom,kes.alam hrs menambah keyakinan siswa thd islam agar menambah keyakinan siswa Dengan orientasi sains-islam untuk membiasakan pola berpikir anak didik agar tidak kaku (saklek) agar pola pikir siswa tidak kaku Dengan orientasi sains-islam Supaya lebih seimbang dan benar agar seimbang antara kimia dan islam Dengan orientasi sains-islam Dgn sains ank lbh cpt mengerti, dan akan menyadari kebesaran Allah agar siswa lebih mengerti Dengan orientasi sains-islam Keduanya dihubungkan spy siswa yg tdk bingungana yg bnr anta islam atau sains agar siswa tidak bingung Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Spt alasan ttg titik didih air yg memiliki ikatan hidrogen mengaitkan dan memberikan contoh tokoh tokoh sainstist islam seperti ibnu sina ibnu rusyid, ibnu khaldun dsb Selagi bisa kita mengaitkan dengan ajaran islam, maka akan diajarkan sesuai dengan orientasi islam Islam adalah agama yg lenkap dalam memberikan pelajaran bagi umatnya semua ada analisis dan kaitannya. baik secara ilmiah atau keislaman itu sendiri contoh contoh dikaitkan selagi bisa islam itu lengkap 99 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Dengan orientasi sains-islam Kita ajarkan teori kimianya lalu kita katakan di dalam al quran dijelaskan tentang atom kimia diajarkan terlebih dahulu lalu dikaitkan dengan quran Dengan orientasi sains-islam Lebih mudah disampaikan Lebih mudah disampaikan Dengan orientasi sains-islam Lebih mudah di pahami Lebih mudah disampaikan Dengan orientasi sains-islam murid lebih bisa nerima penjelasan murid lebih menerima Dengan orientasi sains-islam Sesuai dengan hand book Dan quran paduan handbook dan quran Dengan orientasi sains-islam Sains di hubungkan dengan keislaman, misalnya materi tentang atom yang dihubungkan denga ayat AlQuran yg terkait sains dihubungkan dengan islam Dengan orientasi sains-islam Jelas sain islam sehingga apa yg diteorikan para ilmuwan sesuai dg islam sains sesuai dengan islam Dengan orientasi sains-islam nyambung aja.. pengetahuan dan agama saling berhubungan.. kimia dan islam saling berhubungan Dengan orientasi sains-islam Karena saling mendukung satu sama lain kimia dan islam saling dukung 100 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Reduksi Data Dengan orientasi sains-islam Siswa diharapkan dapat selalu berorientasi dunia dan akhirat yg bisa disederhanakan sebagai sains dan Islam. siswa berorientasi dunia akhirat Dengan orientasi sains-islam Keduanya tidak bisa dipisahkan islam dan kimia tak bisa dipisahkan Dengan orientasi sains-islam Karena tidak dapat berdiri sendiri islam dan kimia tidak independen Dengan orientasi sains-islam Banyak temuan baru yang sebenarnya sudah dijelaskan 14 abad yang lalu di dalam alquran. dan sebaliknya banyak temuan baru yang justru memperkuat kebenaran ayat ayat dalam alquran temuan ilmiah kimia membenarkan ayat quran Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam 101 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Alasan Bapak/Ibu Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Dengan orientasi sains-islam Itu yang seharusnya Dengan orientasi saintifik Kalau saintifik berarti logis, kalo logis berarti islami, krn islam itu logis Reduksi Data Lebih baik Dengan orientasi sains-islam saintifik adalah ciri islami 102 6. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengajarkan materi yang mengandung isu islam-kimia (misalnya: sejarah kimia dan penciptaan alam semesta, atom, kesetimbangan alam)? Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Dengan orientasi saintifik Alasan Bapak/Ibu Isu islam dijadikan sebagai pendukung dan penegasan terhadap sains. Reduksi Data kimia dan islam saling dukung - Orientasi islam-sains Islam terlebih dahulu maka cara berfikir kimia menjadi benar dahulukan pola pikir islam sains ktsp karena disekolah masih menggunakan ktsp ikut aturan sekolah Sambil lalu... 7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya? Tidak Tidak Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu baca tersebut! Reduksi Data 103 7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya? Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu baca tersebut! Reduksi Data - saya hanya menggunakan beberapa reverensi buku, salah satunya yaitu buku ilmiah islam menuju iman blm pernah - buku 104 7. Pernahkah Bapak/Ibu mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya? Jika Bapak/Ibu pernah mengikuti workshop atau seminar atau membaca artikel yang mengulas integrasi Islam-kimia dan cara mengajarkannya, tolong berikan rincian mengenai workshop, seminar atau artikel yang Bapak/Ibu ikuti dan Bapak/Ibu baca tersebut! Reduksi Data Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Justru yg sy inginkan workshop, seminar, atau artikel kimia yg berkaitan dg islam, krn sepertinya untuk workshop atau seminar sy blm pernah mendengarnya.. request Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Dengan membaca buku-buku yg populer mengupas kajaian sains dan islam buku buku imtaq dari dkinas Workshop pengajaran kimia dengan imtaq buku buku workshop Ya Ya Ya Ya Cuma buku yang berhubungan dengan sains. Saya membaca artikel di media internet dan video melalui youtube dan disanalah berbagai fenomena alam bisa menunjukkan kebenaran Islam. buku internet Buku dan video karya harun yahya buku dan video kaitan imtaq dan iptek di era kurikulum 98 dan 2004 dalam silabus dicantumkan ayat alqur'an dan matri yang sesuai kurikulum dan silabus Ya Ya Ya Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 105 Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 106 Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 107 Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 108 Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 109 Lampiran 6. Lembar Uji Referensi 110