BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Di saat pekerja menerima peningkatan dan perubahan dari teknologi, maka pekerja pun akan juga menerima efek samping dari teknologi tersebut. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang menggunakan berproduksi secara teknologi maksimal tinggi, sehingga diharapkan dapat industri dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemilihan teknologi dalam bidang produksi dimaksudkan untuk menggantikan posisi manusia dari faktor utama kegiatan produksi menjadi pengendali kegiatan produksi. Ini terjadi karena keterbatasan yang dimiliki manusia sebagai tenaga kerja misalnya kecepatan, tenaga, dan lain-lain. Namun perubahan posisi ini tidak bisa mengabaikan orientasi perubahan untuk mengelola sumber daya manusianya, karena manusia merupakan human centered dalam kegiatan produksi (Anizar, 2012). Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygiene industri karena kebisingan dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan seperti gangguan pendengaran, tuli dan menurunnya produktivitas pekerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya yaitu kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara permanen. Selain itu, kebisingan yang terus menerus juga dapat menurunkan konsentrasi pekerja dan mengakibatkan stres sehingga kecelakaan karena kerja dapat terjadi. Kerusakan kesehatan yang diakibatkan harus sangat diperhatikan mengingat kerusakan yang terjadi akibat kebisingan yaitu ireversibel atau tidak dapat disembuhkan (Anizar, 2012). Menurut Anizar (2012) sumber suara dapat ditimbulkan dari beberapa hal. Pada saat berbisik ialah 20 dBA, kantor yang tenang 50 dBA, percakapan normal 60 dBA, kantor yang bising 80 dBA, gergaji mesin 90 dBA, mesin gerinda 100 dBA, truk yang lewat 100 dBA, dan pesawat jet 150 dBA. Bising merupakan suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendegaran), berkaitan dengan faktor frekuensi, durasi, dan pola waktu. menurut WHO, bising dikategorikan sebagai salah satu jenis polutan. Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat menyebabkan rusaknya reseptor (sistem saraf) pendengaran pada telinga dalam (Tumewu dkk, 2014). Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan yaitu kerusakan pada indra pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif, sehingga demikian telah diketahui dan diterima umum untuk berabad-abad lamanya. Dengan kemampuan upaya hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), akibat buruk kebisingan pada alat pendengar boleh dikatakan 2 dapat dicegah asalkan program konservasi pendengaran (hearing conservation program) dilaksanakan sebaik-baiknya (Suma’mur, 2009). Menurut hasil penelitian Atang Kusman, dkk (2013) di pekerja pengilingan beras Desa Situmekar Kabupaten Sumedang, menunjukkan terdapat 40 pekerja. Intensitas kebisingan didapatkan bahwa ada sebanyak 29 pekerja (72,5%) terpajan dengan intensitas kebisingan > 85 dB dan 11 pekerja (27,5%) terpajan dengan intensitas kebisingan ≤ 85 dB. Setelah di lakukan pengukuran diperoleh ada 20 pekerja (68,9%) dari 29 pekerja dengan intensitas kebisingan > 85 dB mengalami gangguan pendengaran dan sebagian pekerja dengan tingkat pajanan ≤ 85 dB juga mengalami gangguan pendengaran. Penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri merupakan usaha dagang yang proses produksinya melalui dua proses produksi, yaitu bagian BM (Bongkar Muat), dan bagian penggergajian. Pada bagian produksi menggunakan mesin gergaji atau mesin senso, mesin disel, dan mesin uap. Bagian produksi yang potensial menimbulkan kebisingan di penggergajian kayu Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri adalah di bagian penggergajian kayu karena di bagian penggergajian merupakan bagian yang menangani proses penggergajian kayu gelondong menjadi kayu balken (kayu yang sudah jadi ukuran tersendiri). Jenis Kebisingan pada penggergajian kayu Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri merupakan kebisingan implusif berulang karena terjadi berulang-ulang dan menggunakan mesin potong. 3 Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di pengerggajian kayu Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri berdasarkan hasil pengamatan di bagian penggergajian, pada proses produksi terdapat tiga mesin gergaji yang menimbulkan suara bising dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA. Sumber bising yang dihasilkan tersebut yaitu dari mesin-mesin senso gergaji pada saat pengolahannya. Sedangkan hasil wawancara dengan 15 tenaga kerja di bagian penggergajian dengan menggunakan kuisioner yang telah dibuat, tenaga kerja merasakan keluhan seperti susah mendengar orang lain, gangguan berkomunikasi antar pekerja lain, dan telinga terasa berdengung. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai “hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan survey awal maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui adanya hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. 4 2. Tujuan khusus a. Untuk mengukur tingkat kebisingan pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. b. Untuk mengetahui penggergajian kayu gangguan di pendengaran Kecamatan pada Purwantoro pekerja Kabupaten Wonogiri. c. Untuk menganalisis hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada : 1. Bagi Perusahaan a. Memberikan masukan bagi perusahaan mengenai hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. b. Dengan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dalam melakukan tindakan korelatif dalam upaya pencegahan dan pengendalian terjadinya kecelakaan akibat kerja. 2. Bagi Mahasiswa Memberikan pengetahuan dan pengalaman di bidang keselamatan dan kesehatan kerja khusunya masalah kebisingan dengan gangguan 5 pendengaran pada pekerja penggergajian kayu di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. 3. Bagi Program Studi a. Menambah referensi untuk mengembangkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja. b. Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan belajar mengajar dan pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai referensi dan data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran. 6