perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian mengenai efek K-Pop terhadap pembentukan identitas diri di kalangan penggemar K-Pop di Solo, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pembentukan Identitas Pribadi (I) Penggemar K-Pop di Solo Pada poin pembentukan identitas pribadi (I) ditemukan berbagai macam alasan menyukai K-Pop yaitu, musik, fisik, style dan fashion, kepribadian, proses training, konsep dan video klip. Lamanya narasumber menjadi penggemar K-Pop tidak berpengaruh kepada alasan menyukai K-Pop. Dari alasan menyukai K-Pop tersebut, penggemar membentuk identitas pribadinya. Mereka meniru idola dalam berperilaku dan berpenampilan, mengikuti style dan fashion, belajar bahasa Korea, meniru tarian, menyukai makanan Korea, hingga menjadikan idola K-Pop sebagai inspirasi dan motivasi. Selain itu penggemar K-Pop juga menjadi konsumen benda-benda memorabilia idola. Setelah melakukan adopsi, penggemar merasakan perubahan pada diri secara pribadi, mereka merasa lebih stylish, menjadi rajin menabung, berubahnya selera musik, menambah lingkup pertemanan hingga mempunyai khayalan tentang idolanya. 176 perpustakaan.uns.ac.id 2. 177 digilib.uns.ac.id Pembentukan Identitas Kelompok (Me) di Kalangan Penggemar K-Pop di Solo Dalam poin pembentukan identitas kelompok atau Me, penggemar K-Pop di Solo melakukan berbagai kegiatan dengan fandom K-Pop seperti gathering, flash mob, kompetisi menyanyi dan menari K-Pop. Kegiatan fandom dilakukan di tempat umum seperti restoran agar masyarakat juga mengetahui keberadaan mereka. Selain itu penggemar K-Pop juga menyaksikan konser K-Pop yang diadakan di Indonesia. Dalam kegiatan yang dilakukan oleh fandom K-Pop seperti gathering dan flash mob, terdapat aturan yang diterapkan seperti penggunaan dress code sesuai warna idola K-Pop atau menggunakan pakaian yang bergaya Korea Selatan, dimana peserta kegiatan dianjurkan untuk memakainya. Saat menyaksikan konser pun terdapat patokan atau aturan yang diikuti oleh penggemar, seperti penggunaan dress code, membawa lightstick dan banner, serta menghapalkan fanchant. Hal ini dilakukan sebagai wujud dukungan penggemar terhadap idolanya yang saat itu sedang tampil. 3. Pergeseran antara Identitas Pribadi (I) dan Identitas Kelompok (Me) Ketika proses pembentukan identitas pribadi (I) dan identitas kelompok (Me) berlangsung, terdapat pergeseran-pergeseran yang timbul. Di dalam fandom dengan segala macam aturan yang diberlakukan, ternyata menimbulkan rasa kurang nyaman bagi beberapa penggemar K-Pop. Dengan aturan seperti penggunaan dress code, penggemar ini merasa kehilangan jati dirinya. Mereka menolak untuk mengikuti aturan tersebut. Namun mereka tetap menjadi perpustakaan.uns.ac.id 178 digilib.uns.ac.id penggemar K-Pop dengan selalu memberikan dukungan seperti membeli album, mengikuti berita-berita idola K-Pop, mengikuti gathering dan tetap menyaksikan konser yang berlangsung, hanya saja mereka tidak menggunakan dress code seperti yang ditentukan. Dan hal itu tidak membuat mereka disingkirkan dari fandom. Namun bagi sebagian besar penggemar K-Pop, mengikuti aturan yang berlaku dengan selalu menggunakan dress code saat gathering dan konser, membawa lightstick dan banner saat konser merupakan kebanggaan tersendiri. Selain merasa mampu memberikan dukungan terhadap idolanya, mereka beranggapan dengan melakukan hal tersebut dapat menunjukkan kepada lingkungan siapa diri mereka. Bagi penggemar fanatik K-Pop ini, menunjukkan eksistensi melalui atribut yang dikenakan kepada lingkungan adalah sebuah kebutuhan. Mereka yang telah sepenuhnya menjadi penggemar K-Pop berusaha menyebar luaskan demam K-Pop kepada keluarga, teman dan lingkungan di sekitarnya. Tak jarang hal tersebut membawa dampak negatif kepada mereka. Terkadang penggemar K-Pop harus menomor duakan aktifitas sehari-hari demi kegiatan K-Pop. Selain itu, pandangan negatif juga banyak mereka terima. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan mereka untuk tetap menjadi penggemar KPop dan terus menyebar luaskan virus pop Korea Selatan kepada lingkungan. Namun dilihat dari hasil penelitian, identitas kelompok ( Me) akan lebih kuat dan mengikat ketika mereka berkumpul bersama di dalam fandom. Saat berada di luar fandom, identitas kelompok yang mereka pertahankan lebih rapuh. perpustakaan.uns.ac.id 179 digilib.uns.ac.id Mereka akan lebih mudah berubah dan kembali pada identitas pribadi (I) ketika berada di luar fandom. Selain itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa apa yang dikatakan Joli Jensen mengenai fandom sebagai sebuah penyimpangan (pathology), dapat dibuktikan dengan segala tindakan yang dilakukan oleh penggemar dalam fandom K-Pop. Mereka melakukan kegiatan dengan segala nilai-nilai yang diterapkan, seperti mengenakan pakaian dan aksesori K-Pop, dan merasa bangga akan hal itu. Di mana hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh orang di luar fandom. B. Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini adalah: 1. Kegiatan sebagai penggemar K-Pop seperti meng-update berita terbaru mengenai idola dan menyaksikan acara-acara yang dibintangi idola, serta kegiatan fandom K-Pop seperti gathering dan menyaksikan konser cukup memakan waktu. Hal ini berdampak pada terganggunya aktifitas sehari-hari, seperti perkuliahan, bagi sebagian penggemar K-Pop. Cara menyiasatinya adalah dengan mengurangi intensitas berkegiatan dalam fandom atau, penggemar K-Pop dapat mengatur jadwal sehingga aktifitas mencari berita idola K-Pop, gathering maupun menyaksikan konser tidak sampai mengorbankan kegiatan utama. 2. Beberapa penggemar K-Pop mengaku suka mengkhayal memiliki hubungan khusus dengan idolanya, atau biasa disebut delusi. Delusi adalah proses dimana seseorang membuat hubungan khayalan yang dapat direka dan 180 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id direplikasi, pada tahap awal orang masih mampu menghadapi kebenaran mengenai diri mereka sendiri, hubungan dengan orang lain, perasaan, pikiran serta perilaku mereka.166 Penggemar K-Pop sering kali berkhayal mereka adalah pasangan idolanya, terkadang mereka menganggap memiliki hubungan saudara dengan sang idola. Hal ini perlu diwaspadai karena jika berlarut-larut akan berakibat negatif, seperti timbulnya kebingungan dalam membedakan khayalan dan kenyataan. 3. Slogan you are what your icon wear benar-benar diterapkan oleh penggemar K-Pop di Solo. Mereka berusaha untuk berdandan dan bergaya ala idola pop Korea Selatan. Hal ini baik karena dapat meningkatkan rasa percaya diri penggemar dan menjadikan mereka lebih stylish. Namun yang perlu diingat, jangan sampai apa yang penggemar kenakan menjadi bumerang bagi mereka, karena terlalu memaksakan diri menggunakan baju ala K-Pop yang ternyata kurang sesuai. Penggemar juga harus menyesuaikan pakaian yang dikenakan dengan adat istiadat setempat. 4. Kegiatan fandom yang bersifat positif seperti gathering, flash mob, serta kompetisi menyanyi dan menari dapat ditingkatkan intensitasnya. Selain dapat dijadikan ajang sosialisasi bagi sesama penggemar K-Pop, kegiatan tersebut dapat meningkatkan eksistensi fandom K-Pop serta dapat memberikan informasi mengenai K-Pop kepada lingkungan sekitar. Selain itu kegiatan yang bersifat positif seperti mempelajari bahasa Korea juga dapat menambah pengetahuan dan kualitas diri bagi penggemar K-Pop. 166 Averil Marie Doyle, 1995, Delusional Relationships. How They Are Formed, How They Falter and Fail, USA: Praeger Publisher, hal. xi