Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 29 Nomor 2 tahun 2011 PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN APRESIASI SENI TARI TRADISI LOKAL PADA GURU DI SEKOLAH DASAR Wahira Prodi PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar Abstracts. The aims of this development are (1) to describe the art of dance training model which have ever given, (2) to describe of training needs of the appreciation of local dance for the teacher of elementary school, (3) to describe first draft of the appreciation of local dance training model for the elementary school teacher, (4) to describe the result of the first design of draft model and set of appreciation training of local dance for the elementary school teacher, (5) to describe the result of expert team evaluation (expert of management, art, and lecture of the art of dance) to the model of training set which is useful for elementary school teacher training; (6) to describe the limited trial result of the implementation of appreciation training model of local dance for elementary school teacher; (7) to describe the appreciation training model of local dance which is developed after getting the trial. The research method is Research and Development (R & D). The implementation of model uses single one shot case study design with one group pre-test and post-test. Survey respondents are primary school teachers in Makassar. Data collection interview and questionnaires. Effectiveness of the model is tested through test validation by experts and practitioners, as well as a limited experiment through training. And, the data is analyzed descriptively. The findings of this study are the aspects which affect the needs and success of ASTNDS training implementation. They are: (1) training materials, (2) training programs, (3) the form of training, (4) training instructor, (5) training facilities & infrastructure, and (6) CD of dance training. Other findings are generating ASTNDS training model and devices which refers to management functions (2-steps planning; 4-steps implementation, and 2-steps evaluation). Validation and experimental test results show that the model of a hypothetical model of local dance is effective for primary school teachers training. Researcher recommends applying ASTNDS model and training devices in a primary school teacher training because it is proved that it is effective for teacher training on the subject of art, culture and skills in elementary schools. Keywords: training, appreciation dance, local 149 Wahira Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni PENDAHULUAN tihan terhindar dari keusangan agar para peserta tetap tertarik, dinamis penuh semangat mengikuti pelatihan. Oleh sebab itu setiap program pelatihan secara ideal dalam proses belajar harus diintegrasikan dengan melakukan tugas studi dan praktek yang saling menjalin. Pelatihan harus menjadi suatu yang berkelanjutan atau paling tidak merupakan satu bagian kehidupan dan pelaksanaan tujuan yang diulang kembali. Seni tari dalam keseluruhan proses pembelajaran siswa di sekolah dasar sangat penting karena, tari merupakan ekspresi cerdas pengalaman manusia dan merupakan sumber penting yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kognitif, emosional dan fisik dalam pemahaman multikultural. Tari merupakan bentuk seni dengan menggunakan tubuh manusia sebagai wahana ekspresi. Tari sebagai seni yang menarik sehingga dapat digunakan dalam dunia pendidikan untuk membantu pertumbuhan dari aspek-aspek fisik, mental, dan emosional manusia. Bangun (2007:74) menyatakan bahwa seni tradisi lokal di Indonesia menjadi dasar dari pembelajaran pendidikan seni khususnya seni tari. Pendidikan apresiasi seni menyediakan ruang untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas seseorang, sesuatu yang sulit didapat melalui sistem pendidikan kita yang lebih mendahulukan hafalan, keseragaman dan kecerdasan kognitif dari pada pengertian, kebebasan berekspresi dan kecerdasan emosional-spiritual. Apresiasi sebagai kegiatan mempersepsi, merespon, menghayati, dan menentukan sikap terhadap objek estetik yang merupakan bidang penting dalam pengalaman manusia. Karena kegiatan ini melibatkan fisik, emosi, dan intelektual seseorang sehingga dapat menumbuhkankembangkan potensi estetik maupun potensi non-estetik. Salam (2004:22) menyatakan apabila kita sungguh-sungguh ingin mencetak manusia indonesia yang utuh yang tidak hanya cerdas tetapi juga punya hati, yang tidak hanya menguasai teknologi tetapi juga menghargai tradisi dan ketulusan, maka pendidikan seni jangan kita pingirkan Pelatihan harus meningkatkan pelaksanaan tugas dan pengembangan kompetensi. Salah satu langkah yang perlu diambil yaitu bagaimana cara pelaksanaan program pela- 150 Studi pendahuluan yang dilakukan pada guru SD melalui angket kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradsisi lokal didapatkan data bahwa: (1) Mulai dari kebutuhan akan materi akademik, bentuk kualitas pelatihan, bentuk program pelatihan, kualitas program pelatihan, kualitas instruktur, sarana dan prasaran, serta CD tari daerah setempat kebutuhannya sangat tinggi dengan rerata skor dari setiap komponen kebutuhan 4,33. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan komponen tersebut dalam pelatihan apresiasi seni tari nusantara daerah setempat sangat dibutuhkan; (2) Kondisi pembelajaran apresiasi seni tari nusantara daerah setempat di SD Makassar termasuk kurang baik, yaitu rata-rata skor sebesar 2,01. Hal ini menunjukan bahwa kondisi pembelajaran yang pernah dilakukan guru pada mata pelajaran seni budaya dan keterampilan khususnya seni tari pada standar kompetensi apresiasi seni tari tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya; (3) Kondisi bahan ajar apresiasi seni tari yang sudah pernah dilaksanakan oleh guru termasuk kurang baik yaitu rata-rata skor sebesar 2,19. Hal ini menujukkan bahwa bahan ajar yang dilakukan oleh guru khususnya apresiasi seni tari kurang dilaksanakan di sekolah sedangkan data dalam apresiasi karya tari moderen/kontemporer nusantara dengan kategori kurang baik yakni skor 1,73. Hal ini karena kurangnya buku atau CD pembelajaran seni tari di sekolah dasar khususnya tari tradisi lokal. Implementasi proses pengajaran mata Wahira pelajaran seni budaya dan keterapilan di sekolah dasar khususnya aspek seni tari pada standar kompetensi mengapresiasi karya seni tari tradisi lokal, mengalami beberapa kendala yaitu: (1) Kemampuan guru secara praktik tentang apresiasi seni tari belum memadai; (2) Belum tersedianya sumber belajar apresiasi tari tradisi lokal (budaya lokal) bahan ajar dan media pembelajaran, modul, kaset, tape recorder, VCD, dan alat penunjang lainnya; (3) Alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran seni budaya dan keterampilan sangat terbatas; (4) Guru belum pernah mendapatkan pelatihan secara khusus tentang apresiasi seni tari tradisi local sebagaimana seharusnya. Pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal tradisi (tari 4 etnik) bagi guru sangat perlu dilakukan dengan sinergi yang baik antara para guru di sekolah dasar, pekerja seni didaerah, budayawan, tokoh seni di daerah serta pejabat pemerintah daerah, guna menyatukan pendapat agar tujuan pemerintah daerah dalam membangun seni budaya di daerah masing-masing sesuai dengan kebutuhan daerah dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan adanya modelmodel pelatihan apresiasi seni tari (lokal) yang dilakukan untuk guru-guru sekolah dasar yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni dan bakat seni (seni tari) yang disertai dengan pengembangan komponen-komponennya. Temuan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian dalam mengembangkan komponen-komponen pelatihan apresiasi seni (seni tari, seni rupa, seni musik) di sekolah dasar lebih lanjut. Tujuan umum penelitian pengembangan ini adalah untuk menemukan model dan paket pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal yang dapat diterapkan pada pelatihan guru yang mengajarkan mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar. Irianto (2001:27) menyatakan bahwa “Ada 3 (tiga) tahapan yang harus dilaksanakan Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni dalam setiap kegiatan pelatihan yaitu: tahapan analisis kebutuhan pelatihan (assessment phase); tahapan implementasi program pelatihan (implementation phase); dan tahap evaluasi program pelatihan (evaluation phase)”. Moekijat (1991:121) menyatakan bahwa pada dasar penyelenggaraan pelatihan bertujuan untuk; (1) Menambah pengetahuan; (2) Menambah keterampilan dan; (3) Merubah sikap. Koentjaraningrat (2000:45) menyatakan bahwa “ budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa, dimana menurutnya, suku bangsa sendiri adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Judistira (2008:141), menyatakan bahwa “kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional Witherintong dalam Adirosal (2004:34) menyatakan bahwa ”Apresiasi adalah kesanggupan mengenal atau memahami nilai yang terletak dalam daerah nilai luhur”. Proses pembelajaran seni, kepekaan atau sensitivitas pembelajar di ranah indrawi,emosi, perlu dilatih sampai optimal melalui berbagai cara seperti mengapresiasi, mengeksplorasi, bereksprimentasi, dengan lingkungan dan mengkritisi. Soedarsono (2002:126) menyatakan bahwa “Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah”. Soeryodiningrat (1986:21) menyatakan bahwa “Tari lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama”. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Research dan Development (R&D). Pendekatan ini dipilih karena R & D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan atau mengembangkan 151 Wahira produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiyono, 2009:407). Rancangan model R & D menurut Borg dan Gall (1983:775-776), ada 10 langkah. Berdasarkan sepuluh langkah tersebut oleh Sukmadinata (2006:176) dimodifikasi menjadi 3 langkah penelitian pengembangan, tahap penelitian yang dikembangkan yaitu: (1) Tahap studi pendahuluan sebagai needs and contens analysis; (2) Tahap pengembangan sebagai design, development, and evaluation; (3) Tahap pengujian efektifitas produk sebagai semi-sumative evaluation. Diharapkan tahapan tersebut bisa berfungsi sebagai hasil penelitian, pengembangan dan fungsi validasi. Berdasarkan langkah-langkah rancangan penelitian pengembangan tersebut, secara rinci tahapan atau prosedur penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini yaitu: (1) Tahap Pendahuluan; (2) Tahap Pengembangan; (3) Tahap Validasi/Evaluasi. Jenis data terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Data berupa komentar dan saran dideskripsikan secara kualitatif, sedangkan tentang ketepatan, kejelasan dan kegunaan model dan materi pelatihan apresiasi seni tari tradisi (lokal) digunakan analisis statistik deskriptif persentase. Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan bentuk tes praktik apresiasi dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang telah diajarkan/dilatih. Data kuantitatif diperoleh dari persentase jawaban kuesioner analisis kebutuhan, penilaian evaluator dan penilaian peserta pelatihan dalam angket skala Likert terhadap draf produk dan perangkat, serta pelaksanaan pelatihan berupa skor angka. Instrumen yang dikembangkan divalidasi dengan menggunakan dua cara yaitu: 1. Validitas Pradiksi (predictive validity) dengan cara mengonsultasikan konsep model, kurikulum, RPP, buku pegangan instruktur dan buku pegangan peserta yang digunakan kepada pakar/ahli. 152 Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni 2. Validasi Isi (Content Validity), dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah dibuat peneliti kepada pakar/ahli di bidang yang sesuai dengan tujuan peneliti. Untuk penelitian ini akan divalidasikan instrumen kepada para ahli yaitu: 1) Diskusi dengan ahli untuk mengetahui representativeness butir-butir instrumen variabel yang diteliti. 2) Uji coba dilakukan oleh dua orang rater dengan mengunakan instrumen yang sudah dirancang untuk menelaah perangkat pelatihan yang dikembangkan, dilihat degree of agreement antar rater, diidentifikasi permasalahan yang mungkin muncul dalam proses ujicoba, yang dijadikan masukan untuk perbaikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan disajikan hasil dan pembahasan. Secara berurutan disajikan: (1) kajian kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal, (2) kajian hasil pengembangan model dan perangkat pelathan apresiasi seni tari tradisi lokal oleh evaluator, (3) kajian hasil uji coba terbatas (4) kajian final bentuk model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal setelah uji coba terbatas. Kajian Kebutuhan Pelatihan Apresiasi Seni Tari Tradisi Lokal Pada Guru SD. Hasil analisis kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradisi local menggambarkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar di Makassar sangat mengharapkan pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal agar bisa mengajarkan mata pelajaran seni budaya dan keterampilan khususnya kompetensi dasar apresiasi seni tari tradisi lokal. Meskipun berbagai aspek pembelajaran apresiasi seni tari belum terencana dan terlaksana dengan baik di sekolah dasar, namum kebutuhan guru Wahira Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni terhadap model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal sangat tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada rekapitulasi jawaban resnponden atas kebutuhan pelatihan yaitu: Tabel 1. Rerata skor aspek kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal No 1 2 3 4 5 6 Unsur kebutuhan yang dinilai Materi akademik pelatihan Program pelatihan Bentuk pelatihan Instruktur pelatihan Sarana & prasarana pelatihan CD Tari Pelatihan Rerata skor Rerata skor 4,36 4,28 4,29 4,44 4,31 4.32 4,33 Sumber: Data Penelitian (diolah 2011) Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui bahwa kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari nusantara daerah setempat secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari dengan rerata skor 4,33 sangat tinggi. Tingkat kebutuhan ini merupakan cermin secara keseluruhan tingkat kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal pada guru sekolah dasar di Makassar. Aspek kebutuhan akan materi akademik pelatihan diperoleh total rerata skor 4.36. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan bahan ajar, analisis instruksional, dan relevansi bahan ajar sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal sangat tinggi. Aspek kebutuhan akan program pelatihan diperoleh total rerata skor 4.28. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan akan tujuan, metode, evaluasi pelatihan sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi local sangat tinggi. Aspek kebutuhan akan bentuk pelatihan diperoleh total rerata skor 4.29. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan prosedur, pelaksanaan pelatihan sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal sangat tinggi. Aspek kebutuhan akan instruktur pelatihan diperoleh total rerata skor 4.44. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan sistematika penyajian, dan penggunaan bahasa dan media instruktur sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal sangat tinggi. Aspek kebutuhan sarana dan prasarana pelatihan diperoleh total rerata skor 4.31. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan peralatan, dan tempat pelatihan sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal sangat tinggi. Aspek kebutuhan CD tari pelatihan diperoleh total rerata skor 4.32. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa kebutuhan format CD tari, dan isi CD tari sangat dibutuhkan dalam pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal setempat sangat tinggi. Kecenderungan keinginan guru sekolah dasar tersebut, sesuai dengan pandangan para ahli. Sedjawati (2007:296) mengatakan bahwa proses pembelajaran apresiasi di dalamanya mengandung makna yang bersentuhan dengan cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak dari deretan realitas/kenyataan, sehingga apresiasi seni mengandung fungsi didik yang harus didukung oleh berbagai penunjang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan para guru tersebut. Kajian Hasil PengembanganModel dan Paket Pelatihan Apresiasi Seni Tradisi Lokal. Guru sekolah dasar di Makassar sangat mengingingkan agar model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal diajarkan dan dilatihkan pada peserta didik di sekolah dasar. Paket pendukung pelatihan yang dikembangkan meliputi: (1) Model pelatihan; (2) Buku pedoman pelatihan; (3) Buku panduan pelatihan; (4) Buku pegangan instruktur, (5) Buku pegangan peserta pelatihan, (6) Modul pelatihan. Secara singkat paparan ringkas paket pendukung tersebut. 153 Wahira Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni Tabel 2. Rerata skor penilaian model oleh tim ahli manajemen pendidikan & ahli pendidikan seni No Aspek Rerata Skor 1 Bentuk model 5,00 2 Kegunaan model 5,00 3 Kepraktisan model 4,00 4 Keefektifan model Rerata 4,16 4,54 Penilaian tim ahli terhadap model pelatihan apresiasi seni tari secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat penilaian sangat baik dengan rerata skor 4,54. Tingkat penilaian ini merupakan cermin secara keseluruhan dari penilain bentuk pelatihan apresiasi seni tari yang dapat digunakan pada pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal pada guru sekolah dasar. Aspek penilaian akan bentuk model pelatihan diperoleh total rerata skor 5.00. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa penilaian tim ahli terhadap bentuk model pelatihan sangat baik dan dapat digunakan pada pelatihan apresiasi seni tari. Aspek penilaian akan kegunaan model pelatihan diperoleh total rerata skor 5.00. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa penilaian tim ahli terhadap kegunaan model pelatihan sangat baik dan dapat digunakan pada pelatihan apresiasi seni. Aspek penilaian akan kepraktisan model pelatihan diperoleh total rerata skor 4.00. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa penilaian tim ahli terhadap kepraktisan model pelatihan sangat baik dan dapat digunakan pada pelatihan apresiasi seni tari. Aspek penilaian akan keefektifan model pelatihan diperoleh total rerata skor 4.16. Hal ini menunjukkan secara umum bahwa penilaian tim ahli terhadap keefektipan model pelatihan sangat baik dan dapat digunakan pada pelatihan apresiasi seni tari. 154 Tabel 3 Hasil Pelatihan Uji Coba Lapangan (pre-test & pos-test) Ketuntasan Kelompok Terbatas Persentase Kelompok No Nilai 1 ≤70 2 6 100,00 20,00 20,00 2 ≥70 8 24 100,00 80,00 80,00 perorangan Sumber: Data Penelitian (diolah 2011) Bagan 1 Histogram Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Peserta Pelatihan. Bagan 1 di atas menunjukkan bahwa dari uji coba perorangan sebanyak 100%, kelompok sebanyak 80% yang mendapatkan nilai di bawah standar, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan kemampuan guru sekolah dasar terhadap apresiasi seni tari sangat rendah, sehingga sangat tinggi kebutuhan pelatihan yang diharapkan oleh guru sekolah dasar di sana. Dan hasil uji eksperimen terbatas memalui pelatihan dengan model pelatihan apresiasi seni menunjukkan Terbatas Wahira Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni hasil keefektifan pelatihan dengan tingkat pencapaian 80% peserta mendapatkan nilai diatas 70. Hal ini sesuai dengan pendapat Mujiman (2009:43) bahwa pelatihan sangat dibutuhkan dalam peningkatan pengetahuan, kemampuan, motivasi kepuasan belajar sehingga dapat menghasilkan perubahan kemampuan sesuai dengan karakteristik pribadi dan lingkungan peserta. Kajian Hasil Final Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni Tari Tradisi Lokal. Berdasarkan spesifikasi produk dihasilkan pengembangan model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal. Masing-masing draf model pelatihan yang dikembangkan tersebut dapat dilihat pada matrik berikut ini. Tabel 4. Matrik perbedaan draf model pelatihan apresiasi seni tari nusantara daerah setempat No 1 Komponen Perencanaan Pelatihan 2 Pelaksanaan Pelatihan 3 Evaluasi Pelatihan Draf I Model Pelatihan Draf II Model Pelatihan Model Final Pelatihan Identifikasi kebutuhan pelatihan. Tujuan pelatihan. Penyusunan materi pelatihan Pelatihan kompetensi unsur tari. Apresiasi Seni tari tradisi 4 etnik. Proses model. Realisasi model. Penyusunan Program pelatihan tindak lanjut. Identifikasi kebutuhan pelatihan. Tujuan pelatihan. Penyusunan materi pelatihan Identifikasi kebutuhan pelatihan. Tujuan pelatihan. Penyusunan materi pelatihan Materi unsur- unsur tari. Proses model pelatihan. Praktek mengapresiasi tari. Worshop gerak tari 4 etnik. Implementasi pelatihan. Monitoring dan evaluasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan dirangkum dari hasil dan pembahasan secara umum yaitu: 1. Berdasarkan hasil angket kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal, diketahui bahwa kondisi kebutuhan pelatihan apresiasi seni tari nusantara daerah setempat pada guru sekolah dasar di makassar sangat tinggi dengan rerata skor 4.54. Berdasarkan spesifikasi model yang dikembangkan dihasilkan model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal (tari tradisi 4 etnik), yang meliputi: (1) tari etnik Makassar, (2) tari etnik Bugis, (3) tari etnik Materi Kompetensi tari. Apresiasi seni tari tradisi 4 etnik. Praktek gerak dasar tari. Penyusunan program pelatihan tindak lanjut. Implementasi pelatihan. Monitoring dan evaluasi. Tindak lanjut pelatihan Program Implementasi hasil pelatihan di sekolah Tana Totaja, (4) tari etnik Mandar. Model pelatihan apresiasi seni tari tradisi local dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Inovasi yang dikembangkan pada model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal terletak pada pelaksanaan pelatihan dan paket pelatihan. Dikembangkan paket pelatihan meliputi pedoman pelatihan, panduan pelatihan, buku pegangan instruktur, buku pegangan peserta, dan modul pelatihan. Hasil penilaian oleh ahli manajemen, seni budaya dan dosen seni tari, uji perorangan, uji kelompok, dan uji terbatas menunjukkan bahwa model dan paket pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal yang dikembangkan sangat baik 155 Wahira di gunakan untuk pelatihan guru sekolah dasar. 2. Model dan perangkat pelatihan yang dikembangkan memiliki keunggulan sebagai berikut: 1) Mengarahkan guru dalam proses pembelajaran apresiasi seni tari tradisi lokal setempat sehingga dapat mencapai kualitas proses dan hasil belajar yang optimal. 2) Mendorong guru secara lebih optimal dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi estetik peserta didik sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minat serta dapat menumbuhkan sikap penghargaan terhadap hasil karya seni budaya bangsa sendiri maupun menumbuhkan kesadaran kritis terhadap perkembagan seni budaya di lingkungannya. 3) Melatih guru meningkatkan kualitas`pemahaman dan penghayatan secara lebih mendalam tentang keunikan karya tari tradisi lokal yang terkait dengan kualitas estetik karya itu sendiri. 4) Melatih guru meningkatkan kualitas pemahaman dan penghayatan secara lebih mendalam tentang gerak, iringan, tema, busana dan tata rias tari tradisi lokal. 3. Berdasarkan uji coba terbatas yang dilaksanakan, model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal terbukti mampu meningkatkan pemahaman guru dalam mengapresiasi karya tari daerah setempat (tari 4 etnik). Pengukuran keberhasilan dan keefektifan model pelatihan dapat dilihat melalui tingkat penguasaan kompetensi peserta pelatihan, hal ini dapat dilihat dari nilai pencapaian peserta pelatihan dari hasil melalui uji coba terbatas, ditandai dengan meningkatkan pemahaman peserta dari hasil sebelum pelatihan (pre-test 20,00%) 156 Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni mendapatkan nilai diatas 70, dan sesudah pelatihan (pos-test mendapatkan nilai 80,00%) sesuai dengan tujuan pelatihan. 4. Hasil final pengembangan model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal dibagi dalam tiga yaitu: (1) perencanaan dengan tiga kegiatan, (2) pelaksanaan dengan 4 kegiatan, dan (3) evaluasi dengan dua kegiatan. Model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal setempat khusus didesain untuk penyelenggaraan pelatihan guru sekolah dasar. Proses model pelatihan, praktek apresiasi seni tari tradisi lokal (tari empat etnik), dan worshop gerak dasar tari empat etnik. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengapresiasi karya seni tari tradisi lokal sesuai dengan harapan bahwa guru sekolah dasar tidak hanya bisa mengajar mata pelajaran yang di ujian nasionalkan tetapi juga bisa mengajarkan mata pelajaran lain khususnya seni budaya dan keterampilan di SD. 5. Hasil uji coba model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal dirasa sudah memenuhi persyaratan penelitian dan pengembangan yang meliputi: akurasi, relalistik, dan manfaat. Data dan informiasi dianalisis sesuai dengan teknik ilmiah seperti: validitas dan realibilitas instrument, dokumentasi, dan pemenuhan kebutuhan atau ketentuan persyaratan penelitian lainnya. Secara teoritis model pelatihan apresiasi seni tari tradisi lokal merupakan temuan ilmiah dari proses ilmiah yang meliputi kegiatan: studi pendahuluan yang dijadikan bahan pengembangan model, pengajian literatur, perencangan model yang akan dikembangkan, uji coba dan validitas dan realibilitas. Saran Dalam rangka pemanfaatan produk model dan paket pelatihan apresiasi seni tari Wahira tradisi lokal, berikut ini diberikan saran yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, proses desiminasi dan pengembangan produk lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Adirozal. 2004. Apresiasi Seni Sekolah dasar Agama Sumatra Barat. Makalah disajkan dalam Semiloka Pas Pada Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta, 12 Januari. Bangun Sem.C. 2007. Kompetensi Pendidikan Dalam Pembelajaran Apresiasi Seni Budaya. Jurnal Pendidikan Seni Kagunan tahun II nomor 01, Agustus 2007. Bandung: APSI. Borg, Welter R. Dan Meredith D. Gall. 1983. Education Research: An Introduction. New York dan London: Logman. Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung : Lemlit Unpad. Irianto, J. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan: Dari analisis Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan. Surabaya: Penerbit Insan Cendekia. Kussudiardjo, Bagong. 2000. Dari Kalsik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Padepokan Press. Moekijat. 1991. Kamus Pendidikan dan Latihan. Bandung: Alumni. Mujiman, Haris. 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Randall S, Schuler dan Susan E. Jackson. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad Ke-21 Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Randall S, Schuler. 1987. Personnel and Human Resources Management. New York University: Kelogg Borkvard Pengembangan Model Pelatihan Apresiasi Seni Salam, Sofyan. 2004. Pendidikan Seni Tingtaktas. Orasi Ilmiah Dies Natalis ke 43 UNM. Sedyawati, Edi. 2007. Budaya Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia. Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soemarman, T. 2010. Maximizing Training. Malang: Diamo.. Sorell, Walter. 1993. Tari Dari Berbagai Pandangan. Diterj. Agus Tasman. Surakarta (tanpa penerbit). Sukmadinata, N.S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya. Sumaryanto, Totok. 2009. Menjadi Pembelajar Dengan Seni. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 157