BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan makanan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan makanan bayi tidak sama dengan kebutuhan orang dewasa. Terutama
untuk bayi di bawah usia dua tahun. Ketika air susu ibu (ASI) tidak bisa memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi, maka makanan pendamping ASI harus diberikan sebagai makanan
tambahan. Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi mulai usia
6 bulan karena mulai usia ini bayi rentan terhadap malnutrisi (Soedibyo & F, 2007).
Menurut WHO, 2 dari 5 anak di negara dengan pendapatan perkapita rendah menderita
malnutrisi. Berdasarkan fakta inilah, WHO menyarankan bahwa bayi harus menerima MPASI pada usia 6 bulan sebanyak 2 – 3 kali sehari, pada usia 8 bulan meningkat menjadi 3 –
4 kali sehari, dan berikutnya pada usia 12 bulan diberikan sebanyak 1 – 2 kali (WHO,
2003).
Pemberian MP-ASI kepada bayi tidak boleh dilakukan sembarangan, MP-ASI
harus terbebas dari kontaminasi penyakit, berasal dari bahan- bahan yang sehat, dan dapat
diterima oleh alat pencernaan bayi. Selain itu, MP-ASI harus memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011) menyatakan bahwa malnutrisi di masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap 60% dari 10,9 juta kematian
anak dalam setiap tahunnya dan 2/3 dari angka kematian tersebut terkait dengan praktik
pemberian MP-ASI pada tahun pertama kehidupan (IDAI, 2011). Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu dibuat alat bantu guna memberikan rekomendasi MP-ASI yang tepat bagi
bayi dan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan menggunakan teknologi yang
terus berkembang saat ini.
Salah satu hasil perkembangan teknologi saat ini adalah pembuatan keputusan
dengan Decision Support System (DSS). DSS dalam dunia yang kompetitif merupakan
suatu alat yang esensial dalam mencapai suatu tujuan dengan waktu dan informasi yang
lebih akurat. DSS akan mengolah data dunia nyata yang disimpan dalam bentuk database
(Baggio & Caporarello, 2005). Perkembangan informasi yang sangat pesat, membuat
penyimpanan data bisa dilakukan menggunakan pemodelan ontologi. Ontologi merupakan
suatu pemodelan dari aspek- aspek dunia yang dideskripsikan dalam suatu domain tertentu
(Horrocks, 2001). Sebelumnya, ontologi sudah pernah digunakan untuk memodelkan resep
MP-ASI (Athiyah, 2014) dan kebutuhan nutrisi anak (Sari, 2014). Karena dikembangkan
secara terpisah, model ontologi tersebut belum dikembangkan menjadi sebuah aplikasi
yang bisa digunakan oleh masyarakat umum.
Penyimpanan data dengan pemodelan ontologi bisa digunakan sebagai data
knowledge yang diolah dalam DSS atau disebut dengan DSS berbasis pemodelan ontologi.
DSS berbasis pemodelan ontologi sudah banyak dikembangkan dalam berbagai penelitian.
Sehubungan dengan domain makanan, DSS berbasis pemodelan ontologi oleh Su, Chen,
dan Chih (2013) pernah dikembangkan untuk memberikan rekomendasi makanan diet bagi
masyarakat di China. Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari kebiasaan perilaku
masyarakat China yang cenderung memakan makanan cepat saji, dimana hasil survey
WHO menyatakan bahwa makanan cepat saji China 75% diantaranya masuk kategori subhealthy, 5% masuk kategori healthy, dan sisanya non-healthy. Peneliti juga mendapatkan
fakta bahwa tidak sedikit warga China yang mengalami masalah kegemukan (Su, Chen, &
Chih, 2013). Sedangkan pada domain nutrisi, DSS berbasis pemodelan ontologi oleh Doshi
(2015) dibangun menggunakan teknik SWRL (Semantic Web Rules Language) untuk
memberikan pemahaman gizi dari suatu produk makanan kepada masyarakat. Penelitian
ini memberikan review mengenai sehat atau tidaknya suatu produk makanan yang
dihasilkan oleh suatu pabrik dan berapa batas konsumsi yang diizinkan untuk mencapai
hidup lebih sehat (Doshi, 2015). Penelitian lain yang berhubungan dengan nutrisi ialah
penelitian oleh Thangaraj dan Gnanambal (2014) yang membangun DSS berbasis
pemodelan ontologi untuk memanajemen penanggulangan kekukarangan vitamin D.
Penelitian ini bertujuan mendiagnosa seseorang yang kekurangan vitamin D dan
memberikan informasi bahan makanan apa saja yang bisa dikonsumsi si penderita.
Diagnosa kekurangan vitamin D didapatkan melalui klasifikasi neuro-fuzzy sedangkan
hasil DSS didapatkan menggunakan teknik SWRL (Thangaraj & Gnanambal, 2014).
Penelitian- penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemodelan ontologi bisa digunakan
sebagai data knowledge yang diolah dalam DSS. Namun, masih belum ada penelitian yang
memadukan rekomendasi makanan dan pengelolaan nutrisi secara bersamaan terutama
bagi bayi usia 6-24 bulan.
Oleh karena itu, penelitian ini akan membangun aplikasi DSS berbasis pemodelan
ontologi pada domain MP-ASI dan nutrisi anak. Pemodelan ontologi MP-ASI dan nutrisi
anak yang sudah dibuat diintegrasikan agar MP-ASI yang direkomendasikan kepada user
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan user dapat mengetahui kadar nutrisi yang
terkandung pada setiap resep MP-ASI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun perumusan permasalahan yaitu
bagaimana membangun DSS makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) berbasis
pemodelan ontologi.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Usia yang digunakan adalah bayi dengan kebutuhan MP-ASI berusia 6 – 24
bulan,
b. Bahan makanan resep MP-ASI disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada di
Indonesia,
c. Aplikasi tidak memiliki fitur record MP-ASI untuk membaca history
rekomendasi yang pernah diberikan,
d. DSS MP-ASI dikembangkan dalam aplikasi dekstop,
e. Aplikasi tidak memperhitungkan bahan- bahan untuk memvariasikan resep MPASI yang direkomendasikan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah membuat DSS makanan pendamping
air susu ibu (MP-ASI) berbasis pemodelan ontologi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi resep dan bahan MPASI bagi bayi usia 6 – 24 bulan kepada orang tua dengan menggunakan aplikasi DSS MPASI berbasis pemodelan ontologi.
1.6 Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab II berisi tentang teori- teori yang dijadikan sebagai landasan dalam penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III membahas langkah dari proses pengumpulan data, integrasi ontologi,
penerapan DSS, pembangunan aplikasi DSS, dan pengujian aplikasi DSS pada makanan
pendamping air susu ibu (MP-ASI).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi tentang hasil penelitian dari aplikasi DSS yang telah dibuat dengan
menggunakan pemodelan ontologi dan usability testing yang telah dilakukan untuk
kemudian dilakukan analisis terhadap hasil penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab V menguraikan kesimpulan penelitian tugas akhir dan saran- saran sebagai
bahan pertimbangan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Download