BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle, hypertrophy (untuk otot jantung) dengan target organ diotak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian (Bustan, 2007). Hipertensi adalah faktor utama penyebab kematian karena stroke dan faktor yang memperberat infark miokard (serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum dalam tekanan darah. Hipertensi merupakan gangguan asimtomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten. Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolik rata-rata dua atau lebih, paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90 mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140 mmHg. Kategori hipertensi telah dibuat dan menetapkan intervensi medis (Potter & perry, 2005 ) 11 Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Satu pengukuran tekanan darah yang tinggi tidak memenuhi syarat diagnosis hipertensi. Namun, jika perawat mengkaji bacaan yang tinggi selama pengukuran tekanan darah pertama (misalkan: 150/90mmHg), klien harus dianjurkan memeriksakan ulang selanjutnya dalam 2 bulan. Hipertensi dihubungkan dengan pengerasan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Tahanan vaskular perifer meningkat dalam pembuluh yang keras dan elastik. Jantung harus memompa dan melawan tahanan yang lebih besar secara kontinu. Sebagai akibatnya, aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal, menurun. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi beresiko mengalami hipertensi (Potter & perry, 2005 ) Kegemukan, merokok, pengguna alkohol berat, kadar kolesterol tinggi dan terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan dengan hipertensi. Insiden hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang lebih tua dan berkulit hitam. Apabila klien didiagnosa hipertensi, perawat mebantu mengajarjan mereka tentang niai tekanan darah, perawatan dan terapi tindak lanjut jangka panjang, gejala yang biasanya diabaikan (kenyataan bahwa gejala mungkin tidak “terasa”), kemampuan terapi untuk mengontrol tetapi tidak menyembuhkan hipertensi dan rencana terapi diikuti secara konsisten yang memastikan gaya hidup yang relative normal (joint national committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1993 dalam potter & perry, 2005). Klasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia 18 tahun keatas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu adalah : Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Tabel. 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia Dewasa 18 Tahun dan Lansia Kategori Sistolik (mmHg) Normal Normal Tinggi Hipertensi Derajat 1 ( ringan) Derajat 2 ( sedang) Derajat 3 ( berat) Derajat 4 ( sangat berat) Diastolik (mmHg) <130 130 - 139 <85 85 - 89 140 – 159 160 – 179 180 – 209 ≥ 210 90 - 99 100 - 109 110 - 119 ≥ 120 Dimodifikasi dari Nasional High Blood Pressure Education Program; National Heart, Lung and Blood Institute; National Institute of Health: The fifth report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. NIH Pub No 93 – 1088, Bethesda, Md., January 1993. Tabel 2.1 menjelaskan bahwa pasien tersebut dalam kondisi tidak mengkonsumsi obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Bila tekanan sistolik dan diastolik turun ke kategori yang berbeda, kategori yang lebih tinggi harus diseleksi untuk mengklasifikasi status tekanan darah individual. Misalnya 160/92 mmHg harus diklasifikasikan sebagai derajat 2 dan 180/120 mmHg harus diklasifikasikan sebagai derajat 4. Tekanan darah optimal berkenaan dengan resiko kardiovaskular adalah tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mmHg dan tekanan darah diastol (TDD) < 80 mmHg. Namun bacaan rendah yang tidak lazim harus dievaluasi signifikansi klinisnya. Berdasarkan rerata dari dua atau lebih bacaan yang diambil dari setiap dua atau kunjungan setelah skrining awal. Catatan: selain mengklasifikasi derajat hipertensi berdasarkan tingkat tekanan darah rerata, praktisi harus menentukan ada atau tidak adanya penyakit organ target dan tambahan resiko. Misalnya pasien diabetes dengan tekanan darah Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 142/94 mmHg plus hipertrofi ventrikel tinggi harus diklasifikasikan saebagai hipertensi derajat 1 dengan penyakit target organ (hipertrofi ventrikel kiri) dan dengan faktor resiko utama lain (diabetes). “penentuan tersebut penting untuk klasifikasi dan penatalaksanaan resiko”. 2. Manifestasi Klinis Menurut Martuti (2009) pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit kepala, muntah, sesak nafas, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginja, kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak (Martuti, 2009). Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan) penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada discus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dsn krestinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke atau serangan iskemik transiet yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, & Bare, 2002). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain: Faktor yang tidak dapat dikontrol dan dapat dikontrol. a. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi atau tekanan darah pada pria sama dengan wanita. Hipertensi atau tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007). Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause (Anggraini, 2009). 2) Umur Insiden peningkatan tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Pada orang lanjut usia (usia > 60 tahun) terkadang mengalami peningkatan tekanan nadi dikerenakan arteri lebih kaku akibat terjadinya arteriosklerosis sehingga menjadi tidak lentur (Guyton, 2008). 3) Genetik Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi atau tekanan darah juga karena hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Jadi seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007). b. Faktor yang dapat dikontrol 1) Obesitas Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Menurut Mayers (2004), Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 seseorang dikatakan obesitas apabila terjadi penambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak diseluruh tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan resiko yang berhubungan dengan bernbagai macam penyakit degeneratif. Obesitas di anggap sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit jantung koroner aterosklerotik pada pasien- pasien yang obese (Alwi, 2009). 2) Kurang olahraga Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih sehat dan mungkin memiliki tekanan darah yang lebih rendah dari pada mereka yang tidak melakukan baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali (Beever, 2002). 3) Kebiasaan Merokok Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi maka merokok dapat memperburuk Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak dinding pembuluh endotel (dinding dalam pembuluh darah), mempermudah pengumpulan darah sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang tidak merokok tidak dapat bekerja secara efisien (Elsanti, 2009). 4) Mengkonsumsi garam berlebih Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. Badan kesehatan dunia yaitu WHO merekomendasikan pola konsumsi gram yang dapat menguangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomenasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gr garam) perhari (Shapo, 2003). 5) Minum alkohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007). 6) Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg. Konsumsi kopi Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole. Hal ini terlihat pada orang yang bukan peminum kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 jam sebelumnya (Winanrta, 2011). 7) Stres Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. B. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan adalah istilah yang ditetapkan pada penggunaan proses pendidikan secara terancana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa kombinasi dan kesepakatan belajar atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,2003). Pakar lain Craven dan Hirlne (1996) mengatakan pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seorang melalui tekhnik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata dengan cara dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberi informasi atau ide baru. Suliha, et al (2012) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakan dalam mengatasi masalah kesehatan yang didalamnya perawat sebagai pendidik. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2. Konsep dan tujuan pendidikan kesehatan Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi pertumbuhan, perkembangan atau pertumbuhan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Sedangkan tujuan secara umum pendidikan kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat, merubah perilaku individu dalam bidang kesehatan sehingga akan mendorong individu agar lebih mandiri dan menggunakan sarana dan fasilitas kesehatan secara tepat. Tujuan pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) adalah. a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan sehat c. Mendorong penggunaan dan sasaran secara tepat sasaran pelayanan kesehatan yang ada. 3. Pendidikan kesehatan dalam keperawatan Pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakan dalam mengatasi masalah kesehatan yang didalamnya perawat sebagai pendidik (Suliha, et al, 2002). Menurut (Suliha, et al 2002) berdasarkan peranannya perawat pendidik, perawat mengalihkan pengetahuan, ketrampilandan pembentukan sikap selama pembelajaran berfokus. Perubahan perilaku pada pasien selam proses pembelajaran pola pikir, sikap, dan ketrampilan yang spesifik. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 4. Metode pendidikan kesehatan Metode pendidikan kesehatan pada dasarnya merupakan yang digunakan dalam proses pendidikan untuk menyampaikan pesan kepada sasaran pendidikan kesehatan yaitu individual, metode pendidikan kelompok, dan metode pendidikan masa. Suatu metode pembelajaran pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu/keluarga/kelompok/ masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan pendidikan kesehatan serta ketersediaan fasilitas yang mendukung (Suliha, et al, 2002). 5. Media atau alat bantu pendidikan Menurut Anita (2008) media pembelajaran setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, ketrampilan, dan hidup. Menurut Hikmawati (2011) media adalah sebagai alat peraga digunakan dalam rangka atau bertujuan kemudahan dalam menyampaikan pesan. Alat peraga disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang digunakan akan semakin jelas. Macam-macam media sebagai alat peraga antara lain : a. Alat-alat visual (yang dapat dilihat), seperti : film trip, transparencies, papan tulis, gambar, chart, poster, peta. b. Alat-alat auditif (dapat didengar), seperti : radio, rekaman tape recorder. c. Alat-alat yang dapat diliat dan didengar seperti : film, TV, video. d. Dramatisasi seperti : pantomisme, bermain peran, sandiwara boneka. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Tujuan dari menggunakan alat peraga antara lain : a. Sebagai alat bantu dalam latihan/ pendidikan. b. Menimbulkan perhatian. c. Mengingatkan pesan. d. Menjelaskan fakta, prosedur, tindakan. Jadi alat bantu peragaan dalam kegiatan promosi kesehatan sangat memegang peranan penting yang perlu diperhatikan. Beberapa alat bantu peragaan untuk penyuluhan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang canggih bisa digunakan pemanfaatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi (tempat, waktu, sasaran, kebutuhan, dan tujuan). Alat peraga yang mungkin sering dipakai di Puskesmas seperti papan pengumuman, (bulletin board), poster, leaflet, flash card, dan flipchart. C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seorang (overt behaviour). Dari pengalaman pengertian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2003), dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu : a. Tahu ( know ) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kasta kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yang artinya hanya sekedar tahu. b. Memahami (Comprehension) Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebaggai aplikasi atau hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemempuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. 3. Sumber – sumber pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) : a. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki. b. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. e. Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 5. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan ada 2, yaitu: a. Cara tradisional atau non ilmiah. 1) Cara coba salah Cara ini adalah merupakan cara tradisional, dilakukan apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba – coba. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan dalam cara ini berdasarkan pada otoritas atau kekuasan, baik otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, atau otoritas ilmu pengetahuan, sehingga banyak sekali kebiasan – kebiasaan dan tradisi yang dilakukan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Melalui jalan pikir Dalam hal ini pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran atau jalan pikiran. Cara ini melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan–pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dibuat suatu kesimpulan. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 b. Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah yang mempunyai sifat lebih sistematis, logis dan ilmiah. D. Sikap 1. Pengertian Banyak teori yang mendefinisikan sikap antara lain adalah sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik / tindakan (Notoatmodjo, 2003). New Comb dalam Notoadmodjo (2003) salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindak suatu perilaku, sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek-obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2. Tingkatan sikap Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, menurut Notoatmodjo (2003). a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi bersikap. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2002) antara lain : a. Pengalaman Pribadi Apa yang dialami seseorang akan mempengaruhi penghayatan dalam stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar dalam pembentukan sikap, untuk dapat memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki tanggapan dan penghayatan seseorang harus memiliki pengamatan yang berkaitan dengan obyek psikologis. Menurut Breckler dan Wiggins (Azwar, 2002) bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut dapat berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan. b. Orang lain Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh antara lain adalah ; Orang tua, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja, guru, suami atau istri. c. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 d. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga mampu membentuk sikap. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. f. Faktor Emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu. Begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap lebih persisten dan bertahan lama. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 E. Diet Hipertensi DASH 1. Pengertian Menurut Vitahealth, 2006 Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping, karena metode pengendaliannya yang alami. Dalam menurunkan dan mengontrol tekanan darah, pendekatan dietetic Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) sangat direkomendasikan karena DASH lebih menekankan pada diet buah dan sayur kaya serat serta rendah garam. Uji klinis di Amerika Serikat dan Eropa Utara menunjukkan bahwa diet DASH dapat menurunkan tekanan darah (Sacks FM, et al, 2001). Program diet DASH (Dietary Approach for Stop Hypertension) merupakan diet yang dikembangkan oleh Dokter Logeril merupakan strategi pengaturan menu berdasarkan hasil penelitian terhadap pola makan penduduk mediterania. Prinsip utamanya adalah menu makanan dengan gizi seimbang yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, produk-produk susu rendah lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Menu DASH terdiri dari bahan makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium, dan magnesium, serat makanan dari sayuran, buah, dan susu, serta membatasi lemak jenuh dan kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras. Menu ini juga mengatur pengugunakan sedikit garam dan sodium, tidak banyak minum minuman manis, mengandung pemanis tambahan atau gula serta tidak mengkonsumsi daging merah. Menu DASH tidak menuntut bahan makanan khusus, tetapi dapat dilakukan mengatur makanan sehari-hari berbagai kelompok makanan (Martuti, 2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 2. Tujuan Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler (Astawan,2002). Penelitian tentang DASH yang bertujuan untuk menilai efek pola diet terhadap tekanan darah membuktikan bahwa kombinasi diet DASH dan diet rendah garam mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan tekanan darah yaitu menurunkan tekanan darah sistolik pada kelompok hipertensi sebesar 11,5 mmHg dan diastolik sebesar 5 mmHg (Appel et al., 2006 dalam Mahan , LK et al., 2012). 3. Anjuran Diet DASH Diet DASH dianjurkan untuk penderita hipertensi dengan tekanan darah 120-139/80-89mmHg. Diet DASH ini berbasis buah-buahan dan sayur, protein, nabati yang tinggi serat, mineral sehingga bisa menurunkan kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat) hingga 7%. Diet DASH bisa dikombinasikan dengan terapi obat. Bagi penderita hipertensi yang sedang mengkonsumsi anthihipertensi atas petunjuk dokter, obat ini tidak perlu dihentikan selama menjalani diet DASH apalagi jika tekanan diastolik lebih dari 160 mmHg. Bagi yang belum terbiasa mengkonsumsi buah, sayuran dan makanan tinggi serat yang sulit dicerna diawal diet kemungkinan akan mengalami keluhan kembung sering buang angin, dan diare. Untuk mencegah efek itu hendaknya peningkatan konsumsi buah dan sayuran dilakukan secara bertahap (Martuti, 2009). Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Menurut martuti (2009 ) Porsi makanan dalam diet DASH tergantung jumlah kalori yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya, jumlah kalori tersebut tergantung pada usia dan aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan berat badan dibutuhkan sistem keseimbangan energi. Kalori yang dikonsumsi hendaknya sebanding dengan kalori yang dibakar atau sebanding dengan aktivitas fisik yang bisa dilakukan. Dalam diet DASH menu harian yang dianjurkan untuk berat badan normal adalah 2000 kalori untuk 3 waktu makan (pagi, siang, malam). Jumlah kalori tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan gizi individual. Tabel 2.2 Anjuran Diet DASH ANJURAN DIET DASH (2000 KALORI/HARI) Bahan makanan Karbohidrat Lauk hewani Lauk nabati Sayuran Buah-buahan Susu/yoghurt Porsi sehari 3-5 1-2 2-3 4-5 4-5 2-3 Ukuran porsi Piring kecil Potong sedang Potong sedang Mangkuk Buah/potong sedang Gelas Sumber : Martuti (2009) Menurut Mahan LK et al., (2012) Diet DASH baik digunakan untuk mencegah ataupun mengontrol hipertensi Ada 5 prinsip yang terkandung pada perencanaan pola makan/diet DASH, yakni : a. Konsumsi buah dan sayur yang mengandung kalium, fitoesterogen dan serat. Konsumsi kalium (potassium) yang bersumber dari buah-buahan seperti pisang, mangga, air kelapa muda bermanfaat untuk mengendalikan agar tekanan darah menjadi normal dan terjadi keseimbangan antara natrium dan kalium dalam tubuh. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 konsentrasinya didalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Fitoestrogen bersumber pada pangan nabati seperti susu kedele, tempe dan lain-lain, mempunyai kemampuan untuk berperan seperti hormon estrogen. Fitoestrogen dapat menghambat terjadinya menopause, menghindari gejala hotflaxes (rasa terbakar) pada wanita manapouse dan menurunkan risiko kanker. Sedangkan serat dibutuhkan tubuh terutama untuk membersihkan isi perut dan membantu memperlancar proses defekasi. Serat juga mempengaruhi penyerapan zat gizi dalam usus, manfaat serat terutama dapat mencegah kanker colon. b. Low-fat dairy product (menggunakan produk susu rendah lemak). Pada diet hipertensi diberikan produk susu rendah lemak, dimana susu mengandung banyak kalsium. Didalam cairan ekstra selular dan intraseluler kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk mengatur transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Kalsium mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan. Susu rendah lemak baik diberikan kepada wanita manula, tidak hanya untuk mendapat tambahan kalsium tapi juga protein, vitamin dan mineral. c. Konsumsi ikan, kacang dan unggas secukupnya. Intake protein yang cukup dapat membantu pemeliharaan sel, untuk membantu ikatan essensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibody dan mengangkut zat-zat gizi. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 d. Kurangi seperti daging berlemak. Lemak jenuh bersifat arterogenik, lemak jenuh yaitu asam urat, asam palmitat, asam stearate. Seseorang dengan penyakit pembuluh darah umumnya harus membatasi konsumsi lemak jenuh berlebihan terutama dari sumber hewani seperti daging merah, minyak kelapa, coklat, keju, krim, susu krim dan mentega. Penimbunan lemak dalam pembuluh darah menyebabkan timbulnya arteriosclerosis yang artinya meningkatkan tekanan darah. e. Membatasi gula dan garam. Membatasi garam bertujuan untuk menurunkan tekanan darah, mencegah odema dan penyakit jantung. Adapun yang disebut diet rendah garam adalah rendah sodium dan natrium. Garam dapur mempunyai nama kimia Natrium Klorida (NaCl) yang didalamnya terkandung 40% sodium. Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur juga harus membatasi sumber sodium lainnya, antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, mono sodium glutamate (MSG) atau penyedap masakan, pengawet makanan (biasanya terdapat dalam saos, kecap). Departemen kementrian RI menyatakan diet rendah garam dengan aturan: diet ringan (3,75-7,5 gr/hari), diet menengah (1,25-3,75gr/hari) dan diet berat (kurang dari 1,25gr/hari). Sedangkan menurut WHO, konsumsi natrium disarankan 2.300 mg/hari (setara satu sendok teh). Dan DASH mengambil jalan tengah dengan menetapkan asupan natrium terbatas 1.500 mg/hari. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Menurut Almatsier, (2006) bahan makanan/ makanan yang dibatasi yaitu : a. Garam terdapat 400 mg natrium dalam setiap gram garam meja. Makanan yang diawetkan dengan garam misalnya : ikan asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng, abon, daging asap, asinan sayuran maupun buah, sayur dan buah dalam kaleng. b. Makanan yang dimasak dengan garam dapur atau soda kue (natrium bikarbonat), seperti biscuit, kraker, cake, dan kue- kue lain. c. Penyedap masakan, antara lain : MSG, kecap, terasi, petis taoco, saus sambal, dan saus tomat. d. Makanan kaleng. Makanan kalen sebenarnya dibuat dari bahan makanan segar, tetapi perlu diperhatikan apakah ada pengolahannya ditambahkan garam seperti kornet dan sarden. Bisa juga ditambahkan pengawet misalnya dalam buah dikalengkan. e. Fast food (makanan cepat saji ) seperti kentang goreng, mie instan keripik dan sejenisnya biasanya komposisi makanannya kurang seimbang. Kandungan lemak jenuh pada makanan cepat saji cukup tinggi. Disamping itu makanan cepat saji kurang serat, kurang vitamin dan tinggi natrium. Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 F. Kerangka Teori Penelitian Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagaimana gambar 2.1 berikut : Faktor yang tidak dapat dikontrol : 1. Jenis kelamin 2. Umur 3. Genetik Dampak hipertensi: Hipertensi • Stroke • Jantung • Kematian Faktor yang dapat dikontrol : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Obesitas Kurang olahraga Kebiasaan merokok Mengkonsumsi garam berlebih Minum alkohol Minum kopi Stres Pengetahuan Sikap Pendidikan kesehatan diet hipertensi DASH Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian (Sumber : Modifikasi dari Elsanti (2009), Martuti (2009), Notoatmodjo (2003), Suliha (2012) ) G. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagaimana gambar 2.2 berikut : Pendidikan kesehatan dengan penyuluhan diet hipertensi DASH Peningkatan pengetahuan dan sikap Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 H. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini, penulis merumuskan dalam hipotesis statistik (dirumuskan dalam Ho dan Ha) sebagai berikut : 1) Hipotesis pertama Ho : Tidak ada perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi DASH Ha : Ada perbedaan skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi DASH 2) Hipotesis kedua Ho : Tidak ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi DASH Ha : Ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang diet hipertensi DASH Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Septina Dwi Yuliana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014