BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan gizi (Notoatmodjo, 2007). Seorang anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetik, herediter, konstitusi dan lingkungan. Faktor lingkungan memberi pengaruh positif bagi tumbuh kembang maka perlu kebutuhan dasar yaitu asuh, asih dan asah (Nursalam, 2013). Angka kelahiran bayi di dunia 19 kelahiran per 1000 populasi (Saripedia com) dan angka kelahiran bayi di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 adalah 20,4 kelahiran per 1000 populasi. Angka kelahiran Indonesia tergolong rendah. Berbeda dengan angka kematian bayi mengalami penurunan namun tidak signifikan. Hal ini terlihat dari data SDKI 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) 32 per 1000 kelahiran hidup dan data SKDI tahun 2007 AKB 35 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan kesehatan anak dan derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yaitu penyakit infeksi, trauma persalinan, dan kematian akibat penyakit 1 yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti Tetanus, Campak dan Difteri (Hidayat, 2005). Upaya pemerintah melalui program pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai salah satu program utama bidang kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi pencegahan dan penanggulangan faktor resiko melalui peningkatan imunisasi dan peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit (Bappenas, 2009). Program imunisasi telah menunjukan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular (Depkes RI, 2004). Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar pada penyakit yang serupa tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI, 2005). Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO, 2007). Perlindungan maksimal pada bayi diperoleh bila bayi mendapat imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar diberikan pada bayi berusia 0-12 bulan yang terdir i 2 dari BCG, DPT (1,2,3), Polio (1,2,3,4), Hepatitis B (1,2,3) dan Campak (Depkes RI, 2005). Secara bertahap sejak tahun 2004, pemerintah telah melakukan penggabungan vaksin DPT dan Hepatitis B tersebut dalam satu vaksin yaitu vaksin DPT/HB combo (IDAI, 2008). Imunisasi lengkap yaitu satu dosis vaksin BCG, tiga dosis vaksin DPT, empat dosis vaksin Polio, dan satu dosis vaksin Campak serta ditambah tiga dosis vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (Depkes RI, 2005). Imunisasi perlu diberikan pada bayi karena tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit Tetanus dan 1 dari 200 anak akan meninggal karena menderita penyakit Polio (Proverawati, 2010). Imunisasi diberikan kepada bayi merupakan cara yang paling cost effective untuk melindungi bayi dari penyakit Tuberculosis (TB), Difteri, Pertusis, Tetanus, Poliomyelitis, Hepatitis B (HB) dan Campak. DR. Neoh Siew Hong, The Malaysian Paediatric Assocation dalam Marimbi (2010) mengatakan bahwa masih banyak anak yang tidak diberi imunisasi karena kurangnya pengetahuan mengenai vaksin, jadwal imunisasi, salah paham mengenai kontraindikasi, kerisauan tentang efek samping dan komplikasi vaksin. Keadaan ini mengakibatkan bayi dapat tertular oleh penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Hal ini terlihat pada tahun 2004 lebih dari 10 juta balita 3 meninggal setiap tahun dan kurang lebih 2,5 juta meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang kini maupun terbaru (Depkes RI, 2004). Negara Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan jumlah anak yang tidak diimunisasi DPT3 (Kemenkes RI, 2010). Negara Indonesia menjadi prioritas identifikasi World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) untuk melaksanakan akselerasi dalam pencapaian target 100% Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi di tingkat nasional adalah 90% dan 80% di semua kabupaten. Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya UCI, yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan. Indikator imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT) sebesar 90% dan cakupan imunisasi kontak lengkap Campak sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80% (Kemenkes RI, 2010). Data SDKI tahun 2012, hasil cakupan imunisasi secara Nasional untuk BCG 89%, DPT-HB (1,2,3) 72%, Polio (1,2,3) 76%, dan Campak 80%. Pencapaian untuk imunisasi secara lengkap 66% (BPS, 2012) dan pencapaian UCI 79,3% (Kemenkes RI, 2012). Gambaran data ini memperlihatkan bahwa Pencapaian UCI tahun 2012 secara nasional belum memenuhi target (≥90%). Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa propinsi yang masih memiliki cakupan rendah (Kemenkes RI, 2012). 4 Data pencapaian UCI Propinsi NTT tahun 2012 yaitu 73% (Kemenkes RI, 2012). Pencapaian UCI tahun 2012 meningkat dari tahun 2011 yaitu 64,3% walaupun belum mencapai target (Dinkes NTT, 2012). Hal ini terlihat dari pencapaian UCI beberapa kabupaten yang belum memenuhi target, salah satunya Kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai Timur merupakan salah satu kabupaten di Propinsi NTT yang memiliki 20 puskesmas, 17 kelurahan, dan 159 desa. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Manggarai Timur, selama dua tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai 2012, pencapaian UCI secara kabupaten mengalami penurunan dan belum mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pada tahun 2011 pencapaian UCI Kabupaten Manggarai Timur sebesar 44% dan tahun 2012 pencapaian UCI menurun 38% (Dinkes Manggarai Timur, 2013). Salah satu Puskesmas yang berada di kota Kabupaten Manggarai Timur dimana pencapaian UCI belum memenuhi target adalah Puskesmas Borong. Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Borong selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2011 dari dua kelurahan dan enam desa wilayah binaan Puskesmas Borong, desa yang mencapai UCI sebanyak lima kelurahan/desa (62,5%) (Puskesmas Borong, 2012). Pada tahun 2012 dari tiga kelurahan dan 11 desa wilayah binaan Puskesmas Borong, desa yang mencapai UCI hanya tiga kelurahan/desa (27%) (Puskesmas Borong, 2013). Salah satu kelurahan yang terletak di kota Kabupaten Manggarai Timur dimana cakupan imunisasi dasar masih rendah adalah Kelurahan Ranaloba dengan jumlah sasaran 147 orang, yang mendapat imunisasi 5 BCG sebanyak 125 orang (85%), DPT-HB1 sebanyak 101 orang (69%), DPTHB2 sebanyak 96 orang (65%), DPT-HB3 sebanyak 82 (56%), Polio 1 sebanyak 95 orang (64%), Polio 2 sebanyak 97 orang (66%), Polio 3 sebanyak 77 orang (52%), Polio 4 sebanyak 66 orang (45%) dan Campak 71 orang (48%) (Puskesmas Borong, 2013). Upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat bersama orang tua dan petugas kesehatan antara lain dengan membuat kesepakatan agar semua anak harus ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) setiap bulan sesuai jadwal untuk ditimbang dan mendapatkan imunisasi dasar, namun upaya tersebut belum memberikan pengaruh terhadap peningkatan cakupan imunisasi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong. Menurut Suparyanto (2011), faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar meliputi pendidikan, pendapatan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, dukungan keluarga, fasilitas Posyandu, lingkungan, dan tenaga kesehatan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Ke lurahan Ranaloba wilayah kerja Puskesmas Borong, jumlah sasaran bayi yang sementara diimunisasi sebanyak 147 bayi. Data laporan tahunan Puskesmas Borong tahun 2012 menunjukan bahwa cakupan partisipasi ibu (D/S) di Kelurahan Ranaloba untuk datang membawa bayinya ke Posyandu guna memperoleh imunisasi dasar sesuai jadwal masih rendah dengan tingkat kehadiran rata-rata 67%. Secara geografis akses ibu-ibu ke tempat pelayanan kesehatan yaitu Posyandu terjangkau karena penataan rumah penduduk berada di tepi jalan dan letak posyandu berada di tengah pemukiman penduduk. Posyandu yang berada di 6 wilayah Kelurahan Ranaloba sebanyak enam Posyandu aktif. Petugas selalu melaksanakan pelayanan Posyandu dan kebutuhan vaksin selalu tersedia. Menurut Penelitian Ningrum (2008) pengetahuan dan motivasi ibu berpengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan tingkat pendidikan dan jarak rumah tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Penelitian lain yang dilakukan oleh Albertina (2009) tentang “Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya Pada Bulan Maret 2008” didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan faktor pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan sikap orang tua tidak berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010), menyebutkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan tingkat pengeluaran per kapita berhubungan dengan persentasi anak yang mendapat imunisasi dasar. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran per kapita keluarga maka semakin tinggi cakupan imunisasi pada anak. Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi pada bayi di Kelurahan Ranaloba belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah, yaitu: “Faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pendidikan ibu bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur b. Mengidentifikasi pendapatan keluarga yang memiliki bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur d. Mengidentifikasi sikap ibu bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur e. Mengidentifikasi pekerjaan ibu bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur 8 f. Mengidentifikasi dukungan keluarga ibu bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur g. Mengidentifikasi perilaku tenaga kesehatan di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur h. Mengidentifikasi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur i. Menganalisis hubungan faktor pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur j. Menganalisis hubungan faktor pendapatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur k. Menganalisis hubungan faktor pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur l. Menganalisis hubungan faktor sikap dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur m. Menganalisis hubungan faktor pekerjaan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur n. Menganalisis hubungan faktor dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur 9 o. Menganalisis hubungan faktor perilaku tenaga kesehatan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Kelurahan Ranaloba Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, sebagai referensi untuk mempelajari berbagai fenomena di masyarakat sehingga dapat megetahui intervensi yang adekuat dalam mengatasi masalah. b. Bagi Ibu, sebagai suatu informasi untuk menambah pengetahuan, motivasi untuk menumbuhkan sikap positif serta dukungan agar dapat berpartisipasi dalam program imunisasi. c. Bagi Petugas Kesehatan, sebagai bahan masukan untuk pemegang program imunisasi, program kesehatan ibu dan anak, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan imunisasi di tingkat Puskesmas sehingga dapat mengambil langkah yang tepat dalam meningkatkan cakupan imunisasi. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian sebagai sumbangan referensi dan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan keluarga. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan informasi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. 10 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian ini adalah : 1. Penelitian oleh Irfani (2009), “Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.” Jenis Penelitian yang digunakan survey dengan pendekatan explanatory Research. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 9 bulan hingga 12 bulan, yaitu sebanyak 286 ibu. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 orang diambil dengan tehnik simple random sampling. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan, dan pengetahuan terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap sedangkan umur, pekerjaan, pendapatan, dan sikap tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. 2. Penelitian Fatmawati (2006), dengan judul “Determinan yang Mempengaruhi Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Balita Usia 1-2 Tahun di Wilayah Puskesmas Tegalrejo.” Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional analitik, dengan populasi semua ibu yang mempunyai balita 1-2 tahun yang diambil dengan menggunakan cluster sampling design. Analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa cakupan 11 imunisasi di Puskesmas Tegalrejo tidak berhubungan dengan nilai, sikap, karakteristik ibu, dan karakteristik balita. 3. Penelitian Ikawati (2011), dengan judul “Pengaruh Karakteristik Orang Tua Terhadap Status Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi di Kelurahan Banyuanyar Kabupaten Sampang.” Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional melalui pendekatan analitik, dengan populasi semua bapak dan mempunyai bayi 10–15 bulan yang diambil ibu yang dengan menggunakan simple random sampling. Analisa data menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh status pekerjaan ibu, tingkat pengetahuan ibu terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dan tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan ibu, tingkat pendidikan bapak, status pekerjaan bapak, tingkat pendapatan terhadap status kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. bapak, dan tingkat pengetahuan bapak