BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum Bank Konvensional II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1.
Tinjauan Umum Bank Konvensional
II.1.1. Definisi Bank Konvensional
Definisi Bank Konvensional menurut UU No. 4 Tahun 2003 tentang
Perbankan
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Definisi Bank Konvensional menurut Triandaru (2006:153)
Bank Konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan
mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam
persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase
tertentu ini biasanya ditetapkan per tahun.
Definisi Bank Konvensional menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf
(2010:5)
“Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat”.
10 II.1.2. Fungsi Bank Konvensional
Fungsi Bank Konvensional menurut Santoso (2006:9)
1. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana.
2. Agent of Development
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, konsumsi ini tidak lain
adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Service
Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat seperti
jasa pengiriman uang , jasa penitipan barang berharga, dll.
Fungsi Bank Konvensional menurut Arifin (2006:2)
1. Menyediakan
tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe
keeping function), dan
2. Menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa
(transaction function).
Fungsi Bank Konvensional menurut Siamat (2001:88)
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien
dalam kegiatan ekonomi.
2. Menciptakan uang.
3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat.
11 4. Menawarkan jasa- jasa keuangan lain.
5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
II.1.3. Produk Bank Konvensional
Produk Bank Konvensional menurut Sukmayani (2008:123)
1. Tabungan (saving deposit)
Jenis simpanan yang penarikannya dapat dilakukan melalui syaratsyarat tertentu. Penarikannya dapat dilakukan melalui kantor bank,
ATM, dan kartu debet.
Setiap penabung akan diberi buku tabungan sebagai bukti telah
menyimpan dananya di bank tersebut. Buku tabungan juga berfungsi
sebagai catatan bagi setiap transaksi keuangan yang dilakukan oleh
penabung. Fungsi ATM, kartu debet adalah untuk pembayaran saat
transaksi pembelian barang.
2. Deposito
Deposito atau pinjaman berjangka merupakan simpanan dana
masyarakat dimana penarikan dana tersebut hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang telah disepakati
antara nasabah dengan pihak bank. Apabila nasabah menarik dananya
tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, nasabah akan
didenda. Ada dua deposito, yaitu :
12 a. Deposito berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan atas nama, artinya simpanan
ini hanya dapat dicairkan oleh pemilik deposito yang tercantum
dalam bilyet deposito tersebut.
b. Sertifikat deposito
Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau
atas unjuk. Bukti simpanan ini dapat diperjualbelikan atau
dipindahtangankan ke pihak ketiga. Bunga sertifikat deposito ini
dibayar dimuka atau dipotong dari harga nominalnya pada saat
pembelian sertifikat deposito tersebut.
3. Rekening giro
Rekening giro (demand deposit) adalah jenis simpanan nasabah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan antar
rekening. Cek dan bilyet giro adalah fasilitas yang diberikan pihak
bank ke pemilik rekening giro sebagai alat pembayaran dalam
transaksi keuangannya. Bank ummunya memberikan jasa atau bunga
yang paling rendah pada rekening giro dibandingkan dengan jenis
tabungan yang lainnya.
Keuntungan nasabah yang memilki rekening giro di bank adalah
praktis karena tidak perlu membawa uang tunai, relatif aman karena
dapat diblokir apabila hilang atau karena penipuan. Selain itu mudah
dalam transaksi pembayaran.
13 a. Cek adalah perintah tak bersyarat ke bank untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada saat penyerahannya atas beban
rekening cek.
b. Bilyet giro adalah perintah ke bank untuk memindahbukukan
sejumlah tertetnu uang atas beban rekening penarik.
4. Pembayaran Internasional
Pembayaran Internasional adalah jasa bank yang diberikan kepada
nasabah untuk memudahkan transaksi keuangannya dalam melakukan
perdagangan antarnergara. Ada beberapa metode pembayaran sebagai
pelayanan atau jasa bank ke nasabahnya dalam pembayaran
internasional, yaitu advance payment, open account, documentary
collection, clean collection, dan letter of credit.
5. Kliring
Kliring adalah sarana perhitungan warkat antar- bank yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia dengan tujuan memperluas dan
memperlancar lalu lintas pembayaran giral. Kliring berguna untuk
penyelesaian utang piutang antar bank yang dipusatkan di suatu
tempat dengan cara saling menyerahkan warkat atau surat- surat
berharga.
Warkat- warkat yang diperhitungkan dalam kliring adalah: cek, bilyet
giro, bukti penerimaan transfer, wesel bank untuk transfer, nota
kredit/ nota debet, warkat lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia.
14 6. Travellers cheque
Travellers cheque adalah cek khusus yang diterbitkan oleh bank/
lembaga keuangan dalam bentuk yang sudah tercetak dalam mata
uang tertentu. Kegunaan travellers cheque adalah memberikan
kemudahan bagi orang yang melakukan perjalanan, karena yang
bersangkutan tidak perlu membawa uang tunai. Travellers cheque
dibayar dimuka (dibeli) lebih dulu dan dapat dicairkan di seluruh bank
di dunia atau lembaga keuangan tertentu.
7. Inkaso
Inkaso merupakan pemberian kuasa oleh perusahaan atau perorangan
untuk menagihkan atau melakukan pembayaran kepada pihak yang
bersangkutan di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat- surat
berharga baik dalam rupiah maupun valuta asing.
Objek inkaso adalah wesel (draft), cek, surat aksep, kupon atau
dividen, surat undian, money order, kuitansi, dan nota- nota tagihan
lainnya.
8. Remittance
Remittance adalah jasa pengiriman dan penerimaan uang dari luar
negeri melalui fasilitas bank. Pada saat ini, hampir semua perbankan
nasional, terutama bank devisa teah memiliki fasilitas remittance.
9. Kartu kredit
Kartu kredit adalah alat pembayaran berbentuk kartu dan berfungsi
sebagai pengganti uang tunai. Kartu ini digunakan sebagai alat
15 pembayaran atas transaksi pembelian barang dan jasa. Pembayaran
dilaksanakan melalui bank penerbit kartu atau bank yang menjalin
kerja sama dengan penerbit kartu kredit.
Pembayaran dapat dilakukan sekaligus ataupun secara angsuran. Pada
pembayaran secara angsuran, pemegang kartu akan dikenakan bunga
sesuai dengan ketentuan. Keterlambatan pembayaran atas tagihan
yang telah melewati batas jatuh tempo akan dikenakan denda sebesar
nilai yang disepakati dalam perjanjian.
10. Safe Deposit Box
Jasa perbankan yang diberikan untuk memberikan rasa aman atas
penyimpanan barang milik nasabah adalah fasilitas Safe deposit box
atau kotak pengamanan simpanan. Safe deposit box ini terdapat dalam
ruang khusus yang tahan api, di mana barang- barang nasabah
disimpan dalam keadaan terkunci.
Nasabah akan terjamin kerahasiannya, serta terhindar dari resiko
pencurian, kebakaran. Jenis barang yang dapat disimpan dalam safe
deposit box adalah surat- surat berharga, perhiasan, logam mulia,
benda- benda lainnya yang tidak dilarang oleh peraturan (senjata
api, obat- obatan terlarang, narkoba, zat kimia yang mudah terbakar
dan dapat menimbulkan kerusakan.
11. Phone banking
Beberapa bank nasional sudah menyediakan fasilitas phone banking
dan internet banking. Fasilitas ini memudahkan nasabah untuk
16 melakukan semua transaksi keuangan hanya melalui telepon atau
internet. Nasabah dapat dengan cepat melakukan dan mengetahui
transaksi keuangan yang terjadi pada hari itu tanpa harus pergi ke
bank atau ATM. Fasilitas ini memberikan keleluasaan untuk
melakukan transasksi hingga 24 jam.
12. Cash management
Cash management adalah jasa yang diberikan bank ke nasabahnya
untuk membantu pengelolaan dana. Dengan demikian, nasabah dapat
melakukan transaksi dengan lancar dan mendapatkan keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam hal ini, bank berperan sebagai pengelola layanan tersebut. Dari
situ, bank akan mendapatkan imbalan atas jasa yang diberikan. Jenis
layanan yang diberikan akan berbeda antara satu nasabah dengan
nasabah lainnya.
13. Transfer uang
Transfer uang (pengiriman uang) merupakan salah satu jasa bank
dalam hal pengiriman sejumlah uang yang diamanatkan nasabah baik
dalam bentuk rupiah maupun dalam bentuk mata uang asing yang
ditujukan bagi pihak lain.
14. Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
ATM merupakan pelayanan pembayaran kepada nasabah dengan
menggunakan
alat/perangkat
mesin
dan
pengoperasiannya
17 dikendalikan secara otomatis melaui komputer. Salah satu contoh
ATM adalah auto cash.
15. Payment point
Payment point merupakan jasa pelayanan bank bagi nasabahnya, di
mana bank mengambil alih pembayaran untuk pihak ketiga sebagai
imbalan atas jasa yang diterima dari nasabah. Jasa ini tampak
misalnya dalam pembayaran langganan listrik telepon, PAM, cicilan
pengambilan rumah BTN, dan sebagaimana yang dibayar oleh bank
atas nama nasabahnya.
II.1.4. Jenis- jenis penghimpunan dana dalam Bank Konvensional
1.
Dana yang bersumber dari bank itu sendiri.
a. Setoran modal dari pemegang saham
Dalam hal ini pemilik saham lama dapat menyetor dana tambahan
atau membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b. Cadangan- cadangan bank
Maksudnya ada cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi
kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja tidak
dibagikan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi
Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk
sementara waktu.
18 2.
Dana yang berasal dari masyarakat luas.
a. Simpanan Giro (Demand Deposit)
Menurut Pasal 1 angka 6 UU Perbankan yang Diubah
Giro adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank dan merupakan salah satu sarana pembayaran, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan
warkat perintah pembayaran, seperti cek, bilyet giro, atau sarana
perintah pembayaran lainnya.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat- syarat tertentu yang disepakati, tetapi
tidak dapat ditarik dengan giro, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
c. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Menurut Pasal 1 angka 7 UU Perbankan yang Diubah
Deposito adalah
merupakan dana yang dipercayakan
masyarakat kepada bank dalam bentuk simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Waktu
penarikan simpanan deposito sudah ditentukan sesuai dengan
perjanjian yang dibuat sesuai kesepakatan antara nasabah dengan
pihak bank.
3.
Dana yang bersumber dari lembaga lain.
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia
Merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bankbank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini
juga diberikan kepada pembiayaan sektor- sektor tertentu.
19 b. Pinjaman antar bank
Pinjaman antar bank biasanya diberikan kepada bank- bank yang
mengalami kalah kliring di dalam lebaga kliring. Pinjaman ini
bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. Pinjaman
antar bank lebih dikenal dengan nama Call Money.
c. Pinjaman dari bank- bank luar negeri
Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak
luar negeri, misalnya pinjaman dari bank di Singapura, Amerika
Serikat, atau dari negara- negara Eropa.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian
diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan.
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/banklembaga-keuangan-1/sumber-penggunaan-dana-bank
II.1.5. PSAK yang digunakan Bank Konvensional
PSAK No. 31 (Revisi 2000) tentang Akuntansi Perbankan telah disahkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 31 Maret 2000.
Sebelumnya standar khusus akuntansi untuk industri perbankan ini telah
dikeluarkan oleh IAI sejak 5 Juni 1992 Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia
No. 7 tentang Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI).
20 Kemudian seiring dengan proses harmonisasi dengan Intenational
Accounting Standards dan dalam rangka pengembangan PAI menjadi Standar
Akuntasi Keuangan (SAK) maka SKAPI disesuaikan seperlunya menjadi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan
pada 7 September 1994
Selanjutnya dengan semakin menyatunya ekonomi dunia yang ditandai
dengan pesatnya peningkatan transaksi pasar uang maupun pasar modal yang
dilakukan melalui perbankan, menuntut kembali untuk disempurnakannya PSAK
31 dengan lebih menekankan pada asas keterbukaan dan akuntabilitas.
Pernyataan dalam PSAK 31 mengenai asas keterbukaan dan akuntabilitas
bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
laporan keuagan bank. Ruang lingkup atas pernyataan ini diterapkan untuk
perbankan yang beroperasi di Indonesia.
Pernyataan diatas ini tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk transasksi
khusus pada bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi khusus pada bank syariah atau bank umum
yang mempunyai divisi syariah mengacu pada PSAK yang mengatur akuntansi
perbankan syariah.
21 II.2.
Tinjauan Umum Bank Syariah
II.2.1. Definisi Bank Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 2/8/PBI/2000 Pasal 1
Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 10
Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Adapun unit syariah adalah
unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang syariah.
Menurut UU No. 21 tahun 2008 Pasal 1
“Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”.
Menurut Sudarsono (2004:27)
Bank Syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip- prinsip
syariah.
II.2.2. Fungsi Bank Syariah, terdiri dari :
1.
Fungsi Manajer Investasi menurut Wiroso (2005:5)
Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dari dana yang dihimpun dengan prinsip mudharabah
(dalam perbankan lazim disebut dengan deposan atau penabung),
karena besar kecilnya imbalan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik
dana, sangat tergantung pada hasil usaha yang diperoleh (dihasilkan)
oleh bank syariah dalam mengelola dana (khususnya dana
mudharabah). Hal ini sangat dipengaruhi oleh keahlian, kehati22 hatian, dan profesionalisme dari bank syariah sebagai manajer
investasi (pihak yang mengelola dana).
2.
Fungsi Investor menurut Wiroso (2005:10)
Dalam penyaluran dana, baik dalam prinsip bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah), prinsip Ujroh (Ijarah), dan prinsip
jual beli (murabahah, salam dan istishna), bank syariah berfungsi
sebagai investor (sebagai pemilik dana). Oleh karena itu sebagai
pemilik dana maka dalam menanamkan dana dilakukan dengan
prinsip- prinsip yang telah ditetapkan dan tidak melanggar syariah,
ditanamkan pada sektor- sektor produktif dan mempunyai resiko yang
sangat minim. Keahlian, profesionalisme sangat diperlukan dalam
menangani penyaluran dana ini, penerimaan pendapatan dan kualitas
aktiva produktif yang sangat baik menjadi tujuan yang penting dalam
penyaluran dana, karena pendapatan yang diterima dalam penyaluran
dana inilah yang akan dibagikan kepada pemilik dana (deposan atau
penabung mudharabah). Jadi fungsi ini sangat terkait dengan fungsi
bank syariah sebagai manajer investasi.
3.
Fungsi Jasa Perbankan menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf
( 2009 : 29)
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda
dengan bank non syariah, seperti misalnya memberikan layanan
kliring, inkaso, pembayaran gaji, dan sebagainya. Hanya saja yang
membedakan adalah prinsip- prinsip syariah yang tida boleh
dilanggar.
a. Prinsip Wakalah :
1) Memberikan jasa transfer, inkaso, kliring.
2) Memberikan layanan letter of credit (L/C)
3) Melakukan kegiatan wali amanat
b. Prinsip wadi’ah yad amanah :
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat- surat
berharga.
23 c. Prinsip Kafalah
Memberikan layanan bank garansi.
d. Prinsip Sharf
Memberikan pelayanan penukaran uang asing
Bank- bank syariah juga menawarkan berbagai jasa keuangan
lainnya untuk memperoleh imbalan atas dasar agency contract
atau sewa dan pendapatan yang diperoleh atas jasa keuangan
tersebut merupakan pendapatan operasi lainnya dan tidak
termasuk dalam perhitungan pembagian hasil usaha.
4.
Fungsi Sosial menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf (2009: 30)
Dalam konsep perbankan syariah mengharuskan bank- bank
syariah memberikan pelayanan sosial apakah melalui dana Qard
(pinjaman kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan
prinsip- prinsip Islam. Disamping itu, konsep perbankan Islam juga
mengharuskan bank- bank syariah untuk memainkan peran penting di
dalam pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan
kontribusi bagi perlindungan dan pergembangan lingkungan. Fungsi
ini juga yang membedakan fungsi bank syariah dengan bank
konvensional, walaupun hal ini ada dalam bank konvensional
biasanya dilakukan oleh individu- individu yang mempunyai
perhatian dengan hal sosial tersebut, tetapi dalm bank syariah fungsi
sosial merupakan salah satu fungsi yang tidak terpisahkan dengan
fungsi- fungsi yang lain. Bank syariah harus memegang amanat dalam
menerima ZIS atau dana kebajikan lainnya dan menyalurkan kepada
24 pihak- pihak yang berhak untuk menerimanya dan atas semua itu
haruslah dibuatkan laporan sebagai pertanggungjawaban dalam
pemegang amanah tersebut.
II.2.3. Produk Bank Syariah
Produk Bank Syariah menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf (2010:33)
Dalam Bank Syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan
tidak membedakan nama produk tetapi pada prinsip yang digunakan yaitu
prisip wadiah dan prinsip mudharabah. Apapun nama produknya tapi
yang diperhatikan adalah prinsip yang dipergunakan atas nama produk
tersebut, karena hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha
yang dilakukan antara pemilik dana/ deposan (shaibul maal) dengan bamk
syariah sebagai mudharib. Berikut adalah pembahasan tentang prinsip
dalam produk penghimpunan dana bank syariah :
1. Prinsip Wadiah
a. Giro Wadiah menurut UU No. 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 6
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah
pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
tentang Giro Wadiah (Fatwa, 2006) sebagai berikut :
1) Bersifat titipan.
2) Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
25 Karakteristik dari Giro Wadiah menurut Harahap, Wiroso dan
Yusuf (2009: 132) antara lain:
1) Harus dikembalikan utuh sepeti semula sehingga tidak boleh
overdraft
2) Dapat dikenakan biaya titipan.
3) Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang
titipan misalnya menetapkan saldo minimum.
4) Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro
sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Jenis dan kelompok rekening sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan syariah.
6) Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip.
b. Tabungan Wadiah menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf (2009:
133)
“Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu”.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
tentang Tabungan Wadiah (Fatwa, 2006) sebagai berikut :
1) Bersifat simpanan.
2) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan
kesepakatan.
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
26 c. Prinsip Mudharabah
a. Tabungan Mudharabah menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf
(2009: 37)
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan
itu.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
tentang Tabungan Mudharabah (Fatwa, 2006) sebagai berikut:
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shaibul
maal atau pemilik dana, dan bank sebagai mudharib atau
pengelola dana
2) Dalam
kapasitasnya
sebagi
mudharib,
bank
dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan
prinsip
syariah
dan
menggembangkannya,
termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional
deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang
menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan
27 b. Deposito Mudharabah menurut Yusuf (2009: 138)
“Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan”.
Jenis deposito berjangka :
1) Deposito berjangka biasa
Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang
diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah
ada permohonan baru / pemberitahuan dari penyimpan.
2) Deposito berjangka otomatis (Automatic roll over)
Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari
penyimpan.
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional ditetapkan ketentuan
tentang Deposito Mudharabah (Fatwa, 2006) sebagai berikut :
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shaibul
maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai
mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk
di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
28 3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai bukan piutang
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional
deposito dengan nisbah keuntungan yang menjadi hak nya.
6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah
keuntungan.
II.2.4. Produk Jasa Bank Syariah menurut Wirdyaningsih (2005: 168)
Bank Syariah juga dapat melakukan pemberian jasa yang sesuai dengan
prinsip syariah yaitu :
1. Al Kafalah
Al Kafalah adalah pemberian jaminan oleh bank sebagai penanggung kepada
pihak ketiga atas kewajiban pihak kedua yang ditanggung, atas pemberian
jaminan ini bank memperoleh fee.
2. Al Hiwalah
Al Hiwalah adalah jasa pengalihan tangungjawab pembayaran hutang dari
seseorang yang berhutang kepada orang lain.
3. Al Wakalah
Al wakalah adalah jasa melakukan tindakan atau pekerjaaan mewakili nasabah
sebagai kuasa. Untuk mewakili nasabah melakukan tindakan atau pekerjaan
tersebut nasabah diminta untuk mendepositokan dana secukupnya.
29 4. Ar Rahn
Ar Rahn yaitu pembiayaan berupa pinjaman dana tunai dengan jaminan
barang bergerak yang relative nilainya tetap untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan.
II.2.5. Prinsip yang digunakan dalam Bank Syariah menurut Wiroso
(2005:2)
Prinsip syariah berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 butir 13
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain :
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah)
5. Pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni dengan
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewadari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)
30 II.2.6. Pencatatan Akuntansi Bank Syariah
Pencatatan Akuntansi Bank Syariah menurut Harahap, Wiroso dan Yusuf
(2009:142)
1. Pada saat pembukaan rekening (setoran awal)
Dr. Kas
Cr. Giro / Tabungan Wadiah
xxx
xxx
2. Pada saat penarikan Giro / Tabungan Wadiah (via ATM)
Dr. Giro / Tabungan Wadiah
Cr. Kas ATM
xxx
xxx
3. Pada saat aplikasi transfer untuk pemindahbukuan
Dr. Giro / Tabungan Wadiah
Cr. Tabungan / Deposito Mudharabah
xxx
xxx
4. Pada saat transfer ke bank lain
Dr. Giro / Tabungan Wadiah
Cr. Bank Indonesia
xxx
xxx
5. Pada saat pemberian bonus (kebijakan bank dan tidak disyaratkan
sebelumnya)
Dr. Beban Bonus Wadiah
Cr. Giro / Tabungan Wadiah
Cr. Titipan Kas Negara (Pajak)
xxx
xxx
xxx
II.2.7. PSAK yang digunakan Bank Syariah
Standar akuntansi yang berdasarkan prinsip syariah adalah kunci sukses
bagi bank/ lembaga keuangan syariah dalam menjalankan sistemnya dalam rangka
melayani masyarakat. Standar akuntansi akan terlihat dalam sistem akuntansi
yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan sistem pelaporan keuangan. Saat
ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sudah mengeluarkan PSAK Akuntansi Syariah
31 No. 100 - 108 yang merupakan revisi dari PSAK Akuntansi PSAK No. 59 dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah
pada tanggal 1 Juni 2001 yang berisi tentang :
1. Tujuan Akuntansi Keuangan
2. Tujuan Laporan Keuangan
3. Asumsi dasar atas Sistem Pencatatan akrual
4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
5. Unsur Laporan Keuangan
PSAK untuk Akuntansi Syariah terdapat pada PSAK No 100 – 111. PSAK
ini dibuat untuk memberikan pedoman mengenai pencatatan, pengungkapan,
pelaporan, penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi
internasional tapi tetap berdasarkan prinsip syariah. Berikut adalah rincian dari
PSAK Akuntansi Syariah No. 100 - 108 :
1. PSAK No. 100 : Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah,
2. PSAK No. 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah,
3. PSAK No. 102 : Akuntansi Murabahah,
4. PSAK No. 103 : Akuntansi Salam,
5. PSAK No. 104 : Akuntansi Istishna,
6. PSAK No. 105 : Akuntansi Mudharabah,
7. PSAK No. 106 : Akuntansi Musyarakah,
8. PSAK No. 107 : Akuntansi Ijarah,
9. PSAK No. 108 : Akuntansi Penyelesaian Utang piutang
Murabahah Bermasalah,
32 PSAK No. 100 menjelaskan tentang kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan syariah yang sesuai dengan standar akuntansi
Internasional namun tetap sesuai dengan prinsip syariah.
PSAK No. 101 juga berisi tentang penyajian komponen- komponen
laporan keuangan bank syariah dan juga pengungkapan umum laporan keuangan,
serta tanggal efektif untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan lembaga
syariah.
II.3.
Prinsip Operasional Bank Syariah
Prinsip Operasinal Bank Syariah menurut Wiroso (2005)
Bank Syariah memiliki minimal 5 prinsip operasional yang digunakan yaitu :
1. Prinsip Simpanan Murni
Merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank islam untuk memberikan
kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk Al Wadi’ah. Fasilitas wadi’ah biasa diberikan
untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya
tabungan dan deposito. Dalam perbankan konvensional biasa disebut
dengan giro.
2. Prinsip Bagi hasil
Merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha
dapat terjadi antar bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank
dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk dengan menggunakan
33 prinsip mudharabah biasanya digunakan untuk tabungan dan deposito,
sedangkan musyarakah lebih banyak pada pembiayaan.
3. Prinsip Jual Beli dan Margin keuntungan.
Prinsip ini menerapkan tata cara jual beli dimana bank membeli terlebih
dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen
bank melakukan pembelian barang jasa atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga
beli ditambah keuntungan (margin/mark up).
4. Prinsip Sewa
Prinsip sewa secara garis besar terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Ijarah Sewa Murni (Ba’i al Takjiri),
b. Ijarah Penggabungan Sewa dan Beli (Al Muntahiya Bit Tamlik)
5. Prinsip fee (jasa)
Prinsip ini meliputi keseluruhan layanan non -pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini diantaranya yaitu
a. Bank Garansi,
b. Kliring,
c. Inkaso,
d. Jasa transfer dana lain-lain.
34 II.4.
Kegiatan Usaha Bank Syariah
Kegiatan Usaha Bank Syariah menurut Wiroso (2005: 15)
Kegiatan Usaha Bank Syariah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.
6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang menjalankan
Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Beberapa pasal yang mengatur
kegiatan usaha syariah adalah sebagai berikut :
1. Pasal 36
Bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati- hatian dalam
melakukan kegiatan usahanya, yakni meliputi sebagai berikut :
a. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi, antara lain :
1) Giro berdasarkan prinsip wadiah
2) Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan atau mudharabah
3) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah
b. Melakukan penyaluran dana meliputi sebagai berikut :
1) Prinsip jual beli berdasarkan akad, antara lain :
i.
Murabahah
ii.
Istishna
iii.
Salam
2) Prinsip bagi hasil berdasarkan akad, antara lain :
i.
Mudharabah
ii.
Musyarakah
35 3) Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad, antara lain :
i.
Ijarah
ii.
Ijarah muntahiya biitamllik
4) Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
c. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan prinsip, antara
lain:
1) Wakalah
2) Hawalah
3) Kafalah
4) Rahn
d. Membeli, menjual, dan/ atau menjamin atas resiko sendiri surat- surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying
transaction) berdasarkan prinsip syariah.
e. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
Pemerintah dan/ atau Bank Indonesia
f. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah
g. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/ atau nasabah berdasarkan
prinsip syariah
h. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip
syariah.
i. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat- surat berharga
berdasarkan prinsip wadiah yad amanah.
36 j. Melakukan
kegiatan
penitipan
termasuk
penataan
usahanya
untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.
k. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip syariah.
l. Memberikan fasilitas garansi bank berdasrkan prinsip syariah.
m. Melakukan kegiatan usaha kartu debet (charge card) berdasarkan prinsip
syariah.
n. Meleakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah.
o. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh
Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
II.5.
Kegiatan Lain Bank Syariah
Kegiatan Lain Bank Syariah menurut Harahap (2005:17)
Selain kegiatan Bank Syariah yang berada dalam Pasal 36, Bank Syariah juga
dapat melakukan kegiatan lainnya menurut Pasal 37 yaitu :
1. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah;
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank atau perusahaan lain di bidang
keuanga berdasarkan Prinsip Syariah seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan;
3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip Syariah
untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank
Indonesia; dan
37 4. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip
Syariah sesuai dengan ketentuan dalam perundang- undangan dana pensiun yang
berlaku.
Terdapat beberapa pasal yang terkait dengan Bank Syariah yanitu mengenai
peraturan Bank Syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya yaitu :
1. Pasal 38
a) Bank wajib mengajukan permohonan persetujuan kepada Bank Indonesia atas
produk dan jasa baru yang akan dikeluarkan
b) Permohonan persetujuan atas produk dan jasa yang akan dikeluarkan
sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (1) wajib dilampiri dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional.
2. Pasal 39
a) Bank dilarang melakukan kegiatan usaha perbankan secara konvensional
b) Bank dilarang mengubah kegiatan usahanya menjadi Bank Konvensional.
II.6.
Penghimpunan Dana pada Bank Syariah
II.6.1. Penghimpunan Dana berdasarkan Prinsip Wadiah pada Bank Syariah
menurut Wiroso (2005:20)
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja pemiliknya menghendaki. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah
menjaga keselamatan barang itu dari kehilangan, kemusnahan, kecurian
dan sebagainya. Yang dimaksud “barang” disini adalah suatu yang
38 berharga seperti uang, dokumen, surat berharga, dan barang lain yang
berharga di sisi Islam.
Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi dengan prinsip wadiah
adalah sebagai berikut :
1. Barang yang dititipkan,
2. Orang yang menitipkan / penitip,
3. Orang yang menerima titipan/ penerima titipan dan
4. Ijab Qobul.
Bank sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan
imbalan dan bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang
tersebut. Namun, atas kebijakannya Bank Syariah dapat memberikan
“bonus” kepada penitip dengan syarat sebagai berikut :
1. Bonus merupakan kebijakan hak prerogatif dari bank sebagai penerima
titipan,
2. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlah yang diberikan, baik
dalam presentase maupun nominal (tidak ditetapkan dimuka).
Jadi, bank syariah tidak pernah berbagi hasil dengan pemilik dana
prinsip wadiah dan pemberian bonus atau imbalan kepada pemilik
dana wadiah merupakan kebijakan bank syariah itu sendiri, sehingga
dalam praktik bank syariah yang satu tidak sama dengan bank syariah
lain. Ada bank yang memberi bonus dan ada bank syariah yang tidak
memberikan bonus.
39 II.6.2. Prinsip Penghimpunan Dana berdasarkan Prinsip Wadiah
Di dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)
dijelaskan karakteristik wadiah (PAPSI, bagian IV.C – Simpanan, halaman
IV.148) giro wadiah, tabungan wadiah, dan bonus simpanan wadiah sebagai
berikut :
1. Giro Wadiah
Giro Wadiah adalah titipan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menngunakan cek, bilyet giro, kartu ATM, sarana
pemerintah dan pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
Termasuk di dalamnya giro wadiah yang diblokir untuk tujuan tertentu
misalnya dalam rangka escrow account, giro yang diblokir oleh yang
berwajib karena suatu perkara.
2. Tabungan Wadiah
Tabungan Wadiah adalah titipan pihak ketiga pada Bank Syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati dengan
kuitansi, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan.
3. Bonus simpanan wadiah
Atas bonus simpanan wadiah dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan pajak
yang berlaku.
40 II.6.3. Prinsip Wadiah dalam penghimpunan dana pada Bank Syariah
Prinsip Wadiah dalam penghimpunan dana pada Bank Syariah Menurut
Harahap (2005:22)
Prinsip Wadiah terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Wadiah Yad Al Amanah, dengan karakteristik yaitu
Merupakan titipan murni dimana barang yang dititipkan tidak boleh
digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip, dan sewaktu titipan
dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai fisik maupun fisik
barangnya, serta jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka
pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab sedangkan
sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat
dikenakan biaya penitipan.
2. Wadiah Yad Al Dhamanah, dengan karakteristik yaitu :
Merupakan pengembangan dari wadiah yad al amanah yang
disesuaikan dengan aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi
izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut
(tidak idle). Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung
jawab terhadap kehilangan / kerusakan barang tersebut. Semua
keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima
titipan. Sebagai imbalan bagi kepada pemilik barang / dana dapat
diberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak disyaratkan
sebelumnya.
Wadiah yad al dhamanah dalam kegiatan usaha bank Islam dapat
diaplikasikan pada rekening giro (current account) dan rekening
41 tabungan (saving account) yaitu bank Islam boleh menggunakan uang
itu dalam proyek berjangka pendek. Bank bertanggung jawab atas
keselamatan uang tersebut dibawah konsep jaminan, begitu juga
dengan rekening giro. Tetapi, peluang bagi bank untuk menggunakan
nya terbatas, karena pemilik barang bisa mengambil barangnya
sewaktu- waktu melalui cek karena itu, bank boleh mengenakan
bayaran atas rekening giro sebagai upah sedangkan untuk wadiah
amanah dapat diaplikasikan pada safe deposit box dan sejenisnya.
42 
Download