prospeksi mineral logam di kabupaten sumba timur provinsi nusa

advertisement
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
II.26
PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR
Wahyu Widodo dan Kisman
Kelompok Penyelidikan Mineral
SARI
”Geologi daerah prospeksi disusun oleh satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik, satuan batugamping klastis yang menjemari dengan satuan napal tufaan serta satuan batuan terobosan (diorit, granodiorit).
Struktur geologi berarah timurlaut – baratdaya berupa sesar geser dan struktur lipatan dengan kemiringan
lapisan yang tidak begitu besar terpotong morfologi.
Indikasi mineralisasi berupa sulfida pirit tersebar pada singkapan batuan terobosan terubah dan pirit,
kalkopirit, azurit teramati pada float urat kuarsa berongga dengan kristal vuggy warna coklat teroksidasi
sedangkan mineral-mineral pirit, kalkopirit serta butir emas terlihat dari beberapa lokasi pendulangan
mineral berat. Gejala ubahan batuan yang teramati di sepanjang lintasan conto tanah adalah ubahan
argilik – argilik lanjut dan silisifikasi.
Koefisien korelasi tiap unsur menunjukkan adanya kecenderungan hubungan korelasi kuat antara logam
dasar (Cu, Pb, Zn) dengan logam mulia (Au, Ag) kesemua unsur-unsur tersebut juga berkorelasi dengan
As akan tetapi sangat lemah berkorelasi dengan Sb, ini dapat diperkirakan bahwa kehadiran As (arsenik)
sebagai petunjuk mineralisasi logam dasar dan logam mulia di daerah ini.
Gabungan antara sebaran anomali unsur-unsur dengan ubahan batuan dan sebaran butir emas, di daerah
Kambaratu sedikitnya ada 10 lokasi anomali gabungan yang perlu ditindaklanjuti berdasarkan skala prioritas untuk dilakukan pemetaan geologi rinci dan study geokimia tanah secara sistematis (grid) interval
50 m. Skala prioritas satu dan dua masing-masing pada lokasi H, G, F dan lokasi C, disamping daerahdaerah tersebut mengingat As sebagai fathfinder yang erat dengan Cu maka lokasi B dan I juga perlu
diperhitungkan.
”
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
PENDAHULUAN
Kegiatan prospeksi mineral logam ini dilatarbekalangi adanya sebaran anomali geokimia
sedimen sungai unsur Cu-Au di Kecamatan
Pandawai, Au-Pb-Mn di Kecamatan Haharu dan
Cu-Pb-Zn-Mn di Kecamatan Tabundung, (DIM,
2001) dan adanya indikasi kandungan Au dalam
batuan (BHP Sumba Minerals, 1998) di dalam
lingkungan geologi yang sangat mendukung
(Gambar 1).
Kegiatan prospeksi ini dimaksudkan untuk
mengetahui daerah-daerah yang memiliki
prospek keterdapatan mineral logam di Kabupaten Sumba Timur sedangkan tujuannya
dapat memberikan masukan guna pengembangan mineral logam dan untuk melengkapi Bank
Data Sumber Daya Mineral Nasional di Pusat
Sumber Daya Geologi serta sebagai dasar
didalam penentuan wilayah pertambangan.
Beberapa penyelidik telah melakukan kegiatan
pemetaan geologi maupun eksplorasi mineral di daerah ini, diantaranya: PT. BHP Sumba
Minerals, 1997 telah melakukan kegiatan
eksplorasi mineral emas secara regional di
P. Sumba, termasuk didalamnya daerah survey tinjau; A.C. Effendi, dkk. Pada tahun 1993
telah melakukan pemetaan geologi sekala 1
: 250.000 lembar Waingapu dan Suprapto, S.
J., dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung pada tahun 2001 telah melakukan tinjauan prospek mineralisasi logam
dengan pendekatan geokimia sedimen sungai
di Kabupaten Sumba Timur.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumba
II.26
Timur lokasi prospeksi yang dipilih adalah
Kambaratu dan sekitarnya yang secara administratif berada di wilayah Kecamatan Haharu
dan Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur
(Gambar 2), dengan pertimbangan adanya
sebaran batuan gunungapi Formasi Mosu
yang telah teridentifikasi mineralisasinya pada
tatanan geologi yang sama di Sumba Timur
bagian selatan serta adanya sebaran anomali
sedimen sungai Au, Mn dan Pb.
Pencapaian daerah ini dapat ditempuh dari
Jakarta – Kupang – Waingapu atau 3 kali seminggu Jakarta – Waingapu dengan pesawat
komersial dan selanjutnya Waingapu – lokasi
prospeksi dengan kendaraan roda empat (4 x
4) sampai Kampung Kambaratu dan jalan kaki
untuk pelaksanaan surveynya.
Gambaran Umum
Kabupaten Sumba Timur secara geografis terletak di bagian paling selatan NKRI, lokasinya
diapit oleh Pulau Salura dan Pulau Manggudu di
bagian selatan dan Pulau Nuha di bagian timur
dan secara astronomis terletak diantara 119°
45’ – 120° 52’ BT dan 9° 16’ – 10° 20’ LS, (http://
nttprov.go.id/ provntt/ index.php? option=com_
content&task= view&id= 81&Itemid=79).
Jumlah penduduk di Kabupaten Sumba Timur
sampai tahun 2010 sebesar 227.835 jiwa
(http://www.bps.go.id/hasilSP2010/ ntt/5302.
pdf). Lokasi prospeksi berada di Kecamatan
Haharu dan Kecamatan Lewa, jumlah penduduk dari kedua wilayah kecamatan tersebut
masing-masing adalah 5.667 jiwa dan 16.044
jiwa http://sumbatimurkab.bps.go.id/index.
php?option=com_content&view=article&
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
id=2&Itemid=3
Infrastruktur yang ada di daerah survey khususnya dan Kabupaten Sumba Timur umumnya
masih sangat terbatas, yaitu : Sarana perhubungan berupa dermaga laut dan bandara
di Waingapu, jalan darat yang menghubungkan
antara Waingapu (ibukota kabupaten Sumba
Timur) dengan ibukota kecamatan yang cukup
bagus sedangkan antara Kecamatan ke Desa
perlu ditingkatkan perawatanya. Sarana komunikasi yang ada berupa komunikasi selular
dari perusahaan swasta yang cukup bagus dan
lancar di daerah prospeksi, umumnya pada
lokasi ketinggian hubungan komunikasi dengan daerah lain cukup baik. Sarana penerangan
dari perusahaan listrik negara masih bersifat
lokal dan terbatas pada daerah sekitar ibukota
kecamatan.
Berdasarkan peta penunjukan kawasan hutan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (SK. No. 423/
Kpts-II/ 1999 tanggal 15 Juni 1999 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, sebagian
besar daerah prospeksi keberadaannya
menempati kawasan APL (Area Penggunaan
Lain) dan sebagian kecil berada dalam kawasan
hutan produksi terbatas.
Kabupaten Sumba Timur beriklim semi arid
dengan tiga rejim curah hujan, yaitu : Kawasan
utara rata-rata curah hujan 800 - 1.000 mm per
tahun, kawasan tengah bagian timur dan selatan rata-rata curah hujan 1.000 – 1.500 mm per
tahun dan kawasan tengah bagian barat ratarata curah hujan 1.500 – 2.000 mm per tahun.
Dengan tiga rejim tersebut di atas, maka tingkat
curah hujan rata-rata per tahun berlangsung 3
– 4 bulan dengan suhu rata-rata minimum 28,8°
C dan maksimum 31,4° C. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Maret dan Desember sedangkan kekeringan menurun pada bulan April,
puncak kekeringan terjadi pada bulan Agustus
dan Oktober.
Dengan selesainya kegiatan prospeksi, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bupati Sumba Timur beserta jajarannya yang
terkait, Muspika Kecamatan Haharu dan
Kecamatan Lewa serta masyarakat setempat
yang telah membantu dan kooperatif membantu selama kegiatan prospeksi lapangan
berlangsung.
GEOLOGI REGIONAL
Stratigrafi regional Pulau Sumba disusun oleh
tiga kelompok batuan yaitu kelompok batuan
sedimen, kelompok batuan gunungapi dan
kelompok batuan terobosan (Gambar 3).
Kelompok Batuan Sedimen : Kelompok batuan
sedimen di Pulau Sumba terdiri dari bermacammacam umur, sedangkan yang paling tua dan
tertua di daerah ini berumur Kapur yang dikenal sebagai Formasi Praikajelu (Kp) terdiri dari
batupasir grewake berselingan dengan serpih,
batulempung, batunapal lanauan dan batupasir lempungan serta konglomerat, kelompok
batuan ini diterobos oleh granodiorit dan basal.
Kelompok batuan sedimen berumur Eosen
yang disusun oleh batupasir grewake sebagian gampingan dengan sisipan hatulanau dan
batulempung yang dikenal sebagai Formasi
Tanahroong (Tet) yang menjemari dengan Formasi Watopata (Tew).
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Kelompok batuan sedimen berumur Oligosen
berupa batugamping terumbu dan kelompok
batuan sedimen Miosen yang disusun oleh
batugamping dan batulempung Formasi Pamalar (Tmp).
dipengaruhi oleh aktifitas Lempeng Eurasia,
India dan Australia yang diawali adanya proses
subduksi Mesozoikum antara lempeng samudera Hindia dengan lempeng benua Eurasia
membentuk Busur Sunda.
Kelompok batuan sedimen berumur MioPliosen yang terdiri dari batupasir napalan,
batupasir tufan, tuf, napal tufan dari Formasi
Kananggar (Tmpk) menjemari dengan Formasi
Waikabubak (Tmpw).
Kala Miosen akhir perkembangan pergerakan
lempeng Australia kearah utara menyebabkan
kolisi dengan benua mikro laut banda membentuk Busur Banda, yang terdiri dari busur
gunungapi (bagian dalam) dan non-gunungapi
(bagian luar) dengan pulau Sumba merupakan bagiannya. Struktur yang berkembang
sebagai akibat penunjaman lempeng dengan
arah umum NW- SE dan NE - SW yang saling
berpasangan dan sejajar dengan busur E - W,
sedangkan struktur N - S kemungkinan berupa
sesar normal.
Kelompok batuan sedimen termuda berumur
Kuarter (Pleistosen - Holosen) masing-masing
terdiri dari batugamping terumbu dan lempung,
lanau, pasir dan kerikil dikenal sebagai Formasi
Kaliangga (Qpk) dan Endapan alluvium (Qa).
Kelompok Batuan Gunungapi : Kelompok batuan gunungapi yang terdapat di Pulau Sumba
terbentuk pada Paleosen yang disusun oleh
lava dan breksi andesit, tuf, basal dan riolit
yang dikenal sebagai Formasi Masu dan batuan gunungapi yang terbentuk pada Miosen
terdiri dari lava andesit dan breksi gunungapi
dan dibeberapa tempat ditemukan adanya kayu
terkersikkan Formasi Jawila (Tmj). Kelompok
batuan gunungapi yang disebutkan pertama
diterobos oleh granit dan granodiorit, kedudukannya tidak selaras di bawah kelompok batuan
gunungapi kedua.
Kelompok Batuan Terobosan : Merupakan
intrusi batuan beku yang terdiri dari granit,
granodiorit, diorit, syenit dan andesit berumur
Paleogen atau lebih tua menerobos batuan Formasi Praikajelu dan Formasi Masu.
Tektonisme yang mengontrol Pulau Sumba
II.26
Mineralisasi di Pulau Sumba tidak seintensif
jika dibandingkan dengan busur Banda bagian
dalam (busur gunungapi) yang merupakan
hasil tektonisme Neogen, mineralisasinya
dipengaruhi oleh magmatisme Paleogen membentuk busur gunungapi Sumba - Timor
(Carlile, dkk.,1994) sehingga menghasilkan
batuan gunungapi andesitik dan intrusi porfiri
andesit pada beberapa lokasi dibagian barat
daya, tengah dan tenggara Pulau Sumba, daerah survey tinjau termasuk didalamnya (bagian
tenggara Pulau Sumba).
Indikasi mineralisasi awal ditunjukkan adanya
beberapa sebaran kelompok unsur-unsur
(multi unsur) seperti misalnya sebaran anomali geokimia sedimen sungai unsur Cu-Au di
Kecamatan Pandawai, Au-Pb-Mn di Kecamatan Haharu dan Cu-Pb-Zn-Mn di Kecamatan
Tabundung, (DIM, 2001) dan beberapa lokasi
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
single unsur anomali.
Indikasi pemineralan dicirikan oleh adanya
mineral pirit dan mineral-mineral sulfida lainya
(Effendi, 1993) pada batuan andesit dan basal
ditemukan di sekitar Gunung Masu dan Malahonan, sedangkan indikasi endapan pasir besi
ditemukan di sepanjang pantai Mamboro sampai Tanjung Lenang.
Didaerah Tanah Daro (bagian tengah pulau)
berkembang alterasi serisit, illit-silika (pilik)
dan klorit-epidot-magnetit-kalsit (propilitik)
pada pada batuan gunungapi andesitan.
Berdasarkan penyelidikan terdahulu di Kabupaten Sumba Timur diketahui keterdapatan
beberapa mineral logam antara lain timbal dan
pasir besi. Hasil survey tinjau yang dilakukan
oleh PT. Lancarjaya Bara Nusantara tahun 2009
menunjukkan indikasi sebagai berikut :
Timbal : Cebakan timbal terdapat di daerah
Lalindi, Kecamatan Karera yang merupakan
bekas tambang timbal yang sudah ditinggalkan.
Geologi endapan timbal terdapat pada batuan
gunung api andesitan dengan gejala ubahan
yang teramati di daerah ini adalah propilitisasi,
silisifikasi dan argilitisasi. Sedangkan mineralisasi yang teramati dipermukaan dari sisa-sisa
bekas penambangan adalah kuarsa – galena
- pirit dan kalkopirit dengan tebal kuarsa
- galena berkisar antara 0,2 - 1,0 cm yang mengisi rekahan diantara fragmen batuan. Bladed
karbonat-kuarsa dengan struktur menjaring
teramati pada sekitar mineralisasi galena.
Selain itu mineralisasi yang teramati pada
penggalian lokasi bekas penambangan yang
tertimbun longsoran memperlihatkan adanya
urat breksi hidrotermal setebal 20 cm dengan
kuarsa – galena – pirit – kalkopirit mengisi
rekahan diantara fragmen batuan. Tebal rekahan yang terisi kuarsa – galena berkisar antara
0,2 - 2,0 cm. Potensi sumberdaya hipotetik yang
masih ada diperkirakan 11.000 ton dengan
kadar 22 - 33% Pb.
Pasir Besi : Endapan pasir besi terdapat di pantai Tabua, Kecamatan Karera. Keterdapatan
endapan pasir besi pada lokasi ini tidak merata
baik secara lateral maupun vertikal, luas hamparan endapan pasir pantai sekitar 2,675 ha
dengan panjang hamparan pantai sekitar 450
m dan lebar berkisar antara 40 - 60 m. Di permukaan terlihat endapan pasir besi dengan
lebar kurang lebih 10 - 20 m yang keberadaannya terlihat tidak merata. Potensi sumberdaya
hipotetik konsentrat pasir besi 2.895,54 ton
dengan kadar rata-rata Fe total: 48,64 %
Selain itu endapan pasir besi ditemukan juga
di pantai Melolo-Kayuri, Kecamatan Umalulu.
Hamparan endapan aluvial pantai di daerah
ini dengan panjang kurang lebih 10 km dan
lebar hamparan pasir dari muka laut ke arah
darat berkisar antara 40 - 100 m, sehingga luas
sebaran endapan pasir pantai sekitar 71,45 ha.
Dari lebar pantai tersebut yang terlihat merupakan akumulasi endapan pasir besi di sepanjang
pantai hanya selebar antara 5 - 15 m. Potensi
sumberdaya hipotetik konsentrat pasir besi di
sepanjang pantai Melolo – Kayuri 59.820,27 ton
dengan kadar rata-rata Fe total: 52,99 %.
HASIL PROSPEKSI
Selama kegiatan prospeksi di lapangan data
primer yang didapatkan adalah geologi yang
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
teramati sepanjang lintasan dan data geokimia
sedimen sungai, batuan, tanah serta mineral
berat. Data terkumpul masing-masing 16 conto
sedimen sungai, 14 conto konsentrat dulang, 9
conto batuan dan 225 conto tanah (Gambar 4).
Conto geokimia sedimen sungai dan konsentrat
dulang diambil pada saat melakukan kegiatan
reconaisance untuk penjajakan daerah yang
diambil pada sungai orde 3, baik dalam lingkungan batugamping maupun batuan gunungapi.
Conto geokimia tanah diambil pada hulu sungai
Luku Langela di sekitar Kp. Kambaratu pada
lingkungan batuan gunungapi, pengambilannya
pada spurs diantara cabang-cabang sungai orde
1 yang diambil pada horizon B dengan interval
50 m antara satu lokasi dengan lainnya.
Geologi Daerah Prospeksi
Morfologi di daerah prospeksi umumnya bergelombang dengan undulasi ketinggian tidak
menonjol tetapi dinding sungainya berdinding
terjal khususnya di daerah sebaran batugamping, kondisi sungai kering sedangkan di
daerah sebaran batuan gunungapi kondisi sungai berair dan dinding sungai tidak begitu terjal
seperti halnya yang dapat dilihat disikitar Kp.
Kambaratu.
Geologi daerah prospeksi disusun empat satuan batuan dari tua ke muda adalah satuan
batuan gunungapi andesitik – basaltik, satuan
batuan terobosan, satuan batugamping klastis
dan satuan napal pasiran, (Gambar 5).
Satuan batuan gunungapi andesitik – basaltik yang terdiri dari lava, breksi andesit, tufa
II.26
andesit, lava dan breksi basalt, satuan batuan
ini di beberapa lokasi telah menunjukkan gejala
ubahan silisifikasi dan argilik limonitik. Secara
regional satuan batuan ini dapat dikorelasikan dengan Formasi Masu berumur Paleosen
(Effendi, A.C., dkk., 1993) yang diterobos oleh
batuan diorit – granodioritik.
Satuan batugamping klastis, dilapangan
umumnya tersingkap pada bagian atas punggungan, satuan ini beselingan bersisipan
dengan napal tufaan dan batupasir tufaan.
Kearah utara daerah prospeksi satuan batuan
ini beangsur-angsur berubah menjadi satuan
batuan napal tufaan berselang seling dengan
batu pasir tufaan dengan sisipan batugamping. Arah umum sebaran napal tufaan kurang
lebih barat timur dan diduga kedua satuan ini
saling menjemari di bagian atasnya dan satuan batugamping klastis relatip lebih tua dari
satuan batuan napal tufaan. Secara regional
kedua satuan batuan ini masing-masing dapat
dikorelasikan dengan Formasi Waikabubak
dan Formasi Kananggar berumur Mio-Pliosen
(Effendi, A.C., dkk., 1993).
Struktur geologi yang teramati dengan adanya
kelurusan morfologi di daerah prospeksi berarah timur laut – barat daya berupa sesar geser
dan struktur lipatan dengan kemiringan lapisan
yang tidak begitu besar terpotong morfologi di
lingkungan satuan batugamping klastis dan
satuan batuan napal tufaan (Foto 1).
Indikasi ubahan yang teramati di sepanjang lintasan pengambilan conto tanah secara kasat
mata adalah ubahan argilik terdapat setempat, silisifikasi terdapat dibeberapa lokasi dan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
umumnya teroksidasi.
berukuran VFC – VVFC.
Singkapan batuan terobosan yang tersilisifikasi
terlihat pada dasar sungai Luku Langela, secara
megaskopis dalam batuan tersebut teramati
mineral pirit tersebar sedangkan dari bongkahan float pada lokasi yang sama berupa urat
kuarsa berongga dengan kristal vuggy warna
coklat teroksidasi terdapat pirit, kalkopirit,
azurit (Foto 2) dan pada conto konsentrat
dulangnya teramati lebih banyak mineral pirit
dan beberapa kalkopirit.
Pengamatan pada lintasan conto tanah yang
diambil dari horizon B umumnya berwarna
merah atau kuning kemerahan kadang dengan fragmen warna putih abu-abu. Tanah yang
berwarna merah menunjukkan tingkat oksidasi
yang cukup kuat begitu juga pada bongkahan yang ditemukan berupa silisifikasi warna
merah sebagai jasper/ jasperoid tanpa mineralisasi yang tersingkap diantara batugamping.
Pada lokasi conto konsentrat dulang di cabang
kanan Sungai Paratambuku yang berhulu di
sekitar Bukit Labondu, mineral berat yang
teramati terlihat ada dua butir emas dengan
ukuran MC berbentuk menyudut - menyudut
tanggung, sedangkan pada lereng bukitnya
terdapat singkapan urat kuarsa kristal vuggy
teroksidasi dan lapisan hitam manganese.
Pada lokasi ST 11/22/S/P yang kondisi lingkungan sekitarnya merupakan lembah dengan
batuan ubahan argilik (kaolinisasi) berwarna
putih, lunak dan banyak fragmen batuan tersilisifikasi. Berdasarkan pengamatan pada
bagian atas dari lembah ini tanah yang tersingkap akibat penurunan secara perlahan
berwarna kuning kemerahan terdapat banyak
fragment kuarsa berbentuk membulat - menyudut tanggung dengan permukaan halus. Dari
keadaan fisik fragmen batuan yang ada pada
lingkungan terbatas ini diduga merupakan
material yang diendapkan dari tempat lain
(alluvial) karena dipermukaan bukit rendah ini
terdapat berserakan fragmen batuan kuarsa.
Sedangkan pada lokasi ini (ST 11/23/ P) dari
konsentrat dulang tertangkap dua butiran emas
Pada lintasan tanah antara ST 11/ 126 s/d ST 11/
131 SL dan ST11/ 231 SL s/d ST11/ 238 SL hampir kesemuanya berupa saprolit yang diduga
berasal dari kulit luar pelapukan batuan beku
terubah/ tersilisifikasi, (Foto 3, 4) sedangkan
antara titik ST11/ 237SL dan ST 11/ 238SL ditemukan urat kuarsa putih susu berongga dengan
kristal vuggy sebagian coklat teroksidasi, lebar
urat 25 cm rata di permukaan memanjang arah
utara – selatan.
Dibeberapa lokasi lintasan teramati juga adanya
zona argilik teroksidasi berwarna kemerahan
seperti yang terlihat pada lokasi antara ST 11/
63 – 64 SL, (Foto 5).
Mineralisasi
Pada sebaran batuan gunungapi andesitik –
basaltik di hulu S. Luku Langela yang umumnya
mengalami pelapukan dan teroksidasi, dibeberapa tempat menunjukkan adanya gejala
ubahan silisifikasi maupun argilitisasi (argilik/
argilik lanjut).
Butiran emas ditemukan pada area terdapatnya
float urat kuarsa mengandung pirit, kalkopirit
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
(?) dan azurit didalam lingkungan batuan
gunungapi.
Analisis Laboratorium
Conto batuan yang secara megaskopis terlihat
sebagai batuan terobosan yang menunjukkan
gejala ubahan, diskripsi petrografi dari sayatan
tipis menunjukkan batuan terubah kuat baik
pada masa dasar maupun fenokrisnya, disusun
oleh relik-relik fenokris didalam masa dasar
mikrolit plagioklas, kuarsa, mineral opak dan
mineral sekunder, dengan komposisi plagioklas 20 %, karbonat 52 %, kuarsa 5 %, opak 5 %,
klorit 10 % dan mineral lempung 8 %.
Empat conto batuan, yang secara megaskopis
menunjukkan adanya kandungan mineral pirit
secara dominan dengan spot kalkopirit, hasil
analisis polish section yang teramati adalah
mineral pirit dan hydrous iron oxides, sehingga
diperkirakan genesa mineralisasinya adalah
diawali dengan terbentuknya mineral pirit dan
lama kelamaan akan berubah menjadi hydrous
iron oxides.
Analisis mineralogi butir terhadap 14 conto
konsentrat dulang secara umum mineral yang
teramati dibawah Mikroskop Stereo Binokuler
adalah kuarsa, mineral lempung, ilmenit, magnetit, piroksen, amfibol dan kadang-kadang
teramati pirit, garnet, zirkon, hematit sedangkan pada 5 lokasi pendulangan teramati adanya
kalkopirit (Foto 6) dan satu lokasi teramati butir
emas (Foto 7).
Hadirnya mineral garnet didalam mineral butir
mengindikasikan bahwa di daerah ini terdapat
kontak intrusi dengan batuan samping yang
II.26
relatip lebih tua dari batuan yang mengitrusinya. Disamping mineralisasi pirit juga ada
mineralisasi logam dasar (tembaga) dan emas
yang ditunjukkan dari kehadiran kalkopirit dan
native gold dari pendulangan mineral berat
walaupun tidak terlihat didalam batuan.
Hasil analisis kimia 16 conto sedimen sungai
menunjukkan kadar terendah dan tertinggi
dari masing-masing unsur adalah sbb.: 13 s/d
87 ppm Cu, 18 s/d 70 ppm Pb, 12 s/d 73 ppm Zn,
< 2 s/d 10 ppb Au, < 0,5 s/d 8 ppm Ag, < 2 s/d 18
ppm As dan < 2 s/d 24 ppm Sb.
Hasil analisis kimia 3 conto batuan termineralisasi menunjukkan kandungan 11 s/d 149 ppm
Cu, 45 s/d 154 ppm Pb, 14 s/d 67 ppm Zn, 17 s/d
61 ppb Au, 1 s/d 7 ppm Ag, 5 s/d 20 ppm Sb dan
12 s/d 26 ppm As.
Pengolahan data statistik terhadap hasil analisis kimia dari 225 conto tanah didapatkan
nilai-nilai Mean, Median, Mode, Standard Deviation, Kurtosis, Skewness, Range, Minimum,
Maximum, Sum dan Count, (Tabel 1) yang digunakan untuk mendapatkan nilai simpangan
baku (anomali) masing-masing unsur serta
koefisien korelasi (hubungan) kekerabatan
antar unsur, (Tabel 2).
Berdasarkan perhitungan statistik dari hasil
analisis kimia conto tanah seperti yang telah
diuraikan di atas, maka sebaran unsurnya
dapat dipisahkan menjadi 4 kelas, yaitu :
Kelas I : Nilai minimum s/d Mean,
Kelas II Deviasi);
: Mean s/d (Mean + Standard
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Kelas III : (Mean + Standard Deviasi s.d.
Mean + 2 Standard Deviasi)
Kelas IV : (Mean + 2 Standard Deviasi s/d
nilai angka maksimum)
Nilai simpangan baku (anomali) tiap unsur
dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu anomali
lemah (kelas III) dan anomali kuat (kelas IV).
Sebaran Anomali masing-masing unsur
Sebaran masing-masing unsur conto tanah
di daerah Kambaratu, keberadaannya berkelompok antara anomaly kuat dengan anomaly
lemah maupun individual dari anomaly kuat
dapat diuraikan sbb., (Tabel 2, Gambar 5).
Koefisien korelasi tiap unsur menunjukkan
kecenderungan hubungan korelasi kuat antara
logam dasar (Cu, Pb, Zn) dengan logam mulia
(Au, Ag) dengan besaran angka korelasi > 79 %,
kesemuanya unsur-unsur tersebut juga berkorelasi dengan As > 74 % tetapi sangat lemah
berkorelasi dengan Sb (< 22 %), (Tabel 3). Ini
dapat diartikan/ diperkirakan bahwa kehadiran As (arsenik) sebagai petunjuk mineralisasi
logam dasar dan logam mulia di daerah ini.
Berdasarkan indikasi mineralisasi yang ditemukan berupa float urat kuarsa mengandung
mineral sulpida pirit, kalkopirit, azurit dan
adanya butiran emas didalam konsentrat
dulang, diduga mineralisasinya terbentuk
karena proses hidrotermal yang erat hubungannya dengan struktur bukaan yang diisi urat
kuarsa didalam lingkungan batuan gunungapi
andesitik-basaltik dengan heat source diorit –
granodiorit yang menerobosnya.
KESIMPULAN
Geologi daerah prospeksi disusun oleh tiga
satuan batuan, yaitu satuan batuan gunungapi
andesitik – basaltik Formasi Masu berumur
Paleosen yang dibeberapa lokasi menunjukkan ubahan silisifikasi, argilic – advance argilic
dan oksidasi, Satuan batugamping klastis dan
satuan napal tufaan masing-masing Formasi
Waikabubak dan Formasi Kananggar berumur
Mio-Pliosen (Effendi, AC. Dkk., 1993). Mineralisasi yang terbentuk di daerah ini diduga erat
kaitannya dengan terobosan diorit-granodiorit
pada batuan gunungapi andesitik-basaltik
sehingga mengakibatkan ubahan silisifikasi,
argillic – advance argillic.
Indikasi mineralisasi di daerah ini ditunjukkan
adanya float urat kuarsa mengandung pirit,
kalkopirit, azurit dan adanya butiran emas dari
hasil pendulangan mineral beratnya sedangkan ubahan batuan yang ditemukan berupa
ubahan silisifikasi dan argilitisasi.
Endapan yang terbentuk diinterpretasikan
sebagai model endapan hasil proses hidrotermal dengan tipe urat yang berkembang didalam
kelompok batuan gunungapi andesitik-basaltik.
Dari sebaran anomali geokimia unsur-unsur
conto tanah yang dihubungkan dengan ubahan batuan dan sebaran butir emas, di daerah
Kambaratu sedikitnya ada 10 lokasi anomali
gabungan dengan skala prioritas sbb., (Tabel 4,
Gambar 5).
SARAN
Untuk mengetahui sebaran mineralisasi secara
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
rinci disarankan untuk dilakukan pemetaan
geologi rinci dan dilakukan penelitian geokimia
tanah secara sistematis dengan grid interval
50 m pada skala prioritas satu dan dua masing-masing pada lokasi H, G, F dan lokasi C,
disamping daerah-daerah tersebut mengingat
As sebagai fathfinder yang erat dengan Cu maka
lokasi B dan I juga perlu diperhitungkan, (Gambar 5).
alisasi logam daerah Sumba Timur, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung
DAFTAR PUSTAKA
http://sumbatimurkab.bps.go.id/index.php
option=com_content&view=article&id=2&Item
id=3
PT. BHP Sumba Minerals, 1998; Laporan penciutan tahap kedua wilayah Kontrak Karya PT.
BHP Sumba Minerals Eksplorasi Emas eksplorasi mineral emas di P. Sumba.
h t t p : / / n t t p r o v. g o . i d / p r o v n t t / i n d e x .
php?option=com_content&task=view&id=81&I
temid=79
http://www.bps.go.id/hasilSP2010/ ntt/5302.
pdf)
Effendi, A.C. dan Apandi, T., 1993; Peta Geologi
Lembar Waikabubak dan Waingapu, NTT. PPPG,
Bandung.
Lancar Jaya Bara Mineral, PT., 2009; Laporan
survey tinjau bijih galena dan endapan pasir
besi di daerah Kecamatan Karera dan Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa
Tenggara Timur.
Suprapto, S. J., 2001; Tinjauan prospek miner-
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Foto 1. Kenampakan struktur perlapisan antara
batugamping klastis dengan napal dan batupasir tufaan
yang terpotong oleh morfologi lereng.
Foto 2. Float urat kuarsa
mengandung pirit, kalkopirit, azurit di hulu S.
Luku Langela
Foto 3. Bongkah-bongkah batuan tersilisifikasi pada
puncak punggungan antara ST 11/ 126 – ST 11/ 131 SL.
Foto 4. Singkapan batuan tersilisifikasi dilokasi ST 11/ 3 R
hulu sungai Luku Langela
Foto 5. Zona argilik-argilik lanjut limonitik di punggungan
dekat Kp. Kambaratu pada lokasi antara ST 11/ 63 – 64 SL.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Foto 6. Fotomikrograf butiran Piroksen :
hujau, transparan, prismatik; Kalkopirit :
kuning metalik, kubik dan Ilmenit : hitam,
kilap metalik, menyudut tanggung.
Foto 7. Fotomikrograf Emas : kuning metalik
khas berwarna emas, pipih, permukaannya
halus, berukuran FC – CC; Kalkopirit :
kuning, metalik, menyudut tanggung; Kuarsa
: tidak berwarna, putih, transparan, kilap
kaca; Zirkon : tidak berwarna, transparan,
prismatic.
Tabel 1. Hasil perhitungan statistik geokimia tanah dari Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba
Timur, Provinsi Nusatenggara Timur.
Perhitungan
Statistik
II.26
Cu
Pb
Zn
Ag
Au
As
Sb
Mean
39
36
25
2
2
2
7
Median
39
36
25
2
2
2
7
Mode
15
34
11
1
1
1
10
Standard Deviation
49.12
32.91
29.38
1.16
8.57
7.05
3.63
Kurtosis
7.49
86.76
19.47
6.08
12.55
5.01
0.55
Skewness
2.39
8.28
3.26
2.06
3.10
2.35
0.72
Range
320
407
267
7
57
37
19
Minimum
2
17
2
1
1
1
1
Maximum
322
424
269
8
58
38
20
Sum
12348
9412
7529
447
1374
1136
1686
Count
225
225
225
225
225
225
225
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Tabel 2. Sebaran Anomali Unsur
No.
Unsur
Lokasi Sebaran Anomali
1
Au
9 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
2
Cu
7 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
3
Pb
7 lokasi sebaran secara individual
4
Zn
4 lokasi sebaran berkelompok
5
Ag
6 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
6
As
9 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
7
Sb
8 lokasi sebaran berkelompok maupun individual
Tabel 3. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar unsur conto tanah dari Kecamatan Haharu,
Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusatenggara Timur
Unsur
Sb
Au
Cu
Pb
Zn
Ag
As
Sb
-
0,14
0,20
0,14
0,22
0,19
0,14
Au
0,14
-
0,98
0,85
0,96
0,94
0,94
Cu
0,20
0,98
-
0,82
0,97
0,95
0,96
Pb
0,14
0,85
0,82
-
0,89
0,79
0,74
Zn
0,22
0,96
0,97
0,89
-
0,94
0,90
Ag
0,19
0,94
0,95
0,79
0,94
-
0,90
As
0,14
0,94
0,96
0,74
0,90
0,90
-
Tabel 4. Skala prioritas gabungan sebaran anomali unsur, ubahan batuan dan sebaran butir emas
di daerah kambaratu.
Lokasi
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Sebaran Anomali Unsur
Sil. Arg. Native Nilai Rank
Gold
Au Cu Pb Zn Ag As Sb
1
1
1
3
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Keterangan: Sil. = silisifikasi; Arg. = Argillik
3
6
4
4
5
6
5
4
3
4
1
3
3
2
1
2
4
4
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 1. Sebaran Anomali Geokimia Sedimen Sungai dengan Latar Belakang Geologi Kabupaten
Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 2. Peta Lokasi Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa
Tenggara Timur.
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
BUKU 2 : BIDANG MINERAL
Gambar 3. Peta Geologi Pulau Sumba (Sumber A.C. Effendi & T. Apandi, 1993)
Gambar 4. Peta Lokasi Pengambilan conto di Kecamatan Haharu dan sekitarnya, Kabupaten Sumba
Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
II.26
BUKU 2: BIDANG MINERAL
Gambar 5. Peta Komposit Geologi, alterasi, sebaran butir emas dan anomali geokimia conto tanah
Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur,
Propinsi Nusatenggara Timur
II.26
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
Download