renstra dinas kesehatan kota denpasar 2016-2021

advertisement
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………
1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………………………….….
1
3
1.3 Landasan Hukum …………………………………………………………………………………………......
1.4 Kedudukan dan Peranan Renstra SKPD Dalam Pembangunan Perencanaan
Daerah ..........................................................................................................
1.5 Sistematika ………………………………………………………………………………………………………..
4
6
8
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD …………………………………………………….
10
2.2
2.3
2.4
2.5
16
21
38
103
Kondisi Geografis dan Demografis .................................................................
Sumber Daya Kesehatan ………………………………………………...................................
Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Denpasar …………………………………………
Tantangan dan peluang Pengembangan Pelayanan SKPD ……………………………….
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Identifikasi, Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD ……
Telaah Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.
Telaah renstra K/L dan renstra Provinsi/Kabupaten/Kota…………………………………
Telaah Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis…….
Penentuan Isu-isu Strategis ………………………………………………………………………………
104
107
109
114
115
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
1.
2.
3.
4.
Visi ……………………………………………………………………………………………………………………….
Misi ……………………………………………………………………………………………………………………..
Tujuan dan sasaran Jangka menengah Dinas Kesehatan Kota Denpasar……………
Strategi dan kebijakan ………………………………………………………………………………………..
117
117
118
127
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN
DAN PENDANAAN INDIKATIF ................................................................................................
131
BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJM.............
166
BAB VII PENUTUP ...................................................................................................................
171
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
1
KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
Rencana Strategis (Renstra) merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disusun berdasarkan pemahaman
lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada. Renstra merupakan
dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan potret permasalahan
pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah secara terencana dan
bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat, dengan mengutamakan
kewenangan yang wajib disusun sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah.
Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memuat
memuat visi dan misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat daerah serta berpedoman
kepada RPJM daerah dan bersifat indikatif. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ini
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan di Kota Denpasar dalam kurun waktu lima tahun (2016-2021).
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota
Denpasar 2016-2021. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan petunjuk dan
kekuatan bagi kita semua dalam melaksanakan pembangunan Kesehatan di Kota
Denpasar dalam upaya kita bersama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Denpasar, September 2016
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes
NIP. 196204191988032007
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
2
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
TAHUN 2016-2021
OLEH
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
TAHUN 2016
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
3
LAMPIRAN KEPUTUSAN
KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA DENPASAR
NOMOR
TENTANG
RENCANA STRATEGIS DINAS
KESEHATAN KOTA
DENPASARTAHUN 2016-2021
RENCANA STRATEGIS
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
TAHUN 2016-2021
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional,
yang pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun pemerintah dengan tujuan
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi /Kabupaten /
Kota untuk menyusun Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai salah satu
kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Perencanaan Pembangunan Daerah tersebut disusun berjangka, meliputi :
a. Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka
waktu 20 tahun yang memuat Visi, Misi dan arah Pembangunan Daerah yang
mengacu pada RPJP Nasional.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
4
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka
waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Kepala
Daerah
dengan
berpedoman
RPJP
Daerah
dan
memperhatikan
RPJM
Nasional.
c.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu satu
tahun.
Rencana Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disusun berdasarkan
pemahaman lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun
lokal dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada.
RENSTRA merupakan dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan
potret permasalahan pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah
secara terencana dan bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat,
dengan mengutamakan kewenangan yang wajib disusun sesuai dengan prioritas
dan kebutuhan daerah.
Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2004 Renstra SKPD memuat
memuat visi dan misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Perangkat daerah
serta berpedoman kepada RPJM daerah dan bersifat indikatif.
Rencana Strategis (Renstra) SKPD dapat dikategorikan sebagai dokumen
manajerial wilayah yang bersifat komprehensif karena mampu memberikan
program-program strategis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang
dalam lingkup SKPD.
Keberhasilan usaha pemerintah daerah untuk mempertemukan antara
keinginan masyarakat dengan fakta kondisi daerah diukur melalui indikator
perencanaan strategis dari program dan kegiatan yang tercantum di dalam
RENSTRA yang dievaluasi melalui evaluasi kinerja Kepala Daerah sesuai dengan
PP No. 108 tahun 2000, dengan memperhatikan indikator evaluasi kinerja yang
disosialisasikan secara nasional melalui modul pelatihan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Untuk mensinergikan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar dengan
pembangunan di Provinsi Bali
dan
Pembangunan Kesehatan Nasional,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan mengacu
pada Cita – cita luhur
bangsa Indonesia yaitu Tri Sakti dan kemudian cita – cita tersebut dijabarkan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
5
dalam Nawacita yaitu sembilan tujuan pembangunan nasional yang berlaku
sampai dengan 2019.
Disamping
mengacu
pada
program
dan
kebijakan
pembangunan
kesehatan Provinsi Bali, yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu Bali Dwipa Jaya Berlandaskan Tri
Hita Karana, dan
Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Bali yaitu: Bali yang Aman, Maju, Damai dan Sejahtera “Bali
Mandara”.
Renstra
Dinas
Kesehatan
Juga
mengacu
pada
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Denpasar Tahun 2016-2021.
Renstra tersebut
disusun untuk mendukung Visi pemerintah Kota Denpasar
Tahun 2016-2021 “ DENPASAR KREATIF BERWAWASAN BUDAYA DALAM
KESEIMBANGAN MENUJU KEHARMONISAN”. Ada lima Misi, delapan kebijakan
(Padmaksara) dan 33 program prioritas Walikota Denpasar yang menjadi dasar
dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar terutama pada misi
ke lima yaitu penguatan keseimbangan pembangunan pada berbagai dimensi
dan sekalanya berlandaskan Tri Hita Karana, Padmaksara ke enam yaitu
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
(Welfare
society)
menuju
kebahagiaan, dan Program ke lima belas yaitu meningkatkan kualitas kehidupan
sosial dan budaya dan program ke dua puluh yaitu mewujudkan pelayanan
prima berdasarkan sewaka darma
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar secara substasial memuat
pokok–pokok kebijakan umum dibidang kesehatan dan arah serta strategi
pembangunan kesehatan di Kota Denpasar.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 20162021 adalah dokumen perencanaan yang digunakan sebagai arah dan acuan
sekaligus kesepakatan bagi seluruh komponen Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan sesuai dengan visi, misi dan arah
kebijakan pembangunan kesehatan yang disepakati bersama. Dengan demikian
Renstra
Dinas
Pembangunan
Kesehatan
Kesehatan
Kota
Nasional
Denpasar
dan
mensinergikan
Daerah
melalui
Perencanaan
program-program
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
6
kesehatan dan merupakan satu kesatuan dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Denpasar
Maksud penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 20162021 adalah :
1.
Merupakan pedoman resmi bagi Komponen Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dan jaringannya dalam menentukan prioritas program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode lima tahun.
2.
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2016 -2021
menyediakan target program dan kegiatan yang dapat digunakan
untuk
mengukur
dan
melakukan
evaluasi
kinerja
tahunan
pembangunan kesehatan di Kota Denpasar.
3.
Menggambarkan capaian pembangunan kesehatan saat ini di Kota
Denpasar dan menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai
dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan Kota
Denpasar dalam lima tahun kedepan
4.
Mewujudkan keterpaduan arah kebijakan pembangunan kesehatan
nasional maupun daerah
sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Mengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar.
1.3. LANDASAN HUKUM
Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun
2016-2021 berpedoman pada :
a. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan DaerahDaerah Tingkat I Bali, Nusa tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaaran Negara;
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
e. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
7
g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;
h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027);
j. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
k. Peraturan
Pemerintah
Nomor
56
Tahun
2001
tentang
Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
l. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/SK/V/ 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota;
m. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/V/ 2008 tentang
Juknis SPM;
n. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 457/Menkes/SK/V/ 2008 tentang
17 Sasaran Departemen Kesehatan;
o. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/SK/V/ 2008 tentang
Juknis PP 38 Tahun 2007;
p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasional;
q. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
j. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar Tahun 2005-2025
(Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2009 Nomor 1;
k. Peraturan Walikota Nomor ..... Tahun ............. tentang RPJMD Kota
Denpasar Tahun .................
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
8
1.4 KEDUDUKAN DAN PERANAN RENSTRA SKPD
DALAM PERENCANAAN DAERAH
Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004, Dokumen RENSTRA Dinas Kesehatan Kota Denpasar juga sangat terkait
dengan berbagai dokumen perencanaan di tingkat Nasional, Provinsi dan
Kabupaten seperti : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007), Rencana Pembangunan Jangka Menegah
Nasional 2015-2019 (Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Bali 2005-2025 (Perda Nomor 6
Tahun 2009), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bali
2013-2018 (Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2014) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Denpasar dan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Denpasar.
Adapun keterkaitan RENSTRA Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dengan
dokumen di atasnya seperti terlihat dalam gambar berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
9
Gambar 1. 1 Hubungan RENSTRA dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya
Pedoman
RPJM-Nasional
(5 Tahun)
RPJP-Nasional
(20 Tahun)
Acuan
Memperhatikan
Acuan
RPJP-Daerah Provinsi
(20 Tahun)
RPJM- Daerah Provinsi/
Renstrada-Provinsi dan
Standar Pelayanan Minimal
Memperhatikan
Acuan
RPJP-Daerah Kab.
(20 Tahun)
Pedoman
Input
RPJM-Daerah
Kab. (5 Tahun)
Penjabaran
Pedoman
Pedoman
A.
RKPD
(1 Tahun)
Rancangan
Renstra-SKPD
Renstra-SKPD
(5 Tahun)
B.
Acuan
Acuan
Input
RKP
Acuan
Pedoman
Renja-SKPD
(1 Tahun)
Pedoman
RAPBD
(1 Tahun)
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) merupakan dokumen
perencanaan nasional untuk kurun waktu 25 tahun yang disahkan dalam
Undang-undang nomor 17 tahun 2007 dan RPJP Nasional merupakan
dasar pemerintah pusat dalam menyususn RPJM Nasional yaitu rencana
dalam pembangunan selama lima tahun ke depan. Pemerintah provinsi
dalam
menyusun
RPJM
daerah
harus
memperhatikan
kebijakan
kebijakan yang tercantum dalam RPJM Nasional maupun RPJP Nasional.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
10
–
2. Penyusunan
RPJM
Kabupaten/Kota
yang
merupakan
dokumen
perencanaan selama lima tahun yaitu tahun 2016–2021 dilaksanakan
setelah adanya pemilihan kepala daerah, dengan mengadopsi apa yang
menjadi janji–janji Kepala Daerah terpilih dan tidak boleh terlepas dari
apa yang menjadi tujuan RPJP maupun RPJM Provinsi, serta harus
berpedoman pada kebijakan yang tertuang pada RPJM Provinsi dan RPJM
Nasional
3. Renstra SKPD merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah
selama lima tahun yang penyusunan renstra tersebut mengacu pada
program kerja RPJM Kota dan Renstra Kementrian Kesehatan RI. Renstra
Kemenkes merupakan dokumen perencanaan teknis di bidang kesehatan,
yang memuat arah dan kebijakan kesehatan dan indikator rencana
program kegiatan bidang kesehatan.
4. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
tahun 2016-2021 adalah
dokumen perencanaan yang digunakan sebagai arah dan acuan sekaligus
kesepakatan bagi seluruh komponen Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan sesuai dengan visi, misi dan arah
kebijakan
pembangunan
kesehatan
yang
disepakati
bersama
yang
memuat rencana kegiatan pembangunan tahunan dan dilengkapi dengan
formulir
kerangka
anggaran
dan
kerangka
regulasi
serta
indikasi
pendanaan lima tahun kedepan. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
tahun 2016-2021 dijadikan acuan dalam penyusunan renja- SKPD selama
lima tahun (2016-2021).
1.5 SISTEMATIKA
Sistematika penulisan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun
2016-2021 adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Memuat Latar belakang, maksud dan tujuan, Landasan Hukum,
Hubungan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dengan
dokumen Perencanaan lainnya, dan Sistematika Penulisan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
11
Bab II
GAMBARAN PELAYANAN
Menggambarkan tugas, fungsi dan struktur organisasi dinas
Kesehatan Kota Denpasar, sumberdaya, Kinerja Pelayanan dan
tantangan serta peluang pengembangan pelayanan Dinas
Kesehatan Kota Denpasar
Bab III
ISU ISU STRATEGIS
Pada bab ini diuraikan identifikasi permasalahan berdasarkan tugas
dan fungsi pelayanan SKPD, telaah Visi, Misi, dan Program Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, Telaah Renstra K/L dan
Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota, Telaahan rencana tataruang
wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis dan penentuan isuisu strategis
Bab IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Memuat Visi, Misi, Tujuan jangka menengah, Strategi dan Kebijakan
Bab V
RENCANA
PROGRAM
DAN
KEGIATAN,
INDIKATOR
KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja, Kelompok
Sasaran dan Pendanaan Indikatif
Bab VI
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
Indikator Kinerja yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
Bab VII
PENUTUP
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
12
GAMBARAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR
BAB
II
2.1 STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar
Nomor 13 Tahun 2017
tentang Uraian Tugas Jabatan Dinas Daerah,
(1) Kepala Dinas memiliki tugas :
a.
menetapkan
Rencana
program
Strategis
kerja
Dinas
Dinas
Kesehatan
Kesehatan
berdasarkan
sebagai
pedoman
pelaksanaan tugas;
b.
mengkoordinasikan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Dinas
Kesehatan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dan
kebijakan pimpinan agar target kinerja tercapai sesuai rencana;
c.
membina bawahan di lingkungan Dinas Kesehatan dengan cara
mengadakan rapat/pertemuan dan bimbingan secara berkala
agar diperoleh kinerja yang diharapkan;
d.
mengarahkan pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Dinas
Kesehatan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, permasalahan,
dan hambatan serta ketentuan yang berlaku untuk ketetapan
dan kelancaran pelaksanaan tugas;
e.
membuat perumusan kebijakan kesekretariatan berdasarkan
kewenangan yang ada sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
f.
membuat
perumusan
kebijakan
teknis
Bidang
Kesehatan
Masyarakat, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Bidang
Pelayanan
Kesehatan,
dan
Bidang
Sumber
Daya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
13
Kesehatan berdasarkan kewenangan yang ada sebagai pedoman
dalam pelaksanaan tugas;
g.
memberikan petunjuk dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis
Dinas sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan tugas;
h.
memberikan pelayanan perizinan dan rekomendasi di bidang
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar
penerbitan perizinan;
i.
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat sesuai bidang
tugasnya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
j.
membina dan melakukan kerjasama dengan Perangkat Daerah
dan organisasi lain di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan petunjuk teknis untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
k.
mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Dinas
Kesehatan dengan cara membandingkan antara program kerja
dan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan
kegiatan dan rencana kerja yang akan datang;
l.
menyusun laporan pelaksanaan tugas
di lingkungan Dinas
Kesehatan sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan
secara berkala sebagai akuntabilitas kinerja;
m.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
(2) Sekretaris memiliki tugas :
a.
menyusun
rencana
operasional
di
lingkungan
Sekretariat
berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk
pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkungan
Sekretariat sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang
ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif
dan efisien;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
14
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Sub Bagian
di lingkungan Sekretariat sesuai peraturan dan prosedur yang
berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Sekretariat
secara berkala sesuai dengan peraturan dan prosedur yang
berlaku untuk mencapai target kinerja yang diharapkan;
e.
mengoordinasikan
penyelenggaraan
penyusunan
tugas
–
tugas
rencana
bidang
operasional
serta
dan
memberikan
pelayanan administrasi sesuai dengan program kerja yang telah
ditetapkan agar target kerja tercapai sesuai rencana;
f.
mengoordinasikan penyusunan usulan RKA/DPA sesuai dengan
rencana strategis sebagai dasar untuk penyusunan program
Dinas;
g.
menyelenggarakan pengelolaan perencanaan program, data dan
informasi kesehatan berdasarkan rencana operasional Sekretariat
sesuai ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
h.
menyelenggarakan
pengelolaan
urusan
keuangan
sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar terciptanya
tertib pengelolaan keuangan yang akuntabel;
i.
menyelenggarakan
pengelolaan urusan umum, kepegawaian,
penerimaan tamu dan Administrasi Perjalanan Dinas sesuai
peraturan perundang undangan yang berlaku untuk kelancaran
pelaksanaan tugas;
j.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
Sekretariat
dengan
cara
membandingkan antara rencana operasional dan tugas tugas
yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan dan
rencana yang akan datang;
k.
membuat laporan pelaksanaan tugas Sekretariat sesuai dengan
tugas
yang
telah
dilaksanakan
secara
berkala
sebagai
akuntabilitas Sekretariat;
l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
15
(3) Subbag Perencanaan, Data dan Pelaporan memiliki tugas
a.
merencanakan
kegiatan
Subbagian
Perencanaan,
Data
dan
Pelaporan berdasarkan rencana operasional Sekretariat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Perencanaan, Data dan Pelaporan;
c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Perencanaan, Data dan Pelaporan sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan
berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Perencanaan, Data
dan Pelaporan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melakukan pengumpulan, analisis dan penyajian data dibidang
perencanaan sesuai dengan kegiatan masing-masing bidang dan
Sekretariat agar menjamin keakuratan informasi yang dihasilkan;
f.
mengoordinasikan dan menyiapkan bahan perumusan rencana
dan
program
kerja
Dinas
Kesehatan
berdasarkan
rencana
kegiatan masing-masing Bidang dan Sekretariat serta ketentuan
yang berlaku agar pelaksaan program dan kegiatan berjalan
sesuai perencanaan;
g.
menyiapkan bahan laporan kinerja, LKPJ, LPPD, dan SPM sesuai
ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku
sebagai bahan pertanggungjawaban;
h.
menyusun laporan kinerja Dinas sesuai peraturan dan prosedur
yang berlaku sebagai bahan pertanggungjawaban;
i.
melaksanakan pengelolaan subdomain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku untuk peningkatan kualitas informasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
16
j.
menghimpun dan menginventarisasi laporan hasil pengawasan
internal dan eksternal di lingkungan Dinas Kesehatan
Kota
Denpasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai bahan
evaluasi;
k.
menyiapkan administrasi dan rekomendasi penelitian bagi siswa
dan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
l.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Subbagian
Perencanaan, Data dan Pelaporan dengan cara mengidentifikasi
hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa
mendatang;
m.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian
Program dan Informasi Kesehatan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(4) Subbag Keuangan memiliki tugas
a.
merencanakan
kegiatan
Subbagian
Keuangan
berdasarkan
rencana operasional Sekretariat dan ketentuan yang berlaku
sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Keuangan;
c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Keuangan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa
hasil
kerja
bawahan
di
lingkungan
Subbagian
Keuangan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku
agar terhindar dari kesalahan;
e.
menyusun rencana anggaran biaya langsung dan tak langsung
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
17
f.
melaksanakan tata usaha keuangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan pedoman yang
telah ditetapkan agar terciptanya pengelolaan keuangan yang
akuntabel;
g.
membuat laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
ketentuan
yang
berlaku
sebagai
bahan
laporan
pertanggungjawaban yang akuntabel;
h.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Subbagian
Keuangan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada
dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
i.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian
Keuangan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku
untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(5) Subbag Umum dan Kepegawaian memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Subbagian Umum dan Kepegawaian
berdasarkan rencana operasional Sekretariat dan ketentuan yang
berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Subbagian Umum dan Kepegawaian;
c.
membimbing
pelaksanaan
tugas
bawahan
di
lingkungan
Subbagian Umum dan Kepegawaian sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib
dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Subbagian Umum
dan Kepegawaian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
menyiapkan rencana kebutuhan, pengembangan
lingkungan
Dinas
Kesehatan
sesuai
dengan
pegawai di
prosedur
dan
peraturan yang berlaku agar distribusi pegawai merata di setiap
bidang dan Unit Pelaksana Teknis Dinas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
18
f.
melaksanakan urusan surat-menyurat dan penggandaan naskah
dinas
sesuai
ketentuan
yang
berlaku
agar
tercipta
tertib
administrasi;
g.
Melaksanakan urusan umum dan rumah tangga sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
h.
merencanakan dan melaksanakan urusan administrasi perjalanan
dinas dan penerimaan tamu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
i.
menyiapkan data dan membuat laporan kepegawaian sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
terciptanya
tertib
administrasi kepegawaian;
j.
melakukan upaya-upaya peningkatan disiplin pegawai sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar terjadi peningkatan kualitas
pegawai;
k.
melaksanakan pengelolaan barang daerah di lingkungan Dinas
Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku agar tercipta tertib administrasi;
l.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian Umum
dan Kepegawaian dengan cara mengidentifikasi hambatan yang
ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
m.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Subbagian
Umum dan Kepegawaian sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan
datang;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT
(1) Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat memiliki tugas :
a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Kesehatan
Masyarakat berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta
petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan
Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
19
tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat
dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di
lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang
Kesehatan Masyarakat secara berkala sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang
diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
menurunkan
angka
kesakitan kematian ibu dan bayi serta menurunkan prevalensi
gizi buruk;
f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
sesuai dengan peraturan yang berlaku agar dapat meningkatkan
pemberdayaan dan derajat kesehatan masyarakat;
g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga sesuai dengan peraturan yang berlaku agar
meningkatkan
kesehatan
lingkungan,
kesehatan
kerja
dan
olahraga;
h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat
dengan cara membandingkan antara rencana operasional dan
tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan
dan rencana yang akan datang;
i.
membuat
laporan
pelaksanaan
tugas
Bidang
Kesehatan
Masyarakat sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara
berkala sebagai akuntabilitas Bidang Kesehatan Masyarakat;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
20
(2) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
berdasarkan rencana operasional Bidang Kesehatan Masyarakat
dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas;
f.
merencanakan
kesehatan
dan
gizi
dan
mengoordinasikan
pelaksanaan
program
ibu, anak, remaja, Keluarga Berencana (KB), lansia
sesuai
dengan
Standar
Pelayanan
Minimal
(SPM)/peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
g.
melaksanakan
pembinaan
teknis,monitoring
dan
evaluasi
program kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan
remaja,
Keluarga Berencana, kesehatan lansia dan program gizi di
masing-masing
Puskesmas
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku agar tertib administrasi;
h.
memantau kasus risiko tinggi pada maternal dan neonatal, bayi
dan anak balita, remaja, lansia dan gizi buruk sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian;
i.
meningkatkan kapasitas sumber daya tenaga kesehatan ibu,
anak dan remaja, lansia dan gizi sesuai dengan ketentuan yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
21
berlaku
agar
dapat
meningkatkan
kualitas
sumber
daya
kesehatan;
j.
melaksanakan pembinaan tentang upaya peningkatan kesehatan
ibu, anak, remaja, Keluarga Berencana, lansia dan gizi di
masing-masing
Puskesmas
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku agar dapat menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
menurunkan prevalensi gizi buruk;
k.
melaksanakan pembinaan bidan puskesmas/bidan puskesmas
pembantu dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) sesuai dengan
peraturan yang berlaku untuk menurunkan angka kesakitan dan
angka kematian ibu, bayi, dan penurunan prevalensi gizi buruk;
l.
melaksanakan Audit Maternal Perinatal (AMP) sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar penyebab kematian ibu melahirkan
dan angka kematian bayi baru lahir dapat diketahui dengan
jelas;
m.
mengoordinasikan pelaksanaan penyuluhan gizi masyarakat dan
gizi institusi di puskesmas sesuai dengan peraturan yang berlaku
agar
pelaksanaan
penyuluhan
gizi
masyarakat
dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana;
n.
mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPG) sesuai dengan peraturan yang berlaku
agar tersedia data kewaspadaan pangan dan gizi di suatu
wilayah;
o.
mengoordinasikan
pelaksanaan
kegiatan
penanggulangan
kekurangan gizi, Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemi Gizi Besi
(AGB), dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodum (GAKY) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar kasus kekurangan gizi
dapat diturunkan dan terdokumentasi;
p.
mensosialisasikan
program-program
kesehatan
ibu,
anak,
remaja, KB, lansia dan gizi sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat;
q.
melacak/mencari data persalinan, kematian bayi dan ibu di
rumah sakit/klinik sesuai dengan peraturan yang berlaku agar
dapat diketahui data AKI dan AKB;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
22
r.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Kesehatan
Keluarga dan Gizi dengan cara mengidentifikasi hambatan yang
ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
s.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
t.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(3) Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki tugas :
a.
merencanakan
kegiatan
seksi
Promosi
dan
Pemberdayaan
Masyarakat berdasarkan rencana operasional Bidang Kesehatan
Masyarakat dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman
pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan seksi
Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib
dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan seksi Promosi dan
Pemberdayaan
Masyarakat
sesuai
dengan
prosedur
dan
peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan advokasi, bina suasana program kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
f.
melaksanakan gerakan masyarakat, kemitraan, kerjasama lintas
program dan lintas sektoral sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk terciptanya partisipasi masyarakat;
g.
merencanakan
dan
mengoordinasikan
pelaksanaan
program
Promosi Kesehatan (Promkes), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)/Posyandu
dan desa siaga sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
23
dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas;
h.
melaksanakan
pembinaan
teknis,monitoring
dan
evaluasi
program promkes,UKS,UKBM (Posyandu) dan desa siaga sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar dapat meningkatkan peran
serta
masyarakat
dan
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat;
i.
meningkatkan kapasitas sumber daya tenaga kesehatan program
Promkes,UKS dan UKMB sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan;
j.
melaksanakan pembinaan tenaga fungsional Promosi kesehatan
teladan sesuai dengan kriteria yang berlaku sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
k.
mengoordinasikan
pelaksanaan
penyuluhan
dengan
mobil
keliling dan pameran pembangunan sesuai dengan tema yang
ditetapkan agar pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
dapat ditingkatkan;
l.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Promosi
dan Pemberdayaan Masyarakat dengan cara mengidentifikasi
hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa
mendatang;
m.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai dengan prosedur
dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan
rencana yang akan datang;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(4) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga memiliki
tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
Kerja dan Olahraga berdasarkan rencana operasional Bidang
Kesehatan Masyarakat dan ketentuan yang berlaku sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
24
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan
berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan
prosedur
dan
peraturan
yang
berlaku
agar
terhindar
dari
kesalahan;
e.
melaksanakan bimbingan teknis/supervisi dan evaluasi program
sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk terciptanya tertib
administrasi;
f.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi
Rumah Sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
terciptanya kesehatan lingkungan;
g.
melaksanakan pengawasan dan pembinaan kesehatan hotel
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai dasar penerbitan
surat keterangan laik sehat hotel;
h.
melaksanakan pengawasan dan pembinaan kesehatan kolam
renang/pemandian umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
sebagai dasar penerbitan surat keterangan laik sehat kolam
renang/pemandian umum;
i.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi
terhadap tempat-tempat umum lainnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar terciptanya kesehatan lingkungan;
j.
mengadakan
pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi
pangan terhadap rumah makan dan restoran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sebagai dasar untuk mengeluarkan
sertifikat laik hygiene sanitasi;
k.
mengadakan
pengawasan dan pembinaan hygiene sanitasi
pangan terhadap jasa boga sesuai dengan peraturan yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
25
berlaku sebagai dasar untuk mengeluarkan sertifikat laik hygiene
sanitasi jasa boga;
l.
mengadakan
pengawasan
dan
pembinaan
hygiene
sanitasi
pangan terhadap kantin sekolah sesuai peraturan yang berlaku
untuk mewujudkan makanan yang sehat, aman dan bergizi;
m.
mengadakan
pengawasan
dan
pembinaan
hygiene
sanitasi
pangan terhadap makanan jajanan dan sentra makanan sesuai
peraturan yang berlaku agar terciptanya kesehatan masyarakat;
n.
melaksanakan pengawasan, pembinaan dan inspeksi sanitasi
terhadap sarana sanitasi dasar, air bersih dan air minum sesuai
peraturan yang berlaku untuk terciptanya kesehatan masyarakat;
o.
melaksanakan
pengawasan,
pembinaan
dan
pemeriksaan
kualitas air, penyuluhan dan perbaikan kualitas air sesuai
peraturan yang berlaku untuk terciptanya kesehatan masyarakat;
p.
melaksanakan pendataan dan pembinaan pengelola pestisida
serta
melaksanakan
pemeriksaan
cholenestrase
darah
bagi
pemakai dan pengelola pestisida sesuai peraturan yang berlaku
agar diketahui derajat cholenestrase dalam darah;
q.
melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi program
kesehatan kerja dan olahraga sesuai peraturan yang berlaku agar
dapat meningkatkan kebugaran dan kinerja pegawai;
r.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Kesehatan
Lingkungan,
Kesehatan
Kerja
dan
Olahraga
dengan
cara
mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka perbaikan
kinerja di masa mendatang;
s.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai
dengan
prosedur
dan
peraturan
yang
berlaku
untuk
pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
t.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
(1) Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit memiliki tugas :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
26
a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit berdasarkan rencana program Dinas
Kesehatan
serta
petunjuk
pimpinan
sebagai
pedoman
pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai dengan
tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas
yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di
lingkungan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sesuai
peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan
dalam pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit secara berkala sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk mencapai
target kinerja yang diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat;
f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
menurunkan kasus penyakit menular;
g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk menurunkan kasus penyakit tidak menular;
h.
merumuskan, melaksanakan kebijakan dan bimbingan teknis di
bidang surveilans epidemiologi, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan
penyakit
tidak
menular,
serta
upaya
kesehatan
jiwa
dan
Narkotika, Psikotrofika, dan Zat adiktif lainnya (NAFSA), dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
27
kesehatan haji sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk
kelancaran pelaksanaan tugas;
i.
melaksanakan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
surveilans epidemiologi, pencegahan dan pengendalian penyakit
menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit
tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotrofika, dan Zat adiktif lainnya (NAFSA), dan kesehatan haji
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas;
j.
menyebarluaskan
informasi cara-cara pengendalian sumber-
sumber penyakit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat;
k.
merencanakan kegiatan penelitian pengendalian, pengawasan
penyakit dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) sesuai
dengan peraturan yang berlaku untuk menurunkan dampak KLB;
l.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
Bidang
Pencegahan
dan
Pengendalian Penyakit dengan cara membandingkan antara
rencana operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai
bahan laporan kegiatan dan rencana yang akan datang;
m.
membuat laporan pelaksanaan tugas Bidang Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
dilaksanakan
secara
sesuai
berkala
dengan
sebagai
tugas
yang
akuntabilitas
telah
Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
n.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi memiliki tugas :
a.
merencanakan
berdasarkan
kegiatan
rencana
Seksi
operasional
Surveilans
Bidang
dan
Imunisasi
Pencegahan
dan
Pengendalian Penyakit dan ketentuan yang berlaku sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Surveilans dan Imunisasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
28
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Surveilans
dan Imunisasi sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan kegiatan pengumpulan data penyakit di sarana
pelayanan kesehatan dan masyarakat secara aktif maupun pasif
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
sebagai
bahan
perencanaan kedepan;
f.
melaksanakan kegiatan pengolahan, analisa dan interpretasi data
penyakit, serta penyebaran informasi kepada lintas program
maupun lintas sektor terkait sesuai dengan peraturan yang
berlaku
agar
terdokumentasi
penyakit
untuk
dilaksanakan
pencegahan;
g.
melaksanakan penyelidikan epidemiologi penyakit sesuai dengan
peraturan yang berlaku agar diketahui pola penyakit;
h.
mengoordinasikan lintas program maupun lintas sektor sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
untuk
memperlancar
pelaksanaan tugas;
i.
melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan haji dan vaksinasi
meningitis kepada calon jamaah haji sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar kesehatan haji dapat terpantau;
j.
melaksanakan investigasi dan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian
Luar
Biasa
(SKD
KLB)
Penyakit
berpotensi
wabah/KLB
berdasarkan faktor risiko sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk mencegah terjadinya KLB;
k.
menyiapkan pengadaan dan mendistribusikan vaksin ke fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk
menjamin ketersediaan vaksin;
l.
mengumpulkan
pengolahan
dan
bahan
monitoring,
analisa
data
data
serta
sarana
evaluasi
vaksinasi,
pelaksanaan
vaksinasi rutin dan insidentil pada sarana pelayanan kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
29
serta menganalisa
hasil penelitian penyakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
m.
mengoordinasikan pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS) berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk terjaminnya
imunisasi anak sekolah;
n.
mengoordinasikan pelaksanaan vaksinasi kanker cervix sesuai
dengan prosedur yang berlaku untuk menjamin kesehatan
remaja perempuan;
o.
melaksanakan pembinaan program ke UPT Dinas Kesehatan
berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk mendukung program
Dinas;
p.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Surveilans
dan Imunisasi dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada
dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
q.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Surveilans dan Imunisasi sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan
datang;
r.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular memiliki
tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
Menular
berdasarkan
rencana
operasional
Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan ketentuan yang
berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
30
tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan
berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
menyebarluaskan
informasi,
mengumpulkan
bahan
dan
penanggulangan penyakit menular langsung secara keseluruhan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat mencegah
penyakit menular langsung;
f.
mengumpulkan
bahan
penyelenggaraan
pencegahan,
penanggulangan penyakit bersumber binatang sesuai dengan
ketentuan
yang
berlaku
untuk
mengantisipasi
penyakit
bersumber binatang;
g.
melaksanakan supervisi, monitoring dan evaluasi Pencegahan
dan
Pengendalian
kesehatan
sesuai
penyakit
menular
dengan
peraturan
ke
fasilitas
yang
pelayanan
berlaku
untuk
menurunkan kasus penyakit menular;
h.
mendistribusikan
penanggulangan
sarana
penyakit
dan
menular
prasarana
langsung
program
ke
fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku
untuk kelengkapan kebutuhan fasilitas;
i.
menginventarisasi dan mensosialisasikan perkembangan kasus
penyakit bersumber binatang yang terjadi ke instansi lintas
sektor terkait sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk
mendapatkan umpan balik;
j.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Menular dengan cara mengidentifikasi
hambatan yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa
mendatang;
k.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sesuai dengan
prosedur dan peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban
dan rencana yang akan datang;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
31
l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa berdasarkan rencana
operasional Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan
ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
melaksanakan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisa,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sebagai bahan pengambilan
kebijakan;
e.
melaksanakan kegiatan kesehatan jiwa dan nafza sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kesehatan jiwa
masyarakat;
f.
mengoordinasikan
lintas
program
maupun
lintas
sektor,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular sesuai
ketentuan yang berlaku untuk memperlancar pelaksanaan tugas;
g.
melaksanakan pembinaan program ke UPT Dinas Kesehatan
berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk mendukung program
Dinas;
h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka
perbaikan kinerja di masa mendatang;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
32
i.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan
datang;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
(1) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan memiliki tugas :
a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pelayanan
Kesehatan berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta
petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan
Bidang Pelayanan Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan
tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat
dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di
lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan dan
prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang
Pelayanan Kesehatan secara berkala sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang
diharapkan;
e.
merencanakan,
mengevaluasi
melaksanakan,
kegiatan
membina,
Pelayanan
monitoring
Kesehatan
Primer
dan
sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan
dengan baik;
f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan
dengan baik;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
33
g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai
dengan peraturan yang berlaku agar tugas dan kegiatan berjalan
dengan baik;
h.
mengevaluasi pelaksanaan tugas Bidang Pelayanan Kesehatan
dengan cara membandingkan antara rencana operasional dan
tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan
dan rencana yang akan datang;
i.
membuat
laporan
pelaksanaan
tugas
Bidang
Pelayanan
Kesehatan sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara
berkala sebagai pertanggungjawaban;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer memiliki tugas :
a.
merencanakan
kegiatan
Seksi
Pelayanan
Kesehatan
Primer
berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan
dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Primer;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Pelayanan Kesehatan Primer sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanakan
manajemen
puskesmas
sesuai
dengan
perundang-undangan
yang berlaku agar terciptanya tertib administrasi;
f.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan
pelayanan publik di puskesmas sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar pelayanan dapat dilaksanakan
dengan baik;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
34
g.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan
akreditasi puskesmas sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku agar puskesmas dapat terakreditasi dengan baik;
h.
pembinaan dan pengawasan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar
tercipta FKTP yang berkualitas;
i.
merencanakan,
menilai,
membina,
memonitoring,
dan
mengevaluasi pelaksanaan puskesmas berprestasi sesuai dengan
perundang-undangan
yang
berlaku
agar
puskesmas
dapat
predikat berprestasi yang baik;
j.
pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional
(JKN)
di
puskesmas
sesuai
dengan
perundang-
undangan yang berlaku agar pelaksanaan JKN dapat berjalan
dengan baik dan dapat tercapai total coverage;
k.
pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan di puskesmas
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar tercipta
tertib administrasi;
l.
mengkoordinir
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
luar
gedung/Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku agar tercapai kesehatan
masyarakat yang mandiri dan berkualitas;
m.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku agar tercipta FKTP yang berkualitas;
n.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan
Perawatan Kesehatan Masyarakat sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar masyarakat sehat, mandiri, dan
berkualitas ;
o.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Primer dengan cara mengidentifikasi hambatan yang
ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
p.
menyusun
laporan
pelaksanaan
Pelayanan
Kesehatan
Primer
tugas
sesuai
di
lingkungan
dengan
prosedur
Seksi
dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
35
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
q.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan
dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Rujukan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang
berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat lanjut sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku agar pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan
dengan baik dan berkualitas;
f.
merencakan,
medical
memonitoring,
check
up
pejabat
dan
dan
mengevaluasi
keluarga
pelaksanaan
sesuai
dengan
perundang-undangan yang berlaku agar terlaksana medical
check up sesuai dengan rencana dan kebutuhan;
g.
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan
program indera puskesmas sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku agar program keinderaan dapat dilaksanakan
dengan baik ;
h.
menyiapkan,
memonitoring,
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
pelayanan P3K dan kebencanaan sesuai dengan perundangundangan yang berlaku agar kegiatan P3K dan kebencanaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan kebutuhan;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
36
i.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Rujukan dengan cara mengidentifikasi hambatan yang
ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
j.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
k.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional
berdasarkan rencana operasional Bidang Pelayanan Kesehatan
dan ketentuan yang berlaku sebagai pedoman pelaksanaan
tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Tradisional;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib
dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Tradisional sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan
pelayanan kesehatan tradisional di puskesmas sesuai dengan
perundang-undangan
yang
berlaku
agar
tercipta
tertib
administrasi penyehat tradisional;
f.
merencanakan,
asuhan
mandiri
memonitoring,
di
puskesmas
dan
mengevaluasi
sesuai
dengan
pelayanan
perundang-
undangan yang berlaku agar pelayanan dapat dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
37
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelayanan kesehatan
tradisional sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
agar
penyehat
tradisional
memenuhi
peraturan
perunfang-
undangan yang berlaku;
h.
menerbitkan Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT) sesuai
dengan
perundang-undangan
penyehat
tradisional
yang
dapat
berlaku
dilaksanakan
agar
dengan
pelayanan
baik
dan
berkualitas;
i.
menerbitkan
rekomendasi/
surat
ijin
tenaga
dan
sarana
kesehatan tradisional sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku agar tertib administrasi;
j.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Pelayanan
Kesehatan Tradisional dengan cara mengidentifikasi hambatan
yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
k.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Pelayanan Kesehatan Tradisional sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
l.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN
(1) Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas :
a.
menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Sumber
Daya Kesehatan berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan
serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan
Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan
tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat
dijalankan efektif dan efisien;
c.
memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di
lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai peraturan dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
38
prosedur yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan tugas;
d.
menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Bidang
Sumber Daya Kesehatan secara berkala sesuai dengan peraturan
dan prosedur yang berlaku untuk mencapai target kinerja yang
diharapkan;
e.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Kefarmasian sesuai peraturan yang
berlaku agar tercipta tertib administrasi;
f.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sesuai peraturan yang berlaku
agar tercipta tertib administrasi;
g.
merencanakan,
melaksanakan,
membina,
monitoring
dan
mengevaluasi kegiatan seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
sesuai peraturan yang berlaku agar tercipta tertib administrasi;
h.
mengevaluasi
Kesehatan
pelaksanaan
dengan
cara
tugas
Bidang
membandingkan
Sumber
antara
Daya
rencana
operasional dan tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan
laporan kegiatan dan rencana yang akan datang;
i.
membuat laporan pelaksanaan tugas Bidang Sumber Daya
Kesehatan sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara
berkala sebagai akuntabilitas Bidang Sumber Daya Kesehatan;
j.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik
lisan maupun tertulis.
(2) Kepala Seksi Kefarmasian memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Kefarmasian berdasarkan rencana
operasional Bidang Sumber Daya Kesehatan dan ketentuan yang
berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Kefarmasian;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
39
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Kefarmasian sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diberikan agar pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Kefarmasian
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar
terhindar dari kesalahan;
e.
mengevaluasi Rencana Kebutuhan Obat (RKO) puskesmas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar terpenuhinya kebutuhan
obat puskesmas dengan baik;
f.
merencanakan dan menyusun kebutuhan obat di tingkat Dinas
Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar sesuai
dengan kebutuhan obat yang diusulkan dari puskesmas;
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Penggunaan Obat
Rasional (POR) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
masyarakat dapat menggunakan obat secara baik dan rasional;
h.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
pelaksanaan
Pemberian Informasi Obat (PIO) dan konseling obat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar masyarakat dapat minum
obat sesuai dengan indikasi;
i.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan bidang kefarmasian
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat terciptanya
tertib administrasi;
j.
melaksanakan pengadaan farmasi dan perbekalan kesehatan
sesuai
dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
terpenuhinya
kebutuhan obat di seluruh puskesmas;
k.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan tata laksana obat
kedaluarsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar obat
kadaluarsa dapat dimusnahkan;
l.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengelolaan farmasi
dan perbekalan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar dapat terciptanya tertib administrasi;
m.
melaksanaan pengawasan pencatatan dan pelaporan bidang
kefarmasian puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar terciptanya tertib administrasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
40
n.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kefarmasian dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada
dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
o.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Kefarmasian sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku
untuk pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
p.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(3) Kepala Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan
Rumah
Tangga
(PKRT)
berdasarkan
rencana
operasional Bidang Sumber Daya Kesehatan dan ketentuan yang
berlaku sebagai pedoman pelaksanaan tugas;
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
pelaksanaan
jawab
tugas
masing-masing
Seksi
Alat
untuk
Kesehatan
dan
kelancaran
Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan agar
pekerjaan berjalan tertib dan lancar;
d.
memeriksa
hasil
kerja
bawahan
di
lingkungan
Seksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku agar
terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan dan mengadakan alat kesehatan puskesmas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terpenuhi alat
kesehatan untuk puskesmas;
f.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
peredaran
alat
kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terciptanya tertib
administrasi;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
41
g.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan sarana produksi dan
distribusi alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
terciptanya tertib administrasi;
h.
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kalibrasi alat
kesehatan
puskesmas
dan
UPT
Pengawasan
Farmasi
dan
Makanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar alat
kesehatan
di
puskesmas
terkalibrasi
dengan
baik
dan
berkualitas;
i.
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Aplikasi Sarana
Prasarana Alat Kesehatan (ASPAK) sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku
prasarana
agar
alat
puskesmas
kesehatan
dapat
dengan
baik
menyajikan
dan
benar
sarana
setiap
tahunnya;
j.
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
perawatan
alat
kesehatan di puskesmas sesuai dengan ketentuan yang berlaku
agar alat kesehatan dapat terpelihara dengan baik;
k.
mengevaluasi
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
dengan cara mengidentifikasi hambatan yang ada dalam rangka
perbaikan kinerja di masa mendatang;
l.
menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku untuk
pertanggungjawaban dan rencana yang akan datang;
m.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
(4) Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan memiliki tugas :
a.
merencanakan kegiatan Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
berdasarkan
Kesehatan
rencana
dan
operasional
ketentuan
yang
Bidang
berlaku
Sumber
sebagai
Daya
pedoman
pelaksanaan tugas;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
42
b.
mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas
dan
tanggung
jawab
masing-masing
untuk
kelancaran
pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan;
c.
membimbing pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi
Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan agar pekerjaan berjalan tertib
dan lancar;
d.
memeriksa hasil kerja bawahan di lingkungan Seksi Sumber
Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
e.
merencanakan, menilai, membina, dan mengevaluasi
tenaga
kesehatan puskesmas teladan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku agar dapat memilih tenaga kesehatan teladan;
f.
menerbikan
rekomendasi/perijinan
tenaga
kesehatan
sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar rekomendasi/perijinan
tenaga kesehatan terdokumentasi;
g.
menerbitkan rekomendasi/perijinan sarana kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar rekomendasi/perijinan
sarana kesehatan terdokumentasi;
h.
menerbitkan perijinan produk makanan rumah tangga sesuai
dengan ketentuan yang berlaku agar perijinan produk makanan
rumah tangga terdokumentasi;
i.
mengevaluasi dan menyiapkan administrasi dan rekomendasi
praktik lapangan dan magang di bidang kesehatan sesuai dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
dapat
dilaksanakan
praktik
lapangan dan magang di puskesmas sesuai dengan rencana;
j.
menindaklanjuti permohonan studi/kaji banding sesuai dengan
ketentuan
yang
berlaku
agar
studi/kaji
banding
dapat
dilaksanakan dengan baik;
k.
merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan formal bidang kesehatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku agar pendidikan dan pelatihan formal
bidang kesehatan dapat dilaksanakan sesuai rencana ;
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
43
l.
merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi pelaksanaan
studi/kaji banding dan peningkatan wawasan petugas Puskesmas
dan Dinas Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar
wawasan petugas dapat berkualitas;
m.
mengevaluasi pelaksanaan tugas di lingkungan Seksi Sumber
Daya Manusia Kesehatan dengan cara mengidentifikasi hambatan
yang ada dalam rangka perbaikan kinerja di masa mendatang;
n.
menyusun
laporan
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Seksi
Sumber Daya Manusia Kesehatan sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku untuk pertanggungjawaban dan rencana
yang akan datang;
o.
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan
baik lisan maupun tertulis.
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR SESUAI PP
NO. 18 TAHUN 2016
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
44
2.2
KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
45
2.2.1 Geografi
Kota Denpasar terletak pada posisi 08035’31” sampai 08044’49” Lintang
Selatan dan 115000’23” sampai 115016’27” Bujur Timur, dengan ketinggian 500
meter dari permukaan laut. Batas wilayah Kota Denpasar di bagian Utara,
Selatan dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Badung, sedangkan di bagian
Timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Peta wilayah Kota Denpasar
seperti tampak pada gambar berikut:
Peta Wilayah Kota
Kab. Badung
Kab. Gianyar
Denpasar
Selat Badung
Kota Denpasar memiliki luas wilayah 127,78 km2 atau sebesar 2,18% dari
luas wilayah Provinsi Bali. Secara administrasi Kota Denpasar terdiri dari 4
wilayah kecamatan terbagi menjadi 27 desa dan 16 kelurahan. Dari keempat
kecamatan tersebut, berdasarkan luas wilayah, Kecamatan Denpasar Selatan
memiliki wilayah terluas yaitu 49,99 km2 (39,12 persen).
Denpasar Utara memiliki wilayah seluas 31,12 km2 (24,35 persen), dan
Denpasar Barat dengan luas wilayah sebesar 24,13 km2 (18,88 persen).Adapun
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
46
kecamatan dengan wilayah terkecil yaitu Kecamatan Denpasar Timur dengan
luas wilayah 22,54 km2 (17,64 persen).
Penggunaan lahan di Kota Denpasar sebagian kecil dimanfaatkan sebagai
lahan sawah irigasi (21,26%), dan sisanya merupakan lahan kering (78,66%)
dan lahan lainnya (0,08%). Sementara itu luas kawasan hutan rakyat hanya
sebesar 0,59%, yang ditanami Tanaman Hutan Rakyat yang meliputi hutan
mangrove yang berfungsi sebagai hutan pencegah abrasi terletak di kawasan
Suwung, Benoa dan Serangan.
2.2.2 Topografi dan Iklim
Topografi Kota Denpasar sebagian besar merupakan dataran rendah yang
terbentang dari Selatan ke Utara. Panjang pantai ± 11 Km, berupa perairan laut
yang meliputi pantai Padang Galak, pantai Sanur, serta pantai Pulau Serangan.
Wilayah Kota Denpasar secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh
angin musim.
Sebagai daerah tropis Kota Denpasar memiliki musim kemarau dan
musim hujan yang diselingi oleh musim panca roba, dengan curah hujan
berkisar antara 1 – 437 mm. Curah hujan yang paling rendah terjadi pada Bulan
September
yaitu sebesar 1 mm, sedangkan curah hujan yang paling tinggi
terjadi pada Bulan Januari sebesar 437 mm. Suhu maksimum berkisar antara
29,90C – 33,90C dan suhu minimum berkisar antara 22,70C – 25,60C.
Temperatur tertinggi terjadi di Bulan Desember dan terendah terjadi pada Bulan
September dengan kelembaban udara berkisar antara 73 hingga 82 persen .
2.2.3 Pemerintahan
Pemerintahan
Kota
Denpasar
secara
adminnistratif
terdiri
dari
4
kecamatan dan 43 Desa/Kelurahan. Dari 43 Desa/ Kelurahan yang ada 16 buah
berstatus Kelurahan dan 27 berstatus Desa. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri
dari 6 kelurahan dan 4 desa, Denpasar Timur 4 Kelurahan dan 7 Desa, Denpasar
Barat 3 Kelurahan dan 8 Desa dan Kecamatan Denpasar Utara 3 Kelurahan dan
8 Desa.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
47
2.2.4 Demografis
Berdasarkan hasil perhitungan geometris berdasarkan proyeksi Sensus
Penduduk 2010 yang dibantu oleh BPS Provinsi Bali, pencerminan penduduk
Kota Denpasar pada tahun 2015 berjumlah 880.600 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 449.700 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
430.900 jiwa.
Pada gambar 2.1 terlihat peningkatan jumah penduduk di Kota Denpasar
dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Laju pertumbuhan penduduk mencapai
angka 4,28%. Laju pertumbuhan di Kota Denpasar cukup tinggi, hal ini
kemungkinan disebabkan karena tingginya mobilisasi penduduk dari luar wilayah
denpasar.
Gambar 2.1
JUMLAH PENDUDUK KOTA DENPASAR BERDASARKAN JENIS KELAMIN
TAHUN 2011-2015
Sex ratio adalah perbandingan penduduk laki –laki dan penduduk
perempuan di suatu wilayah. Sex ratio penduduk Denpasar pada tahun 2015
adalah 104,36 artinya terdapat 104 laki-laki diantara 100 penduduk perempuan.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam
bentuk piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk dapat
disusun sebuah piramida penduduk Kota Denpasar Tahun 2015. Badan piramida
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
48
bagian kiri menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida
sebelah
kanan
menunjukkan
jumlah
penduduk
perempuan.
Piramida
ini
memberikan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk
muda, dewasa dan tua.
Grafik 2.2
PIRAMIDA PENDUDUK KOTA DENPASAR TAHUN 2015
>75
70-74
Perempuan
Laki-Laki
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Pada Grafik 2.1 terlihat bahwa jumlah balita adalah sebesar 8,6% dari seluruh
total penduduk dan jumlah usila 2,9% dari seluruh total penduduk, sedangkan
persentase balita dan anak anak adalah 24,36% dari seluruh total penduduk
Denpasar. Berdasarkan data ini dapat kita lihat bahwa komposisi penduduk usia
produktif (dewasa) lebih besar dibandingkan usia non produktif (anak-anak dan
usia lanjut).
Indikator penting yang terkait dengan distribusi penduduk menurut umur
yang sering digunakan untuk mengetahui produktifitas penduduk adalah ratio
beban ketergantungan atau dependency ratio. Ratio beban
ketergantungan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
49
adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun) dengan banyaknya
umur produktif (umur 15-64 tahun). Ratio beban ketergantungan di Kota
Denpasar sebesar 38,14, angka ini menunjukkan setiap 100 orang yang masih
produktif akan menanggung 38 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi.
Laju
pertumbuhan
penduduk
di
Kota
Denpasar
tahun
2010-2014
mengalami fluktuatif, tahun 2010 mencapai 7,60%, tahun 2011 turun menjadi
2,83% tahun 2012 turun menjadi 2,22% dan tahun 2014 turun lagi menjadi
2,06%.
Kepadatan penduduk memperlihatkan rata-rata jumlah penduduk per 1
km persegi. Semakin besar angka kepadatan berarti semakin padat penduduk
yang mendiami suatu wilayah. Kepadatan Penduduk Kota Denpasar adalah
6.892 per KM2, meningkat bila dibandingkan tahun 2014 sebesar 6.790 per km
persegi. Sedangkan Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk Kota Denpasar tahun
2015 mencapai umur 73.71 tahun.
2.3
SUMBER DAYA KESEHATAN
1. SARANA KESEHATAN
Faslitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan atau masyarakat (UU No.36 tahun 2009).
2.3.1 PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
dan
upaya
kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif
untuk
mencapai
derajat
tingginyadi wilayah kerjanya.
kesehatan
masyarakat
yang
setinggi
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
50
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Puskesmas
juga memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
tingkat pertama dan Upaya Kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama
serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, di Kota Denpasar telah dibangun 11 buah Puskesmas induk yang
telah memiliki kemampuan gawat darurat dan 3 Puskesmas mampu PONED
serta kemampuan laboratorium dan 25 buah puskesmas pembantu serta 11 unit
puskesmas keliling.
Tabel 2.1 Distribusi Puskesmas Berdasarkan Desa yang Diwilayahi
PUSKESMAS
No.
Kecamatan
Desa/ Kelurahan
Puskesmas I Denpasar Utara
Puskesmas II Denpasar Utara
1.
Denpasar
Utara
Puskesmas III Denpasar Utara
Puskesmas I Denpasar Timur
2.
Denpasar
Timur
Puskesmas II Denpasar Timur
3.
Denpasar
Puskesmas I Denpasar Selatan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Desa Dangin Puri Kaja
Desa Dangin Puri Kangin
Kel. Tonja
Desa dangin Puri Kauh
Desa Pemecutan Kaja
Kel Ubung
Desa. Ubung Kaja
Desa Dauh Puri Kaja
Kel Peguyangan
Desa Peguyangan Kaja
Desa Peguyangan Kangin
Kel. Dangin Puri
Ds. Dangin Puri Kelod
Kel. Sumerta
Desa Sumerta kelod
Desa Sumerta Kauh
Desa Sumerta Kaja
Kel. Penatih
Desa Kesiman Kertalangu
Desa penatih Dangin Puri
Desa Kesiman Petilan
Kel Kesiman
Kel Sesetan
Desa Sidakarya
Kel Panjer
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
51
Selatan
Puskesmas II Denpasar Selatan
Puskesmas III Dnpasar Selatan
Puskesmas IV Denpasar Selatan
1.
2.
3.
4.
1.
2.
1.
1.
2.
3.
4.
Denpasar
4.
Puskesmas Denpasar Barat I
5.
Barat
6.
1.
2.
Puskesmas II Denpasar Barat
3.
4.
5.
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Infokes Dikes Kota Denpasar
Kel Sanur
Kel Renon
Desa Sanur Kauh
Desa Sanur Kaja
Desa Pemogan
Kel. Serangan
Kelurahan Pedungan
Desa Padang sambian kelod
Desa Dauh Puri Kauh
Desa Dauh Puri Kangin
Desa Dauh Puri Kelod
Desa Dauh Puri
Desa Pemecutan Kelod
Desa Padang sambian kaja
Desa Tegal Kertha
Desa Tegal Harum
Kel Padang sambian
Kel Pemecutan
PETA SEBARAN PUSKESMAS DI KOTA DENPASAR
Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat digambarkan
dengan indikator rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio Puskesmas
per 30.000 penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2015 sebesar 0,3. Angka ini
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
52
lebih rendah dari rasio puskesmas per 30.000 penduduk secara nasional tahun
2014 sebesar 1,16. Walaupun rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk
termasuk rendah hal ini belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya
mengenai aksebilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar karena
adanya dukungan pelayanan kesehatan dasar dari sektor swasta di Kota
Denpasar.
Dari
11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar, 2 Puskesmas sudah
dikembangkan menjadi Puskesmas Rawat inap yaitu Puskesmas I Denpasar
Timur dengan 10 tempat tidur dan Puskesmas IV Denpasar Selatan dengan 10
tempat tidur.
Sejak tahun 2009 di Kota Denpasar sudah melaksanakan peningkatan
mutu pelayanan puskesmas dengan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas melalui
ISO 9001 : 2008. Sampai dengan tahun 2014
Kegiatan ISO di Puskesmas
di Kota Denpasar sudah terlaksana pada 4 (empat) Puskesmas diantaranya :
- Puskesmas II Denpasar Selatan tahun 2009
- Puskesmas III Denpasar Selatan tahun 2011
- Puskesmas IV Denpasar Selatan tahun 2013
- Puskesmas II Denpasar Barat tahun 2014
Badan
puskesmas
(PONED)
Kesehatan
Dunia
dengan Pelayanan
di
tiap
pengembangan
(WHO)
Obstretrik
kabupaten/kota
puskesmas.
menargetkan
yang
Upaya
dan
minimal
terdapat
Neonatal Emergensi
merupakan
kesehatan
salah
PONED
4
Dasar
satu
upaya
dilakukan
untuk
mendekatkan akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan Obstetric
dan Neonatal Dasar. Akses
masyarakat yang semakin
mudah terhadap
pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan
AKI dan AKB (kemenkes,2014). Di Kota Denpasar terdapat tiga puskesmas
PONED yaitu Puskesmas II Denpasar Barat, Puskesmas IV Denpasar Selatan dan
Puskesmas I Denpasar Timur.
Jumah kunjungan rawat jalan selama tahun 2015 di puskesmas sekota
Denpasar
sebanyak
408.862
orang,
sedikit
mengalami
penurunan
bila
dibandingkan tahun 2014 sebanyak 474.878 orang.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
53
Grafik 2.2 Tren kunjungan di Puskesmas se-Kota Denpasar
Tahun 2010-2015
Sumber: Sub Bag Perencanaan dan Informasi Kesehatan Dikes Kota Denpasar Tahun 2014
Sepuluh penyakit terbanyak yang ditemukan di Puskesmas se-Kota
Denpasar adalah:
Tabel 2.2 Pola sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas tahun 2015
No
ICD
1
J00
2
Diagnosa
L
P
Total
24.141
24.878
49.019
I10
headache (Cepalgia + Sakit Kepala)
Essential (primary) hypertension (HT Primer
/ HT Saja)
14.996
17.536
32.532
3
J02
Acute pharyngitis (Faringitis)
12.713
12.163
24.876
4
R50.9
Fever, unspecified
5.527
5.329
10.856
5
K30
Dyspepsia
3.247
5.037
8.284
6
R51
Headache (Cepalgia + Sakit Kepala)
3.148
5.013
8.161
7
M13
3.348
4.546
7.894
8
E11
Others Arthritis (Atritis Lainnya)
Non-insulin-dependent diabetes mellitus /
DM Type II (Usia > 40 Th)
3.772
3.780
7.552
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
54
9
L23
Allergic contact dermatitis
2.490
3.403
5.893
10
K04.1
Necrosis of pulp
2.480
3.257
5.737
2.3.2 RUMAH SAKIT
Selain upaya promotif dan preventif, upaya kuratif dan rehabilitatif
merupakan
upaya
yang
penting
dalam
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat. Upaya kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh di rumah sakit.
Rumah sakit dikelompokkan berdasarkan kepemilikannya yaitu 5 buah
Rumah sakit pemerintah yang dikelola oleh Kementrian kesehatan, Pemerintah
provinsi, Pemerintah Kota Denpasar dan TNI/POLRI dan 13 rumah sakit swasta.
Rumah sakit yang dikelola pemerintah dan badan hukum yang bersifat nirlaba
sedangkan Rumah sakit swasta dikelola oleh badan hukum dengan tujuan provit
yang berbentuk perseroan terbatas atau persero (Kemenkes 2015).
Tabel 2.3 Distribusi rumah sakit Pemerintah dan swasta di Kota Denpasar
NO
RUMAH SAKIT
PENGELOLA
JML TEMPAT
TIDUR
1
RS Pusat Sanglah Denpasar
Kementrian Kesehatan
765
2
Rumah sakit Indera Bali Mandara
Pemerintah Provinsi Bali
10
3
RSU Wangaya
Pemerintah Kota Denpasar
200
4
RS Polda Bali
Kepolisian RI
58
5
RS TK II Udayana
TNI
120
6
RS Manuaba
Swasta
45
7
RS Surya Husada
Swasta
100
8
RS Puri Raharja
Swasta
102
9
RS Darma Yadnya
Swasta
50
10
RS Kasih Ibu denpasar
Swasta
92
11
RS Bhakti Rahayu
Swasta
81
12
RSB Harapan Bunda
Swasta
25
13
RS Prima Medika
Swasta
114
14
RS Bali Med
Swasta
135
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
55
15
RS Surya Husada Ubung
Swasta
48
16
RS BROS
Swasta
102
17
RS Puri Bunda
Swasta
71
Sumber: Seksi kesehatan khusus bidang bina Yankes Dikes Kota Denpasar
Rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
sedangkan rumah sakit khusus hanya memberikan pelayanan pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya (Kemenkes RI, 2015). Di Kota
Denpasar terdapat 15 rumah sakit umum dan 3 rumah sakit khusus.
Indikator yang dapat digunakan untuk menilai terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan
di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000 penduduk.
Rasio tempat tidur rumah sakit di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 2,3 per
1.000 penduduk. Rasio ini relative sama bila dibandingkan tahun 2014. Secara
nasional pada tahun 2014 rasio rumah sakit di Indonesia sebesar 1,07 per 1000
penduduk.
Mutu pelayanan di rumah sakit dapat diketahui dengan memperhatikan
beberapa indikator, antara lain :
a. Angka Kematian Netto (Net Death Rate/NDR)
Angka kematian Netto atau NDR merupakan angka kematian 48 jam
pasien rawat inap per 1000 pasien keluar hidup dan mati.
Indikator ini
digunakan untuk melihat mutu pelayanan rumah sakit. Lima besar Angka NDR
tertinggi di beberapa RS (Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang
datanya sudah kami terima pada tahun 2015 :
1) RSUP Sanglah
: 62,1 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 26,5 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RSUD Puri Raharja
: 15,7 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
56
4) RS Kasih ibu denpasar
: 9,7 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Bros
: 9,0 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
b. Angka Kematian Umum (Gross Death Rate/GDR)
Angka Kematian Umum (Gross Death Rate) merupakan angka kematian
total pasien rawat inap yang keluar rumah sakit per 1000 penderita keluar
hidup dan mati. Lima besar Angka GDR tertinggi dibeberapa rumah sakit
(Pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar yang datanya kami terima pada
tahun 2015 adalah :
1) RSUP Sanglah
: 76,4 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 43,5 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RSUD Puri Raharja
: 31,1 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
4) RS Kasih ibu denpasar
: 19,0 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Bros
: 14,2 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
c. Angka Penggunaan Tempat Tidur (Bed Occupation Rate/BOR)
BOR
merupakan
indikator
yang
dapat
menggambarkan
tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang ada di rumah sakit. Lima besar
tingkat pencapaian BOR tertinggi oleh RS (Pemerintah dan swasta) di Kota
Denpasar yang datanya kami terima pada pada tahun 2014 adalah :
1) RSUP Sanglah
: 90,22 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
2) RSUD Wangaya
: 79,44per 1000 pasien keluar hidup dan mati
3) RS Bros
: 78,93 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
4) RSUD Bakti rahayu
: 78,78 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
5) RS Puri Bunda
: 74,13 per 1000 pasien keluar hidup dan mati
d. Rata-rata Lama Dirawat (Length Of Stay/LOS)
Indikator LOS digunakan untuk menggambarkan tingkat efisiensi dan
mutu pelayanan rumah sakit. Rata-rata lama pasien di rawat di rumah sakit
(pemerintah dan swasta) di Kota Denpasar tahun 2015 adalah 3 hari.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
57
2.3.3 UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan kesehatan
guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan melalui UKBM
seperti pos pelayanan terpadu (Posyandu Balita, Posyandu Lansia), Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), pos kesehatan desa
(Poskesdes) dan desa siaga aktif.
1) Pos Pelayanan terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu UKBM yang paling aktif. Keberadaan
posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan
balita. Posyandu memiliki lima program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan penanggulangan
diare. Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari oleh untuk dan bersama
masyarakat. Ratio posyandu dengan balita di kota denpasar adalah 1 posyandu
melayani 100 balita.
Tabel: 2.4 Jumlah Posyandu Aktif dan Tingkatan Posyandu Di Kota Denpasar
Tahun 2015
N
O
KAB/KOTA
TINGKATAN POSYANDU
POSYANDU
JUMLAH
POSYANDU
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
AKTIF
1
PUSK I DB
63
9
21
33
0
63
2
PUSK II DB
69
11
43
14
1
69
3
PUSK I DS
35
5
6
23
1
35
4
PUSK II DS
34
0
3
28
3
34
5
PUSK III DS
25
0
6
17
2
25
6
PUSK IV DS
14
0
2
12
0
14
7
8
9
10
11
PUSK I DT
PUSK II DT
PUSK I DU
PUSK II DU
PUSK III DU
43
60
31
35
51
2
0
0
0
0
16
34
19
10
34
24
26
12
16
17
1
0
0
9
0
43
60
31
35
51
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
58
TOTAL
460
27
194
222
17
460
Sumber : Laporan Promkes Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Tingkat perkembangan posyandu di Kota Denpasar dalam lima tahun
terakhir seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.3
Persentase Posyandu di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
60
50
40
% Pratama
30
% Madya
% Purnama
20
% Mandiri
10
0
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa
perkembangan
posyandu di Kota Denpasar terutama untuk posyandu mandiri sudah kembali
mengalami
peningkatan
pada
tahun
2015,
setelah
sempat
mengalami
penurunan di tahun 2014. Dari 460 posyandu yang ada di Kota Denpasar baru
237 posyandu (51,52%) merupakan Posyandu Aktif.
Grafik 2.4
PERSENTASE POSYANDU BERDASARKAN STRATA DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
59
3,7
6,09
47,83
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
42,39
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar
Pada gambar diatas terlihat bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu
purnama
dan
proporsi
terendah
adalah
posyandu
mandiri.
Lambatnya
perkembangan posyandu ke arah posyandu mandiri tidak terlepas dari kurang
berperan sertanya masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan posyandu
terutama dalam hal dukungan dana untuk operasional kegiatan posyandu. Saat
ini dana operasional posyandu sebagian besar masih berasal dari bantuan
pemerintah. Kedepannya perlu upaya intensif untuk meningkatkan jumlah
posyandu mandiri.
2) Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM )
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan
deteksi
dini
dan
pemantauan
faktor
risiko
PTM
Utama
yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak
menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan
melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar.
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,penyakit
jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
Tujuan Posbindu adalah Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sedangkan sasaran utama
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
60
Posbindu adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia 15 tahun ke atas.
Wadah pelaksanaan posbindu adalah Posbindu PTM dapat dilaksanakan
terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di
tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di
mana masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin,
misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik maupun
kemasyarakatan.
Pengintegrasian
yang
dimaksud
adalah
memadukan
pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi
kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang
ada.
Jumlah Posbindu di Kota Denpasar tahun 2015 sebanyak 45 buah
meningkat bila dibandingkan tahun 2014 (14 buah).
3) Desa siaga aktif
Desa/kelurahan
siaga
aktif
adalah
Desa/kelurahan
yang
memiliki
poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi
pelayanan
kesehatan
dasar,
penanggulangan
bencana
dan
kegawatdaruratan, surveylans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan
pertumbuhan (gizi), Penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2015).
Dari 43 desa/kelurahan yang ada di Kota denpasar seluruhnya sudah
merupakan desa siaga aktif. Lima puluh satu (51%) desa siaga tergolong
pratama, 39,5% madya, 9,3 purnama dan belum ada desa siaga yang mandiri.
Pembinaan / bimbingan Teknis Desa Siaga dilaksanakan oleh Tim Desa
Siaga
Kota Denpasar dengan Keputusan Walikota No. 188.45/477 /Hk/2015
yang terdiri dari Unsur : Bappeda Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Dinas Pendidikan dan Olah Raga , Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PHDI) Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) Bagian Kesra, Bagian
Hukum, Bagian Umum, Bidang Kesmas, Bidang P2P, Bidang PL, Bidang Yankes.
Pembinaan Desa Siaga dilaksanakan 43 kali di 43 desa / Kelurahan
dengan
harapan masyarakat desa / kelurahan dengan harapan masyarakat yang sadar,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
61
mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa ( KLB) bencana, kecelakaan ,
pendataan ibu hamil dan lain–lain dengan memanfaatkan
potensi setempat
secara gotong royong
Grafik 2.5 PERSENTASE DESA SIAGA AKTIF BERDASARKAN STRATA
DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015
0
39,5
Purnama
51
Mandiri
Madya
Purnama
9,3
Sumber: seksi promkes bidang bina kesmas dikes kota denpasar
2.3.4 Sumber Daya Manusia
Tabel 2.5 Data Tenaga Kesehatan di dinas kesehatan dan puskesmas
Tahun 2015
JUMLAH
N
O
UNIT KERJA
Puskesmas I Denpasar
Selatan
Puskesmas II Denpasar
2
Selatan
Puskesmas III Denpasar
3
Selatan
Puskesmas IV Denpasar
4
Selatan
1
Medis
Peraw
at &
Bidan
Gizi
Tekni
si
Medis
Sani
tasi
Kes
mas
2
14
1
1
1
1
7
23
2
1
0
2
3
3
12
2
2
1
1
1
9
25
3
2
0
1
2
Farm
asi
2
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
62
Puskesmas I Denpasar
Timur
Puskesmas II Denpasar
6
Timur
Puskesmas I Denpasar
7
Utara
Puskesmas II Denpasar
8
Utara
Puskesmas III Denpasar
9
Utara
Puskesmas I Denpasar
10
Barat
Puskesmas II Denpasar
11
Barat
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS)
5
4
25
3
1
1
1
1
2
20
3
2
1
1
2
3
15
2
1
1
1
1
3
16
3
1
1
1
1
2
19
2
1
0
3
4
3
19
2
1
1
2
3
3
32
1
1
1
1
1
32
212
25
13
10
15
19
Sumber: Sub Bag Kepeg dan Umum Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Tabel 2.6 REKAPITULASI PEGAWAI MENURUT GOLONGAN DI DINAS DAN PUSKESMAS SE KOTA
DENPASAR TAHUN 2015
GOLONGAN
DKK
UPT
PFM
DS
I
DS
II
DS
III
DS
IV
DT
I
DT
II
DU
I
DU
II
DU
III
DB
I
DB
II
1
I/c
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
I/d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
II/a
2
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
4
II/b
3
1
0
1
1
2
2
2
1
1
0
0
1
5
II/c
3
1
2
0
2
0
2
1
2
1
2
1
3
6
II/d
10
2
5
9
6
13
103
7
1
5
2
4
4
7
III/a
7
0
1
2
2
1
3
0
2
0
1
1
3
8
III/b
23
1
2
3
2
4
6
7
8
5
7
6
5
9
III/c
12
1
5
5
6
8
13
5
4
6
5
6
5
10
III/d
14
1
13
12
5
7
2
11
9
8
13
16
18
11
IV/a
4
1
1
4
2
2
1
1
2
1
1
2
4
12
IV/b
3
0
0
1
1
1
0
1
1
2
0
0
1
13
IV/c
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
3
0
1
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
63
14
IV/d
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
SELURUH
82
8
30
37
28
39
43
36
32
30
34
36
45
Sumber: Sub Bag Kepeg dan Umum Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas minimal terdiri dari dokter, dokter
gigi,
perawat,
bidan,
tenaga
kesehatan
masyarakat,
tenaga
kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga gizi dan kefarmasian.
Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati
hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan
memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja (Kemenkes
RI, 2015).
Standar
ketenagaan
puskesmas
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, jumlah dokter puskesmas rawat inap minimal
dua dokter sedangkan non rawat inap minimal 1 dokter. Di Kota Denpasar rasio
dokter per puskesmas di puskesmas rawat inap adalah 5 dokter sedangkan di
puskesmas non rawat inap rasionya 3 per puskesmas, Sehingga rasio dokter per
puskesmas untuk tahun 2015 di Kota Denpasar sudah memenuhi syarat yang
ditetapkan.
Ketersediaan tenaga perawat di Puskesmas dapat diketahui dengan
menghitung rasio perawat per puskesmas. Tahun 2015 rasio perawat di
puskesmas berdasarkan jumlah puskesmas di Kota Denpasar sebesar 9 perawat
per puskesmas. Untuk puskesmas rawat inap distandarkan minimal ada delapan
perawat sedangkan di puskesmas non rawat inap minimal ada 5 perawat
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014). Untuk tahun 2015 standar
ini telah terpenuhi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
64
Berdasarkan
Permenkes
75
tahun
2014
jumlah
minimal bidan
di
Puskesmas rawat inap adalah tujuh orang sedangkan di puskesmas non rawat
inap minimal empat
orang. Untuk tahun 2015 persyaratan ini telah di penuhi
pada puskesmas di Kota Denpasar. Rasio bidan per puskesmas di Kota Denpasar
adalah delapan.
2.3.5 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan
dan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan.
Jumlah anggaran sektor kesehatan
yang bersumber APBD di Kota Denpasar
(untuk dinas kesehatan dan RSU Wangaya) tahun 2015 sebesar
267.579.382.379
seluruhnya
Rp.
atau sekitar 13,15% dari APBD Kota Denpasar yang
berjumlah
Rp.
2.035.203.119.006,45.
Prosentase
angaran
kesehatan lima tahun terakhir seperti tampak pada grafik di bawah ini.
Grafik 2.6
Anggaran Kesehatan Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
65
16
14,1
14
13,15
12,49
12
10
14,64
10,42
8
6
4
2
0
2011
2012
2013
2014
2015
Anggaran Kesehatan
Grafik di atas menggambarkan bahwa pemerintah daerah sudah mulai
menyadari bahwa kesehatan itu mahal dan merupakan investasi. Hal ini dapat
dilihat persentase alokasi anggaran untuk kesehatan termasuk gaji sudah diatas
10%.
Untuk mendapatkan alokasi anggaran yang lebih besar, maka
Dinas
Kesehatan beserta jajarannya masih perlu melakukan negosiasi dan advokasi
untuk membiayai program-program kesehatan yang ada sehingga anggaran
kesehatan diluar gaji bisa lebih dari 10% dari APBD Kota Denpasar.
Sedangkan alokasi anggaran kesehatan menurut sumber anggaran Kota
Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
66
Tabel 2.7 Perentase Alokasi Anggaran Kesehatan di Kota
Denpasar Tahun 2015
99,6
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0,4
APBD
APBN
Dari total anggaran kesehatan yang ada, maka sumber anggaran
dari
APBD Kota Denpasar paling besar
yaitu Rp. 267.579.382.379,00 (99,69%).
APBN memberikan dana sebesar
841.000.000 (0,4%) dari total anggaran
kesehatan
kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar berupa dana DAK, dana
dekonsentrasi (BOK) dan dana askeskin.
Anggaran Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Denpasar dialokasikan
untuk belanja langsung (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja
modal) dan belanja tidak langsung (gaji).
2.3.4 JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar di Kota Denpasar meliputi
Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kesehatan Daerah. Pada tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
67
jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak 880.600 jiwa. Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional sebanyak 499.681 orang terdiri dari: Penerima bantuan
iuran (PBI) APBN sebanyak 69.584 orang, Pekerja Penerima Upah (PPU)
sebanyak 287.973 orang, Pekerja bukan penerima upah (PBPU) mandiri
sebanyak 115.744 orang dan Bukan pekerja (BP) sebanyak 26.380 orang.
Sisanya sebanyak 380.919 terlindungi jaminan kesehatan daerah (JKBM)
Khusus untuk masyarakat miskin yang ada di Kota Denpasar yang
jumlahnya mencapai 69.584 jiwa, seluruhnya (100%)
sudah tercakup dalam
Jaminan Kesehatan nasional sebagai Penerima bantuan iuran (PBI) APBN.
Bimbingan Teknis JKBM dan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dilaksanakan ke 11 puskesmas Se- Kota Denpasar dan ke-43 Desa/Kelurahan
tentang jaminan Kesehatan Nasional khususnya mengenai kepesertaan dan
penanganan
Keluhan
JKN
dengan
melibatkan
unsur
dari
BPJS
sebagai
narasumber.
2.4
KINERJA PELAYANAN
2.4.1 Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.
2.4.1.1 Pemeriksaan Ibu hamil :
a. Pelayanan selama kehamilan (ANC) terpadu diberikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dengan pemeriksaan 10 T dan pemeriksaan
penularan Penyakit dari Ibu ke Anak (PPIA) yang merupakan program
integrasi
dengan
HIV/AIDS,
Stiker
Perencanaan
Persalinan
dan
Pencegahan Komplikasi (P4K).
ANC minimal 4 kali selama kehamilan (1 kali pada triwulan pertama, 1
kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga).
b. Kelas Ibu Hamil dengan Brain Booster
c. Pelayanan Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan Neonatal pada
3 Puskesmas
Mampu Pelayanan Obsetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED) yaitu
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
68
Puskesmas II Denpasar Barat (Pustu Pekambingan),Puskesmas IV
Denpasar Selatan dan Puskesmas 1 Denpasar Timur
d. Rujukan Maternal Neonatal
Indikator penting yang dapat dipakai untuk menilai kesehatan ibu adalah
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Bayi (AKB) karena AKI dan AKB
merupakan indikator yang peka terhadap kualitas dan aksebilitas fasilitas
kesehatan.
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu
dengan
penyabab
kematian
yang
terkait
gangguan
kehamilan
atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini
secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan.
AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa
nifas.
AKB
adalah
jumlah
kematian
penduduk
yang
berusia
dibawah
1
tahun/1000 KH pada tahun tertentu di suatu daerah.
Keberhasilan pembangunan sektor kesehatan senantiasa menggunakan
indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya.
AKI dan AKB di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir sebagaimana
terlihat pada grafik di bawah ini :
Indikator
2011
2012
2013
2014
2015
AKI
39,05
59,7
21,8
16,1
56
AKB
1,8
0,7
0,5
0,6
0,56
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
69
Grafik 2.9
Angka Kematian Ibu Maternal Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
70
target restra dikes th 2015 AKI= 85/100.000 KH
AKI per 100000 KH
60
59,7
50
56
46
40
30
21,8
20
16,1
10
0
2011
2012
2013
2014
2015
Pada grafik diatas terlihat AKI di Kota Denpasar berfluktuasi secara cukup
signifikan, Sampai dengan tahun 2014 AKI sudah dapat ditekan sampai 16,1 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH) namun meningkat kembali pada tahun 2015.
Meskipun ada peningkatan di tahun 2015 (56 per 100.000 KH) masih lebih
rendah dari target Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2015 (85 per 100.000
KH) juga lebih rendah dari target AKI Provinsi Bali (83,4/100.000 KH) dan target
MDGs tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 KH. Meskipun demikian untuk
kedepannya perlu terus dilakukan upaya-upaya untuk menekan AKI di Kota
Denpasar dengan meningkatkan PWS ibu, meningkatkan surveilans terhadap ibu
hamil dan peningkatan cakupan penanganan ibu dengan komplikasi.
Tabel: 2.7 Waktu,Tempat dan Penyebab AKI Tahun 2015 di Kota Denpasar
Waktu
Tempat
Penyebab
Hamil
4
Bersalin
2
Nifas
3
RS
8
Dalam Perjalanan
1
Non Obsetri (3 jantung, 2 Pneumoni, 1 tdk 6
jelas)
Obsetri (1perdarahan,1exclamsi,1Infeksi)
3
Sumber data:Laporan Kesga Dinkes Kota Denpasar 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
70
Selama tahun 2015 di Kota Denpasar terjadi 9 kematian ibu yang terdiri
dari 4 kematian ibu hamil dan 2 orang ibu bersalin dan 3 orang ibu nifas.
Delapan Ibu meninggal di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) sedangkan 1 orang
meninggal di perjalanan menuju RS. Enam kematian ibu di Kota Denpasar
disebabkan oleh penyakit Non Obstertri yaitu 3 orang karena kelainan jantung, 2
orang dengan pneumonia dan 1 orang tidak jelas diagnosisnya karena sudah
meninggal diperjalanan. Tiga kematian ibu disebabkan oleh kelainan Obstetri
yaitu 1 orang karena perdarahan, 1 orang karena exlamsi dan 1 orang karena
infeksi.
Upaya yang sudah dilakukan selain rutin melaksanakan Audit Maternal
Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian juga
sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu
tersebut. Strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi hal ini adalah
peningkatan kompetensi dengan pelatihan dan sosialisasi bagi bidan Puskesmas,
Pustu dan Bidan praktek Mandiri (BPM), melibatkan lintas sektor dalam Gerakan
Sayang Ibu dan Bayi (GSIB). Diharapkan masyarakat bersama–sama ikut
memantau ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Distribusi AKI Di 4 Kecamatan
yang ada di Kota Denpasar, seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.10
Angka Kematian Ibu per 100.000 KH berdasarkan Kecamatan
di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
71
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa kematian maternal
tertinggi di kecamatan Denpasar Utara dan Denpasar selatan. Rencana tindak
lanjutnya akan meningkatkan pembinaan lintas program dan lintas sekltoral
kedua kecamatan diatas. Beberapa Indikator penting dalam Pemantauan
Wilayah Setempat PWS) ibu hamil adalah sebagai berikut :
Tabel 2.8 : Gambaran PWS Pelayanan Ibu Hamil di Kota Denpasar 2015
No
Kegiatan Pelayanan
sasaran
Target
Hasil
Pencapaian
1
Cakupan Ibu Hamil Baru
19.532
100
99,99
K1
2
Cakupan K4
19532
98
98,23
3
Cakupan Bumil Berisiko
3.906
40
38,50
3.906
60
56,50
18.612
98
97,7
Oleh Tenaga Kesehatan
4
Cakupan Bumil Berisiko
Oleh Masyarakat
5
Cakupan Kunjungan
Neonatus
6
Cakupan Persalinan
18.624
100
100
7
Cakupan Ibu nifas
18.612
98
98,79
8
Penanganan Komplikasi
3.906
80
68,40
2.660
80
83,75
Obstetri
9
Penanganan Komplikasi
Neonatal
Sumber : Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Cakupan K1 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah melakukan
kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil
mendapatkan pelayanan
yang
antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali
kunjungan yaitu sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan
dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
72
Gambar 4.1 memperlihatkan cakupan kunjungan K1 dan K4 pada ibu
hamil selama lima tahun terakhir :
Grafik 2.11
Cakupan K1 dan K4 Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2015
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka droup out
K1-K4, dengan kata lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua
ibu
hamil
yang
meneruskan
melakukan
hingga
kunjungan
kunjungan
keempat
pertama
pada
pelayanan
triwulan
3,
antenatal
sehingga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2015
kesenjangan antara K1 dan K4 sebesar 2,4% hal ini berarti terdapat 2,4% ibu
yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada trimester I, namun tidak
melakukan pemeriksaan sampai K4.
Bila kita bandingkan dengan target standar pelayanan minimal (K1=95%
dan K4=80%) maka cakupan K1 dan K4 di Kota Denpasar sudah melampaui
target yang ditetapkan.
Beberapa
faktor
yang
diduga
berpengaruh
terhadap
pemeriksaan
kehamilan K4 adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan ibu, dan tingkat sosial
ekonomi (Dep Kes, 2009).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
73
Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil merupakan upaya untuk
menekan anemia pada ibu hamil. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi
difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi tablet besi folat (200
mg feSO4 dan 0,25 mg asam folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet
selama minimal 90 hari berturut-turut. Cakupan pemberian tablet besi dalam
kurun waktu lima tahun terakhir terutama pada ibu hamil seperti pada grafik di
bawah ini :
Grafik 2.12
Cakupan Pemberian Tablet Tambah Darah Fe 1 & Fe 3 Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
Pada Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ditetapkan target Fe1 dan
Fe 3 sebesar 95%. Data pada grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa cakupan Fe
1 dan Fe 3 pada tahun 2015 sudah melebihi target yang telah ditetapkan pada
renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
2.4.1.2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Dengan penyelenggaraan upaya kesehatan ibu bersalin diharapkan dapat
mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu
bersalin diukur melali indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan
terlatih. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan
yang
aman
yang
dilakukan
oleh
tenaga
kesehatan
dengan
kompetensi kebidanan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
74
Grafik 2.13
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kota Denpasar
Tahun 2011 sampai Tahun 2015
100
99,98
99,96
99,94
99,92
99,9
99,88
99,86
99,84
100
100
100
100
99,9
2011
2012
2013
2014
2015
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Nakes
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015 telah mencapai
99,9%, Bila dibandingkan dengan target renstra persalinan oleh nakes tahun
2015 sebesar 99% maka pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
sudah mencapai target yang ditetapkan. Demikian pula bila dibandingkan
dengan target Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan yang menetapkan
bahwa pada tahun 2015 diharapkan 90% persalinan ditolong oleh tenaga yang
memiliki kompetensi kebidanan, maka pencapaian dikes kota Denpasar sudah
melampaui target yang ditetapkan.
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi
besar terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dalam
1 minggu pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Persalinan yang
dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan risiko kematian ibu
saat persalinan karena ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada saat persalinan yang
membahayakan nyawa ibu dan bayi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
75
2.4.1.3 Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan
oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak
ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung
fasilitas
kesehatan
(termasuk
bidan
di
desa/
polindes/
poskesdes)
dan
kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1)
pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi
fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervagina lainnya; 4)
pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan
Grafik 2.14 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas di Kota Denpasar
Tahun 2011 sampai dengan 2015
99,1
99,1
99
98,9
98,8
98,7
98,6
98,5
98,4
98,3
98,2
98,8
98,8
2014
2015
98,6
98,5
2011
2012
2013
Cakupan pelayanan ibu nifas
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan Kf-3). Indikator ini menilai
kemampuan Negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang
berkualitas sesuai standar.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
76
Cakupan
pelayanan
ibu
nifas
pada
tahun
2015
adalah
98,8%.
Sementara target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target standar
pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%. Jadi capaian
pelayanan ibu nifas Kota Denpasar sudah melampaui target yang ditetapkan.
Salah satu pelayanan yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah
pemberian vitamin A. Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A
selama tahun 2015 sebesar 98,79%.
Grafik 2.15 Persentase Ibu Nifas Yang Mendapatkan Kapsul Vitamin A
Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
KOTA DENPASAR
98.79
Pusk II Den Bar
98.24
Pusk I Den Bar
98.66
Pusk IV Den Sel
108.46
Pusk III Den Sel
98.63
Pusk II Den Sel
100
Pusk I Den Sel
98.93
Pusk I Den Tim
95.12
Pusk II Den Tim
98.18
Pusk III Den Ut
100
Pusk II Den Ut
97.61
Pusk I Den Ut
98.21
85
90
95
100
105
110
Sumber: Laporan Kesga Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
2.4.1.4 Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal
Komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdarahan per vagina,
hipertensi dalam kehamilan (sistole > 140 mm Hg, diastole > 90 mmHg) dengan
atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam
kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi masa
nifas (Depkes, 2010).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
77
Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperoleh dari proyeksi supas yaitu
sebesar 20% dari seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil di Kota
Denpasar berdasarkan data proyeksi supas sebesar 16.855 orang, sehingga
jumlah bumil risti/komplikasinya diprediksi sebesar 3.371 orang. Selama periode
tahun 2015 ditemukan ibu hamil dengan komplikasi sebesar 2.426 orang dan
seluruhnya sudah ditangani. Namun bila hasil penanganan ibu hamil dengan
komplikasi ini dibandingkan dengan target berdasarkan hasil supas maka
pencapaian Kota di Denpasar baru sebesar 71,97%. Standar Pelayanan Minimal
bidang kesehatan menetapkan pada tahun 2015 sebanyak 80% ibu hamil
dengan risti/komplikasi harus tertangani.
Grafik 2.16
Cakupan penanganan komplikasi kebidanan menurut Puskesmas
Di Kota Denpasar Tahun 2015
Kota Denpasar
71.97
Pusk II Den Bar
65.44
Pusk I Den Bar
84.26
Pusk IV Den Sel
97.36
Pusk III Den Sel
80.75
Pusk II Den Sel
75.63
Pusk I Den Sel
77.06
Pusk II Den Tim
79.86
Pusk I Den Tim
45.33
Pusk III Den Ut
80.51
Pusk II Den Ut
63.13
Pusk I Den Ut
75.52
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Tiga Puskesmas dengan pencapaian terendah adalah
Puskesmas I
Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas II Denpasar
Barat. Kedepannnya perlu ditingkatkan upaya penemuan dini ibu hamil
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
78
risti/komplikasi oleh Puskesmas melalui system surveilans aktif sehingga
Puskesmas tidak hanya bersikap pasif menunggu pasien datang berkunjung.
2.4.1.5 Program Kesehatan Neonatal, Bayi dan Anak
1) Pelayanan Kesehatan Neonatal
Bayi baru lahir (0-28 hari) atau neonatus merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan yang paling tinggi.
Hasil Riskesdas 2007
menyebutkan bahwa 78,5% kematian neonatus terjadi pada minggu pertama
kehidupan (0-6 hari). Mengingat besarnya risiko kematian pada minggu pertama
ini, setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai standar untuk
mendetaksi adanya penyakit atau tanda bahaya sehingga dapat dilakukan
intervensi sedini mungkin untuk mencegah kematian. Pelayanan pada kunjungan
neonatus sesuai dengan standar mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Muda (MTBM) yang meliputi pemeriksaan tanda vital, konseling perawatan
bayi baru lahir dan ASI Ekslusif, injeksi Vit.K1, Imunisasi (Jika belum diberikan
saat lahir, penanganan dan rujukan kasus, serta penyuluhan perawatan
neonatus di rumah dengan menggunakan buku KIA (Depkes, 2010).
Grafik 2.17
Cakupan Kunjungan Neonatus Dibandingkan Target Renstra
Di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sejak tahun 2008 terjadi perubahan kebijakan waktu pelaksanaan
kunjungan dari semula minimal 2 kali kunjungan menjadi 3 kali kunjungan, yang
mulai disosialisasikan pada tahun 2008. Kecenderungan cakupan kunjungan
neonatal lengkap (KN lengkap) tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
79
pada gambar 4.6. Tahun 2015 angka rata-rata cakupan kunjungan neonatal
lengkap mencapai 97,1%
Grafik 2.18
Tren Cakupan KN Lengkap Di Kota Denpasar
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015
Sumber: Laporan Anak Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
2) Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit atau
kelaianan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian seperti
asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,
BBLR, sindroma gangguang pernafasan dan kelainan congenital maupun yang
termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan manajemen
terpadu balita muda (MTBM).
Cakupan penanganan komplikasi neonatal tahun 2015 sebesar 81,2%
meningkat dibandingkan tahun 2014 (77,7%).
Capaian tahun 2015 sudah
melebihi target yang ditetapkan restra dinas kesehatan dikes kota Denpasar
sebesar 80%.
4) Berat Badan Lahir Rerndah (BBLR)
BBLR adalah bayi baru lahir yang beratnya saat lahir kurang dari 2500
gram. BBLR umumnya terjadi pada bayi bayi premature namun dapat pula
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
80
terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama
kehamilan. Bayi dengan BBLR mempunyai kecenderungan kearah peningkatan
terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi.
Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 1,2%
meningkat 0,1% bila dibandingkan tahun 2014 (1,1%)
5) Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh
tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun,
yaitu satu kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali
pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperolah
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau
penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan
kualitas hidup bayi.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Denpasar pada tahun 2015
sebesar 85,5% mengalami sedikit penurunan dari tahun 2014 (92,0%),
sedangkan target pelayanan kesehatan bayi pada renstra Kota Denpasar untuk
tahun 2015 adalah 90%. Dengan demikian target cakupan pelayanan kesehatan
bayi di Kota Denpasar belum terpenuhi, kedepannya perlu kerja keras semua
pihak
dalam
meningkatkan
cakupan
pelayanan
kesehatan
bayi
di
Kota
Denpasar.
Grafik 2.18
Cakupan Pelayan Kesehatan bayi Di Kota Denpasar
Menurut Puskesmas Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
81
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Puskesmas dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Puskesmas II
Denpasar
Utara
sedangkan
terendah
di
Puskesmas
II
Denpasar
Barat.
Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan
posyandu tiap bulannya, peran kader dan partisipasi keluarga untuk membawa
bayi ke posyandu serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu.
6) Pelayanan utuk anak balita
Adalah cakupan anak balita ( 12- 59 bln ) yg mendapat pelayanan sesuai
standar : Pemantauan pertumbuhan minimal 8x/th, Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini dan Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2x/th, Pemberian Vit A dosis
tinggi (2000.000 IU), 2 x/th, Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA, Pelayanan
anak balita sakit dengan
Manajemen Terpadu Balita sakit
(MTBS) adalah
cakupan anak balita (12- 59 bl) yang berobat ke Puskesmas dan mendapat
pelayanan kesehatan sesuai standar MTBS di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
Grafik 2.19
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
82
Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Menurut Puskesmas Di Kota Denpasar Tahun 2015
95.9
96
94
92
90
88
86
84
82
80
78
93.1
90.5
93.9
91.9
85.3
94.8
94.3
91.2
90.2
84.93
84.9
Sumber:Laporan Gizi Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
Capaian cakupan pelayanan kesehatan anak Balita (1-4 tahun) Pada
tahun 2015 sebesar 90,2%. Tiga Puskesmas dengan capaian cakupan pelayanan
kesehatan anak Balita terendah adalah Puskesmas I Denpasar Selatan,
Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas I Denpasar Utara. Target cakupan
pelayanan kesehatan anak Balita yang tercantum pada Renstra Dinas Kesehatan
untuk tahun 2015 adalah 90%, sehingga capaian untuk Kota Denpasar sudah
melebihi target yang ditetapkan.
2.4.1.6 Program Kesehatan Remaja
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dengan tujuan
agar remaja
yang bermasalah bisa mendapat pelayanan dan penanganan yang cepat
dan tepat. Kader sebaya yang telah di bentuk mampu memberikan
konsling
dan
merujuk
sesuai
standar
pelayanan
PKPR.
Adapun
kegiatannya meliputi : Sosialisasi PKPR ke SMP dan SMA, Pembentukan
kader sebaya, Pembinaan dan penyegaran kader sebaya PKPR
2.4.1.7 Program Keluarga Berencana ( KB )
Program keluarga berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur
jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
83
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok Wanita
Usia Subur (WUS). Wanita usia subur adalah wanita yang berusia antara 15-49
tahun. Untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran wanita
usia
subur
atau
pasangannya
diprioritaskan
untuk
menggunakan
alat
kontrasepsi.Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari
cakupan peserta KB aktif (peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode
kontrasepsi),
cakupan
peserta
KB
yang
baru
menggunakan
alat/metode
kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan
akseptor.
Tabel 2.10 : Gambaran Pelayanan KB di Kota Denpasar Tahun 2015
NO
KEGIATAN
JUMLAH
1
Akseptor Baru
7654
2
Akseptor KB Aktif
69686
3
Akseptor metode kontrasepsi jangka panjang ( MKJP )
35646
4
Akseptor non MKJP
69786
Sumber data : Laporan KB
Grafik 2.30 Persentase KB Aktif dan KB Baru Menurut Puskesmas
Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
84
100
90
80
79.6
80.9
82.4
78.5
83.6
83.4
81.6
87.2
84.5
79.3
80.9
71.3
70
60
50
40
30.7
30
20
10
7
12.2
5.7
15.7
12.1
7.4
2.9
15.4
2.6
4.8
8.9
0
KB Aktif
KB Baru
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Jumlah PUS di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 86.175, dari jumlah ini
8,9 % merupakan peserta KB baru dan 80,98% merupakan peserta KB Aktif.
Rata-rata cakupan peserta KB aktif pada tahun 2015 adalah 80,9%, mengalami
sedikit penurunan bila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 (83,8%).
Target SPM bidang kesehatan dan Target Renstra Kota Denpasar untuk
persentase
peserta KB aktif pada tahun 2015 adalah 80% sehingga capaian
Kota Denpasar sudah memenuhi target.
Pada Tahun 2015,
peserta KB aktif yang menggunakan metode
kontrasespi jangka panjang (MKJP) sebesar 51% dan peserta KB aktif yang
menggunakan
non
MKJP
49%.
Ada
kecenderungan
persamaan
pilihan
penggunaan metode kontrasepsi antara peserta KB aktif dengan peserta KB
baru. PUS peserta KB Aktif lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOP, MOW, dan Implan, demikian pula
halnya dengan peserta KB baru.
Grafik 2.31
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
85
Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi
Tahun 2015
Sumber: Seksi Keluarga Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Sebagian besar peserta KB Aktif adalah wanita (95,2%), hanya 4,8%
peserta KB aktif berjenis kelamin laki-laki. Terdapat kesenjangan yang tinggi
antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi penggunaan alat KB. Untuk itu
perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi laki-laki terhadap
penggunaan metode/alat KB.
2.4.1.7 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)
Masyarakat yang tergolong pra lansia adalah mereka yang telah menjalani
lebih dari setengah dari masa hidupnya dan berumur antara 45–59 tahun.
Sedangkan mereka yang tergolong Lansia adalah mereka yang telah mencapai
umur di atas 60 tahun. Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya untuk
menjaga agar kondisi para pra lansia dan lansia tetap sehat dan produktif di
masyarakat dan tidak menjadi beban bagi keluarga. Upaya tersebut telah
terintegrasi melalui program posyandu lansia. Jumlah masyarakat lansia di Kota
Denpasar pada tahun 2015 sebanyak 17.154 Jiwa. Pelayanan kesehatan pada
kelompok pra lansia dan lansia di Kota Denpasar terintegrasi dalam posyandu
lansia yang berjumlah 86 buah. Pelayanan yang diberikan posyandu lansia
meliputi senam lansia, pemberian paket obat, PMT dan pemeriksaan kesehatan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
86
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia seperti pada
grafik di bawah ini.
Grafik 2.32 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
80.59
82
80
80.59
80.1
76.93
78
76
71.69
74
72
70
68
66
2011
2012
2013
2014
2015
% Pelayanan Usila
Sumber: Seksi Kesehatan Keluarga Bidang bina Kesehatan Masyarakat Dikes
Kota Denpasar
Cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok pra lansia dan lansia di Kota
Denpasar
sebagaimana
tergambar
pada
grafik
2.32
di
atas
meningkat
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika mengacu pad Standar Pelayanan
Minimal Kesehatan, maka hasil pelayanan kesehatan terhadap penduduk usia
lanjut (80,10%) sudah diatas target yang ditetapkan yaitu sebesar 75% pada
tahun 2015.
2.4.2 PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam UndangUndang
Nomor
36
Tahun
2009
Tentang
Kesehatan,
bertujuan
untuk
meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan
akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
dan teknologi.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
87
Penyebab langsung masalah gizi adalah ketidakseimbangan antara asupan
makanan (jumlah dan mutu) serta zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
secara optimal karena adanya gangguan penyerapan sebagai akibat adanya
penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung masalah gizi adalah tidak
cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola asuh anak
terutama dalam pola pemberian makan pada anak serta kurang memadainya
saanitasi, kesehatan lingkungan dan kurang baiknya pelayanan kesehatan.
Semua keadaan di atas berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan dan social ekonomi.
Untuk menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggi-tingginya
15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%
telah ditetapkan 8 indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.
Berikut adalah hasil kinerja program Gizi
Tabel 2.11 Indikator Kinerja dan pencapaian program Gizi Tahun 2015
No
Indikator
Sasaran
Target
Pencapaian
1
Persentase balita gizi buruk yang
mendapat perawatan
10
100%
100%
2
Persentase bayi usia
mendapat ASI Eksklusif
3
Cakupan RT yang
garam beryodium
4
0-6
bulan 3233
mengkonsumsi 300 KK
77%
75,47%
84%
93,67%
Persentase 6-59 bulan dapat kapsul 35216
vit.A
97,5%
99,62%
5
Persentase
ibu
hamil
mendapatka Fe 90 tablet
yang 16855
98%
97,99
6
Persentase
puskesmas
melaksanakan surveilans gizi
yang 11
Puskesma
s
100%
100%
7
Persentase balita
badannya (D/S)
Berat
82%
83,52%
8
Persentase penyediaan bufferstock 43
MP-ASI untuk balita umur 6-24 bln ga
kin
100%
100%
ditimbang
29505
Sumber: Laporan Gizi Dikes kota Denpasar Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
88
Adapun kegiatan program gizi antara lain :
2.4.2.1 Konseling dan Penyuluhan Kelompok / Masyarakat dengan materi :
Makanan pada ibu hamil, KEK pada ibu hamil, Manajemen laktasi, ASI Dini,
Makanan
ibu
menyusui,
Hambatan
bila
anak
tidak
mau
menyusui,
Complementary feeding, Makanan balita, Gizi seimbang, Anemia, Aneka ragam
makanan, Gizi pada penyakit : HIV,TB ,jantung, hipertensi, diabetes, gizi buruk
dan obesitas.
2.4.2.1 Surveilans Gizi
Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data, penyajian serta desiminasi informasi bagi pemangku kepentingan, untuk
melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang serta untuk perumusan kebijakan.
Kegiatan rutin yaitu pelaporan kasus gizi buruk, penimbangan balita (D/S),
balita kurus, balita N, balita T, balita 2T, balita BGM, pemberian ASI Eksklusif,
balita mempunyai buku KIA/KMS, pendistribusian kapsul vitamin A pada balita
dan ibu nifas, pemantauan dan pendistribusian TTD ibu hamil, dan ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK) dan Kegiatan survei khusus yang dilakukan
berdasarkan kebutuhan, seperti : konsumsi garam beryodium, pemantauan
status gizi (PSG).
Tabel 2.12
Hasil kegiatan penimbangan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
TOLOK UKUR
PENCAPAIAN
1
Jumlah balita yang ada (S)
29.505
2
Jumlah balita yang punya KMS (K)
28.409
3
Jumlah balita yang ditimbang (D’)
19.882
4
Jumlah balita yang ditimbang (D)
24.692
5
Jumlah balita yang naik BB nya (N)
16.933
6
Jumlah balita yang turun BB nya (T)
2.946
7
Jumlah balita yang Baru (B)
1.736
TARGET
(%)
83,52
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
89
Jumlah balita yang tidak nimbang bln lalu (O)
5
Jumlah balita di bawah garis merah (BGM)
6
Tingkat pencapaian :
3.100
26
a. K/S (%)
96,29
b. D/S (%)
83,69
c. N/D’ (%)
85,17
d. BGM/D (%)
0,1
Sumber data : laporan bulanan SKDN (data riil bukan proyeksi)
S
: Jumlah balita yang ada di wilayah kerja
K
: Jumlah balita yang memiliki KMS
D
: Jumlah balita yang ditimbang
N
: Jumlah balita yang naik timbangannya
K/S
: Tingkat partisipasi masyarakat
N/D’
: Tingkat pencapaian program
Jumlah balita yang ada di Kota Denpasar tahun 2015 tercatat sebanyak
29.505 orang balita, dengan balita yang mempunyai KMS/buku KIA sebanyak
28.409 orang, dari hasil penimbangan setiap bulan rata-rata balita yang datang
ke posyandu (D) sebanyak 24.692 orang dengan tingkat kenaikan berat badan
(N) sebanyak 16.933 orang.
Cakupan Program penimbangan (K/S) di Kota Denpasar sudah mencapai
96,29 % dan sudah melebihi target yang ditetapkan oleh propinsi.
Tingkat
partisipasi masyarakat (D/S) terhadap penimbangan balita mencapai 83,69%.
Bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh propinsi sebesar 85 %
belum mencapai target.
Tingkat keberhasilan program penimbangan (N/D’) di Kota Denpasar baru
mencapai 85,17 % dan jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 0,24% (85,41% menjadi 85,17%). Ini berarti masih banyak
balita yang berat badannya tidak naik setiap penimbangan. Hal ini sangat terkait
dengan keadaan balita yang mana biasanya setelah balita berusia 1 tahun ke
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
90
atas (setelah mulai bisa belajar berjalan), biasanya nafsu makannya menurun
atau sulit makan. Dalam hal ini kesabaran dari orang tua ataupun pengasuhnya
sangat diperlukan di samping juga kita ketahui masa balita merupakan masa
yang sangat berpengaruh terhadap kesehatannya. Sebagai masa emas (Gold
age) dalam kehidupan manusia, anak balita sangat perlu perhatian khusus
terutama untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan otaknya.
2.4.2.2
Pemantauan Pola Konsumsi
Pengamatan pola konsumsi dilakukan terhadap rumah tangga pra sejahtera
di semua desa di kecamatan yang menghadapi ancaman krisis pangan dan gizi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam pengamatan pola konsumsi pangan
adalah sebagai berikut :

Pengamatan dilakukan terhadap 20 keluarga pra sejahtera yang dipilih
dan pengamatan dilakukan terhadap KK yang sama sepanjang tahun

Perubahan-perubahan yang diamati dalam pemantauan pola konsumsi
adalah :
Berkurangnya frekuensi makan dari kebiasaan sehari-hari misalnya dari 3
atau 2 kali menjadi 1 kali, perubahan jenis makanan pokok dari yang
biasa dimakan ke makanan yang tidak lazim dimakan dan berkurangnya
jumlah makanan dimasak/dimakan
Di Kota Denpasar pengamatan pola konsumsi sampai dengan Desember
2015, dari 860 KK yang diamati baik frekwensi makan rata-rata 3 kali
makan,
jenis
makanan
pokok
tetap
yaitu
beras
dan
jumlah
yang
dimasak/dimakan biasa.
2.4.2.3
Pemantauan Status Gizi (PSG)
PSG sebagai kegiatan penilaian status gizi untuk memperoleh besar dan
luasnya masalah gizi, baik akut maupun kronis. Kegiatan PSG merupakan bagian
dari monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan gizi untuk pengambilan
keputusan
dan
tindakan,
penentuan
kebijakan
dan
penyusunan
PSG
dilaksanakan sekali dalam setahun. Status gizi balita berdasarkan BB/U di Kota
Denpasar dari
29.493 balita yang diukur terdapat 29 balita gizi buruk (0,10%),
gizi kurang sebanyak 111 balita (0,38%), gizi lebih sebanyak 237 balita (0,8%)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
91
dan gizi baik sebanyak 29.116 balita (98,72%).
Sedangkan status gizi
berdasarkan BB/TB, terdapat 10 orang balita yang tergolong kurus sekali terdiri
dari 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Penyebab Balita Gizi buruk ini
bervariasi sebagian besar disebabkan karena adanya penyakit penyerta, seperti:
kelainan jantung, microchepali dan pneumonia.
Dibandingkan
ditahun
2014 terjadi penurunan persentase balita gizi
buruk. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar menargetkan maksimal ada
3,6% Balita gizi buruk di Kota Denpasar, bila kita bandingkan hasil penemuan
gizi buruk tahun 2014 dengan target Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
maka persentase gizi buruk di Kota Denpasar sudah lebih rendah dari target
Renstra. Seluruh Balita Gizi buruk yang ditemukan dikota Denpasar sudah
mendapatkan penanganan dan perawatan.
2.4.2.4
Monitoring Garam Beryodium
Masalah GAKY merupakan salah satu masalah gizi yang cukup serius.
Kekurangan
zat
iodium
dalam
jangka
waktu
tertentu
akan
dapat
menimbulkan gangguan bagi perkembangan fisik dan keterbelakangan
mental, penurunan kecerdasan yang berpengaruh terhadap kualitas sumber
daya manusia (SDM) dalam rangka upaya penanngulangan masalah tersebut
maka program yang digalakkan adalah pemasyarakatan konsumsi garam
beryodium secara berkelanjutan dan menyeluruh.Tujuan pemberian kapsul
minyak beryodium adalah untuk mencegah timbulnya bayi lahir kretin yang
diakibatkan kekurangan yodium. Lokasi yang menjadi prioritas pemberian
adalah seluruh desa di kecamatan yang tergolong dalam endemis berat
(Total Goiter Rate /TGR > 30%) dan endemis sedang (TGR 20-29,9%). Satu
kapsul minyak beryodium mengandung kadar yodium 200 mg, dengan
sasaran selektif hanya pada penderita gondok dan dosis pemberian sebagai
berikut: Wanita usia subur
Ibu menyusui
2 kapsul/tahun, Ibu hamil 1 kapsul/masa hamil,
1 kapsul selama masa menyusui dan Anak SD/MI (Kelas 1-6)
1 kapsul/tahun.
Penanggulangan GAKY jangka panjang adalah dengan meningkatkan KIE
(di posyandu, puskesmas maupun di sekolah dasar), penggunaan garam
beryodium dalam konsumsi makanan sehari-hari. Pengumpulan data yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
92
dilaksanakan pada tiap-tiap desa/kelurahan dengan menilai 1 SD secara
acak sample di desa/kelurahan yang bersangkutan, masing-masing SD
diambil 26 murid kelas 4 dan 5 dengan metode LQAS (Lot Quality
Assurance Sampling) disuruh membawa garam yang digunakan di rumah
±
2
sendok
dan
membawa
pembungkus
garamnya.
Pemantauan
dilakukan 2 kali setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus.
Kegiatan dalam pemantauan garam beryodium akan dapat ditentukan
suatu desa baik atau tidak baik adalah sebagai berikut :
 Desa dengan garam baik yaitu bila terdapat paling banyak 1 sampel yang
diperiksa tidak memenuhi syarat (tidak mengandung yodium dengan
kadar cukup atau tidak mengandung yodium sama sekali)
 Desa dengan garam tidak baik yaitu bila terdapat lebih dari 2 sampel yang
diperiksa tidak memenuhi syarat.
Dari 43 desa/kelurahan yang ada, berdasarkan hasil pemeriksaan pada
bulan Pebruari, 37 desa tergolong dalam desa baik (86,05%) dan 6 desa
(13,95%) tergolong dalam desa tidak baik dalam penggunaan garam
beryodium.
Pada bulan Agustus dilakukan survey garam beryodium untuk tingkat
rumah tangga, dengan hasil 93,67% Rumah tangga di Kota Denpasar sudah
mengkonsumsi garam beryodium. Bila dibandingkan dengan target nasional
yaitu 84%, Kota Denpasar sudah mencapai target.
2.4.2.5
Pemantauan ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara ekslusif dapat mempercepat penurunan angka
kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada
akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya
kualitas sumber daya manusia yang memadai.
Hasil pencapaian Program ASI ekslusif yang dilaksanakan sudah mencapai
75,47%, masih kurang dari target yang ditetapkan propinsi yaitu 77%,
Dibandingkan tahun lalu sudah mengalami peningkatan sebanyak 2,1% (dari
73,37% menjadi 75,47%).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
93
Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus ASI Ekslusif adalah
keadaan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung sehingga ibu-ibu
ikut
mencari
nafkah
untuk
membantu
kebutuhan
ekonomi
keluarga.
Sehingga tidak mungkin ibu-ibu yang melahirkan diberikan cuti bersalin lebih
dari 3 bulan, kecuali harus berhenti bekerja.
Di samping itu pula tidak
banyak instansi baik negeri maupun swasta yang mempunyai TPA (Tempat
Penitipan Anak), sehingga seorang ibu bisa setiap saat menyusui bayinya
sambil bekerja di kantornya.
Grafik 2.33 Cakupan ASI Ekslusif Tahun 2011 s.d 2015
Data di atas menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir cakupan ASI
eksklusif di Kota Denpasar belum bisa mencapai target yang ditetapkan secara
nasional (80%). Dari tahun ketahun terlihat peningkatan persentase cakupan
ASI Ekslusif secara cukup bermakna. Pada tahun 2015 cakupan ASI Eksklusif
meningkat 2,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun capaian ini
masih lebih rendah dari target Renstra Dikes Kota Denpasar untuk tahun 2014
sebesar 80%. Gambaran cakupan ASI Eksklusif berdasarkan Puskesmas di Kota
Denpasar tahun 2015 seperti pada grafik 2.34 di bawah ini :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
94
Grafik 2.34
Persentase cakupan ASI Ekslusif berdasarkan Puskesmas Tahun 2015
Sumber: Seksi Gizi Bidang Bina Kesehatan Keluarga Dikes Kota Denpasar
Meskipun secara umum di Kota Denpasar terjadi peningkatan cakupan ASI
Eksklusif dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun hasil tersebut masih
perlu ditingkatkan. Cakupan ASI Ekslusif terendah di Puskesmas I Denpasar
Barat dan Puskesmas I Denpasar Timur, perlu adanya berbagai upaya yang
mampu meningkatkan capaian ASI Ekslusif di Kota Denpasar sehingga bisa
mencapai target yang ditetapkan..
Rendahnya
cakupan
ASI
Eksklusif
disebabkan
oleh
beberapa
faktor
diantaranya karena kebanyakan ibu-ibu yang memiliki bayi bekerja mencari
nafkah untuk menunjang kebutuhan keluarga sehingga tidak ada kesempatan
untuk memberikan ASI secara eksklusif mulai sejak lahir sampai bayi berumur 6
bulan dan lebih banyak memberikan susu formula pada bayinya. Langkah yang
telah dilakukan
meningkatkan cakupan ASI Ekslusif di Kota Denpasar adalah
meningkatkan promosi tentang pentingnya ASI Ekslusif dan teknik penyimpanan
ASI yang dapat dilakukan oleh ibu bekerja sehingga ASI nya tetap bisa dinikmati
bayi dan ibu tidak perlu berhenti bekerja. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi ke
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
95
instansi pemerintah dan swasta tentang pentingnya menyiapkan ruangan
sebagai pojok ASI.
2.4.2.6
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Gizi Buruk
Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi
pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor resiko yang erat dengan
kejadian KLB Gizi Buruk seperti campak dan diare.
Menteri Kesehatan
melalui suratnya Nomor : 1209 tanggal 19 Oktober 1998 mengintruksikan
agar memperlakukan kasus kurang gizi berat sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB) sehingga setiap kasus baru harus dilaporkan dalam 1 x 24 jam.
Penanganan kasus gizi buruk merupakan kegiatan pertama yang harus
dilakukan oleh petugas puskesmas dan rumah sakit pada saat KLB terjadi.
Kegiatan penanganan kasus gizi buruk adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda gizi buruk, cara
merujuk, upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat
b. Mendekatkan pelayanan dengan cara menyiapkan pos baru/therapeutic
feeding centre (bila memungkinkan)
c. Melakukan pelayanan gizi dan pengobatan berdasarkan ADIME (Pedoman
Tata Laksana Penanganan Gizi Buruk rawat inap/rawat jalan)
d. Menyediakan sarana, suplemen gizi, makanan formula dan lain-lain
e. Upaya pencegahan meningkatnya jumlah kasus gizi buruk dengan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan imunisasi, makanan tambahan,
perbaikan kondisi lingkungan dan lain-lain
Upaya pencegahan dilakukan untuk melindungi penduduk yang beresiko
menderita gizi buruk, upaya ini dilakukan secara lintas program/sektor
seperti : Pemberian imunisasi, Peningkatan cakupan kapsul vitamin A
terutama pada daerah
kasus campak, Peningkatan cakupan pemantauan
pertumbuhan, Penyuluhan kepada masyarakat dan konseling pada anak-anak
yang mengalami gagal tumbuh, Manajemen faktor resiko gizi buruk dan
koordinasi dengan program terkait. Jika faktor resikonya di luar kemampuan
sektor kesehatan maka dikoordinasikan dengan sektor lain, Memperhatikan
kondisi lingkungan dan ekonomi
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
96
Tabel 2.13 Jumlah rata-rata gizi buruk (BB/TB) tiap bulan yang ada di Kota
Denpasar Tahun 2015
No
Nama Puskesmas
Jumlah Gizi Buruk
1
I Denbar
3
2
II Denbar
2
Denbar
5
3
I Dentim
1
4
II Dentim
0
Dentim
1
5
I Denut
2
6
II Denut
0
7
III Denut
0
Denut
2
8
I Densel
0
9
II Densel
1
10
III Densel
1
11
IV Densel
0
Densel
2
Kota Denpasar
10
Sumber data : Laporan Gizi Dikes Kota denpasar
Jumlah gizi buruk berdasarkan BB/TB yang ada di Kota Denpasar tahun
2015 sebanyak 10 balita dari 11 Puskesmas yang ada di Kota Denpasar.
Semua kasus sudah tertangani dan mendapat bantuan berupa susu dan
biskuit selama 3 bulan bersumber dana dari APBD II dan 4 bulan dari CSR.
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis
besar penyebab anak kekurangan Gizi disebabkan karena adanya penyakit
penyerta dan di akhir tahun masih tersisa 1 orang kasus gizi buruk yang
masih dirawat.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
97
2.4.2.7 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Kekurangan
kebutaan,
vitamin
yang
Penanggulangan
A
berawal
pada
dari
Kekurangan
tubuh
gejala
Vitamin
manusia
klinis
A
dapat
rabun
adalah
mengakibatkan
ayam/buta
kegiatan
senja.
menurunkan
prevalensi kekurangan vitamin A melalui upaya meningkatkan konsumsi
vitamin A melalui makanan sumber vitamin A dosis tinggi.
Cara pelaksanaan :
a. Menentukan sasaran dan dosis kapsul yang diberikan yaitu :
-
Bayi umur 6 – 11 bulan diberikan kapsul vitamin A 100.000 IU (warna
biru) pada bulan Pebruari dan Agustus
-
Balita 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 warna merah
diberikan 2 kali setahun yaitu bulan Pebruari dan Agustus
-
Bayi dan anak balita sakit (menderita campak, diare, gizi buruk atau
xeroptalmia) diberikan kapsul vitamin A dosis sesuai umur sesuai
tatalaksana kasus.
Pada wilayah yang terkena KLB campak, seluruh
balita diberikan kapsul vitamin A pada seluruh desa.
-
Ibu nifas (0-42 hari) setelah melahirkan segera 1 kapsul vitamin A
200.000 SI warna merah dan 1 kapsul lagi diberikan dengan selang
waktu 24 jam
b. Metode yang digunakan dalam pemberian kapsul untuk mencapai target
cakupan adalah :
-
Metode serentak yaitu bulan Pebruari dan Agustus
-
Metode sweeping atau kunjungan rumah dilakukan paling lambat selama
sebulan setelah pemberian serentak dilakukan
-
Untuk sasaran ibu nifas dilakukan segera setelah bersalin atau pada
kunjungan pertama neonatal atau pada kunjungan kedua neonatal
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
98
Tabel 2.14 Hasil Cakupan Vitamin A Bayi dan Anak Balita di Kota Denpasar
Tahun 2015
Pencapaian Hasil
No
Tolok Ukur
n
1
2
3
Target
(%)
Sumber
%
Vitamin A bayi 6 – 11 bulan
Februari
Agustus
Vitamin A Anak Balita
Februari
Agustus
Vitamin A Ibu Nifas
5.147
4.482
100 97,5
100 97,5
Lap.6 bln
Lap.6 bln
27.378
27.647
16.045
99,53 97,5
99,63 97,5
99,76
Lap.6 bln
Lap.6 bln
PWS
Hasil pencapaian pendistribusian vitamin A sudah melebihi target yang
ditetapkan Provinsi yaitu 97,5%. Keberhasilan ini disebabkan oleh tingkat
partisipasi masyarakat cukup tinggi dan kesadaran masyarakat sudah cukup
tinggi akan arti penting vitamin A untuk balita mereka. Disamping itu juga
dilakukan sweeping vitamin A bagi balita. Sweeping dilaksanakan pada bulan
Maret dan September untuk meningkatkan cakupan. Segala kegaiatan
pemberian vitamin A ini akan tetap berhasil apabila kerjasama yang baik
antara petugas puskesmas dengan institusi yang lain seperti bidan swasta,
rumah sakit, klinik bersalin dan lain-lain agar tetap dipertahankan.
Grafik 2.34 Cakupan Pemberian Vitamin A Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s.d 2015
Sumber: Laporan Gizi Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
99
Pada gambar diatas terlihat cakupan pemberian Vitamin A dosis tinggi sudah
baik dengan pencapaian diatas target renstra (90%).
2.4.2.7
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB)
Anemia Gizi Besi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari normal, sesuai dengan kelompok umur, jenis
kelamin, dan kondisi fisiologis. Kekurangan zat besi dalam tubuh disebabkan
karena :
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia
adalah :
-
Mempraktekkan pola makan bergizi seimbang yang terdiri dari aneka
ragam makanan termasuk sumber pangan hewani yang kaya zat besi,
dalam jumlah yang proporsional. Makanan yang kaya sumber zat besi
contohnya
:
hati,
ikan,
daging,
unggas,
dan
buah-buahan
yang
mengandung vitamin C tinggi.
-
Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi
untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut, contohnya tepung
terigu sejak tahun 2000 sudah diperkaya zat besi.
-
Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak tersedia atau sangat
sedikit, maka kebutuhan terhadap zat besi perlu didapat dari suplemen
(tablet tambah darah)
Kegiatannya berupa :
-
Pemberian tablet/sirup besi pada kelompok sasaran
-
Penyuluhan kepada masyarakat dengan pendekatan pemasaran sosial
untuk mengkonsumsi makanan alami sumber zat besi
-
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sumber zat besi
Tenaga pelaksana distribusi yaitu petugas Puskesmas, Bidan di desa,
kader dan tenaga lainnya.
Untuk mengembangkan kemandirian distribusi
tablet/sirup besi dapat dilakukan melalui bidan praktek swasta, rumah sakit
swasta, poliklinik, rumah bersalin, dokter swasta dan apotek.
Tablet tambah darah (TTD) adalah suplemen zat gizi yang mengandung
60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
100
Program suplementasi TTD, dengan dosis pemberian : Anak usia sekolah (10
tahun/mandiri), Wanita Usia Subur (WUS) dan remaja putri 1 tablet TTD
secara rutin dengan 1 dosis tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari
pada masa haid, Ibu hamil dan ibu nifas minum TTD dengan dosis 1 tablet
setiap hari selama masa kehamilannya dan 40 hari setelah melahirkan.
Tabel 2.15
Cakupan pemberian Fe pada Ibu Hamil di Kota Denpasar Tahun 2015
No
Tolok Ukur
Pencapaian/hasil
N
Target
Sumber
%
1
Fe I
Bumil
16.926
100,42
98 PWS KIA
2
Fe III Bumil
16.516
97,99
98 PWS KIA
Catatan : Prosentase di dapat dari pencapaian Fe I dan Fe III dibandingkan
dengan jumlah Sasaran ibu hamil
Hasil pencapaian pendistribusian tablet Fe I pada ibu hamil yang ada
sudah mencapai
16.926
bumil (100,42% ), dan pendistribusian tablet
tablet Fe III pada ibu hamil mencapai 16.516 bumil (97,99%). Pecapaian Fe
III belum mencapai target yatu 98% disebabkan karena: TTD yang diberikan
mengeluarkan aroma / bau khas besi dan warna hitam pada feses.
2.4.2.8
Lomba Balita Indonesia (LBI)
Tujuan LBI adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
melalui upaya pembinaan dan pengembangan kesehatan dan kesejahteraan
balita yang dimulai sejak dini, sehingga tercipta proses tumbuh kembang
anak secara optimal. Salah satu upaya tersebut adalah dengan meningkatkan
kesehatan balita melalui upaya proaktif dengan melibatkan peran serta
masyarakat melalui kegiatan LBI yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pengetahuan dan kemandirian para orang tua dan masyarakat.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
101
2.4.3 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan dan peran serta masyarakat merupakan salah satu
program unggulan dimana sejak diberlakukannya PP 41 tahun 2007 promosi
kesehatan menjadi salah satu seksi pada Bidang Bina Kesehatan Masyarakat
Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Sebagai mana tercantum dalam keputusan
Menteri Kesehatan No 114/ MenKes/ SK /7 / 2005
, tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di daerah. Promosi Kesehatan adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan , oleh,
untuk, dan bersama mastyrakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mngembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat , sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang
berwawasan kesehatan.Adapun kegiatan promosi kesehatan masyarakat dan
peran serta masyarakat adalah penyebar luasan informasi kesehatan kepada
masyarakat agar masyarakat dapat berperilaku hidup bersih dan sehat . dengan
demikian akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun
kegiatan Promkes dan PSM di Kota Denpasar Tahun 2015 dilaksanakan oleh
segenap petugas kesehatan di tingkat Kota Denpasar, Puskesmas
dan kader
kesehatan yang tersebar di 4 Kecamatan , di 43 Desa / Kelurahan di wilayah
Kota Denpasar.
Kegiatan Promosi kesehatan dan PSM
di Tahun 2015 dapat
diuraikan sebagai berikut :
2.4.3.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Pembinaan PHBS dilaksanakan secara berkesinambungan dari tahun ke
tahundan dilanjutkan dengan pelaksanaan survei PHBS di rumag tangga yang
dilakukan oleh 11 Puskesmas di Kota Denpasar. Pembinaan PHBS dilaksanakan
oleh
Tim
Pembina
PHBS
Kota
Denpasar
dengan
Keputusan
Walikota
No.188.45/375/HK/2015 yang terdiri dari unsur : Bappeda, PKK, Dinas
Kebesihan
dan
Pertamanan,
Badan
Pemberdayaan
Masyarakat
dan
Pemerintahan Desa , Bagian Kesra , Dinas Pendidikan ,Pemuda dan Olahraga,PD
Pasar Dinas Pekerjaan Umum, Bagian Keuangan, bagian Hukum, Bidang bina
Kesmas,Bidang Bina P2P, Bidang PL, Bidang Yankes .
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
102
Pelaksanaan perilaku bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan
masyarakat (Profil Kes Indonesia, 2012). Untuk menanggulangi rumah tangga
yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah
tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah
tangga di Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di bawah
ini :
Grafik 2.35 Tren persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.35 di atas menunjukkan bahwa selama lima tahun
terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung mengalami
peningkatan walaupun sempat mengalami sedikit penurunan di tahun 2014
namun sudah dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2015. Capaian ini
sangat baik mengingat peran PHBS yang begitu penting dalam membantu
menumbuhkan budaya hidup yang baik dibidang kesehatan. Pada Renstra
Dinas Kesehatan Kota dicantumkan target rumah tangga ber PHBS untuk
tahun 2015 sebesar 79%. Pencapaian Kota Denpasar sebesar 81,5%%, hal ini
menunjukkan pencapaian Rumah tangga ber PHBS di tahun 2015 sudah
mencapai target yang ditetapkan pada Renstra,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
103
untuk
tahun
selanjutnya
perlu
terus
digalakkan
meningkatkan cakupan rumah tangga ber PHBS
pembinaan
PHBS
di
rumah
tangga
upaya
untuk
dengan meningkatkan
dengan
menggerakkan
dan
memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan
sehat melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok agar
setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu menolong diri
sendiri di bidang kesehatan.
Untuk mencapai rumah tangga ber PHBS terdapat 10 perilaku hidup
bersih dan sehat yang dipantau, yaitu: 1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, 2) Memberi ASI ekslusif, 3) Menimbang balita setiap bulan, 4)
Menggunakan air bersih, 5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, 6)
Menggunakan jamban sehat, 7) Memberantas jentik di rumah seminggu
sekali, 8) Makan buah dan sayur setiap hari, 9) Melakukan aktifitas fisik setiap
hari, 10) Tidak merokok di dalam rumah
Tabel :2.36 Survei PHBS di Rumah Tangga Kota Denpasar Tahun 2015
N0
Puskesmas
JUMLAH RUMAH
TANGGA
JUMLAH RUMAH
TANGGA YG DIPANTAU
RUMAH TANGGA
BER-PHBS
CAPAIAN
(%)
1
PUSK I DB
36.910
1.050
789
75,1
2
PUSK II DB
21263
1260
1178
93,5
3
PUSK I DS
15655
630
475
75,4
4
PUSK II DS
8787
840
727
86,5
5
PUSK III DS
6514
420
370
88,1
6
PUSK IV DS
210
210
165
78,6
7
PUSK I DT
10646
1260
1090
86,5
8
PUSK II DT
14070
1200
953
79,4
9
PUSK I DU
10923
2875
2270
79,0
10
PUSK II DU
15846
630
454
72,1
11
PUSK III DU
3920
980
781
79,7
TOTAL
144.744
11.355
9252
81,5
Sumber: Laporan Promkes Dikes Kota Denpasar Tahun 2015
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
104
Bila kita lihat data per puskesmas persentase rumah tangga ber PHBS
tertingi di wilayah kerja Puskesmas Denpasar II Barat (93,5%) sedangkan
terendah di Puskesmas II Denpasar Utara (72,1%).
Grafik 2.36
Persentase Rumah Tangga ber PHBS di Kota Denpasar
Berdasarkan Puskesmas Tahun 2015
Sumber : Seksi Prom Kes Bidang Bina Kesmas Dikes Kota Denpasar
Bila dilihat berdasarkan kecamatan, Rumah tangga ber PHBS tertinggi
terdapat di Kecamatan Denpasar Barat (84,3%) dan terendah di kecamatan
Denpasar Utara( 76,9%) .
2.4.3.2 Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Pembinaan dan Evaluasi UKS dilaksanakan pada tingkat Taman Kanakkanak (TK),SD,SMP dan SMA/SMK. Pembinan dan Evaluasi UKS dilakukan oleh
Tim Pembina UKS Kota Denpasar berdasarkan Surat Keputusan Walikota
Denpasar
dengan
Nomor
188.45/376/Hk/2015
yang
terdiri
dari
unsure
Disdikpora, Kantor Agama, Bagian Kesra, PMI, TP PKK, Bina PL, Bina P2P, Bina
Kesga. Adapun variable yang di evaluasi seperti 1. Fisik Sekolah: Ruang, Kepala
Sekolah, Ruang Guru, Ruang Kelas, Perpustakaan,Ruang laboratorium Proses
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
105
belajar mengajar, 2. Ruang UKS,
Administrasi UKS, Pelayanan kesehatan di
sekolah, 3. Halaman, Pagar Sekolah, kebun sekolah, pengelolaan sampah,
KM,WC,SPAL,Air Bersih, dan Kantin sekolah, 5. Tempat Ibadah,
4.
6. organisasi
dan manejemen UKS, 7. Dokter kecil (untuk TK dan SD), Kader Kesehatan
Remaja (untuk SMP dan SMA/SMK), sekretariat UKS Kecamatan. Untuk tahun
2014 telah membina 16 sekolah yang terdiri dari TK Candra Kasih,SDN 13
Kesiman, SMKN 3 Denpasar untuk yang lomba tingkat Propinsi Bali , untuk
tahun 2015 telah membina 12 sekolah yang terdiri dari : SD 29 Pemecutan, SD
6 Pedungan, SD 29 Dangri Kelod, SD 2 Padang sambian ,SMP Wisata Sanur,
SMP Santo Yoseph, SMP PGRI 9 Denpasar, SMP Widya Sakti,SMKN 2 Denpasar,
SMAN 1 Denpasar, SMK 2 Saraswati,SMA Muhammdyah. Disetiap Sekolah
diharapkan menerapkan TRIAS UKS yaitu : Pendidikan Kesehatan, Pembinaan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan.
Pendidikan kesehatan yang diberikan berupa penyuluhan berbagai materi
sesuai dengan buku standar Kemenkes dengan pelatihan dokter kecil.
Pembinaan Kesehatan dilakukan untuk guru dan murid dalam administrasi
dan lingkungan sekolah sehat.
Pelayanan Kesehatan Pada Siswa yang dilakukan adalah pemeriksaan
kesehatan pada tingkat TK dilakukan Stimulasi deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak (SDIDTK), untuk tingkat SD sampai SMA dilakukan penjaringan dan juga
dilakukan imunisasi mengikutin jadwal Nasional. Khusus untuk immunisasi
canker Cervik sudah tiga tahun ini diberikan pada murid perempuan kelas 1 SMP
secara gratis dari dana APBD Kota Denpasar.
Kegiatan Trias UKS dilaksanakan Oleh 11 Puskesmas di tambah dengan
Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku), Pemeriksaan status
gizi
melalui
pengukuran
antropometri,
Pemeriksaan
ketajaman
indera
(Pengelihatan dan pendengaran), Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut,
Pemeriksaan
laboratorium
untuk
anemia
dan
kecacingan,
Pengukuran
Kebugaran jasmani dan Deteksi dini masalah mental emosional.
Melalui kegiatan penjaringan kesehatan diharapkan siswa SD/sederajat kelas 1
yang memiliki masalah kesehatan mendapatkan penanganan sedini mungkin
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak usia sekolah.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
106
Untuk tahun 2015 persentase murid kelas I SD dan setingkat yang sudah
mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 100%.
Di tingkat sekolah dasar, pelayanan dasar gigi dilaksanakan melalui
Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Pelayanan dasar gigi ini
dilaksanakan pada murid kelas I dan VI sekolah dasar. Cakupan pemeriksaan
murid SD/MI tahun 2015 sebasar 60,6% atau dari 72.698 anak SD/MI
yang
ada, 48.669 anak
Hasil
pemeriksaan
mendapatkan pelayanan pemeriksaan dasar gigi.
menunjukkan
bahwa
terdapat
15.119
anak
memerlukan
perawatan dan dari jumlah tersebut 60,6% sudah mendapatkan perawatan. Ada
beberapa permasalahan dalam UKS yaitu : Ada beberapa guru UKS yang belum
memahami Program UKS karena belum pernah dilatih, Kurangnya Sarana
Penunjang diruang UKS. Dan sebagai tindak lanjut sudah diusulkan dana untuk
mengadakan pelatihan guru UKS dan dana untuk pembelian sarana penunjang
UKS.
2.4.3.3 Program Pengobat Tradisinal (Battra)
Program Pengobat Tradisinal (Battra) yang saat ini dirubah menjadi
penyehat tradisional (Hattra). Pembinaan battra dilakukan oleh Tim Battra Kota
Denpasar berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar N0. 188.45/
/HK/2015 ,
dimana anggotanya terdiri dari : unsure Dinas Kesehatan , Bagian Sosial, Tim
penggerak PKK,PHDI, Poltabes dan trantib. Di Kota Denpasar terdapat 362
battra yang tersebar di 4 kecamatan yang terdiri dari battra berdasarkan
ketrampilan sebanyak 194, battra ramuan 61 orang, battra supranatural 29
orang , battra agama 85 orang. Untuk tahun 2015 telah dibina 33 battra
dengan 11 kali pembinaan.
2.4.3.4
Program Taman Obat Keluarga ( Toga)
Toga yang dimaksud adalah taman dimana ada tanaman obat keluarga.
Dari 43 desa / kelurahan yang ada semuanya merupakan desa Toga, karena
setiap tahun Toga dilombakan ditingkat Propinsi. Pelaksanaan pembinaan
dilakukan oleh Tim Pembina Toga Kota Denpasar dengan keputusan Walikota
no. 188.45/312/HK/2015 yang terdiri dari unsur Dinas Kesehatan, Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, bagian Sosial,Bangdes,Tim Penggerak PKK, dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
107
DKP Kota Denpasar, BPM PD, Bagian Kesra Setda Kota Denpasar,PHDI, dan
unsur PPT Untuk Tahun 2015 pembinaan TOGA dilakukan sebanyak 10 kali di
Desa sanur Kauh, Kelurahan Panjer, Desa Peguyangan Kaja, Kelurahan
Peguyangan,
Desa
Penatih
Dangri,
Padangsambian, Desa Pemecutan Kelod.
Kelurahan
Penatih,
Kelurahan
Di samping pembinaan , tim juga
memberikan bantuan tanaman obat keluarga sebanyak 10 jenis tanaman
sebanyak 1.600 pohon untuk desa binaan dan buku saku toga masing–masing di
setiap desa binaan.
2.4.3.5 Program Kesehatan Olah Raga ( Kesorga)
Program yang dilaksanakan Pada tahun 2015 telah adalah sosialisasi ke
Puskesmas Se–Kota Denpasar untuk persiapan melaksanakan tes kesegaran
jasmani untuk murid sekolah dan PNS.
2.4.3.6 Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sosialisasi Kawasan Tanpa Rokok dilaksanakan sesuai tentang kawasan
Tanpa Rokok yang mana sasaran dari kawasan ini adalah institusi pendidikan
dan institusi kesehatan, Perwali KTR N0.25A Tahun 2010 sudah menjadi Perda
KTR Kota Denpasar N0.7 Tahun 2013
sosialisasi dilakukan melalui media
elektronik yaitu Bali TV dan melalui penyuluhan kesekolah–sekolah.
2.4.4 Penyakit Menular
2.4.4.1 TB Paru
Penyakit TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus ditemukan
di Provinsi Bali. Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat
erat kaitannya dengan kemiskinan. TB Paru merupakan penyakit
yang masih
tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi ketiga di dunia.
MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang
harus diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria.
Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus baru BTA + sebanyak 471 kasus
menurun bila dibandingkan dengan kasus BTA + yang ditemukan tahun 2014
yaitu sebanyak 490 kasus. Menurut jenis kelamin kasus BTA+ lebih banyak
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
108
terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu 304 laki-laki (65%), dan
167 (35%) perempuan.
1) Kasus Baru BTA Positif (BTA+)
Proporsi pasien baru BTA positif diantara semua kasus TB menggambarkan
prioritas penemuan pasien TB menular diantara seluruh pasien TB paru yang
diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi
pasien baru BTA+ dibawah 65% maka hal ini menunjukkan mutu diagnosis yang
rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang
menular/ pasien BTA+ (Kemenkes,2015). Proporsi pasien baru BTA positif
diantara semua kasus TB di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 61%. Capaian
tahun 2015 ini sudah lebih baik dari capaian 2014 (46%). Hasil capaian ini
masih lebih rendah dari target yang ditetapkan (65%), kedepannya perlu
strategi yang lebih baik untuk meningkatkan Proporsi pasien baru BTA positif
diantara semua kasus TB.
Grafik 2.37
PROPORSI BTA POSITIF DIANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI KOTA DENPASAR TAHUN 2011-2015
120
Target minimal 65%
100
98
80
61
60
40
46
46
20
16
0
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber Seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
2) Angka notifikasi kasus (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru
yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah
tertentu.
Angka
ini
apabila
dikumpulkan
serial
akan
menggambarkan
kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
109
ini
berguna
untuk
menunjukkan
kecenderungan/trend
meningkat
atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut( kemenkes,2015).
CNR kasus baru TB BTA+ tahun 2015 (148/100.000 pddk) menurun bila
dibandingkan dengan tahun 2014 (133/100.000 pddk) sedangkan CNR seluruh
kasus TB tahun 2015 (148/100.000 pdkk) meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2014 (133/100.000 pddk)
3) Angka keberhasilan pengobatan
Hasil pengobatan penderita TB Paru dipakai indikator succses rate, dimana
indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan
dan
diobati.
Sukses
rate
akan
meningkat
bila
pasien
TB
Paru
dapat
menyelesaikan pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak.
Pada tahun 2014 angka sukses rate pengobatan penderita TB di Kota Denpasar
sebesar 90%.
Gambaran
penyakit
TB Paru
di
Kota
Denpasar
seperti terlihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik 2.38
Succes Rate TB di Kota Denpasar tahun 2011 s/d 2015
91
90
89
88
87
86
85
84
83
82
Sucses Rate TB
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
110
Data pada grafik 3.7 di atas menunjukkan bahwa dalam lima tahun
terakhir
sucses rate kasus TB Paru di Kota Denpasar terlihat meningkat.
Renstra dinas kesehatan kota denpasar menetapkan target sucses rate kasus
TB Paru untuk tahun 2015 sebesar 85%. CNR TB Paru pada tahun 2015
sebesar 90 per 100.000 penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB Paru
sebesar 4 per 100.000 penduduk. Peningkatan
angka penemuan ini
disebabkan karena semakin ditingkatkannya jangkauan pelayanan yang
mengacu pada manajemen DOTS baik dari puskesmas, RS Pemerintah, RS
Swasta maupun praktisi swasta sehingga semakin banyak kasus yang bisa
terdeteksi di masyarakat.
Upaya
yang
perlu
dilakukan
untuk
menurunkan
Case
Rate
dan
meningkatkan Success Rate adalah dengan cara meningkatkan sosialisasi
penanggulangan TB Paru dengan manajemen DOTS melalui jejaring internal
maupun eksternal rumah sakit serta sektor terkait lainnya. Disamping
meningkatkan jangkauan pelayanan, upaya yang tidak kalah penting dan
perlu dilakukan dalam rangka penanggulangan penyakit TB Paru adalah
meningkatkan kesehatan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat. Kasus TB Paru sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan
kemiskinan, karena penularan TB Paru adalah melalui
kontak langsung
dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru terutama
angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik penderita TB Paru akan
lebih cepat pulih.
2.4.4.2
Pneumonia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA
yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit
adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak.
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli).
Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena
menghirup
cairan
atau
bahan
kimia.
Populasi
rentan
yang
terserang
pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus
adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
111
Jumlah kasus pneumonia pada balita yang dilaporkan berobat di sarana
pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun RSU dalam lima tahun
terakhir di Kota Denpasar seperti terlihat pada grafik di bawah ini :
Persentase
Grafik 2.39
Prevalensi Kasus Pneumonia Pada Balita Di Kota
Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
% Kasus
Tahun
2011
8,2
Tahun
2012
16,8
2013
2014
2015
7
8,8
1,54
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kota Denpasar
terlihat berflutuaktif selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2014 ditemukan 8,8%
penderita pneumonia Balita dari jumlah perkiraan penderita sebesar 8.438
orang, sedangkan tahun 2015 ditemukan dan ditangani 1,5% penderita
pneumonia balita dari perkiraan 72.926 penderita. Perlu diterus ditingkatkan
upaya penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga segera
dapat ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor
seperti kurang gizi, status imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering
membedung anak, kurang diberikan ASI, riwayat penyakit kronis pada orang tua
bayi/balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan
untuk menanggulangi kasus pneumonia pada bayi/balita adalah menghilangkan
faktor
penyebab
itu
sendiri
melalui
peningkatan
status
gizi
bayi/balita,
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi
lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi/balita.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
112
2.4.4.3
Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh
penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan
sebagai HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, sero
survey dan survey terpadu biologis dan perilaku (STBP). Di Kota Denpasar
terdapat 4 Puskesmas dengan layanan VCT yaitu Puskesmas II Denpasar
Selatan, Puskesmas II Denpasar Utara dan Puskesmas I Denpasar Timur dan
Puskesmas II Denpasar Barat
Penyebaran HIV-AIDS tidak mengenal batas daerah maupun wilayah.
Perkembangan kasus AIDS dan infeksi HIV yang dilaporkan di Kota Denpasar
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti terlihat pada grafik
dibawah ini:
Grafik 2.40
Jumlah Kasus Baru HIV-AIDS Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
800
Kasus
600
400
200
0
HIV
2011
221
2012
294
2013
290
2014
332
2015
638
AIDS
221
310
326
379
601
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
113
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima
tahun terakhir jumlah kasus baru HIV-AIDS meningkat secara signifikan. Pada
tahun 2011 ditemukan 221 kasus HIV baru. Pada tahun 2012 jumlah
penderita HIV yang ditemukan meningkat menjadi 294 orang (119 penderita
laki-laki dan 175 perempuan) dan AIDS sebanyak 310 orang (208 penderita
laki-laki dan 102 penderita perempuan). Sedangkan pada tahun 2013 dengan
penambahan 1 puskesmas yang mampu melakukan VCT jumlah kasus HIV
sedikit menurun menjadi 290 kasus (144 laki-laki dan 146 perempuan),
sedangkan AIDS ditemukan 326 orang (228 laki-laki dan 98 perempuan).
Sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 332 penderita HIV positif (161 lakilaki dan 171 perempuan) dan AIDS ditemukan 379 orang (239 laki-laki dan
140 perempuan). Selama tahun 2014 ditemukan 13 kematian akibat AIDS
(10 laki-laki dan 3 perempuan). Tahun 2015 terjadi 638 kasus HIV dan 601
kematian AIDS, dengan 10 kematian akibat AIDS. Data diatas menunjukkan
terjadi peningkatan kasus yang signifikan pada tahun 2015 hal ini disebabkan
karena data diatas adalah data seluruh penderita yang mengakses layanan di
Kota Denpasar tanpa melihat asal penderita.
Penularan kasus HIV-AIDS dominan melalui hubungan seks, jarum
suntik yang tercemar HIV, ibu hamil yang HIV positif. Berbagai upaya telah
dilakukan
untuk
menanggulangi
Denpasar. Salah satunya adalah
penyebaran
kasus
HIV-AIDS
di
Kota
melakukan skrining terhadap pendonor
darah. Pada tahun 2015 Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Cabang Kota
Denpasar yang berkedudukan di RSUD Wangaya telah melakukan skrining
terhadap 3.800 pendonor darah (2.947 laki-laki dan 853 perempuan). Dari
jumlah tersebut sebanyak
15 sampel darah (0,39%) positif terinfeksi HIV-
AIDS.
Disamping itu juga Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja sama
dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Denpasar secara aktif
melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat kerja/perusahaan terutama
yang termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat. Tujuan
penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko tersebut mau
datang ke Klinik VCT untuk memeriksakan diri secara berkala.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
114
Pada tahun 2015 terdapat 3.800 pendonor yang mendonorkan darahnya
di PMI Kota Denpasar. Seluruh pendonor diperiksa sampel darahnya untuk
skrining terhadap HIV-AIDS dengan hasil 0,39% pendonor dinyatakan positif
HIV.
2.4.4.4
Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih
dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah
disebut disentri. CFR diare secara nasional adalah 2,48% sedangkan di Kota
Denpasar CFR nya 0.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Kota Denpasar,
karena IR nya cukup tinggi. Penyakit gastroenteritis lain seperti diare
berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar
penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit.
Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi, namun angka kematiannya relative
rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk
segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan
alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna.
Pada tahun 2015 di Kota Denpasar ditemukan dan ditangani 12.999
penderita diare atau sebesar 69 % dari jumlah perkiraan kasus yang ada.
Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati sendiri oleh penderitanya
menyebabkan penderita enggan mendatangi sarana pelayanan kesehatan.
Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita untuk
mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang hiegyne sanitasi dan
makanan
untuk
mencegah
penyebarluasan
kasus
(KLB).
Upaya
yang
dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
kaporitisasi air minum dan peningkatan sanitasi lingkungan.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
115
2.4.4.5
Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan Annual
Parasite Rate Incidence (API). Pada tahun 2015 tidak terdapat kasus penyakit
malaria positif dari hasil pemeriksan secara klinis terhadap 226 sampel darah
di Kota Denpasar. Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi
merupakan kasus-kasus import dari penduduk yang berasal dari daerah
endemis malaria atau orang Bali khususnya yang berasal dari Kota Denpasar
yang pernah tinggal di daerah endemis
malaria seperti NTT, Maluku dan
Papua.
2.4.4.6
Kusta
Kusta
adalah
penyakit
kulit
infeksi
yang
disebabkan
oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat
menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, mata
dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta
adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan
NCDR 0,1 per 10.000 penduduk berarti Denpasar sudah dapat dikatagorikan
sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indicator pusat bahwa
daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat dikatakan
sebagai daerah rendah kusta.
Gambaran Penyakit kusta dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik
di bawah ini :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
116
Grafik 2.41
Prevalensi Penyakit Kusta Di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
0,25
0,2
Kasus
0,15
0,1
0,05
0
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
0,1
0,2
0,1
0,1
0,07
Kasus/10.000 pddk
Keberhasilan penanganan kasus kusta di Kota Denpasar tidak terlepas
dari upaya intensif dari dinas kesehatan, puskesmas dan jajarannya serta
adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Prevalensi
kusta dalam lima tahun terakhir di Kota Denpasar sudah bisa ditekan menjadi
< 1 per 100.000 penduduk.
Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta
adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata).
Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas, bila angka proporsi
kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita
akibat rendahnya kinerja petugas dan rendahnya pengetahuan masyarakat
tentang
tanda/gejala
penyakit
kusta.
Tahun
2015
Di
Kota
Denpasar
ditemukan 1 orang dengan cacat tingkat II (16,67%).
Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah adanya
penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa masih
terjadi penularan kasus di masyarakat. Proporsi kasus anak di Kota Denpasar
sebesar 0%. Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta tidak mengalami
penurunan yang signifikan, akan tetapi masih berada pada posisi eliminasi
kusta.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
117
2.4.5 Imunisasi dan Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
2.4.5.1 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi baik yang sifatnya rutin maupun gebrakan dari
pemerintah merupakan upaya untuk mencegah dan atau menanggulangi
penyakit-penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi baik pada bayi, anak
sekolah maupun Wanita Usia Subur.
2.4.5.1.1
Imunisasi Dasar Pada Bayi
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit
menular yang dapat mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang
Selaput Otak, Radang Paru-Paru. Salah satu pencegahan yang terbaik dan
sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindungi adalah melalui imunisasi.
Tujuan
program
imunisasi
adalah
menurunkan
morbiditas
dan
mortalitas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan
program imunisasi dapat dilihat dari cakupan desa/kelurahan yang mencapai
Universal Child Imunization (UCI) yaitu 80% sasaran mendapatkan imunisasi
lengkap. Target keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% desa
mencapai UCI. Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kota Denpasar pada tahun
2015 sudah mencapai 100%.
Program imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi dasar lengkap)
pada bayi yang dicanangkan pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis polio, 4 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak.
Campak merupakan penyebab utama kematian pada balita. Oleh
karena itu pencegahan campak merupakan faktor penting dalam mengurangi
angka kematian balita. Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9
bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi diantara
imunisasi wajib lainnya.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
118
Grafik 2.42
Persentase Capaian Imunisasi Di Kota Denpasar
Tahun 2015
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota
Denpasar
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya, sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi dapat optimal.
Setiap bayi diharapkan agar mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap diukur dengan imunisasi dasar lengkap.
Tahun
2015
sebanyak
94,69%
mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
bayi
(surviving
infant)
sudah
Data capaian imunisasi dasar
lengkap berdasarkan puskesmas dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
119
Gambar 2.43
Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Puskesmas
Di Kota Denpasar Tahun 2015
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota
Denpasar.
2.4.5.1.2
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak
Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal
imunisasi, namun tidak mendapatkan imunisasi campak disebut Angka Drop
Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak. Indikator ini diperoleh dengan
menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan
imunisasi DPT HB1. Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT HB1 – Campak
di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 8,7%. Hal ini menunjukkan ada 8,7%
Bayi yang mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada pemberian awal imunisasi,
namun tidak mendapatkan imunisasi campak. Angka DO Campak di Kota
Denpasar meningkat 2,3% bila dibandingkan tahun 2014 (6,37%)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
120
2.4.5.1.3
Desa/ Kelurahan UCI (Universal Child Imunization)
UCI desa/kel adalah gambaran suatu desa/ kel dimana ≥80% dari
jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kel tersebut sudah mendapatkan
imunisasi dasar lengkap. Seluruh Desa/kel yang ada di Kota Denpasar pada
tahun 2015 sudah mencapai Desa/kel UCI
2.4.5.1.4
Imunisasi pada Ibu Hamil
Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (Maternal dan Neonatal
Tetanus Elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid pada wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Sejak tahun 1998
dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5 dosis, maka pemberian imunisasi
pada ibu hamil dilakukan berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak selalu
harus mendapat suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal.
Cakupan imunisasi pada Ibu Hamil di Kota Denpasar seperti pada grafik di
bawah ini :
Grafik 2.44
Persentase Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas
Di Kota Denpasar Tahun 2015
Pusk II Den Bar
Pusk I Den bar
Pusk IV Den Sel
Pusk III Den Sel
Pusk II Den Sel
Pusk I Den Sel
Pusk II Den Tim
Pusk I Den Tim
Pusk III Den Ut
Pusk II Den Ut
Pusk I Den Ut
10.7
11.9
37.9
31.3
23.8
15.1
18.3
14.4
19.6
16.7
21.2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota
Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
121
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa ibu hamil di Kota Denpasar yang
sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 16,7%.
Beberapa permasalahan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita usia
subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yang dimulai
dari kohort WUS (baik kohort ibu maupun WUS tidak hamil) belum seragam, dan
cakupan imunisasi TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.
2.4.5.2 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
2.4.5.2.1 Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh
Layuh Akut
Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah
dengan
imunisasi.
Penyebab
penyakit
tersebut
adalah
virus
polio
yang
menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Kelompok
umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering diserang
penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan
sakit di tungkai dan lengan.
AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan
kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan kemudian berakhir dengan
kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementrian Kesehatan RI menetapkan indicator
surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate minimal sebesar
2/100.000 anak usia < 15 tahun. Hasil surveilens aktif pada tahun 2011 s/d
2015 di Kota Denpasar seperti pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.45
Kasus AFP Pada Umur < 15 Tahun Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
7
6
5
4
3
2
1
0
2011
2012
2013
2014
AFP/100.000 Pddk < 15
Thn
6.24
2.49
3.19
1.03
2015
1.19
Sumber: Seksi surveilans dan pencegahan penyakit Bidang Bina P2P Dikes Kota
Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
122
Data pada grafik
di atas menunjukkan selama empat tahun terakhir
AFP rate tetap dapat dipertahankan diatas 2 per 100.000 anak < 15 tahun.
Namun Non Polio AFP Rate di Kota Denpasar tahun 2014 adalah sebesar 1,03
per 100.000 anak < 15 tahun dan meningkat kembali menjadi 1,19 per
100.000 anak < 15 tahun pada tahun 2015. Kedepannya perlu ditingkatkan
kinerja surveilans untuk penyakit AFP dengan meningkatkan kerjasama
dengan RS baik RS pemerintah maupun swasta yang ada di Kota Denpasar.
2.4.5.2.2
Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada
balita, anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak.
Penularan campak dapat terjadi melalui udara yang terkontaminasi dan secret
orang yang terinfeksi. Dalam lima tahun terakhir penyakit campak pada balita
seperti pada grafik di bawah ini :
Persentase
Grafik 2.46
Prevalensi Penyakit Campak Pada Balita Di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
4
3
2
1
0
% Kasus
Tahun
2010
tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
0
0,39
0
0,03
0,01
0,08
Sumber seksi P2ML Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
123
Prevalensi penyakit campak di masyarakat dalam lima tahun terakhir
sudah bisa ditekan. Pada tahun 2014 kasus campak sebanyak 88 orang
(0,01%).
Kasus campak dikota denpasar ditegakkan berdasarkan klinis
campak dan ditunjang konfirmasi lab. Keberhasilan menekan kasus campak
tidak terlepas dari pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu serta sarana kesehatan lainnya,
penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai, tenaga yang mencukupi
serta kesadaran masyarakat untuk mendapatkan imunisasi campak bagi
bayi/balitanya.
2.4.5.3
Penyakit berpotensi KLB/Wabah
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia
merupakan negara tropis yang
secara umum mempunyai risiko terjangkit
penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali
wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi luas terhadap kerugian
material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien,
kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan
nyawa.
Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di
Indonesia.
Kota Denpasar merupakan dearah endemis DBD baik tingkat desanya
maupun kecamatan, karena selama tiga tahun berturut – turut selalu
dilaporkan adanya kasus DBD. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar
biasa (KLB) DBD adalah terjadinya satu kematian akibat DBD dan terjadinya
peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode sebelumnya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
124
Jumlah kasus DBD pada tahun 2015 adalah 1.574 kasus, terdiri dari
869 penderita laki-laki dan 705 perempuan. Incidence rate DBD pada tahun
2015 adalah sebesar 178,7 per 100.000 penduduk, bila dibandingkan dengan
IR DBD tahun 2014 adalah sebesar 211,7 per 100.000 penduduk maka
terjadi penurunan IR DBD yang cukup bermakna. Kematian akibat DBD pada
tahun 2015 sebanyak 14 orang (CFR=0,9%).
Grafik 2.46
IR DBD di Kota Denpasar Tahun 2011 s/d 2015
Sumber seksi P2B2 Bidang Bina P2P Dikes Kota Denpasar
Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah 1) Peningkatan
surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) diagnosis dini dan pengobatan dini,
3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Upaya
pemberantasan vektor yang dilaksanakan di Kota Denpasar adalah melalui
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan
mengubur) plus menabur larvasida.
Tingginya kasus DBD di Kota Denpasar disebabkan oleh lingkungan
dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk
serta tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta
masih
rendahnya
peran
serta
masyarakat
dalam
pemberantasan
sarang
nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kota Denpasar untuk
menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah
melalui Fogging massal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
125
melalui program 3 M plus, penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta
peningkatan sanitasi lingkungan.
Disamping melalui upaya tersebut di atas, Pemerintah Kota Denpasar
melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar secara rutin melaksanakan Lomba
Kebersihan Lingkungan dan Pemberantasan Sarang Nyamuk serentak di seluruh
wilayah Kota Denpasar yang meliputi 4 Kecamatan, 43 Desa/Kelurahan yang
didalamnya termasuk 399 Banjar Dinas/Lingkungan. Lomba ini merupakan
upaya yang sifatnya promotif/preventif dan sekaligus sebagai motivator bagi
masyarakat agar berperan aktif dalam memberantas penyakit Demam Berdarah
Dengue melalui peningkatan kebersihan lingkungan masing-masing rumah
tangga. Kebijakan lain yang telah ditempuh pemerintah Kota Denpasar dalam
upaya menurunkan IR DBD adalah dengan mengangkat 430 petugas Juru
Pemantau Jentik (JUMANTIK) yang ditempatkan di masing – masing banjar serta
43 orang koordinator Jumantik yang ditempatkan di masing – masing Desa/
Kelurahan, dimana setiap hari mereka melaksanakan pemantauan jentik ke
rumah – rumah penduduk. Berbagai upaya yang telah dilakukan diharapkan
dapat menurunkan kasus DBD sampai dibawah target yang ditetapkan secara
Nasional yaitu sebesar 55/100.000 penduduk dan kejadian luar biasa yang lebih
besar dapat dicegah.
2.4.5.4
Penyakit Tidak Menular
Pada tahun 2015 dilaksanakan 5.635 pemeriksaan leher rahim dan
payudara dari 86.175 perempuan usia 30-50 tahun yang ada di Kota Denpasar
(6,54%). Dari pemeriksaan tersebut 28 orang IVA positif (0,50%).
Untuk pemeriksaan obesitas dilakukan terhadap 58.831
orang yang
berusia >15 tahun dengan hasil 3.134 orang (5,33%) dideteksi penderita
obesitas
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
126
2.4.6 Keadaan Lingkungan
Kondisi lingkungan di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh perilaku
hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Data di awal tahun
2015 menunjukkan dari 140.675 rumah yang ada di Kota Denpasar, 131.353
(93,37%) sudah termasuk dalam katagori rumah sehat. Untuk tahun 2015
dibina 9.322 rumah yang masih masuk dalam katagori rumah tidak sehat,
dengan hasil 7.846 (84,17) sudah masuk katagori rumah sehat. Sampai akhir
tahun 2015 dari 140.675 rumah, 139.199 (98,95%) rumah yang ada dikota
Denpasar sudah merupakan rumah sehat.
Grafik 2.47 Persentase Rumah Sehat di Kota Denpasar
Tahun 2011 s/d 2015
Sumber seksi PLP dan Kualitas air bidang bina PL Dikes Kota Denpasar
Data pada grafik 2.5 di atas menunjukkan bahwa cakupan rumah
sehat di Kota Denpasar selama 5 tahun terakhir sudah diatas target Renstra
Dikes Kota Denpasar Tahun 2015 sebesar 85%.
2.4.6.1 Air Bersih
Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kota Denpasar pada
tahun 2015 mencapai 86,53% meningkat sebesar 17,53% bila dibandingkan
tahun 2014 (69%). Dengan meningkatnya jumlah
masyarakat yang sudah bisa
mengakses air bersih di Kota Denpasar, diharapkan penyakit-penyakit menular
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
127
melalui air (water borne desease) seperti diare, dapat dicegah atau sedapat
mungkin diturunkan kasusnya. Berdasarkan hasil uji pertik pengambilan sampel
air bersih sebanyak 230 sampel dengan hasil 106 positif coliform (46%).
Penyelenggara air minum di Kota Denpasar adalah Perusahaan Daerah Air
Minum Kota Denpasar (PDAM Kota Denpasar), tahun 2015 sudah dilaksanakan
pemeriksaan terhadap kualitas air minum (fisik, bakteriologi dan kimia) dengan
hasil memenuhi syarat. Sedangkan hasil uji petik pengambilan sampel air
minum untuk Depot Air minum sebanyak 146 sampel, hasilnya 48 sampel yang
positif coliform ini berarti tidak memenuhi syarat kesehatan
2.4.6.2 Jamban
Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena
dengan adanya jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang
penularannya melalui kotoran manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya
dapat dicegah sedini mungkin. Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang
layak di Kota Denpasar tahun 2015 sebesar 83,3% meningkat sebesar 9,8% bila
dibandingkan tahun 2014 (73,5%).
2.4.6.3 Sanitasi Total Berbasisi Masyarakat (STBM)
Sanitasi total berbasisi masyarakat adalah suatu pendekatan yang
menekankan
pada
perubahan
perilaku
hidup
bersih
dan
sehat
dengan
melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang berperan aktif dalam
proses pengambilan keputusan. Tujuan STBM adalah terciptanya suatu kondisi
sanitasi total dalam upaya mengurangi penyakit berbasis lingkungan. Indikator
STBM antara lain: menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis
lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Lima pilar
perubahan perilaku antara lain:
1. Stop buang air besar sembarangan (Stop BABS)
2. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
3. Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga (PAMM-RT)
4. Pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
128
Hasil verivikasi STBM di Kota Denpasar, 43 Desa (100%) dari 43 Desa /
kelurahan yang ada di Kota Denpasar sudah melaksanakan STBM. Dari 43 Desa
yang melaksanakan STBM 30 desa (69,76%) sudah merupakan desa stop BABS
(buang air besar sembarangan). Sampai tahun 2015 belum ada desa yang
merupakan Desa STBM di Kota Denpasar.
2.4.6.4 Penyehatan tempat-tempat Umum (TTU)
Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan (TPM) secara berkala meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar
serta TUPM lainnya. Pemeriksaan bertujuan untuk menjamin agar tetap
terjaganya kesehatan lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan
lingkungan sekitarnya. Data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa di Kota
Denpasar terdapat 34 hotel berbintang dan 251 non bintang, sarana pendidikan
(SD 218 buah, SLTP 57 buah dan SLTA 55 buah), dan sarana kesehatan (11
pusk dan 25 pustu serta 17 RS Pemerintah dan swasta).
Pemeriksaan kesehatan hotel
dilakukan pada 271 buah hotel (34 hotel
berbintang dan 237 hotel non bintang. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
100% hotel berbintang termasuk dalam katagori memenuhi syarat kesehatan,
sedangkan hotel non bintang 94,4%. termasuk dalam kategori sehat. Disamping
pemeriksaan terhadap Hotel tersebut juga dilaksanakan pembinaan terhadap
institusi meliputi sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan
perkantoran.
Pembinaan
pada
sarana
kesehatan
yang
meliputi
sarana
puskesmas, puskesmas pembantu beserta jejaringnya sudah dilaksanakan
secara rutin (100%). Pembinaan pada sarana pendidikan mencakup 317 buah
sarana pendidikan dengan hasil SD memenuhi syarat 95,4%, SMP memenuhi
syarat 94,7% dan SMA memenuhi syarat 100%. Secara keseluruhan 95,96%
Tempat-tempat umum yang ada di kota Denpasar sudah memenuhi syarat
kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
129
2.4.6.5 Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
Tahun 2014 dikota Denpasar terdapat 4.708 Tempat pengolahan makanan
yang terdiri dari jasa boga sebanyak 51 buah, rumah makanan/restoran
sebanyak 399 buah, depot air minum sebanyak 140 buah, dan makanan jajanan
sebanyak 555 buah dengan
hasil pemeriksaan 24,32% memenuhi syarat
hiegine sanitasi. TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3.183 TPM
(67,61%) dari seluruh TPM yang ada dilanjutkan dengan pembinaan.
Rendahnya persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan di tahun
2015 disebabkan karena adanya peraturan baru bahwa TPM dapat dikatagorikan
memenuhi syarat kesehatan apabila sudah memiliki sertifikat laik sehat,
sedangkan tahun sebelumnya hanya berdasarkan penilaian / form yang ada
sehingga terjadi penurunan persentase TPM yang memenuhi syarat pada tahun
2015 bila dibandingkan dengan capaian 2014.
2.4.7 Hasil Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Hasil capaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2011-2015
dapat diukur dari pencapaian kinerja kegiatan standar pelayanan minimal
sebagai berikut :
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
130
NO
A.
INDIKATOR
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
TARGET
REALISASI
2011
2011
2012
2012
2013
2013
2014
2014
2015
2015
Pelayanan Kesehatan dasar:
1.
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K4
95% pada tahun 2015
95%
98,4%
95%
98,1%
95%
2.
Cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani 80% pada tahun 2015
80%
100%
80%
68,9%
80%
Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan 90%
pada tahun 2015
90%
4.
Cakupan pelayanan nifas 90% pada
tahun 2015
90%
98,5%
90%
98,5%
90%
99,1%
90%
98,78%
90%
98,8%
5.
Cakupan
Neonatus
dengan
komplikasi yang ditangani 80% pada
tahun 2010
80%
100%
80%
77,6%
80%
83,5%
80%
81,58%
80%
81,2%
3.
98,1%
95%
80%
70,2%
100%
90%
90%
100%
98,3%
95%
80%
68,4%
90%
100%
98%
71,97%
90%
100%
99,9%
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
131
6.
Cakupan kunjungan bayi 90% pada
tahun 2010
90%
84,3%
90%
91%
90%
93,6%
90%
92,04%
90%
85,5%
7.
Cakupan Desa/ Kelurahan Universal
Child Immunization (UCI) 100%
pada tahun 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
8.
Cakupan pelayanan anak balita 90%
pada tahun 2010
90%
80,1%
90%
80%
90%
94,8%
90%
91,12%
90%
90,2%
9.
Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6 –
24 bulan keluarga miskin 100%
pada tahun 2010
100%
100%
0
100%
0
100%
100%
100%
100%
10.
Cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan 100% pada tahun 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
11.
Cakupan penjaringan kesehatan
siswa SD dan setingkat 100% pada
tahun 2010
100%
100%
100%
96,6%
100%
96%
100%
97,72%
100%
100%
12.
Cakupan peserta KB Aktif 70% pada
tahun 2010
70%
84,4%
70%
80%
70%
82,9%
70%
82,69%
70%
80,9%
0
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
132
13.
Cakupan
penemuan
dan
penanganan penderita penyakit
100% pada 2010
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
14.
Cakupan Pelayanan kesehatan
dasar masyarakat miskin 100%
pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
B
Pelayanan Kesehatan Rujukan
1.
Cakupan pelayanan kesehatan
rujukan pasien masyarakat miskin
100% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
2.
Cakupan pelayanan gawat darurat
level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di Kabupaten/Kota
100% pada tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
C
Penyelidikan
Epidemiologi
dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
/KLB
Cakupan Desa/Kelurahan mengalami
KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam 100% pada
tahun 2015
D
Promosi
Kesehatan
Pemberdayaan Masyarakat
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
dan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
133
Cakupan Desa siaga aktif 80% pada
tahun 2015
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
134
2.5 PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PELAYANAN
SKPD
2.5.1 Peluang
1. Komitmen pemerintah baik pusat dan daerah serta legislatif dalam
bidang kesehatan semakin baik
2. Sarana dan prasarana kesehatan mencukupi secara kualitas dan
kuantitas
3. Tersedia standar operational prosedur (SOP)
4. Kemudahan akses komunikasi, informasi dan teknologi
5. Letak yang strategis sehingga akses masyarakat ke sarana kesehatan
semakin mudah
6. Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebagai pedoman dalam
pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan
7. Struktur organisasi Dinas Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang diemban
8. Sebagian
besar
tenaga
sudah
memenuhi
kualifikasi
minimal
pendidikan yang dipersyaratkan
9.
Ketersediaan obat dan peralatan kesehatan cukup
10. Kemitraan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dengan
berbagai pihak termasuk swasta dan LSM sangat terbuka dan terjalin
cukup baik
11. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan masih tinggi
12. Perekonomian masyarakat Denpasar relative baik
13. Tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi dilihat dari rata-rata lama
sekolah yang sudah mencapai 10,96 tahun sehingga memudahkan
sosialisasi program-program kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
135
2.5.2 Tantangan
1. Mobilisasi dan urbanisasi penduduk yang sangat tinggi
2. Laju pertumbuhan penduduk Kota Denpasar yang cukup tinggi
3. Sosial ekonomi masyarakatKota Denpasar yang cukup baik menyebabkan
meningkatnya biaya hidup dan biaya kesehatan
4. Tuntutan pelayanan kesehatan yang bermutu
5. Upaya pencapaian target SDGs
6. Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi secara baik dan data yang
ada masih perlu ditingkatkan kualitasnya
7. Kapasitas, komitmen dan profesionalisme sumberdaya kesehatan masih
perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
136
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS
POKOK DAN FUNGSI
BAB
III
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Dinas Kesehatan Kota Denpasar
Permasalahan kesehatan di Kota Denpasar akan diuraikan perbidang
sesuai dengan tugas dan fungsi pelayanannya:
3.1.1 Sekretariat
3.1.1.2 Kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di puskesmas dan dinas
masih kurang
3.1.1.3 Masih ada kualisifikasi tenaga yang tidak sesuai tupoksinya
3.1.1.4 Masih kurangnya jumlah puskesmas bila dibandingkan dengan rasio
jumlah penduduk
3.1.1.5 Sistem pelaporan masih manual sehingga pelaporan tidak tepat
waktu
3.1.1.6 Jumlah dan jenis pelatihan untuk meningkankan kualitas SDM di
puskesmas dan dinas masih kurang
3.1.2
Bidang Pelayanan Kesehatan:
3.1.2 .1 Belum semua puskesmas memiliki pos UKK
3.1.2.2 Jumlah permintaan P3K melampaui jumlah petugas
3.1.2.3 Jumlah kasus ODGJ sulit diprediksi
3.1.2.4 Masih adanya kendala dalam pelaksanaan kegiatan kalibrasi alkes
3.1.2.5 Masih banyak ditemukan kendala dalam pelaksanaan akreditasi
puskesmas
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
137
3.1.2.6 Masih banyak ditemukan kendala dalam pelaksanaan pengadaan
obat, alkes dan perbekes terutama yang dilaksanakan melalui
sistem e-purchasing
3.1.3
3.1.3.1
Bidang Binas Kesehatan Masyarakat
Kematian ibu di Kota Denpasar masih berfluktuasi dan cenderung
mengalami
peningkatan
pada
tahun
2015
walaupun
masih
dibawah target yang ditetapkan secara nasional
3.1.3.2
Belum tersedianya manual rujukan di Kota Denpasar
3.1.3.3
Masih rendahnya kesadaran ibu untuk mengikuti kelas ibu
3.1.3.4
Peran serta masyarakat untuk hadir di Posyandu dan Posyandu
lansia masih rendah
3.1.3.5
Masih rendahnya tingkat kunjungan remaja ke puskesmas
3.1.3.6
Pengetahun masyarakat tentang PHBS masih rendah
3.1.3.7
Partisipasi masyarakat dalam desa siaga masih kurang
3.1.3.8
Kurangnya pemanfaatan tanaman obat untuk kesehatan
3.1.3.9
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan olah
raga
3.1.3.10 Belum optimalnya pelaksanaan program UKS di Sekolah
3.1.3.11 Kepesertaan JKN masih rendah
3.1.3.12 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan posyandu
dalam pemantauan tumbuh kembang anak
3.1.3.13 Masih adanya kasus balita gizi kurang, balita gizi buruk dan bumil
KEK
3.1.3.14 Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan garam
beryodium
3.1.3.15 Masih rendahnya kesadaran ibu melahirkan dalam memberikan asi
eklusif dan melaksanakan IMD
3.1.4
Bidang Bina Pencegahan Penanggulangan Penyakit
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
138
3.1.4.1 Masih rendahnya angka bebas jentik di Kota Denpasar (93,46%)
sementara target Nasional dan Provinsi Bali sebesar 95%
3.1.4.2 Insiden Rate DBD masih tinggi sebesar 216,1/100.000 penduduk
sedangkan target Nasional sebesar 55/100.000 penduduk
3.1.4.3 Rendahnya tingkat pengetahuan komprehenship tentang HIV/AIDS
pada usia 15-24 tahun sebesar 19,1% sementara targetnya sebesar
95%.
3.1.4.4 Prevalensi HIV/AIDS di Kota Denpasar sebesar 0,43%
3.1.4.5 Tingginya angka kasus gigitan hewan penular rabies yaitu sebesar
0,57% pada tahun 2015
3.1.4.6 Mulai meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular seperti
Diabetes, Kanker, Tekanan darah tinggi dan jantung
3.1.5
Bidang Bina Penyehatan Lingkungan
3.1.5.1
Akses sanitasi dasar masih rendah
3.1.5.2
Masih rendahnya persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan
3.1.5.3
Perlu upaya untuk meningkatkan Tempat pengolahan makanan
yang memenuhi syarat kesehatan
3.1.5.4
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan
masih kurang
3.1.5.5
Kegiatan untuk mewujudkan kota sehat harus terus dilakukan
pembinaan
3.2 Telaah Visi Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Visi Pemerintah Kota Denpasar Tahun 2016-2021 adalah:”DENPASAR
KREATIF BERWAWASAN BUDAYA DALAM KESEIMBANGAN MENUJU
KEHARMONISAN”. Visi Pemerintah Kota Denpasar yang menekankan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
139
wawasan budaya sesuai dengan visi RPJMPD Kota Denpasar hingga tahun
2025 sebagaimana dituangkan dalam Perda Kota Denpasar No. 1 Tahun
2009 yaitu ”Denpasar Kota Berbudaya Dilandasi Tri Hita Karana”.
Sesuai dengan arah kebijakan RPJPD yang mengisyaratkan fokus
RPJMD periode 2016-2021 adalah peningkatan sumber daya manusia dan
peningkatan daya saing daerah maka disusun misi antara lain:
i.
Penguatan
jati
diri
masyarakat
Kota
Denpasar
berlandaskan
kebudayaan Bali
ii.
Pemberdayaan masyarakat Kota Denpasar berlandaskan kearifan
lokal
iii.
Peningkatan pelayanan publik melalui tata kelola kepemerintahan
yang baik (good Governance) berdasarkan penegakan supremasi
hukum (low enforcement).
iv.
Peningkatan ketahanan ekonomi masyarakat Kota Denpasar dengan
bertumpu pada ekonomi kerakyatan
v.
Penguatan keseimbangan pembangunan pada berbagai dimensi dan
skalanya berdasarkan Tri Hita Karana
Strategi
pembangunan
daerah
Kota
Denpasar
Mengacu
pada
pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Strategi pembangunan ini
dijalankan
dengan
“Padmaksara
Langkah
Baru
Dharmanegara
Demi
Denpasar” / delapan dimensi pembangunan, yang selanjutnya dijabarkan
menjadi tiga puluh tiga agenda pembangunan Denpasar yang menjadi dasar
dalam penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Terutama pada
misi ke tiga
yaitu Peningkatan pelayanan public melalui tata kelola
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
140
pemerintahan
yang
baik
(good
govermance)
berdasarkan
penegakan
supremasi hukum (low enforcement), sesuai dengan Padmaksara ke enam
yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Welfare society) menuju
kebahagiaan, dan Program ke lima belas yaitu meningkatkan kualitas
kehidupan sosial dan budaya dan program ke dua puluh yaitu mewujudkan
pelayanan prima berdasarkan sewaka darma.
Kebijakan pelayanan dasar bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial
Pemerintah Kota Denpasar adalah:
1. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigm sehat, yang memberikan
prioritas pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan
upaya kuratif dan rehabilitatif
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan
melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
sarana prasarana kesehatan
3. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia untuk menjaga
harkat dan martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya
4. Meningkatkan upaya pencegahan dan rehabilitasi bagi korban bencana
alam dan para tuna sosial lainnya
3.3. Telaah Renstra Kementerian Kesehatan dan
Renstra
Dinas Kesehatan Provinsi Bali
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
141
3.3.1 Renstra Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan menyusun Renstra mengacu pada Visi, Misi
dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan pada periode 20152019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial
dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan tiga pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional. Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan
kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif dan preventif dan
pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi
system rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan
pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan.
Pilar Jaminan Kesehatan dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan
benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
Terdapat dua tujuan Kementrian Kesehatan pada tahun 2015-2019
yaitu: meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya
tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan financial di
bidang kesehatan. Indikator kinerja utama Kementrian Kesehatan RI adalah:
1) AKI, 2) AKB, 3) AKABA, 4) Persentase bumil KEK, 5) Persentase balita
malnutrisi dan gizi kurang, 6) Angka kematian penyakit menular, 7)
Persentase puskesmas yang malaksanakan deteksi dini factor risiko PTM dan
8)
persentase
fasilitas
kesehatan
yang
memiliki
standar
pelayanan
(akreditasi).
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
142
Arah kebijakan dan Strategi Kementrian Kesehatan didasarkan pada
arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam
RPJMN 2015-2019. Arah kebijakan kementrn kesehatan mengacu pada 3 hal
penting yaitu:
2. Penguatan pelayanan kesehatan Primer, dengan fokus pada lima hal yaitu
peningkatan SDM, peningkatan kemampuan teknis dan manajemen
puskesmas, peningkatan pembiayaan, peningkatan system informasi
puskesmas (SIP) dan pelaksanaan akreditasi puskesmas
3. Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan (Continium Of Care),
pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan
ibu, bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
4. Intervensi berbasis risiko kesehatan, program-program khusus untuk
menangani permasalahan kesehatan pada bayi, balita dan lansia, ibu
hamil, pengungsi dan keluarga miskin, kelompok-kelompok berisiko,
serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah
bermasalah kesehatan
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan:
1)
Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
2)
Meningkatkan kompetensi dan kinerja aparatur kementrian kesehatan
3)
Meningkatkan system informasi kesehatan integrasi
4)
Meningkatkan sinergitas antar kementrian/lembaga
5)
Meningkatkan daya guna kemitraan (dalam dan luar negeri)
6)
Meningkatkan
integrasi
perencanaan,
bimbingan
teknis
dan
pemantauan evaluasi
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
143
7)
Meningkatkan efektifitas penelitian dan pengambangan kesehatan
8)
Meningkatkan kesehatan masyarakat
9)
Meningkatnya pengendalian penyakit
10) Meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan
11) Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat
kesehatan
12) Meningkatkan
jumlah,
jenis,
kualitas
dan
pemerataan
tenaga
kesehatan
13) Meningkatnya sinergitas antar kementrian /lembaga
14) Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negari
15) Meningkatnya
integrasi
perencanaan,
bimbingan
teknis
dan
pemantauan evaluasi
16) Meningkatnya efektifitas penelitian dan pengembangan kesehatan
17) Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih
18) Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementrian Kesehatan
19) Meningkatnya system informasi kesehatan integrasi
3.3.2 Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Bali adalah: “ Bali Sehat Menuju
Bali
Mandara”
dengan
misi:
1)
Memelihara,
meningkatkan
dan
mengembangkan upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau
bagi seluruh masyarakat Bali. 2) Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumberdaya Kesehatan, 3)Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat. Terdapat tiga tujuan yang ingin dicapai dalam lima tahun
kedepan yaitu: 1)Terselenggaranya upaya pelayanan kesehatan yang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
144
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan serta terjangkau bagi seluruh
masyarkat Bali, 2)Tersedianya sumber daya kesehatan yang merata di
seluruh sarana pelayanan kesehatan, 3)Mewujudkan masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali menetapkan 24 sasaran strategis yaitu:
1. Meningkatnya kepesertaan JKBM,
2. Meningkatnya peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Kesehatan
4. Meningkatnya desa UCI
5. Pelayanan Keshatan pada bayi, balita, prasekolah, sekolah, remaja
sesuai standar
6. Meningkatnya status gizi masyarakat
7. Terukurnya Kebugaran Jasmani pada masyarakat
8. Meningkatnya KLB yang tertangani < 24 jam
9. Meningkatnya penemuan kasus AFP non polio pada anak < 15 tahun,
10. Meningkatnya surveilans faktor resiko Penyakit Tidak Menular ( PTM ),
11. Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian Penyakit Menular
12. Meningkatnya kelompok beresiko terdeteksi HIV
13. Meningkatnya deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular
14. Meningkatnya Kab/kota yang telah melaksanakan Kab/kota sehat,
15. Meningkatnya pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat,
16. Meningkatnya pelayanan pemeriksaan sampel/parameter laboratorium,
17. Meningkatnya penggunaan obat rasional,
18. Tersedianya informasi dibidang kesehatan,
19. Meningkatnya ketersediaan obat dan vaksin,
20. Meningkatnya mutu keamanan pangan dan bahan berbahaya
21. Meningkatnya jumlah TT kelas III di RS Pemerintah dan Swasta di
Provinsi Bali
22. Meningkatnya standarisasi pelayanan kesehatan rujukan,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
145
23. Meningkatnya standarisasi pelayanan kesehatan dasar
24. Meningkatnya pelayanan kesehatan wisata,
3.4. Telaah Rencana Tata Ruang wilayah dan kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Sebagai Faktor
No
Hasil KLHS
terkait
Tugas dan Fungsi PD
Permasalahan Pelayanan
PD
Penghambat
Pendorong
1
Fasilitas
pengelolaan limbah
medis di
Puskesmas masih
kurang.
Limbah medis belum
terkelola dengan baik,
kerjasama pengelolaan
limbah medis antar
puskesmas dan rumah
sakit perlu
ditingkatkan.
Fasilitas kurang
lengkap,
pengawasan
belum
optimal.
Standarisasi
pengelolaan sudah
ada.
2
Ketersediaan
pelayanan
kesehatan
masih kurang.
Tenaga medis di
puskesmas pembantu
masih kurang, fasilitas
kesehatan puskesmas
belum lengkap.
Pembiayaan
Jaminan Kesehatan
Bali
Mandara,
Jaminan
Kesehatan
Nasional, Sistem
Informasi
Kesehatan online.
3
Penanggulangan kasus Sulitnya pendataan dan
pendeteksian, pendanaan
HIV/AIDS yang
belum optimal.
(biaya pencegahan dan
perawatan mahal).
Pemahaman
masyarakat
tentang
dampak dari
HIV/AIDS masih
rendah.
Perda tentang
penanggulangan
HIV/AIDS
4
Kurangnya Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL) di
setiap puskesmas.
Kurang
kesadaran
akan bahaya
limbah medis.
Tuntutan
masyarakat akan
lingkungan hidup
yang lebih sehat.
Keterbatasan dana.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
146
5
Insinerator di
puskesmas tidak
ada
Keterbatasan alokasi
dana.
Harga
insenerator
mahal, gas
beracun sebagai
efek
samping.
Tuntutan
masyarakat akan
lingkungan hidup
yang lebih sehat.
6
Peningkatan derajat
kesehatan
masyarakat melalui
penyediaan
prasarana dan sarana
air minum/air bersih
di perkotaan dan
pedesaan.
Distribusi air bersih tidak
merata,
ketidakseimbangan
suplai dengan
permintaan.
Penduduk
bertambah
namun sumber
daya air tetap,
ekonomi
membaik
meningkatkan
pemakaian.
Teknologi
pengolahan dan
distribusi air bersih
semakin maju.
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
Berdasarkan hasil rapat tanggal 13-15 September 2016 yang dihadiri
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, sekretaris dan kabid di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Kepala Puskesmas se-Kota
Denpasar, UPT Gudang Farmasi, Organisasi Profesi dan kasi/kasubbang di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Denpasar maka ditentukan isu strategis
sebagai berikut:
1.
Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di Puskesmas dan Dinas
kesehatan
2.
Peningkatan
kualitas
data
kesehatan
melalui
sistem
informasi
kesehatan yang terintegrasi
3.
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
4.
Peningkatan ketersediaan keterjangkauan pemerataan dan kualitas
farmasi dan alkes
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
147
5.
Peningkatan Pengawasan obat dan makanan
6.
Peningkatan jumlah puskesmas agar terjadi rasio ideal antara sarana
dengan jumlah penduduk
7.
Peningkatan status gizi
8.
Peningkatan status kesehatan pada setiap kelompok usia
9.
Angka kematian ibu, angka kematian bayi dan angka kematian balita
10. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
11. Pengembangan dan peningkatan efektifitas pembiayaan kesehatan
12. Masih tingginya angka kejadian penyakit menular seperti DBD, HIV,
dan TBC
13. Mulai
meningkatnya
prevalensi
penyakit
tidak
menular
seperti
Diabetes, Kanker, Tekanan darah tinggi dan jantung
14. Pencapaian standar minimal di bidang kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
148
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
BAB
IV
4.1 VISI
Visi Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 – 2021 adalah:
”DENPASAR SEHAT YANG KREATIF, MANDIRI DAN BERKEADILAN”
Yaitu suatu kondisi yang merupakan gambaran masyarakat Kota
Denpasar di masa depan yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
memiliki
derajat
kesehatan
yang
setinggi-tingginya
sehingga
mampu
meningkatkan kualitas dirinya, menjaga keseimbangan hubungan dengan
lingkungan hidupnya serta menciptakan kedamaian dan kesejahteraan lahir
dan bathin.
4.2 MISI
Dalam rangka mewujudkan Denpasar Sehat yang kreatif, mandiri dan
berkeadilan , dengan mempertimbangkan isu-isu strategis yang berkembang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
149
selama 5 tahun sebelumnya, maka misi Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dapat dirumuskan sbb:
1. Mengoptimalkan sumber daya kesehatan untuk peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat dan menciptakan tata kelola pemerintahan
yang baik .
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan.
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
4. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berprilaku hidup bersih
dan sehat.
5. Menggerakkan pembangunan daerah berwawasan kesehatan dan
berperan aktif menunjang pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
berskala nasional.
4.3 TUJUAN DAN SASARAN
Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2016 2021 serta memperhatikan agenda pembangunan Nasional, Provinsi Bali dan
Kota Denpasar maka disusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah Kota
Denpasar untuk lima tahun mendatang yang dirumuskan berdasarkan
analisis isu- isu strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar selama lima tahun
kedepan.
i.
Tujuan:
4.3.1.1 Meningkatnya ketersediaan dan mutu sumber daya kesehatan
dengan indikator tujuan:
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
150
1) Terwujudnya
pengadaan,
peningkatan,
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana di dinas, puskesmas dan jaringannya
2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan
3) Peningkatan
kualitas
data
kesehatan
melalui
system
informasi
kesehatan yang terintegrasi
1.
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan indikator tujuan:
1) 100% Puskesmas terakreditasi pada 2021
2) Persentase ketersediaan obat di puskesmas 95% pada tahun 2021
3) Penggunaan obat rasional (POR) 100% di Puskesmas
4) 100% Penduduk miskin terlayani
5) Persentase kepesertaan jaminan kesehatan nasional (JKN) 100% pada
tahun 2021
2.
Meningkatkan status kesehatan ibu anak dan lansia dengan indikator
tujuan:
1) Menurunkan angka kematian ibu menjadi 90 per 100.000 KH pada
tahun 2021
2) Menurunkan angka kematian bayi menjadi 8 per 1000 KH
3) Menurunkan persentase bayi BBLR menjadi < 5 % pada 2021
4) Meningkatnya persalinan di fasilitas kesehatan 100% pada 2021
5) Persentase KB Aktif 70% pada 2021
6) Persentase usia 60 tahun keatas mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar 100% pada 2021
3.
Meningkatnya status gizi masyarakat dengan indikator tujuan:
4) 100% balita gizi buruk mendapatkan perawatan
5) Menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk menjadi 4%
pada 2021
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
151
6) 99% Bumil KEK memperoleh tablet tambah darah
7) Persentase Bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI Eklusif
4.3.1.5 Meningkatkan promosi kesehatan dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan dengan indikator tujuan:
1) Meningkatnya posyandu aktif menjadi 75% pada 2021
2) Meningkatnya
promosi
kesehatan
di
satuan
pendidikan
dasar,
puskesmas dan pustu menjadi 100% pada 2021
3) Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS menjadi 85% pada
2021
4) Persentase siswa SD dan remaja (15-19 tahun) mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar
4.3.1.6 Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
dan tidak menular dengan indikator tujuan:
1) Menurunkan IR penyakit DBD menjadi 195/100.000 penduduk
2) Menurunkan prevalensi HIV/AIDS menjadi < 0,5% Meningkatnya
kewaspadaan dan penanggulangan wabah
3) Meningkatnya bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 100%
pada 2021
4) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
4.3.1.7 Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat,
dengan indikator tujuan:
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
152
1) Persentase desa/kelurahan STBM 80% pada 2020
2) Meningkatnya akses masyarakat terhapat sanitasi dasar sebesar
75% pada 2021
3) Persentase tempat pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan
(45%)
4) Persentase
desa/kelurahan
menyelenggarakan
tatanan
kawasan
sehat
4.3.2
Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar adalah:
4.3.2.1
Pengadaan, peningkatan, pemeliharaan sarana dan prasana di
dinas dan puskesmas dengan indikator sasaran:
1)
Penyediaan jasa komunisasi, sumberdaya air, listrik dan alat tulis
kantor
2)
Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor, kendaraan dinas dan
perlengkapan gedung kantor
3)
Terpenuhinya sarana dan prasarana puskesmas
4)
Terpenuhinya mobil puskesmas keliling
5)
Pembangunan puskesmas rawat inap terakreditasi
4.3.2.2
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur dengan
indikator sasaran:
1) Pelaksanaan kursus singkat/ pelatihan
2) Persentase terpenuhinya usulan tenaga medis dan paramedis untuk
ditugaskan di puskesmas dan puskesmas pembantu
3) Persentase penyelesaian dokumen perencanaan pelaporan dan
evaluasi tepat waktu.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
153
4.3.2.3 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk mengukur
keberhasilan
terhadap
capaian
sasaran
strategis
tersebut
ditetapkan
indikator sasaran:
1) Persentase puskesmas terakreditasi
2) Persentase puskesmas dengan nilai indeks kepuasan Konsumen > 80
3) Puskesmas berprestasi
4) Tenaga kesehatan teladan
5) Persentase penduduk ditemukan katarak dilaksanakan operasi katarak
4.3.2.4 Persentase ketersediaan obat dan alkes di puskesmas. Indikator
sasaran yang ditetapkan untuk mengukur capaian sasaran strategis ini
adalah:
1) Persentase ketersediaan obat di puskesmas
2) Terpenuhinya
kebutuhan
alat–alat
kesehatan
untuk
pelayanan
kesehatan dasar di puskesmas
3) Persentase penggunaan obat rasional di puskesmas
4.3.2.5 Pelayanan kesehatan penduduk miskin dengan indikator sasaran:
1) Terlayaninya penduduk miskin melalui JKBM dan JKN
2) Persentase penduduk dengan gangguan jiwa dirujuk
4.3.2.6 Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan tingkat
pertama/puskesmas dengan indikator sasaran:
1) Persentase peserta BPJS yang terlayani di fasilitas kesehatan tingkat
pertama/puskesmas
2) Persentase kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
154
4.3.2.7 Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi, anak, remaja dan lansia. Indikator kinerja yang digunakan untuk
mengukur capaian sassaran strategis ini adalah:
1) Persentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil
2) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K1
3) Cakupan ibu hamil mendapatkan pelayanan K4
4) Persentase puskesmas melakukan orientasi program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
5) Persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar
6) Persentase ibu bersalin dan nifas mendapatkan pelayanan
7) Persalinan dan nifas sesuai standar di puskesmas dan jaringannya
8) Cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertangani
9) Persentase persalinan di fasilitas kesehatan
10) Cakupan pelayanan ibu nifas (KF1)
11) Cakupan pelayanan ibu nifas ketiga (KF3)
12) Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
13) Persentase bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
14) Persentase bayi dengan BBLR
15) Cakupan kunjungan neonates pertama kali (KN1)
16) Cakupan kunjungan neonates lengkap (KN3)
17) Cakupan kunjungan neonatal dengan komplikasi ditangani
18) Cakupan pelayanan bayi
19) Menurunkan angka kematian bayi
20) Persentase KB aktif
21) Cakupan pelayanan balita
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
155
22) Persentase usia balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
23) cakupan kunjungan balita
24) Persentase puskesmas mampu melaksanakan penanganan kekerasan
terhadap anak (KTA)
25) Persentase puskesmas menyelenggarakan kelas ibu balita
26) Persentase anak balita di stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang (SDIDTK)
27) Persentase puskesmas melaksanakan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS dan manajemen terpadu balita muda (MTBM)
28) Menurunkan angka kematian balita
29) Persentase lansia memperoleh pelayanan kesehatan
30) Persentase puskesmas ramah lansia
31) Persentase usia 60 tahun keatas memdapatkan skrining kesehatan
sesuai standar
4.3.2.8 Meningkatnya status gizi bayi, balita dan ibu hamil (bumil) dengan
indikator sasaran:
1) Cakupan gizi buruk mendapat perawatan
2) Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang
3) Persentase bumil mendapatkan tablet tambah darah
4) Persentase bumil dengan kurang energy kronik mendapat makanan
tambahan
5) Persentase balita kurus mendapatkan makanan tambahan
6) Persentase bayi usia 0-6 bulan mendapatkan ASI ekslusif
7) Persentase balita usia 6-59 bulan mendapatkan kapsul vitamin A
8) Persentase bayi baru lahir mendapatkan inisiasi menyusu dini (IMD)
9) Persentase puskesmas melaksanakan surveylans gizi
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
156
10) Persentase balita ditimbang berat badannya di posyandu
4.3.2.9 Meningkatnya peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan
dengan indikator:
1) Persentase pengobat tradisional memenuhi syarat
2) Persentase desa/kelurahan TOGA memenuhi syarat
3) Persentase desa siaga aktif
4) Persentase posyandu aktif
4.3.2.10 Meningkatnya upaya promosi kesehatan di tingkat pendidikan dasar
dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan indikator kinerja:
1) Persentase satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi kesehatan
2) Persentase
puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
melaksanakan
promosi kesehatan
3) Persentase promosi kesehatan untuk pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan
4.3.2.11 Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS
1) persentase rumah tangga ber PHBS
4.3.2.12 Persentase anak dan remaja mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar
1) Persentase
siswa
satuan
pendidikan
dasar
mendapatkan
skrining
kesehatan sesuai standar
2) Persentase usia 15-19 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar
3) Persentase puskesmas melaksanakan upaya kesehatan kerja
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
157
4) Persentase puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga
4.3.2.13 Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
menular. Terdapat 7 indikator kinerja yang dipakai untuk mengukur
pencapaian sasaran strategis ini yaitu:
1)
Incidence rate penyakit DBD
2)
CFR penyakit DBD
3)
Prevalensi HIV/AIDS
4)
Persentase angka kasus HIV yang diobati
5)
Persentase terduga HIV dan AIDS mendapatkan pemeriksaan sesuai
standar
6)
Angka kesembuhan penderita TB
7) Persentase terduga TB mendapatkan pemeriksaan TB sesuai standar
8)
Persentase
kasus
gigitan
hewan
penular
rabies
mendapatkan
penanganan sesuai standar
4.3.2.14 Meningkatnya upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak
menular
1) Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan pos pembinaan terpadu
(Pos Bindu) PTM
2) Jumlah puskesmas yang melayani konseling berhenti merokok
3) Persentase Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Sesuai Standar
4) jumlah wanita usia 30-50 tahun dilakukan deteksi dini kanker serviks
5) Persentase puskesmas melaksanakan pelayanan PKPR (Pelayanan
kesehatan peduli remaja)
6) Jumlah sekolah mendapatkan pembinaan penanggulangan kanker
terpadu paripurna (PKTP
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
158
4.3.12.15 Meningkatnya kewaspadaan dini dan penanggulangan wabah
1) Persentase respon verifikasi terhadap SKDR dalam waktu kurang dari
24 jam
2) Persentase Desa/kelurahan mengalami KLB ditangani < 24 jam
4.3.2.16 Meningkatnya persentase bayi mendapatkan imunisasi dasar
lengkap
1) Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap
2) Persentase desa yang mencapai universal child imunisation (UCI)
4.3.2.17 Meningkatnya kualitas lingkungan
1) Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
2) Persentase puskesmas melaksanakan pengelolaan limbah medis
3) persentase desa/kel yang ODF/stop buang air besar sembarangan
4) Persentase desa/kel STBM
5) Persentase cholinesterase darah masyarakat yang berpotensi terpapar
pestisida memenuhi syarat
6) Persentase tempat pengelolaan pestidida memenuhi syarat
7) Cakupan pengendalian vektor lalat di TPS
4.3.2.18 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sanitasi dasar
1) Persentase penduduk dengan akses sanitasi dasar yang memenuhi
syarat
2) Persentase rumah sehat
3) Persentase sumber air minum memenuhi syarat kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
159
4.3.2.19
Persentase
tempat
pengelolaan
makanan
memenuhi
syarat
kesehatan
1) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
2) Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan
4.3.2.20 Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan
sehat
1) Persentase desa/kel yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat
2) Jumlah Desa/kelurahan yang mengikuti lomba kebersihan dan PSN
Tingkat Kota Denpasar
4.4 STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Strategi dan kebijakan yang ditempuh Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dalam menangani masalah kesehatan di Kota Denpasar mengacu
pada strategi dan kebijakan Pemerintah Kota Denpasar yang tertuang pada
RPJMD Kota Denpasar Tahun 2016-2021.
Kebijakan umum yang ditempuh Pemerintah Kota Denpasar dalam
melaksanakan bidang urusan kesehatan periode 2016-2021 antara lain:
1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi
masyarakat melalui Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care) di
Puskesmas pembantu, puskesmas dan rumah sakit yang meliputi
pemerataan
mutu
pelayanan
dan
akses
pelayanan
keperawatan,
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
160
kebidanan dan ketekhnisian, penunjang medic, sarana dan prasarana dan
peralatan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan rujukan berkualitas
yang dapat dijangkau oleh masyarakat melalui:
a. Optimalisasi sumberdaya manusia melalui kerjasama pelatihan dan
pendidikan pada bidang kesehatan
b. Menciptakan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
untuk menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan daya beli
masyarakat
c. Menciptakan iklim budaya sehat melalui paradigma sehat dan
pelibatan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan
bidang kesehatan
2. Meningkatkan mutu system informasi kesehatan, mutu perencanaan di
tingkat puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi
dini
masalah
kesehatan,
pemberdayaan
masyarakat,
pemantauan,
penyehatan dan pengawasan kualitas kesehatan lingkungan.
3. Meningkatkan cakupan, mutu, dan keberlangsungan upaya pencegahan
penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita remaja, usia kerja dan
usia lanjut, kesehatan kerja dan olahraga, pembinaan, pengembangan
dan pengawasan upaya kesehatan tradisional dan komplementer
4. Meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular
dan tidak menular untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan
keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat dan meningkatkan dan meningkatkan kualitas lingkungan,
menurunkan angka kesakitan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, peningkatan surveillance, karantina kesehatan, dan kesehatan
matra,
meningkatkan
pencegahan
dan
penanggulangan
penyakit
bersumber binatang
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
161
5. Meningkatkan akses, kemandirian dan mutu sediaan farmasi dan alat
kesehatan melalui pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat rasional
di fasilitas kesehatan, persediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan
yang
bermutu,
merata
dan
terjangkau
di
pelayanan
kesehatan
pemerintah, meningkatkan pengendalian pra dan pasca pemasaran alat
kesehatan dan PKRT
6. Meningkatkan ketersediaan dan mutu sumber daya manusia kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan
7. Meningkatkan pemberdayaan kesehatan masyarakat bidang kesehatan
melalui tokoh masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia
usaha.
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
162
BAB
VI
NO
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN
RPJMD
Sasaran RPJMD
INDIKATOR KINERJA
CARA PERHITUNGAN
UTAMA
1
TARGET
2016
2017
2018
2019
2010
2021
50
70
85
100
100
100
Optimalisasi sumberdaya manusia
Persentase SDM sesuai
Jml SDM sesuai kompetensi/
melalui kerjasama pelatihan dan
kompetensi
jumlah seluruh SDM yang ada x 100%
Menciptakan jaminan pemeliharaan
Persentase kepesertaan
Jml kepesertaan masyarakat dalam JKN/ jumlah
kesehatan masyarakat (JPKM) untuk
masyarakat dalam JKN
penduduk x 100%
Persentase RT ber PHBS
Jml RT ber PHBS/ jml rumah dipantau x 100%
79
80
81
82
85
85
peran serta masyarakat dalam
Persentase satuan
Jml satuan pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
pengambilan keputusan bidang
pendidikan dasar
kesehatan/ seluruh satuan pendidikan dasar yang ada x
kesehatan
mendapatkan promosi
100%
pendidikan pada bidang kesehatan
2
menurunkan biaya kesehatan dan
meningkatkan daya beli masyarakat
3
Menciptakan iklim budaya sehat
melalui paradigma sehat dan pelibatan
kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
163
Persentase puskesmas
Jml
dan puskesmas pembantu
melaksanakan promosi kesehatan/
puskesmas
dan
puskesmas
pembantu
melaksanakan promosi
puskesmas dan puskesmas pembantu x 100%
100
100
100
100
100
100
Jml seluruh
kesehatan
4
Meningkatkan mutu system informasi
Nilai LKIP
Hasil penilaian dari inspektorat
B
B
B
B
B
B
kesehatan, mutu perencanaan di
Cakupan pelayanan
Jumlah Puskesmas yang menggunakan sistem informasi
90
100
100
100
100
100
tingkat puskesmas dan kemampuan
system informasi
terintegrasi dengan dinas kesehatan/ jumlah seluruh
teknis untuk pelaksanaan deteksi dini
terintegrasi
puskemas yang ada x 100 %
masalah kesehatan, pemberdayaan
Persentase siswa
Jml siswa pendidikan dasar mendapatkan promosi
100
100
100
100
100
100
masyarakat, pemantauan, penyehatan
pendidikan dasar
kesehatan/ Jml seluruh siswa pendidikan dasar x 100%
dan pengawasan kualitas kesehatan
mendapatkan promosi
lingkungan.
kesehatan
Jml Desa/kel memiliki Posbindu/ Jml desa/kel yang ada
17
24
31
38
43
43
Persentase Usia 20 – 59
Jml Usia 20 – 59 Tahun Mendapatkan Skrining
100
100
100
100
100
100
Tahun Mendapatkan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Skrining Kesehatan dan
Sesuai Standar/ Penduduk Usia 20 – 59 Tahun
75
80
80
80
80
80
75
75
75
75
75
75
Jumlah Desa/kel memiliki
Posbindu
Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Sesuai
Standar
Jml desa/ kelurahan
Jml desa/ kelurahan melaksanakan STBM/ Jml desa/
melaksanakan STBM
kelurahan yang ada
Persentase sarana air
Jml sarana air minum dilaksanakan pengawasan/Jml
minum dilaksanakan
sarana air minum
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
164
pengawasan
Persentase tempat-tempat
Jml tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan/
umum memenuhi syarat
Jumlah tempat-tempat umum yang ada
95
95
95
95
95
95
25
30
35
40
45
45
Jumlah Desa/ kel melaksanakan tatanan kawasan sehat
43
43
43
43
43
43
98
98
98
98
98
98
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Jumlah puskesmas terakreditasi
2
5
4
0
0
0
Angka kematian
Jumlah ibu yang meninggal karena hamil, bersalin dan
100
98
96
94
92
90
ibu/100.000 KH
nifas di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu/ jumlah
15
12
10
8
8
8
kesehatan
Persentase TPM
Jml TPM memenuhi syarat kesehatan/ Jumlah TPM yang
memenuhi syarat
ada x 100
kesehatan
Jumlah Desa/ kel
melaksanakan tatanan
kawasan sehat
5
Meningkatkan cakupan, mutu, dan
Cakupan ibu hamil
Jml ibu hamil mendapatkan pelayanan K4/jml seluruh ibu
keberlangsungan upaya pencegahan
mendapatkan pelayanan
hamil x 100
penyakit dan pelayanan kesehatan ibu,
K4
bayi, balita remaja, usia kerja dan usia
Persentase persalinan di
Jml persalinan di fasilitas kesehatan/jml seluruh
lanjut, kesehatan kerja dan olahraga,
fasilitas kesehatan
persalinan
pembinaan, pengembangan dan
Persentase ibu nifas
Jml ibu nifas mendapatkan pelayanan kes/jml ibu nifas x
pengawasan upaya kesehatan
mendapatkan pelayanan
100
tradisional dan komplementer
kes
Jumlah puskesmas
terakreditasi
kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang
sama x 100.000 KH
Angka kematian bayi/1000
Jumlah bayi usia 0-11 bulan yang meninggal di suatu
KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
kelahiran
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
165
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x
1000
Angka kematian
Jumlah anak usia 12-59 bulan yang meninggal di suatu
balita/1000 KH
wilayah pada kurun waktu tertentu/jumlah
15
12
10
8
8
8
50
65
70
75
80
80
kelahiran
hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama x
1000
Persentase bumil KEK
Jumlah bumil KEK mendapatkan PMT/Jumlah bumil x
mendapatkan PMT
100%
Persentase balita gizi
Jml balita gizi kurang/jumlah balita x 100
8
8
6
5
4
4
Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan kesehatan olah raga/ jml
10
10
20
20
20
20
melaksanakan kesehatan
seluruh Puskesmas x 100%
10
10
20
20
20
20
Jml kasus DBD/Jml penduduk x 100%
215
210
205
200
195
195
Jumlah penderita HIV/jml penduduk x 100%
<0,5%
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
<0,5
%
%
%
%
%
76
77
78
79
79
kurang
olah raga
Persentase puskesmas
Jml puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan
melaksanakan pelayanan
tradisional/ jml seluruh Puskesmas x 100%
kesehatan tradisional
6
Meningkatkan mutu penyelenggaraan
IR DBD per 100.000
penanggulangan penyakit menular dan
penduduk
tidak menular untuk upaya cegah
Prevalensi HIV/AIDS
tangkal terhadap masuk dan keluarnya
penyakit yang berpotensi menimbulkan
Angka kesembuhan
Jumlah pasien TB Paru BTA + yang sembuh di suatu
kedaruratan kesehatan masyarakat
penderita TB
wilayah selama periode tertentu/ Jumlaj Pasien TB Paru
dan meningkatkan dan meningkatkan
BTA + yang diobati diwilayah dan pada kurun waktu
kualitas lingkungan, menurunkan
yang sama x 100%
75
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
166
angka kesakitan akibat penyakit yang
Persentase Respons
Jumlah signal kewaspadaan dini yang direspon oleh
dapat dicegah dengan imunisasi,
Verifikasi terhadap SKDR
dinas kesehatan dalam waktu kurang dari 24 jam/jumlah
peningkatan surveillance, karantina
dalam Waktu Kurang dari
signal kewaspadaan dini yang muncul x 100%
kesehatan, dan kesehatan matra,
24 Jam
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
91
92
93
94
95
95
100
100
100
100
100
100
0
25
30
35
40
45
meningkatkan pencegahan dan
penanggulangan penyakit bersumber
Persentase bayi usia 0-11
Jumlah bayi yang mendapat satu kali imunisasi hepatitis
binatang
bulan
B, satu kali imunisasi BCG, Tiga kali imunisasi DPT,HB
yang
mendapat
imunisasi dasar lengkap
dan Hib, empat kali imunisasi polio dan satu kali
imunisasi campak dalam kurun waktu satu tahun / jumlah
bayi dalam kurun waktu yang sama x 100%
Persentase
desa
yang
mencapai universal child
Jumlah desa yang mencapai universal child imunisation
(UCI)/jumlah seluruh desa yg ada x 100%
imunisation (UCI)
7
Meningkatkan akses, kemandirian dan
Persentase ketersediaan
Jumlah obat/vaksin sesuai satuannya di suatu wilayah
mutu sediaan farmasi dan alat
obat, vaksin dan alkes di
pada kurun waktu tertentu/jumlah kebutuhan di wilayah
kesehatan melalui pelayanan
puskesmas
yang sama
kefarmasian dan penggunaan obat
rasional di fasilitas kesehatan,
Persentase
persediaan obat, vaksin dan
obat rasional (POR) di
ispa non penumonia
perbekalan kesehatan yang bermutu,
puskesmas
P(A) Diare Persentase penggunaan antibiotik pada diare
penggunaan
P(A)ISPA: Persentase penggunaan antibiotik pada kasus
merata dan terjangkaU di pelayanan
non spesifik
kesehatan pemerintah, meningkatkan
P(A) Myalgia: Persentase penggunaan injeksi pada
pengendalian pra dan pasca
kasus Myalgia
pemasaran alat kesehatan dan PKRT
R(T) Rerata item jenis obat perlembar resep pada tiga
kasus
Persentase
pengawasan
produk alkes dan PKRT
Jumlah pengawasan produk alkes dan PKRT/Jumlah
Produk alkes dan PKRT yang ada
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
167
Persentase
8
Meningkatkan pemberdayaan
tenaga
Jumlah tenaga kesehatan memiliki STR/ Jumlah Seluruh
kesehatan memiliki STR
Tenaga yang seharusnya memiliki STR x 100%
Persentase posyandu aktif
Jumlah posyandu Purnama + Mandiri /jumlah seluruh
kesehatan masyarakat bidang
70
70
75
75
80
85
65
68
70
72
75
75
Posyandu yang ada x 100%
kesehatan melalui tokoh masyarakat,
organisasi swadaya masyarakat dan
Jumlah
dunia usaha
berperan aktif di bidang
LSM
yang
Jumlah LSM yang berperan aktif di bidang kesehatan
kesehatan
RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR 2016-2021
168
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU
PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB
VI
Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar disusun untuk dapat menjawab
tantangan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar dan sebagai upaya untuk
memfokuskan
upaya
Dinas
Kesehatan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
kesehatan. Renstra ini mengacu pada Visi dan Misi Walikota Denpasar Tahun
2016-2021. Diharapkan Renstra Dinas Kesehatan
Kota Denpasar ini menjadi
acuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kinerja Dinas Kesehatan
Kota Denpasar dan jajarannya.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Renstra
ini kami sampaikan penghargaan yang setinggi – tingginya atas dedikasi dan
kerjakerasnya. Semoga Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar ini dapat
diemplementasikan dengan baik sesuai tahapan-tahapan yang telah ditetapkan
secara konsisten demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya
173
Download